Anda di halaman 1dari 70

BAB III

MIKROGRAFI

3.1. PENDAHULUAN
Dalam ilmu dan teknologi bahan, struktur suatu bahan merupakan dasar yang
harus kita pahami dalam mengetehui sifat dari bahan tersebut. Untuk melihat struktur
suatu bahan tidaklah mudah. Kita tidak bisa melihat struktur suatu bahan dengan mata
telanjang dan tanpa suatu metode karena ukurannya yang sangat kecil, ikatan antar
unsur yang menyatu sehingga batas antar unsur penyusunnya tidak jelas.
Untuk dapat melihat dengan jelas struktur dari suatu bahan dapat dilakukan
dengan percobaan mikrografi. Mikrografi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
metode-metode yang digunakan untuk memperoleh gambar yang menunjukan struktur
mikro dari suatu logam dan paduannya. Kita dapat mengetahui struktur dari suatu logam
dengan memperjelas batas-batas butir logam. Dengan melakukan percobaan mikrografi
ini kita dapat melihat struktur suatu bahan dengan jelas. Selain itu, mikrografi menjadi
sangat penting karena untuk memproses suatu bahan kita harus mengetahui sifat dari
bahan tersebut. Dengan mengetahui struktur bahan yang dapat diketahui dengan
mikrografi kita dapat mengetahui sifat dari suatu bahan sehingga kita dapat mengolah
suatu bahan menjadi yang kita inginkan. Dengan demikian kita juga dapat mengetahui
karakteristik dari suatu material.

3.2. TUJUAN
Tujuan praktikum mikrografi sebagai berikut :
1. Mengetahui struktur mikro logam dan paduan dengan bantuan mikroskop.
2. Mengetahui prosedur pelaksanaan dalam pengujian mikrografi.
3. Membandingkan struktur mikro logam hasil proses heat treatment dengan
struktur mikro logam dalam keadaan non heat treatment.
4. Mengetahui batas butir dari logam.
5. Memotret struktur permukaan logam.
6. Mengetahui kandungan-kandungan pada struktur logam

7. Mengetahui hubungan antara struktur kristal dengan kekerasan maupun


keuletan logam.

3.3. DASAR TEORI


Mikrografi berasal dari dua kata, yaitu mikro yang berarti sangat kecil
dan kata grafi yang berarti gambar. Mikrografi adalah gambar yang menunjukan
struktur mikro pada hal ini struktur logam dan paduannya.[1]

Gambar 3.1 perbandingan ukuran dan teknik pengukuran[4]


A. Struktur Kristal
1. Struktur Kristal Pemusatan Ruang (BCC/Body Centered Cristal)
Struktur kristal BCC berbentuk kubus mempunyai atom-atom di
kedelapan sudutnya dan di tengah-tengah kubus. Masing-masing dari atom-atom
sudut juga merupakan atom sudut kubus yang lain sehingga atom-atom sudut
dibagi bersama antar delapan sel satuan. Jadi 1 sel satuan BCC terdiri dari 2

atom penuh; satu di dalam pusat kubus dan seperdelapan bagian atom pada
masing-masing sudut kubus. Volume dari atom-atom sel per total volume dari
suatu sel disebut dengan faktor pengepakan. Sel satuan BCC mempunyai faktor
pengepakan sebesar 0.68. Beberapa material yang memiliki struktur BCC antara
lain litium, natrium, kalium, unsur logam pelapis kran, barium, vanadium, besi
alfa dan tungsten.[2]

Gambar 3.2 Struktur Kristal Pemusatan Ruang (BCC/Body Centeed Cristal)[2]

2. Struktur Kristal Pemusatan Sisi (FCC/Face Centered Crystal)


Struktur kubus pemusatan sisi memiliki atom-atom pada setiap sudut dan
di tengah-tengah pada setiap sisinya. Masing-masing atom sudut adalah atom
sudut yang lain sehingga atom-atom sudut dibagi bersama antar delapan sel
satuan. Juga pada atom pada keenam sisinya dibagi bersama dengan satu atom
yang bersebelahan. Sel satuan FCC terdiri dari empat atom; seperdelapan bagian
atom pada setiap sudut, setengah bagian atom pada keenam sisi kubus, dan satu
atom penuh di bagian dalam tengah kubus. Struktur Kristal FCC memiliki factor
pengepakan sebesar 0.74. beberapa material yang memiliki struktur FCC antara
lain aluminium, tembaga, iridium, nikel, platina, perak.[2]

Gambar 3.3 Struktur Kristal Pemusatan Sisi (FCC/Flank Centerd Crystal)[2]

3. Struktur Hexagonal Close Packed (HCP)


Struktur HCP memiliki tiga lapisan dari atom-atom. Pada setiap atas dan
lapisan paling bawah, ada 6 atom yang tersusun pada 6 sudut pada sisi segienam
dan satu atom yang ke 7 berada di tengah-tengah sisi segienam. Seperti yang
ditunjukkan pada gambar di bawah, ada enam atom di dalam sel satuan HCP.
Masing-masing dari 12 atom di dalam sudut atas dan lapisan paling bawah
menyokong 1/6 atom kepada sel satuan. Bilangan koordinasi atom-atom di
dalam struktur ini adalah 12. Faktor pengepakan struktur HCP sebesar 0.74.
Beberapa material yang termasuk HCP antara lain berilium, cadmium,
magnesium, titanium, seng dan zirconium. [2]

Gambar 3.4 Struktur kristal Hexagonal Closed Packed[2]

Tabel 3.1 Struktur-struktur Kristal [2]

Berikut ini adalah beberapa struktur mikro dalam besi dan baja:
1. Austenite (besi gamma)
Austenite (besi gamma) adalah modifikasi besi dengan struktur kubik
pemusatan sisi. Bentuk besi murni ini stabil pada suhu diantara 912oC dan
1394oC. Perbandingan langsung antara sifat-sifat mekanis austenit dan ferit
sulit karena harus dibandingkan pada suhu berlainan. Tetapi pada suhu
stabilnya austenit lunak dan ulet sehingga mudah dibentuk. Austenit tidak
bersifat ferromagnetik pada suhu manapun. Besi dengan struktur kubik
pemusatan sisi mempunyai jarak antar atom yang lebih besar bila
dibandingkan ferrit. [2]

Gambar 3.5 Struktur kristal austenite[12]

2. Ferrite (besi alpha)


Ferrite (besi alpha) adalah modifikasi dari struktur besi murni
pada suhu ruang. Ferrit lunak dan ulet dalam keadaan murni kekuatan
tariknya kurang dari 310 Mpa. Bersifat ferromag-netik pada suhu
dibawah 770oC, berat jenis ferrit adalah 7,88 Mg/m3 oC (7,88 g/cm3),
karena mempunyai struktur kubik pemusatan atom karbon yang kecil
sekalipun. Oleh karena itu daya larut karbon dalam ferrit rendah, kurang
dari 1 karbon per 1000 atom besi. Atom karbon terlalu kecil untuk
membentuk larutan pada substitusi dan besar untuk larutan pada
intertisi.[2]

Gambar 3.6 Penampang Struktur Ferrit[13]

3. Cementite (Karbida Besi)


Cementite (karbida besi) memiliki senyawa kimia dengan
komposisi diantara 6.70 dan 100 wt % karbon (pure graphite). Pada
kenyataanya semua baja dan besi cor memiliki karbon kurang dari 6.70%
cementite terbentuk ketika batas kelarutan karbon pada fasa alpha ferrite
melewati suhu dibawah 727 0C (1341 0F) . Secara mekanik dibandingkan
dengan austenit dan ferrit, cementit sangat keras dan getas. Cementite
hanya bersifat metastable dimana akan kembali sebagai campuran yang
tak terbatas pada suhu ruangan.[2]

Gambar 3.7 Struktur Kristal Cementite[14]

4. Martensit
Martensit merupakan bentuk struktur kristal baja yang sangat keras.
Struktur kristal martensit terbentuk oleh displesive transformasi dengan
pendinginan cepat (quenching) dari austenit. Butir kristal martensit
berbentuk jarum dan kepadatan martensit memiliki kepadatan yang lebih
rendah dibandingkan austenit. Martensit tidak ditampilkan dalam
diagram keseimbangan fasa dari besi karbon karena merupakan tahap
metastable. Martensit mudah hancur oleh aplikasi panas seperti
tempering. Terlalu banyak martensit material akan menjadi rapuh dan
jika terlalu sedikit maka material akan lunak.[15]

Gambar 3.8 Struktur Kristal Martensit[28]

5. Pearlite
Strukturnya terdiri dari lapisan alpha-ferrite (wt 88%) dan
cementite (12%) yang terjadi di beberapa logam baja dan besi. Pearlite
terbentuk oleh eutectoid sebagai reaksi austenite

yang mengalami

pendinginan lambat di bawah suhu 727oC. Komposisi eutectoid dari


austenite adalah sekitar 0.8% karbon, baja dengan kandungan karbon
yang rendah akan terisi kristal ferrite murni yang tidak berpartisipasi
dalam reaksi eutectoid dan tidak dapat bertransformasi ke bentuk
pearlite. Penamaan pearlite dikarenakan tampilan pearlite di bawah
mikroskop yang menyerupai mutiara (juga berupa struktur lamellar).
Transformasi pearlite melibatkan semua difusi atom.[12]

Gambar 3.9 Struktur Pearlite[29]

6. Bainite
Bainite ditemukan oleh Davenport ES dan Edgar Bain merupakan
struktur Kristal yang terbentuk ketika austenite didinginkan pada suhu
kritis 723 0C sekitar 1333 0F. Bainite umumnya terdiri dari ferrite, karbit,
dan austenite. Suhu kisaran untuk transformasi bainit yaitu lebih tinggi
daripada pendinginan yang diperlukan pearlite dan lebih rendah
dibanding untuk membentuk martensit pada komposisi baja yang sama.
Transformasinya mencakup perubahan struktur yang diikuti dengan
perubahan distribusi kembali dari karbon, yang berpresipitasi sebagai
karbida. [16]

Gambar 3.10 Struktur kristal bainite[14]

Gambar 3.11 Single-Phase Microstructures[4]

Penjelasan:

1. Liquid metal : Pengerjaan logam dalam keadaan suhu tinggi dan berupa cairan
yang siap untuk proses selanjutnya,
2. Simple Freezing : Suatu metode yang digunakan secara sederhana untuk teknik
pendinginan etsa, dimana kondisi logam tidak mengalami sublimasi dan
diharapkan struktur tidak mengalami penggandaan yang menyebabkan
pembelahan struktur tetap dan dislokasi pada membrane saat pendinginan.
3. Formation of solid solution :

