Anda di halaman 1dari 37

PENDAHULUAN

CACING (Helminths) berasal dari kata Helmins atau Helminthos (Greek) yang secara
umum berarti organisme yang tubuhnya memanjang dan lunak. Didalam Soulsby
(1982), cacing yang penting dipelajari untuk kedokteran hewan ada 2 pilum antara lain :
(1) PLATYHELMINTHES dan
(2). NEMAHELMINTHES.
Kestoda filumnya Platyhelminthes dan berbeda dengan Trematoda , karena tidak
memiliki rongga badan maupun saluran pencernaan dan semua organ-organ tersimpan
didalam jaringan parenkim. Tubuh umumnya panjang, pipih dorso-ventral (atas bawah)
berbentuk pita dan tersusun oleh banyak segmen
Morfologi : berukuran panjang dari beberpa melimeter sampai beberapa meter. Secara
umum tubuhnya dapat dibedakan menjadi 3 bagian terdiri dari :
(1) SKOLEK (kepala)
(2) KOLUM (leher)
(3) STROBILA (badan)
SKOLEK, umumnya memiliki 4 buah alat penghisap (sucker = acetabula) yang pada
beberapa jenis memiliki kait (dipersenjatai) tetapi ada juga yang hanya memiliki 2 buah
alat penghisap yang disebut Bothria yang terletak dibagian pinggir berfungsi untuk
perlekatan.

Pada

Skolek

disebut ROSTELUM yang

juga

pada

bisa

beberapa

ditemukan
jenis

juga

bagian

yang

dilengkapi

menonjol

dengan

kait

(dipersenjatai), serta fungsinya juga untuk perlekatan. Bentuk Kait sangat bervariasi,
tetapi secara umum terdiri dari sebuah tangkai, sebuah prisai dan sebuah mata kait.
KOLUM, ukurannya pendek dan tidak bersegmen, merupakan tempat terbentuknya
segmen. Segmen yang baru terbentuk akan mendorong segmen yang terbentuk
sebelumnya, sehingga akhirnya terbentuklah strobila.

STROBILA, tersusun oleh banyak SEGMEN dan setiap segmen disebut PROGLOTIDA.
Dari awal pembentukan proglotid, semakin kebelakang setiap proglotid telah menjadi
semakin matang (mengalami proses pematangan), sehingga pada akhirnya proglotid
dapat dibedakan menjadi :
strobila
(a) Proglotid muda adalah proglotid yang baru terbentuk dan alat kelaminnya belum
berkembang sempurna
(b) Proglotid dewasa adalah proglotid yang organ kelaminnya sudah berkembang
sempurna
(c) Proglotid bunting adalah proglotid yang sudah penuh mengandung telur
Strobila tersusun oleh beberapa segmen yang bentuk dan ukurannya bervariasi pada
setiap spesies. Setiap proglotida dilengkapi dengan satu atau dua pasang organ
reproduksi (organ kelamin) jantan dan betina (bersifat hermaprodit). Lubang kelamin
(muara kelamin) jantan dan betina biasanya berdekatan dan terletak didalam satu
legokan dangkal pada sisi lateral setiap segmen. Pembuahan terjadi inter proglotida,
tetapi pembuahan secara antar proglotida tebih umum (terjadi karena pada setiap
proglotida testes lebih dahulu berkembang sempurna dibandingkan ovarium sehingga
proglotid yang lebih keanterior akan membuahi ovarium yang lebih di posterior.
Jika telur sudah dibuahi pada setiap proglotid, maka organ reproduksinya akan
mengalami degenerasi dan tinggallah uterus yang penuh dengan telur . Pada
kebanyakan cacing pita, telur tidak keluar, sehingga bertumpuk didalam proglotid dan
disebut proglotid bunting. Proglotid bunting kemudian akan pecah atau keluar dari
dalam tubuh hospes definitif bersama tinja atau proglotid keluar sendiri secara aktif.
TELUR, awal perkembangan embrional telur sepenuhnya terjadi didalam uterus,
sehingga setelah keluar dari dalam uterus telur sudah mengandung embrio berbentuk
bulat atau lonjong yang disebut ONKOSFIR (Embriofor) atau KORASIDIUM. Onkosfir
atau korasidium didalamnya ditemukan larva yang memiliki 3 pasang kait yang dikenal

dengan nama hexacant embrio. Telur paling luar dibungkus oleh kapsul, kemudian
selaput vitelin, embriofor (egg shell = onchosphere coat.
KULIT, lapisan paling luar dari cacing pita adalah tersusun oleh tegumen (bukan
kutikula) karena mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menghisap. Cacing pita
tidak memiliki saluran pencernaan maupun sistem peredaran darah. Makanan dihisap
langsung melalui dinding tubuhnya.
SISTEMA, sitem syaraf teresusun dari beberapa ganglion pada skolek dengan
komisura melintang diantaranya, tiga batang syaraf longitudinal pada sitiap sisi
tubuh. Sintem sekresi terdiri dari sel api atau selenosit. Sistem reproduksi, bersifat
hermaprodit memiliki organ kelamin jantan (testes) dan betina (ovarium) pada setiap
proglotid. Testes dan ovarium memiliki saluran yang akhirnya bermuara pada lubang
kelamin.
SIKLUS HIDUP, hospes definitif (HD) mengeluarkan proglotid bunting atau dalam
bentuk rangkaian segmen secara tersendiri dan atau bersama tinja pada saat defikasi.
Proglotid akan hancur (mengalami proses apolysis), sehingga telur berserakan. Telur
apabila

termakan

oleh hospes

intermedier (HI)

yang

sesuai,

didalam

saluran

pencernaannya karena pengaruh sekresi (lambung, usus, hati dan pankreas) Onkosfer
tercerna sehingga menyebabkan aktifnya hexacant embrio. Hexacant embrio dengan
kaitnya akan menembus dinding usus dan akhirnya bersama aliran darah atau limfe
beredar keseluruh tubuh menuju tempat predileksi. Pada tempat predileksi hexacant
embrio akan

mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi bentuk peralihan

(metacestoda).
BENTUK PERALIHAN, cacing pita ada beberapa bentuk antara lain :
SISTISERKUS (Kistiserkus = Cysticercus) atau cacing gelembung (kista), merupakan
kantong besar berisi skolek tunggal yanginvaginasi (membalik dari dalam ke arah luar),
biasanya ditemukan pada vertebrata.

SISTISERKOID (Kistiserkoid = Cysticercoid), berbentuk kantong kecil yang rongganya


hampir tidak ada dan skolek juga tunggal evaginasi (tidak membalik dari dalam ke arah
luar), biasanya ditemukan pada invertebrate
STROBILOSERKUS, terdiri dari skolek yang evaginasi dan dihubungkan dengan
kantong oleh rangkaian proglotid yang belum dewasa, biasanya ditemukan pada
vertebrata.
MULTICEP (Senurus,

Coenurus),

merupakan

kista

besar

dengan

sejumlah

skolek invaginasi yang berkembang pada dindingnya, biasanya ditemukan pada


vertebrata.
EKINOKOKUS (Kista Hidatida), merupakan kista besar yang berisi kista kista yang
lebih

kecil

atau

kapsula

anak,

masing-masing

memiliki

sejumlah

skolek invaginasi, biasanya ditemukan pada vertebrata.


TETRATRIDIUM,

berbentuk

larva

memanjang

dengan

tubuh

padat,

skolek invaginasi tertanam kedalamnya. Hanya larva stadium 2 dari Mesocestoides


memiliki bentuk peralihan ini dan dapat memperbanyak diri secara aseksual.
Jika bentuk peralihan tertelan oleh hospes definitif, karena pengaruh sekresi lambung
dan saluran cerna bentuk peralihan akan tercerna dan skoleknya akan bebas dan
menempel pada dinding usus dan proses pembentukan segmen segera dimulai.
KLASIFIKASI, dalam menetapkan jenis kestoda oleh ahli

Kestoda

sistimatika dan evolusi ada perbedaan, pada bahan ajar ini

dapat
dikalsifikasi

klasifikasi berdasarkan Soulsby, (1982).

kan menjadi
2 kelas yaitu :
(1) Cotyloda dan
(2) Eucestoda.
Perbedaan

Kelas

Kelas

COTYLODA

EUCESTODA

Skolek

Sendok

globuler

Alat perlekatan

2 buah disebut Bothria dan 4 buah disebut Acetabula


tidak meiliki kait

dan beberapa diantaranya


dilengkapi kait

Rostelum

Tidak ada

Umumnya ada

Telur

Onchosfer, setelah keluar Onkosfer,

setelah

keluar

tubuh, memerlukan sekali tubuh tidak perlu mengalami


lagi

perkembangan

shg perkembangan

lagi

dan

terbentuk korasidium yang secara pasif harus termakan


bersilia

dan

baru

akan oleh hospes intermedier

keluar dari dalam telur dan


aktif

mencari

hospes

intermedier
Jumlah HI

Kelas
COTYLODA
MORFOLOGI, Skolek, berbentuk seperti sendok, memiliki 2 buah alat perlekatan yang
berupa celah otot longitudinal disebutBothria dan tidak memiliki kait, juga tidak memiliki
rostelum (4,3). Kolum dan Proglotid sama dengan

pada pendahuluan. Telur : awal

perkembangan telur sama sepenuhnya terjadi didalam uterus, hanya saja telur kelas
Cotyloda setelah keluar dari dalam usus hospes definitif memerlukan perkembangan
embrional sekali lagi sehingga didalam telur terbentuk Korasidium yang memiliki silia
Siklus hidup : memerlukan 2 HI, telur yang memiliki operkulum akan keluar bersama
tinja, Korasidium akan keluar dari dalam telur melalui operkulum, karena memiliki silia
akan berenang mencari HI.I. Korasidium akan menempel pada bagian lunak dari HI. I,

kemudian melepaskan silianya dan menggunakan kaitnya menusuk bagian lunak dan
menerobos masuk kedalam tubuh HI.I. Didalam tubuh HI. I, korasidium akan
berkembang menjadi Proserkoid. Jika HI. I termakan oleh HI. II maka proserkoid akan
berkembang lebih lanjut menjadi Pleroserkoid yang bersifat infektif. H D akan terinfeksi
jika menelan HI. II yang infektif
Catatan : Korasidium akan menempel pada bagian lunak (lembut)
dari Hospes Intermedier I, melepaskan silia dan baru menembus
kutikula dan berkembang menjadi Proserkoid. Korasidium akan mati
jika 24 setelah keluar dari telur tidak menemukan HI.I. Berbeda
dengan Eucestoda, dimana Onkosfer tidak bisa berenang dan harus
dimakan oleh HI.I

Kelas Cotyloda memiliki 4 Ordo, antara lain :


(1) Diphyllidea
(2) Pseudophyllidea
(3) Spathebothriidea dan
(4) Caryophyllaeidea.
Dari ke-4 ordo diatas, hanya satu ordo yang penting untuk kedokteran hewan yaitu
Ordo Diphyllidea. Ordo Diphyllidea hanya memiliki satu familia yaitu : Diphyllobothriidae
dan memiliki 2 genus antara lain :
(1). Diphyllobothrium dan
(2). Spirometra
Genus
Diphyllobothrium
Spesies. DIPHYLLOBOTHRIUM LATUM

Hospes

definitif :

berpredileksi

didalam

usus

halus anjing,

kucing,

carnivora

lain dan manusia dan babi.


Morfologi, merupakan cacing pita besar dengan panjang bisa mencapai 15 20 meter,
serta tersusun oleh 4.000 proglotid dan tumbuh rata-rata 2 cm per hari. Skolek :
bentuknya seperti sendok, tidak memiliki rostelum, bothria berjumlah 2 buah yang juga
tidak dilengkapi dengan

kait. Proglotid : lebarnya

lebih

panjang dibandingkan

panjangnya (panjangnya lebih pendek dibandingkan lebarnya). Organ reproduksinya


(testes dan ovarium) tunggal dan lubang kelamin terletak dibagian tengah setiap
segmen. Uterusnya melingkar berbentuk roset (seperti bunga mawar). Telur : berbentuk
bulat telur, berwarna kekuningan dan mempunyai operkulum berukuran 70 X 45 mikron
keluar melalui lubang kelamin. Anjing dan kucing mungkin tidak penting sebagai
sumber infeksi, karena kebanyakan telur yang dikeluarkan infertil.
Siklus hidup : HI.I adalah copepoda genus Diaptomus dan HI. II adalah ikan air tawar.
Bentuk Peralihan pada HI.I adalah Proserkoid dan pada HI. II Pleroserkoid Perioda
prepaten selama 5 6 minggu (1)
Identifikasi

hampir

sama

dengan

Spirometra,

bedanya

Diphyllobothrium latum uterusnya melingkar berbentuk roset (3)


Catatan : strobila tumbuh rata-rata 2 cm setiap hari, jika cacing bisa hidup selama 10
tahun (umur yang bisa dicapai), maka bisa diprediksi panjang cacing bisa mencapai 7
km dan memproduksi 2 milyar telur (2,4,3).
Genus
Spirometra
Spesies : SPIROMETRA MANSONOIDES
Hospes definitif : berpredileksi didalam usus halus kucing, kadang-kadang anjing, babi
dan mamalia lain (3)

Morfologi, merupakan cacing pita relatif kecil sampai berukuran sedang, sedikit berotot
dengan bothria yang mempunyai celah lebar tetapi dangkal dan sebuah uterus
berbentuk spiral sederhana dan tidak pernah berbentuk roset (3)
Siklus hidup, HI.I Copepoda genus Cyclops dan HI. II di ASIA adalah kelinci, kodok dan
burung (1)
Identifikasi : hampir sama dengan Diphylobothrium latum, bedanya
Spirometra mansonoides uterusnya melingkar berbentuk spiral (3)
Kelas EUCESTODA
Skolek berbentuk globuler (menyerupai bola), secara normal memiliki 4 buah alat
perlekatan (sucker, acetabula) yang terletak dibagian pinggir dan pada beberapa jenis
memiliki kait (dipersenjatai). Beberapa jenis cacing, pada skolek juga dapat ditemukan
bagian yang menonjol disebutRostelum yang juga pada beberapa jenis memiliki kait
(dipersenjatai) serta fungsinya juga sebagai alat perlekatan (4,3). Bentuk kait sangat
bervariasi, tetapi secara umum terdiri dari : sebuah tangkai, sebuah prisai dan sebuah
mata kait (6).
Kolum (neck, leher) , Strobila, bentuk telur dan siklus hidup seperti pada pendahuluan
kestoda.
Klasifikasi menurut Sousby, (1982) selengkapnya sebagai berikut : Filum :
Platyhelminthes, memiliki 2 kelas penting yaitu (1) Cotyloda dan (2) Eucestoda. Kelas
Eucestoda memiliki 7 ordo antara lain :
(1) Anoplocephalidea
(2) Davaineidea
(3) Dilepididea
(4) Hymenolepididea
(5) Taeniidea

(6) Nesocestoididea dan


(7) Protocephalidea.
Ordo terpenting yang akan dibahas selanjutnya adalah :
(1) Ordo Anaplocephalidea, memiliki 3 Famili dan hanya Familia Anoplocephalidae
dengan Genus Moniezia.
(2) Ordo Davaineidea hanya memiliki satu Familia : Danaineidae dengan dua genus 2.1
Davainea dan 2.2. Raillietina.
(3) Ordo Dilepididea memiliki 2 Fanili keduanya penting, 3.1. Dilepididae dengan genus
: Amoebotaenia dan 3.2 Dipyllididae dengan Genus 3.2.1 Choanotaenia dan 3.2.2
Dipylidium.
(4) Ordo Hymenolepididea memiliki 2 Famili, keduanya penting: 4.1 Hymenolepididae
dengan Genus Hymenolepis dan 4.2 Fimbriariidae dengan Genus Fimbriaria.
(5) Taeniidea hanya memiliki satu Famili Taeniidae dengan genus 5.1.1 Taenia dan
5.1.2 Echinococcus
Ordo ANOPLOCEPHALIDEA
nggota dari ordo Anoplocephalidae merupakan cacing pita besar, berpredileksi didalam
usus halus Ruminansia. Skolek : tidak memiliki Rostelum, asetabulanya tidak memiliki
kait. Proglotid : lebar segmen lebih panjang dibandingkan panjangnya, setiap proglotid
memiliki 2 pasang organ reproduksi dengan 2 lubang kelamin pada setiap sisi lateral
segmen (4,5). Telurnya berbentuk segitiga tidak beraturan (5). Bentuk peralihannya
adalah Sistiserkoid (3). Dari Ordo Anoplocephalidea, hanya Famili Anoplocephalidae
yang terpenting.
Famili ANOPLOCEPHALIDAE
Cacing dewasa berpredileksi didalam usus halus domba, kambing dan sapi (2,3).
Memiliki kelenjar Interproglotida yang berbentuk roset (seperti bunga mawar) atau

tersusun pendek. Hanya ada satu genus yang terpenting dipelajari untuk kedokteran
hewan yaitu Moniezia (4)
Genus MONIEZIA
Spesies

Moniezia

yang

terpenting

(1) M.

expansa dan

(2). M.

benedini. Kunci identifiaksi adalah lebar segmen, letak dan bentuk kelenjar
interproglotida

Spesies MONIEZIA EXPANSA


Hospes definitif : paling sering didalam usus domba, kambing dibandingkan sapi (2,3).
Morfologi : cacing bisa mencapai panjang 2 6 meter. Skolek : berukuran lebar 0,36
0,8 mikron dan yang paling jelas terlihat adalah asetabulanya tidak bersenjata.
Proglotid : dapat mencapai lebar 1,6 cm yang lebih panjang dibandingkan panjangnya,
organ reproduksi ganda dan lubang kelamin terlihat opak dengan garis putih keluar
pada tepi lateral. Ovarium dan kelenjar vitelin berbentuk melingkar setiap sisi dan testes
menyebar diseluruh bagian. Pada setiap batas belakang segmen ditemukan
sebaris kelenjar

interproglotida berbentuk

roset

(seperti

bunga

mawar). Telurnya bentuknya bersudut atau bisa berbentuk segi tiga dengan diameter
sekitar 56 67 mikron (2,4,3)
Siklus

hidup :

HI.

berbagai

jenis tungau

rumput (Oribatid),

termasuk

genus

: Ceratozetes, Galumna, Oribartula, Peloribates, Pergalumna, Protoscheroribates,


Scheloribates,

Scutovertex

dan

Zygoribatula.

Bentuk

peralihannya

adalah Sistisercoid (3) terbentuk setelah 1 4 minggu (5). Perioda prepaten 6 minggu
dan lama hidup cacing selama 3 bulan.
Spesies MONIEZIA BENEDINI
Hospes definitif , berpredileksi di dalam usus halus sapi, domba dan ruminansia dan
paling umum pada sapi dibandingkan dengan yang lainnya (3).

Morfologi : hampir sama dengan M. expansa, bedanya M. benedini ukuran proglotid


lebih lebar dengan ukuran 2,6 cm yang lebih panjang dibandingkan panjangnya,
kelenjar interproglotida, berupa barisan pendek menutupi pertengahan proglotida dan
tidak

seperti M.

expanza tersusun

sebaris

disebelah

posterior

setiap

segmen. Telurnya berbentuk segi empat berukuran 75 mikron (4,5,3)


Siklus

hidup :

HI.

berbagai

jenis tungau

rumput (Oribatid),

termasuk

genus

: Ceratozetes, Galumna, Oribartula, Peloribates, Pergalumna, Protoscheroribates,


Scheloribates, Scutovertex dan Zygoribatula. Bentuk peralihannya adalah Sistisercoid
(3) terbentuk setelah 4 minggu. Perioda prepaten 37 40 hari (4)
Ordo DAVAINEIDEA
Merupakan cacaing pita sangat kecil sampai sedang, berpredielksi didalam usus halus
unggas.

Pada Skolek :

ditemukan acetabulayang

dipersenjatai

dan Rostelumnya retraktil (bisa memanjang dan memendek) serta dipersenjatai kait
berbentuk palu dengan jumlah banyak. Proglotid : organ kelamin biasanya tunggal
(sepasang). Telur ditemukan didalam kapsula telur dan bentuk peralihannya adalah
sistiserkoid (4,3). Ordo Davaineidea, hanya memiliki satu Familia : Davaineidae
Familia DAVANEIDAE
Cacing dewasa berpredileksi di dalam usus halus mamalia dan burung, Telurnya
berada didalam kapsula telur (4), hanya ada 2 Genus yang terpenting : (1) Davainea
dan (2) Raillietina
Genus DAVAINEA
Spesies : DAVAINEA PROGLOTINA
Hospes definitive : merupakan cacing pita yang paling patogen, berpredileksi di dalam
duodenum ayam, burung merpati dan berbagai burung lainnya (2,4,5,3).
Morfologi : cacing dewasa berukuran mikroskopis (panjangnya 0,5 3 mm) hanya
memiliki 4 9 segmen. Skolek : memilikiRostelum yang dipersenjatai dengan 4 19
kait

yang

panjang

berukuran

mikron

tersusun

dalam

baris. Asetabulanya jugadipersenjatai dengan kait yang berukuran lebih kecil dan
mudah lepas tersusun dalam 4 5 baris. Organ kelamin tunggal dan lubang genital
letaknya

teratur

selang

seling

pada

setiap

segmen. Telurnya berbentuk bulat

berdiameter 28 40 mikron terbungkus tunggal didalam kapsula telur dan hampir selalu
memenuhi parenkim proglotida bunting (2,4,3).
Siklus Hidup : HI adalah siput genus (agrolimax, Arion, Cepoda dan Limax) dan bentuk
peralihannya adalah sistiserkoid(4,5,3) terbentuk setelah 2 4 minggu, dan cacing akan
melepaskan proglotid gravid 2 minggu setelah infeksi (masa prepaten selama 2
minggu) (2,4,3)
Genus
RAILLIETINA
Merupakan cacing pita yang paling umum menginfeksi usus halus ayam. Pada Skolek :
ditemukan Rostelum yang dipersenjatai kait berbentuk palu yang tersusun dalam
lingkaran ganda. Asetabulanya juga kadang-kadang dipersenjatai dengan kait kecil dan
bergenerasi yang tersusun dalam beberapa lingkaran. Proglotid bunting. ditemukan
kantong parenkimatosa, masing-masing dengan satu atau beberapa telur (3)
Spesies, ada 4 spesies yang penting antara lain :
(1) Raillietina cesticillus
(2) Raillietina echinobothrida
(3) Raillietina tetragona dan
(4) Raillietina giargiensis (4)
Spesies
RAILLIETINA CESTICELLUS
Hopes definitif : cacing pita yang paling umum menginfeksi usus halus bagian anterior
ungas peliharaan (4). Morfologi : panjangnya 4 cm dan jarang sampai 15 cm. Skolek :

besar, ditemukan rostelum lebar dipersenjatai 400 5000 kait kecil dalam dua
baris. Asetabulanya bulat kecil tanpa dipersenjatai (2,3). Proglotid : setiap kapsula telur
berisi satu telur dengan diameter 75 88 mikron
Siklus hidup : HI. Adalah kumbang tinja, kumbang tanah dan kumbang hitam genus
(Amara, Anisotarus, Bradycellus, Calathus, Choeridium, Cratacanthus, Harpalus,
Paecilus, Pterostichus, Selenophorus, Stenolaphus, Stenocellus dan Zabrus (4,3).
Bentuk peralihannya adalah sistiserkoid terbentuk setelah 20 hari (4)
Spesies
RAILLIETINA ECHINOBOTHRIDA
Hospes definitif: berpredileksi di dalam usus halus ayam dan kalkun (4,3). Morfologi :
panjangnya

bisa

mencapai

ukuran

lebih

dari

25

cm.

Pada Skolek ditemukan Rostelum yang dipersenjatai 200 kait berukuran panjang 10
13 mikron dalam dua baris.Asetabulanya berbentuk bulat telur dipersenjatai 8 10 baris
kait yang agak besar dan memiliki garis bagan yang melingkar (2,3).Kolum tidak jelas
setelah skolek. Proglotid : setiap kapsula telur berisi 6 12 telur. Sering menimbulkan
nodula pada tempat melekatnya yaitu pada dinding usus (2).
Siklus

hidup :

HI

dan Tetramorium

adalah semut genus


(caespitum,

Pheidole

semilaeve).

(vinelandica,
Bentuk

pallidula)

peralihannya

adalah sistisercoid dengan perioda prepaten selama 20 hari (4,3)


Spesies
RAILLIETINA TETRAGONA
Hospes definitif : berpredileksi didalam bagian belakang usus halus ayam, ayam
mutiara dan unggas lainnya (3). Morfologi : ukuran panjangnya bisa mencapai lebih dari
25

cm. Skolek :

lebih

kecil

dibandingkan R.

echinobothrida,

ditemukan Rostelumyang dipersenjatai 100 kait dengan ukuran 6 8 mikron dalam satu
atau dua baris. Asetabulanya berbentuk bulat telur juga dipersenjatai oleh kait yang
mudah lepas dalam 8 10 baris yang ukurannya lebih kecil (2,3). Kolum tidak jelas

setelah skolek (2).Proglotid : lubang genuital biasanya selalu unilateral (sepihak) dan
setiap kapsula telur berisi 6 12 telur (4).
Siklus hidup : HI adalah semut dari genus Pheidola dan tetramorium (3). Perioda
prepaten pada ayam selama 13 31 hari (4). Bentuk peralihannya adalah sistiserkoid
Spesies
RAILLIETINA GEARGIENSIS
Hospes difinitif : berpredileksi pada 1/3 pertengahan usus halus dari kalkun dan tidak
menginfeksi

ayam. Morfologi :

cacing

bisa

berukuran

panjang

38

cm.

Pada Skolek ditemukan Rostelum yang dipersenjatai kait berjumlah 220 268 kait
dengan

panjang

17

23

mikron

yang

tersusun

dalam

baris. Asetabulanya juga dipersenjatai kait dalam 8 10 baris dengan panjang 8 13


mikron.Proglotid : setiap kapsula telur berisi 8 10 telur yang berdiameter 27 48
mikron.
Siklus hidup : HI adalah semut Pheidola venelandica, bentuk peralihannya sistiserkoid
Ordo
Catatan : cacing hanya bisa hidup selama 10 minggu, perioda prepatennya
selama 3 minggu. Seekor kumbang bisa mengandung 1.000 sistiserkoid (2)

DILEPID
IDEA

Ordo Dilepididea memilikiRostelum retraktil dan biasanya dipersenjatai oleh satu, dua
atau

banyak

kait

berbentuk

roset

dalam

beberapa

lingkaran. Asetabulanya juga dipersenjatai. Organ reproduksi satu atau dua, uterus
berbentuk kantong dan telur keluar bersama kapsula telur atau bersama selaput
uterusnya. Cacing dewasa berparasit pada unggas dan mamalia (2,4,3)
Ordo Dilepididea memiliki 2 Famili yang penting antara lain :
(1) Dilepididae dan
(2) Dipyllididae (4)
Famili DILEPIDIDAE

Famili Dilepididae dicirikan dengan uterus bunting berbentuk kantong tranversal (4),
memiliki satu Genus : Amoebotaenia dengan Genus : A. sphenoides
Spesies AMOEBOTAENIA SPHENOIDES
Hospes definitif : berpredileksi didalam usus halus ayam atau unggas domestik (4,5,3).
Morfologi : merupakan cacing pita kecil dengan panjang jarang lebih dai 4 mm dan
lebar 1 mm, tersusun oleh lebih dari 20 proglotid yang semakin kebelakang semakin
melebar di pertengahan tubuh, sehingga cacing terlihat mengarah segi tiga (2,4,5).
Pada Skolek ditemukan Rostelum yang dipersenjatai dengan

12

14

kait

(2). Proglotid : organ kelaminnya tunggal, lubang kelamin biasanya bermuara selang
seling tidak menentu pada tepi atas ujung anterior. Uterus berbentuk kantong dan
berlobus (2,4). Telur berbentuk bulat dengan diameter lebih dari 42 mikron dengan kulit
yang bergranulasi (2).
Siklus

hidup :

HI

adalah cacing

tanah genus Allolobophora,

Eisenia,

Pheretina dan Ocnerodrilus. Bentuk peralihan adalahsistiserkoid berkembang selama 2


minggu dan masa prepatennya sekitar 4 minggu (4,3)
Famili DYPILIDIIDAE
Famili Dypilidiidae dicirikan pada proglotid bunting uterus digantikan dengan kapsula
telur yang berisi satu atau banyak telur . Familia ini memiliki 2 ganus antara lain :
(1) Choanotaenia dan
(2) Dipylidium
Genus CHOANOTAENIA
Spesies CHOANOTAENIA INFUNDIBULUM
Hospes definitif : berpredileksi pada bagian anterior usus halus ayam dan kalkun (4,
5,3). Morfologi : tubuh cacing bisa mencapai panjang 23 cm dengan segmen yang
nyata sekali perbedaannya, dimana bagian posteriornya lebih lebar dibandingkan
dengan yang dianteriornya, sehingga menjadi bentuk yang menciri (karakteristik) dari

cacing ini (4,3). Skolek : ditemukanrostelum yang dipersenjatai dengan 16 20 kait


berbentuk selinder (4). Proglotid : organ kelaminnya tunggal pada setiap segmen,
uterusnya berbentuk kantong. Telur berbentuk bulat telur dan memiliki filamen panjang
yang jelas (4).
Siklus hidup : HI adalah lalat rumah (Musca domestica) dan berbagai kumbang dari
genus

(Aphadius,

Calathus,

Geotrupes

dan

Tribolium).

Bentuk

peralihan

adalah sistiserkoid (5, 3) terbentuk setelah 3 8 minggu dan perioda prepaten selama 3
5 minggu (2)
Genus DIPYLIDIUM
Spesies : DIPYLIDIUM CANINUM (Linnaeus, 1758)
Hospes definitif : berpredileksi di dalam usus halus anjing dan kucing, serta kadangkadang pada manusia (terutama anak-anak (2, 5, 3).
Morfologi : merupakan cacing pita umum pada anjing dan panjang cacing bisa
mencapai lebih dari 50 cm. Skolek : terdapatrostelum retraktil memiliki 3 4 baris kait
berbentuk roset. Proglotid bunting memiliki tanda yang menciri (karakteristik)berbentuk
seperti biji mentimun. Setiap proglotid terdapat dua pasang organ genital dan lubang
kelamin dengan jelas terlihat pada setiap sisi lateral. Ovarium dengan glandula vetelina
membentuk masa pada salah satu sisi menyerupai gerombolan buah anggur (4).
Proglotid bunting akan terlepas keluar melalui anus, bergerak berputar-putar dengan
bebas atau melekat pada rambut disekitar anus (3). Telur tersimpan di dalam kantong
telur (kapsula) (2)
Identifikasi : panjang tubuh lebih pendek dibandingkan Taenia sp, dengan panjang
maksimal 50 cm. Skolek terdapat rostelumyang retraktil yang memiliki kait kecil dalam 4
5 baris. Proglotid seperti biji beras (5), mentimun (3) memiliki 2 pasang organ genital
dengan sinus genetalis ganda pada masing-masing tepi lateral (5)
Siklus

Hidup ;

Ctenocephalides

Hospes

intermedier

felis dan fulex

irritans)

adalah pinjal (ctenocephalides


serta kutuTrichodectes

canis,

canis,
bentuk

peralihannya adalah sistiserkoid yang ditemukan didalam rongga badan (4,5,3)

terbentuk setelah 13 hari. Masa prepaten selama 2 3 minggu (2). Sistiserkoid pada
pinjal menimbulkan kematian atau menjadi lemah dan lamban, sehingga dengan mudah
dimakan oleh anjing (3)
Ordo
HYMENOLEPIDIDEA (Wardle & Radinovsky, 1974)
Cacing pita ordo Hymenolepididea berukuran kecil sampai sedang. Skolek : ditemukan
4 alat penghisap yang tidak bersenjata.Rostelumnya retraktil dipersenjatai kait yang
tersusun melingkar. Proglotid : terdapat satu pasang organ genital dan luang genital
terletak secara sepihak. Telur : setiap telur sulit dipisahkan didalam membran.
Siklus hidup : hospes intermediernya artropoda dan bentuk peralihannya adalah
sistiserkoid. Cacing dewasa menginfeksi burung dan mamalia. Ordo Hymenolipididea
memiliki 2 famili yang terpenting :
(1) Hymenolepididae dan
(2) Fimbriariidae (4)
Famili HYMENOLEPIDIDAE (Railliet & Henry, 1909)
Genus HYMENOLEPIS
Anggota dari genus ini sangat kecil, berpredileksi didalam usus halus burung, mamalia
kecil dan amnesia (2). Skoleknya : terdapatrostelum yang memiliki kait dalam satu
lingkaran, alat penghisapnya tidak memiliki kait. Proglotid : testes berjumlah 3 buah,
susunannya bervariasi dan ovariumnya tunggal (3). Sampai saat ini spesies yang
penting untuk kedokteran hewan adalah :Hymenolepis carioca dan (2) Hymenolepis
cantaniana
Spesies HYMENOLEPIS CARIOCA & CANTANIANA
Hospes definitif : berpredileksi didalam usus halus ayam, kalkun dan burung lainnya.

Morfologi : tubuhnya lebih lembut dan tembus cahaya merupakan tanda yang menciri
(karakteristik) sehingga mudah dibedakan dengan Raillietina sp (2,3). Proglotid :
telurnya berbeda setiap spesies, umumnya bulat atau bulat telur dengan diameter
maksimal 80 mikron, berwarna kekuningan (2)
Siklus

hidup :

HI

adalah kumbang

Cheoridium dan Inisotarsus)

dan

tinja dan kumbang


mungkin

(Fontaria dan Junus), pinjal (Ctenocephalides)

juga lalat

tepung (genus Aphodius,


kandang (3), Milipedes

dan copepoda (Cyclop) (2),

bentuk

peralihannya adalah sistiserkoid (3)


Familia FIMBRIARIIDAE
Genus FIMBRIARIA (Frohlich, 1802)
Hanya

spesies Fimbriaria

fasciolaris (Fallas,

1781)

yang

terpenting. Predileksi :

berpredileksi didalam usus halus (duodenum) itik, angsa, ayam dan berbagai burung
liar. Morfologi : panjangnya 2,5 4,2 cm. bagian anterior dari tubuh melipat memanjang
disebutpseudoskoleks yang berfungsi sebagai perlekatan (4). Siklus hidup : HI
adalah Copepoda (Cyclop dan Diaptomus vulgaris) danAmfipoda (Hyalella) (2,3)
Ordo TAENIIDEA (Wardle, McLeod & Radinovsky, 1974)
Ordo Taeniidea, cacing pita berukuran besar, tubuhnya tersusun oleh puluhan sampai
ratusan

segmen. Skolek :

kadang-kadang

tidak

terdapat

rostelum,

kalau

ada

rostelumnya tidak retraktil, tetapi biasanya dipersenjatai oleh dua baris kait besar dan
kecil (kecuali Taenia saginata tidak mempunyai kait), ditemukan 4 buah alat penghisap
(5,1). Proglotid : panjangnya lebih panjang dibandingkan lebarnya, organ reproduksi
tunggal (testes menyebar dan ovarium terletak di bagian belakang). Uterusnya terletak
median, longitudinal dan lateral diantara percabangan ovarium. Lubang kelamin,
tunggal dan terletak selang seling tidak beraturan.Telur dilapisi oleh ampelop atau
kapsula (4,1)
Bentuk peralihannya adalah sistiserkus, strobilosercus, coenurus atau hydatida yang
hanya ditemukan pada mamalia herbivora dan kadang-kadang pada mausia (4,5,3)

Familia TAENIIDAE (Ludwig, 1886)


Cacing dewasa familia Taeniidae hidup didalam usus halus manusia dan carnivore
domestic. Hanya 2 genus yang terpenting dipelajari, dimana yang memiliki panjang
sampai beberapa meter dengan ratusan segmen adalah genus Taenia, tetapi yang
hanya berukuran panjang beberapa millimeter dan memiliki 3 4 segmen adalah genus
Echinococcus (2,4)
Genus TAENIA (Linnaeus, 1758)
Setiap spesies dari Taenia secara morfologi sama, dasar identifiaksi adalah jumlah
percabangan uterus lateral setiap segmen dewasa serta jumlah dan ukuran kait yang
terdapat pada skolek (2)
Spesies TAENIA SAGINATA (Goeze, 1782)
Predileksi : merupakan cacing pita sapi manusia (bentuk peralihan pada sapi
sedangkan cacing dewasanya didalam usus halus manusia). Taenia saginata (sin
; Taeniarhynchus saginata) berukuran panjang bisa mencapai 5 10 meter, tetapi
pernah dilaporkan lebih dari 15 meter. Skolek : satu satunya jenis Taenia yang tidak
dipersenjatai. Proglotid : memiliki percabangan uterus lateral berjumlah 15 35 buah.
Setiap proglotid bunting tertapat lebih dari 100 telur (2)
Siklus hidup : HI sapi, keledai, ilama, bentuk peralihannya adalah sistiserkus dan
berpredileksi pada : jantung, otot rangka, lemak, hati, maseter, diafragma, lidah, seluruh
otot (2,4)
Spesies TAENIA SOLIUM
Predileksi : merupakan cacing pita babi manusia (maksudnya bentuk peralihannya
pada otot daging babi, sedangkan cacing dewasanya pada usus halus manusia) (3).
Dasar

untuk

membedakannya

dengan Taenia

saginata,

dimana Taenia

solium :skoleknya dipersenjatai oleh 2 baris kait dan proglotid terdapat percabangan
uterus lateral berjumlah 7 12 buah (2)

Siklus

hidup :

HI

adalah

babi,

bentuk

peralihan

adalah sistiserkus terkenal

dengan sistiserkus sellulosa, berpredileksi didalam urat daging babi. Sistiserkus


berukuran 20 X 10 atau lebih (3)
Spesies TAENIA PISIFORMIS (Bloch, 1990)
Sinonim : TAENIA SERRATA
Predileksi : merupakan cacing pita kelinci anjing (bentuk peralihan pada kelinci dan
cacing dewasanya pada usus halus anjing dan carnivora lainnya) (5,3)
Morfologi : panjang cacing bisa mencapai 2 meter. Skolek : dipersenjatai dengan 34 48
kait dalam 2 baris, kait yang lebih besar berukuran 225 294 mikron dan lebih kecil
berukuran 132 177 mikron. Proglotida : yang bunting berukuran 8 10 x 4 5 mm,
uterus memiliki 9 14 percabangan lateral pada setiap sisi. Telur berukuran 43 53 X
43 45 mikron (4) 36 X 32 mikron (3)
Siklus hidup : HI adalah kelinci dan rodensia liar. Bentuk peralihannya adalah sistisekus
fisiformis berbentuk kacang polong dan bergerombol pada hati dan rongga peritoneum
(2,5,3)
Spesies TAENIA HYDATIGENA
Predileksi : merupakan cacing pita (biri-biri, domba, sapi, babi) anjing (bentuk
peralihannya ditemukan pada urat daging (biri-biri, domba, sapi, babi) dan cacing
dewasanya didalam usus halus anjing, srigala dan karnivora liar (4,5,3)
Morfologi : merupakan cacing pita besar dengan panjang 75 cm sampai lebih dari 5
meter (4,5,3). Skolek : dipersenjatai kait berjumlah 26 44 yang tersusun dalam 2
baris, yang besar berukuran 170 220 mikron dan yang kecil berukuran 110 160
mikron. Proglotid : yang bunting berukuran 10 14 X 4 7 mm, uterusnya mempunyai
5 10 cabang lateral. Telurnyaberbentuk bulat panjang dan berukuran 38 39 X 34
35 mikron (3).
Siklus hidup : bentuk peralihannya adalah sistiserkus tennuicollis, ditemukan didalam
hati atau rongga peritoneum (domba, kambing, sapi, babi, tupai) (3). Sistiserkus

tenuicollis berukuran lebih dari 6 cm mengandung satu skolek invaginasi dengan leher
panjang (4), terbentuk setelah 4 minggu setelah infeksi dengan diameter lebih dari 8 cm
(5)
Spesies TAENIA OVIS
Predileksi : merupakan cacing pita (domba kambing) anjing (bentuk peralihan
ditemukan pada otot domba dan kambing sedangkan cacing dewasanya didalam usus
anjing dan carnivora liar) (4,5,3)
Morfologi :

panjang

tubuh

bisa

mencapai

meter

(3),

meter

(5). Skolek : dipersenjatai dengan 24 36 kait yang tersusun dalam 2 baris, kait yang
lebih besar berukuran 156 188 mikron dan yang lebih kecil berukuran 96 128
mikron. Proglotid : percabangan uterus lateral berjumlah 20 25 cabang setiap sisi (3)
11 20 cabang (4). Telurnya : berukuran 34 X 24 28 mikron (3), 19 31 X 24 26
mikron (4)
Siklus hidup : bentuk peralihan adalah sistisekus ovis berukuran panjang 6 mm
ditemukan pada (otot rangka, jantung, hati, diafragma dan maseter) domba dan
kambing dan sangat mirip dengan sistiserkus sellulosa pada babi (4,3) mencapai
bentuk infektif setelah 46 hari dan perioda prepatennya selama 60 hari (4)
Speseies TAENIA TAENIAFORMIS (Batsch, 1786)
Sinonim : Hydatigera taeniaformis,
Predileksi : didalam usus halus kucing dan carnivore liar (4)
Morfologi : cacing dewasa pajangnya lebih dari 60 cm. Skolek : besar dan yang paling
menjolok memiliki 2 baris kait. Proglotid : memiliki ciri yang karakteristik yaitu tidak
memiliki leher dan berbentuk bell atau genta dibagian posterior. Uterusnya memiliki 5
9 percabangan lateral. Telur berukuran 31 36 mikron (4)
Siklus

hidup :

HI

adalah rodensia, bentuk

peralihannya

adalah sistiserkus

fasciolaris yang berpredileksi didalam hati dan terbentuk setelah 30 hari. Setiap hari

terbentuk 42 skolek dan strobiloserkus dewasa setelah 60 hari. Perioda prepaten 36


42 hari (4)
Spesies TAENIA SERIALIS (Gervais, 1847)
Predileksi : didalam usus halus anjing
Morfologi : cacing dewasa panjangnya 72 cm. Skolek : terdapat 2 baris kait berjumlah
26 32 kait, kait yang lebih besar berukuran 135 175 mikron dan yang lebih kecil
panjangnya 78 120 mikron. Proglotid : uterus memiliki 20 25 percabangan
lateral. Telur : berbentuk bulat panjang (elip) berukuran 31 34 X 29 30 mikron (4)
Siklus hidup : HI adalah lagomorfis, bentuk peralihannya coenurus berpredielksi
didalam (susunan syaraf pusat, jaringan ikat, rongga perut) dsb
Genus ECHINOCOCCUS
Dari genus Echinococcus hanya 2 spesies yang pentinga dipelajari yaitu :
(1) E. granulosus dan
(2). E. multilocularis (2,5,1)
Spesies ECHINOCOCCUS GRANULOSUS
Predileksi : didalam usus halus anjing, srigala, kucing dan carnivore lainnya (2,4,3,1).
Morfologi : ukuran cacing dewasa bisa mencapai panjang 2 6 mm, hanya tersusun
oleh tiga atau empat segmen (jarang lebih dari enam). Skolek : dipersenjatai 30 60
kait yang tersusun dalam 2 baris, kait yang besar panjangnya 33 40 mikron
sedangkan yang kecil panjangnya 22 34 mikron (3). Proglotida : nomor 2 dari
belakang merupakan proglotida dewasa dan yang paling belekang adalah proglotida
bunting dan biasanya merupakan pertengahan dari tubuh.Ovarium berbentuk ginjal,
lubang genital selang-seling tidak teratur dan normalnya terbuka dibagian posterior
pertengahan proglotida dewasa atau bunting. Testes berjumlah 45 65 buah menyebar
ke seluruh bagian (4,3,1) uterus memiliki cabang lateral (4,3). Telur : keluar melalui

lubang uterus (sehingga tidak ditemukan proglotid didalam tinja) berukuran 32 36 X


25 30 mikron (4)
Siklus hidup : HI adalah (kambing, sapi, babi, manusia, kangguru) (2,1). Bentuk
peralihan adalah kista hydatida berpredileksi didalam (hati, paru-paru dan kadangkadang pada organ lain termasuk tulang) (2,3). Kista terbentuk lambat dan setelah
beberapa minggu berdiameter 5 10 cm dan mengandung 16 liter cairan (4)
Spesies ECHINOCOCCUS MULTILOCULARIS
Predileksi : didalam usus halus rodensia, rubah (paling sering), tetapi juga pernah
ditemukan menginfeksi anjing dan carnivora lainnya (5,3).
Morfologi : sangat mirip dengan Echinococcus granulosus, panjangnya 1 4 mm (3).
Proglotid matang mempunyai 17 26 testes yang kesemuanya terletak di sebelah
posterior atau setinggi lobang kelamin yang letaknya sedikit keanterior dari pertengahan
proglotid (3,1). Uterusnya seperti kantong tanpa cabang lateral (3)
Siklus hidup : bentuk peralihannya adalah kista hydatid ditemukan pada rodensia
(terutama voles dan kancil) dan mamalia lain termasuk manusia, berbentuk alveolialveoli terdiri dari banyak kista kecil yang saling berhubungan dan berkembang biak
dengan cara bertunas eksogen (3)

Perkembangan dunia perunggasan di negara kita, memang sudah banyak


menciptakan peluang bisnis. Hal ini disebabkan karena bisnis perunggasan bisa
dijangkau masyarakat kalangan bawah, dapat dipelihara oleh masyarakat atau peternak
dengan lahan yang cukup kecil, kapital demand power yang cukup kuat,
menyebabkan ternak ini lebih cepat perkembangannya dibandingkan dengan
perkembangan ternak lain. Demikian Situs Komunitas Dokter Hewan Indonesia
menyatakan,. Namun, menurut mereka, para peternak tidak sedikit mengalami
hambatan dan rintangan selain harga pakan yang terus naik, obat-obatan yang cukup
mahal juga adanya berbagai macam penyakit yang sering menyerang ternak. Salah
satu penyakit pada ayam yang sering ditemui adalah askaridiasis. Penyakit ini
disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides yang menyerang usus halus bagian
tengah. Cacing ini menyebabkan keradangan dibagian usus yang disebut hemorrhagic.
Larva cacing ini berukuran sekitar 7 mm dan dapat ditemukan diselaput lendir usus.
Parasit ini juga dapat ditemukan dibagian albumen dari telur ayam yang terinfeksi.
Menurut Situs Komunitas Dokter Hewan Indonesia itu, infeksi Ascaridia dapat
disebabkan oleh Ascaridia galli, Ascaridia dissmilis, Ascaridia numidae, Ascaridia
columbae, Ascaridia compar, dan Ascaridia bonase. Ascaris lumbricoides selain
berparasit pada ayam,Ascaris lumbricoides juga ditemukan pada itik, kalkun, burung
dara, dan angsa. Cacing ini tinggal didalam usus halus, berwarna putih, bulat, tidak
bersegmen dan panjangnya sekitar6-13cm. merupakan suatu parasit cacing yang
paling sering ditemukan pada unggas peliharaan dan menimbulkan kerugian ekonomik
yang cukup tinggi. Cacing tersebut biasanya menimbulkan kerusakan yang parah selam
bermigrasi pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva.
Nemathelminthes umumnya cacing yg hidupnya parasit dan merugikan manusia,
Pada umumnya merugikan, sebab parasit pada manusia maupun hewan, kecuali
Planaria. Planaria dapat dimanfaatkan untuk makanan ikan. Nemathelminthes ( cacing
gilig), contohnya Ascaris lumbricoides. Sering disebut cacing perut atau cacing usus
atau cacing gelang. Parasit pada usus halus manusia, hewan yang memiliki tubuh
simetris bilateral dengan saluran pencernaan yang baik namun tidak ada sistem
peredaran darah. Contoh cacing gilik : cacing askaris, cacing akarm cacing tambang,

cacing filaria. Nemathelminthes hampir seluruhnya mempunyai akibat yg buruk jika


memasuki tubuh mahluk hidup lainnya. Contoh cacing Ascaris lumbricoides merupakan
cacing perut yg menghisap sari makanan dari manusia. Jadi selain pengurai annelida
seringkali malah menjadi parasit pada tubuh manusia atau hewan
CIRI-CIRI
Nemathelminthes berasal dari kata Nemathos = benang; Helminthes = cacing. Jadi
pengertian Nemathelminthes adalah cacing yang berbentuk benang atau gilig
Tubuh berbentuk gilig atau seperti batang dan tidak bersegmen, mempunyai selom
semu (pseudoselomata), tripoblastik. Permukaan tubuh dilapisi kutikula sehingga
tampak mengkilat.
Saluran pencernaan sempurna mulai dari mulut sampai anus. Beberapa jenis
diantaranya memiliki kait.
Sistem respirasi melalui permukaan tubuh secara difusi.
Saluran peredaran darah tidak ada, tetapi cacing ini mempunyai cairan yang fungsinya
menyerupai darah.
Sistem reproduksi :Alat kelamin terpisah, cacing betina lebih besar dari cacing jantan
dan yang jantan mempunyai ujung berkait (gambar 1). Gonad berhubungan dengan
saluran alat kelamin, dan telur dilapisi oleh kulit yang terbuat dari kitin. Hewan ini tidak
berkembangbiak secara aseksual
6.Habitat: Sebagian besar hewan ini hidup bebas dalam air dan tanah, tetapi ada juga
sebagai parasit

dalam

tanah,

yakni merusak tanaman atau dalam

saluran

pencernaan
STRUKTUR TUBUH
.Tubuhsimetribilateral,bulatpanjang

(gilig)

disebut

Memilikisaluranpencernaan
.Dioceous( berumah dua) reproduksi seksual (jantan dan betina)

cacing

gilig

Mempunyai saluran pencernaan


Memiliki rongga badan palsu
Triploblastik Pseudoselomata
Kosmopolitan,ada yang parasit dan ada pula yang hidup bebas
Beberapa Cacing yang menyerang ayam
Ascaris lumbricoides
Infeksi cacing ini terutama menyerang ayam usia 3-4 bulan. Spesimen dari parasit ini
kadang-kadang ditemukan dalam telur. Cacing ini berpindah tempat dari usus ke
oviduct dan dapat masuk ke dalam telur pada saat pembentukan telur tersebut. Cacing
dewasa mudah dilihat dengan mata telanjang karena panjang cacing dewasa mencapai
hingga 3 inchi.
Riwayat hidup cacing ini sangat simple. Cacing betina akan meletakan telurnya di usus
unggas yang terinfeksi dan akan ikut dikeluarkan bersama tinja. Embrio akan terus
berkembang dalam telur tersebut meskipun tidak akan langsung menetas. Larva dalam
telur mencapai stadium infektif dalam 2-3 minggu. Telur yang mengandung embryo ini
sangat tahan banting bahkan dalam kondisi laboratorium dapat bertahan hingga 2
tahun, sedangkan dalam keadaan biasa akan tetap bertahan hingga 1 tahun bahkan
lebih. Hal yang penting di sini adalah desinfektan yang digunakan pada peternakan
tidak dapat membunuh/ merusak telur. Unggas akan terinfeksi jika memakan telur
cacing ini.
Unggas yang terinfeksi oleh cacing ini akan terlihat lesu, diare dan kurus. Kerusakan
utama yang ditimbulkan adalah penurunan efisiensi pakan, namun kematian hanya
timbul pada infeksi yang sangat berat.
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan sanitasi kandang dengan baik dan
pemisahan ayam berdasarkan umur. Bersihkan kandang sebersih mungkin jika
kandang akan digunakan untuk populasi ayam yang baru.Sedangkan obat yang
digunakan adalah preparat piperazine yang hanya dapat memutus rantai penularan

dengan membunuh cacing dewasa. Preparat yang biasa kami gunakan dan kami
berikan tiap 4 minggu adalah Piperavaks produksi dari Vaksindo. Pemberian obat ini
cukup dicampurkan pada air minum.
- Heterakis gallinae
Parasit ini tidak menimbulkan akibat yang serius pada kesehatan ayam. Minimal tidak
menimbulkan gejala atau patologi yang signifikan. Cara penularan cacing ini sama
dengan Ascaris. Namun telur yang mengandung larva akan infektif dalam 2 minggu.
Dalam cuaca yang dingin akan membutuhkan waktu yang lebih panjang. Parasit ini
dapat dibasmi dengan fenbendazole.
- Capillaria annulata atau Capllaria contorta
Cacing ini sering ditemukan pada esophagus dan tembolok. Parasit ini menyebabkan
penipisan dan inflamasi pada mukosa. Pada system gastrointestinal bagian bawah,
dapat ditemukan beberapa spesies parasit tetapi biasanya adalah Capillaria obsignata.
Berbeda dengan cacing yang lain, pembentukan embryo memakan waktu 6-8 hari dan
akan sangat infeksius untuk peternakan. Kerusakan terparah akan terjadi pada 2
minggu setelah infeksi. Parasit ini akan menimbulkan inflamasi berat dan kadangkadang terjadi perdarahan. Erosi pada usus akan menyebabkan kematian. Problem
yang sering ditimbulkan oleh parasit ini adalah penurunan pertumbuhan, penurunan
produksi dan fertilitas.
Sanitasi yang baik merupakan kunci pencegahan yang utama. Pemberian vitamin A
dapat memberikan nilai tambah. Parasit ini dapat dibasmi dengan menggunakan
fenbendazole atau leviamisole.
Secara umum gejala penyakit cacingan pada ayam adalah sbb:
-

tubuh ayam menjadi kurus

nafsu makan berkurang

sayap kusam dan terkulai

kotoran encer, berlendir berwarna keputihan dan kadang berdarah

pertumbuhan lamban

Penanggulangan yang dapat dilakukan secara umum adalah:


-

sanitasi kandang dengan desinfektan

pemberian Caricid pada umur 4-6 minggu dengan dosis 30 ml/3 liter air untuk 100

ekor ayam. Umur lebih dari 6 minggu diberi dosis 6 ml/10 L air untuk 100 ekor ayam
-

campurkan premix 2.4% ke dalam makanan dengan dosis 2.5 kg/kg pakan

diberikan selama 5-6 hari


PENYAKIT AKIBAT CACINGAN
Di negara berkembang seperti Indonesia, penyakit cacing merupakan penyakit rakyat
umum. Infeksinya pun dapat terjadi secara simultan oleh beberapa cacing sekaligus.
Infeksi cacing umumnya terjadi melalui mulut, kadang langsung melalui luka di kulit
(cacing tambang, dan benang) atau lewat telur (kista) atau larva cacing, yang ada
dimana-dimana di atas tanah.
Cacing yang merupakan parasit manusia dapat dibagi dalam 2 kelompok, yakni cacing
pipih dan cacing bundar.
Platyhelminthes. Ciri-cirinya bentuk pipih, tidak memiliki rongga tubuh dan berkelamin
ganda (hemafrodit). Cacing yang termasuk golongan ini adalah cacing pita (Cestoda)
dan cacing pipih (Trematoda).
Nematoda (roundworms). Ciri-cirinya bertubuh bulat, tidak bersegmen, memiliki rongga
tubuh dengan saluran cerna dan kelamin terpisah. Infeksi cacing ini disebut
ancylostomiasis (cacing tambang), trongyloidiasis, oxyuriasis (cacing kremi), ascariasis
(cacing gelang) dan trichuriasis (cacing cambuk).
Gambar. Siklus hidup cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)

Cacing golongan nematoda tersebut menyebabkan infeksi cacing usus (soil-transmitted


helminthasis). Hidupnya berkaitan dengan perilaku bersih dan kondisi sanitasi
lingkungan. Bila terdapat anemia, penderita harus diobati dengan sediaan yang
mengandung besi. Selain itu, wanita hamil tidak boleh minum obat cacing karena
memiliki sifat teratogen (merusak janin) yang potensial.
Di medicastore anda dapat mencari informasi obat cacing seperti ; kegunaan atau
indikasi obat, generik atau kandungan obat, efek samping obat, kontra indikasi obat, hal
apa yang harus menjadi perhatian sewaktu konsumsi obat, gambar obat yang anda pilih
hingga harga obat dengan berbagai sediaan yang dibuat oleh pabrik obat. Sehingga
anda dapat memilih dan beli obat cacing sesuai dengan resep dokter anda
CACINGAN DAN PENGOBATANNYA
Mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Sebagian besar obat cacing
efektif terhadap satu macam kelompok cacing, sehingga diperlukan diagnosis yang
tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Diagnosis dilakukan dengan menemukan
cacing, telur cacing dan larva dalam tinja, urin, sputum, darah atau jaringan lain
penderita. Sebagian besar obat cacing diberikan secara oral yaitu pada saat makan
atau sesudah makan dan beberapa obat cacing perlu diberikan bersama pencahar.
JENIS OBAT
Mebendazol, Tiabendazol, Albendazol
Piperazin, Dietilkarbamazin
Pirantel, Oksantel
Levamisol
Praziquantel
Niklosamida
Ivermectin

Banyak obat cacing memiliki khasiat yang efektif terhadap satu atau dua jenis cacing
saja. Hanya beberapa obat saja yang memiliki khasiat terhadap lebih banyak jenis
cacing (broad spectrum) seperti mebendazol.
Mekanisme kerja obat cacing yaitu dengan menghambat proses penerusan impuls
neuromuskuler sehingga cacing dilumpuhkan. Mekanisme lainnya dengan menghambat
masuknya glukosa dan mempercepat penggunaan (glikogen) pada cacing.
Penyakit cacing atau helminthiasis terkadang masih kurang diperhatikan karena tidak
menimbulkan kematian yang mendadak dan tinggi sepertinya halnya penyakit viral
(misal ND atau Al). Padahal penyakit ini mampu menimbulkan kerugian cukup besar.
Waktu serangannya sulit diketahui, tiba-tiba saja produktivitas ayam menurun. Cacing
yang sering menyerang ayam secara umum ada dua yaitu cacing gilik (Ascaridia sp.,
Heterakis sallinae, Syngamus trachea, Oxyspirura mansonii) dan cacing pita
(Raillietinasp., Davainea sp.) Cacing biasanya menginfestasi ke dalam tubuh ayam
melalui beberapa cara, diantaranya melalui telur cacing atau larva cacing yang
termakan oleh ayam, memakan induk semang antara (siput, kumbang, semut dll.) yang
mengandung telur atau larva cacing, telur atau larva cacing yang terbawa oleh petugas
kandang melalui sepatu, pakaian kandangnya atau terbawa terbang oleh induk semang
antara, selain itu juga bisa karena ransum atau air minum yang tercemar telur cacing.
Telur cacing yang keluar bersama feses berkembang menjadi stadium infektif kemudian
termakan induk semang antara atau langsung masuk tubuh ayam yang kemudian akan
menuju ke tempat yang disukainya (tembolok, usus, sekum atau organ lain) untuk
berkembang sampai dewasa.
PENGANDALIAN CACINGAN
Pengendalian penyakit cacingan merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan hasil
peternakan yang optimal. Cara yang dilakukan agar peternakan terhindar dari penyakit
cacingan adalah dengan dilakukannya pencegahan yaitu:
Pemberian obat cacing. Pengobatan akan sia-sia jika penyakit cacingan sudah parah.
Sebaiknya dilakukan pengobatan secara rutin untuk memotong siklus hidup cacing.
Seperti cacing nematoda dengan siklus hidup kurang lebih satu setengah bulan, maka

diberikan pengobatan dua bulan sekali, begitu juga dengan cestoda. Pemberian obat
cacing pada ayam layer sebaiknya diberikan pada umur 8 minggu dan diulang sebelum
ayam naik ke kandang baterai. Sedangkan pada ayam broiler jarang diberikan
anthelmintika karena masa hidupnya pendek.
Melakukan sanitasi kandang dan peralatan peternakan meliputi kandang dibersihkan,
dicuci dan disemprot dengan desinfektan serta memotong rumput disekitar area
peternakan.
Mengurangi kepadatan kandang, karena dapat memberi peluang yang tinggi bagi
infestasi cacing.
Pemberian ransum dengan kandungan mineral dan protein yang cukup untuk menjaga
daya tahan tubuh tetap baik.
Mencegah kandang becek, seperti menjaga litter tetap kering, tidak menggumpal dan
tidak lembab.
Peternakan dikelola dengan baik seperti mengatur jumlah ayam dalam kandang tidak
terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan dilakukan sistem all in all out.
OBAT CACING (Anthelmintik)
Selain pencegahan juga harus dilakukan pengobatan pada peternakan ayam yang telah
terserang cacingan. Pengobatan sebaiknya dilakukan secara serempak dalam satu
kandang atau flok yang terserang cacingan dengan anthelmintika yang sesuai.
Anthelmintika merupakan obat untuk menghilangkan atau mengeliminasi parasit cacing
dari tubuh ayam. Obat cacing (anthelmintika) merupakan senyawa yang berfungsi
membasmi cacing sehingga dikeluarkan dari saluran pencernaan, jaringan atau organ
tempat cacing berada dalam tubuh hewan. Secara garis besar, cara kerja obat cacing
ada 2 yaitu mempengaruhi syaraf otot cacing dan mengganggu proses pembentukan
energi. Cara kerja yang pertama akan mengakibatkan cacing lumpuh sehingga dengan
mudah dikeluarkan dari tubuh ternak bersama dengan feses. Sedangkan cara kerja
kedua menyebabkan cacing kehilangan energi dan akhirnya mati.

JENIS OBAT CACING


Berdasarkan cara kerjanya, obat cacing dibedakan menjadi 5 kelompok yaitu 1)
Benzimidazol (albendazol, fenbendazol, flubendazol, thiabendazol); 2) Imidathiazol
(levamisol) dan tetrahydropyrimidine (pyrantel); 3) Avermectin (ivermectin) dan
milbemycin (moxidectin); 4) Salicylanilide (niclosamid) dan nitrophenol; 5) Diclorvos dan
trichlorphon. Piperazin dikelompokkan tersendiri karena cara kerjanya berbeda. Kriteria
obat cacing ideal antara lain : 1) Efektif, yaitu berspektrum luas dan aktif untuk semua
fase hidup cacing, termasuk cacing dalam jaringan maupun saluran cerna; 2) Aman,
yaitu mempunyai indeks terapi yang lebar. Tidak menimbulkan residu di jaringan dan
atau withdrawal time (waktu henti obat agar unggas/ternak aman untuk dikonsumsi)
yang pendek. Tidak berinteraksi dengan obat atau racun lain di lingkungan. Tidak toksik
terhadap ternak yang masih muda; 3) Efisien, yaitu cukup satu kali pemberian untuk
meminimalkan biaya dan stres penanganan ternak; 4)

Murah. Obat cacing yang

benar-benar ideal mungkin sulit ditemukan. Keunggulan dan keterbatasan obat cacing
yang banyak beredar di lapangan antara lain:
Piperazin
Piperazin merupakan obat cacing yang paling sering digunakan oleh peternak.
Piperazin sangat efektif untuk mengatasi infeksi cacing gilik yang ada di saluran cerna
seperti Ascaridia pada ayam, ruminansia (sapi, kerbau, domba, kambing), babi maupun
kuda. Piperazin biasanya dikombinasikan dengan phenotiazine agar efektifitas-nya
terhadap

cacing

sekum

meningkat.

Kelarutan piperazin sangat baik dalam air sehingga dapat diberikan melalui air minum
maupun dicampur dengan ransum. Keunggulan piperazin yaitu memiliki rentang
keamanan yang luas. Namun, piperazin kurang efektif untuk membasmi Heterakis
gallinae (cacing sekum), cacing cambuk dan cacing pita.
Phenotiazin
Phenotiazin sangat efektif mengatasi cacing sekum (Heterakis gallinae) dan Ascaridia
sp. pada unggas, tetapi phenotiazin tidak efektif untuk membasmi cacing pita.
Walaupun mekanisme kerja obat ini belum diketahui dengan pasti tetapi dari segi
keamanan phenotiazin praktis tidak toksik untuk unggas.

Levamisol
Levamisol termasuk golongan imidathiazole yang efektif membasmi cacing gilik dewasa
hingga bentuk larvanya. Levamisol juga sangat efektif membasmi cacing gilik yang ada
di jaringan dan organ tubuh (Syngamus trachea pada trakea, Oxyspirura mansonii pada
mata) karena levamisol dengan cepat diserap dan didistribusikan ke jaringan atau
organ. Saat kondisi sistem imun rendah, levamisol dapat membantu meningkatkan
sistem imun tubuh host (inang)-nya dengan cara meningkatkan aktifitas makrofag.
Dibandingkan dengan benzimida-zol, levamisol mempunyai rentang keamanan yang
lebih sempit. Walaupun demikian pada dosis terapi terbukti tidak menimbulkan efek
samping terhadap produksi telur, fertilitas mau-pun daya tetas.
Ivermectin
Ivermectin lebih banyak digunakan pada hewan besar atau hewan kesayangan karena
obat ini termasuk obat yang mahal. Keunggulan ivermectin adalah selain efektif
mengatasi infeksi cacing gilik juga efektif mengatasi ektoparasit (kutu, tungau, caplak,
larva serangga). Selain itu, ivermectin mampu membasmi bentuk cacing yang belum
dewasa..
Niclosamid
Niclosamid termasuk golongan salicylanilida yang secara spesifik efektif untuk
mengatasi infeksi cacing pita. Niclosamid diaplikasikan melalui ransum karena tidak
larut air. Niclosamid tidak diserap dalam usus sehingga mempunyai batas keamanan
yang luas. Hasil penelitian menunjukkan pemberian niclosamid 40 kali dosis terapi pada
sapi dan domba tidak bersifat toksik.
Albendazol
Albendazol termasuk golongan benzimidazol yang mempunyai kela-rutan terbatas
dalam air. Umumnya digunakan pada hewan besar dalam bentuk kaplet atau suspensi
dengan cara dicekok. Albendazol efektif untuk mengatasi infeksi cacing gilik pada
saluran pencernaan, cacing pita, cacing paru dewasa dan larvanya (Dictyocaulus) dan
cacing

dewasa

Fascioia

gigantica.

Mekanisme kerjanya adalah meng-ganggu metabolisme energi dengan menjadi


inhibitor fumarat reduktase. Ketidaktersediaan energi menyebabkan cacing mati.

Golongan

benzimidazol

sebaiknya

tidak

digunakan

saat

masa

kebuntingan

awal.TEKNIK PENGOBATAN
Teknik pengobatan harus dilakukan dengan tepat sehingga efektivitas pengobatan
optimal.
Pemilihan obat yang tepat Obat cacing dikatakan efektif jika mempunyai spektrum kerja
terhadap cacing tersebut. Pemilihan obat cacing didasarkan pada hasil diagnosa jenis
cacing yang menginfeksi. Spektrum kerja obat cacing dapat dilihat pada tabel. Obat
yang cocok untuk mengatasi cacing gilik di saluran cerna (Ascaridia galli, Heterakis
gallinae, Capillaria sp.,) antara lain piperazin, levamisol, dan phenotiazin, ivermectin
atau benzimidazol/albendazole. Guna mengatasi cacing gilik yang ada di jaringan atau
organ lain (Syngamus trachea, Oxyspirura mansonii) berikan levamisol. Sedangkan
infeksi cacing pita (Raillietina sp., Davainea sp.) gunakan niclosamid atau albendazol.
Obat cacing dikatakan efektif jika mempunyai spektrum kerja terhadap cacing tersebut.
Pemilihan obat cacing didasarkan pada hasil diagnosa jenis cacing yang menginfeksi.
Spektrum

kerja

obat

cacing

dapat

dilihat

pada

tabel.

Obat yang cocok untuk mengatasi cacing gilik di saluran cerna (Ascaridia galli,
Heterakis gallinae, Capillaria sp.,) antara lain piperazin, levamisol, dan phenotiazin,
ivermectin atau benzimidazol/albendazole. Guna mengatasi cacing gilik yang ada di
jaringan atau organ lain (Syngamus trachea, Oxyspirura mansonii) berikan levamisol.
Sedangkan infeksi cacing pita (Raillietina sp., Davainea sp.) gunakan niclosamid atau
albendazol.
Dosis tepat tidak seperti antibiotik, umumnya anthelmintik diberikan dengan dosis
tunggal (satu kali pemberian) dan bukan dengan dosis terbagi. Jika obat yang
seharusnya diberikan sebagai dosis tunggal, tetapi diberikan dalam dosis terbagi
misalkan terbagi dalam waktu satu hari, maka dapat menyebabkan jumlah obat yang
masuk ke dalam tubuh ayam menjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Cara pemberian tepat. Tepat dosis juga berkaitan dengan cara atau periode pemberian
obat. Jika pemberiannya salah maka dosis pun menjadi tidak tepat. Pemberian obat
dengan bentuk kapsul, kaplet atau injeksi tidak menjadi masalah karena bisa langsung

dicekokkan atau disuntikkan dengan satu kali pemberian. Namun, jika dilakukan melalui
air minum atau ransum dosis obat dan jumlah konsumsinya harus diperhatikan
sehingga dosis yang masuk dalam tubuh ayam tepat. Dosis pemberian obat sebaiknya
sesuai dengan yang tertera dalam etiket atau leaflet. Dosis yang tertulis pada etiket dan
leaflet obat cacing sebelumnya sudah dihitung berdasarkan berat badan yang
kemudian dikonversikan dalam kebutuhan air minum atau ransum yang dikonsumsi
dalam waktu 2 hingga 4 jam. Cara pencampuran obat ke dalam air minum atau ransum
juga perlu diperhatikan. Obat cacing yang bersifat larut air (piperazin, levamisol)
biasanya lebih direkomendasikan diberikan melalui air minum, walaupun tidak menutup
kemungkinan bisa diberikan melalui ransum. Pastikan obat larut semua dalam air
minum

dan

tidak

ada

serbuk

obat

yang

tersisa.

Obat cacing yang tidak larut air, (contohnya niclosamid, albendazol) diberikan melalui
ransum. Pencampuran obat dan ransum sebaiknya dilakukan secara bertahap. Campur
dahulu obat dengan sebagian kecil ransum, aduk hingga homogen dan kemudian
tambahkan sedikit demi sedikit sisa ransum sambil diaduk hingga obat dan ransum
tercampur

secara

homogen.

Beberapa etiket produk biasanya tertulis ayam dipuasakan terlebih dahulu. Hal itu tidak
menjadi suatu keharusan. Tujuan dari puasa tersebut adalah agar obat yang diberikan
terkonsumsi habis oleh ayam dan waktu kontak antara obat dengan cacing di dalam
saluran cerna semakin lama sehingga pengobatan menjadi lebih efektif.
Pengulangan pemberian obat cacing. Pengobatan infeksi cacing memerlukan proses
pengulangan. Pengulangan ini bertujuan membasmi cacing secara total karena secara
umum obat cacing tidak bisa membasmi semua fase hidup cacing (telur,larva dan
cacing dewasa). Pengulangan tersebut disesuaikan dengan siklus hidup cacing dan
kondisi kandang. Cacing gilik mempunyai siklus hidup 1-2 bulan sedangkan cacing pita
sekitar 1 bulan sehingga pemberian obat cacing pertama kali disarankan saat berumur
1 bulan. Jika ayam dipelihara pada kandang postal, pemberian obat cacing perlu
diulang setelah 1-2 bulan sedangkan jika dipelihara di kandang baterai, pengulangan 3
bulan kemudian karena ayam tidak kontak dengan litter. Setelah periode pengulangan
tersebut, bukan berarti obat cacing harus terus menerus diberikan pada bulan-bulan
berikutnya. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan feses secara rutin sehingga adanya telur

cacing dalam feses dapat terdeteksi sejak dini. Hal ini dapat dijadikan dasar perlu atau
tidak pemberian obat cacing.
Kombinasiobat: Pemberian obat cacing kadang-kadang bersamaan dengan antibiotik
jika ada infeksi sekunder oleh bakteri. Hal ini tidak masalah jika tidak ada interaksi yang
merugikan (baik secara fisika-kimia maupun secara farmakologi) antara kedua bahan
yang dikombinasikan. Jika kombinasi tersebut ternyata menimbulkan interaksi yang
merugikan, pilih antibiotik lain atau antibiotik diberikan 1 hari setelah pemberian obat
cacing.
Dari segi farmakologi, pemberian obat cacing bersamaan dengan vitamin umumnya
tidak terjadi interaksi yang merugikan sehingga bisa dilakukan setiap saat. Pemberian
obat cacing juga bisa bersamaan dengan vaksinasi. Pada dasarnya obat cacing tidak
menimbulkan interaksi dengan vaksin terutama jika pemberian obat cacing diberikan
melalui oral (air minum/ransum/cekok) dan vaksinnya diberikan melalui injeksi. Namun
yang perlu diperhatikan ialah jika vaksin diberikan melalui air minum, maka jangan
mencampurkan obat dan vaksin dalam air minum yang sama. Tujuannya untuk
mencegah terganggunya stabilitas vaksin oleh obat yang ada dalam air minum tersebut.
Faktor lain yang perlu diperhatikan: Pengobatan cacing menyebabkan cacing dan telur
cacing dalam jumlah besar akan dikeluarkan bersama feses. Jika lingkungan sekitar
mendukung, maka telur tersebut akan berubah menjadi bentuk infektif sehingga dapat
kembali menginfeksi ayam. Untuk itu, selama pengobatan sebaiknya memperhatikan
meminimalkan kontak ayam dengan feses yang mengandung telur cacing atau ayam
dipelihara dalam kandang panggung atau baterai. Bersihkan kandang dan cegah litter
lembab.
Selain itu, basmi inang antara seperti semut, lalat dan siput dengan insektisida. Namun,
jangan sampai insektisida mengenai ransum, air minum atau ternaknya.
Resistensi obat cacing: Resistensi tidak hanya terjadi pada mikrobia terhadap antibiotik
saja, tetapi cacing juga bisa menjadi resisten terhadap anthelmintik. Hingga saat ini
resistensi cacing yang pernah dilaporkan terjadi antara lain Oesophagostonum spp
yang menginfeksi babi resisten terhadap pyrantel dan levamisol atau cyathostomes
pada kuda resisten terhadap benzimidazol

Kasus resistensi tersebut kemungkinan besar karena penggunaan obat cacing yang
terlalu sering dalam satu tahun (5-12 kali). Meskipun penelitian tentang resistensi
cacing pada ayam belum ada, tetapi mulai saat ini kita harus melakukan pencegahan
jangan sampai resistensi tersebut terjadi.
RESISTENSI CACING
Resistensi obat terhadap cacing dapat tekan dengan cara:
Perbaikan tata laksana pemeliharaan sehingga perkembangbiakan cacing dapat
ditekan
Lakukan pemeriksaan feses secara berkala sebagai acuan perlu tidaknya ayam
diberikan obat cacing.
Berikan obat cacing sesuai dengan dosis yang direkomendasikan, jangan berlebih
maupun kurang.
Rotasi atau penggantian jenis obat cacing yang digunakan setiap 1-2 tahun. Namun
kendalanya jenis obat cacing dari golongan yang berbeda sangat terbatas. Contoh
rotasi anthelmintik ialah piperazin dengan levamisol yang sama-sama efektif mengatasi
infeksi cacing gilik.
Perhatikan kondisi lingkungan kandang terutama jika lantai lembab, mengingat bentuk
telur dan larva cacing bisa saja masih berada di sekitar kandang.
Perlu pendataan jenis obat cacing yang digunakan selama masa pemeliharaan ayam
dan memonitor efektifitas pengobatannya.

Anda mungkin juga menyukai