Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

CIRCUIT BREAKER (CB)


KOMPETENSI
Kemampuan untuk memahami fungsi dan jenis circuit breaker (CB),
proses terjadinya busur api saat

CB membuka dan menutup, number of

switching berkenaan dengan over haul CB dan implementasi CB dalam operasi


sistem.
SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Memahami fungsi utama Circuit breaker (CB)
2. Menjelaskan jenis jenis CB
3. Memahami proses terjadinya busur api saat ON/OFF CB
4. Menentukan saat kapan CB harus di over haul
METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran pada modul ini menggunakan metode kuliah
(ceramah) dan Diskusi kelompok (Tanya jawab)
2.1. PENDAHULUAN
Circuit Breaker (CB) merupakan saklar yang berfungsi membuka dan
menutup rangkaian sesuai dengan ratingnya, dan ketika melakukan pembukaan
dan penutupan rangkaian, selalu disertai busur api listrik.
Circuit Breaker (CB) sering disebut sebagai peralatan dengan heavy duty,
karena ia mampu mengintrupsi arus yang besar secara comparative dengan
aman.
CB didesign tidak hanya menghubungkan atau mengintrupsi arus beban
dalam keadaan normal yang mengalir dalam rangkaian, namun juga
mengintrupsi arus besar dalam keadaan abnormal (gangguan) yang mengalir
dalam rangkaian, misalnya gangguan hubung singkat.

2.2. CIRCUIR BREAKER SAAT KONTAK SAKLAR MEMBUKA (ON)


2.2.1. Busur listrik
Saat rangkaian listrik diputuskan oleh kontak saklar, timbul busur listrik
yang panasnya dapat mencapai

25000C. Panas yang besar ini, dapat

menyebabkan terjadinya oksidasi tembaga pada kontak, yang membuat


konduktifitas kontak saklar menjadi menurun dan rugi-rugi daya pada kontak
menjadi bertambah (dalam bentuk panas).
Jika keadaan ini terjadi, maka tingginya

suhu pada kontak, dapat

mengakibatkan rusaknya isolasi, elastisitas jepitan kontak berkurang dan pada


akhirnya merusak kontak saklar itu sendiri.
2.2.2. Arus Gangguan
Jika dimisalkan terjadi hubung singkat pada suatu titik dalam rangkaian,
dimana tegangan yang dibangkitkan 5000 V dan resistansi panjang conductor
ke titik gangguan adalah 0,1 ohm, maka sesuai dengan hukum ohm, maka arus
yang mengalir sebesar:

Jika arus ini mengalir melalui kontak CB, maka gaya yang sangat besar
akan

timbul

diantara bagian

CB

yang

menyalurkan

arus

dan

dapat

menyebabkan rusaknya peralatan. Arus yang sangat besar dapat pula


menimbulkan medan induksi pada bagian metalik pada struktur CB itu sendiri.
Keadaan ini, pada gilirannya akan menimbulkan medan magnet baru,
yang kemudian akan berinteraksi dengan medan magnet yang sudah ada
sebelumnya, sehingga meningkatkan gaya destruktif yang ditimbulkan oleh
arus gangguan.

Gambar 1. Efek arus hubung singkat pada kontak saklar dan penghantar

2.2.3. Kapasitas daya


Keadaan pada saat hubung singkat, merupakan keadaan yang sangat
tidak stabil, yaitu: tegangan pada titik gangguan dapat lebih tinggi

