MIKROGRAFI
3.1. PENDAHULUAN
Dalam ilmu dan teknologi bahan, struktur suatu bahan merupakan dasar yang
harus kita pahami dalam mengetehui sifat dari bahan tersebut. Untuk melihat struktur
suatu bahan tidaklah mudah. Kita tidak bisa melihat struktur suatu bahan dengan mata
telanjang dan tanpa suatu metode karena ukurannya yang sangat kecil, ikatan antar
unsur yang menyatu sehingga batas antar unsur penyusunnya tidak jelas.
Untuk dapat melihat dengan jelas struktur dari suatu bahan dapat dilakukan
dengan percobaan mikrografi. Mikrografi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
metode-metode yang digunakan untuk memperoleh gambar yang menunjukan struktur
mikro dari suatu logam dan paduannya. Kita dapat mengetahui struktur dari suatu logam
dengan memperjelas batas-batas butir logam. Dengan melakukan percobaan mikrografi
ini kita dapat melihat struktur suatu bahan dengan jelas. Selain itu, mikrografi menjadi
sangat penting karena untuk memproses suatu bahan kita harus mengetahui sifat dari
bahan tersebut. Dengan mengetahui struktur bahan yang dapat diketahui dengan
mikrografi kita dapat mengetahui sifat dari suatu bahan sehingga kita dapat mengolah
suatu bahan menjadi yang kita inginkan. Dengan demikian kita juga dapat mengetahui
karakteristik dari suatu material.
3.2. TUJUAN
Tujuan praktikum mikrografi sebagai berikut :
1. Mengetahui struktur mikro logam dan paduan dengan bantuan mikroskop.
2. Mengetahui prosedur pelaksanaan dalam pengujian mikrografi.
3. Membandingkan struktur mikro logam hasil proses heat treatment dengan
struktur mikro logam dalam keadaan non heat treatment.
4. Mengetahui batas butir dari logam.
5. Memotret struktur permukaan logam.
6. Mengetahui kandungan-kandungan pada struktur logam
atom penuh; satu di dalam pusat kubus dan seperdelapan bagian atom pada
masing-masing sudut kubus. Volume dari atom-atom sel per total volume dari
suatu sel disebut dengan faktor pengepakan. Sel satuan BCC mempunyai faktor
pengepakan sebesar 0.68. Beberapa material yang memiliki struktur BCC antara
lain litium, natrium, kalium, unsur logam pelapis kran, barium, vanadium, besi
alfa dan tungsten.[2]
Berikut ini adalah beberapa struktur mikro dalam besi dan baja:
1. Austenite (besi gamma)
Austenite (besi gamma) adalah modifikasi besi dengan struktur kubik
pemusatan sisi. Bentuk besi murni ini stabil pada suhu diantara 912oC dan
1394oC. Perbandingan langsung antara sifat-sifat mekanis austenit dan ferit
sulit karena harus dibandingkan pada suhu berlainan. Tetapi pada suhu
stabilnya austenit lunak dan ulet sehingga mudah dibentuk. Austenit tidak
bersifat ferromagnetik pada suhu manapun. Besi dengan struktur kubik
pemusatan sisi mempunyai jarak antar atom yang lebih besar bila
dibandingkan ferrit. [2]
4. Martensit
Martensit merupakan bentuk struktur kristal baja yang sangat keras.
Struktur kristal martensit terbentuk oleh displesive transformasi dengan
pendinginan cepat (quenching) dari austenit. Butir kristal martensit
berbentuk jarum dan kepadatan martensit memiliki kepadatan yang lebih
rendah dibandingkan austenit. Martensit tidak ditampilkan dalam
diagram keseimbangan fasa dari besi karbon karena merupakan tahap
metastable. Martensit mudah hancur oleh aplikasi panas seperti
tempering. Terlalu banyak martensit material akan menjadi rapuh dan
jika terlalu sedikit maka material akan lunak.[15]
5. Pearlite
Strukturnya terdiri dari lapisan alpha-ferrite (wt 88%) dan
cementite (12%) yang terjadi di beberapa logam baja dan besi. Pearlite
terbentuk oleh eutectoid sebagai reaksi austenite
yang mengalami
6. Bainite
Bainite ditemukan oleh Davenport ES dan Edgar Bain merupakan
struktur Kristal yang terbentuk ketika austenite didinginkan pada suhu
kritis 723 0C sekitar 1333 0F. Bainite umumnya terdiri dari ferrite, karbit,
dan austenite. Suhu kisaran untuk transformasi bainit yaitu lebih tinggi
daripada pendinginan yang diperlukan pearlite dan lebih rendah
dibanding untuk membentuk martensit pada komposisi baja yang sama.
Transformasinya mencakup perubahan struktur yang diikuti dengan
perubahan distribusi kembali dari karbon, yang berpresipitasi sebagai
karbida. [16]
Penjelasan:
1. Liquid metal : Pengerjaan logam dalam keadaan suhu tinggi dan berupa cairan
yang siap untuk proses selanjutnya,
2. Simple Freezing : Suatu metode yang digunakan secara sederhana untuk teknik
pendinginan etsa, dimana kondisi logam tidak mengalami sublimasi dan
diharapkan struktur tidak mengalami penggandaan yang menyebabkan
pembelahan struktur tetap dan dislokasi pada membrane saat pendinginan.
3. Formation of solid solution :
struktur kristal dari larutan tetap tidak berubah oleh penambahan yang solid, dan
campuran tetap bila dalam satu tahap homogen. Zat yang memasukkan ke dalam
larutan kristal kisi substitutionally, diganti dengan sebuah larutan Partikel di
kisi-kisi, atau interstitially, sesuai dengan ruang antara partikel larutan. Kedua
jenis solid solusi mempengaruhi properti dari bahan oleh distorting kisi kristal
dan mengganggu fisik dan listrik kehomogenan dari suatu material.
4. Eutectic solidification : adalah campuran yang proporsional , dimana titik lebur
eutectic. Di sini, tahapan cair dan padat tetap bereaksi proporsional pada suhu
tetap untuk menghasilkan satu tahap solid. Solid produk formula di antara dua
reactants, dapat membentuk sebuah penghalang difusi dan umumnya
menyebabkan reaksi tersebut untuk melanjutkan lebih lambat dibandingkan
eutectic atau eutectoid transformasi. Karena itu, peritectic komposisi solidifies
tidak menampilkan struktur lamellar yang Anda temukan dengan eutectic beku.
6. Other solid solidification : Merupakan jenis campuran lain dari berbagai macam
struktur.[9,17]
B. Cacat
Dalam setiap butir, atom tersusun secara teratur sesuai struktur kristal dasar
tetapi terdapat pula berbagai jenis ketidaksempurnaan, yang secara umum disebut
sebagai cacat kristal. Apabila cacat terjadi pada suatu material maka akan
mempengaruhi sifat elastisitas dan plastisitas material tersebut. Pada bagian yang
cacat elastisitas material cenderung lebih besar dibanding plastisitas material
tersebut. Cacat tidak diperlukan pada suatu material bila material tersebut sudah
mempunyai tingkat elastisitas dan plastisitas yang diinginkan, sedangkan cacat
sendiri dilakukan pada suatu material untuk mendapatkan bentuk dan sifat material
yang diinginkan. [3]
Cacat tersebut mempunyai bentuk antara lain :
1. Cacat titik (Point Defect)
Cacat titik sering terjadi karena cor-coran yang jelek, pengerjaan dingin,
adanya udara yang terjebak, dan oksidasi. Seperti lokasi atomik yang kosong
(vacancies) dan atom interstisi (self interstitials), dan atom ketidakmurnian
(impurities atom). Kekosongan dapat terjadi dengan memindahkan atom dari
lokasi kisinya ke lokasi atomik terdekat yang dapat menampungnya dengan
mudah. Interestisial lebih sering dijumpai dalam struktur ionik dibandingkan
dalam struktur metalik, karena keberadaan lubang atau interstisi dalam jumlah
besar. Terdapatnya atom ketidakmurnian dalam posisi kisi atau dalam posisi
sisipan mengakibatkan gangguan lokal dalam keteraturan kisi, sama halnya
seperti untuk kekosongan dan untuk sisipan.
Gambar 3.14 Skema (a) loop dislokasi, (b) dislokasi sisi dan (c) dislokasi ulir[3]
Gambar 3.15 Gambaran batas punter yang terdiri dari jaringan silang dislokasi ulir[3]
Gambar 3.16 (a) Skema yang mempresentasikan edge dislocation, screw dislocation (b)
Pandangan atas[3]
Batas Kembaran
Anil dari logam dan paduan fcc yang mengalami pengerjaan
pendinginan, seperti tembaga, kuningan- dan baja tahan karat austenitik
menyebabkan terbentuknya kembaran anil pada sebagian kristal konsituen.
Perubahan orientasi kisi pada permukaan batas kembaran menghasilkan struktur
dengan satu bagian kristal atau butir merupakan citra sermin dari bagian lainnya.
Besar perpindahan atom sebanding dengan jarak dari batas kembaran.[3]
C. Batas Butir
Material mengandung berbagai cacat planar mulai dari batas butir sudut-sudut
besar, yang merupakan antarmuka inkoheren dan mempunyai energi yang cukup
tinggi (0,5 J/m2), hingga bidang atomik dalam kristal dengan atom salah susun.
Batas butir memisahkan kristal yang mempunyai perbedaan sudut orientasi besar.
Pada kasus ini batas butir mempunyai lima derajat kebebasan, tiga berasal dari
kenyataan bahwa kristal berdekatan dapat diputar sesamanya pada tiga sumbu yang
tegak lurus, serta dua lagi berasal dari derajat orientasi permukaan batas itu sendiri
terhadap kristal.[3]
Pada batas butir, antara dua butir yang berdekatan terdapat daerah transisi
yang tidak searah dalam kedua butiran tadi. Batas butir dapat kita anggap
berdimensi dua, bentuknya mungkin melengkung dan sesungguhnya memiliki
ketebalan tertentu yaitu antara dua sampai tiga jarak atom. Ketidakseragaman
orientasi antara butiran yang berdekatan menghasilkan tumpukan atom yang kurang
efisien sepanjang batas. Oleh karena itu atom sepanjang batas butir memilki energi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada dalam butir. Ketidakseragaman
orientasi pada butir yang berdekatan mempengaruhi kecepatan gerak dislokasi. Jadi
batas butir merubah regangan plastik dalam bahan.[3]
Pola teratur dalam jangkau panjang yang menyangkut puluhan jarak atom
dihasilkan oleh koordinasi atom dalam bentuk bahan. Di samping itu, pola ini
kadang-kadang menentukan pola bentuk luar dari kristal, contoh yang dapat
dikemukakan adalah bentuk bintang enam bunga salju. Permukaan datar batu-batuan
mulia, kristal kwarsa (SiO2) bahkan garam meja biasa (NaCl) merupakan penampilan
luar dari pengaturan di dalam kristal itu sendiri. Dalam setiap contoh yang
dikemukakan tadi, pengaturan atom di dalam kristal tetap ada meskipun bentuk
permukaan luarnya diubah. Struktur dalan kristal kwarsa tidak berubah meskipun
permukaan luar tergesek sehingga membentuk butiran pasir pantai yang bulat-bulat.