Semacam campuran yang digunakan ketika

struktur kristal dari larutan tetap tidak berubah oleh penambahan yang solid, dan
campuran tetap bila dalam satu tahap homogen. Zat yang memasukkan ke dalam
larutan kristal kisi substitutionally, diganti dengan sebuah larutan Partikel di
kisi-kisi, atau interstitially, sesuai dengan ruang antara partikel larutan. Kedua
jenis solid solusi mempengaruhi properti dari bahan oleh distorting kisi kristal
dan mengganggu fisik dan listrik kehomogenan dari suatu material.
4. Eutectic solidification : adalah campuran yang proporsional , dimana titik lebur

serendah mungkin, dan yang selanjutnya semua konstituen ini direalisasikan


secara simultan di suhu yg mencair cair dari solid. eperti serentak kristalisasi
eutectic campuran yang dikenal sebagai reaksi eutectic, suhu yang terjadi adalah
eutectic suhu, dan komposisi dan suhu yang diperlukan di tempat yang disebut
eutectic jalur.
5. Peritetic Solidification : Peritectic transformasi juga mirip dengan reaksi

eutectic. Di sini, tahapan cair dan padat tetap bereaksi proporsional pada suhu
tetap untuk menghasilkan satu tahap solid. Solid produk formula di antara dua
reactants, dapat membentuk sebuah penghalang difusi dan umumnya
menyebabkan reaksi tersebut untuk melanjutkan lebih lambat dibandingkan
eutectic atau eutectoid transformasi. Karena itu, peritectic komposisi solidifies
tidak menampilkan struktur lamellar yang Anda temukan dengan eutectic beku.
6. Other solid solidification : Merupakan jenis campuran lain dari berbagai macam
struktur.[9,17]

B. Cacat
Dalam setiap butir, atom tersusun secara teratur sesuai struktur kristal dasar
tetapi terdapat pula berbagai jenis ketidaksempurnaan, yang secara umum disebut
sebagai cacat kristal. Apabila cacat terjadi pada suatu material maka akan
mempengaruhi sifat elastisitas dan plastisitas material tersebut. Pada bagian yang
cacat elastisitas material cenderung lebih besar dibanding plastisitas material
tersebut. Cacat tidak diperlukan pada suatu material bila material tersebut sudah
mempunyai tingkat elastisitas dan plastisitas yang diinginkan, sedangkan cacat
sendiri dilakukan pada suatu material untuk mendapatkan bentuk dan sifat material
yang diinginkan. [3]
Cacat tersebut mempunyai bentuk antara lain :
1. Cacat titik (Point Defect)
Cacat titik sering terjadi karena cor-coran yang jelek, pengerjaan dingin,
adanya udara yang terjebak, dan oksidasi. Seperti lokasi atomik yang kosong
(vacancies) dan atom interstisi (self interstitials), dan atom ketidakmurnian
(impurities atom). Kekosongan dapat terjadi dengan memindahkan atom dari
lokasi kisinya ke lokasi atomik terdekat yang dapat menampungnya dengan
mudah. Interestisial lebih sering dijumpai dalam struktur ionik dibandingkan
dalam struktur metalik, karena keberadaan lubang atau interstisi dalam jumlah
besar. Terdapatnya atom ketidakmurnian dalam posisi kisi atau dalam posisi
sisipan mengakibatkan gangguan lokal dalam keteraturan kisi, sama halnya
seperti untuk kekosongan dan untuk sisipan.

Gambar 3.12 Struktur atom yang mempresentasikan keberadaan vacancy


dan self-interstitial.[3]

Gambar 3.13 Cacat titik a) kekosongan b) interstisi c) ketidakmurnian[3]

2. Cacat garis (Linear Defect) or Burgers


Vektor Burgers adalah parameter dislokasi yang penting. Pada situasi
deformasi manapun, vektor Burgers didefinisikan dengan Dislokasi Sisi dan
Dislokasi Ulir membentuk rangkaian Burgers ada kristal terdeformasi. Vektor
ini dapat dinyatakan dengan koordinat arah pada sumbu utama kristal.
Dislokasi adalah cacat garis dengan rentang yang besar dalam kristal dan
arena mempunyai energi regangan per satuan panjang (Jm-1), maka dislokasi
mempunyai energi regangan total. Variasi orientasi garis terhadap vector
Burgers menjadikan struktur dislokasi yang berbeda. Apabila garis dislokasi
tegak lurud pada arah slip, dislokasi itu dislokasi sisi (edge dislocation).
Sedangkan bila garis dislokasi sejajar dengan arah slip garis, dislokasi disebut
dislokasi ulir (screw dislocation). Dari Gambar 3.14a terlihat bahwa jarang
sekali garis dislokasi bersifat sisi atau ulir murni, tetapi untuk kemudahan setiap
dislokasi dianggap ideal dan dapat diuraikan menjadi komponen sisi dan ulir.[3]

Gambar 3.14 Skema (a) loop dislokasi, (b) dislokasi sisi dan (c) dislokasi ulir[3]

Gambar 3.15 Gambaran batas punter yang terdiri dari jaringan silang dislokasi ulir[3]

Gambar 3.16 (a) Skema yang mempresentasikan edge dislocation, screw dislocation (b)
Pandangan atas[3]

3. Cacat planar (inter facid defect)


Dislokasi Batas butir
Penerapan paling sederhana dari model dilokasi pada batas sudut kecil dan
batas butir sudut besar dilakukan dengan asumsi bahwa terdapat daerah dengan
kesesuain atom yang baik yang dikelilingi oleh daerah inkoheren. Dislokasi ini
disebut dislokasi batas butir (grain boundary dislocation) sekunder intrinsik dan
perlu ada untuk mempertahankan salah orientasi batas tersebut.
Batas butir terjadi karena faktor dislokasi yang mungkin menembus
masuk dari butir berdekatan dan ledge atau undakan (anak tangga) antarmuka
yang menimbulkan lengkungan seperti perpindahan batas selama rekristalisasi,
dan pertumbuhan butir, peluncuran butir selama creep, dan aliran superplastik.

Batas Kembaran
Anil dari logam dan paduan fcc yang mengalami pengerjaan
pendinginan, seperti tembaga, kuningan- dan baja tahan karat austenitik
menyebabkan terbentuknya kembaran anil pada sebagian kristal konsituen.
Perubahan orientasi kisi pada permukaan batas kembaran menghasilkan struktur
dengan satu bagian kristal atau butir merupakan citra sermin dari bagian lainnya.
Besar perpindahan atom sebanding dengan jarak dari batas kembaran.[3]

4. Cacat Volume (volume defect)


Cacat yang menempati volume dalai kristal berbentuk void, gelembung gas
dan rongga. Cacat ini dapat terjadi akibat perlakuan panas, iradiasi, atau deformasi dan sebagian besar energinya berasal dari energi permukaan (1-3 J/ m2).
Atom gas inert dapat menarik kekosongan dan membebtuk molekul gas dalam
void (apabila tekanan gas tidak berada dalai kesetimbangan dengan tegangan
permukaan void ) atau membentuk gelembung gas bila tekan gas cukup besar.
Void dan gelembung gas menimbulkan muai iradiasi dan penggetasan
material.[3]

Gambar 3.17 Void[3]

C. Batas Butir
Material mengandung berbagai cacat planar mulai dari batas butir sudut-sudut
besar, yang merupakan antarmuka inkoheren dan mempunyai energi yang cukup
tinggi (0,5 J/m2), hingga bidang atomik dalam kristal dengan atom salah susun.
Batas butir memisahkan kristal yang mempunyai perbedaan sudut orientasi besar.
Pada kasus ini batas butir mempunyai lima derajat kebebasan, tiga berasal dari

kenyataan bahwa kristal berdekatan dapat diputar sesamanya pada tiga sumbu yang
tegak lurus, serta dua lagi berasal dari derajat orientasi permukaan batas itu sendiri
terhadap kristal.[3]
Pada batas butir, antara dua butir yang berdekatan terdapat daerah transisi
yang tidak searah dalam kedua butiran tadi. Batas butir dapat kita anggap
berdimensi dua, bentuknya mungkin melengkung dan sesungguhnya memiliki
ketebalan tertentu yaitu antara dua sampai tiga jarak atom. Ketidakseragaman
orientasi antara butiran yang berdekatan menghasilkan tumpukan atom yang kurang
efisien sepanjang batas. Oleh karena itu atom sepanjang batas butir memilki energi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada dalam butir. Ketidakseragaman
orientasi pada butir yang berdekatan mempengaruhi kecepatan gerak dislokasi. Jadi
batas butir merubah regangan plastik dalam bahan.[3]

Gambar 3.18 Batas Butir[30]

Semua logam, sebagian besar keramik dan beberapa polimer membentuk


kristal ketika bahan tersebut membeku. Dengan ini dimaksudkan bahwa atom-atom
mengatur diri secara teratur dan berulang dalam pola 3 dimensi. Struktur semacam
ini disebut kristal.[3]

Gambar 3.19 Struktur Kristal NaCl[3]

Pola teratur dalam jangkau panjang yang menyangkut puluhan jarak atom
dihasilkan oleh koordinasi atom dalam bentuk bahan. Di samping itu, pola ini
kadang-kadang menentukan pola bentuk luar dari kristal, contoh yang dapat
dikemukakan adalah bentuk bintang enam bunga salju. Permukaan datar batu-batuan
mulia, kristal kwarsa (SiO2) bahkan garam meja biasa (NaCl) merupakan penampilan
luar dari pengaturan di dalam kristal itu sendiri. Dalam setiap contoh yang
dikemukakan tadi, pengaturan atom di dalam kristal tetap ada meskipun bentuk
permukaan luarnya diubah. Struktur dalan kristal kwarsa tidak berubah meskipun
permukaan luar tergesek sehingga membentuk butiran pasir pantai yang bulat-bulat.
Hal yang sama dijumpai pada pangaturan heksagonal molekul air dalam es atau
bunga salju.[3]

D. Diagram Fasa
Diagram fasa dilandaskan pada laku panas pada suatu logam baik yang
terdiri dari suatu fasa atau lebih.

Diagram fase digunakan untuk :


1. menunjukkan diagram fase yang terdapat dalam keadaan seimbang pada
berbagai suhu komposisi.
2. menunjukkan komposisi kimia untuk semua fase berimbang :
o dalam daerah fase tunggal, komposisi sama dengan komposisi paduan
o dalam daerah dua fase, komposisi ditentukan oleh perpotongan isoterm
dengan kurva batas daya larut.
3. untuk menghitung fraksi kuantitas fase fase dalam paduan dua fase secara
interpolasi sepanjang isoterm.

A. Diagram Fasa Fe3C

Gambar 3.20 Diagram fase Fe3C[3]

Keterangan Gambar :
Titik penting dalam diagram fasa ini adalah:
A

Titik cair besi/ Titik eutektik

Titik pada cairan yang ada hubungannya dengan titik peritektik.

Larutan padat yang ada hubungannya dengan reaksi peritektik.

Titik peritektik selama pendinginan austenit pada komposisi J fasa


terbentuk pada larutan padat pada cairan dan komposisi pada komposisi
B.

Titik transformasi dari titik menjadi titik, titik transformasi A4 dari besi
murni.

Titik eutektoid selama pendinginan fasa dengan komposisi E dan


sementit pada komposisi F (6,67% C) terbentuk dari cairan pada
komposisi C. Fasa eutektoid ini disebut Ledeburit.

Titik yang menyatakan fasa, ada hubungannya dengan fasa eutektoid.


