Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

ANALISIS KINERJA PT WOTRACO BALI RAYA DENGAN METODE


BALANCED SCORECARD
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Produktivitas
Yang diampu oleh Danang Triagus Setiyawan ST, MT

Oleh :

Dedi Arfianto

(115100307113002)

Dhanis Ulan N. S.

(115100307113018)

Reta Wahyu W.

(115100307113023)

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014

1. PENDAHULUAN
PT. Wotraco Bali Raya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang
penyediaan pupuk, obat obatan anti hama, dan alat alat pertanian. Kegiatan usahanya
meliputi penjualan pupuk organik, pupuk non organik, obat obatan anti hama rayap, dan
alat alat pertanian. Selain itu, PT Watraco Bali Raya juga menyediakan jasa fogging atau
pengasapan, dan jasa pest control. Pada jurnal ini bertujuan mengetahui kinerja PT Wotraco
Bali Raya dari empat perspektif balanced scorecard yaitu perspektif keuangan, perspektif
pelanggan, perspektif proses bisnis internal, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Selain itu mengetahui kinerja PT Wotraco Bali Raya secara keseluruhan dari keempat
perspektif balanced scorecard.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Konsep Balanced Scorecard
Balanced scorecard terdiri dari dua kata yaitu kartu skor (scorecard) dan berimbang
(balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja
seseorang / personel serta merencanakan skor yang akan dicapai di masa yang akan datang.
Hasil perbandingan antara rencana yang ditetapkan dengan hasil sesungguhnya yang berhasil
dicapai digunakan untuk melakukan evaluasi. Sedangkan kata berimbang menunjukkan
bahwa kinerja personel tersebut diukur secara berimbang dari dua aspek baik keuangan dan
non-keuangan, jangka panjang dan jangka pendek, intern dan ekstern (Himawan, 2005).
Aspek-aspek Pengukuran Balanced Scorecard
Dalam pengukuran kinerja berdasarkan balanced scorecard terdapat 4 aspek yang penting
yang meliputi perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan.

Perspektif Keuangan
Laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
modal/ ekuitas, serta laporan arus kas tetap memegang peranan penting dimana informasi
yang disediakan bersifat kuantitatif sehingga dapat selalu mengingatkan manajer untuk
mengadakan tindakan perbaikan di sektor-sektor yang penting.
Perspektif Pelanggan
Pelanggan cenderung akan berpindah dan mencari produsen atau supplier lain
jika kepuasannya tidak terpenuhi. Oleh karena itu kinerja yang baik dari perspektif ini
sangat perlu di tingkatkan. Jika kinerjanya buruk, bukan tidak mungkin, perusahaan akan
kehilangan pelanggan dimasa depan walaupun kinerja keuangan saat ini terlihat baik.
Produk dan jasa yang bernilai tinggi bagi pelanggan harus diciptakan untuk mencapai
kinerja jangka panjang yang baik.
Ada dua kelompok pengukuran pelanggan yang dimiliki oleh perspektif ini yaitu
customer core measurement dan customer value propositions.
1. Customer Core Measurement. Kelompok pengukuran ini terdiri dari komponenkomponen ukuran yaitu market share, customer retention, customer acquisition,
customer satisfaction dan customer profitability.
2. Customer Value Propositon. Merupakan faktor pendorong bagi terciptanya loyalitas
dan kepuasan pelanggan terhadap produk dan jasa perusahaan.
Proses Layanan Purna Jual
Pelayanan kepada pelanggan setelah penjualan produk/ jasa dilakukan dalam
proses ini. Layanan ini dapat berupa aktivitas perbaikan dan penggantian produk yang
rusak, penanganan garansi serta proses penagihan dan pembayaran pelanggan.
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Pengetahuan, kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh manajer dan karyawan
merupakan intangible resource/ assets perusahaan. Harta perusahaan ini tidak bisa dinilai
dengan uang, tetapi merupakan faktor pendorong yang penting dalam mencapai kinerja
keuangan yang mengagumkan, kinerja dalam proses bisnis internal yang baik serta
kinerja yang memuaskan dalam perspektif pelanggan perusahaan. Tujuan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan infrastruktur (para pekerja, sistem
dan prosedur) sebagai pendorong yang memungkinkan tujuan dan kinerja yang istimewa
dalam tiga perspektif sebelumnya dapat tercapai.

2.2 Keunggulan Balanced Scorecard


Keunggulan balanced scorecard ini menurut Mulyadi (2001) di dalam Himawan (2005),
tertuang dalam empat karakteristik yaitu : komprehensif, koheren, seimbang dan terukur.
1. Komprehensif
Berbeda dengan pengukuran kinerja yang hanya berdasarkan atas perspektif keuangan
saja atau yang dikenal dengan pengukuran kinerja secara tradisional, balanced
scorecard mencakup perspektif yang diperluas kepada perspektif non-keuangan yaitu
perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan.
2. Koheren
Sasaran strategis yang ada di setiap perspektif balanced scorecard memiliki hubungan
sebab akibat (causal relationship) baik secara langsung maupun tidak langsung yang
kesemuanya bermuara pada sasaran strategi yang ada di perspektif keuangan.
3. Seimbang
Keunggulan lain dari balanced scorecard adalah adanya keseimbangan antara sasaran
strategis yang di perpektifnya.
4. Terukur
Semua strategi yang ditetapkan di tiap perspektif balanced scorecard memiliki tolok
ukur masing-masing. Sasaran strategis yang ada di perspektif non-keuangan
merupakan hal yang tidak mudah diukur, namun dalam pendekatan balanced
scorecard sasaran-sasaran strategis pada perspektif pelanggan, proses bisnis internal
dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ditentukan ukurannya sehingga dapat
dikelola dan dievaluasi hasilnya serta kontribusinya terhadap kinerja perspektif
keuangan.

