Anda di halaman 1dari 22

BAB I

SKENARIO 3
Sementara petugas P2M Puskesmas Gorda bekerja di lapangan,petugas laboratorium
sederhana Puskesmas Gorda melaporkan kepada Dokter Susi bahwa dalam
pemeriksaan rutin feses lengkap Dimas didapatkan telur cacing.Pada saat yang
bersamaan Dokter Susi memeriksa Kartu Menuju Sehat (KMS) Dimas dan menemukan
bahwa Dimas termasuk kelompok Bawah Garis Merah (BGM).Dokter Susi memberikan
terapi obat untuk cacingan dan meminta petugas gizi untuk memberi konsultasi kepada
orang tua Dimas demi perbaikan gizinya.

BAB II
KATA KUNCI

Kartu Menuju Sehat (KMS)


Bawah Garis Merah (BGM)
Cacingan

BAB III
IDENTIFIKASI ISTILAH

Kartu Menuju Sehat (KMS)


merupakan suatu alat yang digunakan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan
balita, bukan untuk menilai status gizi balita

Bawah Garis Merah (BGM)


adalah balita dengan berat badan menurut umur (BB/U) berada di bawah garis merah
pada KMS

Cacingan
Cacingan adalah kumpulan gejala gangguan kesehatan sebagai akibat adanya cacing
parasit di dalam tubuh

BAB IV
MINIMAL PROBLEM

1. Bagaimana morfologi,habitat,cara infeksi,siklus hidup cacing ?


-

Morfologi
Subur telur dalam kotoran manusia . Ascaris lumbricoides dicirikan oleh ukuran yang
besar.Jantan 2-4 mm diameter 15-31 cm. bagian belakang yang jantan adalah
melengkung bagian perut dan memiliki ekor tumpul. Betina 3-6 mm dan lebar 20-49
cm. Vulva terletak di ujung anterior dan menyumbang sekitar sepertiga dari panjang
tubuhnya. Uteri mungkin berisi hingga 27 juta telur pada satu waktu dengan dipecat
200.000 per hari. telur dibuahi berbentuk oval untuk bulat dalam bentuk dan 45-75
mikrometer panjang dan lebar 35-50 mikrometer dengan kulit terluar tebal. Telur
yang tidak dibuahi 88-94 mikrometer mengukur panjang dan lebar 44 mikrometer.

Habitat
Ascaris lumbricoides adalah cacing gelang parasit pada usus manusia.

Proses infeksi
Infeksi terjadi ketika air tertenelan manusia atau makanan yang terkontaminasi
dengan remaja yang belum menetas. Benih menetas dalam duodenum (1 bagian usus
halus). Mereka kemudian menembus mukosa dan submucosa dan masukkan venula
atau limfatik. Selanjutnya mereka melewati jantung kanan dan ke dalam sirkulasi
paru-paru. Mereka kemudian keluar dari kapiler dan masuk ke ruang udara. Reaksi
jaringan akut terjadi ketika beberapa cacing tersesat selama migrasi ini dan
terakumulasi dalam organ tubuh lainnya. Benih bermigrasi dari paru-paru sampai
saluran pernafasan ke faring di mana mereka ditelan. Mereka mulai memproduksi
telur dalam waktu 60-65 hari ditelan. Ini diproduksi di dalam usus kecil di mana
remaja dewasa. Mungkin terasa aneh bahwa cacing berakhir di tempat yang sama di
mana mereka mulai. Satu hipotesis untuk memperhitungkan perilaku ini adalah
bahwa migrasi meniru suatu hospes perantara, yang akan dibutuhkan untuk remaja
dari bentuk leluhur untuk mengembangkan ke tahap ketiga. Kemungkinan lain adalah
bahwa migrasi jaringan memungkinkan pertumbuhan yang lebih cepat dan ukuran
yang lebih besar, yang meningkatkan kapasitas reproduksi.

Siklus hidup

Ascaris lumbricoides, atau "gelang", infeksi pada manusia terjadi bila menelan telur
cacing melepaskan cacing larva yang menembus dinding duodenum dan memasuki aliran
darah. Dari sini, dibawa ke hati dan jantung, dan memasuki sirkulasi paru-paru untuk
membebaskan diri dalam alveoli, di mana ia tumbuh dan molts. Dalam 3 minggu, larva
lulus dari sistem pernapasan menjadi batuk, menelan ludah, dan dengan demikian
kembali ke usus kecil, di mana mereka jatuh tempo pada pria dewasa dan cacing betina.
Pemupukan sekarang dapat terjadi dan betina memproduksi sebanyak 200.000 telur per
hari selama setahun. Telur-telur dibuahi menjadi menular setelah 2 minggu di tanah;.
Mereka dapat bertahan dalam tanah selama 10 tahun atau lebih
Telur memiliki lapisan lipid, yang membuat mereka tahan terhadap pengaruh asam dan

basa serta bahan kimia lainnya. ketahanan ini membantu menjelaskan mengapa nematoda
ini adalah suatu parasit di mana-mana.

2. Bagaimana cara menjelaskan gejala klinik,pemeriksaan tinja,obat yang digunakan dan


cara pencegahan infeksi cacing?

Gejala klinis
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa.
Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru
akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda
seperti demam, sesak nafas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat
yang akan hilang selama 3 minggu.
Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna
seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing
masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing
dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat
menyebabkan akut abdomen.
Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses di maksudkan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing
ataupun larva yang infektif. Pemeriksaan feses ini juga di maksudkan untuk mendiagnosa
tingkat infeksi cacing parasit usus pada orang yang di periksa fesesnya.
Pemeriksaan feces dapat dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Secara
kualitatif dilakukan dengan metode natif, metode apung, metode harada mori, dan
Metode kato. Metode ini digunakan untuk mengetahui jenis parasit usus, sedangkan
secara kuantitatif dilakukan dengan metode kato untuk menentukan jumlah cacing yang
ada didalam usus.
Obat yang digunakan
* Pyrantel pamoate diberikan sebagai dosis tunggal 10 mg / kg pyrantel pamoate
diberikan sebagai dosis tunggal 10 mg / kg
* Levamisol diberikan sebagai dosis tunggal 2,5 mg / kg levamisol diberikan sebagai

dosis tunggal 2,5 mg / kg


* Mebendazol diberikan sebagai dosis tunggal 500 mg diberikan mebendazol dosis
tunggal 500 mg sebagai
* Albendazole diberikan sebagai dosis tunggal 400 mg.sup Albendazole diberikan
sebagai dosis tunggal 400 mg.sup
Pencegahan
Penggunaan fasilitas toilet; pembuangan tinja yang aman, perlindungan makanan
dari kotoran dan tanah; menyeluruh mencuci memproduksi, dan mencuci tangan.

BAB V
PEMBAHASAN

V.1

Anatomi
Saluran gastrointestinal yang berjalan dari mulut melalui esophagus lambung dan
usus sampai anus. Esophagus terletak di dimediastinum rongga torakat, anterior terhadap
tulang punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat
mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm (10 inchi) menjadi sistensi bila
makanan melewatinya.
Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak di dalam rongga peritoneal.
Lambung di tempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat
di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu 1500 ml.kantung yang dapat
berdistensi dengan kapasitas kira-kira Lambung dapat dibagi ke dalam empat bagian
anatomis, kardia, fundus, korpus dan pylorus.

V.2

Fisiologi
Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu konsistensi usus dan
motilitas usus. Gangguan proses mekanik dan enzimatik, diserati gangguan mukosa, akan
mempengaruhi pertukaran air dan elektrolit, sehingga mempengaruhi konsistensi feses
yang terbentuk. Sedangkan peningkatan motilitas berakibat terganggunya proses cerna
secara enzimatik yang akan mempengaruhi pola defekasi. Penularan diare akut karena
infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari penderita diare atau melalui
makanan/minuman yang terkontaminasi bakteri patogen yang berasal dari tinja
manusia/hewan atau bahan muntahan penderita. Penularan dapat juga berupa transmisi
dari manusia ke manusia melalui udara (droplet infection) misalnya: rota virus, atau
melalui aktivitas seksual kontak oral-genital atau oral-anal. Diare akut karena infeksi
bakteri yang mengandung/produksi toksin akan menyebabkan diare sekretorik (watery
diarrhea) dengan gejala-gejala: mual, muntah, dengan atau tanpa demam yang umumnya
ringan disertai atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses lembek/cair. Umumnya gejala
diare sekretorik timbul dalam beberapa jam setelah makan atau minuman yang
terkontaminasi.

V.3

Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi atau patomekanisme sebagai
berikut:

1. Osmolaritas intraluminal yang meninggi disebut diare osmotik.


Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus
halus yang disebabkan oleh obat-obat atau zat kimia yang hiperosmotik antara
lain: MgSO4, Mg(OH)2, malabsorbsi umum, dan defel dalam absorbsi mukosa
usus misal pada defisiensi disararidase, malabsorbsi glukosa atau galaktosa.
2. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi disebut diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,
menurunnya absorsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare
dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare ini akan tetap berlangsung
walaupun dilakukan puasa makan atau minum. Penyebab dari diare tipe ini
anatara lain: karena efek dari enterotoksin pada infeksi Vibrio cholerae atau
E.coli, penyakit yang menghasilkan hormon (VIPoma), reaksi ileum (gangguan
absorbsi garam empedu), dan efek obat laksatif.
3. Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak
Diare ini didapatkan pada gangguan pembentukan atau produksi micelle empedu
dan penyakit saluran bilier dan hati.

V.4

Jenis-jenis Penyakit yang Berhubungan


1. Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja lebih banyak dari
biasanya (normal 100-2ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat.
Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan
diare kronik.
a. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung
singkat,dalam beberapa jam

sampai 7-14 hari.

b. Diare kronik
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu.

V.5

Gejala Klinis
Diare yang berlangsung lama (berhari-hari atau berminggu-minggu) baik secara menetap
atau berulang panderita akan mengalami penurunan berat badan.
o Berak kadang bercampur dengan darah.
o Tinja yang berbuih.
o Konsistensi tinja tampak berlendir.
o Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak.
o Penderita merasakan sekit perut.
o Rasa kembung.
o Kadang-kadang demam.
o Muntah.
o Nyeri abdomen
o Membran mukosa mulut dan bibir kering
o Fontanel cekung
o Kehilangan berat badan
o Tidak nafsu makan
o Badan terasa lemah
Komplikasi
o Dehidrasi
o Renjatan hipovolemik
o Kejang
o Bakterimia
o Mal nutrisi
o Hipoglikemi
o Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

V.6

Pemeriksaan Fisik Penyakit


a. Suhu Badan
Bilamana kulit penderita teraba panas, kemungkinan besar menderita penyakit
inflamasi atau neoplasma.
b. Penurunan berat badan disertai oedema
c. Inspeksi
o Inspeksi kulit : adanya pucat, ikteric, dan karotenemia
o Inspeksi abdomen untuk tanda-tanda distensi, depresi, dan gerakan peristaltic
yang tampak pada dinding abdomen
o Inspeksi mulut : bibir kering, kotor, dan bau
o Inspeksi : warna, bau, volume, frekuensi, dan konsistensi.
d. Auskultasi
Bunyi peristaltic normal 5-35 x/menit
Menghilang

: peritonitis

Keras / sering : diare, gastroenteritis


Nada tinggi

: ileus obstruktif

Gerakan cairan
Normal terdengar di epigastrium kiri, cairan lambat, normal 5 jam setelah makan /
minum.
Bising pembuluh darah
Terdengar lumen arteri menyempit/pelebaran aorta abdominalis.
e. Perkusi
Normal : timpani
f. Palpasi untuk menentukan adanya nyeri tekan.

V.7

Pemeriksaan Penunjang Penyakit


1. Laboratorium
Pemeriksaan tinja, baik secara mikroskopik maupun makroskopik harus dilakukan
untuk menentukan diagnosa yang pasti. Pemeriksaan secara makroskopik harus
diperhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan lain-lain.

Pada pemeriksaan mikroskopik harus diperhatikan telur cacing, parasit, dan bakteri.
Pemeriksaan darah homogramlengkap meliputi : Hb, Eritrosit, Leukosit dan
Hematokrit untuk membantu menemukan derajat dehidrasi dan infeksi. Pemeriksaan
Ph dan keseimbangan asam basa. Pemeriksaan AGD dan elektrolit bnm yaitu : Na, K,
Cl, dan Mg. Pemeriksaan urin ditetapkan volume, berat jenis, Ph dan elektrolitnya.

2. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi sebaiknya dilakukan sebagai pekerjaan rutin pada setiap
penderita diare. Lebih-lebih lagi setelah ditemukan colon fbrescope maka akan
mempermudah dalam pembuatan diagnosa.
3. Radiologi
Penderita sering mengalami diare yang hilang timbul, misalnya colitis ulseratif dan
regional enteritis. Untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan
radiology,

BAB VI
HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)
1. Ascariasis

BAB VII
ANALISIS DARI DEFFERENTIAL DIAGNOSIS
1. Ascariasis
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa.
Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru
akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda
seperti demam, sesak nafas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat
infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu.
Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna
seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing
masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing
dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat
menyebabkan akut abdomen.
Pemeriksaan Fisik
a. Suhu Badan
Bilamana kulit penderita teraba panas, kemungkinan besar menderita penyakit
inflamasi atau neoplasma.
g. Penurunan berat badan disertai oedema
h. Inspeksi
o Inspeksi kulit : adanya pucat, ikteric, dan karotenemia
o Inspeksi abdomen untuk tanda-tanda distensi, depresi, dan gerakan peristaltic
yang tampak pada dinding abdomen
o Inspeksi mulut : bibir kering, kotor, dan bau
o Inspeksi : warna, bau, volume, frekuensi, dan konsistensi.
i. Auskultasi
Bunyi peristaltic normal 5-35 x/menit
Menghilang

: peritonitis

Keras / sering : diare, gastroenteritis


Nada tinggi

: ileus obstruktif

Gerakan cairan

Normal terdengar di epigastrium kiri, cairan lambat, normal 5 jam setelah makan /
minum.
Bising pembuluh darah
Terdengar lumen arteri menyempit/pelebaran aorta abdominalis.
j. Perkusi
Normal : timpani
k. Palpasi untuk menentukan adanya nyeri tekan.

BAB IX
MEKANISME DIAGNOSIS
Untuk mekanisme penyakit hampir sama dengan skenario 1.

BAB X
METODE TERAPI

V.1

Tujuan Penatalaksanaan
Ketika seorang anak menderita radang lambung, orangtua harus memantau standing
hidrasi anak mereka. Bayi yang dehidrasi dan membutuhkan perawatan medis tepat jika:

Noda samar pada kepala mereka adalah cekung.

Mata mereka cekung.

Mereka tidak mengeluarkan air mata ketika mereka menangis.

Mulut mereka kering.

Mereka tidak menghasilkan air kencing yang banyak.


Anak harus diarahkan untuk minum cairan meskipun frekwensinya, jumlah

sedikit. Bayi harus meneruskan menyusu atau minum susu regulation untuk tambahan
cairan elektrolit ( cairan rehidrasi-tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan di apotik dan
beberapa toko bahan makanan). Jus, soda, minuman berkarbon, teh, minuman olahraga,
dan minuman yang mengandung kafein harus tidak diberikan kepada bayi dan anak kecl.
Minuman ini bisa mengandung banyak gula, yang memperparah diare, dan memiliki
sedikit garam (elektrolit), yang mana dibutuhkan untuk menggantikan apa yang hilang
pada tubuh. Untuk anak yang lebih tua, meskipun begitu, minuman sports lebih disukai
jus dan soft drink karena minuman tersebut mengandung gula yang rendah, namun
minuman tersebut tetap memiliki sedikit jumlah elektrolit dibandingkan cairan elektrolit.
Untuk anak yang muntah, frekwensi dalam jumlah kecil cairan membantu
mencegah dehidrasi. Orangtua harus memberikan anak tersebut cairan sedikit demi
sedikit. Jika cairan tersebut tidak dimuntahkan, isapan diulangi setiap 10 atau fifteen
menit, menambahkan jumlah pemberian untuk satu atau dua kali setiap satu jam atau juga
meningkatkan kesababaran. Dalam jumlah yang besar dapat diberikan sesering mungkin,
sekitar setiap jam. Cairan diserap dengan cepat, jadi jika si anak muntah lebih dari 10

menit sehabis minum, kebanyakan cairan telah terserap dan pemberian cairan harus
dilanjutkan. Jumlah cairan diberikan kepada anak dalam periode twenty-four jam-an
tergantung usia si anak namun umumnya harus sekitar 11/2 kali dari cairan untuk setiap
pon berat si anak. Jika diare dan muntah anak berkurang, orangtua boleh mencoba
memberi makan dengan makanan yang lebih normal di esok hari. Larutan elektrolit
seharusnya tidak diberikan lebih dari twenty-four jam karena maslah potensial yang
berhubungan dengan asupan giji yang tidak cukup.
Anak dengan diare namun muntah sedikit diberi makan dengan makanan normal
mereka, dengan cairan tambahan untuk meningkatkan cairan yang hilang selama diare.
Jika diarenya signifikan, anak yang mengkonsumsi produk susu (yang mengandung
laktosa) kemungkinan harus dikurangi. Radang usus akut bisa mengurangi kemampuan
anak untuk menyerap laktosa, menyebabkan diare yang berlebihan.
Anak yang tidak bisa tetap menghisap cairan atau yang mempunyai tanda-tanda
dehidrasi (seperti lethargy, mulut kering, air mata sedikit, dan tidak buang air kecil untuk
6 jam atau lebih) dalam bahaya dan harus menemui dokter dengan segera. Anak yang
tidak memiliki tanda-tanda ini harus menemui dokter jika gejala-gejalanya bertahan lebih
dari 1 atau 2 hari. Jika dehidrasi menjadi akut dokter bisa memberikan anak tersebut
cairan infuse.
Obat-obatan anti diare seperti loperamide umumnya tidak dianjurkan untuk anakanak. Meskipun begitu, di bawah pengawasan seorang dokter, obat-obatan tertentu yang
mencegah atau mengurangi mual atau muntah (seperti ondansentron) bisa diberikan pada
saat penyebab muntah telah ditetapkan. Antibiotik tidak berguna ketika infeksi pathogen
menjadi penyebab radang lambung. Dokter memberikan antibiotik hanya untuk bakteri
tertentu yang diketahui bereaksi pada obat-obatan ini. Obat-obatan antiparasit bisa
diberikan untuk infeksi parasit

V.2

Prinsip Tindakan Medis


Dasar pengobatan diare adalah:

a.

Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.

Cairan per oral


Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang
bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera kadar Natrium 90
mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium
50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.

Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat

b.

Pengobatan dietetik

c.

Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)


Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak
mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

BAB XI
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
Pada umumnya, askariasis memiliki prognosis yang baik. Kesembuhan askariasis mencapai
70 hingga 99%. Diare akut pada orang dewasa banyak ditemukan di klinik dalam praktek seharihari. Salah satu etiologinya adalah infeksi yang dapat disebabkan oleh berbagai organisme
seperti virus, bakteri, protozoa, dan helminth. Pemahaman tentang patofisiologi diare akut dapat
mengarahkan kita untuk mencari dan mengetahui etiologi dan memberikan terapi yang sesuai.
Terapi simtomatik sebagai tambahan terhadap terapi kausal kadang diperlukan untuk mengurangi
keluhan penderita yang mengganggu aktifitas sehari-hari akibat diare akut.

Komplikasi
Dehidrasi
Renjatan hipovolemik
Kejang
Mal nutrisi
Hipoglikemi
Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

TUGAS PBL
SKENARIO 4

DISUSUN OLEH :
Disusun oleh:kelompok 4
Semester 4
Aditya Azwar

09700069

Ida Ayu Praba

09700071

Jihan mauludina

09700073

Andre Febrian W.

09700075

Ismi Fatimah

09700077

Ria Fikdawati

09700081

Tri Aji Bangun N.

09700083

Rissa Puspitasari

09700085

Monica Ayu R.

09700087

Riwanda Novan C.

09700089

Nurmakiyah liana

09700091

Oky Fredy Anam

09700093

Pembimbing:Dr. Ibrahim Njoto


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2010/2011

Anda mungkin juga menyukai