Pemutus Daya Udara
Pemutus Daya Udara
Pemutus daya ini menggunakan metode pemadaman busur api yang paling sederhana,
yaitu dengan memperpanjang lintasan busur apinya. Perpanjangan busur api dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain dengan menggunakan kontak sela tanduk, seperti
ditunjukkan pada gambar 1.
Saat kontak dipisahkan, busur api terbentuk pada bagian bawah kontaknya. Panas yang
ditimbulkan busur api membuat suhu di bagian bawah kontak lebih tinggi daripada suhu di
bagian atasnya, sehingga terjadi aliran udara dari bawah ke atas. Aliran udara ini
menddorong busur api bergerak ke atas. Busur api yang panjang sangat mudah dipadamkan
oleh arus konveksi udara, sehingga busur api sudah padam sebelum mencapai ujung tanduk.
Pemutus daya seperti ini digunakan untuk rangkaian dc dan ac tegangan rendah, dengan arus
pemutusan sampai ratusan ampere.
Khusus untuk pemutus daya ac tegangan rendah, kontaknya dapat dibuat dari bahan
bertitik lebur rendah seperti kuningan dan tembaga. Busur api akan padam saat arus
mencapai harga nol yang pertama karena tegangan tidak cukup kuat menimbulkan emisi
medan yang dapat mengawali terpaan balik busur api. Letak isolasi pendukung kontak harus
diatur sedemikian rupa sehingga tidak gosong karena panas yang ditimbulkan busur api.
Gosongnya isolator akan memproduksi karbon sehingga isolator seakan-akan menjadi
elektroda dan darinya keluar elektron hasil emisi thermos yang dapat mengawali terjadinya
terpaan busur api balik.
Untuk rangkaian bertegangan lebih tinggi, konstruksi kontak dan pemadam busur api
dibuat seperti pada gambar . Busur api yang sudah memanjang karena dorongan udara,
dipotong-potong menjadi beberapa seksi oleh tabir metal. Sehingga busur api pada setiap
seksi selain mengalami pemanjangan juga mengalami efek pendinginan. Pemutus daya ini
digunakan untuk tegangan beberapa ribu volt dan dapat memutuskan arus beberapa ribu
ampere.
Pemutus daya jenis lain adalah seperti ditunjukkan pada gambar . Tabirnya dibuat dari
bahan isolator, sehingga busur api dipaksa menelusuri permukaan isolator. Dalam hal ini
pemadaman busur api terjadi karena : (a) efek pemanjangan busur api, (b) efek pendinginan
permukaan isolator dan (c) karena partikel bermuatan mempunyai peluang yang besar untuk
mengadakan rekombinasi. Pemutus daya ini digunakan untuk memutus arus sampai 50 kA
dan dapat digunakan pada rangkaian bertegangan sampai 10 kV.
Konstruksi pemutus daya minyak telah diberikan pada gambar . Saat kontak dipisahkan,
busur api akan terjadi di dalam minyak, sehingga minyak menguap dan menimbulkan
gelembung gas yang menyelubungi busur api, seperti ditunjukkan pada gambar . Karena
panas yang ditimbulkan busur api, minyak mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas
hidrogen yang bersifat menghambat produksi pasangan ion. Oleh karena itu, pemadaman
busur api tergantung pada pemanjangan dan pendinginan busur api dan jugs tergantung pada
jenis gas hasil dekomposisi minyak.
Pengembangan selanjutnya dari pemutus daya minyak adalah membuat bilik kontak
seperti pada Gambar .
Pada Gambar ditunjukkan suatu kontak yang sudah dipisahkan. Busur api terjadi dalam
bilik berisi minyak. Gas yang timbul karena dekomposisi minyak menimbulkan tekanan
terhadap minyak, sehingga minyak juga terdorong ke bawah melalui leher bilik. Di leher
bilik, minyak ini melakukan kontak yang intim dengan busur api. Hal ini akan menimbulkan
pendinginan busur api, mendorong proses rekombinasi, dan menjauhkan partikel bermuatan
dari lintasan busur api.
Jenis bilik kontak yang lain ditunjukkan pada Gambar . Leher bilik terbuat dari laminasi
isolasi. Jika kontak bergerak ke bawah, minyak akan mengalir dari sela-sela laminasi,
sehingga minyak terdorong dengan arah radial menuju busur api. Ada juga pemutus daya
yang dirancang dengan alat tambahan, sehingga busur api yang berada di luar bilik leher
didorong ke arah horizontal menjauhi tabir isolator yang dicelupkan dalam minyak jenuh.
Jenis pemutus daya ini dapat memutuskan arus hubung singkat sampai 10 kA pada rangkaian
bertegangan sampai 500 kV.
