DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
Metodologi.................................................................................................................. II-1
II.1 Pendekatan Dan Metodologi ............................................................................... II-1
II.1.1 Pendekatan Penyusunan RDTR .............................................................. II-1
II.1.2 Pendekatan Penyusunan Peraturan Zonasi............................................. II-3
II.2 Proses Legalitas ................................................................................................. II-4
II.2.1 Proses Birokratik...................................................................................... II-5
II.2.2 Proses Publik........................................................................................... II-5
II.3 Perubahan Nomenklatur Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan ...................... II-8
BAB III
BAB IV
Penutup..................................................................................................................... VI-1
LAMPIRAN KONSEP RAPERDA RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
LATAR BELAKANG
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya, disusun untuk setiap blok/zona peruntukan
yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.5
.Kedudukan Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
sekaligus sebagai daerah otonom pada lingkup provinsi sebagaimana ditetapkan dalam UndangUndang (UU) No. 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, memiliki peran dan fungsi sebagai tempat
penyelenggaraan negara, pemerintahan, dan tempat kedudukan perwakilan negara asing atau
sahabat, serta pusat/perwakilan lembaga internasional,1 sehingga peran dan fungsi Provinsi DKI
Jakarta sangat luas dalam konteks internasional, nasional, regional, dan lokal. Kedudukan
sebagai daerah, Provinsi DKI Jakarta merupakan daerah otonom berdasarkan UU No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah kewajibannya mampu menyelenggarakan pembangunan
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagai konsekuensi dari kedudukan, peran, dan
fungsi ganda tersebut, pembangunan di Provinsi DKI Jakarta secara menerus mengalami
perkembangan sangat dinamis dalam berbagai bidang yang berpengaruh kepada sistem dan
struktur perekonomian, sosial, dan politik baik nasional maupun lokal yang juga berdampak pada
perubahan fisik kota Jakarta, yang menyebabkan muncul nilai-nilai baru dan kebutuhan akan
perubahan sistem dan struktur ruang dari sebelumnya.2
Fungsi RDTR sebagaimana termuat dalam Lampiran I Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan
Zonasi Kabupaten/Kota, sebagai: (a) kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah berdasarkan
RTRW; (b) acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan
ruang yang diatur dalam RTRW; (c) acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang; (d)
acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang; (e) acuan dalam penyusunan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Sedangkan manfaatnya meliputi: (a) penentu lokasi berbagai
kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi dan lingkungan permukiman dengan karakteristik
tertentu; (b) alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan
pembangunan fisik yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, dan/atau
masyarakat; (c) ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai
fungsinya di dalam struktur ruang secara keseluruhan; (d) ketentuan bagi penetapan kawasan
yang diprioritaskan untuk disusun program pengembangan kawasan dan pengendalian
pemanfaatan ruangnya pada tingkat bagian wilayah perkotaan (BWP) atau Sub BWP.
Lihat Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744).
Struktur ruang menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, adalah susunan pusat
permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang
secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Sedangkan yang dimaksud dengan pola ruang sebagaimana termuat dalam Pasal 1
angka 4, adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budi daya.
Implikasi pelaksanaan otonomi pada lingkup provinsi atau disebut dengan otonomi tunggal sebagaimana diatur dalam Pasal 4 UndangUndang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan
Republik Indonesia, menyebabkan kedudukan Kota dan Kabupaten di Provinsi DKI Jakarta bukan sebagai daerah otonom melainkan
sebagai Perangkat Daerah dengan penyebutan Kota Administrasi dan Kabupaten Administrasi, sehingga Walikota dan Bupati di Provinsi
DKI Jakarta tidak memiliki wewenang menetapkan kebijakan melainkan melaksanakan Peraturan Daerah Provinsi dan kebijakan yang
ditetapkan Gubernur. Dengan kondisi tersebut pengaturan Rencana Tata Ruang Kota Administrasi (Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta
Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara) dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu satu kesatuan dengan Rencana Tata Ruang
Provinsi dalam satu Peraturan Daerah, yaitu Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010-2030.
Pemanfaatan ruang Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, adalah upaya untuk
mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya. Sedangkan yang dimaksud dengan pengendalian pemanfaatan ruang menurut Pasal 1 angka 15 adalah upaya untuk
mewujudkan tertib tata ruang.
Mencermati uraian di atas, Provinsi DKI Jakarta belum menetapkan Peraturan Daerah tentang
Peraturan Zonasi, maka RDTR disusun secara lengkap dengan Peraturan Zonasi sebagai satu
kesatuan yang tidak terpisahkan untuk suatu bagian wilayah perkotaan (BWP).6 Dengan demikian
Peraturan Daerah tentang RDTR sesuai ketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 20/PRT/M/2011, memuat: (a) tujuan penataan ruang bagian wilayah perencanaan; (b)
rencana pola ruang; (c) rencana jaringan prasarana; (d) penetapan sub bagian wilayah
perencanaan yang diprioritaskan penanganannya; (e) ketentuan pemanfaatan ruang; (f)
peraturan zonasi.
Berdasarkan ketentuan Pasal 24 ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1) UU No. 26 Tahun 2007
Penataan Ruang, bahwa pengaturan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) ditetapkan
Peraturan Daerah. 7 Atas dasar itu, sesuai ketentuan dalam UU No. 12 Tahun 2011
Pembentuan Peraturan Perundang-Undangan dan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2010
Pembentukan Peraturan Daerah, dalam pembentukan Peraturan Daerah disertai dengan
5
6
tentang
dengan
tentang
tentang
Naskah
Lihat Pasal 1 angka 2 dan angka 3 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.
Lihat Lampiran 1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota. Yang dimaksud dengan Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) adalah bagian dari kabupaten/kota
(dalam hal ini provinsi) dan/atau kawasan strategis kabupaten/kota (dalam hal ini provinsi) yang akan atau perlu disusun rencana
rincinya, dalam hal ini RDTR, sesuai arahan atau yang ditetapkan di dalam RTRW kabupaten/kota (dalam hal ini provinsi), dan memiliki
pengertian yang sama dengan zona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang.
Pasal 24 (1) dan Pasal 27 ayat (1) UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, bahwa rencana rinci tata ruang ditetapkan dengan
peraturan daerah.
I-1
Akademik, 8 yaitu naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya
terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai
pengaturan RDTR dan Peraturan Zonasi dalam suatu Rancangan Peraturan Daerah sebagai
solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum bagi masyarakat dan Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta dalam pemanfaatan dan/atau pengendalian pemanfaatan ruang. Atas dasar itu,
Dinas Tata Ruang sesuai tugas dan fungsinya sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah No.
10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah,9 melakukan kegiatan penyusunan Naskah
Akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan
Zonasi.
arah pengaturan sehingga materi muatan Rancangan Peraturan Daerah memenuhi rasa
keadilan dan menjamin kepastian hukum, serta disusun secara sistematis sesuai kaidahkaidah hukum dan asas pembentukan peraturan perundang-undangan.
2.
I.5
I.2
I.3
RUMUSAN MASALAH
I.5.1
Tersusunnya Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan Peraturan Zonasi sesuai kaidah
hukum dan/atau prinsip pembentukan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur
dalam UU No. 12 Tahun 2011 dan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2010, yang dirumuskan
dalam pasal per pasal sesuai teknis pembentukan peraturan perundang-undangan.
Maksud Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi adalah memberikan justifikasi ilmiah dan pemahaman
mengenai pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang secara rinci sesuai RTRW 2030
dan peraturan perundang-undangan yang terkait berdasarkan referensi yang ada saat ini dan
hasil-hasil penelitian yang dapat dijadikan dasar pertimbangan atau bahan masukan materi
muatan Rancangan Peraturan Daerah tentang RDTR dan Peraturan Zonasi, sehingga materi
muatan Rancangan Peraturan Daerah tersebut serasi dan selaras atau harmonis dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada baik nasional maupun daerah.
Perencanaan di Indonesia dijabarkan dalam dua sistem rencana yaitu Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Rencana Penataan Ruang. Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan
rencana-rencana pembangunan dalam Rencana Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Sedangkan Rencana Penataan Ruang adalah suatu
sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang yang berupa rencana umum dan rencana rinci. Rencana Pembangunan menjadi
pedoman dalam penyusunan Rencana Penataan Ruang dan demikian pula sebaliknya.
Tujuannya adalah sebagai bahan pertimbangan yang dapat dijadikan pokok-pokok pemikiran
atau gagasan dan aspirasi aktual yang berkembang, baik dalam kehidupan masyarakat maupun
dalam penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah dalam rangka penyusunan atau perumusan dan pembahasan Rancangan
Peraturan Daerah tentang RDTR dan Peraturan Zonasi.
Kedudukan RDTR dan PZ adalah sebagai penjabaran dari RTRW DKI Jakarta 2030 untuk
masing-masing wilayah kecamatan dalam bentuk rencana pengaturan pemanfaatan yang
memiliki dimensi fisik yang mengikat dan bersifat operasional, sebagaimana yang dapat dilihat
dalam diagram berikut:
RPJP NASIONAL
RTRW NASIONAL
RPJM NASIONAL
RPJP Provinsi
RENCANA RINCI
SASARAN
Tersusunnya dasar-dasar pemikiran dan prinsip-prinsip dasar terhadap materi muatan
Rancangan Peraturan Daerah tentang RDTR dan Peraturan Zonasi berdasarkan naskah
akademik yang dilandasi kajian ilmiah. Dasar pemikiran dan prinsip dasar materi muatan
Peraturan Daerah dimaksud adalah aspek filosofis, sosiologis, dan yuridis untuk melandasi
mengenai: (a) tujuan penataan ruang bagian wilayah perencanaan; (b) rencana pola ruang; (c)
rencana jaringan prasarana; (d) penetapan sub bagian wilayah perencanaan yang diprioritaskan
penanganannya; (e) ketentuan pemanfaatan ruang; (f) peraturan zonasi.
I.4
RENCANA UMUM
Tersedianya Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan Peraturan Zonasi
yang memuat pokok-pokok pikiran, lingkup atau objek yang akan diatur serta jangkauan dan
Lihat Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188).
Menurut Pasal 78 ayat (1) Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah, bahwa Dinas Tata Ruang
merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang tata ruang dan pertanahan.
RPJM Provinsi
RDTR Kecamatan
DKI Jakartra
I-2
peruntukan
lahan
serta
Memudahkan pengambilan keputusan secara tidak memihak dan berhasil guna serta
mendorong partisipasi masyarakat.
Berdasarkan esensi tersebut maka RDTR dan Peraturan Zonasi berfungsi untuk :
I.6
I.6.1
wilayah administrasi;
kawasan fungsional, seperti bagian wilayah kota/subwilayah kota;
bagian dari wilayah kabupaten/kota yang memiliki ciri perkotaan;
kawasan strategis kabupaten/kota yang memiliki ciri kawasan perkotaan; dan/atau
bagian dari wilayah kabupaten /kota yang berupa kawasan pedesaan dan direncanakan
menjadi kawasan perkotaan.
Maka dalam hal ini, ruang lingkup wilayah dalam pembahasan RDTR dan PZ yaitu wilayah
administrasi kecamatan di DKI Jakarta yang berada di 5 (lima) Kota Administratif dan 1 (satu)
Kabupaten Administratif, dengan rincian sebagai berikut:
7. Kecamatan Makasar;
8. Kecamatan Matraman;
9. Kecamatan Pasar Rebo; dan
10. Kecamatan Pulo Gadung.
f. Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu
a. Kecamatan Kepulauan Seribu Utara; dan
b. Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan.
I.6.2
I-4
BAB II
METODOLOGI
II.1
METODE PENDEKATAN
Diharapkan melalui pendekatan yang digunakan tersebut, RDTR DKI Jakarta berhasil disusun,
bersifat humanis, dan dapat diimplementasikan guna memenuhi tuntutan stakeholder
pembangunan. Gambar berikut ini menunjukkan secara singkat pendekatan RDTR DKI Jakarta.
Gambar II.2
Kerangka Pikir Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) DKI Jakarta
Gambar II.1
Pendekatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) DKI Jakarta
II-1
II-2
Deduksi
Penyusunan peraturan zonasi berdasarkan pendekatan deduksi dilakukan dengan
mempertimbangkan teori, kasus dan preseden peraturan zonasi yang telah digunakan kotakota di beberapa negara. Penyusunan peraturan zonasi dengan pendekatan ini relatif lebih
cepat, tetapi hasilnya tidak selalu sesuai dengan kebutuhan pengendalian suatu daerah di
Indonesia karena adanya perbedaan karakteristik dan kebutuhan pengendalian tersebut
dengan kondisi dan persoalan pada daerah rujukan. Dengan demikian, hasil dari
pendekatan ini masih perlu disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan daerah
bersangkutan. Cakupan pendekatan ini meliputi:
a.
b.
c.
d.
2.
kombinasi pendekatan deduksi dan induksi ini dipilih untuk digunakan dalam penyusunan
Peraturan Zonasi di Provinsi DKI Jakarta.
Penyusunan Peraturan Zonasi sedikitnya meliputi tahapan sebagai berikut (gambar 2.3):
1.
2.
3.
4.
Induksi
Penyusunan peraturan zonasi dengan pendekatan induksi didasarkan pada kajian yang
menyeluruh, rinci dan sistematik terhadap karakteristik penggunaan lahan dan persoalan
pengendalian pemanfaatan ruang yang dihadapi suatu daerah. Untuk mendapatkan hasil
yang lengkap dan akurat, pendekatan ini memerlukan waktu, tenaga dan biaya yang sangat
besar. Cakupan pendekatan ini meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
3.
II-3
II.2
PROSES LEGALITAS
Proses legalisasi terdiri atas proses birokratik, proses publik dan proses legislatif.
II-4
dengan memperhatikan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan
akibat pemanfaatan ruang.
Pelaksanaan penataan ruang membutuhkan peran serta masyarakat (berdasarkan PP 68/2010
dan Permendagri 9/1998) sebagai bagian dari partisipasi masyarakat dalam mewujudkan ruang
yang nyaman dan layak dihuni. Adapun manfaat peran serta masyarakat adalah:
II-5
1.
2.
Meningkatkan hasil guna penataan dan pembangunan kawasan serta lingkungan, karena
adanya kepercayaan publik terhadap perencanaan tata ruang itu sendiri;
3.
Metode pendekatan dalam pelaksanaan uji publik RDTR ini adalah sebagai berikut :
Materi:
o
1) Pelaksanaan Rapat Kerja Internal dengan peserta dan materi sebagai berikut:
Peserta, antara lain Tim Pakar, Tim Dinas Tata Ruang Provinsi DKI Jakarta dan lainnya.
Materi
o
Informasi publik mengenai RDTR yang antara lain berupa "Apa itu RDTR?", "Materi
RDTR", "Peran Serta Masyarakat" dan lainnya.
Penyebaran materi sosialisasi dan form usulan aspirasi masyarakat, dilakukan dengan
memanfaatkan media sebagai berikut:
Penjaringan aspirasi dengan memanfaatkan media antara lain melalui Email, kotak
pos/Po Box, Kantor Seksi DTR Kecamatan, Jakarta City Planning Galery, loket
pelayanan terpadu Kota Administratif dan media lainnya.
Peserta, antara lain aparatur kecamatan dan kelurahan, Investor, Stakeholder, LSM,
tokoh masyarakat, serta Pemangku kepentingan non-pemerintah lainnya.
Materi:
o
Peserta, antara lain Aparatur kecamatan dan kelurahan, Investor dan lainnya.
Stakeholder, LSM, tokoh masyarakat serta pemangku kepentingan non-pemerintah
lainnya.
II-6
2008
2009
Penyusunan RDTR
& PZ
2010
2011
Kajian Internal
RDTR & PZ
Bentuk Kegiatan :
Pembahasan Perubahan Konsep
RTRWC 2005 menjadi Konsep
RDTR
Pembahasan Isu Strategis
FGD ditiap Kota Adm
Penyusunan Materi
Teknis RDTR
Pengumpulan
Data
Kajian
Akademis
dengan Pakar
2012
Sosialisasi RDTR
Penjaringan Aspirasi
Kajian
Akademis
dengan Pakar
Sinkronisasi
SKPD
Sosialisasi
Raperda
RDTR PZ
Hasil Kegiatan :
RRTRWC
2005
KONSEP
RDTR
PENYUSUNAN MATERI
TEKNIS (DATA
EKSISTING DAN
ANALISIS)
PENYUSUNAN
NASKAH AKADEMIS
PENYUSUNAN KLHS
DAN KONSEP
RAPERDA
Dasar Kegiatan :
Draft Pedoman
Penyusunan RDTR
(Draft Permen PU)
Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban, Serta Bentuk Dan Tata Cara Peran Serta
Masyarakat Dalam Penataan Ruang
PP No. 69 Tahun 1996
UU No. 12 Th.2011
tentang
Pembentukan
Peraturan
Perundangundangan
UU No. 32 tahun
2009 tentang
Perlindungan dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
II-7
II.3
Tata Air
RDTR DAN PZ
RENCANA POLA RUANG
Zona Perumahan KDB Sedang-Tinggi
Zona Perumahan Vertikal
Zona Perumahan KDB Rendah
Zona Perumahan Vertikal KDB Rendah
Zona Campuran
Zona Perkantoran, Perdagangan dan Jasa
Zona Perkantoran, Perdagangan dan Jasa KDB Rendah
Zona Terbuka Biru
Zona Pemerintah Nasional
Zona Perwakilan Negara Asing
Zona Pemerintah Daerah
Zona Industri dan Pergudangan
Zona Pelayanan Umum dan Sosial
Zona Hutan Kota
Zona Taman Kota/Lingkungan
Zona Pemakaman
Zona Jalur Hijau
Zona Hijau Rekreasi
Zona Lindung
RDTR DAN PZ
RENCANA PRASARANA UTILITAS
5. Rencana Prasarana Energi
6. Rencana Prasarana Telekomunikasi
7. Rencana Prasarana Drainase
8. Rencana Prasarana Air Minum
9. Rencana Prasarana Air Limbah
10.Rencana Prasarana Persampahan
RENCANA PRASARANA JALUR DAN RUANG
EVAKUASI BENCANA
Sumber : SK Gubernur No. 1516 Tahun 1997 Tentang Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kecamatan
Pada tabel berikut dapat dijelaskan bahwa nomenklatur yang digunakan dalam Rencana Detail
Tata Ruang 2030 disesuaikan dengan nomenklatur yang terdapat pada RTRW Jakarta 2030.
Nomenklatur yang digunakan pada Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan dapat diketahui pada
tabel II.3
II-8
RTRW KOTA
RDTR
ZONASI
HIRARKI I
HIRARKI II
HIRARKI III
HIRARKI IV
Kawasan Pemerintahan
Kawasan Perumahan
Zona Lindung
L.1
L.2
L.3
H.1
H.2
Zona Permakaman
H.3
H.4
H.5
H.6
H.7
H.8
P.1
P.3
P.2
R.1
R.2
R.3
R.4
R.5
R.6
R.7
R.8
R.9
R.10
R.11
KODE
zona campuran
Kawasan Perkantoran, Perdagangan, Jasa
Dan Campuran Taman
K.1
K.2
C.1
K.3
K.4
K.5
S.1
S.2
S.3
II-9
RTRW KOTA
RDTR
ZONASI
HIRARKI I
HIRARKI II
HIRARKI III
HIRARKI IV
KODE
S.4
S.5
S.6
S.7
I.1
G.1
B.1
T.1
PP.1
PP.2
II-10
BAB III
PENGATURAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI DI BEBERAPA NEGARA
III.1 PENERAPAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI DI NEGARA SINGAPURA
Peruntukan Lahan
DKI Jakarta
rumah sedang, dan rumah besar.
Sementara untuk kawasan perumahan
vertikal terdiri dari kawasan
perumahan flat dan kawasan rumah
susun.
Singapura
house, retirement housing,
serviced apartements dan student
hotel. Pihak pemerintah mempunyai
pengaturan-pengaturan khusus
mengenai pengembangan kawasan
residential ini. Singapura juga
mempunyai kawasan Community
Institution yang terdiri dari Funeral
Parlour dan Workers Dormitory
Kawasan
Perkantoran,
perdagangan dan
jasa
Kawasan Campuran
Dalam membandingkan antara master plan Singapura 2008 dengan Rencana Detail Tata Ruang
DKI Jakarta terdapat perbedaan dan juga persamaan secara substansial. Berikut ini akan
dijelaskan persamaan dan perbedaan per substansi:
Peruntukan Lahan
Kawasan Terbuka
Lindung
Kawasan Hijau
(Ruang Terbuka
Hijau)
DKI Jakarta
Kawasan yang memiliki sifat khas, yang
mampu memberikan perlindungan
kepada kawasan sekitar maupun
bawahannya, sebagai pengatur tata air,
pencegah banjir dan erosi serta
memelihara kesuburan tanah.
Singapura
Conservation Area, yaitu daerah
yang telah ditentukan penggunaannya
sebagai kawasan pelindung alam dari
kawasan sekitarnya.
Kawasan
Pemerintahan
Kawasan
Perumahan
III-1
Peruntukan Lahan
Kawasan Industri
Kawasan Pelayanan
Umum dan Sosial
DKI Jakarta
Singapura
kawasan industri business 1 dengan
campuran residensial dan komersial),
dan Business 2-White (kawasan
campuran antara kawasan industri
business 2 dengan campuran
residensial dan komersial)
Kawasan Industri dibagi menjadi dua.
Business 1 adalah kawasan yang
diharapkan untuk digunakan sebagai
kawasan industri bersih, industri
ringan, pergudangan, utilitas publik,
dan telekominikasi. Business 2
adalah kawasan yang ditujukan untuk
industri khusus, seperti manufaktur,
perakitan mesin industrial, galangan
kapal dan pembangkit tenaga listrik
Kawasan Pelayanan umum dan sosial
dibagi menjadi 4. Health & Medical
Centre adalah area yang ditujukan
untuk kawasan servis medis,
Community Institutions adalah
kawasan yang ditujukan
penggunaannya untuk kepentingan
penduduk dan institutsi komunitas,
Sports & Recreation adalah
kawasan yang ditujukan
penggunaannya untuk kepentingan
olahraga dan kawasan rekreasi,
Educational Institutions adalah
kawasan yang
ditujukanpenggunaanya untuk
kepentingan pendidikan , Place of
Worship adalah kawasan yang
ditujukan penggunaanya untuk
bangunan keagamaan
Master Plan 2008 ini adalah hasil dari pengkajian ulang, pembaharuan dan penambahan sesuai
dengan aspirasi masyarakat dari Concept Plan. Concept Plan adalah rencana jangka panjang
yang memiliki durasi 40 50 tahun. Master Plan ini yang menerjemahkan Concept Plan menjadi
sebuah rencana yang detail untuk mengarahkan pembangunan. Di Singapura ini yang
bertanggung jawab atas segala perkembangan dari penataan ruang dan zonasi adalah Urban
Redevelopment Authority danMinistry for National Development.
DKI Jakarta
Pada RDTR dan Peraturan Zonasi DKI
Jakarta, kawasan permukiman terbagi
atas beberapa jenis kawasan antara
lain:
1. Kawasan Perkampungan,
merupakan kawasan permukiman
dengan jenis:
b. Kawasan Permukiman R5
Aspek
DKI Jakarta
ketinggian maksimum 3 lantai.
5. Kawasan Perumahan Vertikal KDB
Rendah, merupakan:
a. Kawasan dengan peruntukan
sebagai tempat hunian secara
bersusun beserta fasilitasnya
dengan KDB maksimum 30 %,
Tipe bangunan tunggal yang
dibangun dengan ketinggian
bangunan 4 lantai sampai
dengan lebih besar 16 lantai.
Perdagangan,
Perkantoran
dan Jasa
Aspek
DKI Jakarta
New York City
perdagangan dan jasa KDB
waterfront.
rendah, terbagi atas beberapa jenis 4. Kawasan C4 atauGeneral
kawasan, antara lain:
Commercial Districts,
merupakan kawasan yang
a. Kawasan K3 atau Kawasan
terdiri atas pusat
Perkantoran KDB Rendah,
perbelanjaan utama dan
merupakan Kawasan dengan
sekunder. Merupakan
peruntukan sebagai tempat
kawasan pelayanan bisnis
kegiatan perkantoran dan jasa
yang luas dan terdapat tokobukan pemerintahan beserta
toko besar dalam jumlah
fasilitasnya dengan KDB
besar dan cenderung
maksimal 30 % dan tipe
menimbulkan kemacetan.
bangunan tunggal/deret.
5. Kawasan C5 atau Restricted
b. Kawasan K4 atau Kawasan
Perdagangan, Perkantoran dan
Jasa, merupakan Kawasan
dengan peruntukan sebagai
tempat kegiatan perkantoran
dan jasa bukan pemerintahan
beserta fasilitasnya dengan
KDB maksimal 30 % dan tipe
bangunan tunggal/deret.
Aspek
DKI Jakarta
Industri
Aspek
DKI Jakarta
tunggal/deret.
sedangKDB rendah,
3. Kawasan M2 atau Heavy
merupakan industri yang
Manufacturing Districts (Low
menggunakan tenaga kerja
Performance), merupakan
sekitar 20 sampai 99 orang,
kawasan yang ditujukan
untuk mengakomodasi
memiliki KDB maksimal 30 %
pemanfaatan utama industri
dan tipe bangunan
berat yang memiliki pengaruh
tunggal/deret. Misalnya: industri
berat dan bencana dan tidak
konveksi, industri bordir, dan
ada standar yang tepat untuk
industri keramik.
Proses zonasi di New York dimulai pada tahun 1916. Proses zonasi ini muncul sebagai reaksi
dari berdirinya gedung The Equitable Building yang tinggi bangunannya menyebabkan tetanggatetangga bangunan tersebut tidak mendapatkan sinar matahari.
New York mempunyai suatu sistem yang bernama Discretionary Action, yaitu sistem yang
membutuhkan kajian ulang dan persetujuan dari City Planning Commission atau Board of
Standards and Appeals.
Yang termasuk kedalam Discreationary Action adalah zoning amendments, special permits, dan
authorizations and variances. Semuanya adalah jenis dari perubahan zoning regulation yang ada
di kota New York.
Semua perubahan special permit, zoning map dan zoning text ditujukan untuk dikaji ulang oleh
publik, atau yang disebut Uniform Land Use Review (ULURP), sebagaimana yang tercantum
dalam Piagam Kota.
Semua perubahan zoning map dan zoning text harus dikaji oleh State Environmental Quality Act
(SEQRA) dan City Environmental Quality Review (CEQR). Untuk prosesnya dapat dilihat di tabel
pada slide selanjutnya
Dalam pembangunannya, New York menggunakan prinsip as-of-right, yaitu tidak perlu menunggu
adanya persetujuan dari City Planning Commission atau Board of Standards and Appeals,
selama sesuai dengan semua zoning regulation yang berlaku dan disetujui oleh Department of
Building setempat.
Untuk pelaksanaan dari zonasi, yang bertanggung jawab penuh adalah Departement of Buildings.
Tugas-tugas dari departemen ini adalah :
1.
2.
3.
mengeluarkan ijin pembangunan bangunan setelah mereview zoning resolution dan building
code, menerjemahkan ketentuan dari zoning regulation.
menertibkan pelanggaran-pelanggan zoning regulation
memelihara catatan publik (ijin bangunan, sertifikat bangunan, pelanggaran dan profil properti
yang diunggah ke website pemerintahan New York.
l
R-1
Proses Zonasi di New York dilakukan dengan menyeluruh, meliputi aspek-aspek yang terkait
pengembangan kota, tetapi proses zonasi tersebut juga fleksibel, dan memungkinkan adanya
perubahan.
Branford
Sub Blok
1. Kawasan ini didominasi hunian
yang terletak di alam dan
terdiri atas kawasan terbangun
dalam kurun beberapa tahun
dengan struktur keluarga 1, 2
atau lebih. Pada prisnsipnya
mereka tinggal disekitar
Brandford, dimana mereka
menjadi bagian utama
pedesaan yang terkonsenrasi
di sekitar pusat Branford.
2. Tujuan utama dari standrad
yang berlaku di area
perumahan adalah untuk
mengetahui titik konsentrasi
tertinggi tempat tinggal dan
populasi penduduk sampai
sekarang, dengan menjaga
Jakarta
Peruntukan
Lahan
Kawasan
Perkampungan
Sub Blok
R.1 (Rumah Kampung)
elompok rumah yang
ditetapkan oleh
pemerintah sebagai
kawasan yang
dilestarikan dan
merupakan bagian dari
kota yang dihuni oleh
masyarakat spesifik &
berpenghasilan
menengah kebawah,
tidak
terstruktur/terencana
dengan baik, serta
kondisi fisik bangunan
sebagian cukup baik.
III-5
No.
Base Zone
Residence
2
R-2
Residence
3
R-3
Residence
4
R-4
Branford
Sub Blok
pembangunan agar tidak
padat. Pemanfaatan non
hunian dan non pertanian di
kawasan ini boleh ada
pembangunan, dengan syarat
bisa cocok dengan kawasan
tersebut
1. Kawasan ini terdiri dari
kawasan pemukiman yang
telah dikembangkan dalam
kurun waktu beberapa tahun
terutama terhadap rumah
tunggal yang digunakan
musiman maupun hunian
tahunan yang mayoritas relatif
kecil.
2. Standar yang berlaku
dirancang untuk mengakui dan
melindungi pola arus
pembangunan. Penggunaan
non hunian dan nonpertanian
mungkin tepat di area ini,
tetapi hanya sebagai
pengecualian khusus pada
sebuah temuan bahwa
pembangunan akan
kompatibel dengan karakter
distrik tersebut.
1. Kawasan ini dirancang untuk
rumah keluarga tunggal pada
banyak ukuran yang cukup
untuk mendukung sistem
pembuangan air limbah
pribadi. Penggunaan
nonhunian dan nonpertanian
mungkin cocok di kawasan ini,
tetapi sebagai pengecualian
khusus atas temuan suatu
perkembangan yang akan
kompatibel dengan karakter
area.
Area ini menutupi sebagian besar
dari bagian keluarga tunggal di
pinggiran kota. Standar yang
berlaku dirancang untuk
mendorong dan melindungi
pembangunan kualitas tinggi
yang ada yang cukup banyak
untuk mendukung sistem
pembuangan air limbah pribadi.
Jakarta
Peruntukan
Lahan
KAWASAN
PERUMAHAN
HORISONTAL
No.
Sub Blok
Base Zone
Residence
5
R-5
Residence
Multifamily
RMF
Branford
Sub Blok
Penggunaan non hunian dan
nonpertanian mungkin tepat di
area ini, tetapi sebagai
pengecualian khusus
mendapatkan pembangunan
yang kompatibel dengan karakter
distrik tersebut.
Daerah ini menutupi sebagian
besar dari bagian pedesaan dan
topografi kasar Kota dan
dirancang untuk mengakomodasi
keluarga tunggal konstruksi
perumahan dengan kualitas yang
tinggi pada banyak luas. Standar
yang berlaku dirancang untuk
mengenali adanya jangka
panjang atau permanen mungkin
saluran pembuangan.
Penggunaan non hunian dan
nonpertanian mungkin tepat di
kabupaten-kabupaten, tetapi
hanya sebagai Pengecualian
khusus pada sebuah temuan
bahwa pembangunan akan
kompatibel dengan karakter
distrik tersebut.
1. Kawasan ini menyediakan
alternatif unit rumah dengan
model deret untuk satu
keluarga, sedangkan unit
terpisah diperbolehkan di
daerah pemukiman lainnya.
2. Kawasan dirancang untuk
keluarga besar untuk
menyediakan perumahan
kepadatan sedang dengan
lokasi yang nyaman, yang
berdekatan dengan kawasan
komersial dan / atau
lingkungan kepadatan yang
sama atau lebih tinggi, yang
dilayani oleh sistem jalan yang
memadai, dan lingkungan
cocok untuk pembangunan
tersebut.
3. Setiap usulan untuk
pengembangan berbagai
macam keluarga akan direview
dengan pengecualian khusus
guna memastikan kesesuaian
Jakarta
Peruntukan
Lahan
Sub Blok
perhektar. Tipe
bangunan tunggal dan
ganda/kopel dengan
ketinggian maksimum 4
lantai
R.5 (Rumah Besar)
Kawasan peruntukan
hunian dengan luas
kaveling lebih besar dari
400 sampai dengan 500
meterpersegi, tipe
bangunan tunggal
dengan ketinggian
maksimum 4 lantai.
KAWASAN
PERUMAHAN
VERTIKAL
III-6
No.
Base Zone
Center
Business
BC
Mixed Use
MU
Restricted
Business
BR
Branford
Sub Blok
dengan Rencana Konservasi
dan Pembangunan dan semua
standar yang berlaku.
1. Kawasan ini dirancang untuk
mendorong konsentrasi
layanan ritel dan fasilitas
kantor sesuai karakter "kota"
terutama di Kota Branford.
2. Kegiatan penjualan dan jasa
otomotif dikeluarkan dari
kawasan ini karena
bertentangan dengan tujuan
kawasan ini.
3. Standar yang berlaku
memungkinkan bangunan
bertingkat, persentase yang
tinggi dari jangkauan tanah
dan rasio tinggi luas lantai
terhadap luas daratan, dengan
parkir yang disediakan dalam
lokasi yang lebih banyak
terpusat dan terstruktur
Tujuan dari kawasan campuran
adalah untuk memfasilitasi
integrasi menggunakan beragam
namun kompatibel dalam satu
proyek, dengan tujuan untuk
menciptakan sebuah komunitas
yang menawarkan "hidup,
bekerja, dan bermain" peluang
nyaman dengan berjalan kaki dari
satu sama lain
1. Kawasan ini dirancang untuk
mengenali area bisnis yang
berkembang sebagai akibat
dari konversi struktur
perumahan untuk penggunaan
ritel dan kantor, serta
menyediakan lokasi yang tepat
untuk jasa ritel baik di dalam
atau yang berdekatan dengan
lingkungan perumahan.
2. Kebutuhan parkir untuk setiap
bangunan harus disediakan
tempat parkir sendiri, dengan
tidak adanya parkir diletakkan
di badan jalan.
3. Riview kawasan secara rinci
dan rencana arsitektur untuk
pengembangan masing-
Jakarta
Peruntukan
Lahan
No.
Sub Blok
Branford
Sub Blok
Base Zone
Local
Business
BL
1.
2.
KAWASAN
PERUMAHAN
HORISONTAL
KDB RENDAH
KAWASAN
PERUMAHAN
VERTIKAL KDB
RENDAH
Commerce
Park
CP
1.
2.
3.
Jakarta
Peruntukan
Lahan
Kawasan
Perdagangan,
Perkantoran dan
Jasa
Sub Blok
K.1 (Perkantoran)
Kawasan dengan
peruntukan sebagai
tempat kegiatan
perkantoran dan jasa
bukan pemerintahan
beserta fasilitasnya
dengan KDB lebih besar
30 % dan maksimal 80
%, tipe bangunan
tunggal.
III-7
No.
Base Zone
General
Industry 1
IG-1
General
Industry 2
IG-2
Branford
Sub Blok
1. Kawasan ini terdiri dari areaarea yang telah mengalami
perkembangan industri berat di
masa lalu. Nilai Standar yang
berlaku untuk rentang ukuran
bagi perusahaan dan
pemanfaatan yang relatif
insentif pada suatu lahan.
2. Pengembangan penggunaan
ritel dan perumahan di
kawasan ini akan menjadi
tidak konsisten dengan tujuan
mereka.
3. Pengembangan perumahan
tidak kompatibel dengan jenis
pemanfaatan yang diizinkan
pada kawasan ini dan tidak
diperbolehkan,
1. Kawasan ini terdiri dari area
yang dimaksud untuk
digunakan pada pembangunan
komersial dan industri besar
secara kurang intensif
daripada distrik IG-1.
2. Mereka dirancang untuk
memiliki lokasi agak lebih
besar dengan bagian belakang
lebih luas, dalam rangka untuk
menjamin kualitas tinggi
pembangunan dalam kawasan
tersebut dan hubungan
menyenangkan untuk kawasan
yang berdekatan.
3. Pengembangan penggunaan
ritel, bisnis dan perumahan di
kawasan ini akan menjadi
tidak konsisten dengan tujuan
mereka dan tujuan dari
kawasan tersebut.
4. Pengembangan perumahan
tidak kompatibel dengan
pemanfaatan yang diizinkan
pada kawasan ini dan tidak
diperbolehkan,
Jakarta
Peruntukan
Lahan
Kawasan
Campuran
No.
Sub Blok
Base Zone
Branford
Sub Blok
Jakarta
Peruntukan
Lahan
Kawasan
Campuran KDB
Rendah
Kawasan Industri
Kawasan Industri
KDB Rendah
Kawasan Taman
Kota
SPECIAL
DISTRICTS
KAWASAN
PERKANTORAN,
PERDAGANGAN
DAN JASA KDB
RENDAH
Sub Blok
K.4 (Perdagangan dan
Jasa KDB Rendah)
C.6 (Campuran Besar
KDB Rendah)
C.5 (Campuran Sedang
KDB Rendah)
C.4 (Campuran Kecil
KDB Rendah)
I.8 (Industri Besar KDB
Rendah)
I.7 (Industri Sedang KDB
Rendah)
I.6 (Industri Kecil KDB
Rendah)
I.5 (Industri Rumah
Tangga KDB Rencah)
I.4 (Industri Besar)
I.3 (Industri Sedang)
I.2 (Industri Kecil)
I.1 (Industri Rumah
Tangga)
H.3 (Taman
Kota/Lingkungan)
H.4 (Pemakaman)
H.5 (Jalur Hijau)
COASTAL MANAGEMENT
DISTRICT
1. Kawasan ini merupakan
tambahan dan tumpang tindih
satu (1) atau lebih dilain
kawasan yang bertujuan
mendefinisikan wilayah pesisir
kota di mana perlu
memastikan bahwa
pengembangan, pelestarian
atau penggunaan sumber
daya lahan dan air hasil
dengan cara yang konsisten
terhadap kemampuan sumber
daya lahan dan air guna
mendukung pembangunan
tersebut, pelestarian atau
penggunaan tanpa secara
signifikan mengganggu baik
lingkungan alam atau
pertumbuhan ekonomi yang
sehat.
III-8
No.
Base Zone
Branford
Sub Blok
2. Review Rencana kawasan
Pesisir untuk semua
bangunan, pemanfaatan atau
kegiatan yang berlokasi di
kawasan ini sangat penting
untuk menentukan apakah
atau tidak berpotensi dampak
negatif dari kegiatan yang
diusulkan pada Sumber Daya
Pesisir dan masa depan
tergantung pada air, kegiatan
pembangunan yang diterima di
bawah Lembaga Tindak
Pengelolaan Pesisir.
TOWN CENTER VILLAGE
DISTRICT
Tujuan dari Town Center Village
District (TCVD) adalah untuk
melestarikan karakter dari Pusat
Kota dan membimbing perbaikan
sesuai dengan karakter ini. The
Branford Town Center merupakan
jantung masyarakat, dengan
konsentrasi lembaga sipil dan
agama, ritel berkembang dan
restoran daerah, lingkungan
perumahan yang menarik, dan
berlimpahnya kegiatan sosial dan
budaya di Green Town. Perasaan
yang kuat dari tempat yang begitu
jelas di pusat kota memperkuat
struktur masyarakat dan
meningkatkan kualitas hidup
secara keseluruhan di Branford.
ACCESS MANAGEMENT
DISTRICT
1. Kawasan ini dibentuk untuk
melaksanakan tujuan
manajemen akses dari
Branford diidentifikasi di "AS
Route 1 / North Main Street
Rencana Manajemen Akses
"tertanggal Juni 2008.
2. Tujuan Bagian ini adalah untuk
mengurangi kecelakaan lalu
lintas, cedera, dan kerusakan
properti yang timbul sistem
akses dirancang dengan
buruk, dan untuk
meningkatkan keselamatan
Jakarta
Peruntukan
Lahan
No.
Sub Blok
Base Zone
Branford
Sub Blok
dan operasi dari US Route 1.
3. Ini akan melindungi investasi
publik yang cukup besar dalam
sistem transportasi yang ada
dan mengurangi kebutuhan
untuk tindakan perbaikan
mahal.
4. Bagian ini juga berfungsi untuk
lebih tertib tata letak dan
penggunaan tanah, melindungi
karakter masyarakat, dan
melestarikan sumber daya
alam dengan mempromosikan
jalan yang dirancang dengan
baik dan sistem akses.
PLANNED DEVELOPMENT
DISTRICT
1. Rencana pembangunan suatu
kawasan dapat dibentuk oleh
Komisi sesuai dengan
prosedur ini setelah
ditetapkan. Ketentuan Bagian
ini dirancang untuk
memungkinkan modifikasi dari
aplikasi yang ketat dari standar
dan ketentuan dari peraturan
ini untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan di bawah ini.
Sebuah rencana
pembangunan kawasan dapat
dibentuk oleh Komisi saat
ditemui kebutuhan dan sesuai
pada tujuan sebagai berikut:
2. Untuk mengizinkan
penggunaan lahan, bangunan
dan struktur lain menjadi
tujuan yang akan lebih
bermanfaat dan konsisten
dengan karakter kota dan
perbaikan jangka panjang dari
lingkungan dan konsisten
dengan rencana komprehensif
pembangunan yang diadopsi
oleh Komisi, ketika seperti
pemanfaatan yang terletak di
blok ukuran cukup untuk
mengakomodasi desain
harmonis bangunan, struktur
dan fasilitas sehubungan
dengan penggunaan dan
Jakarta
Peruntukan
Lahan
Sub Blok
III-9
No.
Base Zone
Branford
Sub Blok
ketika kawasan lain zonasi
tidak dapat tepat didirikan
untuk mencapai tujuan
tersebut.
AFFORDABLE HOUSING
1. Padahal, lebih dari 30 persen
dari unit perumahan di Kota
Branford adalah multi-keluarga
unit, dan sebalikny, peraturan
yang memungkinkan untuk
pembangunan terjangkau
multi-keluarga unit telah
berlaku sejak peraturan zonasi
pertama kali diadopsi, pada 3
Desember 1956 , Peraturan
berikut ini memberikan
kesempatan untuk
mengembangkan alternatif
jenis unit terjangkau. Tujuan
dari Peraturan Perumahan
Terjangkau adalah untuk
mendorong pengembangan
terjangkau ditempati pemilik
rumah keluarga tunggal yang
terpisah oleh keluarga lainnya.
Untuk mengurangi biaya,
Peraturan memungkinkan
untuk banyak kecil (4.500 kaki
persegi luas minimum). Untuk
memastikan kualitas, ada
desain standar untuk
konstruksi dan persyaratan
lansekap tertentu. Sebuah
asosiasi kepentingan bersama
kepemilikan diperlukan untuk
memastikan bahwa area
umum dipelihara. Setidaknya
20 persen dari harga unit
harus dalam perkembangan
untuk memenuhi definisi
"perumahan yang terjangkau,"
sebagaimana didefinisikan
dalam Bagian CGS 8-39a.
Akta pembatasan yang
diperlukan untuk
mempertahankan harga yang
terjangkau selama 40 tahun.
Komisi dapat membentuk
Kawasan Perumahan
Terjangkau (AHD) jika
Jakarta
Peruntukan
Lahan
No.
Sub Blok
Base Zone
Branford
Sub Blok
menemukan bahwa AHD akan
mengizinkan saluran dengan
ukuran yang ditetapkan di
bawah harus dirancang dan
dibangun peruntukan
perumahan satu keluarga dan
tujuan yang sama dengan cara
sesuai untuk mencapai satu
atau lebih dari berikut tujuan:
2. Untuk mendorong sektor
swasta membangun biaya
sedang, dengan rumah
terpisah untuk satu keluarga;
3. Untuk mempromosikan bahwa
perubahan dalam persyaratan
zonasi dapat meningkatkan
produksi perumahan yang
menarik kurang dari harga
pasar rata-rata;
4. Untuk menawarkan peluang
kepemilikan rumah bagi
keluarga dengan pendapatan
menengah;
5. Untuk memungkinkan pilihan
perumahan alternatif bagi satu
rumah tangga dan orang tua.
6. Pembentukan sebuah AHD
sebagai komunitas
kepemilikan umum diperlukan
untuk memastikan bahwa
standar tinggi dalam
pembangunan akan
dipertahankan, dan bahwa
biaya dinilai pada warga akan
digunakan untuk membayar
pemeliharaan dan area umum
lainnya. Semua persyaratan
dari Bagian ini berlaku untuk
AHD, bahkan jika AHD akan
dikecualikan dari persyaratan
CIAO tertentu.
5.6 AGE-RESTRICTED
HOUSING DISTRICT
Era-Dibatasi Kawasan
Perumahan ("ARHD") adalah
blanko Rencana pembangunan
kawasan (floating zone) yang
dapat ditetapkan oleh Komisi
sesuai dengan prosedur yang
selanjutnya ditentukan. Ketentuan
Jakarta
Peruntukan
Lahan
Sub Blok
III-10
No.
Base Zone
Branford
Sub Blok
Bagian ini dirancang untuk
memungkinkan modifikasi dari
aplikasi yang ketat dari standar
dan ketentuan dari Peraturan
untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan di bawah ini. Sebuah
ARHD dapat didirikan oleh Komisi
saat ditemui diperlukan dan
sesuai untuk tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk memajukan tujuan dari
Rencana Kota untuk
Konservasi dan Pembangunan
dengan menanggapi
perubahan demografi dengan
menyediakan peluang
perumahan tambahan dekat
dengan pusat kota Branford
bagi orang-orang yang 55
tahun dan lebih tua.
2. Untuk memungkinkan
penggunaan teknik desain
fleksibel atas tanah yang
standarnya dibawah
pengembangan zonasi
konvensional akan dibatasi
oleh topografi yang sulit,
tanah, batu, lahan basah atau
fitur lain yang membatasinya.
3. Untuk memungkinkan
pelestarian kawasan ruang
terbuka yang besar di blok
yang lebih konvensional
bentuk pembangunan akan
menyebabkan hilangnya fitur
alam atau sumber daya Komisi
menganggap penting untuk
Town.
Jakarta
Peruntukan
Lahan
Silom Road
Sub Blok
Sathor n Road
Surawongse Road
Ra,a IV Road from Bon Kai to Sri Praya
Wireless Road
Langsuan and Sarasin Roads
Rajdamri and Henri Dunant Roads
Phrayathai Road
Sukhumvit Road from Asoke to Rama I
Petchburi Road from Wireless to Phrayathai
Zona-zona lainnya harus memiliki FAR yang lebih rendah tergantung pada penggunaan
lahannya. Sebagai contoh, New Sathor n Road (Narathi was Rajanakarin Road just south of
Sathor n Road) akan mempunyai FAR 6:1 dan Sukhumvit Road from Asoke to Sukhumvit
71dengan FAR 8:1. Selain pembatasan dari segi FAR, peraturan zonasi yang baru juga
membatasi tinggi dan ukuran bangunan tergantung dari penggunaan lahandan lebar bahu jalan.
Dengan implementasi peraturan zonasi, diharapkan harga lahan yang berlokasi di pusat kota
akan meningkat secara drastic sementara tanah kapling dengan batas yang lebih nyata berlokasi
di luar pusat kota akan memiliki potensi pembangunan yang kurang komersial.
Salah satu peraturan yang paling controversial dalam peraturan zonasi adalah adanya
pembatasan zona kuning (low density zone), membatasi FAR maksimum 0.8:1 dan 1:1 dan
ukuran kapling minimal mulai dari 50 wah persegi sampai 100 wah persegi. FAR 1:1 akan
berdampak pada pengembangan town house yang biasanya mempunyai area terbangun lebih
dari dua kali ukuran tanah. Pada single-detached housing, peraturan mengenai ukuran kapling
100 wah persegi akan member dampak secara langsung kepada pengembangan perumahan
dengan tingkat pendapatan menengah yang biasanya membangun rumahnya pada ukuran
kapling 60-80 wah persegi. Pengembang Perumahan mengungkapkan keprihatinan mereka
mengenai peraturan zonasi baru yang mau tidak mau akan meningkatkan biaya pembangunan
dan harga rumah.Tabel di bawah menunjukkan ringkasan dari rancangan peraturan zonasi
terbaru dari di Kota Bangkok.
Tabel III.1
Peraturan Zonasi Kota Bangkok
Zone
III.4 PERATURAN ZONASI KOTA BANGKOK
Peraturan zonasi yang baru di Kota Bangkok belum selesai, namun dijadwalkan untuk
menggantikan peraturan zonasi yang berlaku pada bulan Juli. Peraturan zonasi kota Bangkok
pada saat ini tidak memuat elemen FAR (Floor Area Ratio), dan FAR sebesar 10:1 berlaku untuk
sebagian besar wilayah di Kota Bangkok. FAR mengindikasikan daerah terbangun untuk
sebidang lahan, misalnya jika FAR 10:1 memungkinkan dilakukannya pembangunan maksimum
10 kali ukuran tanah. Peraturan zonasi yang baru untuk Kota Bangkok dimaksudkan akan
mengizinkan FAR 10:1 dalam suatu lahan dengan kepadatan tinggi di beberapa zona merah
(commercial zone) termasuk area berikut
Merah
Designated Sub
use
Zone
FAR
Main Area
Por 1 3:1
Suburban
commercial
area
Por 2 4:1
Suburban
commercial
Komersial
Key Prohibitions
Komersial dan perkantoran lebih luas dari
10.000 m2
Bangunan komersial dan perkantoran
lebih dari 23 meter kecuali terletak di jalan
yang lebih dari 20 meter
Pabrik
Bangunan komersial dan perkantoran
lebih dari 10,000 m2 kecuali berlokasi
lebih dari jangkauan 30m
III-11
Zone
Designated Sub
use
Zone
FAR
Main Area
areas
Brown
Por 3
Pabrik
Por 4
Pabrik
Por 5
Pabrik
Yor 9
Yor
10
Orange Medium
density
Residential
Yor 5
Zone
Designated Sub
use
Zone
Pabrik
Inner
commercial
6:1 area
Yor 8
Perumahan
dengan
kepadatan
tinggi
Key Prohibitions
Yor 6
FAR
Main Area
Fringe of inner
residential
3:1 area
Inner
residential
5:1 area
Key Prohibitions
Yor 7
Fringe of inner
residential
4:1 area
Yellow
Low density
residential
Yor 1 0.8:1
Bangkok
Suburb
0.8 :
Yor 2 1
Bangkok
Suburb
Zone
Designated Sub
use
Zone
Yor 3
FAR
Bangkok
1:1 Suburb
Yor 4 1:1
Purple
Light
Purple
Industrial
Warehouse
Or1,
Or 2
Or 3
Main Area
Bangkok
Suburb
Outer
1:1 Bangkok
Outer
1:1 Bangkok
Key Prohibitions
Designated Sub
use
Zone
Zone
FAR
Main Area
Key Prohibitions
Hotel
Pabrik
Berikut merupakan tabel yang mengindikasikan perbedaan nomenklatur peraturan zonasi di Kota
Bangkok dan Kota Jakarta
No
Jakarta
Peruntukan Lahan
kawasan perkampungan
kawasan perumahan
horisontal
kawasan perumahan
vertikal
kawasan perumahan
horisontal kdb rendah
kawasan perumahan
vertikal kdb rendah
kawasan perkantoran,
perdagangan dan jasa
kawasan perkantoran,
perdagangan dan jasa kdb
rendah
kawasan campuran
kawasan campuran kdb
rendah
kawasan pelayanan umum
dan sosial
kawasan pelayanan umum
dan sosial
kawasan industri
Bangkok
Sub
Blok
Peruntukan lahan
Sub Blok
High-density
residential
Medium density
residential
Low density
residential
Commercial
Industrial
Or 1, Or 2
III-13
No
Jakarta
Peruntukan Lahan
Bangkok
Sub
Blok
kawasan industri
21 kdb rendah
22 Kawasan pergudangan
kawasan pergudangan
23 kdb rendah
24 kawasan terbuka biru
kawasan taman nasional
25 kepulauan seribu
Peruntukan lahan
Warehouse
Sub Blok
Or 3
Penggunaan
Penggunaan campuran, kepadatan
rendah
Penggunaan campuran, kepadatan
sedang
Penggunaan campuran, kepadatan
sedang - tinggi
Lingkungan Ritel / Penggunaan
Campuran, kepadatan sedang
Lingkungan Ritel
Kawasan Industri terencana
Kawasan umum Komersial dan industri
Ruang umum
Ruang terbuka
Ruang terbuka/ sekolah
Bandara
Taman
Total
Source: San Mateo County Assessors Office, 2008.
Guna lahan
menunjukkan dan mengatur di mana lahan dapat dikembangkan secara spesifik seperti
perumahan, komersial, industri, ruang terbuka, fasilitas umum dan penggunaan campuran.
Guna lahan juga menyediakan pengaturan untuk setiap penggunaan lahan dan kebijakan
lahan secara keseluruhan.
untuk lebih jelas, lihat tabel berikut
2.
358
1,221
75
52
Luas (hektar)
3%
0.3%
23
1%
1
278
121
4
94
71
24
60
2,480
0.03%
11%
5%
0.2%
4%
3%
1%
2%
100%
Housing elemen.
Unsur Perumahan dimaksudkan untuk menyediakan, pemeliharaan dan pengembangan
perumahan bagi warga Kota.
Penggunaan
Keluarga tunggal, kepadatan rendah
Keluarga tunggal
Beberapa keluarga, kepadatan rendah
Beberapa keluarga, kepadatan sedang
63
a. Melestarikan dan memperkuat San Carlo City sebagai kota yang menjadi pusat kegiatan
sosial dan budaya
b. Meningkatkan konektivitas dengan menempatkan retail dan jasa yang dapat dijangkau
dengan berjalan kaki dari rumah atau kantor
c. Pastikan bahwa setiap pencaplokan lahan terjadi secara tertib dan sistematis dan
mematuhi semua tujuan Kota, kebijakan, dan standar
d. Mendukung dan mempertahankan penggunaan lahan yang memberikan kontribusi
ke komunitas ekonomi lokal yang bersemangat dan ulet serta memberikan dukungan
fiskal
e. Memperkuat vitalitas ekonomi dengan mendorong keanekaragaman penggunaan
komersial sekaligus melindungi dan melestarikan menggunakan industri yang ada
f. Memajukan karakter masyarakat dari San Carlos, termasuk karakter desa yang unik
g. Melindungi dan meningkatkan semua perumahan lingkungan.
h. Meminimalkan dampak pembangunan di daerah lereng bukit.
menentukan visi yang realistis untuk sebuah kota dalam 20 tahun ke depan.
Memberikan arah kebijakan dalam hal fisik, sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan karakter
kota.
sebagai panduan yang komprehensif untuk pengambilan keputusan tentang penggunaan
lahan, sirkulasi, manajemen lingkungan, taman dan rekreasi, perumahan, kebisingan publik
kesehatan dan keselamatan.
Sebagai landasan umum untuk penentuan zonasi.
1%
Persen*
Tujuan utama dari perencanaan land Use (perencanaan penggunaan lahan) adalah untuk
memastikan bahwa pola penggunaan lahan di San Carlos city dapat diterapkan secara
berkelanjutan. selain itu ada tujuan yang lain yaitu
27
Luas (hektar)
14%
49%
3%
2%
Persen*
3.
4.
III-14
1. Keberlanjutan lingkungan
2. Identitas komunitas masyarakat
3. Perumahan
4. pertumbuhan ekonomi
5. Parkir dan ruang terbuka
berikut adalah tabel perbandingan nomenklatur di DKI Jakarta dan di san carlo
Elemen taman dan rekreasi menyediakan ruang terbuka, taman dan jalan untuk kegiatan
rekreasi di San Carlos.
6.
7.
Elemen kebisingan
elemen kebisingan mengidentifikasi sumber kebisingan dan
mengurangi dampak negatif dari kebisingan terhadap masyarakat.
merencanakan
untuk
No
1
peruntukan
Perumahan
Zona
Kawasan
Perkampungan
Proses perencanaan
Prinsip-prinsip, tujuan, kebijakan dan tindakan memberikan pedoman kepada San carlos,
bagaimana mengarahkan perubahan dan mengelola sumber daya selama 20 tahun ke
depan. Hal ini tidak mungkin terlaksana semua karena selama 1 periode rencana terdapat
banyak kendala, salah satunya kendala fiskal. Gambar dibawah menggambarkan bahwa
kebijakan dan tindakan berada di tingkat penting yang sama, dan keduanya dimaksudkan
untuk menerapkan tujuan. Dalam kebanyakan kasus, tujuan bisa dijabarkan ke dalam
kebijakan dan tindakan. Dalam beberapa kasus tujuan dapat dilaksanakan secara eksklusif
baik melalui kebijakan atau tindakan.
Gambar III.1 Komponen perencanaan master
Kawasan
Perumahan
Horisontal
Jakarta
Sub Zona
San Carlo
Zona
Single Family,
(Keluarga tunggal)
Kawsasan rumah
keluarga tunggal
dengan kepadatan
hingga 6 (enam) unit
hunian per hektar.
Multiple-Family, Low
Density (beberapa
Keluarga, kepadatan
rendah) kawasan
tempat tinggal
beberapa keluarga
dengan kepadatan 10
sampai 20 unit hunian
per hektar.
Sub
Zona
-
Multiple-Family,
medium Density
(beberapa Keluarga,
kepadatan sedang)
kawasan tempat
tinggal beberapa
keluarga dengan
III-15
No
peruntukan
Zona
Jakarta
Sub Zona
atas 50 bangunan
perhektar. Tipe tunggal,
ganda/kopel atau deret
dengan ketinggian
maksimum 4 lantai.
R.4 (Rumah Sedang)
Kawasan peruntukan
hunian dengan luas
kaveling lebih besar dari
200 meter persegi sampai
400 meterpersegi dengan
kepadatan bangunan di
bawah 50 bangunan
perhektar. Tipe bangunan
tunggal dan ganda/kopel
dengan ketinggian
maksimum 4 lantai.
R.5 (Rumah Besar)
Kawasan peruntukan
hunian dengan luas
kaveling lebih besar dari
400 sampai dengan 500
meterpersegi, tipe
bangunan tunggal dengan
ketinggian maksimum 4
lantai.
San Carlo
Zona
kepadatan hingga 59
hunian per hektar.
Sub
Zona
No
peruntukan
Zona
Sub Zona
San Carlo
Zona
Jakarta
Komersial
C.1 (Campuran
Kecil)
Kawasan
dengan
peruntukan
campuran
secara vertikal
antara
penggunaan
hunian dengan
fungsi kantor
dan/atau toko,
industri dengan
ketinggian
maksimal 4
lantai, dan tipe
bangunan deret
atau tunggal.
Sub
Zona
Neighborhood
Retail/Mixed Use,
Medium Density
Memungkinkan
penggunaan campuran
antara komersial dan
permukiman multiplefamily dengan
kepadatan sampai 50
hunian per hektar.
neighborhood retail
tanpa penggunaan
campuran juga di
ijinkan di zona ini
III-16
No
peruntukan
Industrial
Zona
C.2 (Campuran
Sedang)
Kawasan
dengan
peruntukan
campuran
secara vertikal
antara
penggunaan
hunian, kantor
dan/toko,
industri dengan
ketinggian
maksimal 5-8
lantai, KDB
maksimal 50 %
dan tipe
bangunan deret
atau tunggal.
C.3 (Campuran
Besar)
Kawasan
dengan
peruntukan
campuran
secara vertikal
antara
penggunaan
hunian, kantor
dan/toko, jasa,
industri dengan
ketinggian
maksimal > 8
lantai, dan tipe
bangunan deret
atau tunggal.
C.4 (Campuran
Kecil
KDB
Rendah)
Kawasan
dengan
peruntukan
campuran
Jakarta
Sub Zona
San Carlo
Zona
Neighborhood Retail,
guna lahan kawasan
sebagai pelayanan
penjualan barang dan
jasa
Planned Industrial,
kawasan yang
digunakan untuk
kegiatan penelitian dan
pengembangan biotek,
industri ringan, flex,
pergudangan
Sub
Zona
No
peruntukan
Zona
secara vertikal
antara
penggunaan
hunian dengan
fungsi kantor
dan/atau toko,
dan/atau
industri dengan
ketinggian
maksimal 4
lantai, KDB
maksimal 30 %
dan tipe
bangunan deret
atau tunggal.
C.5 (Campuran
Sedang
KDB
Rendah)
Kawasan
dengan
peruntukan
campuran
secara vertikal
antara
penggunaan
hunian, kantor
dan/toko,
dan/atau
industri dengan
ketinggian
maksimal 5-8
lantai, KDB
maksimal 30 %
dan tipe
bangunan deret
atau tunggal.
C.6 (Campuran
Besar KDB
Rendah)
Kawasan
dengan
peruntukan
campuran
Jakarta
Sub Zona
San Carlo
Zona
dan beberapa kegiatan
lain yang terkait
Sub
Zona
General
Commercial/Industrial,
memungkinkan
penempatan semua
ritel,
pelayanan, kantor,
serta penelitian dan
pengembangan
industri. kawasan ini
memberikan
fleksibilitas secara
maksimal untuk
dikembangkan sebagai
kawasan non
permukiman
III-17
No
peruntukan
Fasilitas
umum dan
sosial
Zona
secara vertikal
antara
penggunaan
hunian, kantor
dan/toko,
dan/atau
industri dengan
ketinggian
maksimal > 8
lantai, KDB
maksimal 30 %
dan tipe
bangunan deret
atau tunggal.
S.2
(Sarana
Kesehatan)
Kawasan
dengan
peruntukan
sebagai tempat
sarana kegiatan
jasa pelayanan
umum dan
sosial. Semua
jenis dan
tingkatan
pelayanan
sesuai standar
kebutuhan yang
berlaku tipe
tunggal, dengan
KDB antara 5 %
- 50 %.
S.3
(Sarana
Ibadah)
Kawasan
dengan
peruntukan
sebagai tempat
sarana kegiatan
jasa pelayanan
umum dan
sosial. Semua
Jakarta
Sub Zona
San Carlo
Zona
Taman (park),
digunakan untuk taman
umum baik secara pasif
maupun aktif. kawasan
taman juga digunakan
untuk rekreasi outdoor
and indoor, termasuk
didalamnya lapangan
bermain, taman
bermain, pusat-pusat
Sub
Zona
No
peruntukan
Zona
jenis dan
tingkatan
pelayanan
sesuai standar
kebutuhan yang
berlaku tipe
tunggal, dengan
KDB antara 5 %
- 50 %.
S.4
(Sarana
Sosial Budaya)
Kawasan
dengan
peruntukan
sebagai tempat
sarana kegiatan
jasa pelayanan
umum dan
sosial. Semua
jenis dan
tingkatan
pelayanan
sesuai standar
kebutuhan yang
berlaku tipe
tunggal, dengan
KDB antara 5 %
- 50 %.
S.5
(Sarana
Rekreasi
dan
Olahraga)
Kawasan
dengan
peruntukan
sebagai areal
olahraga semua
tingkatan
beserta
fasilitasnya
yang berupa
lapangan
olahraga
terbuka, patung,
Jakarta
Sub Zona
San Carlo
Zona
komunitas
dan penggunaan
rekreasi lainnya
Sub
Zona
Open space ,
merupakan lahan yang
belum dikembangkan,
terdiri dari lahan
terbuka, danau,
waduk, dan habitat
satwa liar. berfungsi
untuk keberlanjutan
lingkungan di masa
yang akan datang.
III-18
No
peruntukan
Zona
kolam/situ,
pedestrian,
tempat duduk,
petunjuk arah
dan bangunan
penunjang
maksimal
dengan
koefisien
bangunan 5%
(lima persen)
tipe bangunan
tunggal.
S.6
(Sarana
Pelayanan
Umum)
Kawasan
dengan
peruntukan
sebagai tempat
sarana kegiatan
jasa pelayanan
umum dan
sosial. Semua
jenis dan
tingkatan
pelayanan
sesuai standar
kebutuhan yang
berlaku tipe
tunggal, dengan
KDB antara 5 %
- 50 %.
S.7
(Sarana
Parkir
Mobil/Motor)
Kawasan
dengan
peruntukan
sebagai tempat
sarana kegiatan
jasa pelayanan
umum dan
Jakarta
Sub Zona
San Carlo
Zona
Sub
Zona
No
peruntukan
Zona
sosial. Semua
jenis dan
tingkatan
pelayanan
sesuai standar
kebutuhan yang
berlaku tipe
tunggal, dengan
KDB antara 5 %
- 50 %.
S.8
(Sarana
Utilitas Umum)
Kawasan
dengan
peruntukan
sebagai tempat
sarana kegiatan
jasa pelayanan
umum dan
sosial. Semua
jenis dan
tingkatan
pelayanan
sesuai standar
kebutuhan yang
berlaku tipe
tunggal, dengan
KDB antara 5 %
- 50 %.
Jakarta
Sub Zona
San Carlo
Zona
Sub
Zona
III-19
BAB IV
GAMBARAN UMUM
IV-1
IV-2
IV-3
Iklim
Sebagaimana di Indonesia pada umumnya, DKI Jakarta beriklim tropis dengan karakteristik
musim penghujan pada bulan Oktober hingga Maret dan musim kemarau pada bulan April hingga
September. Cuaca di kawasan DKI Jakarta dipengaruhi oleh angin laut dan darat yang bertiup
secara bergantian antara siang dan malam.
Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 26oC 28oC. Perbedaan suhu antara musim hujan
dengan musim kemarau relatif kecil, oleh karena perubahan suhu udara cenderung dipengaruhi
oleh perbedaan ketinggian dibandingkan oleh musim.
Curah hujan tahunan di DKI Jakarta relatif rendah dan terbagi atas zona utara dengan curah
hujan rata-rata antara 1.500 2.000 mm/tahun dan zona selatan dengan curah hujan rata-rata
antara 2.000 3.000 mm/tahun. Semakin ke hulu, curah hujan semakin tinggi, dimana curah
hujan di sekitar kawasan Depok tercatat antara 3.000 3.500 mm/tahun, di sekitar Cibinong
antara 3.500 4.000 mm/tahun, dan di sekitar Bogor antara 4.000 4.500 mm/tahun. Di kawasan
Gunung Salak dimana Sungai Ciliwung berhulu memiliki curah hujan lebih dari 4.500 mm/tahun.
1
2
5
10
25
50
100
84
92
129
153
184
207
229
Di wilayah Pantura, curah hujan bulanan rata-rata yang diwakili catatan pada Bandara SoekarnoHatta periode 1986 - 2011 tertera pada Tabel III.3 Namun, pola curah hujan pada masa
mendatang diprakirakan akan mengalami perubahan oleh fenomena perubahan iklim. Hal
tersebut diindikasikan oleh perubahan pola suhu dan tekanan udara yang tidak merata secara
spasial. Dampaknya ditunjukkan oleh terjadinya cuaca ekstrim, peningkatan frekuensi badai
tropis, dan pergeseran musim. Kajian yang dilakukan BMKG berdasarkan data periode 50 tahun
menyimpulkan bahwa intensitas siklon tropis akan menjadi semakin tinggi, terutama di Samudera
Hindia; perubahan lama musim serta awal musim hujan dan kemarau; kenaikan suhu laut; dan
kenaikan muka air laut. Di Provinsi DKI Jakarta diperkirakan terjadi kecenderungan perubahan
musim, dimana musim hujan menjadi semakin panjang dan musim kemarau menjadi semakin
pendek dan perubahan muka air laut.
Pada umumnya hujan terjadi hampir pada setiap bulan, termasuk pada musim kemarau. Curah
hujan yang terjadi di bagian hulu DAS di sekitar wilayah Bogor jauh lebih besar dibandingkan
curah hujan di DKI Jakarta. Dalam perencanaan RDTR DKI Jakarta 2030, digunakan data curah
hujan dari stasiun Bogor untuk mewakili kawasan bagian hulu dan dari stasiun Kapuk di Jakarta
untuk mewakili kawasan bagian hilir. Curah hujan bulanan tertera pada tabel berikut.
Beberapa studi yang dilakukan memprakirakan curah hujan akan meningkat sebesar 10% pada
bulan-bulan basah (November - April) dan akan menurun sebesar 10% pada bulan bulan kering
(Mei - Oktober). Tabel III.3 menunjukkan curah hujan bulanan yang tercatat di Bandara SoekarnoHatta.
Tabel IV.1
Curah Hujan Bulanan di Kawasan Hulu dan Hilir DKI Jakarta (mm)
Sta. Bogor
Curah hujan bulanan relatif bervariasi, dimana surplus air terjadi pada bulan Desember, Januari,
Februari, hingga Maret dan selama delapan bulan lainnya terjadi defisit air. Gambar berikut
menunjukkan fluktuasi curah hujan bulanan rata-rata di DKI Jakarta.
Bulan
Kala Ulang
(Tahun)
Tabel IV.3 Curah Hujan Bulanan Dengan dan Tanpa Perubahan Iklim
Januari
512
374
Februari
370
279
Maret
398
173
April
387
136
Januari
355
391
Mei
372
102
Februari
320
352
Juni
237
63
Maret
162
178
Juli
236
56
April
127
140
Agustus
288
69
Me
102
92
September
315
59
Juni
63
57
Oktober
434
90
Juli
64
58
November
375
119
Agustus
41
37
Desember
360
195
September
39
35
4.283
1.715
Oktober
83
75
Nopember
92
101
Desember
187
206
1.635
1.720
Curah hujan harian maksimum menurut berbagai kala ulang yang tercatat pada stasiun Kapuk
tertera pada tabel berikut.
Total
IV-4
kawasan resapan berubah menjadi kawasan terbangun sehingga aliran permukaan menjadi lebih
intensif.
Kondisi Fisiografi dan Geomorfologi
Berdasarkan peta geologi Lembar Jakarta, wilayah DKI Jakarta merupakan bagian satuan
morfologi dataran pantai yang dicirikan oleh permukaan tanah yang nisbi datar dengan ketinggian
antara 0 - 15 m d.p.l. dengan lebar antara 7 - 40 km, meliputi tanggul pematang pantai, daerah
rawa, dan dataran delta. Dataran ini dikenal sebagai Dataran Rendah Jakarta (Bemmelen, 1949).
Sebagai dataran rendah, sekitar 40% wilayah DKI Jakarta berada di bawah permukaan laut.
Gambar IV.4
Peta Kemiringan Lereng Jabodetabek
Tabel IV.4
Curah Hujan Kumulatif di DKI Jakarta1
Curah Hujan Kumulatif (mm)
Jam
Menit
T5
T25
T100
13
16
20
15
34
40
50
30
55
65
82
80
99
122
104
134
157
114
154
176
128
181
216
12
142
208
254
24
150
232
286
Keterangan : 1 Dengan mempertimbangkan tambahan curah hujan oleh perubahan iklim sebesar 10%
Kebanyakan daerah tangkapan air dari sungai-sungai yang melewati kota Jakarta berbentuk
memanjang, sehingga hidrograf banjir cenderung cepat, tajam, dan terjadi dalam waktu yang
singkat. Kondisi tersebut diperburuk oleh pesatnya perubahan penggunaan lahan, dimana
Kemiringan lereng wilayah DKI Jakarta berkisar antara 0 - 3% dan dapat dikategorikan relatif
datar (Gambar III.4). Wilayah bagian Selatan Jakarta hingga bagian Utara wilayah Bogor dan
Cibinong memiliki kemiringan lereng antara 8 - 15%, dan semakin ke Selatan kea rah Ciawi dan
Puncak yang merupakan hulu sungai-sungai yang bermuara di Teluk Jakarta memiliki kemiringan
lereng >15%. Perkembangan kawasan terbangun yang pesat di bagian Selatan dan daratan
IV-5
lempung pasiran. Semakin ke arah Utara mendekati pantai berupa lanau pasiran dengan
sisipan lempung organik dan pecahan cangkang kerang, tebal endapan antara perselangselang lapisannya berkisar antara 3 - 12 m dengan ketebalan secara keseluruhan
diperkirakan mencapai 300 m. Lanau lempungan tersebar secara dominan di permukaan,
abu-abu kehitaman sampai abu-abu kecoklatan, setempat mengandung material organik,
lunak-teguh, plastisitas sedang-tinggi. Lanau pasiran, kuning keabuan, teguh, plastisitas
sedang-tinggi. Lempung pasiran, abu-abu kecoklatan, teguh, plastisitas sedang-tinggi. Pada
beberapa tempat tebal lapisan lanau lempungan antara 1,5 5 m, lanau pasiran antara 0,5
3 m, dan lempung pasiran antara 1 - 4 m.
Satuan Lempung Pasiran dan Pasir Lempungan, merupakan endapan limpah banjir
sungai. Satuan ini tersusun berselang-selang antara lempung pasiran dan pasir lempungan.
Lempung pasiran umumnya berwarna abu-abu kecoklatan, coklat, dengan plastisitas sedang,
konsistensi lunak-teguh. Pasir lempungan berwarna abu-abu, agak lepas, berukuran pasir
halus-kasar, merupakan endapan alur sungai dengan ketebalan 1,5 17 m.
Lempung Lanauan dan Lanau Pasiran, merupakan endapan kipas aluvial vulkanik (tanah
tufa dan konglomerat), berangsur-angsur dari atas ke bawah terdiri dari lempung lanauan dan
lanau pasiran dengan tebal lapisan antara 3 13,5 m. Lempung lanauan tersebar secara
dominan di permukaan, coklat kemerahan hingga coklat kehitaman, lunak-teguh, plastisitas
tinggi. Lanau pasiran, merah-kecoklatan, teguh, plastisitas sedang-tinggi. Pada beberapa
tempat tebal lapisan lempung antara 1,5 - 6 m dan lanau lempungan antara 1,5 7,5 m. Tufa
dan konglomerat melapuk menengah tinggi, putih kecoklatan, berbutir pasir halus-kasar,
agak padu dan rapuh.
Skema penampang geologi antara Gunung Salak sampai pantai Jakarta ditunjukkan oleh gambar
berikut.
Gambar IV.5 Potongan Melintang Selatan-Utara
Pasir lempungan dan lempung pasiran, merupakan endapan aluvial sungai dan pantai
berangsur-angsur dari atas ke bawah terdiri dari lanau lempungan, lanau pasiran dan
Sistem akifer Cekungan Airtanah (CAT) Jakarta dibentuk oleh beberapa lapisan akifer (multi
layers), yaitu endapan Kuarter dengan ketebalan akifer tunggal (single aquifer layer) umumnya
antara 1 - 5 m berupa lanau dan pasir halus, namun dapat mencapai ketebalan antara 17 - 23 m
(Murtianto dkk, 1994). Airtanah pada endapan Kuarter mengalir pada sistem akifer ruang antar
butir. Akifer produktif umumnya dijumpai mulai kedalaman sekitar 40 m di bawah muka tanah
setempat (bmt) mencapai kedalaman maksimum sekitar 150 m bmt. Penyebaran akifer secara
horisontal berbentuk lensa selang-seling dengan lithologi lempung pasiran (dominan). Kelulusan
horizontal antara 0,1 40 m/hari, sementara kelulusan vertikalnya berdasarkan hasil simulasi
aliran airtanah sekitar 250 m2/hari.
Sistem akifer di CAT Jakarta dapat dibagi menjadi 3 (tiga) akifer, dimana masing-masing akifer
dipisahkan oleh lapisan lempung berfasies laut (Soekardi, 1982 dalam Soekardi, 1986).
IV-6
Gambar IV.7
Peta Resapan Air Potensial Kawasan Jabodetabekpunjur
IV-7
IV-8
No.
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Gambir
2004
82.506
Tanah Abang
136.485
137.081
121.725
102.563
121.217
120.537
144.459
144.459
Menteng
76.841
77.176
78.155
78.542
70.489
70.018
68.309
68.309
Senen
95.825
96.243
100.430
93.069
75.127
74.572
94.540
94.540
Cempaka Putih
82.812
83.172
78.109
64.951
67.443
67.358
84.850
84.850
Johar Baru
112.278
112.766
107.701
101.192
110.045
110.045
116.261
116.261
Kemayoran
206.622
207.526
194.518
187.771
187.153
187.491
215.331
215.331
Sawah Besar
105.225
105.683
112.420
102.717
103.068
102.748
100.801
100.801
898,594
260.904
902.512
262.040
878.918
223.166
814.166
232.716
813.623
233.109
811.495
233.010
902.973
288.226
903.277
321.840
Jakarta Pusat
1
Koja
2005
82.865
2006
85.860
2007
83.361
2008
79.081
2009
78.726
2010
78.422
2011
78.726
Kelapa Gading
128.303
128.861
106.981
107.557
108.604
109.633
154.568
131.354
Tanjung Priok
336.535
337.997
312.768
312.349
312.113
311.856
375.195
410.103
Pademangan
122.560
122.182
121.805
121.307
120.286
119.398
149.596
162.616
Penjaringan
176.669
174.181
178.026
184.603
186.528
186.585
306.351
288.190
Cilincing
237.484
333.610
238.221
239.438
240.791
241.501
371.376
403.406
Jakarta Utara
Jumlah Penduduk
Kecamatan
104.682
141.859
63.456
Pancoran
121.468
120.329
121.558
122.559
123.601
122.972
147.972
119.563
Tebet
237.001
237.597
238.970
240.485
241.208
241.208
209.041
98.252
Setiabudi
119.343
119.339
119.588
119.775
119.678
119.563
128.882
90.371
Kebayoran Lama
224.748
225.561
226.789
228.581
233.607
231.859
293.646
382.802
Pesanggrahan
152.720
305.695
306.966
308.710
310.994
312.199
211.761
276.273
Cilandak
151.351
152.002
153.291
154.122
154.180
153.623
189.406
251.825
10
Pasar Minggu
245.847
258.858
249.033
250.862
247.247
252.365
287.731
304.142
1.708.552
1.728.507
1.733.251
1.741.804
1.750.993
1.755.043
2.062.232
2.076.534
Jakarat Selatan
1
Taman Sari
154.889
154.384
154.941
117.914
118.218
117.682
117.132
140.209
Tambora
266.051
264.223
265.851
216.305
215.912
215.938
214.271
277.819
Kalideres
169.937
165.602
166.409
250.348
250.837
250.977
252.337
362.025
Grogol Petamburan
190.883
190.755
190.700
165.220
164.460
164.083
181.888
237.295
Cengkareng
231.060
230.623
229.601
305.628
305.589
304.945
304.428
466.907
Kebon Jeruk
200.545
200.536
200.236
225.250
226.206
226.883
228.155
313.445
Kembangan
139.977
138.371
141.095
160.425
160.169
161.618
163.160
241.484
Palmerah
193.100
191.558
190.060
175.571
175.363
175.120
174.626
222.273
1.546.442
-
1.536.052
1.538.893
1.616.661
1.616.754
1.617.246
1.635.997
2.261.457
11.860
11.920
11.837
13.928
13.404
12.750
15.076
8.056
8.123
8.189
8.777
8.414
8.332
9.860
19.916
20.043
20.026
22.705
21.818
21.082
24.936
7.675.871
7.512.778
7.559.228
7.603.508
7.617.016
8.879.893
9.624.401
Jakarta Barat
1
Kepulauan Seribu
DKI Jakarta
7.524.594
Berdasarkan kepadatan penduduk di DKI Jakarta pada tahun 2011 berjumlah 143 jiwa/Ha.
Kecamatan Tambora mempunyai kepadatan penduduk paling tinggi pada tahun 2011 yaitu
berjumlah 514 jiwa/ha, sedangkan yang mempunyai kepadatan penduduk terendah pada tahun
2011 adalah Kecamatan Cipayung yaitu berjumlah 71 jiwa/ha. Berdasarkan pada perbandingan
dengan kepadatan pada 2004 yang memiliki kenaikan terbesar terdapat pada Kecamatan
Pesanggrahan sebesar 92 jiwa/ha, sedangkan yang memiliki penurunan terbesar terdapat pada
Kecamatan Tebet sebesar -145 jiwa/ha. Komposisi penduduk berdasarkan kepadatan penduduk
terdapat pada tabel 3.2.
1.197.970
1.201.431
1.201.983
1.645.312
1.717.509
177.930
180.581
182.441
184.788
185.830
203.615
Pasar Rebo
151.168
155.680
159.776
162.747
164.755
166.556
189.232
191.947
Ciracas
198.500
200.181
200.770
202.815
204.147
205.622
251.757
249.920
Cipayung
117.761
120.780
132.562
125.716
137.253
142.298
228.136
203.615
Cakung
215.133
220.863
225.702
232.140
237.185
239.059
422.647
407.113
Kramat Jati
201.095
202.967
204.629
206.327
212.368
213.119
272.479
244.726
Pulo Gadung
280.238
279.715
279.687
280.147
279.623
279.607
262.328
281.953
1.
Matraman
194.175
194.158
193.826
193.254
193.734
193.896
148.406
191.638
Jatinegara
263.219
263.543
266.853
263.949
264.371
261.037
266.734
289.342
10
Duren Sawit
314.579
316.826
318.971
320.925
322.125
323.449
384.748
376.819
2.108.551
2.130.013
2.160.706
2.168.601
2.198.002
2.209.431
2.612.297
2.640.688
143.354
142.326
141.714
109.309
Jagakarsa
208.992
214.065
222.304
222.901
227.055
230.521
310.220
380.541
2011
104.788
1.180.967
143.975
2010
103.825
175.300
144.037
2009
103.690
1.358.871
144.544
2008
103.237
172.683
144.791
2007
102.291
1.262.455
Kebayoran Baru
2006
Mampang Prapatan
Makasar
2005
Jakarta Timur
2004
No.
Kecamatan
2011
Gambir
108
103
2.
Tanah Abang
146
155
3.
Menteng
117
104
4.
Senen
227
224
5.
Cempaka Putih
176
180
6.
Johar Baru
473
490
7.
Kemayoran
285
297
IV-9
Kecamatan
No.
Kecamatan
2004
2011
170
163
1.
Jakarta Pusat
186
187
2.
1.
Koja
197
243
Kepulauan Seribu
2.
Kelapa Gading
79
81
DKI Jakarta
3.
Tanjung Priok
133
163
4.
Pademangan
123
163
5.
Penjaringan
49
81
6.
Cilincing
59
101
Jakarta Utara
90
123
IV.2.2.1
1.
Makasar
78
92
2.
Pasar Rebo
116
147
3.
Ciracas
128
162
4.
Cipayung
41
71
5.
Cakung
50
95
6.
Kramat Jati
155
188
7.
Pulo Gadung
179
180
8.
Matraman
391
386
9.
Jatinegara
231
254
10.
Duren Sawit
138
166
Jakarta Timur
111
139
1.
Jakarta Pusat
1.150.000
9,20
1.
Kebayoran Baru
112
84
2.
Jakarta Utara
2.325.000
18,60
2.
Jagakarsa
83
152
3.
Jakarta Timur
3.012.500
24,10
3.
Mampang Prapatan
132
82
Jakarta Selatan
2.825.000
22,60
4.
Pancoran
142
140
4.
5.
Jakarta Barat
3.162.500
25,30
5.
Tebet
248
103
6.
Kepulauan Seribu
25.000
0,20
6.
Setiabudi
134
102
12.500.000
100,00
7.
Kebayoran Lama
116
198
8.
Pesanggrahan
113
205
9.
Cilandak
83
138
10.
Pasar Minggu
112
138
Jakarat Selatan
117
142
1.
Taman Sari
355
321
2.
Tambora
492
514
3.
Kalideres
56
119
4.
Grogol Petamburan
193
240
5.
Cengkareng
87
175
6.
Kebon Jeruk
113
177
7.
Kembangan
57
99
8.
Palmerah
257
296
123
179
8.
Sawah Besar
Jakarta Barat
2004
2011
32
26
28
114
143
Kota/Kabupaten
Jumlah
Prosentase (%)
Sumber : Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Jakarta 2030
Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2030 penduduk Jakarta Pusat direncanakan sebesar
1.150.000 jiwa, Jakarta Timur sebesar 3.012.500 jiwa, Jakarta Selatan sebesar 2.825.000
jiwa, Jakarta Barat sebesar 3.162.500 jiwa, Jakarta Utara sebesar 2.325.000 termasuk
kawasan reklamasi Pantura Jakarta, dan Kabupaten Kepulauan Seribu sebesar 25.000 jiwa.
Kebijakan distribusi penduduk di setiap Kota dan Kabupaten Administrasi akan menjadi basis
distribusi penduduk di setiap kecamatan.
IV.2.2.1
Kecamatan
No.
10.
Kecamatan
Pasar Minggu
Jakarta Selatan
1.
Gambir
1.
Taman Sari
1.
Tanah Abang
2.
Tambora
2.
Menteng
3.
Kalideres
3.
Senen
4.
Grogol Petamburan
4.
Cempaka Putih
5.
Cengkareng
5.
Johar Baru
6.
Kebon Jeruk
6.
Kemayoran
7.
Kembangan
7.
Sawah Besar
8.
Palmerah
Jakarta Pusat
Jakarta Barat
1.
Koja
1.
2.
Kelapa Gading
2.
3.
Tanjung Priok
Kepulauan Seribu
4.
Pademangan
DKI Jakarta
11
10
27
5.
Penjaringan
Sumber : Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Jakarta 2030
6.
Cilincing
Jakarta Utara
1.
Makasar
2.
Pasar Rebo
3.
CIracas
4.
Cipayung
5.
Cakung
6.
Kramat Jati
7.
Pulo Gadung
8.
Matraman
9.
Jatinegara
10.
Duren Sawit
Jakarta Timur
1.
Kebayoran Baru
2.
Jagakarsa
3.
Mampang Prapatan
4.
Pancoran
5.
Tebet
6.
Setiabudi
7.
Kebayoran Lama
8.
Pesanggrahan
9.
Cilandak
Distribusi pusat kegiatan di DKI Jakarta sebagian besar berlokasi di Jakarta Pusat dengan 5
(lima) pusat kegiatan primer, 2 (dua) pusat kegiatan sekunder, dan 6 (enam) pusat kegiatan
tersier. Sebagian besar berada di Kecamatan Gambir dan Menteng. Sesuai dengan
kebijakan pengembangan fisik mengikuti poros Barat Timur, maka di Jakarta Timur
ditetapkan 1 (satu) pusat kegiatan primer di Jakarta Barat, yaitu di Kecamatan Kembangan
dan 1 (satu) pusat kegiatan primer di Jakarta Timur, yaitu di Kecamatan Cakung. Kedua
pusat kegiatan primer tersebut direncanakan sebagai penggerak perkembangan dan
pertumbuhan poros Barat Timur, sehingga secara implisit perlu dipertimbangkan sebagai
dasar distribusi penduduk DKI Jakarta pada masa mendatang. Selain memberikan landasan
distribusi penduduk, pusat kegiatan primer tersebut juga mengindikasikan intensitas kegiatan
yang akan berkembang pada masa mendatang. Gambar III.9 menunjukkan distribusi pusat
kegiatan primer dan sekunder dan Gambar III.10, III.11, III.12, III.13, III.14, dan Gambar III.15
menunjukkan distribusi pusat kegiatan tersier.
IV.2.2.2
Kecamatan
1.
Gambir
2.
Tanah Abang
3.
Menteng
4.
Senen
5.
Cempaka Putih
6.
Johar Baru
7.
Kemayoran
8.
Sawah Besar
Luas Kawasan
Perumahan (m2)
3.
4.242.890
2.362.662
CIracas
3.497.113
4.544.357
4.
Cipayung
1.681.369
8.748.044
5.
Cakung
14.390.369
352.589
6.
Kramat Jati
4.088.807
3.866.786
7.
Pulo Gadung
7.387.868
2.563
8.
Matraman
Kawasan Perumahan
Kawasan Perumahan
2.542.686
9.
Jatinegara
Kawasan Perumahan
5.296.668
Duren Sawit
Kawasan Perumahan
13.425.287
107.564
62.547.312
20.190.045
10.
Jakarta Timur
1.
Kebayoran Baru
Kawasan Perumahan
7.309.900
344.194
2.
Jagakarsa
2.855.280
10.896.637
3.
Mampang Prapatan
4.114.056
1.053.608
4.
Pancoran
Kawasan Perumahan
4.844.697
290.053
5.
Tebet
Kawasan Perumahan
5.386.944
129.197
6.
Setiabudi
3.403.173
3.923
7.
Kebayoran Lama
11.053.024
645.506
8.
Pesanggrahan
Kawasan Perumahan
7.411.910
556.411
9.
Cilandak
Kawasan Perumahan
7.144.467
4.509.904
10.
Pasar Minggu
Kawasan Perumahan
7.043.667
5.148.402
Kawasan Perumahan
60.567.118
23.577.835
1.041.027
2.482.637
11.005.674
1.459.478
2.801.721
1.
Taman Sari
1.169.917
2.
Tambora
2.451.592
124.703
3.
Kalideres
Kawasan Perumahan
Kawasan Perkantoran, Perdagangan,
dan Jasa
Kawasan Perumahan
Kawasan Perumahan
1.369.905
4.
Grogol Petamburan
Kawasan Perumahan
5.595.230
3.548.548
5.
Cengkareng
Kawasan Perumahan
11.224.300
322.224
1.172.715
Kebon Jeruk
Kawasan Perumahan
10.270.601
388.119
7.
Kembangan
Kawasan Perumahan
15.129.862
87.689
16.173.381
124.703
8.
Palmerah
Kawasan Perumahan
4.555.557
112.077
4.645.576
Kawasan Perumahan
61.304.887
2.369.587
2.
Kelapa Gading
Kawasan Perumahan
7.300.152
3.
Tanjung Priok
7.836.107
228.997
4.
Pademangan
2.470.676
244.081
5.
Penjaringan
Kawasan Perumahan
Kawasan Perkantoran, Perdagangan,
dan Jasa
Kawasan Perumahan
10.626.612
591.134
6.
Cilincing
10.174.428
333.356
Kawasan Perumahan
43.053.551
1.397.569
5.994.265
205.481
Makasar
Pasar Rebo
Luas Kawasan
Perumahan (m2)
2.369.404
Koja
1.
2.
1.
Jakarta Utara
Kecamatan
1.289.580
Kawasan Perumahan
Kawasan Perkantoran, Perdagangan,
dan Jasa
Kawasan Perkantoran, Perdagangan,
dan Jasa
Kawasan Perumahan
Jakarta Pusat
No.
Jakarta Selatan
6.
Jakarta Barat
Sumber : Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Jakarta 2030
IV-12
Sumber : Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Jakarta 2030
IV-13
Sumber : Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Jakarta 2030
IV-14
Sumber : Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Jakarta 2030
IV-15
Sumber : Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Jakarta 2030
IV-16
Sumber : Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Jakarta 2030
IV-17
Sumber : Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Jakarta 2030
IV-18
Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Jakarta 2030
IV-19
Sumber : Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Jakarta 2030
IV-20
Tabel IV.10
Luas dan Prosentase Kawasan Perumahan di DKI Jakarta Menurut Kecamatan Tahun 2011
No.
Kecamatan
Luas Kecamatan
(Km2)
Horizontal KDB
Rendah
Vertikal
Vertikal KDB
Rendah
29,08%
1,15%
0,00%
0,00%
2.233.431
237.930
30,17%
0,00%
2,56%
0,00%
3.519.498
20.246
48,21%
0,00%
0,31%
0,00%
3.208.908
Horizontal
Horizontal KDB
Rendah
Vertikal
Vertikal KDB
Rendah
Luas Total
Kawasan
Perumahan
1.
Gambir
7,59
2.207.136
2.
Tanah Abang
9,30
2.805.709
3.
Menteng
6,53
3.148.103
4.
Senen
4,22
1.910.788
36.374
45,28%
0,00%
0,86%
0,00%
2.019.912
5.
Cempaka Putih
4,69
2.993.592
63,83%
0,00%
0,00%
0,00%
2.993.592
6.
Johar Baru
2,37
1.637.160
69,08%
0,00%
0,00%
0,00%
1.637.160
7.
Kemayoran
7,25
4.249.137
88.603
58,61%
0,00%
1,22%
0,00%
4.514.946
8.
Sawah Besar
6,16
1.908.091
81.468
30,98%
0,00%
1,32%
0,00%
2.152.496
Jakarta Pusat
48.11
20,859,716
464.621
43.36%
0,18%
0,97%
0,00%
22.279.941
1.
Koja
13,20
5.478.768
27.269
41,50%
0,00%
0,21%
0,00%
5.560.576
2.
Kelapa Gading
16,12
7.717.861
229.366
47,87%
0,00%
1,42%
0,00%
8.405.957
3.
Tanjung Priok
25,13
9.732.406
26.857
38,74%
0,00%
0,11%
0,00%
9.812.977
4.
Pademangan
9,92
3.150.096
45.841
31,76%
0,00%
0,46%
0,00%
3.287.619
5.
Penjaringan
35,49
12.446.322
42.026
35,07%
0,00%
0,12%
0,00%
12.572.399
6.
Cilincing
39,70
9.151.274
56.986
23,05%
0,00%
0,14%
0,00%
9.322.231
139.56
47,676,727
428.345
34.16%
0,00%
0,31%
0,00%
48.961.761
Jakarta Utara
87.648
225
87.873
1.
Makasar
21,97
7.309.660
33,27%
0,00%
0,00%
0,00%
7.309.660
2.
Pasar Rebo
12,98
7.499.183
57,77%
0,00%
0,00%
0,00%
7.499.183
3.
Ciracas
15,39
10.737.527
69,77%
0,00%
0,00%
0,00%
10.737.527
4.
Cipayung
28,46
13.157.327
46,23%
0,00%
0,00%
0,00%
13.157.327
5.
Cakung
42,52
16.204.421
38,11%
0,00%
0,38%
0,00%
16.688.090
6.
Kramat Jati
12,97
8.410.224
64,84%
0,00%
0,00%
0,00%
8.410.224
7.
Pulo Gadung
15,62
7.757.928
49,67%
0,00%
0,04%
0,00%
7.775.139
8.
Matraman
4,96
3.200.169
64,52%
0,00%
0,00%
0,00%
3.200.169
9.
Jatinegara
11,35
6.320.293
64.185
55,69%
0,00%
0,57%
0,00%
6.512.848
161.223
5.737
IV-21
Kecamatan
Luas Kecamatan
(Km2)
Duren Sawit
Jakarta Timur
Horizontal KDB
Rendah
Vertikal
Vertikal KDB
Rendah
63,54%
0,00%
0,00%
0,00%
14.397.699
231.145
50.29%
0,00%
0,12%
0,00%
95.687.866
96.418
56,87%
0,00%
0,75%
0,00%
7.637.226
15.067
67,06%
0,00%
0,06%
0,00%
16.817.192
19.235
63,90%
0,00%
0,25%
0,00%
4.996.805
21.310
62,47%
0,00%
0,25%
0,00%
5.392.815
22,66
14.397.699
188.88
94,994,431
Horizontal KDB
Rendah
Vertikal
1.
Kebayoran Baru
12,92
7.347.914
2.
Jagakarsa
25,01
16.771.991
3.
Mampang Prapatan
7,73
4.939.094
4.
Pancoran
8,53
5.328.884
5.
Tebet
9,52
5.608.201
16.073
36.200
58,89%
0,17%
0,38%
0,00%
5.721.623
6.
Setiabudi
8,85
3.508.808
18.075
274.198
39,65%
0,20%
3,10%
0,00%
4.336.825
7.
Kebayoran Lama
19,32
12.767.120
99.107
66,08%
0,00%
0,51%
0,00%
13.064.440
8.
Pesanggrahan
13,45
9.356.423
9.939
69,56%
0,00%
0,07%
0,03%
9.389.369
9.
Cilandak
18,20
11.325.097
7.428
62,23%
0,00%
0,04%
0,00%
11.347.382
10.
Pasar Minggu
21,90
11.938.718
13.180
54,51%
0,00%
0,06%
0,00%
11.978.258
145.43
88,892,249
61.12%
0,02%
0,41%
0,00%
90.681.937
54,09%
0,00%
0,00%
0,00%
2.358.320
26,44%
0,00%
14,97%
0,00%
3.851.329
43,24%
0,00%
0,00%
0,00%
13.069.169
48,65%
0,00%
3,16%
0,00%
5.725.347
71,79%
0,00%
0,00%
0,00%
19.053.248
49,80%
1,99%
1,06%
0,00%
9.447.739
Jakarta Selatan
197
Horizontal
Vertikal KDB
Rendah
Luas Total
Kawasan
Perumahan
23
-
3,477
592.083
3.477
1.
Taman Sari
4,36
2.358.320
-.
2.
Tambora
5,40
1.427.358
3.
Kalideres
30,23
13.069.169
4.
Grogol Petamburan
9,85
4.792.560
5.
Cengkareng
26,54
19.053.248
6.
Kebon Jeruk
17,64
8.783.336
350.767
7.
Kembangan
24,16
12.003.752
19.536
49,69%
0,08%
0,00%
0,00%
12.009.613
8.
Palmerah
7,51
3.957.571
66.638
96.550
52,73%
0,89%
1,29%
0,00%
4.267.214
125.68
65,445,315
436.942
1.401.861
52.07%
0,35%
1,12%
0,00%
69.781.981
Jakarta Barat
807.990
310.929
186.391
Berdasarkan proxi luas total kawasan perumahan dapat diketahui pemanfaatan kawasan
perumahan dan daya tampung kawasan perumahan eksisting. Tabel berikut menunjukkan
hasil perhitungan daya tampung kawasan perumahan eksisting di setiap kecamatan di DKI
Jakarta.
Tabel IV.11 Luas Total dan Prosentase Kawasan Perumahan
di DKI Jakarta Menurut Kecamatan Tahun 2011
No
Kecamatan
1.
Gambir
2.
Tanah Abang
3.
Jumlah Penduduk
Tahun 2011 (Jiwa)
Luas Total
Kawasan
Perumahan
Pemanfaatan Kawasan
Perumahan Eksisting
(m2/Jiwa)
78.726
2.233.431
28,37
248.159
144.459
3.519.498
24,36
391.055
Menteng
68.309
3.208.908
46,98
356.545
4.
Senen
94.540
2.019.912
21,37
224.435
5.
Cempaka Putih
84.850
2.993.592
35,28
332.621
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Tahun 2011 (Jiwa)
Luas Total
Kawasan
Perumahan
Pemanfaatan Kawasan
Perumahan Eksisting
(m2/Jiwa)
6.
Johar Baru
116.261
1.637.160
14,08
181.907
7.
Kemayoran
215.331
4.514.946
20,97
501.661
8.
Sawah Besar
100.801
2.152.496
21,35
239.166
Jakarta Pusat
903.277
22.279.941
24,67
2.475.549
1.
Koja
321.840
5.560.576
17,28
617.842
2.
Kelapa Gading
131.354
8.405.957
63,99
933.995
3.
Tanjung Priok
410.103
9.812.977
23,93
1.090.331
4.
Pademangan
162.616
3.287.619
20,22
365.291
5.
Penjaringan
288.190
12.572.399
43,63
1.396.933
6.
Cilincing
403.406
9.322.231
23,11
1.717.509
48.961.761
28,51
1.035.803
5.440.196
Jakarta Utara
IV-22
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Tahun 2011 (Jiwa)
Luas Total
Kawasan
Perumahan
Pemanfaatan Kawasan
Perumahan Eksisting
(m2/Jiwa)
1.
Makasar
203.615
7.309.660
35,90
812.184
2.
Pasar Rebo
191.947
7.499.183
39,07
833.243
3.
Ciracas
249.920
10.737.527
42,96
1.193.059
4.
Cipayung
203.615
13.157.327
64,62
1.461.925
5.
Cakung
407.113
16.688.090
40,99
1.854.232
6.
Kramat Jati
244.726
8.410.224
34,37
934.469
7.
Pulo Gadung
281.953
7.775.139
27,58
863.904
8.
Matraman
191.638
3.200.169
16,70
355.574
9.
Jatinegara
289.342
6.512.848
22,51
723.650
10
Duren Sawit
376.819
14.397.699
38,21
2.640.688
95.687.866
36,24
1.599.744
10.631.985
Jakarta Timur
IV.2.3.2
1.
Kebayoran Baru
109.309
7.637.226
69,87
848.581
2.
Jagakarsa
380.541
16.817.192
44,19
1.868.577
3.
Mampang Prapatan
63.456
4.996.805
78,74
555.201
4.
Pancoran
119.563
5.392.815
45,10
599.202
5.
Tebet
98.252
5.721.623
58,23
635.736
6.
Setiabudi
90.371
4.336.825
47,99
481.869
7.
Kebayoran Lama
382.802
13.064.440
34,13
1.451.604
8.
Pesanggrahan
276.273
9.389.369
33,99
1.043.263
9.
Cilandak
251.825
11.347.382
45,06
1.260.820
10
Pasar Minggu
304.142
11.978.258
39,38
1.
Kawasan Perumahan
2.076.534
90.681.937
43,67
1.330.918
10.075.771
2.
Jakarta Selatan
1.
Taman Sari
140.209
2.358.320
16,82
262.036
2.
Tambora
277.819
3.851.329
13,86
427.925
3.
Kalideres
362.025
13.069.169
36,10
1.452.130
4.
Grogol Petamburan
237.295
5.725.347
24,13
636.150
5.
Cengkareng
466.907
19.053.248
40,81
2.117.028
6.
Kebon Jeruk
313.445
9.447.739
30,14
1.049.749
7.
Kembangan
241.484
12.009.613
49,73
1.334.401
8.
Palmerah
222.273
4.267.214
19,20
2.261.457
69.781.981
30,86
474.135
7.753.553
Jakarta Barat
Sumber : Hasil Perhitungan, 2013
RTRW
RDTR
Zona perumahan KDB sedang-tinggi
Zona perumahan vertikal
Zona perumahan KDB rendah
Zona perumahan vertikal KDB rendah
Mengacu pada hirarki di atas, dapat dilakukan proxy penghitungan luasan menurut
rancangan zona pada RDTR DKI Jakarta 2030 menurut satuan ruang kecamatan. Luasan ini
akan menjadi dasar prediksi daya tampung penduduk di setiap kecamatan pada masa
mendatang, yakni tahun 2030. Tabel berikut menunjukkan proxy luasan kawasan hunian di
setiap kecamatan menurut rancangan zonasi pada RDTR DKI Jakarta 2030.
Proporsi distribusi kawasan hunian tersebut diperoleh dari arahan distribusi pola ruang
menurut RTRW Jakarta 2030 terhadap hasil analisis kondisi eksisting. Sedang proxy luasan
per zona perumahan dihitung dari perkalian proporsi masing-masing zona dengan luasan
kawasan perumahan dan perumahan taman yang diturunkan dari RTRW Jakarta 2030.
IV-23
No.
Kecamatan
Kawasan
Perumahan Taman
Zona Perumahan
Vertikal
Proxy Luasan
Menurut Rancangan Zona RDTR DKI Jakarta 2030 (m 2)
Zona
Perumahan KDB
rendah
Zona Perumahan
Vertikal KDB Rendah
Zona Perumahan
KDB Sedang-Tinggi
Zona
Perumahan
Vertikal
Zona Perumahan
KDB rendah
Zona Perumahan
Vertikal KDB Rendah
1.
Gambir
1.289.580
100%
0%
0%
0%
1.289.580
2.
Tanah Abang
2.369.404
70%
30%
0%
0%
1.658.583
710.821
3.
Menteng
2.801.721
95%
5%
0%
0%
2.661.634
140.086
4.
Senen
1.169.917
95%
5%
0%
0%
1.111.421
58.496
5.
Cempaka Putih
2.451.592
98%
2%
2%
98%
2.402.560
49.032
6.
Johar Baru
1.369.905
98%
2%
0%
0%
1.342.507
27.398
7.
Kemayoran
3.548.548
90%
10%
0%
0%
3.193.693
354.855
8.
Sawah Besar
1.172.715
98%
2%
0%
0%
1.149.261
23.454
14.809.239
1.364.142
Jakarta Pusat
124.703
16.173.381
124.703
2.494
122.209
2.494
122.209
1.
Koja
4.645.576
94%
6%
0%
0%
4.366.842
278.735
2.
Kelapa Gading
7.300.152
98%
2%
0%
0%
7.154.149
146.003
3.
Tanjung Priok
7.836.107
228.997
98%
2%
28%
72%
7.679.385
156.722
4.
Pademangan
2.470.676
244.081
87%
13%
0%
100%
2.149.488
321.188
5.
Penjaringan
10.626.612
591.134
96%
4%
64%
36%
10.201.548
425.064
378.326
6.
Cilincing
10.174.428
333.356
68%
32%
100%
0%
6.918.611
3.255.817
333.356
43.053.551
1.397.569
38.470.022
4.583.529
775.801
59.943
205.481
2.362.662
Jakarta Utara
64.119
164.878
244.081
212.808
621.767
1.
Makasar
5.994.265
205.481
99%
1%
100%
0%
5.934.322
2.
Pasar Rebo
4.242.890
2.362.662
100%
0%
100%
0%
4.242.890
3.
Ciracas
3.497.113
4.544.357
99%
1%
99%
1%
3.462.142
34.971
4.498.913
45.444
4.
Cipayung
1.681.359
8.748.044
99%
1%
99%
1%
1.664.546
16.814
8.660.563
87.480
5.
Cakung
14.390.369
352.589
20%
80%
100%
0%
2.878.074
11.512.295
352.589
6.
Kramat Jati
4.088.807
3.866.786
98%
2%
100%
0%
4.007.030
81.776
3.866.786
7.
Pulo Gadung
7.387.868
2.563
96%
4%
100%
0%
7.092.353
295.515
2.563
8.
Matraman
2.542.686
100%
0%
0%
0%
2.542.686
9.
Jatinegara
5.296.668
98%
2%
0%
0%
5.190.735
105.933
10.
Duren Sawit
99%
1%
100%
0%
13.291.034
134.253
107.564
60.666.878
1.880.434
20.057.121
132.924
Jakarta Timur
13.425.287
107.564
62.547.312
20.190.045
1.
Kebayoran Baru
7.309.900
344.194
93%
7%
76%
24%
6.798.207
511.693
261.588
82.607
2.
Jagakarsa
2.855.280
10.896.637
99%
1%
99%
1%
2.826.727
28.553
10.787.671
108.966
3.
Mampang Prapatan
4.114.056
1.053.608
97%
3%
89%
11%
3.990.635
123.422
937.711
115.897
4.
Pancoran
4.844.697
290.053
99%
1%
27%
73%
4.796.250
48.447
78.314
211.739
5.
Tebet
5.386.944
129.197
91%
9%
41%
59%
4.902.119
484.825
52.971
76.226
6.
Setiabudi
3.403.173
3.923
80%
20%
100%
0%
2.722.538
680.635
3.923
7.
Kebayoran Lama
11.053.024
645.506
97%
3%
83%
17%
10.721.434
331.591
535.770
109.736
8.
Pesanggrahan
7.411.910
556.411
99%
1%
46%
54%
7.337.790
74.119
255.949
300.462
IV-24
No.
Kecamatan
Kawasan
Perumahan Taman
Zona Perumahan
Vertikal
Proxy Luasan
Menurut Rancangan Zona RDTR DKI Jakarta 2030 (m 2)
Zona
Perumahan KDB
rendah
Zona Perumahan
Vertikal KDB Rendah
Zona Perumahan
KDB Sedang-Tinggi
Zona
Perumahan
Vertikal
Zona Perumahan
KDB rendah
Zona Perumahan
Vertikal KDB Rendah
9.
Cilandak
7.144.467
4.509.904
93%
7%
90%
10%
6.644.355
500.113
4.058.913
450.990
10.
Pasar Minggu
7.043.667
5.148.402
98%
2%
92%
8%
6.902.794
140.873
4.736.530
411.872
60.567.118
23.577.835
57.642.848
2.924.270
21.709.339
1.868.495
20.821
Jakarta Selatan
1.
Taman Sari
1.041.027
98%
2%
0%
0%
1.020.206
2.
Tambora
2.482.637
100%
0%
0%
0%
2.482.637
3.
Kalideres
11.005.674
1.459.478
97%
3%
97%
3%
4.
Grogol Petamburan
98%
2%
0%
5.
Cengkareng
11.224.300
322.224
92%
8%
6.
Kebon Jeruk
10.270.601
388.119
99%
7.
Kembangan
15.129.862
87.689
8.
Palmerah
4.555.557
112.077
61.304.887
2.369.587
5.595.230
Jakarta Barat
10.675.503
330.170
1.415.694
0%
5.483.326
111.905
0%
100%
10.326.356
897.944
0%
85%
15%
10.167.895
20%
80%
81%
19%
3.025.972
97%
3%
73%
27%
43.784
322.224
329.901
58.218
12.103.890
71.028
16.661
4.418.890
136.667
81.816
30.261
59.402.078
1.800.103
1.898.440
471.148
IV.2.3.3
No.
Kecamatan
1.
Gambir
2.
Tanah Abang
3.
Jumlah
Penduduk
Tahun 2011
(Jiwa)
Prediksi
Jumlah
Penduduk
Tahun 2030
(Jiwa)1
Selisih Jumlah
Penduduk
Tahun 2030
dengan Tahun
2011 (Jiwa)
Daya
Tampung
Tahun
2030
(Jiwa)
Daya Tampung
Tahun 2030
Menurut Kota
Administrasi
(%)
Prakiraan
Pertambahan
Penduduk
Tahun 2030
(Jiwa)
Prakiraan
Jumlah
Penduduk
Tahun 2030
(Jiwa)
78.726
143.287
6,78%
16.735
95.461
144.459
421.227
19,94%
49.196
193.655
Menteng
68.309
342.433
16,21%
39.994
108.303
4.
Senen
94.540
142.990
6,77%
16.700
111.240
5.
Cempaka
Putih
84.850
295.599
13,99%
34.524
119.374
6.
Johar Baru
116.261
158.300
7,49%
18.488
134.749
7.
Kemayoran
215.331
473.140
22,40%
55.259
270.590
1.150.000
246.723
Prediksi
Jumlah
Penduduk
Tahun 2030
(Jiwa)1
Selisih Jumlah
Penduduk
Tahun 2030
dengan Tahun
2011 (Jiwa)
Daya
Tampung
Tahun
2030
(Jiwa)
Daya Tampung
Tahun 2030
Menurut Kota
Administrasi
(%)
Prakiraan
Pertambahan
Penduduk
Tahun 2030
(Jiwa)
Prakiraan
Jumlah
Penduduk
Tahun 2030
(Jiwa)
No.
Kecamatan
Jumlah
Penduduk
Tahun 2011
(Jiwa)
8.
Sawah Besar
100.801
135.514
6,41%
15.827
116.628
903.277
2.112.489
100,00%
246.723
1.150.000
Jakarta Pusat
1.
Koja
321.840
578.116
9,81%
- 13.987
307.853
2.
Kelapa
Gading
131.354
843.573
14,32%
- 20.409
110.945
3.
Tanjung Priok
410.103
924.131
15,69%
- 22.358
387.745
4.
Pademangan
162.616
370.303
6,29%
- 8.959
153.657
5.
Penjaringan
288.190
1.309.085
22,22%
- 31.672
256.518
6.
Cilincing
403.406
1.865.119
31,66%
- 45.124
358.282
1.717.509
5,890,327
100,00%
- 142.509
1.575.000
Jakarta Utara
1.575.000
- 142.509
1.
Makasar
203.615
686.199
6,63%
24.646
228,261
2.
Pasar Rebo
191.947
550.188
5,31%
19.761
211,708
3.
Ciracas
249.920
550.848
5,32%
19.785
269,705
4.
Cipayung
203.615
487.988
4,71%
17.527
221,142
5.
Cakung
407.113
4.168.971
40,27%
149.738
556,851
6.
Kramat Jati
244.726
601.377
5,81%
21.600
266,326
7.
Pulo Gadung
281.953
886.630
8,56%
31.845
313,798
8.
Matraman
191.638
282.521
2,73%
10.147
201,785
3.012.500
371.812
IV-25
No.
Kecamatan
Jumlah
Penduduk
Tahun 2011
(Jiwa)
Prediksi
Jumlah
Penduduk
Tahun 2030
(Jiwa)1
Selisih Jumlah
Penduduk
Tahun 2030
dengan Tahun
2011 (Jiwa)
Daya
Tampung
Tahun
2030
(Jiwa)
Daya Tampung
Tahun 2030
Menurut Kota
Administrasi
(%)
Prakiraan
Pertambahan
Penduduk
Tahun 2030
(Jiwa)
Prakiraan
Jumlah
Penduduk
Tahun 2030
(Jiwa)
9.
Jatinegara
289.342
612.059
5,91%
21.984
311,326
10.
Duren Sawit
376.819
1.525.118
14,73%
54.778
431,597
2.640.688
10.351.898
100,00%
371,812
3.012.500
Jakarta Timur
1.
Kebayoran
Baru
109.309
942.901
11,37%
85.130
194.439
2.
Jagakarsa
380.541
694.084
8,37%
62.666
443.207
3.
Mampang
Prapatan
63.456
527.391
6,36%
47.616
111.072
4.
Pancoran
119.563
572.850
6,91%
51.720
171.283
5.
Tebet
98.252
715.677
8,63%
64.615
162.867
6.
Setiabudi
90.371
529.513
6,39%
47.807
138.178
7.
Kebayoran
Lama
382.802
1.330.633
16,05%
120.137
502.939
8.
Pesanggraha
n
276.273
878.594
10,60%
79.324
355.597
9.
Cilandak
251.825
1.085.362
13,09%
97.992
349.817
10.
Pasar Minggu
304.142
1.013.006
12,22%
91.460
395.602
2.076.534
8.290.012
100,00%
748.466
2.825.000
Jakarta Selatan
2.825.000
748.466
1.
Taman Sari
140.209
120.296
1,21%
10.912
151,121
2.
Tambora
277.819
275.849
2,78%
25.022
302,841
3.
Kalideres
362.025
1.347.792
13,57%
122.259
484,284
4.
Grogol
Petamburan
237.295
646.560
6,51%
58.650
295,945
5.
Cengkareng
466.907
1.478.910
14,89%
134.153
601,060
6.
Kebon Jeruk
313.445
1.146.585
11,54%
104.007
417,452
7.
Kembangan
241.484
4.374.883
44,04%
396.848
638,332
8.
Palmerah
222.273
542.297
5,46%
49.192
271,465
2.261.457
9.933.171
100,00%
901,043
3.162.500
67.970
41,18%
7.865
10.533
97.093
58,82%
11.235
14.467
165.063
100,00%
19.100
25.000
Jakarta Barat
1.
Kepulauan
Seribu Utara
2.668
2.
Kepulauan
Seribu
Selatan
3.232
Kepulauan Seribu
5.900
3.162.500
25.000
901.043
19.100
IV-26
IV-27
Tabel IV.16 Pertumbuhan PDRB Provinsi DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2011
(Milyar Rupiah)
Sektor
1.
Pertanian
2.
Pertambangan
dan Penggalian
3.
2007
Jumlah
2008
%
Jumlah
2009
%
Jumlah
2010
%
Jumlah
2011
%
Jumlah
571,425
0,10
687,829
0,10
762,980
1.10
849,560
0,10
918,803
0.09
2.636,093
0,47
3.178,746
0,47
3.155,761
0.42
3.704,281
0.43
5.139,915
0.52
Industri
Pengolahan
90.446,591
15,97
106.418,766
15,75
118.163,190
15,6
135.643,231
15,73
153.505,112
15,62
4.
6.021,390
1,06
7.525,841
1,11
8.294,308
1,09
9.012,257
1,05
9.667,646
0,98
5.
Konstruksi
63.448,564
11,2
76.502,861
11,3
86.646,985
11,44
98.424,987
11,42
112.810,496
11,48
6.
Perdagangan,
Hotel, dan
Restoran
115.311,319
20,36
140.420,044
20,74
156.084,326
20,6
178.357,449
20,69
204.480,250
20,81
7.
Pengangkutan
dan
Komunikasi
52.793,003
9,32
63.430,684
9,37
74.970,893
9,89
87.688,423
10,17
101.265,389
10,3
8.
Keuangan,
Persewaan,
dan Jasa
Perusahaan
162.297,780
28,65
193.513,702
28,58
213.437,911
28,17
239.155,971
27,74
270.951,564
27,57
No.
Lapangan
Usaha
2007
Jumlah
2008
%
Jumlah
2009
%
Jumlah
2010
%
Jumlah
2011
%
Jumlah
1.
Pertanian
298,415
0,09
300,720
0,09
301,754
0,08
304,274
0,08
306,661
0,07
2.
Pertambangan
dan Penggalian
937,343
0,28
937,999
0,27
936,029
0,25
950,016
0,24
1.032,115
0,24
3.
Industri
Pengolahan
56.195,163
16,88
58.367,314
16,50
58.447,652
15,73
60.567,510
15,31
62.052,121
14,69
4.
2.183,806
0,66
2.343,587
0,66
2.450,865
0,66
2.588,998
0,65
2.691,351
0,64
5.
Kontruksi
33.600,764
10,09
36.178,854
10,23
38.422,395
10,34
41.143,270
10,40
44.410,649
10,52
6.
Perdagangan,
Hotel, dan
Restoran
72.249,706
21,70
77.064,386
21,79
80.154,121
21,58
85.980,580
21,73
92.356,593
21,87
7.
Pengangkutan
dan Komunikasi
30.697,406
9,22
35.258,578
9,97
40.769,712
10,98
46.776,560
11,82
53.317,073
12,63
8.
Keuangan,
Persewaan, dan
Jasa
Perusahaan
98.558,328
29,60
102.707,651
29,04
106.788,434
28,75
111.279,950
28,13
116.889,924
27,68
9.
Jasa-jasa
38.250,324
11,49
40.564,301
11,47
43.198,538
11,63
46.042,416
11,64
49.231,224
11,66
Jumlah
332.971,255
100,00
353.723,391
100,00
371.469,499
100,00
395.633,575
100,00
422.287,711
100,00
332.033,912
99,72
352.785,392
99,73
370.533,470
99,75
394.683,559
99,76
421.255,596
99,76
Perkembangan sektor perekonomian di DKI Jakarta pada periode 2007 2011 menunjukkan
perbedaan relatif signifikan dibandingkan periode 2001 2007.Jika pada periode 2001 2007
rata-rata tumbuh dengan laju satu digit, maka pada periode 2007 - 2011 seluruh sektor
cenderung tumbuh jauh lebih tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi perekonomian Nasional dan
dunia yang mengalami krisis pada akhir dekade 1900-an ditandai oleh krisis moneter dan
ekonomi pada tahun 1996. Pada awal dekade 2000-an setiap sektor ekonomi melakukan
recovery untuk dapat tumbuh kembali, sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan
regional dan global. Jika dalam periode sebelumnya sektor di DKI Jakarta meningkat dalam laju
negatif, maka pada periode 2007 2011 seluruhnya tumbuh dengan laju positif.Bahkan laju
tertinggi dicatat oleh sektor pertambangan dan penggalian.
Tabel IV.17 Laju Pertumbuhan Tahunan Rata-rata Sektor
di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2001 2011 (%)
No.
Sektor
2001- 2007
(%/Tahun)
2007 - 2011
(%/Tahun)
1.
Pertanian
-1,08
14,45
72.923,194
12,87
85,366,268
12,61
96.180,239
12,69
109.253,577
12,67
124.065,602
12,62
2.
-3.90
19,30
Jumlah
566.449,360
100
677.044,743
100
757.696,594
100
862.089,737
100
982.804,778
100
3.
Industri Pengolahan
5,29
14,05
563.813,267
99,53
673.865,997
99,53
754.540,833
99,58
858.385,455
99,57
977.664,863
99,48
4.
6,00
13,07
5.
Konstruksi
6,50
15,14
6.
7,47
15,38
7.
16,16
18,22
9.
Jasa-jasa
IV-28
Sektor
2001- 2007
(%/Tahun)
2007 - 2011
(%/Tahun)
8.
4,26
13,06
9.
Jasa-jasa
5,61
14,54
dibutuhkan percepatan pengembangan sistem transportasi massal terintegrasi antara pusatpusat kegiatan primer dengan kawasan yang dilayani dan Bandara Soekarno-Hatta,
penyediaan energi, telekomunikasi, dan utilitas berstandar internasional.
Luas kawasan perdagangan dan jasa seluas di DKI Jakarta pada tahun 2011 adalah
6.850.22 Ha, meliputi bangunan perkantoran pemerintahan dan swasta, pusat perbelanjaan,
rumah kantor, dan rumah toko. Distribusi kawasan perdagangan dan jasa menurut kota
administrasi tertera pada Tabel III.18 berikut yang menunjukkan bahwa pusat-pusat kegiatan
perdagangan dan jasa di setiap kota terdistribusi hampir merata. Kawasan perkantoran
pemerintahan dan swasta menempati proporsi terbesar, yakni hampir 49,06% diikuti oleh
kawasan perdagangan 26,77% dari luas kawasan perkantoran, perdagangan, dan jasa. Yang
perlu dipertimbangkan adalah luasan rumah toko (ruko) hampir setara dengan luas kegiatan
perdagangan yang mengindikasikan sebagian kegiatan perdagangan tumbuh secara
horizontal.
Tabel IV.18 Luas Kawasan Perdagangan dan Jasa di DKI Jakarta Tahun 2011
Luas (Ha)
Kota
Perkantoran
Jakarta Pusat
Jakarta Utara
Jakarta Barat
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Kepulauan Seribu
Jumlah
Kantor
Pemerintahan
Ruko
Perdagangan
Rukan
Total
331,20
181,80
400,38
517,44
353,98
265,30
154,99
79,68
377,68
698,30
476,43
584,60
424,67
292,22
55,78
170,33
304,99
399.85
245,35
341,88
25,63
41,34
52,82
36,55
37,03
1.268,89
1.267,72
1.357,40
1.469,24
1.486,97
0
1.784,80
0
1.575,95
0
1.462,40
0
1.833,70
0
193,37
0
6.850,22
Penyebaran kegiatan perdagangan, jasa, dan perkantoran tersebut mengikuti pola pemusatan
(centers) dan memita (ribbon development), terutamadi sepanjang ruas jalan arteri dan kolektor.
Beberapa pusat perdagangan berskala besar dan berfungsi sebagai pusat grosir terdapat di
Pusat Niaga Terpadu Mangga Dua di Jakarta Pusat, Pusat Niaga Tanah Abang di Jakarta
Utara, Pusat Niaga Terpadu Casablanka, Pusat Niaga Kelapa Gading, dan beberapa mall dan
ITC yang mewakili setiap bagian wilayah DKI Jakarta.
Perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa yang tumbuh di sepanjang jalan arteri atau
kolektor diantaranya di kawasan Roxy, Jatinegara, Gajah Mada, Hayam Wuruk, Mangga Besar,
Blok M, Kelapa Gading, dan Pintu Air. Perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa juga
cenderung tumbuh sebagai kawasan campuran (mix used development) terpadu dengan
kawasan hunian, hotel, rekreasi, dan lainnya, seperti Plaza Indonesia, Mal Ambasador, Kelapa
Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di Jakarta Timur direncanakan di pusat
kegiatan primer Sentra Timur, pasar induk Kramatjati, pusat distribusi bahan pangan di
Cipinang, dan pengembangan kawasan perdagangan berskala lokal.
Di Jakarta Utara dan Jakarta Pusat direncanakan di pusat kegiatan primer Sentra Utara di
kawasan reklamasi Pantura Jakarta, pusat niaga Mangga Dua, pusat niaga Tanah Abang, pusat
niaga Kelapa Gading, kawasan Kota Tua, dan kawasan perdagangan lokal di Kapuk,
Pademanagan, Ancol, dan Cilincing.
IV-29
Dengan mengasumsikan bahwa luasan kawasan perdagangan dan jasa per unit pada kondisi
eksisting tidak berubah secara signifikan, maka luasan kawasan perdagangan dan jasa pada
tahun 2030 adalah sebagai berikut :
Tabel IV.19 Prediksi Kebutuhan Kawasan Perdagangan di DKI Jakarta Tahun 2030
Kota Administrasi
Luas Wilayah
(Ha)
Kebutuhan Lahan
Per Unit (Unit/Ha)
Prediksi Luas
2030 (Ha)
Jakarta Pusat
4.790
11.595
0,11
859,54
Jakarta Utara
15.400
3.358
0,38
2.212,62
Jakarta Barat
12.620
10.101
1,34
1.493,56
Jakarta Selatan
14.570
8.889
0,17
1.340,22
Jakarta Timur
18.870
10.849
44.792
0,14
1.522,65
0,19
7.428,59
Total
Kawasan
Perdagangan
dan Jasa
Dalam perkembangan yang akan datang, kebutuhan lahan untuk kegiatan perdagangan dan
jasa sekitar 11,17% dari luas wilayah DKI Jakarta direncanakan terutama melalui pembangunan
gedung bertingkat yang diwujudkan melalui mekanisme penetapan KLB. Distribusi kebutuhan
menurut proporsi terhadap luas wilayah kota administrasi adalah 17,94% di Jakarta Pusat,
14,37% di Jakarta Utara, 11,83% di Jakarta Barat, 9,20% di Jakarta Selatan, dan 8,07% di
Jakarta Timur.
Sumber : Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Jakarta 2030
IV.3.2.2
Industri
Lahan industri di DKI Jakarta pada tahun 2011 adalah seluas 67.165 Ha (BPS DKI Jakarta,
2011) dengan distribusi paling luas di Jakarta Timur.Oleh karena sebagian besar industri
sekaligus dilengkapi oleh fasilitas pergudangan, maka distribusi kegiatan industri tersebut
juga mewakili distribusi pergudangan di DKI Jakarta.
Tabel IV.20 Luas KawasanIndustri di DKI JakartaTahun2011
Kota Administrasi
Luas Wilayah
(Ha)
Jumlah Industri
(Unit)
Jakarta Pusat
4.790
12,62
279
Jakarta Utara
15.400
2.408,31
983
Jakarta Barat
12.620
789.36
586
Jakarta Selatan
14.570
79,15
65
Jakarta Timur
18.870
1.219,27
198
4.508,71
2.052
Jumlah
Sumber : BPS DKI Jakarta, 2011
IV-30
Jenis Industri
Jumlah Industri
(Unit)
Jumlah Tenaga
Kerja (Orang)
1.
208
26.421
2.
Tekstil
137
18.651
3.
Pakaian Jadi
382
74.783
4.
63
5.222
5.
23
1.855
6.
40
1.860
7.
163
15.220
8.
234
9.
105
38.176
10.
183
19.397
11.
21
10.137
12.
Logam Dasar
29
6.399
13.
96
13.815
14.
35
8.199
15.
35
10.910
16.
471
17.
Peralatan Kedokteran
1.288
18.
Kendaraan Bermotor
35
26.441
19.
21
18.331
20.
92
18.945
21.
Daur Ulang
13
695
1.699
317.450
- Pengembangan industri pengolahan terutama jenis industri tersier yang padat teknologi;
hemat lahan, air, dan energi; dan tidak menimbulkan pencemaran.
- Pengembangan industri perakitan di kawasan Cengkareng dan Pelabuhan Tanjung Priok;
- Pengembangan Kawasan Ekonomi Strategis (KES) di Marunda.
- Penataan dan relokasi kegiatan industri kecil dan menengah yang berada di kawasan
permukiman ke kawasan industri di bagian Barat dan Timur Jakarta secara bertahap.
Gambar IV.19
Kawasan Industri dan Pergudangan di Wilayah DKI Jakarta 2030
Kawasan
Industri
Kawasan Industri
Perkembangan kegiatan industri pada masa mendatang mengacu kepada RTRW Jakarta
2030 dengan arahan sebagai berikut :
Sumber : Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Jakarta 2030
IV-31
Jaringan Jalan
Jalan diklasifikasikan berdasarkan fungsi atau kelas administratifnya sesuai dengan undangundang, peraturan nomor 34. Terdapat empat klasifikasi fungsional jalan yaitu: Jalan Tol, Jalan
Primer, Jalan Sekunder, dan Jalan lainnya; sedangkan berdasarkan otoritas/administratifnya:
Jalan Nasional (Tol), Jalan Nasional (Non-Toll), Jalan Provinsi, dan Jalan Lain-Lain (Jalan
Kabupaten dan lain-lain).
Wilayah Jabodetabek memiliki sistem jaringan jalan lingkar dan radial. sistem jaringan jalan
lingkar yaitu lingkar luar (outer ring road) yang juga merupakan jaringan jalan arteri primer,
jaringan radial yang melayani kawasan di luar outer ring road menuju kawasan di dalam outer
ring road.
Sistem Jaringan jalan eksisting berbentuk jaringan radial dan circumferensial yang terdiri dari:
-
Koridor Timur
:
Koridor Barat
:
Koridor Selatan :
Kearah Utara
Gambar IV.20
Jaringan Jalan Jabodetabek (termasuk arahan sistem transportasi Bopuncur)
Sistem Transportasi di wilayah DKI Jakarta pada dasarnya didominasi oleh sistem jalan raya
yang mencakup 90% dari total pasokan yang melayani kebutuhan perjalanan, sedangkan
sisanya merupakan sistem jalan rel. Sebagai konsekuensi logis dari situasi ini, pelayanan
kebutuhan angkutan umum didominasi oleh sistem angkutan umum jalan raya. Kondisi ini
sejalan dengan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam melakukan investasi di
bidang transportasi yang menitikberatkan investasi pada pengembangan sistem jaringan jalan.
Panjang jalan di wilayah DKI Jakarta pada tahun 2009 adalah sebesar 6.724,2 km atau 49%
dari total panjang jaringan jalan di wilayah Jabodetabek yaitu 13.720 km,sebesar 51% atau
sisanya 6.996,3 berada di wilayah Bodetabek. Gambaran keseluruhan mengenai jaringan jalan
yang ada diwilayah Jabodetabek dapat dilihat gambar dan tabel berikut dibawah ini.
Tabel IV.22
Panjang Jalan Berdasarkan Wilayah
Wilayah
Tol
21.9
37.2
6.4
12.9
34.6
113.0
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Jakarta Pusat
DKI
Jakarta Barat
Jakarta
Jakarta Utara
total
*2
Kota Bogor
*2
Kabupaten Bogor*1
2
Kota Depok
*2
Kota Tangerang
*2
Bodetabek Kota Tangerang Selatan
*2
Kabupaten Tangerang
Kota Bekasi
23.7
*2
Kabupaten Bekasi
total
23.7
JABODETABEK
136.7
Sumber: Data Panjang Jalan dari Dalam Angka 2009
Total
1,657.9
1,462.1
882.5
1,513.2
1,208.3
6,724.0
738.1
1,758.1
503.2
1,325.7
192.7
1,133.0
362.9
982.7
6,996.3
13,720.2
Luas
(km2)
141.3
188.3
48.1
129.5
146.7
653.9
111.7
2,663.8
199.4
164.6
150.8
959.6
210.5
1269.5
5,729.9
6,383.9
Penduduk
(ribu)
2,062
2,694
903
2,282
1,646
9,587
950
4,772
1,739
1,799
1,290
2,834
2,335
2,630
18,349
27,936
JABODETABEK
IV-32
Jakarta Pusat memiliki kepadatan jalan tertinggi berdasarkan luas dan populasinya,
sebagaimana memang kawasan tersebut adalah kawasan bisnis utama di Jabodetabek. Perlu
dicatata pula bahwa kawasan Jakarta Barat memiliki tingkat kepadatan jalan yang cukup tinggi
berdasarkan luas dengan tingkat populasinya yang justru paling tinggi di Jabodetabek. Di luar
DKI Jakarta (Bodetabek, kota-kota seperti Kota Tangerang Selatan dan Kota Bekasi memiliki
tingkat jalan yang relatif kurang jika dibandingkan dengan populasinya.
2.
b)
Jaringan jalan Bebas Hambatan dalam proses persiapan dan pelaksanaan pembangunan
1) Bekasi Timur Kampung Melayu (Sepanjang Kali Malang)
2) Veteran Kebon Jeruk Sedyatmo (JORR I)
3) Rorotan Tanjung Priok (JORR I)
4) Akses Tanjung Priok
DKI Jakarta
(km)
12
6.6
0.7
2.5
Kota Tangerang
Kota Depok
Kota Tang-Sel.
Kab. Tangerang
1.2
Kab. Tangerang
Total
0.70
0.77
0.37
0.29
8.1 Tangerang
Kota
1.3
1.7
0.8
Kota Bekasi
Kab. Bekasi
2.1
Total
(km)
2.1
Kota Bogor
Kota Tang-Sel.
Kab. Bekasi
0.0
Kab. Bogor
Kota Depok
Kota Bekasi
10.3
DKI Jakarta
Kota Bogor
Kab. Bogor
10
0.74
0.15
0.40
0.15
0.37
0.49
Sumber : JAPTraPIS
IV-33
3.
Sementara itu rencana umum sistem jaringan jalan Tol Jabodetabek terdiri dari:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
Bus Besar
Patas AC, Patas Non-Ac, Bus Regular, dll. Jumlah tempat duduk adalah sebanyak
50 tempat duduk.
2)
Bus Sedang
Metromini, Kopaja, dll. Jumlah tempat duduk adalah sebanyak 24 tempat duduk.
3)
Bus Kecil
Mikrolet, angkot, dll. Jumlah tempat duduk adalah sebanyak 9-14 tempat duduk.
IV-34
Karakteristik struktur rute bus saat ini dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
-
Tidak ada struktur hirarkis rute seperti sistem rute trunk dan feeder dalam operasi
(karena perencanaan jaringan rute bus tidak cukup);
- Konsentrasi yng berlebihan/ duplikasi rute bus antara daerah DKI Jakarta, wilayah
CBD dan pinggiran kota Bodetabek;
- Tidak cukupnya cakupan layanan bus, terutama di daerah pinggiran kota;
- Ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan bus akibat praktek operasional
yang tidak efisien dan pemantauan yang tidak cukup dan kurangnya kontrol.
Secara umum gambaran karakteristik dari masing-masing jenis angkutan umum tersebut
dirangkum sebagaimana tabel di bawah ini.
Dari studi JAPTraPIS Tahun 2011, tingkat keterisian rata-rata angkutan umum untuk bus
besar adalah sebesar 51,4 penumpang, bus sedang sebesar 22,3 penumpang dan bus
kecil adalah 7,7 penumpang.
Gambar IV.25
Jaringan Trayek Bus Besar
Tabel IV.24
Karakteristik Pelayanan Angkutan Umum di Jabodetabek
Keterangan
Muara
Muara
Angke
Angke
Tanjung
Tanjung
Priok
Priok
Kota
Kota
Kalideres
Kalideres
Rawa
Rawa
Buaya
Buaya
Jenis Pelayanan
Grogol
Grogol
Senen
Senen
Pulo
Pulo
Gadung
Gadung
Tanah
Tanah
Abang
Abang
Rawa
Rawa
Mangun
Mangun
Manggarai
Manggarai
Ciledug
Ciledug
Pulogebang
Pulogebang
Klender
Klender
Kampung
Kampung
Melayu
Melayu
Area Pelayanan
fleet size (seats)
Blok
Blok
M
Pasar
Pasar
Minggu
Minggu
Lebak
Lebak
Bulus
Bulus
Pinang
Pinang
Ranti
Ranti
Kp.
Kp. Rambutan
Rambutan
LEGENDA
Bis Kecil/Angkot
Region
Bis Besar Reguler
Bis Besar Patas
Bis Besar PatasAC
Dilihat dari data angkutan umum yang terdaftar di masing-masing wilayah, maka secara
keseluruhan tercatat 1112 kendaraan. Jumlah tertinggi adalah sebesar 653 kendaraan
yang tercatat di wilayah DKI Jakarta, diikuti Kabupaten Bogor sebesar 115 kendaraan
dan Kota Tangerang sebesar 110 kendaraan. Gambaran selengkapnya mengenai jumlah
angkutan umum yang terdaftar untuk masing-masing wilayah dijelaskan pada tabel
berikut di bawah ini.
Tabel IV.23
Rute Bus Yang Terdaftar Pelayanan Tiap Wilayah Tahun 2010
Wilayah
DKI Jakarta
Kota Tangerang
Kab Tangerang
Kota Depok
Kota Bogor
Kab Bogor
Kota Bekasi
Kab Bekasi
Jumlah
Busway Patas AC Patas Non-AC Regular Total Bus Besar Bus Sedang
11
137
117
122
387
110
1
15
16
0
1
1
7
2
27
29
1
7
8
8
1
3
12
1
4
5
1
11
149
142
156
458
118
Sumber: JAPtraPIS
Keterangan : Untuk Busway data tahun 2011
Bus Besar
Patas AC
Patas Non-AC
Cepat (Pemberhentian Cepat (Pemberhentian
terbatas) dan
terbatas) dan tidak
menggunakan AC
menggunakan AC
jangkauan pelayanan
lebih luas dari PatasDKI Jakarta dan 3 kota AC, diperpanjang
sekitarnya (tangerang, sampai dengan jalan
depok, bekasi)
radial utama
50
50
Rata-rata okupansi
tahun 2002 (SITRAMP)
Sistem pembayaran
Tarif (Rp)
Non-AC
Perum PPD, PT.
Mayasari Bhakti (79%
jumlah kendaraan)
Bus Sedang
Tambahan pelayanan
angkutan umum pada
jalan sekunder
Layanan pengumpan
untuk mencapai rute
bus utama, terminal
Cakupan pelayanan
Sebagian besar di DKI Sebagian besar di DKI meliputi seluruh area
Jakarta dan melayani
Jakarta dan beberapa biasanya untuk
permintaan perjalanan rute terhubung dengan perjalanan jarak
antar perkotaan
daerah sub perkotaan pendek
50
24
9-14
Non-AC
Perum PPD, PT.
Mayasari Bhakti (81%
jumlah kendaraan)
Non-AC
PT. Metro Mini, Kopaja
(sharing 92% in terms of
vehicle number)
782
128
13.3/80
6000
22.3 penumpang
Di bus oleh kondektur
4000 (pelajar 1000)
Non-AC
Operator kecil dan
gabungan (mikrolet,
KWK, APK, APB, etc)
2,465
6.2/53
51.4 penumpang
Di bus oleh kondektur
Bus Kecil
Bus Regular
12,943
3.9/37
7.7 penumpang
Di bus oleh kondektur
1000-3000 (pelajar 1000)
b)
b)
c)
Gambar IV.26
Peta jalur Busway Eksisting dan Rencana
Menyediakan pelayanan angkutan umum yang setingkat dengan standar dunia bagi
kota Jakarta sekaligus memberikan angkutan alternatif kepada publik selain
angkutan pribadi.
Memberikan prioritas kepada angkutan umum di kota Jakarta dan menurunkan
tingkat penggunaan kendaraan pribadi.
Melakukan sentralisasi terhadap perencanaan dan manajemen angkutan umum di
DKI Jakarta.
Sampai saat ini tahun 2012, telah dioperasikan 11 koridor busway, sebagaimana tabel
berikut dibawah ini.
Tabel IV.25
Koridor Busway Eksisting Tahun 2012
No
Koridor
Tgl Operasi Panjang (km) Jml Stop Waktu (mnt) Interval Stasiun (km) Kec Rata2 (km/j)
1 Blok M - Kota
1-Feb-04
12.9
20
43
0.68
18
2 Puli Gadung - Harmoni
15-Jan-06
14.3
23
48
0.65
18
3 Kalideres - Harmoni
15-Jan-06
19.0
14
63
1.46
18
4 Pulo Gadung - Dukuh Atas
27-Jan-07
11.5
15
38
0.82
18
5 Ancol - Kp. Melayu
27-Jan-07
13.5
15
45
0.96
18
6 Ragunan - Kuningan
27-Jan-07
13.3
19
44
0.74
18
7 Kp. Rambutan - Kp. Melayu
27-Jan-07
12.8
14
43
0.98
18
8 Lebak Bulus - Harmoni
21-Jan-09
26.6
23
89
1.21
18
9 Pluit - Pinang Ranti
31-Des-10
28.8
29
96
1.03
18
10 Tanjung Priok - Cililitan PGC
31-Des-10
19.4
20
65
1.02
18
11 Pulo Gebang - Kp. Melayu
28-Des-11
12.0
16
50
0.75
18
Jumlah Operasional jaringan 2012
1-Jan-12
184.1
208
0.89
c)
Jalur Tengah ; yaitu Jalur antara stasiun Manggarai sampai dengan stasiun
Jakartakota, Jalur ini sudah jalur kembar dan Jalur layang dengan sistem
persinyalan Hubungan Blok Otomatik Terbuka, panjang jalur 9,754 kilometer dan
sudah dilengkapi Listik Aliran Atas, Jalur ini masih bercampurnya Jaringan
pelayanan jasa transportasi KA, yaitu jasa transportasi KA jarak jauh dan KA jarak
menengah dengan KA komuter.
b)
Jalur Bogor ; yaitu Jalur antara stasiun Bogor sampai dengan stasiun Manggarai,
Jalur ini sudah jalur kembar dengan sistem persinyalan Hubungan Blok Otomatik
Terbuka, panjang jalur 46,033 kilometer dan sudah dilengkapi Listik Aliran Atas,
Jalur ini tidak ada Jaringan pelayanan jasa transportasi KA jarak jauh, KA jarak
menengah dan KA Lokal; baik ekonomi maupun komersil, sudah merupakan jalur
IV-36
Jalur Bekasi ; yaitu Jalur antara stasiun Bekasi sampai dengan stasiun Jatinegara,
Jalur ini sudah jalur kembar dengan sistem persinyalan Hubungan Blok Otomatik
Terbuka, panjang jalur 14,062 kilometer dan sudah dilengkapi Listik Aliran Atas,
Jalur ini masih bercampurnya Jaringan pelayanan jasa transportasi, yaitu jasa
transportasi KA jarak jauh, KA jarak menengah dan KA lokal baik untuk kelas
ekonomi maupun Komersil dengan KA komuter.
d)
Jalur Serpong ; yaitu Jalur antara stasiun Serpong sampai dengan stasiun
Tanahabang, Jalur ini sudah jalur kembar dengan sistem persinyalan Blok Otomatik
Tertutup, panjang jalur 24,276 kilometer dan sudah dilengkapi Listik Aliran Atas.
Jalur ini masih bercampurnya pelayanan jasa transportasi, yaitu jasatransportasi
jarak menengah dan KA lokal untuk kelas ekonomi dan Komersil dengan KA
komuter.
e)
Jalur Tangerang; yaitu Jalur antara stasiun Tangerang sampai dengan stasiun Duri,
Jalur ini masih jalur tunggal dengan sistem persinyalan Hubungan Blok Otomatik
Tertutup, panjang jalur 19.297 kilometer dan sudah dilengkapi Listik Aliran Atas,
Jalur ini sudah dikhususkan untuk Jaringan Pelayanan Perjalanan KA komuter, tidak
ada Jaringan pelayanan jasa transportasi KA jarak jauh, KA jarak menengah dan KA
lokal; baik ekonomi maupun Komersil.
f)
Jalur Timur ; yaitu Jalur antara stasiun Kampungbandan sampai dengan stasiun
Jatinegara lewat stasiun Pasarsenen, Jalur ini sudah jalur kembar dengan sistem
persinyalan Hubungan Blok Otomatik Terbuka, panjang jalur 11,210 kilometer dan
sudah dilengkapi Listik Aliran Atas, Jalur ini masih bercampurnya Jaringan
pelayanan jasa transportasi, yaitu jasa transportasi KA jarak jauh, KA jarak
menengah dan KA lokal; baik untuk kelas ekonomi maupun Komersil dengan KA
komuter.
g)
Jalur Barat ; yaitu Jalur antara stasiun Kampungbandan sampai dengan stasiun
Jatinegara lewat stasiun Manggarai, Jalur ini sudah jalur kembar dengan sistem
persinyalan Blok Otomatik Terbuka, panjang jalur 17,642 kilometer dan sudah
dilengkapi Listik Aliran Atas, Jalur ini masih bercampurnya Jaringan pelayanan jasa
transportasi, yaitu jasa transportasi KA jarak jauh, KA jarak menengah dan KA lokal;
baik untuk kelas ekonomi maupun Komersil dengan KA komuter.
h)
Jalur Tanjungpriuk ; yaitu Jalur antara stasiun Tanjungpriuk sampai dengan stasiun
Jakartakota, Jalur ini sudah jalur kembar dengan sistem persinyalan Blok Elektro
Mekanik, panjang jalur 8.086 kilometer dan sudah dilengkapi Listik Aliran Atas, Jalur
ini tidak ada Jaringan pelayanan jasa transportasi KA jarak jauh dan menengah baik
ekonomi maupun Komersil.,
i)
Jalur Kemayoran ; yaitu Jalur antara stasiun Kemayoran sampai dengan stasiun
Tanjungpriuk, Jalur ini sudah jalur kembar dengan sistem persinyalan Blok Elektro
Mekanik, panjang jalur 8.624 kilometer dan sudah dilengkapi Listik Aliran Atas, Jalur
ini masih bercampurnya pelayanan jasa transportasi, yaitu jasa transportasi barang
dengan KA komuter. .
j)
Untuk wilayah Jabodetabek layanan KA saat ini masih belum dapat menarik para
pengguna kendaraan pribadi. Hal ini dikarenakan beberapa hal, diantaranya adalah
IV-37
Rank
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Terminal
Terdapat lebih dari tiga puluh terminal bus yang tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta.