Kelarutan maksimum dari karbon 2,14 %. Paduan besi karbon sampai
pada komposisi ini disebut baja

Titik transformasi besi. Titik transformasi A3 untuk besi.

Titik yang menyatakan ferrit, fasa, ada hubungannya dengan reaksi


eutektoid. Kelarutan maksimum dari karbon kira-kira 0,02 %.

Titik eutektoid. Selama pendinginan, ferrrit pada komposisi P dan


sementit pada komposisi K (sama dengan F) terbentuk simultan dari
austenit pada

komposisi S. Reaksi eutektoid ini dinamakan

transformasi A1, dan fasa


GS

eutektoid ini dinamakan perlite.

Garis yang menyatakan hubungan antara temperatur dengan komposisi,


dimana mulai terbentuk ferrit dan austenit, dinamakan garis A3.

ES

Garis yang menyatakan hubungan antara temperatur dan


komposisi, dimana mulai terbentuk sementit dari austenit, dinamakan
garis Aem.

A2

Titik transformasi magnetik untuk besi/ ferrit.

A0

Titik transformasi magnetik untuk sementit.


-

Liquidis adalah batas suhu terendah untuk bentuk cair.

Solidus adalah batas atas untuk bentuk padat

Dari diagram fase dari Fe3C(besi karbon) dapat diperoleh dari informasi sebagai
berikut :
1. besi karbon punya daerah eutektik yang menjadi landasan dalam besi cor
2. besi biasanya ditempa atau mengalami pengerjaan panas sebagai bahan berfase
tunggal.
3. larutan padat FCC ( austenit ) terurai menjadi ferrit BCC dan karbida.

Gambar 3.21 Diagram Transformasi Austenit (TTT)[27]

B. Diagram Fasa AL-Si

Gambar 3.22 Diagram Fasa AL-Si [2]

Diagram fase diatas menunjukkan diagram fase dari system Al-Si. Ini adalah
tipe eutektik yang sederhana yang mempunyai titik eutektik pada 577 oC, 11,7% Si,
larutan padat terjadi pada sisi Al. Karena batas kelarutan padat sangat kecil maka
pengerasan penuaan sukar diharapkan.[2]
Paduan Al Si sangat baik kecairannya, yang mempunyai permukaan bagus
sekali, tanpa kegetasan panas, dan sangat baik untuk paduan coran, sebagai
tambahan ia juga mempunyai ketahanan korosi yang baik, sangat ringan, koefisien
pemuaian yang kecil dan sebagai penghantar yang baik untuk listrik dan panas.
Umumnya dipakai paduan dengan

0,15 % Mg. Paduan yang diberi perlakuan

pelarutan dan dituakan dinamakn silumin , dan yang hanya distemper saja
dinamakan silumin . Paduan yang memerlukan perlakuan panas ditambah dengan
Mg juga Cu serta Ni untuk memberikan kekerasan pada saat panas, bahan ini biasa
dipakai untuk torak motor.[2]
Sedangkan untuk mengetahui struktur kristal dari suatu material pada
logam, ada dua macam pengujian struktur kristal yang dapat dilakukan, yaitu
pengujian struktur makro dan pengujian struktur mikro.

3.3.1. Pengujian Struktur Makro


Pengujian struktur makro dari suatu kristal adalah pengujian
penampang dimana bahan dinilai dari besar butir kristal, warna, dan
mengkilapnya penampang dari batang uji atau produk yang dipatahkan.
Pengujian yang lainnya adalah dengan jalan mengetza dan pembesaran
struktur kristal, segregasi, dan pemisahan cacat kecil setelah memoles
patahan. Pengujian makro biasanya dilakukan perbesaran yang besarnya di
bawah 50x.[35]
Tujuan pemeriksaan makropolis suatu logam biasanya dipakai untuk :
a.

Kontrol kualitas suatu material, biasanya menganalisa presipitas suatu


bahan dengan cara pengambilan sampel.

b.

Analisa kegagalan, contohnya analisa retak, perpatahan, deformasi, dll.

c.

Studi riset, tujuannya sama dengan analisa kegagalan yaitu analisa


retak, patah, deformasi, dll. [5]

Gambar 3.23 makrostruktur aluminium cor[12]

3.3.2 Pengujian Struktur Mikro


Untuk mengetahui struktur mikro dari suatu logam pada umumnya
pengujian dilakukan dengan reflek pemendaran (sinar), pada pemolisan atau
etsa, tergantung pada permukaan logam uji polis, dan diperiksa langsung di
bawah mikroskop atau dietsa lebih dulu, baru diperiksa dibawah mikroskop.

Gambar 3.24 contoh struktur mikro tembaga[15]


Adapun beberapa tahap yang perlu dilakukan sebelum melakukan
pengujian struktur mikro, yaitu:
a. Sectioning/Pemotongan
Pemilihan sampel yang tepat dari suatu benda uji studi mikroskopik
merupakan hal yang sangat penting. Pemilihan sampel tersebut
didasarkan pada tujuan pengamatan yang hendak dilakukan. Pada
umumnya bahan komersil tidak homogen, sehingga satu sampel yang
diambil dari suatu volume besar tidak dapat dianggap representatif.
Pengambilan

sampel

harus

direncanakan

sedemikian

sehingga

menghasilkan sampel yang sesuai dengan kondisi rata-rata bahan atau


kondisi di tempat-tempat tertentu (kritis), dengan memperhatikan

kemudahan pemotongan pula. Secara garis besar, pengambilan sampel


dilakukan pada daerah yang akan diamati mikrostruktur maupun
makrostrukturnya. Sebagai contoh, untuk pengamatan mikrostruktur
material yang mengalami kegagalan, maka sampel diambil sedekat
mungkin pada daerah kegagalan (pada daerah kritis dengan kondisi
terparah), untuk kemudian dibandingkan dengan sampel yang diambil
dari daerah yang jauh dari daerah gagal. Perlu diperhatikan juga bahwa
dalam proses memotong, harus dicegah kemungkinan deformasi dan
panas yang berlebihan. Oleh karena itu, setiap proses pemotongan harus
diberi pendinginan yang memadai.
Ada beberapa sistem pemotongan sampel berdasarkan media pemotong
yang digunakan, yaitu meliputi proses pematahan, pengguntingan,
penggergajian, pemotongan abrasi (abrasive cutter), gergaji kawat, dan
EDM (Electric Discharge Machining).
Berdasarkan tingkat deformasi yang dihasilkan, teknik pemotongan
terbagi menjadi dua, yaitu :

Teknik pemotongan dengan deformasi yang besar, menggunakan


gerinda.

Teknik pemotongan dengan deformasi kecil, menggunakan low


speed diamond saw.[9]

b. Mounting/Pemegangan
Spesimen yang berukuran kecil atau memiliki bentuk yang tidak
beraturan akan sulit untuk ditangani khususnya ketika dilakukan
pengamplasan dan pemolesan akhir. Sebagai contoh adalah spesimen
yang berupa kawat, spesimen lembaran metal tipis, potongan yang tipis,
dll. Untuk memudahkan penanganannya, maka spesimen-spesimen
tersebut harus ditempatkan pada suatu media (media mounting).
Secara umum syarat-syarat yang harus dimiliki bahan mounting adalah :

Bersifat inert (tidak bereaksi dengan material maupun zat etsa)

Sifat eksoterimis rendah

Viskositas rendah

Penyusutan linier rendah

Sifat adhesi baik

Memiliki kekerasan yang sama dengan sampel

Flowabilitas baik, dapat menembus pori, celah dan bentuk


ketidakteraturan yang terdapat pada sampel

Khusus untuk etsa elektrolitik dan pengujian SEM, bahan


mounting harus kondusif

Media mounting yang dipilih haruslah sesuai dengan material dan jenis
reagen

etsa

yang

akan

digunakan.

Pada

umumnya

mounting

menggunakan material plastik sintetik. Materialnya dapat berupa resin


(castable resin) yang dicampur dengan hardener, atau bakelit.
Penggunaan castable resin lebih mudah dan alat yang digunakan lebih
sederhana dibandingkan bakelit, karena tidak diperlukan aplikasi panas
dan tekanan. Namun bahan castable resin ini tidak memiliki sifat
mekanis yang baik (lunak) sehingga kurang cocok untuk materialmaterial yang keras. Teknik mounting yang paling baik adalah
menggunakan thermosetting resin dengan menggunakan material bakelit.
Material ini berupa bubuk yang tersedia dengan warna yang beragam.
Thermosetting mounting membutuhkan alat khusus, karena dibutuhkan
aplikasi tekanan (4200 lb/in2) dan panas (1490C) pada mold saat
mounting.[9]
c. Grinding/Pengamplasan kasar
Grinding dilakukan dengan menggunakan disc pengamplasan ditutup
dengan Silicon carbide kertas dan air. Ada sejumlah ukuran amplas, yaitu
240, 400, 1200, butir Silicon carbide per inci persegi. Ukuran 240,
menunjukkan kekasaran dan partikel ini adalah ukuran untuk memulai
operasi pengamplasan. Selalu menggunakan tekanan langsung di pusat
sampel. Lanjutkan pengamplasan hingga semua noda kasar telah dihapus,
permukaan sampel rata, dan semua goresan yang pada satu posisi.
Mencuci sampel dengan air dan ganti ke ukuran selanjutnya. Hal ini
membuat mudah untuk dilihat ketika goresan semuanya telah dihapus.

Setelah operasi pengamplasan selesai pada ukuran amplas 2000, cuci


sampel dengan air diikuti oleh alkohol dan keringkan sebelum dipindah
ke polish. Atau juga dapat tahap ini ukurannya 240, 800, 1000,1500.[10]
d. Polishing
Tahap polishing bertujuan untuk menghasilkan permukaan spesimen
yang rata dan mengkilap, tidak boleh ada goresan yang merintangi
selama pengujian.
Persiapan, tahap ini adalah tahap dimana melakukan pemilihan amplas
yang dimulai dengan menggunakan amplas dengan nomor yang paling
rendah (kasar) dan juga ditambah dengan penggunaan air dengan tujuan
supaya menghilangkan serpihan-serpihan logam selain itu air juga berfungsi
sebagai pendingin, karena proses pengamplasan ini terdapat gaya gesek
yang menimbulkan panas dengan amplas yang dapat mengakibatkan
percikan bunga api.
Rough Lap, adalah tahap menghaluskan permukaan dari spesimen dengan
menggunakan amplas dari nomor rendah (nomor 360) ke nomor yang paling
tinggi (nomor 1500) sampai permukaan dari spesimen yang diuji rata dan
tidak ada lagi scratch pada material bila dilihat di mikroskop.
Finish Lap, merupakan tahap penghalusan akhir material dengan
menggunakan kain yang telah diolesi autosol agar permukaan mengkilap
dan rata.[4]
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan pada finish lapdilakukan secara
bertahap dimana tahaptahap tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan
tingkat pemolisan yang lebih halus. Faktorfaktor yang mempengaruhi
antara lain :
Kebersihan kain: Faktor ini berpengaruh karena apabila dalam melakukan
pembersihan tidak sampai dalam keadaan bersih maka pada waktu dalam
tahap pengetzaan sisa autosol maupun air dapat terlihat jelas dalam
mikroskop. Kain yang biasa digunakan adalah beludru, katun, dll.
Pemolisan: dalam melakukan pemolisan sebaiknya dilakukan dengan satu
arah agar permukaan spesimen yang dipolis dapat berlangsung dalam waktu

yang tidak terlalu lama dan juga tidak terjadi adanya scratch. Contoh: kain
dan beludru
Tekanan: pada waktu melakukan pemolisan, tekanan juga berpengaruh
pada proses pemolisan sebab apabila terlalu menekan, posisi dari pemolisan
mungkin akan berubah.
Waktu: selain ketiga faktor tersebut yang perlu diperhatikan lagi adalah
faktor waktu, dalam melakukan pemolisan kita harus menunggu selama
beberapa menit (kurang lebih lima menit) supaya permukaan spesimen
menjadi rata. dan hal ini disesuaikan dengan setiap campuran logam.[4]
e. Attack (etching)
Pada permukaan yang diratakan permukaannya (polising) kadangkadang timbul
kemungkinan untuk tidak dapat membedakan komponenkomponen yang pasti,
baik dengan mata maupun mikroskop bila tidak dietsa terlebih dahulu. Perbedaan
komponen terjadi karena :