Hal yang sama dijumpai pada pangaturan heksagonal molekul air dalam es atau
bunga salju.[3]
D. Diagram Fasa
Diagram fasa dilandaskan pada laku panas pada suatu logam baik yang
terdiri dari suatu fasa atau lebih.
Keterangan Gambar :
Titik penting dalam diagram fasa ini adalah:
A
Titik transformasi dari titik menjadi titik, titik transformasi A4 dari besi
murni.
ES
A2
A0
Dari diagram fase dari Fe3C(besi karbon) dapat diperoleh dari informasi sebagai
berikut :
1. besi karbon punya daerah eutektik yang menjadi landasan dalam besi cor
2. besi biasanya ditempa atau mengalami pengerjaan panas sebagai bahan berfase
tunggal.
3. larutan padat FCC ( austenit ) terurai menjadi ferrit BCC dan karbida.
Diagram fase diatas menunjukkan diagram fase dari system Al-Si. Ini adalah
tipe eutektik yang sederhana yang mempunyai titik eutektik pada 577 oC, 11,7% Si,
larutan padat terjadi pada sisi Al. Karena batas kelarutan padat sangat kecil maka
pengerasan penuaan sukar diharapkan.[2]
Paduan Al Si sangat baik kecairannya, yang mempunyai permukaan bagus
sekali, tanpa kegetasan panas, dan sangat baik untuk paduan coran, sebagai
tambahan ia juga mempunyai ketahanan korosi yang baik, sangat ringan, koefisien
pemuaian yang kecil dan sebagai penghantar yang baik untuk listrik dan panas.
Umumnya dipakai paduan dengan
pelarutan dan dituakan dinamakn silumin , dan yang hanya distemper saja
dinamakan silumin . Paduan yang memerlukan perlakuan panas ditambah dengan
Mg juga Cu serta Ni untuk memberikan kekerasan pada saat panas, bahan ini biasa
dipakai untuk torak motor.[2]
Sedangkan untuk mengetahui struktur kristal dari suatu material pada
logam, ada dua macam pengujian struktur kristal yang dapat dilakukan, yaitu
pengujian struktur makro dan pengujian struktur mikro.
b.
c.
sampel
harus
direncanakan
sedemikian
sehingga
b. Mounting/Pemegangan
Spesimen yang berukuran kecil atau memiliki bentuk yang tidak
beraturan akan sulit untuk ditangani khususnya ketika dilakukan
pengamplasan dan pemolesan akhir. Sebagai contoh adalah spesimen
yang berupa kawat, spesimen lembaran metal tipis, potongan yang tipis,
dll. Untuk memudahkan penanganannya, maka spesimen-spesimen
tersebut harus ditempatkan pada suatu media (media mounting).
Secara umum syarat-syarat yang harus dimiliki bahan mounting adalah :
Viskositas rendah
Media mounting yang dipilih haruslah sesuai dengan material dan jenis
reagen
etsa
yang
akan
digunakan.
Pada
umumnya
mounting
yang tidak terlalu lama dan juga tidak terjadi adanya scratch. Contoh: kain
dan beludru
Tekanan: pada waktu melakukan pemolisan, tekanan juga berpengaruh
pada proses pemolisan sebab apabila terlalu menekan, posisi dari pemolisan
mungkin akan berubah.
Waktu: selain ketiga faktor tersebut yang perlu diperhatikan lagi adalah
faktor waktu, dalam melakukan pemolisan kita harus menunggu selama
beberapa menit (kurang lebih lima menit) supaya permukaan spesimen
menjadi rata. dan hal ini disesuaikan dengan setiap campuran logam.[4]
e. Attack (etching)
Pada permukaan yang diratakan permukaannya (polising) kadangkadang timbul
kemungkinan untuk tidak dapat membedakan komponenkomponen yang pasti,
baik dengan mata maupun mikroskop bila tidak dietsa terlebih dahulu. Perbedaan
komponen terjadi karena :
Faktor pantulan
Dari warna
Etching
With changing
surface of
microsection
Without
changing
surface of
icrosection
Electrochemical
Etching
Optical
Enhancement
Physical
Etching
Dark Field
Anodizin
g
Polarized Light
Phase Contrast
Potentiostati
Classical
Chemical
Etching
Ion
Etchin
g
Thermal
Etching
Evaporation
of
Interverence
Layers
Magneti
Gambar 3.25
Diagram pengetsaan[6]
c
c Etching
Etching
Interference
Contrast
Reaktan
paduan
Proses
Dicelup dalam
reaktan selama 1-5
detik, kemudian
dibilas dengan air
lalu dikeringkan
Teknik swabing
Aluminium
Dicelupkan ke
dalam reaktan
selama 1-5 detik,
kemudian dibilas
dengan air lalu
dikeringkan dan
didiamkan selama
24 jam
Dicelup 1-10 detik,
Tembaga, kuningan
Larutan I :
atau Cu Alloy
25 ml NH4OH, 25 ml aquades, 50
kemudian dibilas
ml H2O2 (3%)
Larutan II :
Dicelub atau
Larutan I :
10 ml HNO3, 10 ml Acetic Acid, 5
diswab beberapa
Larutan II :
5 ml HCL, 1 gr picric acid, 100 ml
detik, kemudian
dicelub dalam
cairan H2O2 (3%)
selama 1-2 detik.
Lalu bilas air dan
keringkan
Dicelup dalam
Larutan I :
Nital HNO3 1-5 ml, 100 ml ethanol
detik, kemudian
Larutan II :
keringkan
Teknik swabing
Dicelub / diswab 110 detik
Dicelub ke larutan
selama 1-5 detik,
lalu dicelup dalam
H2O2 (3%) selama
1-2 detik, lalu
dibilas air dan
keringkan
f. Pemotretan
Dimaksudkan untuk mendapatkan gambar dari struktur kristal yang
dimaksud. Untuk mendapatkan foto mikrografi yang tajam, variabel
berikut
harus
terkontrol
yaitu
penghilangan
getaran,
pelurusan
yang
telah
menjadi
butiran-butiran
halus
Daya hantar panas, daya listrik cukup baik. Sifat pantul panas juga besar
dapat untuk bahan isolasi.
Sulit dituang, sulit dilas, dapat dipadu dengan unsur lain.[5]
Proses Pembuatan:
Tembaga diperoleh dari bijih tembaga yang disebut chalcopirit.
Chalcopirit merupakan campuran Cu2 S dan Cu Fe S2 dan terdapat dalam
tambang-tambang dibawah permukaan tanah. Mula-mula bijih digiling dan
dicampur dengan batu kapur dan bahan fluks silika. Tepung bijih dipekatkan
terlebih dahulu sesudah itu dipanggang sehingga terbentuk campuran FeS,
FeO, SiO2 dan Cus. Campuran ini yang disebut kalsin dilebur dengan batu
kapur sebagai fluks dalam dapur reverberatory.Besi yang ada larut dalam terak
dan tembaga-besi yang tersisa atau matte dituangkan ke dalam konverter.
Udara dihembuskan ke dalam konverter selama 4 atau 5 jam, kotoran-kotoran
teroksidasi dan besi membentuk terak yang dibuang pada selang waktu
tertentu. Panas oksidasi yang dihasilkan cukup tinggi sehingga muatan tetap
cair dan sulfida tembaga akhirnya berubah menjadi oksida tembaga atau sulfat.
Bila aliran udara dihentikan oksida kupro bereaksi dengan sulfida kupro
jelek.
2. Paduan Al-Mn : Biasanya mengandung 25,3 % Mn. Mn bertujuan untuk
memperkuat tanpa mengurangi ketahanan korosi, dan biasanya sebagai
paduan tanpa perlakuan panas.
3. Paduan Al-Mg-Zn : Mempunyai sifat keras sekali, patah getas oleh retakan
korosi tegangan. Penggunaan ini paling banyak untuk konstruksi pesawat,
setelah adanya perbaikan sifat- sifat tersebut.[7]
Klasifikasi paduan aluminium jenis tempa :
1. Paduan Al-Mg : Mempunyai sifat yang kuat, mudah dilas, mempunyai
kekerasan yang tinggi, dipakai untuk tangki LNG. Sifat yang lain mudah
ditempa, dirol, diekstrusi.
2. Paduan Al-Mg-Si : Mempunyai sifat kekuatan yang cukup baik, hantaran
listrik yang baik, biasanya dipakai sebagai bahan tembaga.[7]
3. Baja Fe-C (Baja ST 40 dan Baja ST 60)
Baja ST 40
Baja ST 40 termasuk baja dengan kandungan karbon kurang dari 0.3 %.
Sifat mekanik baja ST 40 antara lain:
a. Kekuatan tarik 42 50 kgf/mm2
b. Perpanjangan minimal 20 % dari panjang semula
c. Kandungan karbon 0,25 %
d. Yield Strength minimal 23 kgf/mm2
e. Ultimate Strength 25 %
f. Kekerasan yang diperoleh dengan metode Brinell 129 140 kgf.mm2[7]
Baja ST 60
Baja ST 60 merupakan material yang banyak dipakai sebagai bahan
dasar dari peralatan-peralatan berat atau dapat juga untuk peralatanperalatan otomotif, seperti untuk roda gigi,poros dan berbagai peralatan
5. Piston
Piston merupakan material yang sangat bersifat tahan korosi (karatan) di dalam
berbagai lingkungan, terutama atmofer
didesain dan dibuat sebagai AlSi16, AlSi18, AlSi22, dengan komposisi kimia dalam
wt% seperti;
AlSi22 dengan
0.16%Mn.[16]
Kuningan khusus
Kuningan yang dicampur unsur ketiga untuk memperbaiki
ketahanan korosi, ketahanan aus, mampu mesin, dsb, disebut kuningan
khusus. Unsur-unsur yang dipadukan terutama Mn, Sn, Fe, Al, Ni, Pb, dsb.
Unsur-unsur ini larut padat dalam dan , sehingga tidak membentuk fasa
baru hanya mengubah perbandingan antara fasa dan .
