Bangunan Teknik Bangunan Gedung Teknik Konstruksi Bangunan Menghitung Reaksi Gaya PD Statika Bangunan
Bangunan Teknik Bangunan Gedung Teknik Konstruksi Bangunan Menghitung Reaksi Gaya PD Statika Bangunan
Statika
Bangunan.
Modul ini mengetengahkan metode-metode perhitungan mekanika
statis tertentu untuk menghitung momen gaya. Modul ini terkait dengan
modul lain yang membahas tentang : Menghitung Reaksi Gaya pada
Konstruksi
Statika,
Menghitung
Mome n
Statis
dan
Momen
Inersia,
Tim Penyusun,
ii
DISKRIPSI JUDUL
iii
iv
PRASYARAT MODUL
Matematika
DAFTAR ISI
Hal
Judul ...
Kata Pengantar .
ii
iii
iv
Prasyarat
Daftar Isi .
vi
Peristilahan (Glossary)
vii
viii
Tujuan ....
ix
Kegiatan Belajar 1
Kegiatan Belajar 2
25
Kegiatan Belajar 3
33
Kegiatan Belajar 4
42
51
52
Daftar Pustaka ..
54
vi
PERISTILAHAN / GLOSSARY
1. Av adalah reaksi vertikal pada titik tumpu A.
2. Bv adalah reaksi vertikal pada titik tumpu B.
3. Cv adalah reaksi vertikal pada titik tumpu C.
4. Ph adalah gaya harisontal dari gaya P yang miring.
5. Pv adalah gaya vertikal dari gaya P yang miring.
6. A H adalah reaksi harisontal pada titik tumpu A.
7. SFD adalah singkatan dari shearing force diagram (gambar bidang
gaya melintang).
8. BMD adalah singkatan dari bending moment diagram (gambar bidang
momen lentur).
9. ND adalah singkatan dari normal diagram (gambar bidang normal)
10. Gaya melintang adalah gaya yang bekerja tegak lurus dengan sumbu
batang.
11. Gaya normal adalah gaya yang bekerja sejajar dengan sumbu batang.
12. Momen lentur adalah momen yang bekerja pada batang yang
mengakibatkan batang melengkung.
vii
viii
TUJUAN MODUL
MENGHITUNG REAKSI GAYA PADA
KONSTRUKSI STATIKA
yang
timbul pada konstruksi balok statis tertentu yang dibebani oleh berbagai
macam pembebanan. Reaksi yang dimaksud disini adalah gayaa normal,
gaya melintang , dan momen lengkung.
ix
Kegiatan Belajar 1
Konstruksi Balok dengan Beban Terpusat dan Merata
I.
e. Tumpuan Rol
b. Tumpuan Jepit
f. Tumpuan Gesek
c. Tumpuan Bidang
g. DatarTumpuan Tali
d. Pendel
h. Tumpuan Titik
Tumpuan sendi dapat menerima gaya dari segala arah tetapi tidak
mampu menahan momen. Dengan demikian tumpuan sendi
mempunyai dua gaya reaksi.
V
H
Simbol sendi
Gambar 1
Tumpuan Rol hanya dapat menerima gaya dalam arah tegak lurus
Rol dan tidak mampu menahan momen. Jadi tumpuan Rol hanya
mempunyai satu gaya reaksi yang tegak lurus dengan Rol.
V
atau
Gambar 2
Simbol Tumpuan Rol
Tumpuan Jepit dapat menahan gaya dalam segala arah dan dapat
menahan momen. Dengan demikian tumpuan jepit mempunyai tiga
gaya reaksi.
V
H
M
Simbolnya Tumpuan Jepit
Gambar 3
2. Jenis Konstruksi
Ada dua jenis konstruksi, yaitu konstruksi statis tertentu dan
konstruksi statis tak tentu. Pada konstruksi statis tak tentu,
besarnya reaksi dan momen dapat ditentukan dengan persamaan
keseimbangan, sedang pada konstruksi statis tak tertentu tidak
cukup
diselesaikan
memermudah
dan
dengan
syarat
mempercepat
keseimbangan.
dalam
menentukan
Untuk
jenis
harus
ditentukan,
V1
V2
R=3
cocok
Gambar 4
Jadi konstruksi sendi dan rol ststis tertentu.
3. Gaya Normal dan Bidang Gaya Normal ( Normal Diagram = ND )
Gaya normal adalah gaya yang garis kerjanya berimpit atau sejajar
dengan sumbu batang.
P
P
P
P
P
Gambar 5
Bidang
gaya
normal
adalah
bidang
yang
menggambarkan
P
A
P
A
B
+
B
?