Faktor pantulan

Dari warna

Dari sisa permukaan hasil amplas

Faktor pantulan yang merupakan fungsi dari komponenkomponen ditentukan oleh


tingkat polising dan pengaruh-pengaruh yang lain, yaitu kekerasan dan struktur
kristal. Meskipun demikian jika tingkat pemolisan naik, faktor pantulan berkurang
dan akan melemahkan dari komponen tersebut. Sisa yang masih ada pada
permukaan adalah akibat dari pengerasan yang berbeda dari komponen yang
bervariasi dan ini tidak apa-apa, dalam hal-hal tertentu justru suatu keuntungan
untuk amplas yang dietza.[4]

Etching
With changing
surface of
microsection

Without
changing
surface of
icrosection
Electrochemical
Etching

Optical
Enhancement

Physical
Etching

Dark Field
Anodizin
g
Polarized Light

Phase Contrast

Potentiostati

Classical
Chemical
Etching

Ion
Etchin
g

Thermal
Etching

Evaporation
of
Interverence
Layers

Magneti

Gambar 3.25
Diagram pengetsaan[6]
c
c Etching
Etching
Interference
Contrast

Tabel 3.2 Reaktan untuk proses pengetsaan[1]


Material

Reaktan

Besi, baja, besi

Nital HNO3 1-5 ml, 100ml etanol

paduan

(95%) atau methanol (95%)

Proses
Dicelup dalam
reaktan selama 1-5
detik, kemudian
dibilas dengan air
lalu dikeringkan
Teknik swabing

Aluminium

Kellers HNO3 2,5 ml, HF 1 ml,


HCL 1,5 ml, 95 ml aquades

Dicelupkan ke
dalam reaktan
selama 1-5 detik,
kemudian dibilas
dengan air lalu
dikeringkan dan
didiamkan selama
24 jam
Dicelup 1-10 detik,

Tembaga, kuningan

Larutan I :

atau Cu Alloy

25 ml NH4OH, 25 ml aquades, 50

kemudian dibilas

ml H2O2 (3%)

air lalu dikeringkan

Larutan II :

5 gr FeCl3,50 ml HCL, 100 ml


aquades
Stainless steel

Dicelub atau

Larutan I :
10 ml HNO3, 10 ml Acetic Acid, 5

diswab beberapa

ml HCL, 2-5 ml crops gliserin

saat (1-10 detik)


Dicelub dalam

Larutan II :
5 ml HCL, 1 gr picric acid, 100 ml

larutan selama 1-5

ethanol (95%) dan methanol (95%)

detik, kemudian
dicelub dalam
cairan H2O2 (3%)
selama 1-2 detik.
Lalu bilas air dan
keringkan

Amunit (tool steel)

Dicelup dalam

Larutan I :
Nital HNO3 1-5 ml, 100 ml ethanol

reaktan selama 1-5

(95%) atau methanol (95%)

detik, kemudian

Larutan II :

dibilas air lalu

1 gr picric acid, 100 ml ethanol

keringkan

(95%) atau methanol (95%)

Teknik swabing
Dicelub / diswab 110 detik
Dicelub ke larutan
selama 1-5 detik,
lalu dicelup dalam
H2O2 (3%) selama
1-2 detik, lalu
dibilas air dan
keringkan

f. Pemotretan
Dimaksudkan untuk mendapatkan gambar dari struktur kristal yang
dimaksud. Untuk mendapatkan foto mikrografi yang tajam, variabel
berikut

harus

terkontrol

yaitu

penghilangan

getaran,

pelurusan

pencahayaan, penyesu-aian warna cahaya terhadap korelasi objek,

menjaga kejernihan objek, penyesuaian daerah pengamatan, dan lubang


diagram serta kecepatan fokus.[10]

3.3.3. Material Uji


1. Tembaga ( Cu )
Tembaga murni untuk keperluan industry dicairkan dari tembaga yang di
proses dengan elektrolisa, dan diklasifikasikan menjadi tiga macam menurut
kadar oksigen dan cara oksidasi yaitu tembaga ulet tembaga dioksidasi dan
tembaga bebas oksigen. Kalau O terkandung dalam tembaga unsure-unsur
pengotor dapat mengendap sebagai oksida maka jumlah laruta padat utuk
menaikkan hantaran listrik menjadi kurang. Dengan oksida yang banyakpada
temperature tinggi dapt menyebabkan kegetasan hydrogen, untuk mencegah
ini dipergunakan tembaga dioksidasi atau tembaga bebas oksigen dalam
tembaga murni untuk keperluan industri biasa terdapat unsure-unsur gas yang
memberikan pengaruh terhadap berbagai sifat. Oksigen adalah unsur yang
penting yang berhubungan erat dengan kadar hydrogen dan belerang.

Gambar 3.26 struktur mikro tembaga[27]

Proses pengambilan Cu dari bijih :


Bijih dari tambang, dipecah , digiling sebesar pasir halus dibersihkan.

Proses basah : Dengan mencampur bahan kimia agar terambil Cu atau


menjadi cuso4 untuk selanjutnya dielektrolisa. (mahal)
Proses kering : Bijih

yang

telah

menjadi

butiran-butiran

halus

dimasukkan flotasi yang berisi banyak air dan 2 bahan


kimia untuk membuat busa dan menutup bagian-bagian
kecil yang terapung di atas busa.[5]
Sifat-sifat tembaga:
Lemah, liat, tahan korosi
Karena liat sehingga dipakai untuk pekerjaan dengan perubahan bentuk,
gelang paking.
Kekuatan tarik :

200 N/mm2. Pada suhu rendah, kekuatan tarik jauh


lebih besar. Baik untuk teknik pendingin.

Daya hantar panas, daya listrik cukup baik. Sifat pantul panas juga besar
dapat untuk bahan isolasi.
Sulit dituang, sulit dilas, dapat dipadu dengan unsur lain.[5]

Proses Pembuatan:
Tembaga diperoleh dari bijih tembaga yang disebut chalcopirit.
Chalcopirit merupakan campuran Cu2 S dan Cu Fe S2 dan terdapat dalam
tambang-tambang dibawah permukaan tanah. Mula-mula bijih digiling dan
dicampur dengan batu kapur dan bahan fluks silika. Tepung bijih dipekatkan
terlebih dahulu sesudah itu dipanggang sehingga terbentuk campuran FeS,
FeO, SiO2 dan Cus. Campuran ini yang disebut kalsin dilebur dengan batu
kapur sebagai fluks dalam dapur reverberatory.Besi yang ada larut dalam terak
dan tembaga-besi yang tersisa atau matte dituangkan ke dalam konverter.
Udara dihembuskan ke dalam konverter selama 4 atau 5 jam, kotoran-kotoran
teroksidasi dan besi membentuk terak yang dibuang pada selang waktu
tertentu. Panas oksidasi yang dihasilkan cukup tinggi sehingga muatan tetap
cair dan sulfida tembaga akhirnya berubah menjadi oksida tembaga atau sulfat.
Bila aliran udara dihentikan oksida kupro bereaksi dengan sulfida kupro

membentuk tembaga blister dan dioksida belerang. Kemurnian tembaga blister


adalah 98-99 % lalu dilebur dan dicor menjadi slab.[5]
2. Aluminium
Aluminium merupakan logam ringan mempunyai ketahanan korosi
yang baik dan hantaran listrik yang baik. Dengan penambahan unsur Mg, Cu,
Si, Mn, Zn dan Ni secara satu persatu atau bersamaaan akan meningkatkan
sifat mekanik, ketahanan korosi, ketahanan aus dan koefisien pemuaian
rendah.
Kandungan aluminium yang terdapat di alam berupa senyawa bauksit
(Al2O3.2H2O) dan kaofin (AL3O32SiO22H2O). Biji aluminium tersebut masih
mengandung pengotor SiO2 (bersifat asam), FeO2(basa), CaCO3 dan TiO8
sehingga harus dimurnikan dengan zat kimia asam atau basa untuk
mendapatkan aluminium murni.
Perlakuan panas pada aluminium berupa pengerasan presipitasi
(pengerasan penuaan). Perubahan sifat dengan berjalannya waktu dinamakan
penuaan alamiah, sedangkan pada temperatur tinggi disebut penuaan
buatan.(120 0C-180 0C).[5]

Gambar 3.27 stuktur mikro alumunium[27]

Klasifikasi paduan aluminium jenis casting :


1. Paduan Al-Cu

: Aluminium dan Cu, mempunyai ketahan korosi yang

jelek.
2. Paduan Al-Mn : Biasanya mengandung 25,3 % Mn. Mn bertujuan untuk
memperkuat tanpa mengurangi ketahanan korosi, dan biasanya sebagai
paduan tanpa perlakuan panas.