Pb larut padat dalam kuningan hanya sampai 0,4%, dan
kelebihannya mengendap dalam batas butir dan di dalam butir
terdispersikan secara halus yang hal ini memperbaiki mampu mesin dan
membuat permukaan yang halus oleh karena itu dipergunakan untuk roda
gigi pada jam yang dibebani secara ringan.[16]
7.
Stainless Steel
Dalam metalurgi stainless steel didefinisikan sebagai campuran baja dengan
kandungan chromium minimal 10% dari berat. Stainless steel tahan terhadap
karat, tetapi tidak anti-karat. Biasa disebut baja tahan karat jika paduan dan
gradenya tidak disebutkan. Stainless steel biasa digunakan sebagai pisau dan alat
potong lainnya.
Stainless steel berbeda dengan campuran baja-chromuim, karena mempunyai
kandungan chromium yang cukup sehingga mempunyai daya tahan terhapad
karat yang baik. Stainless steel juga digunakan dalam pembuatan perhiasan dan
jam-tangan. Paduan stainless steel yang paling sering digunakan untuk membuat
perhiasan maupun jam-tangan ini adalah 316L.[16]
Duralumin
Duralumin disebut juga duraluminum atau dural merupakan sebutan
untuk tipe dari paduan age-hardenable-aluminium. Paduan logam utama adalah
aluminium dengan campuran tembaga, mangan dan magnesium. Duralumin
yang biasa digunakan adalah tipe AA2024, yang mengandung 4,4% Cu, 1,5%
Mg, dan 0.6% Mn (dalam persentase berat). Kekuatan yield sekitar 450MPa,
bergantung pada komposisi dan temper.
Duralumin dikembangkan oleh Alfred Wilm di Drener Metallwerke
Aktien Gesellschaft, Jerman(1903), Wilm menemukan bahwa setelah proses
quenching paduan Al+4%Cu akan mengeras secara perlahan jika dibiarkan pada
suhu ruangan selama beberapa hari. Penelitian lebih lanjut mengenalkan
Duralumin pada 1909. Duralumin banyak digunakan sebagai rangka
pesawat.[16]
Beberapa aplikasi duralumin (paduan Al-Cu)
2024: rangka pesawat terbang, perangkat keras, roda truk, produk mesin
screw dan beberapa penggunaan dalam struktur laainnya.
2048: lembaran dan plat untuk aplikasi aerospace dan peralatan militer.
2618: piston dan bagian mesin pesawat yang berputar pada suhu tinggi.
Al-Si
Merupakan
jenis
dari
paduan
aluminium,
Aluminium-Silicon
mempunyai sifat mudah dituang/dicor dan tahan terhadap korosi. Penguatan AlSi dilakukan dengan cara menambah sejumlah kecil unsur lain, seperti Cu, Mg,
atau Fe. Semakin tinggi kandungan besi maka Al-Si akan semakin getas.
Peralatan Pengujian
2. Polisher (Beludru)
3. Gelas Kimia
4. Mikroskop
5. Amplas
9. Etza
1. Material uji
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
4. Sebelum melakukan pengetzaan, permukaan benda uji harus sudah halus dan
datar. Pengetzaan dilakukan dengan mencelupkan material ke dalam reaktan
beberapa saat.
5. Cuci benda uji yang telah dietza dengan aquades kemudian keringkan sebelum
diamati pada mikroskop.
6. Potret gambar apabila gambar yang diperoleh tampak jelas sesuai perbasaran
pada mikroskop.
Start
Mengamplas permukaan
spesimen
tidak
Permukaan
Specimen Rata
ya
Polising permukaan
spesimen
tidak
Tidak ada
goresan
ya
Etching
Pemotretan
Finish
3.6
Analisa Pengujian
1. ST 40 Air
ST 40 Air
Etsa
Nital
Perbesaran 200x
Gambar 3.42 terlihat jelas adanya cementit yang berwarna gelap namun
tampak tidak begitu dominan serta tampak tidak jelas. Secara teori ST 40
quenching lebih keras dari ST 40 non perlakuan dan normalizing dengan
kandungan karbon sekitar 0.25% , karena adanya pembentukan martensit.
Batas antar butiran dapat terlihat cukup jelas. Ferit dan cementit sudah terlihat
cukup jelas. Jumlah ferit lebih sedikit daripada cementit.
Gambar 3.42 terlihat kurang fokus dibagian kanan, kiri serta bawah
berarti permukaan spesimen yang kurang rata. Dalam melakukan pengetsaan
sudah dilakukan dengan benar dan dengan etsa yang tepat karena spesimen ini
sudah mempunyai warna yang jelas.
2. ST 40 non perlakuan
Material
Etsa
Nital
Perbesaran 200x
3. ST 40 oli
Etsa
nital
Perbesaran
200x
Gambar 3.44 yang dihasilkan kurang fokus dibagian samping kanan dan
bawah, sedangkan yang terlihat jelas adalah pada kiri atas,itu berarti permukaan
spesimen yang kurang rata. Dalam melakukan pengetsaan sudah dilakukan
dengan benar dan dengan etsa yang tepat karena spesimen ini sudah mempunyai
warna yang jelas.
Etsa
Nital
Perbesaran
200x
Dapat terlihat di gambar 3.45 bahwa cementit lebih sedikit daripada ferit.