(untuk

surya petir atau surya hubung) atau lebih rendah ( karena rugi-rugi tegangan
yang lebih besar akibat aliran arus yang besar). Untuk itu CB secara mekanik,
harus dikonstruksi cukup kuat, agar dapat menahan gaya yang ditimbulkan oleh
arus hubung singkat yang besar.
Adapun kemampuan CB menahan gaya hubung singkat, diexpresikan
dalam Volt-Ampere, yaitu perkalian tegangan nominal dan arus hubung singkat,
dimana CB di design.
Jika 1 VA atau 1 Volt dikali dengan 1 Amper merupakan besaran yang
sangat kecil, maka rating hubung singkat untuk daya yang besar dinyatakan
dalam kVA atau MVA. Adapun spesifikasi teknis yang diperlukan bagi circuit
breaker adalah sebagai berikut:
1. Tegangan operasi rangkaian
2. Operasi normal atau arus beban maximum
3. Keadaan abnormal maximum atau arus ganguan yang harus diintrupsi
Karakteristik pertama menentukan syarat isolasi, yang kedua adalah
syarat normal atau load carryng parts, dan yang ketiga merupakan syarat

mekanis pada CB itu sendiri dan struktur yang mendukungnya.


2.3. PERINSIP OPERASI
Dalam mengintrupsi suatu rangkaian, CB secara actual melakukan
pemisahan pada bagian elemen penghantar melalui media isolasi yang cukup
untuk mencegah mengalirnya arus. Pemisahan kontak pada CB, selalu
menimbulkan busur listrik, sedangkan busur listrik dapat menyebabkan material
kontak CB teroksidasi, yang menyebabkan daya hantarnya menjadi menurun.
Untuk mengurangi efek timbulnya oksidasi, maka gerakan kontak-kontak
CB harus bersifat membersihkan dirinya (Self Cleaning). Untuk itu konstruksi
CB selalu mempertimbangkan teknik memadamkan busur dan teknik

pembersihan kontak terhadap oksidasi.

Makin tinggi tegangan yang digunakan, semakin tinggi pula tegangan


transien yang terjadi saat pemutusan, dan tentunya semakin sulit proses
pemutusan kontak CB. Hal ini disebabkan karena tegangan transien yang besar
dapat menyalakan kembali jaringan

listrik yang terputus atau dalam

pernyataan yang lain, semakin kapasitif rangkaian listrik yang diputus, maka
semakin besar pula kemungkinan terjadinya penyalaan kembali.
2.4.

JENIS CB DAN CARA MEMADAMKAN BUSUR API

2.4.1. Air Circuit Breaker (ACB)


ACB merupakan CB yang menggunakan udara sebagai interrupting

insulation medium, dimana dari semua media isolasi yang ada, udara
merupakan media isolasi yang sangat mudah mengalami ionisasi.
Bentuk kontaknya menyerupai kontak sela tanduk yang ujungnya
dibuat runcing, agar busur listrik yang timbul terkonsentrasi lebih besar hanya
pada bagian yang runcing dari kontak-kontaknya.
Olehkarena berat jenis busur lebih rendah dari udara, maka busur listrik
akan mengapung keatas mengikuti sela diantara kedua kontak, yang pada
akhirnya busur api menjadi memanjang, dan akhirnya menjadi padam,
sebagaimana yang terlihat pada gambar 1. Keadaan ini disebut dengan teknik
pemutusan/pemadaman busur dengan cara mempepanjang busur.

Gambar 1a. Kontak sela tanduk saat menutup dan membuka

Gambar 1b. Keadaan busur pada kontak sela tanduk saat membuka

Untuk pemutus daya AC tegangan rendah, kontaknya dapat dibuat dari


bahan bertitik lebur yang rendah, misalnya kuningan dan tembaga. Dalam hal
ini busur api akan padam saat arus mencapai harga nol yang pertama,
olehkarena tegangan tidak cukup kuat untuk menghasilkan emisi medan yang
dapat mengawali terpaan balik dari busur api.
Untuk rangkaian bertegangan lebih tinggi, dapat menggunakan
konstruksi kontak yang dimediasi oleh tabir metal atau pun tabir (palang)
isolator yang dibentuk dalam beberapa seksi (bagian), sebagaimana terlihat
pada gambar 2. Keadaan ini dimaksudkan agar busur api yang sudah
memanjang ketika melewati tabir (baik metal maupun isolator) terpotong
potong menjadi beberapa seksi, sekaligus berfungsi membantu proses
pendinginan busur api.