Terminal bus tersebut dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu: antar provinsi,
antar kota, dalam kota, dan terminal pinggir jalan. Terminal bus antar kota di daerah
pusat antara lain seperti, seperti Terminal Blok M, Senen, Kota, yang menempati areal
lebih dari 3,000 m2 tidak termasuk akses / jalan-jalan keluarnya. Pada Gambar berikut
dibawah ini mengilustrasikan lokasi terminal bus yang ada diwilayah DKI jakarta.
Gambar IV.28
Lokasi Terminal Bis Utama di DKI Jakarta
Terminal Bis
Tg. Priok
Depok
Grogol
Kalideres
Kp. Melayu
Tn. Abang
Lebak Bulus
Bogor
Ciputat
Ps. Minggu
Cililitan
Cikarang
Cikokol
Ciledug
Cimone
Rawamangun
Cileungsi
Klender
Parung
Manggarai
Cibinong
Leuwiliang
Ragunan
Poris Plawad
Busway
1
2
1
2
-
Total
66
61
61
61
58
57
43
38
37
37
36
34
34
33
30
22
20
19
16
15
15
15
13
22
Sumber: Dinas Perhubungan dari setiap pemerintah daerah, beberapa rute mungkin hanya melewati terminal, dan mungkin tidak
berakhir di sana. Oleh karena itu ada lebih banyak rute ditunjukkan dari jumlah total rute bus beroperasi.
e)
Bandar Udara
Saat ini di wilayah Jabodetabek terdapat dilayani oleh dua bandar udara, yaitu
Soekarno-Hatta dan Halim Perdanakusuma. Bandar udara halim lebih banyak digunakan
untuk penerbangan ekslusif dan penerbangan jarak pendek. Sedangkan untuk
penerbangan dalam dan luar negeri dilayani oleh Bandar Udara Soekarno-Hatta.
Selain itu juga permasalahan lainnya juga mengenai kebandarudaraan adalah akses
menuju bandara. Pada saat ini akses tercepat untuk menuju Bandara Soekarno-Hatta
adalah dengan menggunakan kendaraan melalui jalan tol, akan tetapi akses tersebut
pada saat tertentu tidak dapat dilalui kendaraan dikarenakan banjir. Oleh karena itu perlu
pembenahan menyangkut kebandarudaraan baik dari kapasitas, akses dari dan ke
Bandar udara tersebut nantinya.
Sumber : JAPTraPIS
Tabel IV.26
Terminal Bus di Jabodetabek
Rank
1
2
3
4
5
6
Terminal Bis
Blok M
Kp. Rambutan
Pulo Gadung
Bekasi
Kota
Senen
Busway
1
1
3
1
-
Total
104
95
87
76
76
67
f)
Pelabuhan
Kondisi Pelabuhan Tanjung Priok pada saat ini tidak jauh berbeda dengan Bandar Udara
Soekarno-Hatta. Diperkirakan nantinya sesudah Tahun 2014 sudah tidak dapat lagi
menampung kapasitas pengiriman dan penerimaan barang.
Selain itu juga permasalahan lainnya mengenai pelabuhan adalah mengenai lalu lintas
angkutan barang, yaitu akses dari dan menuju pelabuhan. Pada saat ini jalur angkutan
barang belum memiliki rute khusus, pada beberapa lokasi bercampur dengan arus lalu
IV-38
Deskripsi Moda
Sub-Group
Total
Truk Dalam
Kendaraan
Total Perjalanan
Intra-Zonal
Inter-Zonal
Low Income
14,358,831
6,413,310
7,945,520
Medium Income
36,012,943
12,062,668
23,950,275
High Income
8,643,818
1,659,724
6,984,095
Total
59,015,592
20,135,702
38,879,890
Small Trucks
73,871
431
73,440
Large Trucks
5,773
5,768
79,644
436
79,208
Sumber: JUTPI
Sedangkan besarnya bangkitan perjalanan berdasarkan moda yang digunakan ditunjukan dalam
gambar berikut.
Gambar IV.30
Perjalanan orang-harian (000) berdasarkan moda
JABODETABEK Area Trip generations / Attractions
Public
Car
Motorcycle
JKT_South
JKT_East
JKT_Central
JKT_West
JKT_North
Sumber : MPA
Kota_Tang
Kota_Tang S
b. Karakteristik Perjalanan
Besaran permintaan perjalanan untuk wilayah Jabodetabek dirangkum dalam tabel berikut.
Tabel IV.27
Besaran Perjalanan orang berbasiskan moda dan tingkat Pendapatan
Deskripsi Moda
Sepeda Motor
Mobil
Angkutan Umum
Sub-Group
Total Perjalanan
Intra-Zonal
Inter-Zonal
Kab._Tang
Depok
Kota_Bogor
Kab._Bogor
Low Income*
10,542,246
4,734,657
5,807,590
Kota_Bekasi
Medium Income*
23,280,926
7,887,758
15,393,168
Kab._Bekasi
High Income*
2,745,049
559,676
2,185,373
Sub-Total
36,568,221
13,182,091
23,386,131
Low Income
1,323,062
592,421
730,641
Medium Income
5,922,029
1,796,584
4,125,445
High Income
1,979,417
299,168
1,680,249
Sub-Total
9,224,508
2,688,173
6,536,335
Low Income
2,493,523
1,086,233
1,407,290
Medium Income
6,809,988
2,378,326
4,431,662
High Income
3,919,352
800,880
3,118,472
Sub-Total
13,222,863
4,265,439
8,957,424
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
Sumber: JUTPI
IV-39
Kota Tangerang
Kota Tangerang Selatan
Kb. Tangerang
Gambar IV.33
Pola Perjalanan dengan Mobil (000)
Kota Tangerang
Kota Tangerang Selatan
Kb. Tangerang
20,359
8,090
9,879
2,574
718
DKI Jakarta
151
1,242
(13%)
2,757
2,557
Kota Bekasi
Kb. Bekasi
108
673
(15%)
11,258
3,798 (19%)
530
(21%)
DKI Jakarta
40 (27%)
462
(18%)
1,023
652
(24%)
(13%)
Kota Bekasi
Kb. Bekasi
115
(17%)
1,254
(11%)
Kota Depok
Kota Bogor
Kb. Bogor
(% by car)
Kota Depok
Kota Bogor
Kb. Bogor
Sumber: JUTPI
Gambar IV.32
Pola perjalanan dengan Sepeda Motor (000)
Kota Tangerang
Kota Tangerang Selatan
Kb. Tangerang
5,186
6,355
(64%)
(64%)
1,387
(54%)
459
Gambar IV.34
Pola perjalanan dengan angkutan umum (000)
12,953
(64%)
(64%)
Sumber: JUTPI
DKI Jakarta
66 (44%)
1,517
(59%)
1,578
(57%)
Kota Bekasi
Kb. Bekasi
424
(63%)
6,641
(59%)
(% by M/C)
Kota Depok
Kota Bogor
Kb. Bogor
Sumber: JUTPI
Sumber: JUTPI
IV-40
All Income
62%
High Income
16%
32%
23%
Medium Income
45%
65%
Low Income
16%
73%
0%
10%
20%
30%
22%
40%
50%
Motorcycle
60%
Car
Pada jam sibuk pagi kemacetan yang dialami oleh koridor-koridor tersebut diatas diakibatkan oleh
kondisi bottleneck pada simpang-simpang utama khususnya yang berada didekat perbatasan
wilayah Bodetabek dengan DKI Jakarta dan juga ditambah dengan konflik lalu lintas akibat fasilitas
putar balik dan akses dari guna lahan (kecuali untuk ruas-ruas tol Jabodetabek) disepanjang
koridor-koridor tersebut.
19%
9%
70%
17%
80%
90%
Public
Hasil survey lapangan dan simulasi menunjukkan bahwa koridor-koridor utama diwilayah
Jabodetabek yang menampung pergerakkan komuter, memiliki kinerja dibawah standar ideal yang
disyaratkan, terutama pada lokasi-lokasi yang mendekati wilayah DKI Jakarta. Koridor-koridor
utama tersebut antara lain; Jln. Kali Malang, Jalan Raya Bogor, Jalan Raya Ciputat, Jalan Raya
Bekasi, Jalan Daan Mogot, Jalan Margonda-Lenteng Agung, Jalan Tol Tangerang, Jalan Tol
Cikampek, Jalan Tol Jagorawi, Jalan TransYogi, Jalan Ciledug Raya, dan Jalan Tol Lingkar Dalam.
Penyebab utama dari kinerja yang rendah ini adalah defisiensi kapasitas dan konflik lalu lintas pada
koridor-koridor tersebut serta masih bercampurnya pergerakkan regional (barang & penumpang)
dengan pergerakkan yang menuju pusat aktifitas diwilayah DKI Jakarta.
100%
Permasalahan di ruas-ruas tol Jabodetabek lebih disebabkan Bottleneck pada awal jalan tol lingkar
dalam untuk ruas tol Jagorawi dan Cikampek sebagai akibat adanya kebijakan 3 in 1 dan simpang
tomang untuk ruas tol Tangerang. Sedangkan khusus untuk koridor TransYogi bottlleneck terjadi
pada lokasi Mal Cibubur Juncntion menuju ruas Tol Jagorawi.
Gambar IV.37
Kinerja Kecepatan Lalu Lintas
Sumber: JUTPI
Gambar IV.36
Proposi pengunaan moda perjalanan berdasarkan panjang perjalanan
Motorcycle
Car
Public
100%
90%
80%
% of Trips by Mode
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
0-5
5-10
10-15
15-20
20-25
25-30
30-35
35-40
40-45
45-50
50-55
55-60
60 +
Sumber: JUTPI
Oleh karena itu Senjang jarak ruas arteri yang tepat sangat diperlukan agar fungsi dan operasional
jalan konsisten dengan klasifikasinya. Jika senjang jarak terlalu besar akan berimplikasi pada
pembebanan arus yang cukup besar berada pada jalan-jalan kolektor ataupun jalan alternatif
lainnya seperti kondisi yang terjadi saat ini.
IV-41
Gambar IV.38
Koridor-koridor utama yang bermasalah
Berdasarkan hasil survei, kondisi lalu lintas yang cukup memprihatinkan adalah pada lokasi-lokasi
pusat perbelanjaan, sekolah dan perkantoran. Berdasarkan hal tersebut perlu untuk dilakukan
penataan jaringan jalan serta perlakuan khusus terhadap jaringan jalan di sekitar pusat-pusat
kegiatan tersebut untuk mendukung sistem kegiatan.
Lintasan rel kereta api yang berpotongan dengan jalan juga mempengaruhi kecepatan kendaraan
(terlebih saat pintu lintasan ditutup) karena buruknya kondisi permukaan jalan disekitar rel dan
terpotongnya profil oleh lintasan rel. Kondisi ini berpengaruh pada panjang antrian di pintu
persilangan kereta api.
Beberapa hal lain yang cukup berpengaruh pada sistem jalan adalah kurang disiplinnya masyarakat
dalam memanfaatkan fasilitas jalan. Fungsi trotoar dan jembatan penyeberangan sebagai fasilitas
bagi pejalan kaki banyak disalahgunakan oleh oknum masyarakat untuk berniaga.
Kurang memadainya fasilitas bagi pedestrian juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
konflik pergerakkan lalu lintas kendaraan dan orang pada beberapa lokasi khusunya dipusat kota.
Sistem jaringan jalan yang ada belum sepenuhnya saling terkait dan berkesinambungan, dimana
masih banyak terdapat beberapa lokasi missing link pada sistem jaringan jalan utama dan
pendukung, yang cukup memberikan pengaruh bagi kinerja jaringan. Sebagai contoh adalah koridor
jalan lingkar luar sisi barat dan timur, diharapkan pengoperasian jalan ini secara penuh dapat
memberikan alternatif rute bagi pergerakan menerus yang saat ini mayoritas menggunakan arteri
maupun tol dalam kota (jalan lingkar dalam).
Besaran kapasitas jalan menunjukkan tingkat sediaan ruang lalu lintas yang relatif rendah untuk
hampir keseluruhan koridor-koridor utama tersebut khususnya yang mendekati wilayah DKI
Jakartarta, serta hampir di keseluruhan ruas jaringan jalan utama DKI Jakarta. Reduksi terhadap
kapasitas dasar terutama disebabkan oleh penggunaan ruang lalu lintas untuk parkir serta gesekan
samping yang cukup tinggi akibat aktivitas pedagang kaki lima serta jenis aktivitas bisnis yang
hampir merata disepanjang koridor dan untuk DKI di seluruh wilayah kota.
Kinerja jaringan/ruas berdasarkan v/c ratio, kecepatan perjalanan serta kepadatan rata-rata masih
menunjukkan kondisi yang jauh dari memadai dan perlu penanganan yang serius, meskipun
terdapat beberapa ruas jalan yang saat ini masih menunjukkan kinerja yang baik. Indikasi koridorkoridor bermasalah terletak pada ruas jalan utama, terutama di koridor-koridor yang terletak pada
kawasan pusat bisnis.
Karena dalam konstalasi tata ruang DKI Jakarta masih merupakan kota inti untuk lingkup
Jabodetabek (PKN) maka konsekuensi logisnya hampir seluruh koridor utama di DKI Jakarta sudah
sangat bermasalah yang diindikasikan melalui nilai VCR>0.85 dan kecepatan perjalanan <15
km/jam. Indikasi beberapa koridor bermasalah pada ruas jalan utama yang terletak pada kawasan
pusat bisnis ditunjukan pada gambar di bawah ini.
Selain dari besarnya beban volume lalu lintas, pengaruh dari jumlah kendaraan roda dua yang ratarata mengambil porsi lebih dari 70% dihampir semua koridor utama. Kondisi ini mengakibatkan
inefisiensi penggunaan ruang jalan sebagai akibat manuver dari kendaraan roda dua ini. Selain itu
juga akibat tingginya proporsi kendaraan roda dua, kelompok pejalan kaki menjadi lebih rentan
terhadap terjadinya kecelakaan, terutama pada saat harus menyeberang jalan.
Tabel IV.28
Indikasi Koridor-koridor bermasalah (kondisi eksisting)
Koridor
Nama Jalan
Utara-Selatan
Koridor I
Koridor II
Koridor III
Koridor IV
Koridor V
Koridor VI
Barat-Timur
Jl. Fatmawati - Jl. Jend Sudirman - Jl. MH Thamrin - Jl. Gajah Mada/Hayam Wuruk
Jl Mampang Prapatan - Jl. Rasuna Said
Jl. Matraman - Jl. Salemba - Jl. Gn.Sahari
Jl. Akhmad Yani Jl. Yos Sudarso
Jl. Gatot Subroto Jl S Parman
Jl. Raya Pasar Minggu
Koridor I
Koridor II
Koridor III
Koridor IV
Koridor V
Koridor VI
Koridor VII
IV-42
Mengacu kepada hasil kajian terhadap studi-studi terdahulu, data primer dan sekunder serta dari
hasil analisis kinerja kondisi eksisting, permasalahan transportasi di DKI Jakarta dirangkumkan
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Secara teknik, lahan irigasi pertanian yang berlokasi terutama di Bagian Utara Kabupaten Bekasi,
terbatas untuk pengembangan. Namun demikian, meskipun pengembangan ke arah selatan di
batasi, koridor Jakarta Depok Cibinong Bogor dimana pengembangan kota telah terealisasi,
harus diterima untuk pengembangan tata guna lahan yang beralasan.
Gambar IV.40 Struktur Perkotaan di Jabotabek
IV-43
No.
a. Prasarana Drainase
Wilayah DKI Jakarta terdiri dari 662.33 km2 wilayah daratan dan 6,977.5 km2 wilayah perairan, dan
mempunyai lebih dari 110 pulau. DKI Jakarta umumnya adalah wilayah dataran rendah dengan
ketinggian rata-rata sekitar 7m di atas permukaan laut, dan bagian selatan dari daratannya terdiri
dari lapisan aluvial. Daratannya terdiri dari endapan Pleistosen 50 meter di bawah permukaan
tanah. Pada wilayah daratan, terdapat 19 sungai dan kanal untuk sumber air, perikanan, dan usaha
perkotaan, dan 8 saluran drainase.
Provinsi DKI Jakarta terdiri dari jaringan-jaringan drainase yang rumit. Beberapa diantaranya adalah
jaringan saluran drainase yang secara hidrolik berdiri sendiri namun terdapat jaringan saluran
drainase yang saling berhubung satu sama lain. Data mengenai sistem drainase di Provinsi DKI
Jakarta disajikan dalam tabel berikut:
Total
4
Saluran
Penghubung
dan Mikro
5
Sarana dan
Prasarana lain
Jenis
Floodway
Sub Total
2
Sungai/ saluran
makro
melalui 2
Provinsi
(13 sungai)
Sub Total
3
Sungai/ Saluran
Makro di
Provinsi
DKI Jakarta
Lokasi
1
2
3
4
Cengkareng Drain
Cakung Drain
Banjir Kanal Barat
Banjir Kanal Timur
1
2
3
Kali Mookervart
Kali Angke
Kali Pesangrahan
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Kali Grogol
Kali Krukurt
Kali Ciliwung
Kali Baru Timur
Kali Cipinang
Kali Sunter
Kali Buaran
Kali Jati Kramat
Kali Cakung
Kali Baru Barat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Sal. Sekretaris
Sal Cideng
Sal. Ancol
Sal. K. Malang Tarum Barat
Sal. K. Muara Karang/Angke
Sal. Sodetan K. Grogol
Sal. K. Sunter Kemayoran
Sal. Anak K. Cliwiung Gunung Sahari
Sal. Anak K. Cliwiung Kota
Sal. Sungai Tirem
Sal. Lagoa/Koja
Sal. Kali Baglio
Sal. Kali Blencong
Sal. Kali Bogor
Sal. Kali Kamal
Panjang
(m')
Lebar
(m)
7,600
11,200
12,850
23,000
54,650
7,300
12,810
27,300
50
60
60
60
23,600
28,750
46,200
39,200
27,350
37,250
7,900
3,800
20,700
17,700
50,100
12,600
17,800
8,300
7,300
6,200
1,500
3,000
5,310
5,200
2,600
3,200
3,000
6,000
8,000
1,700
7
6
25
13
17
29
20
5
20
10
32
42
13
7
16
29
15
26
19
15
24
24
14
40
18
27
12
15
Luas
(m2)
380,000
672,000
771,000
1,380,000
3,203,000
233,600
538,020
354,900
165,200
172,500
1,155,000
392,600
464,950
1,080,250
158,000
19,000
414,000
177,000
768,000
88,200
284,800
240,700
109,500
161,200
28,500
45,000
127,440
124,800
36,400
128,000
54,000
162,000
96,000
25,500
Panjang
(m')
Lokasi
16
17
18
1
2
3
Irigasi
Pompa
Pintu Air
Sub Total
TOTAL
Sumber : pengolahan data tahun 2012
Tabel IV.29 Rekapitulasi Sungai, Pompa Air dan Pintu Air di Wilayah DKI Jakarta
No.
Jenis
1,300
1,200
2,400
6,600
13,595,118
Lebar
(m)
20
28
20
Luas
(m2)
26,000
33,600
48,000
133,100
27,190,235
272,112
1,605,394
13,867,230
13,978,580
28,795,629
32,899,729
Jenis
Sub Total
2
Waduk dan
Tampungan
(Long Storage)
Lokasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Situ Lembang
Situ Taman Ria Senayan
Situ Rawa Kendal
Rawa Rorotan
Situ Ragunan
Waduk MBAU Pancoran
Waduk Kalibata
Rawa Ulujami
Situ babakan
Situ Mangga Bolong
Situ UI
Situ Arman/Pedongkelan
Situ Rawa Penggilingan
Situ Amalia
Situ Buaran Indah
Situ Rawa Badung
Situ Pedongkelan
Situ Pulo Buaran
Situ Bea Cukai
Rawa Wadas
Situ Kepala Dua Wetan
Situ Rawa Dongkal
Situ Tipar
Situ baru
Situ Pacuan Kuda Pulomas
1
2
3
4
5
6
Waduk Melati
Waduk Setiabudi Barat dan Timur
Waduk Pulit
Waduk Pulomas (Waduk Ria-rio)
Waduk Sunter (Papango)
Waduk Sunter Timur III (Rawa badak)
Luas
(Ha)
1.0
6.0
27.5
50.0
4.5
2.0
1.7
8.0
17.3
2.0
7.0
12.4
5.0
6.0
8.2
3.0
11.0
3.1
175.7
3.5
348.0
80.0
4.6
31.0
IV-44
Jenis
Luas
(Ha)
Lokasi
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Sub Total
TOTAL
0.2
25.9
15.0
6.0
4.0
3.0
1.2
522.4
Jakarta yang dilintasi oleh 13 (tiga belas) sungai mengalir dan bermuara di Teluk Jakarta,
sedimentasi pada badan sungai umumnya tinggi, memiliki gradien landai, dibebani oleh
sampah yang berasal dari hulu hingga muara, dan terjadi penyempitan badan sungai. Kondisi
sungai dan kanal yang melintasi Jakarta tersebut pada musim hujan sering mengakibatkan
limpasan dan genangan di sekitarnya, terutama di daerah yang rendah. Sungai dan kanal di
Jakarta terutama berfungsi sebagai saluran drainase.
Berdasarkan beberapa studi yang dilakukan terdahulu (Nedeco 1973, JICA 1991, WJEMP),
Nedeco (2002) melakukan kajian debit aliran dan kala ulang banjir selama bulan Januari dan
Februari 2002 untuk Jakarta. Tabel berikut menunjukkan hasil kajian tersebut.
Tabel IV.31 Debit Aliran dan Kala Ulang Banjir DKI Jakarta
No.
Sungai
1.
Ciliwung
400
20
2.
Pesanggarahan
150
25
3.
Sunter
50
4.
Cipinang
90
50
5.
Krukut
60
perairan yang ada di antara daratan dan pulau reklamasi bisa dimanfaatkan sebagai retensi
tambahan.
Sesuai Perda No 1 Tahun 2012 tentang RTRW Jakarta 2030, bahwa dalam sistem tata air
perlu memisahkan sistem drainase dan saluran air kotor (sewerage) secara bertahap dan
memperluas sistem pengelolaan air limbah serta mengembangkan prasarana drainase untuk
meningkatkan kapasitas saluran mikro, submakro dan makro dalam rangka mengantisipasi
curah hujan dengan kala ulang 2(dua) sampai dengan 10 (sepuluh) tahunan untuk saluran
mikro, 10(sepuluh) sampe dengan 25 (dua puluh lima) tahunan untuk saluran submakro, dan
25 (dua puluh lima) sampai dengan 100 (seratus) tahunan untuk saluran makro.
Selanjutnya dijelaskan juga dalam Perda Nomor 1 Tahun 2012 bahwa penataan dan
penetapan trase dan garis sempadan kali/sungai, saluran, waduk dan situ menurut fungsinya
sebagai pengendali banjir, drainase, penggelontor, konservasi sumber daya air serta
prasarana transportasi sungai dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
b.
c.
meningkatkan rasio badan air yang mencakup saluran, kali, sungai, kanal, situ, dan
waduk;
mempertahankan sempadan sungai dan kanal sebagai RTH dan pengendali banjir; dan
badan air berupa saluran, kali, sungai, kanal, situ, dan waduk tidak dapat diubah fungsi
dan peruntukannya.
Permasalahan/tantangan Jakarta
Dalam sejarah Jakarta banjir sudah terjadi sejak zaman kolonial Belanda, hampir empat
abad yang lalu. Ini artinya di saat jumlah penduduk Jakarta masih sedikit, banjir pun sudah
terjadi di Jakarta. Dalam dekade terakhir, ternyata banjir semakin sering dialami. Melihat
kecenderungan banjir di Jakarta yang semakin sering serta semakin banyak kawasan yang
tergenang, memberikan indikasi bahwa penyebab banjir semakin beragam. Satu dan lain
penyebab saling menguatkan sehingga potensi terjadinya genangan semakin besar. Dari
mulai permasalahan urbanisasi, pembuangan limbah, parahnya kondisi sungai, institusional
hingga dampak pemanasan global. Akumulasi permasalahan dari beragam aspek membuat
tantangan dalam menghadapi banjir yang akan datang menjadi lebih berat lagi.
Permasalahan terus menerus bertambah sementara penyelesaian yang diambil masih
terbatas. Permasalahan/tantangan itu tergambar dalam bagan skematis berikut ini.
Gambar IV.41 Bagan skematis permasalahan/tantangan Jakarta
Institusional
Institusional
Delta
Deltaarea,
area,
tanah
tanahlunak
lunak
Pembuangan
Pembuangan
Limbah
Limbah Pada
Pada
Saluran
Saluran
Sebagian
Sebagianwilayah
wilayah
dibawah
dibawahmuka
mukaair
airlaut
laut//
muka
mukaair
airsungai
sungai
Kondisi
Kondisi13
13
Sungai
Sungai
BANJIR
BANJIR
&
&
GENANGAN
GENANGAN
Urbanisasi
Urbanisasi&&
peningkatan
peningkatan
property
property
Hambatan
Hambatan
Sepanjang
Sepanjang
Sungai
Sungai
Kondisi
Kondisi
Hidrogeologi
Hidrogeologi
Hidrologi
Hidrologi
Penyedotan
PenyedotanAir
Air&&
Amblesan
Amblesan
Pemanasan
Pemanasanglobal
global&&
Kenaikan
KenaikanMuka
MukaAir
Air
Laut
Laut
Luas
LuasBadan
BadanAir
Air
(waterbody
(waterbody
ratio)
ratio)
IV-45
Tanah yang lunak, dikombinasikan dengan penyedotan air tanah yang terus menerus
mengakibatkan land subsidence (amblesan). Penurunan muka tanah di Jakarta berkisar
antara 5 10 cm per tahun. Di beberapa tempat ada penurunan yang lebih besar, tetapi lebih
merupakan proses konsolidasi setempat yang terjadi akibat penambahan beban, misalnya
penimbunan jalan. Dengan kecepatan penurunan (land subsidence rate) seperti ini maka
tinggi muka tanah akan menurun sebesar lebih dari satu meter dalam waktu 20 tahun.
Laut
Daerah
Rendah
Wilayah
Prov DKI
Jakarta
BKT
BKB
Daerah
Cukup
Tinggi
13 Sungai
Situ/Waduk
Pompa
Pintu air / pompa
Waduk Retensi
Tanggul laut
Pelabuhan existing
Pemanasan Global
Hujan
2000 m + MSL
Akibat pemanasan global, tinggi permukaan laut akan meningkat. Intergovermental Panel on
Climate Change (IPCC) dalam prediksinya memperkirakan bahwa kenaikan muka air laut
berkisar 6 mm per tahun. Ini tentu juga berpengaruh pada perairan laut Indonesia. Dampak
ini lebih terasa pada daerah-daerah yang berbatasan dengan laut, seperti Jakarta.
t0
Evapotranspirasi
Evapotranspirasi
Waduk/situ
UPSTREAM
(Puncak-Bogor)
Resapan air
t1
(Bogor-Depok-Jaksel)
Gravitasi
Sistim
polder
Banjir kanal
MIDDLESTREAM
t2
.
..
.
.
DOWNSTREAM
(Jaksel-Jakut)
Evaporasi
t3
Polder
Pesisir
t4
Karena landsubsidence (penurunan muka tanah) dan sea level rise (kenaikan muka air laut)
semakin luas, mengakibatkan wilayah Jakarta yang berada dibawah permukaan laut juga
akan semakin luas. Konsekuensinya implementasi sistim polder akan meluas, terutama ke
sebelah Barat.
Bagaimana mengelola banjir yang terjadi di Jakarta Utara, dimana wilayah tersebut hanya
memiliki rasio badan air yang sedemikian rendah itu? Dengan rasio badan air yang rendah
sulit untuk membebaskan Jakarta Utara dari banjir dan genangan. Oleh karenanya,
IV-46
Satu langkah visioner dan konseptual harus diambil, agar lahan di Jakarta tidak menyusut
perlahan-lahan. Pembangunan tanggul laut memang menjadi pilihan paling masuk akal.
Bagaimanapun juga masuknya air laut ke daratan harus dihindari. Tanggul laut diintegrasikan
dengan penataan sistem tata air Jakarta secara keseluruhan akan mengurangi risiko banjir.
Bagian lain yang juga cukup penting dalam penyelesaian banjir adalah mengurangi
penggunaan air tanah dan kemudian menghentikannya. Namun pelaksanaan tindakan
seperti ini harus disertai dengan alternatif lain yakni penyediaan air bersih yang semakin
menjangkau lebih banyak orang.
Alternatif 1: 3 tahapan tanggul laut
Sebagaimana terlihat pada gambar diatas, skenario didasarkan pada asumsi pengembangan
secara gradual, dari situasi saat ini dimana tanggul 1 (tanggul pada eksisting garis pantai)
diimplementasikan, dan kemudian dilanjutkan dengan implementasi pembangunan tanggul 2
(tanggul diimplementasikan pada bagian luar kawasan reklamasi dikedalaman -8 m) dan
dikuti oleh pembangunan tanggul 3 (tanggul dikedalaman sekitar -16 m).Untuk
merealisasikan pembangunan tanggul 3 secara lebih dini. Dengan pembangunan tanggul 3
ini diharapkan kawasan Jakarta Utara dan kawasan reklamasi telah terlindungi dari laut
lepas, sedemikian peran tanggul 2 tidak dibutuhkan lagi sebagai tanggul utama. Tahapan
pengembangan ini kelihatannya menjadi alternatif tahapan pengembangan yang diinginkan.
Sungai Krukut, pada segmen hulu sungai di Jakarta sampai Banjir Kanal Barat.
Kali Mampang, pada segmen hulu sungai di Jakarta sampai Sungai Krukut.
Sungai Kalibaru, pada segmen hulu sungai di Jakarta sampai Banjir Kanal Barat.
Gambar IV.45
Wilayah Pelayanan Air Minum PT PAM Lyonnaise Jaya
Penyediaan air minum di DKI Jakarta pada tahun 2012 masih melayani sekitar 66,21% dari
jumlah penduduk. PDAM Jaya membangun beberapa unit instalasi pengolahan air (water
treatment plant), pusat distribusi (distribution center), jaringan distribusi air minum dilengkapi
pompa tekan (booster pump), dan penyediaan air curah. Instalasi pengolahan air meliputi :
-
Wilayah pelayanan air minum di bagian Barat terdiri atas wilayah usaha zona 1, 4, dan 5;
sedang di bagian Timur meliputi wilayah usaha zona 2, 3 dan 6 (Gambar III.50 dan Gambar
III.51). Batas wilayah pelayanan dipisahkan oleh Sungai Ciliwung.
IV-48
Gambar IV.47
Sistem Transmisi Air Minum DKI Jakarta
DC Muara Karang
Pasokan Zona 4
Q = 3 m3/Hari
d = 13,2 Km
Surge Tower 2
DC R4 Kebon Jeruk
DC R5 Lebak Bulus
Pasokan Zona 5
Q = 5 m3/Hari
d = 37,7 Km
Sumber : TPJ, GIS And Management, 2006
Sumber : Pamjaya
IV-49
Gambar IV.48
Sumber Air Baku Air Minum DKI Jakarta dan Fasilitas IPA
Operator
PT Palyja
PT Aetra
No.
IPA
Sumber Air
Kapasitas
Produksi
Tersedia*)
(liter/det)
1.
Pejompongan I
Saluran
Tarum Barat,
BKB
2.000
2.
Pejompongan I
3.
Cilandak
Saluran
Tarum Barat,
BKB
S. Krukut
4.
Taman Kota
Sungai
Pasanggraha
n
5.
DW Rawa
Bambu
Kapasitas
Produksi
Tahun 2007**)
(m3)
No.
IPA
57.004.060
1.
Buaran I dan
II
3.600
96.881.970
2.
Pulogadung
400
9.849.416
200
273.422
N/A
13.596
Sumber
Air
Kapasitas
Produksi
Tersedia*)
(m3/det)
Kapasitas
Produksi
Tahun 2007**)
(m3)
Saluran
Tarum
Barat
2.500 dan
2.500
143.312.580
Saluran
Tarum
Barat
4.000
117.895.810
MA
Ciburial
185
78.202
9.185
261.286.592
Ciburial
Cisadane
(DCR-4)
S. Cisadane
1.200
55.892.063
7.
Cisadane
(DCR-5)
S. Cisadane
1.600
25.726.597
8.
Cikokol/Cengka
reng
S. Cisadane
75
2.413.972
9.075
248.055.096
Jumlah
Jumlah
Sumber : Working paper Masukan Wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat untuk RTRW Provinsi DKI Jakarta
Permasalahan yang dihadapi dalam penyediaan air minum di Provinsi DKI Jakarta pada saat
ini diantaranya adalah pasokan kurang memadai, tekanan pengaliran, kualitas air, dan
kontinuitas pengaliran air.
Sumber air baku dan fasilitas IPA tertera pada gambar berikut.
2.
Prediksi Kebutuhan
Dengan merujuk pada cakupan pelayanan air minum menurut RTRW Jakarta 2030, sekitar
98% penduduk direncanakan terlayani oleh air minum perkotaan. Proporsi tersebut dapat
dipergunakan sebagai asumsi bahwasanya seluruh penduduk DKI Jakarta pada tahun 2030
dilayani oleh air minum perkotaan.
Kebutuhan air minum dan utilitas lainnya di DKI Jakarta mempertimbangkan penduduk yang
tinggal di wilayah Provinsi DKI Jakarta serta penduduk dari luar DKI Jakarta yang melakukan
aktifitas secara reguler di DKI Jakarta. RTRW Jakarta 2030 memproyeksikan jumlah penduduk
DKI Jakarta sebesar 12.500.000 jiwa pada tahun 2030 dengan tambahan penduduk komuter
sebesar 2.500.000 jiwa.
Dari proyeksi jumlah penduduk DKI Jakarta pada tahun 2030 tersebut, sebesar 750.000 jiwa
akan berdiam di kawasan reklamasi Pantura Jakarta yang merupakan Kawasan Strategis
Provinsi DKI Jakarta, sehingga penduduk di daratan DKI Jakarta dan Kabupaten Kepulauan
IV-50
Peruntukan lahan yang dimanifestasikan oleh zona industri dan pergudangan serta zona
perkantoran, perdagangan, dan jasa. Zona-zona tersebut dianggap membangkitkan 30%
dari jumlah penduduk komuter secara keseluruhan, yakni sebesar 675.000 jiwa. Zona
perkantoran, perdagangan, dan jasa terdistribusi hampir di seluruh kecamatan, sedang
zona industri dan pergudangan tersebar Di 12 kecamatan.
Dengan demikian, kebutuhan air minum domestik di setiap kecamatan akan memperhitungkan
prediksi jumlah penduduk kecamatan serta proporsi jumlah penduduk komuter pada tahun
2030 yang dibangkitkan oleh ketiga faktor pembangkit di atas. Penyebaran faktor pembangkit
untuk setiap kecamatan ditunjukkan oleh tabel berikut.
Tabel IV.33
Faktor Pembangkit Penduduk Komuter di Provinsi DKI Jakarta
Menurut Kota/Kabupaten Administrasi dan Kecamatan
Jika diasumsikan kebutuhan air minum domestik per kapita bagi penduduk yang tinggal di DKI
Jakarta pada tahun 2030 adalah 160 liter/orang/hari dan penduduk komuter sebesar 50
liter/orang/hari serta kebutuhan air minum non domestik adalah 30% dari jumlah kebutuhan air
minum domestik, maka kebutuhan air minum domestik dan non domestik pada tahun 2030
secara keseluruhan akan mencapai 1.590.250 liter/hari atau setara dengan 29.979,75
liter/detik.
Dengan menggunakan asumsi yang sama dengan prediksi kebutuhan air minum domestik
secara agregatif di atas, maka distribusi kebutuhan air minum domestik untuk setiap
kecamatan dapat diprediksikan berdasarkan jumlah penduduk di setiap kecamatan beserta
penambahan penduduk komuter secara proporsional. Oleh karena tujuan penduduk komuter
untuk melakukan kegiatan di wilayah DKI Jakarta tidak teridentifikasi dalam pola distribusi
ruang yang nyata menurut tempat asal, tingkat sosial-ekonomi, tingkat pendidikan, dukungan
aksesibilitas, dan faktor yang berpengaruh lainnya, maka distribusi penduduk komuter di setiap
kecamatan menggunakan asumsi bangkitan penduduk komuter oleh faktor pembangkit berikut:
1.
2.
3.
Bangkitan penduduk komuter secara proporsional oleh faktor pembangkit dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1.
2.
Keberadaan pusat kegiatan primer dan pusat kegiatan sekunder. Keberadaan pusat
kegiatan primer dan pusat kegiatan sekunder secara proporsional dianggap
membangkitkan 50% dari jumlah penduduk komuter secara keseluruhan, yakni sebesar
1.125.000 jiwa. Dari proporsi tersebut, pusat kegiatan primer dianggap membangkitkan
70% dari proporsi penduduk komuter dab pusat kegiatan sekunder membangkitkan 30%
dari proporsi penduduk komuter. RTRW Jakarta 2030 merencanakan 11 pusat kegiatan
primer yang tersebar di 10 kecamatan dan 9 pusat kegiatan sekunder yang tersebar di 8
kecamatan.
Simpul jaringan transportasi meliputi pelabuhan dan TOD secara proporsional
membangkitkan 20% dari jumlah penduduk komuter secara keseluruhan, yakni sebesar
450.000 jiwa. Dari proporsi tersebut, pelabuhan dan TOD dianggap memiliki proporsi
Faktor Pembangkit
Pusat Kegiatan
Kecamatan
Faktor Pembangkit
Simpul Jaringan
Transportasi
Pusat
Kegiatan
Primer
Pusat
Kegiatan
Sekunder
Pelabuhan
TOD
Zona
Perkantoran,
Perdagangan,
dan Jasa
Kemayoran
Sawah Besar
Jumlah
JAKARTA PUSAT
Gambir
Tanah Abang
Menteng
Senen
Cempaka Putih
Johar Baru
JAKARTA UTARA
Koja
Kelapa Gading
Tanjung Priok
Pademangan
Penjaringan
Cilincing
Jumlah
JAKARTA TIMUR
Makasar
Pasar Rebo
Ciracas
IV-51
Faktor Pembangkit
Simpul Jaringan
Transportasi
Pusat
Kegiatan
Primer
Pusat
Kegiatan
Sekunder
Pelabuhan
TOD
Zona
Perkantoran,
Perdagangan,
dan Jasa
Jatinegara
Duren Sawit
Jumlah
Cilandak
Pasar Minggu
Jumlah
Cipayung
Cakung
Kramat Jati
Pulo Gadung
Matraman
JAKARTA SELATAN
Kebayoran Baru
Jagakarsa
Mampang Prapatan
Pancoran
Tebet
Setiabudi
Kebayoran Lama
Pesanggrahan
JAKARTA BARAT
Taman Sari
Tambora
Kalideres
Grogol Petamburan
Cengkareng
Kebon Jeruk
Kembangan
Palmerah
Jumlah
KEPULAUAN SERIBU
Kepulauan Seribu Utara
Kepulauan Seribu Selatan
Jumlah
Jumlah Total
11
38
12
Kebutuhan air minum total non domestik diprediksikan berdasarkan proporsi rata-rata
sebesar 30% dari kebutuhan air minum domestik di setiap kecamatan. Kebutuhan air
minum secara keseluruhan untuk setiap Kota/Kabupaten Administrasi dan kecamatan
pada tahun 2030 tertera pada tabel berikut.
Tabel IV.34 Prediksi Kebutuhan Air Minum DKI Jakarta
Menurut Kota/Kabupaten Administrasi dan Kecamatan Tahun 2030
Kebutuhan Air Minum Domestik
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Penduduk
Komuter
(Jiwa)
Gambir
95.461
Tanah Abang
Kebutuhan Air
Minum Non
Domestik
(Liter/Hari)
Kebutuhan
Air Minum
(Liter/Detik)
Kebutuhan Air
Minum
Penduduk
(Liter/Hari)
Kebutuhan Air
Minum
Penduduk
Komuter
(Liter/Hari)
117.972
15.273.730,03
5.898.624
6.351.706,33
318,57
193.655
80.472
30.984.835,67
4.023.624
10.502.538,02
526,75
Menteng
108.303
180.188
17.328.410,81
9.009.420
7.901.349,20
396,29
Senen
111.240
74.507
17.798.423,94
3.725.329
6.457.125,87
323,85
Cempaka Putih
119.374
8.882
19.099.804,02
444.079
5.863.164,89
294,06
Johar Baru
134.749
8.882
21.559.883,61
444.079
6.601.188,77
331,08
Kemayoran
270.590
80.472
43.294.431,82
4.023.624
14.195.416,87
711,96
Sawah Besar
116.628
37.007
18.660.480,09
1.850.329
6.153.242,71
308,61
1.150.000
588.382
184.000.000
29.419.109
64.025.732,66
3.211,17
Koja
307.853
37.007
49.256.513,83
1.850.329
15.332.052,83
768,97
Kelapa Gading
110.945
74.507
17.751.170,55
3.725.329
6.442.949,85
323,14
Tanjung Priok
387.745
93.257
62.039.171,74
4.662.829
20.010.600,21
1.003,62
Pademangan
153.657
164.847
24.585.119,37
8.242.374
9.848.248,13
493,93
Penjaringan
256.518
93.257
41.042.934,48
4.662.829
13.711.729,03
687,70
Cilincing
358.282
164.847
57.325.090,02
8.242.374
19.670.239,33
986,55
Jumlah
1.575.000
627.721
252.000.000
31.386.065
85.015.819,38
4.263,91
Makasar
228.261
36.521.826,21
10.956.547,86
549,52
Pasar Rebo
211.708
28.125
33.873.318,66
1.406.250
10.583.870,60
530,83
Ciracas
269.705
37.007
43.152.791,52
1.850.329
13.500.936,14
677,13
Cipayung
221.142
35.382.749,50
10.614.824,85
532,38
Cakung
556.851
183.597
89.096.173,60
9.179.874
29.482.814,40
1.478,69
Kramat Jati
266.326
8.882
42.612.133,14
444.079
12.916.863,63
647,84
Pulo Gadung
313.798
37.007
50.207.731,69
1.850.329
15.617.418,19
783,28
Matraman
201.785
8.882
32.285.659,99
444.079
9.818.921,68
492,46
Jatinegara
311.326
74.507
49.812.081,47
3.725.329
16.061.223,13
805,54
Duren Sawit
431.597
8.882
69.055.534,22
444.079
20.849.883,95
1.045,71
3.012.500
386.887
482.000.000
19.344.348
150.403.304,43
7.543,38
194.439
74.507
31.110.250,37
3.725.329
10.450.673,80
524,15
Kecamatan
JAKARTA PUSAT
Jumlah
JAKARTA UTARA
JAKARTA TIMUR
Jumlah
JAKARTA SELATAN
Kebayoran Baru
IV-52
Penduduk
Komuter
(Jiwa)
Kebutuhan Air
Minum Non
Domestik
(Liter/Hari)
Kebutuhan
Air Minum
(Liter/Detik)
Dalam perspektif tersebut, penyediaan dan pelayanan air minum di DKI Jakarta hingga tahun 2030
perlu memperhitungkan peningkatan kinerja pelayanan dan kapasitas pengendalian kebocoran
melalui efisiensi secara bertahap. Dalam perencanaan pengembangan penyediaan dan pelayanan
air minum oleh Pamjaya, prediksi kebutuhan air minum memperhitungkan rencana efisiensi
pelayanan. Peningkatan efisiensi secara bertahap dilakukan hingga tahun 2030 diharapkan terjadi
efisiensi sekitar 83%. Dalam rencana tersebut diperhitungkan kebutuhan air minum pada tahun
2030 sekitar 39.138 liter/detik dan kebutuhan air baku sekitar 4% - 5% lebih besar dari kebutuhan
air bersih. Tabel berikut menunjukkan rencana pengembangan penyediaan dan pelayanan air
minum DKI Jakarta oleh Pamjaya.
Jagakarsa
443.207
70.913.051,80
Kebutuhan Air
Minum
Penduduk
Komuter
(Liter/Hari)
-
21.273.915,54
1.066,98
Mampang Prapatan
111.072
8.882
17.771.464,60
444.079
5.464.663,06
274,08
Pancoran
171.283
8.882
27.405.266,99
444.079
8.354.803,78
419,03
Tebet
162.867
108.597
26.058.728,65
5.429.874
9.446.580,92
473,79
Setiabudi
138.178
108.597
22.108.519,93
5.429.874
8.261.518,30
414,35
Kebayoran Lama
502.939
8.882
80.470.174,46
444.079
24.274.276,02
1.217,46
No.
Pesanggrahan
355.597
8.882
56.895.539,66
444.079
17.201.885,58
862,75
Cilandak
349.817
8.882
55.970.753,35
444.079
16.924.449,69
848,83
1.
Penduduk
Pasar Minggu
395.602
8.882
63.296.250,20
444.079
19.122.098,74
959,06
2.
Cakupan Pelayanan
2.825.000
344.991
452.000.000
17.249.551
140.774.865,43
7.060,47
3.
Taman Sari
151.121
46.382
24.179.383,71
2.319.079
7.949.538,80
398,70
Tambora
302.841
8.882
48.454.618,28
444.079
14.669.609,17
735,74
Kalideres
484.284
37.007
77.485.424,30
1.850.329
23.800.725,97
1.193,71
Grogol Petamburan
295.945
74.507
47.351.165,15
3.725.329
15.322.948,23
768,51
Cengkareng
601.060
37.007
96.169.547,20
1.850.329
29.405.962,84
1.474,84
Kebon Jeruk
417.452
8.882
66.792.364,78
444.079
20.170.933,12
1.011,66
Kembangan
638.332
80.472
102.133.095,83
4.023.624
31.847.016,07
1.597,27
Palmerah
271.465
8.882
43.434.400,76
444.079
13.163.543,91
660,21
3.162.500
302.019
506.000.000
15.100.927
156.330.278,11
7.840,64
Kecamatan
Jumlah
Kebutuhan Air
Minum
Penduduk
(Liter/Hari)
Tabel IV.35
Prediksi Kebutuhan Air Minum DKI Jakarta Tahun 2015 2030 oleh Pamjaya
JAKARTA BARAT
Jumlah
Kepulauan Seribu
Utara
Kepulauan Seribu
Selatan
Jumlah
Jumlah Total
Unit
2015
2020
2022
2025
2030
Jiwa
10.634.405
11.660.786
11.972.886
12.641.666
13.510.818
80
85
91
97
99
Batas Maksimum
Proporsi Pengambilan
Airtanah Dalam
20
16
10
4.
Li/Jiwa/Hr
160
160
160
160
160
5.
Lt/Detik
14.770
18.198
20.177
22.708
24.988
6.
Lt/Detik
4.431
6.469
6.063
6.812
7.496
7.
NRW
36
27
26
22
17
8.
Lt/Detik
29.474
32.669
34.968
37.847
39.138
9.
Lt/Detik
30.947
34.197
36.706
39.739
41.096
Sumber : Pamjaya
KEPULAUAN SERIBU
10.533
1.685.289,68
505.586,90
25,36
14.467
2.314.710,32
694.413,10
34,83
25.000
4.000.000
1.200.000,00
60,19
11.750.000
2.250.000
1.880.000.000
112.500.000
597.750.000
29.979,75
3.
Parameter
Rencana pengembangan Pamjaya di atas jika dibandingkan dengan hasil perhitungan prediksi air
minum pada tahun 2030 sebesar 29.980 liter/detik dapat dipergunakan sebagai dasar rencana
penyediaan dan pelayanan air minum di DKI Jakarta dalam RDTR dan PZ Jakarta 2030, oleh
karena :
1.
Debit kebutuhan air minum dalam rencana Pamjaya lebih besar dibandingkan hasil
prediksi. Walaupun jumlah penduduk yang dilayani lebih rendah dari proyeksi penduduk
DKI Jakarta dan penduduk komuter, yakni sekitar 14.000.000 jiwa, namun kebutuhan air
mium yang diprediksikan oleh Pamjaya menggunakan tingkat konsumsi rata-rata sebesar
160 liter/orang/hari tanpa membedakan tingkat konsumsi penduduk yang tinggal di DKI
Jakarta dan penduduk komuter. Hal ini dapat dianggap sebagai prediksi kebutuhan air
minum optimis.
2.
Peningkatan cakupan penyediaan air minum perpipaan hingga melayani seluruh penduduk
sebagai upaya pembatasan penggunaan airtanah.
b)
Menekan tingkat kebocoran distribusi air minum hingga kurang dari 20% untuk
meningkatkan kinerja pelayanan penyediaan air minum.
c)
Meningkatkan kualitas air baku dari sumber-sumber melalui pengolahan air hingga
memenuhi persyaratan kualitas air minum untuk dikonsumsi penduduk.
IV-53
Gambar IV.49
Sumber Air Baku DKI Jakarta Tahun 2030
Kebutuhan air baku juga memperhitungkan kehilangan air baku pada saat pengolahan
sebesar 4% - 5%.
Jika kapasitas produksi air minum DKI Jakarta pada saat ini sekitar 18.000 liter/detik, maka
dibutuhkan peningkatan produksi air bersih secara signifikan hingga dapat mencapai
penyediaan dan pelayanan yang direncanakan. Dalam rencana Pamjaya dinyatakan akan
dibangun IPA UF (Ultra Filtration) dengan kapasitas produksi sebesar 1.600 liter/detik pada
tahun 2015.
Kota
Tangerang
500 l/d
Pluit
Dalam rencana tersebut dipertimbangkan penyediaan air baku selain dari Waduk Jatiluhur di
Kabupaten Purwakarta, juga dari Waduk Karian di Provinsi Banten, Waduk Ciawi di Kabupaten
Bogor, dan Cikokol di Kabupaten Tangerang. Gambar berikut menunjukkan rencana sumber
air baku untuk penyediaan air minum DKI Jakarta.
6.800 l/d
375 l/d
4.250 l/d
5.500 l/d
C
i
u
j
u
Waduk
n
Karian
g
3.100 l/d
7.000
Bulk l/d
Water
2.500 l/d
3.100 l/d
6.000 l/d
Waduk Ciawi
1.000 l/d
Oleh karena air baku yang tersedia belum mencukupi kebutuhan hingga tahun 2030, maka
penyediaan air minum DKI Jakarta dalam sistem makro perlu mempertimbangkan sumbersumber baru serta inisiatif untuk memanfaatkan air limpasan yang berlimpah pada musim
hujan serta inovasi teknologi penyediaan air minum lainnya.
c. Prasarana Air Limbah
1.
IV-54
Tabel IV.39
Pencemaran Teluk Jakarta Tahun 2004 2007
Tabel IV.36
Kualitas Air Sungai di DKI Jakarta Tahun 2004 - 2007
Status Mutu
Baik
Tercemar Ringan
Tercemar Sedang
Tercemar Berat
Derajat Pencemaran
2005
0
4
16
79
2006
3
9
10
78
2007
0
0
6
94
Penurunan kualitas airtanah dangkal juga tercatat pada seluruh wilayah DKI Jakarta
sebagaimana ditunjukkan oleh tabel berikut. Airtanah dangkal yang tercemar berat semakin
meningkat, bahkan pencemaran coliform relatif merata dan mencapai 75% airtanah dangkal di
DKI Jakarta.
2004
2005
2006
2007
0%
0%
0%
0%
Tercemar Ringan
44%
0%
18%
9%
Tercemar Sedang
56%
57%
40%
30%
Tercemar Berat
0%
43%
42%
62%
2.
Tabel IV.37
Kualitas Air Tanah di DKI Jakarta Tahun 2004 - 2007
Indeks Pencemaran (%)
Status Mutu
Gambir
27.524.060,76
19.266.842,53
20%
Tanah Abang
45.510.998,10
31.857.698,67
12%
Menteng
34.239.179,87
23.967.425,91
Senen
27.980.878,75
19.586.615,13
Cempaka Putih
25.407.047,86
17.784.933,50
Johar Baru
28.605.151,33
20.023.605,93
Kemayoran
61.513.473,09
43.059.431,16
Sawah Besar
26.664.051,75
18.664.836,23
Jumlah
277.444.841,51
194.211.389,06
Kecamatan
2004
2005
2006
2007
Baik
18%
16%
7%
25%
JAKARTA PUSAT
Tercemar Ringan
33%
33%
55%
43%
Tercemar Sedang
28%
35%
13%
Tercemar Berat
21%
16%
25%
Demikian pula dengan kualitas air situ/waduk di DKI Jakarta yang semakin menurun secara
signifikan sebagaimana tertera pada tabel berikut.
Tabel IV.38
Kualitas Air Situ/Waduk DKI Jakarta Tahun 2004 - 2007
Status Mutu
Tahun
JAKARTA UTARA
2004
2005
2006
2007
Koja
66.438.895,62
46.507.226,93
Baik
Kelapa Gading
27.919.449,35
19.543.614,54
Tercemar Ringan
22
33
38
Tanjung Priok
86.712.600,89
60.698.820,62
Tercemar Sedang
20
27
38
17
Pademangan
42.675.741,91
29.873.019,34
Tercemar Berat
58
33
25
83
Penjaringan
59.417.492,45
41.592.244,72
Cilincing
85.237.703,75
59.666.392,63
Jumlah
368.401.883,97
257.881.318,78
Makasar
47.478.374,07
33.234.861,85
Pasar Rebo
45.863.439,26
32.104.407,48
Ciracas
58.504.056,61
40.952.839,63
Cipayung
45.997.574,35
32.198.302,04
Penurunan kualitas air juga terjadi pada perairan laut dan muara sungai di Teluk Jakarta. Tabel
berikut menunjukkan kualitas air laut di Teluk Jakarta.
JAKARTA TIMUR
IV-55
Cakung
127.758.862,40
Kramat Jati
55.973.075,72
39.181.153,00
Pulo Gadung
67.675.478,82
47.372.835,18
Matraman
42.548.660,62
29.784.062,43
Jatinegara
69.598.633,55
48.719.043,48
Duren Sawit
90.349.497,12
63.244.647,98
Jumlah
651.747.652,51
456.223.356,76
Kebayoran Baru
45.286.253,12
31.700.377,18
Jagakarsa
92.186.967,34
64.530.877,13
Mampang Prapatan
23.680.206,61
16.576.144,63
Pancoran
36.204.149,72
25.342.904,80
Tebet
40.935.183,97
28.654.628,78
Setiabudi
35.799.912,63
25.059.938,84
Kebayoran Lama
105.188.529,43
73.631.970,60
Pesanggrahan
74.541.504,19
52.179.052,93
Cilandak
73.339.281,98
51.337.497,39
Pasar Minggu
82.862.427,89
58.003.699,52
Dalam konteks tersebut, maka pengelolaan air limbah direncanakan berdasarkan prinsip :
Jumlah
610.024.416,87
427.017.091,81
Taman Sari
34.448.001,45
24.113.601,02
Tambora
63.568.306,39
44.497.814,48
Kalideres
103.136.479,22
72.195.535,45
Grogol Petamburan
66.399.442,33
46.479.609,63
Cengkareng
127.425.838,99
89.198.087,29
Kebon Jeruk
87.407.376,85
61.185.163,79
Kembangan
138.003.736,30
96.602.615,41
Palmerah
57.042.023,61
39.929.416,53
Jumlah
677.431.205,14
474.201.843,60
Kecamatan
3.
JAKARTA SELATAN
Pengelolaan lumpur tinja yang ditimbulkan dan diolah masing-masing pada perumahan
individual dikategorikan sebagai sistem on-site dan dilakukan pembersihan secara berkala oleh
PD PAL Jaya. Sedang air kotor dialirkan ke saluran pembuangan umum melalui pengolahan
pada IPAL yang dikelola oleh PD PAL Jaya. IPAL akan melayani zona-zona tertentu.
JAKARTA BARAT
2.190.876,59
1.533.613,61
3.009.123,41
2.106.386,39
Jumlah
5.200.000,00
3.640.000,00
2.590.250.000,00
1.813.175.000,00
Jumlah Total
Sumber : Hasil analisis
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa timbulan air limbah secara keseluruhan di DKI Jakarta
sebesar 20.985,82 liter per detik. Oleh karena pada saat ini belum tersedia instalasi
pengolahan air limbah secara memadai, maka hingga tahun 2030 dibutuhkan pengelolaan air
limbah untuk menghindarkan pencemaran lingkungan yang dikembangkan secara bertahap.
Pemisahan antara saluran air limbah dengan saluran drainase dan tidak diperkenankan
dibuang langsung ke saluran drainase.
Pengelolaan air limbah menurut sistem on-site dan off-site. Sistem on-site untuk
pengolahan air dan lumpur tinja dilakukan secara individual dengan pembersihan secara
berkala oleh PD PAL Jaya. Sistem off-site pengolahan air kotor dan lumpur tinja secara
terpadu atau terpisah pada kegiatan skala besar secara modular dilakukan oleh masingmasing pengelola kegiatan dengan pembersihan dan pengawasan secara berkala oleh PD
PAL Jaya dan SKPD bidang lingkungan hidup.
Sistem off-site untuk air kotor dikelola secara terpadu oleh PD PAL Jaya menurut zonazona pelayanan dan diolah pada IPAL sebelum dialirkan ke saluran pembuangan umum
atau dimanfaatkan kembali untuk kebutuhan tertentu.
Peningkatan penyediaan fasilitas on-site secara individual maupun komunal menurut standar
teknis dan kualitas lingkungan sesuai peraturan.
KEPULAUAN SERIBU
Kepulauan Seribu Utara
d. Prasarana Persampahan
1.
Data
Pada tahun 2002 jumlah sampah padat yang dihasilkan sebanyak 25.176 m3 atau 6.294
ton/hari, tahun 2006 jumlah sampah yang dihasilkan meningkat menjadi 26.444 m3 atau 6.611
ton/hari. Sejalan dengan peningkatan penduduk dan pembangunan berimplikasi pada
timbunan sampah. Tahun 2010, sampah yang dihasilkan 6.139 ton/hari. Berikut perkembangan
timbulan sampah di DKI Jakarta.
IV-56
Gambar IV.50
Timbulan Sampah per Hari di Wilayah DKI Jakarta 1994 2007
No.
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2.
Arahan Kebijakan
Kebijakan Perda Nomor 1 Tahun 2012 mengarahkan bahwa Pengembangan prasarana dan
sarana sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diarahkan pada peningkatkan efisiensi
dan efektivitas pelayanan dan menjaga kualitas lingkungan, dengan cara sebagai berikut:
a)
b)
c)
a)
Tahun
94 - 95
95 - 96
96 - 97
97 - 98
98 - 99
99 - 00
00 - 01
01 - 02
Pengembangan prasarana dan sarana TPS dan TPST dapat mengolah sampah menjadi
sumber energi pembangkit listrik alternatif dan pengomposan (composting) serta menjadi
produk-produk bermanfaat lainnya. TPS dan TPST memungkinkan dikembangkan sebagai
suatu sistem multi simpul yang terbagi dalam beberapa kawasan atau zona pelayanan,
sehingga dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan pengelolaan sampah serta
mengurangi volume sampah yang harus dikirim ke TPA. Pengembangan prasarana dan
sarana sampah lingkungan dan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
Gambar IV.51
Jumlah Produksi Sampah per Hari di Wilayah DKI Jakarta 1994 2007
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Tabel IV.41
Laju Perubahan Tahunan Jumlah Timbulan Sampah per Hari
di Wilayah DKI Jakarta 1994 2007
Tahun
02 - 03
03 - 04
04 - 05
05 - 06
06 - 07
Rata-Rata
b)
c)
d)
e)
f)
g)
3.
Analisis
Dengan membandingkan antara timbulan sampah perharinya dengan jumlah penduduknya,
dapat diperoleh gambaran besarnya timbulan sampah per orang tiap harinya di DKI Jakarta.
Berdasarkan data tahun 1995 hingga 2006 tersebut, rata-rata timbulan sampah per orang
sebesar 3,16 x 10-3 m3/hari/orang atau 3,16 lt/hari/orang. Gambaran lain yang bisa diperoleh
dari tabel tersebut adalah adanya kecenderungan penurunan timbulan sampah per orang
dalam sehari-harinya.
IV-57
Komposisi Sampah
Organik
An Organik
Kertas
Plastik
Kayu
Kain/Tekstil
Karet/Kulit Tiruan
Logam Metal
Gelas/kaca
Sampah/Bongkaran
No
55,37
44,63
20,57
13,25
0,07
0,51
0,19
10,50
1,91
0,81
1
2
3
4
5
4
5.
6.
7.
8.
Volume Sampah
Jakarta Pusat
5290
Jakarta Utara
4408
Jakarta barat
6000
Jakarta Selatan
6218
Jakarta Timur
6060
Total
27976
9.
Gambar IV.52
Komposisi Sampah Padat dari Provinsi DKI Jakarta
c)
a)
No.
1.
2.
Uraian
Luas Lahan
Fungsi
3.
Daerah
pemakai
Pewadahan Sampah
Pewadahan merupakan subsistem pertama dalam penanganan sampah yang merupakan
cara penampungan sampah sementara di sumber penghasil sampah. Pewadahan
diperlukan untuk memudahkan penanganan sampah. Ada 14 sumber penghasil sampah
yang diamati yang kemudian dikelompok dalam 9 sebagai berikut:
1.
2.
3.
Pemukiman meliputi rumah tinggal & apartemen (rumah susun, kondominium dan
apartemen);
Komersial
1. Pusat Pertokoan (Mall), toko dan sejenisnya
2. Penginapan (Hotel) berbintang hingga kelas melati
3. Perkantoran
4. Tempat rekreasi
5. Rumah makan
Fasilitas Umum
1. Pelabuhan kapal, stasiun kereta api dan terminal bus
2. Taman dan jalan
3. Rumah ibadah (Masjid, Gereja, vihara dst)
Transfer DepoTipe I
Transfer Depo Tipe II
Transfer Depo Tipe III
2
2
>200 m
60-200 m
10-20 m2
- Tempat
pertemuan - Tempat
pertemuan - Tempat
pertemuan
peralatan pengumpul dan
peralatan pengumpul dan
gerobak & kontainer (6-10)
pengangktan
sebelum
pengangkutan sebelum
m3
pemidahan
pemindahan
- Lokasi
penempatan
kontainer komunal (1-10)
- Tempat penyimpanan alat - Tempat parkir gerobak
kebersihan
m3
- Tempat pemilahan
- Bengkel sederhana
- Kantor
Wilayah/pengendali
- Tempat pemilahan
- Tempat pengomposan
Baik sekali untuk daerah
Daerah sulit medapat lahan
yang mudah mendapat lahan
yang kosong dan daerah
protokol
TPS dapat berupa transfer dipo, pool kontainer, pool gerobak, transito dan bak terbuka
dari pasangan bata. Pada jam-jam tertentu sampah ini diangkut oleh truk pengangkut
menuju ke SPA, ITF atau TPST.
Permasalahan yang ada berupa kurangnya daya tampung TPS dibandingkan dengan
besarnya timbulan sampah dibeberapa kecamatan dan ada juga beberapa kecamatan
IV-58
Kecamatan
Penduduk
tambahan
penduduk
komuter
Total Jumlah
Penduduk
Produksi
sampah
(Liter/hari)
Penduduk
tambahan
penduduk
komuter
Total Jumlah
Penduduk
Setiabudi
138,178
143,181.82
281,360.07
889,097.81
889.10
Kebayoran Lama
502,939
502,938.59
1,589,285.95
1,589.29
Pesanggrahan
355,597
355,597.12
1,123,686.91
1,123.69
Cilandak
349,817
349,817.21
1,105,422.38
1,105.42
Pasar Minggu
395,602
395,601.56
1,250,100.94
1,250.10
2,825,000
151,121
361,363.64
3,186,363.64
10,068,909.09
10,068.91
302,841
75,000.00
226,121.15
714,542.83
714.54
302,841.36
956,978.71
956.98
484,283.90
1,530,337.13
1,530.34
75,000.00
370,944.78
1,172,185.51
1,172.19
601,059.67
1,899,348.56
1,899.35
417,452.28
1,319,149.20
1,319.15
143,181.82
781,513.67
2,469,583.19
2,469.58
271,465.00
857,829.41
857.83
3,162,500
293,181.82
3,455,681.82
10,919,954.55
10,919.95
10,533
10,533.06
33,284.47
33.28
14,467
14,466.94
45,715.53
45.72
25,000
25,000.00
79,000.00
79.00
11,750,000
2,250,000
14,000,000
44,240,000
44,240
Kecamatan
Produksi
sampah
(M3/hari)
Jumlah
Taman Sari
Tambora
Gambir
95,461
218,181.82
313,642.63
991,110.71
991.11
Tanah Abang
193,655
143,181.82
336,837.04
1,064,405.05
1,064.41
Menteng
108,303
286,363.64
394,666.20
1,247,145.20
1,247.15
Kalideres
Grogol
Petamburan
Senen
111,240
75,000.00
186,240.15
588,518.87
588.52
Cengkareng
Cempaka Putih
119,374
119,373.78
377,221.13
377.22
Kebon Jeruk
Johar Baru
134,749
134,749.27
425,807.70
425.81
Kembangan
Kemayoran
270,590
143,181.82
413,772.02
1,307,519.57
1,307.52
Sawah Besar
116,628
116,628.00
368,544.48
368.54
1,150,000
865,909.09
2,015,909.09
6,370,272.73
6,370.27
Koja
307,853
307,853.21
972,816.15
972.82
Kelapa Gading
110,945
75,000.00
185,944.82
587,585.62
587.59
Tanjung Priok
387,745
387,744.82
1,225,273.64
1,225.27
Pademangan
153,657
143,181.82
296,838.81
938,010.65
938.01
Penjaringan
256,518
256,518.34
810,597.96
810.60
Cilincing
358,282
143,181.82
501,463.63
1,584,625.07
1,584.63
Jumlah
1,575,000
228,261
361,363.64
1,936,363.64
6,118,909.09
6,118.91
211,708
228,261.41
721,306.07
721.31
211,708.24
668,998.04
669.00
269,704.95
852,267.63
852.27
221,142.18
698,809.30
698.81
293,181.82
850,032.90
2,686,103.97
2,686.10
266,325.83
841,589.63
841.59
313,798.32
991,602.70
991.60
201,785.37
637,641.78
637.64
75,000.00
386,325.51
1,220,788.61
1,220.79
431,597.09
1,363,846.80
1,363.85
3,012,500
368,181.82
3,380,681.82
10,682,954.55
10,682.95
Kebayoran Baru
194,439
75,000.00
269,439.06
851,427.44
851.43
Jagakarsa
Mampang
Prapatan
443,207
443,206.57
1,400,532.77
1,400.53
111,072
111,071.65
350,986.43
350.99
Pancoran
171,283
171,282.92
541,254.02
541.25
Tebet
162,867
143,181.82
306,048.87
967,114.44
967.11
Jumlah
Makasar
Pasar Rebo
Ciracas
Cipayung
Cakung
Kramat Jati
Pulo Gadung
Matraman
Jatinegara
Duren Sawit
Jumlah
269,705
221,142
556,851
266,326
313,798
201,785
311,326
431,597
Palmerah
Jumlah
Kepulauan Seribu
Utara
Kepulauan Seribu
Selatan
Jumlah
Jumlah Total
484,284
295,945
601,060
417,452
638,332
271,465
Produksi
sampah
(Liter/hari)
Produksi
sampah
(M3/hari)
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa total produksi sampah di DKI Jakarta pada
tahun 2030 adalah sebesar 44.240 M3 dalam 1 hari. Sehingga dalam pengelolaan sampah
diperlukan teknik efektif agar pengelolaan sampah di DKI dapat teratasi secara optimal.
e. Prasarana Energi
1.
Data
Beban puncak sistem kelistrikan di provinsi DKI Jakarta (tidak termasuk Kepulauan Seribu)
saat ini sekitar 3.752 MW. Pasokan pembangkit yang terhubung di grid 150 kV adalah sekitar
3.160 MW yang berada di 2 lokasi yaitu PLTGU/PLTU Muara Karang dan PLTGU/PLTG
Tanjung Priok. Pasokan dari grid 500 kV melalui 6 GITET, yaitu Gandul, Kembangan, Cawang,
Bekasi, Cibinong dan Depok dengan kapasitas total 8.000 MVA. Peta sistem kelistrikan DKI
Jakarta ditunjukkan pada Gambar C2.1.
IV-59
Gambar IV.54
Lokasi Tambang Minyak Bumi dan Gas Di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
Ladang minyak bumi dan gas tersebut dikelola oleh CNOOC. Produksi minyak bumi
dari ladang minyak yang dikelola CNOOC tersebut mencapai 2.091.807 barrel sampai dengan
triwulan ke-3 Tahun 2010. Sedangkan produksi gas mencapai 10.218.058 MMBTU sampai
dengan triwulan ke-3 tahun 2010. Saat ini, pemanfaatan minyak bumi dan gas tersebut
terutama untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri dan sebagian untuk ekspor.
GITET Gandul dan PLTGU Muara Karang memasok Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan
sebagian Tangerang Selatan.
GITET Bekasi dan PLTGU Priok memasok Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan sebagian
Bekasi.
GITET Cawang dan GITET Depok memasok Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta
Selatan.
GITET Cibinong memasok Jakarta Timur, Depok dan sebagian Bogor.
GITET Kembangan memasok Jakarta Barat dan sebagian Tangerang.
GITET Depok memasok Depok, sebagian Jakarta Selatan dan sebagian Jakarta Pusat
Potensi sumber daya dan cadangan energi fosil yang terdapat di wilayah Kota Jakarta adalah
minyak bumi dan gas. Sedangkan untuk potensi energi baru dan terbarukan, energi yang
dapat dimanfaatkan sebagai cadangan energi Kota Jakarta adalah energi surya dan energi
biomassa. Potensi energi minyak bumi dan gas di Kota Jakarta terdapat di wilayah Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu. Lokasi tersebut seperti yang ditunjukkan di gambar 3.1
Potensi energi surya di wilayah Kota Jakarta berkisar antara 180 watt/m2 - 235 watt/m2.
Sedangkan potensi energi biomassa berasal dari produksi sampah kota yang dapat mencapai
minimal 5062,12 m3/hari atau setara dengan 9 MKal/hari. Dengan melihat potensi energi yang
terdapat di wilayah Kota Jakarta maka jika produksi energi tersebut sebagian digunakan untuk
memenuhi kebutuhan Kota Jakarta, energi yang dapat diarahkan menopang ketahanan dan
kemandirian energi di Kota Jakarta adalah gas untuk energi fosil. Meskipun terdapat ladang
produksi di wilayah Kota Jakarta, minyak bumi tidak diarahkan sebagai penopang ketahanan
dan kemandirian Kota Jakarta karena harganya yang sangat sensitif terhadap berbagai
variabel dan produksi emisi karbon yang berasal dari penggunaannya.
2.
Arahan Kebijakan
Pengembangan sistem dan jaringan energi ditujukan untuk menjamin keandalan dan
kesinambungan penyediaan pasokan energi bagi kebutuhan rumah tangga, jasa,
perdagangan, industri, dan transportasi dengan memperhatikan faktor konservasi dan
diversifikasi energi. Upaya untuk meningkatkan keandalan dan menjamin ketersediaan
pasokan energi dilakukan dengan memperhatikan faktor konservasi dan diversifikasi energi
untuk memenuhi kebutuhan kota meningkatkan pemanfaatan energi alternatif yang ramah
lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan arahan yang terdapat pada Perda Provinsi DKI Jakarta
Nomor 1 Tahn 2012.
IV-60
Sektor Residensial
1)
2)
Kebutuhan Gas
Berdasarkan hasil olahan survey kebutuhan energi 2011 yang dilaksanakan dalam
rangka penyusunan RUED Propinsi DKI Jakarta 2012 2025, rata-rata kebutuhan
gas per tahun rumah tangga di Kota Jakarta adalah 183,4 kg LPG/tahun atau kirakira setara dengan 0,0012 MMSCF. Proyeksi kebutuhan gas sektor residensial Kota
Jakarta 2012 2025 dapat ditentukan, seperti yang ditunjukan di tabel
IV-61
b)
Sektor Komersial
1)
3)
IV-62
2)
Kebutuhan Gas
Berdasarkan hasil olahan data sekunder kebutuhan gas di Kota Jakarta, elastisitas
hubungan antara kebutuhan gas sektor komersial dengan kebutuhan gas sektor
residensial adalah 0,05. Dengan menggunakan elastisitas tersebut, maka proyeksi
kebutuhan gas sektor komersial Kota Jakarta 2012 2025 dapat ditentukan, seperti
yang ditunjukan di tabel
c)
Sektor Transportasi
Dengan menggunakan hubungan elastisitas antara pertumbuhan ekonomi dan
kebutuhan energi di sektor transportasi sebesar 1,5 didapatkan kebutuhan gas sektor
transportasi Kota Jakarta 2012 2025 yang ditunjukkan di tabel
IV-63
2)
d)
Sektor Industri
1)
Kebutuhan Gas
Kebutuhan gas industri tidak memiliki hubungan elastisitas dengan kebutuhan gas
residensial. Kebutuhan gas industri terkait dengan pertumbuhan ekonomi di Kota
Jakarta. Dengan menggunakan hubungan elastisitas antara pertumbuhan ekonomi
dan kebutuhan energi di sektor industri sebesar 0,8 - 1,5 didapatkan kebutuhan gas
sektor industri Kota Jakarta 2012 2025 yang ditunjukkan di tabel
IV-64
3)
e)
Sektor Lainnya
Sektor lainnya untuk Kota Jakarta adalah fasilitas publik. Sub sektor dalam sektor
fasilitas pubik adalah sektor sosial, infrastruktur pemerintahan, lampu penerang jalan dan
transportasi publik yang khusus. Kebutuhan energi sektor ini adalah kebutuhan energi
listrik. Berdasarkan hasil olahan data sekunder kebutuhan listrik di Kota Jakarta,
elastisitas hubungan antara kebutuhan listrik sektor lainnya (sektor sosial, infrastruktur
pemerintahan, lampu penerang jalan dan transportasi publik yang khusus) dengan
kebutuhan listrik sektor residensial adalah 0,19. Dengan menggunakan elastisitas
tersebut, maka proyeksi kebutuhan energi listrik sektor lainnya (sektor sosial,
infrastruktur pemerintahan, lampu penerang jalan dan transportasi publik yang khusus)
Kota Jakarta 2012 2025 dapat ditentukan, seperti yang ditunjukan di tabel
IV-65
f.
Data
Telekomunikasi merupakan prasarana vital dalam mendukung kegiatan sosial-ekonomi
masyarakat, kegiatan pemerintahan serta kegiatan lainnya. Rencana pengembangan sistem
jaringan telekomunikasi di Provinsi DKI Jakarta diarahkan untuk mendukung pengembangan
kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa, industri, pariwisata, permukiman penduduk,
dan sarana pelayanan kota. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi diarahkan dengan
memanfaatkan secara optimal prasarana yang telah dikembangkan secara terpadu.
Pengadaan telekomunikasi telepon sampai saat ini tampaknya masih didominasi oleh PT.
Telkom yang merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara. Pelanggan telepon hanya
terkonsentrasi pada perkantoran, pelayanan jasa dan rumah tangga.
Salah satu indikator ketersedian infrastruktur telekomunikasi adalah banyaknya satuan
sambungan (SS) dari kapasitas sentral telepon. Secara lengkap kapasitas sentral dan jumlah
sambungan terpasang disajikan pada Tabel IV.45 berikut ini. Berdasarkan data BPS yang
bersumber dari PT. Telkom kapasitas sentral telepon untuk telepon tetap kabel terus
mengalami pertumbuhan sampai dengan tahun 2004 dan mengalami penurunan yang sangat
drastis pada tahun 2005 namun masih di atas kapasitas tahun 2002, selanjutnya pada tahun
2007 mengalami kenaikan sebesar 309 ribu SS menjadi 3.787.926 SS (lihat Gambar IV.55).
Kapasitas sentral jika dibandingkan dengan jumlah sambungan terpasang sebagian masih
jauh melebihi kecuali pada tahun 2005 di mana kapasitas sentral sama dengan jumlah
sambungan terpasang. Rata-rata tingkat pemakaian sejak tahun 2000 sebesar 75,93%.
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Jumlah
Sambungan Telepon
416,124
482,086
598,630
1,065,495
991,623
1,198,588
1,501,896
1,739,,303
1,502,255
1,566,327
1,683,087
1,796,522
1,900,806
1,932,592
1,971,117
2,307,503
1,925,940
2,525,412
Jumlah
Pulsa
4,154,951,301
4,779,381,809
6,453,971,650
7,080,182,776
10,607,661,377
12,947,435,160
14,745,786,996
20,323,620,428
21,777,459,941
21,959,660,098
24,893,485,557
27,603,302,060
27,096,068,286
27,728,726,575
27,395,776,153
26,730,314,174
25,595,466,646
27,923,112,154
Prasarana Telekomunikasi
1.
No.
2.
Arahan Kebijakan
Berdasarkan Perda Nomor 1 tentang RTRW Provinsi DKI Jakarta, Pengembangan sistem dan
jaringan telekomunikasi ditujukan untuk meningkatkan komunikasi publik yang efektif, serta
ketersediaan dan keterjangkauan informasi secara merata dan pengembangan ekonomi
informasi untuk menunjang mewujudkan Jakarta sebagai ibukota negara dan kota jasa.
Pengembangan sistem dan jaringan air minum, listrik, gas dan telekomunikasi serta sistem
prasarana dan sarana air limbah diarahkan pada sistem jaringan perpipaan (ducting system)
terpadu.
3.
Analisis
Dilihat dari penyediaan jaringan telepon wilayah DKI sudah tidak menjadi masalah, karena
disamping seluruh wilayah DKI telah teryalani semua jenis telepon juga dengan berbagai jenis
layananya. Namun demikian sebagai kota utama perkembangan teknologi telekomunikasi
harus terus diikuti, sebagaimana diketahui bahwa sejalan dengan kemajuan pesat teknologi
elektronika, industri telekomunikasi dan informasi tidak lagi dapat dipisahkan secara jelas
sebagaimana dimasa lampau yang meliputi: industri telekomunikasi, industri pengolahan data
dan industri media-massa atau penyiaran. Kini ketiga industri tersebut telah menyatu dengan
apa yang disebut dengan konvegerensi industri TIK (Teknologi Informasi dan Telekomunikasi).
Sebagaimana kita ketahui saluran telekomunikasi kini tidak hanya berfungsi sebagai sarana
komunikasi tapi sudah membawa informasi baik sosial maupun komersial dan juga sebagai
pengirim data maupun pengolah data. Hal tersebut terjadi baik pada sistem jaringan
telekomunikasi wireline (kabel) maupun wireless (nirkabel). Pada kedua jaringan tersebut kini
telah berfungsi tidak semata untuk komunikasi suara tapi juga data, gambar, dan video
(multimedia), karena kemampuan akses yang makin meningkat.
IV-66
No.
Kecamatan
Jumlah
1.150.000
149.500
Tabel IV.47
Jumlah Kebutuhan Sambungan Telepon Di Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun 2030
No.
Kecamatan
Koja
307.853
Kelapa Gading
110.945
Tanjung Priok
387.745
Pademangan
153.657
Penjaringan
256.518
Cilincing
358.282
Jumlah
1.575.000
14.422,83
50.406,83
19.975,41
33.347,38
46.576,64
204.750
Tabel IV.48
Jumlah Kebutuhan Sambungan Telepon Di Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun 2030
Dan sebaliknya sarana yang awalnya hanya sebagai pengolah data dengan adanya internet
menjadi pengirim berita (penyiaran), alat komunikasi (suara dan video conference), hiburan dll.
Teknologi penyiaran seperti TV, dengan adanya TV kabel dan TV berbayar lainnya kini juga
difungsikan juga sebagai sarana komunikasi dan tukar-menukar data atau internet. Dengan
kata lain konvergensi adalah bersatunya layanan telekomunikasi, teknologi informasi, dan
penyiaran. Sehingga penyelenggaraan jasa telekomunikasi merupakan kegiatan penyediaan
atau pelayanan jasa telekomunikasi yang memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi
melalui media apa aja, termasuk TV, siaran, radio dan multimedia.
Perhitungan jumlah kebutuhan sambungan telepon di Provinsi DKI Jakarta didasarkan pada
asumsi jumlah kebutuhan sambungan telepon 0,13 ST/Jiwa (berdasarkan SNI 03-3242-1994)
sehingga diperoleh jumlah kebutuhan sambungan telepon di Provinsi DKI Jakarta. Jumlah
kebutuhan sambungan telepon dapat dilihat pada Tabel berikut
Tabel IV.46
Jumlah Kebutuhan Sambungan Telepon Di Kota Administrasi Jakarta Pusat Tahun 2030
No.
1
Kecamatan
95.461
12.409,91
Gambir
Tanah Abang
193.655
Menteng
108.303
Senen
Cempaka Putih
Johar Baru
Kemayoran
Sawah Besar
111.240
119.374
134.749
270.590
116.628
25.175,18
14.079,33
14.461,22
15.518,59
17.517,41
35.176,73
15.161,64
No.
Kecamatan
Makasar
228.261
Pasar Rebo
211.708
Ciracas
269.705
Cipayung
221.142
Cakung
556.851
Kramat Jati
266.326
Pulo Gadung
313.798
Matraman
201.785
Jatinegara
311.326
10
Duren Sawit
431.597
Jumlah
3.012.500
27.522,07
35.061,64
28.748,48
72.390,64
34.622,36
40.793,78
26.232,10
40.472,32
56.107,62
391.625
Tabel IV.49
Jumlah kebutuhan sambungan telepon di Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2030
No.
Kecamatan
Kebayoran Baru
194.439
Jagakarsa
443.207
Mampang Prapatan
111.072
Pancoran
171.283
Tebet
162.867
Setiabudi
138.178
Kebayoran Lama
502.939
57.616,85
14.439,31
22.266,78
21.172,72
17.963,17
65.382,02
IV-67
Kecamatan
No.
46.227,63
Pesanggrahan
355.597
Cilandak
349.817
10
Pasar Minggu
395.602
Jumlah
45.476,24
51.428,20
2.825.000
367.250
Tabel IV.50
Jumlah Kebutuhan Sambungan Telepon Di Kota Administrasi Jakarta Barat Tahun 2030
No
Kecamatan
Tambora
302.841
Kalideres
484.284
Grogol Petamburan
295.945
Cengkareng
601.060
Kebon Jeruk
417.452
Kembangan
638.332
Palmerah
271.465
Jumlah
Kecamatan
46,552.00
Jakarta Barat
sst
93,821.00
100,831.00
112,281.00
119,575.00
128,479.00
5)
Jakarta Timur
sst
103,426.00
110,737.00
113,766.00
117,315.00
122,397.00
10
6)
Jakarta Utara
sst
62,161.00
74,155.00
79,722.00
88,212.00
94,412.00
11
7)
sst
389,559.00
422,004.00
452,272.00
480,698.00
507,579.00
12
b.
Fasum - Fasos
sst
2,737.00
2,824.00
3,118.00
3,285.00
3,444.00
15
3)
Jakarta Pusat
sst
1,144.00
1,240.00
1,251.00
1,356.00
1,397.00
16
4)
Jakarta Barat
sst
2,815.00
3,025.00
3,369.00
3,588.00
3,855.00
62.956,91
17
5)
Jakarta Timur
sst
3,103.00
3,323.00
3,413.00
3,520.00
3,672.00
38.472,82
18
6)
Jakarta Utara
sst
1,865.00
2,225.00
2,392.00
2,647.00
2,833.00
78.137,76
19
7)
sst
11,689.00
12,663.00
13,571.00
14,425.00
15,230.00
54.268,80
20
411.125
1.369,30
14.467
1.880,70
25.000
3.250
Tabel IV.52
Proyeksi Kebutuhan 5 Tahunan Untuk Prasarana Telekomunikasi
Kebutuhan Prasarana Menurut Jumlah Penduduk
2020
45,191.00
Jakarta Selatan
35.290,45
2015
41,668.00
2)
2011
41,314.00
14
10.533
Satuan
38,106.00
29.00
Uraian
sst
29.00
No.
2030
28.00
Jumlah
2025
26.00
Tabel IV.51
Jumlah Kebutuhan Sambungan Telepon Di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Tahun 2030
No
4)
2020
25.00
82.983,14
2015
sst
39.369,38
3.162.500
Jakarta Pusat
2011
Kepulauan Seribu
19.645,75
151.121
3)
1)
Taman Sari
Satuan
13
Uraian
2025
2030
c.
Telepon Umum
21
1)
Kepulauan Seribu
sst
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
21
2)
Jakarta Selatan
sst
183.00
189.00
208.00
219.00
230.00
22
3)
Jakarta Pusat
sst
77.00
83.00
84.00
91.00
94.00
23
4)
Jakarta Barat
sst
188.00
202.00
225.00
240.00
257.00
24
5)
Jakarta Timur
sst
207.00
222.00
228.00
235.00
245.00
25
6)
Jakarta Utara
sst
125.00
149.00
160.00
177.00
189.00
26
7)
sst
782.00
847.00
907.00
964.00
1,017.00
III.
Total Kebutuhan
27
a.
Kepulauan Seribu
sst
855.00
882.00
934.00
968.00
997.00
28
b.
Jakarta Selatan
sst
94,137.00
97,126.00
107,257.00
112,972.00
118,447.00
29
c.
Jakarta Pusat
sst
39,327.00
42,637.00
43,003.00
46,638.00
48,043.00
30
d.
Jakarta Barat
sst
96,824.00
104,058.00
115,875.00
123,403.00
132,591.00
31
e.
Jakarta Timur
sst
106,736.00
114,282.00
117,407.00
121,070.00
126,314.00
32
f.
Jakarta Utara
sst
64,151.00
76,529.00
82,274.00
91,036.00
97,434.00
33
g.
sst
402,030.00
435,514.00
466,750.00
496,087.00
523,826.00
IV.
34
a.
Kepulauan Seribu
buah
I.
a.
Rumah Tangga
1 ; 5 KK
1 ; 5 KK
1 ; 5 KK
1 ; 5 KK
1 ; 5 KK
35
b.
Jakarta Selatan
buah
126
130
143
151
158
b.
Fasum - Fasos
3 % dari RT
3 % dari RT
3 % dari RT
3 % dari RT
3 % dari RT
36
c.
Jakarta Pusat
buah
52
57
57
62
64
c.
Telepon Umum
1 ; 2500 jiwa
1 ; 2500 jiwa
1 ; 2500 jiwa
1 ; 2500 jiwa
1 ; 2500 jiwa
37
d.
Jakarta Barat
buah
129
139
155
165
177
II.
38
e.
Jakarta Timur
buah
142
152
157
161
168
a.
39
f.
Jakarta Utara
buah
86
102
110
121
130
40
g.
buah
536
581
623
661
698
Rumah Tangga
1)
Kepulauan Seribu
sst
828.00
854.00
904.00
937.00
966.00
2)
Jakarta Selatan
sst
91,217.00
94,113.00
103,931.00
109,468.00
114,773.00
IV-68
SD
SLTP/sederajat
SLTA/Sederajat
16
39
10
11
Kecamatan Gambir
22
47
17
14
16
28
12
10
Kecamatan Kemayoran
47
111
32
26
Kecamatan Menteng
27
28
16
27
45
17
15
Kecamatan Senen
20
54
15
11
24
51
17
14
199
403
136
110
Tabel IV.54
Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun 2010
TK
SD
SLTP/sederajat
SLTA/Sederajat
Kecamatan Cilincing
61
119
28
30
31
38
12
14
Kecamatan Koja
42
95
35
25
Kecamatan Pademangan
29
45
19
10
Kecamatan Penjaringan
52
86
42
26
65
115
51
43
Jumlah
280
498
187
148
Tabel IV.55
Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun 2010
Kecamatan
TK
SD
SLTP/sederajat
SLTA/Sederajat
Kecamatan Jatinegara
55
130
36
31
51
122
32
29
Kecamatan Makasar
36
74
20
20
Kecamatan Matraman
33
70
18
24
53
68
20
26
Kecamatan Pulogadung
Jumlah
93
122
46
42
615
1016
330
378
TK
Kecamatan
Kecamatan
TK
SD
SLTP/sederajat
SLTA/Sederajat
Kecamatan cakung
79
146
55
44
Kecamatan Cipayung
80
67
27
25
Kecamatan Ciracas
50
71
25
23
85
146
51
114
Tabel IV.56
Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2010
Kecamatan
TK
SD
SLTP/sederajat
SLTA/Sederajat
Kecamatan Cilandak
60
75
31
30
Kecamatan Jagakarsa
44
76
22
32
36
71
25
34
74
100
31
12
23
43
14
Kecamatan Pancoran
24
46
50
81
22
26
Kecamatan Pesanggrahan
54
61
18
Kecamatan Setiabudi
20
46
14
14
Kecamatan Tebet
Jumlah
54
95
20
23
439
694
202
195
Tabel IV.57
Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kota Administrasi Jakarta Barat Tahun 2010
Kelurahan
TK
SD
SLTP/sederajat
SLTA/Sederajat
Kecamatan Cengkareng
76
131
33
43
Kecamatan Gropet
142
102
35
33
Kecamatan Kalideres
80
108
36
22
59
94
37
34
Kecamatan Kembangan
28
79
23
26
Kecamatan Palmerah
86
18
25
79
146
55
44
Kecamatan Tambora
Jumlah
44
78
34
22
508
824
271
249
IV-69
Kota
Administrasi
Jumlah
Penduduk
tahun 2030
Standar Kebutuhan
(SNI 1733 Tahun
2004) Fasilitas
Pendidikan
Jumlah
penduduk per
Pelayanan
Jumlah
Fasilitas
Sekarang
Jumlah
Kebutuhan
2030
Luas
Lahan
Min (m2)
Kebutuhan
Lahan (ha)
TK
SD
SLTP/sederajat
SLTA/Sederajat
14
SD
2.500
824
1.265
3.000
379,5
SLTP
15.000
271
211
4.000
16
21
11
SLTA
30.000
249
105
4.800
TK
1.250
439
2.260
500
113
SD
2.500
694
1.130
3.000
339
SLTP
15.000
202
188
4.000
SLTA
30.000
195
94
4.800
TK
1.250
615
2.410
500
120,5
SD
2.500
1.016
1.205
3.000
361,5
SLTP
15.000
330
201
4.000
SLTA
30.000
378
100
4.800
TK
1.250
16
500
SD
2.500
14
21
3.000
SLTP
15.000
11
4.000
SLTA
30.000
4.800
Sesuai tabel diatas disebutkan bahwa sebaran fasilitas pendidikan dari TK sampai dengan SMA
paling banyak terdapat di Kota Administrasi Jakarta Timur. Sebarannya berkisar kurang lebih
30,7% dari total fasilitas pendidikan di Propinsi DKI Jakarta. Untuk lebih jelas mengenai sebaran
per kelurahan, bisa dilihat dalam materi teknis buku kecil.
2. Arahan Kebijakan
3. Analisis
Berdasarkan arahan tersebut, dilakukan analisis sesuai dengan standar kebutuhan minimal
dengan mengacu pada SNI 1733 Tahun 2004 tentang perencanaan perumahan kota dan perda
6 tahun 1999 tentang RTRW Provinsi DKI Jakarta.
Ditinjau dari masing-masing fasilitas pendidikan yang dibutuhkan, berdasarkan Standar
kebutuhan bersumber dari Pedoman Perencanaan Dinas Tata Kota DKI Jakarta menyatakan:
Standar kebutuhan 1 TK melayani 1.250 jiwa penduduk.
Standar kebutuhan 1 SD melayani 2.500 jiwa penduduk.
Standar kebutuhan 1 SMP melayani 15.000 jiwa penduduk.
Standar kebutuhan 1 SMA melayani 30.000 jiwa penduduk
Standar kebutuhan 1 perpustakaan melayani 30.000 penduduk
Berdasarkan standar diatas, analisis fasilitas pendidikan dapat dilihat dalam tabel berikut.
Jakarta Pusat
Jakarta Utara
Jakarta Barat
Jumlah
Penduduk
tahun 2030
1.150.000
1.575.000
3.162.500
3.012.500
Kepulauan
Seribu
25.000
Sesuai tabel diatas dapat diketahui bahwa kebutuhan TK di tiap kota administrasi paling banyak
dibutuhkan adanya penambahan. Hal ini sesuai dengan selisih antara kondisi eksisiting dengan
rencana yang terpaut jauh. Begitu juga dengan fasilitas pendidikan yang lain seperti SD, juga di
tiap kota administrasi membutuhkan penambahan, tapi tidak begitu terlampau banyak. Untuk
SLTP dan SLTA, secara perhitungan justru tingkat kebutuhan di tahun 2030 lebih sedikit dari
kondisi eksisiting yang ada sekarang, jadi tidak memerlukan kebutuhan lahan baru untuk
mendirikan SLTP dan SLTA. Khusus untuk universitas, tidak bisa dianalisis dengan jumlah
proyeksi penduduk karena kebutuhan universitas berlaku untuk seluruh Indonesia. Jadi, jumlah
universitas atau perguruan tinggi di Jakarta disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk lebih jelas
mengenai analisis sebaran per kecamatan, bisa dilihat dalam materi teknis kecil per kecamatan.
b. Fasilitas Kesehatan
Tabel IV.59
Analisis Fasilitas Pendidikan di Propinsi DKI Jakarta Tahun 2030
Kota
Administrasi
2.825.000
Jakarta Timur
Tinjauan dari Perda nomor 1 tahun 2012 tentang RTRW Provinsi DKI Jakarta menyatakan
bahwa fasilitas pendidikan menggunakan arahan pembangunan dan peningkatan disesuaikan
dengan standar pelayanan minimal.
Jakarta Selatan
1. Data
Standar Kebutuhan
(SNI 1733 Tahun
2004) Fasilitas
Pendidikan
Jumlah
penduduk per
Pelayanan
Jumlah
Fasilitas
Sekarang
Jumlah
Kebutuhan
2030
Luas
Lahan
Min (m2)
Kebutuhan
Lahan (ha)
TK
1.250
199
920
500
46
SD
2.500
403
460
3.000
138
SLTP
15.000
136
77
4.000
SLTA
30.000
110
38
4.800
TK
1.250
280
1.860
500
93
SD
2.500
498
930
3.000
279
SLTP
15.000
187
155
4.000
SLTA
30.000
148
78
4.800
TK
1.250
508
2.530
500
Fasilitas kesehatan merupakan peruntukan lahan dengan fungsi utama sebagai sarana
pelayanan kesehatan. Di Propinsi DKI Jakarta fasilitas kesehatan dibagi menjadi 9 jenis yaitu
Dokter Praktek, Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Poliklinik, Puskesmas, Pos KB, Posyandu,
Apotek dan fasilitas kesehatan lainnya.
Tabel IV.60
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Administrasi Jakarta Pusat Tahun 2010
Kecamatan
Rumah Sakit
Puskesmas
Posyandu
Dokter Praktek
Kecamatan Gambir
126,5
Kecamatan Kemayoran
10
IV-70
Rumah Sakit
Puskesmas
Posyandu
Dokter Praktek
Kecamatan Menteng
Kecamatan Senen
40
52
44
Tabel IV.63
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2010
Kecamatan
Rumah Sakit
Puskesmas
Posyandu
Dokter Prakter
Lainnya
Kecamatan Cilandak
90
105
84
Kecamatan Jagakarsa
169
42
84
44
10
117
108
56
107
73
94
111
28
102
Kecamatan Pancoran
107
13
10
152
58
76
Kecamatan Pesanggrahan
119
64
73
Kecamatan Setiabudi
66
62
Kecamatan Tebet
Total
103
80
30
78
1141
491
714
Tabel IV.61
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun 2010
Kecamatan
Rumah
Sakit
Rumah
Bersalin
Poliklinik/ Balai
Pengobatan
Posyandu
Puskesmas
Apotik
Lainnya
14
25
10
12
68
Kecamatan Cilincing
Kecamatan Kelapa
Gading
Kecamatan Koja
Kecamatan
Pademangan
Kecamatan Penjaringan
Kecamatan Tanjung
Priok
Total
17
17
12
19
12
121
11
10
83
28
19
20
14
38
19
58
92
133
48
165
121
Tabel IV.62
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun 2010
Kecamatan
Tabel IV.64
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Administrasi Jakarta Barat Tahun 2010
Kelurahan
Dokter Praktek
Rumah
Sakit
Kecamatan Cengkareng
77
Rumah
Bersali
n
6
Kecamatan Gropet
Kecamatan Kalideres
Poliklinik
posyandu
Puskesm
as
Apote
k
Pos
KB
Lainny
a
31
88
10
84
17
105
10
68
12
156
13
24
126
10
Kecamatan Kembangan
12
81
25
Rumah Sakit
Puskesmas
Pos KB
Apotik
Lainnya
Kecamatan cakung
202
49
Kecamatan Palmerah
16
70
10
Kecamatan Cipayung
11
130
26
202
49
Kecamatan Ciracas
60
21
43
32
105
11
11
95
35
49
Kecamatan Tambora
Jumlah
77
14
50
129
643
81
34
286
205
Kecamatan Jatinegara
12
96
22
25
11
89
21
30
Kecamatan Makasar
78
20
Kecamatan Matraman
79
17
14
94
13
23
Kecamatan Pulogadung
Jumlah
118
34
32
25
89
1041
187
311
Tabel IV.65
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Tahun 2010
Kecamatan
Rumah Sakit
Rumah Bersalin
Poliklinik
Puskesmas
Posyandu
17
28
11
45
Sesuai tabel diatas disebutkan bahwa sebaran fasilitas kesehatan di propinsi DKI Jakarta
tersebar merata di setiap kota administrasi, khususnya untuk sebaran rumah sakit dan
puskesmas yang hampir sudah ada di tiap kecamatan. Untuk Rumah sakit, jumlah terbanyak
IV-71
Kota
Administra
si
Jumlah
Penduduk
tahun 2030
2. Arahan Kebijakan
Tinjauan dari Perda nomor 1 tahun 2012 tentang RTRW Provinsi DKI Jakarta menyatakan
bahwa fasilitas kesehatan menggunakan arahan pembangunan dan peningkatan yang
menyebutkan bahwa fasilitas kesehatan harus ada di setiap kelurahan.
3. Analisis
Berdasarkan arahan tersebut, dilakukan analisis sesuai dengan standar kebutuhan minimal
dengan mengacu pada SNI 1733 Tahun 2004 tentang perencanaan perumahan kota dan perda
6 tahun 1999 tentang RTRW Provinsi DKI Jakarta.
Standar kebutuhan dari Pedoman Perencanaan Dinas Tata Kota DKI Jakarta menyatakan
masing-masing fasilitas kesehatan memiliki standar sebagai berikut:
-
Standar kebutuhan satu fasilitas pos kesehatan/ balai pengobatan melayani 3.000 jiwa
penduduk balai pengobatan.
Standar kebutuhan 1 puskesmas kelurahan melayani 30.000 jiwa penduduk.
Standar kebutuhan 1 rumah bersalin melayani 30.000 jiwa penduduk.
Standar kebutuhan 1 apotik/rumah obat melayani 30.000 jiwa penduduk.
Standar kebutuhan 1 Rumah Sakit melayani 120.000 jiwa penduduk.
Standar kebutuhan 1 puskesmas kecamatan/balai pengobatan melayani 200.000 jiwa
penduduk.
Jakarta
Barat
Jakarta
Selatan
3.162.500
2.825.000
Puskesmas
Jumlah
penduduk
per
Pelayanan
30.000
Jumlah
Fasilitas
Sekaran
g
48
Pos KB
3.000
Posyandu
Apotek
78
Luas
Lahan
Min
(m2)
300
775
300
23,25
1.250
133
1.860
60
11,16
30.000
165
78
240
Jumlah
Kebutuha
n 2030
Kebutuhan
Lahan (ha)
2,33
Lainnya
121
Dokter Praktek
5.000
77
633
Rumah Sakit
120.000
14
26
3.000
7,91
Poliklinik
2.500
129
1.265
300
37,95
BKIA/Rumah Bersalin
30.000
50
105
3.000
31,62
Puskesmas
30.000
81
105
300
3,16
Pos KB
3.000
286
1.054
300
31,62
Posyandu
1.250
643
2.530
60
15,18
Apotek
30.000
34
105
240
2,53
Lainnya
205
Dokter Praktek
5.000
491
565
Rumah Sakit
120.000
30
24
3.000
Poliklinik
2.500
1.130
300
33,90
BKIA/Rumah Bersalin
30.000
94
3.000
28,25
Puskesmas
30.000
78
94
300
2,83
Pos KB
3.000
932
300
28,25
Berdasarkan standar diatas, analisis fasilitas kesehatan dapat dilihat dalam tabel berikut.
Posyandu
1.250
1.141
2.260
60
13,56
Tabel IV.66
Analisis Fasilitas Kesehatan di Propinsi DKI Jakarta Tahun 2030
Apotek
30.000
94
240
2,26
Lainnya
714
Dokter Praktek
5.000
603
Rumah Sakit
120.000
25
25
3.000
Poliklinik
2.500
1.205
300
36,15
BKIA/Rumah Bersalin
30.000
100
3.000
30,13
Puskesmas
30.000
89
100
300
3,01
Kota
Administra
si
Jakarta
Pusat
Jakarta
Utara
Jumlah
Penduduk
tahun 2030
1.150.000
1.575.000
Dokter Praktek
Jumlah
penduduk
per
Pelayanan
5.000
Jumlah
Fasilitas
Sekaran
g
44
Rumah Sakit
120.000
40
230
Luas
Lahan
Min
(m2)
-
10
3.000
Jumlah
Kebutuha
n 2030
Kebutuhan
Lahan (ha)
-
Jakarta
Timur
3.012.500
Pos KB
3.000
1.041
1.004
300
1.250
2.410
60
14,46
Poliklinik
2.500
460
300
13,80
Posyandu
BKIA/Rumah Bersalin
30.000
38
3.000
11,50
Apotek
30.000
187
100
240
Puskesmas
30.000
52
38
300
Lainnya
311
Pos KB
3.000
383
300
11,50
Dokter Praktek
5.000
Posyandu
1.250
44
920
60
5,52
Rumah Sakit
120.000
3.000
0,06
Apotek
30.000
38
240
0,92
Poliklinik
2.500
10
300
0,30
Lainnya
BKIA/Rumah Bersalin
30.000
11
3.000
0,25
Dokter Praktek
5.000
465
Puskesmas
30.000
300
0,03
3.000
300
0,25
Kepulauan
Seribu
25.000
Rumah Sakit
120.000
19
19
3.000
5,81
Pos KB
Poliklinik
2.500
92
930
300
27,90
Posyandu
1.250
45
20
60
0,12
BKIA/Rumah Bersalin
30.000
58
78
3.000
23,25
Apotek
30.000
240
0,02
IV-72
Jumlah
Penduduk
tahun 2030
Jumlah
penduduk
per
Pelayanan
-
Jumlah
Fasilitas
Sekaran
g
-
Luas
Lahan
Min
(m2)
-
Jumlah
Kebutuha
n 2030
-
Kebutuhan
Lahan (ha)
-
Sesuai tabel diatas dapat dijelaskan bahwa secara umum tingkat kebutuhan fasilitas kesehatan
pada tahun 2030 perlu ditambah dari segi jumlah, terlebih untuk fasilitas kesehatan yang berupa
poliklinik dan posyandu. Sedangkan untuk Rumah sakit dan Puskesmas sampai dengan tahun
2030 hanya perlu penambahan kurang lebih 20 unit. Bahkan untuk beberapa kota administrasi,
kebutuhan akan rumah sakit sudah mencukupi.
Dalam tabel juga tercantum fasilitas kesehatan lainnya. Fasilitas kesehatan lainnya ini terdiri dari
berbagai macam fasilitas kesehatan seperti pondok pengobatan alternatif dan laboratorium
kesehatan. Namun untuk proyeksi tidak bisa dilakukan karena tidak berkaitan dengan jumlah
penduduk dan tergantung dengan permintaan dan penawaran (supply dan demand).
Sesuai dengan arahan kebijakan dalam RTRW, sampai dengan tahun 2030 fasilitas kesehatan
harus ada di tiap kelurahan. Maka dalam rencana, selain memperhatikan proyeksi kebutuhan
sesuai Standar, juga harus memperhatikan ada tidaknya fasilitas kesehatan di tiap kelurahan.
Untuk lebih jelas mengenai analisis per kecamatan, bisa dilihat dalam materi teknis buku kecil.
c. Fasilitas Peribadatan
1. Data
Fasilitas peribadatan merupakan peruntukan lahan dengan fungsi utama sebagai sarana
kegiatan peribadatan.Di Propinsi DKI Jakarta fasilitas peribadatan dibagi menjadi 7 jenis yaitu
Masjid, Mushola, Gereja, Pura, Klenteng, Vihara dan sarana peribadatan lainnya.
Tabel IV.67
Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kota Administrasi Jakarta Pusat Tahun 2010
Kecamatan
Masjid
Musholla
Gereja
Pura
Vihara
36
29
Kecamatan Gambir
54
56
22
45
53
12
Kecamatan Kemayoran
71
112
13
Kecamatan Menteng
33
65
21
51
51
35
19
Kecamatan Senen
46
63
17
98
103
11
434
532
137
30
Total
Tabel IV.68
Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun 2010
Kecamatan
Masjid
Musholla
Gereja
Pura
Kuil/ Klenteng
Kecamatan Cilincing
101
214
21
26
36
18
Kecamatan Koja
91
279
12
Kecamatan Pademangan
47
68
17
Kecamatan Penjaringan
52
111
33
33
16
122
241
58
439
949
159
38
27
Total
Sumber : Kecamatan Dalam Angka, Tahun 2011
Tabel IV.69
Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun 2010
Kecamatan
Masjid
Musholla
Gereja
Lainnya
Kecamatan cakung
106
296
14
Kecamatan Cipayung
83
249
14
Kecamatan Ciracas
102
185
17
139
199
24
Kecamatan Jatinegara
74
180
30
69
181
19
Kecamatan Makasar
66
138
12
Kecamatan Matraman
74
82
74
129
14
Kecamatan Pulogadung
100
207
41
Jumlah
887
1846
187
20
Tabel IV.70
Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2010
Kecamatan
Masjid
Musholla
Gereja
Vihara
Lainnya
Kecamatan Cilandak
66
128
11
Kecamatan Jagakarsa
103
207
73
110
10
89
169
11
51
86
Kecamatan Pancoran
53
91
89
168
Kecamatan Pesanggrahan
62
155
Kecamatan Setiabudi
59
85
13
Kecamatan Tebet
70
213
11
715
1412
82
Total
IV-73
Masjid
Musholla
Gereja
Pura
Klenteng
Kecamatan Cengkareng
122
251
43
11
Kecamatan Gropet
80
107
33
Kecamatan Kalideres
81
241
17
63
198
17
Kecamatan Kembangan
60
152
14
Kecamatan Palmerah
72
157
106
296
14
Kecamatan Tambora
60
239
23
25
Jumlah
644
1641
170
17
44
Berdasarkan standar diatas, analisis fasilitas peribadatan dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel IV.73
Analisis Fasilitas Peribadatan di Propinsi DKI Jakarta Tahun 2030
Kota
Administrasi
Jakarta Pusat
Jumlah
Penduduk
tahun 2030
1.150.000
Tabel IV.72
Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu Tahun 2010
Kecamatan
Jumlah
penduduk
per
Pelayanan
Jumlah
Fasilitas
Sekarang
Jumlah
Kebutuhan
2030
Masjid
30.000
434
38
2.500
Musholla
30.000
532
38
2.500
Gereja
60.000
137
19
2.500
Pura
60.000
19
2.500
4.79
Klenteng
60.000
19
2.500
4.79
Vihara
60.000
19
250
lainnya
60.000
30
0
19
250
0.48
Luas
Lahan
Min
(m2)
Kebutuhan
Lahan (ha)
Masjid
30.000
439
78
2.500
Musholla
30.000
949
78
2.500
Gereja
60.000
159
39
2.500
Pura
60.000
38
39
2.500
9.69
Masjid
Musholla
13
23
Klenteng
60.000
27
39
2.500
9.69
12
36
Vihara
60.000
39
250
0.97
lainnya
60.000
39
250
0.97
Total
Jakarta Utara
2.325.000
Sesuai tabel diatas disebutkan bahwa sebaran fasilitas peribadatan di Propinsi DKI Jakarta lebih
didominasi untuk tempat ibadah agama Islam yaitu Masjid dan Moshola dengan jumlah total
untuk masjid dan mushola sebanyak 9.539 unit. Sebaran masjid dan mushola ini paling banyak
terdapat di kota administrasi Jakarta Timur. Untuk lebih jelas mengenai sebaran per Kelurahan,
bisa dilihat dalam materi teknis buku kecil.
Jakarta Barat
3.162.500
2. Arahan Kebijakan
Tinjauan dari Perda nomor 1 tahun 2012 tentang RTRW Provinsi DKI Jakarta menyatakan
bahwa fasilitas pendidikan menggunakan arahan pembangunan dan peningkatandisesuaikan
dengan standarpelayanan minimal dan sesuai dengan permintaan (demand).
3. Analisis
Jakarta
Selatan
2.825.000
Berdasarkan arahan tersebut, dilakukan analisis sesuai dengan standar kebutuhan minimal
dengan mengacu pada SNI 1733 Tahun 2004 tentang perencanaan perumahan kotadan perda
6 tahun 1999 tentang RTRW Provinsi DKI Jakarta.
Standar kebutuhan dari Pedoman Perencanaan Dinas Tata Kota DKI Jakarta menyatakan
masing-masing fasilitas peribadatan memiliki standar sebagai berikut:
-
Standar
Kebutuhan
(SNI 1733
Tahun 2004)
Fasilitas
Kesehatan
Jakarta Timur
3.012.500
Masjid
30.000
644
105
2.500
Musholla
30.000
1.641
105
2.500
Gereja
60.000
170
53
2.500
Pura
60.000
17
53
2.500
13.18
Klenteng
60.000
44
53
2.500
13.18
Vihara
60.000
53
250
1.32
lainnya
60.000
53
250
1.32
Masjid
30.000
715
94
2.500
Musholla
30.000
1.412
94
2.500
Gereja
60.000
82
47
2.500
Pura
60.000
47
2.500
11.77
Klenteng
60.000
47
2.500
11.77
Vihara
60.000
47
250
1.18
lainnya
60.000
47
250
1.18
Masjid
30.000
887
100
2.500
Musholla
30.000
1.846
100
2.500
Gereja
60.000
187
50
2.500
Pura
60.000
50
2.500
12.55
Klenteng
60.000
50
2.500
12.55
Vihara
60.000
50
250
1.26
lainnya
60.000
20
50
250
1.26
IV-74
Jumlah
Penduduk
tahun 2030
Kota
Administrasi
Kepulauan
Seribu
25.000
Standar
Kebutuhan
(SNI 1733
Tahun 2004)
Fasilitas
Kesehatan
Jumlah
penduduk
per
Pelayanan
Jumlah
Fasilitas
Sekarang
Masjid
30.000
12
2.500
Musholla
30.000
36
2.500
Gereja
60.000
2.500
Pura
60.000
Klenteng
60.000
Vihara
60.000
lainnya
60.000
Jumlah
Kebutuhan
2030
Luas
Lahan
Min
(m2)
Tabel IV.75
Jumlah Fasilitas Olahraga di Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun 2010
Kebutuhan
Lahan (ha)
Kecamatan
Sepakbola
Bulutangkis
Kolam Renang
Bola Voli
Lainnya
Kecamatan Cilincing
14
41
42
10
20
11
23
Kecamatan Koja
30
17
0.10
Kecamatan Pademangan
2.500
0.10
Kecamatan Penjaringan
15
16
22
2.500
0.10
31
19
14
250
0.01
27
146
112
71
250
0.01
Total
Sesuai tabel diatas dapat dijelaskan bahwa secara umum kebutuhan fasilitas peribadatan untuk
tahun 2030 sudah cukup terpenuhi, bahkan untuk masjid dan mushola, secara teori justru
berlebih. Sedangkan untuk vihara, pura, gereja dan klenteng masi perlu penambahan. Selain
menggunakan SNI, dalam melakukan rencana juga harus memperhatikan tingkat kebutuhan dan
jumlah penduduk yang digolongkan sesuai dengan agama yang dianutnya. Untuk lebih jelas
mengenai analisis per kecamatan, bisa dilihat dalam lampiran buku kecil per kecamatan.
d. Fasilitas Rekresasi dan Olahraga
1. Data
FasilitasRekresasi dan Olahraga merupakan peruntukan lahan dengan fungsi utama sebagai
sarana kegiatan rekreasi sekaligus sebagai sarana olahraga.Di Propinsi DKI Jakarta fasilitas
rekreasi dan olahraga dibagi menjadi 9 jenis yaitu sepak bola, tenis, bulu tangkis, bola voli,
renang, beladiri, bola basket, tenis meja dan fasilitas rekreasi dan olah raga lainnya.
Tabel IV.74
Jumlah Fasilitas Olahraga di Kota Administrasi Jakarta Pusat Tahun 2010
Kecamatan
Tabel IV.76
Jumlah Fasilitas Olahraga di Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun 2010
Kecamatan
Sepak Bola
Tenis
Bulu Tangkis
Bola Volley
Kolam Renang
Lainnya
Kecamatan Cakung
17
79
61
22
Kecamatan Cipayung
14
59
54
12
Kecamatan Ciracas
17
64
82
14
46
67
56
Kecamatan Jatinegara
11
59
15
15
22
61
45
20
Kecamatan Makasar
14
63
61
13
Kecamatan Matraman
18
42
18
11
Kecamatan Pulogadung
24
65
59
15
10
47
35
Jumlah
100
157
606
486
21
132
Sepakbola
Kolam Renang
Bulutangkis
Basket
Tenis
Bola Voli
Kecamatan Gambir
Kecamatan Kemayoran
Kecamatan Menteng
Kecamatan Cilandak
Kolam
Renang
4
Kecamatan Jagakarsa
Kecamatan Senen
13
39
22
35
Total
Tabel IV.77
Jumlah Fasilitas Olahraga di Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2010
Bulutangkis
Tenis
Bola Voli
Basket
58
25
27
Tenis
Meja
0
73
11
49
48
52
16
43
19
91
78
33
43
23
13
14
Kecamatan Pancoran
35
23
27
17
66
24
51
11
Kecamatan Pesanggrahan
66
12
39
16
Kecamatan Setiabudi
40
15
11
25
Kecamatan
Sepakbola
Lainnya
1
IV-75
Kolam
Renang
0
56
14
Sepakbola
Kecamatan Tebet
Total
Bulutangkis
Tenis
Bola Voli
Basket
16
17
Tenis
Meja
0
520
217
303
11
25
Lainnya
11
169
Tabel IV.78
Jumlah Fasilitas Olahraga di Kota Administrasi Jakarta Barat Tahun 2010
Sepak
bola
Tenis
Bulu
tangkis
Bola
Voli
Kolam
Renang
Bela
Diri
Basket
Kecamatan Cengkareng
18
51
51
Kecamatan Gropet
11
34
32
Kecamatan Kalideres
59
31
13
45
23
Kecamatan Kembangan
47
20
47
Kecamatan Palmerah
19
30
17
17
79
61
22
Kecamatan Tambora
24
Jumlah
58
93
369
241
15
10
13
47
26
Kecamatan
Tenis
Lainnya
Meja
Standar kebutuhanfasilitas olahraga dari Pedoman Perencanaan Dinas Tata Kota DKI Jakarta :
-
Kota
Administrasi
Jumlah
Penduduk
tahun 2030
Tabel IV.79
Jumlah Fasilitas Olahraga di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Tahun 2010
Kecamatan
Sepak Bola
Bulu Tangkis
Bola Volley
12
14
18
21
Jakarta Pusat
1.150.000
Sesuai tabel diatas disebutkan bahwa sebaran fasilitas rekreasi dan olahraga di Provinsi DKI
Jakarta lebih didominasi oleh lapangan bulu tangkis dengan total sebanyak 1.726 unit di seluruh
propinsi DKI Jakarta. Sedangkan untuk kota administrasi Jakarta Timur memiliki paling banyak
fasilitas olahraga dengan prosentase sebesar 36,6% dari total fasilitas olahraga di propinsi DKI
Jakarta.
Jakarta Utara
2.325.000
2. Arahan Kebijakan
Tinjauan dari Perda nomor 1 tahun 2012 tentang RTRW Provinsi DKI Jakarta menyatakan
bahwa fasilitas pendidikan menggunakan arahan pembangunan dan peningkatandisesuaikan
dengan standarpelayanan minimal dan sesuai dengan permintaan (demand).
3. Analisis
Berdasarkan arahan tersebut, dilakukan analisis sesuai dengan standar kebutuhan minimal
dengan mengacu pada SNI 1733 Tahun 2004 tentang perencanaan perumahan kota dan perda
6 tahun 1999 tentang RTRW Provinsi DKI Jakarta.
Standar kebutuhan dari Pedoman Perencanaan Dinas Tata Kota DKI Jakarta menyatakan
masing-masing fasilitas peribadatan memiliki standar sebagai berikut:
Jakarta Barat
3.162.500
Standar
Kebutuhan
(SNI 1733
Tahun 2004)
Fasilitas
Kesehatan
Jumlah
penduduk
per
Pelayanan
Jumlah
Fasilitas
Sekarang
Jumlah
Kebutuhan
2030
Luas
Lahan
Min (m2)
Kebutuhan
Lahan (ha)
Sepak Bola
120.000
13
10
2.500
Tenis
30.000
38
2.500
9,58
Bulu Tangkis
30.000
39
38
2.500
Bola Volley
30.000
35
38
2.500
9,58
Renang
30.000
38
2.500
9,58
Bela Diri
3.000
383
250
9,58
Bola Basket
30.000
22
38
250
0,96
Tenis Meja
3.000
383
2.500
95,83
Lainnya
Sepak Bola
120.000
27
19
2.500
Tenis
30.000
78
2.500
19,38
Bulu Tangkis
30.000
146
78
2.500
Bola Volley
30.000
112
78
2.500
Renang
30.000
78
2.500
19,38
Bela Diri
3.000
775
250
19,38
Bola Basket
30.000
78
250
1,94
Tenis Meja
3.000
775
2.500
193,75
Lainnya
71
Sepak Bola
120.000
58
26
2.500
Tenis
30.000
93
105
2.500
26,35
Bulu Tangkis
30.000
369
105
2.500
Bola Volley
30.000
241
105
2.500
Renang
30.000
15
105
2.500
26,35
Bela Diri
3.000
10
1.054
250
26,35
Bola Basket
30.000
13
105
250
2,64
Tenis Meja
3.000
47
1.054
2.500
263,53
IV-76
Kota
Administrasi
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Kepulauan Seribu
Jumlah
Penduduk
tahun 2030
e. Fasilitas Terminal
Standar
Kebutuhan
(SNI 1733
Tahun 2004)
Fasilitas
Kesehatan
Jumlah
penduduk
per
Pelayanan
Jumlah
Fasilitas
Sekarang
Jumlah
Kebutuhan
2030
Luas
Lahan
Min (m2)
Kebutuhan
Lahan (ha)
Lainnya
26
Sepak Bola
120.000
56
24
2.500
Tenis
30.000
217
94
2.500
Bulu Tangkis
30.000
520
94
2.500
Bola Volley
30.000
303
94
2.500
Renang
30.000
14
94
2.500
23,34
Bela Diri
3.000
941
250
23,34
Bola Basket
30.000
11
94
250
2,33
Tenis Meja
3.000
25
941
2.500
233,36
Lainnya
169
Sepak Bola
120.000
100
25
2.500
Tenis
30.000
157
100
2.500
Bulu Tangkis
30.000
606
100
2.500
Bola Volley
30.000
486
100
2.500
2.825.000
3.012.500
Renang
30.000
21
100
2.500
25,10
Bela Diri
3.000
1.004
250
25,10
Bola Basket
30.000
100
250
2,51
Tenis Meja
3.000
1.004
2.500
251,04
Lainnya
132
Sepak Bola
120.000
2.500
Tenis
30.000
2.500
0,21
Bulu Tangkis
30.000
18
2.500
Bola Volley
30.000
21
2.500
Renang
30.000
2.500
0,21
Bela Diri
3.000
250
0,21
Bola Basket
30.000
250
0,02
Tenis Meja
3.000
2.500
2,08
Lainnya
25.000
Sesuai tabel diatas dapat dijelaskan bahwa secara umum kebutuhan fasilitas olahraga untuk
tahun 2030 sudah mencukupi, khususnya untuk fasilitas olahraga yang cakupannya besar,
seperti lapangan sepak bola. Sedangkan untuk lapangan yang cakupannya sedang seperti
gedung serbaguna yang bisa untuk bermacam kegiatan olahraga, lapangan bulu tangkis, bola
voli dan kolam renang masih membutuhkan beberapa penambahan di tahun 2030. Untuk lebih
jelas mengenai analisis per kecamatan, bisa dilihat dalam materi teknis buku kecil per
kecamatan.
1. Data
FasilitasTerminal merupakan peruntukan lahan dengan fungsi utama sebagai sarana kegiatan
pemberhentian dan berkumpulnya moda transportasi.Di Propinsi DKI Jakarta fasilitas terminal
dibagi menjadi 4 jenis yaitu terminal bus, Bandara, Pelabuhan dan halte busway.
Fasilitas terminal merupakan bagian dari fasilitas umum karena dipergunakan untuk khalayak
umum sebagaimana fasos dan fasum lainnya. Dari jumlahnya, fasilitas terminal di DKI Jakarta
tidak begitu banyak. Untuk terminal bus berjumlah 16 buah, Bandara hanya ada 1 yaitu Bandara
Halim Perdanakusuma, pelabuhan berjumlah 7 buah dan halte ada 110 buah.(Sumber :
Kecamatan Dalam Angka, Tahun 2011). Untuk lebih jelas mengenai sebaran per kecamatan,
bisa dilihat dalam lampiran buku kecil per kecamatan.
2. Arahan Kebijakan
Tinjauan dari Perda nomor 1 tahun 2012 tentang RTRW Provinsi DKI Jakarta menyatakan
bahwa fasilitas terminal menggunakan arahan bahwa dalam pengembangan pusat kegiatan
primer didukung prasarana, sarana dan utilitas yang memadai. Selain itu untuk setiap
penambahan fasilitas terminal disesuaikan dengan permintaan (demand) dan kebutuhan.
3. Analisis
Walaupun berkaitan dengan struktur ruang, fasilitas terminal, yang berupa simpul dari tiap moda
transportasi sebenarnya merupakan bagian dari pola ruang yaitu zona pelayanan umum dan
sosial karena lebih berupa peruntukan ruang, bukan merupakan suatu jaringan. Sehingga
secara fungsional, pengunaannya lebih pada pelayanan masyarakat. Namun demikian, analisis
yang dilakukan untuk fasilitas terminal berbeda dengan fasilitas umum dan sosial lainnya karena
tidak bisa dikaitkan dengan jangkauan (range) dan jumlah penduduk, tetapi menggunakan
pendekatan banyak sedikitnya aliran mobilitas angkutan umum, baik angkutan darat yang
berbasis jalan maupun rel, angkutan air dan udara. Kedua menggunakan pendekatan
permintaan (demand) dari pergerakan itu sendiri. Dan yang ketiga adalan bangkitan pergerakan.
Dilihat dari kondisi saat ini di DKI Jakarta, bahwa moda transportasi umum yang terdiri dari Bus,
mikrolet, kopaja, kereta api dan sebagainya sudah sedemikian banyak, namun kebutuhan
terminal bus dan stasiun kereta api untuk tahun 2030 dirasa masih cukup, karena lokasi baik
terminal bus dan stasiun kereta api yang sudah tersebar merata di seluruh kota administrasi di
provinsi DKI Jakarta.
Demikian juga dengan fasilitas pelabuahan, sampai dengan tahun 2030 dirasa masih mencukupi
untuk kebutuhan simpul transportasi laut karena kawasan Jakarta Utara sudah merata terdapat
dermaga atau pelabuhan. Dan untuk fasilitas terminal udara, peran dan fungsi pergerakan udara
yang dimiliki oleh bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang tampak masih belum
kelebihan beban. Sehingga pada tahun 2030 belum perlu adanya penambahan bandara umum
yang baru.
Beberapa tambahan fasilitas terminal yang perlu dibangun sampai dengan tahun 2030 lebih ke
arah mengikuti perkembangan / rencana transportasi sendiri. Diantaranya rencana penyediaan
monorail dan kereta bandara. Hal ini secara otomatis akan menambah jumlah fasilitas terminal
berupa stasiun monorail atau kereta bandara. Untuk lebih jelas mengenai analisis fasilitas
terminal, dapat dilihat dalam buku materi teknis kecil yang disusun per kecamatan.
IV-77
No.
Kecamatan
1.
Gambir
2.
Tanah Abang
3.
Menteng
4.
Senen
5.
Cempaka Putih
6.
7.
Johar Baru
Kemayoran
8.
Sawah Besar
Jakarta Pusat
Hijau
Umum
Taman
Pemakaman
Hijau
Rekreasi
Lahan
Kosong
Pematang
Sawah
Luas (Ha)
15,28
76,47
1,79
2,90
96,43
41,49
40,67
37,84
75,74
16.79
12,52
7,90
18,78
1,93
18,80
47,41
12,69
0,02
0,00
5,08
17,79
5,83
4,75
7,78
18,36
1,26
29,93
21,98
0,23
1,78
19,15
5,55
1,41
0
0
1,18
0,39
0,01
14,33
1,77
0
0
0
0
0
0
7,05
48,63
43,29
136,34
161,84
44,81
81,03
67,46
491,48
1.
Koja
20,46
0,23
0,74
0,78
28,50
50,71
2.
Kelapa Gading
44,63
3,81
35,97
84,41
3.
Tanjung Priok
60,89
0,67
84,19
145,75
4.
Pademangan
83,55
3,63
2,19
81,65
80,64
251,65
5.
Penjaringan
153,92
17,42
62,96
427,14
661,44
6.
Cilincing
26,58
50,65
0,40
1.629,66
110,03
1.817,31
390,02
21,28
53,58
150,27
2.286,09
110,03
2.901,24
Kecamatan
Hijau
Umum
Taman
Pemakaman
Hijau
Rekreasi
Lahan
Kosong
Pematang
Sawah
Luas (Ha)
64,80
1,68
1,34
13,12
54,46
80,95
151,88
0,06
2,81
63,81
60,90
333,93
16,32
35,49
51,81
Pancoran
5,82
0,34
21,04
2,56
14,40
44,16
5.
Tebet
9,09
11,16
16,84
0,63
17,86
55,58
6.
Setiabudi
18,94
3,90
21,61
0,90
77,66
123,02
7.
Kebayoran Lama
54,17
0,44
40,70
41,88
81,78
218,97
8.
Pesanggrahan
22,38
29,45
7,84
144,69
204,37
9.
Cilandak
33,74
0,67
0,51
0,01
120,80
0,01
155,74
10.
Pasar Minggu
171,46
47,27
9,62
14,36
114,95
357,67
548,61
93,29
122,49
125,49
681,65
0,01
54,46
1.626,16
6,59
5,34
11,92
1.
Kebayoran Baru
2.
Jagakarsa
3.
Mampang Prapatan
4.
Jakarta Selatan
1.
Taman Sari
2.
Tambora
4,96
7,28
0,13
12,38
3.
Kalideres
124,71
1,17
855,59
981,48
4.
Grogol Petamburan
13,34
38,83
0,29
52,46
5.
Cengkareng
61,74
457,78
519,52
6.
Kebon Jeruk
26,54
46,52
3,08
4,07
2,55
2,56
85,31
7.
Kembangan
81,52
5,91
844,85
19,91
952,20
8.
Palmerah
3,91
9,85
1,48
1,32
16.56
254,98
177,90
4,56
5,80
2.166,11
22,47
2.631,82
0.00
47.49
0.00
0.00
0.00
0.00
333.22
380,71
2.385,22
576,75
332,98
686,10
7.517,54
22,49
501,75
11.912,80
Jakarta Barat
Kepulauan Seribu
DKI Jakarta
IV.5.1.2
1.
Makasar
236,43
0,89
522,79
760,11
2.
Pasar Rebo
144,55
2,84
3,45
120,21
271,05
3.
Ciracas
76,35
0,99
107,73
185,07
Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Jakarta 2030 menetapkan
kebijakan pengembangan RTH hingga mencapai 30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah
DKI Jakarta, meliputi RTH publik dan RTH privat yang didedikasikan sebagai RTH bersifat
publik seluas 20% (dua puluh persen) dan RTH privat seluas 10% (sepuluh persen). Strategi
perwujudan kebijakan tersebut ditetapkan sebagai berikut :
4.
Cipayung
115,41
11,28
60,72
318,13
457,60
963,13
1.
5.
Cakung
238,80
5,88
4,50
748,59
4,04
1.001,80
6.
Kramat Jati
54,89
32,27
5,21
2,67
88,33
183,37
6,15
1,76
39,45
147,34
Pulo Gadung
1,00
2.
7.
98,98
8.
Matraman
2,50
3,01
5,51
3.
9.
Jatinegara
18,08
15,71
27,35
0,07
13,49
74,70
Mengkonversi sebagian lahan parkir di lahan gedung pada koridor sistem angkutan
umum massal menjadi RTH.
10.
Duren Sawit
69,28
5,00
215,02
289,29
4.
1055,26
74,96
107,38
323,51
2.316,22
4,04
3.881,37
5.
Jakarta Utara
Jakarta Timur
IV-78
Memanfaatkan RTH untuk berbagai fungsi dengan tidak mengurangi fungsi utama.
7.
8.
Melibatkan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam
penyediaan, peningkatan kualitas, dan pemeliharaan RTH privat dan publik.
9.
No
Mengembangkan RTH dengan ruang terbuka non hijau sebagai satu kesatuan kawasan.
Kota/Kabupaten dan
Kecamatan
Taman RW
Kota/Kabupaten dan
Kecamatan
Taman Kelurahan
Taman
Kecamatan
Total
Kebutuhan RTH
Taman (Ha)
Jakarta Pusat
Taman RW
Taman Kelurahan
Taman
Kecamatan
Total
Kebutuhan RTH
Taman (Ha)
115.00
57.50
33.50
22.99
230.00
15,39
9,24
6,16
61,57
1.
Koja
30,79
2.
Kelapa Gading
11,09
5,55
3,33
2,22
22,19
3.
Tanjung Priok
38,77
19,39
11,63
7,75
77,55
4.
Pademangan
15,37
7,68
4,61
3,07
30,73
5.
Penjaringan
25,65
12,83
7,70
5,13
51,30
6.
Cilincing
35,83
17,91
10,75
7,17
71,66
157.50
78.75
47.26
31.50
315.00
Jakarta Utara
1.
Makasar
22,83
11,41
6,85
4,57
45,65
2.
Pasar Rebo
21,17
10,59
6,35
4,23
42,34
3.
Ciracas
26,97
13,49
8,09
5,39
53,94
4.
Cipayung
22,11
11,06
6,63
4,42
44,23
5.
Cakung
55,69
27,84
16,71
11,14
111,37
6.
Kramat Jati
26,63
13,32
7,99
5,33
53,27
7.
Pulo Gadung
31,38
15,69
9,41
6,28
62,76
8.
Matraman
20,18
10,09
6,05
4,04
40,36
9.
Jatinegara
31,13
15,57
9,34
6,23
62,27
10.
Duren Sawit
43,16
21,58
12,95
8,63
86,32
301.25
150.64
90.37
60.26
602.51
Jakarta Timur
1.
Kebayoran Baru
19,44
9,72
5,83
3,89
38,89
2.
Jagakarsa
44,32
22,16
13,30
8,86
88,64
3.
Mampang Prapatan
11,11
5,55
3,33
2,22
22,21
4.
Pancoran
17,13
8,56
5,14
3,43
34,26
5.
Tebet
16,29
8,14
4,89
3,26
32,57
6.
Setiabudi
13,82
6,91
4,15
2,76
27,64
7.
Kebayoran Lama
50,29
25,15
15,09
10,06
100,59
8.
Pesanggrahan
35,56
17,78
10,67
7,11
71,12
9.
Cilandak
34,98
17,49
10,49
7,00
69,96
10.
Pasar Minggu
39,56
19,78
11,87
7,91
79,12
282.50
141.24
84.76
56.50
565.00
Jakarta Selatan
9,55
4,77
2,86
1,91
19,09
1.
Taman Sari
15,11
7,56
4,53
3,02
30,22
Tanah Abang
19,37
9,68
5,81
3,87
38,73
2.
Tambora
30,28
15,14
9,09
6,06
60,57
3.
Menteng
10,83
5,42
3,25
2,17
21,66
3.
Kalideres
48,43
24,21
14,53
9,69
96,86
4.
Senen
11,12
5,56
3,34
2,22
22,25
4.
Grogol Petamburan
29,59
14,80
8,88
5,92
59,19
5.
Cempaka Putih
11,94
5,97
2,58
2,39
23,87
5.
Cengkareng
60,11
30,05
18,03
12,02
120,21
6.
Johar Baru
13,47
6,74
4,04
2,69
26,95
6.
Kebon Jeruk
41,75
20,87
12,52
8,35
83,49
7.
Kemayoran
27,06
13,53
8,12
5,41
54,12
Kembangan
63,83
31,92
19,15
12,77
127,67
8.
Sawah Besar
11,66
5,83
3,50
2,33
23,33
Palmerah
27,15
13,57
8,14
5,43
54,29
1.
Gambir
2.
IV-79
No
Jakarta Barat
Taman RW
Taman Kelurahan
Taman
Kecamatan
Total
Kebutuhan RTH
Taman (Ha)
316,25
158,12
94,87
63,26
632,50
1.
1,05
0,53
0,32
0,21
2,11
2.
1,45
0,72
0,43
0,29
2,89
2,50
1,25
0,75
0,50
5,00
1.175,00
587,50
351,51
235,01
2.350,01
Kepulauan Seribu
DKI Jakarta
Sumber : Hasil Pengolahan Data Tahun 2011
Kota/Kabupaten dan
Kecamatan
No.
No.
Kota/Kabupaten dan
Kecamatan
Luas Wilayah
(Ha)
1.
Gambir
759
227,70
151,80
75,90
2.
3.
Tanah Abang
Menteng
930
653
279,00
195,90
223,20
130,60
54,61
65,30
4.
Senen
422
126,60
84,40
42,20
5.
Cempaka Putih
469
140,70
93,80
46,90
6.
7.
Johar Baru
Kemayoran
237
725
71,10
217,50
47,40
145,00
23,70
72,50
8.
Sawah Besar
616
184,80
123,20
61,60
4.811
1.443,30
962,20
481,10
Jakarta Pusat
1.
Koja
1.320
396.00
254,00
132,00
2.
3.
Kelapa Gading
Tanjung Priok
1.612
2.513
483.60
753.90
322,40
502,60
161,20
251,30
4.
Pademangan
992
297.60
198,40
99,20
5.
Penjaringan
3.549
1.064.70
709,80
354,90
6.
Cilincing
3.970
1.191.00
794,00
397,00
Jakarta Utara
1.
Makasar
13.956
2.197
4.186.80
659.10
2.791,20
439,40
1.395,60
219,70
2.
Pasar Rebo
1.298
389.40
249,60
129,80
3.
Ciracas
1.539
461.70
307,80
153,90
4.
Cipayung
2.846
853.80
561,20
284,60
5.
6.
Cakung
Kramat Jati
4.252
1.297
1.275.60
389.10
850,40
259,40
425,20
129,70
7.
Pulo Gadung
1.562
468.60
312,40
156,20
8.
Matraman
496
148.80
99,20
49,60
9.
10.
Jatinegara
Duren Sawit
1.135
2.266
340.50
679.80
227,00
453,20
113,50
226,60
Jakarta Timur
18.888
5.666.40
3.777,60
1.888,80
1.
Kebayoran Baru
1.292
387.60
258,40
129,20
2.
Jagakarsa
2.501
750.30
500,20
250,10
3.
Mampang Prapatan
773
231.90
154,60
77,30
4.
5.
Pancoran
Tebet
853
952
255.90
285.60
170,60
190,40
85,30
95,20
6.
Setiabudi
885
265.50
177,00
88,50
7.
Kebayoran Lama
1.932
579.60
386,40
193,20
8.
9.
Pesanggrahan
Cilandak
1.345
1.820
403.50
546.00
269,00
364,00
134,50
182,00
10.
Pasar Minggu
2.190
657.00
438,00
219,00
14.543
4.362.90
2.98,60
1.454,30
436
130.80
87,20
43,60
540
3.023
162.00
906.90
108,00
604,60
54,00
302,30
Jakarta Selatan
Tabel IV.83 Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di DKI Jakarta
Berdasarkan Proporsi Terhadap Luas Wilayah
Luas Wilayah
(Ha)
1.
Taman Sari
2.
3.
Tambora
Kalideres
4.
Grogol Petamburan
985
295,50
197,00
98,50
5.
Cengkareng
2.654
796,20
529,80
265,40
6.
Kebon Jeruk
1.764
529,20
352,80
176,40
7.
8.
Kembangan
Palmerah
2.416
751
724,80
225,30
483,20
150,20
241,60
75,10
12.568
3.770,40
2.513,60
1.256,80
Jakarta Barat
1.
2.
Kepulauan Seribu
Selatan
Kepulauan Seribu
DKI Jakarta
870
261.00
52,20
26,10
66.500
19.950,00
13.300,00
6.650,00
IV-80
Kota/Kabupaten
dan Kecamatan
Luas Wilayah
(Ha)
1.
Gambir
759
103,65
85,49
189,13
34,92
2.
3.
Tanah Abang
Menteng
930
653
199,62
47,75
54,61
93,12
254,24
140,86
27,34
21,57
4.
Senen
422
18,24
28,29
46,53
11,03
5.
Cempaka Putih
469
29,02
10,60
39,62
8,45
6.
7.
Johar Baru
Kemayoran
237
725
11,02
42,63
3,04
135,73
14,07
135,73
5,94
18,72
8.
Sawah Besar
616
59,17
13,76
72,92
11,84
Jakarta Pusat
4.811
407,45
339,15
703,97
14,63
1.
Koja
1.320
97,77
104,65
202,43
15,34
2.
3.
Kelapa Gading
Tanjung Priok
1.612
2.513
168,13
219,99
273,31
247,35
441,44
467,34
27,38
18,60
4.
Pademangan
992
165,45
321,38
486,83
49,07
5.
Penjaringan
3.549
1.100,74
832,61
1.933,34
54,48
6.
Cilincing
3.970
813.23
1.094,37
1.907,61
48,05
Jakarta Utara
1.
Makasar
13.956
2.197
2.565,31
936,70
2.873,67
429,51
5.438,99
1.366,21
38,97
62,19
2.
Pasar Rebo
1.298
319,92
239,86
559,78
43,13
3.
Ciracas
1.539
305,27
558,19
863,46
56,11
4.
Cipayung
2.846
490,47
1.119,27
1.609,73
56,56
5.
6.
Cakung
Kramat Jati
4.252
1.297
452,24
242,44
1.750,04
6,44
2.202,28
248,87
51,79
19,19
7.
Pulo Gadung
1.562
187,12
51,08
238,20
15,25
8.
Matraman
496
22,29
48,88
71,17
14,35
9.
10.
Jatinegara
Duren Sawit
1.135
2.266
109,79
244,45
13,04
273,28
122,83
517,72
10,82
22,85
18.888
3.310,69
4.489,59
7.800,25
41,30
Jakarta Timur
1.
Kebayoran Baru
1.292
83,84
78,63
162,48
12,87
2.
Jagakarsa
2.501
598,65
768,81
1.367,46
54,68
3.
4.
Mampang Prapatan
Pancoran
773
853
40,39
64,80
93,59
138,91
133,98
203,72
17,33
23,88
5.
Tebet
952
70,76
58,72
129,48
13,60
6.
Setiabudi
885
45,74
194,40
240,14
27,13
7.
Kebayoran Lama
1.932
197,07
56,49
253,57
13,12
8.
9.
Pesanggrahan
Cilandak
1.345
1.820
120,90
164,22
174,91
246,91
295,81
411,13
21,99
22,59
10.
Pasar Minggu
2.190
365,48
113,79
479,27
21,88
14.543
1.751.85
1.925,16
3.677,04
25,28
436
540
48,96
34,68
5,44
3,85
54,40
38,54
12,48
7,16
3.023
373,56
1.033,04
1.406,60
46,53
Jakarta Selatan
1.
2.
Taman Sari
Tambora
3.
Kalideres
No.
Kota/Kabupaten
dan Kecamatan
4.
Grogol Petamburan
5.
6.
7.
8.
Palmerah
Luas Wilayah
(Ha)
Ha
985
108,81
9,39
118,20
12,00
Cengkareng
2.654
287,81
873,48
1.161,29
44,51
Kebon Jeruk
Kembangan
1.764
2.416
139,05
262,49
118,38
280,00
257,43
542,49
14,59
22,45
751
46,03
40,05
86,08
11,46
12.568
1.301,39
2.363,63
3.665,03
29,16
870
261,00
261,00
30,00
66.500
9.597,69
11.991,20
21.517.04
32,36
Jakarta Barat
Kepulauan Seribu
DKI Jakarta
Sumber : Hasil perhitungan berdasarkan interpretasi citra dan survey lapangan, 2011
Tabel di atas menjelaskan bahwa potensi RTH di DKI Jakarta sekitar 21.517,04 Ha atau
sekitar 32,36% dari luas wilayah DKI Jakarta. Potensi RTH publik sekitar 9.597 Ha atau
setara 14.43% dan RTH privat sekitar 11.991 Ha atau setara 18.03%. Menurut luasan,
Kecamatan Cakung mencatat potensi RTH tertinggi sekitar 2.202,28 Ha, sedang yang
terendah adalah Kecamatan Johar Baru seluas 14,07 Ha. Menurut prosentase terhadap luas
masing-masing kecamatan yang tertinggi proporsinya adalah Kecamatan Makasar sebesar
62,19% dan yang terendah adalah Kecamatan Johar Baru dengan proporsi 5,94%.
Memperhatikan proporsi di atas, dalam perencanaan RDTR DKI Jakarta 2030 perlu disiapkan
strategi penyediaan RTH melalui optimasi kawasan atau lahan yang secara fungsional dapat
didedikasikan untuk RTH publik, terutama dikaitkan dengan fungsi ruang terbuka sebagai
wahana untuk mempertahankan siklus hidrologi, ameliorasi iklim, pengendali pencemar,
habitat satwa dan konservasi, pengaman badan air dan prasarana umum, permakaman,
sarana interaksi sosial, serta pembentuk keindahan kota.
IV-81
IV-82
Kecamatan
Gambir
Tanah Abang
Menteng
4
5
Senen
Cempaka
Putih
Johar Baru
Kemayoran
8 Sawah Besar
Jakarta Pusat
1
2
Koja
Kelapa
Gading
Tanjung Priok
Pademangan
Penjaringan
6
Cilincing
Jakarta Utara
1
Makasar
Pasar Rebo
Ciracas
Cipayung
Cakung
Kramat Jati
Pulo Gadung
Matraman
Jatinegara
10
Duren Sawit
Rumah
Besar
-
Rumah
Sedang
Rumah
Kecil
Rumah
Sangat
Kecil
Rumah
Taman
Rumah
Susun
Rumah
Susun
Taman
Rumah
Flat
Total Luas
Area
Permukiman
No
Kecamatan
Jakarta Timur
Kebayoran
1 Baru
2
178,58
0,71
35,10
18,38
0,25
937,01
0,12
119,68
0,01
928,76
0,25
104,81
22,98
294,66
49,01
0,56
6,66
9,26
0,4
383,53
183.47
470.32
1002.46
7557.54
21.57
1.55
9236.92
93,4
93,4
167,54
167,54
260.94
260.94
3503.85
8145.91
5354.89
13481.46
55.89
151.97
0.35
154.69
30849.02
Kembangan
18,94
22,94
738,36
191,94
319,81
378,04
16,66
2,69
909,14
32,52
244,44
2,27
5,9
4,58
289,71
DKI Jakarta
755,98
5,59
204,54
103,59
313,72
10,58
108,80
76,08
422,16
4,86
1,55
624,03
0,84
0,29
6,14
1379,65
1386,92
924,42
617,63
Kebon Jeruk
183,67
0,57
0,99
86,36
364,35
0,35
1138,53
148,46
740,88
478,85
4,55
1,99
0,91
7,99
149,75
838,65
587,10
185,32
1138,53
458,63
1240,04
Cengkareng
4,80
9,91
5,47
480,62
7,22
705,70
15,91
1954.16
47,92
28.57
65,85
0,55
15,18
19,18
2,24
17.88
1539,38
340,84
8.77
886,50
117,36
393.63
354,31
310,62
Kalideres
Grogol
Petamburan
386.96
16,12
27,42
21,55
756.77
198,89
361.59
750,65
1255,46
184,38
637,83
1,82
8,15
82,61
0,60
26,26
63,54
52,17
27,34
88,69
1284,40
182,33
24
114,80
8 Palmerah
Jakarta Barat
Kepulauan
1 Seribu Utara
Kepulauan
Seribu
2 Selatan
Kepulauan Seribu
623,06
54,54
400,66
7,83
8,86
7,08
1032,92
2,74
6,60
0,11
1,62
1184,33
183,41
29,34
71,13
38,48
67,96
213,74
22,33
8,86
1056,25
267,39
0,01
300,62
93,32
89,16
52,7
526,93
Tambora
152,01
2,13
188,44
1045,57
0,65
7,55
3,36
84,42
2,48
70,55
35,18
480,62
383,96
32,28
15,91
66,93
188,44
0,13
492,84
Taman Sari
180,63
15,18
1,92
8662.27
54.23
117,36
0,01
0.35
310,62
0,80
4.98
44,11
21,55
12,16
3.43
10,9
689,71
221,35
2009.26
166,95
256,61
477.57
62,24
1664,75
4019.55
180,63
1,51
2092.91
3,64
1114,30
672,59
16,53
0,59
21,11
1,32
175,16
30,98
1,64
4458.99
1496,11
617,44
0,19
27.52
115,04
28,40
312,53
708,3
321,20
10.18
8,72
145,91
10 Pasar Minggu
Jakarta Selatan
2,02
1350.43
0,92
1111,40
0,02
878.43
0,02
0,74
23,31
1457.56
658,17
52,21
734.87
8,43
21,31
890,87
9,26
213,66
0,06
22,78
670,96
247,99
6275.74
0,45
7,93
5,64
42.82
213,51
225,73
15,86
832,35
97.36
Cilandak
37,98
43.69
15,49
13,17
2170.60
Pesanggrahan
156,42
1,67
2348.54
43,43
1.149,03
1441.71
8,86
2,40
131.01
Setiabudi
Kebayoran
Lama
173,92
Total Luas
Area
Permukiman
Rumah
Flat
1,81
Rumah
Susun
Taman
Tebet
Rumah
Susun
17,94
Rumah
Taman
Pancoran
8,77
271,66
Rumah
Sangat
Kecil
12,64
412,15
Rumah
Kecil
49,2
443,07
Rumah
Sedang
Jagakarsa
Mampang
Prapatan
103,31
Rumah
Besar
Dalam Perda No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Jakarta 2030 untuk mewujudkan pemanfaatan
kawasan budi daya salah satunya ditetapkan kebijakan pengarahan perkembangan dan
penataan kawasan permukiman sesuai karakteristik kawasan. Strategi untuk melaksanakan
kebijakan tersebut meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
mengembangkan perumahan vertikal dan horizontal dilengkapi fasilitas serta prasarana dan
sarana yang memadai;
mengembangkan kawasan permukiman yang mempunyai akses terhadap prasarana
angkutan umum massal;
membangun dan meningkatkan prasarana transportasi di kawasan permukiman yang ada;
membangun dan meningkatkan pelayanan utilitas perkotaan di kawasan permukiman yang
ada;
menetapkan permukiman secara selektif sebagai kawasan pemugaran;
melestarikan bangunan dan lingkungan pada kawasan pemugaran;
IV-83
g.
h.
i.
sebagai sumber air bersih; penyediaan sistem utilitas yang memadai terutama sampah
pengolahan air limbah dan air bersih; penyediaan sistem pembuangan air hujan dan drainase
yang mempunyai kapasitas yang cukup; dan penyediaan RTH yang memadai.
Kawasan permukiman taman yang pemanfaatan dan pengelolaannya sesuai dengan kawasan
permukiman ditetapkan dikawasan sebelah selatan jalan lingkar luar; kawasan keselamatan
operasi penerbangan (KKOP) Halim Perdana Kusuma; dan kawasan keselamatan operasi
penerbangan (KKOP) Bandara Soekarno Hatta. Kawasan permukiman taman diarahkan untuk
pembangunan dengan kepadatan bangunan rendah disertai upaya untuk mempertahankan
fungsi resapan air ruang penyangga dan RTH.
Gambar IV.58
Rencana Struktur Ruang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
Penetapan ketentuan kawasan permukiman yaitu merupakan kawasan yang didominasi oleh
perumahan dan fasilitasnya; tersebar di seluruh bagian kota dimana arah pengembangannya
berdasarkan karakteristik kawasan; disesuaikan terhadap hierarki pusat pelayanan masyarakat
untuk melayani kebutuhan fungsi pelayanan sehingga dapat dicapai dengan mudah; dan
penyediaan secara bertahap agar tercapai norma satu unit rumah yang layak dan terjangkau
untuk setiap keluarga.
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan permukiman mantap dilaksanakan berdasarkan arahan
pengendalian kepadatan bangunan; pemugaran kawasan atau bangunan yang memiliki nilai
sejarah; pembatasan perubahan fungsi; pengurangan secara bertahap pemanfaatan air tanah
Untuk mewujudkan penataan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan
ditetapkan kebijakan penataan dan peningkatan kualitas lingkungan pada pulau-pulau
permukiman yang ada. Strategi untuk melaksanakan kebijakan tersebut yaitu:
IV-84
a.
b.
c.
No
Kecamatan
95.461
Persentase
Distribusi untuk
Kawasan
Perumahan
berdasarkan RTRW
2030
100%
Persentase
Distribusi untuk
Kawasan
Perumahan Taman
berdasarkanRTRW
2030
0%
Distribusi
Penduduk
untuk
Kawasan
Perumahan
(Jiwa)
95.461
Distribusi
Penduduk
untuk
Kawasan
Perumahan
Taman (Jiwa)
0
Prediksi
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Gambir
Tanah Abang
193.655
100%
0%
193.655
Menteng
108.303
100%
0%
108.303
Senen
111.240
100%
0%
111.240
Cempaka Putih
119.374
95,16%
4,84%
113.596
5.778
Johar Baru
134.749
100%
0%
134.749
Kemayoran
270.590
100%
0%
270.590
Sawah Besar
116.628
100%
0%
116.628
Jakarta Pusat
1
Koja
307.853
100%
0%
307.853
Kelapa Gading
110.945
100%
0%
110.945
Tanjung Priok
387.745
97,16%
2,84%
376.736
11.009
Pademangan
153.657
91,01%
8,99%
139.842
13.815
Penjaringan
256.518
94,73%
5,27%
243.000
13.518
Cilincing
134.749
96,83%
3,17%
130.474
4.275
Jakarta Utara
1
Makasar
228.261
96,69%
3,31%
220.696
7.565
Pasar Rebo
221.708
64,23%
35,77%
135.985
75.723
Ciracas
269.705
43,49%
56,51%
117.291
152.414
Cipayung
221.142
16,12%
83,88%
35.651
185.491
Cakung
556.851
97,61%
2,39%
543.533
13.318
Kramat Jati
266.326
51,40%
48,60%
136.879
129.447
Pulo Gadung
313.798
100%
0%
313.798
Matraman
201.785
100%
0%
201.785
Jatinegara
311.326
Persentase
Distribusi untuk
Kawasan
Perumahan
berdasarkan RTRW
2030
100%
10
Duren Sawit
431.597
99,21%
0,79
428.167
3.430
No
Kecamatan
Prediksi
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Persentase
Distribusi untuk
Kawasan
Perumahan Taman
berdasarkanRTRW
2030
0%
Distribusi
Penduduk
untuk
Kawasan
Perumahan
(Jiwa)
311.326
Distribusi
Penduduk
untuk
Kawasan
Perumahan
Taman (Jiwa)
0
Jakarta Timur
1
Kebayoran Baru
194.439
95.50%
4.50%
185.695
8.744
Jagakarsa
443.207
20,76%
79,24%
92.022
351.185
Mampang Prapatan
111.072
79,61%
20,39%
88.426
22.646
Pancoran
171.283
94,35%
5,65%
161.607
9.675
Tebet
162.867
97,66%
2,34%
159.052
3.815
Setiabudi
138.178
99,88%
0,12%
138.019
159
Kebayoran Lama
502.939
94,48%
5,52%
475.187
27.751
Pesanggrahan
355.597
93,02%
6,98%
330.767
24.831
Cilandak
349.817
61,30%
38,70%
214.448
135.369
10
Pasar Minggu
395.602
57,77%
42,23%
228.549
167.053
Jakarta Selatan
1
Taman Sari
151.121
100%
0%
151.121
Tambora
302.841
100%
0%
302.841
Kalideres
484.284
88,29%
11,71%
427.582
56.702
Grogol Petamburan
295.945
100%
0%
295.945
Cengkareng
601.060
97,21%
2,79%
584.286
16.774
Kebon Jeruk
417.452
96,36%
3,64%
402.251
15.201
Kembangan
638.332
99,42%
0,58%
634.654
3.678
Palmerah
271.465
97,60%
2,40%
264.947
6.518
10.533
100%
0%
10.533
14.467
100%
0%
14.467
Jakarta Barat
1
2
Jumlah penduduk yang diprediksi per kecamatan pada tahun 2030 akan terdistribusi seluruhnya
untuk menghuni kawasan perumahan. Dari distribusi tersebut akan di proporsikan ke dalam
zona perumahan KDB sedang-tinggi, zona perumahan vertikal, zona perumahan KDB rendah,
dan zona perumahan vertikal KDB rendah yang merupakan zona yang akan direncanakan
dalam RDTR. Proporsi distribusi penduduk ke dalam zona-zona terbut didasarkan dengan
kondisi eksisting, daya tampung wilayah, dan perkiraan kebutuhan dimasa mendatang. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
IV-85
Tabel IV.87
Proporsi Distribusi Penduduk ke Zona Perumahan di DKI Jakarta
No
Kecamatan
Zona
Perumahan
KDB
SedangTinggi
95.461
No
Zona
Perumahan KDB
Rendah
Zona Perumahan
Vertikal KDB
Rendah
Zona
Perumahan
Pulau
Kecamatan
Taman Sari
Tambora
Zona
Perumahan
KDB
SedangTinggi
148.099
Zona
Perumahan KDB
Rendah
Zona Perumahan
Vertikal KDB
Rendah
Zona
Perumahan
Pulau
3.022
302.841
Kalideres
414.754
12.827
55.001
1.701
77.462
116.193
Grogol Petamburan
290.026
5.919
Menteng
102.888
5.415
Cengkareng
537.543
46.743
16.774
Senen
105.678
5.562
Kebon Jeruk
398.229
12.921
2.280
Cempaka Putih
111.324
2.272
116
5.663
Kembangan
126.931
507.723
2.979
699
Palmerah
256.998
7.948
4.758
1.760
2.475.421
584.183
75.660
23.214
Gambir
Tanah Abang
Johar Baru
121.274
13.475
Kemayoran
189.413
81.177
Sawah Besar
110.797
5.831
10.533
914.296
229.925
116
5.663
14.467
289.382
18.471
Kepulauan Seribu
25.000
99.851
11.095
DKI Jakarta
8.220.532
1.811.028
1.302.394
163.490
25.000
Jakarta Pusat
1
Koja
Kelapa Gading
Tanjung Priok
369.201
7.535
11.009
Pademangan
121.662
18.179
13.815
Penjaringan
233.280
9.720
8.651
4.866
Cilincing
88.722
41.752
4.275
1.202.098
106.752
12.926
29.691
Jakarta Utara
1
Makasar
218.489
2.207
7.565
Pasar Rebo
135.985
75.723
Ciracas
116.118
1.173
150.890
1.524
Cipayung
35.295
357
183.636
1.855
Cakung
163.060
380.473
13.318
Kramat Jati
123.191
13.688
129.447
Pulo Gadung
301.246
12.552
Matraman
201.785
Jatinegara
280.193
31.133
10
Duren Sawit
385.350
42.817
3.430
1.960.711
484.399
564.010
3.379
129.987
55.709
6.121
2.623
91.102
920
347.673
3.512
Jakarta Timur
Jakarta Barat
Kebayoran Baru
Jagakarsa
Mampang Prapatan
70.741
17.685
15.852
6.794
Pancoran
129.286
32.321
1.935
7.740
Tebet
144.738
14.315
1.144
2.670
Setiabudi
69.010
69.010
159
Kebayoran Lama
403.909
71.278
13.876
13.876
Pesanggrahan
297.690
33.077
7.449
17.381
Cilandak
171.558
42.890
121.832
13.537
10
Pasar Minggu
159.984
68.565
133.642
33.411
1.668.004
405.769
649.683
101.544
Faktor pengali 300 diartikan sebagai 400 jiwa/menara rumah susun dan rumah susun taman
Jakarta Selatan
IV-86
Gambir
21.479
955
Jumlah Unit
Rumah
Susun
-
Tanah Abang
17.429
775
290
Menteng
23.150
1.029
14
Senen
25.099
528
14
Cempaka Putih
25.048
1.113
19
14
Johar Baru
30.319
34
Kemayoran
42.618
1.894
203
Sawah Besar
24.929
1.108
15
210.070
7.402
575
19
14
No
Kecamatan
Jakarta Pusat
Rumah
Rumah Flat
Rumah
Taman
-
Rumah Susun
Taman
-
Koja
65.111
2.894
46
Kelapa Gading
17.474
2.996
28
Tanjung Priok
90.454
738
19
28
Pademangan
27.374
1.217
45
35
Penjaringan
46.656
4.666
24
1.442
12
Cilincing
21.072
444
104
712
268.141
12.954
267
2.154
74
Jakarta Utara
1
Makasar
51.891
1.092
1.261
Pasar Rebo
30.597
1.360
12.621
Ciracas
28.449
232
25.148
Cipayung
8.824
30.606
Cakung
36.689
1.631
951
2.220
Kramat Jati
30.798
34
21.574
Pulo Gadung
73.805
15
31
Matraman
50.396
20
Jatinegara
69.698
140
78
10
Duren Sawit
86.704
385
107
572
467.849
4.876
1.211
94.002
Jakarta Timur
1
Kebayoran Baru
30.872
650
139
1.020
Jagakarsa
22.775
57.945
Mampang Prapatan
16.801
354
44
2.642
17
Pancoran
29.089
1.293
81
323
19
Tebet
36.004
72
36
191
Setiabudi
17.080
69
173
27
Kebayoran Lama
95.928
2.020
178
2.313
35
Pesanggrahan
69.213
2.084
83
1.242
43
Cilandak
40.745
858
107
20.305
34
10
Pasar Minggu
39.596
160
171
22.274
84
398.104
7.559
1.014
108.281
254
33.322
1.481
Jakarta Selatan
1
Taman Sari
Tambora
68.139
3.028
Jumlah Unit
Rumah
Susun
-
Kalideres
93.320
4.148
32
9.167
Grogol Petamburan
65.256
2.900
15
Cengkareng
127.667
2.688
117
42
Kebon Jeruk
99.557
2.153
Kembangan
28.559
1.269
1.269
497
Palmerah
57.825
2.570
20
793
573.645
18.084
1.460
12.610
58
No
Kecamatan
Jakarta Barat
Rumah
Rumah Flat
Rumah
Taman
-
Rumah Susun
Taman
4
2.370
3.255
5.625
1.923.433
50.874
Kepulauan Seribu
DKI Jakarta
4.528
217.066
409
Dengan demikian, luas lahan yang dibutuhkan untuk perumahan di DKI Jakarta dapat dilhat
pada tabel dibawah ini.
Tabel IV.89
Perkiraan Luas Lahan Rumah yang Dibutuhkan di DKI Jakarta
No
Kecamatan
Gambir
Tanah Abang
Menteng
Senen
Cempaka Putih
Johar Baru
Kemayoran
Sawah Besar
Jakarta Pusat
1
Koja
Kelapa Gading
Tanjung Priok
Pademangan
Penjaringan
Rumah
Rumah Susun
Taman
214,79
38,18
174,29
30,98
87,14
347,25
41,16
4,06
250,99
21,14
4,17
250,48
44,53
1,70
0,39
4,25
151,59
10,11
426,18
75,77
60,88
249,29
2.064,85
44,32
296,07
4,37
172,44
0,39
4,25
390,67
115,75
13,85
698,95
119,82
8,32
904,54
29,54
5,65
8,26
273,74
48,66
13,63
10,36
933,12
186,62
7,29
28,84
3,65
IV-87
No
6
Kecamatan
Cilincing
Jakarta Utara
1
Makasar
Pasar Rebo
Ciracas
Cipayung
Cakung
Kramat Jati
Pulo Gadung
Matraman
Jatinegara
10
Duren Sawit
Jakarta Timur
1
Kebayoran Baru
Jagakarsa
Mampang Prapatan
Pancoran
Tebet
Setiabudi
Kebayoran Lama
Pesanggrahan
Cilandak
10
Pasar Minggu
Jakarta Selatan
1
Taman Sari
Tambora
Kalideres
Grogol Petamburan
Cengkareng
Kebon Jeruk
Kembangan
Palmerah
Jakarta Barat
1
Kepulauan Seribu
DKI Jakarta
Sumber : Hasil Analisa Data2013
Rumah
Rumah Susun
Taman
842,86
4.043,89
17,74
518,14
31,31
80,06
35,62
64,46
22,27
622,69
43,70
1,66
37,83
458,95
54,39
252,41
568,98
9,29
0,88
502,97
1,14
88,24
0,27
1.224,24
1,39
1.100,66
81,53
285,36
110,98
461,97
10,27
431,49
811,86
0,60
9,41
377,97
0,81
627,28
5,60
23,35
1.387,26
6.505,85
15,41
211,34
32,11
363,30
28,59
2.588,50
2,53
617,44
26,00
41,78
30,60
1,97
341,63
0,69
1.158,91
2,63
336,02
14,15
13,26
132,10
5,10
581,79
51,71
24,24
16,13
9,68
720,07
2,89
10,74
3,81
2,00
341,60
2,76
51,76
1,06
959,28
80,78
53,46
117,94
10,41
761,34
83,35
24,81
49,66
13,04
407,45
34,31
32,17
629,47
10,15
593,94
5.660,56
6,40
302,36
51,42
304,33
445,47
2.585,16
25,06
80,03
333,22
59,24
2,27
681,39
121,14
933,20
165,90
9,62
183,34
1,28
978,84
116,01
4,44
1.276,67
107,51
35,06
12,58
497,79
43,07
1,71
285,59
50,77
380,79
99.314,13
5.241,58
578,25
5.564,94
102,80
723,37
5,96
438,14
15,86
99.556,39
1,32
5.258,46
23,70
32,55
56,25
23.896,34
2.051,28
1.358,27
104.794,90
5.367,54
Alternatif penyediaan lahan perumahan yang dapat dipertimbangkan dalam perencanaan RDTR
dan PZ Jakarta 2030 adalah mengoptimalkan lahan yang tersedia melalui pemanfaatannya
secara multi fungsi sebagai peruntukan campuran. Sama dengan kriteria peningkatan intensitas
IV-88
IV.5.3
No
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik, Lahan di Dki Jakarta pada
tahun 2011 berjumlah 67,165 Ha. Kecamatan Kalideres mempunyai luas lahan kawasan
industri yang paling tinggi yaitu berjumlah 392.22 Ha, dengan jumlah unit 182 unit. Dan
Kecamatan Menteng mempunyai luas lahan kawasan industri terendah 0.22 Ha dengan jumlah
32 unit . Berikut merupakan tabel jumlah luas lahan dan jumlah unit per seluruh administrasi di
DKI Jakarta.
1
2
3
Kecamatan
Cengkareng
Grogol Petamburan
Kalideres
Industri
Pergudangan
Jumlah
326.08
326.08
5.19
1.14
6.33
392.22
392.22
Kebon Jeruk
0.39
6.1
6.49
Kembangan
3.47
3.47
Palmerah
11.76
11.76
Taman Sari
969.74
964.48
1934.22
1.15
1.15
1,710.00
971.72
2681.72
Cempaka Putih
0.42
0.42
Gambir
0.46
0.46
Johar Baru
Kemayoran
1.21
1.17
2.38
0.22
0.22
0.25
15.87
16.12
4
5
6
Tambora
8
Jakarta Barat
2
3
4
5
6
7
Menteng
Sawah Besar
Senen
0.67
0.67
3.01
17.26
20.27
Cilandak
Jagakarsa
4.85
4.85
Kebayoran Baru
Kebayoran Lama
3.45
3.45
Mampang
2.32
2.32
Pancoran
24.08
Tanah Abang
8
Jakarta Pusat
1
2
3
4
5
6
24.08
Pasar Minggu
0.66
0.66
Pesanggrahan
1.98
1.98
Tebet
10
Jakarta Selatan
41.81
41.81
78.49
0.66
79.15
Cakung
969.74
964.48
1934.22
0.24
0.24
7
8
9
1
2
3
4
5
Setiabudi
Cipayung
Ciracas
Duren Sawit
11.59
Jatinegara
4.09
11.59
0.49
7
8
9
4.58
Kecamatan
Pergudangan
Jumlah
12.55
0.33
12.88
Makasar
12.81
7.34
20.15
Matraman
1.15
1.15
2.3
969.74
964.48
1934.22
9.42
19.89
29.31
1,991.33
1,958.16
3949.49
Cilincing
797.17
4.5
801.67
Kelapa Gading
206.24
57.22
263.46
Koja
129.08
174.41
303.49
Pademangan
147.56
12.56
160.12
Penjaringan
322.98
52.97
375.95
239.34
264.28
503.62
565.94
2408.31
Pasar Rebo
Pulo Gadung
10
Jakarta Timur
1
Industri
Kramat Jati
2
3
4
5
Tanjung Priok
6
Jakarta Utara
1,842.37
Kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan bagi pengembangan industry beserta fasiilitas
penunjangnya dengan koefisien dasar bangunan (KDB) maksimal 50% dengan prosentase
luas kawasan di tiap wilayah mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan dan
kecenderungan pengembangan yang terjadi di lapangan. Dengan arahan kebijakan:
-
Penataan kawasan industri dan pergudangan serta perniagaan sebagai bagian integral
dari penataan kawasan pelabuhan.
Pengembangan kawasan industri dan pergudangan dibatasi hanya untuk jenis industri
yang hemat penggunaan lahan, air, dan energi, tidak berpolusi, memperhatikan aspek
lingkungan dan menggunakan teknologi tinggi.
Pengembangan kawasan industri memperhatikan daya dukung transportasi dan
infrastruktur lainnya.
Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana.
Tidak menambah beban saat debit puncak saluran drainase publik.
Tidak mengganggu fungsi lindung.
Sesuai dengan daya dukung lahan setempat.
penataan kawasan industri dan pergudangan sebagai bagian integral dari penataan
kawasan pelabuhan melalui koordinasi dan kerjasama dengan kawasan Bodetabekpunjur;
mengembangkan kawasan industri dan pergudangan dibatasi hanya untuk jenis industri
yang hemat penggunaan lahan, air, dan energi, tidak berpolusi, memperhatikan aspek
lingkungan dan menggunakan teknologi tinggi;
pengembangan industri perakitan di kawasan sekitar Bandara Soekarno Hatta dan
Pelabuhan Tanjung Priok;
mengembangkan Kawasan Ekonomi Strategis di Marunda sebagai bagian integral dari
pengembangan pelabuhan Tanjung Priok;
penataan dan relokasi kegiatan industri kecil dan menengah yang berada di kawasan
permukiman ke kawasan industri di bagian barat dan timur Jakarta; dan
pengembangan kawasan industri memperhatikan daya dukung transportasi dan
infrastruktur lainnya.
IV-89
Tabel IV.91
Asumsi Kebutuhan Lahan Dan Prediksi Jumlah Bangunan Industri Dan Pergudangan
DKI Jakarta pada tahun 2030
No
Lokasi Mayoritas
Kawasan Industri
Barat
Berdasarkan RTRW 2030 pada administrasi Jakarta Pusat pada tahun 2030 tidak
direncanakan untuk pembangunan kawasan industri dan pergudangan. Berdasarkan
perbandingan analisa jumlah bangunan pada tahun 2030 dengan jumlah bangunan eksisting,
terlihat bahwa Jakarta Utara menjadi pusat untuk industri dan pergudangan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Asumsi 1 unit=... Ha
Luas RTRW
(Ha)
Jumlah gedung
prediksi 2030 (unit)
Cengkareng
326.08
180
1.81
213.75
117.99
Grogol Petamburan
6.603
75
0.09
Kalideres
392.22
182
2.16
345.26
160.21
kebon jeruk
56.45
49
1.15
kembangan
1.901
15
0.13
Palmerah
1.562
12
0.13
Taman Sari
3.4
21
0.16
Tambora
1.15
52
0.02
0.07
2.96
789.368
586
5.65
559.08
281.16
cempaka putih
0.42
0.05
gambir
0.46
47
0.01
Johar Baru
11
0.00
kemayoran
2.38
54
0.04
menteng
0.22
32
0.01
sawah besar
8.47
49
0.17
senen
35.00
Tanah Abang
0.67
43.00
0.02
12.62
279.00
0.30
Jakarta Pusat
Kebutuhan lahan industri dan pergudangan yang tertinggi di administrasi Jakarta Utara. Dan
yang terendah berada pada administrasi Jakarta Pusat. Dengan kebutuhan lahan industri yang
tertinggi berada pada Kecamatan Cakung dengan Kebutuhan lahan 22.55 Ha. Dan kebutuhan
lahan yang terendah berada pada Kecamatan Menteng dengan luas 0,01 Ha.
Industri dan
Pergudangan (unit)
Jakarta Barat
Luas (ha)
Cilandak
Jagakarsa
4.85
23.00
0.21
Kebayoran Baru
4.52
kebayoran Lama
3.45
5.00
0.69
Mampang
2.32
3.00
0.77
Pancoran
24.08
25.00
0.96
0.26
0.27
pasar minggu
0.66
2.00
0.33
pesanggrahan
1.98
2.00
0.99
setiabudi
10
tebet
41.81
5.00
8.36
79.15
65.00
969.75
43.00
22.55
Jakarta Selatan
4.78
0.27
1,073.63
47.61
cakung
cipayung
0.24
8.00
0.03
ciracas
117.02
40.00
2.93
195.52
66.83
duren sawit
11.59
23.00
0.50
jatinegara
4.58
10.00
0.46
0.01
0.02
kramat jati
12.88
20.00
0.64
makasar
20.15
3.00
6.72
7.49
1.11
Matraman
1.15
4.00
0.29
2.04
7.08
Pasar Rebo
52.60
28.00
1.88
71.19
37.90
IV-90
No
10
Barat
Pulo Gadung
Jakarta Timur
Luas (ha)
Industri dan
Pergudangan (unit)
Asumsi 1 unit=... Ha
Luas RTRW
(Ha)
Jumlah gedung
prediksi 2030 (unit)
29.31
19.00
1.54
38.04
24.66
1,219.27
198.00
37.54
1,387.90
185.20
cilincing
801.67
159.00
5.04
1,204.54
238.90
kelapa gading
263.46
64.00
4.12
181.88
44.18
koja
303.49
26.00
11.67
147.81
12.66
pademangan
160.12
90.00
1.78
69.16
38.87
penjaringan
375.95
542.00
0.69
407.00
586.76
tanjung priok
503.62
102.00
4.94
892.24
180.71
2,408.31
983.00
28.24
2,902.62
1,102.09
Jakarta Utara
No
Kecamatan
Cengkareng
grogol petamburan
Kalideres
Gedung
Perkantoran
Kantor
Pemerintahan
Luas (hektar)
Ruko
Gedung
Perdagangan
Jumlah
Total
Rukan
41.17
27.41
131.92
173.64
374.14
5.08
14.29
28.98
87.58
0.75
136.68
12.22
4.16
51.46
67.84
Kebon Jeruk
206.34
7.51
46.16
1.02
261.03
Kembangan
40.72
10.56
91.81
143.09
Palmerah
2.49
8.93
2.13
47.7
26.4
87.65
Taman Sari
90.98
4.95
47.39
9.45
152.77
Tambora
1.38
1.87
106.3
24.65
134.2
400.38
79.68
399.85
424.67
52.82
1357.4
5.19
13.88
13.77
29.26
1.4
63.5
135.07
103.57
52.9
19.04
2.65
313.23
Jakarta Barat
1
Cempaka Putih
gambir
johar baru
7.63
0.89
11.6
4.2
0.1
24.42
kemayoran
12.1
18.97
27.23
69.13
5.88
133.31
menteng
17.14
17.14
4.32
79.65
118.25
sawah besar
18.51
25.26
9.33
169.69
5.24
228.03
senen
63.19
33.49
14.08
0.01
110.77
tanah abang
72.37
52.1
37.1
105.45
10.36
277.38
331.2
265.3
170.33
476.43
25.63
1268.89
85.31
32.96
18.37
19.03
3.48
159.15
Jakarta Pusat
1
Cilandak
Kecamatan
Gedung
Perkantoran
Kantor
Pemerintahan
Luas (hektar)
Ruko
Gedung
Perdagangan
Jumlah
Total
Rukan
jagakarsa
129.2
10.16
10.63
15.47
165.46
kebayoran baru
89.35
67.1
36.18
43.87
236.5
kebayoran lama
46.63
64.95
66.32
38.23
0.27
216.4
mampang prapatan
125.5
23.75
2.84
0.09
0.15
152.33
pancoran
2.08
8.19
0.01
5.02
15.3
pasar minggu
11.7
28.68
55.66
60.31
25.26
181.61
pesanggrahan
1.86
5.62
12.45
30.8
0.12
50.85
setiabudi
11.49
80.14
20.37
71.51
5.47
188.98
10
tebet
14.32
56.13
22.52
7.89
1.8
102.66
517.44
377.68
245.35
292.22
36.55
1469.24
25.76
77.06
79.7
3.97
17.48
203.97
Jakarta Selatan
IV.5.4
No
Cakung
cipayung
2.94
278.57
30.6
7.08
0.74
319.93
ciracas
37.67
46.23
15.65
4.94
104.49
duren sawit
73.67
25.43
52.84
151.94
jatinegara
57.75
27.15
14.3
6.47
0.1
105.77
kramat jati
44.99
19.46
2.37
2.03
68.85
makasar
20.14
81.34
41.26
4.59
147.33
matraman
7.8
20.31
6.22
0.08
34.41
pasar rebo
25.76
77.06
79.7
3.97
17.48
203.97
10
pulo gadung
57.5
45.69
19.24
22.73
1.15
146.31
353.98
698.3
341.88
55.78
37.03
1486.97
9.29
16.26
29.67
5.93
0.25
61.4
Jakarta Timur
1
Cilincing
kelapa gading
16.03
36.47
50.91
77.71
25.46
206.58
koja
21.37
12.18
71.75
303.5
408.8
pademangan
28.06
22.68
27.99
57.19
1.88
137.8
penjaringan
48.99
44.47
94.04
104.48
5.78
297.76
tanjung priok
58.06
22.93
30.63
35.79
7.97
155.38
181.8
154.99
304.99
584.6
41.34
1267.72
Jakarta Utara
Kawasan yang terpusat diperuntukkan bagi kegiatan perkantoran, perdagangan dan jasa,
termasuk pergudangan, yang diharapkan mampu mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya
dan memberikan nilai tambah pada suatu kawasan perkotaan dengan intensitas tinggi. Dengan
arahan
-
IV-91
Gambar IV.60
Peta arahan kebijakan Industri dan Pergudangan
Kawasan perkantoran, perdagangan, dan jasa berintensitas tinggi terdapat pada kawasan
yang tingkat pelayanan prasarana dan sarana sesuai standar pelayanan nasional atau
internasional.
Pembangunan kawasan skala besar harus memperhitungkan bangkitan lalu lintas dan
dalam skala tertentu wajib menyediakan sarana dan fasilitas transportasi di dalam
kawasan.
Memperhitungkan sistem tata air di dalam kawasan dan kawasan yang dipengaruhi.
Dapat memadat dalam intensitas yang tinggi mengarah ke suatu pola pengembangan
superblok dengan pola pembangunan mega struktur yang kompak.
Tidak menambah beban saat debit puncak saluran drainase publik.
Tidak mengganggu fungsi lindung.
Sesuai dengan daya dukung lahan setempat.
Lokasi
Kawasan
Perdagan
Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di Kota Administri Jakarta Timur dilaksanakan
berdasarkan arahan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
gan dan
Jasa
Rencana pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di Kota Administrasi Jakarta Utara
dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Kebutuhan lahan Perdagangan dan Jasa yang tertinggi terdapat di Administrasi Jakarta Barat
dengan luas lahan 1,34 ha dan Kebutuhan lahan yang terendah terdapat di administrasi
Jakarta Pusat dengan luas 0,11 Ha. Kecamatan Kebayoran Lama merupakan Kecamatan
yang membutuhkan luas lahan tertinggi yaitu seluas 1,85 ha. Dan Kecamatan Johar Baru
merupakan Kecamatan terendah yang membutuhkan luasan terendah yaitu 0,03 ha.
Tabel IV.93
Luas Analisis Kebutuhan Lahan Kawasan Perdagangan dan Jasa
no
Kecamatan
Luas (ha)
Perdagangan
dan Jasa (unit)
Rata Rata 1
unit=... Ha
Luas
RTRW
Prediksi jumlah
bangunan (unit)
Cengkareng
374.14
2179
0.17
427.2049
2488
Grogol Petamburan
136.68
1087
0.13
143.1441
1138
Kalideres
67.84
1213
0.06
273.4544
4889
Kebon Jeruk
261.03
1383
0.19
195.0633
1033
Kembangan
143.09
1163
0.12
179.5885
1460
Palmerah
87.65
541
0.16
51.63161
319
Taman Sari
152.77
871
0.18
106.229
606
IV-92
Kecamatan
Tambora
Jakarta Barat
Luas (ha)
Perdagangan
dan Jasa (unit)
Rata Rata 1
unit=... Ha
Luas
RTRW
Prediksi jumlah
bangunan (unit)
134.2
1664
0.08
117.2412
1454
1,357.40
1,010.10
1.34
1,493.56
13,387.11
63.5
742
0.09
57.22589
669
Cempaka Putih
Gambir
313.23
2232
0.14
129.5023
923
Johar Baru
24.42
827
0.03
15.07494
511
Kemayoran
133.31
1117
0.12
110.2868
924
Menteng
118.25
1834
0.06
108.3835
1681
Sawah Besar
228.03
1236
0.18
143.2886
777
Senen
110.77
1473
0.08
73.11491
972
Tanah Abang
277.38
2134
0.13
222.6644
1713
1,268.89
11,595.00
0.11
859.54
8,169.07
Jakarta Pusat
1
Cilandak
159.15
987
0.16
140.2331
870
Jagakarsa
165.46
763
0.22
160.9072
742
Kebayoran Baru
236.5
987
0.24
67.01499
280
Kebayoran Lama
216.4
117
1.85
174.801
95
Mampang Prapatan
152.33
1377
0.11
113.4403
1025
Pancoran
15.3
573
0.03
78.3434
2934
Pasar Minggu
181.61
1132
0.16
175.9434
1097
Pesanggrahan
50.85
566
0.09
81.76752
910
Setiabudi
188.98
1123
0.17
251.4092
1494
10
Tebet
102.66
1261
0.08
96.35631
1184
1,469.24
8,886.00
0.17
1,340.22
10,629.73
Jakarta Selatan
1
Cakung
203.97
469
0.43
257.1205
591
Cipayung
319.93
781
0.41
466.0412
1138
Ciracas
104.49
1490
0.07
98.91063
1410
Duren Sawit
151.94
1372
0.11
139.5216
1260
Jatinegara
105.77
1854
0.06
103.2227
1809
Kramat Jati
68.85
1291
0.05
56.97328
1068
Makasar
147.33
576
0.26
142.7218
558
Matraman
34.41
846
0.04
53.69231
1320
Pasar Rebo
203.97
1273
0.16
31.67247
198
10
Pulo Gadung
146.31
897
0.16
172.7691
1059
1,486.97
10,849.00
0.14
1,522.65
10,411.79
61.4
432
0.14
313.6317
2207
Jakarta Timur
Cilincing
1
2
Kelapa Gading
206.58
562
0.37
203.6865
554
Koja
408.8
655
0.62
153.0981
245
Pademangan
137.8
573
0.24
416.7797
1733
Penjaringan
297.76
715
0.42
455.286
1093
Tanjung Priok
155.38
421
0.37
670.1416
1,267.72
3,358.00
0.38
2,212.62
Jakarta Utara
Sumber : analisis 2012
Berdasarkan RTRW 2030 pada administrasi Jakarta Barat pada tahun 2030 merupakan
prediksi yang paling terbanyak yaitu 13387 unit. Berdasarkan perbandingan analisa jumlah
bangunan pada tahun 2030 dengan jumlah bangunan eksisting, terlihat bahwa Jakarta Barat
menjadi pusat untuk perkantoran, perdagangan dan jasa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel IV.94
Prediksi Luas Bangunan Perdagangan dan Jasa di DKI Jakarta tahun 2030
No
Kecamatan
Cengkareng
Grogol Petamburan
Kawasan
Perkantoran
Kawasan
Perdagangan
Kawasan
Kantor KDB
Rendah
Kawasan
Dagang KDB
Rendah
Km2
Ha
2,445,896.14
1,826,152.90
4,272,049.04
427.20
922,594.05
508,847.31
1,431,441.36
143.14
Kalideres
1,933,458.48
470,738.55
330,347.25
2,734,544.28
273.45
Kebon Jeruk
1,355,677.99
548,437.51
46,517.32
1,950,632.82
195.06
Kembangan
1,600,365.04
195,519.87
1,795,884.91
179.59
Palmerah
17,770.33
516,316.07
51.63
Taman Sari
1,062,289.63
1,062,289.63
106.23
7,976.73
1,164,435.23
1,172,411.96
117.24
8,268,750.19
2,722,488.84
14,935,570.07
1,493.56
572,258.86
57.23
1,295,023.36
129.50
8
Tambora
Jakarta Barat
2,781.76
495,763.98
Cempaka Putih
534,326.39
Gambir
Johar Baru
150,749.35
Kemayoran
1,052,431.25
Menteng
1,049,457.65
Sawah Besar
1,432,746.07
139.77
Senen
565,078.81
160,662.67
8
Tanah Abang
Jakarta Pusat
1,928,988.02
8,008,800.90
3,567,466.47
376,864.57
37,932.47
1,295,023.36
150,749.35
15.07
35,075.78
1,102,867.73
110.29
34,377.49
1,083,835.14
108.38
1,432,885.84
143.29
5,407.64
731,149.12
73.11
163.68
297,492.60
2,226,644.30
222.66
176,326.82
410,285.98
8,595,413.70
859.54
985,702.89
1,402,330.56
140.23
1,348,684.69
1,609,071.98
160.91
24,181.33
670,149.90
67.01
15,360.70
Cilandak
416,627.67
Jagakarsa
260,387.29
Kebayoran Baru
587,057.60
Kebayoran Lama
1,186,720.04
561,290.01
1,748,010.05
174.80
Mampang Prapatan
929,632.97
204,769.70
1,134,402.67
113.44
Pancoran
623,153.84
160,280.19
783,434.03
78.34
Pasar Minggu
716,480.96
1,042,952.88
1,759,433.84
175.94
Pesanggrahan
531,649.44
286,025.74
817,675.18
81.77
Setiabudi
2,198,332.13
247,038.66
2,514,092.30
251.41
10 Tebet
Jakarta Selatan
902,746.96
13,258.74
47,557.36
963,563.06
96.36
8,352,788.90
140,891.22
4,908,483.45
13,402,163.57
1,340.22
1,839,673.40
731,531.99
2,571,205.39
257.12
4,660,412.38
466.04
989,106.31
98.91
58,910.97
68,721.51
Cakung
Cipayung
71,759.84
4,588,652.54
1816
Ciracas
494,857.77
487,723.00
7,648.14
Duren Sawit
952,948.51
442,267.29
1,395,215.80
139.52
Jatinegara
881,262.79
141,883.72
1,032,227.35
103.22
9,080.84
6,525.54
IV-93
No
Kecamatan
Kawasan
Perkantoran
Kawasan
Perdagangan
Kawasan
Kantor KDB
Rendah
Kawasan
Dagang KDB
Rendah
Km2
Ha
Kramat Jati
495,610.97
74,121.87
569,732.84
56.97
Makasar
138,597.16
1,288,620.76
1,427,217.92
142.72
Matraman
515,835.97
21,087.17
536,923.14
53.69
Pasar Rebo
111,582.58
205,142.15
316,724.73
31.67
1,305,584.67
422,106.78
1,727,691.45
172.77
15,226,457.31
1,522.65
3,136,316.73
313.63
10
Pulo Gadung
Jakarta Timur
6,807,713.66
9,080.84
8,403,137.27
5,591.17
2,005,621.48
6,525.54
Cilincing
1,125,104.08
Kelapa Gading
1,244,276.59
374,343.15
418,244.99
2,036,864.73
203.69
Koja
638,546.58
68,125.57
824,308.75
1,530,980.90
153.10
Pademangan
2,831,883.78
685,006.47
650,906.59
4,167,796.84
416.78
Penjaringan
3,373,838.63
1,179,021.62
4,552,860.25
455.29
6,398,865.98
302,550.42
6,701,416.40
670.14
22,126,235.85
2,212.62
6
Tanjung Priok
Jakarta Utara
Sumber : analisis 2012
15,612,515.64
5,591.17
4,614,668.71
1,893,460.33
IV-94
Pemanfaatan ruang pada lokasi-lokasi tersebut tetap harus mengacu pada ketentuan dan
arahan pemanfaatan ruang dalam RTRW maupun rencana tata ruang yang lebih detil.
IV.6.2 Persyaratan Pemanfaatan Ruang Bawah Tanah
Setiap orang atau badan yang ingin memanfaatkan ruang bawah tanah harus memenuhi
persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi pemanfaatannya.
1.
Sementara itu, pemanfaatan ruang bawah tanah untuk kawasan perkantoran, perdagangan, dan
jasa dapat dibangun dan dikelola oleh pemerintah, badan hukum swasta dan/atau dengan pola
kemitraan antara pemerintah dan swasta. Hal ini dimaksudkan agar sektor privat dapat ikut serta
dalam mewujudkan tujuan pembangunan DKI Jakarta melalui pemanfaatan ruang bawah tanah.
1.
2.
Pusat kegiatan angkutan masal sebagai fungsi pendukung maupun bagian dari jaringan
aksesibilitas dari terminal/ stasiun ke fungsi peruntukan lainnya
Bagian dari aksesibilitas antar gedung dalam satu kawasan terpadu (superblock).
b.
c.
d.
Pemanfaatan ruang bawah tanah milik privat yang dimanfaatkan untuk kepentingan publik
harus sepengetahuan pemilik hak atas tanah, menjamin keamanan, keselamatan, tidak
terjadinya gangguan terhadap aktifitas, kesehatan, kerusakan sumberdaya lingkungan dan
mengganti kerugian atas kerusakan tanah dan bangunan yang diderita pemegang hak atas
tanah atau pemilik bangunan di atasnya
Sementara itu, pemanfaatan ruang bawah tanah untuk perkantoran, perdagangan dan jasa
diprioritaskan pada lokasi pengembangan kawasan strategis kepentingan ekonomi yang telah
ditetapkan dalam RTRW DKI Jakarta. Seperti tertuang dalam RTRW DKI Jakarta, lokasi
pengembangan kawasan strategis kepentingan ekonomi meliputi:
status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
Ruang bawah tanah milik privat dapat dimanfaatkan untuk kepentingan publik oleh
pemerintah, pemerintah daerah atau badan hukum swasta yang ditunjuk oleh pemerintah
atau pemerintah daerah sebagai pengguna atau pengelola
Untuk pembangunan fasilitas dan utilitas yang digunakan untuk kepentingan publik
diprioritaskan di ruang di bawah tanah kepemilikan public. Sedangkan ruang bawah tanah pada
lahan kepemilikan privat dapat dimanfaatkan untuk kepentingan publik oleh pemerintah,
pemerintah daerah atau badan hukum swasta yang ditunjuk pemerintah atau pemerintah daerah
sebagai pengguna atau pengelola dengan sepengetahuan pemilik hak atas tanah.
a.
Perorangan atau badan hukum yang dapat memiliki izin pemanfaatan ruang bawah tanah
adalah warga negara RI dan perusahaan yang berbadan Hukum Indonesia termasuk
swasta yang bermitra dengan pengusaha asing.
Agar terwujud keterpaduan, keterkaitan dan keserasian dalam pemanfaatan ruang secara
menyeluruh, pemanfaatan ruang bawah tanah harus mengacu pada arahan struktur dan pola
ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta maupun mengacu pada rencana tata
ruang yang lebih detil.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Persyaratan Administrasi
Pemanfaatan ruang bawah tanah pada area publik dapat dimanfaatkan oleh perorangan
atau badan hukum yang telah memiliki Hak Pakai dan Hak Sewa Ruang Bawah Tanah.
2.
Persyaratan Teknis
Membangun ruang bawah tanah pada dasarnya dapat dilakukan dalam metode-metode
berikut:
Membuka ruang bawah tanah dengan menggali permukaan bumi. Metode ini banyak
dilakukan dalam kasus-kasus pembangunan basemen gedung.
Membuka ruang bawah tanah dengan pemboran ke samping pada dinding bukit.
Metode ini banyak dilakukan dalam pembangunan terowongan yang menembus
perbukitan.
Membuka ruang bawah tanah dengan menggali permukaan kemudian dikombinasikan
dengan pemboran ke samping.
IV-95
3.
AMDAL disyaratkan untuk dipenuhi terhadap usaha atau kegiatan yang berdampak kepada
pengubahan bentuk lahan dan bentang alam; eksploitasi sumber daya alam, baik yang
terbarukan maupun yang tidak; proses dan kegiatan yang secara potensial dapat
menimbulkan pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan
kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya; proses dan kegiatan yang
hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial
dan budaya; proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam dan/ atau perlindungan cagar budaya; introduksi jenis
tumbuh- tumbuhan, hewan, dan jasad renik; pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan
non hayati; kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan penerapan teknologi yang
diperkirakan memunyai potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup
Dalam pemanfaatan ruang bawah tanah untuk fungsi kegiatan angkutan masal dan
bangunan pendukungnya termasuk pengembangannya harus mempertimbangkan kondisi
geofisik lokasi pembangunan, kondisi pemanfaatan ruang di atas dan di bawah tanah yang
ada di atas, di bawah dan di sekitarnya, kemudahan aksesibilitas ke dan dari stasiun ke dan
dari kawasan di sekitarnya, gangguan yang ditimbulkan terhadap terselenggaranya fungsi
kegiatan, keserasian dan keandalan bangunan dan gedung di sekitarnya, kelayakan secara
ekonomi, sosial dan teknologi, keselamatan serta keamanan.
Tingkat kedalaman pemanfaatan ruang dalam tanah harus mempertimbangkan kebutuhan,
daya dukung lingkungan dan arahan pengendalian pemanfatan ruang yang dipersyaratkan.
Kedalaman pemanfaatan ruang bawah tanah untuk fungsi perkantoran, perdagangan dan
jasa pada kawasan terpadu harus mempertimbangkan kondisi geofisik lokasi
pembangunan, arahan pengendalian pemanfaatan ruang di lokasi tersebut, efisiensi
pemanfaatan ruang bawah tanah ondisi pemanfaatan ruang di atas dan di bawah tanah
yang ada di atas, di bawah dan di sekitarnya, kemudahan aksesibilitas ke dan dari gedung
bangunan di atasnya, gangguan yang ditimbulkan terhadap terselenggaranya fungsi
kegiatan, keserasian dan keandalan bangunan dan gedung di sekitarnya dan keselamatan
serta keamanan.
Kedalaman pemanfaatan ruang bawah tanah di area peruntukan privat :
Pemanfaatan ruang bawah tanah milik privat diperuntukan hanya untuk fungsi-fungsi yang
menunjang bangunan/gedung diatasnya seperti parkir, gudang, utilitas, area servis dan
ruang komersial secara terbatas. Sedangkan kedalaman pemanfaatan ruang bawah tanah
milik privat yang diijinkan maksimal seluas kebutuhan ruang yang diperhitungkan
berdasarkan: luas pemanfaatan ruang di atas tanah yang diijinkan (sesuai KDB, KDH dan
KLB), ketentuan teknis tentang penyediaan parkir, gudang, utilitas, area servis yang berlaku
dankebutuhan luas ruang tambahan yang tidak dapat dipenuhi di atas tanah untuk fungsifungsi penunjang.
Persyaratan keandalan bangunan ruang bawah tanah juga harus dipenuhi sebagai salah
satu persyaratan teknis. Persyaratan keandalan meliputi persyaratan keamanan,
keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
d.
e.
sumber daya alam dan sumber daya buatan sebagaimana telah disampaikan di atas.
Intensitas kegiatan yang tinggi akan membutuhkan sumber daya dalam jumlah besar yang
mungkin tidak sesuai dengan ketersediaannya.
Dampak yang mungkin timbul dari kegiatan yang akan dikembangkan terhadap lingkungan
sekitar dan kawasan lain dalam satu ekosistem, baik dampak lingkungan maupun dampak
sosial. Hal ini dimaksudkan agar pengelola kagiatan yang memanfaatkan lahan dapat
menyusun langkah-langkah antisipasi untuk meminimalkan dampak yang timbul.
Alternatif metoda penanganan dampak yang tersedia untuk memastikan bahwa dampak
yang mungkin timbul oleh kegiatan yang akan dikembangkan dapat diselesaikan tanpa
mengorbankan kepentingan lingkungan, ekonomi, dan sosial-budaya masyarakat.
Setiap orang/badan yang akan melaksanakan pembangunan pada ruang bawah tanah dengan
luas lebih dari 500 m , dan kedalaman dasar bangunan lebih dari 10 m yang dapat
mempengaruhi kondisi geologi, harus menyusun dokumen teknis kondisi geologi secara detail
yang berisi data litologi, struktur geologi, geologi teknik dan hidrogeologi, sebagai dasar
diterbitkannya rekomendasi teknis geologi ruang bawah tanah yang akan dibangun.
Badan atau perusahaan yang ingin membangun perkantoran atau fasilitas perdagangan dan
jasa harus memiliki Surat Persetujuan Prinsip Pembebasan/Pemanfaatan Lahan dan Surat Izin
Penunjukan Penggunaan Tanah (SIPPT) serta melakukan kewajiban pembangunan dan
penyerahan prasarana lingkungan, fasilitas umum dan fasilitas sosial sesuai yang ditetapkan
dalam dokumen.
Perseorangan atau badan usaha (pihak privat) yang ingin memanfaatkan ruang bawah tanah
harus memiliki Izin Prinsip, Izin Lokasi dan Izin Mendirikan Bangunan.
Izin Prinsip merupakan izin yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk diberikan kepada
pengusaha atau badan usaha yang akan melakukan suatu usaha atau melakukan investasi di
ruang bawah tanah. Jenis usah ayang harus mengajukan izin prinsip antara lain usaha
transportasi, pertokoan, perkantoran dan tempat kerja, bengkel dan pergudangan.
kompensasi dalam pemanfaatan ruang bawah tanah. Sedangkan pemberian insentif dan
pengenaan disinsentif pemanfaatan ruang bawah tanah dilakukan sesuai ketentuan insentif dan
disinsentif yang diatur dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta. Pemberian insentif dan pengenaan
disinsentif secara operasional dikoordinasikan oleh SKPD/UKPD yang terkait.
IV.6.6 Sanksi
Di dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang bawah tanah harus ada upaya untuk mengambil
tindakan agar pemanfaatan ruang yang direncanakan dapat terwujud berupa penertiban. Dalam
penertiban ini maka diberlakukan bentuk sanksi, yakni sanksi administratif, sanksi perdata dan
sanksi pidana.
Beberapa hal yang terkait dengan sanksi administratif antara lain adalah : pembatalan ijin yang
diperoleh, pencabutan atas hak membangun.
Izin mendirikan bangunan sebagaimana adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah
daerah kecuali untuk bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah kepada pemilik
bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau
merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis
yang berlaku.
Mekanisme insentif dan disinsentif merupakan salah satu perangkat pengendalian pemanfaatan
ruang diperlukan untuk mewujudkan tertib tata ruang. Ketentuan pemberian insentif adalah
ketentuan yang mengatur tentang pemberian imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan
pemanfaatan ruang bawah tanah yang sejalan dengan rencana tata ruang. Ketentuan
pemberian disinsentif adalah ketentuan yang mengatur tentang pengenaan bentuk-bentuk
Pembinaan
Pembinaan pemanfaatan ruang bawah tanah bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan
efektivitas penyelenggaraan pemanfaatan ruang bawah tanah; meningkatkan kapasitas dan
kemandirian pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan pemanfaatan ruang bawah
tanah; dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pemanfaatan
ruang bawah tanah.
Izin Lokasi / Penetapan Lokasi yaitu Izin / persetujuan yang diberikan oleh Pemerintah daerah
kepada orang atau Badan Usaha guna memperoleh tanah untuk kegiatan investasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, mengandung 3 (tiga ) unsur atau fungsi yaitu fungsi tata ruang,
fungsi perolehan tanah dan fungsi investasi. Dalam pemanfaatan ruang bawah tanah, izin lokasi
harus dimiliki perseorangan/ badan usaha yang ingin memanfaatkan ruang bawah tanah untuk
Perkantoran dan perdagangan jasa.
Sanksi administratif ini dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat pada
terhambatnya pelaksanaan program pemanfaatan ruang.
Sanksi perdata : berupa pengenaan denda, pengenaan ganti rugi dan lain-lain. Sanksi
perdata ini dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang yang berakibat terganggunya
kepentingan seseorang. Kelompok orang atau badan hukum.
Sanksi pidana dapat berupa tindakan penahanan atau kurungan. Sanksi pidana dikenakan
atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat terganggunya kepentingan umum.
2.
Pengawasan
Pengawasan adalah tindakan hukum administrasi yang dilakukan pemerintah atau
pemerintah daerah untuk mengetahui ada atau tidaknya pelanggaran. Pengawasan
mempunyai dua dimensi, yaitu internal dan ekternal. Pengawasan ekternal ditujukan untuk
IV-97
IV-98
DKI Jakarta dengan luas area 650 km2 hanya memiliki satu bandara yaitu Bandara Halim
Perdana Kusuma, sedangkan dua bandara lain yang berada di sekitar DKI Jakarta seperti
Bandara Pondok Cabe dan Bandara Internasional Soekarno Hatta yang mempengaruhi ruang
udara di Wilayah DKI Jakarta. Pada suatu daerah atau kota yang memiliki atau berdekatan
dengan bandar udara (bandara), terdapat ketentuan yang membatasi ketinggian bangunan yang
disebut Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP). Pengertian bangunan di sini dapat
berupa gedung bertingkat (hotel, apartemen, kondominium, dsb.), tiang listrik tegangan tinggi atau
menara telekomunikasi (tower). Benda tumbuh dapat berupa gunung, bukit, pepohonan, dsb.
Benda yang dapat berpindah, misalnya crane yang dipergunakan dalam pembangunan gedung
bertingkat.
Pada KKOP tidak dibenarkan adanya bangunan atau benda tumbuh baik yang tetap (fixed)
maupun yang dapat berpindah (mobile) yang lebih tinggi dari batas ketinggian yang
diperkenankan sesuai dengan Aerodrome Reference Code (Kode Referensi Landas Pacu) dan
Runway Clasification (Klasifikasi Landas Pacu) dari suatu bandar udara. Hal ini berarti pada areaarea yang terpengaruh oleh Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP), tidak
dibenarkan adanya bangunan atau benda tumbuh yang lebih tinggi dari batas ketinggian yang
diperbolehkan sesuai aturan yang berlaku.
Adapun KKOP di sekitar Bandara Udara terdiri dari:
a. Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas
b. Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan
c. Kawasan Di Bawah Permukaan Horizontal Dalam
d. Kawasan Di Bawah Permukaan Horizontal Luar
e. Kawasan Di Bawah Permukaan Kerucut
f. Kawasan Di Bawah Permukaan Transisi
g. Kawasan sekitar Penempatan Alat Bantu Navigasi Penerbangan
Yang sangat perlu diatur ketinggian menaranya adalah menara yang terletak pada 4 (empat)
kawasan yang paling kritis terhadap adanya halangan (obstacle), di mana ketinggian menara
tidak boleh melebihi batas ketinggian maksimum relatif terhadap ketinggian landas pacu bandara,
4 kawasan tersebut meliputi :
a. Kawasan Pendekatan dan Lepas landas, ketinggian menara maksimum 45 meter
b. Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan, ketinggian menara maksimum 45 meter
c. Kawasan di Bawah Permukaan Transisi, ketinggian menara maksimum 45 meter
d. Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Dalam, ketinggian menara maksimum 45 meter
Berikut adalah gambar pengaruh KKOP di Wilayah DKI Jakarta pada 3 lokasi Bandara di DKI
Jakarta dan sekitarnya :
IV-99
IV-100
Dalam Perda Nomor 1 Tahun 2012, diperlihatkan hasil analisis terkait dengan persebaran
kawasan rawan bencana yang ada di DKI Jakarta. Kawasan rawan bencana tersebut dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar IV.64 Peta Kawasan Rawan Bencana
Pejalaran gempa pada permukaan tanah berbeda-beda tergantung pada kondisi geologis yang
menyusun tanah tersebut. Kecepatan penjalaran tersebut dipetakan dalam Peta Mikrozonasi
Gempa. Untuk Jakarta dari Peta Mikrozonasi yang ada dapat dilihat bahwa bagian utara dan
bagian barat Jakarta memiliki resiko kerusakan akbiat gempa yang lebih tinggi dibanding
wilayah lainnya. Hal yang sama juga terlihat dari resiko terjadinya likuifaksi jika terjadi Gempa.
Bagian utara Jakarta memiliki resiko mengalami likuifaksi yang lebih tinggi dibanding daerah
lainnya.
Hasil studi JBIC tahun 2007 menyatakan bahwa terdapat tiga kemungkinan (contoh) pusat
Gempa Bumi yang dapat menjadi bencana bagi Jakarta, yaitu:
Gempa yang berpusat di samudra Hindia pada kedalaman dengan jarak dari Jakarta sekitar
258 km, kedalama 30 km dan kekuatan 8,1 skala righter. Gempa ini berlokasi dan
mempunyai kekuatan (magnitude) yang sama dengan gempa yang terjadi pada tahun 1903.
Gempa yang diakibatkan adanya fault yang masih aktif, dengan lokasi disekitar Sukabumi.
Pusat gempa ada pada jarak 77 km dari Jakarta dengan kedalaman 40 km dan kekuatan
6,3 skala righter. Gempa ini jika terjadi akan berlokasi dan memilik magnitude yang sama
dengan Gempa Sukabumi tahun 1900.
Gempa aktif fault yang masih belum diketahui yang tepat berada dan mengarah ke Jakarta.
Jarak pusat gempa adalah 4 km dari Jakarta dengan kedalaman 40 km dan magnitude 6,3
skala righter.
IV-101
kurang kooperatif serta cenderung destruktif. Data dari Dinas Kebakaran DKI Jakarta sepanjang
2007 menunjukkan terjadi 853 kejadian kebakaran di seluruh ibukota. Sejumlah 469 kasus
terjadi karena listrik dan 92 kasus karena kompor meledak. Akibat peristiwa kebakaran itu
tercatat korban jiwa 15 orang sementara luka-luka 57 orang. Luas area yang terbakar selama
2007 yaitu 367.948 meter persegi dengan kerugian mencapai Rp 162 miliar. Sebagian besar
kasus terjadi pada malam hari yaitu 279 kasus dan 220 kasus pada pagi hari. Sepanjang tahun
2009 hingga 25 Februari 2009, Dinas Pemadam Kebakaran telah menangani 87 kasus
kebakaran di DKI Jakarta dengan korban meninggal dunia sebanyak 10 orang. Jika
dibandingkan pada tahun 2008 jumlah kasus kebakaran ini menurun. Pada ahun 2008 tercatat
dari Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 tercatat 818 kasus kebakaran dengan korban
jiwa sebanyak 14 meninggal dan 36 luka-luka.
IV.8.4 Banjir
Setiap kali musim penghujan datang warga ibukota menyambutnya dengan rasa waswas.
Mereka khawatir jika sewaktu-waktu air meluap hingga menggenangi daerah tempat tinggalnya.
Bayang-bayang ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh banjir membuat warga menjadi resah.
Keresahan ini tak hanya dirasakan golongan masyarakat bawah saja, beberapa kawasan elit
pun sudah merasakan sulitnya melakukan aktivitas dikala banjir tiba.
Air tak selalu datang saat satu wilayah mengalami hujan lebat saja, dalam cuaca mendung dan
sedikit hujan sekalipun ada daerah yang tiba-tiba mengalami banjir. Ini bisa terjadi karena
hujan yang terjadi di daerah hulu menyebabkan luapan air bergerak ke arah yang lebih rendah.
Masyarakat Jakarta menyebut ini sebagai banjir kiriman.
Letak Kota Jakarta yang berada di dataran rendah menyebabkan warga ibukota ini tidak bisa
menjauh dari masalah air. Apalagi sejarah mencatat bahwa genangan dalam jumlah besar tak
hanya terjadi dalam beberapa dekade ini saja. Ratusan tahun lalu banjir juga sudah dirasakan
warga Jakarta. Banjir yang terjadi berulang-ulang, menyebabkan warga harus sadar bahwa
mereka harus selalu siap siaga untuk menghadapinya.
a.
Masalah Banjir
Jakarta dan juga beberapa kota besar lainnya di Indonesia berada pada dataran rendah di
daerah pantai (coastal zone). Selain itu, wilayah Jakarta juga dilalui sungai yang
mempunyai daerah tangkapan (catchment area) luas. Akibatnya, daerah ini menjadi rentan
genangan pada waktu musim hujan. Banjir yang berulang di daerah perkotaan yang padat
penduduknya, menyebabkan beragam persoalan. Seperti ketidaknyamanan, kemacetan,
gangguan kesehatan, kehilangan harta benda, terhambatnya kegiatan ekonomi dan
sebagainya.
Belakangan banjir dengan skala besar sering sekali dialami Jakarta , seperti yang terjadi
tahun 1996, 2002 dan 2007. Akankah banjir seperti ini berulang kembali ? Melihat kondisi
yang ada serta kecenderungan statistik hydrograph, bisa diprediksi bahwa kejadian
semacam itu pasti akan berulang.
Bahkan kondisinya bisa lebih buruk jika memperhitungkan penurunan muka tanah yang
terjadi dan kenaikan muka air laut. Seperti diketahui setiap tahun, muka tanah di Daerah
Khusus Ibukota (DKI) Jakarta terus menerus mengalami penurunan. Masih ditambah lagi
permasalahan
laju pertambahan penduduk, urbanisasi, pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan yang terus berlangsung. Ini tentu menyebabkan kerugian akibat banjir terus
meningkat.
IV-102
Jika curah hujan tinggi, air tidak langsung bisa dibuang ke laut, genangan memang sulit
bisa dicegah di daerah daratan, terutama di wilayah yang berbatasan dengan pantai.
Biasanya hal ini diperparah jika tinggi muka air laut meningkat pada saat itu. Karena
menyebabkan air semakin sulit untuk mengalir ke laut.
Sebagai catatan untuk banjir-banjir besar di Jakarta dalam beberapa tahun belakangan ini,
banjir tidak dipengaruhi oleh naiknya muka air laut. Tahun 1996, 2002 dan 2007 air pasang
ternyata tidak terlalu tinggi. Memang khusus untuk tahun 2002 air pasang sedikit lebih
tinggi, satu atau dua hari sebelum terjadi banjir.
d.
Sangat ringan
Ringan
Sedang
Lebat
Sangat lebat
< 5 mm
5 mm 20 mm
21 50 mm
51 100 mm
> 100 mm
Sering dilanda banjir pemerintah Belanda merasa perlu untuk mulai mengelola air secara
serius. Tahun 1918 Pemerintah Belanda mulai membangun bendungan. Saat itu yang
dibangun adalah
Bendungan Hilir, Jago dan Udik. Selanjutnya karena semakin
kompleksnya masalah air yang melimpah, memaksa Pemerintahanan Kolonial membangun
Banjir Kanal Barat (BKB), maksudnya agar air yang terkumpul bisa langsung dibuang ke
laut. BKB ini, dibangun mulai dari Pintu Air Manggarai sampai Muara Angke pada tahun
1922.
Jika melihat kecenderunganya maka pada bulan Januari dan Februari adalah waktu dimana
curah hujan yang turun benar-benar memuncak. Di bulan-bulan itu bisa mencapai sekitar
500 milimeter bahkan banyak juga yang melebihi angka itu. Beberapa banjir besar terjadi
pada kedua bulan tersebut, seperti yang terjadi tahun 2002 dan tahun 2007 lalu.
Banjir di Jakarta memang bukan semata-mata akibat curah hujan di daerah tersebut. Air
yang berasal dari hulu (Selatan) lebih banyak berperan dalam mengenangi Jakarta.
Kenyataannya curah hujan bulan di daerah hulu lebih tinggi dibandingkan daerah hilir
(Utara). Dalam diagram dibawah ini bisa dilihat bahwa curah hujan di Selatan selalu lebih
tinggi setiap bulannya dibandingkan Jakarta.
Gambar IV.67 Curah Hujan Bulanan di Utara di Selatan Jakarta
Klasifikasi
Meski sudah dibangun BKB, bukan berarti persoalan banjir di Jakarta bisa langsung
diselesaikan. Januari 1932 lagi-lagi banjir besar melumpuhkan Kota Jakarta. Ratusan
rumah di kawasan Jalan Sabang dan Thamrin digenangi air. Saat pemerintahan beralih ke
Republik Indonesia masalah banjir di Jakarta pun tak kunjung bisa diselesaikan.
e.
Setelah itu hampir setiap tahun terjadi banjir. Bahkan Tahun 1994, meluapnya Sungai
Cipinang dan Sungai Sunter mengakibatkan banjir di daerah Pulo Gadung, Jl. Perintis
Kemerdekaan, Kampung Kayu Putih, Komplek Perhubungan Jati Rawamangun, Cipinang
Jaya termasuk Jalan Panjaitan. Bahkan Perumahan Sekretaris Negara RI, Jalan Bekasi
Timur dan Jatinegara Pulo juga tergenang. Total kawasan yang terkena banjir sekitar 800
hektar. Kedalaman genangan air antara 40 sampai 100 sentimeter.
IV-103
Curah hujan ekstrim terjadi tanggal 2 Februari dimana kala itu ketinggian Kali Ciliwung
mencapai puncaknya. Sampai tanggal 4 Februari banjir menggenangi permukiman seluas
10.000 hektar. Secara umum dampak banjir tahun 2002 ini dua kali lipat dari banjir 1996.
Kedalaman genangan pada beberapa tempat bahkan mencapai 4 meter. NEDECO,
menyimpulkan bahwa puncak banjir Kali Ciliwung disebabkan oleh hujan lebat di bagian
tengah DAS (sepanjang alur Depok-Manggarai) dan menyebabkan banjir dengan periode
ulang 20 tahun.
Banjir besar di Jakarta tahun 2002 juga menunjukan bahwa curah hujan tahunan pada
masa itu cukup tinggi. Jika dilihat rata-ratanya mencapai 2.288,9 milmeter. Ini jauh lebih
tinggi dari rata-rata curah hujan tahun 1997 yang
hanya 924,5 milimeter. Juga
dibandingkan dengan curah hujan rata-rata tahun 2001.
Gambar IV.68 Tinggi Muka Air Sungai Ciliwung di Depok Saat Banjir 2002
350
f.
300
250
200
150
100
30-01-2002 00:00
01-02-2002 00:00
03-02-2002 00:00
05-02-2002 00:00
date
IV-104
1100
1000
900
800
700
600
30-01-2002 00:00
01-02-2002 00:00
03-02-2002 00:00
05-02-2002 00:00
date
h.
Banjir ini terjadi karena melimpasnya air di daerah hilir Sungai Ciliwung dan beberapa
sungai lainnya. Luapan air pertama kali terjadi tanggal 2 Pebruari 2007 disebabkan hujan
yang sangat lebat di Jakarta. Saat itu ketinggian air di Sungai Ciliwung mencapai sekitar 9,5
meter. Banjir hari itu bukan berasal dari daerah hulu, sebab ketinggian air di Katu Lampa
dan Depok tidak mengkhawatirkan.
Dua hari kemudian tanggal 4 Pebruari hujan lebat terjadi daerah hulu, saat itu ketinggian
air di Katu Lampa sudah menunjukan tanda-tanda akan meluap. Meski hujan di Jakarta
tidak sebesar dua hari sebelumnya, akan tetapi banyaknya air dari daerah hulu tidak
mampu ditampung di daerah hilir Ciliwung, saat itu tinggi air mencapai lebih dari 10,5
meter. Banjir pada tanggal 4 Pebruari tersebut lebih banyak disebakan oleh curah hujan
yang tinggi di daerah hulu Katu Lampa dan Depok.
IV-105
400
Citeko
Darmaga
Gunung Mas
350
300
250
200
150
100
50
0
01-feb
02-feb
03-feb
04-feb
05-feb
06-feb
07-feb
08-feb
09-feb
date
i.
Dari beberapa kejadian banjir besar yang terjadi tahun 1996, 2002 dan 2007, ada beberapa
catatan yang bisa kita ambil berkaitan dengan masalah hidrologi maupun karakter cuaca.
Gambar IV.73 Curah hujan di sembilan stasiun di daerah Jakarta musim banjir 2007
rainfall (mm/day)
400
Priuk
Pbno
HLM
Cengkareng
Tambun
350
300
BMG
Cileduk
Depok
Kedoya
250
200
150
100
Bulan Januari dan Pebruari adalah bulan dengan curah hujan tinggi yang berpotensi
menyebabkan terjadinya banjir.
Banjir di Jakarta sering disebabkan karena hujan dengan kapasitas besar terus
menerus turun. Hujan yang hanya turun sekali biasanya tak sampai membuat Kali
Ciliwung melimpas.
Hujan besar sebelumnya bisa memabah masalah pada hujan besar berikutnya. Ini
terlihat dalam kasus banjir tahun 2002. Curah hujan awal Januari membawa banyak
material dan menyebabkan terjadinya sedimentasi di dasar sungai. Akibatnya ketika
hujan yang sama kembali muncul tanggal 31 Januari, banjir sulit dielakan.
Tinggi muka air laut tidak mempengaruhi banjir yang terjadi tahun 1996 , 2002 dan
2007.
Banjir tahun 2002 dan 2007 disebabkan oleh curah hujan ektrim yang turun lebih dari dua
hari. Hal ini menyebabkan tinggi muka air Sungai Ciliwung di daerah Manggarai mencapai
puncaknya. Untuk tahun 2007 sekaligus terjadi kombinasi penyebaba banjir akibat hujan di
daerah hulu dan dan daerah hilir.
50
0
01-feb
02-feb
03-feb
04-feb
05-feb
06-feb
07-feb
08-feb
date
09-feb
j.
membuang air secara gravitasi. Banjir/genangan pada daerah ini menjadi parah apabila
hujan lebat dan pasang tinggi datang secara bersamaan. Faktor yang berpengaruh
terhadap banjir/genangan di daerah ini adalah:
Jakarta Flood Study Team pada tahun 2007, memperkirakan bahwa adanya kombinasi
antara siklus pasang tertinggi air laut yang berulang setiap 18,6 tahun, amblesan tanah, dan
dampak pemanasan global akan mengakibatkan potensi pasang berikut badainya yang
selanjutnya akan menyebabkan muka air akan berada 1 meter di atas tanggul eksisting
tahun 2025 nanti. Hal ini tentu perlu diantisipasi sejak awal.
k.
Sedangkan mekanisme banjir sistem mikro terutama disebabkan kapasitas saluran yang
terbatas atau tereduksi kapasitasnya akibat beberapa hal:
Jika kita melihat dari sejarah yang sudah diuraikan diatas, banjir sudah terjadi sejak jaman
kolonial Belanda, hampir empat abad yang lalu. Ini artinya di saat jumlah penduduk Jakarta
masih sedikit, banjir pun sudah terjadi di Jakarta. Dalam dekade terakhir, ternyata banjir
semakin sering dialami.
Melihat kecenderungan banjir di Jakarta yang semakin sering serta semakin banyak
daerah yang tergenang, memberikan indikasi bahwa penyebab banjir semakin beragam.
Dimana satu dan lain penyebab saling menguatkan sehingga potensi terjadinya genangan
semakin besar.
Kenyataan ini tentu membuat tantangan dalam menghadapi banjir yang akan datang
menjadi lebih berat lagi. Permasalahan terus menerus bertambah sementara penyelesaian
yang diambil sangat terbatas. Untuk itu sebelum melangkah lebih jauh perlu dilakukan
identifikasi permasalahan banjir tersebut. Uraian berikut akan menampilkan situasi umum
yang mengarah pada permasalahan banjir yang terjadi di Jakarta.
l.
Fenomena banjir
Melihat beberapa kali banjir di Jakarta, luapan air selalu didahului meluapnya salauransaluran yang ada. Ini berarti saluran tersebut tak bisa menjalankan fungsinya dengan baik,
karena berbagai penyebab. Secara umum banjir di Jakarta disebabkan oleh tiga
mekanisme, yaitu :
Sistem makro: air dari hulu yang dibawa melalui sungai meluap.
Sistem sub makro: banjir yang disebabkan oleh tertahannya air hujan di bagian kota
yang lebih rendah, umumnya di daerah yang garis konturnya di bawah MSL +6.0.
Sistem mikro: banjir di jalanan kota yang diakibatkan oleh tersumbatnya saluran/got
oleh sampah yang menumpuk atau kapasitas saluran yang tidak memadai..
Pada mekanisme banjir sistem makro, banjir disebabkan karena meluapnya air sungai
akibat debit air melebihi kapasitas daya tampung sungai. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor berikut:
Pada mekanisme banjir sistem sub makro terutama terjadi pada bagian utara wilayah
Jakarta dimana wilayahnya lebih rendah dari muka air laut. Daerah seperti ini tidak dapat
6)
a)
7)
b)
c)
d)
2.
Ketinggian bangunan
Suatu kawasan yang mempunyai pola sifat lingkungan dengan kepadatan penduduk,
aktivitas ekonomi dan nilai tanah yang tinggi, dapat diberikan ketinggian bangunan yang
lebih tinggi dibandingkan kawasan lain dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor:
a)
b)
c)
Ketinggian bangunan sangat tinggi dimungkinkan pada lokasi-lokasi tengeran kota, sentra
primer dan kawasan strategis yang telah memiliki nilai KLB tinggi,
3.
2)
3)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
1)
2)
3)
4)
berada di pusat kegiatan primer, pusat kegiatan sekunder, dan kawasan strategis
provinsi kepentingan ekonomi;
berada pada kawasan campuran (mix use) yang diarahkan untuk menjadi kawasan
terpadu kompak (compact) dengan pengembangan konsep transit oriented
development (TOD);
berada pada lokasi kawasan yang memiliki fungsi sebagai fasilitas parkir
perpindahan moda (park and ride); dan,
berada pada lokasi pertemuan angkutan umum massal.
Zona TPZ bonus diberikan sebagai kompensasi menyediakan fasilitas publik, meliputi :
1)
2)
3)
4)
5)
berada pada kawasan campuran (mixed use) yang diarahkan untuk menjadi
kawasan terpadu kompak (compact) dengan pengembangan konsep transit oriented
development (TOD);
berada di pusat kegiatan primer dan pusat kegiatan sekunder; dan,
berada pada kawasan yang memiliki Urban Design Guideline (UDGL).
zona TPZ Pengalihan hak membangun atau TDR dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
Beberapa teknik pengaturan zonasi diterapkan pada kawasan tertentu berdasarkan pola
sifat lingkungan, misalnya pada kawasan yang mempunyai pola sifat lingkungan dengan
kepadatan penduduk tinggi, aktivitas ekonomi tinggi dan nilai tanah yang tinggi diterapkan
teknik pengaturan zonasi sebagai berikut:
Zona TPZ (teknik pengaturan zonasi) bonus diarahkan pada lokasi (berdasarkan
pertimbangan pola sifat lingkungan) yang meliputi :
menyediakan jalur dan meningkatkan kualitas fasilitas pejalan kaki yang terintegrasi
dengan angkutan umum; dan
menyediakan jalur sepeda yang terintegrasi dengan angkutan umum.
7)
pengalihan hak membangun berupa luas lantai bangunan dari satu sub zona ke sub
zona lain yang sama dalam satu blok perencanaan;
hak membangun yang dapat dialihkan berupa luas lantai dari selisih batasan KLB
yang ditetapkan dalam peraturan zonasi dengan KLB yang telah digunakan dalam
perpetakan/persil;
penerima pengalihan luas lantai bangunan maksimum 50 % (lima puluh persen) dari
KLB yang ditetapkan di lahan perencanaan dimaksud;
pengalihan luas lantai bangunan hanya dilakukan maksimum 1 (satu) kali;
terhadap lahan-lahan yang telah melakukan pengalihan luas lantai bangunan dan
menerima pengalihan luas lantai bangunan tidak dapat memperoleh pelampauan
KLB;
dalam hal suatu lahan perencanaan telah melakukan pengalihan luas lantai
bangunan kemudian ditetapkan KLB baru bagi lahan perencanaan itu, maka selisih
nilai KLB tersebut tidak dapat dialihkan;
pengalihan luas lantai bangunan dapat dilakukan pada zona atau sub zona dalam
suatu area perencanaan terpadu dan kompak atau superblok, dengan ketentuan
meliputi:
dua kepemilikan lahan dengan dua lahan perencanaan efektif yang berbeda
dalam satu blok, dengan kesepakatan kedua belah pihak yang dituangkan
dalam akte notaris;
pada lahan perencanaan superblok yang telah memiliki panduan Rancang
Kota/UDGL, pengalihan nilai KLB harus menetapkan kembali Panduan Rancang
Kota/UDGL; dan
pengalihan nilai KLB antar lahan perencanaan ditetapkan oleh Gubernur atau
Pejabat yang ditunjuk.
g. Sangat tinggi
Berdasarkan peta tersebut, kepadatan yang sangat tinggi diarahkan di sekitar Pusat yang
meliputi Kecamatan Kemayoran dan Kecamatan Cempaka Putih serta di sekitar Jakarta Barat
yang meliputi Kecamatan Tambora dan Kecamatan Palmerah. Sedangkan kawasan yang
memiliki tingkat kepadatan sangat rendah terdapat di sebagian Jakarta Selatan, Jakarta Timur
dan Jakarta Utara, selebihnya merupakan kawasan yang memiliki kepadatan beragam, mulai
dari rendah, menengah rendah, menengah, menengah tinggi, dan kepadatan tinggi.
Gambar IV.76 Peta Struktur Ruang RTRW DKI Jakarta 2030
Peta di atas menggambarkan proyeksi kepadatan penduduk Provinsi Jakarta pada Tahun 2030,
yang dibagi menjadi 7 kriteria yang terdiri dari:
a. Sangat rendah
: < 50 jiwa/Ha
b. Rendah
: 50 100 jiwa/Ha
c. Menengah rendah
d. Menengah
e. Menengah tinggi
f.
Tinggi
Dari Peta Kepadatan Penduduk tahun 2030 kita dapat melihat konsentrasi kepadatan penduduk
di tiap kecamatan. Sedangkan dari Peta Rencana Struktur Ruang RTRW DKI Jakarta Tahun
2030, dapat terlihat konsentrasi pusat-pusat kegiatan yang terdiri atas pusat kegiatan primer dan
pusat kegiatan sekunder. Berdasarkan peta di atas, kawasan pusat kegiatan pada umumnya
IV-109
Bagian tengah Jakarta diarahkan sebagai kawasan padat karena kondisi saat ini telah dipadati
oleh berbagai aktivitas yang kompleks, sehingga pada tahun 2030 tetap dipertahankan sebagai
kawasan padat. Kawasan khusus di bagian paling utara Jakarta yaitu area reklamasi yang di
dalamnya terdapat Pusat Kegiatan Primer Kawasan Tengah Pantura.
Peta Kepadatan Penduduk dan Struktur Ruang DKI Jakarta kemudian di superimpose, untuk
memperoleh Pola Sifat Lingkungan, yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengendalikan
kepadatan bagunan, yang digambarkan dalam peta sebagai berikut :
Gambar IV.77 Peta Pola Sifat Lingkungan
Kawasan yang diarahkan sangat padat difokuskan di dua lokasi yaitu Kawasan Sentra Barat dan
kawasan Sentra Timur, karena arahan pengembangan Provinsi DKI Jakarta 30 tahun ke depan
diarahkan di bagian barat dan timur melalui Kawasan Sentra Timur. Sedangkan kawasan tidak
padat diarahkan di bagian selatan jakarta, namun karena di sekitar Cilandak memiliki
perkembangan kawasan yang cukup tinggi sehingga hanya dapat ditahan perkembangannya.
Dari bagian selatan ke atas menuju bagian pusat diarahkan sebagai kawasan kurang padat.
Selain itu, kawasan kurang padat juga terdapat di bagian utara Jakarta tepatnya di Kecamatan
Cilincing, Kelapa Gading, Koja, sebagian Cakung. Hal ini dikarenakan kawasan tersebut
merupakan kawasan industri. Selain itu, kawasan kurang padat terdapat di bagian barat Jakarta
tepatnya di Kecamatan Kembangan, sebagian Penjaringan dan sebagian Cengkareng.
IV-110
BAB V
MATERI MUATAN
V.1
V.2
RENCANA KEPENDUDUKAN
Berdasarkan arahan dari Perda 1 Tahun 2012 tentang Kependudukan yang termuat dalam
tujuan penataan ruang daerah, menyebutkan bahwa terwujudnya pemanfaatan kawasan budi
daya secara optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan 12.500.000 (dua belas juta lima ratus
ribu) jiwa penduduk yang persebarannya diarahkan sebanyak 9,2% (sembilan koma dua
persen) di Kota Administrasi Jakarta Pusat, 18,6% (delapan belas koma enam persen) di Kota
Administrasi Jakarta Utara, 24,1% (dua puluh empat koma satu persen) di Kota Administrasi
Jakarta Timur, 22,6% (dua puluh dua koma enam persen) di Kota Administrasi Jakarta Selatan,
25,3% (dua puluh lima koma tiga persen) di Kota Administrasi Jakarta Barat, 0,2% (nol koma
dua persen) di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu serta meningkatkan produktivitas dan
nilai tambah perkotaan.
Jumlah dan distribusi penduduk dari tahun 2004 -2011 diperoleh dari data Badan Pusat
Statistik, untuk melihat kepadatan penduduk pada masing-masing kecamatan. Rencana
kependudukan pada RDTR ini, didasari pada arahan RTRW 2030 yang sudah membagi
persebaran penduduk pada tingkat kota/kabupaten administrasi. Dalam proses menentukan
persebaran penduduk tahun 2030 di kecamatan, melihat juga sebaran pusat-pusat kegiatan,
perhitungan daya tampung dari sebaran kawasan permukiman di DKI Jakarta dan strategi
penataan ruang yang memprioritaskan pengembangan kota ke arah timur, barat, dan utara
serta membatasi perkembangan ke arah selatan berdasar arahan RTRW 2030.
Kecamatan
Jakarta Pusat
Gambir
Tanah Abang
Menteng
Senen
Cempaka Putih
Johar Baru
Kemayoran
Sawah Besar
Jakarta Utara
Koja
Kelapa Gading
Tanjung Priok
Pademangan
Penjaringan
Cilincing
Jakarta Timur
Makasar
Pasar Rebo
Ciracas
Cipayung
Cakung
Kramat Jati
Pulo Gadung
Matraman
Jatinegara
Duren Sawit
Jakarta Selatan
Kebayoran Baru
Jagakarsa
Mampang Prapatan
Pancoran
Tebet
Setiabudi
Kebayoran Lama
Pesanggrahan
Cilandak
Pasar Minggu
Jakarta Barat
Taman Sari
Luas Wilayah
(dalam Ha)
Distribusi Jumlah
Penduduk Tahun 2030
(dalam jiwa)*)
Kepadatan
Penduduk Tahun
2030
759
725
653
422
469
237
725
616
95.461
193.655
108.303
111.240
119.374
134.749
270.59
116.628
125,77
267,11
165,85
263,60
254,53
568,56
373,23
189,33
1320
1634
2513
1192
3549
3970
307.853
110.945
387.745
153.657
256.518
358.282
233,22
67,90
154,30
128,91
72,28
90,25
2186
1298
1608
2846
4252
1297
1560
496
1135
2266
228.261
211.708
269.705
221.142
556.851
266.326
313.798
201.785
311.326
431.597
104,42
163,10
167,73
77,70
130,96
205,34
201,15
406,82
274,30
190,47
1391
2501
773
853
904
885
1932
1345
1820
2190
194.439
443.207
111.072
171.283
162.867
138.178
502.939
355.597
349.817
395.602
139,78
177,21
143,69
200,80
180,16
156,13
260,32
264,38
192,21
180,64
453
151.121
333,60
V-1
Luas Wilayah
(dalam Ha)
Tambora
Kalideres
Grogol Petamburan
Cengkareng
Kebon Jeruk
Kembangan
Palmerah
Kepulauan Seribu
Kepulauan Seribu Utara
Kepulauan Seribu Selatan
539
4252
1128
2654
1789
2415
754
Distribusi Jumlah
Penduduk Tahun 2030
(dalam jiwa)*)
565
305
302.841
484.284
295.945
601.060
417.452
638.332
271.465
Kepadatan
Penduduk Tahun
2030
Arah pengembangan kota sebagimana termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun
2012, mengarahkan pusat-pusat kegiatan di DKI Jakarta dalam pendekatan pelayanan
kepada masyarakat sebagai Ibukota Negara.
561,86
113,90
262,36
226,47
233,34
264,32
360,03
10.533
14.467
Zona pemerintahan serta zona fasilitas umum selain sebagai fungsi utamanya, direncanakan
dapat juga dimanfaatkan/diperbolehkan untuk kegiatan hunian vertikal (rumah susun). Konsep
ini rencananya diterapkan sebagai upaya mendukung pengadaan perumahan layak huni bagi
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) oleh Pemerintah, utamanya Pemerintah Daerah
Provinsi DKI Jakarta.
18,64
47,43
Selain dapat dimanfaatkan/diperbolehkan untuk rumah susun, pada saat terjadi bencana
(banjir, kebakaran dll), di zona pemerintahan dan zona fasilitas umum dimungkinkan untuk
berfungsi sebagai ruang/tempat evakuasi bencana.
V.3
1. mengelola sempadan sungai untuk menjamin tidak terjadinya kerusakan pada pinggiran
sungai dan tidak terganggunya pengaliran air sungai dan beban kawasan sekitar;
1. perbaikan lingkungan di kawasan permukiman kumuh ringan dan sedang melalui program
tribina;
2. peremajaan lingkungan di kawasan permukiman kumuh berat;
3. penertiban permukiman di sepanjang bantaran sungai dan kereta api;
4. pelestarian lingkungan di kawasan pemugaran bangunan dan objek bersejarah serta
pembatasan pemanfaatan di kawasan Menteng, Gambir, dan Sawah Besar;
5. pemeliharaan fungsi perumahan di kawasan permukiman mantap di kawasan Menteng dan
Gambir;
6. peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas umum di kawasan permukiman;
7. pelestarian bentuk dan fungsi bangunan terutama di kawasan Menteng;
8. peningkatan kualitas lingkungan kumuh dilakukan melalui pengembangan hunian secara
vertikal; dan
9. pembangunan rumah susun bagi masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan
permukiman kumuh berat di Kelurahan Petamburan, Karet Tengsin, Bendungan Hilir,
Kelurahan Tanah Tinggi, Kampung Rawa, dan Kebon Melati.
Dalam RDTR dan PZ, Beberapa rencana strategis pada zona fungsi budidaya di zona
perumahan, antara lain :
2. Peruntukan ruang untuk fungsi lindung, meliputi kawasan hutan lindung; kawasan
perlindungan daerah bawahannya; kawasan perlindungan setempat; kawasan suaka alam;
kawasan pelestarian alam; kawasan cagar budaya; kawasan rawan bencana; dan kawasan
lindung geologi.
Dalam RDTR dan PZ, zona fungsi lindung ditujukan untuk kecamatan yang ada di 5 (lima)
Kota Administratif dan 1 (satu) Kabupaten Administrasi. Zona fungsi lindung. Terdiri dari sub
zona suaka dan pelestarian alam, sub zona sempadan lindung, dan sub zona inti konservasi
pulau.
RDTR dan PZ DKI Jakarta berkomitmen untuk melaksanakan penataan ruang dengan
mempehatikan hal-hal sebagai berikut :
mengembangkan
hutan
mangrove
sebagai
3. mempertahankan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, hutan lindung, taman wisata
alam, taman nasional, kawasan hutan, kebun bibit untuk perlindungan keanekaragaman
biota, ekosistem, serta gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah dan ilmu
pengetahuan; dan
4. meningkatkan fungsi perlindungan kawasan setempat dan kawasan perlindungan
bawahannya.
b.
kecamatan dan/atau kawasan yang termasuk dalam Pola Sifat Lingkungan (PSL)
sangat padat yaitu di Kecamatan Cakung pada Kawasan Sentra Primer Timur dan
Kecamatan Kembangan pada Kawasan Sentra Primer Barat.
Berada di bagian selatan Jakarta (Jakarta Selatan), dimana berlaku aturan
pembangunan dengan menerapkan KDB rendah. Penerapan pembangunan dengan
V-2
RENCANA PRASARANA
a)
2.
3.
4.
Dengan asumsi konsep tata ruang yang berlaku, strategi dasar yang digunakan untuk
mengembangkan kebijakan pengembangan sistem jaringan transportasi pada kajian ini
adalah untuk meningkatkan kapasitas pelayanan angkutan umum, mengendalikan tingkat
penggunaan kendaraan pribadi dan mempertahankan tingkat pelayanan jaringan jalan.
Mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah DKI thaun 2030, ditargetkan bahwa 60%
perjalanan di DKI akan menggunakan pelayanan angkutan umum dan kinerja jaringan jalan
minimum 35 km perjam (khususnya di jam sibuk).
Berdasarkan target untuk sektor transportasi di DKI Jakarta pada tahun 2030 dan berbagai
pertimbangan yang telah dijelaskan diatas, Gambar 3 mengilustrasikan strategi dasar
diatas menjadi beberapa komponen kebijakan, dimana pada prinsipnya semua komponen
harus dikembangkan secara bersamaan tentunya dengan mempertimbangkan kendalakendala yang ada, dimana kebijakan yang ideal merupakan skenario yang mencakup
seluruh kemungkinan konsep pengembangan dan kebijakan aktual merupakan bagian dari
skenario total yang realistis untuk diimplementasikan dalam suatu perioda jangka waktu
perencanaan sebagai akibat adanya berbagai kendala. Sedangkan bagian kebijakan
lainnya yang tidak mungkin direalisasikan pada kurun waktu perencanaan tersebut harus
direalisasikan pada perioda perencanaan berikutnya.
Arah kebijakan yang dikembangkan mempunyai asumsi analisis yang sama yaitu dilakukan
upaya peningkatan peran angkutan umum dan paralel dengan itu jaringan jalan akan
dipertahankan tingkat pelayanannya (Level of Service). Sehingga arah kebijakan
pengembangan sistem angkutan umum akan didasarkan kepada besarnya captive dan
choice demand.
Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemda Jabodetabek sesuai dengan
arahan Rencana Tata Ruang masing-masing yaitu:
V-3
yang akan diukur dari dua situasi ini adalah tercapainya kinerja jaringan minimum 35
km/jam di tahun 2030.
Pengembangan
Jaringan Jalan
Missing Link
Pelayanan Pengumpan
TOD
Peningkatan Kapasitas
Terminal/Setasiun/Shelter
Pelebaran Lajur
Park& Ride
Pedestrian
Peningkatan Akses
Jalur Sepeda
Law Enforcement
c. Skenario Permintaan
Mengingat ruang wilayah DKI Jakarta sangat terbatas, sehingga pengembangan jaringan
jalan khususnya akan sulit dilakukan secara terus menerus merupakan suatu keniscayaan.
Sehingga agar target yang diinginkan dalam RTRW DKI Jakarta 2030 untuk sektor
transportasi dapat dicapai, maka perlu dilakukan upaya pengendalian permintaan terutama
untuk permintaan jaringan jalan. Sesuai dengan program dalam RTRW DKI Jakarta 2030,
salah satu upaya yang diamanatkan adalah melakukan pembatasa lalu lintas pada
beberapa wilayah tertentu. Skenario ini menjadi penting karena pada dasarnya untuk
mencapai target proporsi penggunaan angkutan umum sebesar 60% dari total perjalanan
merupakan hal yang sangat sulit, sehingga perlu kebijakan yang bersifat diskresi seperti
pembatasan operasionalisasi kendaraan pribadi di jalan raya.
Sebagai basis, maka skenario jaringan jalan yang akan diujikan adalah jaringan jalan tahun
2015 serta beberapa penambahan ruas yang sudah merupakan committed project yang
sudah pasti penganggaran dan pelaksanaanya. Sebagai pembanding, skenario ini juga
akan diterapkan pada skenario pengembangan jaringan jalan untuk masing-masing tahun
rencana, mengingat kondisi aktual dimana kapasitas yang ada jauh dari memadai.
Sehingga kombinasi dari kebijakan pengembangan jaringan dan pengaturan permintaan ini
akan bisa mempercepat target yang diinginkan dalam RTRW DKI Jakarta 2030.
Secara ringkas skenario-skenario tersebut adalah :
b. Skenario Penyediaan.
Pada skenario ini terdiri dari pengembangan jaringan angkutan umum untuk meningkatkan
kapasitas dan pengembangan jaringan jalan untuk mempertahankan kinerja jaringan jalan.
Rentang waktu perencanaan sampai dengan tahun 2030 akan dipecah menjadi rentang 5
tahunan yaitu skenario tahun 2020, tahun 2025 dan tahun 2030.
Basis dari jaringan untuk masing2 tahun rencana adalah berbagai aspek pertimbangan
yang telah dijelaskan sebelumnya. Dari konsep jaringan angkutan umum akan diketahui
besarnya kapasitas yang mampu disediakan. Dari hasil kajian JUTPI pada kondisi saat ini
perjalanan yang menggunakan angkutan umum mengambil porsi sebesar 28%, sehingga
kekurangan yang harus ditampung sampai dengan tahun 2030 adalah sebesar 32%. Maka
untuk tahun 2020 jumlah perjalanan yang harus ditampung adalah sebesar 38%, pada
tahun 2025 sebesar 48% dan pada tahun 2030 adalah sebesar 60%.
Sedangkan untuk konsep jaringan jalan akan dilakukan uji kinerja dengan dua situasi yaitu
uji kinerja pada masing2 tahun rencana untuk melihat sejauh mana kinerja jaringan dapat
dipertahankan dan ditingkatkan dengan asumsi proporsi pengguna angkutan umum tetap
sama dengan kondisi saat ini (skenario PT pesimis). Situasi lainnya adalah melakukan uji
kinerja dengan asumsi skenario 60% perjalanan menggunakan angkutan umum. Target
2)
Dari hasil simulasi diperoleh kecepatan (jaringan) rata-rata di jam puncak 50,05 km/jam
sementara pada jalan Nasional 25,97km/jam dan jalan Utama adalah 21,28 km/jam.
Pada kondisi Faktual di koridor-koridor tertentu untuk arah lalu lintas terberat pada jam
sibuk kinerjanya jauh lebih rendah (10 12 km/jam) dari nilai-nilai tersebut diatas. Bila
tidak ada perbaikan secara ekstensif maka akan terjadi penurunan kinerja pada tahun
2020 kecepatan di jaringan Utama menjadi 16,2929 km/jam, pada tahun 2025 menjadi
13,7081 km/jam dan pada tahun 2030 menjadi 12,6537 km/jam. Perlu dicatat bahwa
Kinerja pada koridor-koridor terberat kurang dari 5 km/jam di tahun 2020.
Pada tahun 2015, diasumsikan penambahan jaringan terjadi melalui ruas tol JORR
segmen W2N, ATP, JLNT Casblanca, dan Antasari. Dengan Adanya penambahan
kapasitas jaringan jalan pada tahun 2020, 2025, dan 2030 dan penambahan beberapa
ruas jalan tol mampu meningkatkan kecepatan di tahun 2020 hingga diperoleh
kecepatan jaringan Tol mencapai 45,04 km/jam dari nilai 38,56 km/jam (peningkatan
sebesar 16,80%), namun tidak begitu halnya untuk jaringan Nasional dan Utama yang
hanya meningkat masing-masing sebesar 2,73% dan 1,89% dibandingkan dengan
jaringan untuk tahun 2015 dan secara total jaringan kecepatan tempuh rata-ratanya
mencapai 25,51 km jam (14,88% lebih baik dari kondisi tidak melakukan
pengembangan).
Namun di tahun 2030 upaya penambahan jaringan ini tidak mampu memberikan
kinerja yang memadai, apalagi untuk mencapai kinerja minimum total jaringan
sebesar 35 km/jam. Pada tahun 2030 skenario ini hanya mampu mencapai kecepatan
rata-rata 21,68 km/jam untuk total jaringan jalan.
Oleh karena itu, dilakukan uji terhadap penerapan kebijakan pembatasan lalu lintas
untuk melihat apakah dengan melakukan kebijakan ini kinerja jaringan dapat
ditingkatkan secara signifikan. Namun skenario ini nampaknya (dengan asumsi yg
diberlakukan) tidak bisa banyak membantu meningkatkan kinerja jaringan dimana
untuk tahun 2030 peningkatan kecepatan hanya berkisar antara 3,79% untuk jaringan
jalan nasional, 4,00% untuk jaringan jalan Utama dan bahkan terjadi penurunan kinerja
di jaringan tol sebesar 5,15%. Penurunan ini salah satunya disebabkan adanya
penambahan beban lalu lintas yang berusaha menghindar dari kawasan pembatasan
lalu lintas sehingga dengan bertambahnya volume lalu lintas pada jaringan tol maka
tentunya kinerja kecepatan juga akan menurun. Sedangkan secara total jaringan
hanya mencapai kecepatan rata-rata 22,58 km/jam (lebih baik 4,15%).Tentunya hasil
ini tidak serta merta menunjukkan bahwa kebijakan pembatasan lalu lintas tidak efektif,
namun analisis yang lebih detail yg terkait dengan penetapan tarif, sistem operasional
perlu dilakukan lebih lanjut. Lebih jauh, kinerja jaringan di dalam kawasan pembatasan
lalu lintas terjadi peningkatan kecepatan rata-rata ruas sebesar 2.3 km/jam atau 7%
dibandingkan tanpa pembatasan lalu lintas dan peningkatan kecepatan perjalanan
sebesar 3.09 km/jam atau meningkat 24.5%.
Dalam upaya mencapai target kinerja jaringan yang ditetapkan oleh RTRW DKI
Jakarta 2030, kebijakan penggunaan angkutan umum (split policy) diujikan. Hasil uji
menunjukkan adanya peningkatan kinerja jaringan yang cukup signifikan dimana untuk
tahun 2020 terjadi peningkatan antara 10,62% - 16,67%, tahun 2025 berkisar antara
26,24% - 37,76%, dan di tahun 2030 sebesar 42,63% - 70,59%. Secara total jaringan
peningkatan kinerja di tahun 2020 sebesar 13,43%, tahun 2025 sebesar 31,13% dan di
tahun 2030 sebesar 54,72%. Dari hasil ini nampak bahwa peningkatan kinerja untuk
tiap tahun rencana semakin besar karena akibat adanya penambahan kapasitas
jaringan (angkutan umum) dan dilain sisi jumlah pengguna kendaraan pribadi makin
dikurangi hingga menjadi 40% di tahun 2030. Namun secara nilai absolut kinerja yang
diharapkan oleh RTRW DKI masih tidak dapat dicapai untuk jaringan jalan non Tol dan
untuk total jaringan hanya mencapai 33,54 km/jam. Secara total jaringan, kebijakan ini
dapat dipersepsikan sudah mendekati target kinerja yang diinginkan, namun perlu
dicermati bahwa kontribusi terbesar berada pada jaringan jalan tol.
e. Implikasi dan Konsekuensi Penerapan Skenario
Bila melihat kepada hasil analisis kinerja jaringan jalan yang pada dasarnya mencerminkan
kinerja jaringan transportasi secara keseluruhan , nampak bahwa skenario peningkatan
jaringan (penyediaan) saja berupa pengembangan jaringan jalan tidak mampu untuk
meningkatkan pelayanan sistem transportasi secara ideal. Sehingga diperlukan suatu
kebijakan pendukung yang mampu untuk mengurangi tingkat penggunaan kendaraan
pribadi. Dengan upaya penambahan kapasitas angkutan sistem angkutan umum dan
penerapan kebijakan pembatasan penggunaan kendaraaan pribadi secara relatif kinerja
jaringan mampu ditingkatkan cukup signifikan yang ditunjukkan dari angka persentase yang
signifikan. Perlu diperhatikan bahwa upaya penerapan kebijakan pendukung ini
memerlukan prasyarat-prasyarat yang cukup berat.
V-5
untuk dapat merubah pola aktifitas sosio ekonomi masyarakat, yang pada akhirnya dapat
merubah pola perjalanan, salah satunya dengan cara merubah kebijakan tata ruang.
Mengacu kepada kondisi permasalahan diatas, dari aspek kebijakan pengembangan tata
ruang ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu menyelesaikan
permasalahan transportasi dimasa datang:
Penerapan konsep kebijakan ini adalah sebagai upaya untuk membentuk pola
pergerakkan yang lebih teratur dan meningkatkan efesiensi penggunaan prasarana
transportasi sekaligus menselaraskan arah kebijakan tata ruang dengan sistem
transportasi. Dengan kebijakan ini secara tidak langsung akan mengembalikan kepada
konsep kebijakan rencana tata ruang yang ada dimana pada dasarnya arah kebijakan
pengembangan sistem transportasi mengikuti kebijakan rencana tata ruang yang ada.
Kebijakan ini akan jauh lebih optimal bila disertai dengan konsep kebijakan insentif dan
dis insentif, dimana insentif harus diberikan pada pengembangan tata ruang yang
selaras dengan kebijakan sistem transportasi dan dis insentif diberlakukan kepada
pengembangan tata ruang yang tidak selaras dengan kebijakan sistem transportasi.
Kebijakan ini menyiratkan konsep pengembangan ruang/lahan diarahkan mendekati
jaringan angkutan umum massal, sehingga sebagai konsekuensi dari konsep ini,
orientasi pembangunan yang bersifat horizontal harus dirubah menjadi pembangunan
yang bersifat vertikal, sehingga peluang dari segi ketersediaan ruang untuk
mengembangkan fasilitas publik seperti jaringan transportasi, ruang terbuka publik dan
ruang terbuka hijau lebih besar.
Oleh karena itu situasi ini perlu mendapat perhatian yang sangat serius dan diperlukan
suatu kebijakan lain yang bersifat suatu terobosan. Salah satu upaya yang dapat dan
cukup realistis untuk dilaksanakan adalah melakukan perubahan arah kebijakan
pengembangan tata ruang DKI Jakarta.
Mengacu kepada definisi transportasi merupakan permintaan turunan (derived demand),
maka ada beberapa parameter utama yang membangkitkan perjalanan yaitu pada level
mendasar adalah aktifitas sosial ekonomi dari masyarakat. Pola aktifitas ini tentunya akan
dikendalai atau terpola oleh aspek ruang dan waktu serta teknologi yang tersedia, sehingga
konsep atau istilah gula dan semut, dimana keberadaan gula akan menentukan
arah pergerakkan semut, maka sebagai salah satu upaya untuk me redistribusikan
aktifitas dan pergerakkan masyarakat adalah dengan me realokasikan gula tersebut
ke kawasan yang diprioritaskan dalam hal ini untuk DKI adalah kawasan Timur dan
Barat.
Jaringan Mass Rapid Transit (MRT) perlintasan Lebak Bulus Fatmawati Dukuh
Atas Kota/Kampung Bandan, perlintasan Timur Barat, dan perlintasan
penghubungnya.
Jaringan Kereta Lingkar Dalam Kota
Jaringan Kerete Komuter Jabodetabek
Jaringan Kereta menuju Bandara perlintasan Manggarai-Bandara Soekarno Hatta
Jaringan Kereta Api Barang pendukung Pelabuhan Tanjung Priok
2)
V-7
3)
Pengembangan sistem prasarana jalan terdiri dari jaringan jalan arteri, jaringan jalan kolektor,
dan jaringan jalan lokal. Pengembangan sistem prasarana jalan diarahkan untuk
meningkatkan luas jalan agar menambah aksesibilitas dan mengurangi kemacetan.
Pengembangan jaringan jalan arteri dilakukan secara menerus dalam kesatuan sistem
orientasi untuk menghubungkan antar pusat kegiatan primer, antara pusat kegiatan primer
dengan pusat kegiatan sekunder, antar pusat kegiatan sekunder, antara pusat kegiatan primer
dengan pusat kegiatan sekunder dengan daerah sekitar, dan antara pusat kegiatan primer
dengan pusat kegiatan sekunder dengan bandar udara skala pelayanan sekunder dan
pelabuhan nasional dan/atau internasional. Pengembangan jaringan jalan kolektor untuk
menghubungkan pusat kegiatan sekunder dengan pusat kegiatan tersier dan/atau antar pusat
kegiatan tersier.
Pengembangan jaringan jalan kolektor ditetapkan dengan ketentuan sebagai menghubungkan
pusat kegiatan sekunder dengan pusat kegiatan tersier dan/atau antar pusat kegiatan tersier,
berupa jalan umum, melayani perjalanan jarak sedang, memungkinkan untuk lalu lintas
dengan kecepatan kendaraan rata-rata sedang, dan membatasi jumlah jalan masuk.
Pengembangan jaringan jalan lokal untuk menghubungkan pusat-pusat kegiatan tersier
dengan kawasan permukiman dan/atau antar kawasan permukiman. Pengembangan jaringan
jalan lokal ditetapkan dengan ketentuan sebagai menghubungkan pusat kegiatan tersier
dengan kawasan permukiman dan/atau antar kawasan permukiman, berupa jalan umum,
melayani perjalanan jarak pendek, kecepatan kendaraan rendah, dan frekuensi ulang alik
yang tinggi.
Pengembangan jaringan jalan arteri ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
dapat diimplementasikan pada permukaan secara layang antara lain pada koridor
Antasari-Blok M, Kampung Melayu-Tanah Abang, Kapten Tendean-Ciledug, Pasar
Minggu-Manggarai dan/atau di bawah tanah sesuai dengan hasil kajian lingkungan, sosial
dan ekonomi yang dilakukan sebelum pelaksanaan konstruksi;
berupa jalan umum yang melayani angkutan utama;
melayani perjalanan jarak jauh;
memungkinkan untuk lalu lintas dengan kecepatan rata-rata tinggi;
membatasi jumlah jalan masuk secara berdaya guna; dan
penerapan manajemen lalu lintas pada setiap lokasi akses keluar/masuk.
V-8
Penataan parkir di badan jalan akan dihilangkan secara bertahap. Pelaksanaan parkir
dilakukan secara selektif memperhatikan kenyamanan pengendara dan pejalan kaki, serta
dampaknya terhadap kemacetan lalu lintas. Pengembangan parkir di luar badan jalan
diarahkan dengan membangun gedung-gedung atau taman parkir pada pusat-pusat kegiatan.
Pada kawasan-kawasan tertentu, sistem perparkiran diarahkan dengan mengembangkan
sarana parkir kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan dan/atau gedung.
Pengembangan sistem fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride), dilakukan di pusat
kegiatan, stasiun angkutan jalan rel, shelter angkutan massal, dan terminal angkutan umum.
Pengembangan sistem prasarana pedestrian dan sepeda, diarahkan dengan ketentuan
berada di pusat kegiatan primer, pusat kegiatan sekunder, dan kawasan TOD, berada di
kawasan pariwisata, dan berada di kawasan permukiman. Pengembangan prasarana
pedestrian dan sepeda diintegrasikan dengan jaringan angkutan umum berikut fasilitas
pendukung dengan memperhatikan aksesibilitas penyandang cacat. Pengembangan sistem
prasarana angkutan berupa penyediaan terminal angkutan barang beserta fasilitas untuk
mendukung kawasan industri dan kegiatan ekspor dan impor dengan ketentuan berada di
kawasan pelabuhan dan industri atau pergudangan dan berada di kawasan jaringan jalan
arteri dekat dengan kawasan pelabuhan dan industri pergudangan.
Rencana pengembangan sistem dan jaringan transportasi darat, diikuti dengan penerapan
manajemen lalu lintas dan pembatasan lalu lintas yang diimplementasikan secara bertahap di
kawasan tertentu dengan ketentuan terintegrasi dengan sistem angkutan umum massal dan
berada di kawasan perkantoran, perdagangan, dan jasa di pusat kota. Pembatasan lalu lintas
didukung dengan penerapan earmarking bagi peningkatan sistem transportasi kota dan
sistem angkutan umum.
1.
Pengembangan sistem dan jaringan transportasi sungai dan penyeberangan terdiri dari sistem
dan jaringan transportasi sungai dan sistem prasarana dermaga penyeberangan. Sistem dan
jaringan transportasi sungai dan penyeberangan berwujud alur sungai dan/atau kanal untuk
keperluan angkutan sungai dan/atau kanal dengan ketentuan memperhatikan debit sungai
dan/atau kanal saat musim hujan dan musim kemarau, tidak mengganggu upaya konservasi
air sungai dan kanal dan tidak mengganggu sistem pengendalian banjir.
3.
2.
V-9
c.
2.
Pengembangan sistem dan jaringan energi ditujukan untuk menjamin keandalan dan
kesinambungan penyediaan pasokan energi bagi kebutuhan rumah tangga, jasa,
perdagangan, industri, dan transportasi dengan memperhatikan faktor konservasi dan
diversifikasi energi. Faktor konservasi energi memperhatikan aspek mitigasi terhadap
perubahan iklim dan pemanasan global. Pengembangan sistem dan jaringan energi meliputi:
sistem ketenagalistrikan; sistem prasarana bahan bakar gas; dan sistem prasarana bahan
bakar minyak.
1.
b.
b.
c.
Dalam RDTR dan PZ, Beberapa rencana strategis pada prasarana energi, antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
V-10
2.
3.
membangun waduk/situ di wilayah yang tepat di DAS Ciliwung dan DAS lain untuk
menurunkan debit air di sungai;
normalisasi sungai, saluran, waduk, dan situ;
membangun sumur resapan dan lubang resapan biopori terutama pada daerah
tangkapan air yang mempunyai pororitas yang tinggi;
menerapkan secara bertahap kebijakan zero delta Q terhadap kegiatan
pembangunan;
menerapkan dan memperluas sistem polder di kawasan rendah yang rawan banjir
dan genangan;
meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengendalian banjir dengan
mengembangkan sistem polder yang berbasis pada partisipasi masyarakat;
meningkatkan kapasitas aliran Kanal Banjir Barat dan Cengkareng Drain serta
pembangunan Cengkareng Drain II untuk kawasan bagian barat;
meningkatkan kapasitas Cakung Drain, Sungai Sunter dan pembangunan Kanal
Banjir Timur untuk kawasan bagian tengah dan timur;
menghubungkan Kanal Banjir Barat dan Kanal Banjir Timur;
mengembangkan prasarana drainase untuk meningkatkan kapasitas saluran mikro,
submakro dan makro dalam rangka mengantisipasi curah hujan dengan kala ulang
2(dua)sampai dengan 10 (sepuluh) tahunan untuk saluran mikro, 10(sepuluh) sampe
dengan 25 (dua puluh lima) tahunan untuk saluran submakro, dan 25 (dua puluh
lima)sampai dengan 100 (seratus) tahunan untuk saluran makro;
k.
4.
memonitor dan memelihara saluran secara berkala guna memastikan kapasitas dan
kinerja saluran yang ada sesuai kinerja dan standard yang telah
ditetapkan/direncanakan;
l. melaksanakan pembangunan menghadap sungai melalui pembangunan dan
pemeliharaan jalan inspeksi sungai/kali yang dapat ditingkatkan statusnya sebagai
jalan kolektor;
m. membangun tanggul laut dengan tingkat keamanan kala ulang 1000 (seribu) tahunan
yang dilaksanakan secara bertahap dan dapat ditempatkan pada kedalaman lebih
dari -8 m (minus delapan meter) di bawah permukaan laut;
n. pelebaran dan pendalaman muara sungai di Teluk Jakarta; dan
o. menyelaraskan pembangunan di kawasan reklamasi baru dengan sistem tata air di
Kota Administrasi Jakarta Utara;
Penataan dan penetapan trase dan garis sempadan kali/sungai, saluran, waduk dan situ
menurut fungsinya sebagai pengendali banjir, drainase, penggelontor, konservasi sumber
daya air serta prasarana transportasi sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
meningkatkan rasio badan air yang mencakup saluran, kali, sungai, kanal, situ, dan
waduk;
b. mempertahankan sempadan sungai dan kanal sebagai RTH dan pengendali banjir;
dan
c. badan air berupa saluran, kali, sungai, kanal, situ, dan waduk tidak dapat diubah
fungsi dan peruntukannya.
Konsep rencana prasarana drainase dalam RDTR dan PZ, menyediakan terkait ruang semua
rencana prasarana drainase yang ada dalam Perda Nomor 1 Tahun 2012, namun seiring
dengan adanya penambahan informasi data dan analisis terdapat penambahan rencana
pembangunan deep tunnel yang termuat dalam RPJMD DKI Jakarta.
Konsep rencana prasarana drainase, diarahkan dalam konsep pengendalian banjir, meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
V-11
pengembangan sumber air baku dan/atau air curah berasal dari Waduk Jatiluhur;
pengembangan sumber air baku alternatif berasal dari Waduk Karian, Waduk Ciawi, dan
Waduk Retensi Tanggul Laut Multifungsi, Sungai Ciliwung, Kali Pesanggahan, Kali
Krukut, Kanal Banjir Barat dan sumber air lainnya;
pengembangan sumber air baku yang dialirkan melalui pipa transmisi;
penerapan sistem pemompaan;
pengembangan instalasi pengolahan air di Instalasi Pengolahan Air (IPA;
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas reservoir;
peningkatan pipa primer; dan
pelaksanaan secara bertahap peningkatan kualitas air sehingga dapat diperuntukan
sebagai air minum.
3. Pengembangan sistem pengelolaan air limbah meliputi: pengelolaan air limbah industri;
dan pengelolaan air limbah domestik.
4. Pengelolaan air limbah industri dilaksanakan dengan sistem komunal atau sistem individual
sebelum dibuang ke badan air.
5. Pengelolaan air limbah domestik terdiri atas: sistem terpusat/perpipaan; sistem
komunal/modular; dan sistem setempat/individual.
6. Pengembangan pengelolaan air limbah domestik sistem terpusat diprioritaskan di kawasan
pusat Jakarta.
7. Lokasi instalasi pengolahan air limbah domestik sistem terpusat dimungkinkan secara
selektif berada pada Kawasan Terbuka Hijau Budi daya dan Kawasan Terbuka Biru tanpa
mengganggu fungsi utamanya.
8. Pengembangan instalasi pengolahan air limbah domestik sistem setempat, dilakukan di
Pulo Gebang (kawasan timur), Duri Kosambi (kawasan barat) dan kawasan selatan.
Dalam RDTR dan PZ, beberapa rencana strategis pada prasarana air limbah, antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
2.
3.
1. Pengembangan sistem prasarana dan sarana pengelolaan air limbah dilaksanakan melalui
pemisahan antara sistem saluran drainase dan sistem pengelolaan air limbah yang
diselenggarakan secara bertahap.
2. Pengembangan sistem prasarana dan sarana pengelolaan air limbah diarahkan untuk
dapat dikembangkan menjadi alternatif sumber air bersih.
4.
Pengembangan sistem prasarana dan sarana pengelolaan sampah terdiri dari: prasarana
dan sarana pengelolaan sampah lingkungan dan kawasan; tempat penampungan
sementara (TPS); tempat pengolahan sampah terpadu (TPST); tempat pemrosesan akhir
(TPA); pengelolaan sampah drainase/sungai/waduk/situ/teluk; dan pengelolaan sampah
spesifik.
Pengembangan prasarana dan sarana sampah diarahkan pada peningkatkan efisiensi
dan efektivitas pelayanan dan menjaga kualitas lingkungan, dengan cara sebagai berikut:
meningkatkan peran serta masyarakat yang dilaksanakan melalui program 3R (reuse,
reduce, recycle) sejak dari sumbernya; mengembangkan prasarana sarana pengolahan
sampah dengan teknologi ramah lingkungan; dan mengembangkan prasarana dan
sarana pengangkutan sampah secara terpilah
Pengembangan prasarana dan sarana TPS dan TPST dikembangkan sebagai suatu
sistem multi simpul yang terbagi dalam beberapa kawasan atau zona pelayanan,
sehingga dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan pengelolaan sampah
serta mengurangi volume sampah yang harus dikirim ke TPA.
Prasarana dan sarana TPST dan TPA dapat dikembangkan untuk mengolah sampah
menjadi sumber energi pembangkit listrik alternatif dan pengomposan (composting) serta
menjadi produk-produk bermanfaat lainnya yang memungkinkan.
V-12
Pengembangan prasarana dan sarana sampah lingkungan dan kawasan ditujukan untuk
memilah, menampung dan mengangkut sampah yang berasal dari kegiatan masyarakat.
6. Pengembangan prasarana dan sarana sampah lingkungan dan kawasan ditetapkan
dengan ketentuan sebagai berikut: tersedianya fasilitas pemilahan untuk meningkatkan
peran serta masyarakat dalam menangani sampah dan meningkatkan efektivitas program
3R (reuse, reduce, recycle); dapat dijangkau oleh angkutan sampah; memperhatikan
aspek estetika dan arsitektur lingkungan/ kawasan; memperhitungkan volume sampah
dan jangkauan pelayanan; mencegah perembesan air lindi ke dalam air tanah, mata air,
dan badan air; mengendalikan dampak akibat bau, lalat, tikus, dan serangga lainnya; dan
memperhitungkan dampak kesehatan terhadap lingkungan sekitarnya.
7. Pengembangan prasarana dan sarana TPS ditujukan sebagai tempat penampungan
sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan dan/atau tempat
pengolahan sampah terpadu (TPST).
8. Pengembangan prasarana dan sarana TPS ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
penyediaan lahan berlokasi di dekat /sekitar masyarakat yang dilayani; memperhatikan
aspek lingkungan dan estetika; memperhitungkan volume sampah dan jangkauan
pelayanan; mudah dijangkau kendaraan angkutan sampah; berada di lokasi aman
terhadap kegiatan lain dengan memperhatikan jarak bebas dan jarak aman; mencegah
perembesan air lindi ke dalam air tanah, mata air, dan badan air; memperhitungkan
dampak kesehatan terhadap lingkungan sekitar; dan mengendalikan dampak akibat bau,
lalat, tikus, dan serangga lainnya.
9. Pengembangan prasarana dan sarana TPST ditujukan sebagai tempat pelaksanaan
kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan,
dan pemrosesan akhir sampah.
10. Pengembangan prasarana dan sarana TPST ditetapkan dengan ketentuan sebagai
berikut: dapat berupa fasilitas pengolahan antara (Intermediate Treatment Facility);
dilengkapi dengan teknologi tinggi, ramah lingkungan, dan hemat lahan; dilengkapi
dengan fasilitas pengolah limbah; dapat dikerjasamakan dengan daerah administrasi
sekitar; dapat melibatkan peran swasta dalam penyediaan dan/atau pengoperasian dan
pemeliharaan; memperhatikan rencana tata ruang provinsi, tata ruang kota administrasi
dan tata ruang kabupaten administrasi; memperhatikan aspek geologi tata lingkungan
lokasi dan sekitarnya; memperhatikan aspek sosial ekonomi masyarakat sekitar;
memaksimalkan kegiatan pengolahan dan/atau 3R (reuse, reduce, recycle) sampah yang
menghasilkan pendapatan (revenue); memperhatikan aspek kelayakan pembiayaan;
memperhatikan jarak pencapaian dan ketersediaan fasilitas yang ada; dan
memperhatikan kecukupan ketersediaan lahan termasuk untuk zona penyangga
(bufferzone).
11. Pengembangan prasarana dan sarana TPA ditujukan sebagai tempat memproses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan
lingkungan.
12. Pengembangan prasarana dan sarana TPA ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
dilengkapi teknologi tinggi, ramah lingkungan, dan hemat lahan; dilengkapi fasilitas
pengolah limbah; dikerjasamakan dengan daerah administrasi sekitar; melibatkan peran
swasta dalam penyediaan dan/atau pengoperasian dan pemeliharaan; memperhatikan
aspek geologi tata lingkungan lokasi dan sekitar; memperhatikan aspek sosial ekonomi
masyarakat sekitar; memperhatikan aspek kelayakan pembiayaan; memperhatikan jarak
13.
14.
15.
16.
Dalam RDTR dan PZ, beberapa rencana strategis pada prasarana persampahan, antara lain :
a.
b.
V-13
13920
Kode kelurahan
001
001
Blok
Sub Blok
Sedangkan yang dimaksud dengan Subblok adalah pembagian fisik di dalam satu blok
berdasarkan perbedaan subzona.
V.6.2 Kegiatan dalam sub zona
Berdasarkan Permen PU Nomor 20 Tahun 2011, pengertian dari ketentuan kegiatan dan
penggunaan lahan adalah ketentuan yang berisi kegiatan dan penggunaan lahan yang
diperbolehkan, kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat secara terbatas, kegiatan dan
penggunaan lahan yang bersyarat tertentu, dan kegiatan dan penggunaan lahan yang tidak
diperbolehkan pada suatu zona. Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan dirumuskan
berdasarkan ketentuan maupun standar yang terkait dengan pemanfaatan ruang, ketentuan
dalam peraturan bangunan setempat, dan ketentuan khusus bagi unsur bangunan atau
komponen yang dikembangkan.
Ketentuan teknis zonasi terdiri atas:
V.6
PERATURAN ZONASI
1)
Dalam RDTR dan PZ juga memuat aturan Tata Cara Perhitungan Intensitas Pemanfaatan
Ruang, yaitu sebagai berikut:
3)
1. Daerah Perencanaan
4)
a.
Daerah Perencanaan yang selanjutnya disebut DP adalah lahan efektif yang dikuasai
dan/atau direncanakan.
b. DP untuk kegiatan pemanfaatan ruang dalam bentuk super blok, blok, sub blok dan
perpetakan/persil.
c. Satuan luas DP adalah meter persegi (m2).
d. Luas DP efektif ialah luas daerah kepemilikan lahan yang dikurangi luas lahan untuk
rencana jalan, saluran, dan/atau luas lahan jenis peruntukan lain yang (sesuai
ketentuan).
e. Lahan pedestrian dan/atau plaza dapat diperhitungkan pada perhitungan luas DP
efektif dan sekaligus dapat menggabung bagian DP yang terbelah oleh rencana
pedestrian dan/atau plaza tersebut, apabila jenis peruntukannya dapat digabungkan
sesuai ketentuan.
f. Apabila suatu DP dibelah oleh rencana jalan dan rencana jalan tersebut bersifat:
1)
Umum : maka luas DP dihitung masing-masing;
2)
Internal : maka luas DP dihitung secara utuh.
g. Sub DP pada perhitungan intensitas rata-rata dihitung seluas lahan per jenis
peruntukan atau perbatasan intensitas masing-masing yang berbeda pada
keseluruhan DP tersebut.
h. Gubernur DKI Jakarta mempunyai wewenang untuk menetapkan ketentuan khusus di
luar ketentuan yang berlaku atas suatu DP, misalnya menetapkan penggunaan DP
bruto untuk suatu proyek, dan ketetapan tersebut akan dituangkan melalui surat
Gubernur.
i. DP untuk kegiatan pemanfaatan ruang dalam bentuk superblok dibatasi sekurangkurangnya oleh dua buah jalan kolektor, atau sebuah jalan kolektor dengan prasarana
lain yang sejenis/setingkat sesuai dengan rencana tata ruang yang ditetapkan, yang di
dalamnya terdapat satu atau lebih pemanfaatan ruang dengan luas minimum 2 (dua)
Ha.
j. Pada DP superblok, Gubernur menetapkan diberlakukannya Panduan Rancang Kota
sebagai arahan perencanaan dan pengendalian pemanfaatan ruang,
k. Pada DP subblok dan blok, Kepala Dinas Tata Ruang menetapkan penataannya
sebagai bangunan tunggal/renggang, atau bangunan deret/rapat.
l. Perpetakan/persil yang tidak memenuhi bentuk dan luas sesuai ketentuan sub zona
namun masih dimungkinkan untuk dibangun, maka perpetakan/persil tersebut dapat
ditetapkan sebagai DP.
m. Penggabungan atau pemecahan perpetakan/persil dimungkinkan dengan ketentuan
batasan intensitas ruang tidak dilampaui dan memenuhi persyaratan teknis yang telah
ditetapkan dalam peraturan daerah ini.
n. Ketentuan tentang DP kawasan superblok meliputi:
2)
V-16
a.
b.
c.
Batasan KDB ialah suatu nilai hasil perbandingan antara luas seluruh lantai dasar
bangunan dan luas daerah perencanaan
Batasan KDB dinyatakan dalam persen (%).
Perhitungan intensitas ruang yang berkaitan dengan perhitungan koefisien dasar
bangunan (KDB) dan koefisien lantai bangunan (KLB), ditetapkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
d.
e.
2. Intensitas Pemanfaatan Ruang
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Intensitas Pemanfaatan Ruang adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu yang
ditentukan berdasarkan pengaturan Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar
Bangunan (KDB), Ketinggian Bangunan (KB), Koefisien Dasar Hijau (KDH), Koefisien
Tapak Besmen (KTB), pada tiap kawasan bagian kota sesuai dengan kedudukan dan
fungsinya dalam pembangunan kota.
Intensitas pemanfaatan ruang merupakan hubungan antara: Koefisien Lantai
Bangunan (KLB), Koefisien Dasar bangunan (KDB), Ketinggian Bangunan (KB),
Koefisien Dasar Hijau (KDH), Koefisien Tapak Besmen (KTB), dan Jarak Bebas,
sesuai dengan Pola Sifat Lingkungannya sedemikian rupa sehingga merupakan suatu
kesatuan yang serasi.
Intensitas pemanfaatan Ruang dihitung terhadap DP.
Intensitas pemanfaatan Ruang dapat dihitung atas unit-unit pemilikan yang merupakan
gabungan atau pemecahan dari perpetakan atau persil.
Intensitas pemanfaatan ruang pada subzona merupakan batasan intensitas bangunan
subzona tersebut.
Batasan Intensitas Bangunan (BIB), yang terdiri atas:
1)
2)
3)
4)
5)
Perhitungan luas lantai adalah jumlah luas lantai yang diperhitungkan sampai
batas dinding terluar;
Luas lantai ruangan beratap yang mempunyai dinding lebih dari 1,20 (satu koma
dua) meter di atas lantai ruangan tersebut, dihitung penuh 100% (seratus
persen);
Luas lantai ruangan beratap yang bersifat terbuka atau mempunyai dinding tidak
lebih dari 1,20 (satu koma dua) meter di atas lantai ruang, dihitung 50% (lima
puluh persen) selama tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari luas denah yang
diperhitungkan sesuai dengan KDB yang ditetapkan;
Overstek atap yang melebihi 1,50 (satu koma lima) meter, maka luas mendatar
kelebihannya tersebut dianggap sebagai luas lantai denah;
Total luas lantai dasar yang diperkenan pada DP tersebut = batasan KDB (%) x luas
DP dengan satuan meter persegi (m2).
Apabila pada DP tersebut terdapat lebih dari satu nilai ketetapan batasan KDB, maka
batasan KDB yang berlaku adalah batasan KDB rata-rata yang rumusnya sebagai
berikut :
Batasan KDBR = (DP1 x KDB1) + (DP2 x KDB2) + ... + (DPn x KDBn)
(DP1 + DP2 +...+ DPn)
e.
2)
3)
5. Ketinggian Bangunan
a.
b.
c.
d.
e.
b.
Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disebut KLB adalah suatu nilai hasil
perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan dan luas DP, yang dinyatakan tanpa
satuan (seperti indeks).
Apabila pada DP tersebut terdapat lebih dari satu nilai ketetapan batasan KLB, maka
batasan KLB yang berlaku adalah batasan KLB rata-rata yang rumusnya sebagai
berikut:
Batasan KLBR =
d.
g.
h.
c.
f.
Luas lantai bangunan yang digunakan untuk parkir tidak diperhitungkan dalam
perhitungan KLB, apabila tidak melebihi 50% (lima puluh persen) dari KLB yang
ditetapkan. Kelebihan dari batasan 50% (lima puluh persen) tersebut diperhitungkan
sebagai KLB.
Bangunan khusus parkir yang bukan merupakan bangunan pelengkap dari bangunan
utama, diperbolehkan dengan luas lantai bangunan mencapai 200% (dua ratus persen)
dari KLB yang ditetapkan sesuai kondisi lingkungan.
i.
j.
k.
:
:
:
:
1 s/d 4 lantai;
5 s/d 8 lantai;
9 s/d 32 lantai;
> 32
lantai.
V-18
Lantai mezanine atau lantai pada ruang bangunan yang memiliki lantai ganda, dihitung
sesuai ketentuan intensitas ruang.
m. Terhadap bangunan tempat ibadah, gedung pertemuan, gedung pertunjukan, gedung
sekolah, bangunan monumental yang memiliki nilai arsitektur spesifik, gedung
olahraga, bangunan serba guna, bangunan industri dan bangunan sejenis lainnya tidak
berlaku ketentuan sebagaimana dimaksudkan pada 9.6.12.
n. Penggunaan ruang pada rongga atap pada atap miring tidak diperkenankan lebih dari
50% (lima puluh persen) dari luas lantai dibawahnya dan tidak diperhitungkan sebagai
tambahan ketinggian lantai bangunan.
o. Setiap bukaan pada ruang atap dibolehkan sepanjang tidak mengubah sifat dan
karakter arsitektur bangunannya.
p. Penggunaan ruang pada rongga atap pada atap diperhitungkan dalam ketentuan
intensitas ruang.
q. Ruang rongga atap hanya dapat diizinkan apabila penggunaannya tidak menyimpang
dari fungsi utama bangunan serta memperhatikan segi kesehatan, keamanan dan
keselamatan bangunan dan lingkungan.
r. Ruang rongga atap untuk rumah tinggal/hunian harus mempunyai penghawaan
pengudaraan dan pencahayaan yang memadai.
s. Ruang rongga atap dilarang digunakan sebagai dapur atau kegiatan lain yang beresiko
besar terjadinya kebakaran.
t. Pada kelompok ketinggian bangunan tinggi dan sangat tinggi diperbolehkan melebihi
batasan KB dengan tidak melampaui KLB.
u. Tinggi bangunan pada KKOP dihitung dalam satuan meter sesuai rekomendasi
instansi terkait.
6. Koefisien Tapak Besmen
a.
b.
c.
d.
e.
f.
7.
Koefisien Tapak Besmen yang selanjutnya disebut KTB adalah angka persentase luas
tapak bangunan yang dihitung dari proyeksi dinding terluar bangunan di bawah
permukaan tanah terhadap luas pada perpetakan/persil atau daerah perencanaan
yang dikuasai sesuai rencana tata ruang kota.
Luas lantai di bawah tanah diperhitungkan seperti luas lantai di atas tanah dengan
batasan KTB yang ditetapkan, kecuali penggunaan untuk parkir.
Batasan perhitungan luas ruang bawah tanah (besmen) yang melewati batas DP serta
yang berada di bawah prasarana kota dan pemanfaatan ruang terbuka hijau harus
mendapatkan persetujuan Gubernur.
KTB maksimal sebesar KDB.
Pelampauan KTB atas KDB diperkenankan pada kawasan yang jenuh air atau secara
geologi dan jenis tanah tidak dapat meresapkan air berdasarkan kajian geoteknik
dengan melakukan uji tanah.
Pada kasus KTB melampaui KDB, pemilik gedung diwajibkan menyediakan
penampungan air hujan di dalam kavling dan/atau tempat penyimpanan air hujan
berdasarkan perhitungan limpasan air hujan atau berdasarkan ketentuan yang berlaku.
c.
d.
e.
Batasan KDH pada masing-masing sub zona ditetapkan berdasarkan peta PSL.
Luas area yang diperhitungkan sebagai KDH adalah area yang tidak terbangun baik di
atas dan/atau di bawah permukaan tanah.
Apabila ada perkerasan dipermukaan area yang diperhitungkan sebagai KDH,
diwajibkan menggunakan struktur dan material yang meresapkan air.
e.
Garis Sempadan Bangunan yang disingkat GSB adalah garis yang tidak boleh
dilampaui oleh bangunan ke arah GSJ yang ditetapkan dalam rencana kota.
Garis Sempadan Kali yang disingkat GSK adalah garis yang tidak boleh dilampaui oleh
bangunan ke arah rencana kali yang ditetapkan dalam rencana kota.
Satuan GSB dan GSK adalah meter (m).
Jika GSB lebih kecil dari persyaratan jarak bebas samping maka yang dipakai sebagai
patokan jarak bangunan terhadap garis sempadan jalan adalah persyaratan jarak
bebas samping tersebut.
Penentuan GSB mempertimbangkan:
1)
2)
f.
4)
Batasan KDH ialah suatu nilai hasil pengurangan antara luas DP dengan luas proyeksi
tapak bangunan dan tapak basemen, dibagi luas DP.
Batasan KDH dinyatakan dalam satuan persen (%).
V-19
baru.
g.
h.
Jarak bebas samping untuk tipe bangunan deret pada PSL sangat padat dan padat
mulai lantai pertama sampai dengan lantai ke delapan diperkenankan 0 (nol) dengan
memperhatikan pencahayaan dan keamanan, sedangkan jarak bebas samping untuk
ketinggian bangunan lebih dari delapan lantai mengikuti jarak bebas yang sudah
ditentukan.
i. Jarak bebas samping untuk tipe bangunan deret pada PSL kurang padat dan tidak
padat mulai lantai pertama sampai dengan lantai ke empat diperkenankan 0 (nol)
dengan memperhatikan pencahayaan dan keamanan, sedangkan jarak bebas samping
untuk ketinggian bangunan lebih dari delapan lantai mengikuti jarak bebas yang sudah
ditentukan.
j. Pada jalan/kali dengan lebar sampai dengan 18 m, GSB/GSK sebesar ( x rumija).
k. Pada jalan/kali dengan lebar lebih dari 18 m, GSB/GSK minimum 10 m.
l. GSB dan GSK pada kawasan pemugaran disesuaikan berdasarkan ketentuan yang
diberlakukan pada kawasan tersebut.
m. Jarak bebas ialah jarak minimum yang diperkenankan dari bidang terluar suatu massa
bangunan ke:
a. Garis sempadan jalan (GSJ);
b. Antar massa bangunan lainnya;
c. Pagar/batas lahan yang dikuasai; dan/atau
d. Rencana saluran, jaringan tegangan tinggi listri dan jaringan pipa gas dan
sebagainya:
n.
o.
p.
: Jumlah Lapis
q.
r.
s.
t.
u.
V-20
b. Tipe Deret
w. Untuk bangunan kopel diperkenankan menempel hanya pada salah satu sisi kanan
atau kiri, dan pada sisi belakang bangunan harus mempunyai jarak bebas sesuai
dengan ketentuan.
a. Tipe Tunggal
Gambar V.10 Bangunan Tipe Tunggal dan Deret
v.
Untuk bangunan deret/rapat, pada sisi kanan dan kiri bangunan tidak ada jarak bebas
atau menempel dibatas persil, dan pada sisi belakang bangunan harus mempunyai
jarak bebas sesuai dengan ketentuan.
c. Tipe Kopel
x.
Pada kawasan PSL padat dan sangat padat, bangunan deret/rapat diperkenankan
sampai dengan ketinggian 8 lantai dengan ketentuan jarak bebas, ditetapkan sebagai
berikut:
V-21
1)
2)
y.
Jarak bebas samping lantai satu hingga lantai delapan adalah nol;
Jarak bebas samping lantai sembilan dan seterusnya sesuai dengan ketentuan
jarak bebas bangunan.
Pada kawasan PSL kurang padat dan tidak padat, bangunan deret/rapat
diperkenankan sampai dengan ketinggian 4 lantai dengan ketentuan jarak bebas,
ditetapkan sebagai berikut:
1)
Jarak bebas samping lantai satu hingga lantai empat adalah nol;
2)
Jarak bebas samping lantai lima dan seterusnya sesuai dengan ketentuan jarak
bebas bangunan.
z. Pada kawasan PSL padat dan sangat padat, bangunan kopel diperkenankan sampai
dengan ketinggian 8 lantai dengan ketentuan jarak bebas, ditetapkan sebagai berikut:
1)
Jarak bebas samping salah satu sisi yang menempel pada batas persil, lantai
satu hingga lantai delapan adalah nol;
2)
Jarak bebas samping salah satu sisi yang menempel pada batas persil, lantai
sembilan dan seterusnya sesuai dengan ketentuan jarak bebas bangunan.
. Pada kawasan PSL kurang padat dan tidak padat, bangunan kopel diperkenankan
sampai dengan ketinggian 4 lantai dengan ketentuan jarak bebas, ditetapkan sebagai
berikut:
1)
Jarak bebas samping salah satu sisi yang menempel pada batas persil, lantai
satu hingga lantai empat adalah nol;
2)
Jarak bebas samping salah satu sisi yang menempel pada batas persil, lantai
lima dan seterusnya sesuai dengan ketentuan jarak bebas bangunan.
3)
Jarak bebas bangunan tunggal/renggang untuk bangunan pada kawasan
pemugaran ditetapkan secara khusus.
. Pada bangunan rumah tinggal/hunian renggang, salah satu sisi samping bangunan
diperkenankan dibangun tanpa jarak bebas, dengan tetap memperhatikan keserasian
lingkungan.
. Pada dinding terluar lantai dua atau lebih, tidak boleh dibuat jendela, kecuali bangunan
tersebut mempunyai jarak bebas sebagaimana ditetapkan dalam peraturan daerah ini.
aa. Dalam hal dinding terluar bangunan rumah tinggal/hunian tidak memenuhi jarak bebas
yang ditetapkan, dibolehkan membuat bukaan penghawaan atau pencahayaan pada
ketinggian 2,0 (dua) meter dari permukaan lantai bersangkutan atau bukaan penuh
apabila dinding-dinding batas pekarangan yang berhadapan dengan bukaan tersebut
dibuat setinggi minimum 2,0 (dua) meter di atas permukaan lantai tingkat dan tidak
melebihi 7 (tujuh) meter dari permukaan tanah pekarangan.
bb. Pada dinding batas pekarangan yang terletak disamping dan/atau belakang yang
berbatasan dengan persil/perpetakan lain, tidak boleh dibuat bukaan dalam bentuk
apapun.
cc. Jarak bebas antara dua bangunan dalam suatu perpetakan/persil atau daerah
perencanaan, ditetapkan sebagai berikut:
a)
Dalam hal kedua-duanya mempunyai bidang bukaan yang saling berhadapan,
maka jarak antara dinding atau bidang tersebut minimum dua kali jarak bebas
yang ditetapkan;
b)
Dalam hal salah satu dinding yang berhadapan merupakan dinding tembok
tertutup dan yang lain merupakan bidang terbuka dan/atau berlubang, jarak
bebas antara dinding tersebut minimum satu kali jarak bebas yang ditetapkan;
c)
Dalam hal kedua-duanya memiliki bidang tertutup yang saling berhadapan, maka
jarak dinding terluar minimum setengah kali jarak bebas yang ditetapkan.
dd. Apabila suatu massa bangunan denahnya membentuk huruf U dan/atau huruf H
(dengan lekukan) dengan kedalaman lekukan melebihi Y, maka massa bangunan
tersebut dianggap sebagai dua massa bangunan, dan antara kedua massa tersebut
lebar minimum lekukan harus = Y. (Gambar 9.6)
Gambar V.11 Bangunan dengan Profil Denah H dan U
Y
Y
ee. Dalam hal GSB kurang dari jarak bebas yang ditetapkan, maka jarak bidang tampak
terluar dengan GSJ untuk lantai dasar sampai keempat adalah GSB, dan lantai kelima
atau lebih mengikuti ketentuan jarak bebas yang ditetapkan.
ff. Dalam hal GSB lebih besar dari jarak bebas yang ditetapkan, maka jarak bidang
tampak terluar dengan GSJ minimum adalah GSB.
gg. Jika bidang terluar bangunan lantai dasar sampai dengan lantai tertinggi puncak atap
merupakan dinding vertikal lurus, maka jarak bebas bangunan adalah 90% (sembilan
puluh persen) dari jarak bebas lantai tertinggi.
hh. Ketentuan cara membangun pada bangunan deret/rapat yang berkaitan dengan jarak
bangunan, ditetapkan sebagai berikut:
a)
Bidang dinding terluar tidak boleh melampaui batas pekarangan;
b)
Struktur dan pondasi bangunan terluar harus berjarak sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) cm dari batas pekarangan, kecuali untuk bangunan rumah tinggal;
c)
Perbaikan atau perombakan bangunan yang semula menggunakan dinding
batas bersama dengan bangunan di sebelahnya, disyaratkan untuk membuat
dinding batas tersendiri di samping dinding batas lama.
V-22
ll.
Dalam hal GSB dan GSJ deret berhimpit, bangunan diperkenankan berhimpit dengan
GSJ sampai dengan lantai ke 4 (empat) dan lantai berikutnya mengikuti ketentuan
jarak bebas bangunan, serta di lantai dasar diharuskan membuat arcade selebar
minimum 3m.
mm. Pada bangunan deret/rapat, setiap kelipatan maksimum 15 (lima belas) meter ke arah
dalam, harus disediakan ruang terbuka bangunan untuk penghawaan dan
pencahayaan alami dengan luas sekurang-kurangnya 6 (enam) m serta tetap
memenuhi KDB yang berlaku.
kk. Pada bangunan rumah tinggal dan bangunan rumah toko/rumah kantor deret/rapat,
jarak bebas samping dibolehkan rapat pada dinding sebelahnya, sedangkan jarak
bebas belakang ditetapkan didalam ketentuan teknis pemanfaatan ruang detail
Perumahan.
ll. Hubungan kuantitatif antara ketinggian bangunan (KB), jarak bebas samping/belakang,
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Dasar
Hijau (KDH), dan Koefisien Tapak Besmen (KTB) sesuai dengan Pola Sifat
Lingkungannya dijelaskan pada ketentuan intensitas masing-masing sub zona.