Komposisi terlihat struktur ferit (cerah) dan cementit (gelap). Karena ferit lebih
banyak, material ini bersifat lunak dan ulet. Pada ST 40 normalizing, bagian yang
terang lebih banyak daripada ST 40 non perlakuan dan ST 40 quenching,
sehingga ST 40 tersebut paling rendah kekerasannya di antara keduanya.
Pada gambar 3.45 struktur mikro sudah terlihat. Batas butir terlihat
sehingga dapat dibedakan antara butir yang satu dengan yang lain. Gambar yang
dihasilkan tampak jelas pada kanan atas. Pengetsaan yang dilakukan berhasil
karena pada gambar struktur mikro baja ST 40 perlakuan panas dengan
pendinginan udara ini sudah timbul warna yang jelas.,
Etsa
Nital
Perbesaran
200x
Gambar 3.46 terlihat jelas adanya cementit yang berwarna gelap namun tampak
tidak dominan serta tampak tidak jelas. Batas antar butiran dapat terlihat cukup jelas.
Ferit dan perlit sudah terlihat cukup jelas. Jumlah ferit lebih sedikit daripada perlit.
Fokus gambar ada pada bagian tengah dan
terlihat jelas.
memanjang menunjukkan efek dari uji tarik yang sudah dilakukan pada material
tersebut.
Material
Etsa
Nital
Perbesaran
200x
Pada gambar 3.47 terlihat fokus pada bagian tengah dan jelas adanya cementit
yang berwarna gelap dan tampak tidak dominan. Batas antar butiran dapat terlihat
cukup jelas dan terlihat memanjang.. Jumlah ferit lebih banyak daripada cementit..
Adanya bagian yang memanjang menunjukkan efek dari uji tarik yang sudah dilakukan
pada material tersebut.
7. ST ST 60 Air
Baja ST 60 air
Etsa
Nital
Perbesaran
500x
8. ST 60 Non Perlakuan
ST 60 Non perlakuan
Etsa
Nital
Perbesaran
500x
ST 60 ini lebih lunak dan ulet daripada besi cor karena memiliki ferit
yang lebih banyak. Terlihat pada gambar 3.49 cementit pada baja ST 60 ini lebih
dominan daripada feritnya. Batas butir terlihat jelas sehingga dapat membedakan
antara butir satu dengan butir yang lain. Pengetsaan yang dilakukan sudah tepat
dengan larutan yang benar tetapi gambar yang fokus hanya di tengah.
9. ST 60 Oli
Material
ST 60 Oli
Etsa
Nital
Perbesaran
500x
10. ST 60 Udara
ST 60 Udara
Etsa
Nital
Perbesaran
500x
Etsa
Nital
Perbesaran
200X
daripada feritnya. Dengan cementit yang berwarna gelap dan feritnya berwarna cerah.
Bentuk butir agak lonjong akibat dari uji tarik. Batas butir terlihat jelas sehingga dapat
membedakan antara butir satu dengan butir yang lain. Pengetsaan yang dilakukan sudah
tepat dengan larutan yang benar tetapi gambar pada bagian kanan atas dan bawah agak
buram atau kurang fokus
Material
St
60
Uji
tarik
Membujur
Etsa
Nital
Perbesaran
200x
Gambar 3.53 menunjukkan cementit (yang berwarna gelap) pada baja ST 60 ini
lebih dominan daripada feritnya. Bentuk butir agak lonjong akibat dari pengujian tarik.
Batas butir terlihat jelas sehingga dapat membedakan antara butir satu dengan butir
yang lain.. Pengetsaan yang dilakukan sudah tepat dengan larutan yang benar tetapi
gambar pada bagian bawah agak buram atau kurang fokus. Adanya bagian yang
memanjang menunjukkan efek dari uji tarik yang sudah dilakukan pada material
tersebut.
Material
Stainless Steel
Etsa
Methanol aqua
Perbesaran
500x
Stainless ini merupakan baja yang mempunyai ketahanan yang sangat baik
terhadap korosi. Merupakan logam paduan yang tersusun dari Cl, Cr, Ni, Mn.
Tampak pada gambar 3.54 bahwa struktur martensit berbentuk runcing seperti
jarum dan tampak jelas. Batas butir terlihat jelas.. Fokus kurang baik, ditengahtengahnya fokus tapi di bagian tepi kanan bawah terlihat kabur. Pengetsaan
yang dilakukan sudah menggunkan larutan etsa yang benar karena spesimen ini
sudah mempunyai warna yang jelas.
14. Tembaga
Tembaga
Etsa
FeCl3
Perbesaran
500x
Fokus gambar 3.55 ada pada bagian tengah dan atas gambar Karena
kurangnya fokus kamera pada saat pemotretan, tetapi fokus yang digunakan
pada pemotretan.. Pengetzaan dilakukan dengan baik dimana tidak ada
permukaan specimen yang tampak terbakar. Pada gambar terlihat komposisi
pada struktur mikro tembaga dimana batas butir terlihat jelas.
15. Tembaga
Material
Tembaga
Etsa
H2O2
Perbesaran
500x
Pada gambar 3.56 terlihat jelas dan butir berbentuk bulat dan terlihat jelas
perbedaan strukturnya. Pengetzaan dilakukan dengan baik dimana tidak ada
permukaan specimen yang tampak terbakar. Pada gambar terlihat komposisi pada
struktur mikro tembaga dimana batas butir terlihat jelas pada perbesaran 500 X, Hal
ini juga mengakibatkan warna yang bervariasi akibat dari pantulan cahaya.
