Teori Mencuci Tangan
Teori Mencuci Tangan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepatuhan
Menurut Adiwimarta, Maulana, & Suratman (1999) dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kepatuhan didefinisikan sebagai kesetiaan, ketaatan
atau loyalitas. Kepatuhan yang dimaksud disini adalah ketaatan dalam
pelaksanaan prosedur tetap yang telah dibuat. Menurut Smet (1994),
kepatuhan adalah tingkat seseorang melaksanakan suatu cara atau berperilaku
sesuai dengan apa yang disarankan atau dibebankan kepadanya. Dalam hal ini
kepatuhan pelaksanaan prosedur tetap (protap) adalah untuk selalu memenuhi
petunjuk atau peraturan-peraturan dan memahami etika keperawatan di tempat
perawat tersebut bekerja.
Kepatuhan merupakan modal dasar seseorang berperilaku. Menurut
Kelman (1958) dalam Sarwono (1997) dijelaskan bahwa perubahan sikap dan
perilaku individu diawali dengan proses patuh, identifikasi, dan tahap terakhir
berupa internalisasi. Pada awalnya individu mematuhi anjuran / instruksi tanpa
kerelaan untuk melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin
menghindari hukuman/sangsi jika dia tidak patuh, atau untuk memperoleh
imbalan yang dijanjikan jika dia mematuhi anjuran tersebut. Tahap ini disebut
tahap kepatuhan (compliance). Biasanya perubahan yang terjadi pada tahap ini
sifatnya sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada
pengawasan. Tetapi begitu pengawasan itu mengendur/ hilang, perilaku itupun
ditinggalkan.
Kepatuhan
individu
yang
berdasarkan
rasa
terpaksa
atau
dianggap bernilai positif bagi diri individu itu sendiri dan diintegrasikan
dengan nilai-nilai lain dari hidupnya.
Pengukuran kepatuhan dapat dilakukan menggunakan quesioner yaitu
dengan cara mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengukur indikatorindikator yang telah dipilih. Indikator tersebut sangat diperlukan sebagai
ukuran tidak langsung mengenai standar dan penyimpangan yang diukur
melalui sejumlah tolok ukur atau ambang batas yang digunakan oleh
organisasi merupakan penunjuk derajat kepatuhan terhadap standar tersebut.
Jadi, suatu indikator merupakan suatu variabel (karakteristik) terukur yang
dapat digunakan untuk menentukan derajat kepatuhan terhadap standar atau
pencapaian tujuan mutu. Di samping itu indikator juga memiliki karakteristik
yang sama dengan standar, misalnya karakteristik itu harus reliabel, valid,
jelas, mudah diterapkan, sesuai dengan kenyataan, dan juga dapat diukur (AlAssaf, 2003).
B. Cuci Tangan
1.
Tim
Depkes
(1987)
mencuci
tangan
adalah
membersihkan tangan dari segala kotoran, dimulai dari ujung jari sampai
siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai dengan kebutuhan. Sementara
itu menurut Perry & Potter (2005), mencuci tangan merupakan teknik
dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi.
Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara
mekanik dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air
(Tietjen, et.al., 2004). Sedangkan menurut Purohito (1995) mencuci
tangan merupakan syarat utama yang harus dipenuhi sebelum melakukan
tindakan keperawatan misalnya: memasang infus, mengambil spesimen.
Infeksi yang di akibatkan dari pemberian pelayanan kesehatan atau terjadi
pada fasilitas pelayanan kesehatan. Infeksi ini berhubungan dengan
prosedur diagnostik atau terapeutik dan sering termasuk memanjangnya
waktu tinggal di rumah sakit (Perry & Potter, 2000).
3.
atau
kemungkinan
kolonisasi
mikroorganisme
yang
sebagai berikut:
a) Dapat mengurangi infeksi nosokomial
b) Jumlah kuman yang terbasmi lebih banyak sehingga tangan lebih
bersih dibandingkan dengan tidak mencuci tangan
c) Dari segi praktis, ternyata lebih murah dari pada tidak mencuci
tangan sehingga tidak dapat menyebabkan infeksi nosokomial.
5.
yaitu cuci tangan medical (medical hand washing), cuci tangan surgical
(surgical hand washing) dan cuci tangan operasi (operating theatre hand
washing). Adapun cara untuk melakukan cuci tangan tersebut dapat
dibedakan dalam beberapa teknik antara lain sebagai berikut ini:
a) Teknik mencuci tangan biasa
Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan
sabun dan air bersih yang mengalir atau yang disiramkan, biasanya
digunakan sebelum dan sesudah melakukan tindakan yang tidak
mempunyai resiko penularan penyakit.
Mengatur
posisi
berdiri
terhadap
kran
air
agar
4.
5.
tangan
7.
karena jari yang telah selesai kita cuci pada prinsipnya bersih
10.
tersebut dalam keadaan rapi dan bersih. Hal yang perlu diingat
setelah melakukan cuci tangan yaitu mengeringkan tangan dengan
hand towel.
b) Teknik mencuci tangan aseptik
Mencuci tangan aseptik yaitu cuci tangan yang dilakukan sebelum
tindakan aseptik pada pasien dengan menggunakan antiseptik.
Mencuci tangan dengan larutan disinfektan, khususnya bagi petugas
yang berhubungan dengan pasien yang mempunyai penyakit menular
atau sebelum melakukan tindakan bedah aseptik dengan antiseptik dan
sikat steril.
Prosedur mencuci tangan aseptik sama dengan persiapan dan
prosedur pada cuci tangan higienis atau cuci tangan biasa, hanya saja
bahan deterjen atau sabun diganti dengan antiseptik dan setelah
mencuci tangan tidak boleh menyentuh bahan yang tidak steril.
c) Teknik mencuci tangan steril
Teknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril
(suci hama), khususnya bila akan membantu tindakan pembedahan
atau operasi.
Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan steril adalah
menyediakan bak cuci tangan dengan pedal kaki atau pengontrol lutut,
sabun antimikrobial (non-iritasi, spektrum luas, kerja cepat), sikat
scrub bedah dengan pembersih kuku dari plastik, masker kertas dan
topi atau penutup kepala, handuk steril, pakaian di ruang scrub dan
pelindung mata, penutup sepatu.
Prosedur kerja cara mencuci tangan steril adalah sebagai berikut:
1.
gerakan
b.
bagian tengah dan atas lengan bawah dengan cara yang sama
setelah selesai menyikat buang sikat yang telah dipakai
9.
jari sampai siku satu kali gerakan, biarkan air mengalir pada siku
10.
lain.
11.
lain dengan menggunakan area handuk yang lain atau handuk steril
baru
14.
tangan steril
Pakaian atau seragam scub perawat harus tetap kering. Air
mengalir
berdasarkan
gravitasi
dari
ujung
jari
ke
siku.
Jadi,
tangan
setelah
selesai
melakukan
pemeriksaan
pasien
ahli
sebagaimana
dikemukakan
oleh
Smet
(1994),
Tingkat kepatuhan
perawat pada standart
universal precautions:
cuci tangan
Tempat tugas.
Motivasi dan kesadaran.
Waktu yang digunakan untuk cuci
tangan
Pengetahuan
Faktor yang
membentuk perilaku :
Predisposing
factors
Enabling factors
Reinforcing factors
F. Kerangka Konsep
Pengetahuan
Tingkat kepatuhan
tangan
universal precautions:
Tempat tugas
cuci tangan
b) Variabel independen
H. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha :
1)