Anda di halaman 1dari 17

HUKUM-HUKUM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

(K3)
Makalah ini disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Hukum dan Undang-Undang Kesehatan

Disusun Oleh:
Rahma Ismayanti

(130612607891)

Dosen Pembimbing:
Prof. DR. Mardji, M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2013

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI .......................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2
2.1 Sejarah hukum K3 ......................................................................... 2
2.2 Produk hukum K3 ......................................................................... 4
2.3 Struktur hukum K3 ........................................................................ 5
2.4 Hukum managemen K3 ................................................................ 7
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 10
3.2 Saran .............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 11
LAMPIRAN .......................................................................................................... 12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia belum begitu banyak
dikenal

oleh

masyarakat.

Memang

disadari

bahwa

Indonesia

belum

mempunyai kemampuan yang cukup untuk melakukan kegiatan secara luas


dibidang K3 seperti di beberapa negara maju. Hal ini terlihat dari banyaknya
industri yang kurang memperhatikan masalah keselamatan pekerjanya, sedangkan
K3 merupakan aspek yang penting dalam aktivitas dunia industri. Untuk itu akan
dibahas tentang sejarah hukum K3, produk hukum K3, struktur hukum K3 dan
hukum manajemen K3.

1.2

Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana sejarah hukum K3?
1.2.2 Bagaimana hukum produk K3?
1.2.3 Bagaimana struktur hukum K3?
1.2.4 Bagaimana hukum managemen K3?

1.3

Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui sejarah hukum K3?
1.3.2 Mengetahui hukum produk K3?
1.3.3 Mengetahui struktur hukum K3?
1.3.4 Mengetahui hukum managemen K3?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Sejarah Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Menurut Labib (2012: 1) peraturan K3 di Indonesia telah ada
sejak pemerintahan Hindia Belanda, peraturan K3 yang berlaku pada saat itu
adalah Veiligheids Reglement. Setelah kemerdekaan dan diberlakukannya
UndangUndang Dasar 1945, maka beberapa peraturan termasuk peraturan
keselamatan telah dicabut dan diganti. Peraturan yang mengatur tentang K3
adalah UndangUndang Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970.
Ketentuan-ketentuan penerapan K3 yang dijelaskan dalam UndangUndang No. 1 Tahun 1970 adalah: (1) tempat kerja yang menggunakan mesin,
pesawat, perkakas, (2) tempat kerja pembangunan perbaikan, perawatan,
pembersihan atau pembongkaran gedung, (3) tempat usaha pertanian,
perkebunan, pekerjaan hutan, (4) pekerjaan usaha pertambangan dan
pengelolahan emas, perak, logam, serta biji logam lainnya, dan (5) tempat
pengangkutan barang, binatang, dan manusia baik di daratan, melalui
terowongan, permukaan air, dalam air dan di udara. Sesuai dengan UndangUndang tersebut, maka tempat yang telah disebutkan harus dilakukan
pelaksanaan prosedur K3.
Lahirnya Undang-undang keselamatan kerja sebagaimana yang kita
kenal dengan UUK3 tidak lepas dari sejarah pahit perjuangan bangsa. Dalam
literatur hukum perburuhan yang ada, riwayat hubungan perburuhan di
Indonesia diawali dengan suatu masa yang sangat suram yakni zaman
perbudakan, rodi dan poenali sanksi. Menurut Abduh (dalam Labib, 2012: 2)
di I do esia ti gkat ke elakaa kerja

erupaka salah satu ya g tertinggi di

dunia, sedikitnya pada tahun 2007 terjadi 65.000 kasus kecelakaan kerja.
Data tersebut diperkirakan 50% yang tercatat oleh Jamsostek dari jumlah
se e ar ya . Me yadari aka

pe ti g ya pera a pekerja agi perusahaa ,

maka perlu dilakukan pemikiran agar pekerja dapat menjaga keselamatannya


dalam menjalankan pekerjaan.

Me urut Ma gku egara

: 6

K adalah suatu pe ikira da

upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun


rohaniah. Keutuhan dan kesempurnaan tersebut ditujukan secara khusus
terhadap tenaga kerja, sehingga menghasilkan suatu hasil karya dan
udaya u tuk

e uju

asyarakat ya g adil da

ak ur .

