Anda di halaman 1dari 57

LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

(LKPP)
LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS SCL

Judul :
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Oleh :
Drs. USMAN SALLEANG

Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin


sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan
Nomor : 469/H4.23/PM.05/2008 Tanggal 04 Januari 2008

JURUSAN UPT MKU


UNIVERSITAS HASANUDDIN
FEBRUARI 2008

LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN


Lantai Dasar Gedung Perpustakaan Universitas Hasanuddin

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN
PROGRAM TRANSFORMASI DARI TEACHING KE LEARNING
UNIVERSITAS HASANUDDIN 2008

Judul

: Pendidikan Agama Islam

Nama Lengkap

: Drs. Usman Salleang

NIP

: 131 909 772

Pangkat / Golongan

: III.d

Jurusan

: UPT MKU

Fakultas / Universitas

: Universitas Hasanuddin

Jangka Waktu Kegiatan

: 1 (Satu) Bulan
Mulai 04 Januari 2008 s.d. 04 Februari 2008

Biaya

: Rp. 4.000.000,- (Empat Juta Rupiah)


Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin sesuai dengan surat
Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Nomor : 469/H4.23/PM.05/2008,
tanggal 04 Januari 2008.
Makassar, 04 Februari 2008

Mengetahui :
UPT MKU
Universitas Hasanuddin
Ketua,

Pembuat Modul,

Prof. DR. Hanafi Usman, MS.


NIP. 131 690 166

Drs. Usman Salleang


NIP. 131 909 772

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis
telah selesai menyusun Modul Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan
Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum dalam lingkungan Universitas Hasanuddin.
Dengan berdasarkan pada Keputusan Direktur Jenderal Perguruan Tinggi No.
43/DIKTI/KEP/2006 Tanggal 2 Juni 2006 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama, secara rinci dirumuskan visi, misi dan
kompetensi.
Tujuan Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum adalah untuk menumbuhkan
dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan dan
pengamalan peserta didik tentang agama Islam, diharapkan menjadi manusia muslim yang terus
berkembang tentang keimanannya dan ketaqwaannya kepada Allah SWT serta dapat berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadinya, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pada penyusunan modul ini penulis berusaha untuk menitikberatkan pembelajaran
mahasiswa dengan metode SCL sehingga mahasiswa mampu mengembangkan potensi yang dimiliki
serta memahami dan menguasainya dengan baik tentang Pendidikan Agama Islam untuk
menumbuhkan kreativitas mahasiswa dalam proses pembelajaran, dilengkapi beberapa uji
kompetensi dalam rangka menumbuhkan kreativitas, sikap kritis, dengan diadakan diskusi,
pengamatan observasi dan analisis secara individu dan kelompok setiap selesai pokok bahasan
dilengkapi dengan ujian.
Kami harap modul pembelajaran dengan pendekatan metode SCL/dari learning ke facilitating
mahasiswa mampu mengamalkan Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Akhirul kalam dengan selesainya modul ini dapat memberikan motivasi bagi kita khususnya para
mahasiswa.
Amin.
Makassar,
2008
Penulis,

(Drs. USMAN SALLEANG)

RINGKASAN

Tafakkaru Pi Halkillah Wala Tafakkaru Pi Dzatihi : berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah
dan janganlah kamu berpikir tentang zat Allah.
Disini kita dilarang berpikir tentang zat Allah karena Allah tidak terukur oleh ruang dan
waktu. Apa yang tergambar dalam khayalan dan ingatan sesungguhnya tambah jauh dari Tuhan,
Laisa Kamislihi Jaiun : Tuhan itu tidak ada serupa sesuatu dengannya. Tuhan itu gaib.
Tapi kita dianjurkan memikirkan dan merenungkan ciptaan-Nya karena dengan memikirkan
dan merenungkan ciptaan-Nya

tambah yakin bahwa ada yang menciptakan semua itu, yang

mengakibatkan lahirnya berbagai macam cabang ilmu pengetahuan yang akan menambah keimanan
dan ketaqwaan kita kepada Allah.
Konsep Basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis manusia, insan selalu
dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu
pengetahuan dan memikul amanah sebagaimana firman Allah Allamal Insana Malam Yalam
Allah mengajarkan apa-apa yang belum diketahui manusia. Manusia sebagai insan dan Al-Nas
bertalian dengan hembusan Ilahi atau ruh Allah jadi manusia sebagai makhluk memiliki keunggulankeunggulan dibanding dengan makhluk lainnya karena manusia sebagai makhluk yang terbaik dan
sangat sempurna penciptaan-Nya diberikan akal pikiran. Diberikan nafsu dan diberikan nikmat
agama. Sebagai makhluk Allah yang diberikan amanah dari Allah harus dipertanggungjawabkan di
hadapan Allah. Manusia ditugaskan sebagai Halifah di bumi dan sebagai Abduh diharuskan taat,
patuh dan tunduk kepada perintah Allah diwujudkan dalam ucapan dan perbuatan Inna Salati
Wanusuki Mamahyaya Wamamati Lillahi Rabbil Alamin.
Berbicara masalah agama tentu berbicara masalah kehidupan manusia. Olehnya itu agama
menjadi suatu kebutuhan hidup manusia yang memiliki fungsi-fungsi seperti mensucikan jiwa dan
membersihkan hati dan memberi pedoman petunjuk kepada manusia dalam menciptakan kebaikan
hidup di dunia dan di akhirat, maka manusia dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan apa, siapa, dari
mana, hendak kemana, dan bagaimana manusia itu seharusnya berperilaku dan menyikapi
kehidupannya yang dijalaninya.
Naluri beragama merupakan hal yang pasti ada pada diri setiap manusia. Naluri ini
merupakan berkaitan dengan perasaan manusia yang membutuhkan kepada Al-Khaliz (Pencipta)
Dzat Yang Maha Kuasa.

Ini menunjukkan bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama karena agama
merupakan kebutuhan hidup manusia itu sendiri, karena agama mensucikan jiwa dan membersihkan
hati dan membentuk sikap patuh dan taat serta menimbulkan sikap dan perasaan mengagungkan
Tuhan. Menurut Al-Maragi, bahwa agama Islam bertujuan :
Mensucikan jiwa dan membebaskan akal dari kepercayaan sinkritisme terhadap kekuatan
ghaib yang dimiliki makhluk dalam menguasai alam agar makhluk atau selainnya tunduk dan patuh
kepadanya.
Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyu yang kini terdapat
dalam Al-Quran yang kini dijelaskan oleh Rasulullah, kini terangkum dalam haditsnya berapa
perbuatan, ucapan dan takrir Rasulullah. Istilah-istilah ini berupa syariah Islam dan fiqhi Islam
dalam bahasa Indonesia, untuk syariah Islam sering dipergunakan hukum Syariah atau hukum saja,
sedangkan fiqhi Islam dipergunakan istilah hukum fiqhi atau kadang-kadang dipergunakan hukum
Islam. Sehingga dalam praktek seringkali kedua istilah itu dirangkum dalam kata hukum Islam. Hal
ini dapat dipahami karena memang keduanya sangat erat hubungannya, dapat dibedakan tapi tidak
dapat dipisahkan.
Ada orang yang memiliki akhlak yang baik adapula yang memiliki akhlak yang jelek. Orang
yang memiliki akhlak yang baik haruslah dinilai sebagai orang yang senantiasa melaksanakan
perintah Allah dan menjauhi larangan Allah SWT.
Kepribadian Islam dibentuk oleh Aqliyah Islamiyah (pola pikir Islam) dan nafsiyah Islamiyah
(sikap jiwa Islam). Artinya seseorang dikatakan memiliki akhlak yang baik jika dalam dirinya
terbentuk Aqliyah dan Nafsiyah yang islami. Setiap informasi diterima apakah itu positif atau
negatif, dia senantiasa menyandarkan kepada aqidah dan pemikiran-pemikiran islami. Dan memiliki
Nafsiyah Islamiyah di saat muncul kecenderungan untuk melakukan suatu perbuatan dalam upaya
untuk memenuhi kebutuhannya, mempertimbangkan dengan landasan aqidah Islam. Tidak begitu
lepas kontrol, atau memakai alat pertimbangan lain berupa ide-ide yang tidak islami.
Seseorang yang berakhlak mulia adalah seseorang yang seluruh prilakunya didasarkan pada
ketentuan Allah dalam Al-Quran dan keteladanan dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

PETA KEDUDUKAN MODUL

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

MANUSIA MENURUT ISLAM

SUMBER AJARAN ISLAM

AGAMA ISLAM

AKHLAK, MORAL DAN ETIKA

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................

ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii


RINGKASAN ......................................................................................................... iv
PETA KEDUDUKAN MODUL ............................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii
MODUL I ................................................................................................................

MODUL II .............................................................................................................. 10
MODUL III ............................................................................................................. 18
MODUL IV ............................................................................................................. 29
MODUL V .............................................................................................................. 36

LAMPIRAN : RANCANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS SCL


Mata Kuliah :

MODUL I
KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembahasan aqidah dalam Islam merupakan pembahasan paling penting dan mendasar
dibandingkan dengan perkara lainnya. Hal ini disebabkan kedudukan konsep ketuhanan dalam
Islam itu merupakan asas kaidah berpikir manusia, tolak ukur perbuatan dan patokan bagi
manusia ketika memecahkan problematika kehidupan di dunia yang dihadapinya. Aqidah inilah
yang menentukan cara pandang manusia, cita-cita dan tujuan kehidupannya. Dengan demikian
kedudukan konsep ketuhanan dalam Islam menjadi sangat penting dan sangat menentukan
aqidah menjadi sesuatu yang diyakini kebenarannya tanpa ragu dan sakwasangka tentang adanya
Allah SWT. Diyakini kebenarannya, diperjuangkan keberadaannya, dipertahankan eksistensinya
dan disampaikan keseluruh umat manusia di seluruh planet bumi ini.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata kuliah ini yaitu membuktikan adanya Allah SWT lewat dua
pendekatan yaitu :
-

Dalil Naqliyah

Dalil Aqliyah
Al-Qur'an mengisyaratkan suatu metode menyelidiki tentang kejadian manusia dan alam

semesta, langit dan bumi serta isinya merupakan bukti nyata tentang adanya Allah SWT.
C. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul pertama yang menjadi dasar kita untuk dapat memahami
modul yang kedua sebab modul ini sebagai dasar dan landasan kita untuk menyatakan bahwa
Tuhan itu Esa, segala sesuatu yang ada baik yang nampak dan tidak nyata termasuk proses
penciptaan manusia semuanya berasal dari Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya.
D. Sasaran Pembelajaran Modul
-

Menjelaskan tentang pengertian dalil Maqliyah

Menjelaskan tentang pengertiau apa itu Dalil Aqliyah serta sub-sub kajian dan pemikiranpemikiran yang berhubungan dengan sosial kemanusiaan.

BAB II. PEMBAHASAN


A. Pembuktian Wujud Allah
Untuk membuktikan adanya Allah, Al-Qur'an mengisyaratkan suatu metode yaitu
menyelidiki tentang kejadian manusia dan alam semesta langit dan bumi serta isinya merupakan
bukti yang nyata tentang adanya Allah SWT. Untuk membuktikan wujud Allah, Ibnu Rusyd
menggunakan dua cara :
1. dalil inayah (the proof of providence), yaitu mengarahkan manusia untuk mengamati alam
semesta sebagai ciptaan Allah yang mempunyai tujuan/manfaat bagi manusia.
(Q.S. Luqman/31:20, Q.S. An-Naba/78:6-16, Q.S. Ali Imran/3:190-191).
2. dalil ikhtiar, yaitu mengarahkan manusia untuk mengamati makhluk yang beraneka ragam
yang penuh keserasian atau keharmonisan khususnya alam hayat.

(Q.S. Al-Ghasyiyah/88:17-22, Q.S. Al-Hajj/22:73).


Bukti lain tentang adanya Allah berdasarkan teori kefilsafatan antara lain :
a. dalil cosmological, yang sering dikemukakan berhubungan dengan ide tentang sebab
(causality). Plato dalam bukunya Timeaus mengatakan bahwa tiap-tiap benda yang terjadi
mesti ada yang menjadikan. Dalam dunia kita tiap-tiap kejadian didahului oleh sebab-sebab
dalam benda-benda yang terbatas (finite) rangkaian sebab adalah terus menerus, akan tetapi
dalam logika rangkaian yang terus menerus itu mustahil.
b. Dalil moral, argument ini sering dihubungkan dengan nama Immanuel Kant. Menurut Kant,
manusia mempunyai perasaan moral yang tertanam dalam hati sanubarinya. Orang merasa
bahwa ia mempunyai kewajiban untuk menjauhi perbuatan yang buruk dan melaksanakan
perbuatan yang baik. Manusia melakukan hal itu hanya semata-mata karena perintah yang
timbul dari dalam lubuk hati nuraninya. Perintah ini bersifat universal dan absolut. Dorongan
seperti ini tidak diperoleh dari pengalaman, akan tetapi manusia lahir dengan perasaan itu.
B. Tuhan Yang Maha Esa
Keyakinan kepada Allah Yang Maha Esa (Tauhid) merupakan titik pusat keimanan,
karena itu setiap aktivitas seorang muslim senantiasa dipertautkan secara vertikal kepada Allah
SWT. Pekerjaan seorang muslim yang dilandasi keimanan dan dimulai dengan niat karena alat,
akan mempunyai nilai ibadah di sisi-Nya. Sebaliknya pekerjaan yang tidak diniatkan karena
Allah tidak mempunyai nilai apa-apa (Q.S. Al-Bayyinah/98:5). Hadist Rasulullah s.a.w. bersabda
: Bahwasanya segala perbuatan tergantung pada niatnya dan bahwasanya tiap-tiap orang
adalah apa yang ia niatkan.. (H.R. Bukhari dan Muslim).
Islam mengajarkan bahwa iman kepada Allah SWT harus bersih dan nurani, menutup
setiap celah yang memungkinkan masuknya syirik. (Q.S. Al-Ikhlas, 112: 1-4 dan Q.S. An-Nisa,
4:48).
Tauhid adalah mengitikadkan bahwa Allah itu Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Tauhid
mencakup tujuh macam sikap, yaitu :
1. Tauhid Dzat
Tauhid Dzat artinya mengitikadkan bahwa Dzat Allah itu Esa, tidak berbilang. Zat Allah itu
hanya dimiliki oleh Allah saja, yang selain-Nya tidak ada yang memilikinya. Rasulullah

menasehatkan : Pikirkanlah ciptaan Allah dan jangan pikirkan dzat Allah, karena kamu
tidak akan sanggup mengira-ngirakan hakekat yang sebenarnya. (HR. Abu Naim dan Ibnu
Umar).
2. Tauhid Sifat
Tauhid sifat adalah mengitikadkan bahwa tidak ada sesuatupun yang menyamai sifat Allah,
dan hanya Allah saja yang memiliki sifat kesempurnaan (Q.S. Asy-Syura/42:11).
3. Tauhid Wujud
Tauhid wujud adalah mengitikadkan bahwa hanya Allah yang wajib ada. Adanya Allah tidak
membutuhkan kepada yang mengadakan (Q.S. Al-Hadid/57:3).
4. Tauhid Afal
Tauhid Afal adalah mengitikadkan bahwa Allah sendiri yang menciptakan dan memelihara
alam semesta (Q.S. Al-Furqan/25:2 dan Q.S. Al-Muzammil/73:20).
5. Tauhid Ibadah
Tauhid ibadah adalah mengitikadkan bahwa hanya Allah saja yang berhak dipuji dan dipuji.
(Q.S. Al-Fatihah/1:5 dan Q.S. Al-Muminun/23:32).
6. Tauhid Qashdi
Tauhid Qashdi adalah mengitikadkan bahwa hanya kepada Allah-lah segala amal ditujukan,
segala amal dilakukan secara langsung tanpa perantara serta ditujukan hanya untuk
memperoleh keridahaan-Nya semata (Q.S. Al-Anam/6:162).
7. Tauhid Tasyri adalah mengitikadkan bahwa hanya Allah-lah pembuat peraturan (hukum)
yang paling sempurna bagi makhluk-Nya. Allah adalah sumber segala hukum. (Q.S. AnNisa/4:59 dan Q.S. Al-Maidah/5:44 dan 47).
C. Iman dan Taqwa
1. Pengertian Iman dan Taqwa
Kata iman adalah bahasa Arab, berasal dari kata amana artinya aman. Maksudnya
orang yang beriman selalu memiliki perasaan aman karena yakin selalu dilindungi oleh

Allah. Dalam kaitan inilah iman terkait dengan aqidah. Aqidah itu berasal dari bahasa Arab.
aqad artinya ikatan. Maksudnya ikatan hati dengan Allah.
Definisi iman ialah keyakinan penuh dibenarkan oleh hati, diucapkan oleh lidah dan
diwujudkan oleh amal perbuatan.
Taqwa berarti hati-hati, mawas diri dan waspada. Menurut H.A. Salim dalam Dienul
Islam yang dikarang oleh Drs. H. Nasruddin Razak, disebutkan bahwa taqwa lebih tepat
disalin kata ingat dengan makna; awas, hati-hati, yaitu menjaga diri, memelihara
keselamatan diri, yang dapat diusahakan dengan melakukan yang baik dan benar,
mematangkan yang jahat dan salah seperti yang dikehendaki oleh taqwa.
Jadi pengertian taqwa secara umum ialah sikap mental orang-orang mukmin dari
kepatuhannya dalam melaksanakan perintah-perintah Allah SWT serta menjauhi segala
larangan-larangannya atas dasar kecintaan semata.
2. Tanda-Tanda Orang Beriman

Senantiasa hatinya bergetar apabila membaca, mendengar ayat-ayat suci Al-Qur'an.

Mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang diberikan oleh Allah SWT
(Q.S. Al-Anfal/8:2-3).

Taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (Q.S. Al-Anfal/8:24).

Beramal dan berdakwah dengan penuh kesabaran (Q.S. Al-Ashr/103:3).

3. Tanda-Tanda Orang Bertaqwa

Dalam Al-Qur'an disebutkan pada surat Ali-Imran/3:131, 133 dan 135.

Memelihara diri dari hal-hal yang menjerumuskan ke neraka.

Selalu menuju kepada maghfirah (ampunan Allah SWT)

Apabila berbuat keji, segera mengingat Allah dan memohon ampunan-Nya.

Segala perilakunya merasa disaksikan oleh Allah SWT (Q.S. Al-Araf/7:96).

D. Peranan Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan
beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.
1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuatan benda

Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah
hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat
mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewadewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan
pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada khurafat, takhyul, jampijampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah surat Al-Fatihah ayat 1-7.
2. Iman menanamkan semangat berani menghadap maut
Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak diantara
manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi resiko.
Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang
beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah dalam Q.S. An-Nisa/4:78.
3. Iman menanamkan sikap self-help dalam kehidupan
Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, arena kepentingan penghidupannya. Kadangkadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip menjual kehormatan dan bermuka
dua, menjilat dan memperbudak diri untuk kepentingan materi. Pegangan orang beriman
dalam hal ini ialah firman Allah dalam Q.S. Hud/11:6.

4. Iman memberikan ketenteraman jiwa


Acapkali manusia dilanda resah dan dukacita, serta digoncang oleh keraguan dan
kebimbangan.

Orang

yang

beriman

mempunyai

keseimbangan,

hatinya

tenteram

(mutmainnah), dan jiwanya tenang (sakinah), seperti dijelaskan dalam firman Allah surat ArRad/13:28.
5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah).
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu menekankan
kepada kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan dalam firman-Nya
Q.S. An-Nahl/16:97.
6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa
pamrih, kecuali keridhaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang
telah diikrarkan, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman
pada firman Allah dalam Q.S. Al-Anam/6:162.
7. Iman memberi keberuntungan
Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah membimbing
dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang beriman
adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S.
Al-Baqarah/2:5.
8. Iman mencegah penyakit
Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh
manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu karena semau gerak dan perbuatan manusia
mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, seperti makan, minum, berdiri, melihat, dan
berpikir, maupun yang tidak dipengaruhi oleh kemauan, seperti gerak jantung, proses
pencernaan, dan pembuatan darah, tidak lebih dari serangkaian proses atau reaksi kimia yang
terjadi di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang melaksanakan proses biokimia ini bekerja di
bawah perintah hormon. Kerja bermacam-macam hormon diatur oleh hormon yang
diproduksi oleh kelenjar hipofise yang terletak di samping bawah otak. Pengaruh dan
keberhasilan kelenjar hipofise ditentukan oleh gen (pembawa sifat) yang dibawa manusia
semenjak ia masih berbentuk zigot dalam rahim ibu. Dalam hal ini iman mampu mengatur
hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku, dan akhlak manusia.
Jika karena terpengaruh tanggapan, baik indera maupun akal, terjadi perubahan
fisiologis tubuh (keseimbangan terganggu), seperti takut, marah, putus asa, dan lemah, maka
keadaan ini dapat dinormalisir kembali oleh iman. Oleh karena itu, orang-orang yang
dikontrol oleh iman tidak akan mudah terkena penyakit modern, seperti darah tinggi, diabetes
dan kanker.
Sebaliknya, jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan asas
moral dan akhlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak pernah
ingat Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan diikuti oleh kepanikan dan ketakutan.

Hal itu akan menyebabkan tingginya produksi adrenalin dan persenyawaan lainnya.
Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap biologi tubuh serta lapisan
otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon dan kimiawi akan mengakibatkan
terganggunya kelancaran proses metabolisme zat dalam tubuh manusia. Pada waktu itu
timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu
dibayangi oleh kematian.
Demikian pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia bukan hanya
sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, melainkan juga menjadi kekuatan yang
mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup. Apabila suatu masyarakat terdiri dari
orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang aman, tenteram, damai dan
sejahtera.
Kasus
Kadang-kadang kepercayaan seseorang seolah-olah tertutupi dan tidak ternyatakan. Namun
dalam keadaan tertentu ia muncul dengan tiba-tiba. Misalnya, dalam keadaan gembira ria
orang sering melupakan Tuhan, bahkan sebagian orang dengan sombong dan berani
mengatakan : tidak ada Tuhan. Namun dalam keadaan kritis, ketika sedang diancam
bahaya maut atau sedang berlayar di tengah lautan yang dilanda badai topan, orang dengan
khusyu berdoa memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
1. Kasus di atas memungkinkan bahwa pada prinsipnya setiap manusia mengakui adanya
Than. Bagaimana pendapat saudara terhadap pernyataan tersebut?
2. Diskusikan kasus di atas dengan teman anda, dalam hubungan dengan yang menjelaskan
bahwa roh manusia sudah meyakini adanya Tuhan, sebelum manusia dilahirkan di muka
bumi ini.
E. Indikator Pencapaian
-

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dalil Naqli dan dapat membacanya dengan fasih,
benar.

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dalil Aqli setelah menjelaskan sub-sub kajiannya
dan pemikiran yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan.

BAB III. PENUTUP


Setelah kita membahas tentang aqidah atau ketuhanan dalam Islam maka diharapkan
bertambah keyakinan kita terhadap Allah SWT, tunduk dan patuh kepada Allah SWT semata dan
menjadikannya sebagai satu-satunya dzat yang wajib disembah, diibadahi dan ditaati.
Konsekuensinya tentu saja seorang muslim harus menolak segala macam bentuk peribadatan kepada
sesembahan lainnya seperti menyembah berhala, hawa nafsu, tangut, animisme, politeisme.
Setelah membahas Modul I ini secara keseluruhan tiap-tiap sub pokok bahasa maka kita
tambah yakin tentang makna yang terkandung di dalam dua kalimat syahadat.

MODUL II
MANUSIA MENURUT ISLAM
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kajian paling penting dalam mata kuliah ini adalah manusia menurut Islam karena
mania mempunyai kecerdasan spiritual, dan sosial sebab manusia adalah makhluk berdimensi
religius-spiritual artinya manusia merupakan makhluk yang membutuhkan akan agama dan
kepatuhan terhadap Allah SWT.
Manusia berdimensi sosial kemasyarakatan, artinya manusia mempunyai kecenderungan yang
kuat untuk hidup dalam komunitas sosial kemasyarakatan, oleh karena itu manusia yang satu
membutuhkan manusia yang lain dalam memenuhi serba macam kebutuhan.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi kuliah ini meliputi beberapa hal yaitu manusia memiliki tanggung jawab
religius spiritual dan tanggung jawab sosial kemasyarakatan.
C. Kaitan Modul
Modul ini sangat berkaitan dengan modul ketiga karena modul kedua ini akan menjelaskan
tentang kecerdasan spiritual dan sosial kemasyarakatan sedangkan modul berikutnya akan

menjelaskan dalil Al-Qur'an dan Al-Hadist serta ijtihad tentang spiritual keagamaan dan sosial
kemasyarakatan.
D. Sasaran Pembelajaran
-

Menjelaskan tentang tanggung jawab spiritual keagamaan dan sosial kemasyarakatan.

Menjelaskan tentang tanggung jawab manusia sebagai khalifah di muka bumi.

BAB II. PEMBAHASAN


A. Hakikat Manusia
Konsep manusia dalam AI-Qur'an dipahami dengan memperhatikan kata-kata yang sating
menunjuk pada makna manusia yaitu kata basyar, insan, dan al-nas. Allah memakai konsep
basyar dalam AI-Qur'an sebanyak 37 kali, salah satunya al-Kahfi: 110, yaitu : Innama anaa
basayarun mitslukum (Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Konsep
basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis manusia, seperti asalnya dari tanah liat atau
lempung kering (al-Hijr. 33; ar-Rum: 20), serta manusia makan dan minum (al-Mu'minuun: 33).
Basyar adalah makhluk yang sekedar berada (being) yang statis seperti hewan.
Kata insan disebutkan dalam AI-Qur'an sebanyak 65 kali, di antaranya (al-Alaq: 5), yaitu
: Allamal insaana maa lam ya'lam (Dia, mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya).
Konsep insan selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk
yang berpikir, diberi ilmu, dan memikul amanah (al-Ahzab: 72). Insan adalah makhluk yang
menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti (az-Zummar. 27), yaitu : Walaqad
dlarabna linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi
manusia dalam al-Qur'an ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua
manusia sebagai makhluk sosial atau secara kolektif.
Dengan demikian, al-Qur'an memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis,
dan sosial. Manusia sebagai basyar tunduk pada takdir Allah, sama dengan makhluk lain.
Manusia sebagai insan dan al-nas bertalian dengan hembusan llahi atau ruh Allah, memiliki
kebebasan dalam memilih untuk tunduk atau menantang takdir Allah.

Menurut pandangan Murtadha Mutahhari, manusia adalah makhluk serba dimensi yang
dapat disimpulkan menjadi empat dimensi, yaitu:
1. Manusia adalah makhluk yang berdimensi biologis reproduksi. Yang dimaksud dengan
dimensi biologis-reproduksi adalah manusia makhluk yang memiliki kebutuhan-kebutuhan
biologis seperti sandang, papan dan pangan serta seks dan memiliki kemampuan
bereproduksi (berkembang biak). Dalam konteks makna inilah manusia dinamai dengan albasyar (QS. al-Mu'minun/23:33 dan QS. Maryam/19:20).
2. Manusia adalah makhluk bendimensi intelektual peradaban. Yaitu manusia membutuhkan
ilmu pengetahuan dan memiliki kemampuan untuk mengetahui. Oleh karena itu manusia
sejak lahir telah diberikan padanya potensi-potensi ilmiah, berupa pendengaran, penglihatan
dan akal budi (QS. as-Sajadah/32:9).
3. Manusia adalah makhluk bendimensi sosial-masyarakat. Artinya manusia memiliki
kecenderungan yang kuat untuk hidup dalam komunitas sosial-masyarakat. Bahkan dapat
dikatakan bahwa manusia tidak akan dapat hidup tanpa sosial masyarakatnya. Oleh karena itu
manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya dalam memenuhi kebutuhankebutuhannya. Sebagai contoh seorang manusia tidak akan dapat memenuhi kebutuhan dan
kemampuan reproduksinya tanpa bantuan seorang manusia lainnya. Dalam konteks ini,
seorang manusia laki-laki membutuhkan seorang manusia perempuan sebagai pasangannya
dalam rangka pemenuhan kebutuhan reproduksinya. Pada kedua dimensi tersebut manusia
dinamai dengan al-insan (QS. al-Hujurat/49:13).
4. manusia adalah makhluk bendimensi religius-spritual. Maksudnya manusia merupakan
makhluk yang membutuhkan akan agama dan kepatuhan terhadap agama. Dalam konteks
inilah manusia dinamai dengan al-ins (QS. Al-A'raf/7:172).
(Murtadha Mutahhari, 1984, 125-135)

B. Martabat Manusia

Manusia sebagai makhluk memiliki keunggulan dan keistimewaan dari makhluk lain.
Keunggulan tersebut karena manusia diciptakan sebagai makhluk yang terbaik dan sempurna
(ahsani taqwiem Q.S. at-Tiin. 4), dengan bentuk tubuh yang elastis dan dinamis, serta diberi
akal, kewajiban, dan tanggung jawab.
Manusia terdiri dari dua unsur pokok, yaitu gumpalan tanah dan hembusan ruh. la adalah
kesatuan dari kedua unsur tersebut yang tidak dapat dipisahkan. Bila terpisah, maka ia bukan lagi
manusia, sebagaimana halnya air, yang merupakan perpaduan antara oksigen dan hidrogen.
Dalam kadar-kadar tertentu bila salah satu di antaranya terpisah, maka ia bukan air lagi.
Manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya yang bersumber dari gumpalan
tanah, harus menurut cara-cara manusia, bukan seperti hewan. Demikian pula dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan rohaniah bukan seperti malaikat Sebab kalau demikian, ia akan menjadi
binatang atau malaikat, yang keduanya akan membawa ia jatuh dari hakikat kemanusiaannya.
Manusia kecuali diberi potensi positif ada juga potensi negatif berupa kelemahankelemahan sebagai manusia. Kelemahan pertama, potensi untuk terjerumus dalam godaan hawa
nafsu dan setan. Kedua, dinyatakan secara tegas oleh al-Qur'an bahwa banyak masalah yang
tidak dapat dijangkau oleh pikiran manusia, khususnya menyangkut din, masa depan, serta
banyak hal menyangkut hakikat manusia.
Al-Qur'an menggambarkan manusia sebagai makhluk pilihan Allah, sebagai khalifahNya di muka bumi, serta sebagai makhluk yang semi-samawi dan semi-duniawi, yang dalam
dirinya ditanamkan sifat mengakui Allah, bebas, terpercaya, rasa tanggung jawab terhadap
dirinya maupun alam semesta; serta karunia keunggulan atas alam semesta, langit, dan bumi.
Manusia dipusakai dengan kecenderungan ke arah kebaikan maupun kejahatan. Kemajuan
manusia dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan, yang kemudian bergerak kea rah
kekuatan, tetapi hal itu tidak akan menghapuskan kegelisahan, kecuali manusia dekat dengan
Allah dan mengingat-Nya. Kapasitas manusia tidak terbatas, baik dalam kemampuan beiajar
maupun dalam menerapkan ilmu. Manusia memiliki suatu keluhuran dan martabat naluriah.
Motivasi atau pendorong manusia, dalam banyak hal, tidak bersifat kebendaan. Manusia dapat
secara leluasa memanfaatkan rahmat dan karunia yang dilimpahkan kepada dirinya, namun pada
saat yang sama, manusia hams menunaikan kewajiban kepada Allah.

C. Tanggung Jawab Manusia


Sebagai

makhluk

Allah,

manusia

mendapat

amanat

Allah,

yang

harus

dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi


adalah tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah, di muka bumi untuk
mengelola dan memelihara alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi
khalifah, berarti manusia memperoleh mandat Allah untuk mewujudkan kemakmuran di muka
bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya
mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah.
Agar manusia dapat menjalankan kekhalifahannya dengan baik, Allah telah mengajarkan
kepada manusia kebenaran dalam segala ciptaan-Nya. Melalui pemahaman serta penguasaan
terhadap hukum-hukum yang terkandung dalam ciptaan-Nya, manusia dapat menyusun konsepkonsep serta melakukan rekayasa membentuk wujud baru dalam alam kebudayaan.
Kekuasaan manusia sebagai khalifah Allah dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuanketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum Allah baik yang
tertulis dalam kitab suci (al-Qur'an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (alKaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang
mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya.
Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di
hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam surat Fathir ayat 39.
Di samping peran manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi yang memiliki
kebebasan, ia juga sebagai hamba Allah ('abdullah). Sebagai hamba Allah harus ta'at dan patuh
kepada perintah Allah. Makna yang esensial dari kata 'abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan,
dan kepatuhan. Ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada
Allah yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan, dan ketundukan pada kebenaran dan
keadilan. Dua peran yang dipegang manusia di muka bumi, sebagai khalifah dan 'abd merupakan
keterpaduan tugas dan tanggung-jawab yang melahirkan dinamika hidup yang sarat dengan

kreativitas dan amaliah yang selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran (Toto Suryana, dkk,
1996:18 - 21).
Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami, bahwa kualrtas kemanusiaan sangat
tergantung pada kualitas komunikasinya dengan Allah melalui ibadah dan kualitas interaksi
sosialnya dengan sesama manusia melalui muamalah. Manusia memiliki derajat yang paling
mulia dari makhluk lainnya, sebab ada lima pokok keutamaan hidup manusia, sebagai berikut :
(1) Diturunkannya Agama (Ad-dien)
Agama menjadi hidayah bagi manusia tentang adanya dua kehidupan, yaitu duniawi dan
ukhrawi. Agama menuntun manusia beriman, beramal shaleh dan hidup taqwa. Agama
menetapkan nilai dan norma universal agar manusia hidup sejahtera, bahagia dan selamat di
dunia dan di akhirat, menjadi al-muflihuun (Q.S.AI-Baqarah/2:1-5).
(2) Memiliki Akal
Akal adalah anugerah Allah SWT yang amat bernilai, faktor pokok dalam aktualisasi ajaran
agama. Akal berfungsi agar hidup beragama lebih berkualitas. Dengan potensi akal, manusia
mengembangkan fungsinya sebagai khalifah di bumi, karena potensi akal, manusia
berkemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS)
kontemporer yang amat spektakuler. Karena IPTEKS itulah dewasa ini terjadi revolusi;
tranportasi, komunikasi dan informasi. Secara faktual kita menikmati ketiga bidang tersebut.
Sebab itu AI-Qur'an mengeritik dan mencela orang yang tidak menggunakan akal dan
pancainderanya, ia diancam dengan neraka sa'ir (Q.S.AI-Mulk/67:10).
(3) Jiwanya
Ruh itu adalah milik Tuhan, dianugerahkan kepada manusia, tetapi tetap menjadi milik-Nya,
suatu saat Tuhan akan mengambilnya kembali. Ruh (jiwa) memiliki potensi yang unik dan
amat luar biasa. Tetapi juga sangat rahasia dimana hanya Allah yang mengetahuinya. Pada
ruh inilah yang merupakan substansi kehidupan manusia. Kewajiban manusia adalah
memeliharanya dan menghormatinya, baik jiwanya sendiri maupun jiwa orang lain.
Syariat Islam melindungi kehormatan dan keberadaan jiwa itu. Bagi orang yang melakukan
pelanggaran diberlakukan sanksi berat. Allah SWT berfirman dalam Q.S. As-Sajadah/32:9,
Q.S. Al-lsra/17:31-33, Q.S. An-Nisa/4:29 dan Q.S AI-Baqarah/2:178-179.

(4) Hartanya
Tentang harta benda pada manusia, Islam mengajarkan dan mengaturnya dengan prinsipprinsip :
a) Islam mengakui adanya hak milik baik individual maupun kooperatif.
b) Allah SWT memerintahkan agar manusia mencari karunia dan rezki Allah dari bagianbagian alam ini secara halal dan baik (thayyib).
c) Pemanfaatan harta, tidak boleh menyengsarakan orang lain, dan juga tidak boleh
digunakan secara mubazir dan berlebih-lebihan (israaf).
d) Menghormati dan melindungi harta benda orang lain. Maka orang yang mengambil dan
merampas milik orang lain secara batil, seperti: mencuri, korupsi, merampok, merampas
itu wajib dipotong.
e) Islam mengatur tentang perlindungan hak milik, pemanfaatan dan distribusinya. Harta
benda harus berfungsi sosial, maka secara hukum ada distribusi yang bernilai
wajib/fardhu dan ada yang bersifat sunnat. Seperti: zakat (mal dan fitrah), sadaqah, infaq,
nafkah, wakaf dan hadiah. Bagi non-muslim, jizyah (pajak). Allah SWT menjelaskannya
dalam Q.S. An-Nisa/4:32 dan Q.S. AI-Baqarah/2:188.
(Dienul Islam, Cet. 20, hal. 252-258)
(5) Keturunannya
Keturunan adalah prinsip Islam yang melekat pada bangunan keluarga. Islam menetapkan
pedoman pemeliharaan keluarga yang disebut "AI-Muhaafadzah 'alal-Usrah.
Substansi

keluarga

adalah

batu

sendi

kehidupan

masyarakat,

kuat

dan

lemahnya

masyarakat atau umat, terletak pada batu sendi primer ini. Dari keluargalah lahir
keturunan. Untuk itu, Islam memberikan tuntunan tentang :
a) Cara memilih jodoh
b) Cara nikah dan tujuan nikah
c) Hubungan suami-istri, tentang kewajiban-kewajiban dan hak-hak masing-masing
d) Sistem pemeliharaan anak dan jaminannya
e) Sistem waris dan harta benda
f) Larangan perbuatan zina dan sanksinya

Allah SWT berfirman dalam Q.S. At-Tahrim/66:6, Q.S. An-Nisa/4:3-4, Q.S. An-Nisa/4:9, Q.S.
Ar-Rum/30:21 dan Q.S. An-Nur/24:2-3.
BAB III. PENUTUP
Setelah mahasiswa mempelajari modul kedua ini diharapkan dapat memiliki kemampuan
menjelaskan kecerdasan spiritual keagamaan dan sosial kemasyarakatan yang telah dipelajari secara
keseluruhan dari sub-sub bab ini tentu dapat menjelaskan dan memahami tanggung jawab sebagai
khalifah di atas bumi dan akan dipertanggungjawabkan di sisi Allah SWT.

MODUL III
SUMBER AJARAN ISLAM
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada modul ketiga ini kita akan membahas tentang ketiga sumber ajaran Islam yaitu :
-

Al-Qur'an

Al-Hadist

Al-Ijtihad
Inilah satu-satunya kajian kita dalam memahami Islam secara keseluruhan baik itu

masalah spiritual keagamaan maupun itu sosial kemasyarakatan. Al-Qur'an mengandung hukumhukum yang merupakan dasar hukum yang wajib dipatuhi karena Al-Qur'an merupakan kalam
Al-Halik.
Al-Hadist merupakan sumber syariat Islam yang kedua setelah Al-Qur'an yang dimana
nilai kebenarannya sama dengan Al-Qur'an sebab hadist/sunnah merupakan penjelasan dari AlQur'an, yang dijelaskan secara global di dalam Al-Qur'an.
Ijtihad merupakan sumber hukum ketiga setelah Al-Qur'an dan Hadist misalnya ada
masalah yang muncul di masyarakat tidak ditemukan dasar hukumnya dalam Al-Qur'an dan
Hadist. Ijtihad sebagai sumber motor penggerak ijma para sahabat, Qiyas.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi ini meliputi tiga hal yaitu :
-

Al-Qur'an

Al-Hadist / Sunnah

Ijtihad

C. Kaitan Modul
Modul yang ketiga ini sangat erat kaitannya dengan modul keempat karena modul ini
akan membahas tentang agama Islam sedangkan pembahasan ketiga ini adalah sumber segala
sumber pemahaman dalam agama Islam.
D. Sasaran Pembelajaran Modul
Setelah mahasiswa mengkaji secara mendalam ketiga sumber hukum Islam ini para
mahasiswa mampu memahami bahwa Al-Qur'an sebagai mujizat dari Allah SWT mampu
memahami hal-hal yang diperintahkan dan hal yang dilarang serta hukum-hukum lainnya dan
dapat diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
BAB II. PEMBAHASAN
A. Al-Qur'an
Sumber ajaran Islam adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
s.a.w. Wahyu Allah itu diturunkan dalam bahasa Arab dan secara autentik terhimpun dalam
mushaf AI-Qur'an.
Kata Al-qur"an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca. Dalam ini terkandung
makna bahwa wahyu Allah yang diturunkan secara lisan ini membuka kemungkinan untuk
ditulis dan dikumpulkan sehingga menjadi kitab yang dapat dibaca manusia. AI-Qur'an adalah
kitab suci yang demikian masyhur telah dikemukakan berbagai Ulama Tafsir, diantaranya :
(1) Dr. Dawud AI-Aththar (1979), menyebutkan bahwa AI-Qur'an adalah wahyu Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad secara lafadz (lisan) maka serta gaya bahasa (usulan)nya yang termaktub dalam mushaf yang dinukil darinya secara mutawatir.
(2) Tim penerjemah/penafsir AI-Qur'an :

"Kalam Allah s.w.t. yang merupakan mu'jizat yang diturunkan (diwahyukan kepada Nabi
Muhammad s.a.w. dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta
membacanya adalah ibadah.
(Al-Qur'an dan terjemahannya; hal. 15, th. 1971)
Al-Qur'an sebagai sumber aqidah, norma dan nilai, mengandung pokok-pokok ajaran
sebagai berikut:
1) Pokok-pokok keyakinan atau iman kepada Allah, malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul
dan hari kiamat. Dari pokok-pokok yang terkandung dalam AI-Qur'an ini lahirlah ilmu tauhid
(Theology Islam).
2) Pokok-pokok peraturan hukum, yaitu garis-garis besar aturan tentang hubungan dengan
Allah, antara manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam yang melahirkan
syari'at, hukum dan ilmu fikhi.
3) Pokok-pokok dan aturan tingkah laku atau nilai-nilai dalam etika tingkah laku.
4) Petunjuk dasar tentang tanda-tanda alam yang menunjukkan eksistensi dan kebesaran Tuhan
sebagai pencipta. Petunjuk dasar ini merupakan isyarat-isyarat ilmiah yang melahirkan ilmu
pengetahuan.
5) Kisah-kisah para nabi dan umat terdahulu.
6) Informasi tentang alam ghaib seperti adanya jin, kiamat, surga dan neraka.
Secara umum Al-Qur'an membawa dua fungsi utama yaitu sebagai mukjizat dan
pedoman dasar ajaran Islam. Mukjizat menurut bahasa berarti melemahkan, sedangkan menurut
kamus bahasa Indonesia mukjizat artinya kejadian (peristiwa) ajaib yang sukar dijangkau oleh
kemampuan akal manusia. AI-Qur'an sebagai mukjizat menjadi bukti kebenaran Muhammad
selaku utusan Allah yang membawa misi universal, risalah akhir dan syari'ah yang sempurna
bagi manusia. Untuk itu Allah menurunkan dengan bahasa kandungan makna, hukum dan
pengetahuan yang terkandung di dalamnya unsur-unsur mukjizat menjadi dalil atau argumentasi
yang mampu melemahkan segala argumen dan mematahkan segala dalil yang dibuat manusia
untuk mengingkari kebenaran Rasulullah saw. Dalam kaitan ini Allah berfirman dalam Q.S. AIBaqarah/2:23 yang artinya :

"Dan jika kamu tetap dalam keraguan tentang AI-Qur'an yang Kami wahyukan kepada
hamba Kami (Muhammad), buatiah satu surat saja yang semisal Al-Qur'an itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.'
Tantangan tersebut berlaku sejak diturunkannya dahulu, sekarang hingga masa yang akan
datang. Allah sendiri memberikan garansi bahwa siapapun bahkan sekiranya manusia dan jin
berserikat membuat AI-Qur'an, niscaya mereka tidak akan mampu membuatnya.(Q.S. Allsra'/17:78). Kemukjizatan Al-Qur'an meliputi beberapa aspek :
a. Bahasa Al-Qur'an
Keistimewaan bahasa Al-Qur'an terletak pada gaya pengungkapannya antara lain
kelembutan dalam jalinan huruf dan kata dengan lainnya. Susunan huruf-huruf kata-kata AIQur'an terajut secara teratur sehingga menjelma menjadi ayat-ayat yang indah untuk dibaca
dan diucapkan. Keindahan bahasa Al-Qur'an ini menjadikannya mukjizat sehingga apabila
ada kata-kata manusia yang disisipkan kedalamnya, maka akan rusaklah keindahannya.
Karena itu upaya-upaya untuk memalsukan ayat-ayat Al-Qur'an tidak pernah berhasil.
Keistimewaan lainnya dari bahasa adalah adanya keserasian bahasa Al-Qur'an dengan akal
dan perasaan manusia. Al-Qur'an menggabungkan kebenaran dan keindahan sehingga
menyentuh akal dan hati manusia sekaligus. (Q.S. Fush Shilat/41:39).
Selain itu pengubahan kata yang dinamis menjadi bukti lain dari keistimewaan bahasa
AI-Qur'an. Misalnya gaya AI-Qur'an dalam menyajikan perintah dan larangan. Firman Allah:
(Q.S.

An-Nisa/4:58,

Q.S.

Al-Baqarah/2:183,

Q.S.

Ali

lmran/3:97,

Q.S.

AI-

Mumtahanah/60:89, Q.S. Al-A'raaf/7:33).


b. Sejarah
Kedudukan pesan, proses, dan ketabahan para Rasul Allah mulai dan Adam hingga
Isa serta kondisi umat yang dihadapi mereka, yang tidak dapat ditemukan ilmu sejarah,
dikisahkan oleh AI-Qur'an. Selain kisah para Rasul Allah, Al-Qur'an juga menceritakan
kisah-kisah beberapa kaum dan perorangan yang menonjol pada masanya guna menjadi
pelajaran bagi kaum sesudahnya. Sejarah kuno tentang peradaban manusia itu tidak mungkin

datang kecuali dan Tuhan semesta alam. Itulah sejarah tua yang membuktikan kebenaran AlQur'an sebagai wahyu Allah.
c. Isyarat tentang ilmu pengetahuan
Isyarat tentang ilmu pengetahuan Al-Qur'an bercerita mengenai hukum-hukum dalam
ala mini (sunnatullah) diterangkan berbagai persoalan biologi, farmasi, astronomi dan
geografis. Misalnya tentang kejadian alam, Q.S. Al-Anbiya721:30. Fungsi matahari sebagai
pelita dan bulan cahaya, Q.S. An-Nur/71:15-16. Bintang yang menembus, Q.S. AthThariq/86:1-3. Fungsi gunung sebagai pasak bagi keseimbangan bumi, Q.S. An-Naba778:67. Fungsi sperma dalam kaitan kemungkinan jenis kelamin, Q.S. An-Najm/53:45-46.
Segala sesuatu di alam ini merupakan refleksi dan manifestasi dan adanya Allah
dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Karena itu, manusia tidak akan habis-habisnya
mengagumi dan mengambil pelajaran dan ibarat yang bermanfaat daripadanya (Q.S. AlMulk:3-4 dan Q.S. Ar-Rum:22). Isyarat demi isyarat yang ditunjukkan Al-Qur'an mengenai
sains telah terbukti shahih, mendapat konfirmasi peneliti ilmu pengetahuan modern.
d. Konsistensi ajaran selama proses penurunan yang panjang Al-Qur'an diturunkan secara
bertahap selama kurun waktu 23 tahun. Rentang waktu itu bukanlah waktu yang pendek. Ini
menjadi bukti tersendiri akan kebenaran Muhammad selaku Rasulullah. Sekiranya Al-Qur'an
merupakan pokok pikiran Nabi, maka norma-norma dan nilai-nilai yang terkandung di dalam
Al-Qur'an pastilah saling bertentangan. Demikianlah konsistensi doktrin Al-Qur'an selama
proses penurunannya menjadi dalil yang meneguhkan keberadaan Muhammad selaku
Rasulullah dan kebenaran risalah yang dibawanya. Dalam kaitan ini Allah berfirman dalam
Q.S. An-Nisa'/4:82.
e. Nabi Muhammad s.a.w. yang Ummi
Muhammad s.a.w. adalah seorang dari umumnya masyarakat dikala itu yang ummi,
yaitu tidak pandai membaca dan menulis. Tetapi beliau dikenal oleh masyarakat luas,
lantaran pribadinya yang mulia sehingga menjadi daya tank yang amat luar biasa. Beliau
amat populer karena kejujurannya, dan pada posisi lain juga populer dari segi keummiannya.
Amat menakjubkan karena kemukjizatan beliau menjadi personifikasi Al-Qur'an (Q.S. AIAnkabut/29:48).

B. As-Sunnah
Sunnah adalah sumber Islam yang kedua, dipakai sebagai dalil hukum. Apabila suatu
hukum ditetapkan berdasarkan sunnah, maksudnya adalah dasar ketetapan hukum tersebut ialah
keterangan dari Nabi Muhammad s.a.w., berupa ucapan (sunnah qaulyah), perbuatan (sunnah
fi'liyah), dan keizinannya (sunnah taqririyah).
Sunnah sebagai sumber Islam dan dalil hukum sesudah AI-Qur'an, ditetapkan sendiri oleh
AI-Qur'an (Q.S. An-Nisa'/4:59, Q.S. AI-Hasyr/59:7). Nabi Muhammad sebagai rasul diberi tugas
untuk membacakan dan mengajarkan wahyu kepada manusia serta memberi contoh
penerapannya. Posisi as-Sunnah dalam Syariat Islam, dilihat dari hierarki sumber hukum Islam,
as-Sunnah menempati urutan kedua setelah AI-Qur'an. Dilihat dari segi periwayatannya, AlQur'an bersifat qath'il wurud, sementara As-Sunnah bersifat zhanni al-wurud.
Sunnah terbagi dua, yaitu Sunnah Tasyri' dan Ghairu Tasyri1. Semua informasi yang
menyangkut Rasulullah itu, baik ucapan, perbuatan maupun ketetapannya dikelompokkan
ke dalam beberapa bagian :
& Bersifat al-hajah al-basyariyah (kebutuhan yang bersifat kemanusiaan) seperti makan dan
minum.
& Mencerminkan tradisi pribadi dan masyarakat, seperti urusan pertanian dan pengobatan.
& Pengaturan urusan tertentu seperti bertempur dan berperang.
Tiga persoalan di atas bukan tasyri1 (ghairu tasyri) dan tidak juga menjadi sumber tasyri'.
Karena itu, perilaku nabi dan kebijakan beliau dalam hal-hal di atas tidak termasuk kategori
sunnah yang mempunyai fungsi hukum dan tidak mengikat kaum muslimin secara umum.
& Bersifat Tasyri', membentuk hukum. Ketentuan yang bersifat tasyri' meliputi tiga hal, yaitu:
1. Merupakan pengejawantahan dari misi kerasulan, seperti penjabaran AI-Qur'an yang,
meliputi lafadz mujmah (yang perlu perincian), pengkhususan pada lafadz'am (umum),
pengikat lafadz mutlak (yang bermakna lepas), dan penjelasan aspek ibadah yang
meliputi perkara-perkara yang halal dan haram, aqidah dan akhlak. Jenis ini merupakan
tasyri' yang universal.
2. Aturan yang berkaitan dengan Imamah (kepemimpinan) dan tadbir (pengurusan) yang
bersifat umum untuk kepentingan jamaah, seperti pengutusan pasukan perang, penetapan

arah penggunaan distribusi harta dan baitul-mal, dan ganimah (rampasan perang), serta
pembuatan akad perdamaian. Ini tenmasuk tasyri' yang bersifat khusus.
3. Keputusan-keputusan rasul dalam kedudukan beliau sebagai hakim atas kasus yang
terjadi pada saat itu. Jenis inipun termasuk tasyri' yang tidak umum.
Kedudukan As-Sunnah terhadap Al-Qur'an pada garis besarnya terbagi tiga :
a. As-Sunnah sebagai penguat Al-Qur'an, yaitu sunnah berfungsi sebagai penganut
pesan-pesan atau peraturan yang tersirat dalam ayat-ayat Al-Qur'an, misalnya Al-Qur'an
menyebutkan suatu kewajiban dan larangan, lalu rasul dalam Sunnahnya menguatkan
kewajiban dan larangan tersebut. Dalam menguatkan pesan-pesan Al-Qur'an, As-Sunnah
berperan antara lain :
1) Menegaskan kedudukan hukum, seperti penyebutan hukum wajib.
2) Menerangkan posisi kewajiban atau larangan dalam syariat.
3) Menjelaskan sanksi hukum bagi pelanggarnya.
b. As-Sunnah sebagai penjelasan Al-Qur'an, yaitu As-Sunnah memberikan penjelasan
terhadap maksud ayat Al-Qur'an antara lain :
1) Menjelaskan makna-makna yang rumit dari ayat-ayat AI-Qur'an, misalnya firman
Allah dalam Q.S. Al-Baqarah/2:238, As-Sunnah menjelaskan bahwa yang dimaksud
shalat wusta adalah shalat Ashar.
2) Mengikat makna-makna yang bersifat lepas (taqyid al-mutlaqa) dari ayat-ayat AlQur'an, misalnya: Q.S. AI-Maidah/5:38. Pengertian tahan (yad) bersifat lepas
(mutlak). Untuk itu As-Sunnah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tangan itu
adalah pergelangan tangan.
3) Mengkhususkan ketetapan-ketetapan AI-Qur'an secara umum (takhsish al'am),
misalnya : Q.S. Al-Baqarah /2:275. Jual beli dalam ayat di atas bersifat umum
kemudian As-Sunnah mengkhususkan :
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : "Rasulullah saw melarang jual beli dengan lempar
batu dan jual beli yang tidak tentu." (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
4) Menjelaskan ruang lingkup masalah yang terkandung dalam nas-nas Al-Qur'an. Q.S.
Ali-Imran/3.97.

Ayat tersebut tidak menjelaskan berapa kali kewajiban haji dikerjakan. "Kewajiban
haji itu hanya sekali. Barang siapa yang menambah maka tambahan itu termasuk satu
kewajiban."
(HR. Abu Dawud, Ahmad dan Hakim dari Ibnu Abbas)
5) Menjelaskan mekanisme dari hukum-hukum yang ditetapkan AI-Qur'an. Misalnya
tentang tata cara shalat, haji dan puasa yang dijelaskan rasul tentang pelaksanaannya.
c. As-Sunnah sebagai pembuat hukum, yaitu sunnah menetapkan hukum-hukum yang
belum

ditetapkan oleh

Al-Qur'an

menyebutkan

beberapa macam makanan yang

haram. (Q.S. AI-Maidah/5:3). Kemudian As-Sunnah datang dengan ketetapan yang baru,
menambah jumlah barang yang dilarang dimakan sebagai berikut:
Dari Ibnu Abbas, ia berkata : "Rasulullah melarang (memakan) setiap binatang buas yang
bertaring dan burung yang berkaki menyambar." (HR. Muslim dari Ibnu Abbas).
C. Ijtihad
Ijtihad adalah aktivitas penelitian ilmiah karena itu bersifat relative. Realitas ijtihad ini
menjadikannya sumber nilai yang bersifat dinamis. Pintu ijtihad selalu terbuka, termasuk
membuka kembali fiqh-fiqh produk Ijtihad lama. Yusuf Qardawi menyatakan bahwa terdapat
dua agenda besar ijtihad yang dituntut oleh peradaban modem ini, yakni ijtihad di bidang
hubungan keuangan dan ekonomi, serta bidang ilmu pengetahuan dan kedokteran. Ijma' ulama
(consensus), mengatakan bahwa ijtihad tidak boleh memasuki dimensi ibadah mahdhah seperti
shalat.
Dasar Ijtihad adalah AI-Qur'an, dimana manusia diperintahkan menggunakan akal,
pikiran dan panca indera. Sebagian ulama menunjuk pada Q.S. Al-Maidah/5:48 : "Untuk tiap
orang dari kaum, Kami telah ciptakan suatu syari'at dan satu jalan terbuka." Jalan terbuka
(minhajan) dipahami sebagai jalan terbuka bagi intelektual muslim.
Metode ijtihad yang dinilai valid antara lain :
a. Qiyas (reasoning by analogi), yaitu menerapkan hukum perbuatan lain yang memiliki
kesamaan. Misalnya AI-Qur'an melarang jual beli ketika Jum'at (Q.S. Al-Jumu'ah/62:9) dan
hukum perbuatan selain dagang juga terlarang, karena sama-sama mengganggu shalat Jum'at.

b. Masalihul Mursalah, yaitu menetapkan hukum berdasarkan tinjauan kegunaan sesuai dengan
tujuan syariat. Perbedaannya dengan istihsan adalah jika istihsan menggunakan konsiderasi
hukum-hukum universal dari Al-Qur'an dan As-Sunnah atau menggunakan dalil-dalil umum
dari kedua sumber tersebut, sedangkan masalihul mursalan menitik beratkan kepada
pemanfaatan perbuatan dan kaitannya dengan tujuan universal syari'at Islam.
D. Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat
Fungsi hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya cukup banyak, namun
dalam pembahasan ini hanya akan dikemukakan fungsi utamanya saja, yaitu: (a) fungsi ibadah.
Fungsi paling utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada Allah SWT; (b) fungsi amar
ma'ruf nahi munkar, (c) fungsi zawajir; (d) fungsi tanzim wa islah al-ummah. Fungsi hukum
Islam selanjutnya adalah sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin dan memperlancar
proses interaksi sosial, sehingga terwujudlah masyarakat yang harmonis, aman, dan sejahtera
(Ibrahim Hosen, 1996: 90).
E. Kontribusi Umat Islam dalam Perumusan dan Penegakan Hukum
Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum pada akhir-akhir ini
semakin nampak jelas dengan diundangkannya beberapa peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan hukum Islam, misalnya :
& Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan;
& Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang perkawafan tanah milik;
& UU Republik Indonesia No. 7 Tahun 1991 tentang kompilasi peradilan agama;
& Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang kompilasi hukum Islam;
& UU Republik Indonesia No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat; dan
& UU Republik Indonesia Tahun 1999 tentang penyelenggaraan zakat.
Namun upaya yang harus dilakukan untuk menegakkan hukum Islam dalam praktik
bermasyarakat dan bernegara memang harus melalui proses, yaitu proses cultural dan dakwah.
Apabila hukum Islam sudah bermasyarakat, maka sebagai konsekuensinya hukum harus
ditegakkan. Di dalam Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, kebebasan

mengeluarkan pendapat ini diperlukan untuk mengembangkan pemikiran hukum Islam yang
betul-betul teruji, baik dari segi pemahaman maupun dalam segi pengembangannya. Dalam
ajaran Islam ditetapkan bahwa umat Islam mempunyai kewajiban untuk menaati hukum yang
ditetapkan Allah. Masalahnya kemudian, bagaimanakah sesuatu yang wajib menurut hukum
Islam menjadi wajib pula menurut peraturan perundang-undangan. Hal ini jelas diperlukan
proses dan waktu untuk merealisasikannya.
BAB III. PENUTUP
Al-Qur'an disini berfungsi sebagai sumber hukum yang pertama dan utama, menunjukkan
kepada kita bahwa Al-Qur'an itu datang dari Allah dan ia merupakan mukjizat yang mampu
menundukkan manusia.
Kedudukan Sunnah terhadap Al-Qur'an pada garis besarnya berfungsi sebagai : penguat AlQur'an misalnya Al-Qur'an menyebutkan suatu kewajiban dan larangan lalu datang Rasulullah s.a.w.
menguatkan perintah dan larangan tersebut. Juga berfungsi untuk menjelaskan misalnya dalam AlQur'an disebut perintah shalat, datang Hadist menjelaskan tentang perintah shalat. Rasulullah s.a.w.
mengatakan Sallu kama raaitumuni usalli.
Sedangkan ijtihad penemuan-penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak
ditemukan dasar hukumnya dalam Al-Qur'an dan Sunnah maka datang ijtihad sebagai motor
penggerak ajaran Islam. Setelah mahasiswa telah mengkaji semua sumber hukum Islam ini maka
mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikannya dalam hidup dan kehidupannya.

MODUL IV
AGAMA ISLAM
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada modul sebelumnya kita sudah menjelaskan seluruhnya sumber ajaran Islam. Pada modul ini
kita akan menjelaskan apa itu agama Islam. Berbicara masalah agama tidak terlepas dari

kebutuhan kita sebagai hamba dari Allah yaitu kita senantiasa menyerahkan diri secara bulatbulat terhadap kemauan dan kehendak Allah SWT.
Ini menunjukkan bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama karena Allah telah
menciptakannya demikian. Sehingga agama merupakan kebutuhan hidup manusia itu sendiri.
Manusia ingin mengetahui siapa atau apa yang maha suci dan ketika itulah dia menemukan
Tuhan dan ketika itulah dia berusaha berhubungan dengan Tuhan sehingga dia berusaha
membersihkan hatinya, menyucikan jiwanya. Dia berusaha membentuk sikap patuh dan taat serta
menimbulkan sikap dan perasaan mengagungkan Tuhan. Inti ajaran agama Islam adalah
Tauhid dan seluruh ajarannya mencerminkan ketauhidan tidak menserikatkan Allah, tidak
menyembah selain dari Allah.
B. Ruang Lingkup
Pembahasan modul keempat ini mencakup keseluruhan aspek. Aspek keyakinan yang
disebut aqidah artinya keyakinan semata-mata hanya kepada Allah. Aspek norma atau hukum
yang disebut syariat yaitu aturan-aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah,
hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan makhluk lainnya atau aspek
perilaku atau akhlak dinamakan insan. Jadi aqidah yang mantap dapat terlihat dari sikap dan
perilaku seseorang.
C. Kaitan Modul
Materi yang akan diuraikan pada modul ini berhubungan erat dengan modul yang ketiga,
karena modul yang ketiga ini menjelaskan tentang sumber ajaran Islam sedangkan pada modul
yang keempat ini lebih jauh menjelaskan tentang aqidah dan syariat Islam.
D. Sasaran Pembelajaran Modul
Setelah membahas modul ini diharapkan pada mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan tentang aqidah dan syariat sekaligus dapat diaplikasikan dalam hidup dan
kehidupannya.
BAB II. PEMBAHASAN

A. Makna Agama Islam


Berbicara masalah agama tidak tetlepas dari masalah kehidupan manusia itu sendiri,
Olehnya itu agama menjadi suatu kebutuhan hidup, yang memiliki fungsi-fungsi seperti yang
dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:
& Mahmud Syaltut menyebutkan, bahwa fungsi agama adalah sebagai wahana untuk :

Mensucikan jiwa dan membersihkan hati.

Membentuk sikap patuh dan taat serta menimbulkan sikap dan perasaan mengagungkan
Tuhan.

Memberi pedoman kepada manusia dalam menciptakan kebaikan hidup di dunia secara
mantap dengan cara mempererat hubungan dengan Tuhan sebagai pencipta.
(Lihat Mahmud Syaltut, Mintaujihat al-lslam, h. 22-23)

& Musthafah al-Zuhayli mengemukakan, bahwa fungsi agama yaitu:

Sebagai pemenuhan kebutuhan rohani

Sebagai motivasi dalam mencapai kemajuan

Sebagai pedoman hidup

Sebagai sarana pendidikan rohani

Sebagai pembentukan keseimbangan jasmani dan rohani, duniawi dan ukhrawi

Sebagai pembentukan kemantapan dan ketenangan jiwa


(Al-Zuhayli, dalam al-tadaahmun al-Islam, Th. XXXIV, 1980, h. 50).

& Al-Maraghi berpendapat, bahwa agama bertujuan untuk :

Mensucikan jiwa dan membebaskan akal dari kepercayaan sinkritisme terhadap kekuatan
ghaib yang dimiliki makhluk dalam menguasai alam agar makhluk atau selainnya tunduk
dan patuh kepadanya.

Memperbaiki sikap bathin (qalb) atas dasar tujuan yang baik, agar dalam melakukan
semua perbuatan dilandasi dengan niat yang ikhlas untuk Allah dan untuk manusia. (AIMaraghi, jld I, h. 118)
Kata Islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat, dan patuh.