Gambar 6
Bidang gaya normal diberi tanda positif, bila gaya normal yang
bekerja adalah tarik dan diarsir tegak lurus dengan batang yang
mengalami gaya normal. Sebaliknya , bidang gaya normal diberi
tanda negatif, bila gaya normal yang bekerja tekan dan diarsir
sejajar dengan sumbu batang yang mengalami gaya normal.
Gambar 7
Bidang gaya melintang adalah bidang yang menggambarkan
besarnya gaya melintang pada setiap titik.
P
R1
R1
R2
+
Gambar 8
P
R2
P
P
P1
P2
Gambar 10
Bidang momen diberi tanda positif bila bagian bawah atau bagian
dalam yang mengalami tarikan. Bidang momen positif diarsir tegak
lurus sumbu batang yang mengalami momen ( gambar 11 ).
Gambar
11 pada bagian atas atau
Sebaliknya , bila yang mengalami
tarikan
luar bidang momen diberi tanda negatif. Bidang momen negatif
diarsir sejajar dengan sumbu batang ( gambar 10 ). Perlu
diketahui bahwa momen yang berputar ke kanan belum tentu
positif dan momen yang berputar ke kiri belum tentu negatif.
Oleh karena itu perhatikan betul betul perjanjian tanda di atas.
A. Konstruksi Balok Sederhana ( KBS )
Yang dimaksud dengan konstruksi balok sederhana adalah konstruksi
balok yang ditumpu pada dua titik tumpu yang masing masing berupa
sendi dan rol. Jenis konstruksi ini adalah statis tertentu yang dapat
diselesaikan dengan persamaan keseimbangan.
6
P = 7 kN
300
A
b=4m
a= 2m
L=6m
Av
1
SFD
w
Bv
x
2
t
Poligon Batang
H = 1,6cm
Lukisan Kutub
Yc
II
BMD
ND
Ah
Ph
Gambar 12
8
pt Ox
Ox
? ? pt ? ?rt
rt
vx
vx
Ox
pt ? ?yC (1)
AV
Demikian juga segitiga pgt ( pada poligon batang ) sebangun segitiga
Owx ( pada lukisan kutub ), maka juga diperoleh hubungan :
pt
Ox
pq
?
? pt ?
?Ox
pq wO
wO
a
pt ? ?Ox (2)
H
(1)=(2)
Ox
a
?yC ? ?Ox
AV
H
yC
a
? ? AV ?a ?H ?yC ? M ?H ?yC
AV
H
?M
P ?a
?0 ? Pv ?a ?Bv ?L ?0 ? Bv ? V
L
6,1?2
BV ?
?2,03 kN ( ke atas )
6
?M
P ?b
?0 ? Av ?L ?Pv ?b ?0 ? Av ? V
L
6,1?4
AV ?
?4,07 kN ( ke atas )
6
?G
Momen,
MA = 0 ( karena A adalah sendi, dan dapat dibuktikan dengan
perhitungan )
MB = 0 ( karena B adalah rol, dan dapat dibuktikan dengan
perhitungan )
MC = Av . 2 = 4,07 . 2 = 8,14 kNm
Penggambaran Bidang D ( Gaya melintang )
Bidang D adalah bidang yang menggambarkan gaya melintang
yang diterima konstruksi balok sepanjang bentangnya pada beban
tetap ( beban tak bergerak ). Sedang gaya melintang adalah gaya
yang bekerja tegak lurus sumbu batang.
Sebelum menggambar bidang D, terlebih dahulu buatlah garis
referensi yaitu garis mendatar sejajar sumbu balok. Pada titik A
bekerja gaya melintang sebesar A v ke atas maka lukislah garis
sebesar Av ke atas dimulai dari garis referensi. Diantara titik A dan C
tidak ada gaya melintang ( tidak ada perubahan gaya melintang ),
maka garis gaya melintangnya sejajar dengan garis referensi (
mendatar ). Pada titik C bekerja gaya melintang sebesar P v ke bawah,
maka lukislah garis ke bawah sebesar P v . Kemudian antara titik C dan
titik B tidak ada perubahan gaya melintang, maka garis gaya
melintangnya sejajar garis referensi yang berjarak ( Pv B v ) dibawah
garis referensi. Pada titik B bekerja gaya melintang sebesar Bv ke atas.
Bila konstruksi balok seimbang, maka lukisan garis sebesar Bv ini akan
tepat pada garis referensi.
Setelah selesai melukis garis gaya melintang, selanjutnya
memberi tanda bidang yang dilukis tersebut. Diberi tanda positif bila
bidang D terletak diatas garis referensi dan sebaliknya diberi tanda
negatif bila berada dibawah garis referensi. Atau dapat dilihat arah
10
+
BY
?
PY
2m
4m
Gambar 13
Dapat dibuktikan, bila konstruksi seimbang, bahwa luas bidang
D positif sama dengan luas bidang D negatif. Dalam persoalan diatas,
luas bidang D positif = A v . a dan luas bidang D negatif = Bv . b
Jadi :
Av . a
= Bv . b
4,07 . 2
= 2,03 . 4
8,14
= 8,12
A
X
X
x
Av
Bv
Gambar 14
11
2m
4m
Mc
Gambar 15
P
A
Gambar 16
Penggambaran Bidang Gaya Normal ( Bidang N )
Untuk menggambar bidang N, perlu diperhatikan letak tumpuan sendi
dan tumpuan rolnya. Tumpuan rol tidak dapat menahan gaya sejajar
dengan rolnya ( dalam hal ini rol tidak dapat menahan gaya horizontal
12
Garis Referensi
Ph
Ah
A
C
2m
4m
Gambar 17
2. KBS dengan Beben Merata
Untuk menghitung dan kem udian menggambar bidang M dan bidang D
pada pembebanan merata dapat dilakukan secara grafis dan analitis.
Pada cara grafis, beben merata di transfer menjadi beban terpusat.
Dengan adanya transfer pembebanan ini, gambar bidang M dan
bidang N akan sedikit berbeda apabila dihitung tanpa transfer beban.
Perbedaan ini tergantung pada transfernya, semakin kecil elemen
beban yang di transfer menjadi beban merata semakin teliti (
mendekati sebenarnya ) gambar bidang M dan bidang D nya. Dengan
kata lain cara grafis kurang teliti bila disbanding dengan cara analitis.
Oleh karena itu dalam pembahasan ini tidak dijelaskan cara
menghitung dan menggambar secara grafis.
Cara analitis,
o
Mencari Reaksi,
? MB = 0
A v . L ( q . L ) . 0,5L = 0
Av
= 0,5 . q . L
Av
q=2 kN/m
B
Q=q.l
Av
4m
4m
Bv
q.x
x
Dx
D=0
Av
Bv
Mx
Mmax=16 kNm
Gambar 18
merupakan
garis
lurus
dengan
kemiringan tg a = - q
Untuk x = 0
D v = DA = Av 0 = 8 kN
Untuk x = 4
D v = DC = Av q . 4 = 8 - 2 . 4 = 0
Untuk x = 8
D v = DC = Av q . 8 = 8 - 2 . 8 = -8 kN
Mx = . q . L . x - . q . x2
Untuk x = 0
Mx = MA = 0
Untuk x = 4
Mx = M C = .2.8.4 - .2.42
= 32 16 = 16 kNm
Mx = MB = .2.8.8 - .2.82 = 0
Untuk x = 8
d Mx
Dideferensialkan : ------- = Av q . x
------- = Dx
dx
dx
d. Momen Ekstrem
d Mx
Momen ekstrem terjadi pada D x = 0 atau -------- = 0
dx
Av
jadi 0 = Av q . x
.q.L
x = ----- = -------- = .L
q
q = 1 kN/m
P=5v2
450
B
D
X
a=6m
b=4m
c= 2 m
Gambar 19a
Penyelesaian :Secara analitis,
Reaksi,
SMB=0
Av . L q . a (a + b + c ) P sin a . c =0
A v . 12 1 . 6 (.6 + 4 + 2 ) - 5v2 . v2 . 2 =0
6. 9 + 5 . 2
54 + 10 64
A v =----------------=----------=------12
12
12
A v =5,33 kN ( ke atas )
SGv =0
A v + B v q . a - P sin a =0
5,33 + Bv 1 . 6 - 5v2 . v2 =0
B v = 6 + 5 5,33 = 5,67 kN ( ke atas )
SGh=0
A h + P cos a =0
A h= - P cos a = - 5v2 . v2 = - 5 kN ( ke kiri )
Gaya melintang,
D A= Av = 5,33 kN
D C= A v q . a = 5,33 1 . 6 = - 0,67 kN
D D kiri = D C = - 0,67 kN
D D kanan = A v q . a - P sin a = 5,33 6 = - 5,67 kN
Momen
MA = 0, MB = 0
MC = A V . a q . a . .a = 5,33 . 6 1 . 6 . .6
MC = 31,98 18 = 14 kN
16
x = 5,33 m
Mmax = A v .x q.x. .x
Mmax = 5,33 . 5,33 1.5,33 . . 5,33 = 14,2 kNm
17
q = 1 kN/m
P=5v2
450
X
a=6m
Ah
b=4m
c= 2 m
P cos 45 0
ND
Av
D=0
Bv
X = 5,33 m
SFD
P. sin a
+
M maks.= 14,2 kNm
Mc = 14 kNm
Gambar 19
18
BMD
MD = 11,34 kNm
M
A v ?? B (ke bawah )
L
SMA=0
-B v . L + M B =0
M
B v ? B ( ke atas )
L
Tinjauan titik x ( 0 ?x ?L )
MB
B
Av
Bv
L
Dx
Av
Bidang D
Bv
Mx
MB
Bidang M
Gambar 20
MX = Av . x
dMx
Dx =------=Av . x
dx
19
MA MB
?
