Panduan Jasa Medik - PDF PDF
Panduan Jasa Medik - PDF PDF
Pendahuluan
Muktamar IDI XXVI di Semarang tahun 2006 telah menetapkan untuk
membangun Sistem Pelayanan Kedokteran Terpadu Berbasis Pelayanan
Kedokteran Keluarga (SPKT) yang ditopang tiga pilar utama yang disebut
sebagai Tigo Tungku Sajarangan, yaitu subsistem pelayanan kedokteran,
subsistem pendidikan dan pembinaan dokter dan subsistem pembiayaan
kedokteran. Untuk mewujudkan SPKT perlu dilakukan peninjauan dan
penataan kembali pada ketiga subsistem tersebut.
Pembiayaan kesehatan/kedokteran (healthcare financing system) dalam arti
luas merupakan upaya yang mengatur pengumpulan dana (collecting),
menyatukan dana (pooling), dan menyalurkan atau mengalokasikan dana
(allocation). Dalam SPKT pembiayaan kesehatan dalam arti sempit hanya
menyoroti satu aspek yaitu pengalokasian dana dan lebih khusus lagi pada
cara menghargai atau memberi kompensasi kepada dokter.
Pelayanan kesehatan merupakan suatu transaksi antara dua pihak dimana
pasien yang menerima jasa wajib membayar imbalan dan dokter yang
memberikan jasa berhak menerima imbalan. Pengaturan transaksi ini dalam
undang-undang Praktik Kedokteran hanya sebatas hak dan kewajiban.
Dalam undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional, besarnya tarif
pelayanan merupakan kesepakatan antara badan pengelola dan asosiasi
fasilitas kesehatan. IDI sebagai organisasi profesi yang menaungi dokter
termasuk dalam pengertian tersebut. Dengan adanya kedua undang-undang
ini maka pelayanan kesehatan akan dinaungi oleh pembiayaan kesehatan
dengan mekanisme asuransi kesehatan sosial.
Banyak cara membayar dokter, antara lain: fee for service, kapitasi, gaji,
resource based relative value scale, pay for performance serta kombinasi
dan variannya. Semua cara pembayaran tersebut merupakan bagian dari
suatu sistem kompensasi dokter. Penyusunan panduan ini merupakan
bagian dari upaya IDI untuk membangun sistem kompensasi dokter yang
sejalan dan dapat mendukung SPKT.
Page 2 of 10
Page 3 of 10
Dasar Hukum
1. Undang Undang Praktik Kedokteran pasal 50: dokter mempunyai hak
menerima imbalan jasa dan pasal 53: pasien mempunyai kewajiban
untuk memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima, serta
pasal 49: pembinaan dan pengawasan kendali mutu dan kendali biaya
dilaksanakan oleh organisasi profesi.
2. UU SJSN pasal 32: tarif ditentukan bersama oleh badan pengelola dan
asosiasi fasilitas kesehatan.
3. Ketetapan Muktamar IDI XXVI tahun 2006 di Semarang tentang Sistem
Pelayanan Kedokteran Terpadu.
Page 4 of 10
Prinsip Dasar
Untuk menjamin suatu sistem kompensasi dokter dan jasa medik memenuhi
azaz keadilan dan azaz transparansi serta sejalan dengan SPKT, maka
sistem tersebut harus dilandasi 6 prinsip dasar berikut ini:
1) Produktivitas dokter dan jasa medik merupakan bagian integral dari suatu
sistem kompensasi dokter.
2) Kompensasi dokter seyogianya setara dengan kerja dokter, yaitu sumber
daya yang dicurahkan dokter untuk menangani pasiennya.
3) Ada keseimbangan kompensasi antar dokter dan antar spesialisasi untuk
menjamin meratanya persebaran dokter yang bekerja di strata pertama,
kedua dan ketiga.
4) Ada keseimbangan kompensasi dokter antar wilayah (urban, rural,
daerah terpencil dan pulau terluar NKRI) yang dapat mendukung
pemerataan distribusi dokter di Indonesia.
5) Kompensasi dokter mapun jasa medik seyogianya dinyatakan dalam nilai
relatif dan dalam rentang (range) bukan satu nilai (fix), agar dapat
disesuaikan dengan kondisi setempat. Rentang kompensasi ini
seyogianya mencerminkan kompensasi mayoritas dokter (70-80%).
6) Metode untuk menentukan kompensasi dokter seyogianya tidak rumit,
mudah diterapkan dan transparan, serta nilai nominalnya seyogianya
wajar, masuk akal dan berkeadilan bagi pasien maupun dokter.
Batasan
Jasa medik (medical fee):
Adalah imbalan atau penghargaan untuk setiap layanan medis yang
diberikan kepada seorang pasien (pada cara pembayaran fee for service).
Kompensasi:
Adalah penghargaan berbentuk finansial (uang) dan nonfinansial (bukan
uang) yang langsung dan tidak langsung diberikan kepada seseorang
sebagai imbalan untuk suatu pekerjaan, dengan mempertimbangkan nilai
dari pekerjaaan tersebut serta kontribusi dan kinerja personal dalam
melaksanakan pekerjaan tersebut.
Page 5 of 10
Metodologi
Menggunakan kompensasi dokter setahun sebagai indikator untuk
mewakili tingkat kesejahteraan dokter.
Mengkaitkan indikator tersebut dengan pendapatan per kapita nasional
untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan profesi dokter dibandingkan
dengan rata-rata penduduk.
Melakukan survei kompensasi dokter secara nasional secara berkala.
Formula
1. Dokter Praktik Umum (DPU)
Formula kompensasi setahun:
Page 6 of 10
3. Kompensasi ini adalah kompensasi dari kerja utama dengan waktu kerja
40 jam/minggu, 220 hari kerja efektif setahun.
4. Indeks Geografi Praktik (IGP) untuk sementara ditetapkan:
Daerah urban
= 1
Daerah rural
= 1,25
Daerah terpencil = 1,5
Untuk melengkapi panduan ini, sedang disusun IGP di setiap kabupaten/
kota.
Page 7 of 10
Penerapan formula
1. Nilai kompensasi DPU:
Kompensasi DPU setahun
(dibulatkan)
(Nilai kompensasi setahun pada saat kurs 1USD= Rp.9.205 dan IGP =1)
(dibulatkan)
Rp.37.000.000 54.000.000
(Nilai kompensasi setahun pada saat kurs 1USD= Rp.9.205 dan IGP =1)
3. Jasa medik konsultasi DPU dan Dsp
Page 8 of 10
Page 9 of 10
Catatan
1. Survei kompensasi dokter perlu dilakukan secara berkala dengan
melibatkan seluruh perhimpunan.
2. Metodologi survey harus terus diperbaiki dan diperkaya dengan variable
baru yang terkait dengan produktivitas dan kesejahteraan dokter.
3. Untuk melengkapi panduan ini, perlu ditetapkan jasa medik untuk jenis
layanan yang sehari-hari ditemui di tempat praktik. Penentuan jasa
medik ini memakai metodologi yang berlandaskan prinsip dasar di atas.
-
ogso -
Page 10 of 10