Metrologi Industri
Metrologi Industri
TUGAS
PENGUKURAN KEBULATAN
Kelompok 4 :
Adittya Yuda H.
061910101020
061910101024
Bahtiar Yudhistira
061910101030
Rico Sutalin
061910101032
061910101034
BAB 1 PENDAHULUAN
Pengukuran dalam arti yang umum adalah membandingkan suatu besaran dengan
besaran acuan/pembanding/referensi. Proses pengukuran, akan menghasilkan angka yang
diikuti dengan nama besaran acuan ini. Bila tidak diikuti nama besaran acuan, hasil
pengukuran menjadi tidak berarti. Perhatikan dua kalimat berikut.
- Tinggi gedung itu tiga.
- Tinggi gedung itu tiga pohon kelapa.
Pada kalimat yang kedua digunakan nama besaran acuan sehingga kalimat tersebut
menjadi
bermakna.
Akan
tetapi,
besaran
acuannya
(pohon
kelapa)
tidak
menggambarkan suatu hal yang pasti sehingga masih menimbulkan keraguan. Oleh
sebab itu diperlukan suatu besaran acuan yang bersifat tetap, diketahui, dan diterima oleh
semua prang. Besaran tersebut harus dibakukan distandarkan. Besaran standar yang dipakai
sebagai acuan dalam proses pengukuran harus memenuhi syarat syarat berikut:
Dapat didefinisikan secara fisik,
Jelas dan t idak berubah dalam kurun waktu tertentu ,
Dan dapat digunakan sebagai pembanding, di mana saja di dunia ini.
Besaran standar yang digunakan dalam setiap proses pengukuran dapat merupakan
salah satu atau gabungan besaran-besaran dasar. Dalam sistem satuan yang telah
disepakati secara internasional (Sl units,International System of units, Le Systeme
Internasional dunites) dikenal tujuh besaran dasar. Setiap besaran dasar mempunyai satuan
standar dengan symbol / notasi yang digunakan sebagaimana yang diperlihatkan pada
tabel 1.1.
Tabel 1.1 Satuan standar bagi tujuh besaran dasar menurut sistem satuan internasional (SI
units).
Besaran dasar
Simbol
Panjang
meter (meter)
Massa
kilogram (kilogram)
kg
Waktu
sekon/detik (second)
Arus listrik
amper (ampere)
Temperatur termodinamika
Kelvin (kelvin)
Jumlah zat
mol (mole)
Intensitas cahaya
Jilin (candela)
mol
cd
Satuan tambahan
Sudut bidang
radial (radian)
tad
Sudut ruang
steradial (steradien)
sr
Satu radial berarti sudut yang dinyatakan pada suatu bidang (dinamakan sudut
bidang) di antara dua garis radius (jari-jari suatu lingkaran) yang memotong lingkaran
sehingga panjang busur lingkaran yang terpotong sama dengan panjang radius
lingkaran yang dimaksud. Karena keliling lingkaran sama dengan 2 x radius maka 1
0
Satu steradial adalah sudut ruang yang bermula dari titik pusat bola yang memotong
permukaan bola sehingga luasnya sama dengan luas segi empat dengan sisi sama dengan
radius bola yang dimaksud.
Semua besaran st andar bagi set iap pengukuran yang bukan merupakan
besaran dasar tersebut di atas adalah merupakan turunan (gabungan) beberapa
besaran dasar. Contoh besaran turunan a dalah seperti yang tercantum pads tabel 1.2.
Tabel 1.2 Contoh besaran turunan dengan satuan standarnya.
Besaran turunan
Simbol
Luas bidang
meterpersegi
Volume
meterkubik
Kecepatan
meterpersekon
m/s
Percepatan
meter-per-sekonkuadrat
m/
Gaya
newton
N; kg . m/
Tekanan
pascal
Energi (kerja)
joule
J; N.m; kg.m2/
Daya
watt
W; J/ s; kg.m2/
Potensial listrik
volt
V; W/A; kg.m2/(
Tahanan listrik
ohm
Q; V/A; kg.m2/(
.A)
.
Simbol Contoh
10 18
eksa (exa)
1 kg = 103 g
10 15
peta (peta)
1 MW = 106 W
10 12
tera (tera)
1 cm = 10-2 m
10 9
giga (giga)
1 mm = 10-3 m
10 6
mega (mega)
1 m = 10-6 m
10 3
kilo (kilo)
1 nm = 109 m
10 2
hekto (hecto)
deka (deca)
da
10 -1
desi (deci)
10 -2
senti (centi)
10 -3
mill (milli)
10 -6
mikro (micro)
10
nano (nano)
10 -1 2
piko (pico)
10 -15
femto (femto)
10 -18
ato (afro)
10
-9
Catatan; nama depan ini tidak boleh diulang meskipun yang diperuntukkan bagi
sat uan st andar massa. Karena satuan standar besaran dasar massa adalah 1
kg make, misalnya dalam menyat akan seribu kali 1 kg t idak boleh dituliskan
dengan: 1 kkg
Alat ukur geometrik bisa diklasifikasikan menurut prinsip kerja, kegunaan, atau
sifatnya. Dan cara klasifikasi ini yang lebih sederhana adalah klasifikasi menurut sifatnya, di
mans alat ukur geometrik dibagi menjadi 5 jenis dasar dan 2 jenis turunan yaitu,
Jenis Dasar:
1. Alat ukur langsung; yang mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi. Kecermatannya
rendah s.d. menengah (1 s.d. 0.002 mm). Hasil pengukuran dapat langsung dibaca pads
skala tersebut.
Dapat memiliki skala, tetapi lehih sering tak mempunyai skala karena memang
dirancang untuk pemeriksaan toleransi suatu objek ukur yang tertentu (khas, spesifik).
Jenis Turunan:
6. Alat ukur khas (khusus, spesifik); yang dibuat khusus untuk mengukur geometri
yang khas misalnya kekasaran permukaan, kebulatan, profit gigs suatu roda - gigi
dsb. Termasuk dalam kategori ini adalah yang dirancang untuk kegunaan tertentu,
misalnya Koster Inter- Terometer untuk mengkalibrasi blok ukur. Selain
mekanismenya yang khas, alai ukur jenis ini dapat memiliki skala dan dapat
dilengkapi alat pencatat atau penganalisis data.
Selang
Kenaikan
Jumlah Blok
1,001 1,009
0,001
1,01 1,49
0,01
49
0,5 24,5
0,5
49
25 100
25
1,0005
BAB 2 PEMBAHASAN
kebulatan
suatu
benda.
Berbeda
dengan
pemeriksaan
secara
dirancang
dan
dilaksanakan
secara
khusus.
Berbagai
masalah
benda ukur, sehingga jarak perpindahan sensor jam ukur akan dipengaruhinya.
masing bisa menghasilkan harga parameter kebulatan R yang berbeda). Menurut ISO cara
analisis WRZ (Minimum Radial Zone) adalah sesuai dengan makna toleransi kebulatan:
perhatikan pernyataan toleransi kebulatan seperti yang diperlihatkan pada gambar 1.d
profil involute ini akan mengurangi keandalan roda-gigi dan kebisingan akan timbul jika
roda gigi ybs. dioperasikan.
Gambar
2.a
memperlihatkan
skema
bagian-bagian
Koster
Meja & blok ukur; blok ukur dengan ukuran nominal tertentu diletakkan di atas meja.
Karena permukaan blok ukur clan permukaan meta dibuat rata dan halos (mirror
finishing) berkas cahaya akan terpantulkan (berfungsi serupa dengan "cerminbawah" pada Michelson Interferometer). Karena posisi meja sedikit dimiringkan maka
berkas cahaya yang dipantulkan akan tergabung dengan berkas cahaya pantulan
"cermin-kanan" yang menghasilkan proses interferensi baris-baris gelap-terang
serupa dengan yang terjadi pada pelat gelas yang sedikit dimiringkan terhadap
cermin dibawahnya.