?0
L
L
M ?MB
Av ? A
L
?M A ?0
M
M
- Bv .L - A ? B ?0
L
L
M ?MA
Bv ? B
L
Tinjauan pada titik x ( 0 ?x ?L )
Mx ?A v .x - M A
A vp.L -
M ?MB
Mx ? A
.x - MA
L
dM
M ?MB
Dx ? x ? A
dx
L
MA
B
Av
Bv
L
Dx
Av
Bidang D
Bv
Mx
MB
Bidang M
Gambar 21
20
b
z
Reaksi :
?M B ?0
C
x
A v .L - P.Z ?0
P.Z
M
A v ?? ??
L
L
?M A ?0
Bv
L
Dx
Av
- B v .L ?P.Z ?0
Bv
P.Z M
Bv ?
?
L
L
Tinjuan titik x ( 0 ?x ?a )
Bidang D
Mx = A v . x ?
Mckr
persamaan
garis
lurus miring
Av
dMx
D x =-------= Av
Bidang M
? persamaan
garis lurus
Gambar 22
dx
sejajar sumbu batang
untuk x = a ? MCkr = A v . a
M.a
MCkr= ? -------L
Tinjauan titik x ? a = x = L
Mx = A v . x M
M
M x ?? x ?M
L
21
Untuk x = a diperoleh :
M
M C ?? .a ?M
L
M .a ?M . L M . a ?M .(a ?b)
M C ??
?
L
L
M .a ?M .c ?M . b
M C ??
L
M .b
MC ?
L
Untuk x = L;diperoleh :
M
M B ?? .a ?M
L
M
M B ?? .L ?M
L
M B ??M ?M
M B ?0
22
1.
4 kN
9 kN
B
1,5 m
3m
25kN
1,5 m
15 kN/m
B
A
2.
1,5 m 1,5 m
3m
6 kN/m
B
A
3.
4m
4m
2m
P=200
900 N/m
.
B
A
4m
4m
M0
5.
b
23
6.
P = 10 kN
M = 22,5 kNm
B
3m
3m
M 1 = 22,5 kNm
3m
M2 = 45 kNm
7.
A
B
3m
3m
3m
C
E
P
2m
2m
4m
24
Kegiatan Belajar 2
KONSTRUKSI BALOK TERJEPIT SATU TUMPUAN D AN
KONSTRUKSI BALOK OVERSTEK (EMPERAN)
I.
B
x
- Mencari Reaksi,
SGv =0
P
A v P =0
POT. X
Av = P
Dx
Av
Bidang D
M A = - P. a
miring
Untuk x = a, Mx = MA = - P . a
Bidang M
Untuk x = 0, Mx = MB = 0
Gambar 23
25
q (kN/m
b. KBTST dengan Beban Merata
X
- Mencari Reaksi,
SGv =0
q(kN/m)
A v q =0
Av = q
POT. X
Dx
Av
( merupakan garis
lurus miring.)
Bidang D
Mx= - q . x . .x = - .q.x2
Bidang M
Gambar 24
Av
2m
1m
3m
Bv
3m
Av
Bidang
D
P2
Bv
P1
2k
N
1
P3
3k
N
2
3
YA
YD
YE
S
Poligon
Batang
II
IV
4kN
MA = -2
kNm
4
H=3 cm
III
Mc = 9
kNm
+
MD = 6
kNm
Bidang
M
Gambar 25
27
-Besarnya Reaksi :
A v = 6 dikalikan dengan skala gaya
A v = 6 . 1 = 6 kN
B v = 3 cm dikalikan dengan skala gaya
B v = 3 . 1 = 3 kN
-Besarnya Momen :
MA=H . YA . skala gaya . skala jarak
MA=3 . (-0,7) . 1 . 1 = - 2,1 kNm
MD=H . YD . 1 . 1 = 3 . 2 . 1 . 1 = 6 kNm
ME=H . YE . 1 . 1 = 3 . 3 . 1 . 1 = 9 kNm
Cara Analitis
-Mencari Reaksi :
SMA =0
?