Gambar 2. Kontak pemutus daya dengan tabir


2.4.2. Air Blast Circuit Breaker (CB dengan udara hembus)
Air blast Circuit Breaker disebut juga sebagai Compressed Air Circuit
Breaker, dimana udara bertekanan tinggi dihembuskan ke busur api melalui
nozzle pada kontak pemisah untuk memadamkan busur api sekaligus mencegah
terjadinya restriking Voltage (tegangan balik/pukul).
Pemutus daya ini dirancang untuk mengatasi kelemahan dari pemutus
daya minyak, dengan membuat media isolator Kontak dari bahan yang tidak
mudah terbakar dan menghalangi pemisahan kontak. Saat busur api timbul,
udara bertekanan ditiupkan untuk mendinginkan busur api

Pada gambar 3a. diperlihatkan udara ditiup paralel dengan busur api,
sedangkan pada gambar 3b. diperlihatkan udara ditiup tegak lurus terhadap
busur api, sehingga nampak busur api menjadi lebih panjang

Udara ditiup parallel


terhadap busur api

Udara ditiup tegak lurus


terhadap busur api

Gambar 3. Pemadaman busur api pada air blast circuit breaker


2.4.3. Vacum Circuit Breaker (CB dengan Hampa udara)
Kontak-kontaknya ditempatkan dalam ruang hampa udara. Untuk
mencegah udara masuk ke dalam ruang/bilik, maka bilik harus tertutup rapat
dan kontak bergeraknya diikat ketat dengan perapat logam. Jika kontak dibuka,
maka pada katoda kontak terjadi emisi termis dan medan tegangan tinggi yang
memproduksi electron-elektron bebas, dan electron bebas ini kemudian
bergerak menuju anoda.
Dalam pejalanannya menuju anoda, electron bebas ini tidak bertemu
dengan molekul udara (tidak ada tubrukan) sehingga tidak ada penambahan
electron bebas untuk terjadinya ionisasi, dan busur api dapat dipadamkan.

Gambar 4. Kontak pada Vacum Circuit Breaker

2.4.4. Oil Circuit Breaker (OCB)


OCB terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Bulk Oil Circuit Breaker (BOCB), merupakan CB yang menggunakan


minyak banyak sebagai interrupting insulation medium, sehingga
dimensinya menjadi besar. Kontak-kontaknya direndam dalam minyak,
dimana minyak berfungsi sebagai pendingin busur api sekaligus isolasi
antar bagian yang bertegangan dengan bodi (tangki). BOCB ada yang
memiliki pengatur/pembatas busur api dan adapun yang tidak dan
umumnya digunakan pada tegangan system hingga 245 kV.

Bulk Oil Circuit Breaker

Bulk Oil Circuit Breaker


Dengan arc control device

Gambar 5. Bulk Oil Circuit Breaker


Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tangki
8. Konduktor dari tembaga
Minyak dielektrik
9. Bushing
Kontak yang bergerak
10. Konduktor tembaga berlapis emas
Gas yang terbentuk oleh dekomposisi minyak dielektrik
11. Inti busur api listrik
Alat pembantu busur api listrik
12. Gas hasil ionisasi
Kontak tetap
13. Gelembung gelembung gas
Batang penegang (dari fiberglass)

2. Low Oil Content Circuit Breaker (LOCCB), Media pemutus busur api
yang digunakan adalah minyak sedikit, sedangkan bahan isolasi dari
bagian yang bertegangan menggunakan porselin atau dari jenis
organic, hanya saja pada LOCCB, terdapat minyak bertekanan pada
bagian tertentu dari CB untuk disemprotkan pada saat terjadinya

