Panas lembab sangat efektif meskipun suhu yang digunakan tidak terlalu
tinggi, karena uap air berkondensasi pada bahan-bahan yang disterilkan,
dilepaskan panas sebnyak 686 kalori per gram uap air pada suhu 121 C. Panas
ini mendenaturasikan atau mengkoagulasikan protein pada organisme hidup dan
mematikannya.
Bakteri memiliki bentuk dan struktur yang berbeda. Bentuk dan struktur
ini yang disebut dengan morfologi bakteri. Setiap bakteri memiliki bentuk yang
berbeda. Ini juga dipengaruhi oleh kondisi tempat hidupnya. Bakteri dapat hidup
di setiap tempat misalnya ; udara, diantara rambut, di sela-sela gigi , didalam
tanah dan sebagainya (Hastuti, 2012).
Pada umumnya ada tiga bentuk bakteri yang berbeda yaitu, bentuk kokus
atau bulat, basil atau silinder (batang), dan spiral atau melengkung melingkar
(Volk & Wheeler, 1988).
1. Kokus bentuknya seperti buah beri kecil.bakteri ini terdapat dalam
beberapa pola atau pengelompokan yang berbeda dan oleh karen itu dapat
dijadikan ciri setiap marga yang berbeda. Beberapa kokus secara khas
hidup sendiri-sendiri, sedangkan yang lainnya dapat dijumpai berpasangn,
kubus atau rantai panjang, bergantung caranya membelah diri dan
berlekatan satu sama yang lain.
Kokus yang membelah dalam tiga bidang tegak lurus satu sama
lain membentuk paket kubus, cara ini dijumpai pada merga
Sarcina.
4. Mikroskop
5. Kaca benda
6. Mangkuk pewarna
7. Kawat penyangga
8. Pipet
9. Pinset
10. Lampu spiritus
11. Botol penyemprot
Bahan
1. 2 medium lempeng NA
2. Aquades steril
3. Biakan murni bakteri umur 1 24 jam
4. Larutan amonium Oksalat Kristal Violet
5. Kertas penghisap
6. Korek api
7. Alkohol 95%
8. Lisol
9. Sabun cuci
10. Larutan Safranin
11. Larutan Iodium
E. Cara Kerja
1.
Menginkubasi ketiga biakan pada medium lempeng tersebut pada suhu 37C
Setelah biakan berumur 2x24 jam, dilakukan pengamatan terhadap koloni bakteri
yang tumbuh pada medium lempeng tersebut
Menghitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh. koloni bakteri ditandai dengan
bentuk seperti lendir, tetesan mentega, tetesan sari buah
Melakukan pengamatan morfologi koloni dari dua macam koloni bakteri yang
meliputi warna koloni, bentuk koloni, tepi koloni, elevasi, kepekatan koloni,
mengkilat atau suram, dan diameter
2.
Memilih dua macam koloni bakteri yang berrasal dari koloni campuran (sama dengan
koloni yang diamati pada pengamatan morfologi koloni bakteri)
Menuliskan nomor koloni yang dipilih pada medium lempeng dan medium miring
yang telah tersedia
secara aseptik menginokulasikan bakteri itu pada medium miring denan arah zig-zag
menggunakan jarum inokulasi dari bagian bawah menuju ke atas (tiap medium hanya
diinokulasikan dengan 1 macam koloni bakteri. jangan sampai jarum inokulasi menusuk
medium
3. Pewarnaan Gram
Menyediakan kaca benda yang bersih, lalu dilewatkan di atas nyala api lampu spiritus
Membuang kelebihan larutan iodium ke dalam mangkuk, lalu dibilas dengan air kran
Membuang sisa alkohol ke dalam mangkuk dan membilas sediaan dengan air kran
Membuang kelebihan larutan safranin ke dalam mangkuk, lalu dibilas dengan air kran
Jika teknik pewarnaan berhasil, maka sel-sel bakteri yang bersifat gram positif
akan berwarna ungu, sedangkan sel-sel bakteri yang bersifat gram negative
akan berwarna merah muda atau merah.
