Anda di halaman 1dari 14

Empat Syarat Menegakan Islam [Iqomatuddin]

PKS Bangunta

Islam tidak mungkin tegak tanpa dakwah dan perjuangan. Sedang dakwah dan perjuangan tidak bisa
menghasilkan keberkahan dan hasil yang gemilang kecuali memiliki empat syarat. Keempat syarat
tersebut disebutkan Allah Taala dalam firman-Nya: Maka tetaplah kamu pada jalan benar, sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat bersama kamu dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu
cenderung kepada orang-orang yang zhalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekalikali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan
diberi pertolongan. (QS. Huud: 111-112)
Keempat syarat tersebut adalah:
Pertama, Al Minhaj
Al Minhaj yaitu prinsip-prinsip (mabaadi`) dan ajaran-ajaran (taaaliim) yang harus dipegang dan
dijalankan secara konsekuen. Jadi, minhaj adalah agama dan syariat Allah Taala. Allah Jalla Jalaaluhu
memerintahkan Nabi Shallallaahu Alaihi wa Sallam dan para Shahabat Radhiyallaahu Anhum untuk
iltizaam (komitmen) pada syariah secara benar sebagaimana yang diperintahkan.
Umar Bin Al Khaththab Radhiyallaahu Anhu berkata, Hendaknya kamu istiqamah atas perintah dan
larangan. Dan janganlah kamu menjalankan tipudaya padanya sebagaimana tipudaya musang.
Kesimpulan tersebut diambil dari firman Allah Taala: Maka tetaplah kamu pada jalan benar,
sebagaimana diperintahkan.
Kedua, Al Imam
Al Imam, yaitu pemimpin para duat dan orang-orang yang berjuang untuk menegakkan agama Allah.
Imam atau qiyadah haruslah orang yang faqih tentang agama dan syariat Allah Taala serta istiqamah di
atasnya. Kalau imam atau qiyadah jahil tentang agama dan syariat Allah maka sudah pasti dia akan
memperdayakan Allah dan rasul-Nya. Dia akan melakukan talfiiq dan takhriij yang bathil. Sehingga yang
bathil tampak haq; yang bidah terkesan sunnah; dan yang inhiraaf dipandang istiqamah. Salah satu
persoalan besar gerakan dakwah hari ini adalah munculnya imam atau qiyadah yang jauh dari petunjuk
Allah dan rasul-Nya serta tidak istiqamah menjalankan perintah dan larangan.
Kesimpulan ini juga diambil dari firman Allah Taala: Maka tetaplah kamu pada jalan benar,
sebagaimana diperintahkan.
Ketiga, Al Jamaah
Al Jamaah yaitu sekelompok kaum Mukminin yang dipersatukan dalam dakwah, cita-cita menegakkan
agama, menegakkan tauhid, dan mengimplementasikan syariat terutama perintah shalat dan zakat.
Kesimpulan ini diambil dari firman Allah Taala: dan (juga) orang yang telah taubat bersama kamu.Dalam
ayat tersebut jelas bahwa jamaah harus berisikan orang yang telah taubat. Dengan kata lain mereka

bukan sembarang orang; bukan orang jalanan; bukan oang fajir, fasik, dan zhalim; bukan penipu-penipu
yang menjual agama demi mendapatkan kenikmatan dunia; dan pelaku-pelaku khurafat dan syirik.
Keempat, Ath Thariiqah Ash Shahihah (Jalan yang Benar)
Ath Thariiqah Ash Shahihah yaitu melaksanakan agama dan syariat secara benar dan tepat tanpa jangan
kamu melampaui batas dan jangan kamu cenderung kepada orang-orang yang zhalim.
Demikian itu untuk menjamin keistiqamahan diatas perintah Allah Taala dalam dakwah
dan tathbiiq(implementasi). Jadi, jalan pertengahan dan moderat yang tidak ada ghuluw (berlebihan)
dan tarakh-khus(mengampangkan) serta ifraath (ekstim) dan tafriith (ceroboh) adalah jalan Islam yang
sebenarnya.
Al-Qur`an telah mengungkapkannya dengan beberapa uslub sebagaimana pada Al-Baqarah 142 dan AlFurqaan 68. Dan apabila surat Huud merupakan surat Makkiyyah yang mana diturunkan dalam
faseta`siis (pembentukan) jamaah kaum Mukminin dan masa ta`shiil pokok-pokok iman dan pilar-pilar
syariah, Allah Taala memerintahkan kaum Mukminin untuk iltizaam dan istiqamah serta melarang
perbuatan melampaui batas dan cenderung kepada kaum Musyrikin dan pelaku maksiat, sedang
dalam masa memiliki negara dan kekuasaan Allah Taala juga tidak mengizinkan meninggalkan semua
itu, maka menjadi jelas bahwa ketetapan-ketetapan tersebut wajib dijanlankan dan tidak boleh ditawartawar sampai hari kiamat kelak. Dan melakukan tipu muslihat rubah adalah pagkal dari penyimpangan,
kesesatan, dan hilangnya pertoloangan Allah Jalla Jalaaluhu.
Syaikh Mutawalli Asy Syarawiy dalam tafsirnya mengatakan: Kehancuran dunia adalah disebabkan
cenderung kepada orang-orang yang zhalim. Karena cenderung kepada mereka berarti semakin
mendorong mereka bertahan dalam kezhaliman dan melipatgandakan kezhalimannya.
8http://www.hasanalbanna.com/empat-syarat-dalam-menegakkan-islam-iqamatud-din/
---------------------------------------------------------------------------------Dikabarkan oleh PKS Banguntapan untuk Indonesia
Bagi pengguna Android, dapatkan Web Launcher kami
di https://play.google.com/store/apps/details?id=com.wPKSBanguntapan

http://www.pksbanguntapan.com/2013/02/empat-syarat-menegakan-islam-iqomatuddin.html