Bv . 8 + 4 . 5 + 3 . 2 2 . 1=0
A v +Bv P 1 P 2 P 3 =0
Av =P1 + P2 + P3 Bv
Av =2 + 3 + 4 3 = 6 kN
(coba lakukan)
-Menghitung Momen :
MA= - P1 . 1 = - 2 . 1 = - 2 kNm
MD=A v . 2 P 1 . 3 = 6 . 2 2 . 3 = 6 kNm
ME=B v . 3 = 3 . 3 = 9 kNm ( dari kanan )
2.KBO Ganda dengan Beban Terbagi Merata
Diketahui Konstruksi Balok dengan overstek ganda yang dibebani
beban merata seperti gambar dibawah ini. Diminta menghitung
dan kemudian menggambar bidang M dan D secara analitis.
Penyelesaian :
28
-Mencari Reaksi,
SMB=0 ;
Av . L q ( a + L + a ). . L =0
Av = . q ( L + 2a )
dMx
?0
dx
dMx
?A v ?q.x ?q.a
dx
0 =A v q.x q.a ? q.x=A v q.a
q.x =.q ( L + 2.a ) q.a
q.x =.q.L + q.a + q.a
x = .L
Jadi letak momen maksimum pada jarak .L dari titik A.
Mmaks = A v .x - .q . x2 - .q . a 2 q.a.x
Mmaks = .q ( L + 2.a ). .L - .q (.L)2 - .q . a 2 q.a . .L
Mmaks = .L2 + .q.L.a - ..q.L 2 - .q.a 2 - .q.a.L
q.L2 q.a2
M maks ?
?
8
2
29
Q (kNm)
X
x
Av
Dx
.L
Dx
Bv
A
Bidang D
MA
Mx
MB
Mmaks.
-+
Bidang M
30
MB
MA
Mx
Mmaks.
?
+
Gambar 26
31
2 kN/m
B
A
2m
2m
Gambar 27
2. Pertanyaan seperti soal nomor satu untuk gambar 28 di bawah ini.
(Nilai maksimum 30)
10 kN
10 kN
2m
8m
2m
Gambar 28
Mo = 4 kNm
B
4m
Gambar 29
32
C
1m
KEGIATAN BELAJAR 3
Lembar Informasi
A. Tujuan Progam
Setelah selesai mengikuti kegiatan belajar 3 diharapkan siswa dapat :
1. Menghitung dan menggambar bidang D dan M pada Konstruksi
Balok dengan beban tidak langsung.
2. Menghitung dan menggambar bidang D ,M, dan N pada Konstruksi
balok yang miring.
B. Materi Belajar
1. Konstruksi Balok dengan Beban Tidak Langsung
Pada peristiwa ini beban langsung membebani balok induk, tetapi
melalui balok melintang ( balok anak) yang berada di atasnya.
Beban pertama kali membebani balok anak kemudian diteruskan
kepada balok induk. Beban yang diterima balok anak bergantung
pada jauh dekatnya secara relatif dengan balok anak disebelahnya
yang sama-sama mena han beban. Sebagai contoh pada gambar
34, gaya P ditahan oleh balok anak 1 dan 2 yang masing -masing
jaraknya a dan b, maka besar beban yang diterima balok anak 1
adalah P1 =
P2 =
P ?b
dan beban yang diterima balok anak 2 adalah
?a ?b ?
P ?a
?a ?b ?
2
a
P1
Gambar 34
33
P2
Bila pada suatu balok induk memiliki beberapa balok, anak, maka
pelimpahan beban dari balok anak disesuaikan dengan letak dan
besar bebannya. Seperti terlihat pada gambar 35, beban F1 berasal
dari sebagian P1, beban F2 sebagian berasal dari P1 dan P2, beban
F 3 berasal dari sebagian P2 dan P3, beban F4 sebagian berasal
dari P 3 dan P4, dan beban F5 berasal sebagian dari P 4.
P1
F1
P2
F2
P3
F3
P4
F4
F5
Gambar 35
Contoh Perhitungan Balok yang dibebani tidak langsung.
Ada dua cara dalam menghitung dan menggambar bidang D dan M
pada balok yang dibebani tidak langsung yaitu : (1) Dengan
menganggap beban langsung kemudian gambar bdang D dan M
dikoreksi, tetapi untuk perhitungan reaksi tumpuan tidak ada
koreksi. (2) Dengan melimpahkan beban ke balok anak dulu
kemudian dihitung berdasarkan beban yang telah dilimpahkan
pada balok anak tersebut.
