(LKPP)
LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS SCL
Judul :
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Oleh :
Drs. USMAN SALLEANG
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN
PROGRAM TRANSFORMASI DARI TEACHING KE LEARNING
UNIVERSITAS HASANUDDIN 2008
Judul
Nama Lengkap
NIP
Pangkat / Golongan
: III.d
Jurusan
: UPT MKU
Fakultas / Universitas
: Universitas Hasanuddin
: 1 (Satu) Bulan
Mulai 04 Januari 2008 s.d. 04 Februari 2008
Biaya
Mengetahui :
UPT MKU
Universitas Hasanuddin
Ketua,
Pembuat Modul,
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis
telah selesai menyusun Modul Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan
Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum dalam lingkungan Universitas Hasanuddin.
Dengan berdasarkan pada Keputusan Direktur Jenderal Perguruan Tinggi No.
43/DIKTI/KEP/2006 Tanggal 2 Juni 2006 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama, secara rinci dirumuskan visi, misi dan
kompetensi.
Tujuan Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum adalah untuk menumbuhkan
dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan dan
pengamalan peserta didik tentang agama Islam, diharapkan menjadi manusia muslim yang terus
berkembang tentang keimanannya dan ketaqwaannya kepada Allah SWT serta dapat berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadinya, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pada penyusunan modul ini penulis berusaha untuk menitikberatkan pembelajaran
mahasiswa dengan metode SCL sehingga mahasiswa mampu mengembangkan potensi yang dimiliki
serta memahami dan menguasainya dengan baik tentang Pendidikan Agama Islam untuk
menumbuhkan kreativitas mahasiswa dalam proses pembelajaran, dilengkapi beberapa uji
kompetensi dalam rangka menumbuhkan kreativitas, sikap kritis, dengan diadakan diskusi,
pengamatan observasi dan analisis secara individu dan kelompok setiap selesai pokok bahasan
dilengkapi dengan ujian.
Kami harap modul pembelajaran dengan pendekatan metode SCL/dari learning ke facilitating
mahasiswa mampu mengamalkan Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Akhirul kalam dengan selesainya modul ini dapat memberikan motivasi bagi kita khususnya para
mahasiswa.
Amin.
Makassar,
2008
Penulis,
RINGKASAN
Tafakkaru Pi Halkillah Wala Tafakkaru Pi Dzatihi : berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah
dan janganlah kamu berpikir tentang zat Allah.
Disini kita dilarang berpikir tentang zat Allah karena Allah tidak terukur oleh ruang dan
waktu. Apa yang tergambar dalam khayalan dan ingatan sesungguhnya tambah jauh dari Tuhan,
Laisa Kamislihi Jaiun : Tuhan itu tidak ada serupa sesuatu dengannya. Tuhan itu gaib.
Tapi kita dianjurkan memikirkan dan merenungkan ciptaan-Nya karena dengan memikirkan
dan merenungkan ciptaan-Nya
mengakibatkan lahirnya berbagai macam cabang ilmu pengetahuan yang akan menambah keimanan
dan ketaqwaan kita kepada Allah.
Konsep Basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis manusia, insan selalu
dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu
pengetahuan dan memikul amanah sebagaimana firman Allah Allamal Insana Malam Yalam
Allah mengajarkan apa-apa yang belum diketahui manusia. Manusia sebagai insan dan Al-Nas
bertalian dengan hembusan Ilahi atau ruh Allah jadi manusia sebagai makhluk memiliki keunggulankeunggulan dibanding dengan makhluk lainnya karena manusia sebagai makhluk yang terbaik dan
sangat sempurna penciptaan-Nya diberikan akal pikiran. Diberikan nafsu dan diberikan nikmat
agama. Sebagai makhluk Allah yang diberikan amanah dari Allah harus dipertanggungjawabkan di
hadapan Allah. Manusia ditugaskan sebagai Halifah di bumi dan sebagai Abduh diharuskan taat,
patuh dan tunduk kepada perintah Allah diwujudkan dalam ucapan dan perbuatan Inna Salati
Wanusuki Mamahyaya Wamamati Lillahi Rabbil Alamin.
Berbicara masalah agama tentu berbicara masalah kehidupan manusia. Olehnya itu agama
menjadi suatu kebutuhan hidup manusia yang memiliki fungsi-fungsi seperti mensucikan jiwa dan
membersihkan hati dan memberi pedoman petunjuk kepada manusia dalam menciptakan kebaikan
hidup di dunia dan di akhirat, maka manusia dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan apa, siapa, dari
mana, hendak kemana, dan bagaimana manusia itu seharusnya berperilaku dan menyikapi
kehidupannya yang dijalaninya.
Naluri beragama merupakan hal yang pasti ada pada diri setiap manusia. Naluri ini
merupakan berkaitan dengan perasaan manusia yang membutuhkan kepada Al-Khaliz (Pencipta)
Dzat Yang Maha Kuasa.
Ini menunjukkan bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama karena agama
merupakan kebutuhan hidup manusia itu sendiri, karena agama mensucikan jiwa dan membersihkan
hati dan membentuk sikap patuh dan taat serta menimbulkan sikap dan perasaan mengagungkan
Tuhan. Menurut Al-Maragi, bahwa agama Islam bertujuan :
Mensucikan jiwa dan membebaskan akal dari kepercayaan sinkritisme terhadap kekuatan
ghaib yang dimiliki makhluk dalam menguasai alam agar makhluk atau selainnya tunduk dan patuh
kepadanya.
Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyu yang kini terdapat
dalam Al-Quran yang kini dijelaskan oleh Rasulullah, kini terangkum dalam haditsnya berapa
perbuatan, ucapan dan takrir Rasulullah. Istilah-istilah ini berupa syariah Islam dan fiqhi Islam
dalam bahasa Indonesia, untuk syariah Islam sering dipergunakan hukum Syariah atau hukum saja,
sedangkan fiqhi Islam dipergunakan istilah hukum fiqhi atau kadang-kadang dipergunakan hukum
Islam. Sehingga dalam praktek seringkali kedua istilah itu dirangkum dalam kata hukum Islam. Hal
ini dapat dipahami karena memang keduanya sangat erat hubungannya, dapat dibedakan tapi tidak
dapat dipisahkan.
Ada orang yang memiliki akhlak yang baik adapula yang memiliki akhlak yang jelek. Orang
yang memiliki akhlak yang baik haruslah dinilai sebagai orang yang senantiasa melaksanakan
perintah Allah dan menjauhi larangan Allah SWT.
Kepribadian Islam dibentuk oleh Aqliyah Islamiyah (pola pikir Islam) dan nafsiyah Islamiyah
(sikap jiwa Islam). Artinya seseorang dikatakan memiliki akhlak yang baik jika dalam dirinya
terbentuk Aqliyah dan Nafsiyah yang islami. Setiap informasi diterima apakah itu positif atau
negatif, dia senantiasa menyandarkan kepada aqidah dan pemikiran-pemikiran islami. Dan memiliki
Nafsiyah Islamiyah di saat muncul kecenderungan untuk melakukan suatu perbuatan dalam upaya
untuk memenuhi kebutuhannya, mempertimbangkan dengan landasan aqidah Islam. Tidak begitu
lepas kontrol, atau memakai alat pertimbangan lain berupa ide-ide yang tidak islami.
Seseorang yang berakhlak mulia adalah seseorang yang seluruh prilakunya didasarkan pada
ketentuan Allah dalam Al-Quran dan keteladanan dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
AGAMA ISLAM
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................
ii
MODUL II .............................................................................................................. 10
MODUL III ............................................................................................................. 18
MODUL IV ............................................................................................................. 29
MODUL V .............................................................................................................. 36
MODUL I
KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembahasan aqidah dalam Islam merupakan pembahasan paling penting dan mendasar
dibandingkan dengan perkara lainnya. Hal ini disebabkan kedudukan konsep ketuhanan dalam
Islam itu merupakan asas kaidah berpikir manusia, tolak ukur perbuatan dan patokan bagi
manusia ketika memecahkan problematika kehidupan di dunia yang dihadapinya. Aqidah inilah
yang menentukan cara pandang manusia, cita-cita dan tujuan kehidupannya. Dengan demikian
kedudukan konsep ketuhanan dalam Islam menjadi sangat penting dan sangat menentukan
aqidah menjadi sesuatu yang diyakini kebenarannya tanpa ragu dan sakwasangka tentang adanya
Allah SWT. Diyakini kebenarannya, diperjuangkan keberadaannya, dipertahankan eksistensinya
dan disampaikan keseluruh umat manusia di seluruh planet bumi ini.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata kuliah ini yaitu membuktikan adanya Allah SWT lewat dua
pendekatan yaitu :
-
Dalil Naqliyah
Dalil Aqliyah
Al-Qur'an mengisyaratkan suatu metode menyelidiki tentang kejadian manusia dan alam
semesta, langit dan bumi serta isinya merupakan bukti nyata tentang adanya Allah SWT.
C. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul pertama yang menjadi dasar kita untuk dapat memahami
modul yang kedua sebab modul ini sebagai dasar dan landasan kita untuk menyatakan bahwa
Tuhan itu Esa, segala sesuatu yang ada baik yang nampak dan tidak nyata termasuk proses
penciptaan manusia semuanya berasal dari Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya.