TAZKIYATUN NAFS

IQOMATUDDIN SAMPAI AKHIR HAYAT


24 MEI 2010 ATTAZKIYAH 2 KOMENTAR

1 VOTES

Ikhwah fillah.
Ada sebuah ibadah yang tidak banyak disadari oleh sebagian besar kaum muslimin. Ibadah yang
pernah Alloh taala amanahkan kepada Nab0-nabiNya, Ibadah yang pernah Alloh taala
tawarkan kepada langit dan bumi, namun karena bebannya begitu berat , langit, bumi dan
gunung-gunung menolak untuk melaksanakannya. Alloh taala menjelaskan ibadah tersebut
dalam firmanNya :

Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang ad-dien apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada
Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah ad dien dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik dien yang kamu seru mereka kepadanya.
Allah memilih untuk ad dien itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada
(dien)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (QS Asy Syuro :13)

Ibadah tersebut adalah IQOMATUDDIEN. Mempelajari, mrngajarkan dan


memperjuangkan dienul Islam serta dengan bersabar dalam menghadapi
rintangan yang menghadang..
Ikhwah fillah.

Persepsi kita harus diluruskan, iqomatuddien bukan kewajiban seorang ustadz


saja, bukan tugas alumni-alumni pondok atau sarjana-sarjana agama saja.
Namun, Iqamatuddien adalah amanah seluruh umat Islam, tanpa kenal status
social, pangkat, jabatan dan usia. Selama mereka masih menjadi seorang
muslim, maka iqomatuddien berada diatas pundaknya.
Ikhwah fillah.

Bilal bin Rabbah, sebagai seorang yang status sosialnya


dipandang rendah saat itu, juga mempunyai tugas dan
kewajiban untuk iqomatuddien. Abu Bakar seorang saudagar
yang terpandang , beliau tetap diwajibkan berdebu dan

berlusuh-lusuh di medan jihad. Dulu sebelum masuk islam,


Mushab bin Umair adalah pemuda yang parlente, senang
hura-hura, tetapi sesudah islam menyatu dengan jiwaraganya, beliau harus rela meninggalkan tanah airya, tumpah
darahnya, keluarga yang selalu memanjakannya dan temanteman yang selalu melipur lara. Beliau mantabkan langkah
kakinya untuk menuju negeri seberang, Yatsrib nama kota
kala itu yang kini dikenal dengan nama Madinah, hanya
untuk satu tujuan, yaitu iqomatuddien; mendakwahkan,
mengajarkan Islam di Madinah. Beliau bersabar menghadapi
TEROR, ANCAMAN dan EJEKAN demi tegaknya Islam.
Mereka sadar, kewajiban Iqomatuddien diamanahkan kepada
mereka semua, tidak kenal pangkat, umur, kaya atau miskin.
Ikhwah fillah.
Sampai kapan Iqomatuddien ini.?

Melihat realita di lapangan, kadang hati terasa miris, jiwa


terasa sesak. Bagaimana tidak, banyak umat Islam yang salah
persepsi tentang kewajiban Iqomatuddien. Banyak yang
menyangka, iqomatuddien hanya diwajibkan dalam rentang
waktu tertentu. Disangkanya Iqomatuddien hanyalah
aktivitas sesaat untuk mengisi waktu dan ruang kosong.
Sekali-kali tidak. Iqomatuddien bukan aktivitas sesaat.
Bukan rentang wakktu tertentu. Bukan hanya ketika anda
masih kuliah, selesai kuliah hilang sudah kewajiban ini;
bukan disaat anda bujang saja, setelah menikah gugur sudah
kewajiban ini; bukan hanya disaat anda masih muda dan
bertenaga, berani meneritantangan, lalu setelah usia senja
kewajiban itu hilang..
Akhir kita dari kewajiban Iqomatuddien adalah tatkala al yaqin (kematian)
menjemput kita, Alloh mengingatkan hal itu :

dan beribadahlah kepada rabb-mu sampai datang kepadamu al Yakin (ajal).


(QS Al hijr:99)
kedatangan Al Yaqin adalah akhir dari ibadah yang terangkum dalam
Iqomatuddien. Setelah al yaqin itu datang, fase kehidupan baru dimulai,
itulah fase memetik hasil selama kehidupan di dunia. Hanya ada dua hasil
setelah al yaqin; kenikmatan dan peristirahatan yang abadi, atau adzab yang
nebyakitkan.
Ikhwah fillah.
Jadikan Ulama Kalian Sebagai Panutan.