3. Paduan Al-Mg-Zn : Mempunyai sifat keras sekali, patah getas oleh retakan
korosi tegangan. Penggunaan ini paling banyak untuk konstruksi pesawat,
setelah adanya perbaikan sifat- sifat tersebut.[7]
Klasifikasi paduan aluminium jenis tempa :
1. Paduan Al-Mg : Mempunyai sifat yang kuat, mudah dilas, mempunyai
kekerasan yang tinggi, dipakai untuk tangki LNG. Sifat yang lain mudah
ditempa, dirol, diekstrusi.
2. Paduan Al-Mg-Si : Mempunyai sifat kekuatan yang cukup baik, hantaran
listrik yang baik, biasanya dipakai sebagai bahan tembaga.[7]
3. Baja Fe-C (Baja ST 40 dan Baja ST 60)
Baja ST 40
Baja ST 40 termasuk baja dengan kandungan karbon kurang dari 0.3 %.
Sifat mekanik baja ST 40 antara lain:
a. Kekuatan tarik 42 50 kgf/mm2
b. Perpanjangan minimal 20 % dari panjang semula
c. Kandungan karbon 0,25 %
d. Yield Strength minimal 23 kgf/mm2
e. Ultimate Strength 25 %
f. Kekerasan yang diperoleh dengan metode Brinell 129 140 kgf.mm2[7]

Gambar 3.28 struktur mikro baja ST-40[27]

Baja ST 60
Baja ST 60 merupakan material yang banyak dipakai sebagai bahan
dasar dari peralatan-peralatan berat atau dapat juga untuk peralatanperalatan otomotif, seperti untuk roda gigi,poros dan berbagai peralatan

berat lainnya, dimana bagianbagian tersebut membutuhkan sifat tahan


aus, kekeras yang tinggi dan tangguh.
Kandungan Material dalam komposisi kimia (%berat) baja ST 60
terdiri dari unsur C 0,35 - 0,4; Si Maks. 0,35; Mn Maks. 0,80; P Maks.
0,040 S Maks.0,040; Cr 0,70 - 0,90; Ni Maks. 1,83; Mo 0,20 - 0,30 [7]
Sifat mekanik baja ST 60:
a. Tegangan Luluh () 1100 Mpa
b. Kekuatan Tarik 1174 Mpa
c. Perpanjangan (e). 13 %
d. Area Reduksi (A) 53,8 %
e. Memiliki kekuatan tarik sebesar 60 kgf/mm
f. Kandungan karbon dalam kategori sedang antara 0,25% < C < 0,55%
g. Memiliki nilai kekerasan antara 170-195 (kgf / mm)
h. ST-60 memiliki nilai kekerasan yang lebih tinggi daripada ST-40.[7]

Gambar 3.29 struktur mikro ST 60[27]


4. Besi Cor
Besi cor sebenarnya merupakan padua eutektik dari besi dan karbon.
Jadi suhu cairnya relatif rendah (~1200 C). Hal ini menguntungkan oleh
karena mudah dicairkan, pemakaian bahan bakar lebih irit dan dapur peleburan
lebih sederhana. Logam cair mudah dicor karena dapat mengisi cetakan yang
rumit dengan mudah. Karena itu, besi cor merupakan bahan yang murah dan
serba guna ditinjau dari segi desain produk.
Sebetulnya besi cor lebih kompleks dari paduan eutektik sederhana.
Besi cor biasanya mengandung silikon sekitar 1%-3 %. Hal ini diakibatkan
oleh karena silikon memang tertinggal dalam besi selama proses produksi, dan

diperlukan usaha khusus untuk menurunkannya. Akan tetapi yang penting


adalah peran silikon dalam produk akhir. [16]
Ada 4 jenis besi cor, yaitu:
a. Besi cor kelabu
Besi cor dengan serpih grafit yang bila patah mempunyai permukaan patah
berwarna kelabu. Besi cor kelabu sangat rendah keuletannya dan
merupakan peredam getaran yang baik.[16]

Gambar 3.30 besi cor kelabu[27]


b. Besi nodular atau ulet
Besi cor dengan grafit blat yang terbentuk selama solidifikasi biasanya
hampir tidak memiliki keuletan tetapi memiliki perpanjangan 10%20%.[16]

Gambar 3.31 Struktur besi nodular[31]


c. Besi cor tempa
Besi cor yang mengalami grafitisasi sesudah solidifikasi. [16]

Gambar 3.32 besi cor tempa[32]

d. Besi cor putih


Besi cor dengan Fe3C . Bila besi cor putih dianil maka Fe3C akan terurai
menjadi besi dan grafit. Reaksi ini terjadi dalam keadaan padat dan grafit
yang terjadi tidak berbentuk serpih.[16]

Gambar 3.33 besi cor putih[27]

5. Piston
Piston merupakan material yang sangat bersifat tahan korosi (karatan) di dalam
berbagai lingkungan, terutama atmofer

yang berkenaan dengan lingkungan. Unsur

campuran logam utama mereka adalah unsur paduan

Al-Si hipereutectic. Paduan

didesain dan dibuat sebagai AlSi16, AlSi18, AlSi22, dengan komposisi kimia dalam
wt% seperti;

AlSi16 dengan 16.48%Si, 1.28%Cu, 0.79%Mg, 1.07%Ni, 0.38%Fe dan


0.14%Mn;

AlSi18 dengan 18.88%Si, 1.54%Cu, 1.24%Mg, 1.02%Ni, 0.17%Fe dan


0.001%Mn;

AlSi22 dengan

22.82%Si, 1.12%Cu, 0.77%Mg, 1.06%Ni, 0.51%Fe dan

0.16%Mn.[16]

Gambar 3.34 struktur piston[33]


6. Kuningan
Kuningan merupakan perpaduan antara tembaga dan seng.

Gambar 3.35 struktur mikro kuningan[34]

Kuningan khusus
Kuningan yang dicampur unsur ketiga untuk memperbaiki
ketahanan korosi, ketahanan aus, mampu mesin, dsb, disebut kuningan
khusus. Unsur-unsur yang dipadukan terutama Mn, Sn, Fe, Al, Ni, Pb, dsb.
Unsur-unsur ini larut padat dalam dan , sehingga tidak membentuk fasa
baru hanya mengubah perbandingan antara fasa dan .
Pb larut padat dalam kuningan hanya sampai 0,4%, dan
kelebihannya mengendap dalam batas butir dan di dalam butir
terdispersikan secara halus yang hal ini memperbaiki mampu mesin dan
membuat permukaan yang halus oleh karena itu dipergunakan untuk roda
gigi pada jam yang dibebani secara ringan.[16]

Sn memperbaiki ketahanan korosi dan sifat-sifat mekaniknya kalau


ditambahkan dalam daerah larutan padat.
Kuningan berkekuatan tarik yang tinggi
Kuningan yang berkekuatan tarik yang tinggi dibuat dari kuningan
40-60% Cu dengan paduan 5% Mn, 2% Fe, dan 2% Al, tidak melebihi
jumlah 3-5%. Ni memberikan pengaruh sama dan memperbaiki sifatsifatnya sesuai dengan jumlah yang ditambahkan, yang bisa ditambahkan
sampai 10.
Paduan Cu dan Zn :
a. Kuningan Kepal
Cu = 58 s.d. 60 % dan sisanya Zn, biasa digunakan untuk pipa, plat,
kawat dll.
b. Kuningan Tuang
Cu = 60 s.d. 80 % sisanya Zn, sering ditambah Pb = 3% untuk
mengurangi sifat rapuh.
c. Kuningan Paten
Cu 40 % dan Zn 60 % untuk memateri perunggu, tembaga, dan loyang.
lalu diolah lebih lanjut secara elektrolit menjadi tembaga murni.

7.

Stainless Steel
Dalam metalurgi stainless steel didefinisikan sebagai campuran baja dengan
kandungan chromium minimal 10% dari berat. Stainless steel tahan terhadap
karat, tetapi tidak anti-karat. Biasa disebut baja tahan karat jika paduan dan
gradenya tidak disebutkan. Stainless steel biasa digunakan sebagai pisau dan alat
potong lainnya.
Stainless steel berbeda dengan campuran baja-chromuim, karena mempunyai
kandungan chromium yang cukup sehingga mempunyai daya tahan terhapad
karat yang baik. Stainless steel juga digunakan dalam pembuatan perhiasan dan
jam-tangan. Paduan stainless steel yang paling sering digunakan untuk membuat
perhiasan maupun jam-tangan ini adalah 316L.[16]

Gambar 3.36 struktur mikro stainless steel[27]


8.

Duralumin
Duralumin disebut juga duraluminum atau dural merupakan sebutan
untuk tipe dari paduan age-hardenable-aluminium. Paduan logam utama adalah
aluminium dengan campuran tembaga, mangan dan magnesium. Duralumin
yang biasa digunakan adalah tipe AA2024, yang mengandung 4,4% Cu, 1,5%
Mg, dan 0.6% Mn (dalam persentase berat). Kekuatan yield sekitar 450MPa,
bergantung pada komposisi dan temper.
Duralumin dikembangkan oleh Alfred Wilm di Drener Metallwerke
Aktien Gesellschaft, Jerman(1903), Wilm menemukan bahwa setelah proses
quenching paduan Al+4%Cu akan mengeras secara perlahan jika dibiarkan pada
suhu ruangan selama beberapa hari. Penelitian lebih lanjut mengenalkan
Duralumin pada 1909. Duralumin banyak digunakan sebagai rangka
pesawat.[16]
Beberapa aplikasi duralumin (paduan Al-Cu)

2011: kawat dankabel untuk mesin screw.

2014: penempaan berat, plat, dan bagian-bagian pesawat terbang.

2024: rangka pesawat terbang, perangkat keras, roda truk, produk mesin
screw dan beberapa penggunaan dalam struktur laainnya.

2036: lembaran untuk auto body panel.

2048: lembaran dan plat untuk aplikasi aerospace dan peralatan militer.

2141: untuk rangka pesawat. (plat dengan ketebalan 40-150 mm).

2218: Penempaan, piston pesawat dan mesin diesel, silinder kepala


mesin pesawat. Kompresor ring.

2219: struktur dan permukaan pesawat supersonic

2618: piston dan bagian mesin pesawat yang berputar pada suhu tinggi.

Gambar 3.37 struktur mikro duralumin[27]


9.

Al-Si
Merupakan

jenis

dari

paduan

aluminium,

Aluminium-Silicon

mempunyai sifat mudah dituang/dicor dan tahan terhadap korosi. Penguatan AlSi dilakukan dengan cara menambah sejumlah kecil unsur lain, seperti Cu, Mg,
atau Fe. Semakin tinggi kandungan besi maka Al-Si akan semakin getas.

Gambar 3.38 struktur mikro Al-Si [27]


Al-Si mempunyai karakteristik ringan, specific-strength yang baik,
konduktivitas termal yang baik, machineability yang baik dan tahan terhdap
korosi. Paduan Al-Si kompleks biasa digunakan untuk pengecoran part
komersial serta digunakan dalam industri automotif, aerospace, transportation
dan pertahanan. Hipereutectic Al-Si biasa digunakan untuk membuat piston
mesin 2 tak dengan ukuran kecil. Hipereutectic adalah daerah atau zona diatas
temperature eutectic atau titik cair besi, sedangkan hypoeutectic adalah daerah di
bawah temperature eutectic.[16]

10. Amuntit Toolsteel

Gambar 3.39 struktur amuntit_tool steel[27]


Amuntit termasuk baja perkakas, Struktur mikronya terdiri dari : Ferit bagian yang
terang , Perlit bagian yang kelabu , terdapat grafit yang mengakibatkan bersifat keras
sehingga amuntit digunakan untuk pembuatan mesin perkakas dan pahat, grafit
berbentuk gumpalan. Tidak seperti grafit pada besi cor yang berbentuk serpihan.
Fokus jelas , tanpa scratch, permukaan spesimen

cembung.Termasuk besi baja

perkakas (tool steels).


