Anda di halaman 1dari 11

Pertimbangan dalam Pemilihan Jarum Bedah

Dalam hasil dari artikel terbaru oleh Van Winkle dan kawan-kawan (53, 54), mereka telah
mengajukan usulan kriteria biologi untuk pemilihan bahan benang berdasarkan efek bahan
terhadap penyembuhan luka. Meskipun begitu, idealnya jarum yang menempel pada benang
harus ikut berperan dalam penyembuhan luka, pemilihan jarum yang tidak tepat dapat
memperpanjang lama waktu operasi dan dapat merusak jaringan yang dijahit. Jarum-jarum
yang merusak integritas struktural jaringan dapat menyebabkan nekrosis jaringan dengan atau
tanpa memperburuk infeksi dan kemungkinan gagalnya mempertahankan aproksimasi
jaringan. Terbukanya luka dengan pengeluaran isinya dapat terjadi, atau hernia insisional dan
komplikasi luka lainnya, seperti kebocoran anatomose intestinal, pendarahan, pembentukan
fistula dan sejenisnya mungkin terjadi, tergantung pada jaringan yang dijahit dan area tubuh
yang terluka.
Artikel ini dibuat untuk meninjau faktor-faktor yang penting dalam pemilihan jarum bedah
dan untuk mengajukan kriteria rasional pemilihan jarum. Pertimbangan juga akan diberikan
untuk pemilihan needle holders.
Sejarah jarum bedah
Cukup masuk akal untuk menduga bahwa jarum bedah berevolusi dari jarum yang dirancang
oleh manusia primitif untuk fabrikasi pakaian. Jarum pertama, memiliki mata jarum (jarum
eye) dan dibuat dari tulang oleh Upper Paleolithic pada periode Aurignacian antara 20.000
hingga 35.00 tahun yang lalu. Peningkatan jumlah jarum ditemukan dari periode Solutrean
dan Magdalenian antara 12.000 hingga 20.000 tahun yang lalu. Jarum tulang ini
menunjukkan pemakaian pakaian yang terbuat dari kulit dalam skala besar. Nampaknya urat
dipakai sebagai benang untuk menahan garmen menjadi satu (3,24,40).
Salah satu dari deskripsi paling awal dari penggunaan jarum untuk tujuan pembedahan
muncul dalam Edwin Smith Surgical Papyrus (8), tertulis sekitar 3000 hingga 2500 SM.
Terdapat keraguan apakah jarum memiliki mata jarum dan apakah jarum tersebut digunakan
untuk mendekatkan tepi luka dengan menjahit jaringan. Breasted (8) percaya bahwa benang
dimasukan ke jaringan, tetapi Ebbell menduga bahwa jarum ditembuskan ke dalam jaringan
pada kedua sisi luka dan benang dijalin disekitar jarum dalam bentuk angka delapan seperti
pada gambar 1 (47). Meskipun biasa diasumsikan sebagai teknik jahitan kuno, tetapi tipe
jahitan ini, yang disebut dengan jahitan lilitan atau jahitan bibir sumbing, dideskripsikan
dalam teks bedah yang dipublikasikan pada akhir tahun 1800 (13, 18). Pada kenyataannya,
teknik jahitan tipe ini digunakan pada luka tipis pada wajah dalam usaha untuk menghasilkan
bekas luka yang kurang terlihat.
Sigerist (47) juga mendeskripsikan penutupan luka seksio caesaria dengan paku dan senar
sebagai ayam yang terikat dengan tusuk sate dan tali dan menceritakan penjahitan luka
tersebut ke suku Indian Winago, Dakota dan Tuscarora dengan benang otot dan jarum tulang.
Dia juga mengutip penjelasan Susruta mengenai penggunaan semut besar untuk mengigit tepi
luka intestinal yang berdekatan, dengan pemotongan lanjutan oleh rayap untuk menjaga
fiksasi jepitan dalam metode jepit-luka.
Albucasis (52), seorang ahli bedah Arab, yang meninggal sekitar 1013 M, menyediakan
sekitar 30 risalah, beberapa risalah terakhir didedikasikan untuk penanganan bedah. Dalam
risalah ini, Albucasis tidak hanya menjelaskan sejumlah operasi tetapi juga menyediakan