Penerapan konsep K3 muncul sejak manusia mengenal suatu


pekerjaan. Keselamatan kerja bertujuan dalam melakukan pekerjaan agar
diperoleh suatu cara yang mudah dan menjamin keselamatan dari
gangguan alam, binatang maupun gangguan dari manusia lainnya. Masalah
K3 juga merupakan bagian dari suatu upaya perencanaan dan pengendalian
proyek sebagaimana halnya dengan biaya, perencanaa, pengadaan serta
kualitas. Hal itu saling mempunyai keterkaitan yang sangat erat (Barrie, 1995:
365).
Departemen

Tenaga

Kerja

dan

Transmigrasi

mengemukakan

bahwa keselamatan dan kesehatan kerja mengalami beberapa perkembangan,


antara lain:

Dimulai dari perkembangan desain peralatan yang aman dan nyaman


digunakan untuk si pengguna pada zaman manusia batu dan goa ketika
membuat peralatan berburu seperti kapak dan sebagainya. Pada fase ini

berkembang safety engineering.


Perkembangan selanjutnya diikuti dengan perkembangan kesehatan kerja
dan sanitasi lingkungan.
Selanjutnya terjadi pergeseran-pergeseran konsep K3 mulai dari factor
manusia sampai kepada elaborasi faktor manusia dalam sistem
manajemen terpadu. Pada era ini mulai berkembang pola koordinasi antar
unit terkait safety, health dan environment, sehingga munculah konsep

i tegratedHE

a age e t syste

Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa K3 ternyata mempunyai


ruang lingkup yang lebih luas lagi tidak hanya terbatas di dalam dunia
industri.

Sejarah kelahiran K3 timbuldengan memperhatikan banyaknya resiko


yang diperoleh perusahaan industri. Pemilik industri wajib mengatur dan
memelihara ruangan, alat dan perkakas, serta rambu-rambu peringatan di
tempat kerja. Sehingga pekerja terlindungi dari bahaya yang mengancam
kesehatan badan, kehormatan dan harta bendanya. Lahirnya tatanan baru
dalam masyarakat yang ditandai dengan menguatnya tuntutan terhadap
pelaksanaan K3 sebagai bagian dari pelaksanaan hak asasi manusia
berdasarkan

nilai-nilai

keadilan,

keterbukaan

dan

demokrasi

maka

pelaksanaan hukum K3 mutlak harus dilaksanakan secara fair dan seimbang di


semua tempat kerja.

2.2

Produk Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Tujuan dan sasaran K3 yaitu menciptakan suatu sistem keselamatan
dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan tenaga kerja,
kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang
aman. Oleh karena itu diperlukan suatu payung hukum untuk melindungi para
pekerja di tempat kerja. Adapun dasar hukum yang menjadi payung para
pekerja tentang K3 antara lain:
2.2.1

Undang-undang
2.2.1.1 Undang-undang

Republik Indonesia No.

21 tahun 2003

tentang pengesahan ILO Convention No. 81 mengenai


pengawasan

ketenagakerjaan

dalam

industri

dan

perdagangan,
2.2.1.2 Undang-undang

Republik Indonesia No.

13 tahun 2003

tentang ketenagakerjaan,
2.2.1.3 Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
2.2.2

Peraturan Pemerintah
1.2.2.1 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1973 tentang pengaturan
dan pengawasan keselamatan kerja di bidang pertambangan,

1.2.2.2 Peraturan

Pemerintah

No.

11

tahun

1979

tentang

keselamatan kerja pada pemurnian dan pengolahan minyak


dan gas bumi.
2.2.3

Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri


2.2.3.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.
Per-01/MEN/1978 tentang keselamatan dan kesehatan
kerja dalam pengangkutan dan penebangan kayu,
2.2.3.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.
Per-03/MEN/1978 tentang persyaratan penunjukkan dan
wewenang,

serta

kewajiban

pegawai

pengawas

keselamatan dan kesehatan kerja dan ahli keselamatan kerja,


2.2.3.3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.
Per-01/MEN/1980 tentang keselamatan dan kesehatan
kerja pada konstruksi bangunan,
2.2.3.4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.
Per-03/MEN/1999 tentang syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja lift untuk pengangkutan orang dan barang,
2.2.3.5 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.
Per-03/MEN/1985 tentang keselamatan dan kesehatan kerja
pemakaian asbes,
2.2.3.6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.
Per-03/MEN/1986 tentang syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja yang mengelola pestisida.

2.3

Struktur Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Me urut Huse

9:

progra

sa gat perlu kare a

setiap institusi, perusahaan ataupun perorangan, serta lainnya memang


diwajibkan oleh Undang-undang

u tuk

elaksa aka

ya .

Gu a

terlaksanakannya Undang-undang, pemerintah melakukan pengawasan


dengan membentuk panitia pengawasan yang bermutu dan memiliki
banyak pengalaman di bidangnya. Berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun
1970 tentang keselamatan kerja, dapat diketahui struktur pengawasan hukum
K3 adalah sebagai berikut:

Bagan 1: Struktur Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Penjelasan:
a. Direktur pengawasan adalah Menteri Tenaga Kerja yang melakukan
pengawasan pelaksanakan umum terhadap Undang-undang K3.
b. Pegawai pengawas ditugaskan menjalankan pengawasan langsung
terhadap ditaatinya Undang-undang K3 dan membantu pelaksanaannya.
c. Ahli K3 merupakan instansi-instansi pemerintah dan instansi-instansi
swasta yang dapat mengoperasikan K3 dengan tepat, sama seperti
pegawai pengawas Ahli K3 ditugaskan menjalankan pengawasan langsung
terhadap ditaatinya Undang-undang K3 dan membantu pelaksanaannya.
d. Panitia Banding adalah panitia teknis yang anggota-anggotanya terdiri dari
ahli-ahli dalam bidang yang diperlukan.
e. Panitia

Pengawasan

Keselamatan

dan

Kesehatan

Kerja

(P2K3)

bertugas memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan


partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam
tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama
dibidang K3, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.

2.4

Hukum Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Hukum manajemen K3 berlandaskan pada Peraturan Menteri Tenaga
Kerja RI

No.

Per-05/MEN/1966

tentang

sistem

sistem

manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja yang selanjutnya disebut SMK3. SMK3


adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses dan sumber daya yang dibutuhkan pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan

dan

kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan


kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman dan produktif.
Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak
seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang
ditimbulkan

oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat

mengakibatkan kecelakaan kerja wajib menerapkan sistem manajemen K3,


sistem manajemen K3 dilaksanakan oleh pengurus, pengusaha, dan seluruh
tenaga kerja sebagai satu kesatuan.
Isi dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1966
tentang sistem sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yakni
sebagai berikut:

Komitmen dan Kebijakan


Pengurus harus menunjukkan kepemimpinan dan komitmen
terhadap K3 dengan menyediakan sumber daya yang memadai.
Pengusaha dan pengurus harus menunjukkan komitmen terhadap K3
yang diwujudkan dalam: (1) menetapkan organisasi K3 pada posisi
yang dapat menentukan keputusan perusahaan, (2) menyediakan
anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang
diperlukan di bidang K3, (3) menetapkan personel yang mempunyai
tanggung jawab,

wewenang

dan

kewajiban

yang

jelas

dalam

penanganan k3, (4) perencanaan K3 yang terkoordinasi, (5) melakukan


penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3.

Perencanaan
Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna
mencapai keberhasilan penerapan SMK3 dengan sasaran yang jelas
dan dapat diukur. Perencanaan harus memuat tujuan, sasaran dan
indikator kinerja yang ditetapkan dengan

mempertimbangkan

identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian resiko sesuai


dengan persyaratan perundangan yang berlaku serta hasil pelaksanaan
tinjauan awal terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Perusahaan
harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk inventarisasi,
identifikasi dan pemahaman peraturan perundangan dan persyaratan
lainnya yang berkaitan
perusahaan

yang

dengan

K3

sesuai

bersangkutan. Pengurus

dengan
harus

kegiatan

menjelaskan

peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada tenaga kerja.


Penerapan
Dalam penerapan SMK3 yang efektif perlu dipertimbangkan halhal sebagai berikut: (1) menyediakan sumber daya yang memadai sesuai
dengan ukuran dan kebutuhan, (2) melakukan identifikasi kompetensi
kerja yang diperlukan pada setiap tingkatan manajemen perusahaan
dan menyelenggarakan setiap pelatihan yang dibutuhkan, (3) membuat
ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi keselamatan dan
kesehatan kerja secara efektif, (4) membuat peraturan untuk
mendapatkan pendapat dan saran dari para ahli, (5) membuat
peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan tenaga kerja
sacara aktif.

Pengukuran dan Evaluasi


Audit adalah pemeriksaan secara sistematik dan independen
untuk menentukan suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan
sesuai denganpengaturan yang direncanakan, dan dilaksanakan secara
efektif dan cocok untuk mencapai kebijakan dan tujuan perusahaan.
Audit sistem manajemen K3 harus dilakukan secara berkala untuk
mengetahui keefektifan penerapan SMK3. Audit harus dilaksanakan
secara sistematik dan independen oleh personel yang memiliki

kompetensi kerja dengan menggunakan

metodologi

yang

sudah

ditetapkan. Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan


ulang hasil audit sebelumnya dan bukti sumber bahaya

yang

didapatkan ditempat kerja. Hasil audit harus digunakan oleh

pengurus dalam proses tinjauan ulang manajemen.


Tinjauan Ulang dan Peningkatan Oleh Pihak Manajemen
Pimpinan yang ditunjuk harus melakukan tinjauan ulang seluruh
kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap
kinerja

perusahaan. Tinjauan ulang SMK3 dilakukan secara berkala

untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan


dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3. Tinjauan ulang sistem
manajemen K3 harus meliputi: (1) evaluasi terhadap penerapan
kebijakan dan keselamatan kerja, (2) tujuan, sasaran dan kinerja K3, (3)
hasil temuan audit SMK3, (4) evaluasi efektifitas penerapan SMK3.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Sejarah kelahiran K3 sudah ada pada zaman batu. Pada saat itu masyarakat
sudah menerapkan K3 dalam kehidupannya. Seiring berjalannya waktu dan
berkembangnya zaman, serta akibat dari banyaknya kecelakaan yang terjadi di
tempat kerja, membuat masyarakat sadar akan pentingnya pengelolaan K3.
2) Dalam rangka mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya

tempat

memikirkan bahwa

kerja

yang

perlindungan

aman

membuat

ketenagakerjaan

masyarakat
sangat

mulai

diperlukan,

sehingga pemerintah membuat payung hukum ketenagakerjaan tentang K3.


Adapun produk hukumnya adalah Undang-undang, Peraturan Pemerintah,
dan Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri tentang K3.
3) Pelaksanaan hukum K3 diawasi oleh direktur yaitu Menteri Tenaga Kerja dan
direktur menunjuk atau membentuk Panitia Pengawas, Tenaga Ahli K3,
Panitia Banding, P2K3. Pengawasan dilakukan oleh staf-staf/tenaga-tenaga yang
bermutu dan memiliki banyak pengalaman di bidangnya.
4) Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan
pengembangan,

penerapan,

pencapaian,

pengkajian

dan

pemeliharaan

kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko


yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman
dan produktif. Hukum manajemen K3 berlandaskan pada Peraturan Menteri
Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1966 tentang sistem sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja.
3.2 Saran
1) Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca dalam
memahami keseimbangan air dan elektrolit pada olahraga penghasil keringat.
2) Perlu diadakan penelitian dan penulisan lebih lanjut mengenai kajian ini.

10

DAFTAR PUSTAKA
______. Evaluasi dan Penunjukan Calon Ahli K3 Materi 9. Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I.
______. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi R.I.
Barrie, Donald S. Dan Boyd C., Jr., Paulson. 1995. Manajemen Konstruksi
Profesional(Sudinarto, Ed.). Jakarta: Erlangga.
Husen, Abrar. 2009. Manajemen Proyek. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Labib, Syahrul. 2012. Evaluasi Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bagi
Pekerja pada Proyek Bangunan Tinggi di Wilayah Kota Malang. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: Fakultas Teknik UM.
Mangkunegara, A.A. Prabu. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
PPKI UM. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah(Edisi Ke Lima). Malang: Universitas
Negeri Malang.

