Bab II Metode Distribusi Momen
Bab II Metode Distribusi Momen
BAB II
METODE DISTRIBUSI MOMEN (CROSS)
2.1 Pendahuluan
Metode distribusi-momen pada mulanya dikemukakan oleh Prof. Hardy
Crossy pada tahun 1930-an dan dipandang sebagai salah satu sumbangsih
terpenting yang pernah diberikan kepada analisa struktural balok-kontinu dan
kerangka kaku. Pada hakekatnya metode ini merupakan suatu cara untuk
menyelesaikan persamaan-persamaan simultan di dalam metode ubahan-sudut
dengan pendekatan berturut-turut, dengan derajat ketelitian berapapun. Metode
distribusi momen dapat diprogram pada komputer dan dalam banyak kondisi, ia
sangat menyaingi metode-metode lain. Di dalam pendesainan dan penganalisaan
awal suatu struktur kecil atau bagian-bagian dari suatu struktur yang besar, metode
distribusi momen tetap unggul karena kesederhanaannya.
2.2 Konsep Dasar
Tanggapan gaya dari suatu balok-kontinu atau kerangka kaku tanpa translasi
titik-hubung yang tak-diketahui telah secara lengkap didefinisikan oleh rotasi-rotasi
titik-hubung yang tak-diketahui, seperti B, C, dan D pada Gambar 11a dan c.
Secara fisik, dapatlah dipahami bahwa momen-momen pengunci dapat dikerjakan
di titik-titik hubung B, C dan D untuk mempertahankan, kemiringan nol di B, C dan
D, sebagaimana ditunjukkan oleh kondisi-kondisi terjepit pada Gambar 8.2.1b dan
d. Dalam kenyataan-nya, besar dan arah momen-momen pengunci ini telah
diketahui sebelumnya sebagai fungsi dari beban-beban yang bekerja atau
penurunan-penurunan tumpuan. Apabila mo-men pengunci di salah satu titikhubungnya dilepaskan, titik-hubung yang bersangkutan akan berotasi. Rotasi ini
menimbulkan perubahan-perubahan tidak hanya pada momen-momen di ujungujung anggota yang masuk ke titik-hubung yang dibebaskan itu tetapi juga pada
momen-momen pengunci di kedua titik-hubung yang bersebelahan langsung
dengan titik-hubung yang dibebaskan tersebut. Jika tiap-tiap titik-hubung
23
dibebaskan secara berturut-turut dan dikunci kembali dan kemudian proses ini
diulangi, suatu saat akan tercapailah keadaan bahwa setiap titik-hubung telah
mencapai nilai total yang diperlukannya pada tanggapan deformasi akhir. Maka
momen-momen penguncinya akan disebarkan, atau didistribusikan, ke seluruh
struktur melalui penjumlahan berturut-turut rotasi-rotasi titik-hubungnya; dari
sinilah nama distribusi momen berasal.
24
M A L M BL
=0
6EI
3EI
daripadanya
MA = +
1
M A .. (1)
2
4EI
A .. (2)
L
Substitusikan Persamaan (1) ke dalam persamaan (2) di atas dan selesaikan untuk
memperoleh MA.
A = - A1- A2 =
M AL M BL
=0
3EI
6EI
25
26
27
kN.m berlawanan arah jarum jam di A dan 1/2(32) = 16 kN.m berlawanan arah
jarum jam di C. Karena tumpuan A secara alamiah terjepit, ia dapat menerima
momen-pindahan tersebut, tanpa kesulitan. Namun, momen pengunci di C akan
berubah dari 120 kN.m berlawanan arah jarum jam menjadi 120 16 = 104 kN.m
searah jarum jam. Jika sebuah kunci pembantu ditambahkan untuk mengerjakan 16
kN.m berlawanan arah jarum jam tersebut sehingga nilai 120 kN.m pada kunci
semula tidak berubah, maka pembebasan titik-hubung C selanjutnya dapat
dilakukan hanya terhadap kunci semula saja. Faktor distribusi di titik-hubung C
pada CB adalah 100 persen, atau momen-pengimbang di C adalah -120 kN.m.
Dengan demikian, siklus pertama pendistribusian momen tersebut telah
diselesaikan (lihat Tabel 1). Singkatnya, semua ujung batang mula-mula dikunci
untuk melawan rotasi dengan momen ujung-terjepit (fixed-end moment, FEM)
sebesar -200, +200, -120, +120. Kemudian titik-titik hubung B dan C dibebaskan
secara berturut-turut, dan momen-momen pengimbangnya (balancing moment,
BAL) adalah 0, -48, -32, -120. Momen-momen pindahannya (carry-over moment,
CO), sebesar -24, 0-60, -16, dipandang sebagai suatu himpunan baru dari momenmomen ujung-terjepit yang diperlukan untuk mengunci semua titik-hubung pada
posisi yang tercapai pada akhir siklus pertama tersebut.