Komposis dari amuntit adalah 0.95% karbon, 0.25%Silisium, 1.1% Mangaan, 0.55%
Kromium, 0.1% vanadium dan logam lain. Struktur mikronya terdiri dari ferrit pada
bagian yang terang, perlit pada bagian yang kelabu. Dalam amuntit terdapat grafit
yang menyebabkannya bersifat keras sehingga sering digunakan untuk membuat
mesin perkakas dan pahat.[16]

3.4. PERALATAN DAN BAHAN PENGUJIAN


3.4.1

Peralatan Pengujian

1. Mesin Polisher Grinder (amplas)

Gambar 3.40 Mesin Polisher-grinder

2. Polisher (Beludru)

Gambar 3.41 Kain Beludru

3. Gelas Kimia

Gambar 3.42 Gelas Kimia

4. Mikroskop

Gambar 3.43. Mikroskop

5. Amplas

Gambar 3.44. Amplas


6. Kamera

Gambar 3.45 Kamera


7. Spesimen

Gambar 3.46 Spesimen


8. Hairdryer

Gambar 3.47 Hairdryer

9. Etza

Gambar 3.48 Etza


10. Maxam/autosol

Gambar 3.49 Maxam/autosol

1. Material uji
1.

ST 40 Air (Etsa Nital)

2.

ST 40 Non Perlakuan (Etsa Nital)

3.

ST 40 Oli (Etsa Nital)

4.

ST 40 Udara (Etsa Nital)

5.

ST 40 UJi Tarik Melintang (Etsa Nital)

6.

ST 40 UJi Tarik Membujur (Etsa Nital)

7.

ST 60 Air (Etsa Nital)

8.

ST 60 Non Perlakuan (Etsa Nital)

9.

ST 60 Oli (Etsa Nital)

10. ST 60 Udara (Etsa Nital)


11. ST 60 UJi Tarik Melintang (Etsa Nital)

12. ST 60 UJi Tarik Membujur (Etsa Nital)


13. Stainless Steel (Etsa methanol aqua)
14. Tembaga (Etsa FeCl3)
15. Tembaga (Etsa H2O2)
16. Alumunium (Etsa Keller's)
17. Amuntit_Tool Steel (Etsa Nital)
18. Besi Cor Air (Etsa Nital)
19. Besi Cor Non Perlakuan (Etsa Nital)
20. Besi Cor Oli (Etsa Nital)
21. Besi Cor Udara (Etsa Nital)
22. Besi Cor Udara (Non Etsa)
23. Duralumin (Etsa Keller's)
24. Kuningan (Etsa FeCl)
25. Kuningan (Etsa H2O2)
26. Piston Paduan Al-Si-Cu (Etsa Kellers)

3.5. Metodologi Pengujian


1. Siapkan material yang akan dilihat struktur mikronya, dan peralatan yang akan
digunakan.
2. Pasang amplas pada mesin pemolis, dimulai dari amplas yang paling kasar.
Pengamplasan dilakukan dalam keadaan basah untuk menghilangkan panas
dan pengotor pada benda uji. Amplas yang dipakai ukuran 400, 600, dan 800.
3. Setelah cukup rata, mengganti amplas dengan amplas yang agak halus yaitu
amplas nomor 1000, kemudian amplas nomor 1500 dan yang terakhir
menggunakan amplas yang paling halus yaitu nomor 2000. Kemudian polis
menggunakan autosol.

4. Sebelum melakukan pengetzaan, permukaan benda uji harus sudah halus dan
datar. Pengetzaan dilakukan dengan mencelupkan material ke dalam reaktan
beberapa saat.
5. Cuci benda uji yang telah dietza dengan aquades kemudian keringkan sebelum
diamati pada mikroskop.
6. Potret gambar apabila gambar yang diperoleh tampak jelas sesuai perbasaran
pada mikroskop.

DIAGRAM ALIR PERCOBAAN

Start

Menyiapkan peralatan dan


material uji (spesimen)

Mengamplas permukaan
spesimen

tidak
Permukaan
Specimen Rata
ya
Polising permukaan
spesimen
tidak
Tidak ada
goresan
ya
Etching

Pemotretan

Finish

Gambar 3.50 Diagram alir metode percobaan

3.6

Analisa Pengujian

1. ST 40 Air

Gambar 3.42 ST 40 Air (Etsa Nital)


Material

ST 40 Air

Etsa

Nital

Perbesaran 200x
Gambar 3.42 terlihat jelas adanya cementit yang berwarna gelap namun
tampak tidak begitu dominan serta tampak tidak jelas. Secara teori ST 40
quenching lebih keras dari ST 40 non perlakuan dan normalizing dengan
kandungan karbon sekitar 0.25% , karena adanya pembentukan martensit.
Batas antar butiran dapat terlihat cukup jelas. Ferit dan cementit sudah terlihat
cukup jelas. Jumlah ferit lebih sedikit daripada cementit.
Gambar 3.42 terlihat kurang fokus dibagian kanan, kiri serta bawah
berarti permukaan spesimen yang kurang rata. Dalam melakukan pengetsaan
sudah dilakukan dengan benar dan dengan etsa yang tepat karena spesimen ini
sudah mempunyai warna yang jelas.

2. ST 40 non perlakuan

Gambar 3.43 ST 40 Non Perlakuan (Etsa Nital)

Material

Baja ST 40 non perlakuan

Etsa

Nital

Perbesaran 200x

Dalam teori ST 40 memiliki nilai kekerasan yang lebih rendah daripada


ST 60 maupun besi cor. Gambar 3.43 menunjukkan adanya cementit dan ferit.
Cementit lebih banyak daripada ferit. Ferit adalah yang berwarna cerah dan
cementit yang gelap. Gambar terlihat cukup fokus ditengah sedang dibagian
samping kurang jelas, mungkin dikarenakan saat pemotretan memang kurang
fokus, atau bisa juga karena permukaan spesimen yang kurang rata.
Dapat dilihat pula pada pembesaran 200x batas butir antara cementit dan
ferit terlihat jelas. Pengetsaan yang dilakukan berhasil karena pada gambar
struktur mikro baja ST 40 non perlakuan ini sudah timbul warna yang jelas.

3. ST 40 oli

Gambar 3.44 ST 40 Oli (Etsa Nital)


Material

Baja ST 40 pendinginan oli

Etsa

nital

Perbesaran

200x

Gambar 3.44 menujukkan adanya cementit yang berwarna gelap namun


tampak tidak begitu dominan serta tampak tidak jelas. Secara teori ST 40 yang
didinginkan dengan oli lebih keras dari ST 40 non perlakuan dan normalizing.
Batas antar butiran dapat terlihat cukup jelas. Ferrit dan cementit sudah terlihat
cukup jelas. Jumlah cementit lebih sedikit dari pada ferit.

Gambar 3.44 yang dihasilkan kurang fokus dibagian samping kanan dan
bawah, sedangkan yang terlihat jelas adalah pada kiri atas,itu berarti permukaan
spesimen yang kurang rata. Dalam melakukan pengetsaan sudah dilakukan
dengan benar dan dengan etsa yang tepat karena spesimen ini sudah mempunyai
warna yang jelas.

4. ST 40 perlakuan panas dengan pendinginan udara.

Gambar 3.45 ST 40 Udara (Etsa Nital) 2


Material

Baja ST 40 pendinginan udara

Etsa

Nital

Perbesaran

200x

Dapat terlihat di gambar 3.45 bahwa cementit lebih sedikit daripada ferit.
Komposisi terlihat struktur ferit (cerah) dan cementit (gelap). Karena ferit lebih
banyak, material ini bersifat lunak dan ulet. Pada ST 40 normalizing, bagian yang
terang lebih banyak daripada ST 40 non perlakuan dan ST 40 quenching,
sehingga ST 40 tersebut paling rendah kekerasannya di antara keduanya.
Pada gambar 3.45 struktur mikro sudah terlihat. Batas butir terlihat
sehingga dapat dibedakan antara butir yang satu dengan yang lain. Gambar yang
dihasilkan tampak jelas pada kanan atas. Pengetsaan yang dilakukan berhasil
karena pada gambar struktur mikro baja ST 40 perlakuan panas dengan
pendinginan udara ini sudah timbul warna yang jelas.,

5. ST 40 UJi Tarik Melintang

Gambar 3.46 ST 40 UJi Tarik Melintang (Etsa Nital)


Material

Baja ST 40 uji tarik


melintang

Etsa

Nital

Perbesaran

200x

Gambar 3.46 terlihat jelas adanya cementit yang berwarna gelap namun tampak
tidak dominan serta tampak tidak jelas. Batas antar butiran dapat terlihat cukup jelas.
Ferit dan perlit sudah terlihat cukup jelas. Jumlah ferit lebih sedikit daripada perlit.
Fokus gambar ada pada bagian tengah dan

terlihat jelas.

Adanya bagian yang

memanjang menunjukkan efek dari uji tarik yang sudah dilakukan pada material
tersebut.

6. ST ST 40 UJi Tarik Membujur

Gambar 3.47 ST 40 UJi Tarik Membujur (Etsa Nital)

Material

Baja ST 40 uji tarik


membujur

Etsa

Nital

Perbesaran

200x

Pada gambar 3.47 terlihat fokus pada bagian tengah dan jelas adanya cementit
yang berwarna gelap dan tampak tidak dominan. Batas antar butiran dapat terlihat
cukup jelas dan terlihat memanjang.. Jumlah ferit lebih banyak daripada cementit..
Adanya bagian yang memanjang menunjukkan efek dari uji tarik yang sudah dilakukan
pada material tersebut.

7. ST ST 60 Air

Gambar 3.48 ST 60 Air (Etsa Nital)


Material

Baja ST 60 air

Etsa

Nital

Perbesaran

500x

Komposisi pada gambar 3.48 struktur martensit dengan bentuk runcing


disebabkan pendinginan secara cepat, cementit dan ferit tampak lebih merata.
Sudah mulai terlihat adanya cementit dan ferit meskipun tidak begitu jelas,
sedangkan martensit tidak terlihat karena perbesarannya kurang agar dapat
terlihat diperlukan perbesaran 1000 kali.. Terbentuknya martensit menyebabkan
baja ini lebih keras daripada material yang di-normalizing maupun tanpa
perlakuan.

Pengetzaan yang kurang lama mengakibatkan struktur mikro tidak


terlihat dengan jelas, sehingga sulit dibedakan antara butir yang satu dengan
butir yang lain. Gambar struktur mikro cukup focus,

8. ST 60 Non Perlakuan

Gambar 3.49 ST 60 Non Perlakuan (Etsa Nital)


Material

ST 60 Non perlakuan

Etsa

Nital

Perbesaran

500x

ST 60 ini lebih lunak dan ulet daripada besi cor karena memiliki ferit
yang lebih banyak. Terlihat pada gambar 3.49 cementit pada baja ST 60 ini lebih
dominan daripada feritnya. Batas butir terlihat jelas sehingga dapat membedakan
antara butir satu dengan butir yang lain. Pengetsaan yang dilakukan sudah tepat
dengan larutan yang benar tetapi gambar yang fokus hanya di tengah.

9. ST 60 Oli

Gambar 3.50 ST 60 Oli (Etsa Nital)

Material

ST 60 Oli

Etsa

Nital

Perbesaran

500x

Komposisi pada gambar 3.50 struktur martensit dengan bentuk runcing


disebabkan pendinginan secara cepat, cementit dan ferit tampak lebih merata.
Martensit tidak terlihat karena perbesarannya kurang agar dapat terlihat
diperlukan perbesaran 500 kali.. Pada gambar 3.50 struktur mikro yang
mendominasi adalah cementit.Terbentuknya martensit menyebabkan baja ini
lebih keras daripada material yang di-normalizing maupun tanpa perlakuan.
Gambar struktur mikro diatas masih kurang focus, sedangkan kerataan
permukaan rata sehingga refleksi sinar seragam. Dalam gambar terlihat agak
kurang jelas karena kurangnya pencahayaan.

10. ST 60 Udara

Gambar 3.51 ST 60 Udara (Etsa Nital)


Material

ST 60 Udara

Etsa

Nital

Perbesaran

500x

Komposisi gambar 3.51 struktur martensit dengan bentuk agak runcing,


cementit dan ferit tampak lebih merata. Cementit lebih halus dan dominan
daripada ferit. Karena terbentuk martensit maka baja ini lebih keras daripada
material yang dinormalizing maupun tanpa perlakuan. Pendinginan dengan
menggunakan udara merupakan pendinginan lambat yang akan menghasilkan
ferrit dan karbida. Batas butir pada gambar 3.51terlihat jelas. Sedangkan
pencahayaannya cukup terang tetapi masih terlihat bagian yang kabur dibagian

samping kiri bawah . Pengetsaan yang dilakukan pada pengujian mikrogafi


spesimen ini sudah baik karena spesimen sudah terlihat dengan jelas pada waktu
dilakukan pemotretan.

11. ST 60 UJi Tarik Melintang

Gambar 3.52 ST 60 UJi Tarik Melintang (Etsa Nital)


Material

St 60 Uji tarik melintang

Etsa

Nital

Perbesaran

200X

Gambar 3.52 menunjukkan

cementit pada baja ST 60 ini lebih dominan

daripada feritnya. Dengan cementit yang berwarna gelap dan feritnya berwarna cerah.
Bentuk butir agak lonjong akibat dari uji tarik. Batas butir terlihat jelas sehingga dapat
membedakan antara butir satu dengan butir yang lain. Pengetsaan yang dilakukan sudah
tepat dengan larutan yang benar tetapi gambar pada bagian kanan atas dan bawah agak
buram atau kurang fokus

12. ST 60 UJi Tarik Membujur

Gambar 3.53 ST 60 UJi Tarik Membujur (Etsa Nital)

Material

St

60

Uji

tarik

Membujur
Etsa

Nital

Perbesaran

200x

Gambar 3.53 menunjukkan cementit (yang berwarna gelap) pada baja ST 60 ini
lebih dominan daripada feritnya. Bentuk butir agak lonjong akibat dari pengujian tarik.
Batas butir terlihat jelas sehingga dapat membedakan antara butir satu dengan butir
yang lain.. Pengetsaan yang dilakukan sudah tepat dengan larutan yang benar tetapi
gambar pada bagian bawah agak buram atau kurang fokus. Adanya bagian yang
memanjang menunjukkan efek dari uji tarik yang sudah dilakukan pada material
tersebut.

13. Stainless Steel

Gambar 3.54 Stainless Steel (Etsa methanol aqua)

Material

Stainless Steel

Etsa

Methanol aqua

Perbesaran

500x

Stainless ini merupakan baja yang mempunyai ketahanan yang sangat baik
terhadap korosi. Merupakan logam paduan yang tersusun dari Cl, Cr, Ni, Mn.
Tampak pada gambar 3.54 bahwa struktur martensit berbentuk runcing seperti
jarum dan tampak jelas. Batas butir terlihat jelas.. Fokus kurang baik, ditengahtengahnya fokus tapi di bagian tepi kanan bawah terlihat kabur. Pengetsaan

yang dilakukan sudah menggunkan larutan etsa yang benar karena spesimen ini
sudah mempunyai warna yang jelas.

14. Tembaga

Gambar 3.55 Tembaga (Etsa FeCl3)


Material

Tembaga

Etsa

FeCl3

Perbesaran

500x

Fokus gambar 3.55 ada pada bagian tengah dan atas gambar Karena
kurangnya fokus kamera pada saat pemotretan, tetapi fokus yang digunakan
pada pemotretan.. Pengetzaan dilakukan dengan baik dimana tidak ada
permukaan specimen yang tampak terbakar. Pada gambar terlihat komposisi
pada struktur mikro tembaga dimana batas butir terlihat jelas.
15. Tembaga

Gambar 3.56 Tembaga (Etsa H2O2)

Material

Tembaga

Etsa

H2O2

Perbesaran

500x

Pada gambar 3.56 terlihat jelas dan butir berbentuk bulat dan terlihat jelas
perbedaan strukturnya. Pengetzaan dilakukan dengan baik dimana tidak ada
permukaan specimen yang tampak terbakar. Pada gambar terlihat komposisi pada
struktur mikro tembaga dimana batas butir terlihat jelas pada perbesaran 500 X, Hal
ini juga mengakibatkan warna yang bervariasi akibat dari pantulan cahaya.

16. Alumunium

Gambar 3.57 Alumunium (Etsa Keller's)


Material

Alumunium

Etsa

Kellers

Perbesaran

500x

Aluminum mempunyai keuletan yang cukup tinggi tetapi tingkat


kekerasannya rendah . Komposisi aluminium merupakan logam fasa tunggal.
Struktur mikronya sudah terlihat walaupun kurang jelas.
Pada foto terlihat permukaan yang tidak rata dengan warna tiap butir yang
tidak terlalu berbeda. Batas butir tidak terlihat jelas sehingga sulit membedakan
antara butir yang satu dengan yang lain. Foto pada gambar 3.57 terfokus pada
tengah keatas kiri. Dan pencahayaannya cukup terang. Pengetsanan pada
spesimen ini sudah benar dalam menggunakan larutan etsa dan lamanya
mencelupkan spesimen ke dalam larutan etsa.

17. Amuntit Tool Steel

Gambar 3.58 Amuntit_Tool Steel (Etsa Nital)


Material

Amuntit Tool steel

Etsa

nital

Perbesaran

500x

Gambar 3.58 menunjukkan dengan jelas adanya ferit dan cementit.


Gumpalan berwarna hitam atau gelap menunjukkan adanya grafit. Dalam
material ini ukuran tiap butir lebih kecil bila dibandingkan dengan baja biasa.
Ini menunjukkan bahwa selain keras material inipun sulit untuk patah.Terdapat
pula cementit, ferit, dan karbida. Amutit mempunyai sifat fisis yang keras dan
getas, hal ini ditunjukkan dari struktur mikronya yaitu perlitnya yang tersusun
rapat dan halus. Batas butir kurang terlihat jelas sehingga sulit dibedakan antara
butir yang satu dengan yang lain. Dan masih terlihat bagian yang kabur pada
bagian tepi hal ini dikarenakan keratan permukaan yang kurang. Fokus yang
kurang tajam sehingga ada bagian yang kabur. Permukaan yang tidak
rata/miring mengakibatkan refleksi sinar tidak merata.

18. Besi Cor Air

Gambar 3.59 Besi Cor Air (Etsa Nital)


Material

Besi Cor perlakuan air

Etsa

Nital

Perbesaran

200x

Dalam uji kekerasan besi cor ini merupakan material yang sangat keras.
Hal itu di sebabkan karena kadar karbonnya lebih banyak dibandingkan yang
lain. Terlihat pada gambar 3.59 adanya cementit yang jumlahnya lebih banyak
dibandingkan ferit (berwarna terang) sehingga mengakibatkan besi cor ini
bersifat keras. Juga terlihat karbon yang berwarna kehitaman. Pemfokusan
berada di bagian tengah keatas tetapi pada waktu pengetsaan spesimen
dicelupkan terlalu lama sehingga spesimen seperti terbakar.

19. Besi Cor Non Perlakuan

Gambar 3.60 Besi Cor Non Perlakuan (Etsa Nital)

Material

Besi non perlakuan

Etsa

Nital

Perbesaran

500x

Dari gambar 3.60 baja cor non perlakuaan dengan batas butir terlihat jelas
sehingga dapat dibedakan batas antara butir yang satu dengan yang lain Tampak
pula jumlah cementit lebih banyak dari ferrit. Dari struktur mikronya terlihat
bahwa besi cor memiliki matrik sementit yang berasal dari austenit dan terlihat
pula serpihan grafit (grafit flakes) yang berwarna gelap. Grafit tersebut
menambah kekerasan bahan. Fokus dari kamera berada di tengah.

20. Besi Cor Oli

Gambar 3.61 Besi Cor Oli (Etsa Nital)


Material

Besi cor oli

Etsa

Nital

Perbesaran

200x

Dalam uji kekerasan besi cor ini merupakan material yang sangat keras.
Hal itu di sebabkan karena kadar karbonnya lebih banyak dibandingkan yang
lain, dan kekerasannya lebih keras daripada besi cor udara. Terlihat pada gambar
3.61 adanya cementit yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan ferit
(berwarna terang) sehingga mengakibatkan besi cor ini bersifat keras. Juga
terlihat karbon yang berwarna kehitaman. Pemfokusan berada di bagian tengah
ke kiri atas, tetapi pada waktu pengetsaan spesimen dicelupkan terlalu lama
sehingga spesimen seperti terbakar.

21. Besi Cor Udara

Gambar 3.62 Besi Cor Udara (Etsa Nital)


Material

Besi cor udara

Etsa

Nital

Perbesaran

500x

Besi cor merupakan material yang sangat keras yang disebabkan kadar
karbonnya lebih banyak dibandingkan dengan material yang lain, namun dengan
pendingin udara kekerasannya lebih rendah dibanding dengan pendingin oli atau
air. Pada gambar 3.62 terlihat adanya cementit yang jumlahnya lebih banyak
dibandingkan ferit (berwarna terang). Batas butirannya tidak terlihat jelas
sehingga sulit membedakan butir satu dengan lainnya. Pemfokusan ada pada
bagian tengah ke kiri atas.

22.

Besi Cor Udara

Gambar 3.63 Besi Cor Udara (Non Etsa)

Material

Besi cor udara

Etsa

non

Perbesaran

100x

Dari gambar 3.63 baja cor non etza batas butir terlihat jelas sehingga dapat
dibedakan batas antara butir yang satu dengan yang lain. Tampak pula jumlah
cementit lebih banyak dari ferrit. Fokusnya berada pada bagian tengah ke kiri
atas. Sedangkan cahayanya cukup terang sehingga terlihat bahwa besi cor
memiliki matrik sementit yang berasal dari austenit dan terlihat pula serpihan
grafit (grafit flakes) yang berwarna gelap. Grafit tersebut menambah kekerasan
bahan. Goresan masih terlihat walau sedikit pada gambar baja cor non
perlakuan, hal ini disebabkan proses polishing yang kurang baik.

23.

Duralumin

Gambar 3.64 Duralumin (Etsa Keller's)


Material

Duralumin

Etsa

Kellers

Perbesaran

500x

Dari gambar 3.64 berbeda dengan baja cor dengan etza yang ferit dan
perlitnya terlihat jelas. Batas butir tidak terlihat jelas sehingga tidak dapat
dibedakan batas antara butir yang satu dengan yang lain Tampak pula jumlah
ferrit lebih banyak dari perlit. Fokus ada pada bagian tengah ke kiri atas

24.

Kuningan

Gambar 3.65 Kuningan (Etsa FeCl)


Material

Kuningan

Etsa

FeCl

Perbesaran

500x

Kuningan merupakan paduan antara tembaga dan seng dimana kadar


tembaga lebih besar daripada seng. Karena kadar tembaga yang lebih besar
menyebabkan kuningan bersifat lunak. Unsur tembaga pada gambar 3.65 terlihat
berwarna merah, sementara seng terlihat berwarna kuning. Batas butir tidak
terlihat jelas sehingga kurang dapat dibedakan antara butir yang satu dengan
yang lain. Fokus kamera kurang baik dan terlihat pada bagian tengah.
Pencahayaan sudah cukup baik, menyebabkan cahaya merata pada permukaan
kuningan, walaupun masih terlihat sedikit bagian yang kabur.

25.

Kuningan

Gambar 3.66 Kuningan (Etsa H2O2)

Material

Kuningan

Etsa

H2O2

Perbesaran

500x

Kuningan merupakan paduan antara tembaga dan seng dimana kadar


tembaga lebih besar daripada seng. Karena kadar tembaga yang lebih besar
menyebabkan kuningan bersifat lunak. Unsur tembaga pada gambar 3.66 terlihat
berwarna lebih gelap, sementara seng terlihat berwarna kuning. Batas butir
tidak terlihat jelas sehingga kurang dapat dibedakan antara butir yang satu
dengan yang lain. Gambar ini lebih jelas daripada kuningan etsa Fecl

26.

Piston_Paduan Al-Si-Cu

Gambar 3.67 Piston_Paduan Al-Si-Cu (Etsa Kellers)


Material

Piston

Etsa

Kellers

Perbesaran

200x

Unsur campuran logam utama material ini adalah unsur paduan Al-Si
hipereutectic. Pada gambar 3.67 batas butir tidak terlihat dengan jelas sehingga
tidak mudah dibedakan antara butir yang satu dengan butir yang lain. Material
ini bersifat keras hal ini dilihat dari struktur mikronya pada gambar 3.67.
Pemfokusan ada pada bagian tengah atas..

3.7 Aplikasi Pengujian Mikrografi dalam Bidang Industri


Pengujian Wheel Bearing Fiksasi dari cincin bagian dalam bantalan roda
dilakukan oleh goyangan Sebagai akibatnya tegangan sisa dibangun di ring
yang tidak boleh melebihi nilai batas sekitar 300 MPa untuk mendapatkan
kualitas yang sempurna.

Teknik yang biasa untuk memeriksa keadaan tegangan sisa adalah x-ray difraksi
yang merusak karena memerlukan persiapan lokasi tes. Selanjutnya hanya dapat
dilakukan secara statistik. Teknik 3MA memungkinkan cepat non-destruktif
estimasi tingkat tegangan sisa (Angka 9, 10). Setelah langkah kalibrasi dengan
menggunakan Xray

referensi nilai sebuah pemeriksaan mutu 100% dari bagian ini adalah mungkin.
kalibrasi prosedur memerlukan kebetulan dari 3MA dan posisi x-ray kalibrasi
karena tegangan sisa bervariasi sepanjang keliling. Itu berarti data 3MA harus
tercatat dalam langkah pertama sebelum lokasi tes x-ray disiapkan oleh etsa.
Menurut Gambar 10 standard error residu di kalibrasi berada dalam kisaran 20
MPa. Selain tambahan tegangan sisa kekerasan permukaan dapat diukur.[35]

3.8 Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
a. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui struktur logam dan kandungan
karbon pada logam, sehingga berguna untuk mengetahui sifat sifat logam.
b. Material dengan perlakuan berbeda menunjukkan struktur mikro yang
berbeda.

c. Untuk memperoleh hasil pemotretan yang baik diperlukan permukaan


material dan pemolisan yang merata, mengkilap, tanpa goresan, dan bersih
dari sisa autosol maupun air. Selain itu diperlukan juga pengetzaan yang
benar agar komponen paduan dapat terlihat dan dibedakan dengan jelas.
d. Dari hasil pemotretan yang dilakukan dapat dibandingkan pada tabel di
bawah ini
Tabel 3.3 Perbandingan ST40
Sifat

Non

Perlakuan

Perlakuan

Perlakuan

Perlakuan

Panas

Panas

panas

Pendinginan

Pendinginan

pendinginan

Udara

Air

oli

Struktur

Batas

Batas butirnya

Batas butirnya Batas butirnya

mikro

butirnya lebih

lebih rapat

paling rapat

lebih lebih

renggang dan

daripada ST 60

walaupun

rapat daripada

jelas terlihat.

non perlakuan

kurang

ST60 non

dan tidak

terlihat.

perlakuan dan

terlihat secara

pendinginan

jelas.

udara

Jumlah

cementitnya

cementit

Cementitnya

ferritnya

lebih banyak

Perlitnya

lebih banyak

lebih banyak

daripada ST 60

lebih banyak

daripada

dari pada ST

non perlakuan

daripada ST

ST60 non

60

dan ST 60

60 non

perlakuan dan

pendinginan

pendinginan

perlakuan dan

pendinginan

air.

air.

ST 60

udara

pendinginan
udara.

Tabel 3.4 perbandingan ST 60


Sifat

Non Etza

Perlakuan

Perlakuan

Perlakuan panas

Non

Panas

pendinginan oli

Perlakuan

Pendinginan
Udara

Struktur

Batas

Batas butirnya Batas butirnya Batas butirnya

mikro

butirnya

lebih terlihat

rapat dari non

lebih rapat

tampak tidak secara jelas.

perlakuan dan

daripada besi cor

jelas terlihat.

kurang

non perlakuan

terlihat jelas..

dan pendinginan
udara

Jumlah

cementit

cementitnya

Cementitnya

cementit nya

terlihat lebih

lebih banyak

lebih banyak

terlihat

banyak

daripada non

daripada besi cor

sedikit.

daripada non

etza dan non

non perlakuan

etza

perlakuan.

dan pendinginan
udara

Tabel 3.5 Perbandingan Besi Cor


Sifat

Non Etza

Perlakuan

Perlakuan

Perlakuan

Perlakuan

Non

Panas

panas

Panas

Perlakuan

Pendinginan

pendinginan oli

Pendinginan

Udara

air

Struktur

Batas

Batas

Batas

mikro

butirnya

butirnya

butirnya rapat lebih rapat

butirnya

tampak

lebih terlihat

dari non

daripada besi

lebih rapat

tidak jelas

secara jelas.

perlakuan

cor non

dari non

dan kurang

perlakuan dan

perlakuan

terlihat.

Batas butirnya

Batas

terlihat jelas..

pendinginan
udara

Jumlah

cementit

cementitnya

Cementitnya

Cementitnya

cementit

terlihat lebih

lebih banyak

lebih banyak

lebih

nya terlihat

banyak

daripada non

daripada besi

banyak

sedikit.

daripada non

etza dan non

cor non

daripada

etza

perlakuan.

perlakuan dan

besi cor non

pendinginan

perlakuan

udara

Table 3.6 Perbandingan tembaga


Sifat

Etsa FeCl3

Etsa H2O2

Batas butir terlihat jelas

Batas butir terlihat

dikarenakan orientasi

jelas dikarenakan

butir

warna yang bervariatif

Etsa menyebabkan

Etsa menyebabkan

orientasi butir jelas

perbedaan warna jelas

Struktur mikro

Table 3.7 Perbandingan Almunium,duralmin, piston, stainless steel, amuntit


Sifat

alumunium

duralmin

piston

Stainless

Amuntit

steel
Sturtur

Batas butir

Batas butir

Batas butir

Batas butir

Batas butir

mikro

tidak jelas

tidak jelas

tidak jelas

nya jelas

tidak jelas

Ulet sangat

Ferrit lebih

Ferrit dan

Lebih

Perlit lebih

tinggi

mendominasi sementit

banyak

mendominaisidi

daripada

ferrit

banding

cementit

merata

cementit

2. Saran
a) Pada saat proses pengamplasan hendaknya dilakukan dengan cermat dan
tepat agar dihasilkan specimen yang rata, karena bila spesimen tidak rata
maka fokusnya pun akan kabur.
b) Pada saat polishing dengan menggunakan autosol sebiknya dibersihkan
dengan kain beludru sampai bersih sehingga autosol hilang dan menjadikan
permukaan mengkilat dan tidak ada goresan.
c) Proses pencelupan pada reaktan hendaknya sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan, agar dalam proses pemotretan dapat terlihat dengan jelas (tidak
buram atau tidak seperti terbakar).
d) Pada saat pemotretan sebaiknya menggunakan lensa dan kamera yang baik
juga pencahayaan yang memadai sehingga gambar yang dihasilkan terlihat
jelas.

Daftar Pustaka
1. Job sheet praktikum struktur dan sifat material, 2010
2. Callister, William D.1993. Materials Science and Engineering an
Introduction 7th. New York: John Wiley & Sons, Inc
3. Lawrence H. Van Vlack,1998. Ilmu dan Teknologi Bahan.Jakarta:Erlangga
4. ASM Metals Handbook Volume 9 - Metallography and Microstructure, 2004
5. Prof. Ir. Tata Surdia MS. Met. E., 2000
6. George Vander Voort, Metallography Principles And Practice
7. Prof Ir Tata Surdia Ms.Met.E dan Prof DR. Shinroku Saito, Pengetahuan Bahan
teknik.

8. D. Rajnovi, L. Sidjanin. 2007. Characterization of Microstructure in


Comercial Al-Si Piston Alloy. Berlin
9. http://cepiar.wordpress.com/2007/11/14/prosedur-percobaan-praktikummetalografi/
10. http://www.msm.cam.ac.uk/phasetrans/abstracts/CP1b.html
11. http://www.ndt_ed.org/educationResources/communityCollege/
materials/fcc_hcp.htm
12. http://courses.washington.edu
13. http://info.lu.farmingdale.edu
14. http://industrialheating.com
15. http://www.copper.org
16. http://en.wikipedia.org
17. www.answers.com/topic/duralumin_files
18. http://www.marinenautoparts.com
19. www.emirings.com
20. www.girard.fr
21. http://www.atzonline.com
22. http://pwatlas.mt.umist.ac.uk
23. http://www.calphad.com
24. http://docushare.knox.nsw.edu.au
25. www.rose-hulman.edu

26. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-7634-2103030020-bab1.pdf
27. http://www.google.co.id/imglanding?imgurl
28. http://threeplanes.net
29. http://asminternational.org
30. http://azocleantech.com
31. http://metallographic.com
32. http://reference.findtarget.com
33. http://futurepublishing.co.za
34. http://hindawi.com
35. www.ndt.net/article/iscs2007/papers/1.pdf
36. http://www.copper.org/resources/properties/microstructure/homepage.html

Anda mungkin juga menyukai