catatan jelas mengenai penggunaan jarum bedah. Dia menjelaskan penusukkan benang jarum
dibawah kelopak mata, penyatuan tepi luka dengan jarum dan benang wool, pengambilan
bulu mata yang mengiritasi menggunakan jarum berbenang sutra, penanganan enteropion
menggunakan jarum benang 2 helai, penanganan pterygium dengan benang dan jarum dan
penanganan stapiloma dengan jarum benang 2 helai. Albucasis menjelaskan bahwa
penutupan luka dengan benang sebagaimana penutupan luka dengan jarum, yang
mengindikasikan bahwa kedua teknik, fiksasi angka-delapan dan penusukan benang ke dalam
jaringan dengan jarum, adalah teknik bedah yang dapat diterima.
Boyer (7), dalam laporan ilmiah yang dipresentasikan di French Academy of Surgical tahun
1791, memberikan pendapat pada bentuk jarum terbaik yang digunakan untuk menjahit luka
dan meligasi pembuluh darah. Jarum Boyer saat itu, seperti yang digunakan hari ini, lurus
atau lengkung, tetapi jarum yang lurus mirip dengan jarum penjahit, bulat dengan noncutting
point. Jarum lengkung hanya melengkung sepanjang bagian yang menuju ujung jarum.
Seperti yang akan didiskusikan kemudian dengan lebih mendetail, Boyer menyerukan
argumen keras untuk bentuk dan ukuran jarum, sebagai contoh, bahwa radius dari
kelengkungan jarum proposional dengan kedalaman luka, memberikan porsi yang cukup bagi
jarum untuk dapat masuk dan meninggalkan luka. Karena gerakan ini dilakukan oleh jari dan
tidak memanfaatkan needle holder, jarum yang dideskripsikan Boyer lebih besar dari jarum
yang digunakan saat ini untuk luka dengan kedalaman yang hampir sama. Boyer juga
menguraikan mengenai kaliber jarum dalam hubungannya dengan panjang jarum, kebutuhan
cutting point pada jarum agar dapat melewati jaringan dengan mudah, hubungan mata jarum
dan bermacam-macam tipe logam yang dipakai dalam pembuatan jarum.
Lebih dari 100 tahun yang lalu, benang pertama yang menempel pada jarum ditemukan oleh
Mrs. Ella N. Gaillard. Nolan (37) dalam esai berilustrasi yang menjelaskan mengenai
penemuan ini, berspekulasi pada kemungkinan perubahan teknik bedah yang mungkin terjadi
dengan adanya jarum ini, jarum Eureka, yang menjadi populer ketika ditemukan
dibandingkan 50 tahun kemudian ketika hak paten lain untuk jarum dengan benang diberikan
kepada E.J. Ovington. Sejumlah jarum yang lain seperti kombinasi jarum swaged dan benang
telah dideskripsikan, semua didesain untuk menghindari terbentukknya untaian 2 helai
benang pada luka atau untuk meningkatkan kecepatan jahitan (27,33, 34, 46, 48). Yang
menarik, meskipun jarum yang ditemukan oleh Mrs. Gaillard dengan tempat benang telah
dipubilkasikan, penulis buku teks bedah multivolume yang terkenal menganggap jarum
model lama sama memuaskan dengan penggantinya (2). Roberts (41) pada Philadelphia
County Medical Society tahun 1896 mengutuk penggunaan needle holders dan menyatakan
preferensinya untuk jarum yang dipegang dengan jari, kecuali jika benang perlu ditembuskan
ke dasar kavitas yang dalam.
Terdapat ratusan modifikasi jarum oleh ahli bedah generasi berikutnya. Jarum double pointed
telah dirancang (11, 29). Jarum tipe French-eye yang disebut jarum kaliks, diilustrasikan
dalam buku teks lama, tetapi modifikasi yang dirancang untuk mencegah terlepasnya benang
yang tidak disengaja dideskripsikan oleh Allen (1) pada 1921. Literatur bedah yang
digunakan saat ini terus menyajikan jarum model baru, kebanyakan adalah modifikasi dari
jarum yang telah digunakan bertahun-tahun. Contohnya adalah jarum yang didesain untuk
jahitan yang meligasi pendarahan ulser duodenal (12), bermacam-macam jarum swaged
untuk perbaikan wajah, jarum untuk penggunaannya dengan kawat, jarum universal untuk
operasi oral dan jarum untuk celah langit-langit mulut (43). Banyak jarum yang diusulkan

adalah benar-benar instrumen bedah dan menyerupai jarum Reverdin atau operator ligasi.
Telah dideskripsikan, sebuah jarum menggabungkan inti kawat untuk mencegah pemisahan
fragmen jarum jika kerusakan yang tidak sengaja terjadi (30). Salah satu produsen benang
terbesar di dunia mencatat lebih dari 100 jarum. Sangat penting untuk mempertimbangkan
faktor yang penting dalam pemilihan bentuk, ukuran dan tipe jarum tertentu sebelum
mendesain jarum model baru bahkan sebelum memilih jarum dari sejumlah besar yang sudah
tersedia. Faktor yang penting untuk dipertimbangkan adalah; karakterisktik dari jaringan
yang akan dijahit, karakterikstik luka pada jaringan yang dijahit dan karakterisktik dari jarum
itu sendiri.