Di dalam siklus kedua pada pen-distribusi-an momen, titik-titik hubung B dan
C dibebaskan untuk kedua kalinya. Ketakseimbangan di titik-hubung B adalah -60,
momen-momen pengimbang sebesar +36 dan +24 secara numerik adalah 0,6000
dan 0,4000 kali ke-takseimbang-an tersebut. Momen pengimbang terhadap ketakseimbang-an sebesar -16 di titik-hubung C adalah +16. Momen-momen
pindahannya, sebesar +18, 0,+8,+ 12, dipandang sebagai momen-momen pengunci
baru pada awal siklus ketiga. Proses yang sama ini dapat diulangi terus (sampai
berapa siklus pun), seiring kehendak, hingga momen-momen pengimbangannya
bernilai sangat kecil. Dengan demikian, berapa pun derajat-ketelitian yang
diinginkan dapatlah dicapai, dan semakin besar derajat-ketelitian yang dikehendaki,
semakin banyak pulalah siklus yang diperlukan. Momen-momen pengimbang akhir
atau total diperoleh dengan menjumlahkan semua bilangan pada masing-masing
kolom.
28
24(6) 2
= - 72 kN.m
12
MFBA = + 72 kN.m
MFBC = -
16(12) 2 80(12)
= - 312 kN.m
12
8
MFCD = -
72(2)(4) 2
= - 64 kN.m
62
MFDC = +
72(4)(2) 2
= + 32 kN.m
62
29
Nilai-nilai EI/L dan FEM yang bersangkutan ditunjukkan pada Gambar 14b
dan c.
(b) Distribusi momen. Tabel 2 menunjukkan pen-distribusi-an momen dengan
ketelitian dua desimal.
Tabel 2 Distribusi momen untuk contoh 1
30
Pendistribusian momen dihentikan pada akhir siklus ketujuh, karena siklus ini
mengubah setiap nilai momen-ujungnya dengan selisih 0,01 atau lebih kecil. Faktor
distribusi di A pada AB dan di D pada DC masing-masing sama dengan 1,0000
karena titik-hubung A dan D akan dibebaskan pada setiap siklus dan hanya ada satu
batang yang mempengaruhinya. Faktor distribusi di titik-hubung B adalah
0,5000EIc/(0,5000EIc+0,833EIc) = 0,3750 pada BA, dan 0,8333EIc/(0,5000EIc +
0,8333 EIc) = 0,6250 pada BC. Faktor distribusi di titik-hubung C dihitung secara
sama: 0,7143 pada CB dan 0,2857 pada CD. Di dalam siklus pertama pada
distribusi momen, ke-takseimbang-an di titik-hubung A dan D adalah -72,00 dan
-4,00; maka momen-momen pengimbangnya adalah +72,00 pada AB dan 44,00
pada DC. Ke-takseimbang-an di titik-hubung B adalah +72,00-312,00 = -240,00;
maka momen-momen pengimbangnya adalah +(0,3750)(240) = +90,00 pada BA
dan +(0,6250)(240) = +150,00 pada BC. Ketakseimbangan di titik-hubung C adalah
+312,00-64,00 = +248,00; maka momen-momen pengimbangnya adalah -(0,7143).
(248) = -177,15 pada CB dan -(0,2857)(248) = -70,85 pada CD. Dalam pengisian
tabel distribusi-momen, hendaknya semua tanda pada setiap baris (yang mana saja)
dituliskan dulu sebe-lum nilai-nilai numerik yang bersangkutan dituliskan. Hal ini
akan membantu penganalisa memusatkan perhatiannya di satu saat kepada satu hal
saja. Perhatikan juga bahwa momen-momen pengimbang yang dikerjakan di ujungujung batang yang bertemu di suatu titik-hubung pada suatu siklus (yang mana
saja) mesti di-tambahkan secara tepat kepada ketakseimbangan total di titik-hubung
itu, hing-ga digit terakhirnya. Hal ini akan menjamin bahwa jumlah momen-momen
pengimbang akhir yang bertemu di titik-hubung yang sama akan tepat sama dengan
nol. Pengecekan terhadap distribusi momen ditunjukkan pada Tabel 2.
Contoh soal 2. Analisalah balok menerus pada Gambar 15, dengan metode
distribusi-momen.
PENYELESAIAN : Balok yang ditinjau pada contoh ini serupa dengan balok
pada contoh sebelumnya, kecuali bahwa ujung kirinya kini terjepit, dan bukan lagi
tumpuan-sederhana. Nilai-nilai EI/L dan FEM yang ditunjukkan pada Gambar 15b
dan c adalah sama seperti yang pada Gambar 14b dan c.
31
32
Pengecekan pertama adalah dengan melihat nol-tidaknya jumlah aljabar semuamomen-ujung yang bertemu di titik-hubung yang sama kecuali di tumpuanterjepitnya. Pengecekan ini berdasarkan kondisi-kondisi "keseimbangan momen
titik-hubung", Pengecekan kedua adalah pengecekan yang berdasarkan kondisikondisi kontinuitas kemiringan di setiap titik-hubung. Pengecekan ini dapat
dilakukan dengan mencari kemiringan pada kurva elastis di setiap ujung batang.
2EI
(2 A B ) 1
L
MB = M0B +
2EI
(2 B A ) 2
L
( M A M 0 A ) 1 / 2( M B M 0 B )
)
3EI / L
B =
( M B M 0 B ) 1 / 2( M A M 0 A )
3EI / L
33
ujung-dekat =
. 3
Karena rotasi sumbu-anggota adalah nol untuk semua bentangan, maka dari
Persamaan (1 dan 2), persamaan-persamaan ubahan-sudut untuk suatu bentangan
tipikal AB boleh dituliskan dalam bentuk yang, jika dinyatakan di dalam kalimat,
berarti bahwa kemiringan di salah satu ujung bentangan sama dengan jumlah selisih
momen (momen-ujung akhir dikurangi momen ujung-terjepit) di ujung itu dan
kali selisih momen di ujung-jauhnya, dibagi dengan 3EI/L bentangan yang
bersangkutan. Dari Persamaan (3), kemiringan di ujung-ujung setiap bentangan
dapat dihitung. Pengecekan terhadap kondisi-kondisi kontinuitas nantinya adalah
bahwa kemiringan di ujung-ujung semua anggota yang bertumpu di titik-hubung
yang sama mestilah bernilai sama dan bahwa kemiringan di suatu ujung-terjepit
mestilah sama dengan nol.
Baris pertama pada pengecekan terhadap distribusi momen, sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 2 dan 83, mengandung selisih momen di ujung yang
bersangkutan; baris kedua mengandung - kali selisih momen di ujung-jauhnya;
baris ketiga mengandung jumlah kedua nilai di atasnya; dan baris keempat
mengandung hasil bagi antara bilangan pada baris ketiga dengan 3EI/L.
Jumlah pengecekan kontinuitas yang dapat dilakukan adalah sama dengan
derajat ke-taktentu-an struktur yang bersangkutan. Pada label 8.5.1, kedua
pengecekan kontinuitasnya adalah (1) BA = + 71,59/EIc dan BC = +71,60/EIc, dan
(2) CB =-85,24/EIc dan CD = -85,21/EIc. Pada tabel 8.5.2, ketiga pengecekan
kontinuitasnya adalah (1) A = 0, (2) BA = +71,63/EIc dan BC = +71,65/EIc, dan (3)
CB = -85,25/Yc dan CD = -85,25/EIc.
Agar diperhatikan bahwa pengecekan di atas tidak dilakukan terhadap
ketepatan nilai-nilai EI/L serta momen-momen ujung-terjepit yang digunakan pada
bagian atas tabel distribusi-momen tersebut. Jika besaran ini salah, momen-momen
ujung akhirnya akan juga salah meskipun mereka telah diuji dalam pengecekan.
2.6 Penerapan Metode Cross pada Analisa Kerangka Kaku Statis Taktentu Tanpa Translasi Titik-Hubung (Portal tidak bergoyang)
Penerapan metode distribusi-momen pada analisa kerangka kaku statis
34
MFBC = -
64,8(5) 2
=-135 kN.m
12
MFBD = MFDB = 0
E(2I c )
EI
(BC)
=0,4000 EIc
L
5
E(2I c )
EI
(BD)
=0,2000 EIc
L
5
Nilai-nilai EI/L dan FEM masing-masing batang ditunjukkan pada Gambar 16b dan
c. Distribusi momennya ditunjukkan pada Tabel 4. Titik-titik hubungnya ditata
dalam urutan abjad dari kiri ke kanan. Batang-batang yang ada dari setiap titikhubung juga ditata dalam urutan abjad ujung-jauhnya. Perhatikan juga bahwa
berlangsungnya pemindahan tidak mutlak di antara dua kolom yang bersebelahan.
35
Contoh soal 4. Analisalah kerangka kaku pada Gambar 17a, dengan metode
distribusi-momen.
PENYELESAIAN : Momen-momen ujung-terjepitnya adalah:
MFAB =
96(10)
= -120 kN.m
8
MFBC = -
120(4)(6) 2
120(6)(4) 2
=
-172,8
kN.m,
M
=
+
= +115,2 kN.m
FCB
10 2
10 2
MFCD = MFDC = 0
Nilai-nilai EI/L yang bersangkutan adalah :
E(2I c )
EI
(AB)
= 0,2000 EIc
L
10
E(2I c )
EI
(BC)
= 0,2000 EIc
L
10
E(1,51 I c )
EI
(CD)
= 0,2500 EIc
L
6
Nilai-nilai EI/L dan FEM yang bersangkutan ditunjukkan pada Gambar 17b dan c.
36
37
38
39
yang beberapa titik-hubungnya bisa mengalami translasi yang tak diketahui, atau
analisa kerangka kaku berbentuk empat persegi panjang dengan goyangan ke
samping yang tak diketahui, akan dilukiskan pertama-tama melalui suatu kasus
sederhana dengan derajat kebebasan bergoyang ke samping = 1. Tiga langkah
utama yang berpengaruh dalam penganalisaan kerangka kaku pada Gambar 18a
adalah sebagai berikut:
1.
2.
Kuncilah titik-titik hubung B dan C untuk melawan rotasi tapi biarkan mereka
beralih (semaunya) sejauh ' ke kanan, sehingga timbullah himpunan momen
ujung-terjepit pada kolom AB dan CD, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar
18c. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwasanya kerangka kaku dengan
tumpuan tambahan di C tersebut akan diselesaikan melalui distribusi momen
jika tumpuan di C bergerak jauh ' ke kanan. Sesudah momen-momen ujungterjepit akibat goyangan ke samping sembarang ' didistribusikan, reaksireaksi HA2 dan HD2 yang timbul pada Gambar 18c dapat ditentukan dari
himpunan momen-momen pengimbang yang bersangkutan di ujung-ujung
kolom.
3.
40
2EI
(2 A B 3R)
L
MB = MBA+
2EI
(2 A B 3R)
L
B =
Persamaan-persamaan (2 dan 3) dapat dituliskan dalam bentuk sebuah persamaantunggal, sebagai berikut:
ujung-dekat =
kecuali bahwa kali ini selisih yang bersangkutan sama dengan momen pengimbang
akhir dikurangi momen ujung-terjepit paduan akibat beban-beban yang bekerja
pada anggota yang bersangkutan dan akibat rotasi sumbu-anggotanya.
Jika derajat kebebasan bergoyang ke samping yang bersangkutan lebih dari 1,
maka mesti ada satu distribusi-momen untuk setiap besaran sembarang goyangan
41
E(2I c )
EI
(BC)
=0,3333EIc
L
6
E(Ic )
EI
(CD)
=0,2000EIc
L
5
(b) Distribusi momen sambil mencegah goyangan ke samping sehubungan
dengan beban yang bekerja. Kerangka kaku ini serupa dengan contoh sebelumnya,
kecuali bahwa tumpuan-tumpuan di A dan D kini terjepit, bukan lagi tumpuansendi. Momen-momen ujung-terjepit akibat beban-beban yang bekerja sama seperti
yang telah dihitung di muka; mereka ditunjukkan lagi pada kerangka kaku ini pada
Gambar 19c. Distribusi momennya ditunjukkan pada Tabel 7. Momen-momen
pengimbang yang bekerja pada kolom-kolom AB dan CD ditunjukkan pada Gambar
20, dan nilai-nilai HA1 dan HD1 dihitung lewat peninjauan keseimbangan momen
pada kolom-kolom tersebut; maka
HA1 =
= 19,200-5,048 = 14,152 kN
7,5
7,5
HD1 =
33,43 16,72
= 10,030 kN
5
42
Dari hasil distribusi momen yang diperlihatkan pada Tabel 8, momen pengimbang
yang bekerja pada kolom-kolom AB dan CD ditunjukkan pada Gambar 20b.
43
= 48
= 0,246
44
45
Tabel 9 Perpaduan momen akibat beban dan goyangan ke samping pada contoh 5
46