3. METODE
Penelitian dilakukan di PT. Wotraco Bali Raya di Jalan Tukad Pakerisan No.116
Denpasar. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober sampai Desember 2012. Pertimbangan
pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu: (1) PT.
Wotraco Bali Raya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan
pupuk, obatobatan anti hama, dan alatalat pertanian dengan melakukan penjualan produk
ke berbagai kalangan masyarakat maupun instansi tertentu, (2) PT. Wotraco Bali Raya dalam
menjalankan unit usahanya masih menggunakan tolok ukur yang hanya berfokus pada
perspektif keuangan.

Metode pengumpulan data yang digunakan:


(1) Studi wawancara,
(2) Studi observasi,
(3) Studi dokumentasi
Variabel penelitian yaitu:
(1) Perspektif keuangan,
(2) Perspektif pelanggan,
(3) Perspektif proses bisnis internal,
(4) Perspektif Pembelajaran dan pertumbuhan. Variabel-variabel dalam penelitian akan
dianalisis dengan metode deskriptif kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui kinerja
PT. Wotraco Bali Raya.
Sampel responden yang digunakan adalah pelanggan tetap sebanyak 30 orang,
pelanggan tidak tetap sebayak 25 orang dan dipilih dengan metode accidental sampling,
sedangkan sampel karyawan sebanyak 9 orang dipilih dengan sensus sampling. Tingkat
pengambilan sampel kepuasan variabel kuantitatif seperti tingkat kepuasan karyawan,
pelanggan tetap maupun dan tidak tetap digunakan skor/skala likert dengan tingkat jawaban
yaitu, 5 = Sangat puas, 4 = Puas, 3 = Cukup puas, 2 = Tidak puas, 1 = Sangat tidak puas.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Kinerja PT Wotraco Bali Raya dari Perspektif Keuangan
a.

Rasio likuiditas (current ratio)


Rasio likuiditas mengukur sebaik apa perusahaan dapat memenuhi kewajibannya

Rp. 62.847.465,00
Tahun 2009 =

Rp.43.604.467,00

x 100%= 144,3%

Rp. 75.241.481,00
Tahun 2010 =

Rp.40.049.022,00

x 100%= 187,87%

Rp. 88.814.237,00
Tahun 2011 =

Rp.50.002.553,00

x 100%= 177,62%

Jadi rasio likuiditas pada tahun 2009 sebesar 144,13%. Pada tahun 2010, mengalami
peningkatan yakni 187,87%, tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 10,25% menjadi

177,62%. Sehingga rasio keuangan dinilai baik karena berada di antara standar rata-rata
126 hingga 186%.

b.

Rasio solvabilitas (Total assets to debt ratio)


Rasio solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
panjang atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.

Rasio solvabilitas pada tahun 2009 sebesar 187,53%. Tahun 2010 mengalami
peningkatan sebesar 34,05% menjadi 221,85%. Tahun 2011 mengalami penurunan
sebesar 21,27% menjadi 200,31%. Rasio keuangan pada tahun 2009 hingga 2011
dinilai baik karena mencapai nilai rata-rata sebesar 203,14% dan berada diantara standar
rata-rata 189 hingga 217%.

c. Rasio rentabilitas (net profit margin)


Rasio rentabilitas merupakan pewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau
modal yang menghasilkan laba

Hasil net profit margin tahun2009 sebesar 22,37%. Pada tahun 2010 mengalami
penurunan yakni 1% sehingga menjadi

21,37%.

Dan tahun

2011

meningkat

sebesar1,25% menjadi 22,62% Rasio keuangan tahun 2009 sampai dengan 2011
dinilai baik karena berada dalam standar yaitu 21,34 s.d 22,66%.