busur listrik, baik saat membuka maupun menutup. Untuk itu


dimensinya lebih kecil dari BOCB.
Pada LOCCB kwalitas minyak memerlukan pengawasan yang teliti,
khususnya ketika bekerja pada saat terjadinya gangguan. Saat minyak
disemprotkan pada busur listrik yang besar karena gangguan, minyak
akan mengalami karbonisasi yang besar pula, yang menyebabkan
minyak cendrung menjadi hitam. Jika keadaan ini terjadi maka
seyogianya dilakukan penggantian minyak.
Mengingat busur api terjadi dalam minyak, maka sudah barang
tentu pada BOCB ataupun LOCCB, minyak akan cendrung memuai
sekaligus mengalami penguapan dalam bentuk gas, yang kemudian
menimbulkan tekanan pada minyak. Keadaan ini membantu proses
pendinginan dan pemadaman busur api. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 6.

Gambar 6a. Konstruksi ruang pemadaman busur


pada Low Oil Content CB secara umum

Gambar 6b. Konstruksi ruang pemadaman busur


pada Low Oil Content CB secara sederhana
2.4.5. Sulphur Hexafluoride Circuit Breaker (SHCB)
CB dengan gas bertekanan SF6, cara kerjanya sama dengan LOCCB,
hanya saja SF6 merupakan media isolasi dan pendingin yang baik. Masalah
utama pada SHCB adalah pada sealing (perapat) antara bagian CB yang
bergerak dan yang diam, mengingat gas dapat menyelinap (bocor) diantara 2
bagian yang bergesekan
Pada SHCB terdapat pengukur tekanan gas, dan jika tekanan gas SF6
berkurang, dapat dilakukanpengisian gas kembali. Dibandingkan dengan
LOCCB, SHCB mempunyai dimesi kurang lebih sama, namun pemeliharaannya
lebih mudah.
Adapun sifat dari gas SF6 murni adalah: tidak berwarna dan berbau,
tidak beracun dan tidak mudah terbakar, dan pada temperature 150o
mempunyai sifat yang tidak merusak metal atau plastic, kekuatan dielektriknya
2,35 kali udara dan akan bertambah dengan naiknya tekanan

Gambar 7a. Konstruksi ruang pemadaman busur api


pada SHCB secara umum

Gambar 7b. Konstruksi ruang pemadaman busur api


pada SHCB secara sederhana
2.5. PROSES TERJADINYA BUSUR API
Jika kontak pemutus daya (CB) dipisahkan, maka antar kontak terdapat
beda potensial yang kemudian menimbulkan medan listrik (lihat gambar 8).

Gambar 8. Pembentukan busur api pada kontak

10

Arus yang tadinya mengalir pada kontak akan memanaskan kontak dan
menghasilkan emisi thermis pada permukaan kontak, sedangkan medan listrik
menghasilkan emisi medan tinggi pada kontak katoda.
Kedua emisi ini menghasilkan electron bebas yang sangat banyak dan
bergerak menuju kontak anoda. Dalam perjalanannya, electron bebas ini akan
berbenturan dengan molekul netral dari media isolasi di kawasan positif, dan
menimbulkan ionisasi.

Sehingga jumlah electron bebas yang menuju anoda

semakin bertambah. Bersamaan dengan itu, ion positif hasil ionisasi, juga
bergerak menuju katoda walaupun dengan mobilitas yang lebih rendah dari
electron bebas, olehkarena massanya yang lebih besar.
Perpindahan

