Materi Penyuluhan
: Pterygium
Sasaran
Tempat
Hari/Tanggal
Waktu
: 40 menit
Penyuluh
: Kelompok 28
A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien, keluarga pasien,
petugas/pengunjung di Poli Mata memahami dan mengetahui tentang Pterygium.
2. Tujuan Khusus
Setelah
dilakukan
penyuluhan,
diharapkan
b.
c.
d.
Komplikasi Pterygium.
e.
Penatalaksanaan Pterygium.
f.
Pencegahan Pterygium.
B. Materi Penyuluhan
(Terlampir)
pasien,
keluarga
pasien,
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
Kegiatan Penyuluh
Kegiatan Peserta
Metode
Media
Waktu
Pembukaan
1. Memberi salam.
1. Menyambut
Ceramah
5 menit
Ceramah,
LCD
15 menit
2. Memperkenalkan
salam
diri
mendengarkan.
3. Menjelaskan
dan
2. Mendengarkan.
tujuan
dari
3. Mendengarkan
penyuluhan
tujuan
4. Melakukan kontrak
disampaikan.
waktu
4. Menyetujui
5. Menyebutkan
materi
yang
kontrak waktu.
penyuluhan
5. Menyetujui
materi
penyuluhan
yang akan di
berikan.
Pelaksanaan
1. Menyebutkan
pengertian
1. Mendengarkan
dari
Pterygium.
diberikan.
2. Menyebutkan
penyebab terjadinya
Pterygium.
2. Mendengarkan
penjelasan.
3. Mendengarkan
3. Menjelaskan tanda
dan
materi
gejala
Pterygium.
4. Menyebutkan
dan
menanyakan
materi
yang
belum
komplikasi
dimengerti.
Pterygium.
4. Mendengarkan.
5. Menjelaskan
5. Mendengarkan
Penatalaksanaan
dan
Pterygium.
memperagakan
6. Menjelaskan
materi dengan
pencegahan
baik.
Pterygium.
Penutup
1. Mengevaluasi
1. Menjawab
pengetahuan
peserta
dengan
pertanyaan.
10 menit
tanya jawab
2. Mendengar
menanyakan
kan
kesimpulan
dijelaskan.
yang
2. Menarik
kesimpulan.
Ceramah dan
dibacakan.
3. Menjawab
3. Menutup
salam.
penyuluhan
(salam)
D. Metode Pengajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
E. Materi
(terlampir)
F. Kriteria Evaluasi
a. Kriteria Evaluasi Struktur
1) Persiapan materi penyuluhan
a) Membuat materi penyuluhan yaitu SAP (Satuan Acara Penyuluhan) Pterygium.
b) Konsul SAP dimulai dari tanggal 10 Desember 2014.
c) Penyuluhan dilaksanakan pada hari Kamis, 18 Desember 2014 pukul 09.00
sampai dengan 09.30 WIB.
d) Pengorganisasian dan uraian tugas
1. Moderator
2. Pemateri
: Kharismatur Rosyidah
3. Fasilitator
: Belia Lofty
4. Observer
: Yulianto
Selama
kegiatan
penyuluhan
berlangsung,
pasien,
keluarga
pasien,
Acara
Jam
Penanggung Jawab
1.
Persiapan
07.00-07.05 WIB
Fasilitator
2.
Pembukaan
07.05-07.15 WIB
Moderator
3.
07.15-07.25 WIB
Pemateri
4.
07.25-07.35 WIB
Moderator
5.
Penutupan
07.35-07.40 WIB
Moderator
c
c. Kriteria Evaluasi Hasil
Saat dilakukan pre dan post test, diharapkan audience paham dan menjawab 30% dari
pertanyaan materi penyuluhan tentang Pterygium.
MATERI
CHOLELITIASIS
1. Pengertian Pterygium
Pterygium merupakan penyakit pada permukaan mata yang merupakan pertumbuhan
berbentuk segitiga terdiri atas epitel konjungtiva bulbi dan jaringan ikat subkonjungtiva
yang mengalami hipertrofi, bisa terjadi pada sisi lateral maupun medial dan
pertumbuhannya mengarah ke kornea (Tan, 2002).
2. Penyebab terjadinya Pterygium
Faktor resiko yang mempengaruhi pterygium adalah lingkungan yakni radiasi
ultraviolet sinar matahari, iritasi kronik dari bahan tertentu di udara dan faktor herediter.
1). Radiasi ultraviolet
Faktor resiko lingkungan yang utama sebagai penyebab timbulnya pterygium adalah
terpapar sinar matahari. Sinar ultraviolet diabsorbsi kornea dan konjungtiva
menghasilkan kerusakan sel dan proliferasi sel. Letak lintang, waktu di luar rumah,
penggunaan kacamata dan topi juga merupakan faktor penting.
2). Faktor Genetik
Beberapa kasus dilaporkan sekelompok anggota keluarga dengan pterygium dan
berdasarkan penelitian case control menunjukkan riwayat keluarga dengan pterygium,
kemungkinan diturunkan autosom dominan.
3). Faktor lain
Iritasi kronik atau inflamasi terjadi pada area limbus atau perifer kornea merupakan
pendukung terjadinya teori keratitis kronik dan terjadinya limbal defisiensi, dan saat ini
merupakan teori baru patogenesis dari pterygium. Wong juga menunjukkan adanya
pterygium angiogenesis factor dan penggunaan pharmacotherapy antiangiogenesis
sebagai terapi. Debu, kelembaban yang rendah, dan trauma kecil dari bahan partikel
tertentu, dry eye dan virus papilloma juga penyebab dari pterygium.
3. Tanda dan gejala Pterygium
1). Mata iritatatif, merah, gatal, dan mungkin menimbulkan astigmatisme.