2.
Apabila kedua massa bangunan pada sisi yang berhadapan mempunyai dinding
berjendela/transparan, maka jarak bebas minimum = YA+YB (Gambar 9.7)
Apabila salah satu massa bangunan pada sisi yang berhadapan berdinding
masif/tanpa jendela dan massa bangunan lainya berdinding transparan, maka jarak
bebas minimum = 0,5 YA + YB (Gambar 9.8)
Gambar V.12 Jarak Bebas Antar Massa Bangunan
c.
d.
e.
f.
g.
Apabila kedua massa bangunan berdinding masif, maka jarang bebas = 0,5 YA + 0,5
YB (Gambar 9.9)
Apabila nilai jarak GSB-GSJ kurang dari Y, maka untuk :
1)
Ketinggian bangunan 4 lapis : jarak bebas minimum bidang terluar massa
bangunan dengan GSJ = Yn
2)
Ketinggian bangunan 4 lapis : jarak bebas minimum bidang terluar massa
bangunan dengan GSJ = nilai GSB.
Apabila dari denah lantai dasar sampai dengan denah lantai tertinggi antar massa
bangunan membentang bidang vertikal (yang lurus), maka jarak bebas antar massa
bangunan diberi reduksi sebesar 10% dari ketentuannya
Jarak bebas = Y / 2 ; - bila sudut bangunan membentuk sudut minimum 300 dengan
bidang pagar dan peruntukan di sebelahnya bukan perumahan, dinding bangunan
diperkenankan tidak masif.
Jarak Bebas antara Massa Bangunan dengan pagar, diatur sebagai berikut:
1)
Jarak bebas minimum = Y / 2 ; - bila dindingnya masif.
2)
Jarak bebas minimum = Y ; - bila berbatasan dengan pemanfaatan lahan
perumahan.
V-23
3.
Dengan adanya overstek pada bangunan, dimensi lebar overstek sebagai lantai
bangunan, akan mempengaruhi penetapan posisi ketentuan jarak bebas, yang
ketentuannya dapat di uraikan sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
Lebar overstek tidak lebih dari 1,50 m dan bidang mendatarnya tidak digunakan
sebagai lantai bangunan, maka jarak bebas diperhitungkan dari as kolom paling
luar blok bangunan dimaksud;
Lebar overstek tidak lebih dari 1,50 m dan bidang mendatarnya digunakan
sebagai lantai bangunan, maka jarak bebas bangunan diperhitungankan dari
garis proyeksi bidang vertikal terluar overstek tersebut;
Lebar overstek lebih dari 1,50 m di mana bidang mendatarnya digunakan atau
tidak digunakan sebagai lantai bangunan, maka jarak bebas bangunan
diperhitungkan dari garis proyeksi bidang vertikal terluar overstek tersebut;
Lebar overstek bervariasi dan ada yang melebihi 1,50 m di mana bidang
mendatarnya digunakan atau tidak digunakan sebagai lantai bangunan, maka
jarak bebas diperhitungkan dari garis proyeksi bidang vertikal terluar overstek
dengan lebar overstek maksimum.
Gambar V.17 Jarak Bebas dan Overstek
h.
Jarak bebas antara massa bangunan dengan jaringan tegangan tinggi listrik, jarak
bebas minimum diatur sesuai Gambar 9.11.
Gambar V.16 Jarak Bebas Kabel Listrik Tegangan Tinggi
i.
Jarak bebas antara massa bangunan dengan platform jalan layang adalah Y
terhadap proyeksi platform jalan layang.
V-24
5.
Jarak vertikal dari permukaan lantai dasar ( atau disebut lantai-1 ) ke permukaan
lantai-2 maksimum 10 (sepuluh) meter.
b.
n.
o.
c.
6.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
q.
m. Apabila bangunan ramp berfungsi sebagai jalan umum, maka bangunan dimaksud
menjadi milik Pemda DKI Jakarta.
V-25
b.
c.
d.
e.
f.
Bangunan besmen harus dapat memenuhi ketentuan batasan KTB dan KDH.
Dinding terluar bangunan besmen harus berjarak minimum 3 (tiga) meter dari GSJ,
pengaman saluran dan/atau persil/perpetakan.
Dinding terluar bangunan besmen pada persil/perpetakan kecil dengan lebar muka
bidang tanah maksimal 20 m, berjarak minimum 1(satu) meter dari GSJ, pengaman
saluran dan/atau persil/perpetakan lain serta tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap persil/perpetakan sekitar.
Apabila bangunan besmen melintas di bawah prasarana/lahan milik Pemerintah, maka
bangunan sebatas proyeksi batas prasarana/lahan dimaksud ke bangunan tersebut
menjadi milik Pemda DKI Jakarta.
Hak pengelolaan bangunan besmen dimaksud yang menjadi milik Pemda DKI Jakarta
dapat dimohonkan, dan hubungan kerja tentang pengelolaan tersebut harus mendapat
persetujuan Gubernur.
Gambar V.22 Bangunan Di Bawah Muka Tanah
g.
7.
Pemanfaatan ruang di bawah muka tanah (besmen) diarahkan untuk kegiatan yang
dapat mendukung fungsi fungsi sebagai berikut:
1)
Transportasi berupa terowongan jalan raya, terowongan kereta penumpang,
terowongan kereta barang, jalur pedestrian, fasilitas pendukung seperti
mekanikal/elektrikal, parkir, boiler dan sebaginya, komersial, dan/atau fasiitas
h.
i.
j.
Tinggi bangunan semi basement maksimum di bawah 1,20 m dari atas permukaan
tanah (peil untuk lokasi tersebut).
Jalur pergerakan di bawah muka tanah harus terintegrasi dengan pola pergerakan
transportasi di permukaan.
Jalur jaringan terowongan transportasi di bawah muka tanah diprioritaskan sejajar
dengan struktur jaringan jalan dan jaringan kereta api yang ada di muka tanah.
Bangunan besmen harus memenuhi persyaratan kesehatan, kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan.
V-26
h.
i.
j.
Perhitungan KDB dan KLB proyeksi bangunan tersebut yang berada pada lebih dari
satu daerah perencanaan (DP), secara proporsional dibebankan pada DP masingmasing.
Bagian proyeksi bangunan yang berada pada prasarana/lahan milik pemerintah
dan/atau saluran umum tidak diperhitungkan dalam KDB maupun KLB, namun sisanya
tetap diperhitungkan sesuai ketentuan.
Bagian proyeksi bangunan yang berada pada prasarana/lahan milik Pemerintah
dan/atau saluran umum harus diserahkan serta menjadi aset Pemerintah Daerah
Provinsi DKI Jakarta atas biaya pemohon, namun hak pengelolaan dapat dimohonkan
dan pembagian keuntungan harus mandapat persetujuan Gubernur.
Gambar V.24 Bangunan Komersial Layang
Arcade
9.
BANGUNAN TINGGI
a.
8.
b.
c.
d.
e.
f.
V-27
Bangunan yang dibangun di atas atau di dibawah permukaan air pada kawasan
perairan dipinggir pantai harus memenuhi persyaratan:
1)
2)
3)
4)
5)
b.
c.
Sesuai dengan kebijakan dan arahan rencana tata ruang bagian daratnya;
Aman terhadap pengaruh negatif pasang surut;
Penggunaannya tidak mengganggu keseimbangan lingkungan, tidak
menimbulkan perubahan arus air yang dapat merusak lingkungan sekitarnya dan
tidak menimbulkan pencemaran;
Penghawaan dan pencahayaan harus memenuhi persyaratan kesehatan pada
setiap jenis bangunan sesuai dengan fungsi bangunan;
Ruangan pada ruang bawah air harus memiliki sarana khusus bagi keamanan
dan keselamatan pemakai bangunan.
Bangunan sebagaimana yang dimaksud ayat (1) pasal ini diperkenankan hanya untuk
fungsi sarana rekreasi dan olah raga.
Bangunan yang dibangun di atas atau di dibawah permukaan air pada kawasan
perairan di pinggir pantai pasal ini harus mendapatkan persetujuan Gubernur.
d.
Daerah Manfaat Sungai adalah mata air, palung sungai dan daerah sempadan yang
sudah dibebaskan.
e.
Daerah Penguasaan Sungai adalah dataran banjir, daerah retensi, bantaran dan/atau
daerah sempadan yang tidak dibebaskan.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
b.
Daerah Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk
sungai buatan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi sungai dan laut untuk pemanfaatan fungsi kota.
c.
Daerah Sempadan Waduk adalah kawasan tertentu sekeliling waduk dan situ yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian waduk dan situ.
b.
c.
c.
d.
Jalur Tegangan Tinggi terdiri dari : Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
Pengaturan pemanfaatan ruang di bawah SUTT dan SUTET bertujuan untuk
melindungi keamanan jalur tegangan tinggi dari kegiatan yang dapat merusak atau
mengganggu sistem jaringan listrik SUTT dan SUTET serta melindungi masyarakat
dari dampak yang ditimbulkan SUTT dan SUTET terhadap kesehatan manusia.
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah saluran tenaga listrik yang
menggunakan kawat penghantar di udara dan digunakan untuk penyaluran tenaga
listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di atas 35 KV sampai
dengan 245 KV sesuai standar.
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) adalah saluran tenaga listrik yang
menggunakan kawat penghantar di udara dan digunakan untuk penyaluran tenaga
listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban yang lebih jauh dengan tegangan di atas
245 KV sesuai standar.
Ketentuan pemanfaatan lahan yang dilalui jalur dan di sekitar menara SUTT dan
SUTET adalah sebagai berikut:
1)
Tanah, bangunan dan tanaman yang dibebaskan untuk tapak menara diganti
rugi sesuai ketentuan yang berlaku;
V-28
b.
c.
d.
e.
2)
Tanah, bangunan dan tanaman di luar tapak menara yang berada di bawah
sepanjang jalur SUTT dan SUTET tidak perlu dibebaskan;
3)
Tanah, bangunan dan tanaman yang berada di bawah sepanjang jalur SUTT
atau SUTET sebagai ruang aman tetap digunakan oleh pemiliknya sesuai
dengan rencana tata ruang;
4)
Ruang bebas adalah ruang sekeliling penghantar SUTT atau SUTET, yang harus
dibebaskan dari kegiatan orang, makhluk hidup lainnya maupun benda apapun,
yang besarnya ditentukan berdasarkan tegangan, tekanan angin dan suhu kawat
penghantar.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
b.
3)
c.
d.
Tinggi pagar batas pekarangan sepanjang pekarangan samping dan belakang untuk
bangunan renggang maksimal 3 m di atas permukaan tanah pekarangan dan apabila
pagar tersebut merupakan dinding bangunan rumah tinggal bertingkat atau berfungsi
sebagai pembatas pandangan, maka tinggi tembok maksimal 7 m dari permukaan
tanah pekarangan.
b.
Tinggi pada GSJ dan antar GSJ dengan GSB pada bangunan rumah tinggal maksimal
1,50 m di atas permukaan tanah, dan untuk bangunan bukan rumah tinggal termasuk
untuk bangunan industri maksimal 2 m di atas permukaan tanah pekarangan.
c.
d.
e.
Pagar pada GSJ sebagaimana dimaksud pada ayat 9.25.3, harus tembus pandang,
dengan bagian bawahnya dapat tidak tembus pandang maksimal setinggi 1 m di atas
permukaan tanah pekarangan.
Pintu pagar pekarangan dalam keadaan terbuka tidak boleh melebihi GSJ.
Untuk bangunan-bangunan tertentu Gubernur Kepala Daerah dapat menetapkan lain.
e.
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
Udara;
Suara;
Film/slide;
Peragaan;
Neon Box;
Neon Sign;
Balon udara;
Lainnya
15. PAGAR
a.
Papan/billboard;
Megatron;
Videotron;
Electronic Display;
Kain;
Melekat (sticker);
Selebaran;
Berjalan (termasuk pada
kendaraan);
Jenis reklame yang dapat ditempatkan pada media luar ruang meliputi;
V-29
3. pengalihan nilai KLB antar lahan perencanaan ditetapkan oleh Gubernur atau Pejabat yang
ditunjuk.
Zona TPZ rawan banjir dan genangan, ketentuan pemanfaatan ruang pada kawasan rawan
banjir untuk mencegah atau mengurangi kerugian yang disebabkan oleh banjir dan/atau
genangan. Zona TPZ rawan banjir dan genangan berada pada lokasi yang permukaan
tanahnya berada dibawah permukaan air laut. Zona TPZ rawan banjir dan genangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan dengan ketentuan, meliputi: bangunan
dibuat dengan struktur yang lebih tinggi dari ketinggian genangan; tinggi lantai dasar suatu
bangunan diperkenankan mencapai 1,20 m di atas peil banjir; dan pengembangan kawasan di
atas 10.000 m2 diwajibnya membuat retention pond/water storage untuk penampungan air
sementara dengan besarannya disesuaikan dengan kajian tata air.
Zona TPZ permufakatan pembangunan merupakan permufakatan pengadaan lahan untuk
infrastruktur. Zona TPZ permufakatan pembangunan ditetapkan pada sepanjang koridor MRT
layang. Zona TPZ permufakatan pembangunan dengan ketentuan meliputi:
perubahan/penambahan kegiatan; dan penambahan luas lantai bangunan.
Zona TPZ Khusus merupakan kawasan vital yang memiliki karakteristik spesifik dan
keberadaannya dipertahankan oleh pemerintah baik pusat, daerah maupun asing. Zona TPZ
khusus meliputi: Kawasan Taman Medan Merdeka (Taman Monas) di Kecamatan Gambir;
Kawasan Istana Presiden di Kecamatan Gambir; Kawasan Tanjung Priok di Kecamatan
Tanjung Priok; Kawasan ASEAN di Kecamatan Kebayoran Baru; Kawasan Mabes TNI
Cilangkap di Kecamatan Cipayung; Kawasan Kopasus Cijantung di Kecamatan Pasar Rebo;
Kawasan Bandar Udara Halim Perdana Kusuma di Kecamatan Makasar; Kawasan Depo
Pertamina Plumpang di Kecamatan Tanjung Priok; Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok di
Kecamatan Tanjung Priok dan Kecamatan Cilincing; Kawasan Ekonomi Strategis (KES)
Marunda di Kecamatan Cilincing; Kawasan Marinir Cilandak di Kecamatan Cilandak; dan
kawasan budidaya pertanian sawah abadi di Kecamatan Cakung dan Kecamatan
Cengkareng. Penggunaan/pemanfaatan ruang di zona khusus dengan ketentuan sebagai
berikut: pada kawasan taman merdeka (taman monas) diperkenankan pemanfaatan ruang
bawah tanah sesuai ketentuan khusus yang tercantum dalam Klausul 11.4 Lampiran XI
peraturan daerah ini; memiliki dimensi dan ketentuan pembangunan sesuai kebutuhan
instansi yang berwenang dan ketentuan peraturan perundangan; tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap kawasan sekitar berupa dampak ekonomi, dampak sosial, dampak
lingkungan, dan dampak lalu lintas;dan setiap dampak lingkungan, sosial, dan lalu lintas harus
dilakukan penanganan sesuai rekomendasi dari SKPD, UKPD, dan/atau instansi yang terkait.
Zona TPZ pengendalian pertumbuhan merupakan zona yang dikendalikan perkembangannya
karena karakteristik kawasan. Zona pengendalian pertumbuhan meliputi: kawasan sentra
industri kecil; dan kawasan pembangunan berpola pita (ribbon development) di sepanjang
koridor transportasi massal di luar kawasan TOD meliputi kawasan koridor Kemang, Bangka,
Duren Tiga, dan Kawasan Tebet. TPZ pengendalian pertumbuhan kawasan sentra industri
kecil dengan ketentuan meliputi : menyediakan gudang bahan baku bersama; menyediakan
IPAL komunal; menyediakan dapur dengan teknologi ramah lingkungan; menyediakan fasilitas
bongkar muat komunal; dan menjadi anggota wadah atau perkumpulan yang terdaftar dan
diakui oleh pemerintah.
V-30
Pada kawasan dengan pembatasan lalu lintas dan penggunaan moda angkutan umum
sebagaimana diatur dalam rencana tata ruang wilayah, kewajiban parkir pada kawasan
pembatasan satu dibatasi sebesar maksimal 25% dari kewajiban yang disyaratkan,
b.
c.
d.
kewajiban parkir pada kawasan pembatasan dua dibatasi sebesar maksimal 50%,
kewajiban parkir pada kawasan tiga dibatasi sebesar 75%.
Pengaturan kewajiban parkir diberlakukan apabila sistem angkutan umum massal telah
direalisasikan.
Dalam hal sistem angkutan umum massal belum dapat direalisasikan, kewajiban parkir
paling sedikit harus dipenuhi sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
Penentuan Kebutuhan parkir:
Jenis Bangunan
Rumah Susun
- Luas lantai > 150 m2 bruto
- Luas lantai 50 150 m2 bruto
- Luas lantai < 50 m2 bruto
Rumah Susun Sederhana
Rumah Tinggal
Pempus/Pemda/Diplomatik
Perkantoran/Jasa/Bank
Pertokoan
Hotel
- Hotel Kelas I (Bintang 4- 5)
- Hotel Kelas II (Bintang 2- 3)
- Hotel Kelas III (Melati & Bintang I)
Bar/Amusement/NC
Pusat Kebugaran
Restoran/Cafe
Tempat hiburan lainnya
Sarana Pelayanan Umum (SPU)
- Terminal/Stasiun/Pelabuhan/Bandara
- Tempat ibadah
- Rumah Sakit
- Puskesmas
- Poliklinik/Rumah Sakit Bersalin/Spesialis
- Praktek Dokter
- Laboratorium/Apotik
Pendidikan
- TK/SD/SLTP/SMA
- Perguruan Tinngi
- Lembaga pendidikan/kursus
- Perpustakaan
Sosial Budaya
- Gedung Serbaguna Kel/Kec
- Balai Latihan Kerja
- Panti Sosial
- Gedung Jumpa Bakti >Kec
- Gedung Pertemuan/Balai Resepsi
Rekreasi Olahraga
- Gedung Olahraga
- Kolam Renang
- Stadion Olahraga
- Gedung Kesenian
Ketentuan pemanfaatan ruang dalam RDTR dan PZ merupakan upaya mewujudkan RDTR
dalam bentuk program pengembangan kecamatan dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima)
tahunan sampai akhir tahun masa perencanaan. Ketentuan pemanfaatan ruang berfungsi
sebagai:
1. dasar pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman investasi pengembangan kecamatan;
2. arahan untuk sektor dalam penyusunan program;
3. dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan dan penyusunan
Dalam perencanaan strategis, program yang merupakan salah satu keluaran ketentuan
pemanfaatan ruang dipahami sebagai activities needed to accomplish a plan (Wheelen &
Hunger, 1998). program adalah bagian dari suatu rencana operasional/dikelompokkan ke dalam
action plans atau rencana tindak, termasuk didalamnya adalah capital improvement
programme. Program harus ditindaklanjuti dengan penyusunan budget/anggaran dan prosedur
untuk pelaksanaannya.
Program dalam Undang-undnag No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasioanl adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
diaksanakan oleh instansi pemerintah/ lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta
memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yag dikoordinasikan oleh instansi
pemerintah. Program K/L/SKPD adalah sekumpulan rencana kerja suatu K/L atau SKPD.
Program Lintas K/L/SKPD adalah sekumpulan rencana kerja beberapa K/L atau beberapa
SKPD. Program Kewilayahan dan Lintas Wilayah adalah sekumpulan rencana kerja terpadu
V-34
antar K/L dan SKPD mengenai suatu atau beberapa wilayah, Daerah, atau kawasan.
Dalam Rencana Fisik, indikasi program yang ada di dalam RDTR dan PZ harus ditindaklanjuti
dan terwujudkan dalam proses pemrograman pembangunan yang resmi dan dituangkan dalam
Rencana Kerja dan Anggaran (UU 17/2003 ttg Keuangan Negara, PP 21/2004)
Program dalam PP No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dipahami
sebagai penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan
dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai
dengan misi SKPD [Pasal 1 angka 38] [juga Permendagri 13/2006: Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah]. Sedangkan dalam PP No. 21 tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana
Kerja Dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga, program adalah penjabaran kebijakan
Kementerian Negara/Lembaga dalam bentuk upaya yang berisi satu atau beberapa kegiatan
dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai
dengan misi Kementerian Negara/Lembaga [Pasal 1 Angka 9]. Jenis program, meliputi:
1. sectoral programmes
2. regional programmes
3. inter-sectoral (integrated program)
Dalam ranah manajemen strategis, program merupakan penjabaran dari kebijakan aspasial dan
kebijakan spasial (keruangan), sepenuhnya mempertimbangkan hasil analisis kekuatan dan
kelemahan internal serta peluang dan tantangan eksternal yang telah dianalisis serta programprogram jangka panjang dirinci ke dalam program-program jangka menengah dan program
jangka pendek yang lebih operasional dan terukur.
a.
Sinkronisasi
Memperhatikan rencana
pembangunan pengembangan
wilayah
Program pemanfaatan ruang dalam RDTR dan PZ dapat berupa (Ps. 120):
1.
2.
3.
V-35
3. Persoalan multi-kriteria
4. Teknik dalam penanganan multi-kriteria
Perkiraan Pendanaan
Penyusunan Program
Program dalam ketentuan pemanfaatan ruang RDTR dan PZ merupakan suatu bentuk
aktivitas sosial yang terorganisir dengan sasaran tertentu, dan ruang dan waktu terbatas
(program are long-term efforts with broad goals to accelerate development in a particular
sector, consisting of several or many projects (Robert Youker)). Instrumen kebijakan yang
berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk
mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan
masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah (UU No. 25/2004)
Program prioritas adalah program-program pemanfaatan yang memiliki bobot kepentingan
utama/perlu diprioritaskan untuk mewujudkan RTRW Kota sesuai arah yang dituju.
Penyusunan program prioritas dapat dilakukan dengan multi-kriteria yang
mempertimbangkan banyak aspek, yang kriterianya dapat ditentukan oleh kota sesuai
dengan kepentingannya. Kriteria penetapan program prioritas dapat mencakup:
1.
2.
3.
4.
5.
Program prioritas kota perlu mendukung program utama nasional dan provinsi dalam bidang
penataan ruang, seperti yang tercantum dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta maupun
RTRWN (Integrasi dan Koordinasi Vertikal). Program prioritas kota perlu saling
mendukung dengan program utama kabupaten dan kota lainnya yang berbatasan
(Integrasi & Koordinasi Horisontal). Persoalan dalam memilih program prioritas pada
umumnya disebabkan:
1. Konflik maksud, tujuan dan nilai yang diusung para stakeholder program
2. Konflik rasionalitas individu vs kolektif
1. Untuk merealisasikan program yang disusun, maka perlu dibuatkan rencana pembiayaan
dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun dan secara bertahap setiap 5 (lima) tahun.
2. Dijelaskan pula perkiraan rencana sumber pembiayaan, dan besar pembiayaan untuk
masing-masing program.
3. Pada dasarnya perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang sejauh mungkin
disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. [Perlu
diberi catatan untuk sistem pembiayaan non-konvensional yang diusulkan di luar dari
sistem yang sudah ada saat ini]
Instansi Pelaksana
1. Pelaksanaan program disesuaikan dengan tingkat pemerintahan sesuai dengan
kewenangannya, dan dapat melibatkan swasta dan masyarakat.
2. Instansi pelaksana (pemerintah) dapat dijabarkan dengan lebih rinci sesuai dengan
bidang, tugas, dan fungsinya dan harus terintegrasi antar sektor dalam
pelaksanaannya.
3. Instansi utama dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar:
a) instansi pelaksana utama
b) instansi pelaksana pendukung.
Waktu dan Tahapan Pelaksanaan
1. Program mempunyai durasi waktu pelaksanaan yang bervariasi,
2. Dalam penataan ruang dimungkinkan program yang bersifat tahun jamak (multi-years),
3. Untuk Rencana Tata Ruang Wilayah Kota, sebuah program direncanakan selama tahun
perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang dirinci per 5 (lima) tahun.
V.7.3 Ketentuan Pemanfaatan Ruang RDTR dan PZ DKI Jakarta
Program dalam ketentuan pemanfaatan ruang meliputi:
1. Program Pemanfaatan Ruang Prioritas
Program pemanfaatan ruang prioritas merupakan program-program pengembangan
kecamatan yang diindikasikan memiliki bobot tinggi berdasarkan tingkat kepentingan atau
diprioritaskan dan memiliki nilai strategis untuk mewujudkan rencana pola ruang dan rencana
jaringan prasarana di kecamatan sesuai tujuan penataan kecamatan. Program pemanfaatan
ruang dapat memuat kelompok program sebagai berikut:
1)
V-37
2.
Yang termasuk dalam kawasan yang dinyatakan sebagai milik umum, antara lain, adalah
sumber air dan pesisir pantai.
Selanjutnya berdasarkan Perda 1 Tahun 2010, hak masyarakat dalam penataan ruang seperti
diatur dalam dalam Pasal 226, Pasal 227, Pasal 228 dan Pasal 229 menyebutkan bahwa:
a. hak masyarakat dalam penataan ruang, adalah: :
1.
d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang di wilayahnya;
2.
3.
4.
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan
5.
f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang izin apabila
kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian.
6.
7.
Sedangkan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana diatur dalam Pasal 61
UU Nomor 26 Tahun 2007 sebagai berikut:
a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan dimaksudkan sebagai kewajiban setiap
orang untuk memiliki izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang sebelum
pelaksanaan pemanfaatan ruang.
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang;
Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai
kewajiban setiap orang untuk melaksanakan pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang
yang tercantum dalam izin pemanfaatan ruang.
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
8.
berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang;
berperan serta dalam pengawasan terhadap penyelenggaraan penataan ruang;
mengetahui secara terbuka rencana tata ruang dan peraturan zonasi;
menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari
penataan ruang;
memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialami sebagai akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;
mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi;
mengajukan tuntutan pembatalan izin dan/atau penghentian pembangunan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang kepada Gubernur; dan
mengajukan gugatan ganti kerugian kepada Pemerintah Daerah dan/atau pemegang izin
apabila kegiatan pembangunan tidak sesuai rencana tata ruang sehingga menimbulkan
kerugian.
b. Untuk mengetahui rencana tata ruang, masyarakat dapat mengetahui dari informasi yang
disampaikan oleh Pemerintah Daerah antara lain melalui media cetak, media elektronik dan
tempat-tempat lain yang mudah diketahui oleh masyarakat.
c. Dalam menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan
ruang, pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
d. Untuk menikmati dan memanfaatkan ruang beserta sumber daya alam yang terkandung di
dalamnya, menikmati manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan dilaksanakan atas dasar
pemilikan, penguasaan, atau pemberian hak tertentu berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
V-38
V-39
V.9.1 Praktek Pemberian Insentif Dan Disinsentif Di DKI Jakarta Selama Ini
Perangkat insentif dan disinsentif belum digunakan dalam upaya mewujudkan rencana tata
ruang di DKI Jakarta. Pada saat ini insentif maupun disinsentif dalam bentuk fiscal diatur dalam
Perda Nomor 1 Tahun 2006 , sedangkan prosedur dan penetapannya belum diatur lebih lanjut.
Jadi selama ini di DKI Jakarta, penerapan insentif dan disinsentif mengikuti Perda Nomor 1
Tahun 2006 tentang Retribusi Daerah sampai dengan dicabut dan diganti dengan Perda Nomor
3 Tahun 2012 tentang Retribusi Daerah, antara lain adalah:
1. Retribusi Pelampauan KLB
Izin untuk kenaikan KLB harus melalui mekanisme Rapat Pimpinan Gubernur, sehingga tidak
mudah. Bahkan terkadang kenaikan KLB tersebut juga harus dikaitkan dengan UDGL yang
telah disusun pada wilayah tersebut. Ketika dalam rapim diperoleh persetujuan untuk
kenaikan KLB, maka pengembang wajib membayar denda kenaikan KLB. Bagi pengembang
yang mempunyai analisis bisnis yang kuat, membayar denda KLB yang besar akan
sebanding dengan keutungan yang bakal mereka peroleh.
2. Retribusi penyesuaian Peruntukan
Izin untuk penyesuaian Peruntukan harus melalui mekanisme Rapim Gubernur, sehingga
tidak mudah. Bahkan terkadang penyesuaian peruntukan tersebut juga harus dikaitkan
dengan UDGL (Urban Design Guidelines) yang telah disusun pada wilayah tersebut. Ketika
dalam rapim diperoleh persetujuan untuk penyesuaian Peruntukan, maka pengembang wajib
membayar denda penyesuaian peruntukan. Bagi pengembang yang mempunyai analisis
bisnis yang kuat, penyesuaian peruntukan diperlukan untuk mencapai target bisnis yang
dikaitkan terhadap sentimen pasar di wilayah tertentu.
Setelah berlakunya Perda Nomor 3 Tahun 2012 tentang Retribusi Daerah, praktek seperti yang
disebutkan di atas tidak terjadi lagi. Namun, penyesuaian peruntukan untuk pembangunan
rumah susun dan fasilitas umum seperti sarana ibadah, sekolah, fasilitas kesehatan masih dapat
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan atas arahan Gubernur serta tidak dikenakan retribusi
dengan tetap melalui mekanisme Rapim Gubernur.
V.9.2 Azas Landasan Hukum/Kewenangan Pengenaan Insentif-Disinsentif
Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mewujudkan keadilan, mengurangi konflik dan
dampak negatif pemanfaatan ruang, menjamin berlangsungnya pembangunan kota yang
efisien, efektif serta sesuai fungsi kota dan konsisten dengan rencana tata ruang;
menjalankan fungsi pengendalian pemanfaatan ruang, di samping melaksanakan
pembangunan; serta, menyelenggarakan peran masyarakat dalam perencanaan, pemanfaatan,
dan pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam konteks ini maka azas landasan hukum atau
kewenangan pengenaan insentif-disinsentif adalah sebagai berikut:
1. Bundles of Rights (Hak atas Lahan)
Kewenangan untuk mengatur hak atas lahan, hubungan hukum antara orang/badan
dengan lahan, dan perbuatan hukum mengenai lahan.
2. Police Power (Pengaturan)
Berdasarkan
Peraturan
Perundangan
Dan
Prasyarat
Pengembangan perangkat insentif dan disinsentif dalam pengendalian pemanfaatan ruang atau
pelaksanaan penataan ruang, sangat diperlukan dalam rangka memacu pengembangan wilayah
dan kota sesuai dengan rencana tata ruang (RDTR dan Peraturan Zonasi). Pada prinsipnya,
insentif-disinsentif adalah perangkat untuk mengubah perilaku pemanfaat ruang. Dalam
penerapannya, insentif/disinsentif tetap harus disesuaikan dengan kewenangan dan
kemampuan yang dimiliki Daerah sendiri. Perangkat insentif dan disinsentif ini dapatlah
dipandang sebagai alat bantu yang efektif, meskipun terkadang (dalam jangka waktu pendek)
tidak selalu dirasakan efisien.
Dalam Undang undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dinyatakan bahwa
dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata
ruang dapat diberikan insentif dan/atau disinsentif oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.
Pemberian insentif dimaksudkan selain bertujuan memberikan rangsangan terhadap kegiatan
yang seiring dengan tujuan rencana tata ruang, juga sebagai upaya untuk memberikan imbalan
terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, baik yang dilakukan
oleh masyarakat maupun oleh pemerintah daerah. Bentuk insentif tersebut, antara lain, dapat
berupa keringanan pajak, prasarana dan sarana (infrastruktur), pemberian kompensasi,
kemudahan prosedur perizinan, dan pemberian penghargaan kerpada masyarakat, swasta
dan/atau pemerintah daerah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15/2010 tentang
Penyelenggaraan Panataan Ruang, Pasal 170, insentif diberikan untuk kegiatan pemanfaatan
ruang pada kawasan yang didorong pengembangannya. Ciri atau sifat insentif antara lain:
V-40
Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak masyarakat, dan dapat
diberikan pada:
a) Pemerintah kepada pemerintah daerah;
b) pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya; dan
c) pemerintah kepada masyarakat.
Kelemahan definisi insentif dan disinsentif versi Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang adalah sangat kaku, satu-satunya asumsi bahwa kondisi dan situasi yang
terjadi di lapangan adalah normal seperti yang telah diprediksikan pada saat proses penyusunan
rencana tata ruangnya. Oleh karena itu kemungkinan besar terjadi hal-hal khusus yang
mengharuskan pada tahap pemanfaatan ruang perlu sedikit menyesuaikan rencana yang ada
In the unpredictable, rapidly changing, messy and complex context which is urban
reality, a single blueprint plan or set of policies is unlikely to be either desirable or
feasible [Rakodi dan Devas (1993:271)]. Dalam hal ini contoh insentif yang muncul dalam
dinamika ruang misalnya:
1. boleh melanggar ketentuan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) atau KLB (Koefisien Lantai
Bangunan) maksimal yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang, sebagai daya tarik untuk
memacu investasi bagi pengembangan suatu kawasan tertentu yang memang ingin
dipercepat perkembangannya.
2. kasus ekstrim, mungkin rencana tata ruangnya yang dianggap tidak valid, sehingga
dimungkinkan adanya perubahan guna lahan (dengan prosedur khusus yang diatur
tersendiri - misalnya dahulu dengan Permendagri No. 4 tahun 1996).
Insentif dan disinsentif dapat diterapkan dalam kondisi normal maupun khusus. Dalam kondisi
NORMAL, sebagai perangkat pengelolaan pembangunan dalam kerangka pemanfaatan
pembangunan supaya tetap terjamin dan terimplementasikan sesuai dengan arahan rencana.
Khusus: supaya pengelolaan pembangunan tanggap terhadap perubahan-perubahan yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor setempat (internal) ataupun faktor-faktor luar (eksternal). Selama
keadaan khusus ini berimplikasi pada keharusan untuk melanggar rencana tata ruang yang
ada, yang berarti melanggar ketentuan hukum yang ada, keputusan dan/atau ketentuan
pengaturannya harus melalui proses perubahan Perda yang melibatkan masyarakat secara
terbuka (sesuai dengan PP No.68 tahun 2010).
V.9.4 Jenis Insentif Dan Disinsetif
Insentif dan disinsentif dalam konteks yang lebih umum mempunyai berbagai perangkat seperti
ekonomi/keuangan/fiskal; fisik; politik; hingga berupa regulasi/kebijakan. Jenis perangkat insentif
dan disinsentif ini antara lain:
1. Perangkat Pengaturan/Regulasi/Kebijaksanaan dapat berupa:
a)
V-41
Perangkat yang berkaitan langsung dengan elemen guna lahan: penguasaan lahan oleh
pemerintah (bank lahan).
Perangkat yang berkaitan dengan elemen pelayanan umum:
Pengadaan pelayanan umum oleh pemerintah (air bersih, pengumpulan /pengolahan
sampah, air kotor, listrik, telepon, angkutan umum)
V.9.5 Jenis Perangkat Insentif-Disinsentif Untuk Pelaksanaan RDTR Dan Peraturan Zonasi Di
DKI Jakarta
Pemberian insentif dan disinsentif dalam penataan ruang diselenggarakan untuk: (a)
meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka mewujudkan tata ruang
sesuai dengan rencana tata ruang; (b) memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan
dengan rencana tata ruang; dan (c) meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan
dalam rangka pemanfaatan ruang yang sejalan dengan rencana tata ruang. Arahan pemberian
insentif dan disinsentif merupakan acuan bagi Gubernur dalam pemberian insentif dan
pengenaan disinsentif kepada masyarakat baik perorangan atau lembaga. Pemberian insentif
dan pengenaan disinsentif dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif secara operasional dikoordinasikan oleh SKPD
yang terkait.
Pemberian insentif dapat diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan yang
didorong pengembangannya, mempercepat terwujudnya rencana struktur ruang dan rencana
pola ruang. Prioritas pemberian insentif diarahkan pada penyediaan dan penambahan RTH,
penanggulangan banjir, upaya mengatasi masalah kemacetan lalu lintas, peremajaan kota
melalui konsolidasi lahan berbasis masyarakat serta upaya pelestarian bangunan cagar budaya.
Insentif diberikan dengan tetap menghormati hak orang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Insentif dapat berupa insentif fiskal dan/atau insentif non fiskal. Insentif
fiskal dapat berupa: (a) pemberian keringanan pajak; dan/atau (b) pengurangan retribusi.
Insentif non fiskal dapat berupa: (a) pemberian kompensasi; (b) subsidi silang; (c) kemudahan
perizinan; (d) imbalan; (e) sewa ruang; (f) urun saham; (g) penyediaan prasarana dan sarana;
(h) penghargaan; dan/atau (i) publikasi atau promosi. Pemberian insentif fiskal dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau dikurangi
keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah. Prioritas pengenaan
disinsentif diarahkan pada setiap pemanfaatan lahan yang kegiatan pembangunannya
mengubah bentang alam yang berdampak negatif pada lingkungan, melampaui daya dukung
dan daya tampung ruang, dan meningkatkan bangkitan lalu lintas di atas kapasitas jaringan
jalan. Disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak orang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Disinsentif berupa : (a) disinsentif fiskal; dan (b) disinsentif non
fiskal. Disinsentif fiskal berupa pengenaan pajak dan/atau retribusi yang tinggi. Disinsentif non
fiskal, berupa: (a) kewajiban memberi kompensasi; (b) persyaratan khusus dalam perizinan; (c)
kewajiban memberi imbalan; dan/atau (d) pembatasan penyediaan prasarana dan sarana.
Pemberian disinsentif fiskal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Insentif dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Daerah lain dapat berupa: (a) pemberian
kompensasi dari pemerintah daerah penerima manfaat kepada daerah pemberi manfaat atas
manfaat yang diterima oleh daerah penerima manfaat; (b) kompensasi pemberian penyediaan
prasarana dan sarana; dan (c) publikasi atau promosi daerah. Insentif dari Pemerintah Daerah
V-42
5.
bangunan; dan
pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah daerah.
B. Disinsentif
Penetapan disinsentif di DKI Jakarta didasarkan atas pertimbangan pembangunan dan
pemanfaatan ruang perlu dibatasi dan dikendalikan untuk menjaga :
1. Kesesuaian fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang;
2. kesesuaian pemanfaatan ruang/guna lahan yang ditetapkan dalam zona dan
ketentuannya oleh Peraturan Zonasi;
3. kesesuaian kegiatan yang ditetapkan sesuai jenis zona di Peraturan Zonasi.
Obyek pengenaan disinsentif diberikan apabila pembangunan dilakukan pada kawasan yang
dibatasi perkembangannya. Jenis dan Kategori Pengenaan Disinsentif dapat berupa:
1. pengenaan denda secara progresif;
2. membatasi penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti;
3. pelarangan pengembangan lebih lanjut untuk pemanfaatan ruang yang telah terbangun
sebelum ketentuan ini disahkan; dan
4. pengenaan pajak/retribusi yang lebih tinggi disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang.
Disinsentif diberlakukan pada seluruh blok atau sub blok.
A. Insentif
Tujuan diberikan insentif di Provinsi DKI Jakarta sebagai berikut:
1. mendorong perwujudan rencana struktur ruang, rencana pola ruang dan kawasan
strategis yang telah ditetapkan;
2. meningkatkan upaya pengendalian perubahan pemanfaatan ruang di kecamatan;
3. memberikan kepastian hak atas pemanfaatan ruang bagi masyarakat;dan
4. meningkatkan kemitraan pemangku kepentingan dalam rangka pemanfaatan ruang,
pengendalian pemanfaatan ruang, dan pengawasan penataan ruang.
Obyek pemberian insentif meliputi:
a. pembangunan pada kawasan yang didorong pengembangannya;
b. pembangunan yang sesuai ekspresi bangunan dan lingkungan pada kawasan
pemugaran dan sub zona rumah kampung;
c. pembangunan yang mempertahankan kawasan/bangunan cagar budaya;
d. penyediaan ruang untuk fasilitas umum, berupa:
a) ruang privat bangunan yang dapat diakses oleh umum;
b) penyerahan lahan privat untuk jalan dan saluran.
e. peningkatan kuantitas dan kualitas sistem sirkulasi dan jalur penghubung bagi pejalan
kaki termasuk jalur bagi penyandang cacat dan lanjut usia oleh sektor privat;
f. pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas umum.
Jenis dan kategori pengenaan insentif berupa:
1. keringanan, pengurangan dan pembebasan pajak;
2. pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham;
3. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
4. pemberian keluwesan dalam batasan dan perhitungan KDB, KLB, dan ketinggian
V-43
2.
Terdapat dua sistem pemanfaatan ruang, yaitu pemanfaatan ruang yang didasarkan pada
kepastian hukum yang berupa peraturan zoning (Regulatory System) dan pemanfaatan ruang
yang proses pengambil keputusannya didasarkan pada pertimbangan lembaga perencanaan
yang berwenang untuk masing-masing-masing proposal pembangunan yang diajukan
(discretionary system). Berikut ini adalah penjelasan kedua sistem tersebut.
Negara yang menganut sistem discretionary ini adalah Inggris dan Singapura. Di negara
ini, peta rencana guna lahan (masterplan) dipandang semata-mata sebagai dokumen yang
mencakup dan menggambarkan pemilahan petak-petak tanah dan penggunaannya, dan
bukan sebagai instrumen dasar, terutama dalam menjalankan fungsi pengendalian
(Ratcliffe, 1974;292). Rencana yang tertuang dalam peta penggunaan lahan bukan
merupakan satu-satunya basis pengambilan keputusan pembangunan. Pihak pengambil
keputusan berhak mempertimbangkan aspek-aspek lain yang dianggap penting untuk
mengambil keputusan (Booth, 1992). Pengambil keputusan pada sistem ini berusaha
untuk menjawab kekurangan sistem zoning, yaitu dengan mewujudkan pembangunan
yang lebih fleksibel serta lebih responsif terhadap mekanisme pasar dan aspek eksternal
lainnya.
1.
Salah satu negara yang menerapkan sistem regulatory adalah Amerika Serikat. Peraturan
zoning di negara ini menjadi dasar praktek pengendalian pengunaan lahan dan
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahan di tingkat lokal (The Practice of local
Governement Planning, 1988:251). Peraturan Zoning (Zoning Ordinance) yang terdiri dari
peraturan penggunaan lahan, persyaratan teknis serta peta zoning disusun dan disahkan
oleh badan legislatif tingkat lokal dengan rekomendasi dari komisi perencanaan dan/atau
komisi zoning. Badan legislatif dan komisi inilah yang dalam pekerjaannya berkewajiban
mempertimbangkan dan memastikan bahwa peraturan zoning yang disusun tidak
berlawanan dengan rencana pembangunan daerah atau rencana pembangunan negara
bagian. Deviasi maupun penyimpangan dalam jumlah wajar terhadap rencana
pembangunan masih diperkenankan dalam penyusunan peraturan zoning, sehingga peran
rencana negara bagian lebih menyerupai dokumen penasehat. Kelembagaan terkait yang
mengatur penyusunan dan pelaksanaan zoning di Amerika adalah sebagai berikut.
Staf
Tanggung Jawab
Di beberapa daerah tertentu, berwenang untuk memberi kejelasan atas isi peraturan maupun peta zoning
yang berlaku.
Menjalankan kegiatan administrasi dalam implementasi peraturan zoning.
Menegakkan peraturan zoning.
Memberikan bantuan pada badan legislatif, komisi perencanaan dan dewan banding dengan menyusun
laporan tinjauan pembangunan dan informasi lainnya.
Tabel V.3 Distribusi Kewenangan dan Tanggung Jawab dalam Pengambilan Keputusan Zoning
Lembaga
Badan Legislatif
Komisi
Perencanaan
Dewan Banding
Tanggung Jawab
Menyusun dan mengesahkan peraturan dan peta zoning yang berlaku.
Memiliki kewenangan penentu dalam pengambilan keputusan perubahan pada peraturan maupun peta
zoning.
Memiliki kewenangan tertinggi dalam kebijakan zoning.
Merekomendasaikan batasan-batasan distrik bagi peta zoning yang diberlakukan.
Meninjau dan menyusun rekomendasi terhadap proposal perubahan peraturan maupun peta zoning.
Menjadi penasehat badan legislatif dalam hal peraturan zoning.
Di beberapa daerah tertentu, memiliki kewenangan penentu untuk mengadaptasi master plan.
Mempertimbangkan pengajuan proposal perubahan dan pembaharuan peraturan zoning.
Mempertimbangkan pemberian ijin pengecualian atas pembangunan (spesial permit) atau pemberian khusus
lainnya.
Kedua sistem perencanaan ini dijalankan oleh setiap tingkatan pemerintah baik pusat
maupun daerah propinsi dan daerah kota/kabupaten. Di tingkat pusat dipegang oleh
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional yang dalam proses perencanaan
berperan sebagai penyusun rencana sosial-ekonomi nasional serta berperan sebagai
koordinator berbagai departemen sektoral dalam menjalankan tugasnya. Perencanaan
ruang di tingkat nasional dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional
(BKPRN) sebagai badan yang tersusun atas banyak departemen dan dengan Ketua
Menko Perekonomian, sekretaris Bappenas, Ketua I: Menteri Pekerjaan Umum, dan Ketua
II: Menteri Dalam Negeri. Di propinsi, rencana sektoral dan spasial menjadi tanggung
jawab Bappeda Propinsi dan Bappeda kota/kabupaten untuk daerah kota/kabupaten
melalui masukan-masukan instansi terkait.
Rencana tata ruang di wilayah nasional, provinsi dan kabupaten atau kota berlaku sah
setelah disahkan oleh peraturan pemerintah atau peraturan pemerintah daerah (dapat
dikatakan sebagai kosensus antara masyarakat melalui DPR/DPRD dan pemerintah).
Rencana tata ruang menjadi produk perundangan yang mempunyai kekuatan hukum dan
pelanggaran terhadapnya merupakan pelanggaran terhadap peraturan perundangan yang
sah. Peraturan perundangan yang dapat menganulir rencana tata ruang yang sah adalah
peraturan perundangan yang mempunyai kekuatan hukum sama dan/atau lebih kuat.
V-44
Direct Development
Promote Development
1.
Preventif
Zoning.
Development Control, Development Permit, Site Plan Control.
Subdivision Control.
Disincentive.
Kuratif
Enforcement
Incentive
Zoning Regulation
Seperti yang dijelaskan dalam bagian sebelumnya (pemanfaatan ruang dengan sistem
regulatory), zoning merupakan pembagian lingkungan kota ke dalam zona-zona dan
menetapkan pengendalian pemanfaatan ruang (ketentuan hukum) yang berbeda-beda
(Barnett, 1982: 60-61; So, 1979:251). Setiap zona mempunyai aturan yang seragam (guna
lahan, intensitas, massa bangunan) dan satu zona dengan zona lainnya bisa berbeda
ukuran dan aturan. Dalam zoning aturan ditetapkan terlebih dahulu. Izin pembangunan
yang sesuai dengan aturan dapat langsung diterbitkan oleh pejabat berwenang tanpa
melalui penilaian (review).
Peraturan zoning pertama kali diterapkan di Kota New York pada Tahun 1916 dengan
tujuan sebagai berikut (Barnet, 1982:61):
a.
b.
Menentukan standar minimum sinar dan udara untuk jalan yang makin gelap akibat
banyak dan makin tingginya bangunan.
Memisahkan kegiatan yang dianggap tidak sesuai.
Pada perkembangan selanjutnya, zoning regulations ditujukan untuk beberapa hal sebagai
berikut (Barnet, 1982:61):
a.
b.
c.
Peraturan tradisional guna lahan awalnya terdiri dari 4 kategori dasar, yaitu perumahan,
komersial, industri dan pertanian (SO, 1979:251).
2.
d.
e.
f.
g.
V-45
1.
3.
h.
i.
2.
2.
3.
2.
3.
4.
5.
Bundles of Rights (Hak atas Lahan: Kewenangan untuk mengatur hak atas lahan,
hubungan hukum antara orang/badan dengan lahan, dan perbuatan hukum mengenai
lahan.
Police Power (Pengaturan): Kewenangan menerapkan peraturan hukum
(pengaturan, pengawasan dan pengendalian pembangunan di atas lahan maupun
kegiatan manusia yang menghuninya) untuk menjamin kesehatan umum,
keselamatan, moral dan kesejahteraan. Seringkali dianggap sebagai limitation on
private property/ individual rights dengan mempertimbangkan:
a. Tujuan umum (public purpose):
b. Kepentingan umum (public interest)
c. Kesejahteraan umum (general welfare)
Eminent Domain (Pencabutan Hak atas Lahan): Kewenangan tindakan mengambil
alih atau mencabut hak atas lahan di dalam batas kewenangannya dengan
kompensasi seperlunya dengan alasan untuk kepentingan umum
Taxation : Kewenangan mengenakan beban atau pungutan yang dilandasi kewajiban
hukum terhadap perorangan/kelompok atau pemilik lahan untuk tujuan kepentingan
umum.
Spending Power: Kewenangan membelanjakan dana publik untuk kepentingan
umum (melalui APBN dan/atau APBD)
V-46
Peraturan Zonasi
Perizinan
Insentif dan disinsentif; dan
Sanksi
Singapura
Sejak tahun 1959 Singapura telah dilengkapi dengan Statutory Master Plan maupun Non
Statutory untuk melakukan pengaturan pembangunan fisiknya. Master Plan ini merupakan
rencana fisik yang komprehensif dengan penekanan pada penataan penggunaan lahan
dengan tujuan untuk mengatur pembangunan fisik baik yang dilakukan oleh pihak swasta
maupun oleh pemerintah sendiri. Pengaturan dan pengendalian pemanfaatan lahan ini diatur
secara lebih terinci oleh suatu peraturan zoning. Peraturan ini diberikan dalam master plan
yang harus dievaluasi setiap 5 tahun sekali. Namun demikian, apabila dianggap perlu,
rezoning dapat dilakukan dengan prosedur tertentu seperti yang telah ditentukan dalam
Planning Act. Rezoning dilaksanakan untuk mengakomodasikan fleksibilitas rencana supaya
lebih banyak pembangunan oleh swasta yang dapat dilaksanakan. Perubahan ini, apabila
disetujui, dapat dilaksanakan oleh pemohon setelah membayar Development Charge.
Di Singapura, karena tidak ada pemerintahan daerah, aktivitas perencanaan dan pengendalian
pemanfaatan ruang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan badan-badan otorita yang ada.
Salah satu badan otorita yang paling penting berhubungan dengan perencanaan dan
pengendalian adalah URA atau Urban Redevelopment Authority. URA ini bertanggungjawab
dalam pembuatan rencana baik yang Statutory maupun yang Non Statutory serta memiliki
V-47
2. Development Control Division (DCD) yang antara lain bertugas untuk melakukan tugas
administrasi pengendalian pembangunan. DCD ini merupakan salah satu divisi yang
terdapat dalam badan otorita URA.
3. Development Control Committee (DCC) yang terdiri atas institusi profesional misalnya dan
Singapore Institute of Planner, The Singapore Institute of Architects, The Public Works
Departement dan The Ministry of Environment. DCC ini antara lain bertugas untuk
mernpertimbangkan dan memberikan rekomendasi kepada pihak berwenang mengenai
suatu permohonan pembangunan, memastikan bahwa proses pengambilan keputusan
berjalan dengan jujur dan adil, memiliki kewenangan untuk mengajukan sejumlah
persyaratan teknis untuk suatu permohonan bersyarat. Komite ini lebih berfungsi sebagai
kontrol pelaksanaan perubahan pemanfaatan lahan sehingga dapat dicapai hasil yang
maksimal untuk suatu permohonan.
Gambar V.30 Struktur Organisasi Pihak Berwenang dalam Perencanaan di Singapura
Prosedur pengajuan permohonan perubahan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan
master plan adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Proposal permohonan diajukan kepada Menteri melalui pihak berwenang (disebut sebagai
Competent Authority yang diketuai oleh Chief Planner URA).
Proposal dipertimbangkan oleh Menteri untuk diputuskan ( 6 minggu). Seluruh pendapat
dan keberatan atas permohonan tersebut akan ditampung dan dijadikan dasar penentuan
keputusan.
Menteri akan memutuskan untuk menerima, mengabulkan atau menolak proposal setelah:
a. mempertimbangkan seluruh dampak baik yang positif maupun negatif yang mungkin
muncul akibat pembangunan,
b. mempertimbangkan seluruh pendapat dan keberatan dan berbagai pihak,
c. dilakukan Public Hearing (dengar pendapat) untuk mendapatkan opini dan berbagai
pihak. Dengar pendapat dilaksanakan oleh pihak yang berwenang (competent
authority) yang juga menentukan hari, waktu dan tempat pelaksanaan serta melakukan
pemberitahuan kepada khalayak. Dengar pendapat diikuti oleh masyarakat yang
berkeberatan dengan permohonan pembangunan ataupun orang-orang yang peduli
dengan masalah permohonan izin pembangunan ini. Dengar pendapat ini dilakukan
dalam rangka membantu menteri dalam memutuskan suatu permohonan
pembangunan.
Pengumuman keputusan kepada pemohon yang dilakukan oleh pihak berwenang. Apabila
permohonan dikabulkan maka pemohon diharuskan rnembayar sejumlah uang sebagai
kompensasi akibat penyimpangan yang dilakukan. Sistem administrasi pemungutan pajak
ini serta apabila pemohon berkeberatan dengan biaya yang ditetapkan, dapat mengajukan
keberatan dengan prosedur seperti yang akan diperlihatkan pada Gambar VIII.3.
Minister of National
Development
Chief Planner URA
(Competent Authority)
Master Plan
Committe
Development
Control Division
Development
Control Committe
Dalam pengambilan keputusan tersebut Menteri dibantu oleh beberapa pihak yang antara lain
adalah:
1. Master Plan Committee (MPC) yang antara lain bertugas untuk mempertimbangkan dan
memberikan masukan mengenai suatu permohonan pembangunan. Selain itu juga bertugas
untuk memastikan bahwa seluruh permohonan selalu sesuai dengan master plan.
V-48
b.
Amerika Serikat
Di Amerika Serikat, dalam melakukan pengendalian pemanfaatan lahan, diterapkan suatu alat
dasar yang dikenal dengan nama Peraturan Zoning. Peraturan ini diterapkan oleh
pemerintahan kota. Zoning membagi suatu wilayah tertentu ke dalarn zona-zona dengan
penggunaan lahan yang berbeda-beda. Zoning juga dianggap sebagai alat kekuasaan
penertiban yang dimiliki oleh pernerintah untuk melakukan campur tangan terhadap
kelangsungan hidup masyarakat dengan maksud untuk melindungi kesehatan, keselamatan
dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
V-49
Variances (penyimpangan)
Variances diatur dalam aturan-aturan tertentu dengan maksud untuk mengurangi
kesulitan-kesulitan yang lebih berhubungan dengan karakteristik fisik dasar lahan (Kelly
dalam So, 1988). Ada dua jenis variances, yaitu use variance dan area variance
(Mandelker, 1993). Use variance didefinisikan sebagai variance yang melibatkan
pemanfaatan lahan yang berbeda dengan yang diizinkan dalam peraturan zoning yang
meliputi spot zoning dan rezoning , sedangkan area variance adalah semata-mata
kepastian untuk mendirikan, mengubah ketentuan-ketentuan pembangunan tapak seperti
ukuran kapling, setback, dan pembatasan mengenai bagian depan, misalnya bentuk tapak
yang aneh sehingga suatu bangunan yang secara kriteria teknis hams berbentuk persegi
panjang menjadi sulit untuk dilakukan karena tapak yang ada tidak memungkinkan hal
tersebut dilakukan atau perluasan garasi mobil dan pekarangan rumah ke arah samping
atau depan sedikit dan batas yang telah ditentukan (Kelly dalam So, 1988).
2.
Spot Zoning
Spot Zoning adalah perubahan peta zoning yang mengubah ulang (rezoning) suatu bagian
lahan dan penggunaan yang kurang intensif menjadi penggunaan yang lebih intensif
(Mandelker, 1993). Menurut Mahkamah Agung Texas, spot zoning adalah zoning-zoning
kecil yang berlawanan dengan zoning yang telah ditentukan. Secara definisi adalah
penyimpangan dan rencana komprehensif (Master Plan) khususnya untuk setiap persil
lahan yang mendapat perlakuan khusus atau memiliki hak istimewa yang tidak sesuai
dengan kiasifikasi penggunaan lahan di sekitarnya tanpa suatu penilaian keadaan
sekitarnya. Umumnya suatu spot zoning adalah pengecualian suatu guna lahan di suatu
daerah dengan guna lahan tertentu dengan luas yang cukup terbatas atau kecil saja.
Pengizinan suatu permohonan yang digolongkan dalam spot zoning ini akan menimbulkan
suatu kecemburuan terhadap sekitarnya.
Ada dua jenis kriteria yang digunakan sebagai dasar penilaian salah-tidaknya spot zoning,
yaitu kriteria spasial dan kriteria non-spasial. Kriteria spasial yang digunakan adalah
apakah spot zoning menjadi tidak sah jika hanya melibatkan satu persil kecil lahan dan
tidak konsisten dengan daerah sekitarnya. Sedangkan kriteria non-spasial yang digunakan
adalah apakah spot zoning menjadi tidak sah karena hanya menguntungkan satu pihak
saja sementara pemilik lahan di sekitarnya mengalarni kerugian (Mandelker, 1993). Saat
ini peraturan rnengenai spot zoning menjadi lebih lentur. Pengadilan yang memutuskan
suatu kasus biasanya tetap mempertimbangkan konsistensi dengan zoning dan
pemanfaatan lahan sekitar, tetapi ketidakkonsistenan dengan rencana kota secara
keseluruhan tidak lagi dipertimbangkan (Kelly dalam So, 1988)
3.
Rezoning
Rezoning merupakan perubahan dalam peraturan zoning yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam suatu area yang cukup luas. Rezoning merupakan salah satu bentuk
fleksibilitas terhadap peraturan zoning karena adalah merupakan suatu hal yang mustahil
apabila setiap lembaga perencana akan dapat merencanakan dan melaksanakan
peraturan zoning tersebut untuk setiap penggunaan lahan masa depan secara detail
(Wright, 1985).
Dalam pelaksanaan peraturan zoning dilakukan pembagian kekuasaan dan tanggung
jawab pada 4 lembaga utama yaitu:
1.
Ontario
Di Ontario, dalam melakukan pengendalian pemanfaatan lahan, juga diterapkan alat dasar
yang dikenal dengan nama Peraturan Zoning. Peraturan yang diterapkan ini memiliki tujuan
dan tata cara pengaturan pemanfaatan lahan yang hampir sama dengan peraturan zoning
yang berlaku di Amerika Serikat. Dengan peraturan ini, suatu wilayah dibagi kedalam zonazona dengan penggunaan lahan yang berbeda-beda. Peraturan ini mengatur segala bentuk
pemanfaatan lahan yang sesuai untuk setiap daerah yang berbeda sehingga pemanfaatan
yang tidak dikehendaki dapat dikendalikan.
Zoning terdiri atas peta zoning dan peraturan zoning yang pembuatan dan perubahannya
memerlukan persetujuan dan dewan kota. Dalam pelaksanaan peraturan zoning dilakukan
pembagian kekuasaan kepada beberapa badan yaitu:
1.
Gambar V.33 Prosedur Perubahan Pemanfaatan Lahan Besar dan Kecil di Amerika Serikat
Pemohon
Staff Administrasi
Melakukan penilaian
kelengkapan
administrasi dan
substansi
permohonan
Komisi
Perencanaan
Mengumumkan
Komisi
Perencanaan
Melaksanakan dengar
Penyerahan
Permohonan
Perubahan
Pemanfaatan
pelaksanaan dengar
pendapat kepada
masyarakat
pendapat dengan
masyarakat untuk
mendapatkan
masukan
Dewan Kota
Dewan Penyesuaian
Dewan Penyesuaian
Melaksanakan dengar
pendapat dengan
masyarakat
Menyerahkan
rekomendasi kepada
Dewan Kota
Memberikan penilaian
dan rekomendasi
keputusan kepada
Dewan Kotadan
menerima keberatan
pemohon
Komisi
Perencanaan
Memberikan
Lahan
T
Diizinkan
perubahan?
Pemohon
Pengadilan
Mengajukan keberatan
atas keputusan dan
permohonan ulang
Review Permohonan
dan memutuskan
permohonan
3.
rekomendasi
keputusan kepada
Dewan Penyesuaian
4.
Terima?
Dewan Kota
Penerbitan Izin
Perubahan
Pemanfaatan Lahan
2.
Dalam penerapan peraturan zoning ini ada beberapa jenis aktivitas yang mungkin terjadi
terutama yang berhubungan dengan penyimpangan terhadap peraturan zoning itu sendiri. Ada
beberapa jenis penyimpangan yang mungkin terjadi terhadap peraturan zoning yang telah
ditetapkan yang antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Councils of Local Municipalities (Dewan Kota), merupakan dewan legislatif daerah yang
berwenang untuk membuat dan menetapkan peraturan Zoning. Dewan ini berwenang juga
untuk memutuskan setiap permohonan perubahan yang antara lain adalah permohonan
penambahan intensitas bangunan.
Ontario Municipal Board (Badan Kotamadya Ontario), merupakan suatu badan yang
merupakan perwakilan dan kota-kota di Provinsi Ontario yang berwenang untuk
memutuskan permohonan yang bermasalah di daerah yang lebih bawah tingkatannya,
misalnya apabila ada satu permohonan di suatu kota, namun dengan beberapa
pertimbangan tidak diizinkan oleh Dewan Kota. Apabila pemohon tidak puas dengan
keputusan tersebut dapat mengajukan permohonan ulang kepada Ontario Municipal Board
(OMB) mi. OMB mi memiliki kekuasaan untuk menolak atau menyetujui setiap
permohonan dan keputusan dan OMB mi merupakan keputusan final.
Committee of Adjustment (Komisi Penyesuaian), merupakan suatu lembaga yang dibentuk
oleh Dewan Kota yang beranggotakan tidak lebih dan 3 orang yang berwenang untuk
memberikan izin pada permohonan yang digolongkan pada Minor Variance (Perubahan
kecil).
Minister of Municipal Affairs (Menteri Urusan Pemerintahan), berwenang untuk
memutuskan permohonan besar maupun permohonan yang digolongkan dalam
perubahan kecil yaitu perubahan yang berhubungan dengan intensitas bangunan ataupun
perpanjangan izin penggunaan lahan.
2.
Prosedur yang harus ditempuh untuk melakukan perubahan jenis besar adalah sebagai
berikut:
V-51
4.
5.
6.
7.
8.
2.
3.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pada prakteknya pelaksanaan pembangunan tidak
selalu berjalan sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Pelanggaran tersebut
dapat disebabkan oleh faktor teknik operasional, administrasi/politis dan perkembangan pasar
serta kemungkinan disebabkan oleh produk rencana tata ruang yang kurang memperhatikan
aspek-aspek pelaksanaan (pemanfaatan ruang) atau sebaliknya pemanfaatan ruang kurang
memperhatikan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, dalam praktek
pemanfaatan ruang dibutuhkan pula tindakan pengendalian pemanfaatan ruang yang baik.
Seringkali penyebab kegagalan pemanfaatan ruang disebabkan oleh administrasi yang tidak
terlalu baik yang menyebabkan sistem informasi yang buruk, terutama informasi pemanfaatan
maupun pelanggaran pemanfaatan ruang. Demikian pula prosedur yang berbelit-belit secara
Mengajukan
permohonan perubahan
pemanfaatan
Y
Perubahan
Besar?
Komisi
Penyesuaian
Melakukan
pemeriksaan
mengenai
permohonan
perubahan
pemanfaatan
lahan
Dewan Kota
Dewan Kota
Dewan Kota
Melakukan
persiapan
perubahan
rencana
Melakukan
persiapan teks
maupun peta
rencana
Melakukan
konsultasi
dengan
berbagai
pihak
Dewan
Kota
Mengeluarkan
izin
perubahan
Apakah
diizinka
n?
T
Pemohon
Mengajukan
permohonan ulang
kepada OMB
Komisi
Penyesuaian
Dewan Kota
Dewan Kota
Melaksanakan
dengar pendapat
untuk memperoleh
masukan dari
masyarakat
mengenai
permohonan
perubahan
Melakukan
pemberitahuan
kepada masyarakat
mengenai
pelaksanaan dengar
pendapat
OMB
Melaksanakan dengar
pendapat serta memberikan
keputusan final atas suatu
permohonan
Y
Komisi Penyesuaian
Melakukan
dengar pendapat
untuk
memperoleh
masukan dari
masyarakat
Menentukan
keputusan atas
permohonan
perubahan
Diizinkan?
Komisi Penyesuaian
Mengeluarkan Izin
Perubahan
T
Pemohon
OMB
Mengajukan
permohonan ulang
kepada OMB
Melakukan dengar
pendapat dan
memberikan
keputusan final
mengenai
permohonan
Berkaitan dengan peran serta masyarakat dalam perencanaan dan berkaitan dengan upaya
melembagakan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan, maka perlu
dipikirkan proses-proses yang berkaitan dengan keberatan masyarakat dalam pemanfataan
V-52
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tugas
Melakukan tugas administrasi untuk menerima
permohonan pembangunan/perubahan pemanfaatan lahan
serta melakukan inventarisasi permohonan tersebut.
Jenis
Perubahan
Kecil
Besar
Ontario
Komisi
Fenyesuaian
Dewan Kota
No.
8.
Kecil
Komisi
Penyesuaian
Chief Planner
URA
Staf Administrasi
Besar
Dewan Kota
Chief Planner
URA
Staf Administrasi
Kecil
Komisi
Penyesuaian
Chief Planner
URA
Komisi
Perencanaan
Besar
Dewan Kota
Chief Planner
URA
Komisi
Perencanaan
Kecil
Komisi
Penyesuaian
Komisi
Perencanaan
Besar
Dewan Kota
Chief Planner
URA
bersama
dengan MPC,
DCD, dan DCC
Idem
Kecil
Komisi
Penyesuaian
Chief Planner
URA
Komisi
Perencanaan
Komisi
Perencanaan
Besar
Dewan Kota
Chief Planner
URA
Komisi
Perencanaan
Kecil
Komisi
Penyesuaian
Chief Planner
URA
Komisi
Penyestiaian
Besar
Dewan Kota
Kecil
Chief Planner
URA
Chief Planner
URA
Komisi
Penyesuaian
-
Jenis
Perubahan
Besar
Kecil
9.
10.
12.
Ontario
-
Instansi-Berwenang
Singapura
Amerika Serikat
Chief Planner
URA
Menteri
Dewan Kota
Kecil
Besar
Kornisi
Penyesuaian
Dewan Kota
Komisi
Penyesuaian
Dewan Kota
Kecil
Besar
Komisi
Penyesuaian
Dewan Kota
Kecil
0MB
Menteri
Chief Planner
URA
Chief Planner
CR1
Chief Planner
Uk4
Chief Planner
URA
Menteri
Besar
0MB
Menteri
Besar
11.
Instansi-Berwenang
Singapura
Amerika Serikat
Chief Planner
Staf Administrasi
URA
Chief Planner
Staf Administrasi
URA
Tugas
Dewan Kota
Dewan Kota
Dewan Kota
Dewan Kota
Dewan Kota
Komisi
Penyesuaian
Komisi
Penyesuaian
4
V-53
taman seperti di atas, Zoning Chicago menetapkannya sebagai on-site improvements dengan
perhitungan bonus KLB sebagai berikut :
Bonus KLB = (luas area taman atau plaza dibagi dengan luas keseluruhan lahan pengembangan) x
1,0 x Dasar KLB
Perhitungan Bonus KLB untuk jenis peningkatan lainnya dapat dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel V.6 Obyek Insentif dan Perhitungan Bonus Zoning
No.
Obyek
1.
2.
Riverwalk
3.
Winter Garden
Bonus yang akan diberikan pemerintah merupakan hasil peraturan zonasi yaitu Zoning Chicago.
Zoning Chicago merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Chicago dalam
menyediakan ruang terbuka bagi warganya melalui pemberian bonus zonasi kepada kontraktor
gedung atau pengembang kawasan. Bonus zonasi yang diberikan ialah penambahan Koefisien
Lantai Bangunan (KLB) bagi bangunan yang menyediakan fasilitas ruang terbuka bagi publik
atau untuk privat. Terdapat dua jenis bonus zonasi yaitu; on-site improvements dan off-site
improvements. Dalam hal prosesnya, pemberian bonus diberikan oleh pemerintah kota melalui
The Zoning Administrator dan Department of Planning and Development. Pada penyediaan
V-54
Obyek
Indoor through-block
connection
4.
Outdoor through-block
connection
Pemberian bonus on-site improvements akan berdasarkan dari perhitungan terhadap area yang
telah ditentukan dari peningkatan dan pengaplikasian standar yang ditetapkan. Mekanisme
pemberian bonus juga ditetapkan dan disetujui oleh The Zoning Administrator dan The
Commissioner of the Department of Planning and Development Kota Chicago.
Jenis fasilitas yang memenuhi syarat oleh The Zoning Adminstrator :
a. sidewalk widening, yaitu meningkatkan fungsi dari keberadaan halaman suatu bangunan
untuk sirkulasi pejalan kaki dengan penanaman vegetasi atau pepohonan, landscaping,
tempat duduk, halte bus, dan fasilitas lainnya.
b. upper-story setbacks, yaitu desain bangunan/gedung yang dapat memberikan tambahan
cahaya bagi jalan dan meningkatkan sirkulasi udara.
V-55
Tambahan bonus bagi off-site improvements akan diberikan bagi rencana pengembangan
sebagai berikut:
a. Contributions to off-site parks or Chicago riverwalks, yaitu penyediaan taman atau
pengembangan pada sempadan sungai di kawasan lain yang masih termasuk ke dalam
pusat Kota Chicago. Dapat juga membantu pemerintah dalam meningkatkan taman atau
kawasan sempadan Sungai Chicago yang telah ada.
b. Special street lighting and landscaping, yaitu peningkatan terhadap kondisi fisik trotoar jalan
dengan penyediaan atau perbaikan pada penerangan jalan dan desain trotoar.
c. Transit station improvement, meningkatkan kondisi stasiun transit dengan menciptakan
akses baru, jalur lorong atau persimpangan jalan sehingga dapat mengurangi kemacetan
lalu lintas penumpang.
d. Pedway improvements, yaitu meningkatkan kondisi jalur pejalan kaki yang telah ada atau
dengan menambah akses baru pada jalur pejalan kaki.
e. Improvements of or adoption of a landmark, yaitu merestorasi bangunan bersejarah
dengan standar yang ada sehingga bangunan bersejarah dapat menjadi landmark bagi kota.
Dari gambar berikut dibawah dapat dilihat bahwa terdapat beberapa kelembagaan yang
mengatur mengenai penyediaan RTH oleh pihak swasta. Zoning Administrator bertugas dalam
memberikan pengawasan terhadap bentuk/jenis RTH tertentu yang berkaitan dengan standar
fasilitas dari suatu bangunan. Department of Planning and Development bertugas untuk
mengawasi dan mengatur dalam hal rencana tapak bangunan, rencana landscape, dan desain
RTH jika diperlukan. Chicago Plan Commission bertugas dalam hal meninjau ulang mengenai
penyediaan atau peningkatan fasilitas yang dikategorikan sebagai RTH pada suatu kawasan
bangunan. Izin pemberian bonus kemudian disetujui oleh City Council Committee on Zoning.
Pemberian mengenai bonus off-site improvements harus melewati proses sosialisasi (public
hearings) oleh Chicago Plan Commission dan City Council Committee on Zoning. Bonus
diberikan terhadap off-site improvements apabila permohonan izin mendapatkan rekomendasi
dari Chicago Plan Comission dan City Council.
Peraturan yang menetapkan batas-batas tertentu untuk persetujuan adminstratif bonus zonasi
dan batas-batas kebijaksanaan dari Zoning Administrator dan Commisioner pf Planning and
Development dalam pemberian bonus zonasi. Batas atas dari pemberian bonus ialah dimana
total gabungan bonus luas lantai melebihi 50% dari rasio area lantai dasar/Koefisien Dasar
Bangunan (KDB), bonus tersebut hanya dapat disetujui setelah ditinjau oleh Chicago Plan
Commission dan mendapat persetujuan dari City Council Committee on Zoning sebagai
perencana pengembangan.
Perhitungan bonus yaitu penambahan KLB bagi off-site improvements ialah sebagai berikut :
Kontribusi tunai untuk 1 sq.ft dari bonus KLB = 0,8 x biaya rata-rata dari 1 sq.ft lahan
yang dapat dibangun
Untuk dapat menghitung biaya rata-rata mengambil pada biaya rata-rata untuk 1 sq.ft
lahan dibagi oleh dasar KLB pada suatu kawasan,
Keterangan : 1 sq.ft = 0,09290304 m2
V-56
(1)
(2)
(3)
(4)
Lembaga yang menetapkan dan melaksanakan fungsi amandemen RDTR dan Peraturan
Zonasi adalah DPRD.
Tugas dan wewenang Lembaga Administrasi Pemanfaatan Ruang meliputi :
a. Melaksanakan pencatatan administrasi yang menyangkut pemanfaatan ruang:
- perizinan;
- pelaksanaan Teknik Pengaturan Zonasi;
- pelaksanaan insentif dan disinsentif; dan
- pelaksanaan sanksi.
b. Memantau, mengevaluasi dan melaporkan hasil evaluasi pelaksanaan pemanfaatan
ruang;
c. Menerima pengaduan masyarakat berkaitan dengan ketentuan pemanfaatan ruang;
Tugas dan wewenang Lembaga Pengaduan, Penyesuaian dan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang (Board of a Adjustment)
a. Menerima pengaduan masyarakat berkaitan dengan ketentuan pemanfaatan ruang;
b. Mempertimbangkan terhadap pengaduan masyarakat;
c. Mempertimbangkan terhadap hasil evaluasi pelaksanaan pemanfaatan ruang;
d. Menerima pengajuan penyesuaian terhadap ketentuan pemanfaatan ruang;
e. Mempertimbangkan penyesuaian dalam pelaksanaan teknik pengaturan zonasi;
f. Mempertimbangkan permohonan pemanfaatan ruang yang belum diatur;
g. Mempertimbangkan terhadap sanksi administrasi, pidana dan perdata.
h. Menetapkan sanksi administrasi;
i. Menetapkan pemrosesan sanksi pidana dan perdata ke pengadilan;
j. Menafsirkan ketidakjelasan aturan/ batas zona;
Tugas dan wewenang Lembaga Pembuat Rekomendasi Pemanfaatan Ruang (Planning
Commision) adalah memberi rekomendasi meliputi:
a. sanksi administrasi;
b. pemrosesan sanksi pidana dan perdata ke pengadilan;
c. keberatan dari masyarakat;
d. pelaksanaan teknik pengaturan zonasi;
e. tafsir kejelasan aturan/ batas zona;
f. pemanfaatan ruang yang belum diatur;
Jenis Lembaga
Dalam Raperda RDTR DKI Jakarta juga mengatur mengenai kelembagaan khususnya
mengenai pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas:
(1)
(2)
b.
Lembaga yang menetapkan dan melaksanakan fungsi amandemen RDTR dan Peraturan
Zonasi adalah DPRD.
Lembaga yang melaksanakan RDTR dan Peraturan Zonasi, meliputi:
a. Lembaga Administrasi Pemanfaatan Ruang (Pemprov DKI Jakarta)
b. Lembaga Pengaduan, Penyesuaian dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang (Board
of a Adjustment) (BKPRD)
c. Lembaga Pembuat Rekomendasi Pemanfaatan Ruang (Planning Commision)
(Lembaga Independent)
V-58
Perda Nomor 1 Tahun 2012. Dalam Perda ini sudah ditegaskan bahwa izin pemanfaatan ruang
diberikan kepada calon pengguna ruang yang akan melakukan kegiatan pemanfaatan ruang
pada suatu kawasan/zona berdasarkan rencana tata ruang.
V.11.3 Fungsi Perizinan
Dalam perizinan pemanfaatan ruang fungsi perizinan sebagai berikut:
Sebagai sarana yuridis untuk mengendalikan kegiatandan perilaku masyatakat.
sebagai sarana hukum administrasi karena izin itu bersifat hukum publik (bukan perdata
namun juga bukan pidana) yang terkait dengan kepentingan umum, sepihak dan mengikat,
sehingga apabila timbul sengketa hukum dari perizinan maka penyelesaiannya dilakukan di
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
merupakan bentuk ketentuan yang memperbolehkan atau memperkenankan menurut hukum
(sarana pengabsahan atau legitimasi yuridis) bagi seseorang untuk melakukan sesuatu
sesuai dengan jenis izin yang diterima.
Di DKI Jakarta fungsi prizinan pemanfaatan ruang ditegaskan dalam Pasal 200 Perda Nomor 1
Tahun 2012, fungsi perizinan yaitu untuk:
a. menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang, peraturan zonasi, dan
standard pelayanan minimal bidang penataan ruang;
b. mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang; dan
c. melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas.
V.11.4 Kedudukan Perizinan
Kedudukan Perizinan dalam pengendalian pemanfaatan ruang dapat dilihat dari gambar berikut
Wewenang pemerintah untuk mengeluarkan izin ditentukan secara tegas dalam peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar dari perizinan tersebut.
Dalam penerapannya, kewenangan pemerintah dalam bidang izin itu bersifat discretionary
power atau berupa kewenangan bebas, dalam arti kepada pemerintah diberi kewenangan untuk
mempertimbangkan atas dasar inisiatif sendiri hal-hal yang berkaitan dengan izin, misalnya
pertimbangan yang berkaitan dengan:
kondisi-kondisi apa yang memungkinkan suatu izin dapat diberikan kepada pemohon;
bagaimana mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut;
konsekuensi yuridis yang mungkin timbul akibat pemberian atau penolakan izin dikaitkan
dengan pembatasan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
prosedur apa yang harus diikuti atau dipersiapkan pada saat dan sesudah keputusan
diberikan baik penerimaan maupun penolakan pemberian izin.
Demikian pula dengan kondisi di DKI Jakarta sudah mengatur norma perizinan ini sesuai
dengan UU 26 Tahun 2007 dan PP Nomor 15 Tahun 2010 yang telah dituangkan ke dalam
V-59
Di dalam Pasal 163 dan 164 PP 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang,
meyebutkan bahwa:
a. Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.
b. Izin pemanfaatan ruang yang menjadi kewenangan Pemerintah dan pemerintah daerah
provinsi diberikan kepada calon pengguna ruang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Izin pemanfaatan ruang untuk kegiatan pemanfaatan sumber daya alam diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
V.11.6 Batasan Pemerintah Terkait Perizinan
Dalam perizinan pemanfaatan ruang ada keterlibatan/tindakan pemerintah yang berdasarkan
atas beberapa azas yaitu:
Asas Yuridiktas, keputusan pemerintah maupun administrasi tidak boleh melanggar hukum.
Asas Legalitas, keputusan harus diambil berdasarkan suatu ketentuan undang-undang
Asas Diskresi, pejabat penguasa tidak boleh menolak mengambil keputusan dengan alasan
tidak ada peraturannya dapat dilakukan diskresi.
V.11.7 Jenis-jenis Perizinan
Dalam perizinan ada beberapa jenis perizinan yang ada diantaranya:
Dalam Pasal 163 PP 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, jenis-jenis izin
pemanfaatan ruang yang berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
izin prinsip;
izin lokasi;
izin penggunaan pemanfaatan tanah;
izin mendirikan bangunan; dan
izin lain berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan.
Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.
Dalam Perda 1 Tahun 2012, Kategori izin pemanfaatan ruang terdiri atas izin pemanfaatan
ruang skala besar; dan izin pemanfaatan ruang skala kecil.
Untuk mendapatkan izin pemanfaatan ruang skala besar harus memenuhi persyaratan:
a.
b.
c.
d.
izin prinsip;
izin teknis;
izin lokasi; dan
pendukung perizinan.
V-60
Untuk mendapatkan izin pemanfaatan ruang skala kecil harus memenuhi persyaratan izin teknis.
Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur memperoleh izin pemanfaatan ruang diatur dengan
Peraturan Gubernur.
V.11.8 Arahan Kebijakan Perizinan dan Rekomendasi
Berdasarkan UU Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 pasal 27 ayat (1) perizinan diatur oleh
pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pada ayat (2) Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam pemberian izin pemanfaatan
ruang juga memperhatikan beberapa ketentuan diantaranya termuat dalam ayat (3), (4), dan (6)
yang dijelaskan sebagai berikut:
Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui prosedur
yang benar, batal demi hukum.
Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian
terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana tata ruang
wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan memberikan
ganti kerugian yang layak.
Pertimbangan Perizinan
Pemanfaatan ruang yang tak terkendali akan menimbulkan permasalahan dalam penataan
ruang. Untuk itu perlu ada pengendalian dan salah satunya adalah melalui perizinan. Perizinan
menjadi sangat penting dalam pemanfaatan ruang karena untuk mewujudkan masayarakat
yang sehat; pembangunan fisik sesuai haknya yang tertata, dilengkapi dengan sirkulasi lalulintas, akses, keselamatan dari bencana; dan Kualitas lingkungan fisik dengan menjamin
bahwa kegiatan yang tidak diinginkan (misalnya industri, perdagangan) tidak berlokasi di
kawasan tertentu.Oleh karena itu, setiap pembangunan harus memohon izin dari pemerintah
setempat, yang akan memeriksa kesesuaian rencana pembangunan dengan standar
administratif dan legal yang ditetapkan.
b.
c.
Prosedur pemberian izin pemanfaatan ruang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dengan
mengacu pada rencana tata ruang dan peraturan zonasi.
Pemberian izin dilakukan secara terkoordinasi dengan memperhatikan tugas dan fungsi
SKPD/UKPD terkait.
Dalam proses perolehan izin pemanfaatan ruang dapat dikenakan retribusi. Retribusi
merupakan biaya untuk administrasi perizinan.
Alur perizinan pembebasan lahan sampai keluarnya Izin Mendirikan Bangunan di Provinsi DKI
Jakarta, meliputi:
a.
SP3L (Surat Persetujuan Prinsip Pembebasan Lahan), sebagai dasar izin pembebasan
lahan di suatu lokasi. SP3L diterbitkan oleh pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk
V-61
a.
Pemohon
Pengukuran
Lahan
P3L
(overlay LRK)
Dilakukan
penataan
jalan
Tidak Sesuai
KRK
Sesuai
Pengajuan
P2B
Penerbitan
IMB
RAPIM
Sebelum penataan
c.
d.
e.
Sesuai
Setelah penataan
Diantara proses KRK dan RTLB, terdapat tim TPAK (Tim Penilai Arsitektur Kota) untuk
memastikan bahwa bangunan tersebut telah layak dinilai dari perspektif arsitektur perkotaan.
TPAK merupakan tim independen yang merupakan bagian dari Dinas Perijinan dan
Pengawasan Banguna (P2B).
Pada tahapan KRK, ada TPUT (Tim Pertimbangan Ukuran Tanah) yang menilai kelayakan
KRK di suatu lokasi.Tim ini diketuai oleh gubernur dengan sekretaris dari Tim Dinas Tata
Ruang dan beranggotakan DTR dari sektretariat TPUT dari Dinas Tata Ruang
Dalam proses perijinan pendirian bangunan hunian melalui dinas yang berdasarkan luas
lahannya:
a.
b.
c.
Hunian dengan luas lahan < 500 m2 maka perijinannya lewat Kecamatan/KSTK untuk
dibuatkan Ketetapan Rencana Kota (KRK).
Hunian dengan luas lahan < 2500 m2 maka perijinannya melalui Suku Dinas P3L untuk
dibuatkan Ketetapan Rencana Kota (KRK)
Hunian dengan luas lahan > 2500 m2 maka proses pembuatan Rencana Tata Letak
Bangunannya melalui Dinas Tata Ruang.
Pada diagram proses perijinan IMB harus melalui proses permohonan KRK terlebih dahulu.
Proses awalnya dimulai dari pemohon mengajukan pengukuran lahan dan mengisi formulir,
serta melengkapi persyaratan yang diminta. Setelah selesai proses pengukuran, kemudian
digambarkan oleh kasi pengukuran dalam skala 1:1000. Apabila proses pengukuran dan
penggambaran, proses selanjutnya dalah penarikan rencana dan pengecekan kesesuaian
berdasarkan Lembaran Rencana Kota. Setelah melalui pengecekan dan penarikan rencana,
dan ditemukan kesesuaian, kemudian KRK bisa dikeluarkan oleh P3L.
Apabila terdapat ketidaksesuaian dalam penarikan rencana dalam ketetapan Rencana Kota
maka akan dilakukan Rapim bersama Gubernur Provinsi DKI Jakarta, jika sudah mendapat
persetujuan dari Gubernur setelah itu dibuat Rencana Tata Letak Bangunannya oleh Sudin
V-62
Pada diagram proses perijinan IMB, harus melalui proses permohonan KRK terlebih dahulu.
Proses awalnya dimulai dari pemohon mengajukan pengukuran lahan dan mengisi formulir,
serta melengkapi persyaratan yang diminta. Setelah selesai proses pengukuran, kemudian
digambarkan oleh kasi pengukuran dalam skala 1:1000. Apabila proses pengukuran dan
penggambaran, proses selanjutnya dalah penarikan rencana dan pengecekan kesesuaian
berdasarkan Lembaran Rencana Kota. Setelah melalui pengecekan dan penarikan rencana,
dan ditemukan kesesuaian, kemudian KRK bisa dikeluarkan oleh P3L.
Pemohon
Setelah KRK selesai dibuat, kemudian diproses di Pengendalian Ruang untuk dibuatkan RTLB
atau blok plan. Apabila sudah terdapat kesesuaian antara peruntukan dan rencana yang
diajukan, RTLB dan KRK yang sudah dibuat dapat diajukan sebagai persyaratan untuk proses
di dalam P2B untuk diterbitkan IMB. Apabila terdapat ketidaksesuaian dalam penarikan
rencana dalam ketetapan Rencana Kota maka akan dilakukan Rapim bersama Gubernur
Provinsi DKI Jakarta, jika sudah mendapat persetujuan dari Gubernur setelah itu dibuat
Rencana Tata Letak Bangunannya oleh Sudin Pengendalian Ruang. Kemudian RTLB dan
KRK yang sudah dibuat dapat diajukan sebagai persyaratan untuk proses di dalam P2B untuk
diterbitkan IMB.
Pengukuran Lahan
P3L
KRK
(overlay LRK)
Tidak Sesuai
RAPIM
Sesuai
Untuk proses pengajuan perizinan IMB tanah diatas 2500 m2 baik hunian maupun non hunian,
proses persetujuan Rencana Tata Letak Bangunannya diserahkan pada pihak Dinas Tata
Ruang (DTR) setelah itu dikembalikan kepada Suku Dinas P3L yang kemudian KRK dan RTLB
diajukan sebagai persyaratan untuk proses P2B untuk diterbitkan IMB.
Pengajuan P2B
c.
Pengendalian
RTLB/
Ruang
Blok Plan
Sesuai
Penerbitan IMB
Instansi terkait dengan fasilitas yang akan dibangun bertanggung jawab secara langsung.
Misalnya jika ingin membangun fasilitras rumah sakit di suatu daerah maka pihak yang
mengurus perizinannya Dinas Kesehatan. Jika ingin membangun terminal maka pihak yang
bertanggung jawab tergantung alokasi dana dianggarkan di dinas mana oleh pihak Bappeda,
apakah dinas perhubungan atau dinas pekerjaan umum.
b.
c.
d.
Non hunian dengan luas lahan < 500 m2 maka perijinannya melalui Suku Dinas P3L
setelah dibuat Ketetapan Rencana Kota (KRK), diteruskan ke Suku Dinas Pengendalian
Ruang Kota Administrasi untuk dibuat Rencana Tata Letak Bangunan (RTLB) / Blok Plan.
Non hunian dengan luas lahan < 2500 m2 maka perijinannya melalui Suku Dinas P3L
setelah dibuat Ketetapan Rencana Kota (KRK), diteruskan ke Suku Dinas Pengendalian
Ruang Kota Administrasi untuk dibuat Rencana Tata Letak Bangunan (RTLB) / Blok Plan.
Non hunian dengan luas lahan > 2500 m2 maka proses pembuatan Rencana Tata Letak
Bangunannya melalui Dinas Tata Ruang.
Non hunian dengan luas lahan > 5000 m2 harus membuat SIPPT dan SP3L untuk jadi
salah satu syarat mendapatkan IMB dari Gubernur melalui Dinas Tata Ruang.
Ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana, merupakan gejala umum yang terjadi di
kota-kota yang pesat pertumbuhannya. Perubahan pemanfaatan ruang dari peruntukan yang
direncanakan umumnya disebabkan oleh ketidaksesuaian antara pertimbangan yang
mendasari arahan rencana dengan pertimbangan pelaku pasar (Zulkaidi, 1999: 108).
Di satu sisi, pemanfaatan ruang harus mempertimbangkan kepentingan umum serta ketentuan
teknis dan lingkungan yang berlaku, sedangkan di sisi lainnya kepentingan pasar dan dunia
usaha mempunyai kekuatan yang sangat besar yang sulit untuk ditahan. Kedua faktor yang
saling berlawanan ini diserasikan untuk memperoleh arahan pemanfaatan ruang yang
optimum, yaitu yang dapat mengakomodasi kebutuhan pasar dengan meminimumkan dampak
sampingan yang dapat merugikan kepentingan umum. Optimasi yang memuaskan semua
pelaku yang terlibat tidak selalu dapat dicapai, dan ini juga tidak selalu sama untuk kasuskasus dan lokasi pemanfaatan ruang yang dihadapi.
V-63
Chapin dan Kaiser (1979: 28-31) menyatakan bahwa struktur kota sangat berkaitan dengan 3
sistem, yaitu :
Ada dua gaya berlawanan yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan pemanfaatan
ruang, yaitu :
1.
a.
Gaya sentrifugal, mendorong kegiatan berpindah dari kawasan (pusat kota) ke wilayah
pinggiran. Ada lima gaya yang bekerja dalam hal ini, yaitu :
Gaya situasional, akibat jarak bangunan dan alinemen fungsional yang tidak
memuaskan;
Gaya evolusi sosial, akibat tingginya nilai lahan, pajak, dan keterbatasan berkembang;
Status dan organisasi hunian, akibat bentuk fungsional yang kedaluaersa, pola yang
mengkristal, dan fasilitas transportasi yang tidak memuaskan.
b.
Gaya sentripetal, bekerja menahan fungsi-fungsi tertentu di suatu kawasan (pusat kota)
dan menarik fungsi lainnya ke dalamnya. Gaya ini terjadi karena sejumlah kualitas daya
tarik kawasan (pusat kota), yaitu :
Daya tarik (fisik) tapak, biasanya kualitas lansekap alami,
Kenyamanan fungsional, merupakan hasil dari adanya aksesibilitas maksimum
terhadap wilayah metropolitan dan sekitarnya,
Daya tarik fungsional, yaitu konsentrasi satu fungsi di pusat kota yang bekerja sebagai
magnet kuat yang menarik fungsi lainnya,
Gengsi fungsional, yaitu berkembangnya reputasi (misalnya suatu jalan atau lokasi)
akibat adanya fungsi tertentu (restoran, toko, dll)
2.
3.
Sistem kegiatan, berkaitan dengan cara manusia dan kelembagaan mengatur urusannya
sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya dan saling berinteraksi dalam waktu dan ruang.
Sistem pengembangan lahan, berfokus pada proses pengubahan ruang dan
penyesuaiannya untuk kebutuhan manusia dalam menampung kegiatan yang ada dalam
susunan sistem kegiatan sementara.
Sistem lingkungan berkaitan dengan kondisi biotik dan abiotok yang dibangkitkan oleh
proses alamiah, yang berfokus pada kehidupan tumbuhan dan hewan, serta prosesproses dasar yang berkaitan dengan air, udara dan material.
Faktor penting yang mendasari pengaturan ketiga sistem tersebut adalah kepentingan umum,
yang mencakup pertimbangan kesehatan dan keselamatan, kenyamanan, efisiensi dan
konservasi energi; kualitas lingkungan; persamaan sosial pilihan; dan amenitas sosial (Chapin
dan Kaiser, 1979: 48-58). Karena aspek kepentingan umum tidak selalu diperhatikan oleh
semua pelaku yang terlibat, maka pemerintah menyusun sistem perencanaan dan panduan
sebagai cara untuk menata peranan pemerintah dalam sistem utama yang mempengaruhi
pemanfaatan lahan dengan menggunakan kekuatan dan ikutan proses politik, maupun
kekuatan pasar (Chapin dan Kaiser, 1979: 60).
V.11.13 Lingkup Perubahan Pemanfaatan Ruang
Perubahan pemanfaatan ruang dapat mengacu pada 2 hal yang berbeda, yaitu pemanfaatan
ruang sebelumnya, atau rencana tata ruang. Perubahan yang mengacu pada pemanfaatan
sebelumnya adalah suatu pemanfaatan baru atas lahan yang berbeda dengan pemanfaatan
lahan sebelumnya, sedangkan perubahan yang mengacu pada rencana tata ruang adalah
pemanfaatan baru atas tanah (lahan) yang tidak sesuai dengan yang ditentukan dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah disahkan.
Jenis perubahan pemanfaatan ruang dapat dibagi menjadi tiga cakupan, yaitu :
1.
2.
3.
Tahapan dalam suatu proses perubahan fungsi kawasan yang terjadi, terutama dari
perumahan ke fungsi baru, adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Penetrasi, yaitu terjadinya penerobosan fungsi baru ke dalam suatu fungsi yang
homogen.
Invasi, yaitu terjadinya serbuan fungsi baru yang lebih besar dari tahap penetrasi tetapi
belum mendominasi fungsi lama.
Dominasi, yaitu terjadinya perubahan dominasi proporsi fungsi dari fungsi lama ke fungsi
baru akibat besarnya perubahan ke fungsi baru.
Suksesi, yaitu terjadinya pergantian sama sekali dari suatu fungsi lama ke fungsi baru.
Selain kedua gaya tersebut, ada faktor lain yang merupakan hak manusia untuk memilih, yaitu
faktor persamaan manusia (human equation). Faktor ini dapat bekerja sebagai gaya sentripetal
maupun gaya sentrifugal. Misalnya; pajak bumi dan bangunan (PBB) di pusat kota yang tinggi
dapat membuat seseorang pindah dari pusat kota (gaya sentrifugal) Karena kegiatannya tidak
ekonomis, tetapi dapat menahan dan menarik orang lainnya untuk tinggal (gaya sentripetal)
karena keuntungannya yang diperoleh dari kegiatannya masih lebih besar dari pajak yang
harus dibayar (Charles C. Colby dalam Boune, ed., 1971: 77-78).
V.11.15 Pihak yang Terlibat dalam Perubahan Pemanfaatan Ruang
Konflik atau ketidaksesuaian kepentingan antara 2 pihak atau lebih terhadap satu atau lebih
masalah, sering terjadi dalam perubahan pemanfaatan ruang. Pihak-pihak sering konflik ini
berkaitan langsung dengan aktor-aktor yang terlibat di dalam perubahan pemanfaatan ruang,
yaitu :
1.
2.
V-64
menimbulkan dampak baik sosial, lingkungan dan tata ruang. Supaya perubahan pemanfaatan
ruang itu sesuai dengan peruntukan ruang maka perlu melalui langkah-langkah berikut:
1.
2.
3.
4.
Jika disetujui, instansi yang berwenang melakukan perubahan untuk kemudian diajukan
kembali kepada DPRD untuk di-Perdakan kembali.
Proses perubahan pemanfaatan ruang dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar V.44
Prosedur Perubahan Pemanfaatan Ruang
Perubahan harus dilakukan untuk mengutamakan kepentingan publik yang lebih luas
2.
Disamping syarat umum di atas ada pula syarat khusus perubahan pemanfaatan ruang
diantaranya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
b.
c.
Selain mekanisme prosedur perubahan pemanfaatan ruang secara umum juga terdapat
prosedur perubahan pemanfaatan ruang secara teknis. Prosedur ini terbagi atas prosedur
perubahan sementara, tetap, kecil dan besar. Pada setiap prosedur perubahan ada ketentuan
masing-masing seperti dalam penjelasan berikut ini:
1.
4.
Gambar V.45
Prosedur Perubahan Pemanfaatan Ruang
pemanfaatan dan
V-66
semua aturan teknis dan penataan ruang sudah dinyatakan secara eksplisit
memudahkan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang
pemohon dapat menilai sendiri proposal pembangunannya
(IP2T) yang prosesnya melalui Dinas Tata Ruang dan kewenangannya berada pada
Gubernur. Kemudian Peraturan Zonasi (PZ) pada lokasi permohonan dan Rencana Tata
Letak Bangunan (RTLB), proses dan kewenangan izintersebut berada pada tingkat Suku
Dinas Tata Ruang
b. Izin Teknis Pengaturan Zonasi (ITPZ) dibedakan menjadi 9 (sembilan) berdasarkan
Teknik Pengaturan Zonasi jenis perizinannya berdasarkan SK Penetapan ITPZ yang
prosesnya melalui Suku Dinas Tata Ruang dan kewenangannya berada pada
Gubernur yaitu:
1. ITPZ Zona Bonus diberlakukan pada kawasan Urban TOD
2. ITPZ Zona Transfer Development Right diberlakukan pada kawasan Urban TOD dan
Kawasan Urban Design Guide Lines (UDGL)
3. ITPZ Floating Zone diberlakukan pada kawasan reklamasi pantai utara jakarta
4. ITPZ Special Zone diberlakukan pada kawasan medan merdeka, kawasan sekitar depo
pertamina plumpang, kawasan mabesTNI Cijantung,
5. ITPZ Fiscal Zone diberlakukan pada kawasan ekonomi strategis marunda
6. ITPZ Design / Hystoric Preservation Zone diberlakukan pada kawasan cagar budaya
7. ITPZ Flood Plain Zone diberlakukan pada kawasan rawan banjir yang ditetapkan pada
kawasan sempadan sungai, kali dan kanal serta kawasan sekitar waduk/situ.
8. ITPZ Growth Control Zone diberlakukan pada kawasan ribbon development, kawasan
sepanjang koridor transportasi massal, dan kawasan permukiman dinamis
9. ITPZ Overlay Zone diberlakukan pada Kawasan yang memiliki tumpang tindih 2 atau
lebih ketentuan peraturan zonasi
c. Izin Fasilitas Umum (IFU) dibagi menjadi 2 (dua) yaitu
1. IFU oleh pemerintah berdasarkan SK Penetapan Lokasi Fasilitas Umum
2. IFU Fasilitas Umum oleh non-pemerintah jenis perizinannya dibagi menjadi 4 (empat)
yaitu Izin Prinsip Penetapan Pengadaan Tanah (IP3T), Izin Prinsip Penggunaan
Pemanfaatan Ruang (IP3R), Peraturan Zonasi (PZ) pada lokasi permohonan, dan
Rencana Tata Letak Bangunan (RTLB). Proses izin tersebut berada pada Dinas Tata
Ruang dan kewenangannya berada pada Gubernur.
d. Izin Khusus (IK) terdiri dari 6 (enam) jenis yaitu IK Jalan, IK Sungai, IK Taman
Interaktif, IK Taman Kota, IK Hutan Kota, dan IK RTH Perlindungan Khusus. Proses
izin tersebut berada pada Dinas Tata Ruang dan kewenangannya berada pada
Gubernur.
V.11.21 Mekanisme Perizinan Dalam Sistem Zoning yang Akan Diterapkan Di DKI Jakarta ke
Depan
Alur perizinan pembebasan lahan sampai keluarnya Izin Mendirikan Bangunan di Provinsi DKI
Jakarta, meliputi:
V-67
ijin lokasi yang berdasarkan aturan di DKI Jakarta disebut SP3L (Surat Persetujuan
Prinsip Pembebasan Lahan), sebagai dasar izin pembebasan lahan di suatu lokasi.
SP3L diterbitkan oleh pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk proses
pembebasan lahan dengan luas tanah di atas 5.000 m2.
b.
ijin pemanfaatan ruang yang berdasarkan aturan di DKI Jakarta disebut SIPPT
(Surat Izin Penggunaan Peruntukan Tanah), yang memuat bangunan apa yang boleh
di bangun di lokasi yang telah dibebaskan sebelumnya. Pada tahapan ini dilakukan
cross-check terhadap rencana kota yang yang telah tercantum di RDTR dan
Peraturan Zonasi. Landasan hukum diterbitkannya SIPPT akan ditetapkan dalam SK
Gubernur. SIPPT diterbitkan atas persetujuan Gubernur untuk luas lahan di atas
2.500 m2. Jika kondisi pada lapangan tidak sesuai dengan kebutuhan yang ingin
membangun, maka dapat dilakukan proses sebagai berikut
1.
2.
7.
8.
9.
10.
Penataan, sebagai contoh jika letak jalan pada kondisi lapangan akan memotong
bangunan yang direncanakan, maka lokasi jalan yang memotong lahan tersebut
dipindahkan ke bagian lain, sebagai contoh digambarkan pada sketsa berikut.
perubahan pemanfaatan ruang, sebagai contoh kasus jika ingin membangun gedung
komersial pada peruntukan kawasan perumahan, maka harus melalui tahapan
penyesuaian
yang
dilakukan
atas
persetujuan
gubernur
melalui
perubahan/amandemen Peraturan Daerah tentang RDTR dan PZ.
Alur mekanisme perizinan dalam sistemzoning yang akan diterapkan di DKI Jakarta ke depan
a. Pemohon mengajukan ijin pemanfaatan ruang. Permohonan ijin dibagi menjadi 2
jenis, yaitu ijin skala besar (> 2500 m2) dan ijin skala kecil (< 2.500 m2).
Untuk pemohon ijin skala besar, terdapat persyaratan khusus/tambahan yakni wajib
menyediakan dan menyerahkan fasilitas umum dan sosial.
b. Permohonan ijin dari pemohon tersebut selanjutnya dicatat serta diteliti oleh
Lembaga Administrasi Pemanfataan ruang, dengan tahapan sebagai berikut:
1.
2.
dilihat lokasi dan jenis zona yang ada pada lokasi apakah sesuai atau tidak dengan
aturan dasar pz, jika sudah sesuai maka proses selanjutnya adalah melihat apakah
ada teknik pengaturan zonasi yang diterapkan dan/atau insentif dan disinsentif
diterapkan. Setelah melihat hasilnya dan sudah dianggap lokasi yang dimohon sudah
sesuai dengan aturan PZ, maka langsung dilakukan penetapan.
jika permohonan ijin lokasi ternyata tidak sesuai dengan aturan PZ, maka pengajuan
ijin akan dilarang.
Gambar V.46 Mekanisme Perizinan Dalam Sistem Zoning yang akan Diterapkan di DKI Jakarta
V-69
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
3.
4.
3.
4.
V-70
2.
1.
1.
2.
1.
2.
2.
2.
2.
2.
c. Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah 2030
Perda Nomor 1 Tahun 2012 mengamanatkan tentang Pembinaan, disebutkan bahwa :
1.
2.
4.
2.
1.
2.
2.
2.
2.
2.
3.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Bentuk dan tata cara pengawasan dalam PP 15 Tahun 2010, muatannya adalah sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2.
3.
3.
Evaluasi.
Evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap tingkat pencapaian penyelenggaraan
penataan ruang secara terukur dan objektif.
pelaporan.
Pelaporan merupakan kegiatan penyampaian hasil evaluasi.
pengawasan khusus.
Pengawasan khusus, meliputi kegiatan pemeriksaan
data
dan
informasi
permasalahan khusus dalam penyelenggaraan penataan ruang; dan pengkajian
teknis terhadap permasalahan khusus dalam penyelenggaraan penataan ruang.
Dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan penataan ruang yang dilakukan oleh
masyarakat, Gubernur menyediakan sarana penyampaian hasil pengawasan penataan
ruang.
V.12.3 Pembinaan Dan Pengawasan Dalam Raperda Rdtr Dan Peraturan Zonasi
Pembinaan dan Pengawasan dalam Raperda RDTR dan Peraturan Zonasi termuat dalam Bab
XVI tentang Pembinan dan Pengawasan.
Pembinaan dalam pelaksanaan RDTR dan PZ memuat aturan sebagai berikut :
a. Pemerintah Daerah melakukan pembinaan penyelenggaraan RDTR dan Peraturan Zonasi,
melalui :
1.
2.
1.
e.
1. memeriksa data dan informasi permasalahan khusus dalam proses dan prosedur Teknik
Pengaturan Zonasi dalam pelaksanaan RDTR dan Peraturan Zonasi; dan
2. melakukan kajian teknis terhadap permasalahan khusus dalam proses dan prosedur
Teknik Pengaturan Zonasi
Pengawasan pelaksanaan RDTR dan Peraturan Zonasi menghasilkan laporan yang memuat
penilaian:
1.
f.
g.
pelaksanaan RDTR dan Peraturan Zonasi yang diselenggarakan tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan menghasilkan rekomendasi:
1.
h.
untuk dilakukan penyesuaian melalui proses dan prosedur Teknik Pengaturan Zonasi;
dan/atau
2. untuk dilakukan penertiban dan pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Tindak lanjut hasil pengawasan pelaksanaan RDTR dan Peraturan Zonasi meliputi:
1.
2.
i.
2.
Selain dalam bidang perencanaan pembangunan daerah dan lingkungan, monitoring dan
evaluasi juga dilakukan daam bidang penataan ruang berupa pengawasan terhadap
pelaksanaan penataan ruang.
V.12.4.1 Konteks Monitoring dan Evaluasi untuk Kebijakan Publik
Monitoring dan evaluasi untuk kebijakan public merupakan bagian inklusif dari Pengawasan
& Pengendalian (WASDAL) pelaksanaan suatu kebijakan, rencana, program, dan kegiatan
pemerintah. Monitoring dan evaluasi ini menjadi bagian penting untuk menjamin
dipenuhinya kinerja kebijakan, rencana, program, dan kegiatan sehingga tujuan
perencanaan pembangunan tercapai serta merupakan usaha menerus (continuous)
dan/atau reguler untuk memperoleh rangkaian/kronologis fakta dan analisa, serta
penilaian dari suatu pelaksanaan kebijakan, rencana, program, dan kegiatan pemerintah
Dalam konteks tersebut, pengawasan dipahami sebagai segala usaha untuk
mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau
kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak.Sedangkan pengendalin
merupakan segala usaha untuk menjamin dan mengarahkan suatu kegiatan agar pekerjaan
atau kegiatan yang sedang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Pengendalian merupakan pengawasan yang ditindaklanjuti dengan tindkan
korektif (DAL = WAS + Tindakan Korektif). Oleh karena itu, Pengendalian (DAL) selalu
dilakukan untuk suatu kebijakan, program, tugas atau kegiatan yang sedang berjalan
danpengawasan (WAS) dapat dilakukan untuk tugas atau kegiatan yang sudah selesai
maupun yang sedang berjalan.Dalam bahasa manajemen: pengendalian &
pengawasan adalah controlling (ingat Fungsi dalam Manajemen: PlanningOrganizing-Actuating-Controlling)
Dalam konteks fungsi manajemen tersebut di atas, controlling merupakan usaha untuk
mencegah kemungkinan penyimpangan rencana, kebijakan, program, kegiatan, instruksi,
saran, dsb yang telah ditetapkan.Pengendalian yang baik, terjadi apabila tujuan dapat dicapai
dengan efektif dan efisien. Pengawasan yang baik akan menunjukkan kemungkinan
penyimpangan yang disengaja maupun tidak akan cenderung menurun.Kedudukan MONEV
dalam Manajemen Pembangunan adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
Sebagai kegiatan/isi utama fungsi Pengawasan (baik langsung maupun tidak langsung)
Sebagai aspek pertimbangan utama pengambilan keputusan dilaksanakan-tidaknya
tindakan korektif dalam Pengendalian
Sebagai suatu fungsi penting dalam manajemen pelaksanaan pembangunan, yang
langsung terkait dengan rencana dan/atau perencanaan pembangunan.
Tabel V.7 Monitoring vs Evaluasi dalam Public Policy Analysis [Dunn, 1994)
Primary concern
Monitoring
Evaluation
Dalam analisis kebijakan public, terdaat 4 (empat) fungsi utama monitoring menurut Dunn
(1994), yaitu:
V-76
2.
3.
4.
POLICY OUTPUT: Barang, jasa, atau sumberdaya yang diterima oleh kelompok sasaran
dan penerima manfaat.
POLICY IMPACTS: Perubahan aktual dalam perilaku atau tingkah laku yang diakibatkan
adanya policy outputs.
Kelompok Sasaran tidak selalu sama dengan Penerima Manfaat:
Kelompok Sasaran /Target Group adalah individu, komunitas, atau organisasi yang
memang dirancang oleh kebijakan atau program untuk menerima akibat/efek dari
kebijakan/program tersebut.
Penerima Manfaat/Beneficiaries adalah kelompok yang merasakan bahwa akibat
dari kebijakan/program tersebut bermanfaat/bernilai bagi mereka.
Gambar V.49
Tindakan Regulasi, Alokasi dan Implementasi Program dan Proyek
Evaluasi dalam Analisis Kebijakan memiliki arti umum dan khusus. Secara UMUM
adalah sinonim dengan appraisal, rating, dan assessment, yaitu kata-kata yang
terkait dengan usaha-usaha untuk menganalisis hasil-hasil kebijakan/ program dalam bentuk
beberapa kelompok/set nilai-nilai. Secara KHUSUSmenunjuk pada produksi informasi
tentang nilai atau manfaat dari hasil kebijakan/program (apakah telah berkontribusi terhadap
tujuan dan sasaran, mencapai tingkat kinerja yang signifikan yang berarti persoalanpersoalan kebijakan telah diklarifikasi atau dientaskan/ ditanggulangi).Sifat Dasar Evaluasi
dalam kebijakan pubik antara lain:
1.
2.
3.
Fokus pada Nilai: penyimpulan atas keinginan/ kebutuhan atau nilai dari kebijakan dan
program
Ketergantungan pada Nilai-Fakta: sangat bergantung pada fakta-fakta sebagaimana
dilakukan terhadap nilai-nilai (maka Pemantauan adalah prasyarat untuk dilakukannya
evaluasi)
Orientasi Sekarang dan Masa Lalu: retrospektif dan kejadian-kejadian setelah
tindakan dilaksanakan (ex post)
V-77
Dualitas Nilai: nilai-nilai mungkin dapat dipandang sebagai hasil akhir (as ends) dan
cara-cara/alat (as means)
2.
3.
penyusunan rencana;
penetapan rencana;
pengendalian pelaksanaan rencana; dan
evaluasi pelaksanaan rencana.
Dalam PP No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan pemantauan adalah serangkaian kegiatan mengamati
perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi
permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin
[Pasal 1 angka 2]. Sedangkan evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan
realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan
standar [Pasal 1 angka 3]. Dalam penjelasan Umum Angka 3
terdapat
ketidakkonsistenan di dalam pelaksanaan, kegiatan evaluasi yang dapat dilakukan pada
berbagai tahapan yang berbeda, yaitu:
1.
2.
3.
Objek Pantauan
Hasil Pemantauan
Pimpinan Kementerian/
Lembaga
Gubernur
Bupati/Walikota
Pelaksanaan Dekonsentrasi
Laporan triwulanan
Kepala SKPD
Kabupaten/Kota
Laporan triwulanan
Perkembangan:
1. realisasi penyerapan dana,
2. realisasi pencapaian target
keluaran (output), dan
3. kendala yang dihadapi
Laporan triwulanan
Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan Renja-KL dan RKP untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan dari suatu program/kegiatan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang
tercantum dalam Renstra-KL dan RPJM Nasional, dan pelaksanaan RPJM Nasional dan
Renstra-KL untuk menilai efisiensi, efektivitas, manfaat, dampak, dan keberlanjutan dari
suatu program.Evaluasi dilakukan berdasarkan sumberdaya yang digunakan (indikator
masukan) sertaindikator dan sasaran kinerja keluaran untuk kegiatan, dan/atau indikator
dan sasaran kinerja hasil/manfaat untuk program.RPJM minimal dievaluasi 1 (satu) kali
V-79
periode
Gambar V.52
Model Ideal Pengukuran Kinerja Pembangunan Oleh Pemerintah Daerah
Gambar V.54 Kedudukan Pengawasan dan Pengendalian Penataan Ruang dalam dengan Dokume
Pembangunan Lainnya (UU No. 26 Tahun 2007)
V-80
2.
3.
4.
4.
Pasal 984;
a.
Masyarakat dapat berperanserta melakukan pengawasan pelaksanaan RDTR
dan Peraturan Zonasi yang dilakukan oleh Pemeritah Daerah.
b.
Pengawasan penyelenggaraan pelaksanaan RDTR dan Peraturan Zonasi oleh
masyarakat dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2.
3.
REV.00/DTR/VIII/2013
DAFTAR ISI
BAB I KETENTUAN UMUM .......................................................................................................... 2
BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................................................. 6
BAB III AZAS, TUJUAN, FUNGSI, DAN MANFAAT ..................................................................... 7
BAB IV KEDUDUKAN DAN JANGKA WAKTU ............................................................................ 7
BAB V WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB ......................................................................... 7
BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT ......................................................................... 8
BAB VII POLA PENGEMBANGAN KAWASAN DAN SIFAT LINGKUNGAN ................................ 8
Bagian Satu Umum ........................................................................................................... 8
BAB VIII RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN ......................................................... 8
Bagian Satu Umum ........................................................................................................... 8
Bagian Kedua Kecamatan Cempaka Putih ..................................................................... 10
Bagian Ketiga Kecamatan Gambir ................................................................................. 12
Bagian Keempat Kecamatan Johar Baru ........................................................................ 15
Bagian Kelima Kecamatan Kemayoran .......................................................................... 18
Bagian Keenam Kecamatan Menteng ............................................................................ 21
Bagian Ketujuh Kecamatan Sawah Besar ...................................................................... 24
Bagian Kedelapan Kecamatan Senen ............................................................................ 26
Bagian Kesembilan Kecamatan Tanah Abang ............................................................... 29
Bagian Kesepuluh Kecamatan Cilincing ......................................................................... 32
Bagian Kesebelas Kecamatan Kelapa Gading ............................................................... 36
Bagian Kedua Belas Kecamatan Koja ............................................................................ 38
Bagian Ketiga Belas Kecamatan Pademangan .............................................................. 42
Bagian Keempat Belas Kecamatan Penjaringan ............................................................. 45
Bagian Kelima Belas Kecamatan Tanjung Priok .............................................................. 48
Bagian Keenambelas Kecamatan Cengkareng .............................................................. 51
Bagian Ketujuhbelas Kecamatan Grogol Petamburan .................................................... 55
Bagian Kedelapanbelas Kecamatan Kalideres ............................................................... 58
Bagian Kesembilanbelas Kecamatan Kebon Jeruk ........................................................ 61
Bagian Keduapuluh Kecamatan Kembangan ................................................................. 63
Bagian Keduapuluh Satu Kecamatan Palmerah ............................................................. 66
Bagian Keduapuluh Dua Kecamatan Taman Sari............................................................ 69
Bagian Keduapuluh Tiga Kecamatan Tambora ............................................................... 72
Bagian Keduapuluh Empat Kecamatan Cilandak ............................................................ 75
Bagian Keduapuluh Lima Kecamatan Jagakarsa ........................................................... 78
Bagian Keduapuluh Enam Kecamatan Kebayoran Baru................................................. 81
Bagian Keduapuluh Tujuh Kecamatan Kebayoran Lama................................................ 84
Bagian Keduapuluh Delapan Kecamatan Mampang Prapatan ....................................... 87
Bagian Keduapuluh Sembilan Kecamatan Pancoran ...................................................... 89
Bagian Ketigapuluh Kecamatan Pasar Minggu ............................................................... 92
Bagian Ketigapuluh Satu Kecamatan Pesanggrahan ..................................................... 95
Bagian Ketigapuluh Dua Kecamatan Setiabudi ............................................................... 98
Bagian Ketigapuluh Tiga Kecamatan Tebet.................................................................. 101
Bagian Ketigapuluh Empat Kecamatan Cakung ........................................................... 104
REV.00/DTR/VIII/2013
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5160);
6.
7.
8.
2.
3.
4.
9.
10.
11.
12.
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
2030 (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2012
Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 28);
13. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1986 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Lembaran Daerah
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1986 Nomor 91);
14. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah
(Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2008 Nomor
10);
15. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pembentukan Peraturan Daerah
(Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2010 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1);
16. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 tentang Bangunan Gedung (Lembaran
Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2010 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4);
17. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
2030 (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2012
Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 28);
REV.00/DTR/VIII/2013
18. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 tentang Retribusi Daerah (Lembaran
Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2012 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Daerah Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 30);
19. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Tahun 2012 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Daerah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Nomor 33);
20. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2012 tentang Prasarana, Sarana, dan Utilitas
Umum (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2012
Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 34);
Dengan Persetujuan Bersama
RENCANA DETAIL
12. Unit Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat UKPD adalah Unit Kerja
atau sub ordinat Satuan Kerja Perangkat Daerah.
14. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan atau aspek fungsional.
MEMUTUSKAN:
TENTANG
11. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Perangkat
Daerah sebagai unsur pembantu Gubernur dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah.
13. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disebut BKPRD adalah
badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi DKI Jakarta dan
mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Gubernur dalam koordinasi
penataan ruang di daerah.
TATA RUANG
DAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
15. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
16. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
17. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
18. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
19. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
REV.00/DTR/VIII/2013
24. Pemanfaatan ruang kecamatan adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang sesuai dengan rencana detail tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaan.
39. Ruang terbuka hijau yang selanjutnya disingkat dengan RTH, adalah ruang-ruang
dalam kota dalam bentuk area/kawasan maupun memanjang/jalur yang didominasi
oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu dan atau
sarana kota, dan atau pengaman jaringan prasarana dan atau budidaya pertanian.
25. Kawasan adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional
baik lindung ataupun budidaya serta memiliki ciri tertentu.
40. Jalur pedestrian adalah jalur khusus yang disediakan untuk pejalan kaki.
26. Kawasan prioritas adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional, provinsi
dan/atau kota/kabupaten administratif yang mempunyai nilai strategis yang penataan
ruangnya diprioritaskan.
41. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapan diperuntukkan bagi lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan
tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan
jalan kabel.
27. Kawasan konservasi adalah kawasan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumber daya buatan.
28. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai pengaruh secara signifikan
baik secara alamiah atau binaan terhadap fungsi penampungan dan peresapan air
hujan ke dalam tanah, sehingga dapat membantu mengendalikan aliran air
permukaan dan mencegah banjir.
29. Lingkungan adalah bagian wilayah kota yang merupakan kesatuan ruang untuk
suatu kehidupan dan penghidupan tertentu dalam suatu sistem pengembangan kota
secara keseluruhan.
30. Kawasan sistem pusat kegiatan adalah kawasan yang diarahkan bagi pemusatan
berbagai kegiatan campuran maupun yang spesifik, memiliki fungsi strategis dalam
menarik berbagai kegiatan pemerintahan, sosial, ekonomi dan budaya serta kegiatan
pelayanan kota menurut hierarki terdiri dari kawasan pusat kegiatan primer, kawasan
pusat kegiatan sekunder dan kawasan pusat kegiatan tersier.
31. Kawasan pusat kegiatan primer adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala nasional atau beberapa provinsi dan internasional.
32. Kawasan pusat kegiatan sekunder adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kota/kabupaten administrasi.
33. Kawasan pusat kegiatan tersier adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kota/kabupaten administrasi atau beberapa kecamatan.
42. Jalan arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara berdaya guna.
43. Jalan kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
44. Jalan lokal adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
45. Pembangunan jalan baru adalah proses pembukaan ruangan lalu lintas guna
mengatasi permasalahan geografi sebagai penghubung antar satu wilayah dengan
wilayah lain
46. Peningkatan kapasitas jalan adalah proses meningkatkan kapasitas jalan untuk
memenuhi lonjakan kendaraan dengan melakukan penambahan terhadap badan
jalan
47. Pemeliharaan jalan adalah proses peningkatan kualitas jalan melalui penambahan
material jalan dan perbaikan jalan guna memperbaiki kondisi jalan akibat
penggunaan jalan setiap harinya
48. Transportasi adalah pengangkutan orang dan/atau barang oleh berbagai jenis
kendaraan sesuai kemajuan teknologi.
49. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaan dari
setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi
melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya.
50. Air bersih atau air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum.
51. Drainase adalah sistem jaringan dan distribusi drainase suatu lingkungan yang
berfungsi sebagai pematus bagi lingkungan, yang terintegrasi dengan sistem
jaringan drainase makro dari wilayah regional yang lebih luas.
52. Air Limbah adalah adalah air buangan yang berasal dari sisa kegiatan rumah tangga,
proses produksi dan kegiatan-kegiatan lainnya yang tidak dimanfaatkan kembali.
REV.00/DTR/VIII/2013
53. Perparkiran adalah hal ihwal yang berkaitan dengan penyelenggaraan parkir.
54. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat.
55. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disingkat TPS, adalah tempat
sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat
pengolahan sampah terpadu.
67. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik
yang nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara
tegangan (ekstra) tinggi, pantai, dan lain-lain, dan/atau yang belum nyata atau
rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai
dengan rencana kota.
56. Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) yang
selanjutnya disebut TPS-3R, adalah tempat dilaksanakan kegiatan pengumpulan,
pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala kawasan.
68. Sub Blok adalah bidang tanah yang merupakan satu atau lebih perpetakan yang
telah ditetapkan batas-batasnya sesuai dengan rencana tata ruang kota untuk suatu
peruntukan tanah tertentu.
57. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya disingkat TPST, adalah
tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang,
pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir.
69. Nomor blok adalah kode numerik yang diberikan untuk setiap blok.
58. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA, adalah tempat untuk
memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan.
59. Pedagang Kaki Lima yang selanjutnya disingkat PKL, adalah pelaku usaha yang
melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha bergerak
maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas
umum, lahan dan bangunan milik pemerintah dan/atau swasta yang bersifat
sementara/tidak menetap.
60. Pembangunan berorientasi transit yang selanjutnya disingkat TOD adalah kawasan
terpadu dari berbagai kegiatan fungsional kota dengan fungsi penghubung lokal dan
antar lokal.
61. Closed Circuit Television yang selanjutnya disingkat CCTV, adalah penggunaan
kamera video untuk mentransmisikan sinyal ke sejumlah monitor/display untuk
membantu pengamatan dan pengawasan suatu area yang bisa dioperasikan secara
terus menerus maupun pada saat tertentu.
62. Angkutan umum massal adalah angkutan umum yang dapat mengangkut
penumpang dalam jumlah besar yang beroperasi secara cepat, nyaman, aman,
terjadwal, dan berfrekuensi tinggi.
63. Ruang evakuasi bencana adalah area yang disediakan untuk menampung
masyarakat yang terkena bencana dalam kondisi darurat, sesuai dengan kebutuhan
antisipasi bencana karena memiliki kelenturan dan kemudahan modifikasi sesuai
kondisi dan bentuk lahan di setiap lokasi.
64. Jalur dan ruang evakuasi bencana adalah jalur perjalanan yang menerus termasuk
jalan ke luar, koridor/selasar umum dan sejenis dari setiap bagian bangunan gedung
termasuk di dalam unit hunian tunggal ke tempat aman, yang disediakan bagi suatu
lingkungan/kawasan sebagai tempat penyelamatan atau evakuasi.
65. Peruntukan lahan adalah rencana pemanfaatan ruang untuk fungsi ruang kota
tertentu yang menetapkan jenis penggunaan tanah dan peraturan pemanfaatan
ruang yang berlaku, sesuai rencana tata ruang kota.
66. Rencana zonasi adalah rencana pembagian kawasan menjadi zona sesuai dengan
fungsi dan karakteristiknya atau diarahkan bagi pengembangan fungsi lain serta
70. Sifat Lingkungan adalah sifat suatu lingkungan ditinjau dari segi kependudukan,
aktivitas ekonomi dan nilai tanah.
71. Pola Sifat Lingkungan yang selanjutnya disingkat PSL adalah pengelompokan lokasi
lingkungan yang sama sedemikian rupa sehingga membentuk suatu pola sesuai
dengan rencana kota.
72. Zona hutan kota adalah zona interaktif yang memiliki fungsi pelestarian dan
perlindungan keanekaragaman hayati setempat.
73. Zona taman kota/lingkungan adalah zona interaktif yang dapat dimanfaatkan sebagai
sarana olahraga, rekreasi, dan sosial bagi warga masyarakat.
74. Zona permakaman adalah zona berupa hamparan hijau yang dimanfaatkan untuk
kegiatan sosial bagi warga masyarakat.
75. Zona jalur hijau adalah zona yang diperuntukan bagi sub zona hijau tegangan tinggi,
pengaman jalur kereta api, jalur hijau yang berupa median jalan, di bawah jaringan
transmisi tenaga listrik dengan tanaman peneduh dan tanaman hias lokal.
76. Zona hijau rekreasi adalah zona yang diperuntukan untuk pelayanan olahraga dan
rekreasi yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan
skala pelayanan kota dan jumlah penduduk; dan memiliki kualitas pelayanan tinggi
dan mudah diakses yang terlihat dari kemudahan aksesibilitas transportasinya.
77. Zona terbuka hijau budidaya di wilayah pulau adalah zona dengan peruntukan
sebagai ruang terbuka hijau (RTH) atau areal berupa hamparan lahan yang
bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat baik pada tanah negara maupun
tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.
78. Zona pemerintahan nasional, adalah zona yang diperuntukan untuk kegiatan
pemerintahan dan administrasi pemerintahan beserta fasilitasnya pada lembaga
tinggi negara, dan pemerintahan pusat dengan luas lahan yang disesuaikan dengan
fungsinya.
79. Zona pemerintahan daerah adalah zona yang diperuntukan untuk kegiatan
pemerintahan daerah dan administrasi pemerintahan daerah beserta fasilitasnya
dan pemerintahan propinsi, kota administrasi, kecamatan, dan kelurahan, dengan
luas lahan yang disesuaikan dengan fungsinya.
REV.00/DTR/VIII/2013
80. Zona perwakilan negara asing adalah zona yang diperuntukan untuk kegiatan
pemerintahan asing dan administrasi pemerintahan asing beserta fasilitasnya
dengan luas lahan yang disesuaikan dengan fungsinya.
91.
Zona pelayanan umum dan sosial adalah zona yang diperuntukan bagi sub zona
atau kegiatan pendidikan, kesehatan, ibadah, sosial budaya, rekreasi dan
olahraga, pelayanan umum dan sarana terminal yang didukung dengan akses
jaringan transportasi.
92.
Zona industri dan pergudangan adalah zona yang diperuntukkan untuk kegiatan
industri rumah tangga, industri pengolahan, industri perakitan, industri kreatif, dan
industri teknologi tinggi berskala regional dan/atau nasional dan/atau internasional
yang tidak mencemari dan menggangu lingkungan; dan/atau kegiatan
penyimpanan barang atau gudang beserta fasilitasnya sesuai dengan persyaratan
teknis dan/atau peraturan perundang-undangan.
93.
Zona terbuka biru adalah zona perairan yang dapat berupa sungai, kali, situ, dan
waduk yang tidak dapat berubah fungsi selain untuk mengalirkan air dan/atau
menampung air.
94.
Zona pertambangan di wilayah pulau adalah zona yang memiliki sumber daya
bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan peta/data
geologi.
84. Zona perumahan KDB rendah adalah zona yang diperuntukkan sebagai hunian
dengan KDB di bawah dan/atau sama dengan 30% (tiga puluh persen) dan
memiliki ruang terbuka hijau privat pada setiap rumah sebagai resapan.
95.
zona konservasi perairan adalah zona perairan yang dilindungi, dikelola dengan
sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan
lingkungannya secara berkelanjutan.
85. Zona perumahan vertikal KDB rendah adalah zona yang diperuntukan sebagai
hunian susun taman yang memiliki KDB di bawah dan/atau sama dengan 30% (tiga
puluh persen) yang dilengkapi dengan fasilitas bersama dan ruang terbuka hijau.
96.
zona pemanfaatan umum perairan adalah zona perairan dan pesisir yang
mempunyai fungsi utama budidaya perikanan, perikanan tangkap, pariwisata laut,
daerah perlindungan laut, perluasan dan rehabilitasi fisik pulau, dan percepatan
pembentukan pulau baru.
97.
Intensitas Pemanfaatan Ruang adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu yang
ditentukan berdasarkan pengaturan Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Dasar
Bangunan, Ketinggian bangunan, Koefisien Dasar Hijau, Koefisien Tapak Besmen,
tiap kawasan bagian kota sesuai dengan kedudukan dan fungsinya dalam
pembangunan kota
98.
99.
Rumah Susun Umum adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
81. Zona perumahan kampung adalah kelompok rumah yang ditetapkan oleh
pemerintah sebagai kawasan yang dilestarikan/dipertahankan yang merupakan
bagian dari kota, dihuni oleh masyarakat dengan budaya tertentu, tidak terstruktur
dan tidak terencana dengan baik, dengan tipe bangunan deret dan ketinggian
bangunan setinggi-tingginya 3 (tiga) lantai.
82. Zona perumahan KDB sedang tinggi adalah zona yang diperuntukan sebagai
hunian dan dijabarkan ke dalam sub zona rumah sangat kecil, rumah kecil, rumah
sedang, rumah besar, dan rumah flat dengan KDB di atas 30% (tiga puluh persen).
83. Zona perumahan vertikal adalah zona yang diperuntukan sebagai hunian susun
yang dilengkapi dengan fasilitas bersama dan ruang terbuka hijau serta dijabarkan
ke dalam sub zona rumah susun dan rumah susun umum dengan KDB di atas 30%
(tiga puluh persen).
86. Zona perumahan di wilayah pulau adalah zona peruntukan hunian di pulau dengan
KDB setinggi-tingginya 60%.
87. Zona perkantoran, perdagangan, dan jasa adalah zona yang diperuntukan bagi sub
zona atau kegiatan perkantoran, perdagangan, dan jasa untuk mendukung efisiensi
perjalanan; memiliki akses yang tinggi berupa jalur pejalan kaki yang terhubung
dengan jaringan transportasi massal dan jalur penghubung antar bangunan; dan
didukung dengan fasilitas umum dan pasokan energi dengan teknologi yang
memadai.
88. Zona perkantoran, perdagangan, dan jasa KDB rendah adalah zona yang
diperuntukan bagi sub zona atau kegiatan perkantoran, perdagangan, dan jasa
untuk mendukung efisiensi perjalanan dengan KDB setinggi-tingingnya 30% (tiga
puluh persen); memiliki akses yang tinggi berupa jalur pejalan kaki yang terhubung
dengan jaringan transportasi massal dan jalur penghubung antar bangunan; dan
didukung dengan fasilitas umum dan pasokan energi dengan teknologi yang
memadai.
89. Zona perdagangan dan jasa di wilayah pulau adalah zona yang diperuntukan bagi
sub zona atau kegiatan perkantoran, perdagangan, dan jasa pulau; dan didukung
dengan fasilitas umum dan pasokan energi dengan teknologi yang memadai.
90. Zona campuran adalah zona yang diperuntukan bagi kegiatan hunian dan/atau
perdagangan dan jasa secara vertikal; memiliki akses yang tinggi berupa jalur
pejalan kaki yang terhubung dengan jaringan transportasi massal dan jalur
penghubung antar bangunan; dan didukung dengan fasilitas umum dan pasokan
energi dengan teknologi yang memadai.
100. Prasarana kota adalah infrastruktur, prasyarat utama atau segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama kota, diperlukan untuk memberikan pelayanan atau
jasa bagi kebutuhan dasar penduduk, terdiri dari jaringan jalan, jaringan air
buangan dan air bersih serta berbagai jaringan utilitas.
101. Kaveling/Persil adalah bidang lahan yang telah ditetapkan batas-batasnya sesuai
dengan batas kepemilikan lahan secara hukum/legal di dalam blok atau subblok.
102. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5
REV.00/DTR/VIII/2013
103. Insentif dan disinsentif adalah ketentuan yang diterapkan untuk dapat mendorong
perkembangan kota terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana
tata ruang dan sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
104. Garis sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang
ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.
105. Garis sempadan jalan adalah garis rencana jalan yang ditetapkan dalam rencana
kota.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
106. Daerah aliran sungai yang selanjutnya disingkat DAS, adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya,
yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari
curah hujan ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
107. Pelampauan KLB adalah kelebihan hasil perbandingan yang dihitung dari jumlah
luas lantai seluruh bangunan terhadap luas lahan perpetakan/persil yang dikuasai.
108. Bangunan Tipe Kopel adalah bangunan yang diperbolehkan rapat pada salah satu
sisi samping dengan batas perpetakan atau bangunan disebelahnya.
109. Bangunan Tipe Tunggal adalah bangunan yang harus memiliki jarak bebas dengan
batas perpetakan atau batas pekarangan pada sisi samping dan belakang.
110. Bangunan Tipe Deret adalah bangunan yang diperbolehkan rapat dengan batas
perpetakan atau batas pekarangan pada sisi samping.
111. Pembatasan lalu lintas adalah upaya pemanfaatan sesetinggi-tingginya mungkin
sistem jaringan jalan yang ada dan bisa menampung lalu lintas sebanyak mungkin
atau menampung pergerakan orang sebanyak mungkin dan memperhatikan
keterbatasan lingkungan atau kapasitas lingkungan, memberikan prioritas untuk
kelompok pengguna jalan tertentu dan penyesuaian kebutuhan kelompok pemakai
jalan lainnya serta menjaga kecelakaan lalu lintas sekecil mungkin.
b.
112. Rencana induk adalah dokumen perencanaan dalam bidang tertentu yang berisi
kebijakan, strategi, dan program untuk periode tertentu.
c.
113. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat
hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain
dalam penataan ruang.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Daerah meliputi:
a.
b.
c.
d.
kecamatan,
kecamatan,
kecamatan,
kecamatan,
REV.00/DTR/VIII/2013
e.
(2)
BAB IV
KEDUDUKAN DAN JANGKA WAKTU
Pasal 9
BAB III
AZAS, TUJUAN, FUNGSI, DAN MANFAAT
Pasal 5
Pasal 10
Pasal 6
BAB V
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
(1)
(2)
Pasal 7
Fungsi RDTR dan PZ sebagai berikut:
a.
b.
REV.00/DTR/VIII/2013
c.
d.
(3)
Pasal 12
Pasal 16
(1)
(2)
(1)
a.
b.
c.
d.
Pasal 13
Wewenang, kewajiban, dan tanggung jawab Pemerintah Daerah dan/atau Gubernur
dalam pelaksanaan RDTR dan PZ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal
12 secara operasional menjadi tugas dan fungsi Kepala SKPD di bidang tata ruang
sesuai peraturan perundang-undangan.
(2)
Pasal 14
Setiap orang berhak:
a.
b.
(2)
pembangunan baru;
peremajaan lingkungan;
perbaikan lingkungan; dan/atau
pemugaran lingkungan.
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT
(1)
Pasal 17
(1)
(2)
Bagian Satu
Umum
PSL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar penyusunan PZ.
BAB VIII
RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN
Pasal 15
(1)
Bagian Satu
Umum
Pasal 18
Pemerintah Daerah menyusun RDTR kecamatan, yang meliputi:
(2)
Batas administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disajikan dalam Gambar1 Peta Batas Administratif dalam Lampiran I dengan skala 1 : 50.000, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
a.
b.
c.
d.
REV.00/DTR/VIII/2013
e. peraturan zonasi.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Pasal 19
(1)
(2)
(3)
(1)
Zona fungsi budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, ditujukan
untuk kecamatan yang ada di 5 (lima) Kota Administratif dan 1 (satu) Kabupaten
Administrasi, terdiri dari:
(2)
Rencana prasarana energi, telekomunikasi, air bersih, dan air limbah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b, huruf c, huruf e, dan huruf f,
diselenggarakan secara bertahap dan diarahkan pada pengembangan jaringan
perpipaan terpadu (ducting system).
(3)
Pasal 21
a. perwujudan normalisasi kali untuk mengalirkan curah hujan dengan kala ulang
25 (dua puluh lima) sampai 100 (seratus) tahunan;
b. peningkatkan kinerja sistem polder (waduk, pompa dan saluran sub
makro/penghubung) untuk mengalirkan curah hujan dengan kala ulang 10
(sepuluh) sampai 25 (dua puluh lima) tahunan;
c. peningkatkan kinerja saluran mikro untuk mengalirkan curah hujan dengan kala
ulang 2 (dua) sampai 10 (sepuluh) tahunan;
d. penataan disepanjang aliran sungai, waduk dan badan air lainnya
e. pembangunan jalan inspeksi di sepanjang pinggir kanal, sungai, kali, waduk,
situ dan danau;
f. pembangunan menghadap air (waterfront development);
g. tidak dapat diubah fungsi dan peruntukan badan air berupa saluran, kali,
sungai, kanal, situ, waduk dan embung;
h. peningkatkan rasio ruang terbuka biru sampai 5% (lima persen) dan
optimalisasi RTH untuk dapat menampung kelebihan air pada saat curah hujan
tinggi;
i. mempertahankan sempadan sungai/kanal dan waduk sebagai RTH dan
pengendali banjir;
j. pengelolaan air limbah dan sampah disepanjang aliran sungai dan waduk; dan
k. pembangunan sumur resapan dangkal, sumur resapan dalam, biopori dan
parkir air dengan memperhatikan struktur geologi dan jenis tanah sebagai
bagian dari konservasi dan penurunan debit puncak di saluran publik.
Zona perairan dan pesisir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, ditujukan
untuk kecamatan yang ada di Kabupaten Administrasi, terdiri dari:
a. zona konservasi perairan; dan
b. zona pemanfaatan umum perairan.
(4)
Pasal 20
(1)
Zona fungsi lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, ditujukan untuk
kecamatan yang ada di 5 (lima) Kota Administratif dan 1 (satu) Kabupaten
Administrasi, berupa zona lindung.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
(4)
(2)
energi;
telekomunikasi;
drainase;
air bersih;
air limbah;
sampah; dan
jalur dan ruang evakuasi bencana.
Rencana prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri dari:
a. pergerakan;
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 24
(1)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
(2)
(1)
(3)
(2)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus dilakukan di koridor
Pulogadung-Harmoni, koridor Dukuh Atas-Pulogadung dan koridor Tanjung
Priok-Cililitan;
b. peningkatan jalan arteri primer dilakukan di Kelurahan Cempaka Putih Timur
dan Kelurahan Rawasari;
c. peningkatan jalan arteri sekunder dilakukan di setiap kelurahan;
d. peningkatan jalan kolektor sekunder dilakukan di setiap kelurahan;
e. pengembangan jalan lokal dilakukan di setiap kelurahan;
f. pengembangan perparkiran dilakukan di setiap kelurahan; dan
g. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dilakukan pada seluruh ruas
jalan arteri, kolektor dan lokal di setiap kelurahan.
Pasal 25
(2)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Cempaka Putih
terdiri dari:
(3)
REV.00/DTR/VIII/2013
(1)
b.
c.
d.
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Cempaka Putih, Pemeritah Daerah menetapkan lokasi stasiun
pengisian bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan
perundang-undangan.
(3)
(2)
(1)
(2)
(3)
Pasal 27
(1)
(2)
(3)
(1)
Pasal 30
(1)
(2)
11
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 31
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan prasarana air bersih, disajikan dalam Gambar-1E
Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Cempaka Putih pada
Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan prasarana sampah, disajikan dalam Gambar-1F
Peta Rencana Prasarana Air Limbah dan Sampah Kecamatan Cempaka Putih
pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
(6)
(2)
Bagian Ketiga
Kecamatan Gambir
Pasal 35
Pasal 33
Tujuan penataan ruang Kecamatan Gambir untuk:
(1)
a.
b.
c.
(2)
(3)
d.
e.
f.
Pasal 34
(1)
g.
h.
REV.00/DTR/VIII/2013
i.
j.
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu lintas,
dilakukan:
Pasal 36
(1)
(2)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Gambir sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-2A Peta Zonasi Kecamatan Gambir pada Lampiran
III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(3)
(1)
(4)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Gambir, terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
(2)
(3)
Pasal 39
(1)
a.
b.
c.
d.
(2)
(3)
Pasal 38
(1)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Gambir, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
Rencana pengembangan prasarana energi di Kecamatan Gambir sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), menjadi tugas Kepala SKPD, UKPD dan/atau
instansi terkait dan dilaksanakan berdasarkan rencana induk sub bidang energi
yang disusun Kepala SKPD, UKPD dan/atau instansi bersangkutan.
13
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 40
(1)
(2)
(3)
(2)
(3)
(1)
b. pengembangan sumber air baku alternatif berasal dari Waduk Karian, Waduk
Ciawi, dan Waduk Retensi Tanggul Laut Multifungsi, Sungai Ciliwung, Kali
Pesanggahan, Kali Krukut, Kanal Banjir Barat dan sumber air lainnya; dan
c. peningkatan pipa primer yang melalui setiap kelurahan.
Pasal 43
(1)
(2)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Gambir, dilakukan:
a. pemeliharaan dan peningkatan saluran makro:
1. Sungai Ciliwung yang melalui Kelurahan Gambir dan Kelurhan Kebon
Kelapa;
2. Kali Cideng yang melalui Kelurahan Pejoto Selatan, Cideng, Gambir, dan
Kelurahan Pejoto Utara;
3. Kanal Banjir Barat yang melalui Kelurahan Duri Pulo dan Kelurahan
Cideng; dan
4. Kali Krukut Bawah yang melalui Kelurahan Gambir;
b. penerapan sistem polder:
1. nomor 19 dan 20 dengan area layanan hidrologi mencakup Kelurahan
Duri Pulo;
2. nomor 21 dengan area layanan hidrologi mencakup Kelurahan Cideng,
Petojo Selatan, Petojo Utara dan Kelurahan Duri Pulo; dan
3. nomor 48 dengan area layanan hidrologi mencakup Kelurahan Kebon
Kelapa, Gambir, Petojo Utara, dan Kelurahan Petojo Selatan;
c. pemeliharaan dan peningkatan saluran submakro;
d. penerapan sumur resapan dalam dan/atau dangkal di setiap kelurahan;
e. penerapan biopori di setiap kelurahan; dan
f. pemeliharaan dan peningkatan saluran mikro dilakukan pada ruas jalan arteri,
kolektor dan jalan lokal di setiap kelurahan;.
Pasal 44
(1)
(2)
(2)
(1)
(1)
14
REV.00/DTR/VIII/2013
(2)
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-2F Peta Rencana Jaringan Air Limbah dan Persampahan Kecamatan
Gambir pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
(6)
Pasal 46
(1)
Bagian Keempat
Kecamatan Johar Baru
Pasal 48
Tujuan penataan ruang Kecamatan Johar Baru untuk:
a.
b.
c.
(2)
(3)
d.
e.
f.
g.
Pasal 47
Pasal 49
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Johar Baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-3A Peta Zonasi Kecamatan Johar Baru pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(3)
15
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 50
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Johar Baru, terdiri
dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
(2)
(4)
Pasal 52
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(3)
Pasal 51
(1)
Pasal 54
(1)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Johar Baru, dilakukan:
a. pemeliharaan dan peningkatan saluran makro Kali Sentiong yang melalui
Kelurahan Galur.
b. penerapan sistem polder :
1. nomor 31 dengan daerah layanan hidrologi yang mencakup Kelurahan
Tanah Tinggi;
2. nomor 33 dengan daerah layanan hidrologi yang mencakup Kelurahan
Galur, Kampung Rawa, dan Kelurahan Johar Baru;
c. penerapan sistem pompa air yang terdapat pada pompa UP Senin di Kelurahan
Tanah Tinggi;
16
REV.00/DTR/VIII/2013
d.
e.
f.
g.
(2)
a. jalur evakuasi bencana di ruas Jalan Letjend Suprapto di Kelurahan Galur dan
Kelurahan Tanah Tinggi; dan
b. ruang evakuasi bencana menggunakan kawasan pusat pemerintahan,
kawasan permakaman, fasilitas sosial atau fasilitas umum dan kawasan
rekreasi lainnya.
Pasal 55
(1)
(2)
Rencana prasarana dan sarana air bersih di Kecamatan Johar Baru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), secara bertahap dilaksanakan peningkatan kualitas air
sehingga dapat diperuntukan sebagai air minum.
(3)
(1)
(2)
(2)
(1)
(2)
(2)
(3)
Pasal 60
(1)
(2)
(3)
Lokasi untuk posko logistik bencana di Kecamatan Johar Baru berada di kawasan
pemerintahan.
Pasal 59
Pasal 57
(1)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Johar Baru
ditetapkan:
REV.00/DTR/VIII/2013
(4)
(5)
(6)
b.
c.
d.
e.
f.
g.
(1)
(2)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas dilakukan:
Pasal 62
a.
(1)
b.
c.
(2)
(3)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Kemayoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-4A Peta Zonasi Kecamatan Kemayoran pada
Lampiran III-1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Dalam pemanfaatan ruang di Kecamatan Kemayoran, Pemerintah Daerah dan
masyarakat wajib memperhatikan zona dan sub zona kawasan serta blok dan sub
d.
e.
f.
18
REV.00/DTR/VIII/2013
g.
(3)
(4)
(1)
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Kemayoran, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
(3)
(1)
(2)
(3)
(1)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Kemayoran dilakukan:
a. pemeliharaan dan peningkatan saluran makro:
1. Kali Ciliwung Gunung Sahari yang melalui kelurahan Gunung Sahari
Selatan;
2. Kali Utan Kayu yang melalui Kelurahan Sumur Batu;
3. Kali Item yang melalui Kelurahan Sumur Batu dan Kelurahan Serdang;
4. Kali Senen Baru yang melalui Kelurahan Kebon Kosong; dan
5. Kali Sentiong yang melalui Kelurahan Harapan Mulia, Serdang dan
Kelurahan Utan Panjang;
b. penerapan sistem polder:
1. nomor 25 dengan daerah layanan hidrologi yang mencakup
Kelurahan Gunung Sahari Selatan dan Kelurahan Kebon Kosong;
2. nomor 31 dengan daerah layanan hidrologi yang mencakup
Kelurahan Kemayoran dan Kelurahan Gunung Sahari Selatan;
3. nomor 33 dengan daerah layanan hidrologi yang mencakup
Kelurahan Harapan Mulya, Utan Panjang, Cempaka Baru, Serdang,
dan Kelurahan Sumur Batu; dan
4. nomor 48 dengan daerah layanan hidrologi yang mencakup
Kelurahan Gunung Sahari Selatan.
c. Pemeliharaan dan peningkatan pompa untuk menanggulangi genangan
setempat pada:
1. Pompa Sunter Jaya 1 dan Pompa Sunter Jaya 2 di Kelurahan Sumur
Batu; dan
2. Pompa Serdang di Kelurahan Serdang;
d. pemeliharaan dan peningkatan saluran submakro dilakukan pada:
1. Saluran Jalan Angkasa, Jalan Garuda Sisi Selatan, dan Saluran Jalan
Gunung Sahari 5 di Kelurahan Gunung Sahari Selatan;
2. Saluran Kepu Barat di Kelurahan Gunung Sahari dan Kelurahan
Kemayoran;
3. Saluran Kemayoran Gempol dan Saluran Kemayoran Ketapang di
Kelurahan Kebon Kosong;
4. Saluran Kepu Selatan di Kelurahan Kemayoran;
5. Saluran Kali Baru Timur dan Saluran Utan Panjang di Kelurahan Utan
Panjang;
6. Saluran Taruna Jaya, Serdang, Serdang 1, Serdang Baru, dan Saluran
Kampung Irian 1 di Kelurahan Serdang;
7. Saluran Sumur Batu, Nilam, Bren, Basoka, di Kelurahan Sumur Batu; dan
8. Saluran Swadaya 5, Cempaka Baru 1, Cempaka Baru Tengah, Cempaka
Baru 7, Cempaka Baru, di Kelurahan Cempaka Baru.
e. penerapan sumur resapan dalam dan/atau dangkal di setiap kelurahan;
f. penerapan biopori di setiap kelurahan; dan
g. pemeliharaan dan peningkatan saluran mikro di ruas jalan arteri, kolektor, dan
jalan lokal di setiap kelurahan.
19
REV.00/DTR/VIII/2013
(2)
Pasal 68
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(3)
Pasal 70
(1)
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 73
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-4E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan
Kemayoran pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
(5)
(6)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Menteng sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-5A Peta Zonasi Kecamatan Menteng pada Lampiran
III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(3)
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Menteng terdiri
dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Pasal 74
Tujuan penataan ruang Kecamatan Menteng untuk:
a. terwujudnya kawasan pemugaran bangunan cagar budaya serta pengembangan
kawasan perwakilan negara atau lembaga asing disertai dengan penyediaan
prasarana;
b. terwujudnya Kawasan Cikini sebagai pusat kegiatan tersier yang berfungsi untuk
pusat perdagangan dan jasa serta pusat wisata budaya sejarah dengan skala
pelayanan kota yang terintegrasi dengan sistem angkutan umum massal;
c. tercapainya pengembangan kawasan permukiman disertai dengan penyediaan
prasarana yang memadai melalui perbaikan lingkungan dan pemugaran lingkungan
yang terintegrasi;
d. terlaksananya pembangunan rumah susun umum untuk masyarakat berpenghasilan
rendah disertai dengan penyediaan prasarana yang memadai yang terintegrasi
dengan angkutan umum massal;
e. terlaksananya pembangunan dan pemeliharaan taman kota/lingkungan;
f. terwujudnya pengembangan prasarana pengendalian daya rusak air melalui
pembangunan dan peningkatan kapasitas saluran drainase untuk menampung air
dan mengatasi genangan air; dan
(2)
(1)
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 79
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(1)
(1)
(2)
(3)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Menteng, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
Rencana pengembangan dan penyediaan prasarana energi di Kecamatan
Menteng sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), menjadi tugas Kepala
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Menteng dilakukan:
(2)
22
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 81
(1)
1. Jalan Ikhwan Ridwan Rais, Kebon Sirih, dan Jalan Prapatan di Kelurahan
Kebon Sirih;
2. Jalan Tambak, Proklamasi, dan Jalan Matraman Raya di Kelurahan
Pegangsaan;
3. Jalan HOS Cokroaminoto, Purworejo, Latuharhari, HR. Rasuna Said, dan
Jalan KH. Wahid Hasyim di Kelurahan Menteng;
4. Jalan MH. Thamrin di Kelurahan Menteng, Gondangdia, dan Kelurahan
Kebon Sirih; dan
b. ruang evakuasi bencana dengan memanfaatkan kawasan pusat pemerintahan,
kawasan permakaman, fasilitas sosial atau fasilitas umum dan kawasan
rekreasi lain yang ada di setiap kelurahan.
(2)
(2)
(3)
(1)
Pasal 82
(1)
(2)
(2)
(3)
Pasal 83
Pasal 86
(1)
(2)
(1)
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan prasarana air bersih disajikan dalam Gambar-5E
Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Menteng pada
Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
REV.00/DTR/VIII/2013
(4)
(5)
(6)
Rencana prasarana air limbah dan prasarana sampah disajikan dalam Gambar-5F
Peta Rencana Prasarana Air Limbah dan Sampah Kecamatan Menteng pada
Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Pasal 89
(1)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu lintas,
dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di koridor
Pulogadung-Harmoni, koridor Kalideres-Harmoni, koridor Kampung MelayuAncol, dan koridor Pluit-Tanjung Priok;
b. peningkatan jalan arteri primer di Kelurahan Pasar Baru dan Kelurahan Gunung
Sahari Utara;
c. peningkatan jalan arteri sekunder di setiap kelurahan;
d. pengembangan jalan kolektor sekunder di setiap kelurahan;
e. pengembangan jalan lokal di setiap kelurahan;
f. pengembangan perparkiran di setiap kelurahan; dan
g. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada seluruh ruas jalan arteri,
kolektor dan lokal di setiap kelurahan.
Pembagian zona dan sub zona serta pembagian blok dan sub blok kawasan di
Kecamatan Sawah Besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digambarkan
dalam Gambar-6A Peta Zonasi Kecamatan Sawah Besar pada Lampiran III
dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
Pasal 90
Pasal 88
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Sawah Besar terdiri
dari:
(3)
24
REV.00/DTR/VIII/2013
(4)
Pasal 91
(1)
(2)
(3)
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Sawah Besar, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun
pengisian bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan
perundang-undangan.
Rencana pengembangan dan peningkatan prasarana energi di Kecamatan Sawah
Besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), menjadi tugas Kepala
SKPD, UKPD dan/atau instansi terkait dan dilaksanakan berdasarkan rencana
induk bidang energi yang disusun Kepala SKPD, UKPD dan/atau instansi
bersangkutan.
Pasal 94
(1)
(2)
(3)
(1)
Rencana prasarana drainase berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan air di
Kecamatan Sawah Besar dilakukan:
Pasal 92
(1)
(2)
(3)
(1)
25
REV.00/DTR/VIII/2013
(2)
(2)
(3)
Pasal 96
(1)
(2)
Pasal 99
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-6E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Cempaka
Putih pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-6F Peta Rencana Prasarana Air Limbah dan Sampah Kecamatan Sawah
Besar pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Sawah Besar
disajikan dalam Gambar-6G Peta Rencana Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana
Kecamatan Sawah Besar pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(6)
Pasal 97
(1)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Sawah Besar
ditetapkan:
a. jalur evakuasi bencana di:
1. Jalan arteri menuju lokasi kawasan evakuasi bencana utama di ruas Jalan
Abdul Rahman Saleh Raya, Jalan Pejambon, Jalan Perwira, Jalan
Kathedral, Jalan Pos, Jalan Lapangan Banteng Timur, Jalan Lapangan
Banteng Utara, Jalan Lapangan Banteng Barat, dan Jalan KH. Samanhudi
di Kelurahan Pasar Baru;
2. Jalan Mangga Dua di Kelurahan Mangga Dua Selatan;
3. Jalan Angkasa Raya dan Jalan Benyamin Sueb di Kelurahan Gunung
Sahari Utara;
4. Jalan Gunung Sahari di Kelurahan Pasar Baru dan Kelurahan Gunung
Sahari Utara; dan
5. Jalan Mangga Besar di Kelurahan Karang Anyar, Kelurahan Kartini, dan
Kelurahan Mangga Dua Selatan; dan
b. ruang evakuasi bencana memanfaatkan kawasan pusat pemerintahan,
kawasan permakaman, fasilitas sosial atau fasilitas umum dan kawasan
rekreasi lain di setiap kelurahan.
(2)
Bagian Kedelapan
Kecamatan Senen
Pasal 100
Pasal 98
Tujuan penataan ruang Kecamatan Senen untuk:
(1)
REV.00/DTR/VIII/2013
serta penataan terminal penumpang secara terpadu dengan angkutan kereta api di
Stasiun Senen;
d. terwujudnya wisata perkotaan;
e. terwujudnya kawasan permukiman yang dibentuk melalui arahan pola
pengembangan dengan perbaikan dan peremajaan lingkungan yang dilengkapi
penyediaan prasarana dan terintegrasi; dan
f. terbangunnya rumah susun umum disertai dengan penyediaan prasarana yang
terintegrasi dengan angkutan umum massal.
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di koridor HarmoniPulo Gadung, koridor Dukuh Atas-Pulogadung, dan koridor Kampung MelayuAncol;
b. peningkatan jalan arteri primer di setiap kelurahan;
c. peningkatan jalan arteri sekunder di setiap kelurahan;
d. peningkatan jalan kolektor sekunder di Kelurahan Paseban, Kenari, Kramat,
Senen dan Kelurahan Bungur;
e. pengembangan jalan lokal di setiap kelurahan;
f. penerapan pembatasan lalu lintas tahap II di Kelurahan Kramat, Senen, dan
Kelurahan Paseban;
g. pengembangan perparkiran di setiap kelurahan; dan
h. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada seluruh ruas jalan arteri,
kolektor dan lokal di setiap kelurahan.
Pasal 101
(1)
(2)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Senen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
digambarkan dalam Gambar-7A Peta Zonasi Kecamatan Senen pada Lampiran III
dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
(3)
(3)
(4)
Pasal 102
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Senen, terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
(2)
(1)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
Pasal 104
(1)
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Senen, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
(3)
(1)
27
REV.00/DTR/VIII/2013
(3)
(2)
(3)
(1)
Pasal 106
(1)
(2)
a. pengembangan sistem pembuangan air limbah terpusat (off site) dengan area
layanan nomor 5 melayani Kelurahan Senen dan Kelurahan Bungur, dan area
layanan nomor 10 melayani Kelurahan Kwitang, Kramat, Kenari, dan Kelurahan
Paseban; dan
b. pemeliharaan dan peningkatan kapasitas jaringan pembuangan setempat (on
site) untuk melayani masyarakat di seluruh kelurahan.
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Senen dilakukan:
a. pemeliharaan dan peningkatan saluran makro:
1. Kali Baru yang melalui Kelurahan Bungur;
2. Sungai Ciliwung yang melalui Kelurahan Kenari, Kwitang, dan Kelurahan
Senen;
3. Kali Baru Timur yang melalui Kelurahan Paseban;
4. Kali Sentiong yang melalui Kelurahan Bungur dan Kelurahan Paseban;
b. penerapan sistem polder:
1. nomor 31 dengan daerah layanan hidrologi yang mencakup Kelurahan
Kramat, Bungur dan Kelurahan Paseban;
2. nomor 33 dengan daerah layanan hidrologi yang mencakup Kelurahan
Paseban; dan
3. nomor 48 dengan daerah layanan hidrologi yang mencakup Kelurahan
Kwitang, Kenari dan Kelurahan Senen.
c. pemeliharaan dan peningkatan saluran submakro;
d. penerapan sumur resapan dalam dan/atau dangkal di setiap kelurahan;
e. penerapan biopori di setiap kelurahan; dan
f. pemeliharaan dan peningkatan saluran mikro di ruas jalan arteri, kolektor, dan
jalan lokal di setiap kelurahan.
Rencana pengembangan, pemeliharaan, dan peningkatan prasarana drainase di
Kecamatan Senen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menjadi tugas Kepala
SKPD, UKPD dan/atau instansi terkait dan dilaksanakan berdasarkan rencana
induk sub bidang drainase yang disusun Kepala SKPD, UKPD dan/atau instansi
bersangkutan.
(2)
(1)
(2)
(1)
Pasal 107
(1)
REV.00/DTR/VIII/2013
(6)
Pasal 113
Pasal 111
Tujuan penataan ruang di Kecamatan Tanah Abang untuk:
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
Pasal 112
Rencana prasarana pergerakan yang berada dan/atau melalui Kecamatan Senen,
disajikan dalam Gambar-7 Peta Rencana Jaringan Pergerakan Kecamatan Senen
dan Gambar-7C Peta Rencana Jaringan Angkutan Umum Massal Kecamatan
Senen pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Rencana prasarana energi dan rencana prasarana telekomunikasi di Kecamatan
Senen, disajikan dalam Gambar-7D Peta Rencana Jaringan Energi dan
Telekomunikasi Kecamatan Senen pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-7E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Senen
pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-7F Peta Rencana Prasarana Air Limbah dan Sampah Kecamatan Senen
pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
(2)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Tanah Abang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, digambarkan dalam Gambar-8A Peta Zonasi Kecamatan Tanah Abang pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(3)
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Tanah Abang terdiri
dari:
a. zona taman kota/lingkungan;
b. zona permakaman;
29
REV.00/DTR/VIII/2013
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
(2)
Bendungan Hilir, Karet Tengsin, Kebon Melati, Kebon Kacang, Petamburan, dan
Kelurahan Kampung Bali.
(4)
Pasal 117
(1)
(2)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
a. pengembangan prasarana angkutan umum massal pada jalur khusus dilakukan
di koridor Blok M-Kota, Koridor Pluit-Pinang Ranti, koridor Tanah AbangSenayan, koridor Cideng-Tanah Abang, koridor Kampung Melayu-Tanah
Abang, dan koridor Halim Palmerah Soekarno Hatta;
b. peningkatan prasarana Jalan arteri primer diarahkan pada Kelurahan Gelora,
Bendungan Hilir, Petamburan, Kebon Melati, Senayan dan Kelurahan Karet
Semanggi;
c. peningkatan prasarana jalan arteri sekunder dilakukan di setiap kelurahan;
d. pengembangan prasarana jalan kolektor sekunder dilakukan di Kelurahan
Kebon Kacang, Bendungan Hilir, Gelora, Keluahan Karet Tengsin, Kampung
Bali dan Kelurahan Kebon Jati;
e. pengembangan prasarana jalan lokal dilakukan di setiap kelurahan;
f. penerapan pembatasan lalu lintas dilakukan di Kelurahan Karet Tengsin,
Kebon Melati, Gelora; dan Kelurahan Petamburan;
g. pengembangan prasarana perparkiran dilakukan di setiap kelurahan; dan
h. pengembangan prasarana angkutan barang dilakukan di Kelurahan Gelora;
i. pengembangan prasarana jalur pedestrian dan jalur sepeda dilakukan pada
seluruh ruas jalan arteri, kolektor dan lokal di setiap kelurahan.
(3)
Pasal 116
(1)
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Tanah Abang, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun
pengisian bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan
perundang-undangan.
(3)
(1)
(2)
(3)
30
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 119
(3)
(1)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Tanah Abang, dilakukan:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
Pasal 120
(1)
(2)
Pasal 123
(1)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Tanah Abang
ditetapkan:
a. jalur evakuasi bencana di ruas:
1. Jalan Letjend. S. Parman dan Jalan Aipda KS. Tubun di Kelurahan
Petamburan;
2. Jalan MH. Thamrin di Kelurahan Kebon Melati;
3. Jalan Asia Afrika, Gelora, Gelora 1, Palmerah Barat, Palmerah Utara,
Palmerah Utara 1, dan Jalan Palmerah Utara 3 di Kelurahan Gelora;
4. Jalan Wahid Hasyim di Kelurahan Kebon Kacang;
5. Jalan Fachrudin dan Jalan Jati Baru di Kelurahan Kampung Bali;
6. Jalan RM. Margono di Kelurahan Karet Tengsin;
7. Jalan Jend. Sudirman di Kelurahan Gelora, Bendungan Hilir, dan Kelurahan
Karet Tengsin;
31
REV.00/DTR/VIII/2013
Umum Massal Kecamatan Tanah Abang pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000,
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-8E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Tanah
Abang pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-8F Peta Rencana Prasarana Air Limbah dan Sampah Kecamatan Tanah
Abang pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Tanah Abang
disajikan dalam Gambar-8G Peta Rencana Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana
Kecamatan Tanah Abang pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(6)
Pasal 124
(1)
(2)
(3)
(1)
Bagian Kesepuluh
Kecamatan Cilincing
Pasal 126
Tujuan penataan ruang Kecamatan Cilincing untuk:
a. terwujudnya pembangunan dan penataan kawasan industri dan pergudangan yang
berteknologi tinggi dan ramah lingkungan disertai dengan penyediaan prasarana dan
sarana yang memadai dan terintegrasi dengan kawasan pelabuhan bertaraf nasional
dan internasional pada Kawasan Strategis Marunda;
b. terwujudnya pengembangan pelabuhan pendaratan ikan;
c. tercapainya penataan dan pemeliharaan taman kota/lingkungan dan jalur hijau
sebagai sarana pengendali polusi udara, sarana sosial warga, dan keindahan kota;
d. terlaksananya pembangunan rumah susun untuk masyarakat berpenghasilan rendah
disertai dengan penyediaan prasarana dan sarana dan mempertahankan lahan
permakaman;
e. terwujudnya pengembangan kawasan permukiman disertai dengan penyediaan
prasarana dan sarana melalui perbaikan lingkungan dan peremajaan lingkungan
yang terintegrasi;
f. tercapainya penataan industri kecil termasuk penyediaan pengelolaan limbah
komunal;
g. terwujudnya pengembangan prasarana pengendalian daya rusak air melalui
pembangunan dan peningkatan kapasitas saluran drainase untuk menampung air
dan mengatasi genangan air; dan
h. terbangunnya rumah susun umum disertai dengan penyediaan prasarana dan
sarana yang terintegrasi dengan angkutan umum massal.
32
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 127
(1)
(2)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Cilincing sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-9A Peta Zonasi Kecamatan Cilincing pada Lampiran
III-1 dengan skala 1 : 5.000, merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
(3)
Pasal 128
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Cilincing, terdiri
dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
(2)
(3)
(3)
(1)
(2)
(1)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi melancarkan arus transportasi dan menangani kemacetan lalu lintas,
dilakukan:
REV.00/DTR/VIII/2013
f.
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Cilincing, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
(3)
(1)
(2)
(3)
f.
g.
h.
j.
i.
k.
(2)
Pasal 132
(1)
Rencana prasarana drainase berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan air di
Kecamatan Cilincing, dilakukan:
(1)
34
REV.00/DTR/VIII/2013
(2)
(3)
Pasal 134
(1)
(2)
(2)
(1)
(2)
(3)
Pasal 135
(1)
(2)
(1)
Pasal 138
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-9E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan CIlincing
pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
35
REV.00/DTR/VIII/2013
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-9F Peta Rencana Jaringan Air Limbah dan Sampah Kecamatan Cilincing
pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 141
(1)
(5)
(6)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
(2)
(1)
(3)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di koridor
Pulogadung-Harmoni, koridor Cililitan- Tanjung Priok, koridor Pluit-Tanjung
Priok, koridor Kelapa Gading-Kalimalang;
b. peningkatan jalan arteri primer di setiap kelurahan;
c. peningkatan jalan arteri sekunder di setiap kelurahan;
d. peningkatan jalan kolektor sekunder di setiap kelurahan;
e. pengembangan jalan lokal di setiap kelurahan;
f. pengembangan perparkiran di setiap kelurahan; dan
g. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada seluruh ruas jalan
arteri, kolektor dan lokal di setiap kelurahan.
(2)
Pasal 142
Pasal 140
(1)
Rencana pola ruang pada zona budidaya di Kecamatan Kelapa Gading, terdiri dari:
(3)
REV.00/DTR/VIII/2013
1.
(4)
(1)
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Kelapa Gading, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun
pengisian bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan
perundang-undangan.
(3)
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
(2)
Pasal 144
(1)
(1)
(2)
(3)
(1)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air, dilakukan:
(2)
(3)
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 147
(1)
(2)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-10E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Kelapa
Gading pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-10F Peta Rencana Prasarana Air Limbah dan Sampah Kecamatan Kelapa
Gading pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana, disajikan dalam Gambar10G Peta Rencana Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana Kecamatan Kelapa Gading
pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(6)
Pasal 148
(1)
(2)
(1)
(2)
Pasal 150
(1)
38
REV.00/DTR/VIII/2013
5.000 dan pada Tabel-11A Tabel Rencana Pola Ruang Kecamatan Koja pada
Lampiran III-2, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
Pasal 155
(1)
Pasal 153
(1)
Rencana prasarana pergerakan yang ada dan/atau melalui Kecamatan Koja, terdiri
dari:
dilakukan
Rencana prasarana pergerakan yang ada dan/atau melalui Kecamatan Koja, terdiri
dari:
a.
b.
(3)
c.
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Koja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digambarkan
dalam Gambar-11A Peta Zonasi Kecamatan Koja pada Lampiran III-1 dengan
skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
Dalam pemanfaatan ruang di Kecamatan Koja, Pemerintah Daerah dan
masyarakat wajib memperhatikan zona dan sub zona kawasan serta blok dan sub
blok kawasan sebagaimana termuat dalam Gambar-11A Peta Zonasi Kecamatan
Koja.
d.
e.
f.
g.
pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di koridor CililitanTanjung Priok dan koridor Rawamangun-Ancol;
peningkatan jalan arteri primer di Kelurahan Tugu Selatan, Rawa Badak, Koja,
dan Kelurahan Lagoa;
peningkatan jalan arteri sekunder di Kelurahan Tugu Selatan, Tugu Utara, dan
Kelurahan Rawa Badak Selatan;
peningkatan jalan kolektor sekunder di Kelurahan Tugu Selatan, Rawa Badak
Selatan, Rawa Badak Utara, Kelurahan Lagoa, dan Kelurahan Tugu Utara;
pengembangan jalan lokal di setiap kelurahan;
pengembangan perparkiran di setiap kelurahan; dan
pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada seluruh ruas jalan
arteri, kolektor, dan lokal di Kelurahan Tugu Selatan, Rawa Badak Selatan,
Rawa Badak Utara, Kelurahan Lagoa, dan Kelurahan Koja.
(3)
(4)
Rencana prasarana transportasi laut yang ada dan/atau melalui Kecamatan Koja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dilakukan pengembangan prasarana
dermaga penyeberangan di Kawasan Reklamasi Pantura di Kelurahan Koja dan
Kelurahan Lagoa.
(5)
Pasal 154
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Koja, terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
(2)
Pasal 156
(1)
REV.00/DTR/VIII/2013
(3)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Koja, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian bahan
bakar gas dan minyak sesuai kriteria yang ditetapkan dalam RTRW 2030 dan
peraturan perundang-undangan.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Pasal 157
(1)
(2)
(3)
k.
(2)
(1)
Pasal 158
(1)
c.
d.
pengembangan sumber air baku dan/atau air curah berasal dari Waduk
Jatiluhur;
pengembangan sumber air baku alternatif berasal dari Waduk Karian, Waduk
Ciawi, dan Waduk Retensi Tanggul Laut Multifungsi, Sungai Ciliwung, Kali
Pesanggahan, Kali Krukut, Kanal Banjir Barat dan sumber air lainnya;
pengembangan sumber air baku yang dialirkan melalui pipa transmisi di
Kelurahan Rawa Badak Selatan, Koja, dan Kelurahan Tugu Utara; dan
peningkatan pipa primer yang melalui di setiap kelurahan.
(2)
(3)
(1)
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 163
a. pemeliharaan dan peningkatan kapasitas jaringan perpipaan air limbah terpusat
(off site) di Kelurahan Koja, Rawa Badak, Tugu Selatan, dan Kelurahan Tugu
Utara;
b. pembangunan baru atau peningkatan kapasitas rumah pompa di Kelurahan
Koja dan Kelurahan Rawa Badak; dan
c. pemeliharaan dan peningkatan kapasitas jaringan pembuangan setempat (on
site) di setiap kelurahan.
(2)
(1)
a.
b.
c.
(2)
(3)
Pasal 161
(1)
Pasal 164
(2)
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan prasarana air bersih, disajikan dalam Gambar11E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Koja pada
Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan prasarana sampah, disajikan dalam Gambar11F Peta Rencana Jaringan Air Limbah dan Sampah Kecamatan Cilincing pada
Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(5)
(6)
Pasal 162
(1)
(2)
41
REV.00/DTR/VIII/2013
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Pasal 165
Tujuan penataan ruang Kecamatan Pademangan untuk:
a. terwujudnya pengembangan pusat perdagangan skala nasional yang terintegrasi
dengan sistem angkutan umum massal pada Kawasan Mangga Dua;
b. terwujudnya pengendalian pembangunan perumahan baru untuk menjamin
pelestarian fungsi lingkungan hidup;
c. terwujudnya pengembangan pengembangan kawasan permukiman yang nyaman,
berwawasan lingkungan dilengkapi dengan prasarana dan sarana dan terintegrasi
melalui perbaikan lingkungan dan peremajaan lingkungan;
d. terlaksananya pembangunan perumahan vertikal yang dilengkapi dengan prasarana
yang terintegrasi dengan angkutan umum massal;
e. terwujudnya pengembangan prasarana pengendalian daya rusak air melalui
pembangunan dan peningkatan kapasitas saluran drainase untuk menampung air
dan mengatasi genangan air; dan
f. terwujudnya pembangunan rumah susun umum untuk masyarakat berpenghasilan
rendah disertai dengan penyediaan prasarana yang terintegrasi dengan angkutan
umum massal.
(2)
(1)
yang
ada
dan/atau
melalui
Kecamatan
Pasal 166
(2)
(1)
(2)
(3)
a.
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Pademangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-12A Peta Zonasi Kecamatan Pademangan pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Pademangan, terdiri
dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di koridor AncolKampung Melayu, koridor Pluit-Tanjung Priok, koridor Rawamangun-Ancol,
koridor Kalideres-Ancol, dan koridor Soekarno Hatta-Cilincing;
peningkatan jalan arteri primer di setiap kelurahan;
peningkatan jalan arteri sekunder di Kelurahan Pademangan Barat dan
Kelurahan Pademangan Timur;
peningkatan jalan kolektor sekunder di setiap kelurahan;
pengembangan jalan lokal di setiap kelurahan;
pengembangan perparkiran di setiap kelurahan; dan
pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada seluruh jalan arteri,
kolektor, dan lokal di setiap kelurahan.
(2)
(3)
(5)
Pasal 167
(1)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
42
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 169
(1)
d.
e.
f.
g.
(2)
(3)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Pademangan, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun
pengisian bahan bakar gas dan minyak sesuai kriteria yang ditetapkan dalam
RTRW 2030 dan peraturan perundang-undangan.
Rencana pengembangan dan peningkatan prasarana energi di Kecamatan
Pademangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), menjadi tugas
Kepala SKPD, UKPD dan/atau instansi terkait dan dilaksanakan berdasarkan
rencana induk sub bidang energi yang disusun Kepala SKPD, UKPD dan/atau
instansi bersangkutan.
h.
i.
j.
(2)
Pasal 170
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
di Kecamatan Pademangan, dilakukan:
(1)
(2)
(3)
Pasal 171
(1)
2. Kali Ciliwung Gunung Sahari yang melalui Kelurahan Ancol dan Kelurahan
Pademangan Barat;
3. Kali Mati Pademangan yang melalui Kelurahan Pademangan Barat dan
Kelurahan Pademangan Timur; dan
4. Kali Pademangan Timur dan Kali Sunter yang melalui Kelurahan
Pademangan Timur;
penerapan sistem polder:
1. nomor 22, 23, 24, dan 48 dengan daerah layanan hidrologi mencakup
Kelurahan Ancol; dan
2. nomor 25 dengan daerah layanan hidrologi mencakup Kelurahan
Pademangan Barat dan Kelurahan Pademangan Timur.
pemeliharaan pintu air di Kelurahan Ancol dan Kelurahan Pademangan Timur;
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas saluran submakro dilakukan di setiap
kelurahan;
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas waduk pada Waduk Kemayoran di
Kelurahan Pademangan Timur;
penerapan sumur resapan dalam di Kelurahan Pademangan Barat, Ancol, dan
Kelurahan Pademangan Timur;
penerapan biopori di Kelurahan Pademangan Barat dan Kelurahan
Pademangan Timur; dan
pemeliharaan dan peningkatan saluran mikro dilakukan pada ruas jalan arteri,
kolektor, dan jalan lokal di setiap kelurahan.
Pasal 173
(1)
REV.00/DTR/VIII/2013
untuk fungsi perkantoran, perdagangan, dan jasa serta hunian yang berbasis
transit;
b. Kawasan Ancol dengan fungsi pengembangan pusat pariwisata dilakukan
melalui pengembangan kawasan rekreasi dan wisata MICE;
c. Kawasan Mangga Dua sebagai pusat kegiatan primer di Kelurahan Ancol
dikembangkan sebagai pusat kegiatan primer dengan fungsi pengembangan
kegiatan campuran, perkantoran, perdagangan dan jasa, serta hunian berskala
internasional; dan
d. Kawasan Tengah Pantura sebagai pusat kegiatan primer di Kawasan
Reklamasi dengan fungsi pengembangan Kawasan Strategis Kepentingan
Lingkungan untuk pusat niaga baru dibidang perdagangan, jasa, MICE, dan
lembaga keuangan.
(3)
Pasal 174
(1)
(2)
Pasal 177
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-12E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih, Kecamatan
Pademangan pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-12F Peta Rencana Jaringan Air Limbah dan Persampahan Kecamatan
Kelapa Gading pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
Rencana prasarana dan sarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan
Pademangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (6) huruf h, disajikan
dalam Peta-12G Rencana Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana Kecamatan
Pademangan pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(6)
Pasal 175
(1)
(2)
(1)
penanganannya
di
Kecamatan
44
REV.00/DTR/VIII/2013
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Pasal 178
Tujuan penataan ruang Kecamatan Penjaringan untuk:
a. terwujudnya pengembangan kawasan perkantoran, perdagangan skala kota yang
terintegrasi dengan sistem angkutan umum massal pada Kawasan Pasar Pluit;
b. terlaksananya pembangunan perumahan vertikal atau rumah susun sederhana untuk
masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan permukiman kumuh berat dilengkapi
dengan penataan RTH yang berfungsi ekologis dan sosial;
c. terwujudnya kawasan perkampungan Luar Batang dengan mengembangkan sesuai
karakteristik dan budaya kawasan;
d. terwujudnya pengembangan kawasan permukiman yang nyaman, berwawasan
lingkungan dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang lengkap, memadai dan
terintegrasi melalui perbaikan lingkungan dan peremajaan lingkungan;
e. terwujudnya pembatasan kegiatan industri di kawasan yang sudah ada;
f. penyediaan fasilitas pergudangan untuk menunjang kegiatan perdagangan dan jasa;
g. terwujudnya pengembangan prasarana pengendalian daya rusak air melalui
pembangunan dan peningkatan kapasitas saluran drainase, situ dan/atau waduk
untuk menampung air dan mengatasi genangan air; dan
h. terwujudnya pembangunan rumah susun umum disertai dengan penyediaan
prasarana dan sarana yang memadai yang terintegrasi dengan angkutan umum
massal.
(2)
(1)
yang
ada
dan/atau
melalui
Kecamatan
Pasal 179
(2)
(1)
pemanfaatan
ruang
Kecamatan
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Penjaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-13A Peta Zonasi Kecamatan Penjaringan pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(3)
(1)
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di koridor PluitPinang Ranti, koridor Pluit-Tanjung Priok, koridor Kalideres-Ancol, koridor
Soekarno Hatta-Cilincing, dan koridor Halim-Soekarno Hatta.
b. peningkatan jalan arteri primer dilakukan di Kelurahan Kamal Muara, Kapuk
Muara, Penjagalan dan Kelurahan Penjaringan;
c. peningkatan jalan arteri sekunder dilakukan di Kelurahan Kamal Muara,
Penjagalan dan Kelurahan Penjaringan;
d. peningkatan jalan kolektor sekunder dilakukan di setiap kelurahan;
e. pengembangan jalan lokal di setiap kelurahan;
f. pengembangan perparkiran di setiap kelurahan; dan
g. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada seluruh ruas jalan
arteri, kolektor, dan lokal di Kelurahan Kamal Muara, Kapuk Muara, Pluit dan
Kelurahan Penjaringan.
(3)
(4)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Penjaringan, terdiri
dari:
a.
b.
c.
d.
e.
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
45
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 184
(1)
(5)
Pasal 182
(1)
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Penjaringan, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai kriteria yang ditetapkan dalam RTRW 2030
dan peraturan perundang-undangan.
(3)
(1)
(2)
(3)
(1)
REV.00/DTR/VIII/2013
(3)
(1)
Pasal 188
(1)
(2)
(2)
(1)
(1)
(2)
(2)
(3)
47
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 190
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-13E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan
Penjaringan pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-13F Peta Rencana Jaringan Air Limbah dan Sampah Kecamatan
Penjaringan pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Rencana prasana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Penjaringan,
disajikan dalam Gambar-13G Peta Rencana Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana
Kecamatan Penjaringan pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Tanjung Priok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-14A Peta Zonasi Kecamatan Tanjung Priok pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(3)
Pasal 193
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Tanjung Priok,
terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
Pasal 191
Tujuan penataan ruang Kecamatan Tanjung Priok untuk:
a. terwujudnya pengembangan kawasan perkantoran, perdagangan, jasa dan
campuran skala internasional yang terintegrasi dengan sistem angkutan umum
massal pada Kawasan Sunter;
b. terwujudnya
pengembangan
kawasan
pergudangan
untuk mendukung
perkembangan Pelabuhan Tanjung Priok dan menunjang kegiatan industri,
perdagangan dan jasa yang dilengkapi prasarana dan sarana yang memadai;
c. terwujudnya pengembangan kawasan tujuan wisata pesisir;
d. terwujudnya pengembangan kawasan industri yang berteknologi tinggi dan
terintegrasi dengan pelabuhan internasional tanjung priok yang didukung dengan
perkantoran, perdagangan dan jasa;
e. terlaksananya pembangunan fasilitas, prasarana dan sarana transportasi yang
terpadu dengan sistem angkutan umum massal dan angkutan umum lainnya
termasuk mewujudkan pembangunan gedung dan/atau taman parkir sebagai
penunjang keterpaduan angkutan umum pada lokasi yang memiliki potensi;
f. terwujudnya penyediaan dan dipertahankannya lahan permakaman;
(2)
REV.00/DTR/VIII/2013
III-1 dengan skala 1 : 5.000 dan pada Tabel-14.A Rencana Pola Ruang Kecamatan
Tanjung Priok pada Lampiran III-2, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Pasal 195
(1)
Pasal 194
(1)
(2)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di koridor Tanjung
Priok-PGC, koridor Pluit-Tanjung Priok, koridor Tanjung Priok-Pulogadung,
koridor Rawamangun-Ancol, dan koridor Soekarno Hatta Ancol Tanjung
Priok Cilincing;
b. peningkatan prasarana jalan arteri primer di setiap kelurahan;
c. peningkatan jalan kolektor sekunder di setiap kelurahan;
d. pengembangan jalan lokal di setiap kelurahan;
e. pengembangan angkutan barang pada ruas jalan Papanggo di Kelurahan
Warakas dan di Kelurahan Papanggo;
f. pengembangan perparkiran di setiap kelurahan; dan
g. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada seluruh ruas jalan arteri,
kolektor dan lokal di setiap kelurahan.
(3)
(4)
(5)
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Tanjung Priok, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun
pengisian bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan
perundang-undangan.
(3)
(1)
(2)
(3)
(1)
Rencana prasarana drainase berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan air di
Kecamatan Tanjung Priok, dilakukan:
49
REV.00/DTR/VIII/2013
(3)
Pasal 199
(1)
(2)
Pasal 198
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Tanjung Priok
ditetapkan:
a. jalur dan ruang evakuasi bencana di:
50
REV.00/DTR/VIII/2013
Priok pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-14F Peta Rencana Jaringan Air Limbah dan Persampahan Kecamatan
Tanjung Priok pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
(6)
(1)
Bagian Keenambelas
Kecamatan Cengkareng
Pasal 204
a.
b.
c.
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(1)
51
REV.00/DTR/VIII/2013
(2)
(3)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Cengkareng sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-15A Peta Zonasi Kecamatan Cengkareng pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
(3)
(5)
Pasal 206
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Cengkareng, terdiri
atas:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
(2)
Pasal 208
(1)
yang
ada
dan/atau
melalui
Kecamatan
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Cengkareng, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
(3)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu lintas,
dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di
koridor
Kalideres-Harmoni, koridor Harmoni-Lebak Bulus, koridor Kalideres-Ancol,
Pasal 207
(1)
52
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 209
(1)
h.
i.
a.
b.
c.
d.
(2)
(2)
(1)
(3)
b.
c.
Pasal 210
(1)
d.
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Cengkareng dilakukan:
e.
a.
f.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
pengembangan sumber air baku dan/atau air curah berasal dari Waduk
Jatiluhur;
pengembangan sumber air baku alternatif berasal dari Waduk Karian, Waduk
Ciawi, dan Waduk Retensi Tanggul Laut Multifungsi, Sungai Ciliwung, Kali
Pesanggahan, Kali Krukut, Kanal Banjir Barat dan sumber air lainnya;
peningkatan dan pembangunan baru kapasitas Instalasi Pengolahan Air (IPA)
di Kelurahan Duri Kosambi;
pembangunan baru Pompa Dorong (booster pump) di Kelurahan Cengkareng
Timur;
pengembangan sumber air baku dialirkan melalui pipa transmisi di Kelurahan
Cengkareng Barat, Cengkareng Timur, Duri Kosambi, Kapuk, Kedaung
Kaliangke dan Kelurahan Rawa Buaya; dan
peningkatan pipa primer yang melalui Kelurahan Cengkareng Barat,
Cengkareng Timur, Duri Kosambi, Kapuk, Kedaung Kaliangke dan Kelurahan
Rawa Buaya.
.
(2)
(3)
(1)
REV.00/DTR/VIII/2013
c.
d.
e.
f.
g.
(2)
Pasal 215
(1)
(3)
Pasal 213
(1)
(2)
Pasal 216
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan prasarana air bersih, disajikan dalam Gambar15E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Cengkareng pada
Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan prasarana sampah, disajikan dalam Gambar15F Peta Rencana Jaringan Air Limbah dan Persampahan Kecamatan
Cengkareng pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana, disajikan dalam Gambar15G Peta Rencana Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana Kecamatan Cengkareng
pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(6)
Pasal 214
(1)
(2)
54
REV.00/DTR/VIII/2013
Bagian Ketujuhbelas
Kecamatan Grogol Petamburan
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Pasal 217
Tujuan penataan ruang Kecamatan Grogol Petamburan untuk:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 219
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Grogol Petamburan,
terdiri atas:
a.
b.
c.
d.
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di koridor KalideresHarmoni, koridor Harmoni-Lebak Bulus, koridor Pinang Ranti-Pluit; dan koridor
Halim-Soekarno Hatta;
b. peningkatan jalan arteri primer di Kelurahan Grogol, Tomang, Tanjung Duren
Selatan, Jelambar, Wijaya Kusuma dan Kelurahan Tanjung Duren Utara;
c. peningkatan jalan arteri sekunder di Kelurahan Tanjung Duren Selatan,
Tomang, Wijaya Kusuma, Jelambar baru, dan Kelurahan Grogol;
d. peningkatan jalan kolektor sekunder di setiap kelurahan ;
e. pengembangan jalan lokal di setiap kelurahan;
f. penerapan pembatasan lalu lintas di Kelurahan Tanjung Duren Utara, Tanjung
Duren Selatan, Tomang, Wijaya Kusuma,dan kelurahan Jelambar Baru;
g. pengembangan perparkiran di Grogol, tanjung Duren Utara, tanjung Duren
Selatan, Jelambar, Jelambar Baru, Wijaya Kusuma;dan
h. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda di Kelurahan Jelambar Baru,
Grogol, Tomang, Tanjung Duren Selatan, dan Kelurahan Wijaya Kusuma.
(2)
Pasal 218
(1)
55
REV.00/DTR/VIII/2013
(5)
Pasal 223
(1)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Grogol Petamburan, dilakukan:
a.
Pasal 221
(1)
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Grogol Petamburan, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun
pengisian bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan
perundang-undangan.
(3)
b.
c.
d.
e.
Pasal 222
(1)
(2)
f.
g.
h.
(2)
Pasal 224
(1)
(3)
Pengembangan sumber air baku dan/atau air curah berasal dari Waduk
Jatiluhur;
Pengembangan sumber air baku alternatif berasal dari Waduk Karian, Waduk
Ciawi, Waduk Retensi Tanggul Laut Multifungsi, Sungai Ciliwung, Kali
Pesanggrahan, Kali Krukut, Kanal Banjir Barat dan sumber air lainnya;
56
REV.00/DTR/VIII/2013
c.
d.
(2)
Rencana prasarana air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan
secara bertahap dengan peningkatan kualitas air sehingga dapat diperuntukan
sebagai air minum.
(3)
Rencana prasarana air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan oleh SKPD/UKPD dan/atau instansi terkait berdasarkan rencana
induk SKPD/UKPD dan/atau instansi bersangkutan.
(1)
Pasal 225
(1)
(2)
(3)
Pasal 226
(1)
(2)
Pasal 229
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-16E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Grogol
Petamburan pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-16F Peta Rencana Jaringan Air Limbah dan Sampah Kecamatan Grogol
Petamburan pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(1)
57
REV.00/DTR/VIII/2013
(5)
(6)
(3)
(1)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Bagian Kedelapanbelas
Kecamatan Kalideres
Pasal 230
Tujuan penataan ruang di Kecamatan Kalideres untuk:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
(1)
(2)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Kalideres sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-18A Peta Zonasi Kecamatan Kalideres pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Kalideres, terdiri
atas:
(2)
(1)
(2)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di Koridor KalideresPasar Baru, Koridor Kalideres-Poris Pelawad, Koridor Kalideres-Ancol, Koridor
Soekarno Hatta-Cilincing, Koridor Halim-Soekarno Hatta, Koridor Terminal
Lebak Bulus-Terminal Kalideres, Koridor Terminal Lebak Bulus- Soekarno
Hatta;
b. peningkatan jalan arteri primer dilakukan di Kelurahan Kalideres, Semanan,
Tegal Alur, Kembangan Timur;
c. peningkatan jalan arteri sekunder di Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal
Alur;
58
REV.00/DTR/VIII/2013
(4)
(3)
(1)
Rencana prasarana drainase berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan air di
Kecamatan Kalideres, dilakukan:
a.
Pasal 234
(1)
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Kalideres, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
(3)
(1)
b.
c.
d.
e.
f.
(2)
(1)
pengembangan sumber air baku dan/atau air curah berasal dari Waduk
Jatiluhur;
pengembangan sumber air baku alternatif berasal dari Waduk Karian, Waduk
Ciawi, Waduk Retensi Tanggul Laut Multifungsi, Sungai Ciliwung, Kali
Pesanggahan, Kali Krukut, Kanal Banjir Barat dan sumber air lainnya;
pengembangan sumber air baku yang dialirkan melalui pipa transmisi di
Kelurahan Kamal, Tegal Alur, dan Kelurahan Pegadungan;
peningkatan dan pembangunan baru kapasitas Instalasi Pengolahan Air (IPA)
di Kelurahan Semanan dan Kelurahan Tegal Alur;
59
REV.00/DTR/VIII/2013
e.
f.
g.
(2)
(3)
2. Jalan Prof. Sediyatmo, Kali Kamal, dan Jalan Kamal Benda di Kelurahan
Kamal; dan
3. Jalan Kamal Benda dan Jalan Outer Ring Road di Kelurahan Tegal
Alur;dan
b. ruang evakuasi bencana menggunakan kawasan pusat pemerintahan,
kawasan permakaman, kawasan fasilitas sosial dan umum, dan kawasan
rekreasi lainnya.
(2)
(1)
(2)
(3)
Pasal 238
(1)
c.
d.
(2)
Pasal 242
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-18E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan
Kalideres pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-18F Peta Rencana Jaringan Air Limbah dan Sampah Kecamatan
Kalideres pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
(6)
Pasal 239
(1)
(2)
(1)
60
REV.00/DTR/VIII/2013
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Bagian Kesembilanbelas
Kecamatan Kebon Jeruk
Pasal 243
Tujuan penataan ruang di Kecamatan Kebon Jeruk untuk:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
(1)
(2)
(2)
(3)
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Kebon Jeruk, terdiri
atas:
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di Koridor KalideresHarmoni, Koridor Harmoni-Lebak Bulus, dan Koridor Halim-Soekarno Hatta;
b. peningkatan jalan arteri primer di Kelurahan Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Duri
Kepa dan Kelurahan Kedoya Utara;
c. peningkatan jalan arteri sekunder di setiap kelurahan;
d. peningkatan jalan kolektor sekunder di setiap kelurahan;
e. pengembangan jalan lokal di setiap kelurahan;
f. pengembangan perparkiran di setiap kelurahan; dan
g. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada seluruh ruas jalan arteri,
kolektor dan lokal di setiap kelurahan.
(2)
(3)
(4)
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 247
(1)
b.
c.
d.
e.
f.
g.
(2)
(2)
(3)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Kebon Jeruk, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
(1)
b.
c.
d.
Pasal 248
(1)
(2)
(3)
e.
f.
g.
(2)
(3)
Pasal 249
(1)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Kebon Jeruk, dilakukan:
Pasal 251
(1)
a.
pengembangan sumber air baku dan/atau air curah berasal dari Waduk
Jatiluhur;
pengembangan sumber air baku alternatif berasal dari Waduk Karian, Waduk
Ciawi, Waduk Retensi Tanggul Laut Multifungsi, Sungai Ciliwung, Kali
Pesanggahan, Kali Krukut, Kanal Banjir Barat dan sumber air lainnya;
pengembangan sumber air baku dialirkan melalui pipa transmisi di setiap
kelurahan;
pengembangan instalasi pengolahan air di Instalasi Pengolahan Air (IPA) di
Kelurahan Kelapa Dua;
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas reservoir di Kelurahan Kelapa Dua;
pembangunan baru pompa dorong di Kelurahan Kebon Jeruk; dan
peningkatan pipa primer yang melalui Kelurahan Kedoya Utara, Kedoya
Selatan, Kebon Jeruk, Duri, Kelapa Dua, dan Sukabumi selatan.
b.
62
REV.00/DTR/VIII/2013
c.
d.
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-19E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Kebon
Jeruk pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-19F Peta Rencana Jaringan Air Limbah dan Sampah Kecamatan Kebon
Jeruk pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Kebon Jeruk,
disajikan dalam Gambar-19G Peta Rencana Jalur Evakuasi dan Ruang Evakuasi
Bencana Kecamatan Kebon Jeruk pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(6)
Pasal 252
(1)
(2)
(1)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Kebon Jeruk
ditetapkan:
a. jalur evakuasi bencana di ruas:
1. Jalan Daan Mogot di Kelurahan Kedoya Utara;
2. Jalan Panjang di Kelurahan Kedoya Utara, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk,
Kelapa Dua, Sukabumi Ilir, dan Kelurahan Sukabumi Udik;
3. Jalan Kedoya Raya di Kelurahan Kedoya Utara dan Kelurahan Kedoya
Selatan;
4. Jalan Raya Merak dan Jalan Puri Kencana di Kelurahan Kedoya Selatan;
5. Jalan Arjuna Utara dan Jalan Arjuna Selatan di Kelurahan Duri;
6. Jalan Pos Pengumben di Kelurahan Kelapa Dua dan Kelurahan Sukabumi
Udik; dan
7. Jalan Kembangan di Kelurahan Kedoya Selatan;
b. lokasi kawasan evakuasi bencana menggunakan kawasan pusat
pemerintahan, kawasan permakaman, kawasan fasilitas sosial dan umum, dan
kawasan rekreasi lainnya.
(2)
Bagian Keduapuluh
Kecamatan Kembangan
Lokasi untuk posko logistik bencana di Kecamatan Kebon Jeruk pada kawasan
pemerintahan.
Pasal 256
Tujuan penataan ruang di Kecamatan Kembangan untuk:
Pasal 254
a.
(1)
REV.00/DTR/VIII/2013
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
(1)
l.
m.
n.
o.
(2)
(1)
(2)
b.
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Kembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-19A Peta Zonasi Kecamatan Kembangan pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
c.
d.
e.
f.
g.
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Kembangan, terdiri
dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
dan/atau
melalui
Kecamatan
(2)
(4)
Pasal 258
(1)
ada
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu lintas,
sebagai berikut:
a.
(3)
yang
Pasal 260
(1)
REV.00/DTR/VIII/2013
b.
c.
d.
e.
f.
e.
f.
g.
(2)
(2)
(3)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Kembangan, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
(1)
a.
b.
c.
Pasal 261
(1)
(2)
(3)
d.
e.
pengembangan sumber air baku dan/atau air curah berasal dari Waduk
Jatiluhur;
pengembangan sumber air baku alternatif berasal dari Waduk Karian, Waduk
Ciawi, dan Waduk Retensi Tanggul Laut Multifungsi, Sungai Ciliwung, Kali
Pesanggahan, Kali Krukut, Kanal Banjir Barat dan sumber air lainnya;
pengembangan sumber air baku dialirkan melalui pipa transmisi di Kelurahan
Kembangan Barat, Kembangan Timur, dan Kelurahan Meruya Hilir;
peningkatan dan pembangunan baru kapasitas Instalasi Pengolahan Air (IPA)
Taman Kota di Kelurahan Kembangan Utara; dan
peningkatan pipa primer yang melalui setiap kelurahan.
(2)
(3)
Pasal 264
(1)
Pasal 262
a.
(1)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Kembangan, dilakukan:
a.
b.
c.
(2)
65
REV.00/DTR/VIII/2013
rencana induk sub bidang air limbah yang disusun Kepala SKPD, UKPD dan/atau
instansi bersangkutan.
(2)
(3)
Pasal 265
(1)
(2)
Pasal 268
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-20E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan
Kembangan pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-20F Peta Rencana Prasarana Air Limbah dan Sampah Kecamatan
Kembangan pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
(6)
(1)
(2)
Pasal 267
(1)
Pasal 269
Tujuan penataan ruang Kecamatan Palmerah untuk:
a.
b.
c.
REV.00/DTR/VIII/2013
d.
e.
f.
Pasal 270
(1)
(2)
(3)
dilakukan
a.
b.
c.
d.
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Palmerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-20A Peta Zonasi Kecamatan Palmerah pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Dalam pemanfaatan ruang di Kecamatan Palmerah, Pemerintah Daerah dan
masyarakat wajib memperhatikan zona dan sub zona kawasan serta blok dan sub
blok kawasan sebagaimana termuat dalam Gambar-20A Peta Zonasi Kecamatan
Palmerah.
e.
f.
g.
h.
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Palmerah, terdiri
dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
(2)
(3)
(4)
Pasal 271
(1)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
Pasal 273
(1)
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Palmerah, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
(3)
Pasal 272
(1)
67
REV.00/DTR/VIII/2013
rencana induk sub bidang energi yang disusun Kepala SKPD, UKPD dan/atau
instansi bersangkutan.
Pasal 276
(1)
Pasal 274
a.
(1)
b.
c.
(2)
(3)
d.
(2)
(3)
Pasal 275
(1)
Rencana prasarana drainase berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan air di
Kecamatan Palmerah, dilakukan:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
(2)
pengembangan sumber air baku dan/atau air curah berasal dari Waduk
Jatiluhur;
pengembangan sumber air baku alternatif berasal dari Waduk Karian, Waduk
Ciawi, dan Waduk Retensi Tanggul Laut Multifungsi, Sungai Ciliwung, Kali
Pesanggahan, Kali Krukut, Kanal Banjir Barat dan sumber air lainnya;
pengembangan sumber air baku dialirkan melalui pipa transmisi di setiap
kelurahan; dan
peningkatan pipa primer yang melalui setiap kelurahan.
Pasal 277
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
REV.00/DTR/VIII/2013
(5)
(6)
Pasal 282
Tujuan penataan ruang Kecamatan Taman Sari untuk:
Pasal 280
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-21E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan
Palmerah pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-21F Peta Rencana Prasarana Air Limbah dan Sampah Kecamatan
Palmerah pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
dilakukan
Pembagian zona dan sub zona serta pembagian blok dan sub blok kawasan di
Kecamatan Taman Sari sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digambarkan dalam
Gambar-21A Peta Zonasi Kecamatan Taman Sari pada Lampiran III-1 dengan
69
REV.00/DTR/VIII/2013
skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
(3)
g. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada seluruh ruas jalan
arteri, kolektor dan lokal di setiap kelurahan.
(3)
(4)
Pasal 284
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Taman Sari terdiri
dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
(2)
Pasal 286
(1)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Taman Sari, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
(3)
Pasal 285
(1)
(2)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu lintas,
dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di koridor Terminal
Blok M-Kota; dan koridor Pluit-Tanjung Priok;
b. peningkatan jalan arteri sekunder di Kelurahan Krukut, Keagungan, Mangga
Besar, Tangki, Mahpar, Taman Sari, Glodok, Pinangsia dan Kelurahan Taman
Sari;
c. pengembangan jalan kolektor sekunder di Kelurahan Taman Sari; Keagungan,
Maphar, Tangki, Mangga Besar dan Kelurahan Pinangsia;
d. pengembangan jalan lokal di setiap kelurahan;
e. penerapan pembatasan lalu lintas tahap I di Kelurahan Mahpar, Krukut,
Keagungan, Mangga Besar, Tangki, Taman Sari, dan Kelurahan Pinangsia;
f. pengembangan perparkiran di setiap kelurahan; dan
Pasal 287
(1)
(2)
(3)
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 290
(1)
(2)
Pasal 288
(1)
Rencana prasarana drainase berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan air di
Kecamatan Taman Sari, dilakukan:
a. pemeliharaan dan peningkatan saluran makro di:
1. Kali Besar yang melalui Kelurahan Pinangsia;
2. Kali Cideng yang melalui Kelurahan Pinangsia, Glodok, Krukut, dan
Kelurahan Keagungan; dan
3. Sungai Ciliwung Kota yang melalui Kelurahan Tamansari, Tangki, Mahpar,
Mangga Besar, dan Kelurahan Pinagsia;
b. penerapan sistem polder pada:
1. nomor 21 dengan area layanan hidrologi mencakup Kelurahan Krukut;
2. nomor 24 dengan area layanan hidrologi mencakup Kelurahan Pinangsia;
dan
3. nomor 48 dengan area layanan hidrologi mencakup Kelurahan Pinangsia,
Glodok, Mangga Besar, Tangki, Taman Sari, Mahpar, Keagungan, dan
Kelurahan Krukut;
c. pemeliharaan dan peningkatan pompa air terdapat pada pompa Pinangsia di
Kelurahan Mangga Besar;
d. pemeliharaan pintu air Tangki di Kelurahan Taman Sari
e. penerapan sumur resapan dalam di setiap kelurahan;
f. penerapan biopori di Kelurahan Krukut dan Kelurahan Tamansar; dan
g. pemeliharaan dan peningkatan saluran mikro dilakukan pada ruas jalan arteri,
kolektor, dan jalan lokal di setiap kelurahan.
Pasal 291
(1)
(2)
(1)
(2)
Pasal 289
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Taman Sari
ditetapkan:
(2)
Lokasi untuk posko logistik bencana di Kecamatan Taman Sari berada di kawasan
pemerintahan.
Pasal 293
(1)
71
REV.00/DTR/VIII/2013
(3)
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-22E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Taman
Sari pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-22F Peta Rencana Prasarana Air Limbah dan Sampah Kecamatan Taman
Sari pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Taman Sari
disajikan dalam Gambar-22G Peta Rencana Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana
Kecamatan Taman Sari pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(6)
(2)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Tambora sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-22A Peta Zonasi Kecamatan Tambora pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(3)
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Tambora, terdiri
dari:
a. zona taman kota/lingkungan;
b. zona jalur hijau;
72
REV.00/DTR/VIII/2013
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Tambora, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
(3)
Pasal 298
(1)
Pasal 300
(2)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di koridor PluitPinang Ranti, koridor Puit-Tanjung Priok, dan koridor HalimPalmerah
Soekarno Hatta;
b. peningkatan jalan arteri sekunder di Kelurahan Tanah Sereal, Roa Malaka,
Jembatan Besi, Krendang; Duri Utara, Tambora, Angke, Jembatan Lima,
Pekojan dan Kelurahan Angke;
c. pengembangan jalan kolektor sekunder di Kelurahan Tanah Sereal, Duri
Utara, Jembatan Besi, Kalianyar; Krendang, Jembatan Lima, Pekojan,
Tambora dan Kelurahan Roa Malaka;
d. pengembangan jalan lokal di setiap kelurahan;
e. penerapan pembatasan lalu lintas tahap I di stiap kelurahan; dan
f. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada seluruh ruas jalan
arteri, kolektor dan lokal di setiap kelurahan.
(3)
(4)
(2)
(3)
Pasal 299
(1)
(1)
Pasal 301
(1)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Tambora, dilakukan:
a. pemeliharaan dan peningkatan saluran makro di:
1. Kali Muara yang melalui Kelurahan Angke;
2. Kali Besar yang melalui Kelurahan Malaka;
3. Kali Angke yang melalui Kelurahan Angke; dan
4. Kali Cideng yang melalui Kelurahan Tanah Sereal;
REV.00/DTR/VIII/2013
(1)
(2)
Pasal 302
(1)
(1)
(2)
(3)
(2)
(1)
(2)
Pasal 303
(1)
74
REV.00/DTR/VIII/2013
(3)
f.
Pasal 307
(1)
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-23E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Tambora
pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-23F Peta Rencana Prasarana Air Limbah dan Sampah Kecamatan
Tambora pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
(6)
(2)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagain blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Cilandak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-23A Peta Zonasi Kecamatan Cilandak pada Lampiran
III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini;
(3)
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Cilandak, terdiri
atas:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
(1)
75
REV.00/DTR/VIII/2013
a.
b.
(2)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu lintas,
dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal bus berjalur khusus di Koridor
Harmoni - Lebak Bulus, Koridor Terminal Blok M - Pangeran Antasari, Koridor
Terminal Kampung Rambutan - Terminal Lebak Bulus, Koridor Terminal Lebak
Bulus - Parung, Koridor Terminal Lebak Bulus - Depok, Koridor Terminal Lebak
Bulus - Poris dan Koridor Terminal Lebak Bulus - Ciledug - Soekarno Hatta;
b. peningkatan jalan arteri primer di Kelurahan Lebak Bulus dan Kelurahan
Cilandak Barat;
c. peningkatan jalan arteri sekunder di Kelurahan Cilandak Barat dan Kelurahan
Cipete Selatan;
d. peningkatan jalan kolektor primer di Kelurahan Lebak Bulus, Cilandak Barat
dan Kelurahan Lebak Bulus;
e. peningkatan jalan kolektor sekunder di setiap kelurahan;
f. peningkatan jalan lokal di setiap kelurahan;
g. pengembangan perparkiran di setiap Kelurahan; dan
a. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada seluruh ruas jalan arteri,
kolektor dan lokal di setiap kelurahan.
(3)
(4)
bahan bakar gas dan minyak sesuai kriteria yang ditetapkan dalam RTRW 2030
dan peraturan perundang-undangan.
(3)
(1)
(2)
(3)
(1)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Cilandak, dilakukan:
a.
Pasal 312
(1)
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Cilandak, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
b.
c.
d.
e.
f.
g.
(2)
76
REV.00/DTR/VIII/2013
induk sub bidang drainase yang disusun Kepala SKPD, UKPD dan/atau instansi
bersangkutan.
(2)
Pasal 315
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(1)
Pasal 316
(1)
(2)
(3)
Pasal 320
(2)
(1)
(2)
Pasal 317
(1)
77
REV.00/DTR/VIII/2013
(3)
(4)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, di disajikan dalam
Gambar-23E Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Cilandak
pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Rencana prasarana air limbah, dan rencana prasarana sampah disajikan dalam
Gambar-23F Peta Rencana Prasarana Air Limbah dan Persampahan Kecamatan
Cilandak pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
(6)
Rencana pola ruang pada zona funsi budidaya di Kecamatan Jagakarsa terdiri
dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Pasal 321
(2)
Tujuan penataan ruang di Kecamatan Jagakarsa untuk:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
(1)
Pasal 322
(2)
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
a.
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Jagakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-24A Peta Zonasi Kecamatan Jagakarsa pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
78
REV.00/DTR/VIII/2013
(3)
(4)
Pasal 327
(1)
Pasal 325
(1)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Jagakarsa dilakukan:
(2)
(2)
(3)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Jagakarsa, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai kriteria yang ditetapkan dalam RTRW 2030
dan peraturan perundang-undangan.
(1)
b.
c.
d.
Pasal 326
e.
(1)
(2)
(3)
pengembangan sumber air baku dan/atau air curah berasal dari Waduk
Jatiluhur;
pengembangan sumber air baku alternatif berasal dari Waduk Karian, Waduk
Ciawi, dan Waduk Retensi Tanggul Laut Multifungsi, Sungai Ciliwung, Kali
Pesanggahan, Kali Krukut, Kanal Banjir Barat dan sumber air lainnya;
pengembangan air baku dialirkan melalui pipa transmisi di Kelurahan Tanjung
Barat, Lenteng Agung, dan Kelurahan Srengseng Sawah;
peningkatan dan pembangunan baru kapasitas Instalasi Pengolahan Air (IPA)
Pejaten di Kelurahan Tanjung Barat; dan
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas Reservoir di Kelurahan Srengseng
Sawah.
(2)
(3)
79
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 329
(1)
Pasal 332
(1)
(3)
Pasal 330
(1)
(2)
Pasal 333
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(7)
(1)
(2)
80
REV.00/DTR/VIII/2013
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Pasal 334
Tujuan penataan ruang Kecamatan Kebayoran Baru untuk:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
(2)
(1)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Kebayoran Baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-25A Peta Zonasi Kecamatan Kebayoran Baru pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(3)
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Kebayoran Baru,
terdiri atas:
(3)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu lintas,
dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di koridor Terminal
Blok M - Stasiun Kota, koridor Pinang Ranti Pluit, koridor Blok M - Pondok
Kelapa, koridor Blok M Ciledug, koridor M - Pangeran Antasari dan koridor
Halim Palmerah, Soekarno Hatta;
b. peningkatan jalan arteri primer di Kelurahan Senayan;
c. peningkatan jalan arteri sekunder di Kelurahan Senayan, Cipete Utara, Pulo,
Gandaria Utara, Melawai, Kramat Pela, Petogogan, Rawa Barat, Selong, dan
Kelurahan Gunung;
d. peningkatan jalan kolektor sekunder di Kelurahan Cipete Utara, Melawai, Pulo,
Rawa Barat, Petogogan, Selong, Gunung, Kramat Pela dan Kelurahan
Gandaria Utara;
e. pengembangan jalan lokal di Kelurahan Cipete Utara, Pulo, Selong, Senayan,
Rawa Barat, Gunung, Petogogan, Melawai, Kramat Pela, dan Kelurahan
Gandaria Utara;
f. pengembangan perparkiran di Kelurahan Cipete Utara, Pulo, Selong, Senayan,
Rawa Barat, Gunung, Petogogan, Melawai, Kramat Pela, Gandaria Utara, dan
Kelurahan Kebayoran Baru; dan
g. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada seluruh ruas jalan arteri,
kolektor dan lokal di setiap kelurahan.
(2)
(2)
a.
b.
Pasal 335
(1)
81
REV.00/DTR/VIII/2013
(4)
Pasal 340
(1)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Kebayoran Baru, dilakukan:
a.
Pasal 338
(1)
(2)
(3)
b.
c.
d.
e.
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Kebayoran Baru, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun
pengisian bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan
perundang-undangan.
Rencana pengembangan dan peningkatan prasarana energi di Kecamatan
Kebayoran Baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), menjadi tugas
Kepala SKPD, UKPD dan/atau instansi terkait dan dilaksanakan berdasarkan
rencana induk sub bidang energi yang disusun Kepala SKPD, UKPD dan/atau
instansi bersangkutan.
(2)
(3)
(1)
Pasal 339
(1)
(2)
(3)
82
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 342
(1)
(2)
(2)
Pasal 345
(1)
Pasal 343
(1)
(2)
Pasal 344
(1)
b.
c.
(2)
(3)
Pasal 346
a. jalur evakuasi bencana pada ruas:
1. Jalan Jenderal Sudirman di Kelurahan Senayan, Jalan Jenderal Gatot
Subroto dan Jalan Semanggi di Kelurahan Senayan;
2. Jalan Sisingamangaraja, Jalan Iskandarsyah, dan Jalan Sultan Hasanuddin
di Kelurahan Melawai;
3. Jalan Trunojoyo di Kelurahan Melawai dan Kelurahan Selong,
4. Jalan Wolter Mongongsidi dan Jalan Kapten Tandean di Kelurahan
Petogogan dan Kelurahan Rawa Barat;
5. Jalan Trunojoyo dan Jalan Sultan Hasanudin di Kelurahan Melawai;
6. Jalan Ciledug Raya dan Jalan Kyai Maja di Kelurahan Gunung dan
Kelurahan Kramat Pela;
7. Jalan Sultan Iskandar Syah di Kelurahan Melawai;
8. Jalan Pangeran Antasari di Kelurahan Pulo dan Kelurahan Cipete Utara;
(1)
(2)
83
REV.00/DTR/VIII/2013
(3)
(4)
(5)
(6)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-25E Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Kebayoran
Baru pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
pada Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(3)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-25F Rencana Jaringan Air Limbah dan Sampah Kecamatan Kebayoran
Baru pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana, disajikan dalam Peta 25-G
Rencana Jalur dan Ruang evakuasi bencana Kecamatan Kebayoran Baru pada
Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Pasal 349
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Kebayoran Lama,
terdiri atas:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
(2)
(1)
Pasal 348
(2)
(1)
(2)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Kebayoran Lama sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-26A Delineasi Blok Kecamatan Kebayoran Lama
84
REV.00/DTR/VIII/2013
(4)
(2)
(3)
(1)
Pasal 351
(1)
(2)
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Kebayoran Lama, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun
pengisian bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan
perundang-undangan.
Rencana pengembangan dan peningkatan prasarana energi di Kecamatan
Kebayoran Lama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), menjadi
tugas Kepala SKPD, UKPD dan/atau instansi terkait dan dilaksanakan berdasarkan
rencana induk sub bidang energi yang disusun Kepala SKPD, UKPD dan/atau
instansi bersangkutan.
Pasal 352
(1)
(1)
(3)
Rencana prasarana drainase berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan air di
Kecamatan Kebayoran Lama, dilakukan:
85
REV.00/DTR/VIII/2013
(2)
(3)
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pasal 357
(1)
(2)
5. Jalan Palmerah Barat di Kelurahan Grogol Utara dan Jalan Letjen Supeno
di Kelurahan Grogol Selatan dan Kelurahan Grogol Utara; dan
b. ruang evakuasi bencana menggunakan kawasan pusat pemerintahan,
kawasan permakaman, kawasan fasilitas sosial dan umum, dan kawasan
rekreasi lainnya.
86
REV.00/DTR/VIII/2013
(6)
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
(2)
(1)
(3)
(4)
Pasal 362
(1)
Rencana pola ruang pada zona budidaya di Kecamatan Mampang Prapatan, terdiri
atas:
a.
b.
c.
d.
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di koridor 6 dari
Dukuh Atas Ragunan, koridor 9 dari Pinang Ranti Pluit, koridor 13 dari Blok
M - Pondok Kelapa, dan koridor 30 dari Halim Palmerah Soekarno Hatta;
b. peningkatan jalan arteri primer di Kelurahan Kuningan Barat dan Kelurahan
Mampang Prapatan;
c. peningkatan jalan arteri sekunder di setiap kelurahan;
d. pengembangan jalan kolektor primer di Kelurahan Mampang Prapatan,
Kelurahan Pela Mampang dan Tegal Parang;
e. pengembangan jalan kolektor sekunder di setiap kelurahan;
f. pengembangan jalan lokal di setiap kelurahan;
g. penerapan pembatasan lalu lintas di Kelurahan Kuningan Barat dan Kelurahan
Mampang Prapatan; dan
h. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada seluruh jalan arteri,
kolektor dan lokal di setiap kelurahan.
Pasal 361
(2)
(2)
(1)
87
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 364
(1)
(2)
(3)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Mampang Prapatan, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun
pengisian bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan
perundang-undangan.
(2)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(1)
Rencana prasarana drainase berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan air di
Kecamatan Mampang Prapatan, dilakukan:
(2)
a. pemeliharaan dan peningkatan kapasitas saluran makro di:
Pasal 366
(1)
(1)
b.
c.
d.
e.
1. Kali Krukut yang melalui Kelurahan Bangka, Kelurahan Pela Mampang, dan
Kelurahan Kuningan Barat;
2. Kali Cideng yang melalui Kelurahan Mampang Prapatan; dan
3. Kali Mampang yang melalui Kelurahan Kuningan Barat, Mampang Prapatan
dan Kelurahan Tegal Parang;
penerapan sistem polder yang terdapat di nomor 64;
penerapan sumur resapan dalam dan dangkat di setiap kelurahan;
penerapan biopori di setiap kelurahan; dan
pemeliharaan dan peningkatan saluran mikro pada ruas jalan arteri, kolektor,
dan jalan lokal di setiap kelurahan.
REV.00/DTR/VIII/2013
rencana induk sub bidang air limbah yang disusun Kepala SKPD, UKPD dan/atau
instansi bersangkutan.
Pasal 372
(1)
(2)
(3)
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-27F Peta Rencana Jaringan Air Limbah dan Sampah Kecamatan
Mampang Prapatan pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
(6)
Pasal 369
(1)
(2)
(1)
(2)
Pasal 371
(1)
(2)
(3)
Pasal 373
Tujuan penataan ruang Kecamatan Pancoran untuk:
a. terwujudnya pengembangan kawasan perumahan dan fasilitasnya melalui perbaikan
lingkungan di kawasan permukiman padat dan rawan banjir, pembangunan rumah
susun sederhana di kawasan permukiman padat, peremajaan kawasan dan
pengembangan perumahan vertikal intensitas tinggi; dan
b. terbangunnya rumah susun umum disertai dengan penyediaan prasarana yang
memadai yang terintegrasi.
Pasal 374
(1)
REV.00/DTR/VIII/2013
c.
a. zona dan sub zona kawasan; dan
b. blok dan sub blok kawasan
(2)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Pancoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-28A Peta Zonasi Kecamatan Pancoran pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 375
(1)
e.
f.
g.
h.
(3)
(4)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Pancoran, terdiri
atas:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
(2)
d.
Pasal 377
(1)
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Pancoran, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
(3)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
a.
b.
Pasal 376
(1)
Pasal 378
(1)
REV.00/DTR/VIII/2013
(3)
d.
(2)
(3)
Pasal 379
(1)
(1)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Pancoran, dilakukan:
a. pemeliharaan dan peningkatan saluran makro di:
1. Kali Ciliwung yang melalui Kelurahan Rajawati, Pengadegan, dan
Kelurahan Cikoko;
2. Kali Baru Barat yang melalui Kelurahan Kalibata, Duren Tiga, dan
Kelurahan Pancoran;
3. Kali Cideng yang melalui Kelurahan Pancoran;
4. Kali Mampang yang melalui Kelurahan Kalibata dan Kelurahan Pancoran;
dan
5. Kali Sarua yang melalui Kelurahan Kalibata;
b. pembangunan terowongan bawah tanah di sepanjang Sungai Ciliwung di
Kelurahan Cikoko, Pangadegan dan Kelurahan Rajawati;
c. pemeliharaan dan peningkatan kapasitas waduk/situ di Kelurahan Pancoran,
Duren Tiga dan Kelurahan Kalibata;
d. penerapan sumur resapan dalam dan/atau dangkal di setiap kelurahan;
e. penerapan biopori di setiap kelurahan; dan
f. pemeliharaan dan peningkatan saluran mikro di ruas jalan arteri, kolektor, dan
jalan lokal di setiap kelurahan.
(2)
(2)
(1)
(2)
Pasal 380
(1)
(1)
c.
pengembangan sumber air baku dan/atau air curah berasal dari Waduk
Jatiluhur;
pengembangan sumber air baku alternatif berasal dari Waduk Karian, Waduk
Ciawi, dan Waduk Retensi Tanggul Laut Multifungsi, Sungai Ciliwung, Kali
Pesanggahan, Kali Krukut, Kanal Banjir Barat dan sumber air lainnya;
pengembangan sumber air baku dialirkan melalui pipa transmisi di Kelurahan
Pancoran dan Kelurahan Cikoko; dan
91
REV.00/DTR/VIII/2013
(5)
(6)
Bagian Ketigapuluh
Kecamatan Pasar Minggu
Pasal 384
(1)
Pasal 386
Tujuan penataan ruang Kecamatan Pasar Minggu untuk:
a.
b.
a.
b.
(2)
(3)
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Pasal 385
(1)
i.
Pasal 387
(1)
(2)
(3)
(4)
(2)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Pasar Minggu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-29A Peta Zonasi Kecamatan Pasar Minggu pada
Lampiran III dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(3)
92
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 388
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Pasar Minggu,
terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
(2)
f.
g.
h.
i.
(3)
(4)
(1)
Pasal 389
1)
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Pasar Minggu, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun
pengisian bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan
perundang-undangan.
(3)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
a.
b.
c.
d.
e.
Pasal 391
(1)
93
REV.00/DTR/VIII/2013
(2)
(3)
(2)
(3)
Pasal 392
Pasal 394
(1)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Pasar Minggu, dilakukan:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
(2)
(1)
a.
b.
c.
d.
(2)
Pasal 393
(1)
pengembangan sumber air baku dan/atau air curah berasal dari Waduk
Jatiluhur;
pengembangan sumber air baku alternatif berasal dari Waduk Karian, Waduk
Ciawi, dan Waduk Retensi Tanggul Laut Multifungsi, Sungai Ciliwung, Kali
Pesanggahan, Kali Krukut, Kanal Banjir Barat dan sumber air lainnya;
peningkatan dan pembangunan baru kapasitas Instalasi Pengolahan Air (IPA)
di Kelurahan Cilandak Timur;
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas Reservoir di Kelurahan Kelurahan
Cilandak;
pembangunan baru pompa dorong di Kelurahan Pasar Minggu;
pengembangan sumber air baku dialirkan melalui pipa transmisi di Kelurahan
Pasar Minggu, Ragunan, Jati Padang, Cilandak Timur, dan Kelurahan
Kebagusan; dan
peningkatan pipa primer yang melalui di Kelurahan Jati Padang, Pejaten Barat,
Ragunan, dan Kelurahan Cilandak Timur.
(1)
(2)
(1)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Pasar Minggu
ditetapkan:
a. jalur evakuasi bencana di:
1. Jalan TB Simatupang di Kelurahan Ragunan, Kebagusan, Cilandak Timur,
Jati Padang, Pasar Minggu, dan Kelurahan Pejaten Timur;
94
REV.00/DTR/VIII/2013
Minggu pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Pasar Minggu
disajikan dalam Gambar-29G Rencana Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana
Kecamatan Pasar Minggu pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(6)
Pasal 397
(1)
b.
c.
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-29F Rencana Jaringan Air Limbah dan sampah Kecamatan Pasar
(2)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Pesanggrahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-30A Peta Zonasi Kecamatan Pesanggrahan pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(3)
95
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 401
(4)
(1)
(2)
Pasal 403
(1)
(1)
yang
ada
dan/atau
melalui
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Pesanggrahan, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun
pengisian bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan
perundang-undangan.
(3)
Kecamatan
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di koridor Blok MCiledug, koridor Terminal Lebak Bulus-Kalideres dan koridor Terminal Lebak
Bulus-Ciledug-Soekano Hatta;
b. peningkatan jalan arteri primer di setiap kelurahan;
c. peningkatan jalan arteri sekunder di Kelurahan Ulujami dan Kelurahan
Petukangan Selatan;
d. pengembangan jalan kolektor sekunder di setiap kelurahan;
e. pengembangan jalan lokal di setiap kelurahan;
f. pengembangan jalan arteri di Kelurahan Petukangan Selatan dan Kelurahan
Ulujami;
g. pengembangan perparkiran di Kelurahan Petukangan Selatan; dan
h. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda di setiap kelurahan.
(3)
Pasal 404
(1)
(2)
(3)
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 405
(1)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Pesanggrahan, dilakukan:
b.
c.
d.
e.
(2)
(1)
(2)
Pasal 406
(1)
(2)
(3)
Pasal 409
(1)
dan
ruang
evakuasi
bencana
di
Kecamatan
Pasal 407
(2)
(1)
(1)
REV.00/DTR/VIII/2013
(3)
Pasal 411
Pasal 413
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Setiabudi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
digambarkan dalam Gambar-31A Delineasi Blok Kecamatan Setiabudi pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(3)
Pasal 414
(1)
(5)
(6)
Rencana pola ruang pada zona budidaya di Kecamatan Setiabudi, terdiri atas:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
REV.00/DTR/VIII/2013
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Setiabudi, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai kriteria yang ditetapkan dalam RTRW 2030
dan peraturan perundang-undangan.
(3)
(2)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
Pasal 417
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di koridor Blok MKota, koridor Dukuh Atas-Pulo Gadung, koridor Ragunan-Dukuh Atas, koridor
Pluit-Terminal Pinang Ranti, koridor UI Depok-Manggarai dan koridor Kampung
Melayu-Tanah Abang;
b. peningkatan jalan arteri primer di Kelurahan Karet Semanggi dan Kelurahan
Karet Kuningan Timur;
c. peningkatan jalan arteri sekunder di setiap kelurahan;
d. pengembangan jalan kolektor sekunder di setiap kelurahan;
e. pengembangan jalan lokal di setiap kelurahan;
f. pengembangan perparkiran di Kelurahan Setiabudi; dan
g. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda di setiap kelurahan.
(3)
(4)
(2)
(3)
(1)
(1)
Pasal 418
(1)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Setiabudi, dilakukan:
a. pemeliharaan dan peningkatan saluran makro di:
1. Kali Cideng yang melalui Kelurahan Setiabudi, Guntur, Pasar Manggis,
Karet, Menteng Atas, Karet Kuningan dan Kelurahan Karet Kuningan Timur;
2. Kali Krukut yang melalui Kelurahan Karet Semanggi dan Kanal Banjir Barat
yang melalui Kelurahan Guntur, Setiabudi, dan Kelurahan Pasar Manggis;
b. pembangunan terowongan bawah tanah di sepanjang Kanal Banjir Barat di
Kelurahan Guntur, Setiabudi, dan Kelurahan Pasar Manggis;
c. penerapan sistem polder pada nomor 64 dengan area layanan hidrologi
mencakup seluruh kelurahan;
d. pemeliharaan dan peningkatan pompa air dilakukan di Kelurahan Setiabudi,
dan Kelurahan Guntur;
e. pemeliharaan dan peningkatan saluran sub makro dilakukan di Kelurahan
Pasar Manggis dan Kelurahan Menteng Atas;
f. pemeliharaan pintu air terdapat Kelurahan Pasar Manggis untuk
menanggulangi genangan setempat;
g. pemeliharaan dan peningkatan kapasitas waduk/situ yang terdapat di
Kelurahan Guntur dan Kelurahan Setiabudi;
h. penerapan sumur resapan dalam dan/atau dangkal di setiap kelurahan;
i. penerapan biopori di setiap kelurahan; dan
99
REV.00/DTR/VIII/2013
j.
(2)
pemeliharaan dan peningkatan saluran mikro di ruas jalan arteri, kolektor, dan
jalan lokal di setiap kelurahan.
Pasal 421
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
Pasal 422
(1)
Pasal 420
(1)
(2)
(2)
(1)
100
REV.00/DTR/VIII/2013
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Tebet sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digambarkan
dalam Gambar-32A Peta Zonasi Kecamatan Tebet pada Lampiran III-1 dengan
skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
(3)
Pasal 427
(1)
(6)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Tebet, terdiri atas:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
101
REV.00/DTR/VIII/2013
(2)
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Tebet, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian bahan
bakar gas dan minyak sesuai kriteria RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
(3)
Pasal 428
(1)
Pasal 430
a. rencana prasarana transportasi darat; dan
b. rencana prasarana transportasi perkeretaapian.
(2)
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan menangani kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di koridor Pulo
Gadung-Dukuh Atas, koridor Terminal Pinang Ranti-Pluit, koridor Manggarai-UI
Depok dan koridor Kampung Melayu-Tanah Abang;
b. peningkatan jalan arteri primer di Kelurahan Tebet Barat, Tebet Timur dan
Kelurahan Kebon Baru;
c. peningkatan jalan arteri sekunder di setiap kelurahan;
d. pengembangan jalan kolektor sekunder di setiap kelurahan;
e. pengembangan jalan lokal di setiap kelurahan;
f. pengembangan perparkiran di Kelurahan Manggarai; dan
g. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada seluruh ruas jalan arteri,
kolektor dan lokal di setiap kelurahan.
Pasal 431
(1)
(3)
(4)
(1)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Tebet dilakukan:
(2)
REV.00/DTR/VIII/2013
induk sub bidang drainase yang disusun Kepala SKPD, UKPD dan/atau instansi
bersangkutan.
Pasal 432
(1)
(2)
(3)
(1)
(1)
(2)
(2)
(1)
(2)
(3)
(1)
REV.00/DTR/VIII/2013
h.
i.
j.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
k.
(1)
(2)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Cakung sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-33A Peta Zonasi Kecamatan Cakung pada Lampiran
III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(3)
(1)
Pasal 438
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
e.
f.
g.
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Cakung, terdiri dari:
(2)
REV.00/DTR/VIII/2013
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Cakung, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
(3)
Pasal 441
(1)
(2)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
Pasal 443
(1)
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur koridor Pulo GadungCikarang, koridor Pulo Gadung-Dukuh Atas, koridor Kampung Melayu-Pulo
Gebang, koridor Kelapa Gading-Kalimalang, koridor Tanjung Priok-Pulo
Gadung, koridor Pulo Gadung-Pasar Minggu, koridor Rawamangun-Ancol,
koridor Pulo Gadung-Setu, dan koridor Kampung Melayu-Rawamangun;
b. peningkatan jalan arteri primer di Kelurahan Cakung Barat, Cakung Timur, Pulo
Gebang, Rawa Terate, Penggilingan dan Kelurahan Ujung Menteng;
c. peningkatan jalan arteri sekunder di Kelurahan Jatinegara, Rawa Terate, Pulo
Gebang, dan Kelurahan Rawa Terate;
d. pengembangan jalan kolektor sekunder di setiap kelurahan;
e. pengembangan jalan lokal di setiap Kelurahan;
f. pengembangan perparkiran di setiap Kelurahan;
g. pengembangan angkutan barang di Kelurahan Pulogebang, Cakung Barat, dan
Kelurahan Cakung Timur; dan
h. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda di setiap Kelurahan.
(3)
(4)
(2)
(3)
Pasal 442
(1)
(1)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Cakung dilakukan:
a. pemeliharaan dan peningkatan saluran makro di:
1. Kali Petukangan yang melalui Kelurahan Rawa Terate;
2. Kali Cakung yang melalui Kelurahan Pulo Gebang;
3. Kanal Banjir Timur yang melalui Kelurahan Pulo Gebang, Ujung Menteng,
dan Kelurahan Cakung Timur; dan
4. Cakung Drain yang melalui Kelurahan Cakung Barat;
b. penerapan sistem polder:
1. nomor 34 dengan area layanan hidrologi mencakup Kelurahan Rawa
Terate;
2. nomor 40 dengan area layanan hidrologi mencakup Kelurahan Jatinegara
dan Kelurahan Rawa Terate;
3. nomor 41 dengan area layanan hidrologi mencakup Kelurahan Jatinegara;
4. nomor 42 dengan area layanan hidrologi mencakup Kelurahan Cakung
Barat dan Kelurahan Cakung Timur;
5. nomor 43 dengan area layanan hidrologi mencakup Kelurahan Cakung
Barat;
6. nomor 44 dengan area layanan hidrologi mencakup Kelurahan
Penggilingan, Pulo Gebang, dan Kelurahan Cakung Barat;
105
REV.00/DTR/VIII/2013
7.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
(2)
(2)
(1)
(2)
(1)
a. pengembangan sumber air baku dan/atau air curah berasal dari Waduk
Jatiluhur;
b. pengembangan sumber air baku alternatif berasal dari Waduk Karian, Waduk
Ciawi, Waduk Retensi Tanggul Laut Multifungsi, Sungai Ciliwung, Kali
Pesanggahan, Kali Krukut, Kanal Banjir Barat dan sumber air lainnya;
c. pengembangan sumber air baku dialirkan melalui pipa transmisi di Kelurahan
Cakung Barat, Cakung Timur, dan Kelurahan Pulo Gebang; dan
d. peningkatan pipa primer yang melalui setiap kelurahan.
(2)
(3)
(1)
(1)
(2)
106
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 449
(1)
(2)
(3)
Pasal 450
(1)
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-33E Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Cakung pada
Lampiran V dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-33F Rencana Jaringan Air Limbah dan Sampah Kecamatan Cakung pada
Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(5)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Cipayung sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-34A Peta Zonasi Kecamatan Cipayung pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 453
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Cipayung , terdiri
atas:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
REV.00/DTR/VIII/2013
i.
j.
k.
l.
m.
n.
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Cipayung, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
(3)
Pasal 454
Pasal 456
(1)
(2)
(3)
(1)
(1)
(2)
(3)
(1)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Cipayung dilakukan:
a. pemeliharaan dan peningkatan saluran makro di:
1. Kali Sunter yang melalui Kelurahan Lubang Buaya, Setu, Cilangkap, dan
Kelurahan Pondok Rangon; dan
2. Kali Cilangkap yang melalui Kelurahan Setu, Cilangkap, dan Kelurahan
Cipayung;
b. pemeliharaan dan peningkatan pompa di Kelurahan Ceger, Setu, Bambu Apus,
Cilangkap, Munjul, dan Kelurahan Pondok Rangon;
c. pemeliharaan dan peningkatan kapasitas kapasitas waduk/situ di Kelurahan
Ceger, Bambu Apus, Pondok Rangon, Kelurahan Setu, Cipayung; dan
Kelurahan Munjul;
108
REV.00/DTR/VIII/2013
(2)
(1)
(2)
Pasal 458
(1)
pengembangan sumber air baku dan/atau air curah berasal dari Waduk
Jatiluhur;
pengembangan sumber air baku alternatif berasal dari Waduk Karian, Waduk
Ciawi, Waduk Retensi Tanggul Laut Multifungsi, Sungai Ciliwung, Kali
Pesanggahan, Kali Krukut, Kanal Banjir Barat dan sumber air lainnya;
pengembangan sumber air baku yang dialirkan melalui pipa transmisi di
Kelurahan Setu, Bambu Apus, dan Kelurahan Ceger; dan
peningkatan pipa primer yang melalui Kelurahan Lubang Buaya, Ceger, dan
Kelurahan Cipayung.
(2)
(3)
Pasal 461
(1)
Pasal 459
(1)
(2)
(1)
(2)
109
REV.00/DTR/VIII/2013
(3)
f.
g.
Pasal 463
Pasal 465
(1)
(1)
(2)
(2)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Ciracas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-35A Peta Zonasi Kecamatan Ciracas pada Lampiran
III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-34E Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Cipayung
pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3)
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-34F Rencana Jaringan Air Limbah dan Persampahan Kecamatan
Cipayung pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana, disajikan dalam Gambar1G Peta Rencana Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana Kecamatan Cipayung pada
Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(8)
Pasal 466
(1)
Pasal 464
a.
b.
c.
d.
e.
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Ciracas, terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
(2)
110
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 467
(1)
(2)
b.
c.
d.
e.
f.
Pasal 469
(1)
(2)
(3)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Ciracas, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
Rencana pengembangan dan peningkatan prasarana energi di Kecamatan Ciracas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), menjadi tugas Kepala SKPD,
UKPD dan/atau instansi terkait, dan dilaksanakan berdasarkan rencana induk sub
bidang energi yang disusun Kepala SKPD, UKPD dan/atau instansi bersangkutan.
(1)
(2)
Rencana prasarana drainase berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan air di
Kecamatan Ciracas, dilakukan:
a. pemeliharaan dan peningkatan saluran makro di:
1. Kali Cipinang, Kali Baru Timur yang melalui Kelurahan Rambutan;
2. Kali Cipinang, Kali Baru Timur yang melalui Kelurahan Ciracas;
3. Kali Cipinang, Kali Baru Timur yang melalui Kelurahan Kelapa Dua Wetan;
dan
4. Kali Cipinang, Kali Baru Timur, dan Kali Baru Timur yang melalui Kelurahan
Susukan;
b. pemeliharaan dan peningkatan kapasitas waduk/situ di Kelurahan Ciracas,
Kelapa Dua Wetan, Susukan, dan Kelurahan Cibubur;
c. penerapan sumur resapan dalam dan/atau dangkal di setiap kelurahan;
d. penerapan biopori di setiap kelurahan; dan
e. pemeliharaan dan peningkatan saluran mikro pada ruas jalan arteri, kolektor,
dan jalan lokal.
Pasal 468
(1)
(1)
(3)
111
REV.00/DTR/VIII/2013
(3)
Pasal 472
(1)
(2)
(3)
(2)
(1)
Pasal 476
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-35E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Ciracas
pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-35F Peta Rencana Prasarana Air Limbah dan Sampah Kecamatan
Ciracas pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana, disajikan dalam Gambar35G Peta Rencana Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana Kecamatan Ciracas pada
Pasal 473
(1)
(2)
(1)
112
REV.00/DTR/VIII/2013
Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Pasal 479
(1)
(6)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
(2)
(1)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Duren Sawit sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-36A Peta Zonasi Kecamatan Duren Sawit pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(3)
(2)
Pasal 480
Pasal 478
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Duren Sawit, terdiri
dari:
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di Koridor MelayuPulo Gebang, Koridor Pondok Kelapa-Kota Bekasi, Kelapa Gading-Kalimalang,
Pulo Gadung- Pasar Minggu dan Terminal Kampung Melayu-Bekasi;
b. peningkatan jalan arteri primer di kelurahan Duren Sawit;
c. peningkatan jalan arteri sekunder di Kelurahan Klender, Malaka Malaka Jaya,
Pondok Kopi, Duren Sawit, Pondok Bambu;
d. pengembangan jalan kolektor sekunder di Kelurahan Pondok Kopi, Pondok
Bambu, Duren Sawit, Pondok Kelapa, dan Kelurahan Malaka Jaya;
e. pengembangan jalan lokal di setiap kelurahan;
f. pengembangan perparkiran di setiap kelurahan; dan
g. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada ruas arteri, kolektor dan
lokal di setiap kelurahan.
(3)
113
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 483
(1)
Pasal 481
(1)
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Duren Sawit, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
(3)
(2)
(1)
Pasal 482
(1)
c.
d.
(2)
(3)
e.
f.
pengembangan sumber air baku dan/atau air curah berasal dari Waduk
Jatiluhur;
pengembangan sumber air baku alternatif berasal dari Waduk Karian, Waduk
Ciawi, dan Waduk Retensi Tanggul Laut Multifungsi, Sungai Ciliwung, Kali
Pesanggahan, Kali Krukut, Kanal Banjir Barat dan sumber air lainnya;
pengembangan sumber air baku dialirkan melalui pipa transmisi di setiap
kelurahan;
peningkatan dan pembangunan baru kapasitas Instalasi Pengolahan Air (IPA)
di Kelurahan Pondok Kelapa;
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas reservoir di Kelurahan Pondok
Kelapa; dan
peningkatan pipa primer yang melalui setiap kelurahan.
(2)
(3)
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 485
(1)
(2)
(1)
(2)
Pasal 489
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-36E Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Duren Sawit
pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-36F Rencana Jaringan Air Limbah dan Sampah Kecamatan Duren Sawit
pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Duren Sawit
disajikan dalam Gambar-36G Rencana Jalur Evakuasi dan Ruang Evakuasi
Bencana Kecamatan Duren Sawit pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(6)
Pasal 487
(1)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Duren Sawit
ditetapkan:
a. jalur evakuasi bencana dengan memanfaatkan kawasan pusat pemerintahan,
kawasan permakaman, fasilitas sosial atau fasilitas umum dan kawasan
rekreasi lain di setiap Kelurahan; dan
b. ruang evakuasi bencana menggunakan kawasan pusat pemerintahan,
kawasan permakaman, kawasan fasilitas sosial dan umum, serta kawasan
rekreasi lainnya yang terdapat di Kelurahan Klender, Kelurahan Malaka Sari,
Malaka Jaya, Pondok Kopi, Kelurahan Pondok Kelapa, dan Kelurahan Pondok
Bambu.
(2)
(1)
(2)
a.
b.
c.
REV.00/DTR/VIII/2013
d.
e.
f.
g.
h.
Pasal 491
(1)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Jatinegara sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-37A Peta Zonasi Kecamatan Jatinegara pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(3)
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Jatinegara, terdiri
atas:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
(2)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu
lintas, dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di koridor Kampung
Melayu-Ancol, koridor Kampung Melayu-Kampung Rambutan, koridor Pinang
Ranti-Pluit, koridor Priok-Cililitan, koridor Kampung Melayu-Pulo Gebang,
koridor Blok M-Pondok Kelapa, koridor Kampung Melayu-Tanah Abang, koridor
Kampung Melayu-Bekasi-Bantar Gebang;
b. peningkatan jalan arteri primer di Kelurahan Bidara Cina, Kelurahan Cipinang
Cempedak, Kelurahan Cipinang Besar Utara, Kelurahan Cipinang Besar
Selatan dan Kelurahan Rawa Bunga;
c. peningkatan jalan arteri sekunder di Kelurahan Bidara Cina, Kelurahan Bali
Mester, Kelurahan Cipinang Besar Utara, Kelurahan Rawa Bungadan
Kelurahan Cipinang Muara;
d. pengembangan jalan kolektor sekunder di Kelurahan Rawa Bunga, Kelurahan
Cipinang Cempedak, Kelurahan Cipinang Muara, Kelurahan Bidara Cina dan
Kelurahan Cipinang Besar Selatan;
e. pengembangan jalan lokal di setiap kelurahan;
f. pengembangan perparkiran di setiap kelurahan; dan
g. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada seluruh ruas jalan arteri,
kolektor dan lokal di setiap kelurahan.
(3)
(4)
(1)
116
REV.00/DTR/VIII/2013
b.
c.
d.
e.
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Jatinegara, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak RTRW 2030 dan peraturan perundang-undangan.
(3)
Pasal 495
(1)
(2)
(3)
Pasal 497
(1)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Jatinegara, dilakukan:
a. pemeliharaan dan peningkatan saluran makro di:
1. Banjir Kanal Timur yang melalui Kelurahan Cipinang Muara dan Kelurahan
Cipinang Besar Selatan;
2. Kali Ciliwung yang melalui Kelurahan Kampung Melayu dan Kelurahan
Bidara Cina;
3. Kali Sunter melalui Kelurahan Cipinang Muara; Kali Cipinang yang melalui
Kelurahan Cipinang Muara, Cipinang Besar Selatan dan Kelurahan
Cipinang Besar Utara;
4. Kali Baru yang melalui Kelurahan Bali Mester dan Kelurahan Bidara Cina;
dan
5. Kali Malang yang melalui Kelurahan Cipinang Muara;
b. pembangunan terowongan bawah tanah (deep tunel) di sepanjang Sungai
Ciliwung di Kelurahan Rawa Bunga dan Kelurahan Cipinang Campedak;
Pasal 496
(1)
(2)
(3)
117
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 498
(1)
(2)
(1)
(1)
(2)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-37E Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Jatinegara
pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-37F Rencana Jaringan Air Limbah dan Persampahan Kecamatan
Jatinegara pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
Pasal 500
(1)
118
REV.00/DTR/VIII/2013
(6)
i.
j.
k.
l.
m.
n.
(2)
Pasal 503
Tujuan penataan ruang Kecamatan Kramat Jati untuk:
a.
b.
c.
d.
e.
(1)
Rencana prasarana pergerakan yang ada dan/atau melalui Kecamatan Kramat Jati
berupa jaringan transportasi darat.
(2)
(2)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Kramat Jati sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-38A Peta Zonasi Kecamatan Kramat Jati pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(3)
Pasal 504
(1)
(3)
Pasal 505
Pasal 507
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Kramat Jati, terdiri
atas:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
(1)
119
REV.00/DTR/VIII/2013
c.
d.
e.
f.
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Kramat Jati, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
(3)
(1)
a. pengembangan sumber air baku dan/atau air curah berasal dari Waduk
Jatiluhur;
b. pengembangan sumber air baku alternatif berasal dari Waduk Karian, Waduk
Ciawi, dan Waduk Retensi Tanggul Laut Multifungsi, Sungai Ciliwung, Kali
Pesanggahan, Kali Krukut, Kanal Banjir Barat dan sumber air lainnya;
c. pengembangan sumber air baku dialirkan melalui pipa transmisi di Kelurahan
Cawang, Cililitan, Kramat Jati, dan Kelurahan Dukuh;
d. peningkatan dan pembangunan baru kapasitas Instalasi Pengolahan Air
Condet WTP di Kelurahan Bale Kambang; dan IPA Pasar Rebo di Kelurahan
Kampung Tengah; dan
e. peningkatan pipa primer yang melalui di Kelurahan Cawang, Cililitan, Kramat
Jati, Batu Amper, Kampung Tengah, Bale Kambang, dan Kelurahan Dukuh.
Pasal 508
(1)
(2)
(3)
(2)
(3)
(1)
Pasal 509
(1)
berfungsi untuk
Rencana prasarana dan sarana air bersih di Kecamatan Kramat Jati dilakukan:
120
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 512
Pasal 515
(1)
(1)
(2)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-38E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Kramat
Jati pada Lampiran V dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-38F Peta Rencana Jaringan Air Limbah dan Persampahan Kecamatan
Kramat Jati pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Kramat Jati,
disajikan dalam Gambar-38G Peta Rencana Jalur Evakuasi dan Ruang Evakuasi
Bencana Kecamatan Kramat Jati pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(6)
Pasal 513
(1)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Kramat Jati
ditetapkan:
a. jalur evakuasi bencana di:
1. Jalan Dewi Sartika di Kelurahan Cililitan;
2. Jalan Tol Dalam Kota dan Jalan Letjen MT. Haryono di Kelurahan Cawang;
3. Jalan Tol TNI Cikunir di Kelurahan Dukuh;
4. Jalan Bogor Raya di Kelurahan Cililitan, Batu Ampar, Kampung Tengah,
dan Kelurahan Kramat Jati;
5. Jalan Tol Jagorawi di Kelurahan Cililitan, Kramat Jati dan Kelurahan Dukuh;
6. Jalan Mayjen Sutoyo di Kelurahan Cililitan dan Kelurahan Cawang;
7. Jalan Pahlawan Kalibata di Kelurahan Cililitan dan Kelurahan Cawang; dan
8. Jalan Pondok Gede Raya di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Dukuh;
dan
b. ruang evakuasi bencana menggunakan kawasan pusat pemerintahan,
kawasan permakaman, kawasan fasilitas sosial dan umum, dan kawasan
rekreasi lain.
(2)
Lokasi untuk posko logistik bencana di Kecamatan Kramat Jati berada di kawasan
pemerintahan.
Bagian Keempatpuluh
Kecamatan Makasar
Pasal 514
(1)
Pasal 516
(2)
c.
d.
(3)
a.
b.
e.
f.
g.
REV.00/DTR/VIII/2013
(2)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Makasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-39A Peta Zonasi Kecamatan Makasar pada Lampiran
III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(3)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu lintas,
dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di koridor PluitPinang Ranti, koridor Cililitan-Terminal Tanjung Priok, koridor Blok M-Pondok
Kelapa, koridor Pulo Gadung-Pasar Minggu, koridor Pinang RantiBekasi
Bantar Gebang, dan koridor HalimPalmerahSoekarno Hatta;
b. peningkatan jalan arteri primer di Kelurahan Kebon Pala, Cipinang Melayu,
Halim Perdana Kusuma, Makasar dan Kelurahan Pinang Ranti;
c. peningkatan jalan arteri sekunder di Kelurahan Pinang Rantin, Lubang Buaya,
Kebon Pala, dan Kelurahan Cipinang Melayu;
d. pengembangan jalan kolektor sekunder di Kelurahan Pinang Ranti, Makasar,
Halim Perdana Kusuma, dan Kelurahan Kebon Pala;
e. pengembangan jalan lokal di setiap kelurahan;
f. pengembangan perparkiran di setiap kelurahan; dan
g. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada seluruh ruas jalan arteri,
kolektor dan lokal di setiap kelurahan.
Pasal 518
(1)
(3)
(4)
(5)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Makasar, terdiri
atas:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Pasal 520
(2)
(1)
(1)
122
REV.00/DTR/VIII/2013
f.
(3)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Makasar, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
induk sub bidang drainase yang disusun Kepala SKPD, UKPD dan/atau instansi
bersangkutan.
Pasal 523
(1)
a. pengembangan sumber air baku dan/atau air curah berasal dari Waduk
Jatiluhur;
b. pengembangan sumber air baku alternatif berasal dari Waduk Karian, Waduk
Ciawi, dan Waduk Retensi Tanggul Laut Multifungsi, Sungai Ciliwung, Kali
Pesanggahan, Kali Krukut, Kanal Banjir Barat dan sumber air lainnya;
c. pengembangan sumber air baku dialirkan melalui pipa transmisi di Kelurahan
Kebon Pala, Makasar dan Kelurahan Pinang Ranti;
d. pemeliharaan dan peningkatan kapasitas Reservoir di Kelurahan Halim
Perdanakusuma; dan
e. peningkatan pipa primer yang melalui Kelurahan Pinang Ranti, Makasar, Kebon
Pala, Halim Perdana Kusuma dan Kelurahan Cipinang Melayu.
(1)
(2)
(3)
(1)
(3)
(1)
(2)
(2)
(2)
(1)
(2)
REV.00/DTR/VIII/2013
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-39F Peta Rencana Jaringan Air Limbah dan Persampahan Kecamatan
Makasar pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
(6)
Pasal 526
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
Pasal 530
(1)
Pasal 528
(1)
(2)
(3)
(2)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Matraman sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-40A Peta Zonasi Kecamatan Matraman pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(3)
124
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 531
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Matraman, terdiri
atas:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
(2)
(4)
(1)
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Matraman, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
(3)
Pasal 532
(1)
Pasal 534
(2)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu lintas,
dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di koridor 4 Dukuh
Atas - Pulo Gadung, koridor 5 Kampung Melayu Ancol, koridor 10 Tanjung
Priok Cililitan, koridor 11 Kampung Melayu - Pulo Gebang, dan koridor 27
Kampung Melayu - Bekasi - Bantar Gebang;
b. peningkatan jalan arteri primer di Kelurahan Kebon Manggis, Utan Kayu Utara,
Utan Kayu Selatan, dan Kelurahan Pisangan Baru;
c. peningkatan jalan arteri sekunder di Kelurahan Palmeriam, Kayu Manis, Utan
Kayu Utara dan Kelurahan Kebon Manggis;
d. pengembangan jalan kolektor sekunder dan jalan lokal di setiap kelurahan;
e. pengembangan perparkiran di setiap kelurahan; dan
f. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada seluruh ruas jalan arteri,
kolektor dan lokal di setiap kelurahan.
(1)
(2)
(3)
(3)
(1)
Rencana prasarana drainase berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan air di
Kecamatan Matraman, dilakukan:
125
REV.00/DTR/VIII/2013
(2)
Pasal 538
(1)
(2)
Pasal 539
(1)
Pasal 536
(1)
(3)
a. pengembangan sumber air baku dan/atau air curah berasal dari Waduk
Jatiluhur;
b. pengembangan sumber air baku alternatif berasal dari Waduk Karian, Waduk
Ciawi, dan Waduk Retensi Tanggul Laut Multifungsi, Sungai Ciliwung, Kali
Pesanggahan, Kali Krukut, Kanal Banjir Barat dan sumber air lainnya;
c. pengembangan sumber air baku dialirkan melalui pipa transmisi di setiap
kelurahan; dan
d. peningkatan pipa primer yang melalui setiap kelurahan.
(2)
(2)
(1)
(2)
(3)
Pasal 537
(1)
126
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 543
Pasal 541
(1)
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-40E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan
Matraman pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-40F Peta Rencana Jaringan Air Limbah dan Persampahan Kecamatan
Matraman pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana disajikan dalam Gambar40G Rencana Jalur Evakuasi dan Ruang Evakuasi Bencana Kecamatan Matraman
pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(6)
a.
b.
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Pasar Rebo sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-41A Peta Zonasi Kecamatan Pasar Rebo pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(3)
(1)
b.
c.
d.
e.
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Pasar Rebo, terdiri
atas:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
(2)
(2)
(1)
127
REV.00/DTR/VIII/2013
(2)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu lintas,
dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di koridor Kampung
Melayu-Kampung Rambutan, koridor Pulo Gadung-Pasar Minggu, koridor
Terminal Kampung Rambutan-Terminal Lebak Bulus, dan koridor Terminal
Kampung Rambutan-Depok;
b. peningkatan jalan arteri primer di Kelurahan Gedong, Cijantung dan Kelurahan
Pekayon;
c. pengembangan jalan kolektor sekunder di Kelurahan Pekayon, Kelurahan
Gedong, Kelurahan Cijantung, Kelurahan Kalisari, dan Kelurahan Baru;
d. pengembangan jalan lokal di setiap kelurahan;
e. pengembangan perparkiran di setiap kelurahan;
f. pengembangan angkutan barang di Kelurahan Pekayon; dan
g. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada seluruh ruas jalan arteri,
kolektor dan lokal di setiap kelurahan.
Pasal 547
(1)
(2)
(3)
(3)
(4)
(1)
(1)
(2)
(3)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Pasar Rebo, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun pengisian
bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan perundangundangan.
Rencana pengembangan dan peningkatan prasarana energi di Kecamatan Pasar
Rebo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), menjadi tugas Kepala
SKPD, UKPD dan/atau instansi terkait dan dilaksanakan berdasarkan rencana
induk sub bidang energi yang disusun Kepala SKPD, UKPD dan/atau instansi
bersangkutan.
Rencana prasrana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Pasar Rebo, dilakukan:
(2)
(1)
128
REV.00/DTR/VIII/2013
a. pengembangan sumber air baku dan/atau air curah berasal dari Waduk
Jatiluhur;
b. pengembangan sumber air baku alternatif berasal dari Waduk Karian, Waduk
Ciawi, dan Waduk Retensi Tanggul Laut Multifungsi, Sungai Ciliwung, Kali
Pesanggahan, Kali Krukut, Kanal Banjir Barat dan sumber air lainnya;
c. pengembangan sumber air baku dialirkan melalui pipa transmisi di Kelurahan
Gedong; dan
d. peningkatan pipa primer yang melalui ruas melintasi Kelurahan Cijantung,
Baru, Kalisari, Pekayon, dan Kelurahan Gedong.
(2)
(3)
Lokasi untuk posko logistik bencana di Kecamatan Pasar Rebo berada di kawasan
pemerintahan.
Pasal 553
(1)
(2)
(3)
Pasal 550
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Pasar Rebo
ditetapkan:
Pasal 554
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-41E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Pasar
Rebo pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-41F Peta Rencana Jaringan Air Limbah dan Persampahan Kecamatan
Pasar Rebo pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Pasar Rebo,
disajikan dalam Gambar-41G Rencana Jalur Evakuasi dan Ruang Evakuasi
Bencana Kecamatan Pasar Rebo pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
129
REV.00/DTR/VIII/2013
(6)
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
(2)
(1)
Pasal 556
(2)
(1)
(2)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Pulo Gadung sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digambarkan dalam Gambar-42A Peta Zonasi Kecamatan Pulo Gadung pada
Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(3)
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Pulo Gadung terdiri
atas:
a.
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu lintas,
dilakukan:
a. pengembangan angkutan umum massal pada jalur khusus di Koridor HarmoniPulo Gadung, Koridor Dukuh Atas-Pulo Gadung, Koridor Tanjung Priok
Cililitan, Koridor Kampung Melayu-Pulo Gebang, Koridor Kelapa GadingKalimalang, koridor Pulo Gadung-Pasar Minggu, koridor Terminal
Rawamangun-Ancol; koridor Kampung Melayu-Bekasi-Bantar Gebang, dan
koridor Kampung Melayu-Rawamangun;
b. peningkatan jalan arteri primer di Kelurahan Kayu Putih, Rawamangun, dan
Kelurahan Pisangan Timur, Kelurahan Pulo Gadung, dan Kelurahan Jatinegara
Kaum;
c. peningkatan jalan arteri sekunder di Kelurahan Jati, Rawamangun, Cipinang,
Jatinegara Kaum, Pulo Gadung dan Kelurahan Kayu Putih;
d. pengembangan jalan kolektor sekunder di Kelurahan Jatinegara Kaum, Pulo
Gadung, Jati, Pisangan Timur, Cipinang, Rawamangun dan Kelurahan Kayu
Putih;
e. pengembangan jalan lokal dilakukan di setiap kelurahan;
f. pengembangan perparkiran dilakukan di setiap kelurahan;
g. pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada seluruh ruas jalan arteri,
kolektor dan lokal di setiap kelurahan;dan
h. pengembangan angkutan barang di Kelurahan Rawamangun dan Kelurahan
Kayu Putih.
130
REV.00/DTR/VIII/2013
(3)
(4)
Pasal 561
(1)
Pasal 559
(1)
(2)
(3)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Pulo Gadung, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi stasiun
pengisian bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan
perundang-undangan.
Rencana pengembangan dan peningkatan prasarana energi di Kecamatan Pulo
Gadung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), menjadi tugas Kepala
SKPD, UKPD dan/atau instansi terkait dan dilaksanakan berdasarkan rencana
induk sub bidang energi yang disusun Kepala SKPD, UKPD dan/atau instansi
bersangkutan.
(2)
(2)
(3)
(1)
Pasal 560
(1)
Rencana prasarana drainase yang berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan
air di Kecamatan Pulo Gadung, dilakukan:
(2)
REV.00/DTR/VIII/2013
3. Kelurahan Pulo Gadung Jati, Jatinegara Kaum dan Kelurahan Kayu Putih di
Jalan Pemuda;
4. Kelurahan Kayu Putih, Rawamangun dan Kelurahan Pisangan Timur di
Jalan Jenderal Ahmad Yani;
5. Kelurahan Pisangan Timur, Cipinang, dan Kelurahan Jatinegara Kaum di
Jalan Bekasi Timur Raya;
6. Kelurahan Jati di Jalan Perserikatan;
7. Kelurahan Pisangan Timur, Cipinang, dan Kelurahan Jatinegara Kaum di
Jalan Bekasi Timur Raya;
8. Kelurahan Pulo Gadung di Jalan Kayu Putih; dan
9. Kelurahan Cipinang di Jalan Cipinang Baru Raya; dan
b. ruang evakuasi bencana menggunakan kawasan pusat pemerintahan,
kawasan permakaman, kawasan fasilitas sosial dan umum, dan kawasan
rekreasi lain.
(1)
(2)
(3)
(2)
Pasal 566
(1)
(2)
(3)
Pasal 564
(1)
(2)
(1)
Pasal 567
(1)
(2)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Pulo Gadung
ditetapkan:
a. jalur evakuasi bencana sebagai berikut:
1. Kelurahan Kayu Putih dan Kelurahan Pulo Gadung di Jalan Printis
Kemerdekaan;
2. Kelurahan Pulo Gadung, Rawamangun dan Kelurahan Jatinegara Kaum di
Jalan Bekasi Raya;
132
REV.00/DTR/VIII/2013
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-42E Peta Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Pulo
Gadung pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-42F Peta Rencana Jaringan Air Limbah dan Persampahan Kecamatan
Pulo Gadung pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Pulo Gadung,
disajikan dalam Gambar-42G Peta Rencana Jalur Evakuasi dan Ruang Evakuasi
Bencana Kecamatan Pulo Gadung pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(6)
Pasal 570
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Kepulauan Seribu
Utara terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
(2)
Rencana pola ruang pada zona perairan dan pesisir di Kecamatan Kepulauan
Seribu Utara, terdiri dari:
a. zona konservasi perairan; dan
b. zona pemanfaatan umum perairan.
(3)
Pasal 571
(1)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi mengarahkan orientasi pembangunan fisik pulau dilakukan
pengembangan prasarana jalan lokal di Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan
Pulau Kelapa, dan Kelurahan Pulau Harapan.
(3)
(2)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), digambarkan dalam Gambar-43A Peta Zonasi Kecamatan Kepulauan Seribu
Utara pada Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3)
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 574
(5)
(1)
(2)
Pasal 572
(1)
(2)
(3)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi
stasiun pengisian bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan
perundang-undangan.
Rencana pengembangan dan peningkatan prasarana energi di Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
menjadi tugas Kepala SKPD, UKPD dan/atau instansi terkait dan dilaksanakan
berdasarkan rencana induk sub bidang energi yang disusun Kepala SKPD, UKPD
dan/atau instansi bersangkutan.
Pasal 575
(1)
(2)
(3)
Pasal 573
(1)
Pasal 576
(1)
(2)
a.
Pasal 577
(2)
(3)
(1)
(2)
134
REV.00/DTR/VIII/2013
dan/atau instansi terkait dan dilaksanakan berdasarkan rencana induk sub bidang
persampahan yang disusun Kepala SKPD, UKPD dan/atau instansi bersangkutan.
(2)
(3)
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-43E Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Kepulauan
Seribu Utara pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-43F Rencana Jaringan Air Limbah dan Persampahan Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
(6)
Pasal 578
(1)
(2)
Lokasi untuk posko logistik bencana di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara berada
di kawasan pemerintahan, kawasan fasilitas umum dan sosial, dan kawasan
terbuka.
Pasal 579
(1)
(2)
(3)
(1)
Pasal 580
(1)
(2)
Pembagian zona dan sub zona kawasan serta pembagian blok dan sub blok
kawasan di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), digambarkan dalam Gambar-44A Peta Zonasi Kecamatan Kepulauan
Seribu Selatan pada Lampiran III-1 dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
135
REV.00/DTR/VIII/2013
(3)
(1)
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya di Kecamatan Kepulauan Seribu
Selatan terdiri dari:
(4)
a.
b.
c.
d.
e.
(2)
(3)
Rencana pola ruang pada zona perairan dan pesisir di Kecamatan Kepulauan
Seribu Selatan merupakan zona pemanfaatan umum perairan.
(1)
Pasal 584
(1)
(2)
(3)
Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berfungsi mengarahkan orientasi pembangunan fisik pulau dilakukan
pengembangan prasarana jalan lokal di Kelurahan Untung Jawa, Kelurahan Pari,
dan Kelurahan Tidung;
(2)
Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di
Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Pemerintah Daerah menetapkan lokasi
stasiun pengisian bahan bakar gas dan minyak sesuai RTRW 2030 dan peraturan
perundang-undangan.
(3)
Pasal 586
(1)
REV.00/DTR/VIII/2013
(3)
Pulau Pari dan Pulau Ayer Besar, Pulau Bidadari, Pulau Cipir, Pulau Kelor, Pulau
Ondrus dan Pulau Untung Jawa di Kelurahan Pulau Untung Jawa.
(2)
Pasal 590
(1)
(2)
Pasal 587
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
Pasal 591
Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Kepulauan Seribu
Selatan ditetapkan:
a. ruang evakuasi bencana menggunakan kawasan pusat pemerintahan, kawasan
permakaman, kawasan fasilitas sosial dan umum, serta kawasan rekreasi lainnya;
b. pulau evakuasi bencana di di Pulau Biawak, Pulau Pari di Kelurahan Pulau Pari,
Pulau Untung Jawa, Pulau Cipir, Pulau Onrus, Pulau Bidadari dan Pulau Kelor di
Kelurahan Pulau Untung Jawa, Pulau Tidung di Kelurahan Pulau Tidung; dan
c. lokasi posko logistik diarahkan pada kawasan pemerintahan, kawasan fasilitas
umum dan sosial, dan kawasan terbuka.
Pasal 592
(1)
(2)
(3)
Pasal 589
(1)
137
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 593
(1)
(2)
(3)
(4)
BAB X
PERATURAN ZONASI
Rencana prasarana drainase dan rencana prasarana air bersih, disajikan dalam
Gambar-44E Rencana Jaringan Drainase dan Air Bersih Kecamatan Kepulauan
Seribu Selatan pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 595
Rencana prasarana air limbah dan rencana prasarana sampah, disajikan dalam
Gambar-44F Rencana Jaringan Air Limbah dan Persampahan Kecamatan
Kepulauan Seribu Selatan pada Lampiran IV dengan skala 1 : 5.000, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5)
(6)
Bagian Kesatu
Umum
(1)
(2)
kegiatan;
intensitas pemanfaatan ruang;
tata bangunan dan ketentuan tambahannya;
teknik pengaturan zonasi;
prasarana minimal;
standar teknis;
ketentuan khusus; dan
dampak.
Bagian Kedua
Kegiatan
Pasal 596
BAB IX
RENCANA PEMANFAATAN RUANG
(1)
a.
b.
c.
d.
e.
Pasal 594
(1)
(2)
(2)
hunian;
keagamaan;
usaha;
sosial budaya; dan
fungsi khusus.
Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
kegiatan
kegiatan
kegiatan
kegiatan
kegiatan
138
REV.00/DTR/VIII/2013
(3)
Klasifikasi kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disajikan dalam Tabel-1
Klasifikasi Kegiatan yang terdapat pada Lampiran VI yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 597
(1)
(2)
Zona dan sub zona sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diklasifikasikan sebagai
berikut:
a.
(3)
Klasifikasi zona dan sub zona sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disusun
berdasarkan hierarki pola ruang yang disajikan dalam Tabel-2 Kualitas Ruang yang
Diharapkan terdapat pada Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(4)
Klasifikasi sub zona sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menjadi pedoman bagi
Pemerintah Daerah dalam pengklasifikasian kegiatan di setiap kecamatan.
Pasal 598
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang di Kecamatan Cempaka Putih
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang di Kecamatan Gambir sebagai
berikut:
139
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 602
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Johar Baru sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Kemayoran sebagai
berikut:
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Menteng sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Sawah Besar sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Senen sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
140
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 605
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Tanah Abang sebagai
berikut:
Pasal 608
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Koja sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Cilincing sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Kelapa Gading sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Pademangan sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Penjaringan sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
REV.00/DTR/VIII/2013
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Tanjung Priok sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Cengkareng sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Pasal 613
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Grogol Petamburan
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Kalideres sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Kebon Jeruk sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
REV.00/DTR/VIII/2013
k.
l.
m.
n.
o.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Kembangan sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Tambora sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Pasal 617
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Palmerah sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Cilandak sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
Pasal 618
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Tamansari sebagai
berikut:
Pasal 621
REV.00/DTR/VIII/2013
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Jagakarsa sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
q.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Kebayoran Baru sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Kebayoran Lama
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Mampang Prapatan
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Pancoran sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Pasal 626
144
REV.00/DTR/VIII/2013
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Pasar Minggu sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Pesanggrahan sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang pada Kecamatan Setiabudi sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
zona pelayanan umum dan sosial yaitu sub zona S1, S2, S3, S5, S6 dan S7;
zona taman kota yaitu sub zona H2;
zona Permakaman yaitu sub zona H3; dan
zona jalur hijau yaitu sub zona H4 dan H5.
Pasal 629
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Tebet sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Cakung sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
zona perumahan KDB sedang-tinggi yaitu sub zona R3, R4, R5 dan R6;
zona perumahan vertikal yaitu sub zona R7 dan R8;
zona perumahan KDB rendah yaitu sub zona R9;
zona pemerintahan nasional yaitu sub zona P1;
zona pemerintahan daerah yaitu sub zona P3;
zona terbuka biru yaitu sub zona B1;
zona campuran yaitu sub zona C1;
zona industri dan pergudangan yaitu sub zona I1;
zona perdagangan, perkantoran dan jasa yaitu sub zona K1;
zona perdagangan, perkantoran dan jasa KDB rendah yaitu sub zona K3 dan K4;
zona pelayanan umum dan sosial yaitu sub zona S1, S2, S3, S4, S5, S6 dan S7;
zona taman kota yaitu sub zona H2;
zona Permakaman yaitu sub zona H3;
zona jalur hijau yaitu sub zona H4, H5 dan H6; dan
zona hijau rekreasi yaitu sub zona H7.
Pasal 631
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Cipayung sebagai
berikut:
a. zona terbuka hijau lindung yaitu sub zona L2;
b. zona perumahan KDB sedang-tinggi yaitu sub zona R3, R4, dan R5;
c. zona perumahan vertikal yaitu sub zona R7;
145
REV.00/DTR/VIII/2013
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Ciracas sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Duren Sawit sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Jatinegara sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Kramat Jati sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Makasar sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
q.
r.
REV.00/DTR/VIII/2013
j.
k.
l.
m.
zona pelayanan umum dan sosial yaitu sub zona S1, S2, S3, S4, S5, S6 dan S7;
zona taman kota yaitu sub zona H2;
zona jalur hijau yaitu sub zona H4 dan H5; dan
zona hijau rekreasi yaitu sub zona H7.
Pasal 637
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Matraman sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
Pasal 640
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Pasar Rebo sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Kepulauan Seribu
Selatan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Zona terbuka hijau lindung yaitu sub zona L1, L2 dan L3;
zona terbuka hijau budidaya di wilayah pulau yaitu sub zona H8;
zona pemerintahan nasional yaitu sub zona P1;
zona perumahan di wilayah pulau yaitu sub zona R11;
zona perdagangan dan jasa di wilayah pulau yaitu sub zona K5;
zona pelayanan umum dan sosial yaitu sub zona S1, S2, S3, S4, S5, S6 dan S7; dan
zona pemanfataan umum perairan yaitu sub zona PP2.
Pasal 642
Pasal 639
Klasifikasi zona dan sub zona pemanfaatan ruang pada masing-masing kecamatan
disajikan dalam Gambar-1A sampai dengan Gambar 44A Peta Zonasi Kecamatan
dengan skala 1 : 5000 pada Lampiran III-1, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Klasifikasi sub zona pada zona pemanfaatan ruang Kecamatan Pulo Gadung sebagai
berikut:
Bagian Ketiga
Ketentuan Kegiatan Dalam Sub Zona
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Paragraf 1
Kegiatan Diperbolehkan
Pasal 643
147
REV.00/DTR/VIII/2013
Kegiatan diperbolehkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 596 Ayat (2) huruf a,
dengan ketentuan kegiatan sesuai dengan pemanfaatan ruang yang direncanakan
dalam peraturan zonasi.
Paragraf 2
Kegiatan Diizinkan Terbatas
Pasal 644
(1)
Kegiatan diizinkan terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 596 Ayat (2) huruf
b, dengan ketentuan pembatasan dilakukan melalui penentuan standar
pembangunan serendah-rendahnya, pembatasan pengoperasian, dan/atau
peraturan tambahan lainnya.
(2)
Setiap orang yang akan melakukan kegiatan dalam pemanfaatan ruang yang
diizinkan terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengikuti ketentuan
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
pada sub zona L.1 dengan ketentuan kegiatan parkir sepeda, hortikultur dan
rumah kaca, pembibitan, dan pusat penelitian cagar alam dan pusat informasi
lingkungan dibatasi dengan luas kaveling/persil seluas-luasnya 10% (sepuluh
persen) dari luas sub zona;
pada sub zona H.1 dengan ketentuan kegiatan taman perkemahan,
perkantoran pemerintahan daerah, hortikultur dan rumah kaca, pembibitan,
pusat penelitian cagar alam, serta pusat informasi lingkungan dibatasi dengan
luas kaveling/persil seluas-luasnya 10% (sepuluh persen) dari luas sub zona;
pada sub zona H.2 dengan ketentuan sebagai berikut:
1. kegiatan lapangan olahraga, teater terbuka, parkir kendaraan bermotor,
halte, dan toilet umum dibatasi dengan luas kaveling/persil seluas-luasnya
10% (sepuluh persen) dari luas sub zona; dan
2. kegiatan perkantoran pemerintah nasional hanya untuk pos polisi dibatasi
dengan luas lantai bangunan seluas-luasnya 9 m 2 (sembilan meter
persegi);
pada sub zona H.3 dengan ketentuan sebagai berikut;
1. kegiatan perkantoran pemerintahan daerah hanya untuk kantor pengelola
permakaman;dan
2. kegiatan perkantoran pemerintahan daerah, parkir kendaraan bermotor
dan toilet umum dibatasi dengan luas lantai bangunan seluas-luasnya 9
m 2 (sembilan meter persegi);
pada sub zona H.4 berupa kegiatan perkantoran pemerintahan nasional hanya
untuk pos polisi dibatasi dengan luas lantai bangunan seluas-luasnya 9 m 2
(sembilan meter persegi);
pada sub zona H.7 dengan ketentuan sebagai berikut
1. kegiatan lapangan olah raga, parkir kendaraan bermotor, halte, pusat
informasi lingkungan, dan toilet umum dibatasi dengan luas kaveling/persil
seluas-luasnya 10% (sepuluh persen) dari luas sub zona; dan
2. kegiatan perkantoran pemerintahan nasional hanya untuk pos polisi
dibatasi dengan luas lantai bangunan seluas-luasnya 9 m 2 (sembilan
meter persegi);
pada sub zona H.8 dengan ketentuan kegiatan taman perkemahan dibatasi
dengan luas kaveling/persil seluas-luasnya 10% (sepuluh persen) dari luas
sub zona;
pada sub zona P.1 dengan ketentuan kegiatan PKL dan lembaga keuangan
dibatasi dengan luas lantai bangunan seluas-luasnya 200 m 2 (dua ratus meter
persegi);
i.
pada sub zona P.3 dengan ketentuan kegiatan PKL dan lembaga keuangan
dibatasi dengan luas lantai bangunan seluas-luasnya 200 m 2 (dua ratus meter
persegi);
j. pada sub zona R.1 dengan ketentuan sebagai berikut:
1. kegiatan toko dibatasi dengan jarak antar kegiatan sejenis sekurangkurangnya 100 m (seratus meter) dan luas lantai bangunan seluasluasnya 200 m 2 (dua ratus meter persegi);
2. kegiatan warung telekomunikasi, warnet/game center, pangkas
rambut/salon, tukang jahit, Puskesmas, balai pengobatan, apotik, sanggar
seni, lembaga sosial/kemasyarakatan, dan toilet umum dibatasi untuk
masing-masing kegiatan dengan luas lantai bangunan seluas-luasnya 200
m 2 (dua ratus meter persegi);
3. kegiatan gedung pertemuan lingkungan dibatasi dengan jarak antar
kegiatan sejenis sekurang-kurangnya 200 m (dua ratus meter) dengan
luas lantai bangunan seluas-luasnya 200 m 2 (dua ratus meter persegi);
4. kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2 dan angka 3
dibatasi dengan total luas kaveling/persil seluas-luasnya 10% (sepuluh
persen) dari luas sub zona;
k. pada sub zona R.2 dengan ketentuan sebagai berikut:
1. kegiatan hunian kecil, hunian sedang, dan hunian besar dibatasi dengan
total luas kaveling/persil seluas-luasnya 30% (tiga puluh persen) dari luas
sub zona;
2. kegiatan panti jompo/panti asuhan dan yatim piatu, warung
telekomunikasi, warnet/game center, pangkas rambut (salon), tukang jahit,
parkir kendaraan bermotor, Puskesmas, balai pengobatan, apotik,
sanggar seni, lembaga sosial/organisasi kemasyarakatan, dan toilet
umum, dibatasi untuk masing-masing kegiatan dengan luas lantai
bangunan seluas-luasnya 200 m 2 (dua ratus meter persegi);
3. kegiatan toko dibatasi dengan jarak antar kegiatan sejenis sekurangkurangnya 100 m (seratus meter) dengan luas lantai bangunan seluasluasnya 200 m 2 (dua ratus meter persegi);
4. kegiatan mini market dengan jarak antar kegiatan sejenis dan dengan
pasar tradisional sekurang-kurangnya 500 m (lima ratus meter);
5. kegiatan gedung pertemuan lingkungan dibatasi dengan jarak antar
kegiatan sejenis sekurang-kurangnya 200 m (dua ratus meter) dengan
luas lantai bangunan seluas-luasnya 200 m 2 (dua ratus meter persegi);
6. kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2, angka 3, angka 4 dan
angka 5 dibatasi dengan total luas kaveling/persil seluas-luasnya 10%
(sepuluh persen) dari luas sub zona;
l. pada sub zona R.3 dengan ketentuan sebagai berikut:
1. kegiatan hunian sangat kecil, hunian sedang, dan hunian besar dibatasi
dengan total luas kaveling/persil seluas-luasnya 30% (tiga puluh persen)
dari luas sub zona;
2. kegiatan panti jompo, panti asuhan dan yatim piatu, warung
telekomunikasi, warnet/game center, pangkas rambut (salon), tukang jahit,
parkir kendaraan bermotor, lembaga sosial, Puskesmas, balai
pengobatan, apotik, sanggar seni, lembaga
sosial/organisasi
kemasyarakatan, dan toilet umum, dibatasi untuk masing-masing kegiatan
dengan luas lantai bangunan seluas-luasnya 200 m 2 (dua ratus meter
persegi);
3. kegiatan toko dibatasi dengan jarak antar kegiatan sejenis sekurangkurangnya 100 m (seratus meter) dengan luas lantai bangunan seluasluasnya 200 m 2 (dua ratus meter persegi);
4. kegiatan mini market dibatasi dengan jarak antar kegiatan sejenis dan
dengan pasar tradisional sekurang-kurangnya 500 m (lima ratus meter);
148
REV.00/DTR/VIII/2013
5.
o.
p.
q.
REV.00/DTR/VIII/2013
1.
t.
kelompok bermain,
sanggar
seni,
lembaga
sosial/organisasi
kemasyarakatan, dan toilet umum dibatasi untuk masing-masing kegiatan
dengan luas lantai bangunan seluas-luasnya 200 m 2 (dua ratus meter
persegi);
3. kegiatan toko dibatasi dengan jarak antar kegiatan sejenis sekurangkurangnya 100 m (seratus meter) dengan luas lantai bangunan seluasluasnya 200 m 2 (dua ratus meter persegi);
4. kegiatan pertokoan dibatasi dengan jarak antar kegiatan sejenis 1.000 m
(seribu meter);
5. kegiatan supermarket dibatasi dengan pasar tradisional sekurangkurangnya 2.000 m (dua ribu meter);
6. kegiatan mini market dibatasi dengan jarak antar kegiatan sejenis dan
dengan pasar tradisional sekurang-kurangnya 500 m (lima ratus meter);
7. kegiatan toserba dibatasi dengan pasar tradisional sekurang-kurangnya
2.500 m (dua ribu lima ratus meter);
8. kegiatan gedung pertemuan lingkungan dibatasi dibatasi dengan jarak
antar kegiatan sejenis 200 m (dua ratus meter) dengan luas lantai
bangunan seluas-luasnya 200 m 2 (dua ratus meter persegi);
9. kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2, angka 3, angka 4, angka
5, angka 6, angka 7 dan angka 8 dibatasi dengan total luas kaveling/persil
seluas-luasnya 10% (sepuluh persen) dari luas sub zona;
pada sub zona R.11 dengan ketentuan sebagai berikut:
1. kegiatan toko dibatasi dengan jarak antar kegiatan sejenis sekurangkurangnya 100 m (seratus meter) dengan luas lantai bangunan seluasluasnya 200 m 2 (dua ratus meter persegi);
2. kegiatan pertokoan dibatasi dengan jarak antar kegiatan sejenis 1.000 m
(seribu meter);
3. kegiatan hypermarket dibatasi dengan pasar tradisional sekurangkurangnya 2.500 m (dua ribu lima rarus meter);
4. kegiatan supermarket dibatasi dengan pasar tradisional sekurangkurangnya 2.000 m (dua ribu meter);
5. kegiatan mini market dibatasi dengan jarak antar kegiatan sejenis dan
dengan pasar tradisional sekurang-kurangnya 500 m (lima ratus meter);
6. kegiatan toserba dibatasi dengan pasar tradisional sekurang-kurangnya
2.500 m (dua ribu lima ratus meter);
7. kegiatan gedung pertemuan lingkungan dibatasi dengan jarak antar
kegiatan sejenis 200 m (dua ratus meter) dengan luas lantai bangunan
seluas-luasnya 200 m 2 (dua ratus meter persegi);
8. kegiatan perkantoran/bisnis profesional lainnya, toko, pertokoan, pasar
tradisional, pasar induk, penyaluran grosir, pusat perbelanjaan/mall/plaza,
hypermarket, supermarket, minimarket dan toserba, jasa bangunan,
lembaga
keuangan,
warung
telekomunikasi,
pemakaman,
perawatan/perbaikan/renovasi barang, perbaikan kendaraan (bengkel),
penyediaan ruang pertemuan, penyediaan makanan dan minuman
(katering), biro perjalanan wisata, ekspedisi pengiriman barang, warnet
dan game center, pangkas rambut/salon, laundry, tukang jahit, penitipan
hewan, penitipan anak, pencucian mobil/motor, penginapan hotel,
penginapan losmen, penginapan home stay, penginapan cottage, taman
hiburan, taman perkemahan, studio keterampilan, panti mandi uap, griya
pijat/spa/fitness, klub malam/diskotek/bar, teater terbuka, bioskop, musik
hidup/karaoke, kebun binatang, resort, restoran/pusat jajan/bakeri
caf/kedai kopi, kolam pemancingan, budidaya perikanan, galangan kapal
(docking), Puskesmas, balai pengobatan, dokter umum/spesialis,
pengobatan alternatif, praktek bidan/rumah bersalin, klinik/poliklinik,
apotik, laboratorium kesehatan, klinik/rumah sakit hewan, sanggar seni,
150
REV.00/DTR/VIII/2013
2. kegiatan rumah susun pada PSL Sangat Padat dan Padat Lahan
Perencanaan sekurang-kurangnya 1 Ha (satu hektar) sedangkan pada
PSL Kurang Padat dan Tidak Padat Lahan Perencanaan sekurangkurangnya 2 Ha (dua hektar);
3. kegiatan rumah susun dibatasi sebesar-besarnya 40% (empat puluh
persen) dari luas seluruh lantai bangunan sesuai intensitas pemanfaatan
ruang yang ditetapkan dalam rencana kota;
y. pada sub zona C.1 berupa kegiatan mini market dibatasi jarak dengan pasar
tradisional sekurang-kurangnya 500 m (lima ratus meter) dengan total luas
kaveling/persil seluas-luasnya 10% (sepuluh persen) dari luas sub zona;
z.pada sub zona S.4 berupa kegiatan pendaratan helikopter dibatasi luas/panjang
helidek serendah-rendahnya 1 x (satu kali) panjang keseluruhan helikopter
terbesar beserta rotornya yang akan dioperasikan;
aa. pada sub zona S7 hanya kegiatan perawatan/perbaikan/renovasi barang yang
dibatasi dibatasi dengan total luas kaveling/persil seluas-luasnya 10%
(sepuluh persen) dari luas sub zona;
bb. pada sub zona I.1 dengan ketentuan sebagai berikut:
1. kegiatan perkantoran/bisnis profesional lainnya, toko, pasar tradisional,
mini market, toserba, pertokoan, lembaga keuangan, warung
telekomunikasi,
perawatan/perbaikan/renovasi
barang,
perbaikan
kendaraan (bengkel), SPBU/SPBG, penyediaan makanan dan minuman,
biro perjalanan wisata, ekspedisi pengiriman barang, warnet dan game
center, pangkas rambut (salon), laundry, tukang jahit, pencucian
mobil/motor
penginapan hotel, penginapan losmen, restoran/pusat
jajan/jasa boga/bakeri, caf/kedai kopi, dokter umum/spesialis,
pengobatan alternatif, praktik bidan/rumah bersalin, klinik/poliklinik, apotik,
dan laboratorium kesehatan dibatasi dengan total luas kaveling/persil
seluas-luasnya 10% (sepuluh persen) dari luas sub zona;
2. kegiatan gudang terbuka, gudang tertutup, dan parkir truk / kontainer
dibatasi dengan total luas kaveling/persil seluas-luasnya 30% (tiga puluh
persen) dari luas sub zona;
cc. pada sub zona G.1 dengan ketentuan kegiatan asrama, perkantoran/bisnis
profesional lainnya, toko, pertokoan, pasar tradisional, supermarket,
minimarket, toserba, lembaga keuangan, warung telekomunikasi,
perawatan/perbaikan/renovasi barang, perbaikan kendaraan (bengkel),
SPBU/SPBG, penyediaan makanan dan minuman (katering), biro perjalanan
wisata, ekspedisi pengiriman barang, warnet/game center, pangkas rambut
(salon), laundry, tukang jahit, pencucian mobil/motor penginapan hotel,
penginapan losmen, restoran/pusat jajan/jasa boga/bakeri, cafe /kedai kopi,
dokter umum/spesialis, pengobatan alternatif, praktik bidan/rumah bersalin,
poliklinik/ klinik, apotik, laboratorium kesehatan dibatasi dengan total luas
kaveling/persil seluas-luasnya 10% (sepuluh persen) dari luas sub zona;
Paragraf 3
Kegiatan Diijinkan Bersyarat
Pasal 645
151
REV.00/DTR/VIII/2013
(1)
Kegiatan yang diizinkan bersyarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 596 ayat
(2) huruf c, dengan ketentuan persyaratan kegiatan dilakukan berdasarkan
persyaratan teknis dan dampak lingkungan yang ditimbulkan.
(2)
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
REV.00/DTR/VIII/2013
2.
i.
j.
k.
l.
153
REV.00/DTR/VIII/2013
o.
p.
q.
REV.00/DTR/VIII/2013
r.
s.
(a) harus mendapat izin dari warga dan disetujui oleh pihak RT dan RW;
(b) harus mendapat izin dari Dinas KUMKM dengan kewajiban:
menempatkan dan menyusun barang dagangan dengan teratur,
tidak mengganggu lalu lintas dan pengguna jalan;
memelihara ketertiban, kebersihan dan keindahan lingkungan;
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan izin yang diberikan; dan
(c) penyelenggaraan PKL ditetapkan waktu dan lokasinya.
6. kegiatan laundry dengan syarat harus menyediakan pengolahan untuk
limbah cucian;
7. kegiatan penitipan hewan dengan syarat :
(a) melaksanakan penyusunan UKL dan UPL; dan
(b) memperoleh persetujuan dari masyarakat setempat;
8. kegiatan pool taxi, dan pool mikrolet dengan syarat harus berada di jalan
dengan lebar rencana sekurang-kurangnya 10 m (sepuluh meter) dan
lebar jalan eksisting sekurang-kurangnya 8 m (delapan meter) serta
mendapat izin harus mendapat izin dari warga dan disetujui oleh pihak
RT;
9. kegiatan pertambangan strategis dengan syarat harus mendapat
rekomendasi dari instansi terkait;
10. kegiatan kelompok bermain, TK, SD/MI, SLTP/MTS, SMU/MA/SMK
dengan syarat harus memenuhi luas tanah dan bangunan sesuai
ketentuan prasarana minimal dan harus memelihara ketertiban
lingkungan;
11. kegiatan TPS+3R/ITF (Tempat Pengolahan Antara) dengan syarat jarak
serendah-rendahnya dengan bangunan hunian 30 m (tiga puluh meter);
12. kegiatan instalasi pengolahan air limbah dengan syarat hanya untuk
pengolahan limbah domestik yang melayani sub zona bersangkutan;
13. kegiatan daur ulang dengan syarat tidak menimbulkan pencemaran udara,
air, tanah dan suara;
pada sub zona R.5 dengan ketentuan sebagai berikut:
1. kegiatan hunian susun dengan syarat memenuhi semua persyaratan yang
diatur dalam ketentuan khusus pembangunan rusun pada Peraturan
Daerah ini;
2. kegiatan asrama, guest house, pavilion, caf/kedai kopi, dokter
umum/spesialis, pengobatan alternatif, praktek bidan/ rumah bersalin dan
klinik/poliklinik, klinik dan/rumah sakit hewan dengan syarat harus berada
di jalan dengan lebar rencana sekurang-kurangnya 8 m (delapan meter)
dan menyediakan parkir kendaraan di dalam persil;
3. kegiatan rumah kost dengan syarat menyediakan parkir kendaraan di
dalam persil dan tidak mengganggu ketertiban umum;
4. kegiatan masjid, gereja, pura, kelenteng dan vihara dengan syarat harus
mendapat persetujuan dari lurah, tokoh masyarakat dan lingkungan
sekitar serta hanya sebagai kegiatan penunjang pada sub zona;
5. kegiatan PKL dengan syarat :
(a) harus mendapat izin dari warga dan disetujui oleh pihak RT dan RW;
(b) harus mendapat izin dari Dinas KUMKM dengan kewajiban:
menempatkan dan menyusun barang dagangan dengan teratur,
tidak mengganggu lalu lintas dan pengguna jalan;
memelihara ketertiban, kebersihan dan keindahan lingkungan;
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan izin yang diberikan; dan
(c) penyelenggaraan PKL ditetapkan waktu dan lokasinya.
6. kegiatan laundry dengan syarat harus menyediakan pengolahan untuk
limbah cucian;
7. kegiatan penitipan hewan dengan syarat :
(a) melaksanakan penyusunan UKL dan UPL; dan
155
REV.00/DTR/VIII/2013
1.
8.
t.
u.
v.
kegiatan masjid, gereja, pura, kelenteng dan vihara dengan syarat harus
mendapat persetujuan dari lurah, tokoh masyarakat dan lingkungan
sekitar serta hanya sebagai kegiatan penunjang pada sub zona;
2. kegiatan PKL dengan syarat :
(a) harus mendapat izin dari warga dan disetujui oleh pihak RT dan RW;
(b) harus mendapat izin dari Dinas KUMKM dengan kewajiban:
menempatkan dan menyusun barang dagangan dengan teratur,
tidak mengganggu lalu lintas dan pengguna jalan;
memelihara ketertiban, kebersihan dan keindahan lingkungan;
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan izin yang diberikan; dan
(c) penyelenggaraan PKL ditetapkan waktu dan lokasinya.
3. kegiatan laundry dengan syarat harus menyediakan pengolahan untuk
limbah cucian;
4. kegiatan restoran/pusat jajan/jasa boga/bakery, caf/kedai kopi, dokter
umum/spesialis, pengobatan alternatif, praktek bidan/ rumah bersalin dan
klinik/poliklinik dengan syarat harus berada di jalan dengan lebar rencana
sekurang-kurangnya 8 m (delapan meter) dan menyediakan parkir
kendaraan di dalam persil;
5. kegiatan pendaratan helikopter dengan syarat harus memperoleh
pertimbangan teknis dari kementrian perhubungan;
6. kegiatan pertambangan strategis dengan syarat harus mendapat
rekomendasi dari instansi terkait;
7. kegiatan kelompok bermain, TK, SD/MI, SLTP/MTS, SMU/MA/SMK
dengan syarat harus memenuhi luas tanah dan bangunan sesuai
ketentuan prasarana minimal dan harus memelihara ketertiban
lingkungan;
8. kegiatan TPS+3R/ITF(Tempat Pengolahan Antara) dengan syarat jarak
serendah-rendahnya dengan bangunan hunian 30 m (tiga puluh meter);
9. kegiatan instalasi pengolahan air limbah dengan syarat hanya untuk
pengolahan limbah domestik yang melayani sub zona bersangkutan;
10. kegiatan daur ulang dengan syarat dilarang menimbulkan pencemaran
udara, air, tanah dan suara;
pada sub zona R.8 dengan ketentuan sebagai berikut:
1. kegiatan hunian susun dengan syarat harus memenuhi semua
persyaratan yang diatur dalam ketentuan khusus pembangunan rusun
pada peraturan daerah ini;
2. kegiatan masjid, gereja, pura, kelenteng dan vihara dengan syarat harus
mendapat persetujuan dari lurah, tokoh masyarakat dan lingkungan
sekitar serta hanya sebagai kegiatan penunjang pada sub zona;
3. kegiatan PKL dengan syarat :
(a) harus mendapat izin dari warga dan disetujui oleh pihak RT dan RW;
(b) harus mendapat izin dari Dinas KUMKM dengan kewajiban:
menempatkan dan menyusun barang dagangan dengan teratur,
tidak mengganggu lalu lintas dan pengguna jalan;
memelihara ketertiban, kebersihan dan keindahan lingkungan;
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan izin yang diberikan; dan
(c) penyelenggaraan PKL ditetapkan waktu dan lokasinya.
4. kegiatan laundry dengan syarat harus menyediakan pengolahan untuk
limbah cucian;
5. kegiatan asrama, guest house, restoran/pusat jajan/jasa boga/bakery,
caf/kedai kopi, dokter umum/spesialis, pengobatan alternatif, praktek
bidan/ rumah bersalin dan klinik/poliklinik dengan syarat harus berada di
jalan dengan lebar rencana sekurang-kurangnya 8 m (delapan meter) dan
menyediakan parkir kendaraan di dalam persil;
156
REV.00/DTR/VIII/2013
6.
1.
y.
157
REV.00/DTR/VIII/2013
5.
158
REV.00/DTR/VIII/2013
3.
kegiatan asrama, rumah kost dan guest house dengan syarat harus
menyediakan parkir kendaraan di dalam persil dan tidak mengganggu
ketertiban umum;
4. kegiatan PKL dengan syarat :
(a) harus mendapat izin dari pemilik bangunan;
(b) harus mendapat izin dari Dinas KUMKM yang berkoordinasi dengan
lembaga terkait, dengan kewajiban :
menempatkan dan menyusun barang dagangan dengan teratur,
tidak mengganggu lalu lintas dan pengguna jalan;
memelihara ketertiban, kebersihan dan keindahan lingkungan; dan
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan izin yang diberikan;
(c) penyelenggaraan PKL ditetapkan waktu dan lokasinya;
9. kegiatan pendaratan helikopter dengan syarat harus memperoleh
pertimbangan teknis dari kementrian perhubungan;
5. kegiatan pertambangan strategis dengan syarat harus mendapat
rekomendasi dari instansi terkait;
6. kegiatan rumah sakit tipe A, rumah sakit tipe B, rumah sakit tipe C, rumah
sakit tipe D, rumah sakit bersalin, puskesmas, dan balai pengobatan harus
menyediakan pengolahan limbah;
7. kegiatan akademi/perguruan tinggi dengan syarat harus memenuhi luas
tanah dan bangunan sesuai ketentuan prasarana minimal dan harus
memelihara ketertiban lingkungan;
8. kegiatan daur ulang dengan syarat dilarang menimbulkan pencemaran
udara, air, tanah dan suara;
dd. pada sub zona K.5 dengan ketentuan sebagai berikut:
1. kegiatan hunian sangat kecil, hunian kecil, hunian sedang, dan hunian
besar dengan syarat intensitas sesuai dengan ketentuan kegiatan
sedangkan ketinggian bangunan setinggi-tingginya 2 (dua) lantai.
2. kegiatan hunian susun dengan syarat memenuhi semua persyaratan yang
diatur dalam ketentuan khusus pembangunan rusun pada Peraturan
Daerah ini dan pemanfaatan hanya untuk rumah susun umum;
3. kegiatan PKL dengan syarat :
(a) harus mendapat izin dari pemilik bangunan;
(b) harus mendapat izin dari Dinas KUMKM yang berkoordinasi dengan
lembaga terkait, dengan kewajiban :
menempatkan dan menyusun barang dagangan dengan teratur,
tidak mengganggu lalu lintas dan pengguna jalan;
memelihara ketertiban, kebersihan dan keindahan lingkungan; dan
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan izin yang diberikan;
(c) penyelenggaraan PKL ditetapkan waktu dan lokasinya;
4. kegiatan pertambangan strategis dengan syarat :
(a) bukan pada kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pelestarian
alam dan keragaman hayati; dan
(b) harus mendapat rekomendasi dari instansi terkait;
5. kegiatan akademi/perguruan tinggi dengan syarat harus memenuhi luas
tanah dan bangunan sesuai ketentuan prasarana minimal dan harus
memelihara ketertiban lingkungan;
6. kegiatan rumah sakit tipe A, rumah sakit tipe B, rumah sakit tipe C, rumah
sakit tipe D, rumah sakit bersalin, puskesmas, dan balai pengobatan harus
menyediakan pengolahan limbah;
7. kegiatan daur ulang dengan syarat dilarang menimbulkan pencemaran
udara, air, tanah dan suara;
ee. pada sub zona C.1 dengan ketentuan sebagai berikut:
1.
kegiatan hunian sangat kecil, hunian kecil, hunian sedang, dan hunian
besar dengan syarat intensitas sesuai dengan ketentuan kegiatan
sedangkan ketinggian bangunan setinggi-tingginya 2 (dua) lantai.
2. kegiatan hunian susun dengan syarat syarat memenuhi semua
persyaratan yang diatur dalam ketentuan khusus pembangunan rusun
pada Peraturan Daerah ini dan pemanfaatan hanya untuk rumah susun
umum;
3. kegiatan asrama, rumah kost dan guest house dengan syarat harus
menyediakan parkir kendaraan di dalam persil dan tidak mengganggu
ketertiban umum;
4. kegiatan PKL dengan syarat :
(a) harus mendapat izin dari pemilik bangunan;
(b) harus mendapat izin dari Dinas KUMKM yang berkoordinasi dengan
lembaga terkait, dengan kewajiban :
menempatkan dan menyusun barang dagangan dengan teratur,
tidak mengganggu lalu lintas dan pengguna jalan;
memelihara ketertiban, kebersihan dan keindahan lingkungan; dan
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan izin yang diberikan;
(c) penyelenggaraan PKL ditetapkan waktu dan lokasinya;
5. kegiatan penginapan hotel dengan syarat hanya pada campuran besar;
6. kegiatan pendaratan helikopter dengan syarat harus memperoleh
pertimbangan teknis dari kementrian perhubungan;
7. kegiatan pertambangan strategis dengan syarat harus mendapat
rekomendasi dari instansi terkait;
8. kegiatan akademi/perguruan tinggi dan tempat kursus/pelatihan dengan
syarat harus memenuhi luas tanah dan bangunan sesuai ketentuan
prasarana minimal dan harus memelihara ketertiban lingkungan;
8. kegiatan balai pengobatan, dokter umum/spesialis, pengobatan alternatif,
praktek bidan/rumah bersalin, klinik/poliklinik, apotik, laboratorium
kesehatan harus menyediakan pengolahan limbah;
9. kegiatan penimbunan barang rongsokan dengan syarat tidak menggangu
lingkungan sekitar.
ff. pada sub zona S.1 dengan ketentuan sebagai berikut:
1. kegiatan hunian sangat kecil, hunian kecil, hunian sedang, dan hunian
besar dengan syarat intensitas sesuai dengan ketentuan kegiatan
sedangkan ketinggian bangunan setinggi-tingginya 2 (dua) lantai.
2. kegiatan hunian susun dengan syarat memenuhi semua persyaratan yang
diatur dalam ketentuan khusus pembangunan rusun pada Peraturan
Daerah ini dan pemanfaatan hanya untuk rumah susun umum;
3. kegiatan asrama dengan syarat hanya milik instansi pendidikan;
4. kegiatan pertambangan strategis dengan syarat harus mendapat
rekomendasi dari instansi terkait;
gg. pada sub zona S.2 dengan ketentuan sebagai berikut:
1. kegiatan hunian sangat kecil, hunian kecil, hunian sedang, dan hunian
besar dengan syarat intensitas sesuai dengan ketentuan kegiatan
sedangkan ketinggian bangunan setinggi-tingginya 2 (dua) lantai.
2. kegiatan hunian susun dengan syarat memenuhi semua persyaratan yang
diatur dalam ketentuan khusus pembangunan rusun pada Peraturan
Daerah ini dan pemanfaatan hanya untuk rumah susun umum;
3. kegiatan pertambangan strategis dengan syarat harus mendapat
rekomendasi dari instansi terkait;
hh. pada sub zona S3 dengan ketentuan sebagai berikut:
1. kegiatan hunian sangat kecil, hunian kecil, hunian sedang, dan hunian
besar dengan syarat intensitas sesuai dengan ketentuan kegiatan
sedangkan ketinggian bangunan setinggi-tingginya 2 (dua) lantai.
159
REV.00/DTR/VIII/2013
2.
2.
ll.
REV.00/DTR/VIII/2013
6.
Pasal 648
Setiap pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 643, Pasal 644, Pasal
645, Pasal 646 dan Pasal 647 wajib memperhatikan Tabel-3 Pelaksanaan kegiatan
dalam sub zona pada Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
161
REV.00/DTR/VIII/2013
(2)
Bagian Keempat
Intensitas Pemanfaatan Ruang
Pasal 649
(1)
Bagian Keenam
Teknik Pengaturan Zonasi
Intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 595 Ayat (2)
huruf c, meliputi:
Pasal 651
a.
b.
c.
d.
e.
(2)
(1)
(2)
Penerapan TPZ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberlakukan pada zona
TPZ meliputi:
(3)
Intensitas pemanfaatan ruang pada setiap sub zona sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disajikan pada Tabel-1A sampai dengan Tabel-44A intensitas
pemanfaatan ruang kecamatan pada Lampiran III-3 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Pasal 652
(1)
zona TPZ bonus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 651 ayat (2) huruf a
merupakan zona yang diberikan peningkatan luas lantai bangunan (KLB) kepada
masyarakat.
(2)
Zona TPZ bonus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan pada lokasi yang
meliputi :
Bagian Kelima
Tata Bangunan dan Ketentuan Tambahannya
Pasal 650
(1)
c.
dan kawasan
untuk menjadi
konsep transit
fasilitas parkir
Zona TPZ bonus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sebagai
kompensasi menyediakan fasilitas publik dengan ketentuan, meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
162
REV.00/DTR/VIII/2013
(4)
Zona TPZ bonus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dapat dilakukan di
dalam lahan perencanaan dan/atau di luar lahan perencanaan.
(5)
Ketentuan lebih lanjut tata cata pemberian bonus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sampai dengan ayat (4) diatur dengan Peraturan Gubernur.
(1)
zona TPZ rawan banjir dan genangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 651
ayat (2) huruf c, ketentuan pemanfaatan ruang pada kawasan rawan banjir untuk
mencegah atau mengurangi kerugian yang disebabkan oleh banjir dan/atau
genangan.
(2)
zona TPZ rawan banjir dan genangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berada pada lokasi yang permukaan tanahnya berada di bawah permukaan air
laut.
(3)
zona TPZ rawan banjir dan genangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilaksanakan dengan ketentuan, meliputi:
Pasal 653
(1)
(2)
zona TPZ pengalihan hak membangun atau TDR sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 651 ayat (2) huruf b merupakan suatu perangkat implementasi yang
mendorong pengalihan secara sukarela dari pembangunan pada suatu persil/sub
zona ke persil/sub zona lain.
a. Bangunan dibuat dengan struktur yang lebih tinggi dari ketinggian genangan;
b. Tinggi lantai dasar suatu bangunan diperkenankan mencapai 1,20 m di atas
peil banjir; dan
c. pengembangan kawasan di atas 10.000 m2 diwajibnya membuat retention
pond/ water storage untuk penampungan air sementara dengan besarannya
disesuaikan dengan kajian tata air.
Zona TPZ Pengalihan hak membangun atau TDR sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diarahkan pada lokasi yang meliputi:
a. berada pada kawasan campuran (mix used) yang diarahkan untuk menjadi
kawasan terpadu kompak (compact) dengan pengembangan konsep transit
oriented development (TOD);
b. berada di pusat kegiatan primer dan pusat kegiatan sekunder; dan
c. berada pada kawasan yang memiliki Urban Design Guideline (UDGL).
(3)
Pasal 655
(1)
(2)
(3)
zona TPZ Pengalihan hak membangun atau TDR sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilaksanakan dengan ketentuan, meliputi:
a. pengalihan hak membangun berupa luas lantai bangunan dari satu sub zona
ke sub zona lain yang sama dalam satu blok perencanaan;
b. hak membangun yang dapat dialihkan berupa luas lantai dari selisih batasan
KLB yang ditetapkan dalam peraturan zonasi dengan KLB yang telah
digunakan dalam perpetakan/persil;
c. penerima pengalihan luas lantai bangunan setinggi-tingginya 50% (lima puluh
persen) dari KLB yang ditetapkan di lahan perencanaan dimaksud;
d. pengalihan luas lantai bangunan hanya dilakukan setinggi-tingginya 1 (satu)
kali;
e. terhadap lahan-lahan yang telah melakukan pengalihan luas lantai bangunan
dan menerima pengalihan luas lantai bangunan tidak dapat memperoleh
pelampauan KLB;
f. dalam hal suatu lahan perencanaan telah melakukan pengalihan luas lantai
bangunan kemudian ditetapkan KLB baru bagi lahan perencanaan itu, maka
selisih nilai KLB tersebut tidak dapat dialihkan;
g. pengalihan luas lantai bangunan dapat dilakukan pada zona atau sub zona
dalam suatu area perencanaan terpadu dan kompak atau superblok, dengan
ketentuan meliputi:
1. dua kepemilikan lahan dengan dua lahan perencanaan efektif yang
berbeda dalam satu blok, dengan kesepakatan kedua belah pihak yang
dituangkan dalam akte notaris;
2. pada lahan perencanaan superblok yang telah memiliki panduan Rancang
Kota/UDGL, pengalihan nilai KLB harus menetapkan kembali Panduan
Rancang Kota/UDGL; dan
3. pengalihan nilai KLB antar lahan perencanaan ditetapkan oleh Gubernur
atau Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 654
a.
b.
(1)
zona TPZ Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 651 ayat (2) huruf e
merupakan kawasan vital yang memiliki karakteristik spesifik dan keberadaannya
dipertahankan oleh pemerintah baik pusat, daerah maupun asing.
(2)
REV.00/DTR/VIII/2013
(3)
Pasal 658
(1)
Zona TPZ Pelestarian Cagar Budaya dan Sejarah sebagaimana dimaksud dalam
dalam Pasal 651 ayat (2)
huruf g merupakan suatu perangkat untuk
mempertahankan bangunan maupun situs yang memiliki nilai sejarah.
(2)
Zona TPZ Pelestarian Cagar Budaya dan Sejarah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a.
b.
c.
d.
(3)
Pasal 657
(1)
(2)
(3)
a.
b.
c.
d.
e.
(4)
Pasal 659
(1)
zona TPZ pertampalan aturan atau overlay sebagaimana dimaksud pada pasal
651 ayat (2) huruf h merupakan zona dengan dua atau lebih aturan yang
ditambahkan pada sub zona.
(2)
zona TPZ pertampalan aturan atau overlay sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan pada kawasan keselamatan operasional penerbangan (KKOP).
(3)
zona TPZ pertampalan aturan atau overlay sebagaimana dimaksud ayat (2)
dengan ketentuan pembatasan tinggi bangunan, tinggi bangun-bangunan dan
kegiatan yang mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Zona TPZ Pelestarian Cagar Budaya dan Sejarah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dengan ketentuan meliputi :
a. pada kawasan yang dilalui angkutan umum massal diperkenankan kegiatan
non hunian tanpa merubah struktur dan bentuk asli bangunan;
b. intensitas pemanfaatan ruang pada bangunan golongan A, B, dan golongan C
sesuai dengan kondisi saat ini; dan
c. bangunan cagar budaya dengan kegiatan tetap sesuai sub zona serta struktur
dan bentuk asli bangunan yang dipertahankan di luar kawasan yang dilalui
angkutan umum massal mendapatkan insentif berupa pembebasan pajak bumi
dan bangunan.
Kawasan Menteng;
Kawasan Kebayoran Baru;
Kawasan Kota Tua; dan
Kawasan Pulau Onrust, Pulau Cipir, Pulau Kelor, dan Pulau Bidadari.
Pasal 660
(1)
sub zona dengan dua atau lebih TPZ maka aturan yang lebih ketat dalam
pengendalian pemanfaatan ruang yang berlaku;
(2)
Penerapan TPZ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 651 sampai dengan Pasal
659 disajikan dalam Gambar-1A sampai dengan Gambar 44A Peta Zonasi
Kecamatan dengan skala 1 : 5000 dalam Lampiran III-1 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketujuh
Prasarana Minimal
Pasal 661
164
REV.00/DTR/VIII/2013
(1)
(2)
Ketentuan prasarana minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur pada
Ketentuan Prasarana Minimal dalam Lampiran IX, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedelapan
Standar Teknis
k. perumahan kampung;
l. kawasan reklamasi; dan
m. kawasan pertahanan dan keamanan.
(2)
Bagian Kesepuluh
Dampak
Pasal 664
Penanganan dampak kegiatan pemanfaatan ruang dalam suatu sub zona sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 595 huruf h, dilaksanakan berdasarkan peraturan perundangundangan.
BAB XI
PERIZINAN DAN REKOMENDASI
Pasal 662
(1)
(2)
Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud Ayat (1) diatur dalam Ketentuan Khusus
Lampiran XI, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 665
(1)
Setiap kegiatan pemanfaatan ruang oleh masyarakat wajib mendapat izin dari
Gubernur berdasarkan RDTR dan PZ.
(2)
Izin kegiatan pemanfaatan ruang yang dikeluarkan oleh SKPD/UKPD harus sesuai
dengan RDTR dan PZ.
(3)
Ketentuan standar teknis sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur pada Ketentuan
Standar Teknis yang terdapat pada Lampiran X, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 666
Bagian Kesembilan
Ketentuan Khusus
Pasal 663
(1)
REV.00/DTR/VIII/2013
a.
b.
c.
d.
mendorong perwujudan rencana struktur ruang, rencana pola ruang dan kawasan
strategis yang telah ditetapkan;
meningkatkan upaya pengendalian perubahan pemanfaatan ruang di kecamatan;
memberikan kepastian hak atas pemanfaatan ruang bagi masyarakat;dan
meningkatkan kemitraan pemangku kepentingan dalam rangka pemanfaatan ruang,
pengendalian pemanfaatan ruang, dan pengawasan penataan ruang.
(1)
Pasal 668
Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberlakukan pada seluruh blok
atau sub zona.
Pasal 673
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian insentif dan disinsentif sebagimana
dimaksud dalam Pasal 666 sampai dengan Pasal 672 diatur dengan Peraturan
Gubernur.
BAB XIII
KERJASAMA
Pasal 669
Pasal 674
Jenis dan kategori pengenaan Insentif dapat berupa :
(1)
a.
b.
c.
d.
e.
Bagian Ketiga
Disinsentif
Pasal 670
Penetapan disinsentif didasarkan atas pertimbangan:
a.
b.
c.
(2)
BAB XIV
KELEMBAGAAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 671
Obyek pengenaan disinsentif diberikan apabila pembangunan dilakukan pada kawasan
yang dibatasi perkembangannya
Pasal 675
(1)
Pasal 672
REV.00/DTR/VIII/2013
(2)
(3)
c.
Pasal 679
Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme, prosedur kelembagaan pengendalian
pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud Pasal 675 sampai dengan Pasal 678, diatur
dalam Peraturan Gubernur.
BAB XV
PERAN MASYARAKAT
Pasal 680
(1)
(4)
Lembaga yang melaksanakan RDTR dan PZ sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b, terdiri atas:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Ruang
Partisipasi masyarakat dalam RDTR dan PZ dapat dilakukan antara lain melalui:
sebagaimana
a.
b.
Pasal 676
(2)
Lembaga Administrasi Pemanfaatan Ruang mempunyai tugas:
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Pasal 677
Lembaga Pengaduan, Penyesuaian dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang (Board of a
Adjustment) mempunyai tugas:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
(3)
Pasal 678
Lembaga Pembuat Rekomendasi Pemanfaatan
mempunyai tugas memberi rekomendasi meliputi:
a.
b.
Ruang
sanksi administrasi;
pemrosesan sanksi pidana dan perdata ke pengadilan;
(Planning
Commision)
(4)
REV.00/DTR/VIII/2013
b.
(5)
Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bersama dengan LMK,
Ketua RT dan/atau Ketua RW dapat menyampaikan sanggahan/keluhan kepada
Gubernur, melalui mekanisme BKPRD.
(6)
(2)
(7)
(1)
Setiap orang dan badan hukum melakukan kegiatan atau penggunaan lahan dalam
perpetakan/persil dan melakukan perubahan kegiatan atau penggunaan lahan
yang tidak sesuai Peraturan Zonasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 643
sampai dengan Pasal 648, dikenakan sanksi administratif.
(2)
(3)
Setiap orang atau badan hukum yang tidak sesuai dengan ketentuan tata
bangunan dan ketentuan tambahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 650,
dikenakan sanksi administrasif.
(4)
Setiap orang atau badan hukum yang tidak sesuai dengan ketentuan prasarana
minimal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 661, dikenakan sanksi administrasif.
(5)
Setiap orang atau badan hukum yang tidak sesuai dengan ketentuan standar
teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 662, dikenakan sanksi administrasif.
(6)
Setiap orang atau badan hukum yang tidak sesuai dengan ketentuan khusus
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 663, dikenakan sanksi administrasif.
Partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4), dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan.
BAB XVI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 681
(1)
(2)
koordinasi;
sosialisasi;
pemberian pedoman dan standar;
bimbingan teknis dan penyuluhan:
penelitian dan pengembangan;
penyebaran informasi;
pengembangan sistem informasi
pendidikan dan pelatihan; dan
supervisi dan konsultasi.
Pasal 685
(1)
teguran tertulis;
penundaan pemberian izin/rekomendasi;
penghentian kegiatan;
pencabutan izin operasional;
denda administratif;dan/atau
polisional.
Pasal 682
(1)
(2)
(1)
(2)
Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, ditetapkan oleh
Gubernur.
(3)
Denda administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib disetorkan ke Kas
Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB XVIII
PENYIDIKAN
Pasal 686
168
REV.00/DTR/VIII/2013
(1)
(2)
Pasal 618, Pasal 619, Pasal 620, Pasal 621, Pasal 622, Pasal 623, Pasal 624, Pasal
625, Pasal 626, Pasal 627, Pasal 628, Pasal 629, Pasal 630, Pasal 631, Pasal 632,
Pasal 633, Pasal 634, Pasal 635, Pasal 636, Pasal 637, Pasal 638, Pasal 639, Pasal 640
dan Pasal 641, diancam dengan pidana sebagaimana ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan.
Pasal 688
Denda pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 687, wajib disetorkan ke Kas Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 689
(1)
(2)
(3)
(4)
berwenang
melakukan
(5)
tidak
pemeriksaan tersangka;
pemasukan rumah;
penyitaan benda;
pemeriksaan surat;
pemeriksaan saksi;
pemeriksaan ditempat kejadian;
mengirimkan berkasnya kepada Pengadilan Negeri dan tembusannya kepada
Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia.
BAB XIX
KETENTUAN PIDANA
BAB XXI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 691
Pasal 687
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Setiap orang dan/atau badan hukum yang melakukan kegiatan pemanfaatan dan
pengelolaan ruang zona lindung berakibat berkurangnya fungsi kawasan lindung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 598, Pasal 599, Pasal 600, Pasal 601, Pasal 602,
Pasal 603, Pasal 604, Pasal 605, Pasal 606, Pasal 607, Pasal 608, Pasal 609, Pasal
610, Pasal 611, Pasal 612, Pasal 613, Pasal 614, Pasal 615, Pasal 616, Pasal 617,
169
REV.00/DTR/VIII/2013
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
Plt. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
Ir. WIRIYATMOKO, MT
NIP. 195803121986101001
LEMBARAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN .
NOMOR.
170
REV.00/DTR/VIII/2013
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA
NOMOR ... TAHUN .
TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI
A.
Manfaat RDTR dan PZ meliputi: (a) penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan
fungsi dan lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu; (b) alat operasionalisasi dalam
sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik yang dilaksanakan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat; (c) ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
sesuai dengan fungsinya; (d) ketentuan untuk penyusunan program pengembangan kawasan dan
pengendalian pemanfaatan ruang bagi kawasan yang diprioritaskan.
Peraturan Daerah tentang RDTR dan PZ merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang RTRW 2030, yang memuat: (a) rencana
pola ruang; (b) rencana jaringan prasarana; (c) penetapan yang diprioritaskan penanganan; (d)
ketentuan pemanfaatan ruang; (e) peraturan zonasi. RDTR dan PZ disajikan dalam bentuk peta
dalam skala 1:5000, yang secara operasional digambarkan dalam skala 1:1000.
PENJELASAN UMUM
PASAL DEMI PASAL
Kedudukan Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
pelaksanaan otonomi pada lingkup provinsi sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai
Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, memiliki peran dan fungsi sebagai tempat
penyelenggaraan pemerintahan dan tempat kedudukan perwakilan negara asing, serta
pusat/perwakilan lembaga internasional, sehingga peran dan fungsi Provinsi DKI Jakarta sangat
luas dalam lingkup internasional, nasional, regional, dan lokal.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Yang dimaksud dengan azas penataan ruang sebagai berikut:
a. keterpaduan, bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengintegrasikan
berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas
pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan, antara lain, adalah Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat.
b. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan pola
ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dengan lingkungannya,
keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antardaerah serta antara
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
c. keberlanjutan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan menjamin
kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan
memperhatikan kepentingan generasi mendatang.
d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber daya yang
terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang berkualitas.
e. Keterbukaan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan memberikan
akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan penataan ruang.
f. kebersamaan dan kemitraan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
g. pelindungan kepentingan umum adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan
dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.
h. kepastian hukum dan keadilan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan
dengan berlandaskan hukum/ketentuan peraturan perundangundangan dan bahwa
penataan ruang dilaksanakan dengan mempertimbangkan rasa keadilan
171
REV.00/DTR/VIII/2013
i.
masyarakat serta melindungi hak dan kewajiban semua pihak secara adil dengan
jaminan kepastian hukum.
akuntabilitas adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat
dipertanggungjawabkan, baik prosesnya, pembiayaannya, maupun hasilnya
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Cukup Jelas.
Pasal 6
Huruf a
Yang dimaksud dengan kualitas ruang yang terukur adalah kualitas ruang yang dapat
diukur secara kuantitatif
Huruf b
Yang dimaksud dengan tertib penyelenggaraan penataan ruang adalah mendorong
terwujudnya rencana tata ruang untuk mencegah terjadinya pelanggaran penataan
ruang.
Yang dimaksud dengan keseimbangan dan keserasian peruntukan lahan adalah
mewujudkan keseimbangan
dan keserasian pertumbuhan dan perkembangan
peruntukan lahan.
Yang dimaksud dengan penyediaan prasarana dan sarana kota yang maju dan
memadai adalah penyediaan prasarana dan sarana kota yang berkualitas, dalam
jumlah yang layak, berkesinambungan, dan dapat diakses oleh seluruh warga.
Huruf d
Yang dimaksud dengan instansi pemerintah adalah instansi pemerintah pusat dan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/ Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD).
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi
pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan
cara bertindak.
Huruf c
Cukup Jelas
Yang dimaksud dengan standar adalah acuan yang dipakai sebagai patokan dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Yang dimaksud dengan tata air adalah susunan dan letak air yang terdapat di dalam
dan atau berasal dari sumber-sumbr air, baik yang terdapat di atas maupun di bawah
permukaan tanah.
Yang dimaksud dengan norma adalah aturan atau ketentuan yang dipakai sebagai
tatanan untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Yang dimaksud dengan kriteria adalah ukuran yang dipergunakan menjadi dasar
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Huruf e
Yang dimaksud dengan sistem transportasi yang memadai adalah mewujudkan
pelayanan dan keterpaduan antar dan intra moda transportasi yang berkualitas, dalam
jumlah yang layak, berkesinambungan, dan dapat diakses oleh seluruh warga.
Huruf f
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Huruf a
Cukup Jelas.
metode
atau
tata
cara
untuk
Pasal 7
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan berperan aktif dalam pelaksanaan RDTR dan PZ adalah
dalam perencanaan, pengawasan, dan pengendalian RDTR dan PZ.
Pasal 10
Jangka Waktu RTRW dimaksud adalah dua puluh tahun sesuai yang diamanatkan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 11
Ayat (1)
Huruf a
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Jumlah penduduk mengambarkan rencana persebaran penduduk sampai tahun 2030
dengan tujuan untuk mewujudkan pemanfaatan ruang secara optimal yang serasi,
172
REV.00/DTR/VIII/2013
selaras, dan seimbang antara kuantitas dan persebaran penduduk dengan daya
dukung ruang dan/atau daya tampung lingkungan guna menunjang pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan.
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
kawasan yang diprioritaskan penanganannya ditetapkan dengan pertimbangan
sebagai berikut:
1. Kawasan pusat kegiatan primer, sekunder, dan tersier;
2. Kawasan strategis nasional dan provinsi;
3. Kawasan khusus;
4. Kawasan yang didorong perkembangannya;
5. Kawasan yang ditentukan sebagai pelaksanaan program pemerintah; dan
6. Kawasan permukiman kumuh yang memerlukan penanganan melalui peremajaan
lingkungan/revitalisasi.
Huruf d
Yang dimaksud dengan rencana pemanfaatan ruang dalam RDTR adalah perwujudan
RDTR dalam bentuk program pengembangan/indikator program masing-masing
kecamatan sebagai upaya perwujudan rencana pola ruang, rencana jaringan
prasarana, rencana kawasan yang diprioritaskan penanganannya, dalam jangka waktu
perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun masa perencanaan.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat 1
Huruf a
Yang dimaksud dengan zona fungsi lindung adalah zona yang diperuntukan bagi sub
zona atau fungsi lindung suaka dan pelestarian alam dan sempadan lindung yang tidak
dapat berubah fungsi dan pemanfaatan ruang yang terbatas untuk kegiatan dan
pendirian pembangunan yang dapat menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika
kawasan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan zona fungsi budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan
fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi SDA, SDM, dan
sumber daya buatan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan zona perairan adalah laut yang berbatasan dengan daratan
meliputi perairan sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang
menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau,
laguna.
173
REV.00/DTR/VIII/2013
Yang dimaksud dengan zona pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat
dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat 4
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat 1
Huruf a
Yang dimaksud dengan pergerakan adalah perpindahan manusia atau barang dari
satu tempat ke tempat lainnya.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat
berupa panas, cahaya, mekanika, kimia, dan elektromagnetika.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan
atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan,
gambar, suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem
elektromagnetik lainnya.
Huruf g
Yang dimaksud dengan embung adalah area tangkapan air.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air
hujan/genangan ke badan air dan/atau bangunan resapan buatan.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan.
Huruf f
Yang dimaksud dengan air limbah adalah air dari suatu kawasan permukiman yang
telah dipergunakan untuk berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk
menjaga lingkungan hidup yang sehat dan baik.
Huruf g
Yang dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau
proses alam yang berbentuk padat.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Ayat 4
Cukup jelas.
Ayat 5
Cukup jelas.
Pasal 22
Huruf h
Yang dimaksud dengan jalur dan ruang evakuasi bencana adalah jalur khusus yang
menghubungkan semua area di dalam gedung ke area yang aman (titik kumpul).
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 21
Ayat 1
Cukup jelas.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
174
REV.00/DTR/VIII/2013
Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan
kehidupan.
Huruf e
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 23
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
koridor Pulogadung-Harmoni melalui Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Kelurahan
Cempaka Putih Barat.
koridor Dukuh Atas-Pulogadung melalui Kelurahan Rawasari.
koridor Tanjung Priok-Cililitan melalui Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Kelurahan
Rawasari.
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Cempaka
Putih Barat: Halte Bus Rawa Selatan dan Halte Bus Pasar Cempaka; di Kelurahan
Cempaka Putih Timur: Halte Bus Cempaka Tengah, RS. Islam, Cempaka Timur,
Cempaka Putih, Pulomas By Pass, dan Halte Utan Kayu Rawasari, dan di Kelurahan
Rawasari: Halte Bus Pramuka BPKP, Pramuka LIA, Utan Kayu, dan Halte Pasar
Genjing.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa
peningkatan jalan di Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Kelurahan Rawasari pada
ruas Jalan Tol Ir. Wiyoto Wiyono dan Jalan Jenderal Ahmad Yani.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pelebaran jalan di Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Kelurahan Cempaka Putih
Barat pada ruas Jalan Letjend Suprapto; di Kelurahan Rawasari pada ruas Jalan
Pramuka.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Rawasari Jalan Percetakan Negara 1, Percetakan
Negara 5, Percetakan Negara 3, Pramuka, Rawamangun, Percetakan Negara Raya
dan Rawasari Selatan; di Kelurahan Cempaka Putih Timur pada ruas Jalan Rawa Sari,
Rawasari Selatan, Cempaka Putih Raya, Cempaka Putih Timur 11, Rawasari Barat 10,
Cempaka Putih Timur dan jalan Cempaka Putih Tengah; di Kelurahan Cempaka Putih
Barat pada ruas Jalan Cempaka Putih Barat 26; di Kelurahan Cempaka Putih Barat
dan Kelurahan Rawasari pada ruas Jalan Mardani Raya; di Kelurahan Cempaka Putih
Barat pada ruas Jalan Cempaka Putih Tengah, Pangkalan Asem dan Jalan Kampung
Rawa Selatan.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
1. pengembangan jalan tembus dan jalan sejajar di Kelurahan Rawasari pada ruas
jalan Inspeksi Saluran sebelah timur dan barat di Kompleks Angkatan Laut.
2. pengembangan jalan inspeksi sepanjang kali sejajar di Kelurahan Cempaka Putih
Barat pada ruas Jalan Cempaka Putih Barat 26 dan Jalan Cempaka Putih
Tengah; di Kelurahan Rawasari pada ruas Jalan Pramukasari 1; di Kelurahan
Cempaka Putih Timur pada ruas Jalan Cempaka Putih Tengah 33 dan Jalan
Cempaka Putih Timur.
3. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Rawasari,
Cempaka Putih Timur, Cempaka Putih Tengah, dan di Kelurahan Cempaka Putih
Barat;
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
2. parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan atau lapangan parkir terdapat di Kelurahan Rawasari pada ruas Jalan
Jenderal A. Yani, Percetakan Negara 1, Percetakan Negara 3, Pramuka,
Rawamangun, Percetakan Negara Raya, Rawasari Selatan, Percetakan Negara,
Mardani Raya, Percetakan Negara 2, Percetakan Negara 5 dan Jalan Percetakan
Negara Raya; di Kelurahan Cempaka Putih Timur pada ruas Jalan Rawasari
Selatan, Cempaka Putih Raya, Cempaka Putih Timur, Cempaka Putih Timur 11,
Rawasari Barat 10, Cempaka Putih Tengah, Cempaka Putih Tengah 33,
Cempaka Putih Tengah 2, Letjend Suprapto dan Jalan Rawa Sari; di Kelurahan
Cempaka Putih Barat pada ruas Jalan Cempaka Putih Barat 26, Cempaka Putih
Raya, Cempaka Putih Barat, Mardani Raya, Kampung Rawa Selatan, Pangkalan
Asem dan Jalan Cempaka Putih Tengah;
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Cempaka Putih Timur pada ruas Jalan Jenderal Ahmad
Yani, Rawasari Selatan, Rawasari Selatan 1, Cempaka Jaya, Cempaka Putih Timur 2,
Cempaka Putih Timur 6, Cempaka Putih Timur 7, Cempaka Putih Timur 9, Cempaka
Putih Timur 10, Cempaka Putih Timur 11, Cempaka Putih Timur 12, Cempaka Putih
175
REV.00/DTR/VIII/2013
Timur 16, Cempaka Putih Timur 17, Cempaka Putih Timur 24, Cempaka Putih Tengah,
Cempaka Putih Tengah 1, Cempaka Putih Tengah 2, Cempaka Putih Tengah 3,
Cempaka Putih Tengah 4, Cempaka Putih Tengah 4B, Cempaka Putih Tengah 6,
Cempaka Putih Tengah 13, Cempaka Putih Tengah 15, Cempaka Putih Tengah 27,
Cempaka Putih Tengah 30, Cempaka Putih Tengah 32, Cempaka Putih Tengah 33,
Cempaka Putih Tengah 33A dan Jalan Cempaka Putih Tengah 33B; di Kelurahan
Cempaka Putih Barat pada ruas Jalan Pangkalan Asem, Kampung Rawa Selatan
Raya, Cempaka Putih Raya, Cempaka Putih Barat, Cempaka Putih Barat 2, Cempaka
Putih Barat 2A, Cempaka Putih Barat 2B, Cempaka Putih Barat 2C, Cempaka Putih
Barat 2D, Cempaka Putih Barat 2E, Cempaka Putih Barat 3, Cempaka Putih Barat 4,
Cempaka Putih Barat 5, Cempaka Putih Barat 7, Cempaka Putih Barat 26 dan Jalan
Mardani Raya; di Kelurahan Rawasari pada ruas Jalan Pramuka, Percetakan Negara
Raya, Percetakan Negara 3, Percetakan Negara 5, Percetakan Negara 5B, Percetakan
Negara 6, Percetakan Negara 7, Percetakan Negara 8, Percetakan Negara 9,
Percetakan Negara 10, Rawamangun, Pramuka Sari, Pramuka Sari 3, Pramuka Sari 5,
Bacang, Perhubungan Udara, dan Jalan Rawasari Selatan; di Kelurahan Cempaka
Putih Timur dan Kelurahan Cempaka Putih Barat pada ruas Jalan Letjen Suprapto.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Cempaka Putih adalah rencana pengembangan jalur kereta
komuter Jabodetabek pada Stasiun Kramat di Kelurahan Rawasari.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 29
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 30
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 10 dilaksanakan di ruas Jalan Pangkalan Asem, Kampung Selatan
Raya, dan Jalan Mardani Raya di Kelurahan Cempaka Putih Barat; Jalan Cempaka
Putih Tengah dan Jalan Cempaka Putih Tengah 33 di Kelurahan Cempaka Putih
Timur; Jalan Pramuka di Kelurahan Rawasari; Jalan Letjend Suprapto di Kelurahan
Cempaka Putih Barat dan Kelurahan Cempaka Putih Timur; Jalan Jenderal Achmad
Yani di Kelurahan Cempaka Putih dan Kelurahan Rawasari.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 31
Huruf b
Sistem polder dilengkapi dengan waduk retensi yang berupa long storage yang terletak
pada sisi ruas Jalan Cempaka Putih Barat 26 di Kelurahan Cempaka Putih Timur.
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Huruf c
Pemeliharaan dan peningkatan saluran submakro dilakukan pada saluran Mardani
Raya, Cempaka Putih Raya, Cempaka Raya, Djatof, Cempaka Putih Indah, Cempaka
Putih Barat 12 dan saluran Cempaka Putih Barat 25 di Kelurahan Cempaka Putih
Barat; saluran Cempaka Putih Timur, Rawasari Barat 10 dan saluran Rawa Kerbau di
Kelurahan Cempaka Putih Timur; dan saluran Komplek BPKP, Golf dan saluran
Bacang di Kelurahan Rawasari.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
176
REV.00/DTR/VIII/2013
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan
kehidupan.
Pasal 36
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
koridor Blok M-Kota melalui Kelurahan Gambir, Kebon Kelapa dan Kelurahan Petojo;
REV.00/DTR/VIII/2013
Binatu 2, Petojo Binatu 4 dan Jalan Majapahit ; di Kelurahan Gambir : Jalan Veteran,
Veteran 1, Veteran 2, Veteran 3, Majapahit, Medan Merdeka Utara, Medan Merdeka
Barat, Medan Merdeka Selatan, Medan Merdeka Timur, Abdul Muis, Musium, Tanah
Abang Timur, Budi Kemulyaan, Budi Kemulyaan 3, Silam Merdeka Barat, Daya, Barat
Laut, Timur Laut, Tenggara, Perwira, Pejambon 2, 3, Batu, Ikhwan Ridwan Rais,
Kebon Sirih, Haji Agus Salim, MH Thamrin dan Jalan Prapatan; di Kelurahan Petojo
Selatan : Jalan Suryo Pranoto, Majapahit, Balik Papan, Kesehatan, Tanah Abang Satu,
Petojo Enclek, Petojo Enclek 1, Petojo Enclek 2, Petojo Enclek 3, Petojo Enclek 4,
Petojo Enclek 9, Petojo Enclek 13, Petojo Enclek 14, Tanah Abang 2, Kesehatan,
Kesehatan 1, Kesehatan 2, Kesehatan 3, Kesehatan 4, Kesehatan 5, Kesehatan 6,
Kesehatan 7, Kesehatan 8, Kesehatan 9, Kesehatan 10, Kesehatan 11, Persatuan
Guru, Petojo Sabangan 1, Petojo Sabangan 2, Petojo Sabangan 3, Petojo Sabangan
5, Petojo Sabangan 6, Petojo Sabangan 7, Petojo Sabangan 8, Petojo Sabangan 9,
Petojo Sabangan 10, Petojo Sabangan 11, Tanah Abang 3, Tanah Abang 5, Kebon
Jahe dan Jalan Cideng; dan di Kelurahan Kebon Kelapa : Jalan Ir. H Juanda, Ir. H
Juanda 1, Ir. H Juanda 2, Ir. H Juanda 1a, Ir. H Juanda 1c, Ir. H. Juanda 3, Kingkit,
Pacenongan, Peconangan Dalam, Sukarjo Wirio Pranoto, Batu Ceper, Batu Ceper 1,
Batu Ceper 2, Batu Ceper Batu Ceper 5, Batu Ceper 11, Batu Jejar, Batu Tulis, Batu
Tulis 1, Batu Tulis 3, Batu Tulis 10, Batu Tulis 11, Batu Tulis 14, Batu Tulis 15 dan
Jalan Hayam Huruk.
Huruf f
Yang dimaksud dengan penerapan pembatasan lalu lintas tahap I dilakukan di
Kelurahan Duri Pulo : Jalan KH Imam Mahbub dan Jalan Moh Mansyur; di Kelurahan
Petojo Utara : Jalan Gajah Mada; di Kelurahan Cideng Jalan Hasyim Ashari, Jatibaru
dan Jalan Fahrudin; di Kelurahan Gambir dan Kelurahan Kebon Kelapa : Jalan Hayam
Wuruk; di Kelurahan Petojo Selatan : Jalan Balikpapan, Jatibaru, Cideng Timur,
Majapahit, Kyai Caringin, Cideng, dan Jalan Suryo Pranoto; di Kelurahan Cideng :
Jalan Cideng Barat; di Kelurahan Gambir : Jalan Majapahit, Kebon Sirih, Medan
Merdeka Utara, Prapatan dan Jalan MH Thamrin; dan di Kelurahan Kebon Kelapa :
Jalan Sukarjo Wiryopranoto dan Jalan Batu Ceper;
Huruf g
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. penyediaan fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) di Kawasan Monas di
Kelurahan Gambir;
2. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
3. parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan atau lapangan parkir dilakukan di Kelurahan Petojo Selatan : Jalan
Suryopranoto, Kesehatan, Balikpapan, Tanah Abang 2, Tanah Abang 1, Kyai
Caringin, dan Jatibaru; di Kelurahan Petojo Utara : Jalan KH. Hasyim Ashari, KH.
Zainudin Arifin, Am. Sangaji, Kesehatan dan Jalan Alaydrus; di Kelurahan Gambir :
Jalan Jatibaru, Kebon Sirih, Kebon Sirih Raya, MH.Thamrin, Medan Merdeka
Barat, Merdeka Utara, Veteran, Jati Baru Bengkel, Merdeka Selatan, Budi
Kemuliaan, Abdul Muis, Kemuliaan, Citarum, Tanah Abang Timur, Merdeka Timur,
Tanah Abang 1, Ikhwan Ridwan Rais, Merdeka Utara, Perwira, dan Jalan Veteran
1; di Kelurahan Cideng : Jalan Kyai Haji Moh. Mahbub, Fahrudin, Jatibaru, Cideng
Barat, Taman Jati Baru, Tanah Abang 2, Siantar, Musi, Kyai Caringin, Tanjung
Selor, Biak, Subur dan Jalan Cideng Barat; di Kelurahan Kebon Kelapa : Jalan KH.
Samanhudi, Sukarjo Wiryopranoto, Batu Ceper, Sukarjo Wiryopranoto, Taman Sari
Raya, Ir.H.Juanda dan Jalan Ir.H.Juanda 1;
Huruf h
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Duri Pulo : Jalan Hasyim Ashari, Jalan KH Imam Mahbub,
Cideng Barat, Cibunar, KH. Zainul Arifin, Zainul Arifin Barat, Petojo Kecil, Petojo Barat
Lima, Petojo Barat 6, Petojo Barat 7, Petojo Barat 8, Petojo Barat 9, Petojo Barat 10,
Petojo Barat 11, dan Jalan Petojo Barat 12; di Kelurahan Cideng : Jalan Hasyim
Ashari, Cideng Barat, Biak Kyai Caringin, Muis, Ternate, Sangihe, Sangihe Dalam,
Talafo, Petojo Selatan 7, Petojo Selatan 9, Petojo Selatan 10, Petojo Selatan 11,
Petojo Selatan 12, Petojo Selatan 13, Palang Merah, Petojo Bola, Petojo Bola 1,
Petojo Bola 2, Petojo Bola 3, Petojo Bola 4, Musi, Tarakan 1, Kota Baru, Siantar,
Lematang, Pane, Bila, Tembesi, Taman Kuantan, Kampar, Batanghari, Kuantang,
Komering, Talang Bawang, Citarum, Tanah Abang 2, Kapuas, Ampasit, Ampasit 1,
Ampasit 2, Ampasit 3, Ampasit 4, Ampasit 5, Ampasit 6, Cipung Barat, Ciujung,
Cimanut, Opak, Cibanten, Cikande, Cilengsir, Cilamaya, Bengawang, Serayu,
Berantas, Cideng barat Dalam, Taman Jati Baru, Taman Jati Baru Bengkel, Taman Jati
Baru Timur, Jalan Taman Jati Baru Barat dan Jalan Jatibaru; di Kelurahan Petojo Utara
: Jalan Gajah Mada, KH Zainul Arifin, Alaydrus, Pembangunan 1, Pembangunan 2,
Pembangunan 3, Pembangunan 4, Pembangunan Dalam 1, Petojo Utara 1, Petojo
Utara 7, AM. Sangaji, Petojo Barat, Petojo Barat 1, Petojo Barat 2, Petojo Barat 3,
Petojo Barat 4, Sadar 3, Sadar 4, Cideng Timur, Hasyim Timur, Balik Papan, Petojo
Selatan, Petojo Selatan 1, Petojo Selatan 2, Petojo Selatan 3, Petojo Selatan 4, Balik
Papan 1, Balik Papan 2, Balik Papan 4, Semboja, Kaji, Petojo Binatu Raya, Petojo
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Gambir adalah:
1. rencana pengembangan jaringan LRT terdapat pada ruas Jalan Kyai Caringin,
Jalan Tanah Abang 2 di Kelurahan Cideng;
2. rencana pengembangan kereta lingkar dalam kota melalui Kelurahan Cideng;
3. rencana pengembangan kereta komuter Jabodetabek terdapat pada Stasiun
Gambir di Kelurahan Gambir;
4. rencana kereta bandara terdapat di Kelurahan Cideng; dan
5. rencana perlintasan tak sebidang terdapat pada Kelurahan Gambir di Jalan Medan
Merdeka Barat.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Pemeliharaan dan peningkatan saluran submakro dilakukan pada saluran Batu Tulis,
Pecenongan, Pintu Air II dan saluran Ir.Juanda II di Kelurahan Kebon Kelapa; saluran
Jalan Batu, Medan Merdeka Selatan dan saluran Budi Kemuliaan di Kelurahan
Gambir; saluran Petojo Enclek 1 dan saluran Kesehatan di Kelurahan Petojo Selatan;
178
REV.00/DTR/VIII/2013
saluran Petojo Binatu 2, Alaydrus (bus beton), Petojo Barat, AM. Sangaji dan saluran
Petojo Selatan 1 di Kelurahan Petojo Utara; saluran Talaud, Petojo Selatan 7, Ternate,
Kuantan, Pane, Ciujung, Cipunegara dan Kali Citarum, di Kelurahan Cideng; dan
saluran Duri Raya di Kelurahan Duri Pulo;
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 45
Ayat 1
Huruf a
jalur evakuasi bencana terdapat di Jalan Merdeka Selatan, Budi Kemuliaan, Pejambon,
Perwira, Tanah Abang 2, Abdul Muis, Medan Merdeka Utara, Medan Merdeka Timur,
Veteran, Ikhwan Ridwan Rais, Prapatan, Kebon Sirih, MH. Thamrin, Medan Merdeka
Barat, Majapahit dan Jalan M. I. R. Rais di Kelurahan Gambir; Jalan Juanda, Batu
Ceper, Sukarjo Wiriyopranoto, Jalan Hayam Huruk di Kelurahan Kebon Kelapa; Jalan
Hasyim Ashari, KH. Charingin, Cideng Barat, dan Jalan Jati Baru di Kelurahan Cideng;
Jalan Gajah Mada, Majapahit, Hasym Ashari, dan Jalan Cideng Timur di Kelurahan
Petojo Utara; Jalan Jati Baru, Cideng Timur, Balik Papan dan Jalan Suryo Pranoto di
Kelurahan Petojo Selatan; dan Jalan Hasyim Ashari dan Jalan KH. Imam Mahbub di
Kelurahan Duri Pulo
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 42
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 43
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 1 dilaksanakan pada ruas jalan Medan Merdeka Utara, Medan
Merdeka Timur, Medan Merdeka Barat Jalan MH. Thamrin, Ihwan Ridwan Rais,
Perwira, Veteran, Veteran 3, Majapahit, Abdul Muis, Musium, Tanah Abang Timur,
Budi Kemulyaan dan Jalan Kebon Sirih di Kelurahan Gambir; Jalan Ir. Juanda,
Pecenongan, Pecenongan Dalam, Batu Tulis, Batu Ceper, Batu Tulis 13, Ir. H. Juanda
3, Batu Jajar, Hayam Huruk dan Jalan Sukarjo Wiryopranoto di Kelurahan Kebon
Kelapa; Jalan KH. Zainul Arifin, Pembangunan Satu, Pembangunan 4, Gajah Mada,
Alaydrus, Hasyim Ashari, HM. Sangaji, dan Jalan Balik Papan 1 di Kelurahan Petojo
Utara; Jalan Balik Papan, Suryo Pranoto, Kesehatan, Tanah Abang 1, Tanah Abang 2,
Tanah Abang 3 dan Jalan Jatibaru di Kelurahan Petojo Selatan; Jalan Cideng Barat,
KH. Mahbud, Subur Raya, Subur, Setia Kawan dan Jalan Setia Kawan Barat di
Kelurahan Duri Pulo; Jalan Hasyim Ashari, Biak, Cideng Barat, Tanjung Selor, KH.
Charingin, Siantar, Batang Hari, Taman Kuantan, Tanah Abang 2, Ciujung dan Jalan
Cilengsir di Kelurahan Cideng
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 48
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan
kehidupan.
Pasal 49
Ayat 1
Huruf a
179
REV.00/DTR/VIII/2013
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan:
1. pengembangan Jalan Inspeksi saluran pada ruas Jalan Moh. Ali, Jalan Pulo
Gundul di Kelurahan Tanah Tinggi; dan
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Tanah Tinggi,
Kampung Rawa, Johar Baru dan Kelurahan Galur;
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Huruf e
Yang dimaksud dengan penerapan pembatasan lalu lintas tahap I dilakukan di
Kelurahan Tanah Tinggi : Jalan Letjen Suprapto.
Ayat 2
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
2. parkir di luar badan jalan (off street parking) terdapat di Kelurahan Tanah Tinggi :
Jalan Letjend. Suprapto; di Kelurahan Johar Baru Jalan Percetakan Negara 1, Pulo
Gundul, Percetakan Negara 2, KJB 1, Mardani Raya dan Jalan Rawa Sawah 5; di
Kelurahan Tanah Tinggi : Jalan Pulo Gundul, Tanah Tinggi 8 dan Jalan Tanah
Tinggi 1; di Kelurahan Kampung Rawa : Jalan Let.Jen.Suprapto, Rawa Sawah 5
dan Jalan Rawa Sawah 25; dan di Kelurahan Galur : Jalan Let.Jen.Suprapto dan
Jalan KJB 1.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Tanah Tinggi : Jalan Letjen Soeprapto, Galur Selatan, Moh.
Ali 4, Tanah Tinggi 1, 2, 3, Tanah Tinggi Gang 1, 2, 3, 4, Tanah Tinggi Selatan, KP
Pulo Gundul, Kramat Pulo Gundul dan Jalan Pulo Gundul; di Kelurahan Galur : Jalan
Letjen Soeprapto, Galur, Rawa Sawah 2, Biduk, Biduri, Kopast, Intan, Rawa Sawah
Satu, Rawa Sawah 2, Rawa Sawah 3, Kwista dan Jalan Rawa Tengah; dan di
Kelurahan Johar Baru : Jalan Percetakan Negara 1, Percetakan Negara 2, Kawi Kawi
Bawah, Kawi Kawi Atas, Kramat Jaya, Taman Kramat Jaya Baru, Kramat Jaya Baru 4
dan Jalan Rawa Sawah 5.
Huruf b
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Johar Baru adalah:
1. rencana pengembangan kereta lingkar dalam kota terdapat Stasiun Gang Sentiong
di Kelurahan Tanah Tinggi;
2. rencana pengembangan kereta Komuter Jabodetabek terdapat pada .ruas Jalan
Tanah Tinggi 1 di Kelurahan Tanah Tinggi dan di Kelurahan Johar Baru; dan
3. rencana perlintasan tak sebidang terdapat pada Jalan Letjen Suprapto di
Kelurahan Galur dan Jalan Tanah Tinggi di Kelurahan Tanah Tinggi.
Ayat 2
Huruf a
koridor Pulogadung Harmoni melalui Kelurahan Tanah Tinggi dan Kelurahan Galur;
Prasarana angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan
Tanah Tinggi : Halte Galur di jalan Letjen Suprapto.
Ayat 3
Cukup jelas.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pelebaran jalan di Kelurahan Tanah Tinggi : Jalan Letjen Suprapto.
Huruf c
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Galur : Jalan Galur dan Jalan Pangkalan Asem; di
Kelurahan Johar Baru : Jalan Mardani Raya, Percetakan Negara, Percetakan Negara
2, Pulo Gundul, KJB 1 dan Jalan Percetakan Negara 1; di Kelurahan Kampung Rawa :
Jalan Rawa Selatan 4, Rawa Sawah, Kampung Rawa Selatan, Rawa Sawah 5, dan
Jalan Rawa Sawah 25; dan di Kelurahan Tanah Tinggi : Jalan Tanah Tinggi 1, Jalan
Tanah Tinggi 4, Kramat Sentiong, dan Jalan Tanah Tinggi 8;
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
180
REV.00/DTR/VIII/2013
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Huruf d
Pemeliharaan dan peningkatan saluran submakro dilakukan pada saluran Johar Baru I,
Percetakan Negara II, Kayu Awet, Johar Baru IV, Johar Baru IVA, Johar Baru V, SMU
27, Teladan, Johar Baru II, Johar Baru Utara III, Kawi 2 Bawah, Rawa Sawah dan
saluran Kampung Rawa Sawah di Kelurahan Johar Baru; saluran Pulo Gundul Dalam,
Tanah Tinggi XII, Narada, Baladewa, Narada, Baladewa, dan saluran Suprapto di
Kelurahan Tanah Tinggi; saluran Suprapto, Pangkalan Asem, dan saluran Kwista IX di
Kelurahan Galur; saluran Rawa Selatan I, Rawa Sawah, T.Kampung Rawa, dan
saluran Kampung Rawa di Kelurahan Kampung Rawa.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan
kehidupan.
Pasal 55
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 56
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 5 dan zona layanan nomor 10 dilaksanakan pada ruas Jalan Mardani
Raya di Kelurahan Johar Baru; Jalan Tanah Tinggi 4 dan Jalan Letjen Soeprapto di
Kelurahan Tanah Tinggi; Jalan Soeprapto di Kelurahan Tanah Tinggi dan Kelurahan
Galur.
Ayat 2
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 62
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 64
Ayat 1
181
REV.00/DTR/VIII/2013
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
koridor Harmoni-Pulogadung melalui Kelurahan Harapan Mulya, Sumur Batu dan
Kelurahan Cempaka Baru;
koridor Kampung Melayu-Ancol melalui Kelurahan Gunung Sahari Selatan;
koridor Tanjung Priok-Cililitan melalui Kelurahan Sumur Batu;
Harapan Mulya : Jalan Utan Panjang 5; Jalan Sumur Batu di Kelurahan Sumur Batu
dan Kelurahan Cempaka Baru; di Kelurahan Cempaka Baru, Serdang dan Kelurahan
Sumur Batu : Jalan Serdang; di Kelurahan Utan Panjang dan Kelurahan Cempaka
Baru : Jalan Bendungan Jago Terusan; di Kelurahan Gunung Sahari Selatan, Kebon
Kosong, Utan Panjang dan Kelurahan Kemayoran : Jalan Kemayoran Gempol; di
Kelurahan Utan Panjang dan Kelurahan Cempaka Baru : Jalan Serdang; di Kelurahan
Serdang dan Kelurahan Cempaka Baru : Jalan Serdang Baru 1; di Kelurahan Gunung
Sahari Selatan dan Kelurahan Kemayoran : Jalan Kemayoran Mall; di Kelurahan
Gunung Sahari Selatan dan Kelurahan Kebon Kosong : Jalan Landasan Timur/Barat;
Jalan Gunung Sahari 5 di Kelurahan Gunung Sahari Selatan dan Kelurahan
Kemayoran; dan di Kelurahan Harapan Mulya dan Kelurahan Cempaka Baru : Jalan F;
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan:
1. pengembangan Jalan Inspeksi saluran pada ruas Jalan Cempaka Baru Tengah,
Jalan Remaja 1 di Kelurahan Cempaka Baru; Jalan Lapangan Pors di Kelurahan
Serdang; dan
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Serdang, Utan
Panjang, Kebon Kosong, Kemayoran, Harapan Mulya, Cempaka Baru, Sumur
Batu, dan Kelurahan Gunung Sahari Selatan.
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
2. parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan atau lapangan parkir diarahkan di Kelurahan Kebon Kosong : Jalan Dakota,
Kali Baru Barat, Kali Baru Timur, Kemayoran Gempol, Landasan Timur/Barat, Utan
Panjang Barat dan Jalan Landasan Utara; di Kelurahan Sumur Batu : Jalan
Howitzer, Sumur Batu, Kodam, Serdang dan Jalan Letjend. Suprapto; di Kelurahan
Harapan Mulya : Jalan Utan Panjang 3, Cempaka Putih Utara, Jalan F, Utan
Panjang 5 dan Jalan Letjend. Suprapto; di Kelurahan Gunung Sahari Selatan :
Jalan Bungur Besar, Kemayoran Gempol, Rajawali, Kemayoran Mall, Landasan
Timur Barat, Landasan Pacu Barat, Gunung Sahari 5, Benyamin Sueb. Gunung
Sahari, Pasar Senen, Bungur Besar dan Jalan Angkasa; di Kelurahan Utan
Panjang : Jalan Bendungan Jago, Utan Panjang 3, Utan Panjang 5, Kali Baru
Timur, Bendungan Jago Terusan, Serdang, Kemayoran Gempol dan Jalan Sunter
Bendungan Jago; di Kelurahan Cempaka Baru : Jalan Cempaka Putih Utara,
Cempaka Putih Timur, Sumur Batu, Cempaka Baru Timur, Serdang, Bendungan
Jago Terusan dan Jalan Serdang; di Kelurahan Kemayoran : Jalan Bungur Besar,
Garuda, Kemayoran Gempol, Kemayoran Mall dan Jalan Gunung Sahari 5; dan di
Kelurahan Serdang : Jalan Serdang, Bendungan Jago, Taruna, Serdang Baru,
Sunter Bendungan Jago dan Jalan Serdang 3;
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Serdang : Jalan Ahmad Yani, Letjend Suprapto, Sunter
Jaya, Raya Kodam, Sumur Batu, Sumba 1, Biduri 9, Biduri 8, dan Jalan Pasar Sumur
Batu di Kelurahan Sumur Batu, Jalan Sunter Jaya dan Jalan Bendungan Jago; di
Kelurahan Cempaka Baru : Jalan Cempaka Baru, Letjend Suprapto, Cempaka Putih
Utara, Cempaka Putih Barat, Cempaka Baru 2, Cempaka Sari 5, Cempaka Putih
Tengah, Cempaka Baru Timur, Siaga 2, Sudiro, Swadaya 1, Harapan Jaya 1, Harapan
Jaya, Harapan Jaya 7, Swadaya 3, Swadaya 4, Lumba-lumba, Sumur Batu 1, Sumur
Batu 2, Sumur Batu 3, Sumur Batu 4, Sumur Batu 5, Sumur Batu Raya, Pam, Remaja
3, dan Jalan Sumur Batu; di Kelurahan Harapan Mulya : Jalan Letjend Suprapto,
182
REV.00/DTR/VIII/2013
Tanah Tinggi Barat, Cempaka Putih Utara, Cempaka Baru Barat, Utan Panjang 3,
Perunggu, Waja, Waja 4, Waja 5, Timah, Tembaga, Harapan Mulya 3, Tembaga
Dalam 2, Tembaga Dalam 1, Harapan Mulya Barat, Harapan Mulya 1, Harapan Mulya
2, Harapan Mulya 3, Harapan Mulya 4, Harapan Mulya 5, Cempaka sari 2, dan Jalan
Cempaka Sari 5; di Kelurahan Kebon Kosong : Jalan Utan Panjang Timur, Utan
Panjang barat, dan Jalan Bendungan Jago di Kelurahan Utan Panjang; Jalan Kebon
Kosong, Landasan Timur Barat, Dakota, dan Jalan Benyamin Sueb; di Kelurahan
Kemayoran : Jalan Bungur Besar, Bungur Besar 16, Bungur Besar 15, Kepu Barat 13,
Kepu Barat 7, Kepu Barat 8, Kepu Barat 9, Kepu Barat 3, Kepu Barat 1, Kepu Barat,
Kepu Dalam 1, Kepu Dalam 2, Kepu Dalam 3, Kepu Timur, Kemayoran Utara, dan
Jalan Garuda; dan di Kelurahan Gunung Sahari Selatan : Jalan Pasar Senen, Gunung
Sahari, Bangau 2, Bangau 3, Bangau 4, Bangau 5, Bangau 8, Gunung Sahari 3,
Kadiman, Bungur Besar, Gunung Sahari 5, Garuda, Bungur Besar 5, Bungur Besar 17,
Bungur Besar 18, Bungur Besar 19, Bungur Besar 20, Angkasa, Angkasa 2, Sepur 5,
Angkasa Dalam 1, Mangga, Sawai, Kran 2, Kran 5, Angkasa 5, Kran, Kemayoran
Gempol, Landas Pacu Barat, Landas Pacu Timur, Rajawali, Kemayoran Vila, Merpati
1, dan Jalan Perwara.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Kemayoran adalah:
1. rencana pengembangan jaringan MRT untuk koridor Timur barat (I) melalui
Kelurahan Gunung Sahari Selatan dan Kelurahan Kebon Kosong;
2. rencana pengembangan kereta lingkar dalam kota melalui Kelurahan Kemayoran;
3. rencana pengembangan kereta komuter Jabodetabek terdapat pada Stasiun
Kemayoran di Kelurahan Gunung Sahari Selatan; dan
4. rencana perlintasan tak sebidang berupa Fly Over terdapat pada ruas Jalan
Laksamana Yos Sudarso di Kelurahan Sumur Batu, Jalan Letjen Suprapto di
Kelurahan Harapan Mulia, Jalan Angkasa di Kelurahan Gunung Sahari Selatan,
JalanIndustri di Kelurahan Gunung Sahari Selatan, Jalan Landas Pacu Barat di
Kelurahan Gunung Sahari Selatan dan Kelurahan Kebon Kosong.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Gunung Sahari Selatan; Saluran Kepu Barat di Kelurahan Gunung Sahari dan
Kelurahan Kemayoran; Saluran Kemayoran Gempol dan Saluran Kemayoran
Ketapang di Kelurahan Kebon Kosong; Saluran Kepu Selatan di Kelurahan
Kemayoran; Saluran Kali Baru Timur dan Saluran Utan Panjang di Kelurahan Utan
Panjang; Saluran Taruna Jaya, Serdang, Serdang 1, Serdang Baru, dan Saluran
Kampung Irian 1 di Kelurahan Serdang; Saluran Sumur Batu, Nilam, Bren, Basoka, di
Kelurahan Sumur Batu; dan Saluran Swadaya 5, Cempaka Baru 1, Cempaka Baru
Tengah, Cempaka Baru 7, Cempaka Baru, di Kelurahan Cempaka Baru.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 68
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 69
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 5 dilaksanakan pada ruas Jalan Benyamin Sueb, Kalibaru Barat di
Kelurahan Kebon Kosong, Jalan Cempaka Baru Timur, Pam, Pasar Sumur Batu, dan
Jalan Sumur Batu di Kelurahan Sumur Batu dan Kelurahan Cempaka Baru, Jalan
Dakota, Gunung Sahari dan Jalan Kemayoran Vila di Kelurahan Gunung Sahari
Selatan, Jalan Letjend Suprapto di Kelurahan Harapan Mulya, Cempaka Baru, dan
Kelurahan Sumur Batu
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 70
Huruf c
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 71
Huruf d
Pemeliharaan dan peningkatan saluran submakro dilakukan pada Saluran Jalan
Angkasa, Jalan Garuda Sisi Selatan, dan Saluran Jalan Gunung Sahari 5 di Kelurahan
Cukup jelas.
Pasal 72
183
REV.00/DTR/VIII/2013
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
Koridor Blok M-Kota melalui Kelurahan Gondangdia, Kebon Sirih dan Kelurahan
Menteng;
Pasal 74
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan
kehidupan.
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 75
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Ayat 1
Cukup jelas.
REV.00/DTR/VIII/2013
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan penerapan pembatasan lalu lintas tahap I dilakukan di
Kelurahan Kebon Sirih, Gondangdia dan Kelurahan Menteng : Jalan MH. Thamrin; di
Kelurahan Kebon Sirih : Jalan Kebon Sirih; dan di Kelurahan Pegangsaan : Jalan
Tambak;
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Kebon Sirih : Jalan Arif Rahman Hakim, Ikhwan Ridwan
Rais, Jaksa, Kebon Sirih, Kebon Sirih Timur, Menteng Raya, dan Jalan Menteng Kecil;
di Kelurahan Menteng : Jalan Banyu Mas, Cicurug, Cilacap, Cimahi, Diponegoro, Dr.
Kusuma Atmaja, HR. Rasuna Said, Imam Bonjol, Indramayu, Jend. Sudirman, Kebon
Kacang Raya, Kebumen, Kendal, Kota Bumi, Latuharhari, Madiun, Pamekasan,
Panarukan, Pegangsaan Barat, Pekalongan, Prof. DR. Moh. Yamin, Salatiga, Subang,
Sukabumi, Sultan Agung, Sumenep, Sunda Kelapa, Sutan Syahrir, Taman Sunda
Kelapa, Teuku Cik Ditiro, Menteng Jaya, Sindang Jaya, Surabaya, Solo, Cirebon,
Tegal, Tulungagung, Pandeglang, Banyumas, Ki Mangun, Semarang, Banda, ILP
Suroso, Irian, Maluku, Lombok, Riau, Buton, Timor, Sumatera, Kemiri, Kendal,
Rembang, Pati, Purwodadi, dan Jalan Purworejo; di Kelurahan Pegangsaan : Jalan
Kimia, Matraman Dalam, Matraman Raya, Talang Dalam, Tambak, Prambanan, dan
Jalan Proklamasi; di Kelurahan Gondangdia : Jalan Sam Ratulangi, Gereja Theresia,
Johar, Probolinggo, Srikaya 1, dan Jalan Teuku Umar; di Kelurahan Cikini : Jalan
Cimandu, Jalan Ciasem, Cidurian, dan Jalan Cilimani; di Kelurahan Gondangdia dan
Kelurahan Menteng : Jalan Yusuf Adiwinata; di Kelurahan Kebon Sirih, Cikini, dan
Kelurahan Gondangdia : Jalan Cut Mutiah; di Kelurahan Kebon Sirih dan Kelurahan
Cikini : Jalan Srikaya 2; di Kelurahan Kebon Sirih, Menteng, dan Kelurahan
Gondangdia : Jalan H. Agus Salim; di Kelurahan Menteng dan Kelurahan Gondangdia
: Jalan HOS Cokroaminoto; di Kelurahan Cikini dan Kelurahan Pegangsaan : Jalan
Cikini dan Jalan Cilosari; di Kelurahan Kebon Sirih dan Kelurahan Gondangdia : Jalan
KH. Wahid Hasyim dan Jalan MH. Thamrin; dan di Kelurahan Cikini dan Kelurahan
Gondangdia : Jalan Cikini 4.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Menteng adalah:
1. rencana pengembangan jaringan MRT untuk koridor Utara Selatan terdapat pada
Stasiun HI di Kelurahan Gongdangdia;
2. rencana pengembangan kereta lingkar dalam kota melalui Kelurahan Menteng;
3. rencana pengembangan kereta komuter Jabodetabek terdapat pada stasiun
Mampang di Kelurahan Menteng, terdapat di Stasiun Cikini di Kelurahan
Pegangsaan, terdapat di Kelurahan Pegangsaan, dan terdapat di Stasiun
Gongdangdia di Kelurahan Kebon Sirih; dan
4. rencana perlintasan tak sebidang terdapat pada FO. Latuharhary di Jalan Anyer
yang melewati Kelurahan Pegangsaan,FO. Dukuh Atas Sudirman di Jalan MH.
Thamrin yang melewati Kelurahan Menteng dan FO. Jatinegara By pass di Jalan
Kendal yang melewati Kelurahan Menteng.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 80
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Pemeliharaan dan peningkatan saluran submakro dilakukan pada Saluran Ampiun dan
Saluran Penataran yang melalui Kelurahan Pegangsaan; Saluran Anyer dan Saluran
Latuharhari yang melalui Kelurahan Menteng; Saluran Cimandiri dan Saluran Cut Nyak
Dien yang melalui Kelurahan Cikini; Saluran Cokroaminoto, Sunda, dan Saluran Wahid
Hasyim yang melalui Kelurahan Gondangdia; Saluran Guru Demak yang melalui
Kelurahan Cikini dan Kelurahan Kebon Sirih; Saluran Kebon Sirih Raya dan Saluran
Srikaya 1 yang melalui Kelurahan Kebon Sirih; dan Saluran Probolinggi yang melalui
Kelurahan Gondangdia dan Kelurahan Cikini;
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 81
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 82
Ayat 1
Pasal 79
185
REV.00/DTR/VIII/2013
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 89
Pasal 83
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Pasal 90
Ayat 1
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
Koridor Pulogadung-Harmoni melalui Kelurahan Pasar Baru;
Cukup jelas.
Pasal 86
Pasal 87
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan
kehidupan.
Koridor Kampung Melayu-Ancol melalui Kelurahan Pasar Baru dan Kelurahan Gunung
Sahari Utara;
Koridor Pluit-Tanjung Priok melalui Kelurahan Gunung Sahari Utara dan Kelurahan
Mangga Dua Selatan;
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Pasar Baru :
Halte Bus Juanda, Halte Bus RSPAD, Halte Bus Istiqlal, Halte Bus Pasar Baru, Halte
Bus Budi Utomo, dan Halte Bus Pasar Baru Timur; di Kelurahan Gunung Sahari Utara :
Halte Bus Jembatan Merah; dan di Kelurahan Mangga Dua Selatan : Halte Bus
Mangga Dua Mall;
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini dilakukan di
Kelurahan Pasar Baru dan Kelurahan Gunung Sahari Utara : pembangunan ruas Jalan
tol Rawa Buaya-Sunter.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pelebaran jalan di Kelurahan Mangga Dua Selatan : Jalan Mangga Dua; di Kelurahan
Gunung Sahari Utar : Jalan Benyamin Sueb dan Jalan Angkasa; di Kelurahan Pasar
Baru dan Kelurahan Gunung Sahari Utara : Jalan KH. Samanhudi; di Kelurahan Pasar
Baru, Kartini, Gunung Sahari Utara, dan Kelurahan Mangga Dua Selatan : Jalan
Pasal 88
186
REV.00/DTR/VIII/2013
Gunung Sahari; dan di Kelurahan Kartini, Karang Anyar, dan Kelurahan Mangga Dua
Selatan : Jalan Mangga Besar;
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Gunung Sahari Utara : Jalan Gunung Sahari 3,
Gunung Sahari II, industri, Rajawali Selatan, Rajawali dan Jalan Pademangan 1; di
Kelurahan Pasar Baru : Jalan Krekot Bunder, Lautze, Pos, Taman Sari Rayar, Pintu
Besi 1, Abdulrahman Saleh Raya, Banteng Barat, Senen Raya, Perwira, Banteng
Utara, Cathedral, Banteng Timur, Pasar Baru, Ir. H. Juanda dan Jalan DR. Sutomo; di
Kelurahan Kartini : Jalan Kartini 3 dan Jalan Lautze; di Kelurahan Mangga Dua Selatan
Jalan DR. Suratmo, Jalan Pangeran Jayakarta; dan di Kelurahan Karang Anyar : Jalan
Taman Sari Rayar dan Jalan Mangga Besar.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan:
1. pengembangan Jalan inspeksi sepanjang kali/sungai di sepanjang Kali Ciliwung
pada ruas Jalan Antara, Jalan Pasar Baru Selatan, Jalan Pasar Baru Timur di
Kelurahan Pasar Baru; Jalan Kartini di Kelurahan Kartini; Jalan Pejagalan, jalan
Pisang Batu di Kelurahan Mangga Dua Selatan; Jalan Pemandangan 1 dan Jalan
Rajawali Selatan 12 di Kelurahan Gunung Sahari Utara; dan
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Gunung Sahari
Utara, Kali Anyar, Kartini, Mangga Dua Selatan, dan Kelurahan Pasar Baru;
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Pemeliharaan dan peningkatan saluran submakro dilakukan pada saluran Mangga Dua
Raya, Doktor Soeratmo, dan saluran Mangga Dua Abdad yang melalui Kelurahan
Mangga Dua Selatan; saluran Rajawali Selatan, Gunung Sahari 7A, dan saluran
Industri, yang melalui Kelurahan Gunung Sahari Utara; saluran Kartini V dan saluran
Dwiwarna yang melalui Kelurahan Kartini; dan saluran Kelinci, Lautze, dan saluran Kali
Lio yang melalui Kelurahan Pasar Baru.
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada
penyediaan fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) terdapat pada Kawasan
Mangga Dua di Kelurahan Mangga Dua Selatan.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan rencana pengembangan prasarana jalur pedestrian dan jalur
sepeda dalam ayat ini dilakukan di Kelurahan Pasar Baru : Jalan Doktor Soetomo,
Doktor Wahidin, Senen Raya, Abdul Rahman Soleh Raya, Menteng Utara, Pasar Baru,
Pos, Kelinci, Pasar Baru Selatan, Pasar Baru Timur, Kathedral, Perwira, dan Jalan KH.
Saman Hudi; di Kelurahan Gunung Sahari Utara : Jalan Benyamin Sueb, HBR Motik,
dan Jalan Angkasa Raya; di Kelurahan Mangga Dua Selatan : Jalan Mangga Dua; dan
di Kelurahan Pasar Baru dan Kelurahan Gunung Sahari Utara : Jalan Gunung Sahari.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan sawah Besar adalah:
1. rencana pengembangan jaringan MRT untuk koridor Timur Barat (I) melalui
Kelurahan Pasar Baru dan Kelurahan Gunung Sahari Utara;
2. rencana pengembangan kereta lingkar dalam kota melalui Kelurahan Pasar Baru,
stasiun Rajawali di Kelurahan Gunung Sahari Utara, Stasiun Kemayoran di
Kelurahan Gunung Sahari Selatan dan Kelurahan Mangga Dua Selatan;
3. rencana pengembangan kereta komuter Jabodetabek terdapat pada Stasiun
Juanda di Kelurahan Pasar Baru, pada stasiun Sawah Besar di Kelurahan Pasar
Baru, pada Stasiun Mangga Besar di Kelurahan Karang Anyar, pada Stasiun
Rajawali di Kelurahan Gunung Sahari Utara; dan
4. rencana perlintasan tak sebidang berupa Fly over terdapat pada ruas Jalan
Angkasa di Kelurahan Gunung Sahari Utara, Jalan Industri di Kelurahan Gunung
Sahari Utara, Jalan Landas Pacu Barat di Kelurahan Gunung Sahari Utara.
Pasal 94
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 95
187
REV.00/DTR/VIII/2013
Ayat 1
Huruf a
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 1 dan zona layanan nomor 5 dilaksanakan pada ruas pada ruas Jalan
KH. Samanhudi, Jalan Gereja Ayam, Jalan Kelinci, Jalan Pasar Baru, Jalan Krekot
Bunder, dan Jalan Lautze di Kelurahan Pasar Baru; Jalan Karang Anyar Utara, dan
Jalan Karang Anyar R di Kelurahan Karang Anyar; Jalan Dr. Suratmo, Jalan Pangeran
Jayakarta, Jalan Mangga Dua, Jalan Mangga Dua Dalam, Jalan Tiang Seng, dan Jalan
Mangga Besar 13 di Kelurahan Mangga Dua Selatan; Jalan Gotong Royong, Jalan
Kartini 8 Dalam, dan Jalan Laksana di Kelurahan Kartini; Jalan Rajawali dan Jalan
Industri di Kelurahan Gunung Sahari Utara; Jalan Gunung Sahari di Kelurahan Pasar
Baru dan Kelurahan Gunung Sahari Utara; Jalan Krekot Jaya di Kelurahan Pasar Baru
dan Kelurahan Karang Anyar; Jalan Mangga Besar di Kelurahan Mangga Dua Selatan
dan Kelurahan Karang Anyar;
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Ayat 1
Cukup jelas.
Pasal 97
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
koridor Harmoni-Pulo Gadung melalui Kelurahan Senen, Kwitang dan Kelurahan
Kramat;
Cukup jelas.
Pasal 98
Pasal 99
Pasal 100
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 101
188
REV.00/DTR/VIII/2013
di Kelurahan Kenari dan Kelurahan Paseban : Jalan Salemba Raya; dan di Kelurahan
Kenari, Kramat, dan Kelurahan Kwitang : Jalan Kramat Raya dan Jalan Matraman;
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Paseban : Jalan Pramuka Jati, Diponegoro dan Jalan
Salemba Tengah; di Kelurahan Kenari : Jalan Raden Saleh, Kramat 4, Kramat 4 dan
Jalan Diponegoro; di Kelurahan Kramat : Jalan Pal Putih, Raden Saleh, Kramat
Sentiong Ujung, Kramat 4 dan Jalan Kembang Sepatu; di Kelurahan Bungur : Jalan
Kali Baru Barat, kali Baru Timur, Utan Panjang 3, Kepu Selatan dan Jalan Kepu Timur;
di Kelurahan Senen : Jalan Abdul Rahman Saleh Raya, Senen Raya, Kwini 1, Stasiun
Senen, Pejambon dan Jalan Kwini 2; dan di Kelurahan Bungur : Jalan Kalibaru Timur;
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan:
1. pembangunan jalan inspeksi di sepanjang Sungai Ciliwung di Kelurahan Kenari,
Kwitang, dan Kelurahan Senen; dan di sepanjang Kali Sentiong di Kelurahan
Paseban;
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Senen, Bungur,
Kwitang, Kramat, Kenari, dan Kelurahan Paseban;
Huruf f
Yang dimaksud dengan penerapan pembatasan lalu lintas tahap II dilakukan di
Kelurahan Kramat : Jalan Kramat 4 dan Jalan Kramat Raya; di Kelurahan Senen :
Jalan Senen Raya; dan di Kelurahan Paseban : Jalan Diponegoro.
Huruf g
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. penyediaan fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) terdapat pada
Kawasan Senen di Kelurahan Senen; dan
2. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
Huruf h
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Bungur : Jalan Letjend Suprapto, Bungur Besar, Tanah
Tinggi Barat, Kwitang Timur, Kalibaru Timur Dalam, Kalibaru Timur 1, Kalibaru Timur 4,
Kalibaru Timur 3, Bungur Besar 5, Bungur Besar 6, Bungur Besar 7 dan Jalan Bungur
Besar 8; di Kelurahan Senen : Jalan Stasiun Senen, Kramat Bundar, Prapatan,
Kwitang Raya, Pasar Senen, Gunung Sahari 1, Senen Raya 4, Kwini 2, Abdurahman
Saleh, Pejambon, Kwini 1, Prapatan 1, Prapatan 2, Prapatan 3, Prapatan 4 dan Jalan
Abdurahman Saleh 1; di Kelurahan Kenari : Jalan Kwitang Raya, Kembang 1,
Kembang 2, Kembang 3, Kembang 4, Kembang 5, Kembang Kramat 2, Kramat
Kwitang 1A, Kramat Kwitang 1B, Kramat Kwitang 1C, Kramat Kwitang 1E, Kramat
Kwitang 1F, Kramat Kwitang 1J, Kramat 2, Kramat 3, Kramat 4, Kwitang Kecil, Listrik
5 dan Jalan Kramat Raya di Kelurahan Kwitang; Jalan Kramat 4, Kramat 5, Kramat 6,
Kramat 7, Kramat Raya, Raden Saleh, Raden Saleh 1, Jambrut, Kenari 1, Kenari 2,
Salemba Raya, Diponegoro dan Jalan Matraman Raya; di Kelurahan Paseban : Jalan
Pramuka, Murtado, Salemba Tengah, Salemba Tengah 2, Salemba Tengah 3,
Salemba Raya, Percetakan Negara Raya, Paseban Dalam dan Jalan Kramat Lontar; di
Kelurahan Kramat : Jalan Kramat Sentiong, Kramat Raya, Kramat Pulo Gundul,
Kramat Pulo 2, Masjid Kramat Pulo, Muhamad Saleh, Kramat Pulo Dalam 1, Kramat
Pulo, Kembang Pacar, Kembang Sepatu, Kramat Baru, Kramat Baru 1, Sedap Malam,
Soka, Sedap Malam, Kramat Bundar dan Jalan Melati.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Senen adalah:
1. rencana pengembangan kereta lingkar dalam kota melalui Stasiun Senen di
Kelurahan Senen dan Stasiun Kramat di Kelurahan Rawasari;
2. rencana pengembangan kereta komuter Jabodetabek terdapat pada Stasiun Pasar
Senen di Kelurahan Bungur; dan
3. rencana perlintasan tak sebidang terdapat pada Fly Over/ Underpass terdapat
pada Jalan Kramat lontar di Kelurahan Kramat dan di Jalan Diponegoro di
Kelurahan Kenari.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 104
Cukup jelas.
Pasal 105
Cukup jelas.
Pasal 106
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Pemeliharaan dan peningkatan saluran submakro dilakukan pada Saluran Jalan Wini
1, Jalan Senen Raya, Jalan Prapatan, dan Saluran Jalan Gunung Sahari 1 di
Kelurahan Senen; Saluran Jalan Bungur Besar, Jalan Letjend Suprapto, dan
Kelurahan Jalan Kepu Selatan di Kelurahan Bungur; Saluran Jalan Sedap malam dan
Saluran Jalan Pal Putih, di Kelurahan Kramat; Saluran Jalan Kuitang Raya dan
Saluran Jalan Kramat 2 di Kelurahan Kuitang; Saluran Jalan Raden Saleh di Kelurahan
Kenari; dan Saluran Jalan Salemba Tengah dan Saluran Jalan Pramuka di Kelurahan
Paseban;
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 107
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
189
REV.00/DTR/VIII/2013
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 114
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 115
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 116
Ayat 1
Cukup jelas.
Pasal 110
Pasal 111
Cukup jelas.
Pasal 112
Cukup jelas.
Pasal 113
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Ayat 2
Huruf a
Koridor Blok M-Kota melalui pada ruas Jalan Sudirman di Kelurahan Gelora dan
Kelurahan Bendungan Hilir, pada ruas Jalan MH Tamrin di Kelurahan Kebon Melati
dan Kelurahan Karet Tengsin; dan pada ruas Jalan KH. Mas Mansyur di Kelurahan
Karet Tengsin;
Koridor Pluit-Pinang Ranti melalui Kelurahan Gelora, Petamburan dan Kelurahan
Bendungan Hilir.
koridor Tanah Abang-Senayan melalui Kelurahan Kebon Melati, Kebon Kacang,
Bendungan Hilir, Gelora dan Kelurahan Karet Tengsin.
koridor Cideng-Tanah Abang melalui Kelurahan Kampung Bali dan Kelurahan Kebon
Kacang.
koridor Kampung Melayu-Tanah Abang melalui Kelurahan Karet Tengsin, Kebon
Melati, Kampung Bali dan Kelurahan Kebon Kacang.
koridor Halim Palmerah Soekarno Hatta melalui Kelurahan Gelora.
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Petamburan :
Halte Slipi Petamburan; di Kelurahan Senayan : Halte Gelora Bung Karno, Halte Polda
Metro; di Kelurahan Gelora : Halte JCC Senayan, Halte Bundaran Senayan, halte
busway di Jalan Palmerah Barat, Palmerah Utara, Asia Afrika dan halte busway di
190
REV.00/DTR/VIII/2013
Jalan Gelora; di Kelurahan Kebon Melati : Halte Bendungan Hilir di Kelurahan Karet
Semanggi; Halte Tosari; di Kelurahan Karet Tengsin : Halte Karet dan halte busway di
Jalan Penjernihan; di Kelurahan Setiabudi : Halte Setiabudi di Kelurahan Karet; Halte
Dukuh Atas; di Kelurahan Bendungan : Hilir halte busway di Jalan Penjernihan, halte
busway di Jalan Pejompongan; di Kelurahan Kebon Kacang : halte busway di Jalan
Wahid Hasyim; di Kelurahan Kampung Bali : halte busway di Jalan Fachrudin; dan di
Kelurahan Karet Tengsin, Kebon Melati, dan Kelurahan Kebon Kacang : halte busway
di Jalan KH. Mas Mansyur.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini dilakukan di
Kelurahan Gelora, Bendungan Hilir, dan Kelurahan Petamburan : peningkatan ruas
Jalan Tol Dalam Kota; Kelurahan Kebon Melati, Petamburan, dan Kelurahan Kampung
Bali : pembangunan ruas Jalan Tol Ulujami-Tanah Abang melalui Kelurahan Gelora,
Petamburan, Bendungan Hilir, dan Kelurahan Kampung Bali; dan ruas Jalan Tol
Kampung Melayu-Duri Pulo; dan di Kelurahan Petamburan, Gelora, Kelurahan Gelora,
Senayan, Karet Semanggi dan Kelurahan Bendungan Hilir : peningkatan Jalan Letjen
S. Parman;
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini dilakukan di
Kelurahan Gelora : Jalan Tentara Pelajar, Asia Afrika, Jalan Gelora, Gelora 1,
Palmerah Utara dan Jalan Rencana munuju Jalan Asia Afrika; di Kelurahan Karet
Tengsin : Jalan RM Margono Djojohadikoesoemo; di Kelurahan Bendungan Hilir :
Jalan Pejompongan dan Jalan Penjernihan; di Kelurahan Menteng : Jalan MH
Thamrin; di Kelurahan Kampung Bali : Jalan Fahrudin; di Kelurahan Petamburan :
Jalan Aipda KS Tubun; di Kelurahan Karet Semanggi : Jalan Karet Sawah; di
Kelurahan Gelora dan Kelurahan Gunung : Jalan Hang Lekir 1; di Kelurahan Gelora,
Karet Semanggi, dan Kelurahan Bendungan Hilir : Jalan Jend. Sudirman; dan di
Kelurahan Karet Semanggi, Kampung Bali, Kebon Melati dan Kelurahan Karet Tengsin
: Jalan KH. Mas Mansyur;
Huruf c
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Kebon Kacang : Jalan Kebon Kacang, KH. Wahid
Hasyim, Jati Bunder dan Jalan Kebun Pala; di Kelurahan Bendungan Hilir : Jalan
Bendungan Hilir dan Jalan Bendungan Hilir 15; di Kelurahan Gelora : Jalan Pintu
Gelora 1, Pejompongan, Gerbang Pemuda dan Jalan Jenderal Gatot Subroto; di
Kelurahan Karet Tengsin : Jalan Bendungan Hilir, Jati Luhur dan Jalan Karet Pasar
Baru 4; di Kelurahan Kampung Bali : Jalan Danau Tondano, KH.Mas Mansyur,
Palmerah Utara 1, Petamburan, Tanjung Karang, Slipi 5, Kota Dalam, Betung, A. Jati
Bunder, Aipda KS. Tubun, Kebon Jati, KH.Wahid Hasyim, Jati Baru dan Jalan Jati Baru
Bengkel; dan di Kelurahan Kebon Jati : Jalan Kebon Sirih dan Jalan Kebon Jati.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan:
1. pembangunan jalan inspeksi di sepanjang Kali Krukut, Kali Grogol dan Kanal Banjir
Barat di Kelurahan Karet Tengsin, Bendungan Hilir, Kebon Melati, Petamburan dan
Kelurahan Kebon Kacang; dan
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Kebon Bali,
Kebon Kacang, Kebon Melati, Petamburan, Bendungan Hilir, Karet Tengsin dan
Kelurahan Gelora;
Huruf e
Yang dimaksud dengan penerapan pembatasan lalu lintas tahap III dilakukan di
Kelurahan Karet Tengsin, Kebon Melati Kawasan : pada Jalan KH.Mas Mansyur; dan
rencana penerapan pembatasan lalu lintas tahap IV
di Kelurahan Petamburan
dan Kelurahan Gelora Kawasan Pembatasan Tahap IV pada ruas Jalan Jend. Gatot
Subroto di Kelurahan Gelora; dan Jalan Letjen S. Parman.
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada
penyediaan fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) terdapat pada Kelurahan
Kebon Melati; dan parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan;
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Bendungan Hilir : Jalan Pejompongan Dalam, Bendungan
TM. Petamburan Asahan 1, Bendungan Asahan 2, Bendungan Asahan 3, Bendungan
Asahan 4, Bendungan Hilir 1, Bendungan Hilir 3, Bendungan Hilir 5, Bendungan Hilir
6, Bendungan Hilir 7, Bendungan Hilir 8, Bendungan Hilir 9, Bendungan Hilir 10,
Bendungan Hilir 11, Bendungan Hilir 12, Bendungan Hilir 13, Bendungan Hilir 15,
Bendungan Walahar, Danau Poso, Danau Sentani, Bendungan Jati Luhur, Jati Luhur,
Jati Luhur 1, Jati Luhur 2, Jati Luhur 3, Jati Luhur 4, Jati Luhur 5, Jati Luhur 6,
Kulungkung, PAM Baru, PAM Baru 2, Pejompongan, Pejompongan 1, Pejompongan
2, Pejompongan 3, Pejompongan 4, Pejompongan 5, Pejompongan 6, Pejompongan
7, Pejompongan 8, Pejompongan 9, Pejompongan 10, Pejompongan 11, Pejompongan
12, Penjernihan 1, Penjernihan 2, Penjernihan 3, Penjernihan 4, Penjernihan 8,
Penjernihan 9, Penjernihan 10, Penjernihan 11, Penjernihan 12, Sarmili, T. Hidayah 1,
T. Jati Luhur 2, T. Jati Luhur 5, T. Jati Luhur 7, Taman Bendungan Jati Luhur, Taman
Rawa Pening, Taman Rawa Pening 1, Taman Rawa Pening 2, Taman Rawa Pening 3,
Taman Rawa Pening 4, Taman Rawa Pening 5, Taman Rawa Pening 6, dan Jalan
Taman Rawa Pening 7; di Kelurahan Petamburan : Jalan Aipda KS. Tubun, Persatuan
Guru, Petamburan, Petamburan 1, Petamburan 6, Petamburan 7, Taman Petamburan,
TM. Petamburan, dan Jalan Administrasi; di Kelurahan Kebon Kacang : Jalan
Alhabsyil, Kebon Jati, Kebon Kacang Raya, Kebon Kacang 1, Kebon Kacang 2, Kebon
Kacang 3, Kebon Kacang 4, Kebon Kacang 5, Kebon Kacang 6, Kebon Kacang 9,
Kebon Kacang 10, Kebon Kacang 11, Kebon Kacang 14, Kebon Kacang 26, Kebon
Kacang 29, Kebon Kacang 30, Kebon Kacang 32, Kebon Kacang 36, Kebon Kacang
37, Kebon Kacang 38, Kebon Kacang 39, Kebon Kacang 41, Lontar, dan Jalan
Jembatan Tinggi; di Kelurahan Gelora : Jalan Asia Afrika, Gelora, Gelora 1, Gelora 7,
Gelora 8, Gelora 10, Gelora 10B, Gelora 10C, Gerbang Pemuda, Hang Lekir 1,
Jakarta, Manila, New Delhi, Palmerah 1, Palmerah Barat, Palmerah Utara, Pintu
Gelora 1, Pintu Gelora 5, Pintu Pusat, Stadion Utama, Tinju, Balap Sepeda, Silang
Senayan, dan Jalan Komplek PLN; di Kelurahan Kebon Melati : Jalan Batu Raya,
Betung, Dukuh Pinggir, Indragiri, Kebon Pala, Kebon Pala 1, Kebon Pala 2, Kebon
Pala 4, Kebon Pala 5, Kebon Pala 6, Kebon Pala 7, Kebon Pala 8, Kebon Pala 9, Kota
Bambu Dalam, Kota Bumi, Lontar Atas, Lontar 1, Lontar 2, Lontar 3, Lontar 4, Lontar 5,
Lontar 6, Lontar 7, Martapura, Martapura 1, MH. Thamrin, Palembang, Plaju, Platinum,
Sungai Gelong, Talang Betutu, Tanjung Karang, Teluk Betung, dan Jalan Kebon
Melati; di Kelurahan Karet Tengsin : Jalan H. Abdul Jalil, Jend. Sudirman, Karet Pasar
Baru 2, Karet Pasar Baru 4, Karet Pasar Baru 5, Karet Pasar Baru 6, Karet Pasar Baru
7, Karet Pasar Baru Timur, Karet Pasar Baru Timur 5, Karet Sawah, Mesjid 1, dan
Jalan Margono; di Kelurahan Kampung Bali : Jalan Hati Suci, Jati Baru, Jati Baru 5,
Jati Baru 13, Jati Baru 14, Kampung Bali 1, Kampung Bali 2, Kampung Bali 3,
Kampung Bali 4, Kampung Bali 6, Kampung Bali 7, Kampung Bali 9, Kampung Bali 10,
Kampung Bali 11, Kampung Bali 12, Kampung Bali 13, Kampung Bali 14, Kampung
Bali 16, Kampung Bali 17, Kampung Bali 23, Kampung Bali 24, Kampung Bali 25,
191
REV.00/DTR/VIII/2013
Kampung Bali 30, Kampung Bali 32, Kampung Bali 33, Pasar 1, Pasar 2, Taman
Kebon Sirih, Taman Kebon Sirih 2, Taman Kebon Sirih 3, Taman Kebon Sirih 4, dan
Jalan Tanah Rendah; di Kelurahan Kebon Kacang dan Kelurahan Kebon Melati : Jalan
Jati Bunder; di Kelurahan Bendungan Hilir dan Kelurahan Gelora : Jalan Jend. Gatot
Subroto; di Kelurahan Kebon Kacang, Kebon Melati, dan Kelurahan Karet Tengsin :
Jalan KH. Mas Mansyur; di Kelurahan Gelora dan Kelurahan Petamburan : Jalan
Letjen. S. Parman; di Kelurahan Kampung Bali dan Kelurahan Kebon Kacang : Jalan
KH. Wahid Hasyim; dan di Kelurahan Kampung Bali dan Kelurahan Kebon Kacang :
Jalan Fachrudin;
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui di Kecamatan Tanah Abang adalah:
1. rencana pengembangan jaringan MRT untuk koridor Utara-Selatan terdapat di
Stasiun MRT Bundaran HI di Kelurahan Gelora, Bendungan Hilir di Kelurahan
Bunderan HI dan Senayan di Kelurahan Gelora, Stasiun Dukuh Atas di Kelurahan
Kebon Melati;
2. rencana pengembangan jaringan LRT melalui Kelurahan Kebon Melati dan
Kelurahan Petamburan;
3. rencana pengembangan kereta lingkar dalam kota terdapat di Stasiun Karet yang
melalui Kelurahan Kebon Melati, dan Stasiun Tanah Abang yang melalui
Kelurahan Kamp ung Panjang yang melewati Stasiun Tanah Abang di Kelurahan
Kampung ung Bali;
4. rencana pengembangan kereta Komuter Jabodetabek terdapat pada jalur Tanah
Abang Par Bali, Stasiun Palmerah di Kelurahan Gelora dan Stasiun Kebayoran di
Kecamatan Kemayoran, Stasiun Karet di Kelurahan Kebon Melati;
5. rencana kereta bandara terdapat di Kecamatan Tanah Abang, yang melalui
Kelurahan Kebon Melati, Kelurahan Duri Pulo, dan Kelurahan Kampung Bali; dan
6. rencana perlintasan tak sebidang berupa fly over/underpass terdapat di Jalan M.H.
Thamrin dan Jalan Menteng.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 117
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 118
Pasal 119
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Pasal 121
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 1 dan zona layanan nomor 6 dilaksanakan pada ruas Jalan Kebon Pala
7, Kebon Pala 5, KH. Mas Mansyur, Kebon Pala 4, Kebon Pala 2, Indragiri, Teluk
Betung, MH. Thamrin, Kebon Kacang, Lontar, Kebon Pala 1, Sabeni di Kelurahan
Kebon Melati; Kebon Melati, KH. Wahid Hasyim, Kebon Kacang, Kebon Kacang 10,
dan Jalan Kebon Kacang 11 di Kelurahan Kebon Kacang; Jalan Fachrudin, Jati
Blunder, Jati Baru, Kampung Bali, dan Jalan Taman Kebon Sirih di Kelurahan
Kampung Bali; Jalan Asia Afrika, Gelora, Balap Sepeda, Tinju, Pintu 1 Senayan,
Gerbang Pemuda, Palmerah Utara, dan Jalan Palmerah Barat di Kelurahan Gelora;
Jalan Pejompongan, Jend. Gatot Subroto, dan Jalan Bendungan Hilir di Kelurahan
Bendungan Hilir; Jalan Letjend. S. Parman, Persatuan Guru, Aipda KS. Tubun, dan
Jalan Petamburan di Kelurahan Petamburan; Jalan Penjernihan di Kelurahan
Bendungan Hilir dan Kelurahan Karet Tengsin.
192
REV.00/DTR/VIII/2013
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 122
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 123
Cukup jelas.
Pasal 128
Pasal 124
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 125
Cukup jelas.
Pasal 126
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan
kehidupan.
Huruf h
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 127
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
Pasal 129
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
Jalur koridor Tanjung Priok-Pulogadung melalui Kelurahan Kalibaru, Semper Timur,
Semper Barat, dan Kelurahan Rorotan.
Jalur koridor Rawamangun-Ancol melalui Kelurahan Kalibaru, Semper Timur, Semper
Barat, dan Kelurahan Rorotan.
Jalur koridor Soekarno Hatta-Cilicing melalui Kelurahan Kalibaru, Semper Timur,
Cilincing, dan Kelurahan Marunda.
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Sukapura,
Rorotan, Semper Timur, dan Kelurahan Semper Barat: rencana halte bus pada ruas
Jalan Cakung Cilincing Raya; di Kelurahan Kalibaru dan Kelurahan Cilincing: rencana
halte bus pada ruas Jalan Cilincing, dan di Kelurahan Marunda: rencana halte bus
pada ruas jalan Jaya Pura.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa:
1. peningkatan jalan di Kelurahan Sukapura, Rorotan, dan Kelurahan Semper Barat
pada ruas Jalan Tol Lingkar Luar; di Kelurahan Semper Barat, Semper Timur,
Sukapura, dan Kelurahan Rorotan pada ruas Jalan Cakung Cilincing Raya; dan di
Kelurahan Semper Barat dan Kelurahan Kalibaru pada ruas Jalan Cilincing Raya;
2. pembangunan jalan di Kelurahan Kalibaru, Semper Barat, dan Kelurahan Semper
Timur pada ruas Jalan Tol Akses Tanjung Priok; dan di Kelurahan Semper Timur,
Cilincing, dan Kelurahan Marunda pada ruas Jalan Tol Cikarang-Tanjung Priok.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pengembangan jalan di Kelurahan Kalibaru, Semper Timur, dan Kelurahan Cilincing
pada ruas Jalan Cilincing Raya; di Kelurahan Semper Timur dan Cilincing pada ruas
Jalan Akses Marunda; di Kelurahan Cilincing dan Marunda pada ruas Jalan Cilincing
Marunda; di Kelurahan Semper Barat pada ruas Jalan Tugu Raya; di Kelurahan
Marunda dan Kelurahan Rorotan pada ruas rencana jalan inspeksi Kanal Banjir Timur.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Sukapura pada ruas Jalan Tipar Cakung, Sukapura
Barat 3, dan Jalan Pahlawan; di Kelurahan Rorotan pada ruas Jalan Rorotan dan Jalan
193
REV.00/DTR/VIII/2013
Rorotan 4; di Kelurahan Samper Barat pada ruas Jalan Kramat Raya, Camar 15,
Menteng, Pahlawan, dan Jalan Labu; di Kelurahan Marunda pada ruas Jalan Marunda
dan Jalan Marunda Makmur; di Kelurahan Samper Timur pada ruas Jalan Kebantenan;
dan di Kelurahan Cilincing pada ruas Jalan Cilincing dan Jalan Cilandak.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan alan lokal dalam ayat ini berupa:
1. pengembangan jalan Inspeksi di sepanjang Cakung Drain, Kanal Banjir Timur
dan Kali Blencong; dan
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Sukapura,
Kalibaru, Semper Barat, Rorotan, Semper Timur, Cilincing, dan Kelurahan
Marunda;
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
2. penyediaan park and ride di Kawasan Strategis Ekonomi Marunda di Kelurahan
Marunda.
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Rorotan pada ruas Jalan Tipar Cakung dan Jalan Jawa di
Kelurahan Sukapura; Jalan Inspeksi Cakung Drain; di Kelurahan Semper Barat pada
ruas Jalan Pahlawan, Semper Barat, Semper Barat 1, Semper Barat 2, Tugu Raya,
Camar, Camar 2, Camar 3, Camar 15, Camar 16, Angin Sejuk, Dewa Ruci, Angin
Pasat, Angin Badai dan Jalan Kramat Jaya ; di Kelurahan Semper Timur pada ruas
Jalan Kebantenan, Kebantenan 3, Kebantenan 4, Kebantenan Timur 1, Dewa Kembar,
Jaya Wijaya, Trisula, Lakra, Ardo Dadali, Merpati 1, Merpati 2, Arjuna 1, Arjuna 2,
Arjuna 7, Toyota 1, Toyota 3 dan Jalan Cilincing Marunda; di Kelurahan Cilincing pada
ruas Jalan Cilincing Raya, Cilincing Kesatrian, Cilincing Pagi, Jayapura, Semarang,
Ujung Pandang, Gresik, Cilincing Baru 2, Cilincing Baru 3, Cilincing Baru 4, Cilincing
Baru 5, Cilincing Kelapa, Cilincing Lama, Cilincing Lama 1 dan Jalan Cilincing
Marunda; di Kelurahan Semper Barat dan Kelurahan Semper Timur pada ruas Jalan
Jayapura, Cilincing Marunda, dan Jalan Marunda Makmur di Kelurahan Marunda;
Jalan Cakung Cilincing Raya.
Ayat 2
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui di Kecamatan Cilincing adalah rencana pengembangan jalur kereta barang di
Kelurahan Semper Barat, Kelurahan Semper Timur, Kelurahan Cilincing.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi laut yang ada dan/atau melalui di
Kecamatan Cilincing adalah rencana kepelabuhanan dan rencana jaringan alur
pelayaran pada Pelabuhan Marunda di Kelurahan Marunda dan Pelabuhan Kalibaru di
Kelurahan Kalibaru.
Ayat 4
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 132
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Sistem polder dilengkapi dengan waduk retensi yang berupa long storage yang terletak
di di Situ Rawa Rorotan di Kelurahan Rorotan; dan Situ Rawa Kendal, Waduk Don
Bosco dan Waduk Marunda di Kelurahan Marunda;
Huruf e
Pemeliharaan dan peningkatan pompa air untuk menanggulangi genangan setempat di
pompa air Rorotan di Kelurahan Rorotan; pompa air Waduk Marunda di Kelurahan
Marunda, pompa air Waduk Sunter Timur 2 di Kelurahan Semper Timur, dan pompa
air Tugu Selatan di Kelurahan Semper Barat.
Huruf f
Pemeliharaan pintu air untuk menanggulangi genangan setempat di pintu air Cilincing
di Kelurahan Cilincing, pintu air Cakung lama dan Rawa Malang di Kelurahan Samper
Timur, dan pintu air Mahakam dan Marunda di Kelurahan Marunda.
Huruf g
Pemeliharaan dan peningkatan saluran submakro dilakukan pada saluran Cilincing di
Kelurahan Marunda, saluran Kebantenan di Kelurahan Semper Timur; dan saluran
Sejajar Askes Marunda, SMP 123 Pemadam, Semper Barat 6,10,11, Yon Angmor,
Tipas Selatan/Walet, Jalan Belinis, Sukapura 1, Griya Lestari, KBN Bulog, dan saluran
KBN Marunda di Kelurahan Marunda.
Huruf h
Pemeliharaan dan peningkatan kapasitas waduk/situ dilakukan pada Waduk Marunda
di Kelurahan Marunda; Waduk Sunter Timur 2 di Kelurahan Semper Timur; dan Situ
Rawa Kendal di Kelurahan Marunda.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 130
Cukup jelas.
Pasal 131
Pasal 133
Ayat 1
194
REV.00/DTR/VIII/2013
Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan
kehidupan.
Huruf f
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 134
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 8 dan 9 dilaksanakan di ruas Jalan Tipar Cakung di Kelurahan
Sukapura; Jalan Rorotan, Jalan Rorotan 3, Jalan Rorotan 4, dan Jalan Rorotan 5 di
Kelurahan Rorotan; Jalan Semper Barat, Jalan Tugu Raya, dan Jalan Kramat Jaya di
Kelurahan Semper Barat; Jalan Kebantenan, dan Jalan Akses Marunda di Kelurahan
Semper Timur; Jalan Cilincing Marunda, Jalan Ujung Pandang, Jalan Jayapura, dan
Jalan Cilincing Landak di Kelurahan Cilincing; Jalan Marunda Makmur dan Jalan
Marunda di Kelurahan Marunda; Jalan Cilincing Raya di Kelurahan Kalibaru; Jalan
Cakung CIlincing Raya di Kelurahan Sukapura, Rorotan, Semper Barat, dan Kelurahan
Semper Timur; Jalan CIlincing Raya di Kelurahan Semper Barat, Semper Timur, dan
Kelurahan Cilincing; dan Jalan Inspeksi Cakung Drain di Kelurahan Semper Timur dan
Kelurahan Cilincing.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 140
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 141
Cukup jelas.
Pasal 142
Ayat 1
Cukup jelas.
Pasal 135
Cukup jelas.
Pasal 136
Cukup jelas.
Pasal 137
Ayat 2
Huruf a
Jalur koridor Pulogadung-Harmoni melalui Kelurahan Kelurahan Pegangsaan Dua,
Kelapa Gading Timur dan Kelurahan Kelapa Gading Barat.
Jalur koridor Cililitan-Tanjung Priok melalui Kelurahan Kelapa Gading Barat.
Cukup jelas.
Pasal 138
Pasal 139
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Kelapa
Gading Timur: Halte Bermis, rencana halte pada ruas Jalan Kelapa Gading Boulevard
dan Jalan Raya Boulevard Barat; di Kelurahan Kelapa Gading Barat: Halte Pulomas,
Halte Asmi, Halte Dongkelan, Halte ITC Cempaka Mas 2, Halte Yos Sudarso Kodamar,
Halte Simpang Kelapa Gading, Halte Sunter Kelapa Gading, dan rencana halte pada
ruas Jalan Raya Boulevard Barat; dan di Kelurahan Pegangsaan Dua: Halte Pulo
Gadung, rencana halte pada ruas Jalan Perintis Kemerdekaan dan Jalan Bekasi Raya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa
peningkatan jalan di Kelurahan Kelapa Gading Barat pada ruas Jalan Yos Sudarso,
Bukit Gading Raya Boulevard, Gading Kirana Timur, Jalan Rencana yang
195
REV.00/DTR/VIII/2013
menghubungkan Jalan Gading Kirana Timur dengan Jalan Plumpang Raya dan Jalan
Kelapa Gading Boulevard; di Kelurahan Pegangsaan Dua pada ruas Jalan
Pegangsaan Dua dan Jalan Temporari Acies; dan di Kelurahan Kelapa Gading Timur,
Kelapa Gading Barat dan Kelurahan Pegangsaan Dua pada ruas Jalan Perintis
Kemerdekaan dan Jalan Raya Boulevard Barat.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pengembangan jalan di Kelurahan Pegangsaan Dua pada ruas jalan rencana yang
menghubungkan Jalan Pegangsaan Dua dengan Jalan Gading Griya Lestari Raya,
Jalan Pegangsaan Dua dan Jalan Temporari Acies; di Kelurahan Kelapa Gading Barat
pada ruas Jalan Bukit Gading Raya Boulevard, Gading Kirana Timur, Jalan Rencana
yang menghubungkan Jalan Gading Kirana Timur dengan Jalan Plumpang Raya dan
Jalan Kelapa Gading Boulevard; di Kelurahan Kelapa Gading Timur, Kelapa Gading
Barat dan Kelurahan Pegangsaan Dua pada ruas Jalan Kelapa Gading Boulevard.
Jalan Janur Kuning 12; di Kelurahan Pegangsaan Dua pada ruas Jalan Kesadaran,
Pegangsaan Dua, Haji Oyon, Bekasi raya dan Jalan Puspa Gading Raya; di Kelurahan
Gading barat, Gading Timur dan Kelurahan Pegangsaan Dua pada ruas Jalan Perintis
Kemerdekaan.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui di Kecamatan Kelapa Gading adalah rencana pengembangan jalur MRT
terdapat pada pengembangan jalur MRT timur barat di Kelurahan Kelapa Gading
Barat, Kelurahan Kelapa Gading Timur dan Kelurahan Pengangsaan Dua.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 143
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Kelapa Gading Barat pada ruas Jalan Jalan Pulau
Karya; di Kelurahan Kelapa Gading Timur pada ruas Jalan Boulevard Artha Gading,
Kayu Mas Tengah, Kelapa Sawit, Kelapa Kopyor Raya dan Jalan Kelapa Nias Raya;
dan di Kelurahan Pegangsaan Dua pada ruas Jalan Pegangsaan Dua, Bangun Cipta
Sarana, Gading Indah Raya, Sukapura Barat, Sukapura Barat 3 dan Jalan Boulevard
Kelapa Gading
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dalam ayat ini berupa
pengembangan jalan di Kelurahan Pegangsaan Dua pada ruas Jalan Gading Indah
Raya, Torompio, Pegangsaan Dua, Krama Yuda, Kesadaran, Haji Oyon, Tarian Raya
Timur, Temporari Acies, Mordion, Biru Laut Timur, Temporari Acies, Kelapa Lilin Timur,
dan Jalan Kelapa Puan Raya; di Kelurahan Kelapa Gading Timur pada ruas Jalan
Mandiri Tengah, Kayu Putih Timur, Kelapa Hijau 1, Kelapa Gading Boulevard,
Kompleks PLN, Kelapa Gading, Maengket, Janur Raya, Kaparinyo, Pelepah Raya,
Kelapa Puan Raya, dan Jalan Mandiri Tengah; di Kelurahan Kelapa Gading Barat
pada ruas Jalan Pulo Mas Timur, Laksamana Yos Sudarso, Tabah 2, Letjen Suprapto,
Pulau Bangka, Artha Gading Mutiara, Artha Gading SLT, Tampa Siring Raya, Kelapa
Mas Raya, dan Jalan Kelapa Hibrida Raya.
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada parkir di
badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan perundangundangan; dan
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Kelapa Gading Barat pada ruas Jalan Pulau Bangka, Raya
Boulevard Barat, Laksamana Yos Sudarso, Tampak Siring Raya, Pulau Bangka, Pulau
Bintan 1, Artha Gading Selatan, Tabah Raya, Artha Gading Permata, Boulevard Artha
Gading dan Jalan Artha Gading Barat; di Kelurahan Kelapa Gading Timur pada ruas
Jalan Kelapa Hijau 1, Kelapa Gading Boulevard, Kelapa Gading Permai, kelapa Sawit
8, Kelapa Molek, Mawar, Melati, Dahlia, Kelapa Cengkir Raya, Kelapa Cengkir Barat 8,
Kelapa Cengkir Barat 9, Kelapa Cengkir Barat 10, Kelapa Cengkir Barat 11, Kelapa
Cengkir Barat 12, Kelapa Cengkir Barat 13, Mandiri Tengah, Janur Kuning 1, Janur
Kuning 2, Janur Kuning 3, Janur Kuning 4, Janur Kuning 5, Janur Kuning 6, Janur
Kuning 7, Janur Kuning 8, Janur Kuning 9, Janur Kuning 10, Janur Kuning 11 dan
Pasal 144
Cukup jelas.
Pasal 145
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Pemeliharaan dan peningkatan pompa air untuk menanggulangi genangan setempat di
Pompa Waduk Don Bosco di Kelurahan Pegangsaan Dua, Pompa Waduk Cendong 2
di Kelurahan Kelapa Gading Barat, Pompa Waduk Pegangsaan Dua di Kelurahan
Pegangsaan Dua, Pompa Waduk Cendong 3 di Kelurahan Kelapa Gading Barat,
Pompa Pegangsaan Dua di Kelurahan Pegangsaan Dua, Pompa Waduk Cendong 1 di
Kelurahan Kelapa Gading Barat, dan Pompa Waduk Kelapa Gading di Kelurahan
Kelapa Gading Barat;
Huruf d
Pemeliharaan dan peningkatan saluran submakro dilakukan pada Saluran Tabah
Kodamar, Tabah 1, Bukit Gading, Artha Gading, Boulevard Selatan dan Saluran Pulau
Bangka di Kelurahan Kelapa Gading Barat; Saluran Pelepah Raya, Kelapa Kopyor
Utara, Kelapa Cengkir Raya, Gading Elok Utara dan Saluran Biru Laut Darat di
Kelurahan Kelapa Gading Timur; Saluran Boulevard Utara, Tembus Gading, Jingga
Raya dan Saluran Warung Jengkol di Kelurahan Pegangsaan Dua; Saluran Balai
Samudera di Kelurahan Kelapa Gading Barat dan Kelurahan Kelapa Gading Timur;
dan Saluran Penghubung Kelapa Hibrida, Kelapa Nias Raya dan Saluran Janur Elok di
Kelurahan Kelapa Gading Barat dan Kelurahan Pegangsaan Dua.
Huruf e
Pemeliharaan dan peningkatan kapasitas waduk/situ dilakukan pada Waduk Don
Bosco di Kelurahan Pegangsaan Dua, Waduk Pegangsaan II di Kelurahan
Pegangsaan Dua, dan Waduk Cendong di Kelurahan Kelapa Gading Barat.
Huruf f
Cukup jelas.
196
REV.00/DTR/VIII/2013
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 146
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan
kehidupan.
Huruf g
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 152
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 147
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 9 dilaksanakan di ruas Jalan Yos Sudarso, Bukit Gading raya
Boulevard, Bukit Gading Raya, Gading Kirana Timur, Gading Kirana Utara, dan Jalan
Kelapa Hibrida di Kelurahan Kelapa Gading Barat; Jalan Bekasi Raya, Pegangsaan
Dua, Kelapa Hibrida Raya dan Jalan Kramayuda, Di Kelurahan Pegangsaan Dua;
Jalan Kelapa Gading Boulevard dan Jalan Raya Timur Boulevard di Kelurahan Kelapa
Gading Timur; Jalan Perintis Kemerdekaan, dan Jalan Raya Barat Boulevard di
Kelurahan Kelapa Gading Barat dan Kelurahan Kelapa Gading Timur; Jalan Kelapa
Nias Raya di Kelurahan Kelapa Gading Barat, Kelapa Gading Timur dan Kelurahan
Pegangsaan Dua.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 148
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 153
Cukup jelas.
Pasal 154
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 155
Ayat 1
Cukup jelas.
Pasal 149
Pasal 150
Cukup jelas.
Pasal 151
Huruf a
Ayat 2
Huruf a
Jalur koridor Cililitan-Tanjung Priok melalui Kelurahan Koja, Rawa Badak Utara, dan
Kelurahan Rawa Badak Selatan.
197
REV.00/DTR/VIII/2013
Melati, Melur, Melur 2, Melur 3, Melur 4, Sindang, Seroja, Dahlia, Dahlia 1, Teratai,
Teratai 1, Flamboyan, Kenanga 1, Kenanga 2, Kenanga 3, Kenanga 4, Matahari dan
Jalan Berdikari; di Kelurahan Rawa Badak Selatan pada ruas Jalan Laksamana Yos
Sudarso, Sindang, Plumpang Raya, Pasar Ular dan Jalan Maduratna; di Kelurahan
Tugu Selatan pada ruas Jalan Plumpang Raya, Pengangsaan 2, dan Jalan Tugu Raya;
di Kelurahan Lagoa pada ruas Jalan Cilincing, Lagoa, Lagoa 1 Lagoa 2, Lagoa 3,
Lagoa 3A, Lagoa 4A, Lagoa A, Lagoa B dan Jalan Dukuh.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Koja adalah rencana pengembangan jalur kereta barang melalui
Kelurahan Koja dan Kelurahan Lagoa.
Ayat 4
Cukup jelas.
Ayat 5
Cukup jelas.
Pasal 156
Cukup jelas.
Pasal 157
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Tugu Selatan pada ruas Jalan Walang Baru, Kramat
Jaya, Mangga, Walang Baru dan Jalan Rumbia; di Kelurahan Rawa Badak Selatan
pada ruas Jalan Alur Laut dan Jalan Sindang; di Kelurahan Rawa Badak Utara pada
ruas Jalan Alur Laut, Sindang, Rawa Binangun 2, Bugis, Melati dan Jalan Buritan
Cemara Angin; di Kelurahan Lagoa pada ruas Jalan Lagoa Sinar, Mangga, Labu,
Muncang, Semangka dan Jalan Cipeucang; di Kelurahan Tugu Utara pada ruas Jalan
Walang Baru dan Jalan Melur Tugu Lima.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dalam ayat ini berupa:
1. pengembangan jalan Inspeksi di sepanjang Kali Sunter di Kelurahan Koja, Rawa
Badak Utara, dan Kelurahan Rawa Badak Selatan; Kali Koja di Kelurahan Koja;
dan Kali Cakung di Kelurahan Tugu Selatan; dan
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Koja, Tugu Utara
dan Kelurahan Rawa Badak Selatan;
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada parkir di
badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan perundangundangan.
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Koja pada ruas Jalan Laksamana Yos Sudarso, Jombang,
Lorong 52, Lorong 54, Jepara, Jampea, Pelabuhan Lorong 1, Lorong 2, Lorong 3,
Lorong 4, Lorong 5, Lorong 19, Lorong 20, Lorong 21, Lorong 22, Lorong 23, Lorong
24, Deli, Lorong X Timur, Lorong Y Timur, Lorong Z Timur, Lorong 27, Lorong 28,
Lorong 100, Lorong 101, Lorong 102, Cakung Timur dan Jalan Digul; di Kelurahan
Rawa Badak Utara pada ruas Jalan Laksamana Yos Sudarso, Cempaka, Anggrek,
Pasal 158
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Pemeliharaan dan peningkatan pompa air untuk menanggulangi genangan setempat di
Pompa Waduk Sunter Timur 1A di Kelurahan Rawa Badak Selatan, Pompa Waduk
Sunter Timur 1B di Kelurahan Rawa Badak Utara, dan Pompa Koja Selatan di
Kelurahan Koja.
Huruf f
Pemeliharaan pintu air untuk menanggulangi genangan setempat di Pintu Air Jalan deli
1, Jalan deli 2, Rusun sindang 1, Rusun Sindang 2, Pinang, Inspeksi Sunter I, Inspeksi
Sunter II, Inspeksi Sunter III, Inspeksi Sunter IV, Inspeksi Sunter V, Pocis, Deli,
Sindang, dan Pintu Air Rusun Sindang di Kelurahan Koja; Pintu Air Cempaka,
Anggrek, Sindang, Sindang Saringan, Belakang POM 1, Belakang POM 2, Inspeksi
Sunter VI, Inspeksi Sunter VII, dan Pintu Air Rawa Badak di Kelurahan Rawa Badak
Selatan; dan Pintu Air Pinang dan Pintu Air Lagoa di Kelurahan Lagoa.
198
REV.00/DTR/VIII/2013
Huruf g
Pemeliharaan dan peningkatan saluran submakro dilakukan pada Saluran Raya
Pelabuhan atau Jampea, Lorong 1-5, Sungai Koja atau Pocis, Yos Sudarso, Lorong
104, Rawa Badak, dan saluran Long Storage di Kelurahan Koja; Saluran Raya
Pelabuhan, Lagoa, Gedong Sunter, Kramat Jaya, Mindi, dan saluran Sungai Pinang di
Kelurahan Lagoa; Saluran Mawar Selatan, Mawar Utara, Sungai Bendungan Melayu,
Walang Baru, Plumpang, Palem, Toar, dan saluran Kramat Jaya di Kelurahan Tugu
Utara; Saluran Plumpang, Sungai Bendungan Melayu dan saluran STM Walang di
Kelurahan Tugu Selatan; Saluran Plumpang, Sungai Bendungan Melayu, Sungai
Sunter, dan Saluran Waduk Rawa Badak di Kelurahan Rawa Badak Utara; Saluran
Plumpang, Sungai Bendungan Melayu, Sungai Layar, dan Sungai Sunter di Kelurahan
Rawa Badak Selatan; dan Saluran Sungai Pinang, Rawa Badap BPP, Rawa Badak
BRT, Long Storage, Sungai Layar, dan saluran Lorong 104 di Kelurahan Koja Selatan;
Pasal 164
Cukup jelas.
Pasal 165
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf h
Peningkatan kapasitas waduk/situ Waduk Sunter Timur melalui Kelurahan Rawa
Badak
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan
kehidupan.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Huruf k
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 159
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 166
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 160
Cukup jelas.
Pasal 167
Cukup jelas.
Pasal 161
Cukup jelas.
Pasal 168
Cukup jelas.
Pasal 162
Cukup jelas.
Pasal 163
Pasal 169
Ayat 1
Cukup jelas.
Cukup jelas.
199
REV.00/DTR/VIII/2013
Ayat 2
Huruf a
Jalur koridor Ancol-Kampung Melayu melalui Kelurahan Ancol dan Kelurahan
Pademangan Barat.
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Ancol: Halte
Bus Ancol, rencana halte bus di Jalan RE. Martadinata dan Jalan Lodan Raya; di
Kelurahan Pademangan Barat: Halte Bus Pademangan dan Halte Bus Gunung Sahari
Mangga Dua, di Kelurahan Mangga Dua Selatan: Halte Bus Mangga Dua Mal; dan di
Kelurahan Pademangan Timur: Halte Bus Landas Pacu Timur.
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Pademangan Barat : Jalan Ampera 2, Ampera 3, Ampera 4,
Ampera 5, Ampera 6, Ampera Besar, Ampera Dalam 1, Ampera Dalam 2, Ampera
Dalam 3, Ampera Raya, Budi Mulia Utara, Budi Mulia Timur, Gunung Sahari, Hidup
Baru, Hidup Baru 1, Hidup Baru 2, Pademangan, Pemandangan 1, Pemandangan 2,
Pemandangan 4 dan Jalan Satria 3; di Kelurahan Ancol : Jalan Ancol Barat 1, Ancol
Barat 2, Ancol Barat 3, Ancol Barat 4, Ancol Barat 7, Ancol Barat/Pangandaran,
Baruna 1, Baruna Raya, Karang Bolong 1, Karang Bolong 2, Karang Bolong 3, Karang
Bolong 4, Karang Bolong 5, Karang Bolong 6, Karang Bolong 7, Karang Bolong 8,
Karang Bolong Raya, Ketel, Kp. Bandan Raya, Krapu, Kunir, Laksamana RE.
Martadinata, Lodan Dalam, Lodan Raya, Mangga Dua, Maritim 1, Muka Timur,
Pangandaran 6, Pantai Indah, Pantai Kuta, Pantai Kuta 1, Pantai Kuta 2, Parang Tritis
1, Parang Tritis 6, Parang Tritis 7, Parang Tritis 8, Parang Tritis Raya, Pasir Putih 1,
Pasir Putih 3, Pasir Putih 4, Pasir Putih 6, Pasir Putih 7, Pasir Putih 8, Pasir Putih 9,
Pasir Putih Raya, Sunda Kelapa, Tongkol, Maritim Raya, Pinisi, Marina 1, Pelabuhan,
Binaria, Pantai Sanur 2, Pantai Sanur 3, Bukit Golf Indah, Bukit Golf Asri dan Jalan
Bukit Golf Raya; dan di Kelurahan Pademangan Timur : Jalan Bahari Raya, Landasan
Utara Selatan, Proposed Sunter Raya, Benyamin Sueb dan Jalan Landasan Pacu
Timur.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa
peningkatan jalan di Kelurahan Ancol pada ruas Jalan Tol Pelabuhan dan Jalan Lodan
Raya; di Kelurahan Ancol, Pademangan Barat dan Jalan Pademangan Timur pada
ruas Jalan RE. Martadinata.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Kelapa Gading adalah rencana pengembangan jaringan MRT
terdapat pada pengembangan jalur MRT timur barat di Kelurahan Kelapa Gading
Barat, Kelurahan Kelapa Gading Timur dan Kelurahan Pengangsaan Dua.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini dilakukan di
Kelurahan Pademangan Barat : Jalan Gunung Sahari; dan di Kelurahan Pademangan
Timur Jalan Benyamin Suaeb.
Ayat 4
Cukup jelas.
Jalur koridor Pluit-Tanjung Priok melalui Kelurahan Kelurahan Ancol dan Kelurahan
Pademangan Barat.
Jalur koridor Rawamangun-Ancol melalui Kelurahan Ancol.
Jalur koridor Kalideres-Ancol melalui Kelurahan Ancol.
Jalur koridor Soekarno Hatta-Cilincing melalui Kelurahan Ancol.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Pademangan Timur : Jalan Dakota, Pademangan 1,
Pademangan 2, Pademangan Kali Mati dan Jalan Bahari Raya; di Kelurahan
Pademangan barat : Jalan Hidup Baru, Pademangan Raya, dan Jalan Ampera Raya;
dan di Kelurahan Ancol : Jalan Tongkol, Londan, Kerapu, Parang Tritis, dan Jalan
Kampung Bandan Raya;
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan:
1. pengembangan jalan Inspeksi di sepanjang Kali Cideng, Kali Anak Ciliwung, Kali
Ancol, dan Kali Kampung Bandan di Kelurahan Ancol; Kali Ciliwung Gunung Sahari
di Kelurahan Ancol dan Kelurahan Pademangan Barat; Kali Mati Pademangan di
Kelurahan Pademangan Barat dan Kelurahan Pademangan Timur; dan Kali
Pademangan Timur dan Kali Sunter di Kelurahan Pademangan Timur; dan
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Pademangan
Barat dan Kelurahan Pademangan Timur;
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan di Kelurahan
Ancol melalui penyediaan park and ride di Kawasan Kampung Bandan;
Huruf g
Ayat 5
Cukup jelas.
Pasal 170
Cukup jelas.
Pasal 171
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Pemeliharaan dan peningkatan saluran submakro dilakukan pada Saluran Gorong gorong Jalan Lodan Raya, Kampung Bandan, Ancol Barat, Mangga Dua, dan Saluran
200
REV.00/DTR/VIII/2013
Masjid Kramat Lodan di Kelurahan Ancol; Saluran Gang 15, Pademangan 22,
Pademangan Tengah, Pademangan V, dan Saluran Pademangan VIII di Kelurahan
Pademangan Timur; dan Saluran Ampera 7, Nalo, Pademangan B, Pademangan C,
dan Saluran Youth Club Ruko di Kelurahan Pademangan Barat;
Cukup jelas.
Pasal 176
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 177
Huruf h
Cukup jelas.
Pasal 178
Cukup jelas.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 172
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan
kehidupan.
Ayat 2
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 173
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 1 dan zona layanan nomor 5 dilaksanakan pada ruas Jalan Mangga
Dua, Kampung Bandan Raya, Parang Tritis Raya, Tongkol, Parang Tritis 1, Lodan
Raya, Ancol Barat 2, Ancol Barat 6, Ancol Barat/Pangandaran, Ancol Barat 1, Ancol
Barat 7, Ancol Barat 3, Baruna Raya, Krapu, Maritim Raya, Pasir Putih Raya, dan
Jalan RE. Martadinata di Kelurahan Ancol; Jalan Gunung Sahari dan Jalan Budi Mulia
Timur di Kelurahan Pademangan Barat; Jalan Pademangan 4 dan Jalan Benyamin
Sueb di Kelurahan Pademangan Timur
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 179
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 174
Cukup jelas.
Pasal 180
Cukup jelas.
Pasal 175
201
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 181
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
Jalur koridor Pluit-Pinang Ranti melalui Kelurahan Penjaringan dan Kelurahan
Penjagalan.
Jalur koridor Pluit-Tanjung Priok melalui Kelurahan Pluit dan Kelurahan Penjaringan.
Jalur koridor Kalideres-Ancol melalui Kelurahan Kamal Muara, Kelurahan Kapuk
Muara, Kelurahan Pejagalan dan Kelurahan Penjaringan.
Jalur koridor Soekarno Hatta-Ancol-Tanjung Priok-Cilincing melalui Kelurahan Kamal
Muara, Kelurahan Kapuk Muara, Kelurahan Pejagalan dan Kelurahan Penjaringan.
Jalur koridor Halim-Palmerah- Soekarno Hatta melalui Kelurahan Penjagalan, Kapuk
Muara dan Kelurahan Kamal Muara.
Huruf b
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di di Kelurahan
Penjaringan: Halte Penjaringan dan Halte Jembatan Tiga; di Kelurahan Pluit: Halte
Pluit.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa:
3. peningkatan jalan di di Kelurahan Kamal Muara, Kapuk Muara, Penjagalan dan
Kelurahan Penjaringan pada ruas Jalan Tol Prof Soediyatomo; di Kelurahan
Kamal Muara pada ruas Jalan Tol lingkar luar Jakarta; dan di Kelurahan
Penjagalan pada ruas Jalan Tol Pluit Tomang.
4. pembangunan jalan di Kelurahan Kamal Muara pada ruas Jalan Pantai Indah
Barat dan Jalan Kapuk Kamal; di Kelurahan Kapuk Muara pada ruas Jalan Kapuk
Raya dan Jalan Pantai Indah Timur; di Kelurahan Penjagalan pada ruas Jalan
terusan Bidara Raya, Pluit Selatan dan Jalan Jembatan Tiga; dan di Kelurahan
Penjaringan pada ruas Jalan Pakin, Pluit Raya, Jembatan Tiga dan Jalan Pluit
Selatan Raya.
Huruf d
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pengembangan jalan di kelurahan Kamal Muara pada ruas Jalan Kayu Besar, Kamal
Muara Raya dan Jalan Kapuk Cengkareng; dan di Kelurahan Penjaringan pada ruas
Jalan Arwana 5 di Kelurahan Penjagalan; dan Jalan Arwana 5.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Kamal Muara pada ruas Jalan Kamal Pantai, Pantai
Indah Barat, Pantai Indah Selatan 1, Mandara Permai, Marina Indah, Kapuk Muara,
dan Jalan Raya Kamal; di Kelurahan kapuk Muara pada ruas Jalan Teluk Gong, Pantai
Indah Timur, Pantai Indah Selatan 2, Pantai Indah Utara 2, Pantai Indah Utara 1,
Pantai Indah Selatan, Mandara Permai 7, dan Jalan Mandara Permai; di Kelurahan
Pejagalan pada ruas Jalan bandengan utara; di Kelurahan Penjaringan pada ruas
Jalan Pluit Selatan Raya dan Jalan Muara Baru; dan di Kelurahan Pluit pada ruas
Jalan Pluit Timur Raya, Pluit Karang dan Jalan Pluit Karang Kayu Barat.
Huruf f
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dalam ayat ini berupa:
1. pengembangan jalan Inspeksi di sepanjang Kali Muara Angke di Kelurahan Pluit
dan Kelurahan Pejagalan; Kali Pesanggrahan di Kelurahan Kamal Muara; Kali
Tanjungan di Kelurahan Kapuk Muara; Kali Muara di Kelurahan Penjagalan; dan
Kali Gendong Pluit di Kelurahan Penjaringan;
2. pengembangan jalan tembus dan jalan sejajar di Kelurahan Pejagalan pada ruas
Jalan Teluk Gong Selatan, Jalan Terusan Bidara Raya sepanjang lingkar luar
barat; di Kelurahan Kapuk Muara pada ruas Jalan Kapuk Muara, Duta Harapan
Indah, Pantai Indah Utara 1 dan Jalan Mandara Permai; di Kelurahan Penjaringan
pada ruas Jalan Terusan Bidara Raya, Muara Karang, Tanah Pasir dan Jalan
Muara Baru; dan di Kelurahan Pluit pada ruas Jalan Pluit Utara Raya, Pluit
Samudra 4, Muara Baru dan Jalan Pendaratan Ikan; dan
3. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Penjagalan,
Kapuk Muara, Pluit, Kamal Muara, dan di Kelurahan Penjaringan;
Huruf g
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
3. penyediaan park and ride di Kelurahan Penjaringan; dan
4. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Kamal Muara pada ruas Jalan Raya Kamal, Prof
Soediyatomo, Kapuk Kamal, Pantai Indah Utara 1, Marina Indah, Kamal Muara 4,
Kamal Muara 5 dan Jalan Kamal Muara 7; di Kelurahan Kapuk Muara pada ruas Jalan
Trimaran Indah 1, Trimaran Indah2, Trimaran Indah 3, Pinisi Indah 1, Pinisi Indah 2,
Pinisi Indah 3, Pinisi Indah 4, Pinisi Indah 5, Pinisi Indah 6, Pantai Indah Permata 2,
Pantai Indah Timur, Mandara Permai, Mayang Permai 1, Mayang Permai 2, Mayang
Permai 3, Mayang Permai 4, Mayang Permai 5, Berdikari, Vikamas Tengah 1, Kapuk
Indah, Kapuk Utara 1 dan Jalan Duta Harapan Indah; di Kelurahan Pluit pada ruas
Jalan Kali Muara Angke, Pluit Karang Ayu 2, Karang Cantik 13, Pluit Karang Molek,
Pluit Karang Asri 1, Pluit Karang Asri 2, Pluit Karang Asri 3, Pluit Karang Ayu Barat,
Karang Jelita 3, Karang Jelita 7, Karang Jelita 9, Karang Manis 9, Karang Sari 5,
Karang Sari 6, Karang Sari 9, Karang Sari 13, Karang Sari 14, Karang Indah 6, Karang
Indah 8 dan Jalan Karang Indah 9; di Kelurahan Penjaringan pada ruas Jalan Karna
Sayang 1, Tanah Pasir, Sukarela, Kartajaya, Bandengan Utara, Luar Batang 2, Luar
Batang 3, Kakap, Ekor Kuning, Kambing, Kali Besar dan Jalan Bakti.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Penjaringan adalah:
1. rencana pengembangan jalur MRT di Stasiun MRT Kebon Sirih;
2. rencana kereta bandara yang melalui Kelurahan Penjaringan, Kelurahan
Pejagalan, Kelurahan Kapuk Muara, Kelurahan Kamal Muara; dan
3. rencana perlintasan tak sebidang terdapat pada Fly Over Palmerah S.Parman di
Kelurahan Pejagalan.
Ayat 4
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi laut yang ada dan/atau melalui di
Kecamatan Penjaringan adalah rencana kepelabuhanan dan rencana jaringan alur
202
REV.00/DTR/VIII/2013
pelayaran pada Pelabuhan Sunda Kelapa di Kelurahan Ancol; Pelabuhan Muara Baru
dan Pelabuhan Muara Angke di Kelurahan Pluit dan Pelabuhan Kamal Muara di
Kelurahan Kamal Muara. dan rencana jalur alur pelayaran pada:
1. pelayaran pulau-pulau wisata; meliputi Pelabuhan Pariwisata Ancol menuju P.
Pandan dengan melewati Kelurahan P. Untung Jawa dan Kel. P. Pari;
danPelabuhan Pariwisata Jakarta Utara menuju P. Harapan, P. Kelapa, dan P.
Kelor dengan melewati Kelurahan P. Panggang;
2. pelayaran pulau-pulau permukiman, meliputi Pelabuhan Pariwisata Ancol menuju
P. Tidung Besar dengan melewati P. Bidadari, P. Rambut, dan P. Burung; dan
3. pelayaran angkutan rakyat, meliputi Pelabuhan Muara Angke menuju dermaga
Tanjung Pasir dengan melewati P. Bidadari;Pelabuhan Muara Angke menuju P.
Tidung Besar dengan melewati P. Lancang Besar dan P. Pramuka) dan Pelabuhan
Muara Angke menuju P. Burung
Ayat 5
Cukup jelas.
Pasal 182
Cukup jelas.
Pasal 183
Cukup jelas.
Pasal 184
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Pemeliharaan dan peningkatan pompa air untuk menanggulangi genangan setempat di
pompa air Pluit di Kelurahan Pluit; pompa air pasar Ikan di Kelurahan Penjaringan,
pompa air Penjaringan di Kelurahan Penjaringan, pompa air Kapuk Muara di
Kelurahan Kapuk Muara, dan Pompa Air Marina PIK di Kelurahan Kamal Muara.
Huruf f
Pemeliharaan dan peningkatan saluran submakro dilakukan pada saluran Kamal Raya
dan Saluran Long Storage Tol Soedyatmo di Kelurahan Kamal Muara, saluran Kapuk I,
Kapuk II, dan saluran Teluk Gong di Kelurahan Kapuk Muara; saluran Pluit Sakti, Pluit
Indah, Pluit Muara Karang, Pluit Karang Barat, Pluit Permai, dan saluran Muara Angke
di Kelurahan Pluit; saluran Gedong Pluit atau Ring Kanal, Muara Baru, Luar Batang,
Pluit Raya, Bimoli, Tanah Pasir, dan Rawa Bebek di Kelurahan Penjaringan; dan
saluran Kampung Gusti, Keting Teluk Gong, Kramat Teluk Gong, Teluk Gong, Fajar
Teluk Gong, dan Mazda Teluk Gong di Kelurahan Penjagalan.
Huruf g
REV.00/DTR/VIII/2013
Ayat 1
Cukup jelas.
Pasal 191
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
koridor Tanjung Priok-PGC melalui Kelurahan Tanjung Priok, Kelurahan Sunter Jaya
dan Kelurahan Kebon bawang.
Huruf c
Cukup jelas.
koridor Pluit-Tanjung Priok melalui Kelurahan Sunter Jaya, Tanjung Priok dan
Kelurahan Kebon Bawang.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan
kehidupan.
Huruf i
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 192
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 193
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
Pasal 194
204
REV.00/DTR/VIII/2013
1. pengembangan jalan Inspeksi di sepanjang Kali Item dan Kali Ancol di Kelurahan
Sunter Agung; Kali Tirem, Kali Lagoa, Kali Ancol di Kelurahan Tanjung Priok; Kali
Tirem di Kelurahan Kebon Bawang; dan Kali Lagoa di Kelurahan Warakas; dan
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Tanjung Priok,
Sunter Agung, Sunter Jaya, Papanggo, dan Kelurahan Sungai Bambu.
Huruf e
Cukup Jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. penyediaan fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) terdapat pada
kawasan Tanjung Priok di kelurahan Tanjung Priok;
2. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
3. Parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan atau lapangan parkir terdapat di Kelurahan Sungai Bambu pada ruas Jalan
Danau Sunter Utara, Gaya Motor 1, Gaya Motor Barat, Agung Karya 6, Gaya
Motor, Warakas dan Jalan Gaya Motor 2; di Kelurahan Sunter Agung pada ruas
Jalan Danau Sunter Utara, Agung Utara Jaya, Agung Tengah 15, Danau Sunter
Selatan, Danau Agung 1, Agung Indah 10, Agung Tengah 21, Agung Tengah 1,
Agung Permai Raya, Sunter Karya TImur, Griya Utama, Agung Utara Raya,
Agung Jaya 1, Paradise Barat Raya, Agung Utara 1, Griya Sejahtera, Busma
Timur 1, Busma Raya, Danau Sunter Barat dan Jalan Sunter Permai Raya; di
Kelurahan Papanggo pada ruas Jalan Danau Sunter Utara, Agung Karya 5,
Agung Karya 6, Agung Karya 7, Busma Timur 2, Busma Timur 1, Busma Raya,
Paranggo 3, Warakas, Delima danJalan Sunter Permai Raya; di Kelurahan
Sunter Jaya pada ruas Jalan Sunter Jaya Timur, Sunter Jaya 4A, Bina Husada,
Sunter Jaya 4, Sunter Jaya 2A, Bentengan Mas, Laksamana Yos Sudarso,
Danau Elok Selatan, Danau Permai Timur 2, Danau Sunter Selatan dan Jalan
Danau Agung 1; di Kelurahan Sunter Jaya pada ruas Jalan Agung Indah 10,
Agung Tengah 21, Agung Tengah 1 dan Jalan Sunter Jaya; di Kelurahan Kebon
Bawang pada ruas Jalan Remaja, Swasembada Timur 11, Swadaya, Swatirta,
Lagoa Kanal dan Jalan Kebon bawang; dan di Kelurahan Warakas pada ruas
Jalan Pos 7 di Kelurahan Tanjung Priok; serta Jalan Warakas 10 dan Jalan KS.
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Sunter Agung pada ruas Jalan Dadap Baru, Cemara, Muara
Bahan, Griya Agung, Griya Elok, Griya Manis, Griya Utama, Agung Utara 1, Agung
Utara 3A, Agung Utara 8C, Agung Utara Raya, Agung Barat 5, Agung Barat 6, Agung
Barat 9, Agung Barat 13, Agung Barat 30, Agung Jaya 9, Agung Jaya 18, Danau
Agung 1, Danau Agung 4, Danau Sunter Selatan, Sunter Muara 3, Nusantara 10,
Bisma Timur 1, Nusantara 1, Nusantara, Nirwana Raya 4, Paradis 19, Karya Utara,
Sunter Karya Timur 3, Agung Perkasa 16, Sunter Karya Timur; di Kelurahan Tanjung
Priok pada ruas Jalan Terbina dan jalan Warakas 1 di Kelurahan Warakas; Jalan
Cumi, Gorontalo 2 dan Jalan Gorontalo 3 di Kelurahan Sungai Bambu, Jalan Laksama
RE Martadinata, Bahari 5, Bahari 6, Bahari 7, Bahari G 1-7, Bahari G 1-9, Pelabuhan
Nusantara, Pelabuhan Nusantara 1, Pelabuhan Nusantara 2, Paliat, Penjalay,
Pelabuhan Raya, Tenggiri, Tawes, Enggano, Bangka dan Jalan Edan 1; di Kelurahan
Kebon Bawang pada ruas Jalan Kebon Bawang, Kebon Bawang 1, Kebon Bawang 2,
Kebon Bawang 3, Kebon Bawang 4, Kebon Bawang 5, Kebon Bawang 6, Kebon
Bawang 7, Swadaya 2, Remaja, Swasembada Timur 21, Swasembada Timur 18,
Swasembada Timur 19, Swausaha 2, Swausaha 3, Swausaha 4, Jati dan Jalan Jati 5;
dan di Kelurahan Sunter Jaya pada ruas Jalan Danau Sunter Utara, Danau sunter
Selatan, Laksamana Yos Sudarso dan Jalan Danau Indah Raya.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Tanjung Priok adalah:
1. rencana pengembangan jaringan MRT untuk koridor timur barat di Kelurahan
Sunter Jaya;
2. rencana pengembangan kereta komuter Jabodetabek terdapat pada Stasiun
Tanjung Priok di Kelurahan Tanjung Priok;
3. rencana pengembangan kereta barang terdapat pada Kelurahan Sunter Agung,
Kelurahan Papanggo dan Kelurahan Tanjung Priok.
Ayat 4
Yang dimaksud dengan rencana prasarana transportasi laut yang ada dan/atau melalui
di Kecamatan Cilincing adalah:
1. rencana kepelabuhanan berupa pelabuhan laut sesuai fungsinya berlokasi di
Kecamatan Tanjung Priok yaitu Pelabuhan Tanjung Priok di Kecamatan Tanjung
Priok;
2. rencana jaringan alur pelayaran, terdiri atas: pelayaran regional/internasional;
meliputi Pelabuhan Tanjung Priok menuju Barat Kelurahan Pulau Tidung; dan
Pelabuhan Tanjung Priok menuju Timur Kelurahan Pulau Untung Jawa; dan
pelayaran logistik eksplorasi. Yaitu Pelabuhan Tanjung Priok menuju P. Pabelokan
dengan melewati Kelurahan Pulau Tidung dan Kelurahan Pulau Kelapa.
Ayat 5
Cukup jelas.
Pasal 195
Cukup jelas.
Pasal 196
Cukup jelas.
Pasal 197
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Pemeliharaan dan peningkatan saluran submakro dilakukan pada Saluran Cemara
Pengadilan, Agung Utara I, Agung Tengah, Bisma Raya, Metro Sunter, Agung
Perkasa, Agung Perkasa 10, Nusantara, Jalan Kenanga Kiri di Kelurahan Sunter
205
REV.00/DTR/VIII/2013
Agung; Saluran Lanji, Sunter Permai Raya, Taman Sunter Indah, Papanggo,
Papanggo 1 di Kelurahan Papanggo; Saluran Sunter Jaya Barat, Mandor Iren, Sunter
Kirana, Karya Beton, Sunter C, Remaja di Kelurahan Sunter Jaya; Saluran Trio,
Warakas V/Papanggo Tengah, Papanggo Timur, Taman Sunter Indah, Warakas 2,
Warakas 3 di Kelurahan Warakas; Saluran Pela-pela Bahari, Gadong, Martadinata
Volker, Tongkol Lanjutan, Kampung Bahari di Kelurahan Tanjung Priok; Saluran Kebon
Bawang 8, Sport Hall, Jalan Swasembada Timur 9, Jalan Swasembada 11, Jalan
Swasembada 25, Jalan Swasembada Barat 20, Jalan Swasembada Barat 21 di
Kelurahan Kebon Bawang; dan Saluran Jalan Sungai Bambu, Jalan Sungai Bambu 5
di Kelurahan Sungai Bambu.
Pasal 200
Cukup jelas.
Pasal 201
Cukup jelas.
Pasal 202
Cukup jelas.
Pasal 203
Huruf g
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 204
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 198
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 199
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 26 dan 32 dilaksanakan di ruas Jalan Danau Sunter Barat, Sunter
Permai Raya, Papanggo, Sungai Bambu 6, Warakas, Swasembada Timur,
Swasembada Barat, Enggano, Tenggiri, Danau Sunter Utara, Sunter Karya Timur,
Taman Tirta Sunter, Laksamana Yos Sudarso, dan Jalan Sunter Jaya Barat di
Kelurahan Papanggo, Sunter Jaya, Sunter Agung, Warakas, Sungai Bambu, dan
Kelurahan Kebon Bawang.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Ayat 4
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 205
Ayat 1
Huruf a
206
REV.00/DTR/VIII/2013
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 206
Cukup jelas.
Pasal 207
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
jalur koridor Kalideres - Harmoni melalui Kelurahan Cengkareng Barat, Kapuk, dan
Kelurahan Kedaung Kaliangke.
jalur koridor Harmoni - Lebak Bulus melalui Kelurahan Kedaung Kaliangke.
jalur koridor Kalideres - Ancol melalui Kelurahan Cengkareng Barat dan Kelurahan
Cengkareng Timur.
jalur koridor Lebak Bulus Cileduk Soekarno Hatta melalui Kelurahan Cengkareng
Barat, Kapuk, Cengkareng Timur dan Kelurahan Rawa Buaya;
jalur koridor Halim Palmerah Soekarno Hatta melalui Kelurahan Cengkareng Timur,
Kapu dan Kelurahan Kedaung Kaliangke.
jalur koridor Terminal lebak Bulus - Terminal Kalideres melalui Kelurahan Duri
Kosambi, Cengkareng Barat, Duri Kosambi dan Kelurahan Rawa Buaya.
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Halte Sumur Bor, Halte
Rawa Buaya di Kelurahan Cengkareng Barat dan Kelurahan Duri Kosambi; Halte
Jembatan Baru, Halte Dispenda Samsat di Kelurahan Cengkareng Timur dan
Kelurahan Rawa Buaya; Halte Jembatan Gantung di Kelurahan Kedaung Kaliangke;
Halte Taman Kota di Kelurahan Kedaung Kaliangke; Rencana Penyediaan Halte pada
Ruas Jalan Outer Ring Road di Kelurahan Cengkareng Barat, Cengkareng Timur, Duri
Kosambi dan Kelurahan Rawa Buaya; Rencana Penyediaan Halte pada Ruas Jalan
Kamal Muara di Kelurahan Cengkareng Barat; Rencana Penyediaan Halte pada Ruas
Jalan Kapuk Raya di Kelurahan Kapuk; Rencana Penyediaan Halte pada Ruas Jalan
Kapuk Polgar di Kelurahan Kapuk dan Kelurahan Kedaung Kaliangke; Rencana
Penyediaan Halte pada Ruas Jalan Inspeksi Cengkareng Drain di Kelurahan Rawa
Buaya; Rencana Penyediaan Halte pada Ruas Jalan penghubung antara Jalan
Bangun Nusa Raya dengan jalan Kapuk Raya di Kelurahan Kapuk.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa
pemeliharaan Jalan Daan Mogot di Kelurahan Cengkareng Barat, Kelurahan
Cengkareng Timur, Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kedaung Kaliangke, Kelurahan Rawa
Buaya; Jalan Lingkar Barat di Kelurahan Rawa Buaya dan Kelurahan Duri Kosambi;
Jalan Outer Ringroad di Kelurahan Cengkareng Barat, Kelurahan Cengkareng Timur,
Kelurahan Duri Kosambi dan Kelurahan Rawa Buaya.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan Jalan Panjang dan Jalan Basmol Tanggul di Kelurahan Kedaung
Kaliangke; Jalan Kapuk Pulo di Kelurahan Cengkareng Timur, Kapuk, dan Kelurahan
Kedaung Kaliangke dan Jalan Pesing Polgar, Kapuk Polgar dan Jalan Inspeksi
Tanggul di Kelurahan Kapuk; Jalan Pangeran Tubagus Angke, Kamal Muara dan Jalan
Kapuk Raya di Kelurahan Kapuk; Jalan Inspeksi Cengkareng Drain di Kelurahan Rawa
Buaya dan Kelurahan Kedaung Kaliangke dan Jalan Bumi Cengkareng Indah di
Kelurahan Cengkareng Timur, Kedaung Kaliangke dan Kelurahan Kapuk.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan Jalan Kacang Tanah Raya, Pakis Raya, Raya Buaya Raya, Dharma
Wanita 3, Kopaja, Bojong Indah Raya, dan Jalan Bojong Raya di Kelurahan Rawa
Buaya; Jalan Duri Kosambi, Pondok Randu, Cresek Raya, Pinang Tengah, Kosambi
Barat, Dharma Kusuma dan Jalan Rawa Buaya Raya di Kelurahan Duri kosambi;;
Jalan Daan Mogot di Kelurahan Kedaung Kaliangke; Jalan Pedongkelan dan Jalan
Kapuk Cengkareng di Kelurahan Kapuk; Jalan Kapuk Cengkareng, Pedongkelan,
Daan Mogot Estate, Nusa Indah Timur, Utama Raya, Gunung Galunggung, Kapuk,
Gunung Merapi, Peternakan 3 dan Jalan pos polisi di Kelurahan Cengkareng Timur;
Jalan Kemanggisan dan Jalan Kapuk Pulo di Kelurahan Kedaung Kaliangke; Jalan
Sumur Bor Raya, Cemara, Utama Raya, Kemuning, Cendrawasih, TM Palem Lestari,
Bambu Larangan, Taman Surya Boulevard, Rawa Bengkel, Kamal Raya, Taman
Bambu Larangan, Pulo Harapan Indah, Menceng, Jaya 25, Kencana Utara dan Jalan
Kencana Barat di Kelurahan Cengkareng Barat; Jalan Kamal Raya di Kelurahan
Kamal.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
1. pengembangan jalan inspeksi Kali Mookervart di Kelurahan Duri Kosambi,
Kelurahan rawa Buaya, Kelurahan Kedaung Kaliangke, Kali Angke di Kelurahan
Duri Kosambi, Kelurahan Rawa Buaya, Saluran Taman Palem Lestari di Kelurahan
Cengkareng Barat, Saluran Kapuk Cengkareng, Saluran Gunung Merapi di
Kelurahan Cengkareng Timur; dan
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Cengkareng
Barat, Cengkareng Timur, Duri Kosambi, Kapuk, Kedaung Kaliangke dan
Kelurahan Rawa Buaya.
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. penyediaan fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) terdapat pada
kawasan Terminal Rawa Buaya di Kelurahan Duri Kosambi;
2. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
3. parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan atau lapangan parkir terdapat pada setiap ruas jalan di Kelurahan Rawa
207
REV.00/DTR/VIII/2013
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 210
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 211
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
c. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
d. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 212
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 213
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 214
Ayat 5
Cukup jelas.
Pasal 215
Pasal 208
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 216
Cukup jelas.
Pasal 209
Ayat 1
pengembangan lapisan inti dilakukan dengan penempatan jaringan serat optik di Jalan
Outer Ring Road di Kelurahan Cengkareng Barat, Cengkareng Timur, Duri Kosambi
dan Kelurahan Rawa Buaya; Jalan Daan Mogot di Kelurahan Cengkareng Barat,
Cengkareng Timur, Duri Kosambi, Kedaung Kaliangke dan Kelurahan Rawa Buaya;
Jalan Kapuk Polgar di Kelurahan Kapuk; dan Jalan Pesing Polgar di Kelurahan
kedaung Kaliangke.
Cukup jelas.
Pasal 217
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan
kehidupan.
208
REV.00/DTR/VIII/2013
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 218
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 219
Cukup jelas.
Pasal 220
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
Jalur koridor Kalideres - Harmoni melalui Kelurahan Wijaya Kusuma, Grogol dan
Kelurahan Jelambar
Jalur koridor dari Harmoni - Lebak Bulus melalui
Kelurahan Jelambar, dan Kelurahan Tomang
Huruf b
Yang dimaksud dengan eningkatan jalan arteri primer berupa:
1. peningkatan jalan tol di Kelurahan Grogol, Tanjung Duren Selatan, Jelambar, dan
Kelurahan Tanjung Duren pada ruas Jalan tol Pluit Tomang (inner ring road)
Tomang dan pembangunan di Kelurahan Wijaya Kusuma, Jelambar, dan
Kelurahan Grogol pada ruas Jalan Rawa Buaya Sunter;
2. di Kelurahan Tanjung Duren, Kelurahan Wijaya Kusuma, Kelurahan Jelambar
pada ruas Jalan Daan Mogot dan di Kelurahan Tomang, Tanjung Duren Selatan,
Kelurahan Grogol dan Kelurahan Tanjung Duren pada ruas Jalan Lenjend S.
Parman
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pelebaran jalan di Kelurahan Tanjung Duren Selatan pada ruas Jalan Batusari,
Tanjung Duren Utara dan Jalan Tanjung Duren; di Kelurahan Tomang pada ruas Jalan
Kyai Tapa; di Kelurahan Wijaya Kusuma dan Kelurahan Jelambar Baru pada ruas
Jalan Pangeran Tubagus Angke, di Kelurahan Grogol pada ruas Jalan Wijaya Kusuma,
Jalan Arjuna Utara, Jalan Dr. Semeru.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Tomang pada ruas Jalan Mandala Utara, Gelong
Baru Tengah dan Jalan Tanjung Gedong Baru; di Kelurahan Tanjung Duren Selatan
pada ruas Jalan Tanjung Duren Raya; di Kelurahan Tanjung Duren dan Kelurahan
Tanjung Duren Utara pada ruas Jalan Patra Raya, Tanjung Duren Barat, Tanjung
Duren 1, Tanjung Duren Utara dan Jalan Tanjung Duren Barat 4; di Kelurahan Tanjung
Duren pada ruas Jalan Tanjung Duren Timur, Tanjung Duren Raya, Taman Anggrek
dan Jalan Way Besay; di Kelurahan Tanjung Duren Utara pada ruas Jalan Tanjung
Duren 10, Tanjung Duren Utara 11, Daan Mogot 1, Daan Mogot dan Jalan Anggur 3; di
Kelurahan Grogol pada ruas Jalan Gelong Baru Utara, Mandala, Tanjung Gedong,
Tomang Utara, Dr. Mawardi, Dr. Semeru, Dr. Semeru 1 dan Jalan Dr. Makaliwe; di
Kelurahan Wijaya Kusuma pada ruas Jalan Amanah, Perdana, Perdanakusuma,
Sosial, Kredit, Rosela, Merpati, Swadaya, Perdana dan Jalan Kusuma 2; di Kelurahan
Jelambar Baru pada ruas Jalan Jelambar Selatan 2, Jelambar Selatan, Jelambar Barat
3 A, Jelambar Utara C, Jelambar Barat, Jelambar Timur dan Jalan Kusuma; di
Kelurahan Jelambar pada ruas Jalan Indraloka 2, Latumenten 3 Barat, Empang
Bahagia, Jelambar Madya Raya dan Jalan Jelambar Utama Sakti Raya; di Kelurahan
Jelambar dan Kelurahan Jelambar Baru pada ruas Jalan Jelambar Utama; di
Kelurahan Jelambar dan Kelurahan Wijaya Kusuma pada ruas Jalan Hadiah 1; dan di
Kelurahan Jelambar, Wijaya Kusuma dan di Kelurahan Tomang pada ruas Jalan
Wijaya
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal, dilakukan pada:
1. pengembangan jalan inspeksi di Kelurahan Tanjung Duren Selatan, Kelurahan
Tomang, sepanjang saluran di Kelurahan Wijaya Kusuma, Kelurahan Jelambar
Baru di sepanjang Kali Grogol;
209
REV.00/DTR/VIII/2013
2.
Gelong Baru Utara 2e, Gelong Baru Utara f, Gelong Baru Utara g,Tawakkal Ujung 2e,
Gelong Baru, Gelong Baru Barat 1, Gelong Baru Barat 2, Gelong Baru Barat 3, Gelong
Baru Barat 4, Gelong Baru Barat 5, Gelong Baru Barat 6, Gelong Baru Barat 7, Gelong
Baru Barat 8, Gelong baru Tengah, Gelong Baru Dalam, Gelong Baru Timur 1, Gelong
Baru Timur 2, Gelong Baru Timur 3, Gelong Baru Timur 4, Gelong Baru Timur 5,
Gelong Baru Timur 6, Gelong Baru Timur 7, Gelong Baru Selatan, Gelong Baru
Selatan 1, Gelong Baru Selatan 2, Gelong Baru Selatan 3, Gelong Baru Selatan 4,
Gelong Baru Selatan 5, Mandala, Mandala Barat, Mandala Barat 1, Mandala Barat 2,
Mandala Barat 3, Mandala Barat 4, Mandala Selatan, Mandala Selatan 1, Pulo macan
Raya, Pulo macan Raya 1, Pulo macan Raya 2, Pulo macan Raya 3, Pulo macan Raya
4, Pulo macan Raya 5, Pulo macan Raya 6, Pulo macan Raya 7, Pulo macan Raya 8,
dan Jalan Tomang Raya; di Kelurahan Tanjung Duren pada ruas Jalan Letjen S.
Parman, Arjuna Raya, Arjuna Utara, Tanjung Duren 1, Tanjung Duren 2, Tanjung
Duren 3, dan Jalan Tanjung Palapa Selatan; di Kelurahan Wijaya Kusuma pada ruas
Jalan Letjen S. Parman, Daan Mogot, 1, Anggur 1, Anggur 2, Anggur 2b, Anggur 5,
Tanjung Duren Utara 1, 1a di Kelurahan Tanjung Duren; Jalan Daan Mogot, Sosial,
Karya, Karya 2, Karya 3, Karya Dalam, Karya Dalam 1, Dana, Kredit, Rasa Sayang,
Karya Barat 2, Karya Barat 3, Taman Prima Indah, Prima Indah Utama, Swadaya,
Pangeran Tubagus Angke, Citra, Wesel, Merpati, Wijaya Kusuma 1, Wijaya Kusuma 2,
Perdana, Perdana 1, Rosela, Rosela 1, Rosela 3, Rosela 5, Rosela 6, Wijaya 1, Wijaya
2, Wijaya 3, Wijaya 4, Kusuma 2, Kusuma 2a, Kusuma 2h, dan Jalan Kusuma 5; serta
tempat strategis dan kawasan lain yang menghubungkan fasilitas perpindahan
angkutan umum massal ke pusat-pusat
huruf f
Yang dimaksud dengan penerapan pembatasan lalu lintas tahap II dilakukan di Jalan
Daan Mogot di Kelurahan Tanjung Duren, Jalan Wijaya Kusuma, Jalan Arjuna Utara di
Kelurahan Tanjung Duren Selatan, Jalan Lenjend S. Parman di Kelurahan Tomang,
Tanjung Duren Selatan, dan Kelurahan Tanjung Duren, Jalan Dr. Semeru di Kelurahan
Grogol, Jalan Batusari, Tanjung Duren Utara dan Jalan Tanjung Duren di Kelurahan
Tanjung Duren Selatan, Jalan Kyai Tapa di Kelurahan Tomang, Jalan Pangeran
Tubagus Angke di Kelurahan Wijaya Kusuma dan Kelurahan Jelambar Baru
Huruf g
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan:
1. penyediaan fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) terdapat pada
Kawasan terminal Grogol di Kelurahan Grogol;
2. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
3. parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan atau lapangan parkir di Kelurahan Jelambar pada ruas Jalan Tubagus
Angke, Jalan Dr. Susilo, Daan Mogot, Indraloka 2, Latumenten 3 Barat, Empang
Bahagia, dan Jalan Jelambar Madya Raya; di Kelurahan Tomang pada ruas
Jalan Kyai Tapa, Jalan Prof. Dr. Latumeten, dan Jalan Letjen S. Parman; di
Kelurahan Tanjung Duren pada ruas Jalan Tomang Raya, dan Jalan Arjuna
Utara; di Kelurahan Grogol pada ruas Jalan Dr. Semeru; di Kelurahan Tanjung
Duren Selatan pada ruas jalan Tanjung Duren Raya; di Kelurahan Jelambar Baru
pada ruas Jalan Jelambar Baru, Jalan Jelambar Selatan 2, Jalan Jelambar
Utama, Jalan Jelambar Utama Sakti, Jalan Jelambar Utama Sakti Raya, dan
Jalan Jelambar Raya; di Kelurahan Grogol pada ruas Jalan DR. Muwardi Raya; di
Kelurahan Kedaung Kaliangke dan Kelurahan Wijaya Kusuma pada ruas Jalan
Swadaya; dan di Kelurahan Wijaya Kusuma pada ruas Jalan Perdana, Amanah
dan Jalan Perdanakusuma.
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Jelambar Baru pada ruas Jalan Pangeran Tubagus Angke,
Jelambar Timur, Jelambar Selatan, Jelambar Selatan 2, dan Jalan Empang Bahagia; di
Kelurahan Jelambar pada ruas Jalan Empang Bahagia, Empang Bahagia 1, Empang
Bahagia 3, Empang Bahagia 2, Jelambar 1, Jelambar 2, Jelambar 3, Jelambar 5,
Jelambar 6, Jelambar, Hadiah Utama 1, Satria Raya, Satria, Satria 1, Satria 2, Satria 3,
Satria 4, Satria 5, Satria 6, Satria Satria 7, Satria 8, Satria 9, Satria 10, Satria 11,
Satria 12, Rahayu, Hadia, dan Jalan Hemat; di Kelurahan Grogol pada ruas Jalan Dr.
Sumeru, Dr. Susilo, Dr. Susilo 1, Dr. Susilo 2, Dr. Susilo 2a, Dr. Susilo 2b, Dr. Susilo
2c, Dr. Susilo 2d, Dr. Susilo 2e, Dr. Susilo 2f, Dr. Susilo 3a, Dr. Susilo 3b, Dr. Susilo
3d, Dr. Susilo 4, Dr. Susilo 5, Dr. Susilo 5a, Dr. Susilo 5b, Dr. Susilo 6, Dr. Muwardi
Raya, Dr. Muwardi 2c, Dr. Muwardi 2d, Dr. Muwardi 2e, Dr. Muwardi 2f, Dr. Muwardi 3,
Dr. Muwardi 3c, Dr. Muwardi 3d, Dr Makaliwe 1, Dr Makaliwe 2, Dr Makaliwe 3, Gang 2
Dr Makaliwe, Gang 3 Dr Makaliwe, Gang 4 Dr Makaliwe, Gang 5 Dr Makaliwe, Dr.
Nurdin 1, dan Jalan Dr. Nurdin 2; di Kelurahan Tomang pada ruas Jalan Kyai Tapa,
Letjen S.Parman, Tanjung Gedong, Tomang Utara, Tomang Utara 1, Tomang Utara 3,
Tawakkal, Tawakkal 2, Tawakkal 4, Tawakkal 5, Tanjung Tinggi, Tanjung Gedong,
Tanjung Gedong 1, Tanjung Gedong Baru, Taman S. Parman, Taman S. Parman E,
Taman S. Parman D, Tanjung Gedong Baru 2, Tanjung Gedong Baru 3, Tanjung
Gedong Baru 4, Gelong Baru Utara, Gelong Baru Utara 1, Gelong Baru Utara 2,
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Grogol Petamburan adalah:
1. rencana pengembangan jaringan MRT terdapat pada Stasiun Grogol Petamburan
melalui Kelurahan Wijaya Kusuma, Kelurahan Jelambar, dan Kelurahan Grogol;
2. rencana pengembangan kereta lingkar dalam kota terdapat pada Stasiun Grogol
di Kelurahan Jelambar, Stasiun Pesing pada Kelurahan Wijaya Kusuma;
3. rencana kereta bandara terdapat di Kelurahan Petamburan; dan
4. rencana perlintasan tak sebidang terdapat pada Jalan Prof Dr.Latumenten di
Kelurahan Grogol. Jalan Letjen S.Parman di Kelurahan Tomang. Jalan Letjen
S.Parman di Kelurahan Tanjung Duren Selatan.
Ayat 4
Cukup jelas.
Ayat 5
Cukup jelas.
Pasal 221
Cukup jelas.
Pasal 222
Cukup jelas.
Pasal 223
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
210
REV.00/DTR/VIII/2013
Taman S. Parman, Tanjung Gedong Baru 5, Tanjung Gedong Baru 2, dan Jalan
Tawakal Ujung di Kelurahan Tomang; Jalan S. Parman, Tanjung Duren Utara, Tanjung
Duren Timur, Way Besar, Tanjung Duren Timur 2, Tanjung Duren Timur 3, Tanjung
Duren, Tanjung Duren 10, Tanjung Duren Barat 5, Tanjung Duren 3, Tanjung Duren 4,
Tanjung Duren 5, dan Jalan Tanjung Duren Raya di Kelurahan Tanjung Duren Selatan;
Jalan Daan Mogot, Letjen S. Parman, Daan Mogot 1, Anggur 2c, Anggur 3, Taman
Daan Mogot Raya, Tanjung Duren Utara 10, Tanjung Duren Barat, Tanjung Duren
Barat 1, Tanjung Duren Utara 3, dan Jalan Tanjung Duren Utara 1 di Kelurahan
Tanjung Duren; Jalan Satria Raya, Satria 1, Satria 2, Satria 3, Rahayu, Hadiah, Hemat,
Hemat 2, Penerangan, Penerangan 2, Hadiah Utama 9, Hadiah Utama 5a, Hadiah
Utama 2, Hadiah Utama 1,Empang Bahagia 1f, Jelambar Madya Timur 7, Jelambar
Madya Timur 9, Jelambar Utama 3, Jelambar Madya Timur, dan Jalan Jelambar Utama
di Kelurahan Jelambar; Jalan Pangeran Tubagus Angke, Wijaya 1, Grawisa Agung,
Grawisa 2, Perdana, Rosela, Merpati, Bank Dagang Negara, Indra Loka, Swadaya,
Daan Mogot, Dana, Kredit, Wesel, Karya Barat 3, Karya, dan Jalan Sosial di Kelurahan
Wijaya Kusuma;
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Pemeliharaan dan peningkatan pompa air dilaksanaan pada:
1. Pompa Waduk Jelambar di Kelurahan Jelambar Baru;
2. Pompa Waduk Wijaya Kusuma di Kelurahan Wijaya Kusuma;
3. Pompa Waduk Grogol di Kelurahan Grogol;
4. Pompa Waduk Tomang di Kelurahan Tanjung Duren; dan
5. Pompa Tomang dan Waduk Rawa Kepa di Kelurahan Tomang
Huruf e
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas waduk/situ di Waduk Jelambar di Kelurahan
Jelambar Baru; Waduk Grogol di Kelurahan Grogol, Waduk Tomang di Kelurahan
Tanjung Duren; Waduk Rawa Kepa di Kelurahan Tomang; dan Waduk Wijaya Kusuma
di Kelurahan Wijaya Kusuma;
Huruf b
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 226
Ayat 2
Cukup Jelas
Cukup jelas.
Pasal 227
Pasal 224
Ayat 1
Cukup jelas
Cukup jelas.
Pasal 228
Cukup jelas.
Ayat 2
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai tingkat
cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 225
Ayat 1
Huruf a
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas jaringan perpipaan air limbah terpusat (off
site) melintasi Jalan Pangeran Tubagus Angke, Kusuma, Jelambar Barat, Jelambar
Barat 1, Jelambar Barat 3, Jelambar Barat 3a, Jelambar Utama 1, Jelambar Selatan,
Jelambar Selatan 1, Jelambar Selatan 2, dan Jalan Tol Pluit Tomang di Kelurahan
Jelambar Baru; Dr. Semeru, 2, Dr. Semeru Gang 5, Dr Nurdin, 1, Dr. Makaliwe 1, Dr.
Makaliwe 2, Dr. Makaliwe 3, Dr. Muwardi, 2, dan Jalan Dr. Susilo di Kelurahan Grogol;
Jalan Kyai Tapa, Tomang Banjir Kanal, Tomang Utara, Mandala Utara, Gelong Baru
Tengah, Gelong Baru Barat, Tawakal, Tawakal 6, Tanjung Gedong, Letjen S. Parman,
Pasal 229
Cukup jelas.
Pasal 230
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan
kehidupan.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
211
REV.00/DTR/VIII/2013
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 231
Ayat 1
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 232
Cukup jelas.
Pasal 233
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
Jalur koridor Kalideres-Pasar Baru melalui Kelurahan Kalideres
Jalur koridor Kalideres-Poris Pelawad melalui Kelurahan Kalideres
Jalur koridor Kalideres-Ancol melalui Kelurahan Kalideres
Jalur koridor Terminal Lebak Bulus - Soekarno Hatta melalui Kelurahan Tegal Alur dan
Kelurahan Kamal
rencana penyediaan halte angkutan umum massal berupa bus berjalur khusus pada
Halte Kalideres dan Halte Pesakih di Kelurahan Kalideres; halte busway di ruas Jalan
Daan Mogot di Kelurahan Kalideres; Jalan Kamal Benda di Kelurahan Tegal Alur dan
Kelurahan Kamal.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer berupa:
1. pembangunan ruas Jalan Tol Rawa Buaya-Sunter melalui Kelurahan Kali Deres;
2. peningkatan Jalan Daan Mogot di Kelurahan Kalideres, Kelurahan Semanan;
Jalan Outer Ringroad di Kelurahan Tegal Alur; dan Jalan Puri Lingkar Luar di
Kelurahan Kembangan Timur
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pelebaran jalan di Jalan Rawa Bokor di Kelurahan Kamal; dan Jalan Kamal Benda
(Benda Raya) di Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan Jalan Peta Barat, Peta Selatan, Alam Raya, Gilimanuk, Kampung Baru,
Peta Utara, Nusa Barat, Peta Selatan, Kali Deres Permai, Alam Selatan, Hutan Jati
Raya, Nusa Raya, Peta Timur, dan Jalan Warung Gantung di Kelurahan Kalideres;
Jalan Semanan Raya, Moh. Asem, Jalan Sirtu, dan Jalan Dharma Kusuma di
Kelurahan Semanan; Jalan Kamal Raya, Lingkungan 4, Melati 2, Prepedan,
Lingkungan 3, Permata, dan Jalan Menceng di Kelurahan Tegal Alur
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal, dilakukan pada:
1. pengembangan jalan inspeksi di sisi barat Kali Kalideres dan Kanal Banjir Barat,
sepanjang saluran di Kelurahan Tegal Alur;
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di di Kelurahan Kamal,
Semanan, Pegadungan, Tegal Alur, dan Kelurahan Kalideres;
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan:
1. penyediaan fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) terdapat pada
Kelurahan Kalideres;
2. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
3. parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan atau lapangan parkir terdapat pada ruas jalan ruas Jalan Daan Mogot, jalan
arteri tembus yang menghubungkan Jalan Peta Barat dan Jalan Daan Mogot,
Jalan Peta Barat, Jalan Alam Raya, Jalan Gilimanuk, Jalan Kampung Baru, Jalan
peta utara, Jalan Nusa Barat, Jalan Dharma Kusuma, Jalan Peta Selatan, Jalan
Kali Deres Permai, Jalan Alam Selatan, Jalan Hutan Jati Raya, Jalan Nusa Raya,
212
REV.00/DTR/VIII/2013
Jalan Peta Timur, Jalan Warung Gantung di Kelurahan Kalideres, Jalan Kapuk
Kamal, Jalan Kapuk Kamal, Daan Mogot, Jalan Kapuk Kamal dan Jalan Kapuk
Muara, jalan kamal muara, Jalan Daan Mogot dan Jalan Kapuk Kamal, serta
Jalan Peta Barat Jalan Peta Barat, Jalan Kamal Raya, jalan Kamal Raya
Kelurahan Tegal Alur, Jalan lingkungan 4 Kelurahan Tegal Alur, Jalan melati 2
Kelurahan Tegal Alur, Jalan prepedan, Jalan Lingkungan 3, Jalan Permata
Kelurahan Tegal Alur, Jalan menceng di Kelurahan Tegal Alur, Jalan Peta Barat,
Jalan Peta Barat di Kelurahan Pegadungan, Semanan Raya, Jalan Desa
Semanan Raya, Jalan Desa Semanan Raya, Jalan Moh. Asem, Jalan Sirtu, Jalan
Dharma Kusuma di Kelurahan Semanan
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Jalan Kamal Benda Raya, Kamal Raya, Kayu Besar, Jalan Merpati I
kelurahan di Kelurahan Kamal; Jalan Desa Semanan Raya, Haji Lani, Pangkalan
Aspal, Jalan Pangkalan Kramat di Kelurahan Semanan; Jalan Lingkungan 3,
Lingkungan 4, Lingkungan 5, Masjid Nurul Kamal, Outer Ring Road, Renda Kamal
Raya, Tegal Alur, Verbenia 1, Verbenia 3, Verbenia 4, Wedelia, Wedelia 1, Jalan
Wedelia 2 di Kelurahan Tegal Alur; Jalan Asoka 2, Daan Mogot, Dahlia 1, Flamboyan
3, Komplek Kodam, Mawar I, Peta Selatan, Sakura, Sakura II, Taman Hijau, Taman
Hijau 1, Taman Hijau 5, Taman Hijau Seroja 1, Taman Indah, Taman Indah 1, Taman
Indah 3, Taman Indah 4, Tampak Siring, Tanah Lot, Teratai I, Teratai II, Jalan Warung
Gantung di Kelurahan Kalideres; Jalan Puskesmas di Kelurahan Kamal dan Kelurahan
Tegal Alur
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan kalideres adalah:
1. rencana pengembangan jaringan MRT terdapat pada Stasiun Kalideres melalui
Kelurahan Semanan; dan
2. rencana pengembangan kereta komuter Jabodetabek terdapat pada Stasiun
Kalideres di Kelurahan Semanan;
Ayat 4
Cukup jelas
Pasal 234
Cukup jelas
Pasal 235
Cukup jelas.
Pasal 236
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas waduk pada Waduk Semanan di Kelurahan
Semanan; Waduk Kalideres di Kelurahan Pegadungan; Waduk Cengkareng dan
Waduk Makam Tegal di Kelurahan Tegal Alur
Huruf c
penerapan sistem pemompaan yang terdapat pada Pompa Waduk Makam Tegal Alur,
Pompa Waduk Cengkareng di Kelurahan Tegal Alur; Pompa Waduk Kalideres di
Kelurahan Pegadungan; Pompa Waduk Semanan di Kelurahan Semanan
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 237
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai tingkat
cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 3
Cukup jelas
Pasal 238
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas jaringan perpipaan air limbah terpusat (off
site) pada ruas Jalan Sirtu, Pangkalan Aspal, Desa Semanan, Pinang Tengah, Darma
Permai, Damai Pratama, dan Jalan Desa Semanan Raya di Kelurahan Semanan;
Jalan Daan Mogot dan Jalan Peta Selatan di Kelurahan Kalideres; Jalan Kelapa
Gading, Palem Raja Timur, Taman Surya Boulevard, Peta Timur (Utan Jati), Peta
Utara, dan Jalan Satu Maret di Kelurahan Pegadungan; Jalan Lingkungan 4, Menceng,
Kamal Raya, Prepedan, dan Jalan Kamal Benda di Kelurahan Tegal Alur; Jalan Rawa
Kompeni dan Jalan Prof. Dr. Sedyatmo di Kelurahan Kamal;
Huruf c
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas jaringan pembuangan setempat (on site) di
Kelurahan Wijaya Kusuma, Jelambar, Jelambar Baru, Grogol, Tanjung Duren, Tanjung
Duren Selatan, dan Kelurahan Tomang
Huruf d
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas Instalasi Pengolahan Air limbah (IPAL) di
Kawasan Kamal-Pegadungan di Kelurahan Pegadungan
213
REV.00/DTR/VIII/2013
Ayat 2
Cukup jelas.
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Pasal 239
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 240
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 241
Cukup jelas
Pasal 245
Pasal 242
Cukup jelas.
Cukup jelas
Pasal 243
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan
kehidupan.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Pasal 244
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Pasal 246
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
koridor Kalideres-Harmoni melalui Kelurahan Kedoya Utara.
koridor Harmoni-Lebak Bulus melalui Kelurahan Kedoya Utara, Kedoya Selatan,
Kebon Jeruk, Kelapa Dua, Sukabumi Ilir dan Kelurahan Sukabumi Udik.
koridor Halim-Palmerah-Soekarno Hatta melalui Kelurahan Kedoya Utara dan
Kelurahan Kedoya Selatan.
Huruf b
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Duri: Halte
Indosiar dan Halte Duri Kepa; di Kelurahan Kedoya Utara: Halte Green Garden, Halte
Jalan Kedoya raya dan Halte Assidiqiyah; di Kelurahan Kebon Jeruk: Halte Kebon
Jeruk, Halte Jalan Meruya Utara dan Halte Jalan Kebon Jeruk Raya; di Kelurahan
Kelapa Dua: Halte Kelapa Dua Sasak; di Kelurahan Sukabumi Ilir: Halte Pos
Pengumben; di kelurahan Sukabumi Udik: Halte RS Medika; di Kelurahan Kedoya
Selatan: Halte Jalan Kedoya Raya; dan di Kelurahan Kemanggisan: Halte Jalan Rawa
Belong.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa
peningkatan jalan di Kelurahan Kedoya Selatan, Kebon Jeruk dan Kelurahan Duri pada
ruas Jalan Tol Jakarta-Merak; di Kelurahan Kedoya Utara pada ruas Jalan Tol Rawa
Buaya-sunter; dan di Kelurahan duri dan Kelurahan Tanjung duren pada ruas Jalan
Daan Mogot.
Huruf d
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pelebaran jalan di Kelurahan Kedoya Selatan, Kedoya Utara, Duri, Kebon Jeruk dan
Kelurahan Kelapa Dua pada ruas Jalan Panjang; di Kelurahan Kebon Jeruk dan
Kelurahan Sukabumi Utara pada ruas Jalan Rawa Belong; di Kelurahan Kelapa Dua
dan Kelurahan Sukabumi Selatan pada ruas Jalan Pos Pengumben; di Kelurahan
Sukabumi Utara dan Kelurahan Sukabumi Selatan pada ruas Jalan Jetjen Soepono; di
Kelurahan Sukabumi Selatan pada ruas Jalan Arteri Jakarta-Serpong; di Kelurahan
Kedoya Selatan pada ruas Jalan Kedoya Raya; di Kelurahan Kebon Jeruk pada ruas
Huruf b
214
REV.00/DTR/VIII/2013
Jalan Kedoya Raya; di Kelurahan Duri pada ruas Jalan Arjuna Utara; dan di Kelurahan
Kebon Jeruk pada ruas Jalan Arjuna Selatan.
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Kedoya Utara pada ruas Jalan Surya Barat, Wahana,
Mandala, Kedoya Raya, Panjang, Surya, Surya Mandala, Surya Mustika 1, Surya
Mustika 2, Surya Mustika 3, Surya Mustika 4, Surya Sarana, Surya Mulia, Surya Mulia
1, Surya Mulia 2, Surya Mulia 3, Surya Mulia 4, Surya Mulia 5, Surya Bahagia, Surya
Utama, Surya Nirmala, Surya Utama 1, Surya Utama 2, Surya Utama 3, Surya Utama
4, Surya Utama 5, Surya Utama 6, Taman Surya 1, Taman Surya 2, Taman Surya 3,
Taman Surya 4, Surya Asih 1, Surya Asih 2, Surya Asih 3, Surya Barat, Surya Barat 1,
Surya Barat 2, Surya Barat 3, Surya Timur, Blok Y1, Blok Y2, Blok A1, Blok A2, Blok
A3, Blok A4, Blok A5, Blok A9, Blok A12, Blok A13, Blok 11, Blok 12, Blok 13, Blok 15,
Blok 16, Blok K2, Blok P1, Blok N5, Blok N6, Blok P2, Blok H3, Blok F3, Blok F2, Blok
B1, Blok B2, Blok B3, Blok B4, Blok B5, Blok B6, Taman Kosong, Taman Kosong 1,
Taman Kosong 2, Taman Kosong 3, Surya wijaya, Surya wijaya 1, Surya wijaya 2,
Surya wijaya 3, Surya wijaya 4, Surya wijaya 5, Surya wijaya 6, dan Jalan Surya wijaya
7; di Kelurahan Duri pada ruas Jalan Macan, Baru Timur 5, Baru Timur 6, Taman Ratu
Raya, Kepa Listrik, Mangga Utama, dan Jalan Mangga Utama 24; di Kelurahan
Kedoya Selatan pada ruas Jalan Surya Barat, Adi Karya, Adi Karya 1, Adi Karya 2, Adi
Karya 3, Garden 1, Garden 2, Garden 3, Mutiara Kedoya Utama, Duri Kembang, Puri
Kedoya, Surya Wahana, Surya Wahana 1, Surya Jelita, Surya Widuri, Surya Widuri 1,
Surya Widuri 2, Surya Widuri 3, Surya Widuri 4, Surya Permata, Surya Permata 1,
Surya Permata 2, Surya Permata 3, Palapa Raya, Palapa 1, Palapa 2, Palapa 3,
Palapa 4, Palapa 5, Palapa 6, Palapa 7, Kedoya Duri, Pilar Raya, Pilar 1, Pilar 2,
Manunggal, Azalea 1, Azalea 2, Azalea 3, Azalea 4, Azalea 5, Azalea 6, Azalea 7,
Azalea 8, Azalea 9, Azalea 10, Azalea 11, Azalea 12, Azalea 13, Taman Kedoya,
Taman Kedoya 1, Taman Kedoya 2, Taman Kedoya 3, Taman Kedoya 4, Taman
Kedoya 5, Taman Kedoya 6, Taman Kedoya 7, Kedoya Agave, Kedoya Agave 1,
Kedoya Agave 2, Kedoya Agave 3, Kedoya Agave 4, Kedoya Agave 5, Kedoya Agave
6, Albasia, Alamanda, Alamanda 1, Alamanda 2, Alamanda 3, Alamanda 4, Alamanda
5, Alamanda 6, Alamanda 7, Kedoya Palma, Kedoya Angsana, Kedoya Angsana 1,
Kedoya Angsana 2, Kedoya Angsana 3, Kedoya Angsana 4, Kedoya Angsana 5,
Kedoya Angsana 8, Kedoya Palem Raya, dan Jalan Puri Kencana; di Kelurahan Kebon
Jeruk pada ruas Jalan Prisma Raya, Prisma 2, Trapesium, Trapesium 2, Trapesium 3,
Trapesium 4, Limas 1, Limas 4, Limas 5, Limas 6, Limas 7, Perjuangan, Meruya Utara,
Kebon Jeruk Raya, A, B, C, D, Dahlia, Cempaka, Komplek DPR, Komplek DPR 1,
Musyawarah, Batusari, Kelapa 2, Haji Hasan, Haji Sulaiman, Haji Kelik, Sasak 1,
Sasak 2, Sasak 3, Sasak Dalam, dan Jalan Anggrek; di Kelurahan Sukabumi Ilir pada
ruas Jalan Perwira, Gang Yunus, Yunus 3, Salam, Sulaiman, Yusuf, Soleh, Adam,
Madrasah 2, Asparagus, Bumi Indah, Madrasah 1, Cendrawasih, dan Jalan Pos
Pengumben; di Kelurahan Sukabumi Udik pada ruas Jalan Haji Soleh, Haji Soleh 2,
dan Jalan Kyai Haji Muhajar.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di di Kelurahan Kedoya Utara pada ruas Jalan Pasak, Kedoya
Pesing, Ratu Mawar, Ratu Melati, Surya Utama, Taman Ratu Raya, Blok A13, Blok
B11, Blok D1, dan Jalan Blok Y2; di Kelurahan Duri Kepa pada ruas Jalan Daan
Mogot, Daan Mogot 1, Duta Permai Raya, Green Ville, Kebon Raya, dan Jalan Kebon
Raya 2; di Kelurahan Sukabumi Selatan pada ruas Jalan H M Tohir, K.H. Muhajar, dan
Jalan Pos Pengumben Lama; di Kelurahan Kelapa Dua dan Sukabumi Selatan pada
ruas Jalan AA, BB, H.Musirin 1, Kedoya Albasia Raya, Kedoya Azalea 12, Kedoya
Duri, Kedoya Garden, Kedoya Raya, dan Jalan Kelapa Dua Raya; di Kelurahan Duri
Kepa dan Kelurahan Kedoya Selatan pada ruas Jalan Kepa Duri Mas dan Jalan Puri
Kembangan; di Kelurahan Duri Kepa pada ruas Jalan Macan, Mandala, Kedoya, Ratu
Melati 1, Kebon Raya, Duri Raya, Mangga Raya, Mangga Utama 24, Palem, Patra
Raya, Ratu Kemuning, Ratu Mawar, Ratu, Surya Wijaya, Taman Ratu Teratai, Tanjung
Duren, dan Jalan Tanjung Duren Barat; di Kelurahan Sukabumi Utara pada ruas Jalan
Salam; di Kelurahan Kelapa Dua pada ruas Jalan Srengseng Baru; di Kelurahan
Kebon Jeruk pada ruas Jalan Pejuangan; dan di Kelurahan Sukabumi Utara pada ruas
Jalan Berdikari.
Huruf f
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
4. pengembangan jalan tembus dan jalan sejajar dengan Jalan Kebayoran Lama.
5. pengembangan jalan inspeksi sepanjang saluran di Kelurahan Kebon Jeruk dan
Kelurahan Duri; Kali Sodetan di Kelurahan Kedoya Utara.
6. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Kedoya Utara,
Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Duri, Kelapa Dua, dan Sukabumi Udik.
Huruf g
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
3. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
4. parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan atau lapangan parkir terdapat di Kelurahan Duri Kepa pada ruas Jalan H M
Tohir, K.H. Muhajar, Tanjung Duren, Perjuangan, Daan Mogot, Daan Mogot 1,
Duta Permai Raya, Green Ville, Kebon Raya, Kebon Raya 2, Kepa Duri Mas, Puri
Kembangan, dan Jalan Surya Barat; di Kelurahan Kedoya Selatan pada ruas
Jalan Panjang, Kebayoran Lama, Rawa Belong, Batu Sari, Kebon Jeruk Raya,
Kedoya Raya, Kedoya Duri, Arjuna Utara, Arjuna Selatan, Kedoya Garden, dan
Jalan Puri Kembangan; di Kelurahan Kedoya Utara pada ruas Jalan Surya
Utama, Taman Ratu Raya, Blok A13, Blok B11, Blok D1, dan Jalan Blok Y2; di
Kelurahan Sukabumi Utara pada ruas Jalan Pos Pengumben, Simprug Bypass,
Macan, Mangga Raya, Mangga Utama 24, Palem, Patra Raya, Ratu Kemuning,
Ratu Mawar, Ratu, Surya Wijaya, Taman Ratu Teratai, Tanjung Duren, dan Jalan
Tanjung Duren Barat; di Kelurahan Sukabumi Selatan pada ruas Jalan Pos
Pengumben dan Jalan Pos Pengumben Lama; di Kelurahan Kelapa Dua pada
ruas Jalan Simprug Bypass dan Jalan Srengseng Baru; dan di Kelurahan Kelapa
Dua dan Sukabumi Selatan pada ruas Jalan AA, BB, H.Musirin 1, Kedoya Albasia
Raya, Kedoya Azalea 12, Kedoya Duri, Kedoya Garden, Kedoya Raya, dan Jalan
Kelapa Dua Raya.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Kebon Jeruk adalah rencana pengembangan jalur MRT untuk
koridor Timur-Barat melalui Kelurahan Kedoya Utara.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 247
Cukup jelas.
Pasal 248
Huruf h
Cukup jelas.
215
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 249
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup Jelas.
M1, M3, G1, E1, C1, Y1, dan Jalan Garden Utama di Kelurahan Kedoya Utara, Jalan
Surya Utama di Kelurahan Kedoya Utara, Jalan Tol Merak di Kelurahan Kebon Jeruk
dan Kelurahan Duri, dan Jalan Tanjung Duren Barat di Kelurahan Duri.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 252
Huruf c
Cukup jelas
Cukup jelas.
Pasal 253
Huruf d
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 254
Huruf e
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 255
Huruf f
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 256
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 250
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Cukup jelas.
Pasal 257
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 251
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 3 dan nomor 6 dilaksanakan di ruas Jalan Pos Pengumben di
Kelurahan Sukabumi Udik, Sukabumi Ilir, dan Kelurahan Kelapa Dua, Jalan Sukabumi
Selatan di Kelurahan Sukabumi Udik, Jalan Meruya Utara dan Jalan Arjuna Selatan di
Kelurahan Kebon Jeruk, Jalan Lenjend Supomo di Kelurahan Sukabumi Udik, Kelapa
Dua, Sukabumi Ilir, dan Kelurahan Kebon Jeruk, Jalan Kedoya Raya di Kelurahan
Kedoya Utara dan Kelurahan Kedoya Selatan, Jalan Ratu Melati, Ratu Kemboja dan
Jalan BA di Kelurahan Duri, Jalan Taman Ratu Raya di Kelurahan Duri dan Kelurahan
Kebon Jeruk, di Jalan Mangga Raya, Duri Nirmala 1, Asam Raya, Kedoya Duri, Kebon
Raya, Palem Raya, Duri Utama, Green Ville Duren 8, Mangga, Tanjung Duren Barat,
Kebon Baru 1, Tanjung Duren Barat 1, Mangga 2, Kampung Kepa, dan Jalan Duri 4
Raya di Kelurahan Duri, Jalan Surya wijaya, Daan Mogot dan Jalan Ratu Kemuning di
Kelurahan Duri dan Kelurahan Kedoya Utara, Jalan Panjang di Kelurahan Kedoya
Utara dan Kelurahan Kedoya Selatan, Jalan Mudiata Kedoya, Utama Kembangan,
Palapa Raya, Kedoya Duri, Kedoya Garden, Garden Raya, Mandala, Kedoya Palma,
Kedoya Akasia, dan Jalan Puri Kembangan di Kelurahan Kedoya Selatan, Jalan N5,
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 258
Cukup jelas.
Pasal 259
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
koridor Halim Palmerah Soekarno Hatta melalui Kelurahan Meruya Utara;
koridor Terminal Lebak Bulus - Terminal Kalideres melalui Kelurahan Joglo, Meruya
Udik, Meruya Utara, Kembangan Utara, dan Kelurahan Kembangan Selatan.
216
REV.00/DTR/VIII/2013
Huruf f
Yang dimaksud dengan pengembangan angkutan barang dalam ayat ini dilakukan di
Kelurahan Meruya Utara dan Kembangan Utara;
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Meruya
Utara : Halte Busway di Jalan Meruya Utara dan Jalan Pesanggrahan,
Huruf g
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. penyediaan fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) terdapat pada
kawasan Sentra Primer Barat di Kelurahan Kembangan Selatan;
2. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
3. parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan atau lapangan parkir untuk kawasan arteri primer terdapat pada ruas Jalan
Mawar Putih dan Jalan Meruya Ilir Raya di Kelurahan Meruya Utara; Jalan Puri
Lingkar Luar dan Jalan Puri kencana di kelurahan Kembangan Selatan,
sedangkan untuk arteri sekunder terdapat pada ruas Jalan Kembangan Raya,
Joglo Raya, Raya Inpres Joglo, Raya Srengseng, Srengseng, dan rencana jalan
arteri sejajar jalan Tol tembus Kecamatan Cengkareng dan Kecamatan
Pesanggrahan. Dan untuk kawasan kolektor primer terdapat pada ruas Jalan
Raya Meruya dan Jalan Kembangan Raya, dan pengembangan sistem angkutan
massal berbasis jalan melalui Jalan Puri Kencana;
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini dilakukan di
Kelurahan Kembangan Utara, Kembangan Selatan, Meruya Utara, Meruya Selatan,
dan Kelurahan Joglo : Peningkatan jalan tol Jakarta Outter Ring Road; dan Kelurahan
Kembangan Selatan dan Meruya Utara : Ruas Jalan Tol Jakarta Merak.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pelebaran jalan di Kelurahan Kembangan Utara pada ruas Jalan Kembangan Baru,
jalan rencana yang menghubungkan Jalan Daan Mogot dan Jalan Kembangan; di
Kelurahan Kembangan Selatan pada ruas jalan Kembangan dan Jalan Pesanggrahan;
di Kelurahan Meruya Utara pada ruas Jalan Pesanggrahan; di Kelurahan Joglo pada
ruas Jalan Joglo Raya dan Jalan Srenreng; di Kelurahan Srenseng pada ruas Jalan
Srenseng dan Jalan Pos Pengumben; di Kelurahan Kembangan Selatan pada ruas
Jalan Puri Kencana; dan di Kelurahan Meruya Utara pada ruas Jalan Perjuangan.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Meruya Utara pada ruas Jalan Pak H. Lebar, Raya
Meruya, Penyelesaian Tomang 3, Mawar Merah, Meruya Ilir Raya, Mawar Putih, Aries
Utama 4, dan Jalan Aries Utama 2, Kelurahan Srengseng pada ruas Jalan Meruya Ilir,
Penyelesaian Tomang 1, Meruya Utara, Permata Meruya 3, Intan Raya, Aries Utama
1, Aris Tirta, Aries Utama, Kembang Kerap, Teknologi 1, Topas Raya 6,
Pesanggrahan, Batu Mulia, Blok GB1, Blok J7, Blok E1, Pos Pengumben Lama,
Serengseng Baru, Wicaksana, Intercorn Kebon Jeruk, Blok H1, Sawah Balong, Blok
Q6, Srengseng, Jambo, Kebon Jeruk Indah Utara, Taman Kebon Jeruk, dan Jalan Blok
GB1; di Kelurahan Joglo pada ruas Jalan Taman Alfa Indah A2, Joglo Raya, Hankam,
Lapangan Merah, Taman Alfa Indah A17, Blok U1, dan Jalan Intercorn Kebon Jeruk;
di Kelurahan Kembangan pada ruas Jalan Kembangan Raya, Kembangan Selatan
pada ruas Jalan Kembang Elok Timur Raya, Kembangan Elok Barat Raya, Kembang
Indah Utara, Kembang Elok Utama, Kembang Permai 5, Kembang Raya, Kembang
Murni 3, Kembangan Raya, Kembangan Harum Barat Raya, Kembang Abadi 7,
Kembang Sakti, Jalan Kembangan Sakti Barat Raya; di Kelurahan Kembangan Utara
pada ruas Jalan P. Kepa, Pulau Putri, Buana Biru Besar, Pulau Sebaru, Jalan P. Laki,
Jalan Kembangan Utara, Jalan Panjang 5, Jalan P. Damar, Jalan P. Panjang, Jalan P.
Matahari 3, Jalan P. Matahari 1, Jalan Kacang Tanah Jalan Basmol Raya; di
Kelurahan Kembangan Timur pada ruas Jalan Puri Kencana.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
1. pengembangan jalan inspeksi Kali Angke di Kelurahan Kembangan Selatan,
Kelurahan Kembangan Utara; Kali Cantiga di Kelurahan Kembangan Selatan;
sepanjang sakuran di Kelurahan Kembangan Selatan, Kelurahan Kembangan
Utara dan Kelurahan Meruya Utara;
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Kembangan
Utara, Kembangan Selatan, Meruya Utara, Meruya Selatan, Joglo, dan Kelurahan
Srengseng.
Huruf h
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Kembangan Utara pada ruas Jalan Basmol Raya, Buana
Biru Besar, Buana Biru Besar 2, Kembangan Utama, Kembangan Agung Utama,
Kembangan Baru, Madding, P. Damar, P. Matahari 3, P. Sepa, Panjang 5, Panjang 6,
Pelangi, Pulau Anyer 1, Pulau Plangi 1, Pulau Plangi 2, Pulau Putri 2, Pulau Putri 3,
Pulau Putri 4, Pulo Sebaru, Pulo Sebaru 1, Pulo Sebaru 2, Pulo Sebaru 3, Pulo Sebaru
4 dan Jalan Taman Kota; di Kelurahan Kembangan Selatan pada ruas Jalan Puri
Kencana, Pesanggrahan, Kencana Raya, Kembang Indah Utama, Kembang Elok
Timur Raya, Kembang Elok Utama, Kencana Raya, Kembang Indah 5, Kembang Indah
1, Kembang Indah, Kembang Elok Barat Raya, Kembang Permai 5, Kembang Indah 3,
Kembang Harum 1, Kembang Harum 2, Kembang Harum 3, Kembang Harum 4,
Kembang Harum 5, Kembang Harum 6, Kembang Harum 7, Kembang Mulia Selatan,
Bahtera, Kembang Sakti Kembang Sakti 1, Kembang Sakti 2, Kembang Sakti Barat
Raya, Kembangan Raya, Kembang Molek 1, Molek 1, Molek 2, Molek 3, dan Jalan
Molek 4; di Kelurahan Meruya Utara pada ruas Jalan Swakarya, Kavling DKI, Haji
Lebar, Mawar Putih, Penyelesaian Tomang 3, Seraja, Kaca Piring, Dadap Merah,
Kemuning, Seraja, Melati, Kenanga, Haji Lebar, Teleg, Penyelesaian Tomang 2,
Dahlia, Anggrek 1, Anggrek 2, Tanjung 5, Tanjung 6, Tamjung 3, Tamjung 2, Nina, Pak
Haji Lebar, Meruya Lilir Raya, Zam-Zam, Meruya Lilir, Aries Tirta, Intan 2, Intan 2, Intan
3, Intan 4, Intan 5, Intan 8, Intan 7, Teknologi 1, Teknologi 2, Teknologi 3, Teknologi 4,
Teknologi 5, Teknologi 6, Teknologi 7, Teknologi 8, Teknologi 9, Teknologi 10, dan
Jalan Pesanggrahan; di Kelurahan Meruya Selatan pada ruas Jalan Regensi Lestari 8,
Regensi Lestari 10, Regensi Lestari 11, Regensi Lestari 12, Regensi Lestari 13,
Regensi Lestari 14, Meruya Udik, Haji Juhri, Swadaya Manunggal, Regensi Kebon
Jeruk, dan Jalan Manunggal; di Kelurahan Joglo pada ruas Jalan Blok Q7, Blok U10,
U9, Intercom Kebon Jeruk, Joglo Raya, Karya Baru, Migas 3, Migas 23, Palem, Palem
Raya, Pos Pengumben, Regensi Asri 1, Regensi Asri 2, Regensi Asri 3, Regensi Asri
4, Regensi Asri 5, Regensi Asri 6, Regensi Asri 7, Regensi Asri 8, Regensi Kebon
Jeruk, Srenreng, Taman Alfa Indah B3, Taman Alfa Indah A13, Taman Alfa Indah A14,
Taman Alfa Indah A15, Taman Alfa Indah A16, Taman Alfa Indah A17, Taman Alfa
Indah A18, A2, Taman Alfa Indah A3, Taman Alfa Indah B12, Taman Alfa Indah B13,
Taman Alfa Indah B14, Taman Alfa Indah B15, Taman Alfa Indah B16, Taman Alfa
Indah B17, Taman Alfa Indah B2, Taman Alfa Indah B4, dan Jalan Taman Alfa Indah
217
REV.00/DTR/VIII/2013
B8; di Kelurahan Srenseng pada ruas Jalan Karya Bakti, Pos Pengumben Lama, Pos
Pengumben, Haji Niming, Migas 2, Migas 1, Karya Sakti, Karya Baru, Swakarsa,
Intercrn Kebon Jeruk, H1, Regenci Lestari 13, Arafah, Musyawarah 3, Kebon Jeruk
Indah Utara, 1,2,3,4,5, Pulo, Srenseng, Thayibah, mawar, Arafah, Meruya Lilir, Nina,
dan Jalan Zam-Zam di.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Kembangan adalah:
1. rencana pengembangan kereta lingkar dalam kota terdapat pada stasiun
Kembangan di Kelurahan Kembangan Barat;
2. rencana pengembangan kereta Komuter Jabodetabek terdapat pada Stasiun
Kembangan di Kelurahan Kembangan Barat; dan
3. rencana perlintas tak sebidang berupa Fly Over terdapat pada Jalan Tol Jakarta
Merak di Kelurahan Meruya Utara.
Pasal 260
Cukup jelas.
Pasal 261
Cukup jelas.
Pasal 262
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 264
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 3 dan 6 dilaksanakan di ruas Jalan Kembangan Baru, Kembangan
Raya, Basmol Raya, Pulau Matahari 3, Pulau Bira, Pulau Panjang, Pulau Bira 5, Pulau
Sebaru, Pulau Laki, Buana Biru Besar, Kembangan Utara, Berlian Raya, Ring Road
Kembangan dan Jalan KH. Hasyim di Kelurahan Meruya Utara; Jalan Kembangan
Raya, Puri Indah Raya, Kembangan, Kembangan Baru 3, Kembangan Baru 5,
Kembangan Baru, Kembangan Molek, Kembangan Molek 6, Kembangan Agung
Utama, Puri Kembangan Timur, Kembang Harum Utama, Kembang Abadi Utama,
Kembang Harum Timur, Kembang Elok 6, Kencana Utama, Kencana Utama,
Pesanggrahan, H. Briti B dan Jalan Ring Road Kembangan di Kelurahan Kembangan
Selatan; Jalan Pesanggrahan, dan Jalan Meruya Utara di Kelurahan Meruya Utara;
Jalan Meruya Hilir, dan Jalan Meruya Utara di Kelurahan Meruya Selatan; Jalan
Meruya Selatan, Joglo Raya, Haji Muchtar, dan Jalan Taman Alfa Indah di Kelurahan
Joglo; dan Jalan Srenseng, Meruya Utara, Kelapa Dua, Karya Utama, Haji Niming dan
Jalan Pos Pengumben di Kelurahan Srenseng;
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 265
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas
Pasal 266
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 267
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 268
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 263
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
e. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
f. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Pasal 269
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan
kehidupan.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
218
REV.00/DTR/VIII/2013
Cukup jelas
Huruf f
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 270
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 271
Cukup jelas.
Pasal 272
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
Koridor Harmoni-Terminal Lebak Bulus melalui Kelurahan Jatipulo;
Koridor Pinang Ranti-Pluit melalui Kelurahan Kota Bambu Selatan, kelurahan Slipi,
kelurahan Kota Bambu Utara, kelurahan Jatipulo, kelurahan Palmerah, dan Kelurahan
Kemanggisan.
koridor Halim-Palmerah-Soekarno Hatta melalui Kelurahan Kemanggisan;
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Slipi : Halte
Slipi Kemanggisan; di Kelurahan Kota Bambu Utara : Halte RS Harapan Kita; di
Kelurahan Jatipulo : Halte Tomang Mandala; di Kelurahan Kemanggisan : Rencana
halte Rawabelong dan Palmerah Barat.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa
peningkatan jalan di Kelurahan Palmerah, Kelurahan Jati Pulo, Kelurahan Kota Bambu
Utara, Kelurahan Kota Bambu Selatan, Kelurahan Slipi, dan Kelurahan Kemanggisan
pada ruas Jalan Letjen S Parman; dan Kelurahan Palmerah pada ruas Jalan Tol
Jakarta Merak.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pelebaran jalan di Kelurahan Kemanggisan dan Kelurahan Palmerah pada ruas Jalan
Batusari; di Kelurahan Kemanggisan pada ruas Jalan Rawa Belong; di Kelurahan di
Kota Bambu Utara dan Kelurahan Kota Bambu Selatan pada ruas Jalan Jati Baru; di
Kelurahan Jati Pulo pada ruas Jalan Tomang Raya; di Kelurahan Slipi pada ruas Jalan
Aipda KS.Tubun; di Kelurahan Kemanggisan pada ruas Jalan Palmerah Barat; dan di
Kelurahan Kemanggisan pada ruas Jalan Palmerah Utara.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Palmerah pada ruas Jalan Kemanggisan Raya, H.
Syahdan, Palmerah Barat 9, Palmerah Barat 2, Brigjen Katamso, Anggrek Nelimurni,
Anggrek Nelimurni, Kemanggisan 3, Palmerah Tengah, Batusari, Arjuna 1,
Kemanggisan Raya, Taman Anggrek, Tomang Raya, dan Jalan Anggrek Garuda; di
Kelurahan Slipi pada ruas Jalan Slipi, Slipi 5, Slipi IX, Slipi 4, dan Jalan Tubun 3B; di
Kelurahan Kemanggisan pada ruas Jalan Sakti, Kemanggisan Utama, Kemanggisan Ilir
3, Jalan Kemanggisan Raya, Rawa Belong 2, Kemanggisan Pulo 1, dan Jalan Anggrek
Roslina 7; di Kelurahan Kota Bambu Selatan pada ruas Jalan Jati Bunder, Aipda KS.
Tubun, Kota Bambu Selatan, Kota Bambu Selatan 3, dan Jalan Kota Bambu Selatan 4;
di Kelurahan Kota Bambu Utara pada ruas Jalan Kota Bambu Utara dan Jalan
Kamboja; dan di Kelurahan Jati Pulo pada ruas Jalan Tomang Raya.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada
1. pembangunan jalan lokal yang berfungsi sebagai Jalan tembus dan jalan sejajar
pada Jalan KS. Tubun III Dalam tembus hingga Jalan Letjend Supratman;
2. pengembangan jalan inspeksi Kali Grogol di Kelurahan Palmerah dan Kanal Barat
di Kelurahan Petamburan dan Kelurahan Jatipulo; dan
3. pembangunan dan peningkatan jarinigan jalan lokal di Kelurahan Jatipulo, Kota
Bambu Utara, Kota Bambu Selatan, Slipi, Palmerah, dan Kelurahan Kemanggisan;
huruf f
Yang dimaksud dengan penerapan pembatasan lalu lintas tahap III dilakukan di
Kelurahan Palmerah, Kelurahan Jati Pulo, Kelurahan Kota Bambu Utara, Kelurahan
Kota Bambu Selatan, Kelurahan Slipi, dan Kelurahan Kemanggisan pada ruas Jalan
LetJen. S. Parman; di Kelurahan Palmerah pada ruas Jalan Arjuna Selatan; di
Kelurahan Kemanggisan dan Kelurahan Palmerah pada ruas Jalan Batusari; di
Kelurahan Kemanggisan pada ruas Jalan Rawa Belong; di Kelurahan di Kota Bambu
Utara dan Kelurahan Kota Bambu Selatan pada ruas Jalan Jati Baru; di Kelurahan Jati
Pulo pada ruas Jalan Tomang Raya; di Kelurahan Slipi pada ruas Jalan Aipda
KS.Tubun; di Kelurahan Kemanggisan pada ruas Jalan Palmerah Barat; dan di
Kelurahan Kemanggisan pada ruas Jalan Palmerah Utara.
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat ini
dilakukan di Kelurahan Jatipulo pada ruas jalan Jalan Tomang Raya, Kemala,
Kemuning, Teratai, Ranjung, Kasturi, Baitul Husana, Anyelir, Kaca Piring, Anggrek,
Melati, Mawar, Seruni, Melur, Tomang Ancar, Rosmala, Dahlia, Aster, Seroja, Radiul,
Kenanga, Tunjung Raya, Tunjung 1, Tunjung 2, Tunjung 3, Waru, Duri, Kosambi,
Letjend. S Parman dan Jalan Kosambi Dalam; di Kelurahan Kota Bambu Utara pada
ruas Jalan Wijaya Kusuma, Letjend S. Parman, Katalia, Katalia 1, Katalia 2, Katalia 3,
Katalia 4, Kota Bambu Utara 1, Kota Bambu Utara 2, Kota Bambu Utara, Jatibaru,
Gang 1, Gang 2, Gang 3, dan Jalan Gang 4; di Kelurahan Kota Bambu Selatan pada
219
REV.00/DTR/VIII/2013
ruas Jalan Kota Bambu Selatan 11, Jatibaru, dan Jalan Brigjen Katamso; di kelurahan
Slipi pada ruas Jalan Aibda K. S Tubun, Slipi 10, Slipi 9, Slipi 6, dan Jalan KS. Tubun
Dalam; di Kelurahan Kemaggisan pada ruas Jalan Letjend S. Parman, Palmerah Utara
1, Palmerah Utara 4, Palmerah Barat 2, Palmerah Barat, Rawa Belong, Rawa Belong
1, Rawa Belong 2A, Rawa Belong 4, Rawa Belong 5, Rawa Belong 5E, Haji Syahban,
Batusari, dan Jalan Rawa Belong 2C; di Kelurahan Palmerah pada ruas Jalan
Kemanggisan Raya, Sakti Raya, Kemanggisan Utama, Anggrek Garuda, Cendrawasih,
Blok 1, Neli Murni 3, Anggrek Neli Murni 5, Anggrek Neli Murni 7, Anggrek Neli Murni
11, dan Jalan Arjuna Selatan.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Palmerah adalah:
1. rencana pengembangan kereta lingkar dalam kota terdapat pada Kelurahan Jati
Pulo; dan
2. rencana perlintatas tak sebidang berupa Fly Over terdapat pada Jalan Arjuna Utara
di Kelurahan Palmerah. Jalan Letjen S.Parman di Kelurahan Jatipulo, Kelurahan
Kota Bambu Selatan, Kelurahan Kota Bambu Utara, Kelurahan Slipi.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 273
Cukup jelas.
Pasal 274
Cukup jelas.
Pasal 275
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas
Pasal 278
Huruf c
Cukup jelas
Pasal 279
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 280
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 281
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 282
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 276
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
220
REV.00/DTR/VIII/2013
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan
kehidupan.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Pasal 283
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 284
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
peningkatan jalan di Kelurahan Mahpar pada ruas Jalan Hayam Wuruk, Kelurahan Krukut
dan Kelurahan Keagungan pada ruas Jalan Gajah Mada, Kelurahan Mangga Besar,
Kelurahan Tangki, Kelurahan Mahpar dan Kelurahan Taman Sari pada ruas Jalan Mangga
Besar,
Kelurahan Keagungan, Kelurahan Glodok, Kelurahan Mangga Besar dan
Kelurahan Pinangsia pada ruas Jalan Pintu Besar Selatan, Kelurahan Pinangsia pada
ruas Jalan Jembatan Batu, Kelurahan Krukut pada ruas Jalan Kyai Haji Zainul Arifin,
Kelurahan Taman Sari pada ruas Jalan Sukarjo Wiryopranoto, Kelurahan Pinangsia pada
ruas Jalan Asemka, Kelurahan Keagungan pada ruas Jalan Rencana yang
menghubungkan Jalan Mangga Besar dan Jalan Pekapuran 1.
Huruf c
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Taman Sari pada ruas Jalan Sukarjo Wiryopranoto dan
Jalan Taman Sari Raya, Kelurahan Keagungan pada ruas Jalan Keamanan dan Jalan
Tanah Sareal, Kelurahan Maphar pada ruas Jalan Tangki, Kelurahan Tangki pada ruas
Jalan Timur Tangki Lio, Kelurahan Mangga Besar pada ruas Jalan Labu, Buni, Mangga
Besar, dan Jalan Blustru, Kelurahan Pinangsia pada ruas Jalan Pangeran
Jayakarta,Pinangsia Timur, Bank, Stasiun Kota, Lada, dan Jalan Pinangsia.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
1. pengembangan jalan inspeksi saluran Tangki di KelurahanTangki, KelurahanTangki,
Kelurahan Maphar, Kelurahan Mangga Besar, sepanjang saluran di Kelurahan Krukut,
Kelurahan Keagungan;
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Pinangsia, Glodok,
Mangga Besar, Tangki, Taman Sari, Mahpar, Keagungan, dan Kelurahan Krukut;
huruf e
Yang dimaksud dengan penerapan pembatasan lalu lintas tahap I dilakukan di Kelurahan
Mahpar pada ruas Jalan Hayam Wuruk; di Kelurahan Krukut dan Kelurahan Keagungan
pada ruas Jalan Gajah Mada; di Kelurahan Mangga Besar, Tangki, Mahpar dan Kelurahan
Taman Sari pada ruas Jalan Mangga Besar; di Kelurahan Keagungan, Glodok, Mangga
Besar dan Kelurahan Pinangsia pada ruas Jalan Pintu Besar Selatan; di Kelurahan
Pinangsia pada ruas Jalan Jembatan Batu; di Kelurahan Krukut pada ruas Jalan Kyai Haji
Zainul Arifin; di Kelurahan Taman Sari pada ruas Jalan Sukarjo Wiryopranoto; di
Kelurahan Pinangsia pada ruas Jalan Asemka; di Kelurahan Keagungan pada ruas Jalan
Rencana yang menghubungkan Jalan Mangga Besar dan Jalan Pekapuran 1.
Cukup jelas.
Pasal 285
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Koridor Terminal Blok M melalui Kelurahan Mangga Besar, Kelurahan Pinangsia dan
Kelurahan Mahpar.
Koridor Pluit- Tanjung Priok melalui Kelurahan Pinangsia.
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Pinangsia:Halte
Stasiun Kota dan Halte Fatahilah; Kelurahan Mangga Besar : Halte Glodok dan Halte
Olimo, Kelurahan Mahpar : Halte Mangga Besar.
Huruf f
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
1.
2.
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat ini
dilakukan di Kelurahan Pinangsia pada ruas Jalan Kali Besar Timur, Kali Besar Timur 1,
Kali Besar Barat, Cengkeh, Teh, Kali Besar Timur 3, Kunir, Kemukus, Pos Kota,
Ketumbar, Kali Besar 5, Lada, Bank, Asemka, Stasiun Kota, Pintu Besar Utara, Jembatan
1, Pintu Besar Selatan 1, Pintu Besar Selatan 3, Pintu Besar Selatan 4, Pasar Glodok
221
REV.00/DTR/VIII/2013
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Hurufg
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 289
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
i. peningkatan system penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
j. peningkatan system jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa
transmisi dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 290
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 1 dilaksanakan di ruas Jalan Pinangsia, Kali Besar Timur, Kali Besar
Timur 3, Pintu Besar Utara, Pintu Kecil, Asemka, Pinangsia, Jembatan Batu, dan Jalan
Pinagsia Timur di Kelurahan Pinangsia; Jalan Pinangsia Timur dan Mangga Besar 1 di
Kelurahan Mangga Besar; Jalan Mangga Besar 9 dan Jalan Mangga Besar 12 di
Kelurahan Tangki; Jalan Mangga besar 6 Utara, Mangga Besar 6, Tamansari, dan
Jalan Mangga Besar 4 di Kelurahan Tamansari; Jalan Kebon Jeruk 7, Kebon Jeruk 9,
Hayam Wuruk, dan Jalan Sukarjo Wiryopranoto di Kelurahan Mahpar; Jalan Mangga
Besar di Kelurahan Tangki dan Kelurahan Mahpar; Jalan KH Zaenul Arifin, Ketapang
Utara 1, dan Jalan Kejayaan di Kelurahan Krukut; Jalan Kerajinan, Kesederhanaan,
dan Jalan Keamanan di Kelurahan Keagungan; Jalan Kemurnian 4 dan Jalan
Pancoran di Kelurahan Glodok; Jalan Pintu Besar Selatan di Kelurahan Glodok dan
Kelurahan Keagungan; Jalan Gajah Mada di Kelurahan Keagungan dan Kelurahan
Krukut; dan
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Huruf c
Cukupjelas
Pasal 291
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 292
Cukup jelas.
Cukup jelas.
222
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 293
Cukup jelas.
Pasal 294
Ayat 2
Huruf a
Koridor Pluit - Pinang Ranti melalui Kelurahan Angke dan Kelurahan Jembatan Besi
koridor Puit - Tanjung Priok melalui Kelurahan Pekojan dan Kelurahan Roa Malaka
Cukup jelas.
koridor Halim Palmerah Soekarno Hatta melalui Kelurahan Wijaya Kusuma;
Pasal 295
Huruf a
Cukup jelas.
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Jembatan Besi :
Halte Jembatan Besi.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa peningkatan
jalan di Kelurahan Tanah Sereal pada ruas Jalan Moch. Mansyur dan Jalan Kerendang; di
Kelurahan Roa Malaka pada ruas Jalan Pintu Kecil, Perniagaan Barat, dan Jalan Pasar
Pagi; di Kelurahan Jembatan Besi pada ruas Jalan Prof. Dr. Latumenten dan Jalan
Jembatan Besi; di Kelurahan Krendang pada ruas Jalan Kerendang Barat; di Kelurahan
Duri Utara pada ruas Jalan Kerendang; di Kelurahan Tambora pada ruas Jalan Moch.
Mansyur, Perniagaan, dan Jalan Perniagaan Barat; di Kelurahan Jembatan Lima pada
Jalan Tubagus Angke di Kelurahan Angke pada ruas Jalan Perniagaan; di Kelurahan
Pekojan pada ruas Jalan Pekojan dan Jalan Moch. Mansyur; di Kelurahan Angke pada
ruas Jalan Arwana 5.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan
kehidupan.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 296
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 297
Cukup jelas.
Pasal 298
Ayat 1
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Tanah Sereal pada ruas Jalan Tanah Sereal, Tanah
Sereal, dan Jalan Hanura 10; di Kelurahan Duri Selatan pada ruas Jalan Duri dan Jalan
Duri Utara; di Kelurahan Duri Utara pada ruas Jalan Duri Utara dan Jalan Kerendang
Barat; di Kelurahan Jembatan Besi pada ruas Jalan Jembatan Besi 3, Jembatan Besi 1,
Angke Timur, dan Jalan Jelambar Selatan 2; di Kelurahan Krendang pada ruas Jalan Kali
Anyar 10; di Kelurahan Kalianyar pada ruas Jalan Kerendang, Angke Timur, Angke Utara,
dan Jalan Kerendang Utara; di Kelurahan Jembatan Lima pada ruas Jalan Perniagaan; di
Kelurahan Pekojan pada ruas Jalan Moch. Mansyur, Penjagalan, Pekojan 3, Bandengan
Selatan, Bandengan Utara, Kopi, dan Jalan Penjagalan 1; di Kelurahan Tambora pada
ruas Jalan Perniagaan Timur; di Kelurahan Roa Malaka pada ruas Jalan Tiang Bendera.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada :
1. pengembangan jalan inspeksi Kali Jelangkeng di Kelurahan Pekojan, Kelurahan Roa
Malaka, Kelurahan Tambora, Kelurahan Angke, Kelurahan Jembatan Lima,
sepanjang saluran di Kelurahan Jembatan Besi, Kelurahan Krendang, Kelurahan Duri
Utara, Kelurahan Duri Selatan; dan
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Angke, Jembatan
Besi, Kali Baru, Duri Selatan, Tanah Sereal, Duri Utara, Krendang, Tambora, Pekojan,
dan Kelurahan Malaka.
Huruf e
Yang dimaksud dengan penerapan pembatasan lalu lintas tahap I dilakukan di Kelurahan
Tanah Sereal pada ruas Jalan Moch. Mansyur dan Jalan Kerendang; di Kelurahan Roa
Malaka pada ruas Jalan Pintu Kecil, Perniagaan Barat, dan Jalan Pasar Pagi; di Kelurahan
Jembatan Besi dan Kelurahan Angke pada ruas Jalan Prof. Dr. Latumenten dan Jalan
Jembatan Besi; di Kelurahan Krendang pada ruas Jalan Kerendang Barat, Kelurahan Duri
Utara pada ruas Jalan Kerendang; di Kelurahan Tambora pada ruas Jalan Moch.
Mansyur, Perniagaan, dan Jalan Perniagaan Barat; di Kelurahan Angke pada Jalan
Tubagus Angke; di Kelurahan Pekojan pada ruas Jalan Perniagaan; di Kelurahan
223
REV.00/DTR/VIII/2013
Jembatan Lima pada ruas Jalan Pekojan dan Jalan Moch. Mansyur; Kelurahan Angke
pada ruas Jalan Arwana 5.
Huruf f
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat ini
dilakukan di Kelurahan Angke pada ruas jalan Padamulya, Tubagus Angke, Angke Jaya 1,
Angke Jaya 2, Angke Jaya 4, Angke Jaya 5, Angke Jaya 9, Angke Jaya 10, Angke Jaya
11, Angke Jaya 12, Angke Jaya 13, Angke Indah, Angke Indah 1, Angke Indah 6, Angke
Indah 8, dan Angke Indah 9; di Kelurahan Jembatan Besi pada ruas jalan Prof. DR.
Latumenten, Jembatan besi, Jembatan besi 1, Jembatan besi 2, Jembatan besi 3,
Jembatan besi 4, dan jalan Jembatan besi 5; Kelurahan Jembatan Lima pada jalan
Perniagaan, Teratai, Teratai 1, Sawah Lio 5, Angka Timur, dan jalan Laksa; di Kelurahan
Pekojan pada ruas jalan Gedung Panjang 1, Bandengan Utara 1, Bandengan Utara 2,
Bandengan Utara 3, Gedung Panjang 2 dan jalan Bandengan Selatan; di Kelurahan
Malaka pada ruas jalan Tiang Bendera, Tiang Bendera 1, Tiang Bendera 2, Tiang Bendera
3, Tiang Bendera 4, Roa Malaka, Malaka, Malaka 2, Kopi, Telepon Kota, Pasar Pagi,
Pasar Pagi 1, Pasar Pagi 2, Pasar Pagi Pintu Kecil, Perniagaan Barat; di Kelurahan Kali
Baru pada ruas jalan Kali Anyar 2, Kali Anyar 3, Kali Anyar 4, Kali Anyar 5 dan jalan Kali
Anyar 10; di Kelurahan Krendang pada ruas jalan Gang 1, Krendang Selatan dan jalan
Duri Utara; di Kelurahan Duri Utara pada ruas jalan Duri Utara dan jalan Duri Utara 4; di
Kelurahan Duri Selatan pada ruas jalan Duri.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau melalui
Kecamatan Tambora adalah:
1. rencana pengembangan jaringan MRT dengan Stasiun MRT melalui Kelurahan Kali
Baru, Duri Utara (Timur - Barat 1);
2. rencana pengembangan kereta lingkar dalam kota terdapat pada stasiun Duri di
Kalianyar, stasiun Angke di Kelurahan Angke, dan Kelurahan Roa Malaka;
3. rencana pengembangan kereta Komuter Jabodetabek terdapat pada stasiun Duri di
Kalianyar dan stasiun Angke di Kelurahan Angke;
4. rencana kereta bandara sebagaimana dimaksud terdapat pada Kecamatan Tambora
di Kelurahan Duri Selatan;dan
5. rencana perlintatas tak sebidang terdapat pada Fly Over Tomang di Kelurahan
Tambora.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 299
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 302
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
k. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
l. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 303
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 1 dilaksanakan di ruas Jalan Bandengan Selatan, Penjagalan 1,
Penjagalan 2, dan alan Pekojan 3 di Kelurahan Pekojan, jalan Roa Malaka Utara, Roa
Malaka Selatan, Kopi, Malaka 2, Perniagaan Timur, dan jalan Pasar Pagi Pintu Kecil di
Kelurahan Malaka, jalan Tambora dan jalan Moh Masyur di Kelurahan Tambora, jalan
Moh Mansyur dan jalan Tanah Sereal 7 di Kelurahan Tanah Sereal, jalan Duri dan
jalan Duri Selatan 1 di Kelurahan Duri Selatan, jalan Krendang dan jalan Duri Utara 2
di Kelurahan Duri Utara, jalan Tubagus Angke dan jalan Prof DR Latumenten di
Kelurahan Angke, jalan Jembatan Besi 2, Jalan embatan Besi, Jembatan Besi 8, dan
jalan Kali Anyar di Kelurahan Jembatan Besi; dan
Pasal 300
Cukup jelas.
Pasal 301
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 304
Cukup jelas.
Pasal 305
Huruf b
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 306
Huruf c
Cukup jelas
Cukup jelas.
224
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 307
Koridor Terminal Blok M-Pangeran Antasari melalui Kelurahan Cipete Selatan dan
Kelurahan Cilandak Barat.
Cukup jelas.
Pasal 308
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Yang dimaksud dengan
merugikankehidupan.
daya
rusak
air
adalahdaya
air
yang
dapat
Huruf f
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalahrumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 309
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 310
Cukup jelas.
Pasal 311
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
Koridor Harmoni-Lebak Bulus melalui Kelurahan Lebak Bulus.
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Cilandak:
Halte Terminal Lebak Bulus; di Kelurahan Lebak Bulus: rencana penyediaan halte pada
ruas Jalan Pasar Jumat, Ir. H. Juanda dan Jalan Jalan Lebak Bulus; di Kelurahan
Cilandak Barat : rencana penyediaan halte pada ruas Jalan TB. Simatupang; dan di
Kelurahan Cipete Selatan dan Kelurahan Cilandak Barat : rencana penyediaan halte
pada ruas Jalan Pangeran Antasari;
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat iniberupa
peningkatan jalan di Kelurahan Lebak Bulus dan Kelurahan Cilandak Barat : pada ruas
Jalan JORR.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pelebaran jalan di Kelurahan Cilandak Barat dan Kelurahan Cipete Selatan : pada ruas
Jalan Jalan Pangeran Antasari;
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor primer dalam ayat ini berupa
peningkatan jalan di Kelurahan Lebak Bulus : pada ruas Jalan Ciputat Raya; di
Kelurahan Lebak Bulus dan Kelurahan Cilandak Barat : pada ruas Jalan TB
Simatupang;
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Cilandak Barat : Jalan Dagang Negara, Gaharu 1,
Cipete Raya, Fatmawati dan Jalan Cilandak Tengah; di Kelurahan Lebak Bulus : Jalan
Gunung Balong, Lebak Bulus 3, Lebak Bulus Raya, Jalan Lebak Bulus 1, Karang
Tengah Raya, Karang Tengah 1 dan Jalan Haji Ipin; di Kelurahan Pondok Labu : Jalan
Wijaya Kusuma Ray, H. Ipin, Pondok Labu, Marga Satwa, Lebak Bulus 1, Taman
Wijaya Kusuma, Fatmawati dan Jalan Pinang; di Kelurahan Cilandak Barat : Jalan
Fatmawati, K.H. Muhasyim, 1, Cilandak Bawah 2, Bank Dagang Negara 2, Caringin
Utara, Bank Dagang Negara, Gaharu 1, Melati, Taman Wijaya Kusuma, Lebak Bulus 3,
Lebak Bulus 1 dan Jalan Terogong Raya; di Kelurahan Gandaria Selatan : Jalan Marga
Guna, Radio Dalam dan Jalan H. Nawi; di Kelurahan Cipete Selatan : Jalan Fatmawati,
Mindi, Cipete Utara, Pelita, Kemang Selatan 8, Bunga Mawar, Cipete Raya dan Jalan
Asem 2; dan di Kelurahan Lebak Bulus : Jalan Pasar Jumat, Karang Tengah, H. Baun,
Lebak Bulus 1, Cinere Lebak Bulus, Lebak Bulus 3, Gunung Balong, Karang Tengah 1,
Lebak Bulus 3 dan Jalan Jatiraya Barat;
225
REV.00/DTR/VIII/2013
Huruf f
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
1. pembangunan jalan inspeksi di sepanjang Kali Krukut, Kali Grogol dan Kali
Pesanggrahan, dan sejajar dengan jalan kereta api dengan tidak mengganggu
ruang manfaat jalur (Rumaja) KA di Kelurahan Lebak Bulus; dan
2. pembangunan dan peningkatan jalan di Kelurahan Lebak Bulus, Cilandak Barat,
Pondok Labu, Cipete Selatan, dan Kelurahan Gandaria Selatan;
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
5. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
6. penyediaan fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) terdapat pada
Kawasan Lebak Bulus di ruas Jalan Pasar Jumat Kelurahan Lebak Bulus
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Lebak Bulus : Jalan TB. Simatupang, Pasar Jumat, Pasar
Jumat 1, Batam, Cirendeu Permai, Cirendeu Permai 4, Cirendeu Permai 5, Bukit
Pratama 1, Bukit Pratama 2, Haji Sajian, Poncol Indah, Poncol Lestari, Lebak Bulus,
Lebak Indah 3, Lebak Indah 4, Lebak Indah 5, Lebak Indah 6, Cempaka Lestari,
Cempaka Lestari 1, Cempaka Lestari 2, Cempaka Lestari 3 Kapling Lebak Bulus,
Taman Lebak Bulus, Taman Lebak Bulus 1, Taman Lebak Bulus 2, Taman Lebak
Bulus 3, Taman Lebak Bulus 4, Taman Lebak Bulus 5, Taman Lebak Bulus 6, Melati
Lestari Indah, Kana Lestari, Kana Lestari 1, Kana Lestari 2, Kana Lestari 3, Kana
Lestari 4, Anggrek Lestari Indah, Anggrek Lestari, Anggrek 1, Anggrek 2, Anggrek 3,
Anggrek 4, Soka Lestari 1, Soka Lestari 2, Soka Lestari 3, Adiyaksa Raya, Adiyaksa 1,
Adiyaksa 2, Adiyaksa 3, Adiyaksa 4, Adiyaksa 5, Adiyaksa 6, Adiyaksa 7, Adiyaksa 8,
Haji Niin, Uj Riin, Lebak Bulus 1, Haji Baun, Haji Neming, dan Jalan Bonavista Raya;
di Kelurahan Cilandak Barat : Jalan KH. Muhasim, KH. Muhasim 6, KH. Muhasim 7,
KH. Muhasim 8, Keuangan, Keuangan 1, Keuangan 2, Keuangan 3, Keuangan 4,
Banjarsari, Banjarsari 1, Banjarsari 2, Banjarsari 3, Banjarsari 4, Banjarsari 5,
Fatmawati, Cilandak 1, Gereja, Pendidikan, Pendidikan 1, Persatuan, Cilandak Tengah,
Cilandak Tengah 1, Cilandak Tengah 2, Cilandak Tengah 3, Cilandak Dalam, Cilandak
Dalam 2, Cilandak Dalam 3, Nusa Indah, Sokka, Haji Naim, Haji Naim 1, Haji Naim 2,
Haji Naim 3, Teratai, MPR Raya, MPR 3, MPR 4, MPR 5, MPR 6, MPR 7, MPR 8, MPR
9, Tanjung, Wijaya Kusuma, Pelita, Deplu 1, Deplu 2, Deplu 3, Paradise, Paradise 1,
Paradise 2, Paradise 3, Paradise 4, Pangeran Antasari, Bahari, Turogong Raya,
Turogong 1, Taman Pendidikan, Cereme, Bank Dagang Negara, Bank Dagang Negara
1, Bank Dagang Negara 2, Gaharu 2, Gaharu 3, Gaharu 4, Karimun Jaya, Karimun 2,
Karimun 3, Lebak bulus Tengah, Haji Jaya, Haji Jaya 1, Haji Nasim, Haji Wasari,
Taman Cilandak, Taman Cilandak 1, Taman Cilandak 2, Taman Cilandak 3, Taman
Cilandak 4, Lebak Bulus 1, Lebak Bulus 2, Intan, Berlian, Berlian 1, Berlian 2, YDPP 1,
Jamrud 1, Jamrud 2, Jamrud 3, Cilandak Permai Raya, Lapangan Tembak, Kecubung
1, Kecubung 2, dan Jalan Taman Wijaya Kusuma; di Kelurahan Gandaria Selatan :
Jalan Haji Nawi, Fatmawati, Haji Nawi 1, Haji Nawita, Wisma Sejahtera, Madrasah,
Jakarta Housing, Komplek Agama, Taman Gandaria, Cendarawasih, Cendarawasih 1,
Cendarawasih 2, Cendarawasih 3, Cendarawasih 4, Cendarawasih 5, Teladan, dan
Jalan Turogong 1; dan di Kelurahan Cipete Selatan : Jalan Fatmawati, Cipete Utara,
Abdul Maarif, Firla, Kebon Jeruk 4, Asem 1, Komplek DKI, Cipete, Cipete 1, Cipete 2,
Cipete 3, Cipete 4, Cipete 5, Cipete Dalam 1, Bank Rakyat, Demuna, Anggrek 4, Giro,
Simpedes, Simaskot, Anggur 2, Pangeran Antasari, Puri 1 Buntu, Asem 2, Bunga
Mawar, Melati, Bunga Cempaka, Bunga Cempaka 1, Bunga Cempaka 2, Haji Saiidi 4,
Haji Saiidi 5, Mindi, Pelita , Pelita 1, Haji Ambas, Haji Abu, Amanunggal, Manunggal
Juang, Haji Jaini 1, Puri Sakti 1, Emesda A, Puri Mutiara, Puri Mutiara 1, Puri Mutiara 2,
Puri Mutiara 3, dan Jalan Arco Raya.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Cilandak adalah rencana pengembangan jalur kereta komuter
Jabodetabek Kelurahan Cipete Selatan, Cilandak Barat, Gandaria Selatan dan
Kelurahan Lebak Bulus.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 312
Cukup jelas.
Pasal 313
Cukup Jelas
Pasal 314
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Rencana pemeliharaan dan peningkatan pompa air Kecamatan Cilandak dilakukan
pada Pompa Waduk Lebak Bulus di Kelurahan Cilandak Barat; dan Pompa Waduk
Cilandak di Kelurahan Pondok Labu;
Huruf d
Rencana pemeliharaan dan peningkatan saluran sub makro Kecamatan Cilandak
dilakukan pada Saluran Kali Krukut di Kelurahan Cilandak Barat dan Kelurahan
Pondok Labu; Saluran yang sejajar Jalan Adiyaksa Raya di Kelurahan Lebak Bulus;
Saluran yang sejajar Jalan Lebak Bulus dan Jalan Karang Tengah Raya di Kelurahan
Lebak Bulus; dan Saluran yang sejajar Jalan Poncol 2 dan melintasi Jalan Cereme di
Kelurahan Cilandak Barat dan Kelurahan Gandaria Selatan;
Huruf e
rencanapemeliharaan dan peningkatan kapasitas waduk/ situ Kecamatan Cilandak
terdapat pada Waduk Lebak Bulus di Kelurahan Cilandak Barat; dan Waduk Cilandak
di Kelurahan Pondok Labu.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 315
226
REV.00/DTR/VIII/2013
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatansistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Pasal 322
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Ayat 2
Cukup jelas.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 316
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 11 dilaksanakan pada ruas Jalan IR Juanda, TB Simatupang, Adiyaksa
Raya, Lebak Bulus Raya dan Jalan Karang Tengah Raya di Kelurahan Lebak Bulus;
dan Jalan Fatmawati di Kelurahan Cipete Selatan, Cilandak Barat, dan Kelurahan
Gandaria Selatan; Jalan Pondok Labu di Kelurahan Pondok Labu; Jalan Pangeran
Antasari di Kelurahan Cipete Selatan dan Kelurahan Cilandak Barat.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 323
Cukup jelas.
Pasal 324
Ayat 1
Cukup jelas.
Pasal 317
Cukup jelas.
Pasal 318
Cukup jelas.
Pasal 319
Ayat 2
Huruf a
koridor Manggarai-UI Depok melalui Kelurahan Srengseng Sawah, Kelurahan Lenteng
Agungdan Kelurahan Tanjung Barat;
koridor Pulogadung-Pasar Minggu melalui Kelurahan Tanjung Barat; dan
Cukup jelas.
koridor Terminal Kampung Rambutan-Terminal Lebak Bulus melalui Kelurahan Tanjung
Barat dan Kelurahan Lenteng Agung;
Pasal 320
Cukup jelas.
Pasal 321
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus dilakukan di Kelurahan
Srengseng Sawah : Halte UI; di Kelurahan Lenteng Agung : halte busway di Jalan
Lenteng Agung Barat, Tanjung Barat, Lenteng Agung Timur, dan Jalan Lenteng
Agung; di Kelurahan Srengseng Sawah : halte busway di Jalan Lenteng Agung Barat;
dan di Kelurahan Tanjung Barat : Jalan TB. Simatupang.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat iniberupa
peningkatan jalan di
1.
pembangunan ruas Jalan Tol Antasari-Depok dan Jalan Tol Serpong-Cinere
melalui Kelurahan Cimpedak; dan
2.
peningkatan ruas Jalan Gedong Panjang di Kelurahan Tanjung Barat;
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan kolektor primer dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Tanjung Barat pada ruas jalan TB.Simatupang.
Huruf d
227
REV.00/DTR/VIII/2013
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Srengseng Sawah : Jalan Lenteng Agung Barat, dan
Jalan Lenteng Agung Timur; di Kelurahan Lenteng Agung : Jalan Lenteng Agung Timur
dan Jalan Tanjung Barat; di Kelurahan Cipedak : Jalan Mohamad Kahfi 1 dan Jalan
Warung Silah; di Kelurahan Srengseng Sawah : Jalan Mohamad Kahfi 2, Srengseng
Sawah, Batu, Yon Zikon, Desa Putra dan Jalan Timbul; di Kelurahan Ciganjur : Jalan
Ciganjur; di Kelurahan Jagakarsa : Jalan Sirsak; dan di Kelurahan Lenteng Agung :
Jalan Haji Ali;
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
1. pembangunan jalan inspeksi di sepanjang Jalan inspeksi di sepanjang Kali Krukut,
Kali Baru Barat, dan Kali Ciliwung; dan
2. pembangunan dan peningkatan jalan di Kelurahan Srengseng Sawah, Cipedak,
Ciganjur, Tanjung Barat, Jagakarsa; dan Kelurahan Lenteng Agung;
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1.
penyediaan fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) terdapat pada
Kelurahan Lenteng Agung; dan
2.
parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Srengseng Sawah : Jalan Komplek MABAD 1, Komplek
MABAD 2, Komplek TNI Srengseng Sawah; di Kelurahan Lenteng Agung : Jalan AMD
8, Buru, Camat Gabun, Gang Jayanti, Guru Muhyin, Guru Raya, Haji Ali, Haji Icang,
Haji Meran, Harapan, Joe, Kancil Dalam, Kancil Tiga, Langgar, Lenteng Agung,
Lenteng Agung 42, Lenteng Agung Barat, Menteng, Sepat, Haji Djoko, Lontar, Gang
Zakaria, Lagga, Agung Raya, dan Jalan Jayanti; di Kelurahan Srengseng Sawah :
Jalan Anggur, Apel, Belimbing, Gardu, Mangga, Muh. Kahfi 2, Srengseng Sawah, dan
Jalan Seroja; di Kelurahan Tanjung Barat : Jalan Cendrawasih Mas 1, Cendrawasih
Mas 3, Cendrawasih Mas 4, Cendrawasih Mas 5, Cendrawasih Mas 8, Gedong
Panjang, Merpati Mas 1, Merpati Mas 5, Merpati Mas Utama, Nangka, Poltangan,
Rajawali Mas, Rancho Indah, Tanjung, Tanjung 2, Tanjung 3, Tanjung 5, Tanjung 7,
Tanjung 9, Tanjung Barat, Tanjung Barat Selatan, Tanjung Mas Utama, Teratai Utama,
Teratai 1, Teratai 2, Teratai 3, Teratai 4, Teratai 5, Teratai 6, Teratai 7, Teratai 8,
Teratai 9, Teratai 10, Teratai 12, Teratai 13, Teratai 15, Teratai 16, Elang Kimia,
Langgar, dan Jalan Tanjung Barat Lama; di Kelurahan Srengseng Sawah dan
Kelurahan Lenteng Agung : Jalan Lenteng Agung Timur; dan di Kelurahan Lenteng
Agung dan Kelurahan Tanjung Barat : Jalan Letjend. TB. Simatupang;
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian perkeretaapian yang
ada dan/atau melalui Kecamatan Jagakarsa adalah:
1. rencana pengembangan kereta komuter terdapat Stasiun Universitas Pancasila,
dan Stasiun Lenteng Agung di Kelurahan Lenteng Agung; dan Stasiun Tanjung
Barat di Kelurahan Tanjung Barat; dan
2. rencana perlintasan tak sebidang terdapat pada fly over terdapat pada Jalan
Lenteng Agung di Kelurahan Srenseng Sawah.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 325
Cukup jelas.
Pasal 326
Ayat 1
Huruf a
pengembangan lapisan inti dilakukan dengan penempatan jaringan serat optik di ruas
Jalan Lenteng Agung Barat, Harapan dan Jalan Lenteng Agung di Kelurahan Lenteng
Agung; Jalan Tanjung Barat di Kelurahan Tanjung Barat; Jalan Jagakarsa dan Jalan
Kebagusan di Kelurahan Jagakarsa; Jalan Letjend. TB. Simatupang di Kelurahan
Tanjung Barat dan Kelurahan Lenteng Agung.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 327
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas waduk/situ dilakukan pada Waduk Ragunan 1
di Kelurahan Jagakarsa; Waduk Brigif dan Situ Mangga Bolong di Kelurahan Ciganjur;
Situ Babakan di Kelurahan Srengseng Sawah;
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 328
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
c. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
d. peningkatansistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 329
228
REV.00/DTR/VIII/2013
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 11, 12, 13 dan zona layanan 14 dilaksanakan pada ruas Jalan
Persahabatan, Timbul 4, Pindang, dan Jalan Sukarma di Kelurahan Cipedak; Jalan
Sadar dan Jalan Sirsak di Kelurahan Ciganjur; Jalan Muh. Kahfi 1 di Kelurahan
Cipedak, Jagakarsa, dan Kelurahan Ciganjur; Jalan Jagakarsa 1, Pepaya, Durian,
Paso, Kebagusan, dan Jalan Jagakarsa di Kelurahan Jagakarsa; Jalan Srengseng
Sawah dan Jalan Muh. Kahfi 2 di Kelurahan Serengseng Sawah; Jalan Lenteng
Agung, Lenteng Agung Barat, dan Jalan Lenteng Agung Timur di Kelurahan Lenteng
Agung; Jalan Tanjung Barat di Kelurahan Lenteng Agung dan Kelurahan Tanjung
Barat; Jalan Letjend. TB. Simatupang dan Jalan Tanjung Barat Lama di Kelurahan
Tanjung Barat; dan
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 330
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Pasal 336
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 337
Ayat 1
Cukup jelas.
Pasal 331
Pasal 332
Cukup jelas.
Pasal 333
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
jalur koridor Terminal Blok M - Stasiun Kota melalui Kelurahan Senayan, dan
Kelurahan Selong.
Pasal 334
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 335
Ayat 1
Huruf a
REV.00/DTR/VIII/2013
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pelebaran jalan di Kelurahan Cipete Utara : Jalan Pangeran Antasari, Pelita dan Jalan
Cipete Utara; di Kelurahan Gandaria Utara : Jalan H.Nawi, Marga Guna; di Kelurahan
Selong : Jalan Pattimura; di Kelurahan Gunung : Jalan Asia Afrika; di Kelurahan
Senayan : Jalan Jendral Sudirman dan Jalan Semanggi; di Kelurahan Melawai : Jalan
Sultan Iskandarsyah dan Jalan Sultan Hasanuddin; di Kelurahan Cipete Utara, Pulo,
dan Kelurahan Gandaria Utara : Jalan Fatmawati; di Kelurahan Pulo, Melawai dan
Kelurahan Kramat Pela : Jalan Panglima Polim; di Kelurahan Petogogan, Rawa Barat,
Melawai, dan Kelurahan Selong : Jalan Wolter Mongonsidi; di Kelurahan Rawa Barat
dan Kelurahan Petogogan : Jalan Kapten Tendean; di Kelurahan Selong, Gunung,
Melawai, dan Kelurahan Kramat Pela : Jalan Sisingamangaraja; di Kelurahan Kramat
Pela dan Kelurahan Gunung : Jalan Kyai Maja; di Kelurahan Melawai dan Kelurahan
Selong : Jalan Trunojoyo; di Kelurahan Gunung dan Kelurahan Kramat Pela : Jalan
Cileduk Raya; dan di Kelurahan Pulo dan Kelurahan Petogogan : Jalan Prapanca.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Cipete Utara : jalan Fatmawati Raya; di Kelurahan
Melawai : Jalan Fatmawati Raya, Gandaria Utara dan Jalan Panglima Polim; di
Kelurahan Melawai : Jalan Panglima Polim, Gandaria Utara, dan Jalan
Sisingamangaraja; di Kelurahan Cipete Utara : Jalan Pelita, Prapanca, Dharmawangsa
13, Fatmawati, Dharmawangsa 11 dan Jalan Cipete Utara; di Kelurahan Pulo : Jalan
Jembatan Selatan, Wijaya 2, Brawijaya, Wijaya 13, Kramat Pela, Wijaya,
Dharmawangsa, Petogogan, Panglima Polim, Fatmawati, Kramat Pela, Jembatan
Selatan, Dharmawangsa 11 dan Jalan Barito; di Kelurahan Rawa Barat : Jalan
Gunawarman, Kartanegara, Suryo dan Jalan Kartanegara; di Kelurahan Petogogan :
Jalan Gunawarman, Suryo, Wijaya, Prof. Dr. Djokosutomo, Wijaya 2 dan Jalan Wijaya
1; di Kelurahan Selong : Jalan Sisingamangaraja, Senopati, Hang Tuah VII dan Jalan
Kartanegara; di Kelurahan Melawai : Jalan Sisingamangaraja, Wijaya 13, Panglima
Polim, Tirtayasa, Bulungan dan Jalan Melawai; di Kelurahan Gunung : Jalan Hang
Lekir, Hang Tuah VII, Pati Unus, Pakubowono VI, Hang Lekiu 1, Lauser dan Jalan
Jamblang; di Kelurahan Kramat Pela : Jalan Pati Unus, Bulungan, Gandaria Tengah 2,
Kramat Pela, Gandaria, Barito, Melawai dan Jalan Gandaria 1; dan di kelurahan
Gandaria Utara : Jalan Radio Dalam dan Jalan Gandaria 1;
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
1. pembangunan jalan inspeksi di sepanjang Jalan inspeksi di sepanjang Kali Krukut
dan Kali Grogol dan sejajar dengan Jalan kereta api dengan tidak mengganggu
ruang manfaat jalur (Rumaja) KA di Kelurahan Cipete Utara; dan
2. pembangunan dan peningkatan jalan di Kelurahan Cipete Utara, Pulo, Selong,
Senayan, Rawa Barat, Gunung, Petogogan, Melawai, Kramat Pela, Gandaria
Utara, dan Kelurahan Kebayoran Baru;
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. penyediaan fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) terdapat pada
kelurahan Melawai;
2. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
3. parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan atau lapangan parkir di Kelurahan Senayan : Jalan Jenderal Sudirman; di
Kelurahan Melawai : Jalan Sisingamangaraja, Wijaya 13, Panglima Polim,
REV.00/DTR/VIII/2013
Cukup jelas.
Pasal 340
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 341
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
e. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
f. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 342
Ayat 1
huruf a
Cukup jelas.
huruf b
Cukup jelas.
huruf c
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas jaringan perpipaan air limbah terpusat (off
site) berada di Jalan Pakubuwono 6 di Kelurahan Gunung; Jalan Gandaria 1, Gandaria
dan Jalan Gandaria Tengah 3 di Kelurahan Kramat Pela; Jalan Radio Dalam di
Kelurahan Gandaria Utara; Jalan Melawai dan Jalan Sultan Iskandarsyah di Kelurahan
Melawai; Jalan Pangeran Antasari di Kelurahan Pulo dan Kelurahan Cipete Utara;
Jalan Wolter Monginsidi di Kelurahan Rawa Barat dan Kelurahan Petogogan; Jalan
Sisingamangaraja di Kelurahan Melawai dan Kelurahan Kramat Pela; Jalan Panglima
Polim di Kelurahan Melawai dan Kelurahan Pulo; Jalan Fatmawati di Kelurahan Pulo,
Cipete Utara, dan Kelurahan Gandaria Utara.
Pasal 339
231
REV.00/DTR/VIII/2013
huruf d
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 343
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 349
Cukup jelas.
Pasal 350
Ayat 1
Cukup jelas.
Pasal 344
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
Koridor Harmoni - Lebak Bulus melalui Kelurahan Pondok Pinang, Kebayoran Lama
Selatan, Kebayoran Lama Utara, Grogol Selatan dan Kelurahan Grogol Utara.
Cukup jelas.
Koridor Ciledug - Blok M melalui Kelurahan Kebayoran Lama Utara dan Kelurahan
Cipulir.
Pasal 345
Pasal 346
Pasal 347
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 348
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
koridor Terminal Lebak Bulus - Terminal Kalideres melalui Kelurahan Pondok Pinang.
koridor Parung - Terminal Lebak Bulus melalui Kelurahan Pondok Pinang;
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Pondok
Pinang: Halte Lebak Bulus, Pondok Pinang, Pondok Indah Satu, Pondok Indah Dua,
Halte rencana pada Ruas Jalan Ir. Juanda, Halte rencana pada Ruas Jalan RA Kartini,
Halte rencana pada Ruas Jalan TB. Simatupang dan Jalan Pasar Jumat dan Halte
rencana pada Ruas Jalan Lebak Bulus dan Jalan Ciputat Raya; Kelurahan Kebayoran
Lama Selatan: Halte Tanah Kusir Kodim dan Halte Kebayoran Lama Bungur;
Kelurahan Kebayoran Lama Utara: Halte Pasar Kebayoran Lama; Kelurahan Grogol
Selatan: Halte Simprug dan halte Permata Hijau; Kelurahan Kebayoran Lama Utara
dan Kelurahan Cipulir: Rencana Penyediaan Halte pada Ruas Jalan Ciledug Raya;
Kelurahan Grogol Utara: Halte rencana pada Ruas Jalan Palmerah Barat;
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pembangunan Jalan di Kelurahan Pondok Pinang, Kebayoran Lama Utara dan
Kelurahan Kebayoran Lama Selatan: Jalan Rencana yang menghubungkan Jalan
Sultan Iskandaar Muda; Kelurahan Cipulir dan Kelurahan Kebayoran Lama Utara:
Jalan Cileduk Raya dan Jalan Kebayoran Lama Flyover; Kelurahan Grogol Selatan:
Jalan Teuku Nyak Arief dan Jalan Simpruk Golf 2; Kelurahan Grogol Utara: Jalan
Palmerah Barat dan Jalan Letjen Supeno; Kelurahan Grogol Utara dan Kelurahan
Grogol Selatan: Jalan Tentara Pelajar; dan di Kelurahan Cipulir dan Kelurahan Grogol
Selatan: Jalan Swadarma Raya dan Jalan Panjang.
Huruf c
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor primer dalam ayat ini berupa
pemeliharaan Jalan di Kelurahan Pondok Pinang: Jalan Kartini, Jalan Pasar Jum`at
232
REV.00/DTR/VIII/2013
dan Jalan Metro Pondok Indah; dan di Kelurahan Grogol Utara: Jalan Arteri Kebayoran
Lama.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan Jalan di Kelurahan Cipulir: Jalan Peninggaraan Raya dan Jalan Panjang
Cipulir; Kelurahan Pondok Pinang: Jalan Gedung Hijau Raya, Sekolah Duta Raya,
Ciputat Raya, Sekolah Duta 1, Duta Niaga Raya, Duta Indah 3, Terogong Raya,
Sekolah Kencana 4, Niaga Hijau Raya, Gedung Hiaju 1, Metro Kencana 4, Kartika
Utama, Haji Banan, Marga Guna dan Jalan Bintaro Raya; Kelurahan Kebayoran Lama
Selatan: Jalan Bintaro Raya dan Jalan Gandaria; Kelurahan Grogol Utara: Jalan Patal
Senayan; Kelurahan Kebayoran Lama Utara dan Kebayoran Lama Selatan: Jalan
Ciputat, Bendi Besar dan Jalan Delman Utama; Kelurahan Kebayoran Lama Utara:
Jalan Jamblang, Peninggaran Timur 3, Peninggaran Barat 1 dan Jalan Masjid Al Huda;
Kelurahan Kebayoran Lama Selatan, Kebayoran Lama Utara dan Kelurahan Cipulir:
Jalan Delman Raya; Kelurahan Kebayoran Lama Utara dan Kelurahan Cipulir: Jalan
Laut Jawa; Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Grogol Selatan dan Kelurahan Cipulir:
Jalan Kebayoran Lama; Kelurahan Kebayoran Lama Utara dan Kelurahan Grogol
Selatan: Jalan Kramat; Kelurahan Grogol Selatan: Jalan Rawa Simprug 10, Keramat
Patal Senayan, Panjang Cipulir, Panjang Dodol, Asirud, H M Tohir dan Jalan Limo; dan
Kelurahan Grogol Utara dan Kelurahan Grogol Selatan: Jalan Patal Senayan Simprug,
Permata Hijau dan Patal Senyan 1.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
1. pembangunan jalan inspeksi di sepanjang Jalan inspeksi di sepanjang Kali
Grogol, Kali Sodetan Grogol, dan Kali Pesanggrahan; dan
2. pembangunan dan peningkatan jalan di Kelurahan Pondok Pinang, Kebayoran
Lama Selatan, Grogol Utara, Kebayoran Lama Utara, Cipulir, Grogol selatan, dan
Kelurahan Cipulir.
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) terdapat pada kawasan Pondok
Indah di kelurahan Pondok Pinang;
2. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
3. parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan atau lapangan parkir diarahkan pada ruas Jalan di Kelurahan Grogol Utara:
Jalan Kebayoran Lama; Kelurahan Cipulir: Jalan Peninggaraan Raya dan Jalan
Panjang Cipulir; Kelurahan Pondok Pinang: Jalan Gedung Hijau Raya, Sekolah
Duta Raya, Ciputat Raya, Sekolah Duta 1, Duta Niaga Raya, Duta Indah 3,
Terogong Raya, Sekolah Kencana 4, Niaga Hijau Raya, Gedung Hiaju 1, Metro
Kencana 4, Kartika Utama, Haji Banan, Marga Guna dan Jalan Bintaro Raya;
Kelurahan Kebayoran Lama Selatan: Jalan Bintaro Raya dan Jalan Gandaria;
Kelurahan Kebayoran Lama Utara dan Kebayoran Lama Selatan: Jalan Ciputat,
Bendi Besar dan Jalan Delman Utama; Kelurahan Kebayoran Lama Utara: Jalan
Jamblang, Peninggaran Timur 3, Peninggaran Barat 1 dan Jalan Masjid Al Huda;
Kelurahan Kebayoran Lama Selatan, Kebayoran Lama Utara dan Kelurahan
Cipulir: Jalan Delman Raya; Kelurahan Kebayoran Lama Utara dan Kelurahan
Cipulir: Jalan Laut Jawa; Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Grogol Selatan dan
Kelurahan Cipulir: Jalan Kebayoran Lama; Kelurahan Grogol Selatan: Jalan
Kramat di Kelurahan Kebayoran Lama Utara dan Kelurahan Grogol Selatan,
Jalan Rawa Simprug 10 dan Jalan Keramat Patal Senayan, Jalan Panjang
Cipulir, Jalan Panjang Dodol, Jalan Asirud, Jalan H M Tohir, Jalan Limo;
Kelurahan Grogol Utara dan Grogol Selatan: Jalan Patal Senayan Simprug,
Jalan Permata Hijau, Jalan Patal Senyan 1; dan di Kelurahan Grogol Utara Jalan
Patal Senayan.
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini diarahkan pada ruas Jalan di Kelurahan Pondok Pinang: Jalan Pasar Jumat, Sapta
Raya, Sapta Taruna, Sapta Taruna 1, Sapta Taruna 2, Sapta Taruna 3, Muktarudin,
Suhada, Suhada 1, Suhada 2, Haryono, Haryono 1, Haryono 2, RA Kartini, Lebak
Bulus, Mawar, Mawar 1, Mawar 2, Mawar 3, Mawar 4, Melati, Haji Sadikin, Pupan, Haji
Nawi, Lebak Sari, TB Simatupang, Duta Niaga Raya, Duta Indah, Duta Indah 1, Duta
Indah 2, Duta Indah 3, Duta Indah 4, Metro Pondok Indah, Duta Permai 5, Sekolah
Duta 5, Bukit Hijau 8, Bukit Hijau 10, Niaga Hijau 1, Niaga Hijau 2, Niaga Hijau 3,
Niaga Hijau 4, Niaga Hijau 5, Niaga Hijau 6, Niaga Hijau 7, Niaga Hijau 8, Niaga Hijau
9, Sekolah Kencana 1, Metro Kencana 4, Pondok Hijau, Pondok Hijau 1, Pondok Hijau
2, Pondok Hijau 3, Pondok Hijau 4, Pondok Hijau 5, Pondok Hijau 6, Pondok Hijau 7,
Pondok Hijau 8, Pondok Hijau 9, Pondok Hijau 10, Pondok Hijau 11, Raharja, Ciputat
Raya, Buana, Buana Karya 1, Buana Karya 2, Buana Karya 3, karyawan, Kenanga,
Gedung Hijau Raya, Gedung Hijau 1, Gedung Hijau 2, Gedung Hijau 5, Kampung Baru
1, Kampung Baru 2, Haji Banan, Tanah Raya, Tanah Arak, Tanah Arak 1, Tanah Arak
2, Pinang Merah 1, Pinang Merah 2, Pinang Merah 3, Pinang Merah 4, Pinang Merah
5, Pinang Merah 7, Kartika Pinang, Pinang Perak 1, Gedung Pinang, Pinang Nikel,
Pinang Nikel 1, Pinang Nikel 2, Pinang Nikel 3, Pinang Nikel 4, Kartika Pinang, Kartika
Pinang 3, Kartika Pinang 4, Kartika Pinang 5, Kartika Pinang 6, Kartika Pinang 6,
Kartika Pinang 8, Kartika Pinang 9, Kartika Pinang 10, Alam Segar 1, Alam Segar 2,
Alam Segar 3, Alam Segar 4, Alam Segar 5, Alam Segar 6, Alam Segar 7, Alam Segar
8, Alam Segar 9, Alam Segar 10, Alam Segar 11, Alam Elok 1, Alam Elok 2, Alam Elok
3, Alam Elok 4, Alam Elok 5, Alam Elok 6, Alam Elok 7, Alam Elok 8, Alam Elok 9, Haji
Goden, Haji Goden 1, Haji Goden 2, Haji Goden 3, Haji Goden 4, Haji Muhi, Haji Muhi
1, Haji Muhi 2, Haji Muhi 3, Haji Muhi 4, Haji Muhi 5, Haji Muhi 6, Haji Muhi 7, Haji Muhi
8, Haji Muhi 9, Haji Muhi 10, Haji Muhi 11, Haji Muhi 12, Kramat, Kramat 1, Kramat 2,
Bang Esim, Pondok Pinang, Pondok Pinang 1, Pondok Pinang 2, Pondok Pinang
Emas 1, Pondok Pinang Emas 2, Pondok Pinang Emas 3, Pondok Pinang Emas 4,
Pondok Pinang Emas 5, Pondok Pinang Emas 6, Pondok Pinang Emas 7, Pondok
Pinang Emas 8, Pondok Pinang Emas 9, Pondok Pinang Emas 10, Pinang Kuningan 1,
Bintaro Raya dan Jalan Marga Stama; Kelurahan Pondok Pinang, Kebayoran Lama
Selatan dan Kelurahan Kebayoran Lama Selatan: Jalan Sultan Iskandar Muda;
Kelurahan Kebayoran Lama Selatan: Jalan Tanah Kusir, Tanah Kusir 1, Tanah Kusir 2,
Tanah Kusir 3, Tanah Kusir 4, Cendrawasih, Cendrawasih 1, Cendrawasih 2, Harun,
Praja Dalam A, Praja Dalam B, Praja Dalam C, Praja Dalam D, Praja Dalam E, Praja
Dalam K, Nimun, Komplek Kaltex, Ismail, Johari, Musa, Johari 1, Johari 2, Johari 3,
Johari 4, Komplek Agraria, Darma Putra Raya, Darma Putra Raya 1, Darma Putra
Raya 2, Darma Putra Raya 3, Bungur, Bungur 1 dan Jalan Bungur 2; Kelurahan
Kebayoran Lama Utara: Jalan Bintaro Raya, Ciputat Raya, Bendi Baru, Bendi Besar,
Bendi 1, Bendi 2, Bendi 3, Bendi 4, Bendi 5, Bendi 6, Bendi 7, Bendi 8, Bendi 9, Bendi
10, Bendi 11, Bendi 12, Bendi 13, Bendi 14, Bendi 15, Air Maya, Maya Garden,
Makmur, Dukuh Raya, Masjid Al Huda, Kebon Mangga 3 dan Jalan Jamblang;
Kelurahan Grogol Selatan: Jalan Masjid Al Mubarok, Masjid Al Mubarok 1, Masjid Al
Mubarok 2, Laut Jawa, Laut Ambon, Laut Maluku, Laut Banda, Laut Seram, Sanusi,
Makam Penghulu, SD Cipulir, Ciledug Raya, Baru, Cipulir 1, Cipulir 2, Cipulir 3, Cipulir
4, Cipulir 5, Cipulir 6, Haji Amsar, Panjang Cipulir, Lemigas A, Lemigas B, Lemigas C,
Kebon Mangga, Kebon Mangga 1 dan Jalan Kebon Mangga 2 di Kelurahan Cipulir;
Jalan Kramat, Kramat 1, Simpruk Garden, Garden 5, Garden 6, Garden 7, Simpruk
Golf dan Jalan Hang Lekir 1; dan di Kelurahan Grogol Utara: Jalan Kebon Nanas,
Kebon Nanas 1, Kebon Nanas 2, Kebon Nanas 3, Kebon Nanas 4, Permata Safari,
233
REV.00/DTR/VIII/2013
Permata Berlian, Permata Merah, Permata Intan, Permata Intan 1, Permata Intan 2,
Permata Intan 3, Permata Intan 4, Permata Hijau, Letjen Supomo, Biduri, Biduri 1,
Biduri Bulan 3, Biduri Bulan 4, Taman Biduri, Masjid Nur, Opal, Opal 1, Cirkon, Topas,
Merah Hati, Merah Putih, Merah Siang, Merah Delima, Pirus, Ridwan, Ridwan 1,
Ridwan 2, Ridwan 3, Ridwan 4, Pluis, Ujo Kenanga, Kemandoran Raya, Pulo Melati,
Pulo Kemandoran, Kemandoran 1, Kemandoran 2, Kemandoran 3, Kemandoran 4,
Kemandoran 5, Kemandoran 6, Kemandoran 7 dan Jalan Kemandoran 8.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian melalui dan/atau di
Kecamatan Kebayoran Lama adalah:
1. rencana pengembangan jaringan MRT terdapat pada pengembangan jalur MRT
timur barat Tahap II dengan stasiun MRT Kebayoran Lama di Kelurahan Cipulir,
Kelurahan Grogol Selatan, Kelurahan Kebayoran Baru, Kelurahan Gunung,
Kelurahan Selong, Kelurahan Rawa Barat;
2. rencana pengembangan kereta lingkar dalam kota terdapat pada Stasiun
Kebayoran Lama di Kelurahan Kebayoran Lama Utara;
3. rencana pengembangan kereta Komuter Jabodetabek terdapat pada kawasan
Stasiun Kebayoran Lama di Kelurahan Kebayoran Lama Utara; dan
4. rencana perlintasan tak sebidang terdapat pada Fly Over Dukuh Atas Sudirman
melalui ruas Jalan Metro Pondok Indah di Kelurahan Pondok Pinang. Fly Over
Palmerah S.Parman melalui Jalan Kebayoran Lama di Kelurahan Grogol Selatan
dan Kelurahan Cipulir. Jalan Ciledug Raya di Kelurahan Cipulir.
Ayat 4
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 354
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
g. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
h. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 351
Cukup jelas.
Pasal 352
Ayat 1
pengembangan lapisan inti dilakukan dengan penempatan jaringan serat optik di Jalan
TB Simatupang, Margaguna, Pasar Jumat, Ir Juanda, RA Kartini, dan Jalan Metro
Pondok Indah di Kelurahan Pondok Pinang; Jalan Sultan Iskandar Muda, KH M Shafii
Hadzani di Kelurahan Kebayoran Lama Utara dan Kelurahan Kebayoran Lama Selatan;
Jalan Ciputat Raya di Kelurahan Kebayoran Lama Selatan, Kebayoran Lama Utara dan
Kelurahan Pondok Pinang; Jalan Masjid Al Huda dan Jalan Kramat di Kelurahan
Kebayoran Lama Utara; Jalan Cileduk Raya di Kelurahan Cipulir; Jalan Keramat Patal
Senayan, Teuku Nyak Arief, Simprug Golf 2 di Kelurahan Grogol Selatan; Permata
Hijau Boulevard Barat, Tentara Pelajar, Tanah Baru 1 di Kelurahan Grogol Utara; dan
Jalan Kebayoran Lama dan Letjen Supeno di Kelurahan Cipulir dan Kelurahan Grogol
Selatan;
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 355
Cukup jelas.
Pasal 356
Cukup jelas.
Pasal 357
Cukup jelas.
Pasal 358
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 359
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 360
Pasal 353
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
234
REV.00/DTR/VIII/2013
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 361
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa
perbaikan jalan di Kelurahan Kuningan Barat dan Kelurahan Mampang Prapatan: ruas
Jalan Jenderal Gatot Subroto.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
perbaikan jalan di Kelurahan Mampang Prapatan, Pela Mampang, dan Kelurahan
Kuningan Barat: Jalan Kapten Tendean; Kelurahan Mampang Prapatan, Tegal Parang,
dan Kelurahan Kuningan Barat: Jalan Mampang Prapatan; dan di Kelurahan Kuningan
Barat: Jalan Rasuna Said.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor primer dalam ayat ini berupa
perbaikan ruas Jalan dan pelebaran Jalan di Kelurahan Mampang Prapatan: Jalan
Tegal Parang; dan di Kelurahan Pela Mampang dan Kelurahan Tegal Parang: Jalan
Mampang Prapatan 11.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
perbaikan ruas Jalan dan pelebaran Jalan di Kelurahan Mampang Prapatan: Jalan
Tegal Parang; Kelurahan Pela Mampang dan Tegal Parang: Jalan Mampang Prapatan
11; Kelurahan Bangka: Jalan Kemang Raya, Kemang selatan 8, Jalan Bangka,
Kemang timur, Kemang utara dan Jalan Kemang utara 9; Kelurahan Pela Mampang:
Jalan Kemang utara, Bangka 1, Bangka, dan Jalan Bangka 8; Kelurahan Tegal Parang:
Jalan Bangka 8 dan Jalan Mampang selatan; Kelurahan Mampang Prapatan: Jalan
Mampang Prapatan 8, Tegal Parang utara dan Jalan Tegal Parang selatan; dan di
Kelurahan Kuningan Barat: Jalan Bangka 1.
Pasal 362
Cukup jelas.
Pasal 363
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
koridor Dukuh Atas - Ragunan melalui Kelurahan Tegal Parang, Kelurahan Kuningan
Barat dan Kelurahan Mampang Prapatan.
koridor Pinang Ranti - Pluit melalui Kelurahan Kuningan Barat dan Kelurahan
Mampang Prapatan.
koridor Blok M menuju Pondok Kelapa melalui Kelurahan Pela Mampang dan
Kelurahan Mampang Prapatan.
koridor Halim Palmerah Soekarno Hatta melalui Kelurahan Bangka.
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Tegal
Parang: Halte Duren Tiga; Kelurahan Mampang Prapatan: Halte Mampang Prapatan;
Kelurahan Kuningan Barat: Halte Tegal Parang, Halte Kuningan Barat, Halte Gatot
Subroto Jamsostek, Halte Gatot Subroto LIPI; Kelurahan Bangka: halte di Jalan
Kemang; dan di Kelurahan Pela Mampang dan Kelurahan Mampang Prapatan: halte
busway pada ruas jalan Kapten Tendean.
Huruf f
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
1. pengembangan jalan inspeksi saluran di sepanjang Kali Krukut, Kali Cideng, Kali
Mampang; dan
2. pembangunan dan peningkatan jalan di Kelurahan Bangka, Tegal Parang, Pela
Mampang, Mampang Prapatan; dan Kelurahan Kuningan Barat.
Huruf g
Yang dimaksud dengan penerapan pembatasan lalu lintas berupa penerapan
pembatasan lalu lintas tahap II yang diarahkan di Kelurahan Kuningan Barat dan
Kelurahan Mampang Prapatan: pada ruas Jalan Jenderal Gatot Subroto.
Huruf h
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini diarahkan di Kelurahan Kuningan Barat: Jendral Gatot Subroto, Widya Chandra
Raya, Taman Widya Chandra, Kuningan Barat, Kuningan Barat 1, Poncol Jaya, Poncol
2, Poncol 3. Poncol 5, Poncol 6, Kuningan Barat 2, Wijaya Karta Raya, Wijaya Karta
Raya 2, Wijaya Karta Raya 3, dan Jalan Wijaya Karta Raya 4; Kelurahan Pela
Mampang: Jalan Bangka, Kapten Tendeang, Bangka 1, Bangka 2, Bangka 2a, Bangka
1d, Bangka 1b, Pondok Karya 1, Pondok Karya 11, Pondok Karya 5, Pondok Karya 4,
Buntu, Bangka 5, Bangka 10, Bangka 11, Bank, Bank 1, Bank 4, Bank 5, Bank 6,
Galindra, Canadianti, Liliana, Prapanca 6, Prapanca 7, dan Jalan Bangka 11a;
Kelurahan Bangka: Jalan Kemang, Kemang Utara, Kemang 1, Kemang 1a, Kemang
1b, Taman Kemang, Taman Kemang 2, Bangka 11 b, Kemang Utara 1, Kemang Utara
33, Kemang Utara 5, Kemang Utara 2, Kemang Utara 4, Kemang Utara 3, Kemang
235
REV.00/DTR/VIII/2013
Utara 6, Kemang Utara 7, Kemang Utara 7a, Kemang Utara 7c, Kemang Utara 8,
Kemang Utara 9, Kemang Timur, Kemang Timur 5, Kemang Timur 3, Kemang Timur 4,
Kemang Tengah, Kemang Barat, Kemang 4, Kemang Raya, dan Jalan Kemang
Selatan 8; Kelurahan Tegal Parang: Jalan Mampang Prapatan, Mampang Prapatan 9,
Mampang Prapatan 10, Mampang Prapatan 11, Mampang Prapatan 12, Mampang
Prapatan 13, Mampang Prapatan 14; dan di Kelurahan Mampang Prapatan: Jalan
Kapten Tendeng, Mampang Prapatan, Tegal Parang Utara, Mampang Prapatan 1,
Mampang Prapatan 2, Mampang Prapatan 3, Mampang Prapatan 4, Zeni, Zeni 1, Zeni
2, Zeni 3, Alnistaqin, Tegal Parang Utara 4, dan Jalan Tegal Parang Utara 5.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian melalui dan/atau di
Kecamatan Mampang Prapatan adalah:
1. rencana pengembangan jaringan MRT terdapat pada pengembangan jalur MRT
timur barat Tahap II dengan Stasiun MRT Mampang Prapatan di Kelurahan
Kuningan Barat;
2. rencana pengembangan kereta komuter Jabodetabek terdapat pada Stasiun
Mampang Prapatan di Kelurahan Mampang Prapatan; dan
3. rencana perlintasan tak sebidang terdapat pada Jalan Jend.Gatot Subroto di
Kelurahan Kuningan Barat. Jalan Mampang Prapatan di Kelurahan Mampang
Prapatan.
Ayat 4
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 367
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
i. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
j. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 364
Cukup jelas.
Pasal 365
Ayat 1
pengembangan lapisan inti dilakukan dengan penempatan jaringan serat optik di Jalan
Mampang Prapatan di Kelurahan Mampang Prapatan, Kuningan Barat, dan Kelurahan
Tegal Parang; Jalan Kapten Tendean di Kelurahan Pela Mampang dan Kelurahan
Mampang Prapatan; Jalan Gang H. Janih di Kelurahan Bangka;Jalan Gatot Subroto di
Kelurahan Kuningan Barat; Jalan Bangka di Kelurahan Pela Mampang dan Jalan
Kemang Raya di Kelurahan Bangka.
Pasal 368
Ayat 1
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas jaringan perpipaan air limbah terpusat (off
site) berada di ruas jalan Kapten Tendeang di Kelurahan Pela Mampang dan
Kelurahan Mampang Prapatan; Jalan Bangka, Bangka 1 di Kelurahan Pela Mampang;
Jalan Kemang Raya di Kelurahan Bangka; dan Jalan Mampang Prapatan di Kelurahan
Tegal Parang, Mampang Prapatan dan Kelurahan Kuningan Barat.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 369
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 370
Pasal 366
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Pasal 371
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 372
Cukup jelas.
Huruf b
sistem polder nomor 64 memiliki daerah layanan hidrologi yang meliputi Kelurahan
Kuningan Barat.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 373
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
236
REV.00/DTR/VIII/2013
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 374
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 375
Cukup jelas.
Pasal 376
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
Koridor Ragunan-Dukuhmelalui Kelurahan Kalibata dan Kelurahan Duren Tiga.
Koridor Blok M-Pondok Kelapa melalui Kelurahan Pancoran dan Kelurahan Cikoko.
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat iniberupa
peningkatan jalan di Kelurahan Pancoran, Duren Tiga, dan Kelurahan Kalibata pada
ruas Jalan Tol Pasar Minggu-Casablanca; dan di Kelurahan Pancoran pada ruas Jalan
Jend. Gatot Subroto.
Huruf d
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pelebaran jalan di Kelurahan Kalibata dan Kelurahan Duren Tiga pada ruas Jalan
Mampang Prapatan; di Kelurahan Pancoran, Duren Tiga, dan Kelurahan Duren
Tigapada ruas Jalan Pasar Minggu Raya; dan di Kelurahan Kalibata pada ruas jalan
Warung Jati Barat.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor primer dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan diKelurahan Kalibatapada ruas Jalan Warung Jati Timur; di
Kelurahan Duren Tiga pada ruas Jalan Duren Tiga dan Jalan Duren Tiga Selatan; dan
di Kelurahan Rawajati pada ruas Jalan Rawajati Timur dan Jalan Pahlawan Kalibata.
Huruf f
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan diKelurahan Pancoran pada ruas Jalan Pancoran Timur dan Jalan
Rasamala; di Kelurahan Kalibata pada ruas Jalan Duren Tiga Selatan dan Jalan
Pahlawan Kalibata; di Kelurahan Duren Tiga pada ruas Jalan Pahlawan Kalibata,
Duren Tiga, Duren Tiga Utara, Kemang Utara 9, Pahlawan Kalibata dan Jalan Duren
Tiga; di Kelurahan Pengadegan pada ruas Jalan Pangadegan Utara 5, Pangadegan
Utara, Cikoko timur, Cikoko barat 9, Pengadegan Timur dan Jalan Pangadegan Utara;
di Kelurahan Cikoko pada ruas Jalan Cikoko Timur, Pancoran Timur 2 dan Jalan
Cikoko Barat 9 dan di Kelurahan Rawajati pada ruas Jalan Cikoko Timur, Pengadegan
selatan, Pengadegan Timur, Duren Tiga Timur, Pangadegan, Rajawali Barat 2,
Rajawali Timur, Rajawali Barat, Kalibata, Pahlawan Kalibata dan Jalan Kalibata Baru.
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
7. pengembangan jalan inspeksi sepanjang Kali Ciliwung, Kali Baru Barat, Kali
Cideng, dan Kali Mampang.
8. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Cikoko,
Pengadegan, Rawajati, Duren Tiga, Kalibata, danKelurahan Pancoran;
Huruf h
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
7. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
8. parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan atau lapangan parkir terdapat di Kawasan Arteri Primer pada ruas Jalan
Pasar Minggu Raya, MT. Haryono, Mampang Prapatan dan Jalan Warung Jati
Barat; dan di Kawasan Kolektor Primer pada ruas Jalan Warung Jati Timur,
Duren Tiga, Duren Tiga Selatan, Rawa Jati Timur dan Jalan Pahlawan Kalibata.
Huruf j
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Cikoko pada ruas Jalan Cikoko Barat, Cikoko Barat 1,
Cikoko Barat 3, Cikoko Barat 5, Cikoko Barat 6, Cikoko Barat 8, Cikoko Barat 9
Cikoko Timur, dan Jalan Letjend. MT. Haryono; di Kelurahan Duren Tiga pada ruas
Jalan Batam Agam 1, Batam Agam, Dieng, Duren Tiga, Duren Tiga Barat, Duren Tiga
Barat 1A, Duren Tiga Barat 1B, Duren Tiga Barat 3, Duren Tiga Barat 6, Duren Tiga
237
REV.00/DTR/VIII/2013
Indah 1, Duren Tiga Indah 2, Duren Tiga Indah 3, Duren Tiga Indah 4, Duren Tiga
Indah 5, Duren Tiga Indah 9, Duren Tiga Selatan, Duren Tiga Selatan 2, Duren Tiga
Selatan 7, Duren Tiga Utara, Duren Tiga Buntu, Gajah Mungkur, Kemang Timur 5,
Kemang Utara 9, Laboratorium, Mampang Prapatan, Mampang Prapatan 14,
Mampang Prapatan 15, Mampang Prapatan 15C, Mampang Prapatan 17, Mampang
Prapatan 18, Mampang Prapatan 19, Mampang Prapatan 20, Mawar, Melati, Minyak,
Minyak 1, Minyak 3, Minyak 4, Minyak 5, Minyak 6, Pancoran Barat, Pancoran Barat 9,
Pertanian, Pertanian 1, Pertanian 2, Plamboyan, Pancoran Indah, Potlot, Potlot 1,
Potlot 2, PU Bangka 30, Riam Kanan, Saguling, Saguling 1, Saguling 2, Siguragura,
Tegal Parang Selatan, Veteran & Minyak 6, Pertamina, dan Jalan Minyak 4; di
Kelurahan Pangadegan pada ruas Jalan Pengadegan Utara; di Kelurahan Kalibata
pada ruas Jalan Buncit Indah (AMII), Kalibata Selatan 1A, Kalibata Selatan 1B,
Kalibata Selatan 1C, Kalibata Selatan 1D, Kalibata Selatan 2, Kalibata Selatan 11,
Kalibata Tengah 17, Kalibata Timur 1, Kalibata Timur 3, Kalibata Timur Kalibata Timur
4C, Kalibata Timur 4G, Kalibata Utara 2, Kalibata Tengah, Kalibata Tengah 16,
Kalibata Tengah 17A, Kalibata Tengah 17B, Kalibata Tengah 2, Kalibata Tengah 3,
Kalibata Tengah 4, Kalibata Utara 1, Kecapi, Kemang Timur 7, Komplek Garuda
(Warung Jati 3), Loka Indah, Loka Indah 1, Loka Indah 2, Loka Indah 3, Loka Indah 4,
Taman Pahlawan, Warung Jati, dan Jalan Warung Jati Barat 2;di Kelurahan Pancoran
pada ruas Jalan Jend. Gatot Subroto, Pancoran Buntu 1, Pancoran Buntu 2, Pancoran
Indah 2, Pancoran Timur 2, Pancoran Timur 2A, Pancoran Timur 3, Pancoran Barat,
Pancoran Barat 3, Pancoran Barat 3A, Pancoran Barat 4, Pancoran Barat 4B,
Pancoran Barat 5, Pancoran Barat 6, Pancoran Indah 1, Pancoran Indah 3, Pancoran
Indah 5, Pancoran Indah 6, Pancoran Indah 7, Pancoran Timur, Pancoran Timur 1,
Tegal Parang Utara 3, Triloka, Triloka 1, Triloka 2, Triloka 3, Triloka 4, Triloka 6, Triloka
7, dan Jalan Triloka 8; di Kelurahan Rawa Jat pada ruas Jalan Arbay, Buni, Ciremai,
DPR 1, DPR 2, DPR 4, DPR Barat, DPR Dalam, DPR Raya, DPR Timur, Dukuh, Duren
Tiga Timur, Durian, Kalibata, Kalibata Baru, Kedongdong, Kesemek, Lengkeng, Lobi
Lobi, Malaka, Mangga, Manggis, Nangka, Jambu, Pengadegan, Pengadegan Selatan,
Pepaya, Rajawali Timur, Rambutan, Rawajati Barat, Rawajati Barat 5, Rawajati Timur,
Rawajati Timur 1, Rawajati Timur 2, Rawajati Timur 10, Salak, Semangka, dan Jalan
Zeni AD i;di Kelurahan Kalibata dan Kelurahan Rawajati pada ruas Jalan Pahlawan
Kalibata; dan di Kelurahan Duren Tiga dan Kelurahan Pancoranpada ruas Jalan Pasar
Minggu Raya di Kelurahan Kalibata, Duren Tiga, dan Kelurahan Pancoran; Jalan
Pancoran Barat 7 dan Jalan Pancoran Barat 4E.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Pancoran adalah:
1. rencana pengembangan kereta komuter Jabodetabek terdapat pada Stasiun Duren
Kalibata di Kelurahan Rawajati yang dilalui oleh kereta lingkar luar dalam kota
jurusan Bogor Jakarta; dan
2. rencana perlintasan tak sebidang terdapat pada fly over di Kelurahan Pancoran
pada ruas Jalan Pancoran Barat, Jalan Triloka, danJalan Rasamala; dan di
Kelurahan Cikoko pada ruas Jalan Letjend MT.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 377
Cukup jelas.
Pasal 378
Cukup jelas.
Pasal 379
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 380
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
k. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
l. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 381
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 11 dan 13 dilaksanakan di ruas Jalan Pasar Minggu Raya di Kelurahan
Pancoran, Kalibata, dan Kelurahan Duren Tiga; Jalan Pahlawan Kalibata di Kelurahan
Kalibata dan Kelurahan Rawajati; Jalan Kalibata Baru, Rawajati Barat, dan Jalan
Pengadegan di Kelurahan Rawajati; Jalan Pengadegan Timur di Kelurahan
Pengadegan dan Kelurahan Cikoko; Jalan Warung Jati Barat di Kelurahan Kalibata;
Jalan Mampang Prapatan di Kelurahan Kalibata dan Kelurahan Duren Tiga; Jalan
Warung Jati Timur di Kelurahan Duren Tiga;
Ayat 2
Cukup jelas.
238
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 382
Pasal 388
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 389
Ayat 1
Cukup jelas.
Pasal 383
Pasal 384
Cukup jelas.
Pasal 385
Cukup jelas.
Pasal 386
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf h
Cukup Jelas
Huruf h
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah
Pasal 387
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
Jalur koridor Ragunan-Dukuh Atas 2 melalui Kelurahan Ragunan, Jati Padang, dan
Kelurahan Pejaten Barat
Jalur koridor Manggarai-UI Depok melalui Kelurahan Pejaten Barat, Pejaten Timur dan
Kelurahan Pasar Minggu.
Jalur koridor Pulo Gadung-Pasar Minggu melalui Kelurahan Pejaten Barat, Pejaten
Timur dan Kelurahan Pasar Minggu.
Jalur koridor Terminal Kampung Rambutan-Terminal Lebak Bulus melalui Kelurahan
Cilandak Timur, Ragunan, Jatipadang, Pasar Minggu dan Kelurahan Kebagusan.
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Ragunan:
Halte Bus Ragunan dan Halte Bus Deptan; di Kelurahan Kelurahan Pejaten Barat:
Halte Bus Pejaten, di Kelurahan Ragunan dan Kelurahan Jati Padang: Halte SMK 57
dan Halte Jati Padang; di Kelurahan Pejaten Barat, Pejaten Timur dan Kelurahan
Pasar Minggu: rencana halte bus pada ruas Jalan Pasar Minggu Raya dan Jalan
Tanjung Barat; dan di Kelurahan Cilandak Timur, Ragunan, Jatipadang, Pasar Minggu
dan Kelurahan Kebagusan: rencana halte bus pada ruas Jalan TB. Simatupang.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa
peningkatan jalan di Kelurahan Kelurahan Cilandak Timur, Ragunan, Jati Padang,
Kebagusan dan Kelurahan Pasar Minggu pada ruas Jalan Outter Ring Road.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pembangunan jalan di Kelurahan Pejaten Timur pada ruas Jalan Tanjung Barat; di
Kelurahan Ragunan, Pejaten Barat dan Kelurahan Jati Padang pada ruas Jalan
Warung Jati Barat; di Kelurahan Pejaten Timur, Pasar Minggu, dan Kelurahan Pejaten
Barat pada ruas Jalan Pasar Minggu Raya
Pengembangan jaringan jalan arteri sekunder diimplementasikan secara layang
dan/atau dibawah tanah diarahkan pada koridor pada Pasar Minggu menuju
Manggarai di ruas Jalan Pasar Minggu Raya di Kelurahan Pejaten Timur, Kelurahan
Pejaten Barat.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor primer dalam ayat ini berupa
pembangunan dan peningkatan jalan di Kelurahan Cilandak Timur, Ragunan, Jati
Padang, Kebagusan dan Kelurahan Pasar Minggu pada ruas Jalan TB. Simatupang.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Pasar Minggu pada ruas Jalan Kebagusan Raya,
Margasatwa, Jalan Jati Padang, Kelapa, Cilandak Raya, Saco, Holtikultura, Ragunan,
239
REV.00/DTR/VIII/2013
Manila, Ampera Raya, Pejaten Raya, Pejaten Mas Raya, Warung Jati Timur, Kemang
Timur, Pasar Minggu, Rajawali Barat 2, Kemang Timur, Kemang Timur Dalam 1,
Kalibata Baru, Jalan Rajawali Barat, dan Jalan Cilandak KKO; di Kelurahan Pejaten
Timur pada ruas Jalan Tanjung Barat; di Kelurahan Ragunan dan Kelurahan Jati
Padang pada ruas Jalan RM Harsono; dan di Kelurahan Pejaten Barat dan Kelurahan
Cilandak Timur pada ruas Jalan Jalan Kemang Selatan.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Pasar Minggu adalah rencana pengembangan jalur kereta komuter
Jabodetabek pada Stasiun Kramat di Kelurahan Rawasari.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 390
Cukup jelas.
Pasal 391
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan rencana pengembangan prasarana jalur pedestrian dan
jalur sepeda dalam ayat ini dilakukan di Kelurahan Cilandak Timur pada ruas Jalan
Haji Subuh, Jaha, Jeruk Purut, PAM, Kenanga, dan Jalan Cilandak Timur; di
Kelurahan Ragunan pada ruas Jalan Saco, Hair, Kair, RM. Harsono, Haji Noin, Haji
Niih, Swadaya 1, Poncol, Sawo, Jabir, Hankam, Ampera 2, Pekayon, Pekayon 1,
Pejaten Barat, dan Jalan Buncit Raya Permai; di Kelurahan Kebagusan pada Jalan
Mujair, Kebagusan 1, Sepat, Asakinah, Baung, dan Jalan Asakinah 3; di Kelurahan
Jati Padang pada ruas Jalan Jalan Murai 1, Murai 2, Muara Permai, Jati Padang,
Jati Padang 1, Jati Padang 2, Jati Padang 3, Jati Padang, 4, Gabus, Jatimurni,
Jatimurni 1, dan Jalan Jatimurni 2; di Kelurahan Pasar Minggu pada ruas Jalan
Sebuku, Gurame, Kalibaru Barat, Teluk Mandar, Tolo, Sampit, Kupang Rawa
Bambu 1, Rawa Bambu 2, Rawa Bambu 3, Teluk Bayur, Teluk Bone, Teluk Barito,
Teluk Peleng, Teluk Jakarta, Teluk Banten, Teluk Parigi, Pasar Minggu, Teluk
Sarera, Numaidi, Tawes, Bambu, Bambu 3, Bambu Ampel 1, Bambu Ampel 2,
Bambu Suling 1, Bambu Suling 2, Bambu Suling 3, Palapa, Palapa Raya, Palapa
1, Palapa 2, Palapa 3, Palapa 4, Palapa 5, Palapa 6, Palapa 7, Palapa 8, Palapa 9,
Palapa 10, Palapa 11, Palapa 12, Palapa 13, Palapa 14, Palapa 15, Palapa 16,
Palapa 17, Palapa 18, Palapa Timur, Palapa Timur 1, Palapa Timur 2, Pertanian 3,
Pejaten Mas Raya, Pejaten Mas 1, Pejaten Mas 2, Pejaten Mas 3, Pejaten Mas 4,
Pejaten Mas 5, Pejaten Mas 6, Pejaten Mas 7, Pejaten Mas 8 dan Jalan Pejaten
Mas 9; di Kelurahan Pejaten Barat pada ruas Jalan Pejaten Barat, Pejaten Barat 1,
Pasal 392
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Pemeliharaan dan peningkatan saluran submakro dilakukan pada Saluran Kali
Mampang di Kelurahan Ragunan, Jati Padang, dan Kelurahan Pejaten Barat; Saluran
Kali Baru 1 di Kelurahan Kebagusan, Pasar Minggu, Pejaten Timur dan Kelurahan
Pejaten Barat; Saluran Kali Sarua di Kelurahan Pejaten Barat, Kebagusan, dan
Kelurahan Jati Padang; Saluran yang sejajar Jalan Jeruk Purut dan Jalan Jeruk
Kenanga di Kelurahan Cilandak Timur; Saluran yang sejajar Jalan Pejaten Indah dan
Jalan Komplek Bappenas 1 di Kelurahan Pejaten Barat; Saluran yang melintasi Jalan
Rusun Kenanga di Kelurahan Cilandak Timur; dan Saluran yang sejajar dengan Jalan
Musyawarah dan Jalan Ampera 2 di Kelurahan Ragunan.
Huruf d
Cukup jelas.
240
REV.00/DTR/VIII/2013
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 399
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas
Pasal 393
Cukup jelas.
Pasal 394
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 395
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 10 dilaksanakan di ruas Jalan Kebagusan Raya, Saco, Sagu, Pasung
dan Jalan Kapling Polri di Kelurahan Ragunan; Jalan Cilandak Raya dan Jalan Ampera
Raya di Kelurahan Cilandak Timur dan Kelurahan Ragunan; Jalan TB Simatupang di
Kelurahan Ragunan, Kebagusan, Jati Padang dan Kelurahan Pasar Minggu; Jalan
Kebagusan Utara di Kelurahan Kebagusan; Jalan Kemang Selatan di Kelurahan
Cilandak Timur; Jalan Warung Jati Barat di Kelurahan Ragunan, Pejaten Barat dan
Kelurahan Jati Padang; Jalan Kalibata Baru di Kelurahan Pejaten Timur; Jalan Pasar
Minggu Raya di Kelurahan Pejaten Timur, Pejaten Barat dan Kelurahan Pasar Minggu;
Jalan Tanjung Barat di Kelurahan Pejaten Timur; Jalan Pejaten Raya di Kelurahan
Pasar Minggu dan Kelurahan Pejaten Barat; dan Jalan Siaga Raya dan Jalan Warung
Jati Timur di Kelurahan Pejaten Barat.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 400
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 401
Cukup jelas.
Pasal 402
Ayat 1
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
Jalur koridor Blok M-Ciledug melalui Kelurahan Petukangan Selatan dan Kelurahan
Ulujami.
Cukup jelas.
Pasal 396
Pasal 397
Pasal 398
Huruf e
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah
REV.00/DTR/VIII/2013
Huruf g
Yang dimaksud dengan rencana pengembangan prasarana jalur pedestrian dan jalur
sepeda dalam ayat ini dilakukan di Kelurahan Bintaro pada ruas Jalan Anggrek, Bhakti,
Bima, Bintaro Permai, Bintaro Permai 1, Bintaro Permai 2, Permai Raya, Bintaro Utara,
Bunga Mayang, Bunga Mayan 1, Bunga Mayan 2, Bunga Mayan 3 , Deplu 1, Deplu 2,
Deplu 3, Deplu Raya, Depsos, Duta, Garuda, Haji Salim, Harapan, Kenanga,
Kesehatan Raya, Melati, Mesjid Haji Ali, Pembangunan, Perdagangan, Perdagangan
2, Perdagangan 3, Perdagangan 4, Perdagangan 5, Pongtiku, Ropiah, Sarinah,
Teratai, Veteran, dan Jalan Veteran Raya; di Kelurahan Petukangan Selatan pada ruas
Jalan Anggrek, Ciledug Raya, H. Nawi, H. Sulaeman, H. Yamin, H. Gain, H, Ilyas, H.
Jimin, H. Kasan, H. Misan, Haji Mugheni, Haji Radin, H. Soab, Jamblang, Kemajuan,
Kostrad Pusri, KP. Goyang, Masjid Daruh Fallah, Meranti, Mertilang, Mesjid, Mohamad
Saidi, Perdana, Perdana 1, Pesanggrahan 1, Pesanggrahan 2, Pesanggrahan 3,
Pesanggrahan 4, Pesanggrahan 5, Pesanggrahan Permai, Pulo Indah, Sabar, Sabar 1,
Sabar Buntu, Sakti, Sakt 1, Sakti 2, Sakt 3, Shangrilla, Shangrilla 1, Shangrilla 2,
Shangrilla 3, SMA 63, dan Jalan Villa Pratama; di Kelurahan Pesanggrahan pada ruas
Jalan Bintaro Permai, Haji Giri, Ulujami Raya, Haji Giri, Nuri, Merpati 1, Merpati 2,
Merpati 3, Pondok Baru, Pondok Baru 1, Pondok Baru 2, Pondok Baru 3, Meriah,
Warga, Merak, Segi Tiga Selatan, Mertilang, Merbabu, Mohammad Saidi, dan Jalan
Mertilang; di Kelurahan Petukangan Utara pada ruas Jalan Jamblang, Masjid Darul
Fallah, AMD Manunggal, Gaji Gain, Haji Gain, Palem 5, SMA 63, Palem Raya, SDN,
Swadarma Raya, Kostrad Pusri, Ceremai, Ceremai 1, Ceremai 2, Ceremai 3, Ceremai
4, Perintis, Taman Alfa Indah H5, Taman Alfa Indah 28, Taman Alfa Indah K6, TK.
Pembina Nasional, Taman Alfa Indah H1, dan Jalan Srengseng; dan di Kelurahan
Ulujami pada ruas Jalan Jalan Ulujami Raya, Haji Buang, Puskesmas Darul Nazah,
Perdatam 8, H. Sanusi, Perdatam 8, Perdatam 7, Kramat, Perdatam 6, Kramat,
Ciledug Raya, Haji Ridi, Swadarma Raya, Mairin, Jamblang, Swadarma 5, Swadarma
Utara 1, Swadarma Utara 2, Swadarma Utara 3, Swadarma Utara 4, Swadarma Utara
6, Kampung Baru 3, Kampung Baru 4, Kampung Baru 5, Kampung Baru 6, Kampung
Baru 7 dan Jalan Srengseng.
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Petukangan
Selatan, Petukangan Utara, Pesanggrahan, Ulujami dan Kelurahan Bintaro: rencana
halte bus pada ruas Jalan Ciledug Raya dan Jalan Outer Ring Road; di Kelurahan
Ulujami: rencana halte bus pada ruas Jalan Swadarma Raya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa:
1. pembangunan jalan di Kelurahan Bintaro pada ruas Jalan Tol Ulujami-Tanah
Abang;
2. peningkatan jalan di Kelurahan Petukangan Utara, Petukangan Selatan, Ulujami,
Pesanggrahan, dan Kelurahan Bintaro pada ruas Jalan Outter Ring Road; dan di
Kelurahan Pesanggrahan pada ruas Jalan Tol Jakarta-Serpong.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
peningkatan jalan di Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Petukangan Selatan pada ruas
Jalan Ciledug Raya dan Jalan Arteri Jakarta Serpong; dan di Kelurahan Rawasari pada
ruas Jalan Swadarma.
rencana pengembangan jaringan jalan arteri sekunder di dapat diimplementasikan
secara layang dan/atau dibawah tanah diarahkan pada ruas koridor Kapten TendeanCiledug di ruas Jalan Ciledug Raya di Kelurahan Petukangan Selatan dan Kelurahan
Ulujami;
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Pesanggrahan pada ruas Jalan Kostrad Pusri, H.
Saidi, Bintaro Jaya, Bintaro Permai, Bintaro Puspita Raya, Bintaro Puspita, Bintaro
Permai, Pesanggrahan Indah, Kodam Bintaro, Garuda dan Jalan Ulujami Raya; di
Kelurahan Bintaro pada ruas Jalan Depsos, Deplu Raya, RC Veteran, Rempoa,
Garuda, Bintaro Raya, Mawar Raya, Veteran (Antara), Deplu Raya, Cempaka 5,
Bintaro Utama, Mawar, Perdagangan, Taman Bintaro,
Bintaro Taman Barat,
Kesehatan Raya, Veteran Raya, Rawa Papan, Haji Salim, Bhakti, Depsos, Bintaro
Permai, Bintaro Permai 2 dan Jalan Bintaro Raya; di Kelurahan Petukangan Selatan
pada ruas Jalan Damai, Damai Raya, Kemajuan, Kemajuan 4, Sabar, Haji Ilyas,
Jamblang, Anggrek, Pulo Indah, Damai 2, Mohammad Saidi, Haji Gain dan Jalan SMA
63; di Kelurahan Pertukangan Utara pada ruas Jalan Palem 5, Swadarma Raya,
Taman Alfa Indah K2, Taman Alfa Indah K6, Palem Raya, Taman Alfa Indah dan Jalan
Taman Alfa Indah F1; di Kelurahan Ulujami pada ruas Jalan Jamblang, Swadarma
Raya, Ulujami Raya, Mohammad Saidi dan Jalan Srengseng.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui di Kecamatan Pesanggrahan adalah:
1. rencana pengembangan jalur jaringan MRT terdapat pada Stasiun Pesanggrahan
melalui Kelurahan Petukangan Utara dan Kelurahan Ulujami; dan
2. rencana pengembangan jalur kereta komuter Jabodetabek terdapat pada area
jalan rel kereta lingkar dalam kota yang melewati Kelurahan Pesanggrahan.
Ayat 4
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
3. pengembangan jalan inspeksi saluran di sepanjang Kali Pesanggrahan; dan
4. pembangunan dan peningkatan jalan di Kelurahan Bintaro, Pesanggrahan,
Petukangan Selatan, Kelurahan Ulujami, dan Kelurahan Petukangan Utara.
Pasal 403
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
2. penyediaan fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) terdapat pada
kawasan Ciledug di Kelurahan Petukangan Selatan; dan
Pasal 405
Cukup jelas.
Pasal 404
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 406
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
242
REV.00/DTR/VIII/2013
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 413
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Pasal 407
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 3 dan zona layanan no.11 dilaksanakan di ruas Jalan H. Muchtar,
Palem, dan Jalan Palem 3 di Kelurahan Petukangan Utara; Jalan H. Muctar, Kostrat,
dan jalan Muh. Saidi di Kelurahan Petukangan Selatan; Jalan Swadharma Raya dan
Jalan Ulujami di Kelurahan Ulujami; Jalan Ulujami dan jalan Pesanggrahan di
Kelurahan Pesanggrahan; Jalan Bintaro Permai, R.C Veteran, Rempoa, dan Jalan
Bintaro Raya di Kelurahan Bintaro.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 408
Cukup jelas
Pasal 409
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 414
Cukup jelas
Cukup jelas.
Cukup jelas
Pasal 415
Ayat 1
Cukup jelas.
Pasal 410
Pasal 411
Cukup jelas
Pasal 412
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan
kehidupan.
Ayat 2
Huruf a
koridor Blok M-Kota melalui Kelurahan Karet Semanggi, Karet dan Kelurahan
Setiabudi.
koridor Dukuh Atas-Pulo Gadung melalui Kelurahan Guntur dan Jalan Galunggung di
Kelurahan Setiabudi.
koridor Ragunan-Dukuh Atas melalui Kelurahan Karet Kuningan Timur, Karet
Kuningan, Karet, Setiabudi dan Kelurahan Guntur.
koridor Pluit-Terminal Pinang ranti melalui Kelurahan Karet Kuningan Timur dan
Kelurahan Karet Semanggi
koridor UI Depok-Manggarai melalui di Kelurahan Menteng Atas dan Kelurahan Pasar
Manggis
koridor Kampung Melayu-Tanah Abang melalui di Kelurahan Karet Semanggi, Karet
dan Kelurahan Karet Kuningan
243
REV.00/DTR/VIII/2013
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Setiabudi
pada Halte Dukuh atas dan Halte Dukuh Atas 2; Kelurahan Pasar Manggis pada Halte
Pasar Rumput dan Halte Manggarai; Kelurahan Guntur pada Halte Halimun; Kelurahan
Setiabudi pada Halte Setiabudi Utara AINI; Kelurahan Setiabudi dan Kelurahan Karet
pada Halte Kuningan Madya; Kelurahan Karet Kuningan pada Halte Karet Kuningan
dan Halte GOR Sumantri; Kelurahan Karet Kuningan Timur pada Halte Depkes,
Kuningan Timur, Kuningan Barat, Tegal Parang, Gatot Subroto Jamsostek dan Halte
Patra Kuningan; Kelurahan Karet pada Halte Karet dan Halte Setiabudi; Kelurahan
Karet Semanggi pada Halte Bendungan Hilir, Gatot Subroto LIPI dan Halte Semanggi;
Kelurahan Menteng Atas dan Kelurahan Pasar Manggis dengan rencana Penyediaan
Halte pada Ruas Jalan Dr. Saharjo; Kelurahan Karet Semanggi, Karet dan Kelurahan
Karet Kuningan dengan Rencana Penyediaan Halte pada Ruas Jalan Prof. DR. Satrio;
dan Kelurahan Karet Kuningan dengan Rencana Penyediaan Halte pada ruas Jalan
Casablanca.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
9. pembangunan jalan inspeksi di sepanjang Kali Cideng, Kali Krukut, dan Kanal
Banjir Barat; dan
10. pembangunan dan peningkatan jalan di Kelurahan Karet Kuningan Timur;
Setiabudi; Karet, Karet Kuningan, Pasar Manggis; Menteng Atas, Guntur, dan
Kelurahan Karet Semanggi;
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa
peningkatan jalan di Kelurahan karet Semanggi dan kelurahan Karet Kuningan Timur
diarahkan pada ruas Jalan Jend Gatot Subroto dan Kelurahan Karet Kuningan,
Kuningan Timur, Karet Semanggi, dan Kelurahan Karet pada ruas Jalan Prof. Dr.
Satrio
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Setiabudi pada ruas Jalan Galunggung, Setiabudi Tengah,
Setiabudi 1, Setiabudi 2, Setiabudi 3, Setiabudi 4, Setiabudi 7 dan Jalan Setiabudi
Barat; Kelurahan Karet pada ruas Jalan Karet Gusuran 3, Bekmurad, Flamboyan,
Karet Karya, Karet Belakang, Komando 1, Komando 2, Komando 3, Komando 4,
Karbala, Karbala 1, Karbala 2, Karbala 3, Karbala 4, Karbala Barat, Karbala Timur, Haji
Cokong dan Jalan Karbala Belakang; Kelurahan Karet Kuningan pada ruas Jalan KH.
Royani 1, Wates, Mega Kuningan barat 7, Mega Karet Barat, Karang Asem Utara,
Karang Asem Tengah, Karang Asem Raya, Jembatan Merah, Dogol, Karet Pedurenan,
Anggrek 1, Anggrek 4, Pedurenan, Perbanas, Kareng Asem, Kareng Asem 1, Kareng
Asem 2, Kareng Asem 3, Kareng Asem 4, Kareng Asem 5, Madrasah, Pedurenan
Masjid 3, Pedurenan Masjid 4 dan Jalan Pedurenan Masjid 5; Kelurahan Karet
Kuningan, Setiabudi dan Kelurahan Karet Kuningan Timur pada ruas Jalan Denpasar
Raya; Kelurahan Karet Semanggi pada ruas Jalan Karet Sawah, Karet Sawah 1, Karet
Sawah 2, Gamisun, Guru Mughni, Tangkas Turi, Ujung Polri, Akri dan Jalan R. Sidup;
Kelurahan Menteng Atas pada ruas Jalan Perintis, SP Kuningan, Komplek Auri,
Denpasar Selatan, Besaki, Ubud, Taman Ubud, Klungkung, Gilimanuk, Mega Karet
Barat, Kintamani, YBR I, YBR II, Denpasar 1, Denpasar 2, Denpasar 3, Denpasar 4,
Patra Kuningan Utara, Patra Kuningan, Patra Kuningan Raya, Patra Kuningan 1, Patra
Kuningan 7, Patra Kuningan 8, Patra Kuningan 9, Patra Kuningan 10, Patra Kuningan
11, Patra Kuningan 12, Patra Kuningan 13, Patra Kuningan 14, Taman Patra Raya,
Taman Parta 1, Taman Parta 2, Taman Parta 4, Taman Parta 5, Taman Parta 6,
Taman Parta 7, Taman Parta 8, Taman Parta 9, Taman Parta 10, Taman Parta 11,
Taman Parta 12, Taman Parta 13, Taman Parta 14, Casablanka dan Jalan Taman
Parta 15 di Kelurahan Karet Kuningan Timur; Jalan Menteng Pulo, Muria Dalam,
Menteng Atas Dalam, Subur Ujung, Menteng Dalam, Lontar, Subur Raya, Subur
Dalam, Makmur; Kelurahan Pasar Manggis pada ruas Jalan Sultan Agung, Guntur,
Papandayan, Kawi, Kencana, Putri, Ungaran Ujung, Palimanan, Menteng Wadas
Utara, Pualam, Menteng Bata, Menteng Granit, Menteng Atas Utara, Menteng Atas
Dalam, Menteng Wadas Timur, Menteng Wadas 4, Menteng Wadas 5, Pariaman,
Sawah Lunto, Kota Gadang, Kalibaru Barat, Minangkabau Timur, Minangkabau Barat,
Bukittinggi dan Jalan Padang; Kelurahan Guntur pada ruas Jalan Sumbing, Sindoro,
Ungaran Ujung, Merbabu, Merapi, Malabar, Lawu, Bromo, Kelud, Kawi Raya, Wilis,
Tangkuban Perahu, Slamet, Salak, Edi raya dan Jalan Halimun; kelurahan Setiabudi,
Karet dan Kelurahan Karet Semanggi pada ruas Jalan Jend. Sudirman; Kelurahan
Karet Kuningan, Setiabudi, Guntur, Karet dan kelurahan Karet Kuningan Timur pada
ruas Jalan HR Rasuna Said; Kelurahan Karet Semanggi dan karet Kuningan Timur
pada ruas Jalan Gatot Subroto; Kelurahan Karet Kuningan dan Kelurahan Karet
Kuningan Timur pada ruas Jalan Mega Kuningan; Kelurahan Karet, Karet Kuningan,
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pelebaran jalan di Kelurahan Guntur dan Kelurahan Pasar Manggis pada ruas Jalan
Sultan Agung; Kelurahan Setiabudi, Guntur Karet Kuningan, Karet dan Kelurahan
Karet Kuningan Timur pada ruas Jalan HR Rasuna Said; Kelurahan Karet Kuningan
pada ruas Jalan Casablanka; Kelurahan Karet Semanggi, Karet, dan Kelurahan Karet
Kuningan; Jalan Halimun di Kelurahan Guntur pada ruas Jalan Prof DR Satrio;
Kelurahan Karet, Karet Semanggi dan Kelurahan Setiabudi pada ruas Jalan Jend
Sudirman; Kelurahan Pasar manggis pada ruas Jalan Dr Saharjo; dan Kelurahan
Setiabudi pada ruas Jalan Galunggung.
rencana pengembangan prasarana jalan arteri sekunder secara layang dan/atau
dibawah tanah pada koridor Kampung Melayu menuju Tanah Abang di ruas Jalan Prof.
Dr. Satrio di Kelurahan Karet Kuningan, Kuningan Timur, Karet Semanggi, dan
Kelurahan Karet;
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Karet Semanggi pada ruas Jalan Karet Pedurenan;
Kelurahan Karet Kuningan pada ruas Jalan Karet Pedurenan dan Jalan Pedurenan
Masjid Raya; Kelurahan Karet Kuningan Timur pada ruas Jalan Mega Kuningan, Patra
Kuningan Raya dan Jalan Taman Patra 10; Kelurahan Pasar Manggis pada ruas Jalan
Halimun, Kawi dan Jalan Guntur Kelurahan Guntur; Jalan Teuku Cik Ditiro, Muria
Dalam, Menteng Wadas Timur, Menteng Atas Utara, Kawi dan Jalan Guntur;
Kelurahan Setiabudi pada Jalan Setia Budi Utara, Setia Budi Tengah, Setia Budi Barat
dan Jalan Setia Budi; Kelurahan Karet Kuningan Timur pada ruas Jalan Setia Budi di
Kelurahan Karet; Jalan Patra Kuningan Utara, Patra Kuningan Raya, Patra Kuningan,
Mega Kuningan, Lingkar Mega Kuningan, Guru Mughni dan Jalan Gilimanuk;
Kelurahan Menteng Atas pada ruas Jalan Muria Dalam, Menteng Wadas Timur dan
Jalan Menteng Pulo; Kelurahan Guntur pada Jalan Mega Kuningan, Karet Pedurenan,
dan Jalan Guru Mughni di Kelurahan Karet Kuningan; Jalan Madiun, Kawi Raya, Kawi,
Halimun, Guntur dan Jalan Gembira.
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. penyediaan fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) terdapat pada
kawasan Latuharhari di Kelurahan Setiabudi; dan
2. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
244
REV.00/DTR/VIII/2013
Karet Semanggi dan Kelurahan Karet Kuningan Timur; pada ruas Jalan Dr. Satrio; dan
Kelurahan Menteng Atas dan Kelurahan Pasar Manggis pada ruas Jalan Dr. Saharjo.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Setiabudi adalah rencana pengembangan jalur kereta komuter
Jabodetabek di Kelurahan Karet, Setiabudi, Guntur, Karet Semanggi, Karet Kuningan
dan Kelurahan Karet Kuningan Timur
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 416
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 419
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 417
Pasal 418
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Pasal 420
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 1, zona layanan 4, dan zona layanan 6 dilaksanakan di ruas Jalan
Jalan Jend. Gatot Subroto di Kelurahan Karet Semanggi dan Kelurahan Karet
Kuningan Timur; Jalan HR Rasuna Said di Kelurahan Karet Kuningan dan Kelurahan
Karet Kuningan Timur; Jalan Casablanca di Kelurahan Karet Kuningan; dan Jalan Dr
Saharjo di Kelurahan Menteng Atas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 421
Huruf e
Pemeliharaan dan peningkatan saluran submakro dilakukan pada Saluran Baru Barat
di Kelurahan Pasar Manggis dan Kelurahan Menteng Atas; dan
Saluran Codetanwira di Kelurahan Menteng Atas.
Cukup jelas.
Pasal 422
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 423
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 424
Huruf h
Cukup jelas.
Pasal 425
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
245
REV.00/DTR/VIII/2013
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan
kehidupan.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 426
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 427
Cukup jelas.
Pasal 428
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
koridor Pulo Gadung-Dukuh Atas melalui Kelurahan Manggarai.
koridor Terminal Pinang Ranti-Pluit melalui Kelurahan Menteng Dalam, Tebet Barat,
Tebet Timur dan Kelurahan Kebon Baru.
koridor Manggarai-UI Depok melalui Kelurahan Menteng Dalam, Tebet Barat,
Manggarai Selatan, dan Kelurahan Manggarai.
koridor Kampung Melayu-Tanah Abang melalui Kelurahan Menteng Dalam, Tebet
Barat, Manggarai Selatan, Tebet Timur, Bukit Duri dan Kebon Baru.
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Menteng
Dalam: Halte Pancoran Barat; Kelurahan Menteng Dalam dan Kelurahan Tebet Barat:
Halte Pancoran, Halte pada Ruas Jalan Prof. DR. Supomo; Kelurahan Tebet Barat:
Halte Tebet BKPM; Kelurahan Tebet Timur: Halte Cikoko Stasiun Cawang; Kelurahan
Manggarai Selatan, Manggarai dan Kelurahan Menteng Dalam: Halte pada Ruas Jalan
DR. Saharjo; Kelurahan Menteng Dalam: Halte pada Ruas Jalan Casablanka;
Kelurahan Manggarai Selatan, Tebet Barat, Tebet Timur, Bukit Duri dan Kebon Baru:
Halte pada Ruas Jalan Abdul Syafii.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa
peningkatan jalan di Kelurahan Menteng Dalam pada ruas Jalan Gatot Subroto dan
ruas jalan Casablanca; dan Kelurahan Tebet Barat, Tebet Timur dan Kelurahan Kebon
Baru pada ruas jalan M.T Haryono;
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pelebaran jalan di Kelurahan Menteng Dalam dan Kelurahan Tebet Barat pada ruas
jalan Prof DR Supomo; Kelurahan Menteng Dalam pada ruas jalan Casablanka;
Kelurahan Manggarai Selatan, Tebet Barat, Tebet Timur, Bukit Duri dan Kelurahan
Kebon Baru pada ruas jalan KH Abdullah Syafii; Kelurahan Menteng Dalam,
Manggarai Selatan, dan Kelurahan Manggarai pada ruas jalan DR Saharjo; dan
Kelurahan Manggarai pada ruas jalan Sultan Agung.
rencana pengembangan jaringan jalan arteri dapat diimplementasikan secara layang
dan/atau dibawah tanah pada:
1. koridor Kampung Melayu menuju Tanah Abang di ruas jalan Casablanca di
Kelurahan Menteng Dalam; dan
2. koridor Pasar Minggu menuju Manggarai di ruas Jalan Dr. Saharjo di Kelurahan
Tebet Barat, Kelurahan Manggarai Selatan, dan Kelurahan Manggarai
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Tebet Barat pada ruas jalan Tebet Raya, Tebet Timur,
Tebet Utara 1, Tebet Barat Raya, dan Jalan Tebet Barat Dalam; Kelurahan Manggarai
pada ruas Jalan Tebet Raya di Kelurahan Tebet Timur; Jalan Manggarai Utara 1, Jalan
Manggarai Utara 1, Manggarai Selatan II, Manggarai 6, Manggarai I, Slamet Riyadi,
Manggarai Utara 2, dan Jalan Minangkabau; Kelurahan Bukit Duri pada ruas Jalan
Bukit Duri Utara, Jalan Sawo Kecik, Bukit Duri Tanjakan, Bukit Duri Selatan, Bukit Duri
Barat, Menara Air 3, Manggarai Selatan II, Bukit Duri Utara, dan Jalan Bukit Duri Barat;
Kelurahan Tebet Timur pada ruas Jalan Tebet Timur Dalam 11, Tebet Timur, Tebet
Timur Dalam, Tebet Raya, Tebet Timur Dalam 2, Tebet Utara Dalam, dan Jalan Tebet
Utara 1;Kelurahan Tebet Barat pada ruas Jalan Tebet Barat Dalam, Tebet Barat, Tebet
Barat Dalam 9, Tebet Barat 4, Tebet Raya, dan Jalan Tebet Dalam; Kelurahan
Menteng Dalam pada ruas Jalan Jaya Mandala 8, Rasamala, Jalan Dukuh Patra, dan
Jalan Warung Pedok; Kelurahan Kebon Baru pada ruas Jalan Asem Baris, Gedung
Peluru Selatan, dan Jalan Gudang Peluru.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
1. pengembangan jalan inspeksi saluran di sepanjang Kali Ciliwung dan Kali
Cideng; dan
2. pembangunan dan peningkatan jalan di Kelurahan Menteng Dalam, Tebet Barat,
Tebet Timur, Manggarai, Kebon Baru, Bukit Duri, dan Kelurahan Manggarai
Selatan;
246
REV.00/DTR/VIII/2013
Huruf f
Yang dimaksud dengan penerapan pembatasan lalu lintas tahap II dilakukan di
Kelurahan menteng dalam pada ruas jalan Gatot Subroto dan Kelurahan Tebet Barat,
Tebet Timur dan Kelurahan Kebon Baru pada ruas Jalan M.T Haryono
Huruf g
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) terdapat pada kawasan Stasiun
Maggarai di Kelurahan Manggarai; dan
2. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Menteng Dalam pada ruas Jalan Jend. Gatot Subroto,
Dukuh Patra, Jaya Mandala 1, Jaya Mandala 2, Jaya Mandala 3, Jaya Mandala 5,
Rasamala, Kelingkit 1, Kelingkit 2, Kelingkit 3, kelingkit 4, Tabanas, Deposito 1, Taska
1, Taska 2, Taska 3, Taska 4, Masjid An Nur, Komplek Keuangan, Rasamala 2,
Merpati 1, Merpati 2, Merpati 3, Merpati 4, Pening 1, Pening 2, Pening 3, Pening 4,
Persada Raya, Persada 1, Persada 2, Palbatu, Palbatu 1, Palbatu 2, Palbatu 3,
Palbatu 4, Palbatu 5, Palbatu 6, Palbatu 7, Menteng Dalam, Palbatu 3a, Palbatu3b,
Palbatu3c, Palbatu3d, Menteng Pulo 1, Menteng Pulo 2, Menteng Pulo, TPU Menteng
Pulo, Jalan Casablanka dan Jalan Perdana; Kelurahan Tebet Barat pada ruas Jalan
Tebet dalam, Tebet Dalam 1, Tebet Dalam 2, Tebet Dalam 3, Tebet Dalam 4, Tebet
Dalam 1B, Tebet Dalam 1C, Tebet Dalam 1D, Tebet Dalam 1F, Tebet Dalam 1G,
Tebet Dalam 1I, Tebet Dalam 1J, Tebet Dalam 1K, Tebet Dalam 2A, Tebet Dalam 2B,
Tebet Dalam 2C, Tebet Dalam 2D, Tebet Dalam 2E, Tebet Dalam 2H, Tebet Dalam
3C, Tebet Dalam 4A, Tebet Dalam 4B, Tebet Dalam 4C, Tebet Dalam 4D, Tebet
Dalam 4E, Tebet Dalam 4G, Tebet Dalam 4H, Tebet Dalam 4I, Tebet Dalam 4J, Tebet
Mas Indah, Tebet Mas Indah 3, Tebet Mas Indah 4, Tebet Mas Indah 7, Tebet Mas
Indah 8, Tebet Barat Dalam, Tebet Barat Dalam 2, Tebet Barat Dalam 2A, Tebet Barat
Dalam 2B, Tebet Barat Dalam 2C, Tebet Barat Dalam 2D, Tebet Barat Dalam 2E,
Tebet Barat Dalam 2F, Tebet Barat Dalam 3, Tebet Barat Dalam 3A, Tebet Barat
Dalam 3B, Tebet Barat 5, Tebet Barat Dalam 6C, Tebet Barat Dalam 8, Tebet Barat
Dalam 8A, Tebet Barat Dalam 8B, Tebet Barat Dalam 10, Tebet Barat Dalam 10E,
Tebet Barat Dalam 10D, Tebet Barat Dalam 4C, Tebet Barat Dalam 4D, Tebet Barat
Dalam 4F, Tebet Barat Dalam 4G, Tebet Barat Dalam 4H, Tebet Barat Dalam 7, Tebet
Barat Dalam 7B, Tebet Barat Dalam 7C, Tebet Barat Dalam 7D, Tebet Barat Dalam
7E, Tebet Barat Dalam 9, Tebet Barat Dalam 9A, Tebet Barat Dalam 9C dan Jalan
Tebet Barat Dalam 9D; Kelurahan Tebet Timur pada ruas Jalan Tebet Raya, Tebet
Utara, Tebet Utara 1, Tebet Utara 1A, Tebet Utara 1B, Tebet Utara 1C, Tebet Utara
1F, Tebet Utara 1G, Tebet Utara 1H, Tebet Utara 2, Tebet Utara 2A, Tebet Utara 2C,
Tebet Utara 2E, Tebet Utara 2F, Tebet Utara 3, Tebet Utara 3A, Tebet Utara 3B,
Tebet Utara 3C, Tebet Utara 3D, Tebet Utara 3E, Tebet Utara 3F, Tebet Utara 3G,
Tebet Utara 4, Tebet Utara 4A, Tebet Utara 4C, Tebet Utara 4D, Tebet Utara 4E,
Tebet Timur, Tebet Timur Dalam 2, Tebet Timur Dalam 2A, Tebet Timur Dalam 2B,
Tebet Timur Dalam 2E, Tebet Timur Dalam 3, Tebet Timur Dalam 3F, Tebet Timur
Dalam 3L, Tebet Timur Dalam 8, Tebet Timur Dalam 8A, Tebet Timur Dalam 8B, Tebet
Timur Dalam 8C, Tebet Timur Dalam 8D, Tebet Timur Dalam 8E, Tebet Timur Dalam
8J, Tebet Timur Dalam 8L, Tebet Timur Dalam 8Q, Tebet Timur Dalam 8R, Tebet
Timur Dalam 8S, Tebet Timur Dalam 8V, Tebet Timur Dalam 8W, Tebet Timur Dalam
9, Tebet Timur Dalam 9A, Tebet Timur Dalam 9B, Tebet Timur Dalam 9C, Tebet Timur
Dalam 9D, Tebet Timur Dalam 9E, Tebet Timur Dalam 9X, Tebet Timur Dalam 10A
dan Jalan Tebet Timur Dalam 10E; Kelurahan Kebon Baru pada ruas Jalan Asem
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan tebet adalah rencana pengembangan jalur kereta komuter
Jabodetabek di Kelurahan Menteng Dalam, Tebet Barat, Tebet Timur, Kebon Baru,
Bukit Duri, Manggarai Selatan dan Kelurahan Manggarai.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 429
Cukup jelas.
Pasal 430
Cukup jelas.
Pasal 431
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
247
REV.00/DTR/VIII/2013
Huruf d
Cukup jelas
Cukup jelas.
Pasal 434
Huruf e
Pemeliharaan dan peningkatan saluran submakro dilakukan pada Saluran Tebet Timur
di Kelurahan Manggarai, Bukit Duri, Manggarai Selatan, Tebet Timur dan Kelurahan
Tebet Barat; Saluran Baru Barat di Kelurahan Menteng Dalam dan Kelurahan Tebet
Barat; Saluran Codetanwira di Kelurahan Menteng Dalam; dan Saluran Tebet Barat di
Kelurahan Tebet Barat
Cukup jelas.
Pasal 435
Cukup jelas.
Pasal 436
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 437
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas
Huruf j
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 432
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Pasal 438
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Pasal 433
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 1 dan zona layanan 4 dilaksanakan di ruas Jalan Jend. Gatot Subroto
di Kelurahan Menteng Dalam; Jalan Dr. Supomo di Kelurahan Menteng Dalam dan
Kelurahan Tebet Barat; Jalan Tebet Timur dalam 11 di Kelurahan Kebon Baru dan
Tebet Timur; Jalan Asem Baris di kelurahan Kebon Baru; Jalan Casablanka di
Kelurahan Menteng Dalam; Jalan KH. Abdul Syafii di Kelurahan Tebet Barat, Tebet
Timur, Kebon Baru, Bukit Duri dan Kelurahan Manggarai Selatan; Jalan Sawo Kecik
dan Jalan Bukit Duri Selatan di Kelurahan Bukit Duri; dan Jalan Menara Air 3 di
Kelurahan Manggarai dan Kelurahan Manggarai Selatan.
Ayat 2
Huruf j
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 439
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
248
REV.00/DTR/VIII/2013
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Halte Busway pada ruas Jalan Bekasi Raya dan Jalan Radjiman Widyodiningrat di
Kelurahan Rawa Terate;
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa
peningkatan jalan Tol Lingkar Luar di Kelurahan Cakung Barat, Cakung Timur, dan
Kelurahan Pulo Gebang, Jalan Tol Sunter-Pulogebang melalui Kelurahan Rawa Terate
dan Kelurahan Cakung, dan ruas Jalan Perintis Kemerdekaan di Kelurahan Rawa
Terate; Jalan Bekasi Raya di Kelurahan, Rawa Terate, Cakung Barat, Cakung Timur,
dan Kelurahan Ujung Menteng; Jalan Cakung Cilincing Raya di Kelurahan Cakung
Barat, Cakung Timur, Penggilingan dan Kelurahan Pulo Gebang
Pasal 440
Cukup jelas.
Pasal 441
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
jalur koridor Pulo Gadung-Cikarang melalui Kelurahan Rawa Terate, Cakung Barat,
Cakung Timur, dan Kelurahan Ujung Menteng;
jalur koridor Pulo Gadung-Dukuh Atas melalui Kelurahan Rawa Terate dan Kelurahan
Jatinegara;
jalur koridor Kampung Melayu-Pulo Gebang melalui Kelurahan Penggilingan dan
Kelurahan Pulo Gebang;
jalur koridor
Kelapa Gading-Kalimalang melalui Kelurahan Rawa Terate dan
Kelurahan Jatinegara;
jalur koridor Tanjung Priok-Pulo Gadung melalui Kelurahan Rawa Terate, Cakung
Barat dan Kelurahan Cakung Timur;
jalur koridor Pulo Gadung-Pasar Minggu melalui Kelurahan Rawa Terate dan
Kelurahan Jatinegara;
jalur koridor Rawamangun-Ancol melalui ruas Jalan Bekasi Raya di Kelurahan Rawa
Terate, Cakung Barat dan Kelurahan Cakung Timur;
jalur koridor Pulo Gadung-Setu melalui Kelurahan Rawa Terate, Cakung Barat,
Cakung Timur, dan Kelurahan Ujung Menteng;
jalur koridor Kampung Melayu-Rawamangun melalui Kelurahan Jatinegara, Rawa
Terate, Cakung Barat, Cakung Timur, dan Kelurahan Pulo Gebang;
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Jalan Bekasi Raya dan
Jalan Radjiman Widyodiningrat di Kelurahan Jatinegara; Halte Bus Penggilingan dan
Halte Bus Walikota Jakarta Timur di Kelurahan Penggilingan; Halte Bus Pulo Gebang
dan beberapa Halte Bus pada ruas Jalan Cakung Cilincing Raya di Kelurahan Pulo
Gebang; Halte Busway pada ruas Jalan Bekasi Raya di Kelurahan Ujung Menteng;
Halte Busway pada ruas Jalan Bekasi Raya dan Jalan Cakung Cilincing Raya di
Kelurahan Cakung Timur; Halte Busway pada ruas Jalan Bekasi Raya dan Jalan
Cakung Cilincing Raya di Kelurahan Cakung Barat; dan Halte Bus Pasar Pulo Gadung,
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pelebaran jalan di Kelurahan Jatinegara pada ruas Jalan Bekasi Raya, Kelurahan
Jatinegara dan Kelurahan Rawa Terate pada ruas Jalan Rajiman Widyodiningrat,
Kelurahan Pulo Gebang pada ruas Jalan Ruas Jalan Palad, dan Kelurahan Rawa
Terate pada ruas Jalan Swadaya
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Rawasari pada ruas di Jalan Pulo Lentut dan Jalan
Swadaya di Kelurahan Rawa Terate; Jalan Penggilingan, Taman Pulo Gebang,
Rasamala Elok, Boulevard Raya dan Jalan Jeunjing Elok di Kelurahan Penggilingan;
Jalan Kayu Tinggi, Taman Pulo Gebang, Inspeksi Saluran, Kayu Putih dan Jalan
Tambun Selatan di Kelurahan Cakung Timur; Jalan Anyelir, Pulo Gadung Rawa
Terate, Pulau Sangiang dan Jalan PGJ di Kelurahan Ujung Menteng; Jalan Cakung
Pulo Gebang, Komarudin, Gebang Kirana Tengah, Pulau Jawa dan Jalan Palad di
Kelurahan Pulo Gebang; Jalan Pulo Lio, Tambun Ranggas, Rawa Sumur Barat, Pulo
Buaran 3, Pulo Buaran 2, Rawa Gelam 5 dan Jalan Pulo Ayang di Kelurahan
Jatinegara; Jalan Tipar Cakung di Kelurahan Cakung Barat; dan Jalan Pulo Gebang di
Kelurahan Ujung Menteng.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
1. pembangunan jalan inspeksi di sepanjang Cakung Drain, Kanal Banjir Timur; Kali
Cakung, dan Kali Petukangan, dan
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Cakung Barat,
Cakung Timur, Rawa Terate, Jatinegara, Penggilingan, Pulogebang, dan
Kelurahan Ujung Menteng;
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. penyediaan fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) terdapat pada
Kawasan Cakung di Kelurahan Pulogebang dan Kawasan Pulogebang di
Kelurahan Pulogebang;
2. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
3. parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan atau lapangan parkir terdapat pada ruas Jalan Rawa Udang, Jalan Pulo
Gadung di Kelurahan Rawa Terate; Jalan Pulau Bangka, Jati 1, Stasiun Cakung,
Cakung Pulo Gebang, Rawa Kuning, Warga Bakti, Rawa Bebek dan Jalan Palad
di Kelurahan Pulo Gebang; Jalan Penggilingan, Marzuki 1, Marzuki 2, Pulo
Buaran 4, Amalia, Kebun Raya, Bona, Makmun, Bulovera Raya dan Jalan Eboni
Elok di Kelurahan Penggilingan; Jalan Pulo Ayang, Pulo Buaran, Pulo Kambing 2,
249
REV.00/DTR/VIII/2013
Jatinegara Lio 1, Rawa Gatel, Rawa Sumur 4, Bekasi Raya dan Jalan Dr. KRT.
Wadjiman Widyodiningrat di Kelurahan Jatinegara; pembangunan Jalan inspeksi
di sepanjang Cakung Drain dan Kanal Banjir Timur, Jalan Gebang Mutiara dan
Jalan Cakung Industri Selatan.1 di Kelurahan Cakung Timur; dan Jalan Pulo
Gebang, Edelweise, Gladiol, Palapa, Sukara, Arun Raya, Flamboyan 2 dan Jalan
Tanah Malaka Bulag di Kelurahan Ujung menteng;
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan angkutan barang dalam ayat ini dilakukan di
Jalan Tol Cakung Cilincing di Kelurahan Pulogebang, Cakung Barat, dan Kelurahan
Cakung Timur.
Huruf h
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Jatinegara pada ruas Jalan Radjiman Widyodiningrat, Rawa
Sumur 4, Pengarengan, Pulo Buaran 1, Taruna, Taruna 1, Jatinegara Lio, Jatinegara
Lio 1, Gas, Gas 1, Martil, Pahat, Swadaya dan Jalan Pasar Klender; di Kelurahan
Penggilingan pada ruas Jalan Penggilingan, Sentra Primer Timur, Komaruddin,
Merpati, Hasan, Bona, Marzuki, Marzuki 1, Marzuki 2, Marzuki 4, Taman Sari 1, Taman
Sari 2, Taman Sari 3, Taman Sari 4, Taman Sari 5, Taman Sari 6, Taman Sari 7,
Taman Sari 8, Gunung Pangrango, Jeunjing Elok, Rengas Elok, Pinus Elok dan Jalan
Jati Elok; di Kelurahan Pulogebang pada ruas Jalan Doktor Sumarno, Stasiun Cakung,
Pulogebang, Warga Bakti, Masnaga raya, P. Komarudin, Cemara, Cemani, Pala,
Kenari, Kopi, Lada dan Jalan Mutiara; di Kelurahan Ujung Menteng pada ruas Jalan
Tanjakan AURI, Menteng Niaga, Satria Raya, Angkasa, Ujung Menteng, Metropolitan,
Pulogebang dan Jalan Palad; di Kelurahan Cakung Timur pada ruas Jalan Inspeksi
Kayu Tinggi, Kayu Tinggi, dan Jalan Balai Rakyat; di Kelurahan Rawa Terate pada
ruas Jalan Tipar Cakung dan Jalan Penggilingan di Kelurahan Cakung Barat; Jalan
Radjiman Widyodiningrat, Pulo Gadung dan Jalan Swadaya; di Kelurahan Jatinegara,
Ujung Menteng, Cakung Timur, Cakung Barat, dan Kelurahan Rawa Terate pada ruas
Jalan Bekasi Raya; di Kelurahan Jatinegara dan Kelurahan Penggilingan pada ruas
Jalan I. Gusti Ngurah Rai; dan di Kelurahan Cakung Timur dan Kelurahan Cakung
Barat pada ruas Jalan Cakung Cilincing Raya.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Cakung adalah:
1. rencana pengembangan jaringan MRT dengan pengembangan jalur MRT TimurBarat melalui Kelurahan Rawa Terate, Kelurahan Cakung Barat, Kelurahan
Cakung Timur dan Kelurahan Ujung Menteng;
2. rencana pengembangan kereta Komuter Jabodetabek terdapat pada jalur Bekasi
Jakarta Kota yang melewati stasiun Stasiun Cakung di Kelurahan Pulo Gebang;
3. rencana Kereta Api Barang erdapat pada Kelurahan Rorotan, Kelurahan Cakung
Timur, Kelurahan Cakung Barat, Kelurahan Ujung Menteng, Kelurahan Pulo
Gebang, dan Kelurahan Penggilingan; dan
4. rencana perlintatas tak sebidang terdapat pada Jalan Marzuki 2 di Kelurahan
Penggilingan dan Jalan Rawa Sumur 4 di Kelurahan Jatinegara.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 442
Ayat 1
pengembangan lapisan inti dilakukan dengan penempatan jaringan serat optik di Jalan
Jatinegara Lio, Pulo Ayang, Pulo Lio, Rawa Delam 1 dan Jalan Pulo Gadung, di
Kelurahan Jatinegara; Jalan Sentra Primer Timur di Kelurahan Penggilingan; Jalan
Mutiara, dan Jalan Pulo Gebang Indah di Kelurahan Pulo Gebang; Jalan Tanjakan
AURI di Kelurahan Ujung Menteng; Jalan Tipar Cakung di Kelurahan Cakung Barat;
Jalan Bekasi Raya di Kelurahan Jatinegara, Ujung Menteng, Cakung Timur, Cakung
Barat, dan Kelurahan Rawa Terate; Jalan Radjiman Widyodiningrat di Kelurahan
Jatinegara dan Kelurahan Rawa Terate; Jalan Penggilingan di Kelurahan Penggilingan
dan Kelurahan Cakung Barat; Jalan Cakung Cilincing Raya di Kelurahan Pulo Gebang
dan Kelurahan Cakung Timur; dan Jalan Rorotan di Kelurahan Cakung Timur dan
Kelurahan Cakung Barat;
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 444
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
pemeliharaan dan peningkatan pompa air di Kecamatan Cakung:
1. Pompa air Rawa Terate 2 di Kelurahan Rawa Terate;
2. Pompa air Rawa Terate di Kelurahan Cakung Barat;
3. Pompa air Situ Rawa Rorotan di Kelurahan Cakung Timur;
4. Pompa air Waduk Taman Modern di Kelurahan Cakung Timur;
5. Pompa air Waduk Aneka Elok di Kelurahan Penggilingan;
6. Pompa air Situ Rawa Gelam di Kelurahan Jatinegara;
7. Pompa air Situ Rawa Badung di Kelurahan Jatinegara; dan
8. Pompa air Situ Rawa Penggilingan di Kelurahan Jatinegara;
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas waduk/situ di Kecamatan Cakung::
1. Waduk Aneka Elok di Kelurahan Penggilingan;
2. Waduk Taman Modern di Kelurahan Cakung Timur;
3. Situ Rawa Badung di Kelurahan Jatinegara;
4. Situ Rawa Penggilingan di Kelurahan Jatinegara;
5. Situ Rawa Gelam di Kelurahan Jatinegara; dan
6. Situ Rawa Rorotan di Kelurahan Cakung Timur
Cukup jelas.
Pasal 443
Huruf f
Cukup jelas.
250
REV.00/DTR/VIII/2013
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 445
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 452
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 446
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site)
1. zona layanan nomor 9 (sembilan) melayani Kelurahan Cakung Barat, Ujung
Menteng, Rawa Terate dan Kelurahan Cakung Timur; dan
2. pada zona layanan nomor 10 (sepuluh) melayani Kelurahan Pulo Gebang,
Penggilingan, Jatinegara, dan Kelurahan Rawa Terate;
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 447
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 453
Cukup jelas.
Pasal 454
Ayat 1
Cukup jelas.
Pasal 448
Cukup jelas.
Pasal 449
Ayat 2
Huruf a
koridor Kampung Melayu-Terminal Kampung Rambutan di Kelurahan Ceger;
Cukup jelas.
koridor Pulo Gadung-Pasar Minggu di Kelurahan Lubang Buaya;
Pasal 450
Cukup jelas.
Pasal 451
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
251
REV.00/DTR/VIII/2013
Huruf h
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Lubang Buaya pada ruas Jalan SPG 7, Langgar, Kramat
Pang Syarif, Swakarsa, Yusufyah, Bacang, Swadaya, Gorda, Gardu, Munduh, Taman
Mini Pintu 1, Makmur, dan Jalan Cemara; di Kelurahan Setu pada ruas Jalan Setu
Raya, Mabes Hankam, Puskesmas, Bantar Jati, Siung, dan Jalan Bambu Apus; di
Kelurahan Bambu Apus pada ruas Jalan Mabes Hankam, Mini 1, Nusa Indah, Bambu
Apus, Gebang Sari, Palem Kartika, Bambu Kuning Timur 2, Gempol dan Jalan Bambu
Kuning Timur; di Kelurahan Ceger pada ruas Jalan Mabes Hankam, Makmur, Rawa
Segaran, Nangka, Ceger Raya, Rambo, Haji Sinun, dan Jalan Area Taman Mini.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pelebaran jalan di Kelurahan Ceger dan Kelurahan Bambu Apus pada ruas Jalan
Mabes Hankam; di Kelurahan Lubang Buaya pada ruas Jalan Pondok Gede Raya.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Pondok Rangon pada ruas Jalan Raya Pondok
Rangon, Munjul Raya, Pondok Rangon, Pondok Rangon Barat, Cilangkap Baru, dan
Jalan Kramat Ganceng; di Kelurahan Cilangkap pada ruas Jalan Raya Hankam,
Cilangkap Raya, Munjul Raya, Cilangkap Baru, Cipayung Raya, Hankam Cilangkap,
dan Jalan Malaka;
di Kelurahan Munjul pada ruas Jalan Lapangan Tembak, Munjul Raya, dan Jalan
Malaka; di Kelurahan Setu pada ruas Jalan Cipayung Raya, Bambu Apus, Hankam,
Setu Raya, dan Jalan Rawa Binong; di Kelurahan Ceger pada ruas Jalan Bambu Apus,
Bina Marga, Ceger Raya, dan Jalan TB.Simatupang;
di Kelurahan Bambu Apus pada ruas Jalan Bambu Apus, Hankam, dan Jalan Setu
Raya; di Kelurahan Lubang Buaya pada ruas Jalan Bambu Apus, Hankam, dan Jalan
Setu Raya di Kelurahan Bambu Apus; Jalan Rawa Binong, Manunggal 17, Lubang
Buaya, dan Jalan TMII Pintu 2.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
1. pembangunan jalan inspeksi di sepanjang Kali Sunter dan Kali Cilangkap, dan
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Lubang Buaya,
Setu, Bambu Apus, Ceger, Cilangkap, Cipayung, Munjul, dan Kelurahan Pondok
Rangon;
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
2. parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan atau lapangan parkir terdapat di Kelurahan pada ruas Jalan TMII Pintu 2,
Lubang Buaya, Sadar, Al Baidho, Balang, Swadaya, Garuda, Ampel, dan Jalan
SPG 7 Lubang Buaya; di Kelurahan Ceger pada ruas Jalan TMII Pintu 2, dan Jalan
Gempo; di Kelurahan Bambu Apus pada ruas Jalan Halim, Bambu Petung, Bambu
Hitam, Bambu Wulung, SMIK, Budi Murni 3, Panti Asuhan, Panti Asuhan (depsos),
Gempo, Mini 1 (setu), Mini 2, dan Jalan TMII; di Kelurahan Cipayung pada ruas
Jalan Bambu Petung, Bantar Jati, Siung, dan Jalan Hankam, di Kelurahan Setu;
Jalan Bambu Petung, Cipayung, Budi Murni 3, Mandor Hasan, Masjid Ceger, Budi
Murni 2, Budi Murni, Pamudin, Bekhman, dan Jalan Panti Asuhan; di Kelurahan
Pondok Rangon pada ruas Jalan Cilangkap Baru, dan Jalan Jambore; dan di
Kelurahan Cilagkap pada ruas Jalan Dalang di Kelurahan Munjul; Jalan Malaka,
Asyafiyah, Hankam, dan Jalan Cilangkap Baru;penyediaan fasilitas parkir
perpindahan moda (park and ride) terdapat pada jalan Kampung Rambutan di
Kelurahan Ceger;
Huruf g
pengembangan sistem angkutan barang diarahkan pada ruas jalan Tol Jagorawi di
Kelurahan Ceger, Cipayung dan Kelurahan Setu;
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 455
Cukup jelas.
Pasal 456
Cukup jelas.
Pasal 457
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
pemeliharaan dan peningkatan pompa air di Kecamatan Cipayung:
1. pompa Situ Taman Mini di Kelurahan Ceger;
2. Pompa Waduk Ceger dan Pompa Situ Ceger Bambu Apus Bambu Apus,
3. Pompa Waduk Cipayung, Pompa Waduk Sunter Hulu di Kelurahan Setu;
4. Pompa Waduk Cilangkap 1, Pompa Waduk Cilangkap Kebon Bibit di Kelurahan
Cilangkap;
5. Pompa Waduk Munjul dan Pompa Situ Baru Cibubur di Kelurahan Munjul; dan
6. Pompa Waduk Sunter Hulu di Kelurahan Pondok Rangon
Huruf c
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas waduk/situ di Kecamatan Cipayung:
1. Waduk Ceger, Situ Rawa TMII di Kelurahan Ceger;
2. Waduk Ceger Bambu Apus dan Situ Ceger Bambu Apus di Kelurahan Bambu
Apus;
3. Waduk Sunter Hulu 2 di Kelurahan Pondok Rangon;
4. Waduk Cipayung dan Waduk Sunter Hulu di Kelurahan Setu;
5. Waduk Sunter Hulu, Cilangkap I, Cilangkap II, Situ Baru, Situ Rawa TMII, Waduk
Cipayung di Kelurahan Cipayung; dan
6. Waduk Cilangkap Kebon Bibit, Situ Baru Cibubur dan Waduk Munjul di Kelurahan
Munjul.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
252
REV.00/DTR/VIII/2013
Huruf g
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 458
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Pasal 465
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 459
Cukup jelas.
Pasal 460
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 466
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 467
Ayat 1
Cukup jelas.
Pasal 461
Pasal 462
Cukup jelas.
Pasal 463
Cukup jelas.
Pasal 464
Ayat 2
Huruf a
jalur Koridor Kampung Melayu-Kampung Rambutan melalui Kelurahan Rambutan dan
Kelurahan Susukan;
jalur Koridor Pinang Ranti-Pluit melalui Kelurahan Rambutan;
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Hurufe
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
jalur koridor Pulo Gadung-Pasar Minggu melalui Kelurahan Rambutan dan Kelurahan
Susukan;
jalur koridor Terminal Kampung Rambutan-Terminal Lebak melalui Kelurahan
Rambutan dan Kelurahan Susukan; dan
jalur koridor Terminal Kampung Rambutan-Depok melalui Kelurahan Ciracas, Susukan
dan Kelurahan Rambutan;
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Rambutan:
Halte Harapan Bunda, Flyover Raya Bogor, Jembatan Barudi, Tanah Merdeka, dan
Halte Terminal Kampung Rambutan
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa
peningkatan jalan tol lingkar luar Jakarta di Kelurahan Rambutan dan Kelurahan
Susukan pada ruas jalan tol lingkar luar Jakarta; di Kelurahan Rambutan, Ciracas,
253
REV.00/DTR/VIII/2013
Kelapa Dua Wetan dan Kelurahan Cibubur pada ruas jalan Jagorawi; peningkatan
jalan arteri primer di Kelurahan Rambutan pada ruas Jalan tol Lingkar Luar Jakarta; di
Kelurahan Cibubur, Kelapa Dua Wetan dan Kelurahan Rambutan pada ruas Jalan Tol
Jagorawi; di Kelurahan Rambutan dan Kelurahan Susukan pada ruas jalan Tol TB
Simatupang; di Kelurahan Ciracas dan Kelurahan Rambutan pada ruas Jalasn TB
Simatupang; di Kelurahan Ciracas pada ruas Jalan Raya Ciracas; dan di Kelurahan
Susukan pada ruas Jalan Bogor Raya
Huruf c
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Susukan pada ruas Jalan Suci; di Kelurahan Kelapa
Dua Wetan pada ruas Jalan Kelapa Dua Wetan, Jalan PKP, Sekunder 2, dan Jalan
Kiwi Raya; di Kelurahan Kelapa Dua Wetan dan Kelurahan Rambutan pada ruas Jalan
Delima; di Kelurahan Rambutan pada ruas Tanah Merdeka dan Jalan Raya
Penganten Ali; di Kelurahan Cibubur pada ruas Jalan Masjid, Taruna Jaya, Sugi,
Lapangan Tembak, Cibubur Raya, Karya Bakti, Bawang Merah, jambore, Taruna Jaya,
Mesjid, Kiwi Raya, lapangan Tembak, Sekunder 2, dan Jalan Cibubur raya; di
Kelurahan Ciracas pada ruas Jalan Raya Ponco, Raya Penganten Ali, Centex, Haji
Baping, Kelapa Dua Wetan, Kiwi Raya, Ciracas Cipayung, Centex, Mesjid Ciracas, dan
Jalan Tanah Merdeka;
Pasal 469
Cukup jelas.
Pasal 470
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas waduk/situ dilakukan di:
1. Waduk Cimanggis di Kelurahan Ciracas;
2. Situ Kelapa Dua Wetan di Kelurahan Kelapa Dua Wetan; dan
3. Situ Rawa Dongkal di Kelurahan Cibubur;
4. Waduk Surilang 1 di Kelurahan Susukan; dan
5. Rencana waduk di Kelurahan Cibubur
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
1. pembangunan jalan inspeksi di sepanjang Kali Cipinang, dan Kali Baru Timur; dan
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Susukan,
Rambutan, Ciracas, Kelapa Dua Wetan, dan Kelurahan Cibubur;
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
2. parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan atau lapangan parkir terdapat di Kelurahan Kelapa Dua Wetan pada ruas
Jalan Manunggal dan Jalan kelapa Dua Wetan;
di Kelurahan Rambutan pada ruas Jalan TB. Simatupang; di Kelurahan Ciracas
pada ruas Jalan Mahakam, Bungur, Ciracas Raya dan Jalan Kompleks Polri
Ciracas; di Kelurahan Cibubur pada ruas Jalan Rinuyung, Jambore, Tidar, dan
Jalan Lapangan Tembak; di Kelurahan Rambutan, Susukan, dan Kelurahan
Ciracas pada ruas Jalan Pule; dan di Kelurahan Ciracas dan Kelurahan Pekayon
pada ruas Jalan Kiwi Raya;
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Rambutan pada ruas jalan Bogor Raya, BHP Raya, TB.
Simatupang, Bungur, Penganten, Mastrip H.Sabar, H.Jenin, Bumi Harapan Raya,
H.Mohayang dan jalan Tanah Merdeka; di Kelurahan Susukan pada ruas Jalan
Pembina, Tanah Merdeka, TB.Simatupang, Bogor Raya, Makmur 2, Suci, H.Baping,
H.Jusin, Regalia, H.Saibun, Masjid Ciracas, dan jalan Masjid; dan di Kelurahan Ciracas
pada ruas jalan Poncol, Juki, Bogor Raya, Ciracas Raya, Komplek Polri Ciracas, dan
jalan Mustika Ratu
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 468
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 471
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 472
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 13 dan 14 dilaksanakan di ruas Jalan Tanah Merdeka, Bungur,
Pengantin, Mahakam dan Jalan Bogor Raya di Kelurahan Rambutan, jalan TB.
Simatupang, Tanah Merdeka, Bogor Raya, Makmur 2, Suci dan jalan H.Baping di
Kelurahan Susukan, jalan H.Saibun, H.Baping, Poncol, H. Jih Ali, Penganten Ali,
Ciracas Cipayung, Centek X, Ciracas Raya, Mustika Ratu, dan jalan Raya Bogor di
254
REV.00/DTR/VIII/2013
Kelurahan Ciracas, jalan Kampung Baru, FKP Kelapa Dua Wetan, dan jalan
Manunggal di Kelurahan Kelapa Dua Wetan, jalan Taruna Jaya, Bulak Sirih, Jambore,
Cibubur Indah 2, Temulawak 2, dan jalan Madrasah di Kelurahan Cibubur;.
Ayat 2
Cukup jelas.
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 473
Cukup jelas.
Pasal 479
Pasal 474
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 475
Cukup jelas.
Pasal 476
Cukup jelas.
Pasal 477
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 478
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
Pasal 480
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
koridor Kampung Melayu-Pulo Gebang melalui Kelurahan Malaka Sari, Malaka Jaya,
dan Kelurahan Pondok Kopi.
koridor Pondok Kelapa-Kota Bekasi melalui Kelurahan Pondok Bambu dan Kelurahan
Duren Sawit.
koridor Tanjung Kelapa Gading-Kali Malang melalui Kelurahan Klender dan Kelurahan
Duren Sawit.
koridor Tanjung Pulo Gadung-Pasar Minggu melalui Kelurahan Klender dan Kelurahan
Pondok Bambu.
koridor Terminal Kampung Melayu-Bekasi melalui Kelurahan Klender, Malaka, Malaka
Jaya dan Kelurahan Pondok Kopi.
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Klender:
Halte Stasiun Klender, Halte Fly Over Klender, Halte KP. Sumur, Halte Buaran, Halte
Fly Over Raden Inten dan Halte Rencana di Jalan Pahlawan Revolusi; di Kelurahan
Malaka Jaya: Halte Perumnas Klender; di Kelurahan Pondok Kopi: Halte Rencana di
Jalan I. Gusti Ngurah Rai; di Kelurahan Duren Sawit: Halte Rencana di Jalan Raden
Inten dan Halte Rencana di Jalan Kalimalang; di Kelurahan Pondok Kelapa: Halte
Pondok Kelapa dan Halte Rencana di jalan Kalimalang; di Kelurahan Pondok Kopi:
Halte Rencana di Jalan I. Gusti Ngurah Rai; dan di Kelurahan Pondok Bambu: Halte
rencana di Jalan Pahlawan Revolusi dan Jalan Kalimalang
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa
peningkatan jalan di jalan tol sejajar Jalan Kalimalang.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pelebaran jalan di Kelurahan Klender pada ruas Jalan I. Gusti Ngrah Rai, Pahlawan
Revolusi dan Jalan Raden Inten 2; di Kelurahan Malaka Sari pada ruas Jalan I. Gusti
Ngurah Raid dan Jalan Jendral R.S Sukanto; di Kelurahan Malaka Jaya pada ruas
Jalan I. Gusti Ngurah Rai dan Jalan Jendral R.S Sukanto; di Kelurahan Pondok Kopi
pada ruas Jalan I. Gusti Ngurah Rai, Jendral R.S Sukanto, Kopi Robusta, dan Jalan
Pondok Kopi 9; di Kelurahan Pondok Kelapa pada ruas Jalan Kalimalang, dan Jalan
255
REV.00/DTR/VIII/2013
RS. Sukanto; di Kelurahan Duren Sawit pada ruas Jalan Kolonel Sugiono, Raden Inten
2 dan Jalan Kalimalang; dan di Kelurahan Pondok Bambu pada ruas Jalan Pahlawan
Revolusi, Kolonel Sugiono, Basuki Rahmat dan Jalan Kalimalang.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Pondok Kopi pada ruas Jalan Haji Miran, Jalan
Pondok Kelapa Raya; di Kelurahan Klender pada ruas Jalan Duren Sawit Raya; di
Kelurahan Pondok Bambu pada ruas Jalan Pondok Bambu Batas, Sawah Barat,
Wijaya Kusuma, mesjid Al-wusto, TL.Mandar, Rajawali, Cipinang Muara, Poncol Raya,
Teluk Mandar, Kejaksaan, Gading Raya, Bambu Mas Raya, dan Jalan Pondok Bambu
Asri Raya; di Kelurahan Duren Sawit pada ruas Jalan Swadaya Raya, Domba Raya,
Buluh Perindu, Wijaya Kusuma, Flamboyan, Buaran Raya, Selat Makasar, Laut
Arafuru, Sawah Barat, Laut Banda, Pendidikan, Laut Banda, Kimia Farma, Duren Sawit
Baru, Haji Dahlan, Rawa Domba, Mesjid Al-wusto, dan Jalan Duren Sawit Baru; di
Kelurahan Pondok Kelapa pada ruas Jalan Kampung Baru STM Kapin, Kelapa Kuning
Raya, Kelapa Sawit Raya, Kelapa Sawit 1, dan Jalan Kelapa Kuning Raya; dan di
Kelurahan Malaka Jaya pada ruas Jalan Teratai Putih Raya
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
1. pembangunan jalan inspeksi di sepanjang Kali Sunter, Kalimalang, Kanal Banjir
Timur, Kali Buaran, dan Kali Kramat.
2. pengembangan jalan lokal yang berfungsi sebagai jalan tembus dan jalan sejajar
dari Jalan Bekasi Raya sampai Jalan Penggilingan, Lingkar Kantor Walikota
Jakarta Timur, sisi selatan Kanal Banjir Timur dan Jalan Bekasi Raya sampai
batas DKI Jakarta atau sejajar Rel KA Sisi Utara Jalan Raya Bekasi; Jalan
Pahlawan Revolusi sampai Jalan Raden Inten, Jalan Teluk Samudra, Haji
Dongol, Teluk Samudra, Bambu Mas Utara, Inpeksi Saluran Air, dari Jalan Haji
Naman sampai dengan Jalan Raden Inten, Jalan Buaran Indah Raya, Mesjid Alwusto, dan Jalan Tegal Amba di Kelurahan Duren Sawit; Jalan Taruna, Bambu
Mas Utara, Jati Waringin, Mesjid Al-wusto, Kelapa Hijau, Pahlawan Revolusi
sampai Raden Inten, dan Jalan Pondok Bambu di Kelurahan Pondok Bambu;
Jalan Kelapa Hijau, Permata Timur Raya, Curug, Kelapa Kuning Raya, Jembatan
Lampir, SMA KAPIN, Inpeksi Saluran Air Kalimalan, Buaran Indah Raya, Kopyor
6, Kanur, KLP kuning 4, Pahlawan Revolusi sampai Raden Inten, dari Jalan Haji
Naman sampai dengan Jl. Raden Inten di Kelurahan Pondok Kelapa; Jalan
Buaran 2, Pahlawan Revolusi sampai Raden Inten, Jalan Pahlawan, dan Jalan
Pertanian di Kelurahan Klender.
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
2. parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan atau lapangan parkir terdapat di Kelurahan Duren Sawit pada ruas Jalan
Swadaya Raya, Domba Raya, Buluh Perindu, Wijaya Kusuma, Flamboyan,
Buaran Raya, Selat Makasar, Laut Arafuru, Laut Banda, Pendidikan, Kimia
Farma, Duren Sawit Baru, dan Jalan Haji Dahlan; di Kelurahan Pondok Bambu
pada ruas Jalan Inspeksi Saluran Air Kalimalang, Jend.Basuki, Rajawali,
Cipinang Muara, Teluk Mandar, Kejaksaan, Gading Raya, Bambu Mas Raya,
Pondok Bambu Asri Raya, Jalan Pondok Bambu Batas, dan Jalan Basuki
Rahmat; di Kelurahan Malaka Sari pada ruas Jalan Teratai Putih Raya di
Kelurahan Malaka Jaya; Jalan RS. Soekanto; di Kelurahan Duren Sawit pada
ruas Jalan Swadaya; di Kelurahan Pondok Kopi pada ruas Jalan Bintara Raya,
Pondok Kopi Raya, dan Jalan Robusta; di Kelurahan Pondok Kopi pada ruas
Jalan Pondok Kelapa Raya, dan Jalan Haji Miran; di Kelurahan Klender pada
ruas Jalan Duren Sawit Raya, dan Jalan Pahlawan Revolusi; di Kelurahan
Pondok Kelapa pada ruas Jalan Kampung Baru STM Kapin, Jembatan Lampir,
Kelapa Sawit Raya, Kelapa Sawit 1, dan Jalan Kelapa Kuning Raya; di Kelurahan
Duren Sawit, dan Kelurahan Pondok Kelapa pada ruas Jalan Raden Inten 2; di
Kelurahan Duren Sawit, Klender dan Kelurahan Malaka Sari pada ruas Jalan
Buaran, dan Jalan Buaran Indah Raya; di Kelurahan Klender, Malaka Sari,
Malaka Jaya, dan Kelurahan Pondok Kopi pada ruas Jalan I Gusti Ngurah Rai; di
Kelurahan Pondok Bambu dan Kelurahan Duren Sawit pada ruas Jalan Kolonel
Sugiono; di Kelurahan Malaka Sari, Malaka Jaya, dan Kelurahan Pondok Kopi
pada ruas Jalan Soekanto; di Kelurahan Klender dan Kelurahan Pondok Bambu
pada ruas Jalan Pahlawan Revolusi; di Kelurahan Malaka Jaya, Klender, dan
Kelurahan Malaka Sari pada ruas Jalan I. Gusti Ngurah rai; di Kelurahan Pondok
Bambu dan Kelurahan Duren Sawit pada ruas Jalan Sawah Barat; dan di
Kelurahan Duren Sawit dan Kelurahan Pondok Bambu pada ruas Jalan Mesjid AlWusto.
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Klender pada ruas Jalan Balai Rakyat, Pahlawan Revolusi,
Cipinang Muara 2, 3, Pahlawan Revolusi, Masjid Tanah, Madrasah, Buaran 3, Taman
Buaran, Buaran Permai 1, Buaran Indah 2, Duren Sawit Raya, Kapok 3, Buaran
Permai 2, Buaran Permai 4, Buaran Sakti 4, Taman Buaran 1, Buaran Perkasa, Taman
Buaran Dalam 1, Buaran Megah 1, Kapuk Bulak Barat 8, Pertanian, Kapuk Buluk Barat
6, Taman Buaran Dalam 1, I. dan Jalan Gusti Ngurah Rai; di Kelurahan Malaka Sari
pada ruas Jalan Malaka 4, Seruni, Cempaka 9, Cempaka 8, Cempaka 7, Cempaka 6,
Cempaka 4, Cempaka 2, Cempaka 3, Jalan Cempaka 1, Seruni, Delima, Delima 2, 4,
Delima 3, Delima 1, Delima 2, Delima 4, Teratai Putih, Melati Raya, Anggrek 9,
Anggrek Raya, Melat 3, Melat 4, Melat 5,Melati 6, Melati Raya, I. Gusti Ngurah Rai,
Buaran Indah Raya, dan Jalan Teratai Putih Raya; di Kelurahan Malaka Jaya pada
ruas Jalan Teratai Putih Raya, Nusa Indah 6, Nusa Idah 4, Nusa Indah 6, Nusa Indah
2, Nusa Indah 3, Nusa Indah 1, Nusa Indah 7, dan Jalan Dahlia Raya; di Kelurahan
Pondok Kopi pada ruas Jalan Pondok Kopi 9, Pondok Kopi 4, Pondok Kopi 2, Pondok
Kopi 3, Pondok Kopi 6, Pondok Kopi 1, Pondok Kopi 2, Mawar Merah Raya, Pondok
Kopi Indah 1, Pondok Kopi Timur, Pondok Kopi Raya, Nusa Indah 7, Penggilingan, I.
Gusti Ngurah Rai, Malaka Hijau 1, dan Jalan Teratai Putih Raya; di Kelurahan Pondok
Kelapa pada ruas Jalan Cendil, Jembatan Lampir, Pratama, Pondok Kelapa, Pondok
Kelapa Timur, SMA Kapin, Manggar 5, Namgka, PDK Kelapa Raya, Manggar 6,
Manggar 6A, Manggar 6B, Manggar 6A, Manggar 7, Inspensi Saluran Air Kalimalan,
Lidi, Manggar 6A, Manggar 6C, Manggar 1D, PD Kelpa, Janur, Janur 2, Cengkir, Sawit
8, Janur 3, Sawit, Kopyor 9, Kopyor 10, Kelapa Hijau 7, Kelapa Hijau 8, Kopyor 12,
Tempurung, Cengkir 2A, Cengkir 1B, PD. Kelapa Barat 3, Kelapa Kopyor 1, Kelapa
Hijau 4, Kelapa Hijau 5, Kelapa Hijau 6, Kelapa Kuning Raya, Kelapa Kuning 3, Kelapa
Hijau 1, Kopyor 10, Kopyor 11, Kopyor 3, Manggar 1, Manggar 2B, Manggar 2F,
Manggar 4, Manggar 5, Nyiur 6, Taman Malaka Barat 1, dan Jalan Indah Raya; di
Kelurahan Duren Sawit pada ruas Jalan Inspeksi Saluran Air Kalimalan, Buaran Indah
Raya, Haji Dahlan, Kavling Agraria, Rawa Domba, Mesjid Al Wusto, Taman Duren
Sawit, Haji Dogol, Kelapa Kuning Raya, Swadaya, Pendidikan 5, Pendidikan Raya 1,
Pendidikan 4, Pendidikan 3, Pendidikan 2, Pendidikan Raya 1, Kol Sugiono, dan Jalan
Cobra 1; dan di Kelurahan Pondok Bambu pada ruas Jalan Jatiaringin, Mesjid Al.
Wusto, Pahlawan Revolusi, Poncol Jaya, TL. Palu, PD. Bambu Atas, Pinang
Nawatengan, Kejaksaan 1, Inspeksi Saluran Kalimalan, Pondok Bambu 3, Kejaksaan
4, Taruna, Cendrawasih, Pondok Bambu Asri Selatan 4, Kepodang, Rajawali, Perkutut,
Utama 4, Haji Kamad, Kutilang, Pahlawan Revolusi, Poksai, Kanwil Tanjung Priok,
256
REV.00/DTR/VIII/2013
Taman Duren Sawit, Laut Banda, Laut Arafuru, Swadaya, dan Jalan Pendidikan di
Kelurahan Duren Sawit; Jalan Kalimalang, Pondok Bambu Atas, Pahlawan Revolusi,
Kejaksaan, Mesjid Alwustho dan Jalan Murai di Kelurahan Pondok Bambu.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 486
Cukup jelas.
Pasal 487
Cukup jelas.
Pasal 488
Cukup jelas.
Pasal 489
Cukup jelas.
Pasal 490
Huruf a
Cukup jelas.
Pasal 481
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 482
Pasal 483
Pasal 484
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 485
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 10 dan 13 dilaksanakan di ruas Jalan Pahlawan Revolusi, I. Gusti
Ngurah Rai, Raden Inten 2, Buaran Raya, Duren Sawit Raya di Kelurahan Klender;
Jalan I. Gusti Ngurah Rai, Wijaya Kusuma dan Jalan Teratai Putih di kelurahan Malaka
Sari; Jalan I. Gusti Ngurah Rai, Wijaya Kusuma, Pondok Kelapa Raya dan Jalan
Teratai Putih di kelurahan Malaka Jaya; Jalan Pondok Kelapa Raya di Kelurahan
Pondok Kopi; Jalan Pondok Kelapa Raya, Kalimalang, Kelapa Kuning, dan Jalan
Curug di Kelurahan Pondok Kelapa; Jalan kalimalang, Raden Inten 2, Rawa Domba,
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 491
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
257
REV.00/DTR/VIII/2013
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 492
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa
peningkatan jalan di Kelurahan Bali Mester dan Kelurahan Kampung Melayu pada ruas
jalan tol Jalan Kemayoran Kampung Melayu; di Kelurahan Bali Mester, Rawa Bunga,
Cipinang Cempedak, Cipinang Muara, dan Kelurahan Cipinang Besar Selatan pada
ruas Jalan Kampung Melayu Bekasi; di Kelurahan Bali Mester, Bidara Cina, dan
Kelurahan Kampung Melayu pada ruas Jalan Kampung Melayu Duri Pulo; di
Kelurahan Bidara Cina dan Kelurahan Cipinang Cempedak pada ruas jalan arteri
primer melalui ruas Jalan MT Haryono; dan di Kelurahan Cipinang Besar Utara,
Cipinang Besar Selatan, Cipinang Cempedak dan Kelurahan Rawa Bunga pada ruas
Jalan DI Panjaitan.
Cukup jelas.
Pasal 493
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
koridor Kampung Melayu-Ancol melalui Kelurahan Bali Mester.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pelebaran jalan di Kelurahan Bidara Cina pada ruas Jalan Oto Iskandar Dinata dan
Jalan Kampung Melayu Besar; di Kelurahan Kampung Melayu dan Kelurahan Bali
Mester pada ruas Jalan Jatinegara Barat; di Kelurahan Bali Mester pada ruas Jalan
Jatinegara Timur dan Jalan Matraman Raya; di Kelurahan Cipinang Besar Utara pada
ruas Jalan Bekasi Timur Raya; di Kelurahan Cipinang Muara pada ruas Jalan I Gusti
Ngurah Rai dan Jenderal Basuki Rahmat; dan di Kelurahan Rawa Bunga pada ruas
Jalan Bekasi Barat Raya.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Rawa Bunga pada ruas Jalan Pedati Raya; di
Kelurahan Cipinang Cempedak pada ruas Jalan Kebon Nanas, Cawang Baru, Cawang
Baru Tengah, Cipinang Cempedak 4, Otto Iskandar 3, Swadaya 1 Dalam, Cawang
Baru Barat, Tanah Manisan, Otista, Otto Iskandar DInata 3, Cawang Baru 1, Cipinang
Cempedak 2, Cipinang Cempedak 5, Otto Iskandar Dinata, Cipinang Cempedak 1,
Kampung Melayu, Otista 3, dan Jalan Pedata; di Kelurahan Cipinang Muara pada ruas
Jalan Cipinang Jaya, Mulya Jaya, Cipinang Muara, Cipinang Muara Raya, Media
Massa, Majalah, Cipinang Indah, Cakra Wijaya 1, Cipinang Muara 1, Kebon Nanas,
Cipinang Indah 1, Majalah, Cipinang Indah, Jalan Cipinang Latihan, Jalan Bekasi timur
Raya, Jalan Mulya Jaya, Cipinang Jaya, dan Jalan Cipinang Jaya; di Kelurahan Bidara
Cina pada ruas Jalan Cawang Baru 1, Otto Iskandar Dinata, Pedata, dan Jalan
Kampung Melayu; dan di Kelurahan Cipinang Besar Selatan pada ruas Jalan Kebon
Nanas, Cipinang Muara 1, dan Jalan Otista 3.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
1. pembangunan jalan inspeksi di sepanjang Kali Ciliwung, Kali Sunter, Kalimalang,
Kanal Banjir Timur, Kali Cipinang, dan Kali Baru, dan
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Kampung
Melayu, Balimester, Rawabunga, Cipinang Besar Utara, Cipinang Muara,
Cipinang Besar Selatan, Cipinang Cempedak, dan Kelurahan Bidara Cina.
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. penyediaan fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) terdapat pada
kawasan Kampung Melayu di Kelurahan Balimester;
2. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
3. parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan atau lapangan parkir terdapat di Kelurahan Balimester pada ruas Jalan
258
REV.00/DTR/VIII/2013
1.
2.
3.
4.
5.
rencana pengembangan jaringan MRT untuk koridor Barat Timur terdapat pada
Kelurahan Bidaracina dan Kelurahan Cipinang Cempedak;
rencana pengembangan jaringan LRT terdapat pada ruas Jalan Matraman Raya di
Kelurahan Bidara Cina;
rencana pengembangan kereta lingkar dalam kota melalui Kelurahan Rawa Bunga;
rencana pengembangan kereta Komuter Jabodetabek terdapat di Stasiun
Jatinegara dan Stasiun Cipinang di Kelurahan Rawa Bunga, dan Kelurahan
Cipinang Besar Utara; dan
rencana perlintasan tak sebidang terdapat pada FO.Dukuh Atas Sudirman di
Jalan Jend. Basuki Rahmat yang melewati Kelurahan Rawa Bunga, FO.Dukuh
Atas Sudirman di Jalan Oto Iskandardinata yang melewati Kelurahan Bidara
Cina, dan FO. Jatinegara By Pass di Jalan Jend. DI. Panjatan yang melewati
Kelurahan Rawa Bunga
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 494
Cukup jelas.
Pasal 495
Cukup jelas.
Pasal 496
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini dilakukan di Kelurahan Kampung Melayu pada ruas jalan Permata, Permata 1,
Permata 2, Bukit Duri Utara, Kebon Pala 1, Kebon Pala 2, Kebon Pala 3, Jatinegara
Barat, dan Jalan Kampung Melayu Besar; di Kelurahan Bali Mester pada ruas Jalan
Berlian, Oto Iskandar Dinata, Otista 4, dan Jalan MT Haryono di Kelurahan Bidara
Cina, Jalan Urip Sumoharjo, Kemuning, Matraman Raya, Jatinegara Barat, Jatinegara
Timur, Jatinegara Barat 3, Jatinegara Barat 4, Kampung Melayu Besar, Wedana, dan
Jalan Kampung Melayu; di Kelurahan Rawa Bunga pada ruas Jalan Bekasi Barat
Raya, Jatinegara Timur, Bekasi Timur 2, Bekasi Timur 3, Bekasi Timur 8, Bekasi Timur
9, Bekasi Timur 17, Jatinegara Timur 2, Bekasi Timur 4, Masjid Jatinegara, DI
Panjaitan Bekasi Timur 2, Warung Asem, Kober, Jatinegara Timur 4, Caringin, dan
Jalan Kober Kecil; di Kelurahan Cipinang Campedak pada ruas Jalan DI Panjaitan,
Asuransi, Asuransi 1, Oto Iskandar Dinata 3, Panti Asuhan, Kebon Nanas 3, Kebon
Nanas 1, Kebon Nanas Selatan 1, Kebon Nanas Selatan 2, Komplek 1, Komplek 2,
Komplek 3, Komplek 4, Komplek 7, Komplek 8, Komplek 10, Komplek 11, Komplek 14,
Cipinang Campedak 3, Cipinang Campedak 4, Cawang Baru Barat, Swadaya 1,
Cawang Baru Utara, Cawang Baru, Madrasah 1, Madrasah 2, Biru Laut 1, Biru Laut 2,
Biru Laut 3, Biru Laut 4, Biru Laut 5, Biru Laut 6, Biru Laut 7, Biru Laut 8, Biru Laut 9,
Biru Laut 10, MT Haryono, DI Panjaitan, Hijau Daun 1, Hijau Daun 2, Hijau Daun 3,
Hijau Daun 4, Merah Delima, Merah Delima 1, Merah Delima 2, dan Jalan Tanah
Manisan; di Kelurahan Cipinang Besar Utara pada ruas Jalan Bekasi Timur Raya, DI
Panjaitan, Bekasi Timur, Swadaya, Cipinang Latihan, dan Jalan Cipinang Jaya; dan di
Kelurahan Cipinang Muara pada ruas Jalan Kalimalang, DI Panjaitan, dan Pancawarga
1 di Kelurahan Cipinang Besar Selatan; Jalan Bekasi Timur Raya, Cipinang Lontar,
Pancawarga, Kesadanan, dan Jalan Indah 1.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Jatinegara adalah:
Cukup jelas.
Pasal 497
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 498
Ayat 1
Pengembangan pembuangan perpipaan air limbah terpusat (off-site) dengan zona
layanan nomor 10 dan 13 dilaksanakan di ruas Jalan Cipinang Jaya di Kelurahan
Bekasi Timur Raya di Kelurahan Cipinang Besar Utara; Jalan Kampung Melayu Besar
di Kelurahan Rawa Bunga, Bali Mester, dan Kelurahan Kampung Melayu; Jalan I Gusti
Ngurah Rai di Kelurahan Cipinang Muara; Jalan DI Panjaitan di Kelurahan Cipinang
Besar Utara dan Kelurahan Cipinang Besar Selatan; Jalan Otista di Kelurahan Bidara
Cina; Jalan Otista 3 dan Jalan Cawang Baru Tengah di Kelurahan Cipinang
Cempedak; Jalan Kebon Nanas di Kelurahan Cipinang Besar Selatan dan Kelurahan
Cipinang Besar Muara; Jalan Cipinang Indah di Kelurahan Cipinang Muara; Jalan
Kalimalang di Kelurahan Cipinang Besar Selatan dan Kelurahan Cipinang Muara; dan
Jalan Matraman Raya di Kelurahan Bali Mester.
Ayat 2
259
REV.00/DTR/VIII/2013
Cukup jelas.
Ayat 1
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
koridor Kampung Melayu - Kampung Rambutan melalui Kelurahan Cawang, Cililitan,
Batu Ampar, Kramat Jati, dan Kelurahan Kampung Tengah.
Cukup jelas.
koridor Pinang Ranti - Pluit melalui Kelurahan Cawang, Batu Ampar, Kramat Jati, dan
Kelurahan Kampung Tengah, Dukuh dan Kelurahan Cililitan.
Pasal 499
Pasal 500
Pasal 501
Pasal 502
koridor Tanjung Priok - Cililitan melalui Kelurahan Cawang dan Kelurahan Cililitan.
Cukup jelas.
koridor Blok M - Pondok Kelapa melalui Kelurahan Cawang.
Pasal 503
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 504
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 505
Cukup jelas.
Pasal 506
koridor Halim - Soekarno Hatta melalui Kelurahan Cililitan dan Kelurahan Cawang.
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Cawang:
Halte BNN, Halte Cawang UKI, Halte BKN dan Halte Cawang Ciliwung; Kelurahan
Cililitan: Halte Cililitan PGC 1, Halte Cililitan PGC 2, dan Halte Busway pada ruas Jalan
Pahlawan Kalibata; Kelurahan Kramat Jati: Halte Pasar Kramat Jati; dan di Kelurahan
Kampung Tengah: Halte Pasar Induk Kramat Jati.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa
peningkatan ruas Jalan di Kelurahan Cawang, Cililitan, Kramat Jati, dan Kelurahan
Dukuh: Jalan Tol Jagorawi; Kelurahan Cawang: Jalan Tol Dalam Kota dan Jalan Letjen
MT Haryono; Kelurahan Cawang dan Kelurahan Cililitan: Jalan Meyjen Sutoyo; dan di
Kelurahan Cililitan, Batu Ampar, Kramat Jati, dan Kelurahan Kampung Tengah: Jalan
Bogor Raya.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan Jalan di Kelurahan Dukuh : jalan Pondok Gede Raya.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan Jalan di Kelurahan Kramat Jati: Jalan Kerja Bakti dan Jalan Cililitan
Besar; Kelurahan Batu Ampar: Jalan Bayu Ampera, Jalan Msj Condet, Jalan Batu
Jambrut, Jalan Condet raya; Kelurahan Cililitan: Jalan Kerja Bakti, Kali Bata, Cililitan
Besar, Condet Raya, Jalan Dewi Sartika dan Jalan Kalibata; dan di Kelurahan
Kampung Tengah: Jalan Bayu Ampera.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dalam ayat ini dilakukan pada:
1. pembangunan jalan inspeksi di sepanjang Kali Ciliwung, dan Kali Baru Timur,
dan
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan di Kelurahan Cawang, Cililitan,
Kramat Jati, Batu Ampar, Balekambang, Kampung Tengah, dan Kelurahan
Dukuh.
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
260
REV.00/DTR/VIII/2013
2.
parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung
parkir dan atau lapangan parkir diarahkan pada ruas Jalan di Kelurahan Cililitan:
Jalan Condet Raya, Dewi Sartika, Kalibata, Kalibata Raya, Sutoyo, Mayjen
Sutoyo, Kerja Bakti, dan Jalan Cililitan Besar; di Kelurahan Cawang: Jalan
Letjend MT. Haryono, Dewi Sartika dan Jalan halim Perdana Kusuma;
Kelurahan Kramat Jati: Jalan Pondok Gede Raya, Kerja Bakti dan Jalan Cililitan
Besar; Kelurahan Dukuh: Jalan Pondok Gede Raya dan Jalan Bogor Raya;
Kelurahan Batu Ampar: Jalan Bayu Ampera, Msj Condet, Batu Jambrut, dan
Jalan Condet raya; dan di Kelurahan Kampung Tengah: Jalan Bayu Ampera.
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 511
Cukup jelas.
Pasal 512
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini diarahkan pada ruas Jalan di Kelurahan Cawang: Jalan Letjen MT Haryono, SMEA
6, Taman Harapan, Budi Asih, dan Jalan Al-Hidayah; Kelurahan Cililitan: Jalan
Swadaya 1, Swadaya 2, Jambul, Cililitan Kecil, Cililitan Kecil 1, Cililitan Kecil 2, Cililitan
Besar dan Jalan Batu Ampar; Kelurahan Batu Ampar: Jalan Kumbang, Ampar dan
Jalan Condet Raya; Kelurahan Kampung Tengah: Jalan Perternakan, Karya, dan Jalan
Nuri; Kelurahan Dukuh: Jalan Pondok Gede Raya; Kelurahan Cawang dan Kelurahan
Cililitan: Jalan Meyjen Sutoyo, Dewi Sartika, SMA 14 dan Jalan Pahlawan Kalibata;
Kelurahan Cililitan dan Kelurahan Balai Kambang: Jalan Condet Raya; Kelurahan Batu
Ampar dan Kelurahan Kampung Tengah: Jalan Bogor Raya.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 513
Cukup jelas.
Pasal 514
Cukup jelas.
Pasal 515
Cukup jelas.
Pasal 516
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Pasal 507
Cukup jelas.
Pasal 508
Ayat 1
pengembangan lapisan inti dilakukan dengan penempatan jaringan serat optik di Jalan
Letjen MT Haryono di Kelurahan Cawang; Tol TMII-Cikunir di Kelurahan Dukuh; Jalan
Dewi Sartika di Kelurahan Cawang dan Kelurahan Cililitan; Jalan Mayjen Sutoyo di
Kelurahan Cawang dan Kelurahan Cililitan; Jalan Tol Jagorawi di Kelurahan Cililitan,
Dukuh, dan Kelurahan Kramat Jati; dan Jalan Bogor Raya di Kelurahan Batu Ampar,
Kampung Tengah, dan Kelurahan Kramat Jati.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 509
Cukup jelas.
Pasal 510
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Pasal 517
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
Ayat 2
261
REV.00/DTR/VIII/2013
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 518
Cukup jelas.
Pasal 519
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
koridor Pluit - Pinang Ranti melalui Kelurahan Pinang Ranti.
koridor Cililitan - Terminal Tanjung Priok melalui Kelurahan Kebon Pala.
koridor Blok M - Pondok Kelapa melalui Kelurahan Kebon Pala.
koridor Pulo Gadung - Pasar Minggu melalui Kelurahan Cipinang Melayu.
koridor Pinang Ranti Bekasi Bantar Gebang melalui Kelurahan Pinang Ranti.
koridor Halim Palmerah Soekarno Hatta melalui Kelurahan Halim Perdana
Kusuma dan Kelurahan Kebon Pala.
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Pinang Ranti:
Halte Taman Mini dan Halte Pinang Ranti; Kelurahan Cipinang Melayu: halte busway
di Jalan Jatiwiringin; Kelurahan Pinang Ranti: Jalan Hankam; Kelurahan Halim
Perdana Kusuma: Jalan Venus; Kelurahan Pinang Ranti dan Kelurahan Halim Perdana
Kusuma: Jalan Pondok Gede Raya; dan di Kelurahan Kebon Pala dan Kelurahan
Halim Perdana Kusuma: Jalan Halim Perdana Kusuma.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa
pemeliharaan Jalan di Kelurahan Kebon Pala, Cipinang Melayu dan Kelurahan Halim
Perdana Kusuma: Jalan Tol Jakarta Cikampek; Kelurahan Kebon Pala, Makasar, dan
Kelurahan Pinang Ranti: Jalan Tol Jagorawi; dan di Kelurahan Kebon Pala: Jalan
Halim Perdana Kusuma dan Jalan Mayjend. Sutoyo.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan Jalan di Kelurahan Pinang Ranti: Jalan Hankam, dan Jalan TMII Pintu I
(Hankam); Kelurahan Pinang Ranti, Makasar, dan Kelurahan Lubang Buaya: Jalan
Pondok Gede Raya; Kelurahan Kebon Pala: Jalan Raya Halim Perdana Kusuma; dan
di Kelurahan Cipinang Melayu: Jalan Jatiwaringin.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan Jalan di Kelurahan Pinang Ranti: Jalan TMII Pintu 2 dan Jalan Bakodau;
Kelurahan Makasar: Jalan Kerja Bakti, Squadron, Cipinang Asem, Cililitan Besar, dan
Jalan Halim Golf Course; Kelurahan Halim Perdana Kusuma: Jalan Rajawali Baru,
Maphilindo, Trikora, Rajawali Raya Jalan Squadron, Komodor Halim Perdana Kusuma,
dan Jalan Venus; dan di Kelurahan Kebon Pala: Jalan Wisma Haji, Cililitan Besar,
Jengki, Nusa Indah, Delima, Permata dan Jalan Cipinang Asem.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
1. pembangunan jalan inspeksi di sepanjang Kali Buaran, Kali Cipinang, dan Kali
Malang, dan
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan di Kelurahan Cipinang Melayu,
Kebon Pala, Halim Perdana Kusuma, Makasar, dan Kelurahan Pinang Ranti.
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
2. parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan/atau lapangan parkir untuk kawasan arteri primer terdapat pada ruas Jalan
Raya Halim Perdana Kusuma, Pondok Gede Raya, Kali Malang dan Jalan arteri
sejajar Jalan Tol Jagorawi; Untuk kawasan arteri sekunder terdapat pada ruas Jalan
Jatiwaringin, Kopatdara/Kopasanda, dan Jalan TMII. Sedangakn untuk kawasan
kolektor primer terdapat pada ruas Jalan Squadron, Wisma Haji dan Jalan Cilitan
Besar, Jalan Jengki, Jalan Rajawali Baru, Jalan Maphilindo, Jalan Trikora dan Jalan
Rajawali Raya; Dan untuk Jaringan jalan kolektor Kecamatan Makasar yaitu Jalan
Cipinang Asem, Jalan Nusa Indah, Jalan TMII Pintu 2, Jalan Delima, Jalan Kerja
Bakti.
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini diarahkan pada ruas Jalan di Kelurahan Pinang Ranti: Jalan Bakodau, Barokodam,
Hankam, Nirbaya, Pinang Ranti, TMII Pintu 1 (Hankam), dan Jalan TMII Pintu II;
Kelurahan Makasar: Jalan Pusdiklat Depnaker; Kelurahan Halim Perdana Kusuma:
Jalan Angkasa, Angklung, Angsana 3, Arimbi, Banowati, Bojowati, Branjangan Raya,
Candra, Cendrawasih, Cendrawasih 1, Cendrawasih 2, Cendrawasih 3, Cendrawasih
4, Cendrawasih 5, Cendrawasih 7, Cendrawasih 8, Cendrawasih 9, Cendrawasih 10,
Cendrawasih Baru, Darmata, Drupadi, Gatot Kaca, Gede, Gemini, Grawasi, Halilintar,
Halim Perdana Kusuma, Jembowati, Kokrosono, Komodor Halim Perdana Kusuma,
Kresno, Kumbokarna, Kumboyono, Larasati, Manuhua, Maphilindo, Marasing, Mars,
Mawuhna, Mokosuli, Nungkulo, Ngatimun, Ontorejo, Padang Golf, Pelita, Ponco Wolo,
Ponto Rejo, Punto Dewo, Rajawali Baru, Sadewo, Sembodro, Setio Bomo, Suhadi,
Sunahiyo, Surtikanti, Surya, Suyubona, Topan, Udowo, Venus, Waimun, Werkudoro,
Angkasa 3, Elang, Branjangan, Madasing, Suhadi, dan Jalan Angkow; Kelurahan
Cipinang Melayu: Jalan Artileri, Angkutan, Budi, Budi 4, Budi 5, Budi 6, Budi Harapan,
Budi Jaya, Budi Jaya 1, Budi Jaya 3, Damai, Darma, Haji Sulaiman, Harapan 1,
Harapan 2, Harapan 3, Harapan 4, Harapan 5, Harapan 6, Infantri, Intendans, Jagur,
Jatiwaringin, Kartika Eka Paksi, Kavileri, Kemajuan, Kesenian, Ki Ageng, Mudur Robin,
Panca Warga 1, Pangkalan Jati 2, Pangkalan Jati 3, Pangkalan Jati 4, Pangkalan Jati
5, Pangkalan Jati 6, Pemanahan, Peralatan, Sulawai 1 Raya, Tarum Barat, Tol Jakarta
Melayu, Warimba, Wira Bakti, Wira Bakti 2, Wira Bakti 3, Wira Baraga 5, Wira
Darma 2, Wira Darma 4, Wira Jasa, Wira Jati, Wira Jati 2, Wira Jati 6, Wira Loka IV,
Wira Yuda, Wiraloka Baku, Wiraloka II, Wirayuda 2, Zeni, Manunggal 1, Manunggal 2,
Manunggal 3, dan Jalan Wira Budi; Kelurahan Kebon Pala: Jalan Cipinang Asem,
Jend. DI. Panjaitan, Kolonel Sutomo, Kolonel Sutomo 3, Masjid Dharul Khaerot,
Perindustrian, Perindustrian 1, Perindustrian 2, dan Jalan Permata; Kelurahan Pinang
262
REV.00/DTR/VIII/2013
Ranti dan Kelurahan Halim Perdana Kusuma: Jalan Pondok Gede Raya; dan di
Kelurahan Halim Perdana Kusuma dan Kelurahan Cipinang Melayu: Jalan Trikora.
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Makasar adalah:
1. rencana pengembangan jaringan MRT terdapat pada Stasiun Makasar melalui
Kelurahan Kebon Pala, Kelurahan Halim Perdanakusuma, dan Kelurahan Cipinang
Melayu; dan
2. rencana perlintasan tak sebidang terdapat pada Fly Over Cawang melalui
Kelurahan Kebon Pala, Jalan Tol Jakarta Bekas Cikampek di Kelurahan
Cipinang Melayu, Kelurahan Halim Perdana Kusuma. Jalan Tol Jagorawi melewati
Kelurahan Kebon Pala, Kelurahan Makasar, Kelurahan Pinang Ranti.
Kelurahan Halim Perdana Kusuma; Jalan Permata di Kelurahan Cipinang Melayu dan
Kelurahan Kebon Pala.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 525
Cukup jelas.
Pasal 526
Cukup jelas.
Pasal 527
Cukup jelas.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 528
Cukup jelas.
Ayat 5
Cukup jelas.
Pasal 529
Cukup jelas.
Pasal 520
Cukup jelas.
Pasal 521
Cukup jelas.
Pasal 522
Pasal 530
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Cukup jelas.
Pasal 523
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 524
Ayat 1
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas jaringan perpipaan air limbah terpusat (off
site) pada ruas Jalan Jatiwaringin, Harapan, Budi Jaya, Mesjid, Pelita, dan Jalan Haji
Sulaiman di Kelurahan Cipinang Melayu; Jalan Lapangan Golf Halim, Hercules,
Antonov, Tupolov, Rajawali Baru, dan Jalan Maphilindo di Kelurahan Halim Perdana
Kusuma; Jalan Cipinang Asem, Jend. D.I. Panjaitan, dan Jalan Gereja di Kelurahan
Kebon Pala; Jalan Pusdiklat Depnaker, Kerja Bakti, dan Jalan Cililitan Besar di
Kelurahan Makasar; Jalan Pondok Gede Raya, dan Jalan Pinang Ranti 2 di Kelurahan
Pinang Ranti; Jalan Golf Course, Squadron di Kelurahan Halim Perdana Kusuma dan
Kelurahan Makasar; Jalan Halim Perdana Kusuma di Kelurahan Kebon Pala dan
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 531
Cukup jelas.
Pasal 532
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
jalur koridor Dukuh Atas - Pulo Gadung di melalui Kelurahan Kebon Manggis, Pal
Meriam, Kayu Manis, dan Kelurahan Utan Kayu Utara.
jalur koridor dari Kampung Melayu - Ancol melalui Kelurahan Kebon Manggis dan
Kelurahan Palmeriam.
263
REV.00/DTR/VIII/2013
jalur koridor Tanjung Priok - Cililitan melalui Kelurahan Pisangan Baru, Utan Kayu
Selatan, dan Kelurahan Utan Kayu Utara.
Palmeriam; Jalan Kayu Manis 8, Kayu Manis 4, Kayu Manis 10 dan Jalan Pisangan
Baru Tengah di Kelurahan Kayu Manis; Jalan Kayu Manis Timur, Kelapa Sawit,
Tegalan, Kayu Manis 8, Kayu Manis 4, Kebon Kelapa, Kyai Ahmad Dahlan, Kramat
Asem, Kayu Manis 10, Utan Kayu, Jalan Bunga, Kramat Asem, Pisangan Baru
Utara dan Jalan Pisangan Baru Tengah;
jalur koridor Kampung Melayu - Pulo Gebang melalui Kelurahan Pisangan Baru.
jalur koridor Kampung Melayu - Bekasi - Bantar Gebang melalui Kelurahan Pisangan
Baru.
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini diarahkan di Kelurahan Kebon Manggis:Jalan Matraman Raya, Kebon Manggis,
Matraman Salemba, Ksatrian, Ksatrian 3, Ksatrian 5, Ksatrian 6, Ksatrian 7, Ksatrian
10, Slamet Riyadi, Slamet Riyadi 1, dan Jalan Slamet Riyadi 2; Kelurahan Palmeriam:
Jalan Matraman Raya, Pramuka, Penegak, Gugus Depan, Penggalang, Tegalan,
Pembina, Tegalan 1, Palmeriam 3, Palmeriam Selatan, dan Jalan Bunga 2; Kelurahan
Kayu Manis: Jalan Pramuka, Kayu Manis Utara, Kayu Manis utara 1, Kayu Manis 1,
Kayu Manis 2, Kayu Manis Timur, Kayu Manis Barat, Kayu Manis 9, Pisangan Baru
Tengah 1, Pisangan Baru Tengah 2, Pisangan Baru Tengah 3, dan Jalan Kelapa
Sawit; Kelurahan Utan Kayu Utara: Jalan Pramuka, Kayu Manis Timur, Supriyadi,
Rambutan, Kayu Ramin, Warijin, Kemuning, Mangga 1, Mangga, Utan Kayu,
Pengayoman, Sirsak, Nanas, Nangka, Mede, Duren, Wahab, Mundu, Pengayoman
Mede, Pengayoman Mede 2, Multi Karya, Multi Karya 1, Multi Karya 2, Multi Karya 3,
dan Jalan Ahmad Yani; dan di Kelurahan Pisangan Baru: Jalan Ahmad Yani, Nanas 1,
Asem Gede, Asem Gede 3, Kramat Asem, Pengayoman, Rasamale 2, Puspa, Puspa
3, Kamper, Kelapa Tinggi, dan Jalan Skip di Kelurahan Utan Kayu Selatan; Jalan
Ahmad Yani, Timur 2, Timur 3, Timur 4, Timur 5, Timur 7, Pisangan Baru Timur,
Pisangan Baru Tengah, Pisangan Baru 2, Pisangan Baru 3, Kayu Manis 10, Pisangan
Baru Tengah 1.
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Utan Kayu
Utara: Halte Pramuka BPKP, Utan Kayu Rawamangun, Pemuda Pramuka, Pramuka
LIA, Utan Kayu, dan Halte Pasar Genjing; Kelurahan Palmeriam dan Kelurahan Kebon
Manggis: Halte Matraman 1, Slamet Riyadi dan Halte Tegalan; Kelurahan Palmeriam:
Halte Matraman 2; Kelurahan Utan Kayu Selatan: Halte Ahmad Yani Bea Cukai; dan
Kelurahan Pisangan Baru: Halte Fly Over Jatinegara.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa
pembangunan jalan di Kelurahan Kebon Manggis: jalan tol pada ruas Jalan
Kemayoran - Kampung Melayu; dan Kelurahan Utan Kayu Utara, Utan Kayu Selatan,
dan Kelurahan Pisangan Baru: jalan arteri primer melalui ruas Jalan Ahmad Yani.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
peningkatan prasarana jalan di Kelurahan Kebon Manggis: Jalan Matraman Raya.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan Jalan di Kelurahan Palmeriam: Jalan Palmeriam Selatan, Tegalan,
Palmeriam Utara, Slamet Riyadi, Kyai Ahmad Dahlan, Bunga dan Jalan Pramuka Jati;
Kelurahan Kebon Manggis: Jalan Slamet Riyadi; Kelurahan Pisangan Baru: Jalan
Pisangan Baru Utara, Kelapa Sawit, dan Jalan Pisangan Baru Tengah; Kelurahan Utan
Kayu Selatan: Jalan Kelapa Sawit, Pembina Barat, Pandan Raya, Kelapa Sawit, Kayu
Manis 7, Kayu Manis Timur, dan Jalan Kayu Manis Timur; Kelurahan Kayu Manis:
Jalan Kayu Manis 8, Kayu Manis 4, Kayu Manis 10, Pisangan Baru Tengah, Kayu
Manis Barat, Kayu Manis 7, Kayu Manis Barat, dan Jalan Pisangan Baru Tengah; dan
Kelurahan Utan Kayu Utara: Jalan Kayu Manis Timur, Kayu Manis 8, Kayu Manis 4,
Kebon Kelapa, Kramat Asem, Kelapa Sawit, Kemuning, Pembina Barat, Manis Timur,
dan Jalan Utan Kayu.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada pembangunan jalan
inspeksi di sepanjang Kali Ciliwung, dan Kali Baru Timur; dan pembangunan dan
peningkatan jaringan jalan di Kelurahan Utan Kayu Utara, Palmerah, Kayu Manis,
Utan Kayu Selatan, Pisangan Baru, dan Kelurahan Kebon Manggis;
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
2. parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan atau lapangan parkir terdapat pada ruas jalan Jalan Kayu Manis Timur, Kayu
Manis 8, Kayu Manis 4, Kebon Kelapa, Kramat Asem; Kelapa Sawit dan Jalan
Kramat Asem di Kelurahan Utan Kayu Selatan; Jalan Kayu Manis Timur, dan Jalan
Utan Kayu di Kelurahan Utan Kayu Utara; Jalan Pisangan Baru Utara di Kelurahan
Pisangan Baru; Jalan Tegalan, Kyai Ahmad Dahlan, dan Jalan Bunga Kelurahan
Ayat 3
Yang dimaksud dengan prasarana transportasi perkeretaapian dan/atau melalui di
Kecamatan Matraman adalah:
1. rencana pengembangan kereta lingkar dalam kota terdapat pada Stasiun Pondok
Jati di Kelurahan Palmeriam, Kelurahan Kebon Manggis, dan Kelurahan Kayu
Manis;
2. rencana pengembangan kereta komuter Jabodetabek terdapat pada Stasiun
Pondok Jati di Kelurahan Palmeriam; dan
3. rencana perlintasan tak sebidang terdapat pada Jalan Matraman Raya di Kelurahan
Kebon Manggis. Jalan Pramuka di Kelurahan Palmeriam, Kelurahan Utan Kayu
Utara, dan Kelurahan Kayu Manis. Jalan Layang Prof. Wiyoto Wiyono MSC.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 533
Cukup jelas.
Pasal 534
Ayat 1
pengembangan lapisan inti dilakukan dengan penempatan jaringan serat optik di Jalan
Kayumanis Barat dan Jalan Pisangan Baru Tengah 1 di Kelurahan Kayumanis dan
Kelurahan Palmeriam, Jalan Ahmad Yani di Kelurahan Pisangan Baru, Utan Kayu
Utara, dan Kelurahan Utan Kayu Selatan, Jalan Matraman Raya di Kelurahan Kebon
Manggis dan Kelurahan Palmeriam, Jalan Matraman Raya di Kelurahan Kebon
Manggis, Jalan Pramuka di Kelurahan Palmeriam, Kayumanis, dan Kelurahan Utan
Kayu Utara.
264
REV.00/DTR/VIII/2013
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 535
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
penerapan sistem polder terdapat pada:
1. nomor 31 dengan daerah layanan hidrologi yang meliputi Kelurahan Palmeriam
dan Kelurahan Kebon Manggis;
2. nomor 33 dengan daerah layanan hidrologi yang meliputi Kelurahan Kelurahan
Utan Kayu Utara, Utan Kayu Selatan, Palmerah, Pisangan Baru dan Kelurahan
Kayu Manis;
3. nomor 37 dengan daerah layanan hidrologi yang meliputi Kelurahan Kelurahan
Pisangan Baru; dan
4. nomor 48 dengan daerah layanan hidrologi yang meliputi Kelurahan Kelurahan
Kebon Manggis.
Pasal 537
Ayat 1
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas jaringan perpipaan air limbah terpusat (off
site) berada di Jalan Ahmad Yani Kelurahan Pisangan Baru, Utan Kayu Selatan, dan
Kelurahan Utan Kayu Utara, Jalan Pramuka, Kelapa Sawit, dan Jalan Kayu Manis
Timur di Kelurahan Utan Kayu Utara dan Kelurahan Utan Kayu Selatan, Jalan Matran
Raya Kelurahan Kebon Manggis dan Kelurahan Palmeriam.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 538
Cukup jelas.
Pasal 539
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 540
Cukup jelas.
Huruf e
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas saluran submakro dilakukan pada di Saluran
Pisangan Baru.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 536
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 541
Cukup jelas.
Pasal 542
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 543
Ayat 1
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
265
REV.00/DTR/VIII/2013
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 544
Cukup jelas.
Pasal 545
Ayat 1
Cukup jelas.
2.
Huruf e
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
2. parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan atau lapangan parkir terdapat di Kelurahan Pekayon: pada ruas Jalan Baret
Biru, Kalisari Lapan, Cibubur Raya, Kalisari, dan Jalan Kiwi Raya; Kelurahan
Gedong: pada ruas Jalan Jati, Kopashanda, Beringin, Anyer, Mahoni, Tengah
Raya, dan Jalan Condet Raya; Kelurahan Cijantung: pada ruas Jalan Jati,
Gongseng, Pertengahan, Kopashanda, dan Jalan Beringin; Kelurahan Kalisari:
pada ruas Jalan RA Fadilah, Kalisari 2, Lapan, Lestari, Kalisari 3, Haji Hasan, dan
Jalan Kobang Diklat 1; dan di Kelurahan Baru: pada ruas Jalan Haji Hasan,
Kobang Diklat 1, Gongseng, dan Jalan Kopashanda.
Huruf f
Yang dimaksud dengan angkutan barang dalam ayat ini diarahkan di Kelurahan
Pekayon pada ruas jalan Raya Bogor.
Ayat 2
Huruf a
koridor Kampung Melayu - Kampung Rambutan melalui Kelurahan Gedong.
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini diarahkan di Kelurahan Gedong, Cijantung, dan Kelurahan Pekayon: Jalan Bogor
Raya; Kelurahan Gedong: Jalan H. Taiman, H. Taiman Barat 1, Trikora, Trikora 2,
Trikora 3, Kompleks Depsos, Jalan Masjid, Kesehatan, Tanjung, Bougenvile, Anyelir,
Bekung, Kaca Piring, Beringin, Buncur, Kenanga, Beringin, Flamboyan, Cempaka,
Johar, Rasam, Rasamala, dan Jalan Jati; dan di Kelurahan Pekayon: Jalan Asem,
Karya Bakti 3, Pule, SLB Pangudi Luhur, Pendidikan 2, Pendidikan 3, dan Jalan
Beringin di Kelurahan Cijantung, Jalan Kiwii Raya, Kalisari, Gandaria, Gandaria 3, dan
Jalan CIbubur Raya.
Ayat 3
Cukup jelas.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 546
Cukup jelas.
Pasal 547
Ayat 1
pengembangan lapisan inti dilakukan dengan penempatan jaringan serat optik di Jalan
Bogor Raya di Kelurahan Gedong, Cijantung dan Kelurahan Pekayon, Jalan Gongse di
Kelurahan Cijantung dan Kelurahan Baru, Jalan Kalisari 2 di Kelurahan Pekayon, Jalan
Gedong di Kelurahan Gedong, Jalan Radar Raya, Lestari, Kalisari 3, dan Jalan Kalisari
2 di Kelurahan Kalisari.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 548
Cukup jelas.
266
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 549
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Huruf a
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 550
Cukup jelas.
Pasal 551
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 557
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 558
Ayat 1
Cukup jelas.
Pasal 552
Pasal 553
Cukup jelas.
Pasal 554
Cukup jelas.
Pasal 555
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
koridor Harmoni - Pulo Gadung melalui Kelurahan Kayu Putih dan Kelurahan Pulo
Gadung.
koridor Dukuh Atas - Pulo Gadung melalui Kelurahan Pulo Gadung dan Kelurahan
Kayu Putih.
koridor Tanjung Priok - Cililitan melalui Kelurahan Kayu Putih, Rawamangun dan
Kelurahan Pisangan Timur.
koridor Kampung Melayu - Pulo Gebang melalui Kelurahan Pisangan Timur, Cipinang,
dan Kelurahan Jatinegara Kaum.
koridor Kelapa Gading - Kalimalang melalui Kelurahan Kayu Putih.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pasal 556
Ayat 1
koridor Pulo Gadung - Pasar Minggu melalui Kelurahan Pulo Gadung dan Kelurahan
Jatinegara Kaum.
koridor
Terminal Rawamangun Ancol melalui Kelurahan Jatinegara Kaum,
Rawamangun dan Kelurahan Jati.
koridor Kampung Melayu - Bekasi - Bantar Gebang melalui Kelurahan Pisangan
Timur, Cipinang, dan Kelurahan Jatinegara Kaum.
koridor Kampung Melayu - Rawamangun melalui Kelurahan Pulo Gadung, Jatinegara
Kaum dan Kelurahan Jati.
angkutan umum massal berupa halte bus pada jalur khusus di Kelurahan Pulo
Gadung: Halte Bermis dan Halte Pulomas; Kelurahan Kayuputih: Halte Pedongkelan;
Kelurahan Jatinegara Kaum: Halte Stasiun Klender, Fly Over Klender, TU Gas, dan
267
REV.00/DTR/VIII/2013
Halte di Jalan Bekasi Raya; Kelurahan Rawamangun: Halte Utan Kayu Rawamangun,
Pemuda Pramuka, Velodrome, UNJ dan Halte Sunangiri; Kelurahan Jati: Halte Layur
dan Halte Rawamangun; Kelurahan Pisangan Timur: Halte Imigrasi, Enja Jakarta
Timur, dan Halte Ahmad Yani Bea Cukai; Kelurahan Kayu Putih: Halte Utan Kayu
Rawasari, Cempaka Putih dan Halte Pulomas Baypass; dan di Kelurahan Cipinang:
Halte Cipinang.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri primer dalam ayat ini berupa
peningkatan jalan di Kelurahan Kayu Putih, Rawamangun, dan Kelurahan Pisangan
Timur: ruas jalan tol pada ruas tol Jalan Ahmad Yani; Kelurahan Kayu Putih dan
Kelurahan Pulo Gadung: Jalan Perintis Kemerdekaan; Kelurahan Kayu Putih,
Rawamangun, dan Kelurahan Pisangan Timur: Jalan Ahmad Yani; Kelurahan
Pisangan Timur, Cipinang, dan Kelurahan Jatinegara Kaum: Jalan Bekasi Timur Raya;
dan di Kelurahan Pulo Gadung dan Kelurahan Jatinegara Kaum: Jalan Bekasi Raya.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan arteri sekunder dalam ayat ini berupa
pelebaran Jalan di Kelurahan Jati dan Kelurahan Rawamangun: Jalan Balap Sepeda;
Kelurahan Cipinang: Jalan Cipinang Baru Raya; Kelurahan Rawamangun: Jalan
Pegambiran, Velodrome, dan Jalan Perserikatan; Kelurahan Rawamangun, Jati, dan
Kelurahan Jatinegara Kaum: Jalan Pemuda; dan di Kelurahan Pulo Gadung dan
Kelurahan Kayu Putih: Jalan Kayu Putih.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan kolektor sekunder dalam ayat ini berupa
pemeliharaan jalan di Kelurahan Jatinegara Kaum: Jalan Taruna, Mutiara, Alu-Alu,
Jatinegara Kaum, dan Jalan Cipinang Baru Utara; Kelurahan Pulo Gadung: Jalan Kayu
Putih Selatan; Kelurahan Jati: Jalan Pulo Asem Timur, layur, Pegambiran, dan Jalan
Balap Sepeda 4; Kelurahan Pisangan Timur: Jalan Cipinang Kebembem, Bojona Tirta,
Bojona Tirta 4, Pisangan Lama Selatan, dan Jalan Pisang Lama 3; Kelurahan
Cipinang: Jalan Persahabatan, Cipinang Baru Bunder, dan Jalan Bekasi Timur Raya;
Kelurahan Rawamangun: Jalan Kayu Jati, rawamangun Muka Raya, Balai Pustaka,
Sunan Giri, Kedondong, Wismajaya, Balai Pustaka Timur, dan Jalan Rawamangun
Muka Barat; dan di Kelurahan Kayu Putih: Jalan Kayu Jati, Pratekan, Bangunan
Timur, Pondasi, dan Jalan Bangunan Barat.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pengembangan jalan lokal dilakukan pada:
1. pembangunan jalan inspeksi di sepanjang Kali Sunter, dan
2. pembangunan dan peningkatan jaringan jalan lokal di Kelurahan Kayu Putih, Pulo
Gadung, Rawamangun, Jati, Jatinegara Kaum, Cipinang, dan Kelurahan Pisangan
Timur.
Huruf f
Yang dimaksud dengan penyediaan perparkiran dalam ayat ini dilakukan pada:
1. penyediaan fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) terdapat pada ka
wasan Pemuda/Pramuka di Kelurahan Rawamangun dan Kawasan Pulo Mas di
Kelurahan Kayu Putih.
2. parkir di badan jalan (on street parking) dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan; dan
3. parkir di luar badan jalan (off street parking) melalui pembangunan gedung parkir
dan atau lapangan parkir terdapat di Kelurahan Rawamangun: pada ruas Jalan
Kayu Jati, Rawamangun Muka Barat, Kedondong Wismajaya, rawamangun Muka
Raya, Balai Pustaka, dan Jalan Sunan Giri; Kelurahan Jati: pada ruas Jalan
Pegambiran, Pulo Asem Timur, dan Jalan Balap Sepeda 4; Kelurahan Pisangan
Timur: pada ruas Jalan Bojona Tirta 4, Pisangan lama Selatan, Pisang Lama 3,
dan Jalan Bojona Tirta; Kelurahan Cipinang: pada ruas Jalan Bekasi Timur Raya
di; Kelurahan Kayu Putih: pada ruas Jalan Bangunan Timur, Pondasi, dan Jalan
Bangunan Barat; pada ruas Jalan Taruna, Kayu Putih Selatan, Bangunan Timur,
Bangunan Barat, Pratekan, Kayu Jati, Mutiara, Alu-Alu, Jatinegara Kaum, Cipinang
Baru Utara, Kedondong, Cipinang Baru Timur, Wisma Raya, Persahabatan Utara,
Bojana Tirta, Cipta Sarana, Pulo Mas Timur, Tiner, Tanah Mas, Balai Pustaka
Timur, Persahabatan, Cipinang Baru Bunder, Cipinang Kebembem, Pisangan
Lama, Layur, Perintis Kemerdekaan, Rawamangun Muka Selatan, Bojana Tirta 4,
Pori Raya, Pisangan Lama 3 dan Jalan Cipinang Sodong; Kelurahan Pulo Gadung
dan Kelurahan Jati: pada ruas Jalan Balap Sepeda; Kelurahan Rawamangun dan
Kelurahan Jati: pada ruas Jalan Pemuda; Kelurahan Pulo Gadung: pada ruas
Jalan Kayu Putih; dan di Kelurahan Pulo Gadung: pada ruas Jalan Perintis
Kemerdekaan.
Huruf g
Yang dimaksud dengan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda dalam ayat
ini diarahkan di kelurahan Kayu Putih: Jalan Perintis Kemerdekaan, Pulo Mas Timur,
Pulo Mas Utara, Pulo Mas Timur 10, Ahmad Yani, Pulomas Barat, Kayu Putih,
Bangunan Barat, Metro Jaya, Haji Ten, Metro Jaya 1, dan Jalan Bangunan Timur;
Kelurahan Rawamangun: Jalan Ahmad Yani, Haji Ten, Kayu Jati, Kayu Jati 1, Kayu
Jati 2, Kayu Jati 3, Kayu Jati 4, Balap Sepda 4, Pemuda, Balap Sepeda, Bangunan
Timur C, Daksenapati Barat 1, Daksenapati Barat 2, Daksenapati Barat 3, Daksenapati
Barat 4, Daksenapati Utara, Perumahan Dosen, Daksenapati Timur A, Daksenapati
Timur B, Daksenapati Timur C, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan
Kalijaga, Sunan Demak, Sunan Geseng, Sunan Kanoman, Sunan Muria, Sunan
Ampel, Balai Pustaka Timur, Waru, Balai Pustaka, Perserikatan, Paus Dalam, Wisma
Jaya, Kedondong, Rawamangun Muka Selatan, Rawamangun Muka Barat, dan Jalan
Rawamangun Muka Raya; Kelurahan Pisangan Timur: Jalan Ahmad Yani, Rawa Jaya
1, Rawa Jaya 2, Rawa Jaya 3, Cipta Sarana, Pisangan Lama, Pisangan Lama 1,
Pisangan Lama Selatan, Bekasi Timur Raya, Cipinang Kebembem 2, Cipinang
Kebembem 3, dan Jalan Albasia Raya; Kelurahan Pulo Gadung: Jalan Perintis
Kemerdekaan, Kayu Putih, Bekasi Raya, Kayuputih Selatan, Taruna, Pulo Nangka
Timur, Pulo Nangka Tengah, Timur 1, Timur 2, Pulo Nangka Timur 2B, Pulo Nangka
Timur 3B, Kayuputih Utara 3, Kayu Putih Utara 6, Kayu Mas Utara 6, Kayu Mas
Tengah 9, Kayu Mas Utara 1, Kayu Mas Utara, Kayu Mas Tengah, Kayu Manis Timur
1, Kayu Mas Timur; Kelurahan Jati: Jalan Balap Sepeda, Pulo Asem Utara 1, Pulo
Asem Utara 2, Pulo Asem Utara 3, Pulo Asem Utara 4, Pulo Asem Utara 5, Taman
Pulo Asem, Pulo Asem 7, Pulo Asem 4, Pulo Asem 1, Pemuda, Velodrome, Pulo Asem
Timur 1, Pulo Asem Timur 3, Pulo Asem Timur 4, Pulo Asem Timur 5, Pulo Asem
Timur 6, Pulo Asem Timur 7, Jati Kemuning, Jati Barang 1, Jati Barang 3, Jati Barang
5, Jati Barang 8, Jati Barang 9, Jati Pakis, Jati Mangga, Jati Palem, Mundu Raya,
Pratama 6, Sindang Sunter, Mundu 1, Mundu 3, Jati Perwira, Jati Pasar, Cakalan,
Cakalan 3, Duyung, Duyung 1, Bawal, Bawal 1, Bawal 3, Bawal 6, Tamba 1, Tamba 2,
Sudan sedayu, Sunan Derajat, Hiu, Mas Koki, Mas Koki 1, Mas Koki 2, Mas Koki 3,
Mas Koki 4, Mas Koki 5, Lodan 1, Lodan 2, Lodan 3, Lodan 4, Kakap 1, Kakap 3,
Kakap Raya, Taman Bandeng, Tongkol, Taman Berdikari Sentosa, Jatinegara Kaum,
dan Jalan Alu-alu; Kelurahan Jatinegara Kaum: Jalan Bekasi raya, Remaja, Jatinegara
Kaum, dan Jalan Bekasi Timur Raya; dan di Kelurahan Cipinang Raya: Jalan Bekasi
Timur Raya, Albasia Raya, Kedondong, Persahabatan Utara, dan Jalan Alu-alu.
Huruf h
Yang dimaksud dengan pengembangan angkutan barang diarahkan di Kelurahan
Rawamangun dan Kelurahan Kayu Putih pada ruas Jalan Tol Wiyoto Wiyono.
268
REV.00/DTR/VIII/2013
Ayat 3
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat 4
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 559
Cukup jelas.
Pasal 560
Ayat 1
pengembangan lapisan inti dilakukan dengan penempatan jaringan serat optik di Jalan
Bekasi Timur Raya di Kelurahan Pisangan Timur, Cipinang, dan Kelurahan Jatinegara
Kaum, Jalan Kayu Putih di Kelurahan Pulo Gadung dan Kelurahan Kayu Puih, Jalan
Velodrome dan Jalan Perserikatan di Kelurahan Jati dan Kelurahan Rawamangun,
Jalan Cipinang Baru Raya di Kelurahan Cipinang, Jalan Bojana Tirta, Bojana Tirta 2,
Persahabatan Utara dan Jalan Bojana Tirta 4 di Kelurahan Pisangan Timur, Jalan
Cipinang Baru Timur dan Jalan Cipinang Baru Utara di Kelurahan Cipinang, Jalan
Jatinegara Kaum di Kelurahan Jatinegara Kaum, Jalan Pemuda di Kelurahan
Rawamangun, Jatinegara Kaum dan Kelurahan Jati, Jalan Ahmad Yani di Kelurahan
Pisangan Timur, Rawamangun, dan Kelurahan Kayu Putih, Jalan Bekasi Raya di
Kelurahan Pulo Gadung dan Kelurahan Jatinegara Kaum, Jalan Perintis Kemerdekaan
di Kelurahan Kayu Putih dan Kelurahan Pulo Gadung.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 561
Ayat 1
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
penerapan sistem polder pada:
1. nomor 35 dengan daerah layanan hidrologi yang meliputi Kelurahan Kayu Putih
dan Kelurahan Pulo Gadung;
2. nomor 36 dengan daerah layanan hidrologi yang meliputi Kelurahan Rawamangun,
Cipinang, Pisangan Timur, dan Kelurahan Jati;
3. nomor 38 dengan daerah layanan hidrologi yang meliputi Kelurahan Pisangan
Timur dan Kelurahan Cipinang; dan
4. nomor 40 dan 41 dengan daerah layanan hidrologi yang meliputi Kelurahan
Jatinegara Kaum.
Pasal 562
Ayat 1
Tujuan rencana pengembangan prasarana air bersih sebagai berikut:
a. peningkatan sistem penyediaan air minum secara menyeluruh untuk mencapai
tingkat cakupan pelayanan 100% (seratus persen) populasi terlayani; dan
b. peningkatan sistem jaringan pipa air baku dan/ atau air curah berupa pipa transmisi
dengan diameter lebih dari 1600 mm (seribu enam ratus milimeter).
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 563
Ayat 1
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas jaringan perpipaan air limbah terpusat (off
site) berada di Jalan Perintis Kemerdekaan di Kelurahan Kayu Putih dan Kelurahan
Pulo Gadung, Jalan Kayu Putih di Kelurahan Kayu Putih, Jalan Ahmad Yani di
Kelurahan Kayu Putih, Rawamangun, dan Kelurahan Pisangan Timur, Jalan Bekasi
Timur Raya di Kelurahan Pisangan Timur, Cipinang, dan Kelurahan Jatinegara Kaum,
Jalan Pemuda di Kelurahan Rawamangun, Jati, dan Kelurahan Jatinegara Kaum.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 564
Cukup jelas.
Pasal 565
Cukup jelas.
Pasal 566
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 567
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 568
Cukup Jelas
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 569
Ayat 1
Huruf a
269
REV.00/DTR/VIII/2013
Pembagian zona dan sub zona kawasan berdasarkan pertimbangan kesamaan atau
homogenitas karakteristik pemanfaatan ruang/lahan, batasan fisik, dan intensitas
pemanfaatan lahan.
Pasal 580
Cukup Jelas
Pasal 581
Huruf b
Pembagian blok dan sub blok kawasan berdasarkan pertimbangan jaringan jalan,
sungai/kali, dan saluran ketenagalistrikan dan/atau yang belum nyata atau rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota.
Cukup Jelas
Pasal 582
Cukup Jelas
Pasal 583
Ayat 2
Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 584
Ayat 3
Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 585
Pasal 570
Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 586
Pasal 571
Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 587
Pasal 572
Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 588
Pasal 573
Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 589
Pasal 574
Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 590
Pasal 575
Cukup Jelas
Cukup Jelas
Pasal 576
Cukup Jelas
Pasal 577
Cukup Jelas
Pasal 578
Ayat 1
huruf a
Ruang evakuasi bencana adalah tempat titik kumpul bagi masyarakat yang akan
berlindung akibat timbulnya bencana alam seperti gelombang besar dan angin puting
beliung diarahkan pada tempat terbuka berdekatan dengan dermaga di setiap pulau
untuk memudahkan evakuasi ke tempat penampungan penanganan korban bencana.
huruf b
Pulau evakuasi bencana merupakan tindakan atau penanganan korban bencana dari
tempat evakuasi sementara ke pulau tempat penanganan korban.
Pasal 591
Ayat 1
huruf a
Ruang evakuasi bencana adalah tempat titik kumpul bagi masyarakat yang akan
berlindung akibat timbulnya bencana alam seperti gelombang besar dan angin puting
beliung diarahkan pada tempat terbuka berdekatan dengan dermaga di setiap pulau
untuk memudahkan evakuasi ke tempat penampungan penanganan korban bencana.
huruf b
Pulau evakuasi bencana merupakan tindakan atau penanganan korban bencana dari
tempat evakuasi sementara ke pulau tempat penanganan korban.
Pasal 592
Cukup Jelas
Pasal 593
Cukup Jelas
Pasal 594
Pasal 579
Cukup Jelas
REV.00/DTR/VIII/2013
Pemerintah;
Pemerintah daerah;
Badan Usaha Milik Negara (BUMN);
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD);
Swasta dalam negeri dan swasta asing;
Masyarakat atau kelompok masyarakat; dan
Kerjasama antara pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat.
Waktu pelaksanaan terdiri atas 4 (empat) tahapan, sebagai dasar bagi instansi
pelaksana dalam menetapkan prioritas pembangunan pada wilayah perencanaan
RDTR dan PZ yang meliputi:
a.
b.
c.
d.
Pasal 595
Cukup jelas.
Pasal 596
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
Yang
dimaksud
dengan
kegiatan
diperbolehkan
adalah
kegiatan
atau
penggunaan/pemanfaatan ruang yang memiliki sifat sesuai dengan peruntukan ruang
yang direncanakan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan kegiatan yang diizinkan terbatas adalah kegiatan atau
penggunaan/pemanfaatan ruang dibatasi dengan ketentuan sebagai berikut: (a)
pembatasan pengoperasian, baik dalam bentuk pembatasan waktu beroperasinya suatu
kegiatan di dalam subzona maupun pembatasan jangka waktu pemanfaatan lahan untuk
kegiatan tertentu yang diusulkan; (b) pembatasan intensitas ruang, baik KDB, KLB, KDH,
jarak bebas, maupun ketinggian bangunan. Pembatasan ini dilakukan dengan
menurunkan nilai maksimal dan meninggikan nilai minimal dari intensitas ruang dalam
peraturan zonasi; (c) pembatasan jumlah pemanfaatan, jika pemanfaatan yang diusulkan
telah ada mampu melayani kebutuhan, dan belum memerlukan tambahan, maka
pemanfaatan tersebut tidak boleh diizinkan atau diizinkan terbatas dengan
pertimbangan-pertimbangan khusus. Contoh: dalam sebuah zona perumahan yang
berdasarkan standar teknis telah cukup jumlah fasilitas peribadatannya, maka aktivitas
rumah ibadah.
Huruf c
Yang dimaksud dengan kegiatan diizinkan bersyarat adalah penggunaan/pemanfaatan
ruang diperlukan persyaratan tertentu yang dapat berupa persyaratan umum dan
persyaratan
khusus.
Persyaratan
dimaksud
diperlukan
mengingat
penggunaan/pemanfaatan ruang tersebut memiliki dampak yang besar bagi lingkungan
sekitarnya. Contoh persyaratan umum antara lain: (a) dokumen AMDAL; (b) dokumen
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL); (c)
dokumen Analisis Dampak Lalu-lintas (ANDALIN); (d) pengenaan disinsentif misalnya
biaya dampak pembangunan (development impact fee).
Huruf d
Yang dimaksud dengan kegiatan diizinkan terbatas dan diizinkan bersyarat adalah
kegiatan yang terkena ketentuan dalam kegiatan yang diizinkan terbatas dan ketentuan
dalam kegiatan yang diizinkan bersyarat.
Huruf e
Yang dimaksud dengan kegiatan tidak diizinkan adalah kegiatan atau
penggunaan/pemanfaatan ruang yang memiliki sifat tidak sesuai dengan peruntukan
yang direncanakan dan dapat menimbulkan dampak yang cukup besar bagi lingkungan
di sekitarnya.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 597
Ayat 1
Klasifikasi kegiatan dalam sub zona mempertimbangkan:
a. kualitas ruang zona dan/atau sub zona yang diharapkan;
b. kesesuaian kegiatan zona dan/atau sub zona;
c. sesuai dengan standar fasilitas penunjang zona dan/atau sub zona;
d. dampak kegiatan pada suatu zona dan/atau sub zona; dan
e. daya dukung lingkungan dan/atau prasarana dan utilitas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 598
Cukup jelas.
Pasal 599
Cukup jelas.
Pasal 600
Cukup jelas.
Pasal 601
Cukup jelas.
271
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 602
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 621
Pasal 603
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 622
Pasal 604
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 623
Pasal 605
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 624
Pasal 606
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 625
Pasal 607
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 626
Pasal 608
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 627
Pasal 609
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 628
Pasal 610
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 629
Pasal 611
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 630
Pasal 612
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 631
Pasal 613
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 632
Pasal 614
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 633
Pasal 615
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 634
Pasal 616
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 635
Pasal 617
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 636
Pasal 618
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 637
Pasal 619
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 638
Pasal 620
Cukup jelas.
272
REV.00/DTR/VIII/2013
Pasal 639
Cukup jelas.
Pasal 640
Huruf c
Yang dimaksud dengan menyediakan menyediakan waduk/pond termasuk
menyediakan lahan, membangun waduk/pond, atau menyediakan lahan dan
membangun waduk/pond.
Cukup jelas.
Pasal 641
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan dapat diakses publik adalah dapat dimanfaatkan oleh publik
sesuai dengan fungsi RTH.
Pasal 642
Cukup jelas.
Pasal 643
Huruf e
Yang dimaksud dengan mengadakan infrastruktur termasuk membebaskan lahan
dan/atau membangun infrastruktur berupa jalan, drainase, jembatan, jalur pedestrian,
jalur pejalan kaki, dan lain sebagainya.
Cukup jelas.
Pasal 644
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Pasal 645
Cukup jelas.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 646
Cukup jelas.
Ayat 5
Cukup jelas.
Pasal 647
Cukup jelas.
Pasal 653
Pasal 648
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 654
Pasal 649
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 655
Ayat 1
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 650
Pasal 651
Pasal 652
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Huruf a
Yang dimaksud dengan perubahan/penambahan kegiatan adalah kegitan yang
dizinkan diluar ketentuan sub zona dalam Peraturan Zonasi seluas 3 (tiga) kali luas
tanah yang diserahkan kepada Pemerintah Daerah.
Huruf b
Yang dimaksud dengan penambahan luas lantai bangunan adalah luas lantai
bangunan yang diizinkan sebesar 3 (tiga) kali luas tanah yang diserahkan kepada
Pemerintah Daerah.
Ayat 3
Huruf a
Yang dimaksud dengan menyediakan RTH publik termasuk menyediakan lahan,
membangun RTH publik, atau menyediakan lahan dan membangun RTH publik.
Pasal 656
Huruf b
Cukup jelas.
Pasal 657
273
REV.00/DTR/VIII/2013
Cukup jelas.
Pasal 669
Pasal 658
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 670
Pasal 659
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 671
Pasal 660
Ayat 1
Yang dimaksud dengan aturan yang lebih ketat adalah aturan yang lebih dapat
menanggulangi dampak, menjamin keselamatan dan mewujudkan kualitas ruang lokal
minimum.
Ayat 2
Cukup jelas.
Pasal 661
Ayat 1
Yang dimaksud dengan prasarana minimal adalah batasan terendah penyediaan
prasarana yang dibutuhkan oleh suatu kegiatan atau penggunaan lahan dapat berjalan
tanpa mengganggu kualitas minimal sub zona tertentu, dan ditetapkan dalam
peraturan daerah ini, dimana kegiatan atau penggunaan lahan tersebut berada.
Ayat 2
Cukup jelas.
Huruf a
Yang dimaksud dengan pencatatan administrasi yang menyangkut pemanfaatan ruang
meliputi:
- perizinan;
- pelaksanaan Teknik Pengaturan Zonasi;
- pelaksanaan insentif dan disinsentif; dan
- pelaksanaan sanksi.
Pasal 662
Standar teknis adalah standar preskriptif dan kinerja untuk mewujudkan kualitas
minimum sub zona.
Standar teknis, merujuk pada:
a. standar internasional;
b. standar nasional indonesia;
c. ketentuan-ketentuan sektoral lainnya; dan
d. ketentuan yang bersifat lokal.
Huruf b
Cukupjelas
Cukup jelas.
Huruf c
Cukupjelas
Pasal 663
Pasal 664
Pasal 677
Cukup jelas.
Pasal 665
Cukup jelas.
Pasal 678
Cukup jelas.
Pasal 666
Cukup jelas.
Pasal 679
Cukup jelas.
Pasal 667
Cukup jelas.
Pasal 680
Yang dimaksud rencana struktur ruang, rencana pola ruang dan kawasan strategis
yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah 2030, RDTR Kecamatan
2030 dan Peraturan Zonasi.
Cukup jelas.
Pasal 681
Cukup jelas.
Pasal 668
Cukup jelas.
Pasal 682
274
REV.00/DTR/VIII/2013
Cukup jelas.
Pasal 683
Cukup jelas.
Pasal 684
Cukup jelas.
Pasal 685
Cukup jelas.
Pasal 686
Cukup jelas.
Pasal 687
Cukup jelas.
Pasal 688
Cukup jelas.
Pasal 689
Cukup jelas.
Pasal 690
Cukup jelas.
Pasal 691
Cukup jelas.
275