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama yang mengandung

ajaran untuk menciptakan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan kehidupan umat


manusia pada khususnya, dan semua makhluk Allah pada umumnya. Kondisi itu akan
terwujud apabila manusia sebagai penerima amanah Allah dapat menjalankan aturan tersebut
secara benar dan "kaafah."
Agama Islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama, Nabi
pertama, yaitu Nabi Adam. Agama Islam itu kemudian Allah turunkan secara
berkesinambungan kepada para Nabi dan Rasul-rasul berikutnya. Akhir dari proses
penurunan agama Islam itu baru terjadi pada masa kerasulan Muhammad Saw pada awal
abad ke-VII Masehi. Islam sebagai nama dari agama yang Allah turunkan belum dinyatakan
secara eksplisit pada masa kerasulan sebelum Muhammad Saw, tetapi makna dan substansi
ajarannya secara implicit memiliki persamaan yang dapat dipahami dari pernyataan sikap
para Rasul sebagaimana Allah firmankan dalam QS. al-Baqarah: 132, yang artinya: "Dan
Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub.
(Ibrahim berkata): Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu,
maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam." * Ajaran agama Islam
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Sesuai dengan fitrah hidup manusia, artinya (1) ajaran agama Islam mengandung
petunjuk yang sesuai dengan sifat dasar manusia, baik dari aspek keyakinan, perasaan,
maupun pemikiran, (2) sesuai dengan kebutuhan hidup manusia, (3) memberikan manfaat
tanpa menimbulkan komplikasi, dan (4) menempatkan manusia dalam posisi yang benar
(QS. ar-Rum/30:30).
2. Ajarannya sempurna, artinya materi ajaran Islam berisi petunjuk-petunjuk pada seluruh
kehidupan manusia. Petunjuk itu adakalanya disebut secara eksplisit, dan adakalanya
disebut secara implisit. Untuk memahami petunjuk yang bersifat implisit dilakukan
dengan ijtihad (QS. al-Maidah/5:3).
3. Kebenarannya mutlak. Kebenaran itu dapat dipahami karena ajaran Islam berasal dari
Allah Yang Maha Benar, dan dapat pula dipahami melalui bukti-bukti materiil, serta
bukti riilnya. Karena itu Allah mengingatkan agar manusia tidak meragukan
kebenarannya (QS. al-Baqarah/2:147).

4. Mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan. Sekalipun menurut ajaran


Islam manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah, tetapi nilai ibadah
manusia terdapat pada seluruh aspek kehidupan, dan manusia harus memperhatikan
berbagai aspek-aspek kepentingan dalam hidupnya tersebut sebagaimana Allah sebutkan
dalam QS. al-Qashash/28:77.
5. Fleksibel dan ringan, artinya ajaran Islam memperhatikan dan menghargai kondisi
masing-masing individu dalam menjalankan aturannya, dan tidak memaksakan orang
Islam untuk melakukan suatu perbuatan di luar batas kemampuannya. Hal itu ditegaskan
oleh Allah dalam QS. al-Baqarah/2:286.
6. Berlaku secara universal, artinya ajaran Islam berlaku untuk seluruh umat manusia di
dunia sampai akhir masa (QS. al-Ahzab/33:40).
7. Sesuai dengan akal pikiran dan memotivasi manusia untuk menggunakan akal pikirannya
(QS. al-Mujadilah/58:11).
8. Inti ajarannya Tauhid" dan seluruh ajarannya mencerminkan ketauhidan Allah
tersebut (QS. al-An'am/6:162).
9. Menciptakan rahmat, kasih sayang Allah terhadap makhluk-Nya, seperti ketenangan
hidup bagi orang yang meyakini dan menaatinya (QS. al-Fath/48:4). Kerahmatan yang
diwujudkan oleh Islam itu juga dinyatakan oleh Allah ketika menjelaskan misi kerasulan
Muhammad SAW (QS. al-Anbiya'/21:107).
Fungsi Islam sebagai rahmat Allah tidak bergantung pada penerimaan atau penilaian
manusia. Substansi rahmat terletak pada fungsi ajaran tersebut, fungsi tersebut baru dirasakan
baik oleh manusia sendiri maupun oleh makhluk-makhluk yang lain apabila manusia sebagai
pengemban amanah Allah telah menaati ajaran tersebut. Fungsi Islam sebagai rahmat Allah bagi
semua alam dijelaskan oleh Allah dalam QS. aJ-Anbiya'/21:107. Bentuk-bentuk kerahmatan
Allah pada ajaran Islam itu adalah :
& Islam menunjuki manusia jalan hidup yang benar. Ajaran Islam sebagiannya bersifat supra
rasional atau ta'abbudi dan sebagian ajaran Islam yang lain bersifat rasional atau ta'aqquli
& Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi yang diberikan
oleh Allah secara bertanggung jawab (QS. Yunus/10:99 dan QS. al-Baqarah/2:256).

& Islam menghargai dan menghormati semua manusia sebagai hamba Allah, baik mereka
muslim maupun non-muslim.
& Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan proporsional.
& Islam menghormati kondisi spestiik individu manusia dan memberikan perlakuan yang
spesifik pula.
B. Kerangka Dasar Agama Islam
Kerangka dasar ajaran Islam yang dibawah oleh Nabi Muhammad s.a.w. bersifat
multidimensional, universal, abadi dan fithri. Dikatakan multi dimensional karena ajarannya
mencakup dimensi-dimensi yang menyangkut hubungan manusia dengan khaliqnya (hablu
minallah) dan hubungan manusia dengan dirinya, dengan sesamanya, maupun dengan makhluk
lainnya (hablu minannas) (Q.S*. Ali-lmran/3:112). Ajaran Islam ditujukan bagi kepentingan
pemeliharaan tatanan kehidupan manusia dan alam semesta secara menyeluruh (universal), yang
tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dinilai sebagai ajaran yang abadi, karena dalam agama
Islam terancang konsep ajaran yang mencakup penataan kehidupan di dunia yang sejahtera dan
kehidupan di akhirat (selepas kehidupan dunia) yang bahagia. Konsep ajarannya dikatakan fithri,
karena sesuai dengan fithrah manusia yang terancang secara serasi bagi kepentingan
pemeliharaan, peningkatan dan pengembangan kebutuhan fithrah manusia, baik sebagai makhluk
individu maupun sebagai makhluk sosial. Pada sisi inilah keutamaan dan kelebihan risalah yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad s.a.w. Hal ini ditunjang oleh kerangka dasar atau pokokpokok ajaran Islam, yaitu:
& Aspek keyakinan yang disebut dengan aqidah, yaitu aspek credial atau keimanan terhadap
Allah dan semua yang difirmankan-Nya dan disabdakan oleh rasul-Nya untuk diyakini.
Aqidah Islam ini telah dirumuskan dalam bentuk rukun iman. Penafsiran terhadap aqidah
melahirkan literatur keislaman yang dikenal dengan istilah ilmu kalam atau theologi Islam
dengan berbagai macam aliran pemikiran.
& Aspek norma atau hukum yang disebut syari'ah, yaitu aturan-aturan Allah yang mengatur
hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan alam semesta. Penafsiran terhadap

syariah Islam melahirkan literature keislaman yang disebut dengan fikhi Islam dengan
berbagai macam mazhab.
& Aspek perilaku yang disebut dengan akhlaq atau ihsan, yaitu sikap-sikap atau perilaku baik
yang nampak maupun tidak nampak dari pelaksanaan aqidah dan syari'ah. Penafsiran
terhadap akhlak melahirkan literature keislaman yang disebut dengan ilmu tasawauf dengan
berbagai macam aliran (tarekat).
Ketiga aspek tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan dipisahkan satu dengan lainnya
tetapi menyatu membentuk kepribadian yang utuh pada diri setiap manusia muslim. Aqidah
digambarkan sebagai akar yang menunjang kokoh dan tegaknya batang di atas muka bumi,
syari'ah diumpamakan sebagai batang yang berdiri kokoh diatas akar yang menancap ke bumi,
sedangkan akhlaq dimisalkan dengan buah yang dihasilkan dari proses yang berlangsung pada
akar dan batang. Keutuhan dan kesatuan ketiga aspek inilah yang diperintahkan oleh Allah
kepada umat Islam, ketika mereka mengikrarkan dirinya untuk memeluk agama Islam (Q.S. AIBaqarah/2:208).
Aqidah (keimanan) yang benar, akan melahirkan sikap kepatuhan pada ajaran dan normanorma yang telah digariskan dalam hukum (syari'ah), dan pelaksanaan norma dan hukum
tersebut yang didasari oleh aqidah yang benar, akan melahirkan perilaku zhahiriyah dan
bathiniyah yang sesuai dengan kaedah dan norma moralitas (akhlak).
BAB III. PENUTUP
Naluri beragama merupakan hal pasti ada pada diri setiap manusia. Naluri ini merupakan
berkaitan dengan perasaan manusia yang membutuhkan kepada Al-Khaliq. Adapun perwujudan
naluri beragama ini adanya perasaan pensucian diri membersihkan jiwa untuk bertemu dengan Dzat
Yang Maha Kuasa. Jadi dapat dipahami bahwa manusia sebenarnya beragama semenjak manusia
diciptakan Allah. Dalam penciptaan manusia, Allah SWT memberikan kekuatan rohaniyah yang
mengarahkan manusia kepada nilai-nilai kebenaran dan kemuliaan serta kepada ketuhanan.
Setelah mengikuti pelajaran Agama Islam secara keseluruhan diharapkan mahasiswa sudah
dapat menjelaskan keseluruhan persoalan-persoalan yang menyangkut masalah aqidah dan syariah.

MODUL V

ETIKA, MORAL DAN AKHLAK


BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada modul sebelumnya kita sudah membahas secara jelas mulai dari konsep ketuhanan dalam
Islam sampai modul kedua, ketiga dan keempat. Dan modul kelima ini kita menjelaskan etika,
moral dan akhlak, seseorang yang mempunyai etika yang baik ialah anak yang menghargai
orangtuanya. Dapat disimpulkan bahwa perilaku yang didorong oleh kesadaran yang terdalam
karena sudah terbiasa dilakukan oleh seseorang akhirnya menjadi terbiasa, itulah etika.
Disamping itu, kalau seseorang muslim bersikap jujur semata-mata karena moral dia
tidak mendapatkan ganjaran pahala atas perbuatannya, sebab dia mengerjakannya bukan
berdasarkan perintah hukum syara melainkan karena menganggap sifat jujur memiliki kebaikan
secara moral bermanfaat baginya.
Kedudukan akhlak ialah identik. Pelaksanaan agama Islam itu sendiri dalam segala
bidang kehidupan. Maka pelaksanaan akhlak mulia yaitu melaksanakan kewajiban-kewajiban
dan meninggalkan larangan-Nya. Ukuran akhlak baik dan buruk harus berdasarkan hukum
syara. Allah memerintahkan berkata jujur dan melarang berdusta, bukan berdasarkan sifat itu
baik secara moral tetapi karena berdasarkan hukum syara.
B. Ruang Lingkup
Pembahasan modul ini meliputi keseluruhan etika, moral dan akhlak bagaimana tata cara
bergaul, berkomunikasi kepada masyarakat di sekitar kita, bagaimana berperilaku, bertutur kata
kepada orang lain. Diharapkan setelah mahasiswa mempelajari modul ini dapat mengaplikasikan
dalam hidup dan kehidupannya etika, moral dan akhlak yang terpuji (Mahmuda).
C. Kaitan Modul
Materi pembahasan dalam modul ini membicarakan etika, moral dan akhlak sangat erat
kaitannya antar modul pertama sampai modul keempat, karena modul kelima ini merupakan
aplikasi dari modul sebelumnya. Ibarat satu pohon yang sangat rindang, akarnya adalah aqidah,

batangnya adalah agama, tangkainya adalah syariat, daunnya adalah amal ibadah, buahnya
akhlak.
D. Sasaran Pembelajaran Modul
-

Diharapkan mahasiswa setelah mempelajari pembahasan modul ini dapat merubah sikap dan
perilaku mahasiswa dalam pergaulan sehari-hari.

Diharapkan para mahasiswa dapat mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalam


pelajaran etika moral dan akhlak.

BAB II. PEMBAHASAN


A. Pengertian Etika, Moral dan Akhlak
1. Akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa arab bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi
pekerti. Perkataan budi berasal dari bahasa Sansekerta budh yang berarti kesadaran. Kata
pekerti berasal dari bahasa Indonesia yang berarti kelakuan.
& Menurut Imam Al-Ghazali dalam bukunya ihya-u Ulumuddin Juz III hal. 52. Khuluk
(perangi) ialah suatu sifat yang tetap ada jiwa yang dari padanya timbul perbuatanperbuatan dengan mudah tanpa membutuhkan pertimbangan pikiran.
& Menurut Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlaq: Khuluq ialah membiasakan kehendak.
2. Moral dan Etika
Kata moral berasal dari bahasa latin mos, jamaknya adalah mores yang berarti
kebiasaan. Kata etika berasal dari bahasa Yunani etos berarti kebiasaan, perasaan batin atau
kecenderungan hati dimana seseorang melakukan perbuatan (Filsafat Moral, 1989:9). Jadi
moral hanya dikaitkan pada kelakuan lahir manusia, sedang etika tidak hanya pada kelakuan
lahir akan tetapi lebih mendalam sampai kepada motivasi-motivasi kelakuan lahir.
Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, maka yang dijadikan standar
baik dan buruk adalah akal manusia. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik dan buruk
yang diterima oleh utusan atau masyarakat, maka yang dijadikan standar baik dan buruk
adalah adat istiadat.

Dengan demikian etika adalah penyelidikan filsafat tentang bidang yang mengenai
kewajiban-kewajiban manusia serta tentang yang baik dan buruk. Bidang itulah yang disebut
moral (Etika Umum, 1985:13).
Pengertian etika dan moral menurut istilah :
& Menurut Austan Fagothey dalam bukunya Right and Reason, Ethics in Theory and
Practice. Ethics is the practical normative science of the rightness and wrongness of
human conduct as known by natural reason. Etika adalah ilmu pengetahuan normatif
yang praktis mengenai kelakuan benar dan tidak benar manusia yang dimengerti oleh
akal murni.
& Menurut Ensiklopedi Umum :
Morality is right living virtue, conformity to generally accepted standard of conduct.
Moral adalah kehidupan yang benar dan baik, pengesahan dan penerimaan secara umum
tentang ukuran dasar tingkah laku.
Dari ketiga istilah di atas (akhlak, moral dan etika) memiliki persamaan yaitu membicarakan
persoalan baik dan buruk dalam kehidupan manusia. Perbedaannya antara lain :

Sumber akhlak adalah Al-Qur'an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika adalah
adat istiadat dan filsafat.

Akhlak bersifat absolut, sedangkan moral dan etika bersifat relatif.

B. Karakteristik Akhlak
& Akhlak adalah salah satu kerangka dasar Islam yang termuat dalam kitab suci Al-Qur'an.
& Akhlak bersifat universal dan absolut. Bahwa nilai-nilai baik dan buruk daripada suatu
perbuatan yang termuat dalam Al-Qur'an dan Sunnah berlaku bagi seluruh manusia, kapan
dan dimanapun serta kebenarannya bersifat absolut.
& Akhlak menuntut bagi pelakunya untuk senantiasa ikhlas melaksanakan hak-hak yang harus
diberikan kepada yang berhak. Melakukan kewajiban terhadap sesama manusia yang menjadi
hak manusia lainnya, melakukan kewajiban terhadap alam dan lingkungannya.

& Dalam ilmu etika Kebaikan Tertinggi yang istilah latinnya disebut Summum Bonum (AlKhair Kully) merupakan tujuan akhir dari semua manusia. Kebaikan tertinggi itu adalah
semuanya ingin baik dan bahagia (Q.S. Al-Baqarah/2:148). Kebaikan yang berhubungan
dengan tujuan ini dapat dibedakan dengan kebaikan sebagai tujuan akhir (Summum Bonum)
dan kebaikan sebagai cara atau sarana untuk sampai kepada tujuan akhir tersebut.
Di dalam akhlak, antara baik sebagai tujuan sementara harus sejalan dengan baik sebagai
tujuan akhir. Artinya cara satu garis mencapai tujuan-tujuan itu berada dalam satu garis lurus
yaitu berdasarkan satu norma. Disamping baik juga harus benar.
C. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak
Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah dengan cara menyucikan hati
(tashfiat al-qalbi). Hati yang suci bukan hanya biasa dekat dengan Tuhan melainkan dapat juga
melihat Tuhan (al-marifah). Dalam tasawuf disebutkan bahwa Tuhan Yang Maha Suci tidak
dapat didekati kecuali oleh hati yang suci. Menurut ZUn Nun al-Misri, ada tiga macam
pengetahuan tentang Tuhan, yaitu :
1. Pengetahuan awam : Tuhan satu dengan perantara ucapan syahadat
2. Pengetahuan ulama : Tuhan satu menurut logika akal
3. Pengetahuan kaum sufi : Tuhan satu dengan perantara hati sanubari.
Pengetahuan yang disebut pertama dan kedua menurut Harun Nasution, belum
merupakan pengetahuan hakiki tentang Tuhan. Keduanya masih disebut Ilmu Pengetahuan dalam
arti ketigalah yang merupakan pengetahuan hakiki tentang Tuhan (marifah). Telah dijelaskan
bahwa akhlak adalah gambaran hati (al-qalb) yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan. Jika
hatinya bersih dan suci maka yang akan keluar adalah perbuatan-perbuatan yang baik (akhlak almahmudah) dan sebaliknya jika hatinya kotor dengan dosa-dosa dan sifat-sifat yang buruk maka
yang akan muncul dalam perilakunya adalah akhlak yang buruk (akhlak al-mazmumah).
Kalau ilmu akhlak menjelaskan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk juga
bagaimana mengubah akhlak buruk agar menjadi baik secara zahiriah yakni dengan cara-cara
yang nampak seperti keilmuan, keteladanan, pembiasaan, dan lain-lain maka ilmu tasawuf
menerangkan bagaimana cara mensucikan hati (tashfiat al-qalb), agar setelah hatinya suci yang

muncul dari perilakunya adala akhlak al-karimah. Perbaikan akhlak menurut ilmu tasawuf, harus
berasal dari penyucian hati. Persoalan yang mengemuka kemudian adalah bagaimana cara
mensucikan hati dalam tasawuf? Metode tasfiat al-qalb, dalam pendapat para sufi adalah dengan
menjauhi larangan Tuhan (ijtinab al-manhiyyah), melaksanakan kewajiban-kewajiban Tuhan
(adaa al-wajibat), melakukan hal-hal yang disunatkan (al-naafilaat), dan al-riyadhah. Riyadhah
artinya latihan spiritual sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah s.a.w. sebab yang mengotori
hati manusia adalah kemaksiatan-kemaksiatan yang diperbuat akibat lengah dari bujukan nafsu
dan godaan Syaitan. Kata para sufi, keadaan hati itu ada tiga macam. Pertama, hati yang mati
yaitu hatinya orang kafir, kedua, hati yang hidup yaitu hatinya orang yang beriman. Ketiga, hati
yang kadang-kadang hidup dan kadang-kadang mati, itulah hatinya orang fasik dan munafik .
yang harus diperjuangkan adalah bagaimana agar hati kita istiqamah dalam kehidupan ini.
D. Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan
Kedudukan akhlak dalam agama Islam adalah identik dengan pelaksanaan agama Islam
itu sendiri dalam segala bidang kehidupan. Maka pelaksanaan akhlak yang mulia adalah
melaksanakan kewajiban-kewajiban dan menjauhi segala larangan-larangan dari agama, baik
yang berhubungan dengan Allah maupun yang berhubungan dengan makhluk-Nya, dirinya
sendiri, orang lain dan lingkungannya dengan sebaik-baiknya, seakan-akan melihat Allah dan
apabila tidak bisa melihat Allah maka harus yakin bahwa Allah selalu melihatnya sehingga
perbuatan itu benar-benar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Akhlak yang perlu diaktualisasikan dalam kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Akhlak kepada Allah SWT meliputi :
a. Mentauhidkan Allah SWT (Q.S. Al-Ikhlas/112:1-4)
b. Beribadah kepada Allah SWT (Q.S. Adz-Dzaariyat/51:56)
c. Berdzikir kepada Allah SWT (Q.S. Ar-Rad/13:28)
d. Tawakkal kepada Allah SWT (Q.S. Hud/111:123)
2. Akhlak terhadap manusia :
a. Akhlak terhadap diri sendiri, meliputi :

Sabar (Q.S. Al-Baqarah/2:153)

Syukur (Q.S. An-Nahl/16:14)

Tawaddu (Q.S. Luqman/31:18)

Iffah, yaitu mensucikan diri dari perbuatan terlarang (Q.S. Al-Isra/17:26)

Amanah (Q.S. An-Nisa/14;58)

Syajaah (Q.S. Al-Anfaal/18:15-16)

Qanaah (Q.S. Al-Isra/17:26)

b. Akhlak terhadap kedua orangtua (Q.S. Al-Isra/17:23-24)


c. Akhlak terhadap keluarga, yaitu mengembangkan kasih sayang, keadilan dan perhatian.
(Q.S. An-Nahl/16:90 dan Q.S. At-Tahrim/66:6)
d. Akhlak terhadap tetangga (Q.S. An-Nisa/4:36)
3. Akhlak terhadap lingkungan
Berakhlak terhadap lingkungan hidup adalah dimana manusia menjalin dan
mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya. Allah menyediakan
kekayaan alam yang melimpah hendaknya disikapi dengan cara mengambil dan memberi dari
dan kepada alam serta tidak dibenarkan segala bentuk perbuatan yang merusak alam. Maka
alam yang terkelola dengan baik dapat memberi manfaat yang berlipat ganda, sebaliknya
alam yang dibiarkan merana dan diambil manfaatnya saja justru mendatangkan malapetaka
bagi manusia. (Q.S. Al-Qashash/28:77, Q.S. ar-Rum/30:41, dan Q.S. Hud/11:61).
BAB III. PENUTUP
Setelah kita mempelajari keseluruhan yang berhubungan dengan etika, moral dan akhlak
tentu kita dapat memahami orang yang memiliki akhlak yang baik haruslah dinilai sebagai orang
yang melaksanakan perintah Allah SWT, bukan melihatnya hanya sebagai sifat moralitas atau
kemanusiaan saja.
Akhlak terbagi dua bahagian yaitu akhlak yang baik (Mahmudah) dan akhlak yang buruk
(Madzmumah). Akhlak yang baik adalah akhlak yang didasarkan kepada Al-Qur'an dan keteladanan
Rasulullah s.a.w. Artinya seseorang yang berakhlak mulia adalah seseorang yang seluruh
perilakunya didasarkan kepada ketentuan Allah dalam Al-Qur'an dan keteladanan yang dicontohkan
oleh Rasulullah s.a.w. Jadi akhlak yang baik bukan karena sebuah pekerjaan itu baik dalam

pandangan manusia. Misalnya adanya pandangan bahwa kejujuran, kesopanan, tolong menolong dan
bersikap ramah itu baik dalam pandangan manusia. Sementara berbohong, membunuh dan bersikap
kasar itu adalah pekerjaan buruk dalam pandangan manusia. Jadi ada hal yang dibolehkan syara
misalnya berbohong. Seseorang muslim diperkenankan Rasulullah s.a.w. dalam satu hadistnya untuk
berbohong dalam rangka mendamaikan suami istri yang sedang bersengketa.
Rasulullah sa.w. juga memperkenankan takabur (sombong) kepada orang yang sombong.
Dalam Al-Qur'an Allah SWT menegaskan ciri-ciri orang beriman yaitu bersikap keras dan tegas
terhadap orang-orang kafir (Q.S. Al-Fath:29).

DAFTAR PUSTAKA

Ahmeed, A. Akbar S. 1995. Post Modernisme Dalam Islam. Mizan : Bandung.


Al-Amidi, Syaifuddin Aby Al-Hasan Ali bin Muhammad. Al-Ihkam fi Ishul Al-Ahkam, (Al-Qahirah:
Dar Al-Hadist) Jilid I.
Al-Maududi, Abdul Ala. 1970. Mabaadi Al-Islam. Cet. V.
Al-Maududi, Abu Ala, dkk. 1987. Hak Azasi Manusia dalam Islam, diterjemahkan oleh Badri
Yatim, dkk. Pustaka Firdaus: Jakarta.
Al-Mawardi, Imam. 2000. Al-Ahkam Assulthaniyyah. Terjemahan oleh Fadhil Bahri, IC. Darul Falah
: Jakarta.
Al-Qardlawi, Yusuf. 1969. Fiqh al-Zakat, Jilid I. Dar al-Irsyad: Beirut.
Al-Shiddiqy, TM. Hasbi. 1981. Pengantar Hukum Islam. Bulan Bintang : Jakarta.
Ali, H. Muh. Daud. 1996. Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam Indonesia.
P.T. Raja Grafindo : Jakarta.
Chalil, Moenwar. 1955. Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab. Bulan Bintang : Jakarta.
Departemen Agama RI. 1990. Al-Qur'an dan Terjemahannya.
, 1997. Islam untuk Disiplin Ilmu Filsafat. Jakarta.
, 1997. Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum, Sosial dan Politik. Jakarta.
, 1997. Islam untuk Disiplin Ilmu Kedokteran dan Kesehatan I. Jakarta.
, 1997. Islam untuk Disiplin Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi. Jakarta.
, 1997. Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan. Jakarta.
, 1997. Islam untuk Disiplin Ilmu Ekonomi. Jakarta.

Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama. 2004. Materi Instruksional
Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta.
Djatmika, H. Rahmat. 1985. Sistem Ethika Islami (akhlak mulia). Pustaka Islam : Surabaya.
Djazuli, Acep. 2000. Fiqih Siyasah. Sunan Gunung Jati Pers : Bandung.

KOMPETENSI LULUSAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS HASANUDDIN

Kelompok
Kompetensi

No

Kompetensi
lainnya

Elemen Kompetensi
A

1.

Mampu dalam memahami ilmu pengetahuan yang paling pokok


yaitu tentang adanya Allah dan mampu membuktikan tentang
adanya Allah melalui dalil-dalil yaitu Naqli dan Aqli.

