Anda di halaman 1dari 150

KATA PENGANTAR

Penyusunan Laporan Akhir Upaya Pengelolaan Lingkungan - Upaya Pemantauan


Lingkungan (UKL-UPL) Ruas Jalan Xxxxxx - Xxxxxx (N 007) Kabupaten Xxxxxx,
Propinsi Jawa Barat ini merupakan kerjasama antara Direktorat Prasarana
Wilayah Tengah - Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah - Departemen
Permukiman Dan Prasarana Wilayah Rl dengan PT. Dhanesmantara Engineering,
pada tahun anggaran 2004.
Laporan Akhir UKL-UPL disusun dengan mengacu Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum No. 296/KPTS/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan, dan Keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Bapedal No. 86/2002 tentang
Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Dan Upaya Pemantauan
Lingkungan.
Laporan memuat bab-bab uraian rencana kegiatan pelebaran jalan, kondisi
lingkungan, prakiraan dampak, upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya
pemantauan lingkungan (UPL). Laporan telah mengakomodir masukan dari Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx.
Demikian, disampaikan banyak terima kasih kepada berbagai instansi (Kantor Desa
Duren, Kantor Desa Pancawati, Kantor Desa Dawuan Tengah, Kantor Pimbagpro
Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Bappeda Kabupaten Xxxxxx, dan instansi yang lain), yang
telah memberikan berbagai informasi dan data yang sangat diperlukan bagi
penyelesaian pekerjaan penyusunan laporan UKL-UPL ini.

DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar

........................................................................... i

Daftarlsi

........................................................................... ii

DaftarTabel

.......................................................................... iv

DaftarGambar

.......................................................................... v

Daftar Lampiran

.......................................................................... vi

BAB I. PENDAHULUAN

............................................................... 1-1

1.1. Latar Belakang

............................................................... 1-1

1.2. Peraturan Perundang-Undangan

....................................... I-3

1.3. Tujuandan Kegunaan Studi UKL-UPI

........................................ I-4

1.4. Batas Wilayah Studi .....................................................................

I-6

1.5. Sistematika Penulisan .................................................................

I-7

BAB II. RENCANA KEGIATAN PROYEK.............................................

11-1

2.1. Kondisi Lokasi

........................................................................

11-1

2.2. Diskripsi Proyek ...........................................................................

11-1

2.3. Tahapan Kegiatan

................................................... H-4

BAB III. KOMPONEN LINGKUNGAN .................................................... 111-1


3.1. Komponen FisikKimia

.............................................................. 111-1

3.2. Komponen Biologi ........................................................................ III-6


3.3. Komponen Sosial

.............................................................

IH-8

BAB IV. DAMPAK YANG DIPERKIRAKAN AKAN TIMBUL ................... IV-1


4.1. Tahap Prakonstruksi ..................................................................

IV-1

4.2. Tahap Konstruksi .......................................................................

IV-2

4.3. Tahap Operasi Pemeliharaan ....................................................... IV-8


BAB V. UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN .................................

V-1

5.1. Pengelolaan Dampak Pada Tahap Prakonstruksi ........................... V-1


5.2. Pengelolaan Dampak Pada Tahap Konstruksi ............................... V-3
5.3. Pengelolaan Dampak Pada Tahap Operasi Pemeliharaan ...........

V-22

BAB VI. UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN ................................