G. Analisis Data
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati morfologi bakteri yang ada di
sekitar kampus. Pengambilan bakteri dilakukan di tempat sampah samping Garaha
Cakrawala. Disediakan 3 cawan petri yang telah berisi medium. Bakteri diambil
pada 3 posisi, yaitu bagian atas (sejajar kepala), tengah (sejajar dada), dan bawah
(tepat di atas tanah) yang dilakukan selama 5 menit. Cara pengambilannya adalah
dengan meletakkan cawan petri pada masing-masing posisi dalam waktu yang
bersamaan. Setelah 5 menit, cawan petri ditutup kembali dan dibawa ke
laboratorium untuk diinkubasi selama 2 x 24 jam.
Pengamatan morfologi bakteri dilakukan dengan mengambil 2 koloni yang
berbeda pada masing-masing cawan petri. Pengamatan pertama dilakukan
pengamatan morfologi bakteri secara langsung dan pewarnaan gram. Pengamatan
kedua dilakukan pengamatan koloni dan pertumbuhan bakteri dalam medium
miring.
Pengamatan pertama, bakteri dari masing-masing cawan petri diamati
bentuk morfologinya yang meliputi warna koloni, bentuk koloni, tepi koloni,
elevasi koloni, diameter koloni, kepekatan koloni, dan jumlah koloni. Pada cawan
petri atas, tengah dan bawah, koloni 1 berwarna putih tulang, bentuk koloni
bundar dengan tepian kerang, tepi koloni berombak, elevasi koloni dilihat dari sisi
samping seperti tombol. Diameter koloni pada cawan petri atas berukuran 0.4 cm,
pada cawan petri tengah berukuran 0.8 cm, sedangkan pada cawan petri bawah
berukuran 0.3 cm. Pada ketiga cawan petri, koloni bakteri bersifat pekat yaitu saat
bakteri diambil dengan jarum oase menunjukkan adanya serat seperti benang.
Jumlah koloni bakteri pada cawan atas sebanyak 16 koloni, pada cawan petri
tengah sebanyak 4, dan pada cawan petri bawah sebanyak 7 koloni.
Koloni 2 pada cawan petri atas, tengah dan bawah, putih transparan,
bentuk koloni bundar dengan tepian timbul, tepi koloni licin, elevasi koloni dilihat
dari sisi samping adalah datar. Diameter koloni pada cawan petri atas berukuran
0.4 cm, pada cawan petri tengah berukuran 0.3 cm, sedangkan pada cawan petri
bawah berukuran 0.1 cm. Pada ketiga cawan petri, koloni bakteri bersifat tidak
pekat yaitu saat bakteri diambil dengan jarum oase tidak menunjukkan adanya
serat seperti benang. Jumlah koloni bakteri pada cawan atas sebanyak 6 koloni,
pada cawan petri tengah sebanyak 10, dan pada cawan petri bawah sebanyak 35
koloni.
Selanjutnya pada 2 koloni tersebut dilakukan pewarnaan gram. Masingmasing koloni diambil dan diletakkan di atas kaca benda. Sebelumnya, kaca benda
disterilisasi dengan lakohol 95% dan dipanaskan sebentar di atas spirtus. Reagen
yang digunakan untuk pewarnaan secara berurutan yaitu Amonium oksalat Kristal
violet, Iodium, Alkohol 95%, safranin. Masing-masing reagen diteteskan pada
kaca benda yang telah berisi bakteri dalam selang waktu yang berbeda.
Selanjutnya diamati di atas mikroskop perubaha warnanya. Pada koloni 1 dan 2,
setelah pewarnaan warna berubah menjadi merah. Perubahan warna merah
tersebut menunjukkan bahwa koloni bakteri 1 dan koloni bakteri 2 merupakan
bakteri gram negative.