16. Alumunium
Alumunium
Etsa
Kellers
Perbesaran
500x
Etsa
nital
Perbesaran
500x
Etsa
Nital
Perbesaran
200x
Dalam uji kekerasan besi cor ini merupakan material yang sangat keras.
Hal itu di sebabkan karena kadar karbonnya lebih banyak dibandingkan yang
lain. Terlihat pada gambar 3.59 adanya cementit yang jumlahnya lebih banyak
dibandingkan ferit (berwarna terang) sehingga mengakibatkan besi cor ini
bersifat keras. Juga terlihat karbon yang berwarna kehitaman. Pemfokusan
berada di bagian tengah keatas tetapi pada waktu pengetsaan spesimen
dicelupkan terlalu lama sehingga spesimen seperti terbakar.
Material
Etsa
Nital
Perbesaran
500x
Dari gambar 3.60 baja cor non perlakuaan dengan batas butir terlihat jelas
sehingga dapat dibedakan batas antara butir yang satu dengan yang lain Tampak
pula jumlah cementit lebih banyak dari ferrit. Dari struktur mikronya terlihat
bahwa besi cor memiliki matrik sementit yang berasal dari austenit dan terlihat
pula serpihan grafit (grafit flakes) yang berwarna gelap. Grafit tersebut
menambah kekerasan bahan. Fokus dari kamera berada di tengah.
Etsa
Nital
Perbesaran
200x
Dalam uji kekerasan besi cor ini merupakan material yang sangat keras.
Hal itu di sebabkan karena kadar karbonnya lebih banyak dibandingkan yang
lain, dan kekerasannya lebih keras daripada besi cor udara. Terlihat pada gambar
3.61 adanya cementit yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan ferit
(berwarna terang) sehingga mengakibatkan besi cor ini bersifat keras. Juga
terlihat karbon yang berwarna kehitaman. Pemfokusan berada di bagian tengah
ke kiri atas, tetapi pada waktu pengetsaan spesimen dicelupkan terlalu lama
sehingga spesimen seperti terbakar.
Etsa
Nital
Perbesaran
500x
Besi cor merupakan material yang sangat keras yang disebabkan kadar
karbonnya lebih banyak dibandingkan dengan material yang lain, namun dengan
pendingin udara kekerasannya lebih rendah dibanding dengan pendingin oli atau
air. Pada gambar 3.62 terlihat adanya cementit yang jumlahnya lebih banyak
dibandingkan ferit (berwarna terang). Batas butirannya tidak terlihat jelas
sehingga sulit membedakan butir satu dengan lainnya. Pemfokusan ada pada
bagian tengah ke kiri atas.
22.
Material
Etsa
non
Perbesaran
100x
Dari gambar 3.63 baja cor non etza batas butir terlihat jelas sehingga dapat
dibedakan batas antara butir yang satu dengan yang lain. Tampak pula jumlah
cementit lebih banyak dari ferrit. Fokusnya berada pada bagian tengah ke kiri
atas. Sedangkan cahayanya cukup terang sehingga terlihat bahwa besi cor
memiliki matrik sementit yang berasal dari austenit dan terlihat pula serpihan
grafit (grafit flakes) yang berwarna gelap. Grafit tersebut menambah kekerasan
bahan. Goresan masih terlihat walau sedikit pada gambar baja cor non
perlakuan, hal ini disebabkan proses polishing yang kurang baik.
23.
Duralumin
Duralumin
Etsa
Kellers
Perbesaran
500x
Dari gambar 3.64 berbeda dengan baja cor dengan etza yang ferit dan
perlitnya terlihat jelas. Batas butir tidak terlihat jelas sehingga tidak dapat
dibedakan batas antara butir yang satu dengan yang lain Tampak pula jumlah
ferrit lebih banyak dari perlit. Fokus ada pada bagian tengah ke kiri atas
24.
Kuningan
Kuningan
Etsa
FeCl
Perbesaran
500x
25.
Kuningan
Material
Kuningan
Etsa
H2O2
Perbesaran
500x
26.
Piston_Paduan Al-Si-Cu
Piston
Etsa
Kellers
Perbesaran
200x
Unsur campuran logam utama material ini adalah unsur paduan Al-Si
hipereutectic. Pada gambar 3.67 batas butir tidak terlihat dengan jelas sehingga
tidak mudah dibedakan antara butir yang satu dengan butir yang lain. Material
ini bersifat keras hal ini dilihat dari struktur mikronya pada gambar 3.67.
Pemfokusan ada pada bagian tengah atas..
Teknik yang biasa untuk memeriksa keadaan tegangan sisa adalah x-ray difraksi
yang merusak karena memerlukan persiapan lokasi tes. Selanjutnya hanya dapat
dilakukan secara statistik. Teknik 3MA memungkinkan cepat non-destruktif
estimasi tingkat tegangan sisa (Angka 9, 10). Setelah langkah kalibrasi dengan
menggunakan Xray
referensi nilai sebuah pemeriksaan mutu 100% dari bagian ini adalah mungkin.
kalibrasi prosedur memerlukan kebetulan dari 3MA dan posisi x-ray kalibrasi
karena tegangan sisa bervariasi sepanjang keliling. Itu berarti data 3MA harus
tercatat dalam langkah pertama sebelum lokasi tes x-ray disiapkan oleh etsa.