D. Sasaran Pembelajaran Modul
-
Menjelaskan tentang pengertiau apa itu Dalil Aqliyah serta sub-sub kajian dan pemikiranpemikiran yang berhubungan dengan sosial kemanusiaan.
menasehatkan : Pikirkanlah ciptaan Allah dan jangan pikirkan dzat Allah, karena kamu
tidak akan sanggup mengira-ngirakan hakekat yang sebenarnya. (HR. Abu Naim dan Ibnu
Umar).
2. Tauhid Sifat
Tauhid sifat adalah mengitikadkan bahwa tidak ada sesuatupun yang menyamai sifat Allah,
dan hanya Allah saja yang memiliki sifat kesempurnaan (Q.S. Asy-Syura/42:11).
3. Tauhid Wujud
Tauhid wujud adalah mengitikadkan bahwa hanya Allah yang wajib ada. Adanya Allah tidak
membutuhkan kepada yang mengadakan (Q.S. Al-Hadid/57:3).
4. Tauhid Afal
Tauhid Afal adalah mengitikadkan bahwa Allah sendiri yang menciptakan dan memelihara
alam semesta (Q.S. Al-Furqan/25:2 dan Q.S. Al-Muzammil/73:20).
5. Tauhid Ibadah
Tauhid ibadah adalah mengitikadkan bahwa hanya Allah saja yang berhak dipuji dan dipuji.
(Q.S. Al-Fatihah/1:5 dan Q.S. Al-Muminun/23:32).
6. Tauhid Qashdi
Tauhid Qashdi adalah mengitikadkan bahwa hanya kepada Allah-lah segala amal ditujukan,
segala amal dilakukan secara langsung tanpa perantara serta ditujukan hanya untuk
memperoleh keridahaan-Nya semata (Q.S. Al-Anam/6:162).
7. Tauhid Tasyri adalah mengitikadkan bahwa hanya Allah-lah pembuat peraturan (hukum)
yang paling sempurna bagi makhluk-Nya. Allah adalah sumber segala hukum. (Q.S. AnNisa/4:59 dan Q.S. Al-Maidah/5:44 dan 47).
C. Iman dan Taqwa
1. Pengertian Iman dan Taqwa
Kata iman adalah bahasa Arab, berasal dari kata amana artinya aman. Maksudnya
orang yang beriman selalu memiliki perasaan aman karena yakin selalu dilindungi oleh
Allah. Dalam kaitan inilah iman terkait dengan aqidah. Aqidah itu berasal dari bahasa Arab.
aqad artinya ikatan. Maksudnya ikatan hati dengan Allah.
Definisi iman ialah keyakinan penuh dibenarkan oleh hati, diucapkan oleh lidah dan
diwujudkan oleh amal perbuatan.
Taqwa berarti hati-hati, mawas diri dan waspada. Menurut H.A. Salim dalam Dienul
Islam yang dikarang oleh Drs. H. Nasruddin Razak, disebutkan bahwa taqwa lebih tepat
disalin kata ingat dengan makna; awas, hati-hati, yaitu menjaga diri, memelihara
keselamatan diri, yang dapat diusahakan dengan melakukan yang baik dan benar,
mematangkan yang jahat dan salah seperti yang dikehendaki oleh taqwa.
Jadi pengertian taqwa secara umum ialah sikap mental orang-orang mukmin dari
kepatuhannya dalam melaksanakan perintah-perintah Allah SWT serta menjauhi segala
larangan-larangannya atas dasar kecintaan semata.
2. Tanda-Tanda Orang Beriman
Mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang diberikan oleh Allah SWT
(Q.S. Al-Anfal/8:2-3).
D. Peranan Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan
beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.
1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuatan benda
Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah
hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat
mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewadewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan
pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada khurafat, takhyul, jampijampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah surat Al-Fatihah ayat 1-7.
2. Iman menanamkan semangat berani menghadap maut
Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak diantara
manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi resiko.
Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang
beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah dalam Q.S. An-Nisa/4:78.
3. Iman menanamkan sikap self-help dalam kehidupan
Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, arena kepentingan penghidupannya. Kadangkadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip menjual kehormatan dan bermuka
dua, menjilat dan memperbudak diri untuk kepentingan materi. Pegangan orang beriman
dalam hal ini ialah firman Allah dalam Q.S. Hud/11:6.
Orang
yang
beriman
mempunyai
keseimbangan,
hatinya
tenteram
(mutmainnah), dan jiwanya tenang (sakinah), seperti dijelaskan dalam firman Allah surat ArRad/13:28.
5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah).
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu menekankan
kepada kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan dalam firman-Nya
Q.S. An-Nahl/16:97.
6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa
pamrih, kecuali keridhaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang
telah diikrarkan, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman
pada firman Allah dalam Q.S. Al-Anam/6:162.
7. Iman memberi keberuntungan
Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah membimbing
dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang beriman
adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S.
Al-Baqarah/2:5.
8. Iman mencegah penyakit
Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh
manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu karena semau gerak dan perbuatan manusia
mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, seperti makan, minum, berdiri, melihat, dan
berpikir, maupun yang tidak dipengaruhi oleh kemauan, seperti gerak jantung, proses
pencernaan, dan pembuatan darah, tidak lebih dari serangkaian proses atau reaksi kimia yang
terjadi di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang melaksanakan proses biokimia ini bekerja di
bawah perintah hormon. Kerja bermacam-macam hormon diatur oleh hormon yang
diproduksi oleh kelenjar hipofise yang terletak di samping bawah otak. Pengaruh dan
keberhasilan kelenjar hipofise ditentukan oleh gen (pembawa sifat) yang dibawa manusia
semenjak ia masih berbentuk zigot dalam rahim ibu. Dalam hal ini iman mampu mengatur
hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku, dan akhlak manusia.
Jika karena terpengaruh tanggapan, baik indera maupun akal, terjadi perubahan
fisiologis tubuh (keseimbangan terganggu), seperti takut, marah, putus asa, dan lemah, maka
keadaan ini dapat dinormalisir kembali oleh iman. Oleh karena itu, orang-orang yang
dikontrol oleh iman tidak akan mudah terkena penyakit modern, seperti darah tinggi, diabetes
dan kanker.
Sebaliknya, jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan asas
moral dan akhlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak pernah
ingat Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan diikuti oleh kepanikan dan ketakutan.
Hal itu akan menyebabkan tingginya produksi adrenalin dan persenyawaan lainnya.
Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap biologi tubuh serta lapisan
otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon dan kimiawi akan mengakibatkan
terganggunya kelancaran proses metabolisme zat dalam tubuh manusia. Pada waktu itu
timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu
dibayangi oleh kematian.
Demikian pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia bukan hanya
sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, melainkan juga menjadi kekuatan yang
mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup. Apabila suatu masyarakat terdiri dari
orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang aman, tenteram, damai dan
sejahtera.
Kasus
Kadang-kadang kepercayaan seseorang seolah-olah tertutupi dan tidak ternyatakan. Namun
dalam keadaan tertentu ia muncul dengan tiba-tiba. Misalnya, dalam keadaan gembira ria
orang sering melupakan Tuhan, bahkan sebagian orang dengan sombong dan berani
mengatakan : tidak ada Tuhan. Namun dalam keadaan kritis, ketika sedang diancam
bahaya maut atau sedang berlayar di tengah lautan yang dilanda badai topan, orang dengan
khusyu berdoa memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
1. Kasus di atas memungkinkan bahwa pada prinsipnya setiap manusia mengakui adanya
Than. Bagaimana pendapat saudara terhadap pernyataan tersebut?
2. Diskusikan kasus di atas dengan teman anda, dalam hubungan dengan yang menjelaskan
bahwa roh manusia sudah meyakini adanya Tuhan, sebelum manusia dilahirkan di muka
bumi ini.
E. Indikator Pencapaian
-
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dalil Naqli dan dapat membacanya dengan fasih,
benar.
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dalil Aqli setelah menjelaskan sub-sub kajiannya
dan pemikiran yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan.
MODUL II
MANUSIA MENURUT ISLAM
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kajian paling penting dalam mata kuliah ini adalah manusia menurut Islam karena
mania mempunyai kecerdasan spiritual, dan sosial sebab manusia adalah makhluk berdimensi
religius-spiritual artinya manusia merupakan makhluk yang membutuhkan akan agama dan
kepatuhan terhadap Allah SWT.
Manusia berdimensi sosial kemasyarakatan, artinya manusia mempunyai kecenderungan yang
kuat untuk hidup dalam komunitas sosial kemasyarakatan, oleh karena itu manusia yang satu
membutuhkan manusia yang lain dalam memenuhi serba macam kebutuhan.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi kuliah ini meliputi beberapa hal yaitu manusia memiliki tanggung jawab
religius spiritual dan tanggung jawab sosial kemasyarakatan.
C. Kaitan Modul
Modul ini sangat berkaitan dengan modul ketiga karena modul kedua ini akan menjelaskan
tentang kecerdasan spiritual dan sosial kemasyarakatan sedangkan modul berikutnya akan
menjelaskan dalil Al-Qur'an dan Al-Hadist serta ijtihad tentang spiritual keagamaan dan sosial
kemasyarakatan.