VI-1

6.1. Pemantuan Dampak Pada Tahap Prakonstruksi ...........................

VI-1

6.2. Pemantauan Dampak Pada Tahap Konstruksi ............................... VI-3


6.3. Pengelolaan Dampak Pada Tahap Operasi Pemeliharaan ...........
LAMPIRAN

VI-18

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1. Standar Perencanaan Geometrik Jalan Pantura .............................. II-2


Tabel 2.2. Jenis Peralatan Peningkatan Jalan .................................................... IS
Tabel 2.3. Volume Pekerjaan Ruas Jalan Xxxxxx-Xxxxxx ..................................II-9
Tabel 3.1. Curah Hujan (mm) Tahun 1998-2002 Kabupaten Xxxxxx .. III-2
Tabel 3.2. Hari Hujan (hari) Tahun 1998-2002 Kabupaten Xxxxxx .....................III-2
Tabel 3.3. Kualitas Udara Pada Ruas Xxxxxx-Xxxxxx........................................ III-3
Tabel 3.4. Kualitas Air Saluran Komojing ........................................................... III-4
Tabel 3.5. Jenis Pohon Yang Cocok Sebagai Pohon Peneduh ........................ Il"7"
Tabel 3.6. Jumlah Penduduk ............................................................................. III-8
Tabel 3.7. Jumlah Pencari Kerja Kabupaten Xxxxxx ......................................... III-9
Tabel 3.8. Jumlah Pasien Menurut Penyakit ...................................................... Ill9
Tabel 3.9. Rekapitulasi Hasil Wawancara Responden ....................................... 111-11
Tabel 3.10. Hasil Pengamatan Lalu Lintas (Arah Xxxxxx-Xxxxxx)., 111-13 Tabel 3.11.
Hasil Pengamatan Lalu Lintas (Arah Xxxxxx-Xxxxxx).. 111-14
Tabel 3.12. Hasil Pengamatan Lalu Lintas (Dua Arah) ..................................... 111-15
Tabel 3.13. Komposisi Jenis Kendaraan ........................................................... 111-16
Tabel 3.14. Volume Lalu Lintas (dalam smp) ...................................................... 111-17
Tabel 4.1. Matrik Interaksi Komponen Kegiatan Dengan Lingkungan ................ IV-5
Tabel 5.1. Baku Mutu Kualitas Udara ................................................................ V-6
Tabel 5.2. Jenis Pohon Yang Cocok Sebagai Peneduh Jalan ......................... V-10
Tabel 5.3. Rasio Volume Lalu Lintas - Kepadatan (V/C) .................................. V-13
Tabel 5.4. Perumusan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) ........................ V-35
Tabel 6.1. Rasio Volume Lalu Lintas - Kapasitas (V/C) .................................

VI-11

Tabel 6.2. Jumlah Kecelakaan Kabupaten xxxxxx Tahun 2002 ........................ VI-14
Tabel 6.3. Perumusan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) ....................... VI-27

IV

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Lokasi Proyek Ruas Xxxxxx - Xxxxxx (AP3) ........................ I-2
Gambar 1.2. Peta Batas Wilayah Studi UKL-UPL ..................................I-9
Gambar2.1. PagarRumah Sudah Dimundurkan Pada sta 0+300
(Desa Duren)................................................................... II-4
Gambar 2.1. Pagar Rumah Sudah Dimundurkan Pada sta 0+300
(Desa Duren)................................................................... I4
Gambar 2.2. Pagar Rumah Sudah Dimundurkan Pada Km 86,3
(Desa Pancawati) ..........................................................

1l~4

Gambar 2.3. Pagar Rumah Sudah Dimundurkan Pada Km 91,7


(Desa Dawuan Tengah) ................................................
Gambar 2.4. Masjid Al Mujahidin sta 1+100 Terkena Proyek ..........

II-4
it5

Gambar 2.5. Bangunan Toko di PasarKosambi Terkena Proyek ............ II-5


Gambar 2.6. Rute Mobilisasi Material ........................................................ II-8
Gambar 3.1. Foto Saluran Pipa PDAM Pada Pinggir Jalan sta 0+000 ...... III-4
Gambar 3.2. Fluktuasi Lalu Lintas Xxxxxx-Xxxxxx ..................................... 111-18
Gambar 3.3. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Xxxxxx .... 111-19
Gambar 5.1. Lokasi Pengelolaan Banjir .................................................... V-32

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Desain Pebelaran Jalan Ruas Xxxxxx-Xxxxxx


Lampiran 2. Daftar Nominatif Warga Terkena Proyek Lampiran 3. Hasil
Analisa Laboratorium Kualitas Udara dan Air Sungai Lampiran 4. Peta
Upaya Pengelolaan Ungkungan (UKL) dan Peta Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL).