Hayati kehidupan para ulama kalian.. jadikan mereka sebagai


tauladan dalam iqomatuddien. Mereka adalah alumni dari
madrasah-madrasah yang bernama : QIYAMULLAIL,
JIHAD FIE SABILILLAH, DAN SHIAM. Mereka telah
dididik dengan kurikulum ILAHIYAH nan ROBBANIY,
itulah kurikulum AL QURAN dan AS SUNNAH. Hasilnya
mereka menjadi manusia-manusia langit, pikiran mereka
telah tercelup wahyu ilahi kehidupan mereka telah
dipersembahkan untuk Islam.. Menjual jiwa, raga dan
hartanya untuk mencari kehidupan abadi di sisi Dzat Yang
Maha Penyayang.
Jangan pernah terbetik dalam pikiran kalian untuk menjadi
ULAMA SUU yang pikiranya telah di kuasai oleh syahwat
duniawi. Kehidupanya hanya berkisar pada pemuasan perut
dan bawah perutnya. Menjadikan agamanya sebagai barang
dagangan untuk membeli syahwat dunia, rugi nan celaka.
Lihatlah Abu Ayyub Al Anshory.. 80 tahun umur beliau,
rambutnya sudah banyak beruban, kulitnya sudah
mengkriput. Beliau masih merasa beban iqomatuddien itu

berada di atas pundaknya. sebagai bukti


pertanggungjawabanya, beliau ikut berjihad dalam
penaklukan kota konstatinopel. Walau beliau meninggal
sebelum sampai ke konstatinopel, sebelum sempat membabat
leher para penentang Alloh, tetapi mayat beliau ikut
berperang, aura semangat dari mayat beliau membuat
mujahidin lainnya bergelora, menggelegak, menghantam
musuh-musuh Alloh taala..
Beliau paham betul bahwa iqomatuddien (diantaranya Jihad) diwajibkan
diatas pundaknya sampai ajal menjemput, beliau sangat paham firman Alloh :

Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan
berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu
adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui ( QS At Taubah : 41)

Jika Jihad yang merupakan ibadah yang terberat dipahami


oleh Abu Ayyub Al Anshory sebagai kewajiban tetap
dibebankan kepada siapapun, walau setua beliau, lalu
bagaimana dengan Iqomatuddien dalam bentuk yang lebih
ringan? Saudaraku pertanyaan ini tidak membutuhkan
jawaban yang terangkai dalam kalimat indah.. namun yang
dibutuhkan adalah reenungan dan penghayatan
Ikhwah fillah.

SUDAH BUKAN saatnya lagi mengotori lisan dari


mengeluarkan vonis, melempar tuduhan kepada para dai,
kemudian menghapus kebaikan-kebaikan mereka,
menyebarkan kekurangan-kekurangan mereka,
mengelompokkan dalam golongan-golongan spt
KHOWARIJ, MUTAZILAH, IKHWANI, TABLIGHI, dll

karena hal itu merupakan perbuatan yang jauh dari


AKHLAQ para SALAFUSH SHALIH panutan kita

(al hujurat : 11-12)


Apa yang sudah kita persembahkan untuk
https://attazkiyah.wordpress.com/2010/05/24/iqomatuddin-sampai-akhir-hayat/

Sunday, May 26, 2013

KEWAJIBAN IQOMATUDDIEN
IQOMaTUDDIN







Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.Amat berat
bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya
dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (QS. 42:13

Said Hawa menafsiri ayat an aqimu ad dien artinya menegakkan dienullah dan membentuk masyarakat yang
berlandaskan dienullah. Dan dienullah adalah sebuah Syareat dan jamaah

Mana Addien Sebagaimana dikatakan oleh Abul Ala al Maududi, makna paling mencakup dari seluruh
makna dien adalah pandangan hidup dan kekuasaan tinggi. Maka arti iqamatu ad dien adalah menegakkan
Syariah dan daulah Islamiyah

)( .
ikatan Islam akan lepas sedikit demi sedikit ,setiap kali lepas satu ikatan maka seseorang itu akan melepas pula
yang seterusnya ,pertama kalinya adalah lepasnya pemerintahan dan akhirnya adalah lepasnya
sholat.HR.Ahmad dan Ibnu Hiban
Syaikh Ibnu Taimiyah berkata,
Harus diketahui bahwa kepemimpinan bagi umat manusia adalah sebuah perkara yang besar dalam
urusan dien, bahkan Islam itu tidak akan tegak tanpa adanya sebuah kepemimpinan. (Mitsaq Al-Amal AlIslamy: 56)
Mahmud Syakir berkata,
Di dalam Islam wilayah itu dibagi menjadi 2 (dua) :
1.
Darul Islam : Suatu wilayah yang melaksanakan hukum Islam walaupun mayoritas
penduduknya tidak beragama Islam.
2.
Darul Kufri : Suatu wilayah yang tidak melaksanakan hukum Islam walaupun mayoritas
penduduknya beragama Islam. (At-Tarikh Al-Islamy: I/ 16)
D.R.
Ali bin Al-Ulyani berkata,
Sesungguhnya kewajiban seorang muslim adalah melaksanakan syareat Allah di setiap tempat. Dan
pelaksanaan syareat tidak mungkin terjadi kecuali adanya seorang hakim (yang mengatur jalannya syariat) atau
orang yang berpegang teguh dan berserah diri dengan agama Islam, karena seseorang tak kan bisa hidup
menyendiri selama-lamanya. Dan melaksanakan syareat Allah dengan segala kemampuan sehingga umat
manusia tunduk terhadap hukum Allah dan berwali kepada-Nya adalah wajib hukumnya. Dan barang siapa
melaksanakan hukum Allah , maka Allah memerintahkannya agar meninggalkan hakim yang telah
berbuat kufran bawahan (perbuatan kufur yang menyebabkan pelakunya keluar dari Islam) kemudian
mengangkat hakim muslim baru yang mampu membawa umat manusia tunduk terhadap terhadap hukum
Allah sebagaimana kemampuan dia dalam menguasai kitab fiqih. (Ahamiyyatu Al-Jihad fi Nasyri Ad-Dawah
Al-Islamiyah: 86)
Abul Ala Al-Maududy berkata,
Sesungguhnya jika kita menginginkan diikutinya dawah kita, tercapainya tujuan serta dawah kita
dengan tanpa banyak bicara, maka ada 3 (tiga) yang perlu diperhatikan, yaitu :
1.
kita berdawah kepada umat manusia secara umum dan terkhusus kepada umat manusia yang
beribadah kepada Allah saja tanpa menyekutukan-Nya,
2.
kita berdawah kepada setiap orang yang menampakkan keridloannya dalam menerima Islam
sebagai agamanya, meniatkan segala amalan kepada Allah dan meninggalkan cabang-cabang kenifakan
serta segala hal yang bisa menyebabkan berkurangnya nilai amal ibadah mereka,
3.
dalam dawah kepada umat manusia kita mengadakan perubahan secara menyeluruh terhadap
dasar-dasar hukum modern yang dijalankan oleh para thogut dan para perusak bumi yang mencabut
kepemimpinan (dalam Islam), baik secara fikriyah (teori) maupun amaliyah (praktek) sampai datang
orang-orang beriman yang mendirikan agama yang benar serta tidak mengharapkan kerusakan dan
kehancuran terjadi di muka bumi. (Ahamiyyatu Al-Jihad fi Nasyri Ad-Dawah Al-Islamiyah: 88-89).
Said
Hawa berkata,

Sebab diwajibkannya mendirikan sebuah kekhilafahan adalah:


1.
al-khilafah dan al-imamah adalah sunnah filiyah (yang dicontoh melalui perbuatan) yang
telah dicontohkan oleh Rasulullah menyatukepada kaum muslimin di masa hidupnya. Rasulullah
kan umat Islam dalam satu pergerakan politik dan dalam satu kesatuan negara di bawah kepemimpinan
dan imam tertinggi Rasulullah sendiri, yang dalam kepemimpinan ini beliau mempunyai 2 (dua) tugas
penting, yaitu: penyampai wahyu Allah kepada umatnya, danmelaksanakan perintah Allah serta
mengatur negara dengan hukum Islam. Dan tugas beliau yang pertama yaitu sebagai penerima dan
penyampai wahyu telah terputus semenjak beliau wafat, sehingga umat Islam setelah kewafatan beliau
tak terbebani dengan tugas pertama beliau ini karena telah adanya Al-Quran dan Sunnah. Akan tetapi
sangat dibutuhkan orang yang mampu melaksanakan Al-Quran dan Sunnah, menjadikannya sebagai
dasar dalam hukum Islam setelah wafatnya Rasulullah yang telah menyatukan umat Islam dalam satu
kesatuan dan menjadi pemimpin negara serta kaum muslimin di segala penjuru dunia. Untuk
meneladani Rasulullah beserta sunnahnya itu maka seluruh kaum muslimin dituntut untuk bersatu
dalam satu kesatuan dengan mendirikan negara kesatuan yang menyatukan kaum muslimin,
mengangkat pemimpin yang mengikuti Rasulullah dalam iqomatuddin, dan mengatur negara dengan
hukum Islam dengan ikhlas,
2.
seluruh kaum muslimin sepeninggal Rasulullah dan para shahabat Rasulullah (mereka yang
paling memahami Islam setelah Rasulullah ) telah sepakat untuk mengangkat seorang pemimpin negara
yang menggantikan Rasulullah
3.
sesungguhnya banyak dari kewajiban syar'i yang tidak bisa terlaksana tanpa adanya suatu
kekhilafahan. Dan suatu kewajiban menegakkan syareat itu tak kan sempurna kecuali harus adanya
suatu pengangkatan khalifah, maka perkara lain pengangkatan khalifah itu juga menjadi wajib.
Kewajiban syar'i seorang Imam adalah melindungi dan menghilangkan bahaya dari umat Islam serta
memberikan manfaat bagi umat islam. Begitulah maksud dari sang pembuat syareat dalam
permasalahan muaamalah, pernikahan, jihad, hukum-hukum pidana, dan aturan-aturan syar'i lain
yang mendatangkan maslahat kepada makhluk-Nya. Dan kemaslahatan itu tak akan terealisasi tanpa
adanya seorang imam sebagai penyelesai berbagai permasalahan yang ada di dalam umat Islam,
4.
sesungguhnya nash-nash Al-Quran dan Sunnah telah mewajibkan kepada umat Islam untuk
mengangkat seorang imam (pemimpin) bagi seluruh umat islam, sebagaimana firman Allah Subhanahu
wa Ta'ala,



Artinya, Hai orang-orang yang beriman taatlah kamu sekalian terhadap Allah, Rasulullah , dan kepada para pemimpin
kalian ... (An-Nisa: 59)
Dan juga hadits Rasulullah ,
Barang siapa mati sedang dia tidak dalam keadaan berjamaah, maka matinya dalam keadaan jahiliyah (Shohih
Muslim bisyarhi Nawawi: XI/ 240)
5. sesungguhnya Allah telah menjadikan umat Islam sebagai umat yang satu, walaupun berbeda bahasa, suku, dan
bangsa. Ini sebagaimana firman Allah,

Artinya, Dan sesungguhnya umat ini (Islam) adalah umat yang satu dan aku adalah Rab kamu, maka bertakwalah
kamu sekalian. (Al- Muminun: 52)
Dan firman Allah,


Artinya, Sesungguhnya umat ini (Islam) adalah umat yang satu dan aku adalah Rab kamu, maka beribadahlah
kamu sekalian. (Al-Anbiya: 92)

6. sesungguhnya Allah telah menjadikan umat Islam sebagai umat yang satu, dan memerintahkan kaum muslimin
untuk membentuk sebuah negara yang hukum-hukum di dalamnya itu terbentuk dengan cara syuro
bainahum (musyawarah di antara kaum muslimin sebagaimana yang tertera dalam surat As-Syuro: 38). Dan
wajib atas kaum muslimin memilih pemimpin untuk memimpin negara Islam yang mengawasi jalannya syareat
Islam. Jika umat Islam tidak memiliki seorang imam (pemimpin), maka mereka tidak dianggap sebagai umat
bersatu yang memiliki wilayah negara. Dan Islam hanya menyuruh umat Islam untuk mengangkat satu imam
(pemimpin) saja. (Al-Islam: 379)

PENGERTIAN IQAMATUDDIN
Makna Iqamat
Dalam al Mustalahat al Arbaah fie al Quran disebutkan: Iqamah berasal dari kata aqaama-yuqimu yang berarti
menegakkan, memenangkan dan menyempurnakan suatu amalan.
Makna
ad Dien
Dalam Bahasa Arob ADDIN mengandung beragam mana:
Dalam lisanul arob di jelaskan Ibnul Mandhur;
1.Paksaan,Kekuasaan,Hukum dan Perintah,juga berarti Paksaan agar menjadi orang yang thoat.
2.Kethoatan,Peribadatan,Penghambaan,Merendahkan di hadapan orang,Melaksanakan perintah atasannya,dan
menerima kepada Robb serta ketundukan di bawah perintah dan paksaan atasannya.
3.Syariat,Undang Undang,Madzhab,Millah,Adat kebiasaan,dan sesuatu yang di ikuti.
4.Balasan,Sesuatu hal yang mencukupi putusan,dan perhitungan.
dikatakan, al dien adalah al Dayyan yaitu salah satu nama Allah yang berarti al Hakam dan al Qadhi.Sebagian
ulama salaf ketika ditanya mengenai Ali bin Abi Thalib mengatakan, Ali itu dayyannya umat ini sepeninggal
Nabinya, artinya hakim dan Kadinya.
Makna al dayyan sendiri adalah hakim dan kadi, yaitu orang yang memaksa manusia kepada untuk taat
kepadanya. Jika dikatakan, Dintuhum fadanu artinya saya paksa mereka untuk taat dan merek pun taat.
Al dien juga bermakna upah dan balasan. Dintuhu bifilihi diinan artinya dia saya beri upah atas
kerjaannya. Yaumud dien berarti Hari Pembalasan. Dalam pepatah dikatakan kama tadinu tudanuartinya
Seperti apa kau berbuat, seperti itu kau dibalas. Dalam surat al Fatihah termaktub, maliki yaumi ad
dieni artinya Yang menguasai hari Pembalasan.
Ad dien juga bermakna Adat dan urusan. Orang Arab berkata, Hal itu masih menjadi dienku artinya
kebiasaanku.
Dalam kamus Munjid, ad dien berasal dari pecahan kata daanayadiinu berarti : merendah, takluk dan taat. Al
dien berarti ketaatan, wara (menjaga diri), atau segala sesuatu yang digunakan dalam penyembahan kepada
Allah, millah (agama) dan madzhab, jumlah, perkara, urusan, pemaksaan, dan penundukan dan penguasaan