D. Sasaran Pembelajaran
-
Menurut pandangan Murtadha Mutahhari, manusia adalah makhluk serba dimensi yang
dapat disimpulkan menjadi empat dimensi, yaitu:
1. Manusia adalah makhluk yang berdimensi biologis reproduksi. Yang dimaksud dengan
dimensi biologis-reproduksi adalah manusia makhluk yang memiliki kebutuhan-kebutuhan
biologis seperti sandang, papan dan pangan serta seks dan memiliki kemampuan
bereproduksi (berkembang biak). Dalam konteks makna inilah manusia dinamai dengan albasyar (QS. al-Mu'minun/23:33 dan QS. Maryam/19:20).
2. Manusia adalah makhluk bendimensi intelektual peradaban. Yaitu manusia membutuhkan
ilmu pengetahuan dan memiliki kemampuan untuk mengetahui. Oleh karena itu manusia
sejak lahir telah diberikan padanya potensi-potensi ilmiah, berupa pendengaran, penglihatan
dan akal budi (QS. as-Sajadah/32:9).
3. Manusia adalah makhluk bendimensi sosial-masyarakat. Artinya manusia memiliki
kecenderungan yang kuat untuk hidup dalam komunitas sosial-masyarakat. Bahkan dapat
dikatakan bahwa manusia tidak akan dapat hidup tanpa sosial masyarakatnya. Oleh karena itu
manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya dalam memenuhi kebutuhankebutuhannya. Sebagai contoh seorang manusia tidak akan dapat memenuhi kebutuhan dan
kemampuan reproduksinya tanpa bantuan seorang manusia lainnya. Dalam konteks ini,
seorang manusia laki-laki membutuhkan seorang manusia perempuan sebagai pasangannya
dalam rangka pemenuhan kebutuhan reproduksinya. Pada kedua dimensi tersebut manusia
dinamai dengan al-insan (QS. al-Hujurat/49:13).
4. manusia adalah makhluk bendimensi religius-spritual. Maksudnya manusia merupakan
makhluk yang membutuhkan akan agama dan kepatuhan terhadap agama. Dalam konteks
inilah manusia dinamai dengan al-ins (QS. Al-A'raf/7:172).
(Murtadha Mutahhari, 1984, 125-135)
B. Martabat Manusia
Manusia sebagai makhluk memiliki keunggulan dan keistimewaan dari makhluk lain.
Keunggulan tersebut karena manusia diciptakan sebagai makhluk yang terbaik dan sempurna
(ahsani taqwiem Q.S. at-Tiin. 4), dengan bentuk tubuh yang elastis dan dinamis, serta diberi
akal, kewajiban, dan tanggung jawab.
Manusia terdiri dari dua unsur pokok, yaitu gumpalan tanah dan hembusan ruh. la adalah
kesatuan dari kedua unsur tersebut yang tidak dapat dipisahkan. Bila terpisah, maka ia bukan lagi
manusia, sebagaimana halnya air, yang merupakan perpaduan antara oksigen dan hidrogen.
Dalam kadar-kadar tertentu bila salah satu di antaranya terpisah, maka ia bukan air lagi.
Manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya yang bersumber dari gumpalan
tanah, harus menurut cara-cara manusia, bukan seperti hewan. Demikian pula dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan rohaniah bukan seperti malaikat Sebab kalau demikian, ia akan menjadi
binatang atau malaikat, yang keduanya akan membawa ia jatuh dari hakikat kemanusiaannya.
Manusia kecuali diberi potensi positif ada juga potensi negatif berupa kelemahankelemahan sebagai manusia. Kelemahan pertama, potensi untuk terjerumus dalam godaan hawa
nafsu dan setan. Kedua, dinyatakan secara tegas oleh al-Qur'an bahwa banyak masalah yang
tidak dapat dijangkau oleh pikiran manusia, khususnya menyangkut din, masa depan, serta
banyak hal menyangkut hakikat manusia.
Al-Qur'an menggambarkan manusia sebagai makhluk pilihan Allah, sebagai khalifahNya di muka bumi, serta sebagai makhluk yang semi-samawi dan semi-duniawi, yang dalam
dirinya ditanamkan sifat mengakui Allah, bebas, terpercaya, rasa tanggung jawab terhadap
dirinya maupun alam semesta; serta karunia keunggulan atas alam semesta, langit, dan bumi.
Manusia dipusakai dengan kecenderungan ke arah kebaikan maupun kejahatan. Kemajuan
manusia dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan, yang kemudian bergerak kea rah
kekuatan, tetapi hal itu tidak akan menghapuskan kegelisahan, kecuali manusia dekat dengan
Allah dan mengingat-Nya. Kapasitas manusia tidak terbatas, baik dalam kemampuan beiajar
maupun dalam menerapkan ilmu. Manusia memiliki suatu keluhuran dan martabat naluriah.
Motivasi atau pendorong manusia, dalam banyak hal, tidak bersifat kebendaan. Manusia dapat
secara leluasa memanfaatkan rahmat dan karunia yang dilimpahkan kepada dirinya, namun pada
saat yang sama, manusia hams menunaikan kewajiban kepada Allah.
makhluk
Allah,
manusia
mendapat
amanat
Allah,
yang
harus
kreativitas dan amaliah yang selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran (Toto Suryana, dkk,
1996:18 - 21).
Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami, bahwa kualrtas kemanusiaan sangat
tergantung pada kualitas komunikasinya dengan Allah melalui ibadah dan kualitas interaksi
sosialnya dengan sesama manusia melalui muamalah. Manusia memiliki derajat yang paling
mulia dari makhluk lainnya, sebab ada lima pokok keutamaan hidup manusia, sebagai berikut :
(1) Diturunkannya Agama (Ad-dien)
Agama menjadi hidayah bagi manusia tentang adanya dua kehidupan, yaitu duniawi dan
ukhrawi. Agama menuntun manusia beriman, beramal shaleh dan hidup taqwa. Agama
menetapkan nilai dan norma universal agar manusia hidup sejahtera, bahagia dan selamat di
dunia dan di akhirat, menjadi al-muflihuun (Q.S.AI-Baqarah/2:1-5).
(2) Memiliki Akal
Akal adalah anugerah Allah SWT yang amat bernilai, faktor pokok dalam aktualisasi ajaran
agama. Akal berfungsi agar hidup beragama lebih berkualitas. Dengan potensi akal, manusia
mengembangkan fungsinya sebagai khalifah di bumi, karena potensi akal, manusia
berkemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS)
kontemporer yang amat spektakuler. Karena IPTEKS itulah dewasa ini terjadi revolusi;
tranportasi, komunikasi dan informasi. Secara faktual kita menikmati ketiga bidang tersebut.
Sebab itu AI-Qur'an mengeritik dan mencela orang yang tidak menggunakan akal dan
pancainderanya, ia diancam dengan neraka sa'ir (Q.S.AI-Mulk/67:10).
(3) Jiwanya
Ruh itu adalah milik Tuhan, dianugerahkan kepada manusia, tetapi tetap menjadi milik-Nya,
suatu saat Tuhan akan mengambilnya kembali. Ruh (jiwa) memiliki potensi yang unik dan
amat luar biasa. Tetapi juga sangat rahasia dimana hanya Allah yang mengetahuinya. Pada
ruh inilah yang merupakan substansi kehidupan manusia. Kewajiban manusia adalah
memeliharanya dan menghormatinya, baik jiwanya sendiri maupun jiwa orang lain.
Syariat Islam melindungi kehormatan dan keberadaan jiwa itu. Bagi orang yang melakukan
pelanggaran diberlakukan sanksi berat. Allah SWT berfirman dalam Q.S. As-Sajadah/32:9,
Q.S. Al-lsra/17:31-33, Q.S. An-Nisa/4:29 dan Q.S AI-Baqarah/2:178-179.
(4) Hartanya
Tentang harta benda pada manusia, Islam mengajarkan dan mengaturnya dengan prinsipprinsip :
a) Islam mengakui adanya hak milik baik individual maupun kooperatif.
b) Allah SWT memerintahkan agar manusia mencari karunia dan rezki Allah dari bagianbagian alam ini secara halal dan baik (thayyib).
c) Pemanfaatan harta, tidak boleh menyengsarakan orang lain, dan juga tidak boleh
digunakan secara mubazir dan berlebih-lebihan (israaf).
d) Menghormati dan melindungi harta benda orang lain. Maka orang yang mengambil dan
merampas milik orang lain secara batil, seperti: mencuri, korupsi, merampok, merampas
itu wajib dipotong.
e) Islam mengatur tentang perlindungan hak milik, pemanfaatan dan distribusinya. Harta
benda harus berfungsi sosial, maka secara hukum ada distribusi yang bernilai
wajib/fardhu dan ada yang bersifat sunnat. Seperti: zakat (mal dan fitrah), sadaqah, infaq,
nafkah, wakaf dan hadiah. Bagi non-muslim, jizyah (pajak). Allah SWT menjelaskannya
dalam Q.S. An-Nisa/4:32 dan Q.S. AI-Baqarah/2:188.
(Dienul Islam, Cet. 20, hal. 252-258)
(5) Keturunannya
Keturunan adalah prinsip Islam yang melekat pada bangunan keluarga. Islam menetapkan
pedoman pemeliharaan keluarga yang disebut "AI-Muhaafadzah 'alal-Usrah.