VI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Wilayah Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa dilalui jalur regional yang merupakan
jalur transportasi utama di Pulau Jawa. Jalur transportasi ini merupakan jalan
negara yang menghubungkan antar wilayah propinsi dan antar pulau.

Jalur ini memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi, karena terjadinya pencampuran
antara lalu lintas regional dan lokal yang berakibat ruas jalan menerima beban
yang berlebihan. Dengan kepadatan yang tinggi tersebut ruas jalan akan menjadi
rawan terhadap kecelakaan dan kemacetan lalu lintas. Salah satu upaya
mengatasi

permasalahan

kemacetan

lalu

lintas

adalah

dengan

jalan

meningkatkan jalan yang sudah ada. Peningkatan jalan pantura untuk paket ini
(paket 7) terdiri dari pelebaran (sebagian diluar DAMIJA) ruas jalan Xxxxxx Xxxxxx (AP3). Peta lokasi proyek AP3 tertera pada Gambar 1.1.

Peningkatan jalan diharapkan akan bermanfaat dalam meningkatkan kelancaran


transportasi darat di jalur Pantai Utara Jawa; dan mengatasi kemacetan lalu lintas
dan mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan.

Rencana peningkatan jalan berada pada jalur lalu lintas kendaraan yang sudah
sangat padat. Rencana pelebaran jalan dapat menimbulkan dampak, baik postitif
maupun negative. Pada tahap prakonstruksi dampak yang dapat ditimbulkan
berhubungan dengan persepsi masyarakat dalam proses pengadaan tanah. Pada
tahap konstruksi kemungkinan dapat menimbulkan dampak kemacetan lalu lintas,
terganggunya utilitas umum, penurunan kualitas udara, kebisingan sebagai akibat
kegiatan proyek.

1-1

Kebijakan nasional sebagaimana dituang dalam Undang-Undang Nomor 23


Tahun

1997,

mengharuskan

setiap

pembangunan

dilaksanakan dengan

berwawasan lingkungan. Sehubungan dengan pembangunan berwawasan


lingkungan, maka kegiatan peningkatan jalan dengan pelebaran (sebagian diluar
DAMIJA) ruas Xxxxxx - Xxxxxx (AP3) akan dilengkapi dengan Upaya
Pengelolaan

Lingkungan

Upaya

Pemantauan

Lingkungan

(UKL-UPL).

Kewajiban penyusunan UKL-UPL ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah No


27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; dan
Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah No 17 Tahun 2001
Tentang Jenis Kegiatan Bidang Permukiman Dan Prasarana Wilayah Yang Wajib
Dilengkapi Dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Dan Upaya Pemantauan
Lingkungan.
Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1999 menyebutkan bahwa kegiatan yang
kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup wajib memiliki AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), dan
kegiatan yang tidak wajib AMDAL, periu dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan
Lingkungan

Upaya

Pemantauan

Lingkungan

(UKL-UPL).

Kemudian

berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah No 17


Tahun 2001 disebutkan bahwa termasuk kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
UKL-UPL peningkatan jalan dengan pelebaran diluar DAMIJA dengan panjang 1
s/d < 5 km atau luas 2 s/d < 5 ha (di kota besar/metropolitan); atau panjang 3 s/d
< 10 km atau luas 5 s/d < 10 ha (di kota sedang). Dengan demikian sesuai
dengan ketentuan ini, peningkatan jalan dengan pelebaran ruas Xxxxxx -Xxxxxx
sepanjang 4,1 km (sebagian pelebaran di luar DAMIJA), akan dilengkapi dengan
UKL-UPL.
1.2.

Peraturan Perundang-undangan

1. Undang-undang No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok


Agraria
2. Undang-Undang No. 13 tahun 1980 tentang Jalan
3. Undang-undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
4. Undang-undang No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
5. Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
6. Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
7. Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1985 tentang Jalan
I-3

8. Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak


Lingkungan Hidup.
9. Keputusan Presiden No. 55 tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
10. Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 1
tahun 1994 tentang Ketentuan Pelaksanaan Keppres Nomor 55 tahun 1993.
11. Keputusan Bappedal No. Kep. 056 tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai
Ukuran Dampak Penting
12. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 296/KPTS/1996 tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan.
13. Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah No. 17/2001 tentang
Jenis Kegiatan Bidang Permukiman Dan Prasarana Wilayah yang Wajib
Dilengkapi Dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan.
14. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Bapedal No.
299/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan
AMDAL.
15. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep. 48/MENLH/II/1996
tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan
16. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Bapedal No.
86/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Dan
Upaya Pemantauan Lingkungan.

1.3.

Tujuan dan Kegunaan Studi UKL dan UPL

Pengelolaan lingkungan merupakan suatu usaha terpadu dalam pemanfaatan,


penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan
lingkungan hidup, sehingga pelestarian sumber daya alam dapat tetap
dipertahankan dan atau kerusakan lingkungan dapat dicegah atau dikurangi.
1.3.1. Tujuan dan Kegunaan UKL

Tujuan UKL adalah:

1. Memberi masukan secara langsung kepada instansi terkait dalam hal


menangani atau mengendalikan dampak negatif yang timbul serta
I-4

mengembangkan dampak positif yang timbul dari kegiatan proyek pelebaran


ruasjalan. 2. Sebagai acuan bagi pihak yang terkait (Pemerintah Kabupaten
Xxxxxx, Ditjen Prasarana Wilayah, Dinas Kimpraswilda dan instansi terkait
lainnya) untuk mencegah, rnengendalikan dan menanggulangi dampak negatif
yang ditimbulkan oleh pelebaran jalan, serta mengembangkan dampak positif.

Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan UKL adalah:


1. Mempertahankan kelestarian kualitas dan daya dukung lingkungan
2. Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan bijaksana
3. Merumuskan tata cara dan langkah-langkah untuk menangani dampak negatif
yang timbul dan mengembangkan dampak positif
4. Menentukan instansi-instansi terkait dalam kegiatan pengelolaan lingkungan

Adapun kegunaan UKL ini antara lain:


1. Memberi petunjuk tentang dampak negatif yang diperkirakan akan timbul
akibat kegiatan proyek pelebaran jalan serta cara
penanggulangannya, sehingga dapat mencegah dan menanggulangi dampak
negatif sedini mungkin serta meningkatkan manfaat proyek.
2. Merupakan petunjuk bagi memprakarsa, pengelola kegiatan dan instansi
terkait mengenai lingkup tugas dan tanggungjawabnya dalam pengelolaan
lingkungan berkaitan dengan kegiatan proyek tersebut.
3. Merupakan masukan dalam perencanaan dengan menjabarkan lebih lanjut
dokumen ini dalam spesifikasi dokumen lelang.
1.3.2.

Tujuan dan Kegunaan UPL

Kegiatan pemantauan lingkungan merupakan usaha yang dilakukan untuk menilai


keberhasilan pelaksanaan pengelolaan lingkungan secara sistematis dan
terencana. Hal ini dimaksudkan sebagai masukan untuk melakukan evaluasi
pelaksanaan pengelolaan lingkungan, dengan tujuan antara lain :
1. Terdeteksinya perubahan lingkungan sebagai akibat adanya suatu kegiatan,
setelah dilakukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan sehingga pengelolaan
lingkungan tersebut dapat mencapai hasil yang direncanakan
I-5

2. Terselengaranya penyampaian informasi mengenai perubahan lingkungan


kepada berbagai instansi terkait, dan yang berkepentingan dengan
pemanfaatan lingkungan tersebut.
3. Memberi masukan kepada pihak terkait dalam pelaksanaan pengelolaan
lingkungan apabila terjadi perubahan rona lingkungan oleh kegiatan proyek.