electron

bebas

ke

anoda

menimbulkan

arus

dan

memanaskan anoda, sedangkan perpindahan ion positif ke katoda akan


menimbulkan dua efek yang berbeda, jika kontak terbuat dari bahan yang titik
leburnya tinggi, seperti tungsten atau karbon, maka ion positif akan
menghasilkan pemanasan di katoda, yang kemudian meningkatkan emisi
thermal. Jika kontak terbuat dari bahan yang titik leburnya rendah, misalnya
tembaga, maka ion positif akan menghasilkan emisi medan tinggi. Hasil emisi
ini thermos maupun medan tinggi akan melanggengkan proses ionisasi,
sehingga perpindahan muatan antar kontak terus berlangsung. Keadaan ini
disebut dengan busur api.
Untuk memadamkan busur api tersebut, diperlukan usaha yang dapat
menimbulkan proses DEIONISASI, antara lain sebagai berikut:
a. Meniupkan udara ke sela kontak, agar aliran electron dari hasil ionisasi
dapat dihilangkan dari sela kontak
b. Menyemburkan minyak isolasi ke busur api, agar terjadi proses
rekombinasi
c. Memotong busur api dengan tabir isolasi atau tabir logam, agar terjadi
proses rekombinasi
d. Membuat medium pemisah kontak dari gas elektronegatif, sehingga
electron-elektron bebas tertangkap oleh molekul netral gas tersebut

11

2.6. TEGANGAN PEMULIHAN KONTAK


Jika CB digunakan memutuskan arus AC, maka ada saatnya arus
berharga nol, dan pada saat itu busur api akan padam, kemudian media sela
kontak akan memulihkan dirinya menjadi isolasi, yaitu berangsur-angsur
menaikkan kekuatan dielektriknya. Keadaan ini dapat dikatakan, bahwa
tegangan di sela kontak yang tadinya sangat kecil berubah menjadi sangat
besar. Tegangan sela kontak selama busur api padam disebut sebagai

tegangan pemulihan (Recovery Voltage)


Tegangan pemulihan ini menimbulkan

terpaan medan listrik di sela

kontak, yang kuat medan listriknya tergantung pada tegangan pemulihan. Jika
kenaikan terpaan medan listrik lebih cepat dari kenaikan kekuatan dielektrik
sela, maka media sela kontak akan mengalami breakdown yang membuat sela
kontak mengalirkan kembali busur api. Tegangan pemulihan pada kontak CB
tergantung pada karakteristik rangkaian system yang akan diputuskannya
2.6.1. Rangkaian AC resistif

Gambar 9. Tegangan pemulihan rangkaian resisitif


Pada gambar 9. Ditunjukkan pembukaan suatu rangkaian resistif, dimana
persamaan tegangan pada ragkaian dinyatakan sebagai:
V s = V k + Vr

(1)

Dengan demikian tegangan kontak adalah: Vk = Vs Vr


Saat kontak ditutup, tegangan kontak adalah nol, jika dimisalkan kontak
dibuka pada saat t = t1, maka akan timbul busur api dalam selang waktu t1
hingga t2. Dalam selang waktu ini, tegangan kontak menjadi:
Vk = I Ra,

Dimana Ra = Tahanan busur api

12

Karena tahanan busur api relative kecil, maka tegangan kontak hanya
beberapa puluh volt saja, sehingga dapat diabaikan, dan kemudian busur api
padam pada saat t = t2. Pada keadan ini arus pada rangkaian sama dengan nol,
sehingga tegangan pada resistor juga bernilai nol (Vr = 0). Dengan demikian
tegangan kontak menjadi:
V k = Vs

(2)

Keadaan ini menunjukkan bahwa tegangan pemulihan sama dengan


tegangan sumber. Untuk itu harga sesaat tegangan kontak dapat ditulis:
Vk = - V Sin t

(3)

dimana V = Nilai puncak tegangan sesaat sumber


2.6.2. Rangkaian AC Kapasitif

Gambar 10. Tegangan pemulihan rangkaian kapasitif


Pada gambar 10.

Terlihat bahwa arus mendahului tegangan sebesar

900. Adapun tegangan Sebelum CB terbuka, dinyatakan sebagai berikut:


V s = Vk + Vc

atau

V k = Vs - V c
Jika tegangan kontak (Vk) diabaikan, maka tegangan pada kapasitor
sama dengan tegangan sumber. Misalkan bahwa saat t = t1, kontak CB dibuka,
maka dalam selang waktu t1 hingga t2, timbul busur api, dan tegangan
kapasitor sama dengan tegangan sumber. Saat t = t2, arus sama dengan nol,
busur kemudian padam, dan tegangan kapasitor sama dengan nilai puncak

13

tegangan sesaat sumber. Dengan demikian persaman tegangan kontak setelah


busur padam adalah:
^

V k = Vs - V
Adapun nilai sesaat tegangan kontak adalah:
^

Vk = - V Cos t V
Bentuk gelombang tegangan pemulihan terlihat pada gambar 10b,
dimana kenaikan tegangan pemulihan relative lambat dibandingkan tegangan
pemulihan resistif, namun tegangan kontak dapat mencapai 2 kali harga puncak
tegangan sesaat sumber. Keadaan ini memberikan peluang terjadinya terpaan
balik busur api (Restriking voltage)
2.6.3. Rangkaian Induktif

Gambar 11. Tegangan pemulihan rangkaian induktif


Pada gambar 11. Terlihat bahwa arus lagging tegangan sebesar 900.
Adapun tegangan Sebelum CB terbuka, dinyatakan sebagai beriku:
Vs = Vk + VL , dimana VL = L di/dt
Jika tegangan kontak diabaikan, maka tegangan pada induktor sama
dengan tegangan sumber. Misalkan bahwa saat t = t1, kontak CB dibuka, maka
dalam selang waktu t1 hingga t2, timbul busur api, dan tegangan induktor sama
dengan tegangan sumber. Saat t = t2, arus sama dengan nol, busur kemudian
padam, dan tegangan induktor sama dengan nilai puncak tegangan sesaat
sumber. Dengan demikian persaman tegangan kontak setelah busur padam
adalah:
14

V k = Vs
Adapun nilai sesaat tegangan kontak adalah:
^

Vk = V Cos t
Bentuk gelombang tegangan pemulihan terlihat pada gambar 11b,
dimana tegangan kontak tiba-tiba mencapai nilai puncak tegangan sesaat
sumber. Kenaikan tegangan pemulihan relative cepat dibanding tegangan
pemulihan pada resistif. Keadaan ini, juga memberikan peluang terjadinya
terpaan balik busur api (Restriking voltage)
2.6.4. Rangkaian Induktif- resistif

Gambar 12. Tegangan pemulihan rangkaian induktif-resistif


Pada gambar 11. Terlihat bahwa arus lagging tegangan sumber sebesar

, dimana:
Tg 1 (2fL ) / R

Saat busur api padam, tegangan kontak tiba-tiba naik dari 0 ke suatu
nilai tertentu yang lebih kecil dari tegangan maximum sumber, dan besarnya
tergantung pada besar sudut fasa , Semakin besar R, semakin kecil pula
sudut fasa , dan kenaikan tegangan pemulihan semakin kecil, dengan kata
lain bahwa keberadaan R dalam rangkaian membuat kenaikan tegangan kontak
semakin kecil. Prinsip ini digunakan untuk mengurangi kenaikan tegangan saat
pembukaan CB. Pada gambar 13

diperlihatkan CB yang dilengkapi dengan

sebuah resistor

15

Sesaat setelah kontak utama Su dibuka, kontak bantu Sb ditutup,


sehingga resistor R terhubung seri dengan beban B. Keberadaan resistor ini
mengurangi kenaikan tegangan pemulihan kontak, agar terpaan balik busur api
dapat dihindarkan.
Beberapa saat kemudian, kontak bantu dibuka, sehingga rangkaian
terbuka sempurnah.
Pada saat penutupan kontak CB, terjadi tegangan lebih transien. Besar
tegangan transien ini dapat dikurangi dengan terlebih dahulu menutup kontak
bantu Sb, kemudian beberapa saat kemudian kontak utama Su ditutup.

Gambar 13. Pemutus daya dengan resistor seri (bantu)


2.6.5. Rangkaian induktif kapasitif

Gambar 14. Tegangan pemulihan pada rangkaian LC


Pada

gambar

14.