Karakteristik Jaringan
Sejumlah besar informasi dalam literatur bedah pada perbaikan luka, berhubungan dengan
biologi penyembuhan luka (39). Meskipun aspek mekanik dari penutupan luka tidak
signifikan secara perbandingan, pertimbangn teknikal, seperti aposisi luas permukaan,
pencegahan tekanan berlebih dalam jahitan luka, pemeliharaan suplai darah adekuat, garis
jaringan yang akurat dan eversi atau inversi tepi luka yang akurat, sebagaimana terdapat pada
kasus, seluruhnya secara klinis penting dan bersadarkan pada fakta biologis. Karakterikstik
mekanik jaringan, seperti kekuatan regangan, kekuatan pergeseran, jalinan, penetrabilitas,
densitas, elastisitas dan ketebalan, menjadi faktor mekanik yang harus dipertimbangkan
dalam pemilihan jarum dan benang. Karena kekuatan regangan dan pergeseran jaringan luka
akan menjadi lebih penting daripada kemampuan bahan benang untuk menjaga jaringan
dalam aposisi, maka harus berkonsentrasi pada karakteristik jalinan, penetrabilitas, densitas,
elastisitas dan ketebalan jaringan, yang seluruhnya mempengaruhi masuknya jarum ke dalam
jaringan.
Kualitas jaringan ditentukan oleh tipe jaringan ikat yang terrkandung (6). Jaringan ikat
longgar atau jaringan areolar memiliki komponen seluler dan retikuler. Terkadang jaringan
ikat khusus, seperti pada jaringan berpigmen atau mukus, mengandung serat kolagen, serat
elastik, serat retikuler dan substansi dasar. Elemen seluler yang bermacam-macam, yaitu,
fibroblas, sel mesenkimal, sel lemak, makrofag, dan sel mononuklear yang bervariasi,
membentuk komponen seluler jaringan ikat longgar yang bergerak maupun terfiksasi .
Jaringan ikat longgar dicontohkan oleh membran serous, peritoneum, pleura, perikardium.
Karena definisinya, jaringan ikat longgar tidak punya integritas strukrutal yang sebenarnya,
benang yang melewatinya akan lebih tidak terduga dibandingkan dengan masuknya benang
ke dalam jaringan ikat padat dengan integritas dan substansi yang nyata.
Jaringan ikat padat berbeda dari jaringan ikat longgar terutama karena mengandung serat
dengan jumlah komponen amorfik seluler yang relatif lebih kecil. Jaringan ikat padat terdiri
atas 2 tipe: ireguler dengan berkas serat berorientasi acak, seperti pada dermis, atau reguler
dengan pola yang jelas terhadap serat jaringan ikat, sepeti pada aponeurosis otot oblik
eksternal.

Karakteristik luka

Meskipun lokasi luka bedah pada bagian tubuh yang bervariasi dapat memunculkan masalah
untuk ahli bedah, mulai dari akses ke luka hingga penempatan jahitan, area geografik dimana
luka berlokasi hanya memiliki pengaruh yang kecil pada insersi benang. Masalah dapat
segera dipecahkan dengan memperbaiki posisi pasien dan ahli bedah. Topografi luka kurang
begitu penting dari sifat jaringan luka. Apakah luka dalam? Ataukah dangkal? Apakah
berhubungan dengan lumen yang tidak dapat diakses seperti trakea atau esofagus? Lokasi
seperti ini dapat memunculkan masalah yaitu pencarian jarum yang terjatuh secara tidak
sengaja. Reses kavitas peritoneal atau kavitas pleura dengan visera yang terkandung dapat
menyulitkan pemulihan. Dalam area ini, benang swaged atau benang yang diikatkan ke jarum
menjadi pengaman yang penting.
Baik kedalaman dan diameter luka penting dalam pemilihan jarum yang sesuai. Jarum lurus
atau jarum 1-8 lingkaran dapat lebih mudah digunakan karena pronasi dan supinasi
pergelangan tangan yang dibutuhkan lebih sedikit. Jarum ini, karena butuh kelengkungan
yang lebih besar, menjadi lebih canggung dan tidak dapat digunakan untuk kavitas yang
dalam, seperti kavitas oral dan nasal, kedalaman pelvis atau lokasi yang relatif lebih sulit
dijangkau lainnya. Jarum satu setengah lingkaran, meskipun membutuhkan pronasi dan
supinasi pergelangan tangan yang lebih banyak, lebih mudah digunakan dalam lokasi yang
terbatas. Karena derajat lengkungan tambahan yang dibutuhkan untuk pronasi dan supinasi
dalam penggunaan jarum satu-setengah atau 5-8 lingkaran, penggunaannya akan menjadi
tidak nyaman untuk permukaan tubuh atau pada luka bedah yang lebar dan relatif superfisial,
yang mana, pada jarum lurus ,yang dapat digenggam dengan jari, atau pada jarum 3-8
lingkaran, yang dapat dipegang oleh needle holders, dapat lebih mudah mengakomodasi
pergerakan lengkungan tambahan.
Dalam menjahit luka kulit, penutupan fascia dan jaringan subkutaneus dan terutama ketika
lebar luka telah menurun oleh penutupan parsial seperti dalam jahitan pada lapisan
subkutikuler kulit, jarum satu-setengah lingkaran lagi-lagi lebih mudah digunakan.