Pengamatan kedua yaitu pengamatan bakteri pada medium miring. 3
koloni bakteri pada salah satu cawan petri diinokulasi terlebih dahulu pada
medium miring dan didiamkan selama 2 x 24 jam. 2 koloni merupakan koloni
yang sama pada pengamatan pertama, sedangkan 1 koloni merupakan koloni lain.
Cara inokulasi (penanaman bakteri) adalah dengan mengambil bakteri dari cawan
petri dengan jarum oase dan memindahkannya pada medium miring. Penanaman
bakteri pada bidang miring dilakukan dengan pola zig-zag. Inokulasi dilakukan di
dalam LAF (Laminar Air Flow). Semua peralatan untuk inokulasi harus dalam
keadaan steril yaitu dipanaskan terlebih dahulu.
Setelah 2 hari, bakteri pada medium miring diamati. Tipe pertumbuhan
koloni 1 pada medium miring adalah enchinulate, pertumbuhan koloni 2 pada
medium miring belum bisa ditemukan, sedangkan pertumbuhan koloni 3 bertipe
spreading.
H. Pembahasan
Bakteri dapat diperoleh hampir disetiap tempat, misalnya: di udara, di
antara helaian rambut, disela-sela gigi, di dalam tanah dan sebagainya. Untuk
dalam
satu
koloni
tersebut
adalah
keturunan
(progeny)
satu
mikroorganisme dan karena itu mewakili sebagai biakan murni (Kusnadi, dkk,
2003). Menurut Kusnadi, dkk (2003) penampakan koloni bakteri dalam media
lempeng agar menunjukkan bentuk dan ukuran koloni yang khas, dapat dilihat
dari bentuk keseluruhan penampakan koloni, tepi dan permukaan koloni.
Dalam melakukan pengamatan morfologi koloni harus dengan baik
mengamati sifat-sifat suatu koloni. Yang disebut dengan sifat-sifat suatu koloni
ialah sifat-sifat yang ada sangkutpautnya dengan bentuk, susunan, permukaan,
pengkilatan, dan sebagainya. Pengamatan sifat-sifat ini dapat dilakukan dengan
pandangan biasa tanpa menggunakan mikroskop. Supaya sifat-sifaat tersebut
tampak jelas, bakteri perlu ditumbuhkan pada medium padat (Dwidjoseputro,
2005). Sebagaimana dalam praktikum yang telah dilakukan, praktikan pada
awalnya menangkap bakteri di lingkungan tepatnya di tempat sampah belakang
Gedung Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang, pada ketinggian (posisi)
tempat yang berbeda, dalam tempat yang sama. Setelah itu disimpan dalam
inkubator selama 2x24 jam diamati sifat-sifat suatu koloni yang sama, yang
berhasil ditemukan pada ketiga ketinggian (posisi) tempat yang bebeda.
Pada cawan petri atas, tengah dan bawah, koloni 1 berwarna putih tulang,
bentuk koloni bundar dengan tepian kerang, tepi koloni berombak, elevasi koloni
dilihat dari sisi samping seperti tombol. Dwidjoseputro (2005) menjelaskan
bahwa, besar ke kecilnya koloni dapat hanya serupa suatu titik, adapula yang
sampai menutup permukaan medium dari hasil pengamatan morfologi koloni satu
maka di dapatkan diameter koloni pada cawan petri atas berukuran 0.4 cm, pada
cawan petri tengah berukuran 0.8 cm, sedangkan pada cawan petri bawah
berukuran 0.3 cm. Sehingga, jika dibandingkan diantara ketiganya koloni 1 dapat
tumbuh dengan baik pada cawan petri yang di letakan pada posisi tengah (setinggi
dada) praktikan. Dakurni (2014) menjelaskan, beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan mikroba yang didalamnya termasuk bakteri ialah: (1)
Konsentrasi nutrient, makin banyak bahan nutrisi yang diperlukan makin cepat
pertumbuhan mikroba; (2) pH (keasaman dan kebasaan), beberapa mikroba
mempunyai sifat pH yang berbeda-beda untuk menunjang pertumbuhannya; (3)
konsentrasi air, untuk pertumbuhan mikroba memerlukan konsentrasi yang cukup
dan sangat spesifik; (4) bahan alami, bahan alami tertentu bersifat antimikrobia,
yaitu sifat menghambat pertumbuhan mikrobia, misalnya golongan rempahrempah; (5) suhu, mikrobia mempunyai sifat spesifi terhadap suhu untuk
pertumbuhannya; dan (6) tekanan osmosis, mempengaruhi kestabilan dari dinding
dan membrane sel mikroba.