Secara Terminologi
Dalam hadits disebutkan, Orang yang pandai adalah orang yang merendahkan dirinya(daana nafsahu) dan
beramal untuk akhirat.
Ibnu Taimiyah berkata, Dien adalah bentuk masdar,dan bentuk ini merujuk pada fail dan maful.Daana fulan
fulanan, artinya si fulan menyembah dan menaati si fulan lain. Seorang hamba yadiinulillah artinya ia
menyembah dan menaati Allah. Kata ini bisa dinisbatkan pada hamba karena hamba adalah yang menyembah
dan yang taat. Bisa juga dinisbatkan pada Allah karena Allah yang disembah dan yang ditaati.
Ad Dienu lillah artinya ketaatan dan penyembahan kepada Allah

Abu Basier berkata, Ringkasnya, makna dien dan yang termasuk didalamnya : hukum, qadha,
tasyridan urf (adat). Juga bermakna ketaatan, ittiba, tunduk, menghinakan diri kepada kekuasaan yang tinggi.
Maka seluruh yang bentuk ketaatan kepada Allah, melaksannakan hukum dan syareatnya dan mengikuti apa
yang diturunkan pada Nabi-Nya termasuk dienullah dan orangnya adalah hamba Allah. Sebaliknya semua yang
menentang Allah, atas hukum dan syareatnya, meski hanya secara parsial, dan bersamaan dengan itu dia taat
pada selainnya maka dia adalah hambanya dan bukan hamba Allah lagi. Walaupun ia mengatakan seribu kali
bahwa ia adalah muslim.
Al Maududi berkata.Aturan/sistem hidup yang lengkap dan sempurna yang diturunkan oleh Alloh melalui
penutup RosulNya sebagai pedoman hidup bagi manusia yang terdiri dari berbagai aspek,di
antaranya;Aqidah,Fikriyah,Akhlaq dan Amaliyah.
Maka segala bentuk aturan,sistem,falsafah,tatanan/undang undang hidup dapat di artikan Din.
Namun masuk kepada mana umum.seperti zionis,kapitalis,kjomunis,dan yang semisal adalah termasuk Din
namun Dinunnas/Dinul bathil,karena tidak bersumber dari Alloh dan tidak bersumber dari Al quran
danSunnah.

Dan peranglah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka
berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.(QS. 8:39)
Ibnu Taimiyah berkata, ad dien adalah ketaatan, jika terbagi kepada Allah dan selainnya, maka harus
diperangi hingga seluruh ketaatan kepada Allah semata.
Dalil lain:

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali
dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika
kamu beriman kepada Allah, dan hari akherat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan dari orang-orang yang beriman. (QS. 24:2)
Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendakinya.
Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki: dan diatas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi
yang Maha Mengetahui (QS. 12:76)
Lalu aku lari meningggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Rabbku memberikan kepadaku ilmu
serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul. (QS. 26:21)
Al Maududi berkata, Maksud dari al dien dalam ayat-ayat ini adalah perundangan dan hudud. Syareat,
ketaataan, juga nizam fikri dan amali, rule berfikir dan beramal yang mengikat manusia. Jika perundangan yang
melandasi ketaatan seseorang adalah perundangan dan nizam Allah maka dia termasuk dalam dienullah. Tapi
jika perundangan tersebut dari penguasa atau raja maka dia termasuk dalam dien raja tersebut.

Dan berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya):"Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia
memohon kepada Rabbnya, karena sesungguhnya aku khawatir ia akan menukar agama-agamamu atau
menimbulkan kerusakan di muka bumi". (QS. 40:26)
Beliau juga berkata, Dengan memperhatikan dengan seksama ayat-ayat tentang cerita Musa As dan firaun,
tidak ada keraguan lagi bahwa yang dimaksud dari kata ad dien bukan hanya berarti agama saja namun
juga ad daulah dan perunadangan negara. Dan yang ditakutkan Firaun dan antek-anteknya adalah jika Musa
berhasil dalam dakwahnya, maka kekuasaanya akan runtuh. Pedoman hidup yang dibangun atas dasar hukum
Firaun dan fanatisme nenek moyang akan segera tercabut dari hati rakyat sampai keakar-akarnya.

Darinya juga diketahui bahwa semua udang-undang positif yang dipakai di berbagai belahan negeri muslim
merupakan dien meski mereka tidak menyebutnya demikian. Barangsiapa yang mengikuti dan taat pada
perundangan thaghut, atau ridha dengannya maka dia ber-dien dengan dien Thaghut dan bukan dien
Allah walau ia mengaku sebagai muslim dan namanya seperti nama orang Islam. Dari itu, semua manhaj,
peraturan, dan perundangan yang tidak berlandaskan asas ketataatan pada Allah dan rasul-Nya maka itu
adalah dien batil dan dien thaghut yang wajib untuk di ingkari dan tidak diberi loyalitas.
http://abuamnan.blogspot.com/2013/05/kewajiban-iqomatuddien.html