11

Lampiran 1 (Soal Latihan)


Multiple Choice
1. Pada zaman apakah peraturan K3 di Indonesia berlaku?
a. Zaman batu
b. Zaman Hindia Belanda
c. Zaman pra-sejarah
d. Zaman kemerdekaan
e. Masa Orde baru
Kunci Jawaban: b
2. Peraturan apakah yang berlaku pada saat zaman Hindia Belanda mengenai
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)?
a. UndangUndang Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1966
c. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
d. Veiligheids Reglement
e. ILO Convention No. 81
Kunci Jawaban: d
3. Apa tahapan yang terjadi setelah perkembangan desain peralatan yang aman dan
nyaman digunakan untuk si pengguna pada zaman manusia batu dan goa?
a. Perkembangan kesehatan kerja dan sanitasi lingkungan
b. Pergeseran konsep K3
c. Perkembangan dibidang kualitas gizi pada perusahaan makanan
d. Pengadaan program asuransi
e. Pergeseran sistem K3
Kunci Jawaban: a
4. Dibawah ini, manakah yang merupakan produk hukum K3?
a. Undang-Undang
b. Peraturan Pemerintah
c. Peraturan daerah
d. Peraturan perusahaan
e. Jawaban C dan D salah
Kunci Jawaban: e
5. Dari Undang-Unadng di bawah ini, manakah Undang-Undang yang mengatur
tentang pengesahan ILO Convention No. 81 mengenai pengawasan
ketenagakerjaan dalam industri dan perdagangan?
a. Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2003
b. Undang-undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003
c. Undang-undang Republik Indonesia No. 03 tahun 1992

12

d. Undang-undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1992


e. Undang-undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2004
Kunci Jawaban: a
6. Dari peraturan pemerintah di bawah ini, manakah peraturan pemeintah yang
mengatur tentang pengaturan dan pengawasan keselamatan kerja di bidang
pertambangan?
a. Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1979
b. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1973
c. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1979
d. Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1973
e. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1979
Kunci Jawaban: b
7. Dari jabatan berikut, manakah posisi yang dibawahi oleh direktur?
a. Pegawai pengawas
b. Karyawan perusahaan
c. Ahli K3
d. Panitia Banding
e. Panitia Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
Kunci Jawaban: b

8. Siapakah yang bertugas sebagai Menteri Tenaga Kerja yang


pengawasan pelaksanakan umum terhadap Undang-undang K3?
a. Direktur pengawasan
b. Pegawai pengawas
c. Ahli K3
d. Panitia Banding
e. Panitia Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
Kunci Jawaban: a
9. Apa landasan Hukum managemen K3?
a. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
Kunci Jawaban: c

No.
No.
No.
No.
No.

melakukan

Per-03/MEN/1978
Per-02/MEN/1996
Per-05/MEN/1966
Per-15/MEN/1966
Per-05/MEN/1976

13

10. Diwah ini, manakah yang bukan termasuk isi dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
No. Per-05/MEN/1966?
a. Komitmen dan Kebijakan
b. Perencanaan
c. Penerapan
d. Pengukuran dan evaluasi
e. Kerjasama
Kunci Jawaban: e
Essay
1. Mengatur tentang apakah Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
No. Per-03/MEN/1978?
Jawaban: tentang persyaratan penunjukkan dan wewenang, serta kewajiban
pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja dan ahli keselamatan
kerja.
2. Gambarkan Struktur Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)!
Jawaban:

3. Apa tugas Ahli K3 dalam struktur hukum K3?


Jawaban: Ahli K3 merupakan instansi-instansi pemerintah dan instansi-instansi
swasta yang dapat mengoperasikan K3 dengan tepat, sama seperti pegawai
pengawas Ahli K3 ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap
ditaatinya Undang-undang K3 dan membantu pelaksanaannya.

14

4. Apa yang dimaksud dengan SMK3?


Jawaban: SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman dan produktif.
5. Bagaimana seharusnya perusahaan melakukan tinjauan ulang sistem manajemen
K3?
Jawaban:
(1) evaluasi terhadap penerapan kebijakan dan keselamatan kerja,
(2) tujuan, sasaran dan kinerja K3,
(3) hasil temuan audit SMK3,
(4) evaluasi efektifitas penerapan SMK3.

15

Anda mungkin juga menyukai