Adapun kegunaan UPL antara lain :


1. Sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pemantauan lingkungan atau
melakukan penilaian atas pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan
2. Memberi petunjuk kepada pemrakarsa, pengelola kegiatan serta instansiinstansi terkait mengenai peran serta dan tanggungjawabnya dalam
melakukan pemantauan lingkungan
3. Memberi

masukan

pemrakarsa

dan

menyempurnakan

kepada

para

pengelola
kegiatan

pengambil

kegiatan

pengelolaan

keputusan,

untuk

perencana,

memperbaiki

lingkungan

dalam

dan
rangka

mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

1.4.

Batas Wilayah Studi

Batas wilayah studi dalam penyusunan UKL dan UPL proyek peningkatan jalan
dengan pelebaran ruas Xxxxxx - Xxxxxx, ditentukan dengan memperhatikan batasbatas proyek, administrasi, sosial dan ekologis.

1. Batas Proyek
Batas proyek meliputi tapak proyek: Ruas Xxxxxx - Xxxxxx 4,1 km (KM 83,1 - KM
85,6; KM 86,1 - KM 86,8; KM 91,6 - 92,5) di Kabupaten Xxxxxx. Lebar damija
rencana 26 meter.
2. Batas Ekologis
Batas pengamatan secara ekologis ditentukan berdasarkan luas sebaran dampak
debu, kebisingan, kualitas air sungai yang ditimbulkan oleh kegiatan peningkatan
jalan. Batas ekologis sekitar 20 meter di kanan dan kiri ruas jalan proyek, lokasi
base camp dan ruas jalan sekitar (yang dilalui mobilisasi quarry).

I-6

3. Batas Administrasi
Batas administrasi merupakan wilayah administrasi desa dimana lokasi proyek
berada. Proyek ruas Xxxxxx - Xxxxxx termasuk dalam wilayah Desa Duren
(Kecamatan Klari), Desa Pancawati (Kecamatan Klari), dan Desa Dawuan
Tengah (Kecamatan Xxxxxx).

4. Batas Sosial
Batas sosial merupakan wilayah persebaran dampak sosial ekonomi dan sosial
budaya dimana terdapat pengaruh sosial ekonomi dan sosial budaya dari
kegiatan proyek, baik pada tahap prakonstruksi, tahap konstruksi, sampai selama
periode pengoperasian jalan. Batas sosial mencakup masyarakat pada kiri kanan
ruas jalan proyek, yang potensial terkena dampak pembebasan lahan, debu,
kebisingan.

5. Batas Teknis
Batas teknis merupakan batasan ruang lingkup wilayah studi UKL/UPL, yakni
ruang yang merupakan kesatuan dari keempat wilayah di atas, yang
penentuannya disesuaikan dengan ketersediaan sumber data, waktu, dana,
tenaga, teknik dan metode telahaan. Batas teknis bertolak dari batas proyek,
kemudian diperluas ke batas ekologi, batas sosial dan batas administratif yang
lebih luas. Batas teknis studi UKL-UPL disajikan pada Gambar 1.2.

1.4.

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Dokumen UKL-UPL berpedoman Keputusan Menteri


Negara Lingkungan Hidup Nomor 86/2002 dan Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum No. 296/KPTS/1996tentang Penyusunan UKL-UPL, yaitu:
Bab1 :

PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang studi, peraturan perundangundangan, maksud dan tujuan studi, batas dan wilayah studi UKLUPL.

Bab 2 :

RENCANA KEGIATAN PROYEK


Bab ini berisi uraian rencana kegiatan proyek dan tahapan kegiatan.
I-7

Bab 3 :

KOMPONEN LINGKUNGAN
Bab ini menguraikan komponen lingkungan yang kemungkinan
terkena dampak dari kegiatan proyek peningkatan jalan, yang terdiri
dari komponen fisik-kimia, biologi, sosial ekonomi budaya,
kesehatan masyarakat.

Bab 4 :

DAMPAK YANG DIPERKIRAKAN AKAN TIMBUL


Bab ini menguraikan tentang dampak lingkungan negatif dan positif
yang diperkirakan akan timbul pada setiap tahapan kegiatan proyek,
mulai dari tahap pra konstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi

Bab 5 :

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN


Bab ini menguraikan upaya pengelolaan lingkungan yang akan
diterapkan selama pelaksanaan proyek, dalam rangka mencegah
atau

meminimumkan

timbulnya

dampak

negatif

serta

mengembangkan dampak positif. Juga diuraikan tugas dan


tanggungjawab

pelaksana

pengelolaan

lingkungan.

Upaya

pengelolaan lingkungan yang diajukan adalah metode/cara-cara


yang

nantinya

akan

diterapkan

untuk

mencegah

atau

meminimumkan timbulnya dampak negatif dan mengembangkan


dampak positif.
Bab 6 :

UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN


Bab ini menguraikan upaya pemantauan lingkungan yang akan
diterapkan selama pelaksanaan proyek. Juga diuraikan tugas dan
tanggungjawab pelaksana pemantauan lingkungan. Upaya
pemantauan lingkungan yang diajukan adalah metode/cara-cara
yang nantinya akan digunakan untuk memantau keberhasilan
pelaksanaan

pengelolaan

lingkungan

dalam

mencegah/meminimumkan dampak negatif dan mengembangkan


dampak positif.

I-9

BAB II RENCANA KEGIATAN


PROYEK

BAB II RENCANA KEGIATAN


PROYEK

2.1.

Kondisi Lokasi

Ruas jalan Xxxxxx - Xxxxxx (Link N 007) berada pada wilayah jalur Pantai Utara
(Pantura) Pulau Jawa dengan status sebagai jalan Negara dan berfungsi sebagai
jalan Arteri Primer. Jalan yang pembinaannya oleh Negara ini berfungsi untuk
melayani angkutan rute jarak jauh yang memerlukan kecepatan rata-rata
kendaraan tinggi.
Pada saat ini, ruas jalan Xxxxxx - Xxxxxx mempunyai tingkat kepadatan yang
tinggi akibat terjadinya pencampuran antara lalu lintas regional dan lokal yang
berakibat ruas jalan ini menerima beban yang berlebihan. Dengan kepadatan
yang tinggi tersebut ruas jalan ini akan sangat rawan terhadap kecelakaan dan
kemacetan lalu lintas.

Untuk mengarahkan agar ruas Xxxxxx - Xxxxxx ini dapat berfungsi sesuai
peranannya dan untuk mengatasi masalah kecelakaan dan kemacetan lalu lintas,
telah direncanakan suatu program pelebaran jalan pada:

Km 83,1 - Km 85,6 (diluar DAMIJA).


Km 86,1-Km 86,8.
Km 91,6-Km 92,5.

Pelebaran Jembatan Cikarang Gelam sta 0+693 bentang 20 m.

Rencana pelebaran jalan ini menyebabkan beberapa bangunan dan tanah


masyarakat terkena pelebaran.