Karakteristik jarum
Bahan. Jarum saat ini diproduksi dari kawat stainless steel yang dipilih untuk menyediakan
karakteristik dengan kekuatan, kekerasan, kelunakan, daktilitas, dan permukaan akhir. Kawat
yang datang dari suplier menuju pabrik jarum bersifat lunak. Teknik pemberian panas yang
bervariasi memberikan kekuatan kepada jarum, dicerminkan dari kekerasan, kelunakan, dan
ketajaman. Kawat dapat dipilih, sebagai contoh, karena mengandung lebih sedikit fosfor, dan
oleh karena itu, lebih kuat dibandingkan kawat yang mengandung fosfor dengan proporsi
yang lebih besar. Produksi jarum saat ini berstandar sangat tinggi hingga hanya jarum
microsurgical dan optalmik dengan kualitas tertinggi yang dapat sesuai dengan pemeriksaan
individual oleh pengawas. Keutamaan jarum bedah adalah diuji untuk jaminan kualitas.
Pembaca mengacu pada buku yang sangat menarik, The History of Needlework Tools and
Accessories, oleh Sylvia Grace (17), yang mana produksi jarum dilacak berasal dari Tudor
Inggris dimana jarum pertama kali dibuat dari kawat tembaga oleh pengrajin. Produsen jarum
bedah yang sukses membutuhkan teknologi dan pengetahuan yang lebih baik dengan
pemanasan logam dalam penguatan, pengerasan dan percampuran. Pekerja tangan dibantu
oleh mesin bertenaga air. Pabrik penggosokan bertenaga air yang digunakan pada abad ke 17

untuk menggosok jarum masih berdiri di Redditch, Inggris. Saat ini proses yang sama masih
digunakan oleh produsen jarum tetapi dengan automatisasi tinggi sebanyak 10.000 hingga
14.000 dapat melalui tahap produksi secara berurutan dalam waktu yang sama.
Produsen besar tidak hanya meningkatkan teknologi produksi jarum ke standar kualitas yang
luar biasa, tetapi, untuk mencapainya, telah mengembangkan mesin dan proses dengan
intervensi manusia yang minimal, dan dilakukan pada tiap langkah prosesnya. Bermacammacam alat penguji mengukur kemampuan jarum menembus permukaan, mengukur kekuatan
kompresi atau tekanan pada jarum dan mengukur kekuatan jarum, diameter dan bahkan
kemampuan jarum untuk dibengkokkan dan diluruskan sebelum jarum menjadi patah.
Ukuran jarum. Gambar 2 mengilustrasikan parameter yang digunakan dalam menjelaskan
ukuran jarum. Panjang chord adalah jarak garis lurus dari titik pangkal kelengkungan jarum
ke ujungnya. Panjang jarum adalah jarak yang diukur sepanjang jarum itu sendiri dari ujung
ke pangkal. Radius jarum adalah jarak dari salah satu titik kelengkungan dari lingkaran jarum
ke ujungnya.
Diameter kawat merepresentasikan kaliber atau ketebalan kawat jarum. Rasio panjang :
diameter jarum mewakili rasio antara panjanng jarum terhadap diameternya. Rasio yang lebih
besar dari 8:1 menjadikan jarum lebih sensitif terhadap pembebanan dan lebih mudah
melengkung atau bengkok. Dari diameter kawat yang berlebihan, rasio yang kecil
memberikan kerugian dalam hubungannya dengan diameter jenis benang yang menempel dan
pendeknya jarum, membuatnya menjadi lebih sulit menembus jaringan dan lebih sulit
dipegang dengan needle holders atau forceps.
Bentuk jarum. Bentuk jarum mengacu pada batang longitudinal jarum yang melengkung
sesuai dengan bermacam-macam derajat kelengkungan, seperti, 1-4 lingkaran, 3-8 lingkaran,
atau mengacu pada keseluruhan bentuk longitudinal jarum. Sebagai contoh, jarum setengah
melengkung atau jarum ski dilengkungkan pada ujung tajamnya tetapi tetap lurus pada bagian
sisanya. Jarum lurus ditandai dengan jarum Keith atau jarum milik pembuat topi wanita.
Bentuk penampang melintang dari batang jarum bervariasi, dari bulat ke persegi panjang atau
segitiga dengan tepi segitiga pada permukaan konkav atau konvek atau sepanjang salah satu
sisi jarum. Konfigurasi penampang melintang jarum dapat berbentuk seperti kapal hingga
membentuk rhomboid dengan permukaan konkav atau konveks paralel. Jarum seperti ini
disebut dengan jarum spatula. Untuk keempat bentuk ini dapat ditambahkan jarum ribbed,
modifikasi yang ditemukan oleh Gladys Chisman pada tahun 1964. Jarum ini dibuat dengan
bubungan longitudinal pada permukaan konkav, konveks ataupun keduanya untuk
menurunkan gerakan angular atau memutar jarum yang tidak diinginkan pada needle holder
selama menjahit. Hal ini dicapai dengan interdigitasi bubungan longitudinal oleh gerigi pada
mulut needle holders.
Karakteristik akhir dari bentuk jarum adalah ada atau tidaknya tepi pemotong pada ujung
jarum dan bahkan sepanjang batang jarum untuk membentuk jarum pemotong, jarum bedah
lancip yang terasah pada ujungnya untuk menghasilkan ujung pemotong dimana batang
jarum tetap bundar. Jarum ujung tumpul diproduksi untuk menjahit jaringan parenkim seperti
ginjal.
Seperti yang diungkapkan Boyer (7) pada tahun 1791, bentuk jarum sendiri cukup penting
untuk kemudahan jarum menembus jaringan. Jarum lurus dapat dengan mudah menembus

jaringan hanya dengan jari ahli bedah yang menggunakannya. Jarum lengkung, kecuali cukup
besar, membutuhkan needle holders untuk penggunaannya, sedangkan jarum tipe ski
memiliki kerugian, dengan jelas diuraikan oleh Boyer, memiliki bagian lengkungan yang
dengan mudah menembus jaringan sedangkan bagian lurus sisanya tidak dapat mengikuti
jalur lengkungan pada jaringan tanpa membengkokkan atau memperlebar jalur dengan jarum
lurus. Jarum lengkung pemotong terbalik, yang mana tepi pemotong berada sepanjang
permukaan konveks, tidak di sepanjang permukaan konkav sebagaimana pada jarum
pemotong konvensional, tidak hanya sedikit kemungkinan jarum akan memotong jaringan
yang cukup besar dalam jalurnya menembus jaringan hingga mencegah kerusakan jaringan
yang tidak diperlukan dan pelebaran luka yang tidak semestinya yang disebabkan oleh jarum,
tetapi telah diperhitungkan bahwa kekuatan jarum pada jarum pemotong terbalik meningkat
hingga 32%. Oleh karena itu, memungkinkan untuk menggunakan kawat dengan diameter
yang lebih kecil, dengan demikian menurunkan ukuran luka yang dihasilkan oleh jarum itu
sendiri.
Formulasi. Hingga jarum Eureka dikembangkan oleh Mrs. Gaillard pada tahuan 1874, jarum
telah memiliki mata jarum. Benang telah dirangkaikan ke mata jarum, biasanya diposisikan
pada pangkal jarum. Sejumlah modifikasi mata jarum telah dibuat seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Alur di bagian belakang mata pada kedua sisi jarum memberikan
tempat untuk jenis benang ganda ke batang jarum, dengan demikian mengurangi sebagian
besar bahan benang tertarik menembus jaringan. Jarum yang dikembangkan dan
dideskripsikan pada tahun 1921 oleh Allen (1) dilubangi dengan cara yang mirip dengan
jarum French-eye, sehingga benang dapat dipasang atau dilepas dari mata jarum, tetapi dalam
penggunaan biasa dilakukan dengan aman ketika jarum ditembuskan ke jaringan.
Jarum central-eyed, dijelaskan oleh Speidel (51) pada tahun 1916 dan oleh Cole (11) pada
tahun 1917, jarum diruncingkan pada kedua ujungnya untuk ditembuskan ke jaringan dengan
cara bolak-balik agar dapat melakukan jahitan tipe cushing atau jahitan running lock. Jarum
yang dikembangkan oleh Sanderson (44) pada tahun 1904, tubuler pada ujungnya dan
karenanya memiliki manfaat yang diragukan, yaitu diameter yang lebih besar, tetapi mampu
menahan satu helai benang dalam bagian rongganya, mencegah 2 helai benang masuk ketika
memasang benang ke jarum. Marsh (32) pada tahun 1903, menjelaskan tentang
meruncingkan ujung mata jarum untuk mengurangi kemungkinan terlepasnya benang selama
prosedur penjahitan. Jarum dengan mata jarum (jarum eye), memiliki kerugian dalam
keharusannya dipasangi benang, keharusannya menarik 2 helai menembus jaringan dan
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hilang dalam kavitas atau lubang pada tubuh ketika
terlepas dari benang. Mengikat benang ke mata jarum menurunkan kemungkinan terlepasnya
jarum tetapi meningkatkan sebagian besar benang yang tertarik ke dalam jaringan. Jarum
swaged tidak membutuhkan pemasangan benang dan memungkinkan hanya satu helai benang
yang tertarik ke dalam jaringan. Jarum yang baru dan utuh disediakan bersama dengan
masing-masing helai benang. Ketika biaya produksi jarum swaged dibandingkan dengan
biaya pemasangan benang dan persiapan jarum, jarum swaged memiliki keuntungan yang
nyata dari jarum dengan jarum eye dan jarum yang resusable. Baru-baru ini benang jarum
Control Release menyediakan kombinasi benang dan jarum yang memberikan pemasangan
berbagai benang dengan cepat dan pelepasan benang dari jarum dengan sangat mudah.
Dengan demikian, dalam hal dimana jarum French-eye telah digunakan sebelumnya atau
dimana sejumlah panjang benang hendak dibiarkan setelah pengikatan simpul seperti pada

balutan tie-over pada aplikasi skin graft, produk benang jarum Control Release cukup
nyaman digunakan.
Langkah akhir dalam produksi jarum melibatkan electropolishing untuk menghilang debris
dari permukaan jarum dan untuk mengliminasi defek permukaan. Jarum terbaik untuk operasi
plastik dan optalmik terasah dengan peralatan yang presisi untuk menyediakan jarum
berkualitas tinggi dengan ketajaman yang bertahan meskipun menembus jaringan berkalikali. Jarum juga dilapisi silikon untuk membuatnya lebih halus, kecuali jarum optalmik
dimana pelapisan ini akan meninggalkan bahan residu birefringent pada kornea yang
transparan.
Sterilisasi
Mengikuti pengemasan dari kombinasi benang dan jarum, sterilisasi dilakukan baik dengan
ethylene oxide atau dengan radiasi 60Co. Benang gut dikemas dalam cairan untuk
mempertahankan sifat lunaknya. Jenis benang lain dikemas kering. Penyinaran digunakan
untuk sterilisasi kebanyakan kombinasi benang jarum kecuali benang katun yang disterilisasi
dengan ethylene oxide karena kemungkinan kerusakan bahan katun oleh sinar gamma.