2). Kemunduran tajam penglihatan akibat pterigium yang meluas ke kornea (Zone
Optic).
3). Dapat disertai keratitis pungtata, delen (penipisan kornea akibat kering) dan garis
besi yang terletak di ujung pterigium.
pekerjaan, lingkungan tempat tinggal, dan kebiasaan hidupnya karena hal ini
berhubungan dengan besarnya paparan sinar ultraviolet yang mengenainya.
b. Pemeriksaan fisik pada pasien pterigium akan didapatkan adanya suatu lipatan
berbentuk segitiga yang tumbuh dari kelopak baik bagian nasal maupun temporal
yang menjalar ke kornea, umumnya berwarna putih, namun apabila terkena suatu
iritasi maka bagian pterigium ini akan berwarna merah.
c. Pemeriksaan penunjang dalam menentukan diagnosis pterigium tidak harus
dilakukan, karena dari anamnesis dan pemeriksaan fisik kadang sudah dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis pterigium. Pemeriksaan histopatologi
dilakukan pada jaringan pterigium yang telah diekstirpasi. Gambaran pterigium yang
didapat adalah berupa epitel yang irreguler dan tampak adanya degenerasi hialin pada
stromanya.
B. Penatalaksanaan
Keluhan fotofobia dan mata merah dari pterygium ringan sering ditangani dengan
menghindari asap dan debu. Beberapa obat topikal seperti lubrikans, vasokonstriktor dan
kortikosteroid digunakan untuk menghilangkan gejala terutama pada derajat 1 dan
derajat 2. Untuk mencegah progresifitas, beberapa peneliti menganjurkan penggunaan
kacamata pelindung ultraviolet.
Indikasi eksisi pterygium sangat bervariasi. Eksisi dilakukan pada kondisi adanya
ketidaknyamanan yang menetap, gangguan penglihatan bila ukuran 3-4 mm dan
pertumbuhan yang progresif ke tengah kornea atau aksis visual, adanya gangguan
pergerakan bola mata.1
Eksisi pterygium bertujuan untuk mencapai gambaran permukaan mata yang licin.
Suatu tehnik yang sering digunakan untuk mengangkat pterygium dengan menggunakan
pisau yang datar untuk mendiseksi pterygium kearah limbus. Memisahkan pterygium
kearah bawah pada limbus lebih disukai, kadang-kadang dapat timbul perdarahan oleh
karena trauma jaringan sekitar otot. Setelah eksisi, kauter sering digunakan untuk
mengontrol perdarahan. Beberapa tehnik operasi yang dapat menjadi pilihan yaitu :
1.
Bare sclera : tidak ada jahitan atau jahitan, benang absorbable digunakan untuk
melekatkan konjungtiva ke sklera di depan insersi tendon rektus. Meninggalkan
suatu daerah sklera yang terbuka.
2.
Simple closure : tepi konjungtiva yang bebas dijahit bersama (efektif jika hanya
defek konjungtiva sangat kecil).
3.
Sliding flaps : suatu insisi bentuk L dibuat sekitar luka kemudian flap konjungtiva
digeser untuk menutupi defek.
4.
Rotational flap : insisi bentuk U dibuat sekitar luka untuk membentuk lidah
konjungtiva yang dirotasi pada tempatnya.
5.
Conjunctival graft : suatu free graft biasanya dari konjungtiva superior, dieksisi
sesuai dengan besar luka dan kemudian dipindahkan dan dijahit.
6.
7.
7. Pencegahan
Secara teoritis, memperkecil terpapar radiasi ultraviolet untuk mengurangi resiko
berkembangnya pterygia pada individu yang mempunyai resiko lebih tinggi. Pasien di
sarankan untuk menggunakan topi yang memiliki pinggiran, sebagai tambahan terhadap
radiasi ultraviolet sebaiknya menggunakan kacamata pelindung dari cahaya matahari.
Tindakan pencegahan ini bahkan lebih penting untuk pasien yang tinggal di daerah
subtropis atau tropis, atau pada pasien yang memiliki aktifitas di luar, dengan suatu
resiko tinggi terhadap cahaya ultraviolet (misalnya, memancing, ski, berkebun, pekerja
bangunan). Untuk mencegah berulangnya pterigium, sebaiknya para pekerja lapangan
menggunakan kacamata atau topi pelindung.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas S. 2008. Ilmu Penyakit Mata edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Ilyas S, Mailangkay H.B., Taim H. 2002. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-2. Jakarta :
Sagung Seto
Price, S.A. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed. 6. Jakarta :
EGC
Vaughan D.G, Asbury T, Riordan P. 2002. Oftalmologi Umum Edisi ke-14. Jakarta :
Widya Medika
Tanda Tangan
2
3
2
3
4
5
4
5
6
7
6
7
8
9
8
9
10
11
10
11
12
13
12
13
14
15
14
15
16
17
16
17
18
19
18
19
20
21
20
21
22
23
22
23
24
25
24
25
: PenyuluhanKesehatan
Topik
: PTERYGIUM
Waktu
: 40 menit
JAM
KEGIATAN
1. Pembukaan
2. Penyampaian Materi
Diskusi
Pertanyaan
1. NamaPenanya :.
Pertanyaan
:...................................
Jawab
:
2. NamaPenanya :.
Pertanyaan
:...................................
Jawab
:
3. Nama Penanya :
Pertanyaan
:.................................
Jawab
:
.
.
.
4. Nama Penanya :.
Pertanyaan
:...................................
.
.
Jawab
:
.
.
.
5. Nama Penanya :..
Pertanyaan
:.................................
Jawab
:
.
.
.
.