2.

Mampu memahami dan menjelaskan tentang proses kejadian


manusia dari setetes air menjelma menjadi segumpal darah, dari
segumpal darah menjadi segumpal daging, maka sempurnalah
kejadian manusia.

3.

Mampu menjelaskan ketiga sumber hukum Islam dan fungsinya


masing-masing.

4.

Mampu membedakan orang yang berakhlak, mempunyai moral dan


etika yang baik.

5.

Mampu menganalisis pemikiran-pemikiran tentang pembuktian


adanya Allah.

6.

Mampu mengkomunikasikan, menginformasikan kepada masyarakat


tentang adanya Allah lewat pembuktian makhluknya.

7.

Mampu menerapkan nilai-nilai kebenaran tentang wujud Allah.

Kompetensi
Utama

Kompetensi
Pendukung

Rumusan Kompetensi

Elemen Kompetensi
a. Landasan kepribadian
b. Penguasaan ilmu pengetahuan di bidang agama Islam
c. Kemampuan mengaplikasikan tentang Rukun Iman dan Rukun Islam.
d. Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat dalam melaksanakan kaidah-kaidah hukum
Islam.

RENCANA PEMBELAJARAN BERBASIS SCL


MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Kompetensi Utama

: - Mampu dalam memahami ilmu pengetahuan yang paling pokok yaitu


tentang adanya Allah SWT dan mampu membuktikan adanya Allah
dengan menggunakan dua dalil yaitu Naqli dan Aqli.
- Mampu memahami dan menjelaskan tentang proses kejadian manusia
dari setetes air menjelma menjadi segumpal darah, dari segumpal
darah menjadi segumpal daging maka sempurnalah kejadian manusia.
- Mampu menjelaskan ketiga sumber hukum Islam dan fungsifungsinya masing-masing.
- Mampu membedakan orang yang berakhlak, mempunyai moral dan
etika yang baik.

Kompetensi Pendukung : - Mampu menganalisis pemikiran tentang pembuktian adanya Allah


SWT.
- Mampu mengkomunikasikan, menginformasikan kepada masyarakat
tentang wujud Allah lewat makhluk-Nya.
Kompetensi lainnya

: - Mampu menerapkan nilai-nilai kebenaran wujud Allah.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Rancangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Minggu
Ke

Materi
Pembelajaran

1 s/d 2

Konsep
ketuhanan dalam
Islam

Kompetensi Akhir
Sesi Pembelajaran
Menggunakan 2
cara untuk
membuktikan

Bentuk
Pembelajaran
(Metode SCL)
Kuliah + kerja
kelompok + prestasi
(Cooperative

Indikator
Kompetensi Dasar
Penilaian
Tingkat
kemampuan
menggunakan 2

Bobot
Nilai
15%

3 s/d 4

5 s/d 6

9 s/d 10

1. Pembuktian
wujud Allah
sebagai
konsekuensi
Manusia menurut
Islam
2. Pemahaman
penciptaan dan
asal usul
manusia
Sumber ajaran
Islam
3. Pemahaman
ayat Al-Qur'an,
Hadist, Ijtihad
sebagai sumber
hukum Islam
Agama Islam
4. Pemahaman
tentang
pentingnya
menganut
agama
Akhlak, moral
dan etika
5. Pengalaman
secara perilaku

Hukum HAM
dan demokrasi
dalam Islam
6. Perbedaan
prinsip hukum
HAM dalam
pandangan
Islam

tentang wujud Allah

Learning)

cara atau lebih


untuk membuktikan
tentang wujud
Allah.
Ketetapan
penggunaan contoh
tentang makhluk
gaib dan makhluk
syahadan

Menemui-kenali
(mengidentifikasi)
atau menyebutkan
paling sedikit 5
makhluk gaib dan 5
makhluk syahadan
Menjelakan AlQur'an, Al-Hadist
atau hasil Ijtihad
kalau ada yang
muncul dalam
masyarakat

Kuliah + tugas
pustaka
(Cooperative
Learning)

Kuliah + tugas
pustaka
(Collaborative
Learning)

Tingkat
kemampuan
menjelaskan AlQur'an atau Hadist
sebagai sumber
hukum Islam

15%

Menyusun secara
sistematis
pembagian agama

Kuliah + kerja
kelompok + prestasi
(Collaborative
Learning)

Tingkat
kemampuan
menyebutkan
pembagian agama

15%

Menerapkan cara
mengamalkan
akhlak yang terpuji,
etika dan moral
dalam rangka
menghadapi
perkembangan dan
kemajuan ilmu
pengetahuan

Kuliah interaktif +
kerja individu +
prestasi
(Cooperative
Learning)

Tingkat
kemampuan
menerapkan dalam
kehidupan seharihari. Akhlak yang
mulia, etika dan
moral agama

15%

Mengamalkan
hukum Islam dan
dibedakan dengan
hukum barat

Kuliah + kerja
kelompok + prestasi
(Collaborative
Learning)

Tingkat
kemampuan
menerapkan hukum
Islam

10%

15%

Tingkat
kemampuan
melaksanakan
demokrasi dalam
Islam sesuai
petunjuk Al-Qur'an
dan sunnah

Mengamalkan
demokrasi dan
Islam dalam bentuk
syura ijma dan
ijtihad

11 s/d 12

13

14

Islam dalam
pluralitas
7. Ukhuwah
Islamiyah
insaniyah dan
ukhuwah
wataniyah
Masyarakat
madani
8. Karakteristik
masyarakat
madani
Kebudayaan
Islam
9. Masjid sebagai
pusat peradaban
Islam

Menjelaskan pesan
ukhuwah Islamiyah,
ukhuwah insaniyah,
dan ukhuwah
wataniyah dalam
memperkokoh
persatuan bangsa
Mengamalkan sifatsifat masyarakat
madani yang sangat
menjunjung tinggi
nilai-nilai
kemanusiaan
Menjelaskan cara
Rasulullah

Kuliah + kerja
kelompok
(Collaborative
Learning)

Kuliah interaktif +
diskusi + kelompok

Kuliah + tugas
kajian pustaka
(Cooperative
Learning)

Tingkat
kemampuan
persaudaraan
Islamiyah kita dapat
kuat dan disegani
bangsa-bangsa lain
di dunia.
Tingkat
kemampuan
melestarikan nilai
masyarakat madani

Tingkat
kemampuan
mengembangkan
budaya Islam sesuai
petunjuk Allah

5%

5%

5%

KONTRAK PEMBELAJARAN

Nama Mata Kuliah


Kode Mata Kuliah
Pengajar
Semester
Hari Pertemuan
Tempat Pertemuan
I.

:
:
:
:
:
:

Pend. Agama Islam


Drs. Usman Salleang
Ganjil
Senin 13.50 15.30
Ruangan PB.333

Manfaat Mata Kuliah


Mata kuliah ini merupakan mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK)
Pendidikan Agama Islam (PAI) menuju terbinanya manusia (mahasiswa) yang
beriman dan bertaqwa, berilmu dan berahlak mulia serta menjadikan Islam
sebagai landasan berpikir dan berperilaku dalam pengembangan profesi,
menjadikan ajaran Islam sebagai sumber nilai pedoman yang menghantarkan
mahasiswa dalam pengembangan profesi dan kepribadian Islami.

II.

Deskripsi Mata Kuliah


Mata kuliah ini membahas tentang peranan agama Islam dalam pembinaan
manusia sebagai makhluk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang berahlak mulia sebagai landasan berpikir, berperilaku dalam
pengembangan profesi.

III.

Tujuan Pembelajaran
1. Mampu menunjukkan contoh-contoh makhluk gaib dan makhluk syuhada
serta keutamaan hidup manusia sebagai khalifah di bumi.
2. Mampu melihat pembagian agama serta fungsi-fungsi agama dan
karakteristik agama wahyu dan agama ardhi.
3. Mampu memahami Al-Qur'an dan Hadist sebagai sumber hukum Islam,
Al-Qur'an sebagai mukjizat terbesar bagi Muhammad SAW.

4. Mampu membuktikan wujud Allah lewat ciptaannya dengan Asmaul


Husna dapat mengantisipasi era global.
5. Mampu melaksanakan Hablum minallah wa hablum minannas, dan dapat
membersihkan diri dari dosa syirik serta dapat melaksanakan shalat 5
waktu, puasa pada bulan Ramadhan.
6. Mampu melaksanakan akhlak yang mulia serta etika dan moral dalam
Islam.
7. Mampu melaksanakan demokrasi dalam Islam sesuai syariat Islam.
8. Mampu melaksanakan nilai-nilai kemajuan dan kemanusiaan.
9. Mampu mengaplikasikan teknologi dan perkembangan budaya serta ilmu
agama dan ilmu umum tidak dikotomik.
10. Mampu mengembangkan budaya Islam sesuai Al-Qur'an dan Sunnah
mewujudkan kepemimpinan dalam bentuk Halaqah.
11. Mampu menyampaikan dengan persaudaraan Islamiyah, Insaniyah dan
wataniyah kita dapat kuat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain di dunia.

IV.

Strategi Pembelajaran
Mata kuliah ini menggunakan metode kuliah interaktif yang dipandu dengan
metode cooperative, collaborative learning pada topik yang menuntut
keterampilan bekerja secara tim seperti pada penyelesaian tugas kajian
pustaka sedang yang bersifat kerja individu digunakan metode kombinasi
interaktif PBL atau studi kasus.

V.

Materi / Bahan Bacaan


1. Departemen Agama RI 1990, Al-Qur'an dan terjemahannya.
2. Dasar-dasar agama Islam untuk perguruan tinggi umum, Zakiah Darajat,
Prof. Dr.
3. Islam untuk disiplin ilmu pada perguruan tinggi umum.
4. Al-Maududi, Abu Ala, 1970, Madi Al-Islam, Cet. V.

ii

VI.

Tugas
1. Buku bacaan materi kuliah telah dibaca oleh mahasiswa sebelum
mengikuti perkuliahan.
2. Mahasiswa diwajibkan menyelesaikan tugas yang diberikan dan distor
sesuai dengan waktu yang disepakati.

VII.

Kriteria Penilaian
Kriteria yang dinilai pada kuliah ini :
1. Kejelasan memaparkan tentang pembuktian adanya Allah SWT melalui
dalil naqly dan dalil aqly (15%).
2. Kejelasan memaparkan tentang pentingnya menganut agama dan kejelasan
pemahaman tentang proses kejadian manusia (15%).
3. Kejelasan memaparkan tentang Al-Qur'an Hadist/Sunnah dan ijtihad para
ulama (15%).
4. Kejelasan memaparkan tentang pembagian agama dan pentingnya
menganut agama (15%).
5. Kejelasan memaparkan tentang apa itu akhlak, moral dan etika (15%).
6. Kejelasan memaparkan perbedaan prinsip hukum HAM dalam pandangan
Islam (10%).
7. Kejelasan memaparkan tentang Ukhuwah Islamiyah Insaniah dan
Ukhuwah Wataniyah (5%).
8. Kejelasan memaparkan tentang karakteristik masyarakat madani (5%).
9. Kejelasan menguraikan bahwa mesjid sebagai pusat peradaban Islam
(5%).
Penentuan nilai akhir (A, B, C, D, dan E) berdasarkan PAP
A 85 100
B 75 84
C 65 74
D 55 64
E 10 54

iii

VIII. Norma Akademik


1. Mahasiswa harus berpakaian rapi dan bersepatu.
2. Mahasiswa wajib membawa alat tulis dan buku pegangan.
3. Kehadiran mengikuti kuliah minimal 80% jumlah kehadirannya.

IX.

Jadwal Pembelajaran

Minggu

Topik Bahasan

Metode SCL

Dosen

Kontrak Pembelajaran

Kuliah interaktif simulasi


(Pre-Tes)

SM

Konsep Ketuhanan dalam


Islam

Kuliah + kerja kelompok


presentasi (cooperative learning)

SM

Manusia Menurut Islam

Kuliah + tugas pustaka


(cooperative learning)

NN

Sumber Ajaran Islam

Kuliah + tugas pustaka


(collaborative learning)

SM

Agama Islam

Kuliah + kerja kelompok


persentasi (collaborative learning)

SM

Akhlak, Moral dan Etika

Kuliah interaktif + kerja individu


+ presentasi (cooperative
learning)

SM

Hukum HAM dan


Demokrasi dalam Islam

Kuliah + kerja kelompok


presentasi (collaborative learning)

HS

Islam dalam Pluralitas

Kuliah + kerja kelompok


(collaborative learning)

HS

Masyarakat Madani

Kuliah interaktif + diskusi


kelompok

HS

10

Kebudayaan Islam

Kuliah + tugas kajian pustaka


(cooperative learning)

NN

11

Uji Kompetensi

Problem Solving (Assessment)

Team

iv

LEMBAR KONSULTAN
Nama Coach

Nama Coachy

: Drs. Usman Salleang

No.

Tanggal

Rekomendasi/Catatan

TTD. Coach

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Makassar,

2008

Mengetahui,
Konsultan Coaching Clinic SCL

(_______________________________)
NIP.

Anda mungkin juga menyukai