Memperlihatkan

suatu

rangkaian

yang

mempresentasikan suatu trafo yang mencatu arus kepada sebuah kapasitor


statis.
Jika dimisalkan pada bagian transmisinya terjadi hubung singkat dan
untuk melokalisirnya, maka CB dibuka. Saat busur api padam, inductor (L) dan
16

kapasitor (C) membentuk rangkaian osilator (L terhubung seri dengan C),


sehingga terjadi tegangan yang berosilasi pada kapasitor.
Saat busur api padam, tegangan kontak sama dengan tegangan di
kapasitor. Olehkarena itu tegangan kontak juga aka berosilasi sebagaimana
halnya tegangan kapasitor. Besar frekwensi tegangan yang berosilasi,
dinyatakan sebagai:

(4)

2 LC

Adapun Tegangan yang dihasilkan terlihat pada gambar 14b. dimana


kenaikan tegangan pemulihan relative lebih tinggi dibandingkan dengan
tegangan

pemulihan

rangkaian

induktif.

Untuk

itu

maka

perlunya

dipertimbangan dalam pemulihan suatu CB.


2.7. OVER HAUL PADA CB
Akibat pembukaan dan penutupan kontak CB, dan pertimbangan
kemampuan mekanis dari kontak, maka CB harus dilakukan pemeriksaan secara
periodik untuk menjamin bahwa CB masih dapat digunakan atau harus diganti.
Secara umum, pengggantian CB dapat dilakukan dengan menentukan
number of switching (NOS) dari CB, yaitu jumlah angka pemutusan yang

menyatakan sekian kali CB membuka/memutuskan arus, dimana:


Untuk pemutusan arus beban atau manipulasi jaringan, maka NOS diberi
nilai 1 (n=1), Untuk pemutusan karena arus gangguan (yang lebih besar dari
arus nominal CB), maka nilai NOS nya dinyatakan dengan NOS Equvalen (n),
yang besarnya tergantung pada arus gangguan, yang dirumuskan sbb:
n = 300 ( I2/I1 )1,3
Dimana :

(5)

I1 = Arus kapasitas pemutusan CB (Breaking Capacity)


I2= Arus gangguan

I1 diperoleh dari data CB atau dihitung sbb: Jika kapasitas CB sebesar


1500 VA dengan tegangan 72,5 kV, maka:
I1

1500
12 kA
3 x72 ,5

17

I2 dapat diukur pada pusat pembangkit dan gardu induk yang dilengkapi
dengan alat ukur yang disebut dengan Oscilloper Turbograph. Bila I2 da I1
Diketahui, maka nilai n dapat ditentukan. Adapun besar n dapat dilihat pada
table 1, sebagai berikut:
Tabel 1. n pada CB
I2/I1

Pembukaan karena manipilasi

0,1

0,2

25

0,3

50

0,4

75

0,5

105

0,6

140

0,7

175

0,8

215

0,9

255

1,0

300

Adapun penetuan kurun waktu overl haul dari CB, dapat diketahui dari
data pabrik, sebagai berikut:
Tabel 2. Kurun Waktu Over Haul
Jenis CB

Kurun Over Haul

CB dengan udara hembus

Selambat-lambatnya 9 thn
Atau pada nilai n= 4500

CB dengan sedikit minyak

Selambat-lambatnya 6 thn
Atau pada nilai n= 1500

CB dengan banyak minyak

Sesuai petunjuk pabrik

CB dengan gas SF6

Sesuai petunjuk pabrik

18

TUGAS CIRCUIT BREAKER


1. Design CB

selalu mempertimbangkan cara memadam busur api dan

efek buruk yang ditimbulkan pada contack CB, sebutkan berapa cara
memadamkan busur api pada CB
2. Jelaskan fungsi CB dan apa fungsi CB pada transformator?
3. Jelaskan bagaimana busur api itu terjadi pada saat kontak terbuka?
4. Saat kontak CB terbuka atau pun tertutup, system megalami keadaan
transient. Keadaan system yang bagaimana transient itu sangat besar?
5. Jelaskan pengertian NOS ?

19

Anda mungkin juga menyukai