2.2. Diskripsi Proyek


Kegiatan peningkatan jalan ruas Xxxxxx - Xxxxxx (AP 3) sepanjang 4,1 km (KM
83,1 - KM 85,6; KM 86,1 - KM 86,8; KM 91,6 - KM 92,5) terdiri dari pelebaran dari
semula 2 lajur menjadi 4 lajur dengan median, seperti tertera pada tabel 2.1.
Sebagian pelebaran diluar DAMIJA, yaitu pada KM 83,1 - KM 85,6 (Lampiranl).
11-1

Tabel 2.1. Standar Perencanaan Geometrik Jalan Pantura


No

Uraian

Jumlah Lajur

Kecepatan Rencana

Satuan

Standar
Perencanaan
2 lajur x 2 arah

km/j

80/60

Lebar Lajur Lalu Lintas

3,5

Lebar Median

1,5

Lebar Bahu Dalam Minimum

0,25

Lebar Bahu Luar Minimum

Jarak Pandangan Henti Minimum

110

Jari-Jari Minimum

400/300

Panjang Tikungan Minimum

140or1000/a

10

Jari-Jari Minimum Tanpa Peralihan

1000

11

Jari-Jari Minimum Tanpa Superelevasi

3500

12

Panjang Bagian Peralihan Minimum

70

13

Gradien (Landai) Minimum

14

Panjang Lengkung Vertikal Minimum

70

15

Jari-Jari Lengkung Vertikal

- Vertikal Cembung

4500 (3000)

- Vertikal Cekung

3000 (2000)

16

Kemiringan Melintang Lajur Lalu Lintas

17

Kemiringan Melintang Bahu Jalan

4(2)

18

Superelevasi Maksimum

10/8

19

Kemiringan Permukaan Relatif Maksimum

1/200, 1/175

20

Tinggi Ruang Bebas Minimum

5,1

II-2

2.3. Tahapan Kegiatan Proyek

Tahapan kegiatan proyek terdiri dari tahap prakonstruksi, tahap konstruksi, dan
tahap operasi & pemeliharaan. Uraian dari setiap tahapan tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Tahap Pra Konstruksi

Kegiatan tahap prakonstruksi terdiri dari: sosialisasi, penyusunan desain,


pengadaan lahan.

a.

Sosialisasi

Kegiatan sosialisasi adalah pemberian informasi kepada masyarakat di desa


setempat, mengenai rencana pelebaran jalan. Sosialisasi terutama disampaikan
kepada masyarakat yang tanahnya akan terkena rencana pelebaran jalan.

Pada proyek ruas Xxxxxx - Xxxxxx (AP3), sosialisasi telah dilakukan oleh
Pimbagpro, baik kepada kantor desa setempat maupun sosialisasi pada
masyarakat. Kegiatan sosialisasi telah dilakukan sejaktahun 2002 di Desa Duren,
yang merupakan rangkaian kegiatan penyusunan Daftar Nominatif "Ganti Rugi
Tanah Bangunan Dan Tanaman Yang Ada Diatasnya Dalam Rangka Pengadaan
Tanah Untuk Pembangunan/Pelebaran Ruas Jalan Nasional Bekasi - Xxxxxx".
Daftar nominatif memuat 259 nominatif tanah terkena proyek (lampiran 2).

b.

Penyusunan Desain

Desain peningkatan jalan ruas Xxxxxx - Xxxxxx (AP3) disusun oleh Konsultan PT.
Saka Adhi Prada (PT. SAP). Gambar potongan melintang jalan eksisting dan
rencana pelebaran disajikan pada lampiran 1.

c.

Pengadaan Tanah

Pada perencanaan peningkatanan ruas jalan Xxxxxx - Xxxxxx, lebar sempadan


jalan (daerah milik jalan/damija) direncanakan sebesar 26 meter, dimana
pembebasan lahan telah diperhitungkan untuk kebutuhan sempadan jalan
tersebut.
11-3

Proses pengadaan tanah untuk pelebaran ruas Xxxxxx - Xxxxxx (AP3), sebagian
pengadaan tanah telah dibayarkan kepada masyarakat bulan September tahun
2000 dan sebagian lainnya dianggarkan melalui APBN tahun 2004. Pengadaan
tanah yang telah dibayar pada September 2000 adalah kepada 161 pemilik tanah
terkena proyek di Desa Dawuan Tengah (Kecamatan Xxxxxx - Kabupaten
Xxxxxx), dan kepada 140 pemilik tanah terkena proyek di Desa Pancawati
(Kecamatan Klari - Kecamatan Xxxxxx). Sedangkan pengadaan tanah yang
dianggarkan melalui APBN tahun 2004 adalah bagi 259 bidang tanah terkena
proyek di Desa Duren (Kecamatan Klari). Warga sudah memundurkan bangunan
rumahnya seperti terlihat pada foto-foto berikut ini.