Teleskop: fokus teleskop ditetapkan sehingga permukaan meja dan permukaan
alas
blok
ukur
terlihat
dengan
jelas.
Melalui
okuler
pengamat
dapat
memperhatikan posisi baris-baris gelap di atas blok ukur relatif terhadap baris-baris
gelap di atas meja.
Gambar
adalah
Koster
Interferometer
yang
dimanfaatkan
untuk
pe bedaan dengan kondisi udara standar (temperatur, tekanan, dan kelembaban) dapat
diketahui harga b,. Sementara itu, harga a tak perlu dihitung sebab dalam hal ini yang kita
inginkan adalah menentukan perbedaannya secara cermat (bisa sampai kecermatan 0.01 m)
setelah kita mengetahui ketinggian blok ukur sebagai hasil pengukuran dengan memakai
komparator dengan kecermatan 1 pm. Dari 3 atau 4 harga b, dan f, inilah ditetapkan harga
koreksi yang terbaik bagi ketinggian nominal blok ukur.
Bila perlu, untuk menaikkan kepercayaan kita atas kebenaran kalibrasi blok ukur,
proses pengukuran diulang dengan memakai lampu tabung gas yang lainnya (He. Ne, Ar.
Kr, atau Cd). Hasil pengukuran mungkin dapat berbeda-beda (pada angka desimal tingkat
tertentu). Hal seperti ini merupakan suatu kewajaran dalam proses pengukuran. Ketepatan
proses pengukuran, yaitu sampai sejauh mana hasilnya bisa berbeda bila dilakukan
pengulangan, dapat didefinisikan serupa dengan usaha orang untuk mendefinisikan harga
rata-rata.
Bagi blok ukur dengan ukuran nominal > 120 mm pengaturan fokus teleskop akan
menjadi sulit. Jika fokus diatur sehingga permukaan blok ukur terlihatjelas, pada seat itu
permukaan meja akan terlihat kabur, dan demikian pula hal sebaliknya. Pada kondisi ini
penentuan f,. jarak geseran garis-garis interferensi, akan menjadi sulit. Oleh sebab itu,
kalibrasi dilakukan dengan membandingkan blok ukur dengan satu blok ukur (atau susunan
blok ukur yang telah dikalibrasi) sebagai acuan yang memiliki kualitas yang sama (atau yang
lebih tinggi). Kedua blok ukur ini diletakkan berdampingan di atas meja. Pada cars
perbandingan ini digunakan berkas cahaya putih (prisms fabry-perrot diganti dengan cermin).
Kualitas pembuatan blok ukur ditentukan oleh standar. Dalam hal ini kualitas tersebut
dikaitkan dengan ketelitian ukuran nominalnya. Berdasarkan hasil kalibrasi dapat diketahui
harga kesalahan ketinggian nominal blok ukur. Toleransi kesalahan ini dibuat sesuai dengan
ketinggian/ketebalan nominalnya, L, yaitu:
= L ; m
Harga ditetapkan sesuai dengan angka kualitas menurut standar kalibrasi yang
dianut ( DIN, JIS, ISO, atau SNI ). Jadi, sebagai hasil kalibrasi dengan Koster Interferometer
ini blok ukur tersebut dapat dianggap mempunyai angka kualitas tertentu misalnya 00, atau
0.
Sementara itu, blok ukur kualitas 1, 2, 3. atau 4 biasanya dikalibrasi dengan
teknik perbandingan dengan blok ukur kualitas 0 (atau 00) dengan memakai komparator
dengan kecermatan 1 m. Tentu sale, dalam hal yang terakhir ini blok ukur acuan tersebut
harus telah lolos dari kalibrasi pada tingkat yang lebih tinggi (misalnya dengan Koster
Interferometer) demi untuk menjaga sifat keterlacakan (traceability).
Ketepatan proses kalibrasi/pengukuran hanya dapatdiketahui melalui pengulangan
proses yang dimaksud. Ketelitian atau besarnya kesalahan menentukan kualitas blok ukur.
Ketelitiannya hanya berlaku pada 28 C. Dengan menggunakan suatu set yang terdiri dari 88
blok, hampir semua dimensi antara 1,001 sampai 700 mm dapat diukur dengan langkah
imbuh sebesar 0,001 mm.
Mikrometer dan instrument jangka sorong dapat digunakan untuk mengecek
toleransi bila berkisar antara 0,0001 dan 0,0005 mm. Bila diperlukan ketelitian sampai
micron, diperlukan laboratorium dengan suhu tetap, perlengkapan ukroptik atau elektronik
untuk kalibrasi dan pembanding blok ukur. Dapat diperoleh pula blok ukur sudut dengan
ketelitian yang menyamai blok ukur presisi. Suatu set yang terdiri dari 16 blok sudah
memungkinkan pengukuran sudut dengan ketelitian 1 detik.
Blok ukur teliti dirakit dengan proses putar. Mula-mula blok dibersihkan dengan
cermat. Blok yang satu diletakkan tepat diatas lainnya kemudian diosilasikan sedikit,
kemudian digeser dan diputar sedikit dibawah pengaruh tekanan. Selaput cairan antara
permukaan blok menyebabkan blok tersebut melekat erat-erat. Blok baja perkakas akan
mengalami keausan sebesar 0,001 mm setiap 1000 putaran oleh karena itu bila sering
digunakan harus dipilih blok dari bahan yang lebih keras. Blok ukur yang dirangkaikan
dengan cara seperti telah dijelaskan tadi harus dilepaskan kembali setelah beberapa jam.
Dalam set blok ukur karbida terdapat 88 blok dengan dimensi berikut :
9 blok dengan imbuhan sebesar 0,001 mm mulai dari 1,001 hingga 1,009 mm.
49 blok dengan imbuhan 0,01 mm mulai dari 1,01 hingga 1,49 mm.
17 blok dengan imbuhan sebesar 0,5 mm mulai dari 1,5 hingga 9,5 mm.
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
1.
Pengukuran dalam arti yang umum adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran
acuan/pembanding/referensi.
2.
Alat ukur geometrik bisa diklasifikasikan menurut prinsip kerja, kegunaan, atau sifatnya.
Dan cara klasifikasi ini yang lebih sederhana adalah klasifikasi menurut sifatnya, di mans
alat ukur geometrik dibagi menjadi 5 jenis dasar dan 2 jenis turunan
Kebulatan dan diameter adalah dua karakter geometris yang berbeda, meskipun
demikian keduanya saling berkaitan, ketidak bulatan akan mempengaruhi hasil
pengukuran diameter, sebaliknya pengukuran diameter tidak selalu akan menunjukkan
ketidak bulatan
5.
Berdasarkan putarannya, maka alat ukur dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu:
Jenis dengan sensor putar
Jenis dengan meja putar
6.
Untuk memastikan perbedaan ukuran nominal (yang tercantum pada blok ukur)
terhadap ukuran sebenarnya paling tidak akan diketahui harganya yaitu sama
dengan kecermatan komparator ini dapat diukur dengan Koster Interferometer.
7.
Blok ukur berbentuk persegi panjang, bulat atau persegi empat, mempunyai 2 sisi sejajar
dengan ukuran yang tepat. Blok ukur dapat dibuat dari baja perkakas, baja khrom, baja
tahan karat, khrom karbida atau karbida tungsten.
DAFTAR PUSTAKA
Rochim, Taufiq. Spesifikasi, Metrologi, dan Kontrol Kualitas Geomatrik. Bandung : ITB
Amstead, B.H. 1997. Teknologi Mekanin. Jakarta : Erlangga
http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/mesn/2003/jiunkpe-ns-s1-2003-24497029-1611bubut_silindris-chapter2.pdf