Dwidjoseputro (2005) menjelaskan, dalam hal bentuk ada koloni bulat,
ada yang memanjang, ada yang tepiannya rata, dan ada tepiannya yang tidak rata,
dalam hal kenaikan permukaan, ada koloni yang rata saja dengan permukaan
medium, ada pula yang timbul, yaitu menjulang tebal di permukaan medium,
dalam hal halus kasarnya permukaan ada koloni yang permukaanya halus, ada
yang permukaannya kasar (tidak rata), dalam hal wajah permukaan ada koloni
yang permukaannya mengkilat, ada yang permukaannya suram, dalam hal warna
kebanyakan koloni bakteri itu berwarna keputihan atau kekuning-kuningan, dan
dalam hal kepekatan ada koloni yang lunak seperti lender, ada yang lunak seperti
mentega, ada yang keras dan kering. Setelah dilakukan pengamatan morfologi
bakteri koloni 1 didapatkan koloni berwarna putih tulang, bentuk koloni bundar
dengan tepian kerang, tepi koloni berombak, elevasi koloni dilihat dari sisi
samping seperti tombol.
Berdasarkan hasil analisis data, pada koloni bakteri yang kedua
menunjukkan ciri-ciri morfologi sebagai berikut, warna koloni putih transparan,
bentuk koloni bundar dengan tepian timbul, tepi koloni licin, elevasi koloni datar,
diameter koloni rata-rata 0,26 cm, dan bersifat tidak pekat karena tidak
menunjukkan adanya serat seperti benang saat koloni bakteri diambil dnegan
jarum oase. Jumlah koloni 2 pada ketiga cawan petri adalah 51 koloni.
Penghitungan jumlah koloni ini menggunkan colony counter. Jumlah koloni 2
bakteri ini sangat banyak jika dibandingkan dengan koloni 1. Hal ini
menunjukkan bahwa pertumbuhan koloni 2 adalah cepat. Menurut Irianto (2006)
proses pertumbuhan yang optimal jika berdasarkan syarat yaitu dengan
tersedianya makanan dan energi yang cukup serta keadaan lingkungan (pH, suhu).
Selain itu juga pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
substrat pertumbuhan yaitu menggunakan medium agar pada prektikum ini, pH,
temperatur, dan bahan kimia (Dwidjoseputro, 1990).
Praktikum selanjutnya adalah pewarnaan gram. Dalam mengidentifikasi
suatu bakteri tidak hanya dengan mengamati morfologi bakteri, tetapi juga bisa
dengan pemeriksaan mikroskopis seperti pewarnaan gram. Gram digunakan
untuk mengetahui morfologi sel bakteri serta untuk membedakan bakteri gram
positif dan gram negatif. Jika suatu bakteri diwarnai dengan teknik pewarnaan
gram menunjukkan hasil pewarnaan merah maka bakteri tersebut adalah bakteri
gram negatif, sedangkan jika diperoleh bakteri
warna merah pada membran sel bakteri (Lay (1994) dalam Fitri dan Yasmin,
2011).
Praktikum yang selanjutnya dilakukan adalah pengamatan kedua yaitu
pengamatan bakteri pada medium miring. Setelah dilakukan sterilisai pada tabung
reaksi yang telah berisi medium miring dan disimpan di dalam kulkas selama,
dilakuakn inokulasi (penanaman bakteri), adalah dengan mengambil bakteri dari
cawan petri dengan jarum oase dan memindahkannya pada medium miring.
Andaikata medium dan alat-alat yang kita pergunakan dalam inokulasi itu tidak
steril, niscayalah kita tidak akan mungkin memperoleh piaraan bakteri yang kita
inginkan, maka langkah-langkah pertama yang harus kita ambil sebelum kita
melakukan inokulasi ialah mengusahakan sterilnya medium serta alat-alat
perlengkapannya. Ujung kawat inokulasi sebaiknya dari platina atau dari nikrom,
sebelum digunakan lebih dahulu ujung kawat dipijarkan, sedangkan sisanya
sampai tangkai cukup dilewatkan pada nyala api saja. Setelah dingin kembali,
ujung kawat itu disentuhkan suatu koloni. Mulut tabung tempat pemeriaaraan itu
dipanasi juga setelah sumbatannya diambil. Setelah pengambilan inoculum (yaitu
sampel bakteri) selesai, mulut tabung dipanasi lagi kemudian disumbat seperti
semula (Dwidjoseputro, 2005).
Penanaman bakteri pada bidang miring dilakukan dengan pola zig-zag
dengan bantuan jarum oase yang dilakukan di dalam LAF (Laminar Air Flow).
Setelah 2 hari, bakteri pada medium miring diamati.
Dwidjoseputro (2005)
menjelaskan, sifat-sifat koloni pada agar-agar miting berkisar pada bentuk dan
tepi koloni. Tipe pertumbuhan koloni 1 pada medium miring adalah enchinulate.
Berdasarkan hasil analisis data tipe pertumbuhan koloni 2 bakteri pada
medium miring belum bisa ditentukan/ditemukan. Dari data pengamatan juga
terlihat bentuk koloni 2 setelah 2 hari diinkubasi menunjukkan bentuk yang tidak
beraturan dan terlihat seperti titik-titik koloni bakteri. Hal ini disebabkan saat
inokulasi bakteri terjadi kesalahan, yaitu saat menanam bakteri dengan pola zigzag tangan praktikan gemetar sehingga menyebabkan pertumbuhan koloni 2 tidak
bisa teramati.
Pengamatan tentang karakteristik morfologi koloni bakteri perlu
dilakukan, agar mempermudah dalam proses identifikasi jenis bakteri. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Lay (1994) dalam Fitri dan Yasmin (2011), bahwa
berdasarkan ciri morfologi koloni bakteri dan biakan murni maka dapat dilakukan
Diskusi
Sarat tersebut harus dipenuhi agar mikroba dapat tumbuh pada medium yang
akan digunakan. Dengan adanya nutrisi yang dibutuhkan dan dengan keadaan
medium yang sesuai dengan lingkungan asilnya, mikroba diharapkan dapat
tumbuh dengan baik.
Faktor nutrisi
Karbon
Karbon merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
bakteri. Karbon tersebut dapat berasal sari karbon dioksida atau
senyawa organik. Karbon dimanfaatkan sebagai penghasil
metabolit organik esensial dan sebagai sumber pertumbuhan.
Bakteri yang berbeda memanaatkan karbon untuk kebutuhan yang
berbeda pula.
Faktor pertumbuhan
Sejumlah bakteri heterorofik tidak dapat tumbuh dari
suplai satu atau lebih faktor pertumbuhan. Hal ini menandakan
bahwa fsktor pertumbuhan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberadaan dan jumlah bakteri di suatu tempat.
Ion anorganik
Sejumlah kecil ion anorganik dibutuhkan oleh bakteri
dalam jumlah yang kecil. Ion organik tersebut tersusun atas
Nitrogen, Sulfur, Fosfor, Kalium, Magnesium, dan Kalisium
Oksigen
Kebutuhan
mekanisme
yang
oksigen
digunakan
pada
bakteri
untuk
mencerminkan
memenuhi
kebutuhan
energinya.
Karbon dioksida
Karbon
dioksida
secara
normal
dihasilkan
oleh
Faktor fisik
Temperatur
Setiap bakteri memiliki temperatur optimal yang dapat
membuat pertumbuhan bakteri semakin cepat. Bakteri memiliki
rentang temperatur yang menyababkan mereka dapat tumbuh.
Kondisi omotik
Konsentrasi larutan yang aktif secara osmotic di dalam sel
bakteri umumnya lebih tinggi dari konsentrasi di luar sel.
Sebagiam besar bakreri yang mengalami kerusakan dinding
selnya akan mengalami kerusakan dinding sel, tidak toleran
terhadap pertumbuhan osmotic dan akan mengembangkan sistem
transport kompleks dan alat pengatur sensor-osmotik dan
memelihara keadaan osmotic konsentrat dalam sel.
Potensial reduksi-oksidasi
Mikroba memiliki derajat sensitifitas tertentu terhadap
potensial
reduksi-oksidasi
dari
medium
pertumbuhannya.
substrat
tersebut
dalam
mengeluarkan
dan
mendapatkan elektron.
Jawab:
Perbedaan reaksi dan hasil pewarnaan pada bakteri gram positif dan
negative terletak pada struktur dan komposisi dinding selnya. Bakteri Gram
Positif mampu mempertahankan zat warna utama dalam pewarnaan Gram
(Kristal Violet) sehingga nampak berwarna ungu saat pengamatan
dikarenakan dinding sel kelompok bakteri ini tersusun oleh sebagian besar
Peptidoglikan yang mampu mengikat zat warna dan tidak rusak saat dicuci
dengan alcohol. Sementara itu, bakteri Gram Negatif memiliki komposisi
dinding sel yang sebagian besar tersusun dari lapisan lipid, sehingga pada saat
pewarnaan kurang dapat mempertahankan zat warna utama terutama saat
dicuci dengan alkohol (lipid rusak saat dicuci dengan alkohol), akibatnya
kelompok bakteri ini memberikan kenampakan warna merah (warna dari zat
warna ke dua yaitu safranin) di akhir kegiatan pewarnaan Gram.
J. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Koloni 1 berwarna putih tulang, bentuk koloni bundar dengan tepian
kerang, tepi koloni berombak, elevasi koloni dilihat dari sisi samping
seperti tombol. Rerata diameter koloninya adalah 05 cm. Koloni bakteri 1
bersifat pekat.
2. Koloni bakteri yang kedua berwarna koloni putih transparan, berbentuk
koloni bundar dengan tepian timbul, memiliki tepi koloni licin, elevasi
koloni datar, diameter koloni rata-rata 0,26 cm, dan bersifat tidak pekat.
Daftar Rujukan
Anitamunia.
2013.
Morfologi
Koloni
Bakteri
(online),
anitamuina.wordpress.com/2013/02/13/morfologi-koloni-bakteri/
Dwidjoseputro. 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit
Djambatan.
Fitri, Lenni dan Yasmin, Yekki. 2011. Isolasi Dan Pengamatan Morfologi Koloni
Bakteri Kitinolitik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi,
3(2): 20-25.
Hadioetomo, Ratna Siri. 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta :
Gramedia
Hastuti, Utami Sri. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: UMMPress.
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2.
Bandung: CV. Yrama Widya.
Kusnadi, dkk. 2003. Common TextBook Mikrobiologi. Bandung: JICA-IMSTEP,
DGHE, dan FPMIPA UPI
Lay, W. B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Pelczar, Michael J. & E.C.S. Chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 1.
Jakarta: UI Press.
Volk, Wesley A & Wheeler, Margaret F. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta:
Erlangga