Anda di halaman 1dari 3

Mata Kuliah: Logika

Nama:

Farid

Auliarachman
Kelas: F

NPM: 110110140274

Hubungan Hukum dengan Logika


Suatu pandangan yang cukup banyak penganutnya di kalangan para yuris adalah,
bahwa terdapat suatu relasi yang istimewa erat antara hukum dan logika (dalam arti
tradisional, dari dua nilai, benar atau salah) bahwa sifat logis adalah suatu sifat khusus
dari hukum; yang berarti bahwa dalam relasi-relasi timbal balik mereka, norma-norma dari
hukum sesuai dengan asas-asas dari logika. Asas-asas itu dapat diterapkan (aplikabel) pada
norma-norma pada umumnya dan norma-norma hukum pada khususnya. Suatu konflik antar
norma, yakni suatu situasi di mana dua norma adalah sah (valid), di mana yang satu
memerintahkan serangkaian tingkah laku tertentu, dan yang lain serangkaian tingkah laku
yang bertentangan (inkompatibel) dengan yang diperintahkan oleh yang pertama tadi,
dipandang sebagai suatu kontradiksi logikal.
(Kelsen, Hans, Hukum dan Logika, Alih bahasa: Prof. Dr. B. Arief Sidharta, S.H., Bandung:
P.T. Alumni, 2006)

Kegiatan Akal Budi


Kegiatan akal budi atau intelek adalah kegiatan berpikir. Pada dasarnya kegiatan akal
budi manusia dapat dibagi dalam tiga langkah yang saling berkaitan (Jacques Maritian,
Formal Logic, 1937:1), yaitu:
1. Kegiatan akal budi tingkat pertama (the first operation of the mind) yang dinamakan
Aprehensi Sederhana (Simple Apprehension) yang menghasilkan terbentuknya
Konsep.
2. Kegiatan akal budi tingkat kedua (the second operation of the mind) yang dinamakan
Keputusan (Judgment, Oordeel) yang menghasilkan Proposisi.
3. Kegiatan akal budi tingkat ketiga (the third operation of the mind) yang dinamakan
Penalaran (Reasoning, Redenering) yang menghasilkan Argumen atau Argumentasi.

A. Kegiatan Akal Budi Tingkat Pertama


Kegiatan akal budi tingkat pertama dinamakan Aprehensi Sederhana (Simple
Apprehension). Pada kegiatan ini yang terjadi adalah akal budi (intelek) secara langsung
melihat, mempersepsi, menangkap atau mengerti sesuatu atau objek tertentu melalui
panca indera maupun melalui kegiatan berpikir itu sendiri. Kegiatan ini menghasilkan
terbentuknya idea atau gagasan. Dengan terbentuknya idea dalam akal budi manusia
berarti bahwa akal budi manusia itu menangkap atau memahami esensi dari objek
tertentu. Aprehensi Sederhana adalah tindakan akal budi yang menangkap atau mengerti
sesuatu tanpa mengiyakan atau menyangkal. Objek material dari Aprehensi Sederhana
adalah sesuatu hal atau objek yang ditangkap oleh akal budi. Objek formalnya adalah
bagian dari sesuatu hal yang pertama-tama secara langsung tertangkap oleh akal budi
sebagai objeknya. Yang pertama-tama tertangkap oleh akal budi itu adalah esensi atau
sifat pokok atau intisari dari suatu hal. Idea di dalam akal budi dirumuskan dalam suatu
konsep. Konsep tentang suatu hal itu akan diungkapkan dalam bentuk lambang yang
berupa lambang-lambang bunyi, yakni bunyi yang mempunyai makna tertentu yang
disebut perkataan, atau berupa lambang-lambang grafis, yakni gambar yang mempunyai
makna tertentu, misalnya berupa huruf atau rangkaian huruf-huruf yang mewujudkan
perkataan.
B. Kegiatan Akal Budi Tingkat Kedua
Kegiatan akal budi tingkat kedua disebut Keputusan (Judgment). Yang terjadi adalah
tindakan akal budi yang berupa mengelompokkan dan menghubungkan dua konsep
(idea), berupa mempersatukan dua konsep dengan jalan mengiyakan, atau memisahkan
dua konsep dengan jalan menyangkal. Dalam proses ini, salah satu konsep disebut
Subjek, dan yang lainnya dinamakan Predikat. Hasil dari tindakan tersebut adalah berupa
keputusan.
C. Kegiatan Akal Budi Tingkat Ketiga
Kegiatan akal budi tingkat ketiga dinamakan Penalaran (Reasoning). Yang terjadi
adalah akal budi manusia melihat atau memahami sekelompok proposisi yang dalam Ilmu
Logika disebut proposisi anteseden. Kemudian berdasarkan pemahaman tentang

proposisi-proposisi anteseden itu, akal budi menarik atau membentuk sebuah proposisi
baru yang disebut proposisi konsekuen atau kesimpulan. Proposisi anteseden itu biasa
juga dinamakan premis. Penalaran adalah kegiatan atau proses yang mempersatukan
anteseden dan konsekuen.
(B. Arief, Sidharta, Pengantar Logika, Refika Aditama, 2008)
Manusia dalam mengenal menangkap secara sederhana suatu barang, atau
menyatakan sesuatu tentang barang itu, atau dapat maju dari hal yang sudah dikenalnya
menuju pengetahuan yang baru. Oleh karena itu ada tiga pekerjaan akal budi: Pengertian,
putusan dan pemikiran. Tiap-tiap pekerjaan akal budi memiliki tanda dengan mana pekerjaan
itu dinyatakan ke luar:
1. Pengertian (konsep) dinyatakan dengan term.
2. Putusan (iudicium) dinyatakan dengan kalimat.
3. Pemikiran (yang betul, yang sah) dinyatakan dengan pembuktian.
(Sommers, M., Logika, Bandung: Alumni, 1992)

Anda mungkin juga menyukai