Minyak yang berada di antara kontak sangat efektif memutuskan arus. Kelemahannya
adalah minyak mudah terbakar dan kekentalan minyak memperlambat pemisahan kontak,
sehingga tidak cocok untuk sistem yang membutuhkan pemutusan arus yang cepat.
Pada Gambar ditunjukkan skema kontak pemutus daya udara tekan. Pemutus daya ini
dirancang untuk mengatasi kelemahan pada pemutus daya minyak, yaitu dengan membuat
media isolator kontak dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak menghalangi
pemisahan kontak, sehingga pemisahan kontak dapat dilaksanakan dalam waktu yang cepat.
Saat busur api timbul, udara bertekanan tinggi ditiupkan untuk mendinginkan busur api dan
menyingkirkan partikel bermuatan dari sela kontak. Pada Gambar , udara ditiupkan paralel
dengan busur api. Sedangkan pada Gambar terlihat udara ditiupkan tegak lurus terhadap
busur api dan mendorong busur api menelusuri permukaan tabir isolator, sehingga busur api
bertambah panjang. Hal ini memberi efek pendinginan terhadap busur api dan memberi
peluang bagi partikel bermuatan untuk mengadakan rekombinasi. Pemutus daya jenis ini
mampu memutuskan arus sampai 40 kA pada rangkaian ac bertegangan sampai 765 kV.
Pada pemutus daya vakum, kontak ditempatkan pada suatu bilik vakum seperti
ditunjukkan pada Gambar . Untuk mencegah udara masuk ke dalam bilik, maka bilik harus
ditutup rapat dan kontak bergeraknya diikat ketat dengan perapat logam.
Jika kontak dibuka, maka pada katoda kontak terjadi emisi thermis dan medan tegangan
yang tinggi yang memproduksi elektron-elektron bebas. Elektron hasil emisi ini bergerak
menuju anoda. Dalam perjalanannya menuju anoda, elektron-elektron bebas ini tidak
bertemu dengan molekul udara sehingga tidak terjadi ionisasi tumbukan. Akibatnya, tidak
ada penambahan elektron bebas yang mengawali pembentukan busur api. Dengan kata lain,
busur api dapat dipadamkan.
I.
Sifat SF6
SF6 memiliki konduktivitas termal yang tinggi dan konstanta waktu termalnya
sekitar 1000 kali lebih cepat daripada udara. Ini merupakan keuntungan dalam
pemadaman busur api. SF6 tidak bereaksi terhadap logam serta kaca dalam
kondisi normal. Akan tetapi, pada temperatur dalam orde 10000C seperti pada
busur listrik, SF6 akan terurai menjadi SF4, SF2, S2, F2, S dan F. Namun hasil
dekomposisi ini akan segera mengalami rekombinasi setelah pemadaman busur
api (dalam waktu sekitar 1 s).
Salah satu masalah utama terkait penggunaan SF6 adalah kondensasi pada
tekanan yang tinggi dan temperatur yang rendah. Pemutus daya SF6 digunakan
pada tegangan 6,6-765 kV.
II.
pemadaman yang berisi kontak breaker. Pada operasi pemutusan arus, kontak
circuit breaker berpisah ketika gas bertekanan tinggi dilepaskan dari ruang
penyimpanannya menuju ruangan pemadaman dimana busur api dipadamkan.
Setelah pemutusan arus, gas dipompa kembali ke ruang penyimpanan tadi.
III.
Pemutus Daya SF6 Pemadaman Sendiri (Self Extinguishing SF6 Circuit Breaker)
Ruang pemutusan dibagi menjadi 2 ruangan utama. Ketika breaker ditutup,
keduanya memiliki tekanan yang sama. Saat breaker dibuka, kontak berpisah dan
busur api terjadi di antara kontak tersebut. Panas yang dihasilkan busur api akan
memanaskan gas yang berada dalam ruangan tersebut dan dengan cepat
meningkatkan tekanannya. Gas akan keluar dari ruangan tempat terjadinya busur
api menuju ruangan lainnya. Perluasan aliran pendinginan terhadap busur api
akan memadamkan busur api tersebut pada saat arusnya nol. Breaker jenis ini
biasanya digunakan pada jaringan tegangan menengah dengan tegangan rated
sampai 24 kV dan arus rated 2350 A.
IV.
Pemutus daya udara tekan dan SF6 tipe puffer DC 400 kV telah dikembangkan oleh
Vithayathile et al. Kedua pemutus ini memasukkan rangkaian komutasi dan elemen penyerap
energy. Kecepatan operasi pemutus ini sebanding dengan pemutus AC dengan tipe yang
serupa.