Pemilihan jarum
Van Wikle dan Hastings (53) mengajukan pemilihan benang berdasarkan data biologi
objektif yang sekarang tersedia, memperhatikan berbagai efek bahan terhadap penyembuhan
luka. Dalam penelitian selanjutnya (54), mereka dan teman-teman kerjanya mengevaluasi
efek 6 jenis benang berbeda yang biasa digunakan dalam operasi. Gut, sutra, polyester, dan
polypropylene. Beberapa jenis benang digunakan sebagai tambahan. Pemilihan benang
sendiri lebih luas lagi.
Produsen benang besar menawarkan lebih dari 100 pilihan jarum dalam 9 bentuk yang
berbeda. Pertanyaan mungkin diajukan apakah memungkinkan untuk memilih jarum dari
aturan ini dengan cara yang rasional dan berdasarkan kerakteristik jaringan yang dijahit, luka
pada jaringan dan karakteristik khusus yang diberikan jarum bedah. Penulis yakin bahwa hal
ini memungkinkan untuk dilakukan.
Salah satu asumsi dasar yang harus dibuat dalam mempertimbangkan jarum bedah yang ideal
untuk diaplikasikan, yaitu bahwa jaringan yang dijahit harus diubah sesedikit mungkin oleh
jarum karena satu-satunya tujuan jarum adalah untuk menembuskan benang ke jaringan
untuk aposisi. Aposisi harus dipertahankan hingga luka telah membentuk kekuatan regang
yang cukup dengan proses biologi. Pada kenyataannya, OBrien dan Hayhurst (38) telah
melaporkan penggunaan benang monofilamen metalized untuk microsurgery, dengan
demikian benang berperan sebagai jarum itu sendiri. Jika asumsi dasar diterima, bahwa jarum
tidak seharusnya merusak lebih dari yang dilakukan oleh benang sendiri, beberapa syarat
harus dipertemukan. Antara lain: jarum harus membuat lubang di jaringan cukup besar hanya
untuk benang masuk ke jaringan; arsitektur jaringan yang dijahit tidak boleh dilemahkan
dengan cara apapun; mikroorganisme, benda asing, zat kimia dan bahan lainnya tidak boleh
masuk ke luka; jarum harus cukup besar, dengan bentuk dan desain yang sesuai untuk
menjahit dengan presisi, akurat dan mudah, dan jarum harus terbuat dari bahan dan desain
yang mampu meminimalisir kerusakan, atau perubahan fisik dan desain arsitektur jarum.

Tipe jarum
Jarum cutting. Jarum cutting keras dan terasah untuk memberikan tepi yang akan memotong
benda padat, sulit untuk menembus jaringan, dengan demikian ideal untuk menjahit kulit
yang diharuskan menembus jaringan ikat dermis yang padat, ireguler dan relatif tebal. Karena
panjang tepi cutting jarum yang cukup signifikan, perhatian harus diberikan pada jaringan
ikat dengan lapisan tipis, ireguler seperti sarung tendon atau membran mukosa oral, untuk
mencegah pemotongan jaringan melebihi yang diinginkan. Dua modifikasi jarum cutting
mencegah kelebihan irisan pada jaringan. Salah satunya pada jarum curved, adalah
konfigurasi pemotong terbalik yanng telah dijelaskan sebelumnya, dimana tepi pemotong
ditempatkan sepanjang sisi luar konveks jarum bukan sisi konkav jarum seperti pada jarum
konvensional. Meskipun, seperti yang telah diangkat oleh Boyer (7) pada tahun 1791, jarum
dengan kelengkungan sebuah lingkaran secara teori akan melalui jaringan tanpa melebarkan
lubang yang dibuat jarum baik dengan pemukaan konkav ataupun konveks, usaha yang lebih
besar biasanya diberikan terhadap sisi konkav karena ahli bedah umumnya merasa lebih
mudah memasukkan benang dengan gerakan supinasi forehand dibandingkan gerakan
pronasi backhand.
Modifikasi lain jarum cutting, jarum Tappercut, mengkombinasikan ujung cutting dan
batang jarum bulat sehingga ujung jarum dengan mudah menembus jaringan padat, tetapi
batang tidak akan memotong ke dalam. Jarum Tappercut cocok tidak hanya untuk menjahit
sarung tendon, tetapi juga menjahit jaringan ikat reguler, padat seperti fascia, periosteum,
tendon, ketika pemisahan serat jaringan ikat paralel dapat terjadi dengan jarum cutting.
Menjahit cangkokan pembuluh darah ke arteri areteriosklerotik dengan jarum Tappercut
juga mampu membuat jarum menembus sklerotik, bukan dinding pembuluh darah yang
rapuh.
Sebagai tambahan, tujuan khusus jarum cutting telah dikembangkan untuk jaringan ikat
khusus, seperti kornea dan sklera. Jarum ini, tipe spatula, didesain untuk operasi optalmik
segmen anterior dan mampu menembus struktur lamelar kornea dan sklera tanpa
mengganggu pola unik jaringan ikat ini.
Jarum noncutting. Jarum noncutting disebut jarum Taper Point atau jarum bulat, tidak
memilki tepi, dengan demikian mencegah kemungkinan bagian jarum di belakang ujung
cutting menembus jaringan. Cocok untuk menjahit pembuluh darah nonsklerotik,
miokardium, dura dan visera abdominal, jaringan lemak, padat dan berongga, juga ideal
untuk fascia karena meminimalisir sobekan jaringan ikat tipis yang terdapat diantara jaringan
ikat yang lebih padat bermotif paralel dan berkas pita yang menjalinnya, seperti aponeurosis
otot oblik eksternal abdominal atau fascia otot rektus abdominis itu sendiri. Bahkan jarum
ujung tumpul memungkinkan untuk merobek jaringan rapuh, yang mana, bisa digunakan
untuk memotong menembus jaringan rapuh bukan melubanginya.
Walaupun jarum Taper Point umumnya disebut jarum bulat, inspeksi dari bentuk
penampang melintangnya akan menunjukkan bahwa jarum terbaik sebenarnya bulat di bagian
belakang ujungnya dimana bagian batang sisanya berbentuk oval. Penampang ini
meningkatkan lebar, sebagai tambahan pada alur di permukaan konkav dan konveks batang
jarum lengkung, mencegah perubahan letak rotasi atau angular jarum pada needle holders.
Dengan ilustrasi ini, tipe jarum dan anjuran aplikasinya ditunjukkan pada gambar 3.

