Anda di halaman 1dari 40

PRAKTIKUM FISIKA REAKTOR

KALIBRASI BATANG KENDALI &


KALIBRASI DAYA

TEGAS SUTONDO

Pelatihan Operator dan Supervisor


Reaktor Riset
Tanggal 21 Januari - 8 Februari 2013
PTAPB BATAN
YOGYAKARTA

PENDAHULUAN
Reaktivitas Batang Kendali Tergantung :
Jenis bahan penyerap Boron, Ag, In, Cd, Gd, SS, etc. Xsection: a (E)

Reaktor Kartini menggunakan bahan penyerap BORON (B4C)


Temperatur (bahan bakar, moderator, pendingin)
Bentuk fisis, geometri, ukuran
Posisi di dalam teras

~ a (r,z) = N a (r,z)

Kanfigurasi bahan bakar

(r,z) ~ N235 (r,z) f235

Burnout ~ r (Laju burn out ) t (waktu) a t ~ Power t

10
1
B
+
n

5
0

11 *
7
4
B

Li
+
He
+ 2,73 Mev
5
3
2

KALIBRASI BATANG KENDALI

Tujuan Percobaan :
H

Menentukan besarnya reaktivitas batang kendali total ( = (dh) dan


reaktivitas diferensial (d / dh ) yang digunakan pada reaktor Kartini.

Membuat grafik reaktivitas integral dan diferensial dari batang kendali

Menentukan besarnya reaktivitas lebih dari teras reaktor (core excess).

Menentukan reaktivitas marjin padam (shutdown margin)

Tampang Lintang U-235

Pengatur

Kompensasi

Pengaman

Konfigurasi teras reaktor Kartini

Bentuk Distribusi Fluks Neutron Di Dalam Teras


z
(r)

Max ( r )

(z)

Max ( r )

TERAS REAKTOR

DASAR TEORI
Setiap penarikan batang kendali sebesar dh akan
memberikan kenaikan reaktivitas reaktor sebesar d.
Kenaikan reaktivitas tsb akan menyebabkan kenaikan
populasi neutron (N) atau tingkat daya reaktor (P).
Dinamika perubahan populasi neutron atau tingkat
daya reaktor dinyatakan melalui persamaan kinetika
reaktor
dN t
dt
dC i t
dt

N t iCi t

l
i 1

i
N t i Ci t

Respons Perubahan Daya Terhadap Perubahan Reaktivitas (+)


Dari persamaan (1) maka diperoleh penyelesaian respons perubahan daya (P)
terhadap perubahan reaktivitas positif ( ) sbb.


t / T 2
P(t) = P0
e t/T1
e

Untuk > 0 <


P(t) = P0

e t/T1 P e t/T1
0
-

T1 =

suku kedua diabaikan


T1


( )

t
P(t)
ln
P(0)

Juga berlaku untuk 0 negatif & besar (kasus reaktor TRIP)


Jika | | >> maka T - 1/

T2 =

(3)

(2)

Respons Perubahan Daya Terhadap Perubahan kecil Reaktivitas (+)

P(t) P0 e

t/T

t
P(t)
ln
P(0)


( )

Daya

P(t)

II

III

P0
Waktu (t)

IV

perubahan reaktivitas () VS Periode Reaktor (T)


Untuk < persamaan perjam (in hour equaition)
l
T
=
+
l+T l +T

i
l

T
i =1 1 + i T
6

i =1 1 + i T
6

(4)

l = Umur generasi netron, yang didefinisikan sebagai umur netron sejak dilahirkan
dari proses pembelahan sampai dengan diserap oleh nuklida di dalam material
bahan bakar atau bocor keluar dari reaktor.

Harga l untuk reaktor Kartini (menurut dokumentasi GA), l = 3,8999999. 10-5 detik.

i = Fraksi isotop penghasil netron kasip kelompok i ( i =1, 6 )


i = Konstanta peluruhan isotop penghasil netron kasip kelompok i ( i =1, 6 )
eff = Fraksi isotop penghasil netron kasip efektif = i = 6.87571E-03

DASAR TEORI
Group
(i)

Umur paro (s)

Konstanta peluruhan (i)


(s-1)

ai = i / eff

1
2

55,72
22,72

0,0124
0,0305

0,033
0,219

6,22

0,1115

0,196

2,3

0,301

0,395

0,61

1,138

0,115

0,23

3,01

0,042

RANGKAIAN SISTEM PENGUKURAN


REAKTIVITAS BATANG KENDALI

PREAMP

REACTIVITY
COMPUTER

AMPLIFIER

2.5

DETEKTOR FC / CIC

7.5
10

0
METER ARUS

CORE EXCESS
REFLEKTOR

Pengukuran Waktu Kenaikan Tingkat Daya (t)


5

2,5

7,5

10

METER KEITHLEY
Pencatatan t 1,5 x

Pencatatan t 2 x

- 4,5

- 6

- 7,5

- 8

- 6

4,5 - 9

Prosedur Percobaan Metode Periode Positif


1.