Menurut Gambar 10 standard error residu di kalibrasi berada dalam kisaran 20
MPa. Selain tambahan tegangan sisa kekerasan permukaan dapat diukur.[35]
Non
Perlakuan
Perlakuan
Perlakuan
Perlakuan
Panas
Panas
panas
Pendinginan
Pendinginan
pendinginan
Udara
Air
oli
Struktur
Batas
Batas butirnya
mikro
butirnya lebih
lebih rapat
paling rapat
lebih lebih
renggang dan
daripada ST 60
walaupun
rapat daripada
jelas terlihat.
non perlakuan
kurang
ST60 non
dan tidak
terlihat.
perlakuan dan
terlihat secara
pendinginan
jelas.
udara
Jumlah
cementitnya
cementit
Cementitnya
ferritnya
lebih banyak
Perlitnya
lebih banyak
lebih banyak
daripada ST 60
lebih banyak
daripada
dari pada ST
non perlakuan
daripada ST
ST60 non
60
dan ST 60
60 non
perlakuan dan
pendinginan
pendinginan
perlakuan dan
pendinginan
air.
air.
ST 60
udara
pendinginan
udara.
Non Etza
Perlakuan
Perlakuan
Perlakuan panas
Non
Panas
pendinginan oli
Perlakuan
Pendinginan
Udara
Struktur
Batas
mikro
butirnya
lebih terlihat
lebih rapat
perlakuan dan
jelas terlihat.
kurang
non perlakuan
terlihat jelas..
dan pendinginan
udara
Jumlah
cementit
cementitnya
Cementitnya
cementit nya
terlihat lebih
lebih banyak
lebih banyak
terlihat
banyak
daripada non
sedikit.
daripada non
non perlakuan
etza
perlakuan.
dan pendinginan
udara
Non Etza
Perlakuan
Perlakuan
Perlakuan
Perlakuan
Non
Panas
panas
Panas
Perlakuan
Pendinginan
pendinginan oli
Pendinginan
Udara
air
Struktur
Batas
Batas
Batas
mikro
butirnya
butirnya
butirnya
tampak
lebih terlihat
dari non
daripada besi
lebih rapat
tidak jelas
secara jelas.
perlakuan
cor non
dari non
dan kurang
perlakuan dan
perlakuan
terlihat.
Batas butirnya
Batas
terlihat jelas..
pendinginan
udara
Jumlah
cementit
cementitnya
Cementitnya
Cementitnya
cementit
terlihat lebih
lebih banyak
lebih banyak
lebih
nya terlihat
banyak
daripada non
daripada besi
banyak
sedikit.
daripada non
cor non
daripada
etza
perlakuan.
perlakuan dan
pendinginan
perlakuan
udara
Etsa FeCl3
Etsa H2O2
dikarenakan orientasi
jelas dikarenakan
butir
Etsa menyebabkan
Etsa menyebabkan
Struktur mikro
alumunium
duralmin
piston
Stainless
Amuntit
steel
Sturtur
Batas butir
Batas butir
Batas butir
Batas butir
Batas butir
mikro
tidak jelas
tidak jelas
tidak jelas
nya jelas
tidak jelas
Ulet sangat
Ferrit lebih
Ferrit dan
Lebih
Perlit lebih
tinggi
mendominasi sementit
banyak
mendominaisidi
daripada
ferrit
banding
cementit
merata
cementit
2. Saran
a) Pada saat proses pengamplasan hendaknya dilakukan dengan cermat dan
tepat agar dihasilkan specimen yang rata, karena bila spesimen tidak rata
maka fokusnya pun akan kabur.
b) Pada saat polishing dengan menggunakan autosol sebiknya dibersihkan
dengan kain beludru sampai bersih sehingga autosol hilang dan menjadikan
permukaan mengkilat dan tidak ada goresan.
c) Proses pencelupan pada reaktan hendaknya sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan, agar dalam proses pemotretan dapat terlihat dengan jelas (tidak
buram atau tidak seperti terbakar).
d) Pada saat pemotretan sebaiknya menggunakan lensa dan kamera yang baik
juga pencahayaan yang memadai sehingga gambar yang dihasilkan terlihat
jelas.
Daftar Pustaka
1. Job sheet praktikum struktur dan sifat material, 2010
2. Callister, William D.1993. Materials Science and Engineering an
Introduction 7th. New York: John Wiley & Sons, Inc
3. Lawrence H. Van Vlack,1998. Ilmu dan Teknologi Bahan.Jakarta:Erlangga
4. ASM Metals Handbook Volume 9 - Metallography and Microstructure, 2004
5. Prof. Ir. Tata Surdia MS. Met. E., 2000
6. George Vander Voort, Metallography Principles And Practice
7. Prof Ir Tata Surdia Ms.Met.E dan Prof DR. Shinroku Saito, Pengetahuan Bahan
teknik.
26. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-7634-2103030020-bab1.pdf
27. http://www.google.co.id/imglanding?imgurl
28. http://threeplanes.net
29. http://asminternational.org
30. http://azocleantech.com
31. http://metallographic.com
32. http://reference.findtarget.com
33. http://futurepublishing.co.za
34. http://hindawi.com
35. www.ndt.net/article/iscs2007/papers/1.pdf
36. http://www.copper.org/resources/properties/microstructure/homepage.html