Bentuk jarum. Jarum dapat melengkung (curved) atau lurus (straight), dan pada
kenyataannya, kombinasi bentuk jarum, yaitu setengah lengkung tersedia, walaupun
dipertanyakan kepada ahli bedah. Seperti yang telah dikemukakan oleh Boyer (7), pada
jarum lengkung (curved) yang merepresentasikan kelengkungan sebuah lingkaran, tidak ada
solusi yang lebih baik daripada membuat jarum lengkung dalam bentuk reguler dari
kelengkungan sebuah lingkaran. Seperti yang telah ditunjukkan oleh ahli ilmu ukur,
kelengkungan ini adalah satu-satunya, dimana lengkungannya sama pada semua titik,
sehingga jalur yang dibuat bagian anterior jarum dalam jaringan diikuti tanpa merobek dan
tanpa paksaan dari bagian posterior. Keuntungan tambahan adalah jalur jarum dan titik
keluarnya dari jaringan yang terprediksi, makin memungkinkan untuk menjahit dengan
akurat.
Meskipun jarum lengkung menurut aslinya lebih besar dan perlu dipegang oleh jari untuk
menjahit, saat ini telah dimanipulasi dengan needle holders, memberikan ukuran jarum yang
lebih kecil dan kemampuan untuk menjahit di dalam kavitas atau tempat yang tersembunyi
dimana jari tidak dapat mencapai atau mengarahkan jarum dengan lebih terampil.
Jarum lurus biasanya didesain untuk dipegang oleh jari, atau menjahit dekat dengan
permukaan tubuh ketika penggunaan jari secara langsung dapat dengan mudah dilakukan.
Dengan demikian banyak ahli bedah menggunakan jarum lurus pemotong, seperti jarum
Keith, untuk penutupan kulit luka abdominal. Jarum lurus Taper Point untuk menjahit
gastrointestinal.
Derajat panjang kelengkungan jarum menentukan apakah jarum 1-4 lingkaran, 3-8 lingkaran
satu-setengah lingkaran atau 5-8 lingkaran. Tipe, kedalaman dan dimensi luka menentukan
pemilihan yang sesuai dari bentuk jarum. Jarum seperempat lingkaran sangat terbatas
digunakan, operasi optalmik. Jarum 3-8 lingkaran kemungkinan adalah jarum lengkung yang
paling sering dan mudah digunakan untuk luka yang relatif besar dan superfisial karena
membutuhkan ruang yang lebih besar untuk menembus, melewati dan menarik jarum dari
jaringan daripada jarum satu-setengah lingkaran, dan bersamaan dengan itu, lebih sedikit
supinasi dan pronasi pergelangan tangan ahli bedah. Jarum setengah lingkaran lebih cocok
untuk menjahit jaringan dengan luka yang kecil, luka yang dalam, lubang atau kavitas tubuh,
karena membutuhkan ruang yang relatif lebih kecil dari ukuran jarum, semua berkat
panjangnya jarum, meskipun diperlukan lebih banyak pronasi dan supinasi. Yang paling
ekstrim adalal jarum 5-8 lingkaran yang digunakan pada operasi urogenital dan tekadang
dalam prosedur intraoral dimana penjahitan harus dilakukan dalam area yang terbatas.
Gambar 4 adalah bagan yang menghubungkan bentuk jarum terhadap letak spesifik dan
jaringannya.