Substansi
keluarga
adalah
batu
sendi
kehidupan
masyarakat,
kuat
dan
lemahnya
masyarakat atau umat, terletak pada batu sendi primer ini. Dari keluargalah lahir
keturunan. Untuk itu, Islam memberikan tuntunan tentang :
a) Cara memilih jodoh
b) Cara nikah dan tujuan nikah
c) Hubungan suami-istri, tentang kewajiban-kewajiban dan hak-hak masing-masing
d) Sistem pemeliharaan anak dan jaminannya
e) Sistem waris dan harta benda
f) Larangan perbuatan zina dan sanksinya
Allah SWT berfirman dalam Q.S. At-Tahrim/66:6, Q.S. An-Nisa/4:3-4, Q.S. An-Nisa/4:9, Q.S.
Ar-Rum/30:21 dan Q.S. An-Nur/24:2-3.
BAB III. PENUTUP
Setelah mahasiswa mempelajari modul kedua ini diharapkan dapat memiliki kemampuan
menjelaskan kecerdasan spiritual keagamaan dan sosial kemasyarakatan yang telah dipelajari secara
keseluruhan dari sub-sub bab ini tentu dapat menjelaskan dan memahami tanggung jawab sebagai
khalifah di atas bumi dan akan dipertanggungjawabkan di sisi Allah SWT.
MODUL III
SUMBER AJARAN ISLAM
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada modul ketiga ini kita akan membahas tentang ketiga sumber ajaran Islam yaitu :
-
Al-Qur'an
Al-Hadist
Al-Ijtihad
Inilah satu-satunya kajian kita dalam memahami Islam secara keseluruhan baik itu
masalah spiritual keagamaan maupun itu sosial kemasyarakatan. Al-Qur'an mengandung hukumhukum yang merupakan dasar hukum yang wajib dipatuhi karena Al-Qur'an merupakan kalam
Al-Halik.
Al-Hadist merupakan sumber syariat Islam yang kedua setelah Al-Qur'an yang dimana
nilai kebenarannya sama dengan Al-Qur'an sebab hadist/sunnah merupakan penjelasan dari AlQur'an, yang dijelaskan secara global di dalam Al-Qur'an.
Ijtihad merupakan sumber hukum ketiga setelah Al-Qur'an dan Hadist misalnya ada
masalah yang muncul di masyarakat tidak ditemukan dasar hukumnya dalam Al-Qur'an dan
Hadist. Ijtihad sebagai sumber motor penggerak ijma para sahabat, Qiyas.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi ini meliputi tiga hal yaitu :
-
Al-Qur'an
Al-Hadist / Sunnah
Ijtihad
C. Kaitan Modul
Modul yang ketiga ini sangat erat kaitannya dengan modul keempat karena modul ini
akan membahas tentang agama Islam sedangkan pembahasan ketiga ini adalah sumber segala
sumber pemahaman dalam agama Islam.
D. Sasaran Pembelajaran Modul
Setelah mahasiswa mengkaji secara mendalam ketiga sumber hukum Islam ini para
mahasiswa mampu memahami bahwa Al-Qur'an sebagai mujizat dari Allah SWT mampu
memahami hal-hal yang diperintahkan dan hal yang dilarang serta hukum-hukum lainnya dan
dapat diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
BAB II. PEMBAHASAN
A. Al-Qur'an
Sumber ajaran Islam adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
s.a.w. Wahyu Allah itu diturunkan dalam bahasa Arab dan secara autentik terhimpun dalam
mushaf AI-Qur'an.
Kata Al-qur"an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca. Dalam ini terkandung
makna bahwa wahyu Allah yang diturunkan secara lisan ini membuka kemungkinan untuk
ditulis dan dikumpulkan sehingga menjadi kitab yang dapat dibaca manusia. AI-Qur'an adalah
kitab suci yang demikian masyhur telah dikemukakan berbagai Ulama Tafsir, diantaranya :
(1) Dr. Dawud AI-Aththar (1979), menyebutkan bahwa AI-Qur'an adalah wahyu Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad secara lafadz (lisan) maka serta gaya bahasa (usulan)nya yang termaktub dalam mushaf yang dinukil darinya secara mutawatir.
(2) Tim penerjemah/penafsir AI-Qur'an :
"Kalam Allah s.w.t. yang merupakan mu'jizat yang diturunkan (diwahyukan kepada Nabi
Muhammad s.a.w. dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta
membacanya adalah ibadah.
(Al-Qur'an dan terjemahannya; hal. 15, th. 1971)
Al-Qur'an sebagai sumber aqidah, norma dan nilai, mengandung pokok-pokok ajaran
sebagai berikut:
1) Pokok-pokok keyakinan atau iman kepada Allah, malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul
dan hari kiamat. Dari pokok-pokok yang terkandung dalam AI-Qur'an ini lahirlah ilmu tauhid
(Theology Islam).
2) Pokok-pokok peraturan hukum, yaitu garis-garis besar aturan tentang hubungan dengan
Allah, antara manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam yang melahirkan
syari'at, hukum dan ilmu fikhi.
3) Pokok-pokok dan aturan tingkah laku atau nilai-nilai dalam etika tingkah laku.
4) Petunjuk dasar tentang tanda-tanda alam yang menunjukkan eksistensi dan kebesaran Tuhan
sebagai pencipta. Petunjuk dasar ini merupakan isyarat-isyarat ilmiah yang melahirkan ilmu
pengetahuan.
5) Kisah-kisah para nabi dan umat terdahulu.
6) Informasi tentang alam ghaib seperti adanya jin, kiamat, surga dan neraka.
Secara umum Al-Qur'an membawa dua fungsi utama yaitu sebagai mukjizat dan
pedoman dasar ajaran Islam. Mukjizat menurut bahasa berarti melemahkan, sedangkan menurut
kamus bahasa Indonesia mukjizat artinya kejadian (peristiwa) ajaib yang sukar dijangkau oleh
kemampuan akal manusia. AI-Qur'an sebagai mukjizat menjadi bukti kebenaran Muhammad
selaku utusan Allah yang membawa misi universal, risalah akhir dan syari'ah yang sempurna
bagi manusia. Untuk itu Allah menurunkan dengan bahasa kandungan makna, hukum dan
pengetahuan yang terkandung di dalamnya unsur-unsur mukjizat menjadi dalil atau argumentasi
yang mampu melemahkan segala argumen dan mematahkan segala dalil yang dibuat manusia
untuk mengingkari kebenaran Rasulullah saw. Dalam kaitan ini Allah berfirman dalam Q.S. AIBaqarah/2:23 yang artinya :
"Dan jika kamu tetap dalam keraguan tentang AI-Qur'an yang Kami wahyukan kepada
hamba Kami (Muhammad), buatiah satu surat saja yang semisal Al-Qur'an itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.'
Tantangan tersebut berlaku sejak diturunkannya dahulu, sekarang hingga masa yang akan
datang. Allah sendiri memberikan garansi bahwa siapapun bahkan sekiranya manusia dan jin
berserikat membuat AI-Qur'an, niscaya mereka tidak akan mampu membuatnya.(Q.S. Allsra'/17:78). Kemukjizatan Al-Qur'an meliputi beberapa aspek :
a. Bahasa Al-Qur'an
Keistimewaan bahasa Al-Qur'an terletak pada gaya pengungkapannya antara lain
kelembutan dalam jalinan huruf dan kata dengan lainnya. Susunan huruf-huruf kata-kata AIQur'an terajut secara teratur sehingga menjelma menjadi ayat-ayat yang indah untuk dibaca
dan diucapkan. Keindahan bahasa Al-Qur'an ini menjadikannya mukjizat sehingga apabila
ada kata-kata manusia yang disisipkan kedalamnya, maka akan rusaklah keindahannya.
Karena itu upaya-upaya untuk memalsukan ayat-ayat Al-Qur'an tidak pernah berhasil.
Keistimewaan lainnya dari bahasa adalah adanya keserasian bahasa Al-Qur'an dengan akal
dan perasaan manusia. Al-Qur'an menggabungkan kebenaran dan keindahan sehingga
menyentuh akal dan hati manusia sekaligus. (Q.S. Fush Shilat/41:39).
Selain itu pengubahan kata yang dinamis menjadi bukti lain dari keistimewaan bahasa
AI-Qur'an. Misalnya gaya AI-Qur'an dalam menyajikan perintah dan larangan. Firman Allah:
(Q.S.
An-Nisa/4:58,
Q.S.
Al-Baqarah/2:183,
Q.S.
Ali
lmran/3:97,
Q.S.
AI-
datang kecuali dan Tuhan semesta alam. Itulah sejarah tua yang membuktikan kebenaran AlQur'an sebagai wahyu Allah.
c. Isyarat tentang ilmu pengetahuan
Isyarat tentang ilmu pengetahuan Al-Qur'an bercerita mengenai hukum-hukum dalam
ala mini (sunnatullah) diterangkan berbagai persoalan biologi, farmasi, astronomi dan
geografis. Misalnya tentang kejadian alam, Q.S. Al-Anbiya721:30. Fungsi matahari sebagai
pelita dan bulan cahaya, Q.S. An-Nur/71:15-16. Bintang yang menembus, Q.S. AthThariq/86:1-3. Fungsi gunung sebagai pasak bagi keseimbangan bumi, Q.S. An-Naba778:67. Fungsi sperma dalam kaitan kemungkinan jenis kelamin, Q.S. An-Najm/53:45-46.
Segala sesuatu di alam ini merupakan refleksi dan manifestasi dan adanya Allah
dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Karena itu, manusia tidak akan habis-habisnya
mengagumi dan mengambil pelajaran dan ibarat yang bermanfaat daripadanya (Q.S. AlMulk:3-4 dan Q.S. Ar-Rum:22). Isyarat demi isyarat yang ditunjukkan Al-Qur'an mengenai
sains telah terbukti shahih, mendapat konfirmasi peneliti ilmu pengetahuan modern.
d. Konsistensi ajaran selama proses penurunan yang panjang Al-Qur'an diturunkan secara
bertahap selama kurun waktu 23 tahun. Rentang waktu itu bukanlah waktu yang pendek. Ini
menjadi bukti tersendiri akan kebenaran Muhammad selaku Rasulullah. Sekiranya Al-Qur'an
merupakan pokok pikiran Nabi, maka norma-norma dan nilai-nilai yang terkandung di dalam
Al-Qur'an pastilah saling bertentangan. Demikianlah konsistensi doktrin Al-Qur'an selama
proses penurunannya menjadi dalil yang meneguhkan keberadaan Muhammad selaku
Rasulullah dan kebenaran risalah yang dibawanya. Dalam kaitan ini Allah berfirman dalam
Q.S. An-Nisa'/4:82.
e. Nabi Muhammad s.a.w. yang Ummi
Muhammad s.a.w. adalah seorang dari umumnya masyarakat dikala itu yang ummi,
yaitu tidak pandai membaca dan menulis. Tetapi beliau dikenal oleh masyarakat luas,
lantaran pribadinya yang mulia sehingga menjadi daya tank yang amat luar biasa. Beliau
amat populer karena kejujurannya, dan pada posisi lain juga populer dari segi keummiannya.
Amat menakjubkan karena kemukjizatan beliau menjadi personifikasi Al-Qur'an (Q.S. AIAnkabut/29:48).
B. As-Sunnah
Sunnah adalah sumber Islam yang kedua, dipakai sebagai dalil hukum. Apabila suatu
hukum ditetapkan berdasarkan sunnah, maksudnya adalah dasar ketetapan hukum tersebut ialah
keterangan dari Nabi Muhammad s.a.w., berupa ucapan (sunnah qaulyah), perbuatan (sunnah
fi'liyah), dan keizinannya (sunnah taqririyah).
Sunnah sebagai sumber Islam dan dalil hukum sesudah AI-Qur'an, ditetapkan sendiri oleh
AI-Qur'an (Q.S. An-Nisa'/4:59, Q.S. AI-Hasyr/59:7). Nabi Muhammad sebagai rasul diberi tugas
untuk membacakan dan mengajarkan wahyu kepada manusia serta memberi contoh
penerapannya. Posisi as-Sunnah dalam Syariat Islam, dilihat dari hierarki sumber hukum Islam,
as-Sunnah menempati urutan kedua setelah AI-Qur'an. Dilihat dari segi periwayatannya, AlQur'an bersifat qath'il wurud, sementara As-Sunnah bersifat zhanni al-wurud.
Sunnah terbagi dua, yaitu Sunnah Tasyri' dan Ghairu Tasyri1. Semua informasi yang
menyangkut Rasulullah itu, baik ucapan, perbuatan maupun ketetapannya dikelompokkan
ke dalam beberapa bagian :
& Bersifat al-hajah al-basyariyah (kebutuhan yang bersifat kemanusiaan) seperti makan dan
minum.
& Mencerminkan tradisi pribadi dan masyarakat, seperti urusan pertanian dan pengobatan.
& Pengaturan urusan tertentu seperti bertempur dan berperang.
Tiga persoalan di atas bukan tasyri1 (ghairu tasyri) dan tidak juga menjadi sumber tasyri'.
Karena itu, perilaku nabi dan kebijakan beliau dalam hal-hal di atas tidak termasuk kategori
sunnah yang mempunyai fungsi hukum dan tidak mengikat kaum muslimin secara umum.
& Bersifat Tasyri', membentuk hukum. Ketentuan yang bersifat tasyri' meliputi tiga hal, yaitu:
1. Merupakan pengejawantahan dari misi kerasulan, seperti penjabaran AI-Qur'an yang,
meliputi lafadz mujmah (yang perlu perincian), pengkhususan pada lafadz'am (umum),
pengikat lafadz mutlak (yang bermakna lepas), dan penjelasan aspek ibadah yang
meliputi perkara-perkara yang halal dan haram, aqidah dan akhlak. Jenis ini merupakan
tasyri' yang universal.
2. Aturan yang berkaitan dengan Imamah (kepemimpinan) dan tadbir (pengurusan) yang
bersifat umum untuk kepentingan jamaah, seperti pengutusan pasukan perang, penetapan
arah penggunaan distribusi harta dan baitul-mal, dan ganimah (rampasan perang), serta
pembuatan akad perdamaian. Ini tenmasuk tasyri' yang bersifat khusus.
3. Keputusan-keputusan rasul dalam kedudukan beliau sebagai hakim atas kasus yang
terjadi pada saat itu. Jenis inipun termasuk tasyri' yang tidak umum.
Kedudukan As-Sunnah terhadap Al-Qur'an pada garis besarnya terbagi tiga :
a. As-Sunnah sebagai penguat Al-Qur'an, yaitu sunnah berfungsi sebagai penganut
pesan-pesan atau peraturan yang tersirat dalam ayat-ayat Al-Qur'an, misalnya Al-Qur'an
menyebutkan suatu kewajiban dan larangan, lalu rasul dalam Sunnahnya menguatkan
kewajiban dan larangan tersebut. Dalam menguatkan pesan-pesan Al-Qur'an, As-Sunnah
berperan antara lain :
1) Menegaskan kedudukan hukum, seperti penyebutan hukum wajib.
2) Menerangkan posisi kewajiban atau larangan dalam syariat.
3) Menjelaskan sanksi hukum bagi pelanggarnya.
b. As-Sunnah sebagai penjelasan Al-Qur'an, yaitu As-Sunnah memberikan penjelasan
terhadap maksud ayat Al-Qur'an antara lain :
1) Menjelaskan makna-makna yang rumit dari ayat-ayat AI-Qur'an, misalnya firman
Allah dalam Q.S. Al-Baqarah/2:238, As-Sunnah menjelaskan bahwa yang dimaksud
shalat wusta adalah shalat Ashar.
2) Mengikat makna-makna yang bersifat lepas (taqyid al-mutlaqa) dari ayat-ayat AlQur'an, misalnya: Q.S. AI-Maidah/5:38. Pengertian tahan (yad) bersifat lepas
(mutlak). Untuk itu As-Sunnah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tangan itu
adalah pergelangan tangan.
3) Mengkhususkan ketetapan-ketetapan AI-Qur'an secara umum (takhsish al'am),
misalnya : Q.S. Al-Baqarah /2:275. Jual beli dalam ayat di atas bersifat umum
kemudian As-Sunnah mengkhususkan :
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : "Rasulullah saw melarang jual beli dengan lempar
batu dan jual beli yang tidak tentu." (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
4) Menjelaskan ruang lingkup masalah yang terkandung dalam nas-nas Al-Qur'an. Q.S.
Ali-Imran/3.97.
Ayat tersebut tidak menjelaskan berapa kali kewajiban haji dikerjakan. "Kewajiban
haji itu hanya sekali. Barang siapa yang menambah maka tambahan itu termasuk satu
kewajiban."
(HR. Abu Dawud, Ahmad dan Hakim dari Ibnu Abbas)
5) Menjelaskan mekanisme dari hukum-hukum yang ditetapkan AI-Qur'an. Misalnya
tentang tata cara shalat, haji dan puasa yang dijelaskan rasul tentang pelaksanaannya.
c. As-Sunnah sebagai pembuat hukum, yaitu sunnah menetapkan hukum-hukum yang
belum
ditetapkan oleh
Al-Qur'an
menyebutkan
haram. (Q.S. AI-Maidah/5:3). Kemudian As-Sunnah datang dengan ketetapan yang baru,
menambah jumlah barang yang dilarang dimakan sebagai berikut:
Dari Ibnu Abbas, ia berkata : "Rasulullah melarang (memakan) setiap binatang buas yang
bertaring dan burung yang berkaki menyambar." (HR. Muslim dari Ibnu Abbas).
C. Ijtihad
Ijtihad adalah aktivitas penelitian ilmiah karena itu bersifat relative. Realitas ijtihad ini
menjadikannya sumber nilai yang bersifat dinamis. Pintu ijtihad selalu terbuka, termasuk
membuka kembali fiqh-fiqh produk Ijtihad lama. Yusuf Qardawi menyatakan bahwa terdapat
dua agenda besar ijtihad yang dituntut oleh peradaban modem ini, yakni ijtihad di bidang
hubungan keuangan dan ekonomi, serta bidang ilmu pengetahuan dan kedokteran. Ijma' ulama
(consensus), mengatakan bahwa ijtihad tidak boleh memasuki dimensi ibadah mahdhah seperti
shalat.
Dasar Ijtihad adalah AI-Qur'an, dimana manusia diperintahkan menggunakan akal,
pikiran dan panca indera. Sebagian ulama menunjuk pada Q.S. Al-Maidah/5:48 : "Untuk tiap
orang dari kaum, Kami telah ciptakan suatu syari'at dan satu jalan terbuka." Jalan terbuka
(minhajan) dipahami sebagai jalan terbuka bagi intelektual muslim.