Hubungkan keluaran detektor FC / CIC dengan picoammeter Keithley atau


dengan Reactivity Computer (RC).

2.

Reaktor dioperasikan kritis pada daya rendah (10 30 watt), dengan batang
kendali yang akan dikalibrasi berada di dalam teras

3.

Catat posisi ke 3 batang kendali, arus yang ditunjukkan oleh picoammeter atau
reset tombol pada RC dan pilih skala penunjukan yang sesuai ($, cents)

4.

Naikkan sedikit kedudukan batang kendali yang dikalibrasi, maka reaktor akan
sedikit super kritis, catat waktu untuk kenaikan daya 1,5 kali (t1,5x) atau waktu
untuk kenaikan daya 2 kali (t2x) dengan stopwatch atau catat kenaikan reaktivitas
pada RC dan Catat juga kedudukan batang kendali (h).

5.

Hitung besarnya perioda stabil reaktor T dan total reaktivitas batang kendali dari
tabel T vs yang tersedia atau berdasarkan persamaan .

6.

Turunkan kedudukan salah satu batang kendali (pengkompensasi) sehingga


reaktor menjadi kritis kembali pada tingkat daya/arus semula.

7.

Ulangi langkah 3 dan 4 sampai seluruh bagian batang kendali yang dikalibrasi
berada di luar teras.

Daerah I

(%)

Daerah II

Daerah III

Reaktivitas diferensial
100
1
80
0.8
0.6
20
0.4
0.2

Reaktivitas integral
0
0

20

40
50
60
Posisi Batang Kendali (%)

80

Kurva reaktivitas integral dan diferensial batang kendali

100

Reaktivitas batang kendali sebagai fungsi posisi Aksial


dapat dinyatakan dengan persamaan (5)

h
1
2 h
(h) = (tot) sin

H
2

0,35

Reaktivitas Integral ($)

0,3

2,5

0,25

0,2

1,5

0,15

0,1

Reaktivitas Integral
Reaktivitas Diferensial

0,5

0,05

0
0

20

40
60
Posisi Ketinggian Batang Kendali (%)

80

0
100

Reaktivitas Diferensial ($ / Persen Ketinggian)

3,5

(5)

Perhitungan Reaktivitas Lebih Teras (Core Excess) &


Reaktivitas Marjin Padam (shutdown margin)
Reaktivitas Lebih Teras (ex) = reaktivitas dari muatan bahan bakar yang tersisa saat ia
kritis pada daya nol. Dalam praktek reaktivitas batang kendali yang masih berada di dalam

teras pada saat reaktor kritis pada daya rendah,

ex Tot Out

Reaktivitas Marjin padam (MP)


Sebagai ukuran kemampuan shutdown dari sistem kendali reaktivitas / batang kendali:
Didefinisikan sebagai nilai reaktivitas (negatif) dari batang kendali yang masih tersisa,

ketika reaktor dalam kondisi padam (subkritik), dengan menganggap reaktivitas batang
kendali yang terbesar tidak ada (diskenariokan macet saat reaktor TRIP).

MP Tot Stuck ex
TOT

= reaktivitas total dari ke 3 batang kendali

STUCK = reaktivitas bagian batang kendali terbesar (berada di luar teras).


out = reaktivitas bagian batang kendali yang berada di luar teras

KALIBRASI DAYA REAKTOR


TUJUAN
MENENTUKAN DAYA TERMAL YANG DIBANGKITKAN DI DALAM REAKTOR,
BILA METER MENUNJUKKAN PADA SKALA TERTENTU

f
P=
N fr
P

Vr

( v) dv dQ/dt....... (watt)
0

N A f VR
N fr A

G N A f
3,1 1010 A

dQ / dt

f = tampang lintang makroskopis pembelahan


= fluks neutron
Vr = volume reaktor.
G = massa U-235
Nfr = jumlah fisi per watt
Q = energi termal

Prosedur Percobaan
Reaktor dioperasikan pada tingkat daya tertentu, dengan sistem pendingin dimatikan
dan tunggu beberapa saat, hingga suhu pendingin di dalam tangki reaktor mengalami
kenaikan.
Amati dan catat suhu air tangki setiap interval tertentu (misal tiap 5 menit) pada sistem
monitor suhu yang tersedia hingga diperoleh data yang cukup (10 data pengamatan sudah
cukup).
Buat grafik linear antara suhu air tangki terhadap waktu T vs t, dan cari tangen arah
(slope) dari garis tersebut (dT/dt), menggunakan cara regresi linear.
o

Waktu [ t ]

Suhu Air Tangki Reaktor [ T ] ( C )

( menit )

P = 10 kW

P = 25 kW

P = 50 kW

P = 100 kW

28,8

29,3

30,4

34,2

10

28,9

29,4

30,6

34,7

15

28,9

29,7

30,7

35,1

20

29,0

29,8

31,1

35,5

25

29,1

29,8

31,3

35,9

30

29,1

29,9

31,5

36,3

BEBERAPA METODE
CARA STASIONER SUHU ATR TETAP (SISTEM PENDINGIN JALAN)

P = G . c . T
P = daya reaktor
G = debit air sistem pendingin primer (Cm3 /detik)
c = panas jenis air
c = 4,187 watt .det/gr. 0C
T = beda suhu inlet dan outlet sistem pendingin primer (0C)
Peralatan yang dibutuhkan :
Sistem monitor data operasi reaktor (flow meter, termometer)

PROSEDUR AKSPERIMEN :
Reaktor dioperasikan pada daya tertentu, dengan pendingin primer dimatikan,
tunggu beberapa saat, hingga suhu pendingin di dalam tangki reaktor stabil /
konstan.

Amati dan catat penunjukan suhu pada bagian masukan dan keluaran unit
penukar panas serta laju aliran pendingin pada sistem primer.
CATATAN: HANYA UNTUK FORCE CONVECTION COOLING SYSTEM

CARA NON-STASIONER (SISTEM PENDINGIN MATI)


dQ
dT
P =
= 60 H
dt
dt
P = daya reaktor yang sesungguhnya (KWatt).
Q = energi panas yang terbentuk di reaktor .
H = harga air reaktor KARTINI = 19,0476 Kwh/ 0C.
T = suhu air tangki reaktor (0C)
t = interval waktu pengamatan (menit)

Alat Yang Digunakan.


1. Termometer
2. Stopwatch.

40,0

Suhu ATR [ T ] ( oC )

37,5

35,0

32,5

30,0

27,5
Monitor daya = 100 kW
T = 0.0829 t + 33.833

Monitor daya = 50 kW
T = 0.0457 t + 30.133

Monitor daya = 25 kW
T = 0.0246 t + 29.22

Monitor daya = 10 kW
T = 0.012 t + 28.82

25,0
5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

Waktu [ t ] (menit)

CONTOH GRAFIK DATA PENGUKURAN SUHU ATR VS WAKTU

Hasil Kalibrasi daya metoda KALORIMETRI

dQ
dT
P =
= 60 H
dt
dt
Penunjukan Monitor Daya (kW)

10

25

50

100

Laju Kenaikan Suhu ATR (dT/dt)

0,012

0,0246

0,0457

0,0829

Daya Terukur (kW) = H dT/dt

13,714

28,114

52,229

94,743

Kesalahan Meter Daya (%)

27,083

11,077

4,267

5,549

Dihitung berdasarkan Harga air reaktor KARTINI: H = 19,0476 kW h

METODA NON KALORIMETRI


f
P=
3,1 1010
P

(v) dv

N fr A

(v)dv
0

VR

(watt)

(r)

GN A f

VR

Vr

Max ( r )

G N A f

(z)

3,11010 A

Max ( r )

VR

(x, y, z)dx dy dz
0

VR

k x ( x ) / Max ( x )

TERAS REAKTOR

k x k y k z 0

k y ( y) / Max ( y)

UNTUK GEOMETRI SILINDER

k z (z) / Max (z)

k 2r k z 0

PROSEDUR EKSPERIMEN
Pemetaan distribusi fluks neutron relatif di dalam teras pada arah aksial dan
radial pada suatu tingkat daya, menggunakan detektor neutron swadaya (Self Powered
Neutron Detector / SPND).
Pengukuran fluks absolut di ring F (bagian tengah)
Gunakan data rasio fluks di F / fluks RERATA teras ( F/ av = 0,185) untuk
menentukan fluks absolut RERATA teras ( av)
Gunakan persamaan dan data berikut ini untuk menghitung daya reaktor

G
NA
f
av
A
Nfr

GN A f
N fr A

=
=
=
=
=
=

massa U-235 = 2597 gram


Bilangan Avogadro = 6,022045E 23
tampang lintang mikroskopis pembelahan ~ 580 barn
fluks neutron rerata teras (hasil perhitungan)
235 (nomor massa atom)
3.1 x 1010 fisi/watt

DATA PENGUKURAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON


DI REAKTOR KARTINI
Jarak Aksial
(cm)
0
10
20
30
40
50

Jarak Radial
(cm)
0
5,5
11,4
15,4
18,6
21,6

Fluks Neutron Relatif Arah Aksial


P = 10 kW
0,332
0,356
0,388
0,354
0,320
0,260

P = 25 kW
0,676
0,762
0,806
0,774
0,690
0,492

P = 50 kW
0,112
0,134
0,149
0,136
0,126
0,102

P = 100 kW
0,262
0,316
0,356
0,340
0,320
0,250

Fluks Neutron Relatif Arah Radial


P = 10 kW
0,0582
0,054
0,0492
0,043
0,0324
0,0258

P = 25 kW
0,14
0,093
0,083
0,072
0,059
0,051

P = 50 kW
0,192
0,162
0,136
0,12
0,108
0,095

P = 100 kW
0,574
0,438
0,394
0,322
0,234
0,212

BENTUK DISTRIBUSI FLUKS ARAH AKSIAL


1.05

Distribusi Fluks Aksial Relatif

1.00
0.95
0.90
0.85
0.80
0.75
0.70
0.65
0

10

15

20

25

Jarak Aksial (cm)

30

35

40

BENTUK DISTRIBUSI FLUKS ARAH RADIAL


1.1

Distribusi Fluks Radial Relatif

1.0
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0

10

15

20

Jarak Radial Dari Pusat Teras (cm)

25

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON


R = ac V

N
= ac V - N
t
N = jumlah atom radioisotop yang terbentuk dan
= konstanta peluruhannya

1 - exp (- t1 )
N1 = ac V

N1 = jumlah atom radioisotop yang terbentuk setelah nuklida target t


teriradiasi selama t1 .
N1 dapat dinyatakan dalam besaran aktivitas yang dituliskan

1 - exp (- t1 )
A = N1 = ac V

As =

C
{1 - exp - t 1} { exp - (t 2 - t 1 )} { 1 - exp - t c }

C = cacah/detik

As = ac V
V = volume foil

C
ac V{1 - exp - t 1} { exp - (t 2 - t 1 )} { 1 - exp - t c }

PERALATAN YANG DIPERLUKAN


1. Reaktor (fasilitas iradiasi pneumatik).
2. Pneumatik transfer system
3. Sistem pencacah gamma dengan HPGe.
4. Komputer
5. Detektor foil (Au, In)

FAKTOR MULTIPLIKASI
k

Laju produksi neutron


f p
Laju absorbsi neutron

f
aF

aF
f
a

Laju produksi neutron


Laju absorbsi neutron Laju kebocoran
k eff
Laju neutron yang diabsorbsi

PNL PFNL P TNL


k Laju neutron yang diabsorbsi neutron yang bocor

k eff

k eff

k
2

k PNL

1 L B
1 KRITIS

1 SUB KRITIS
1 SUPER KRITIS

KONDISI SUBKRITIS (SUBCRITICAL)

KONDISI SUPERKRITIS (SUPERCRITICAL)

KONDISI KRITIS (CRITICAL)

DISAIN SISTEM TERAS REAKTOR KARTINI


DAYA NOMINAL
BENTUK GEOMETRI
REFLEKTOR

: 250 KW
: SILINDER
: GRAFIT

POSISI AWAL BATANG KENDALI (KRITIS PADA ZERO POWER)

h1
h0

dh

Sistem Pendingin Primer

Anda mungkin juga menyukai