Needle holder
Buku teks bedah abad ke 19 menjelaskan bahwa sebagian besar jarum bedah dipegang
dengan jari-jari dan jempol (2,13,19,20). Kemungkinan besar needle holder yang pertama
dikembangkan dari forceps arteri oleh ahli bedah yang tidak dikenal untuk penggunaan
jarum bedah pada kedalaman luka yang sempit atau untuk penggunaan jarum yang terlalu
kecil untuk dipegang dengan jari. Kemungkinan needle holders dikembangkan sebagai
respon terhadap keinginan ahli bedah untuk menjaga jari-jarinya dari luka dan mengurangi

ekspose terjadinya luka oleh jarum. Saat ini, needle holders sedikit banyak dapat memenuhi
semua tujuan ini, dan sebagai tambahan, dapat digunakan untuk mengikat benang.
Variasi besar dari needle holders yang membawa nama ahli bedah penciptanya membuktikan,
sebagaimana banyaknya tipe dan ukuran jarum, kecenderungan tertentu dari masing-masing
indivudu ahli bedah. Meskipun terdapat permintaan khusus yang meragukan untuk sebuah
needle holders, hal yang paling penting adalah kemampuan untuk memegang dan
menggunakan jarum dengan benar, intepretasi tepatnya lebih ditentukan dengan latihan dan
pengalaman ahli bedah daripada prinsip, aturan atau standar. Sebagai contoh, kebanyakan
needle holders memiliki kunci gerigi di distal cincin jempol dan jari, tetapi terkadang, seperti
pada needle holders Castroviejo, tidak memiliki cincin jempol dan jari dan bergantung pada
mekanisme grendel dan pegas untuk mengunci. Needle hollders Mathieu memiliki kunci
gerigi pada ujung proksimal pegangan, memudahkan untuk melepas dan mengunci dengan
menekan secara progresif pegangan needle holders secara bersamaan. Needle holders Gillies
tidak memiliki kunci sama sekali dan membutuhkan penekanan konstan pada pegangan untuk
menjaga genggamannya pada jarum. Needle holders ini bahkan dilengkapi dengan pisau
gunting di sepanjang pegangan ke proksimal, ke bagian mulut needle holder sehingga ahli
bedah dapat memotong kelebihan benang setelah mengikat simpul.
Mulut nedlee holder dapat pendek, besar, sempit, panjang, berlubang, datar, konveks,
konkav, halus, atau bergerigi. Kualitas needle holders lebih mudah dinilai dari perhatian
produsen terhadap detail tertentu. Salah satu detail tersebut adalah pertemuan antara mulut
needle holder. Detail yang lain memiliki kualitas cukup untuk membuka dan menutup mulut
needle holders sekeliling jarum tanpa merubah bentuknya. Selain itu, ujung mulut harus
bertemu sebelum bagian sisanya bertemu untuk menjamin gengaman jarum terbaik agar
dapat digunakan dengan mudah. Kekerasan permukaan mulut yang cukup dicapai dengan
melapisi dengan permukaan berlian atau meleburkan tungsten carbide ke permukaan untuk
mengurangi kerusakan mulut needle holders dan memperpanjang masa efektif alat. Pemilihan
tipe dan ukuran khusus needle holders harus ditentukan oleh karakteristik jarum yang
dipegang dan luka atau area anatomik yang akan dijahit. Makin besar dan berat jarum, makin
lebar dan berat mulut needle holders seharusnya. Makin dalam luka, makin panjang pegangan
needle holders seharusnya. Mulut needle holders harus menahan jarum dengan aman untuk
mencegah perubahan letak putaran atau angular dan tidak boleh membengkokkan atau
mematahkan jarum. Jika needle holders digunakan untuk mengikat jahitan, permukaan mulut
needle holders harus halus atau bergerigi dangkal untuk mencegah benang berjumbai, dan
tepi engsel atau kunci kotak (box lock) dari pegangan harus bulat dan halus sehingga ujung
benang tidak akan tersangkut atau terpotong tepi kunci kotak (box lock).
Tidak perlu dikatakan lagi bahwa peralatan harus terbuat dari campuran bahan logam sangat
kuat yang tidak korosif dan bebas silau, sangat halus dan pas untuk pembukaan dan
penutupan yang terkontrol dan terprediksi, dan juga kenyamanan maksimum untuk ahli bedah
selama penggunaan. Dengan demikian, sebagaimana ahli bedah memilih jarum yang paling
ideal untuk jaringan dan luka yang dijahit, begitu juga dengan bagaimanan dia memilih
needle holders yang paling cocok untuk jarum terpilih.

Kesimpulan

Jaringan tubuh dengan berbagai konsistensi, ketebalan, penetrabilitas, lokasi dan jalinan
ditemui oleh ahli bedah. Sejalan dengan itu, dia harus memilih jarum bedah yang akan
menembuskan benang ke jaringan dengan cara yang paling mudah dan tepat, membuat luka
cukup lebar untuk menarik benang ke dalam jaringan. Penggunaan jarum dibantu dengan
memilih jarum yang sesuai untuk letak spesifik luka dan dengan memilih needle holders yang
paling sesuai untuk jarum tertentu. Meskipun alasan utama untuk pemilihan jarum dan needle
holders yang tepat adalah untuk perawatan pasien, alasan kedua yang sangat penting adalah
kenyamanan dan kepuasan yang lebih baik untuk ahli bedah dalam menggunakan peralatan
yang ideal.

Anda mungkin juga menyukai