34
P1
q=1,5kN/m
P2
0,5m
0,5m
2m
2m
2m
2m
2m
Gambar 36
Penyelesaian :
Cara 1, menganggap beban langsung.
Besarnya reaksi tumpuan tidak terpengaruh oleh anggapan ini.
Yang terpengaruh adalah besarnya gaya melintang dan besarnya
gaya momen. Besarnya momen dapat dikoreksi dengan mudah,
yaitu dengan memenggal gambar bidang M diantara dua balok
melintang ( lihat gambar 37 ). Sedang gambar bidang D, tidak ada
kepastian karena tergantung letak bebannya. Oleh karena itu lebih
baik gambar bidang D digambar berdasarkan beban yang telah
dilimpahkan (tanpa anggapan beban langsung ). Jadi cara ini
hanya untuk mempercepat perhitungan dan penggambaran bidang
momen.
Menghitung Reaksi,
? MB = 0
A v .10 (1,5.4).8 7.3,5 3,5.0,5=0
36
P3
q=1,5kN/m
P4
0,5m
A
C
Av
2m
PA
D
2m
Pc
E 0,5m
2m
2m
PE
PD
F
2m
PF
Bv
PB
Pelimpahan Beban
PA=1,5kN
Av=7,425 kN
P c=3 kN
Bv=9,075 kN
P D=1,5 kN
PB =2,65 kN
Bidang D
PE=5,25 kN
P F=2,65 kN
Mc
MD
Bidang M
Gambar 37
37
ME
MF
A v .8 q.6.5 P.1 =0
1,5.6.5 ?2.1 45 ?2 47
Av ?
?
?
8
8
8
A v ?5,9kN (ke atas)
?Gv =0 ?
Av q.6 P + B v =0
Bv =q.6 + P Av = 1,5 . 6 + 2 5,9
Bv =11 5,9 = 5,1 kN (ke atas)
38
Pada titik A,
D A = Av . cos 300 =5,9 . cos 300 = 5,11 kN
NA
DA
Pada titik C,
D c = -Cv . cos 300 =- 3,1, . cos 30 0 = -2,68 kN
Nc = Cv . sin 300 = 3,1 . sin 300 = 1,55 kN
Nc
`
Dc
Pada titik D
D D kanan = -Dv . cos 30 0 =- 5,1, . cos 300 = -4,42 kN
ND kanan= Dv . sin 300 = 5,1 . sin 300 = 2,55 kN
NDkanan
Pada titik B
DDkanan
B
DB
MB = 0
39
P = 7 kN
B
D
Q = 1,5 kN/m mendatar
Bv
300
Av
6m
1m
1m
Av
Bv
Bidang Gaya Vertikal
x = 3,93
DB = -4,42 kN
NB =2,55 kN
DA=5,11 kN
+
Bidang D
N=0
NA=-2,45 kNm
MD=5,1kNm
Mc=8,2
kNm
Bidang M
Gambar 38
40
II
Lembar Latihan
1. Hitung kemudian gambar bidang D dan M pada konstruksi balok yang
dibebani tidak langsung seperti gambar 39 di bawah ini (satuan dalam
meter). Nilai hasil perhitungan benar 70, nilai gambar benar 30.
P3=40kN
P1= 90 kN
1m
P2 =60 kN
q = 20kN/m
2m
L = 6 .x 3 m
Gambar 39
41
Kegiatan Belajar 4
BALOK GERBER
I
Lembar Informasi
A. Tujuan Program
Setelah selesai kegiatan belajar 4 diharapkan siswa dapat:
1. Menghitung dan kemudian menggambar bidang D dan M pada
balok Gerber.
2. Menentukan jarak sendi tambahan dengan tumpuan terdekat agar
diperoleh harga momen maksimum dan minimum sama.
B. Waktu
9 jam (3 jam kegiatan belajar, 6 jam latihan)
C. Materi Belajar
1. Pendahuluan
Konstruksi Balok yang ditumpu oleh lebih dari dua tumpuan
merupakan konstruksi statis tak tertentu. Pada konstruksi statis tak
tertentu, besarnya reaksi tidak cukup dihitung dengan persamaan
keseimbangan,
tetapi
memerlukan
persamaan
lain
untuk
S2
S1
S1
S2
S1
S2
S3
Gambar 42
2. Balok Gerber dengan Beban Terpusat
Dalam uraian ini sekaligus sebagai contoh perhitungan. Balok
Gerber dengan beban terpusat seperti gambar 43 akan dihitung
dan digambar bidang D dan M.
Cara Grafis,
Langkah langkah lukisan :
1.
2.
3.
Lukis gaya P1, dan P2 dengan skala diatas, dan tentukan titik
kutub O dengan jarak H, misal H = 2 cm
4.
5.
6.
Lukis gaya P1, dan P2 dengan skala diatas, dan tentukan titik
kutub O dengan jarak H, misal H = 2 cm.
7.
8.
Lukis garis I, II, dan III pada perpanjangan garis kerja diatas,
dimana masing masing sejajar dengan garis 1, 2, dan 3.
9.
44
4kN
3kN
0,5m
Sendi S
Av
Bv
1m
1,5m
Cv
2m
2m
S1
4kN
2
S2
S1
Poligon Gaya
S2
III
3
3kN
II
H=2cm
2,4kN
3,3kN
+
1,3kN
3kN
4kN
Bidang D
Bidang M
M B==-0,8kNm
ME=2,4kNm
M D==2,4kNm
+
Gambar 43
Av . 2,5 P 1 . 1,5 = 0
AV =
SMA=0
4 ?1,5
?2,4 kN
2,5
-RS . 2,5 + P 1 . 1 = 0
RS =
4 ?1
?1,6 kN
2 ,5
Bagian SBEC
SMB=0
-C v .4 + P 2.2 RS .0,5 = 0
CV =
SMB=0
3 ?2 ?1,6 ?0,5
?1,3 kN
4
Bv .4 RS.4,5 P 2.2 = 0
BV =
1,6 ?4,5 ?3 ?2
?3,3 kN
4
Momen,
MD= A v . 1 = 2,4 . 1 = 2,4 kNm
;M E = Cv . 2 = 1,3 . 2 = 2,6kNm
46
B
a Bv
Cv
L=4m
L=4m
Rs
1,6568kN
Bidang D
-_
1,6568kN
M min.=1,3725 kNm
M maks=1,3725kN
m
M maks=1,3725 .kNm
Bidang M
+
Gambar 44
A v =RS= .q.(L a)
Bagian SBC
SMB = 0
-C v . L + q.{ L + a }{ ( L + a ) a } RS.a=0
47
Cv
Cv
Cv
Cv
SGv = 0
Bv + Cv RS q.( L + a )=0
Bv = - .q.(L a) +.q.(L a) + q.(L a)
Bv = q.(L a)
Momen,
Bagian AS,
Mmaks= - 1 /8 q.(L a )2
Bagian SBC,
Mmin= RS.a -.q.a2 = .q.(L a).a + .q.a 2
Mmin= .q.L.a - .q.a 2 + .q.a 2 =.q.L.a
Pada lapangan BC, Mmaks terjadi pada D=0. Misal D=0 terjadi pada
jarak x m dari C, maka :
M maks=Cv .x q.x. .x
D x =Cv q.x
0 = C v q.x
1 .q.( L ?a)
Cv
x?
? 2
?1 .( L ?a)
2
q
q
Mmaks
/8 q.(L a)2
L2 2.L.a + a2
= .q.L.a
= 4.L.a
48
a2 6.L.a + L2
=0
Mmin
= - RS . a - .q.a2
= - 1,3725 tm ( = MB )
Jadi dari hitungan diatas terbukti bahwa momen positif
2kN
3kN
q=1kN/m
E
2m
2m
q=1,5kN/m
B
3m
2kN
G S2
S1
1m
2m
Gambar 45
50
1m
I
3m
D
3m
LEMBAR EVALUASI
Waktu : 2 jam
Hitung kemudian gambar bidang N, D, dan M, pada konstruksi miring yang
dibebani seperti gambar 46 di bawah ini. Nilai hasil perhitungan 70 dan dan
nilai gambar benar 30.