Menegakkan Dien sampai akhir hayat


Written By Al-ghuraba on Selasa, 18 Januari 2011 | Selasa, Januari 18, 2011

*** Edisi Selasa, 13 shafar 1432 H


Ikhwati Fillah.
Ada sebuah ibadah yang tidak banyak disadari oleh sebagian besar kaum muslimin. Ibadah yang
pernah ALLH amanahkan kepada Nabi-Nabi-Nya, ibadah yang pernah ALLAH Azza wa Jalla
tawarkan kepada langit dan bumi, namun karena bebannya begitu berat, maka langit , bumi dan
gunung-gunung tidak sanggup untuk melaksanakannya. ALLH menjelaskan ibadah tersebut dalam
firman-Nya :

"Dia telah mensyariatkan kalian tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan
apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim,
Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kalian berpecah belah tentangnya. Amat
berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada
agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang
kembali (kepada-Nya". (QS. Asy-syura : 13).
Ibadah tersebut adalah IQOMATUDDIN. Mempelajari, mengajarkan dan memperjuangkan DienulIslam serta bersabar dalam menghadapi rintangan yang menghadang.
Ikhwati Fillah
Persepsi kita harus diluruskan , iqomatuddin bukan kewajiban seorang ustadz saja, bukan tugas
alumni-alumni pondok pesantren, atau sarjana-sarjana agama saja. Bukan, .. dan sekali lagi bukan.
Namun Iqomatuddin adalah amanah seluruh umat islam, tanpa kenal status sosial, pangkat ,
jabatan dan usia. Selama mereka masih sebagai seorang muslim, maka tanggung jawab
Iqomatuddin berada dipundaknya.
Ikhwati Fillah...
Bilal bin Rabah Rodhiyallhu anh , sebagai seorang yang status sosialnya dipandang rendah
sebelum itu itu, juga mempunyai tugas dan kewajiban untuk iqomatuddin. Abu Bakar Rodhiyallhu
anh seorang saudagar yang terpandang, beliau tetap diwajibkan berdebu dan berlusuh-lusuh di

medan jihad. Begitu Pula Abdurrahman bin Auf Rodhiyallhu anh , seorang muhajirin yang
dikemudian hari menjadi shahabat yang kaya dan meng-infaqkan harta dalam jumlah fenomenal,
jauh lebih dari 21 milyar rupiah (jika di kurs-kan dengan rupiah hari ini), iapun tak luput dari
kewajiban iqomatuddin ini, sehingga ditubuhnya terdapat puluhan bekas luka-luka dalam kancah
jihad fii sabiilillah akibat tebasan pedang dan lemparan tombak.
Perhatikanlah sosok lain dari shahabat mulia seperti Mush'ab bin Umair, sebelum masuk islam ia
adalah pemuda yang selalu tampil perlente, senang dengan hura-hura, dan ketika berjalan
meninggalkan bau semerbak di jalan yang ia lalui. Tetapi sesudah menjadi seorang muslim, maka
islam telah menyatu dengan jiwa dan raganya. Beliau harus rela meninggalkan tanah airnya dan
keluarganya yang selalu memanjakannya, lalu kini ia harus berjuang dengan gigih dan penuh
kesabaran dalam menyebarkan islam di Yastrib atas perintah Raslullh Shollallhu alaihi
wasallam. Suatu tugas yang besar yang memerlukan kesabaran untuk senantiasa setia
menjalankan misinya yang agung. Ia mengajarkan islam di Yastrib (atau disebut juga Madinah).
Beliau tetap tegar menghadapi teror, ancaman dan ejekan demi tersebarnya Tauhid di muka bumi
dan tegaknya islam. Ancaman yang dihadapinya bahkan sampai dengan resiko kematian yang
senantiasa mengancamnya. Namun ia selalu teguh dalam tugas iqomatuddin yang dia emban.
Begitu juga saat ia menjumpai kesyahidannya, ia tidak memiliki kain yang cukup walau hanya
untuk menutupi seluruh tubuhnya, padahal dia dahulu dia orang yang berpakaian mewah. Inilah dia
sekarang, ia menjumpai ALLH sebagai syahid di jalan-Nya, jika kainnya ditarik untuk menutup
kakinya, maka kepalanya akan terbuka, demikian pula ketika kepalanya yang ditutup maka kakinya
akan terbuka,hingga Raslullh menjadikan kainnya itu untuk menutup kepalanya sedang kakinya
ditutup dengan dedaunan pohon idkhir.
Sungguh, mereka sadar kewajiban iqomatuddin diamanahkan kepada mereka semua, tidak kenal
pangkat, umur, kaya ataupun miskin. bahkan ia merupakan kewajiban disetiap saat dan tempat.
Disetiap denyutan nadi dan hembusan nafas mereka. Dan sungguh mereka telah membuktikannya
sampai akhir hayat mereka, dan menemui ALLH dalam keadaan melaksanakan tugas yang agung
ini.
Ikhwati Fillah...
Sebagian kaum muslimin menyangka bahwa iqomatuddin adalah kewajiban sesaat yang dibatasi
oleh ruang dan waktu. Seolah-olah ia merupakan kewajiban dimasa muda saja, atau saat
mendapatkan kelonggaran untuk menjalankannya. sekali-kali tidak Bahkan ia merupakan
kewajiban sepanjang masa, sebab iqomatuddin adalah ibadah kepada ALLH , sedangkan ibadah
kepada ALLH adalah selama hayat masih dikandung badan, artinya sampai ajal menjemputnya.
ALLAH Azza wa Jalla berfirman :

"dan sembahlah Robbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)." (QS.al-hijr : 99)
Lihatlah bagaimana Abu Ayyub al-anshari Rodhiyallhu anh dalam usianya yang renta, 80 tahun ,
rambutnya yang sudah beruban, kulitnya yang masih keriput dan kekuatan fisiknya yang sudah
melemah, namun ia masih merasa bahwa tanggungjawab iqomatuddin itu masih ada dipundaknya.
Ketika kalangan muslimin yang lain dan sanak kerabatnya mencegahnya untuk ikut serta dalam
kancah jihad, beliau tetap bersikukuh untuk dapat pergi beserta kafilah mujahidin dalam
menggempur kekuatan romawi hingga Dien hanya milik ALLH semata dan Tauhid tersebar dimuka
bumi. Dia berkata, setidaknya kehadirannya bersama mujahidin akan menambah jumlah pasukan
muslimin minimal. Dan nyatalah, dengan kehadirannya bersama pasukan, kaum muslimin merasa

mendapatkan tambahan energy dan semakin bertambah gelora semangat pengorbanan mereka
untuk berjihad dengan lebih sungguh-sungguh. Sebab Abu Ayyuub al-anshari adalah seorang
shahabat Nabi yang mulia, bahkan beliau orang yang menjamu Raslullh Shollallhu alaihi
wasallam selama berbulan-bulan ketika Raslullh awal-awal datang di Madinah, yang dengan kata
lain, kedudukan shahabat ini mendapatkan tempat tersendiri dihati Raslullh Shollallhu alaihi
wasallam dan dihadapan ALLAH Azza wa Jalla .
Saat-saat menjelang pertempuran babak akhir sebelum penaklukan konstantinopel, ia sakit. Dan ia
merasa bahwa ajalnya sudah dekat, namun demikian, gelora jihad tetap membara dalam jiwanya.
semangat dan tanggung jawab iqomatuddin masih setia dia jalankan. Iapun berpesan, jika ia
meninggal sebelum penaklukan konstantinopel, maka ia minta untuk dimakamkan di kota itu.
ALLHU AKBAR,..sebenarnya itu adalah isyarat lain bahwa ALLH akan memberikan pertolongan
kepada pasukan islam dengan takluknya kota itu. Dan benarlah, belum lagi kota itu ditaklukan
,beliau sudah menemui ajalnya. Kaum muslimin pun menggotong jenazahnya diantara pasukan
mujahidin yang bergerak hendak menggempur kota konstantinopel. Hingga berita itupun sampai
ketelinga musuh, dan mereka terheran-heran dengan kejadian ini, tak terkecuali panglima pasukan
romawi kala itu. Betapa tidak, orang yang mati saja masih ingin bertempur, apalagi yang hidup. !
Ikhwati Fillah...
Para pendahulu kita memahami iqomatuddin dengan utuh. Dan ia memerlukan pengorbanan yang
tak bertepi dan tak berujung. Apa yang diperankan shahabat Abu Ayyub al-anshari cukuplah
menjadi gambaran bagi kita bahwa tanggungjawab iqomatuddin adalah sampai batas kematian. Dan
bahwa semangat untuk tetap MENEGAKKAN DIEN tak boleh surut dan tak boleh lekang karena
factor-faktor duniawi. Ia harus senantiasa terpatri dalam hati dan bergelora dalam jiwa, dengan
segenap pengorbanan yang terbaik dan termahal yang bisa dipersembahkan kepada ALLH Yang
Maha Agung lagi Maha Perkasa.
Janganlah salahseorang diantara kita memelihara sifat-sifat kemunafikan menjual dengan cara
agamanya dengan harga yang murah. Dan jangan pula berfikir untuk menjual ayat-ayat ALLH
dengan dunia yang hina. Apalagi menjadi ulama-ulama suu' ulama-ulama yang buruk dan busuk
yang menjadikan fikiran dan ilmunya hanya untuk menuruti syahwat dunia semata, yang tidak
memiliki harga diri dan mereka menjual kehormatan saudara-saudara seiman serta agamanya
ketangan musuh-musuh ALLH.
Saudaraku,.
Jika Jihad dalam rangka iqomatuddin sebagai ibadah yang terberat yang difahami Abu Ayyub alanshari Rodhiyallhu anh adalah kewajiban yang dibebankan kepada siapapun walau sudah usia
lanjut,.. maka bagaimana dengan bentuk iqomatuddin yang lebih ringan dari itu?
Pertanyaan ini tidaklah diperlukan jawaban dengan kata-kata indah yang tersusun rapi, akan tetapi
perlu untuk direnungkan dan dihayati. dan sudah barang tentu, diamalkan !.
Wallahu a'lam
*** Disarikan dari majalah an-Najah , edisi 51/Dzulhijjah 1430 H/Desember 2009.
http://islamical-ghuraba.blogspot.com/2011/01/menegakkan-dien-sampai-akhir-hayat.html

Anda mungkin juga menyukai