Metode ijtihad yang dinilai valid antara lain :
a. Qiyas (reasoning by analogi), yaitu menerapkan hukum perbuatan lain yang memiliki
kesamaan. Misalnya AI-Qur'an melarang jual beli ketika Jum'at (Q.S. Al-Jumu'ah/62:9) dan
hukum perbuatan selain dagang juga terlarang, karena sama-sama mengganggu shalat Jum'at.
b. Masalihul Mursalah, yaitu menetapkan hukum berdasarkan tinjauan kegunaan sesuai dengan
tujuan syariat. Perbedaannya dengan istihsan adalah jika istihsan menggunakan konsiderasi
hukum-hukum universal dari Al-Qur'an dan As-Sunnah atau menggunakan dalil-dalil umum
dari kedua sumber tersebut, sedangkan masalihul mursalan menitik beratkan kepada
pemanfaatan perbuatan dan kaitannya dengan tujuan universal syari'at Islam.
D. Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat
Fungsi hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya cukup banyak, namun
dalam pembahasan ini hanya akan dikemukakan fungsi utamanya saja, yaitu: (a) fungsi ibadah.
Fungsi paling utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada Allah SWT; (b) fungsi amar
ma'ruf nahi munkar, (c) fungsi zawajir; (d) fungsi tanzim wa islah al-ummah. Fungsi hukum
Islam selanjutnya adalah sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin dan memperlancar
proses interaksi sosial, sehingga terwujudlah masyarakat yang harmonis, aman, dan sejahtera
(Ibrahim Hosen, 1996: 90).
E. Kontribusi Umat Islam dalam Perumusan dan Penegakan Hukum
Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum pada akhir-akhir ini
semakin nampak jelas dengan diundangkannya beberapa peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan hukum Islam, misalnya :
& Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan;
& Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang perkawafan tanah milik;
& UU Republik Indonesia No. 7 Tahun 1991 tentang kompilasi peradilan agama;
& Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang kompilasi hukum Islam;
& UU Republik Indonesia No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat; dan
& UU Republik Indonesia Tahun 1999 tentang penyelenggaraan zakat.
Namun upaya yang harus dilakukan untuk menegakkan hukum Islam dalam praktik
bermasyarakat dan bernegara memang harus melalui proses, yaitu proses cultural dan dakwah.
Apabila hukum Islam sudah bermasyarakat, maka sebagai konsekuensinya hukum harus
ditegakkan. Di dalam Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, kebebasan
mengeluarkan pendapat ini diperlukan untuk mengembangkan pemikiran hukum Islam yang
betul-betul teruji, baik dari segi pemahaman maupun dalam segi pengembangannya. Dalam
ajaran Islam ditetapkan bahwa umat Islam mempunyai kewajiban untuk menaati hukum yang
ditetapkan Allah. Masalahnya kemudian, bagaimanakah sesuatu yang wajib menurut hukum
Islam menjadi wajib pula menurut peraturan perundang-undangan. Hal ini jelas diperlukan
proses dan waktu untuk merealisasikannya.
BAB III. PENUTUP
Al-Qur'an disini berfungsi sebagai sumber hukum yang pertama dan utama, menunjukkan
kepada kita bahwa Al-Qur'an itu datang dari Allah dan ia merupakan mukjizat yang mampu
menundukkan manusia.
Kedudukan Sunnah terhadap Al-Qur'an pada garis besarnya berfungsi sebagai : penguat AlQur'an misalnya Al-Qur'an menyebutkan suatu kewajiban dan larangan lalu datang Rasulullah s.a.w.
menguatkan perintah dan larangan tersebut. Juga berfungsi untuk menjelaskan misalnya dalam AlQur'an disebut perintah shalat, datang Hadist menjelaskan tentang perintah shalat. Rasulullah s.a.w.
mengatakan Sallu kama raaitumuni usalli.
Sedangkan ijtihad penemuan-penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak
ditemukan dasar hukumnya dalam Al-Qur'an dan Sunnah maka datang ijtihad sebagai motor
penggerak ajaran Islam. Setelah mahasiswa telah mengkaji semua sumber hukum Islam ini maka
mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikannya dalam hidup dan kehidupannya.
MODUL IV
AGAMA ISLAM
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada modul sebelumnya kita sudah menjelaskan seluruhnya sumber ajaran Islam. Pada modul ini
kita akan menjelaskan apa itu agama Islam. Berbicara masalah agama tidak terlepas dari
kebutuhan kita sebagai hamba dari Allah yaitu kita senantiasa menyerahkan diri secara bulatbulat terhadap kemauan dan kehendak Allah SWT.
Ini menunjukkan bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama karena Allah telah
menciptakannya demikian. Sehingga agama merupakan kebutuhan hidup manusia itu sendiri.
Manusia ingin mengetahui siapa atau apa yang maha suci dan ketika itulah dia menemukan
Tuhan dan ketika itulah dia berusaha berhubungan dengan Tuhan sehingga dia berusaha
membersihkan hatinya, menyucikan jiwanya. Dia berusaha membentuk sikap patuh dan taat serta
menimbulkan sikap dan perasaan mengagungkan Tuhan. Inti ajaran agama Islam adalah
Tauhid dan seluruh ajarannya mencerminkan ketauhidan tidak menserikatkan Allah, tidak
menyembah selain dari Allah.
B. Ruang Lingkup
Pembahasan modul keempat ini mencakup keseluruhan aspek. Aspek keyakinan yang
disebut aqidah artinya keyakinan semata-mata hanya kepada Allah. Aspek norma atau hukum
yang disebut syariat yaitu aturan-aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah,
hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan makhluk lainnya atau aspek
perilaku atau akhlak dinamakan insan. Jadi aqidah yang mantap dapat terlihat dari sikap dan
perilaku seseorang.
C. Kaitan Modul
Materi yang akan diuraikan pada modul ini berhubungan erat dengan modul yang ketiga,
karena modul yang ketiga ini menjelaskan tentang sumber ajaran Islam sedangkan pada modul
yang keempat ini lebih jauh menjelaskan tentang aqidah dan syariat Islam.
D. Sasaran Pembelajaran Modul
Setelah membahas modul ini diharapkan pada mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan tentang aqidah dan syariat sekaligus dapat diaplikasikan dalam hidup dan
kehidupannya.
BAB II. PEMBAHASAN
Membentuk sikap patuh dan taat serta menimbulkan sikap dan perasaan mengagungkan
Tuhan.
Memberi pedoman kepada manusia dalam menciptakan kebaikan hidup di dunia secara
mantap dengan cara mempererat hubungan dengan Tuhan sebagai pencipta.
(Lihat Mahmud Syaltut, Mintaujihat al-lslam, h. 22-23)
Mensucikan jiwa dan membebaskan akal dari kepercayaan sinkritisme terhadap kekuatan
ghaib yang dimiliki makhluk dalam menguasai alam agar makhluk atau selainnya tunduk
dan patuh kepadanya.
Memperbaiki sikap bathin (qalb) atas dasar tujuan yang baik, agar dalam melakukan
semua perbuatan dilandasi dengan niat yang ikhlas untuk Allah dan untuk manusia. (AIMaraghi, jld I, h. 118)
Kata Islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat, dan patuh.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama yang mengandung
& Islam menghargai dan menghormati semua manusia sebagai hamba Allah, baik mereka
muslim maupun non-muslim.
& Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan proporsional.
& Islam menghormati kondisi spestiik individu manusia dan memberikan perlakuan yang
spesifik pula.
B. Kerangka Dasar Agama Islam
Kerangka dasar ajaran Islam yang dibawah oleh Nabi Muhammad s.a.w. bersifat
multidimensional, universal, abadi dan fithri. Dikatakan multi dimensional karena ajarannya
mencakup dimensi-dimensi yang menyangkut hubungan manusia dengan khaliqnya (hablu
minallah) dan hubungan manusia dengan dirinya, dengan sesamanya, maupun dengan makhluk
lainnya (hablu minannas) (Q.S*. Ali-lmran/3:112). Ajaran Islam ditujukan bagi kepentingan
pemeliharaan tatanan kehidupan manusia dan alam semesta secara menyeluruh (universal), yang
tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dinilai sebagai ajaran yang abadi, karena dalam agama
Islam terancang konsep ajaran yang mencakup penataan kehidupan di dunia yang sejahtera dan
kehidupan di akhirat (selepas kehidupan dunia) yang bahagia. Konsep ajarannya dikatakan fithri,
karena sesuai dengan fithrah manusia yang terancang secara serasi bagi kepentingan
pemeliharaan, peningkatan dan pengembangan kebutuhan fithrah manusia, baik sebagai makhluk
individu maupun sebagai makhluk sosial. Pada sisi inilah keutamaan dan kelebihan risalah yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad s.a.w. Hal ini ditunjang oleh kerangka dasar atau pokokpokok ajaran Islam, yaitu:
& Aspek keyakinan yang disebut dengan aqidah, yaitu aspek credial atau keimanan terhadap
Allah dan semua yang difirmankan-Nya dan disabdakan oleh rasul-Nya untuk diyakini.
Aqidah Islam ini telah dirumuskan dalam bentuk rukun iman. Penafsiran terhadap aqidah
melahirkan literatur keislaman yang dikenal dengan istilah ilmu kalam atau theologi Islam
dengan berbagai macam aliran pemikiran.
& Aspek norma atau hukum yang disebut syari'ah, yaitu aturan-aturan Allah yang mengatur
hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan alam semesta. Penafsiran terhadap
syariah Islam melahirkan literature keislaman yang disebut dengan fikhi Islam dengan
berbagai macam mazhab.
& Aspek perilaku yang disebut dengan akhlaq atau ihsan, yaitu sikap-sikap atau perilaku baik
yang nampak maupun tidak nampak dari pelaksanaan aqidah dan syari'ah. Penafsiran
terhadap akhlak melahirkan literature keislaman yang disebut dengan ilmu tasawauf dengan
berbagai macam aliran (tarekat).
Ketiga aspek tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan dipisahkan satu dengan lainnya
tetapi menyatu membentuk kepribadian yang utuh pada diri setiap manusia muslim. Aqidah
digambarkan sebagai akar yang menunjang kokoh dan tegaknya batang di atas muka bumi,
syari'ah diumpamakan sebagai batang yang berdiri kokoh diatas akar yang menancap ke bumi,
sedangkan akhlaq dimisalkan dengan buah yang dihasilkan dari proses yang berlangsung pada
akar dan batang. Keutuhan dan kesatuan ketiga aspek inilah yang diperintahkan oleh Allah
kepada umat Islam, ketika mereka mengikrarkan dirinya untuk memeluk agama Islam (Q.S. AIBaqarah/2:208).
Aqidah (keimanan) yang benar, akan melahirkan sikap kepatuhan pada ajaran dan normanorma yang telah digariskan dalam hukum (syari'ah), dan pelaksanaan norma dan hukum
tersebut yang didasari oleh aqidah yang benar, akan melahirkan perilaku zhahiriyah dan
bathiniyah yang sesuai dengan kaedah dan norma moralitas (akhlak).
BAB III. PENUTUP
Naluri beragama merupakan hal pasti ada pada diri setiap manusia. Naluri ini merupakan
berkaitan dengan perasaan manusia yang membutuhkan kepada Al-Khaliq. Adapun perwujudan
naluri beragama ini adanya perasaan pensucian diri membersihkan jiwa untuk bertemu dengan Dzat
Yang Maha Kuasa. Jadi dapat dipahami bahwa manusia sebenarnya beragama semenjak manusia
diciptakan Allah. Dalam penciptaan manusia, Allah SWT memberikan kekuatan rohaniyah yang
mengarahkan manusia kepada nilai-nilai kebenaran dan kemuliaan serta kepada ketuhanan.
Setelah mengikuti pelajaran Agama Islam secara keseluruhan diharapkan mahasiswa sudah
dapat menjelaskan keseluruhan persoalan-persoalan yang menyangkut masalah aqidah dan syariah.
MODUL V
batangnya adalah agama, tangkainya adalah syariat, daunnya adalah amal ibadah, buahnya
akhlak.
D. Sasaran Pembelajaran Modul
-
Diharapkan mahasiswa setelah mempelajari pembahasan modul ini dapat merubah sikap dan
perilaku mahasiswa dalam pergaulan sehari-hari.
Dengan demikian etika adalah penyelidikan filsafat tentang bidang yang mengenai
kewajiban-kewajiban manusia serta tentang yang baik dan buruk. Bidang itulah yang disebut
moral (Etika Umum, 1985:13).
Pengertian etika dan moral menurut istilah :
& Menurut Austan Fagothey dalam bukunya Right and Reason, Ethics in Theory and
Practice. Ethics is the practical normative science of the rightness and wrongness of
human conduct as known by natural reason. Etika adalah ilmu pengetahuan normatif
yang praktis mengenai kelakuan benar dan tidak benar manusia yang dimengerti oleh
akal murni.
& Menurut Ensiklopedi Umum :
Morality is right living virtue, conformity to generally accepted standard of conduct.
Moral adalah kehidupan yang benar dan baik, pengesahan dan penerimaan secara umum
tentang ukuran dasar tingkah laku.
Dari ketiga istilah di atas (akhlak, moral dan etika) memiliki persamaan yaitu membicarakan
persoalan baik dan buruk dalam kehidupan manusia. Perbedaannya antara lain :
Sumber akhlak adalah Al-Qur'an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika adalah
adat istiadat dan filsafat.
B. Karakteristik Akhlak
& Akhlak adalah salah satu kerangka dasar Islam yang termuat dalam kitab suci Al-Qur'an.
& Akhlak bersifat universal dan absolut. Bahwa nilai-nilai baik dan buruk daripada suatu
perbuatan yang termuat dalam Al-Qur'an dan Sunnah berlaku bagi seluruh manusia, kapan
dan dimanapun serta kebenarannya bersifat absolut.
& Akhlak menuntut bagi pelakunya untuk senantiasa ikhlas melaksanakan hak-hak yang harus
diberikan kepada yang berhak. Melakukan kewajiban terhadap sesama manusia yang menjadi
hak manusia lainnya, melakukan kewajiban terhadap alam dan lingkungannya.
& Dalam ilmu etika Kebaikan Tertinggi yang istilah latinnya disebut Summum Bonum (AlKhair Kully) merupakan tujuan akhir dari semua manusia. Kebaikan tertinggi itu adalah
semuanya ingin baik dan bahagia (Q.S. Al-Baqarah/2:148). Kebaikan yang berhubungan
dengan tujuan ini dapat dibedakan dengan kebaikan sebagai tujuan akhir (Summum Bonum)
dan kebaikan sebagai cara atau sarana untuk sampai kepada tujuan akhir tersebut.
Di dalam akhlak, antara baik sebagai tujuan sementara harus sejalan dengan baik sebagai
tujuan akhir. Artinya cara satu garis mencapai tujuan-tujuan itu berada dalam satu garis lurus
yaitu berdasarkan satu norma. Disamping baik juga harus benar.
C. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak
Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah dengan cara menyucikan hati
(tashfiat al-qalbi). Hati yang suci bukan hanya biasa dekat dengan Tuhan melainkan dapat juga
melihat Tuhan (al-marifah). Dalam tasawuf disebutkan bahwa Tuhan Yang Maha Suci tidak
dapat didekati kecuali oleh hati yang suci. Menurut ZUn Nun al-Misri, ada tiga macam
pengetahuan tentang Tuhan, yaitu :
1. Pengetahuan awam : Tuhan satu dengan perantara ucapan syahadat
2. Pengetahuan ulama : Tuhan satu menurut logika akal
3. Pengetahuan kaum sufi : Tuhan satu dengan perantara hati sanubari.
Pengetahuan yang disebut pertama dan kedua menurut Harun Nasution, belum
merupakan pengetahuan hakiki tentang Tuhan. Keduanya masih disebut Ilmu Pengetahuan dalam
arti ketigalah yang merupakan pengetahuan hakiki tentang Tuhan (marifah). Telah dijelaskan
bahwa akhlak adalah gambaran hati (al-qalb) yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan. Jika
hatinya bersih dan suci maka yang akan keluar adalah perbuatan-perbuatan yang baik (akhlak almahmudah) dan sebaliknya jika hatinya kotor dengan dosa-dosa dan sifat-sifat yang buruk maka
yang akan muncul dalam perilakunya adalah akhlak yang buruk (akhlak al-mazmumah).
Kalau ilmu akhlak menjelaskan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk juga
bagaimana mengubah akhlak buruk agar menjadi baik secara zahiriah yakni dengan cara-cara
yang nampak seperti keilmuan, keteladanan, pembiasaan, dan lain-lain maka ilmu tasawuf
menerangkan bagaimana cara mensucikan hati (tashfiat al-qalb), agar setelah hatinya suci yang
muncul dari perilakunya adala akhlak al-karimah. Perbaikan akhlak menurut ilmu tasawuf, harus
berasal dari penyucian hati. Persoalan yang mengemuka kemudian adalah bagaimana cara
mensucikan hati dalam tasawuf? Metode tasfiat al-qalb, dalam pendapat para sufi adalah dengan
menjauhi larangan Tuhan (ijtinab al-manhiyyah), melaksanakan kewajiban-kewajiban Tuhan
(adaa al-wajibat), melakukan hal-hal yang disunatkan (al-naafilaat), dan al-riyadhah. Riyadhah
artinya latihan spiritual sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah s.a.w. sebab yang mengotori
hati manusia adalah kemaksiatan-kemaksiatan yang diperbuat akibat lengah dari bujukan nafsu
dan godaan Syaitan. Kata para sufi, keadaan hati itu ada tiga macam. Pertama, hati yang mati
yaitu hatinya orang kafir, kedua, hati yang hidup yaitu hatinya orang yang beriman. Ketiga, hati
yang kadang-kadang hidup dan kadang-kadang mati, itulah hatinya orang fasik dan munafik .
yang harus diperjuangkan adalah bagaimana agar hati kita istiqamah dalam kehidupan ini.
D. Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan
Kedudukan akhlak dalam agama Islam adalah identik dengan pelaksanaan agama Islam
itu sendiri dalam segala bidang kehidupan. Maka pelaksanaan akhlak yang mulia adalah
melaksanakan kewajiban-kewajiban dan menjauhi segala larangan-larangan dari agama, baik
yang berhubungan dengan Allah maupun yang berhubungan dengan makhluk-Nya, dirinya
sendiri, orang lain dan lingkungannya dengan sebaik-baiknya, seakan-akan melihat Allah dan
apabila tidak bisa melihat Allah maka harus yakin bahwa Allah selalu melihatnya sehingga
perbuatan itu benar-benar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Akhlak yang perlu diaktualisasikan dalam kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Akhlak kepada Allah SWT meliputi :
a. Mentauhidkan Allah SWT (Q.S. Al-Ikhlas/112:1-4)
b. Beribadah kepada Allah SWT (Q.S. Adz-Dzaariyat/51:56)
c. Berdzikir kepada Allah SWT (Q.S. Ar-Rad/13:28)
d. Tawakkal kepada Allah SWT (Q.S. Hud/111:123)
2. Akhlak terhadap manusia :
a. Akhlak terhadap diri sendiri, meliputi :
pandangan manusia. Misalnya adanya pandangan bahwa kejujuran, kesopanan, tolong menolong dan
bersikap ramah itu baik dalam pandangan manusia. Sementara berbohong, membunuh dan bersikap
kasar itu adalah pekerjaan buruk dalam pandangan manusia. Jadi ada hal yang dibolehkan syara
misalnya berbohong. Seseorang muslim diperkenankan Rasulullah s.a.w. dalam satu hadistnya untuk
berbohong dalam rangka mendamaikan suami istri yang sedang bersengketa.
Rasulullah sa.w. juga memperkenankan takabur (sombong) kepada orang yang sombong.
Dalam Al-Qur'an Allah SWT menegaskan ciri-ciri orang beriman yaitu bersikap keras dan tegas
terhadap orang-orang kafir (Q.S. Al-Fath:29).
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama. 2004. Materi Instruksional
Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta.
Djatmika, H. Rahmat. 1985. Sistem Ethika Islami (akhlak mulia). Pustaka Islam : Surabaya.
Djazuli, Acep. 2000. Fiqih Siyasah. Sunan Gunung Jati Pers : Bandung.
Kelompok
Kompetensi
No
Kompetensi
lainnya
Elemen Kompetensi
A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kompetensi
Utama
Kompetensi
Pendukung
Rumusan Kompetensi
Elemen Kompetensi
a. Landasan kepribadian
b. Penguasaan ilmu pengetahuan di bidang agama Islam
c. Kemampuan mengaplikasikan tentang Rukun Iman dan Rukun Islam.
d. Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat dalam melaksanakan kaidah-kaidah hukum
Islam.
Kompetensi Utama
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Rancangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Minggu
Ke
Materi
Pembelajaran
1 s/d 2
Konsep
ketuhanan dalam
Islam
Kompetensi Akhir
Sesi Pembelajaran
Menggunakan 2
cara untuk
membuktikan
Bentuk
Pembelajaran
(Metode SCL)
Kuliah + kerja
kelompok + prestasi
(Cooperative
Indikator
Kompetensi Dasar
Penilaian
Tingkat
kemampuan
menggunakan 2
Bobot
Nilai
15%
3 s/d 4
5 s/d 6
9 s/d 10
1. Pembuktian
wujud Allah
sebagai
konsekuensi
Manusia menurut
Islam
2. Pemahaman
penciptaan dan
asal usul
manusia
Sumber ajaran
Islam
3. Pemahaman
ayat Al-Qur'an,
Hadist, Ijtihad
sebagai sumber
hukum Islam
Agama Islam
4. Pemahaman
tentang
pentingnya
menganut
agama
Akhlak, moral
dan etika
5. Pengalaman
secara perilaku
Hukum HAM
dan demokrasi
dalam Islam
6. Perbedaan
prinsip hukum
HAM dalam
pandangan
Islam
Learning)
Menemui-kenali
(mengidentifikasi)
atau menyebutkan
paling sedikit 5
makhluk gaib dan 5
makhluk syahadan
Menjelakan AlQur'an, Al-Hadist
atau hasil Ijtihad
kalau ada yang
muncul dalam
masyarakat
Kuliah + tugas
pustaka
(Cooperative
Learning)
Kuliah + tugas
pustaka
(Collaborative
Learning)
Tingkat
kemampuan
menjelaskan AlQur'an atau Hadist
sebagai sumber
hukum Islam
15%
Menyusun secara
sistematis
pembagian agama
Kuliah + kerja
kelompok + prestasi
(Collaborative
Learning)
Tingkat
kemampuan
menyebutkan
pembagian agama
15%
Menerapkan cara
mengamalkan
akhlak yang terpuji,
etika dan moral
dalam rangka
menghadapi
perkembangan dan
kemajuan ilmu
pengetahuan
Kuliah interaktif +
kerja individu +
prestasi
(Cooperative
Learning)
Tingkat
kemampuan
menerapkan dalam
kehidupan seharihari. Akhlak yang
mulia, etika dan
moral agama
15%
Mengamalkan
hukum Islam dan
dibedakan dengan
hukum barat
Kuliah + kerja
kelompok + prestasi
(Collaborative
Learning)
Tingkat
kemampuan
menerapkan hukum
Islam
10%
15%
Tingkat
kemampuan
melaksanakan
demokrasi dalam
Islam sesuai
petunjuk Al-Qur'an
dan sunnah
Mengamalkan
demokrasi dan
Islam dalam bentuk
syura ijma dan
ijtihad
11 s/d 12
13
14
Islam dalam
pluralitas
7. Ukhuwah
Islamiyah
insaniyah dan
ukhuwah
wataniyah
Masyarakat
madani
8. Karakteristik
masyarakat
madani
Kebudayaan
Islam
9. Masjid sebagai
pusat peradaban
Islam
Menjelaskan pesan
ukhuwah Islamiyah,
ukhuwah insaniyah,
dan ukhuwah
wataniyah dalam
memperkokoh
persatuan bangsa
Mengamalkan sifatsifat masyarakat
madani yang sangat
menjunjung tinggi
nilai-nilai
kemanusiaan
Menjelaskan cara
Rasulullah
Kuliah + kerja
kelompok
(Collaborative
Learning)
Kuliah interaktif +
diskusi + kelompok
Kuliah + tugas
kajian pustaka
(Cooperative
Learning)
Tingkat
kemampuan
persaudaraan
Islamiyah kita dapat
kuat dan disegani
bangsa-bangsa lain
di dunia.
Tingkat
kemampuan
melestarikan nilai
masyarakat madani
Tingkat
kemampuan
mengembangkan
budaya Islam sesuai
petunjuk Allah
5%
5%
5%
KONTRAK PEMBELAJARAN
:
:
:
:
:
:
II.
III.
Tujuan Pembelajaran
1. Mampu menunjukkan contoh-contoh makhluk gaib dan makhluk syuhada
serta keutamaan hidup manusia sebagai khalifah di bumi.
2. Mampu melihat pembagian agama serta fungsi-fungsi agama dan
karakteristik agama wahyu dan agama ardhi.
3. Mampu memahami Al-Qur'an dan Hadist sebagai sumber hukum Islam,
Al-Qur'an sebagai mukjizat terbesar bagi Muhammad SAW.
IV.
Strategi Pembelajaran
Mata kuliah ini menggunakan metode kuliah interaktif yang dipandu dengan
metode cooperative, collaborative learning pada topik yang menuntut
keterampilan bekerja secara tim seperti pada penyelesaian tugas kajian
pustaka sedang yang bersifat kerja individu digunakan metode kombinasi
interaktif PBL atau studi kasus.
V.
ii
VI.
Tugas
1. Buku bacaan materi kuliah telah dibaca oleh mahasiswa sebelum
mengikuti perkuliahan.
2. Mahasiswa diwajibkan menyelesaikan tugas yang diberikan dan distor
sesuai dengan waktu yang disepakati.
VII.
Kriteria Penilaian
Kriteria yang dinilai pada kuliah ini :
1. Kejelasan memaparkan tentang pembuktian adanya Allah SWT melalui
dalil naqly dan dalil aqly (15%).
2. Kejelasan memaparkan tentang pentingnya menganut agama dan kejelasan
pemahaman tentang proses kejadian manusia (15%).
3. Kejelasan memaparkan tentang Al-Qur'an Hadist/Sunnah dan ijtihad para
ulama (15%).
4. Kejelasan memaparkan tentang pembagian agama dan pentingnya
menganut agama (15%).
5. Kejelasan memaparkan tentang apa itu akhlak, moral dan etika (15%).
6. Kejelasan memaparkan perbedaan prinsip hukum HAM dalam pandangan
Islam (10%).
7. Kejelasan memaparkan tentang Ukhuwah Islamiyah Insaniah dan
Ukhuwah Wataniyah (5%).
8. Kejelasan memaparkan tentang karakteristik masyarakat madani (5%).
9. Kejelasan menguraikan bahwa mesjid sebagai pusat peradaban Islam
(5%).
Penentuan nilai akhir (A, B, C, D, dan E) berdasarkan PAP
A 85 100
B 75 84
C 65 74
D 55 64
E 10 54
iii
IX.
Jadwal Pembelajaran
Minggu
Topik Bahasan
Metode SCL
Dosen
Kontrak Pembelajaran
SM
SM
NN
SM
Agama Islam
SM
SM
HS
HS
Masyarakat Madani
HS
10
Kebudayaan Islam
NN
11
Uji Kompetensi
Team
iv
LEMBAR KONSULTAN
Nama Coach
Nama Coachy
No.
Tanggal
Rekomendasi/Catatan
TTD. Coach
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Makassar,
2008
Mengetahui,
Konsultan Coaching Clinic SCL
(_______________________________)
NIP.