P = 10 kN
Q = 2 kN/m
mendatar
0,5 m
C
30o
A
10 m
2m
Gambar 46
51
KUNCI JAWABAN
A. Kegiatan Belajar 1
1. Av = 6,5 kN; Bv = 6,75 kN; MC = 9,375 kNm; MD = 10,125
kNm
2. Av = 30 kN; Bv = 40 kN; MC = 45 kNm; MD = 52,5 kNm; Mmax
= 53,2 kNm
3. Av = 9,6 kN; 14,4 kN; MC = 38,4 kNm; MD = 28,8 kNm; Mmax
= 46,08 kNm
B. Kegiatan Belajar 2
1. Av = 4 kN; M A = -12 kNm; MC = - 4 kNm
2. Av = Bv = 10 kN; MA = - 20 kNm; MB = -20 kNm
3. Av = -1,25 kN; Bv = 10,25 kN; MB = -9 kNm; MA = 4 kNm
C. Kegiatan Belajar 3
1. Av =188,33 kN; Bv = 181,67 kN; MC = 474,99 kNm; MD =
709,98 kNm; ME = 824,97 kNm; MF = 729,96 kNm; MG =
365,01 kNm
D. Kegiatan Belajar 4
1. Av = 1,86 kN; Bv = 5,84 kN; Cv = 5,625 kN; Dv = 2,875 kN;
ME = 3,75 kNm; MF = 3,44 kNm; MB = -1,5 kNm; MG = 2
kNm; MH = -1 kNm; MC = -3 kNm; MI = 1,875 kNm; Mmax =
2,755 kNm
52
53
DAFTAR PUSTAKA
Arief Darmail dan Ichwan, 1979, Ilmu Gaya Sipil I, Jakarta : Direktorat PMK,
Depdikbud.
____________________, 1979, Ilmu Gaya Sipil 2, Jakarta : Direktorat PMK,
Depdikbud.
Bustam Husin, 1989, Mekanika Teknik Statis Tertentu, Jakarta : Asona.
Departemen Pekerjaan Umum, Ditjen Cipta Karya, Direktorat Penyelidikan
Masalah
Bangunan,
Pembebanan
Indonesia
1983,
untuk
Peraturan
Gedung,
54
Tingkat II
Tingkat III
BAG-TKB.004.A
BAG-TKB.004.A-85
BAG-TKB.004.A-86
BAG-TKB.004.A-87
BAG-TKB.004.A-88
BAG-TKB.004.A-89
BAG-TKB.010.A
BAG-TKB.010.A-105
BAG-TGB.001.A-04
BAG-TGB.001.A-05
BAG-TGB.001.A-06
BAG-TGB.001.A-07
BAG-TKB.005.A
BAG-TKB.005.A-90
BAG-TKB.010.A-108
BAG-TKB.005.A-91
BAG-TKB.011.A
BAG-TKB.011.A-109
BAG-TSP.001.A
BAG-TSP.001.A-32
BAG-TKB.005.A-92
BAG-TKB.011.A-110
BAG-TKB.005.A-93
BAG-TKB.011.A-111
BAG-TKB.005.A-94
BAG-TKB.011.A-112
BAG-TKB.006.A
BAG-TKB.006.A-95
BAG-TKB.011.A-113
BAG-TGB.001.A-02
BAG-TGB.001.A-03
BAG-TKB.001.A
BAG-TKB.001.A-71
BAG-TKB.001.A-72
BAG-TKB.001.A-73
BAG-TKB.001.A-74
BAG-TKB.001.A-75
BAG-TKB.001.A-76
BAG-TKB.010.A-106
BAG-TKB.010.A-107
BAG-TKB.011.A-114
BAG-TKB.006.A-96
BAG-TKB.011.A-115
BAG-TKB.002.A
BAG-TKB.002.A-77
BAG-TKB.002.A-78
BAG-TKB.007.A
BAG-TKB.007.A-97
BAG-TKB.007.A-98
BAG-TKB.007.A-99
BAG-TKB.007.A-100
BAG-TKB.002.A-79
BAG-TKB.002.A-80
BAG-TKB.008.A
BAG-TKB.008.A-101
BAG-TKB.002.A-81
BAG-TKB.008.A-102
BAG-TKB.003.A
BAG-TKB.003.A-82
BAG-TKB.009.A
BAG-TKB.009.A-103
BAG-TKB.003.A-83
BAG-TKB.009.A-104
BAG-TKB.011.A-116
BAG-TKB.011.A-117
BAG-TKB.012.A
BAG-TKB.012.A-118
BAG-TKB.012.A-119
BAG-TKB.012.A-120
BAG-TKB.013.A
BAG-TKB.013.A-121
BAG-TKB.013.A-122
BAG-TKB.003.A-84
BAG-TKB.013.A-123
Keterangan :
BAG
: Bidang Keahlian Teknik Bangunan
TGB
: Program Keahlian Teknik Gambar
Bangunan
TSP
: Program Teknik Survai dan Pemetaan
TKB
: Program Keahlian Teknik Konstruksi
Bangunan
TPK
: Program Teknik Perkayuan
TPS
: Program Teknik Plambing dan Sanitasi
: Modul yang dibuat
iv
BAG-TKB.013.A-124
BAG-TKB.014.A
BAG-TKB.014.A-125
BAG-TKB.014.A-126
BAG-TKB.014.A-127
BAG-TKB.014.A-128