4.2 Kinerja PT Wotraco Bali Raya dari Perspektif Pelanggan


Kinerja PT Wotraco Bali Raya diukur dari :
a. Pertumbuhan pelanggan
Membandingkan jumlah pelanggan tahun 2010 dikurangi jumlah pelanggan tahun
2009 dibagi dengan jumlah pelanggan tahun 2009, serta jumlah pelanggan tahun 2011
dikurangi jumlah pelanggan tahun 2010 dibagi dengan jumlah pelanggan tahun 2010
yang dinyatakan dalam persentase.

b. Kepuasan Pelanggan Tetap dan Pelanggan Tidak Tetap PT. Wotraco Bali Raya
Parameter

Bukti

langsung

puas

dengan

pelayanan perusahaan
Keandalan

puas

dengan

pelayanan perusahaan
Daya

tanggap

puas

dengan

pelayanan perusahaan
Jaminan puas dengan pelayanan
perusahaan
Empati puas dengan pelayanan
perusahaan

Pelanggan Tetap

Pelanggan Tidak Tetap

(30 orang)

(25 orang)

3,91

3,47

3,94

3,59

3,85

3,56

3,99

3,93

3,99

3,56

4.3 Kinerja PT Wotraco Bali Raya dari Perspektif Proses Bisnis Internal
Kinerja proses bisnis internal diukur menggunakan manufacturing cycle efficiency (MCE):
Transaksi Pemesanan Produk
Transaksi pemesanan produk dapat dihitung dengan :

Hasil analisis transaksi pemesanan produk dinilai telah berjalan efisien karena
pengolahan transaksi pemesanan produk lebih besar dari 1. Proses transaksi pemesanan
produk dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Perbandingan waktu standar dan waktu realisasi proses pemesanan produk
Waktu
No

Waktu Proses

Standar
(menit)

Waktu Realisasi (menit)


28

November

Desember

Desember

2012

2012

2012

Waktu mengisi formulir

10

10

Waktu memproses data

15

14

13

12

Waktu pemeriksaan barang

20

15

18

20

Waktu pengepakan barang

25

20

24

25

Waktu pengiriman barang

120

65

80

110

Jumlah waktu proses

190

122

145

176

4.4 Kinerja PT Wotraco Bali Raya dari Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
a. Produktifitas Karyawan
Tolok ukur yang dipakai rasio produktifitas karyawan yaitu persentase perbandingan
antara laba bersih perusahaan pada periode tertentu dengan jumlah karyawan pada periode
tersebut. Hasil analisis dari tingkat produktifitas karyawan dinilai baik diukur menggunakan
rumus :

Produktifitas Karyawan PT Wotraco Bali Raya Tahun 2009 hingga 2011

b. Retensi Karyawan
Tolok ukur yang dipakai rasio retensi karyawan yaitu persentase perbandingan antara
jumlah karyawan yang keluar pada periode tertentu dengan jumlah karyawan yang ada pada

periode bersangkutan. Hasil analisis dari tingkat retensi karyawan dinilai dengan rumus :

Tabel Retensi Karyawan PT Wotraco Bali Raya Tahun 2009 hingga 2011

c. Kepuasan Karyawan
Parameter

Hasil Kepuasan Karyawan


(9 orang)

Kerja secara mental

3,88

Ganjaran

3,48

Kondisi kerja

3,86

Rekan kerja

3,66

Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan

3,9

4.5 Kinerja PT Wotraco Bali Raya Secara Komperehensif Berdasarkan Empat


Perspektif Balanced Scorecard

5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis balanced scorecard pada PT. Wotraco Bali Raya maka dapat
disimpulkan.
1. Kinerja PT. Wotraco Bali Raya berdasarkan empat perspektif balanced scorecard sebagai
berikut.
a. Kinerja PT. Wotraco Bali Raya ditinjau dari perspektif keuangan tahun 2009 hingga
2011 menggunakan Rasio likuiditas, yang diukur dengan current ratio diperoleh nilai
baik, sedangkan rasio solvabilitas, yang diukur dengan total assets to debt ratio dinilai
baik, dan rasio rentabilitas yang diukur dengan net profit margin pada tahun 2009
hingga 2011 dinilai baik.
b. Kinerja PT. Wotraco Bali Raya ditinjau dari perspektif pelanggan tahun 2009 hingga
2011 diukur dengan menggunakan tingkat pertumbuhan pelanggan kurang baik, dan
tingkat kepuasan pelanggan tetap maupun tidak tetap memberikan persepsi positif
atau puas.
c. Kinerja PT. Wotraco Bali Raya ditinjau dari perspektif proses bisnis internal diukur
dengan menggunakan manufacturing cycle efficiency (MCE) yaitu, proses pemesanan
produk yang dinilai telah berjalan dengan efisien.
d. Kinerja PT. Wotraco Bali Raya ditinjau dari perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan diukur dengan menggunakan produktifitas karyawan dinilai baik, retensi
karyawan dinilai baik, dan tingkat kepuasan karyawan memberikan persepsi positif
atau puas.

2. Berdasarkan empat perspektif balanced scorecard yaitu, perspektif yaitu keuangan,


pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan, meskipun ada satu
aspek menunjukkan kinerja kurang baik, tetapi secara umum kinerja PT. Wotraco Bali Raya
menunjukkan kinerja yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Wijayanti, Putu Udayani, Fressatria, Made Antara. 2012. Kinerja PT. Wotraco Bali Raya
(Ditinjau dari Balanced Scorecard). E-Jurnal Agribis dan Agrowisata ISSN:
2301-0523. Vol. 1 No. 2.

Himawan, F. A, Juarsah. 2005. Balanced Scorecard sebagai Alat Pengukuran Kinerja


Manajemen (Studi Kasus PT. Makro Indonesia Cabang Pasar Rebo, Jakarta).
ESENSI. Vol. 8 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai