Anda di halaman 1dari 8

BAB IX

EDUKASI KESEHATAN GIGI


A. PENDAHULUAN
Pendidikan Kesehatan Gigi (PKG) merupakan bagian dan Pendidikan
Kesehatan. Juga merupakan salah satu program kesehatan gigi di dalam usaha
pelayanan pencegahan; dengan maksud meningkatkan kesehatan gigi. Pembenan
Pendidikan Kesehatan gigi dilakukan oleh tenaga kesehatan/kesehatan gigi; untuk
sekolah-sekolah dasar terutama dilakukan oleh pengatur rawat gigi, sebab lebih
efektif.
Broadly

mengatakan,

obyektivitas

pendidikannya

meliputi

pendidikan

kesehatan gigi dan mulut, termasuk di dalamnya adalah:


1. memberi pelajaran prinsip-prinsip kesehatan mulut, seperti yang mereka
lakukan pada masyarakat menurut kelompok umur.
2. Untuk

motivasi

individu-individu

guna

mempelajari

prinsip-prinsip

dan

meneruskan di dalam pemakaiannya sampai menjadi kebiasaan, yaitu dalam


hal pemeliharaan kesehatan mulut.
3. Untuk menciptakan dan memberikan pengertian serta penghargaan bermacammacam bentuk perawatan gigi dan untuk mengembangkan penerimaan sikap
didalam segala bentuk perawatan gigi.
4. Untuk menciptakan dan membenkan pengertian serta menghargai usaha usaha
pencegahan yang digunakan untuk memperbaiki kesehatan gigi masyarakat.
5. Untuk mendapatkan kesehatan mulut masyarakat yang maksimum.
Pendidikan

kesehatan

gigi,

lebih

jauh

dan

pada

suatu

usaha

menyebarluaskan informasi dan pendidik kepada pendengar. Ini merupakan suatu


proses yang komplek yang saling mempengaruhi, dengan tujuan/harapan yang
utama adalah adanya perubahan sikap dan kemudian perubahan pola kebiasaan
dalam kesehatan gigi. Dalam hal ini seringkali dokter gigi/edukator menghadapi
hal-hal yang tak menyenangkan/ menguntungkan, yaitu adanya hambatan.
Misalnya sikap masyarakat yang menganggap bahwa kerusakan gigi itu bukan
merupakan penyakit tetapi merupakan kenyataan hidup (Dunning, 1986),
perawatan hanya membuang waktu dan membosankan. Dan sikap mi maka
dikatakan, bila dokter gigi berbicara (memberikan Pendidikan Kesehatan Gigi) dia
dikatakan tidak bekerja.

Universitas Gadjah Mada

Dalam pengumpulan bahan-bahan pendidikan perlulah adanya kerja sama


antara bermacam-macam keahlian, misalnya antara dokter gigt, ahli-ahli Iainnya
dengan mengikutsertakan para pendidik dan masyarakat. Hasilnya akan membawa
manfaat yang lebih besar. Dalam menggerakkan masyanakat untuk ikut aktif dalam
pelaksanaan pendidikan kesehatan gigi diperlukan alat peraga yang efektif. Pada
dasarnya agar dipergunakan alat-alat yang dapat dilihat, didengar dan kalau dapat
bisa diraba oleh masyarakat (audio-visual).
B. DEFINISI-DEFINISI
Pendidikan Kesehatan Gigi merupakan bagian dan Pendidikan Kesehatan.
Beberapa ahli memberikan definisi atau batasan Pendidikan Kesehatan sebagai
berikut:
1. Dr. Ruth E. Grout mengatakan bahwa Pendidikan Kesehatan adalah: the
translation of what is known about health into desirable individual and
community behaviour patterns by means of the educational process
2. Dr. Thomas Wood (1926, cit Dunning, 1986)), memberikan definisi pendidikan
kesehatan sebagai: the sum of all experiences which favourably influence
habits, attitudes and knowledge related to individual and community health .
3. Young dan Striffer mengatakan mengatakan: the provision of dental health
information to people in such a way they apply it in everyday living
Dari definisi-definisi tersebut di atas, maka jelaslah bahwa melalui Pendidikan
Kesehatan/Kesehatan

Gigi

akan

dicapai

sesuatu

hal

di

dalam

kesehatan/kesehatan gigi. Pendidikan sendiri, oleh Ruskin (cit. Sriyono, 1975)


diartikan sebagai: educational is not knowing more, but for behaving d4fferently.
Jadi yang penting ialah adanya behaving differently atau adanya perubahan
perilaku. Dengan demikian diharapkan dan pendidikan tadi yaitu adanya pola
tingkah laku baru yang berbeda dengan pola tingkah laku yang lama. Penerima
pendidikan tidak langsung merubah tingkah lakunya, tetapi melalui suatu proses
yang bertahap, disebut belajar. Proses belajar ini berlangsung bertahap, seperti
digambarkan dibawah ini:

Universitas Gadjah Mada

C. MOTIVASI
Salah satu tujuan yang utama Pendidikan Kesehatan Gigi ialah adanya
perubahan pola tingkah laku (behaviour, attitude) individu atau masyarakat. Sangat
tidak mudah untuk merubah pola tingkah laku ini, misalnya kebiasaan makan dan
kegiatan oral hygiene individu/penduduk. Kecuali jika sudah diketahui motivasi
yang kuat untuk hal itu. Motivasi yang diminta oleh hampir semua penduduk,
menurut Bunting adalah:
1. Pemeliharaan atau improving appearance (peningkatan penampilan)
2. Mengurangi rasa sakit atau rasa tidak enak waktu dilakukan perawatan gigi.
3. Supaya dapat dengan enak mengunyah makanan.
4. Saving money (menghemat biaya) melalui biaya perawatan gigi yang rendah.
Untuk memotivasi penduduk agar mau melakukan apa-apa yang telah
diberikan

dalam

Pendidikan

Kesehatan

Gigi,

dapat

memanfaatkan emosi manusia, misalnya:


1. adanya kebanggaan akan rupa yang menarik
2. adanya rasa takut akan rasa sakit dan menderita sakit
3. adanya keinginan untuk mengunyah yang enak dan efisien.

Universitas Gadjah Mada

dilakukan

dengan

D. METODOLOGI
Metodologi untuk Pendidikan Kesehatan Gigi dapat diartikan sebagai:
perpaduan antara seni dan ilmu pengetahuan untuk memilih dan mempraktekkan
cara-cara pendidikan yang efektif dan menarik perhatian, dalam usaha untuk
mempertinggi nilai pelaksanaan kesehatan gigi.
Ada beberapa prinsip dasar yang membantu seseorang dalam memilih dan
mempergunakan alat-alat pendidikan yang menimbulkan pengertian yang baik,
yaitu:
1. tidak ada suatu pengalaman atau rencanapun yang dapat berdiri sendiri untuk
merubah kebiasaan yang salah dalam bidang kesehatan
2. Tekanan haruslah ditujukan untuk motivasi pemeliharaan kesehatan yang baik.
Meskipun pengetahuan mempunyai peranan yang penting dalam pemahaman
kebiasaan yang tepat, hal itu hanya merupakan kepentingan akademis saja,
bila dia tidak menyebabkan kemajuan dalam pemeliharaan kesehatan gigi
3. Prinsip ketiga yang harus diingat ialah bahwa latihan atau petunjuk dalam
kesehatan gigi haruslah mudah untuk dipahami dan mengandung arti yang
dalam
4. Besar sekali manfaatnya untuk meminta dan masyarakat, apakah sebenarnya
kebutuhan dan perhatian dan individu.
E. EDUKATOR
a. Persyaratan educator
Agar supaya Pendidikan Kesehatan Gigi dapat mencapai sasaran, maka
seorang edukator harus mengetahui dan menguasai berbagai hal. Edukator
harus mengetahui perhatian dan kebutuhan yang paling utama untuk individu,
yang oleh Turners adalah sebagai berikut:
1. keinginan untuk mempunyai daya penarik bagi umum
2. Keinginan untuk merasa sehat
3. Kebutuhan akan jaminan sosial dan keuangan
4. Kepuasan dalam keinginan untuk mengetahui segala sesuatu (satisfaction
and curiosity)
Selain itu, Dr. Grout mengatakan, ada 3 hal pokok yang harus
diketahui/dikuasai didalam

Pendidikan KesehatanfKesehatan Gigi, yaitu

seorang edukator harus menguasai/ mengetahui:


1. the basic health concepts (konsep-konsep dasar sehat)

Universitas Gadjah Mada

2. keinginan individu dan pola tingkah laku masyarakat


3. proses pendidikan (diartikanjuga cara-cara pendidikan)
Selanjutnya, ada syarat dasar yang seringkali diabaikan ialah kekhususan
dan kerjasama antara keahlian (specfiiy and integrity). Spesifitas sangat
penting, dalam usaha untuk merubah kebiasaan yang salah dalam bidang
kesehatan gigi, dan kurang membawa hasil bila dilaksanakan bersama-sama
Pendidikan dalam bidang lainnya. Jadi, keinginan untuk sehat, motivasinya,
dan perubahan pola tingkah laku, harus selalu dicamkan di pikiran edukator.
b. Hambatan
Juga merupakan problema edukator, ialah adanya barier/hambatan
antara edukator dengan pendengamya, antara lain ialah:
1. Perbedaan di dalam pengertian istilah-istilah ilmiah oleh orang-orang yang
tidak berpendidikan.
2. Adanya adat istiadat dan kebudayaan suku/bangsa yang bertentangan
dengan kesehatan gigi, misalnya pangur.
3. Kesulitan bahasa dan buta huruf.
4. Takut rasa sakit dan adanya perlukaan
5. Pelayanan administratif yang buruk dan kurangnya perhatian terahdap
pasien.
6. Kemiskinan.
c. Peranan edukator
Setiap tenaga kesehatan gigi haruslah mampu menjalankan dua peranan
dalam memberi pendidikan Kesehatan Gigi, yaitu:
1. peranan ekspresif.
Tenaga kesehatan gigi mengusahakan agar dalam mental si
penerima pendidikan kesehatan gigi, timbul pola pemikiran-pemikiran yang
berciri problem solving, berarti bahwa dengan menjalankan peranan
ekspresif, maka tenaga kesehatan gigi mengusahakan agar si penerima
pendidikan kesehatan gigi menjadi sadar dan timbul perhatiannya tentang
sesuatu yang perlu dipersoalkan. Kemudian akan timbul perasaan tidak
puas yang akan disusul dengan adanya keinginan dan keyakinan bahwa
harus dicari jalan keluar untuk mengatasi persolaan yang disadari.

Universitas Gadjah Mada

2. peranan instrumental atau informatif


Dalam menjalankan peranan ini, tenaga kesehatan gigi memberi
informasi dan bimbingan agar si penerima pendidikan kesehatan gigi
mengetahui bagaimana ia bias mengatasi problemanya. Sampai saat ini
peranan yang dijalankan untuk sebagian besar r edukator adalah peranan
instrumental dengan memberikan informasi saja (one way communication).
F. METODE
Pendidikan Kesehatan Gigi dapat dilakukan dengan berbagai cara atau
metode dan dapat diberikan kepada baik individu (perorangan) maupun kelompok
1. Pemberian Pendidikan Kesehatan Gigi
Pemberian PKG dapat pada:
a. Perorangan
Metode ini biasanya dilakukan di ruang praktek. Wissan dan Goebel
mencatat bahwa 90% individu mendapatkan Pendidikan Kesehatan Gigi
dari cara ini. Disini karena dibutuhkan spesialisasi ilmu pengetahuan, maka
lebih baik dilakukan oleh tenaga terdidik, misalnya dokter gigi atau perawat
gigi
b. Kelompok
Ada yang membagi masyarakat dalam:
1. kelompok masyarakat yang berpendidikan
2. kelompok masyarakat yang tidaak berpendidikan
3. kelompok masyarakat yang campuran keduanya
Materi dan metode yang digunakan hams disesuaikan menurut
kelompok tadi.
Dunning (1986) membagi kelompok-kelompok masyarakat yang akan
diberi PKG, berdasarkan keadaan sosial masyarakat dan karakter psikologi
dan umur yang berbeda beda. Selanjutnya Dunning membagi dalam 3
kelompok besar dan kelompok-kelompok kecil, ialah:
I.

Kelompok anak sekolah


1. Kelompok anak sekolah dasar
a. Kelas 1
diajarkan supaya mulut tetap bersih, dengan menggosok gigi
dan kumurkumur. Terhadap orang tua murid, tekankan
ptingnya gigi susu.

Universitas Gadjah Mada

b. Kelas2 4
Pelajarkanlah:
pentingnya pemeliharaan gigi seawal mungkin
pentingnya berkunjung ke dokter gigi secara berkala
pentingnya menjaga gigi supaya tetap bersih
pentingnya diet gula dan kumur-kumur sesudah makan
c. Kelas4 - 6
Diajarkan pentingnya hubungan kesehatan gigi dan kesehatan
seluruh badan. Juga struktur gigi dan cara-cara menggosok
gigi. Berikanlah secara lebih mendalam tentang bahayanya
penyakit gigi, serta pentingnya perawatan gigi, menjaga
kebersihan mulut dan diet
2. Kelompok anak sekolah lanjutan.
a. Kelas 7 9 (setara dengan SLTP disini).
Sering disebut kelompok UMUR ILMIAH.
Diajarkan:

pembentukan

gigi,

pentingnya

pencegahan,

fluoridasi, nutrisi terutama diet. Titik berat thpat diberikan pada


perawaataan gigi dan pencegahan penyakit periodontal
b. Kelompok Kelas 10 13 (setara dengan SLTA)
Tunjukkan data-data yang nyata tentang kesehatan gigi.
Diajarkan: sebabsebab sakit gigi secara ilmiah, juga penyakit
periodontal dan kanker mulut. Tekankan pentingnya sikap
terhadap perawatan gigi tetap dan nutrisi, terutama waktu
hamil, juga bagaimana perkembangan gigi pada embrio dan
pentingnya pada kehidupan yang lebih lanjut
II. Adult group
Sasaran utama ialah ibu-ibu yang mempunyai bayi dan para calon ibu,
yang membutuhkan informasi kesehatan gigi. Termasuk disini kelompok
pekerja industri. Pendidikan Kesehatan merupakan salah satu dari 10
program utama perusahaan.

Universitas Gadjah Mada

III. Kelompok persatuan antara wali murid dan guru.


Disini, pertanyaan mengenai kesehatan gigi anak-anaknya, merupakan
daya tank yang utama. Pendidikan Kesehatan gigi pada kelompok ini
jarang mendapatkan hambatan. Sebaiknya dilakukan secara berkala.
2. Pendidikan Kesehatan Gigi dapat dilakukan secara:
a. one way traffic/one way matter.
Misalnya:
Ceramah, tetapi tanpa tanya jawab
Mass media
Journal
Ceramah di RRI/TV, film, slide
b. two ways traffic/double way mater
pada jaman sekarang, maka apa yang dikatakan one way traffic dapat
dijadikan double way matter.
Contohnya:
Ceramah, biasanya sekarang diikuti tanya jawab
Majalah, surat kabar, journal, sekarang diikuti pembenan kesempatan
tanyajawab.
Begitu pula RRI, TVRI, diadakan dialog interaktif, kecuali film.
Tidak seluruh Pendidikan Kesehatan Gigi dapat ditangkap/dicamkan oleh para
penerima pendidikan. Menurut dr. Parmono Achmad, MPH prosentase yang diterima
individu dari:
membaca

= 10%

mendengar

= 20%

melihat

= 30%

Jika menerima pendidikan kesehatan gigi melalui membaca, mendengar dan


melihat, prosentase penenimaan ialah 60%. Dengan demikian, dalam memberikan
PKG, dianjurkan memakai alat bantu yang dapat dilihat, didengar dan diraba, sehingga
PKG lebih efektif.

Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai