Anda di halaman 1dari 4

Pengaruh pH

Pada percobaan pengaruh pH terhadap aktivitas amilase, disiapkan 5


tabung reaksi besar dan diisikan ke dalam masing-masing tabung 0,5 ml amilum
1% kemudian diberi label I-V. Pada tabung IV ditambahkan 10 tetes larutan IKI,
sedangkan tabung V ditambahkan fehling A dan B lalu dipanaskan. Dari hasil
praktikum kami, tabung IV mula-mula berwarna jernih kemudian berwarna
kuning setelah diberi IKI. Seharusnya larutan berwarna biru setelah diberi IKI
karena tidak amilum yang terhidrolisis. Kesalahan terjadi karena kecambah yang
digunakan pada praktikum kami umurnya sudah lebih dari 3 hari. Pada tabung V
terbentuk warna biru warna biru, setelah ditambahkan fehling A dan fehling B,
kemudian terbentuk warna biru kehijauan setelah dipanaskan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan pada tabung V mengandung
sedikit sekali glukosa, dikarenakan tidak ada enzim yang amilase yang dapat
menghidrolisis amilum menjadi glukosa. Menurut Tim Pengajar (2012) bahwa
enzim dapat ditemukan baik pada hewan maupun pada tumbuhan. Salah satu
enzim yang terdapat pada tumbuhan adalah amilase. Nama lain dari amilase
adalah Diastase. Enzim tersebut dapat menghidrolisis amilum menjadi gula.
Pada perlakuan selanjutnya, ditambahkan ekstrak enzim 1 ml dan pada
tabung II ditambah 1-2 tetes HCL encer, pada tabung III ditambah 1-2 tetes NaOH
1%. Setelah diukur PHnya, pada tabung I mempunyai pH 2, pada tabung II
mempunyai pH 6 dan pada tabung III mempunyai pH 12. Kemudian isi campuran
pada tabung I-III masing-masing dibagi dalam 3 tabung kecil yang diberi label a,
b, c. Semua tabung a setelah 10 menit ditambah larutan IKI atau fehling A dan
fehling B. Tabung b setelah 20 menit diberi perlakuan yang sama seperti
perlakuan pada tabung a, selanjutnya tabung c juga diberi perlakuan yang sama
setelah 30 menit. Pada hasil praktikum kami, mula-mula larutan tabung I sampai
III semuanya berwarna kuning muda. Saat 10 menit pertama, pada tabung I
berwarna hijau kekeuningan, pada tabung II berwarna biru kehijauan dan pada
tabung III berwarna ungu. Pada perlakuan saat menit ke-20, pada tabung I
berwarna kuning kecoklatan (++), pada tabung II berwarna kuning dan pada
tabung III berwarna kuning kecoklaran (++). Pada perlakuan saat menit ke-30,

pada tabung I berwarna biru, pada tabung II berwarna hijau dan pada tabung III
berwarna kuning pekat.
Mula-mula tabung I berwarna kuning muda dikarenakan aktivitas enzim
amilase masih tinggi kemudian semakin lama warna semakin pekat. Hal tersebut
terjadi karena semakin lama enzim amilase telah terdenaturasi karena bekerja
pada pH yang tidak optimum atau bekerja pada suasana sangat asam, sehingga
pada menit ke-30 tabung I berwarna biru dikarenakan telah rusaknya enzim dan
tidak ada amilum yang dihidrolisis. Hal tersebut sesuai literatur menurut Hafiz
Soewoto (2000) bahwa pada pH yang jauh di luar pH optimum, enzim akan
terdenaturasi. Selain itu pada keaadan ini baik enzim maupun substrat dapat
mengalami perubahan muatan listrik yang mengakibatkan enzim tidak dapat
berikatan dengan substrat.
Pada tabung II, mula-mula tabung berwarna kuning muda semakin lama
warna semakin pekat tetapi masih menunjukkan adanya hidrolisis amilum pada
menit ke-30. Hal tersebut dikarenakan pada tabung II mempunyao pH 6 yang
mendekati pH optimum enzim amilase. Sehingga masih ada amilum yang
dihidrolisis dikarenakan masih ada enzim yang bekerja meskipun kerjanya tidak
optimum.
Amilase dihasilkan oleh daun atau biji yang sedang berkecambah.
Aktivitas amilase dipengaruhi oleh garam-garam organik, pH, suhu dan cahaya.
pH optimum dari amilase menurut Hopkins, Cole dan Green (Miller, 1983) adalah
4,5-4,7 (Anonim, 2012).
Pada

tabung III, mula-mula tabung berwarna kuning muda dan lama

kelamaan berwarna kepekatan hingga pada menit ke-30 terbentuk warna kuning
kepekatan. Hal tersebut tidak sesuai teori karena rentang pH pada tabung III
dengan pH optimum enzim amilase sangat jauh dan seharusnya enzim akan
terdenaturasi karena pH yang terlalu basa. Kesalahan mungkin terjadi saat
pengamatan pada warna masing-masing tabung.
Di luar nilai pH optimum tersebut, struktur 3 dimensi enzim mulai berubah,
sehingga substrat tidak dapat lagi duduk dengan tepat di bagian molekul enzim

yang mengolah substrat. Akibatnaya, proses katalisis berjalan tidak optimum.


Oleh karena itu, struktur 3 dimensi berubah akibat pH yang tidak (Sadikin, 2002).
Pengaruh Konsentrasi Enzim
Percobaan pengaruh konsentrasi enzim ini dilakukan dengan membuat
enzim Amilase dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% yang diperoleh
dari ekstrasi kecambah sebanyak 20 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
masing-masing diberi 0,5 ml larutan amilum 1% diberi label a, b, c, dan d lalu
masing-masing tabung di inkubasi selama 10 menit. Lalu setelah inkubasi
diteteskan dalam plat tetes masing-masing campuran sebanyak 4 tetes lalu diuji
dengan larutan IKI. Saat perlakuan ini dianggap sebagai 0 menit. Perlakuan diuji
setiap 2 menit menggunakan reagen IKI.
Pada konsentrasi 25%, terjadi perubahan warna dari warna asal putih agak
coklat menjadi kuning coklat saat 2 menit setelah dites dengan IKI. Pada
konsentrasi 50%, 75%, dan 100% perubahan warna terjadi dalam waktu 4 menit
dengan perubahan warna secara berurutan yakni kuning kecoklatan, kuning, dan
kuning pucat. Pada tabung 25% amilum, pada waktu yang lebih cepat telah
terbentuk warna yang lebih pekat dikarenakan hanya sedikit enzim yang dapat
menghidrolis amilum menjadi glukosa sehingga kecepatan reaksi kecil. Hal itu
sesuai literatur bahwa semakin banyak konsentrasi enzim maka kecepatan rekasi
akan bertambah dan kecepatan rekasi akan mempengaruhi degradasi warna.
Katalisis terjadi hanya jika enzim dan substrat membentuk kompleks
sementara. Laju reaksi bergantung pada jumlah benturan yang baik antarmereka,
yang lalu bergantung pada konsentrasinya. Jika substrat cukup tersedia, kelipatan
dua konsentrasi enzim menyebabkan peningkatan laju reaksi dua kali lipat.
Dengan penambahan lebih banyak lagi enzim, laju mulai konstan sebab substrat
menjadi terbatas (Salisbury,1995).
Gradasi warna ini dipengaruhi oleh konsentrasi enzim pada masingmasing tabung reaksi karena kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim
tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat
tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
Hasil percobaan ini juga berkaitan dengan konsentrasi substrat akan menaikkan
kecepatan reaksi akan tetapi pada batas tertentu tidak terjadi kecepatan walaupun
konsentrasi substrat diperbesar. Jika kecepatan rekasi bertambah maka
menunjukkan warna yang semakin pudar (Dwidjoseputro, 1992).

Sumber :
Dwidjoseputro, D., 1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W., 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press,
Bandung.
Anonim. 2012. Kerja-enzim. http://carapedia.com. Diakses pada tanggal 14
Oktober 2014.
Tim Pengajar. 2012. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Jurusan Biologi
FMIPA UNM. Makassar.
Sadikin, Mohamad.

2002. Biokimia

Enzim. Jakarta

Widya

Medika.

Soewoto, Hafiz, dkk. 2000. Biokimia Eksperimen Laboratorium.Jakarta: Widya


Medika.

Anda mungkin juga menyukai