Pagar rumah sudah dimundurkan pada


Km 91,7 (Desa Dawuan Tengah)

Pada proses pengadaan tanah di Desa Duren terdapat 1 bangunan masjid


terkena pelebaran jalan, yaitu masjid "Al Mujahidin" pada sta 1+100 (foto 2.4
berikut ini). Sesuai dengan hasil musyawarah antara pengelola masjid dengan
II-4

Proyek, disepakati bangunan masjid akan dibongkar dan Proyek akan


menyediakan material bagi pembangunan masjid baru di belakang lokasi masjid
lama. Lahan untuk pembangunan masjid baru telah tersedia siap bangun. Tenaga
kerja untuk pembangunan masjid akan disediakan oleh pengelola masjid (DKM).

Gambar2.4.
Masjid "Al Mujahidin" pada sta 1+100 terkena
rencana pelebaran jalan. Disepakati masjid akan
dibongkar dan Proyek akan mengganti material
untuk membangun masjid baru, berbatasan
langsung dengan masjid lama

Pada pengadaan tanah di Desa Duren juga terdapat 3 bangunan toko pada
pertigaan Pasar Kosambi yang akan terkena proyek (gambar 2.5). Harga pasaran
nilai bangunan toko Rp. 1.127.000 dan bangunan toko bertingkat mencapai Rp.
2.250.000,- per-m2.

Gambar 2.5: Bangunan toko pada pertigaan


Pasar Kosambi yang akan terkena proyek

I-5

2. Tahap Konstruksi

Konstruksi Ruas Xxxxxx - Xxxxxx (AP3) meliputi:


-

Pelebaran KM 83,1 - KM 85,6 diluar DAMIJA sehingga akan dilakukan


pengadaan tanah.

Pelebaran KM 86,1-KM 86,8

Pelebaran KM 91,6-KM 92,5


Pelebaran jembatan Cikarang Gelam sta 0+693 bentang 20 m

a.

Mobilisasi Peralatan Dan Material

Mobilisasi peralatan mencakup: pengadaan alat angkut dan peralatan konstruksi


ke lokasi proyek, lokasi AMP dan lokasi quarry di daerah Cagak di Kabupaten
Subang. Alat berat yang digunakan dalam pekerjaan proyek adalah sebagaimana
disajikan pada tabel 2.2. Rute mobilisasi material dari sumber quarry ini menuju
lokasi proyek dapat melalui jalan-jalan propinsi (ruas jalan Cagak - Subang,
Subang - Sadang dan Subang - Pamanukan), jalan Negara Oalur Pantura Jawa)
dan jalan Tol. Ruas jalan propinsi tersebut merupakan jalan kelas 2 yang
berfungsi sebagai jalan Kolektor Primer, sedangkan jalan Negara jalur Pantura
Jawa merupakan jalan kelas 1 yang berfungsi sebagai jalan Arteri Primer.
Alternatif rute mobilisasi material yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut: o
Sumber quarry di Kecamatan Jalan Cagak - Subang - Sadang - Jalan Tol
sampai pintu Tol Xxxxxx Timur - Akses Tol menuju ruas jalan Xxxxxx Xxxxxx - Lokasi Proyek, atau o

Sumber quarry di Kecamatan Jalan Cagak -

Subang - Pamanukan Xxxxxx - Jalan Tol sampai pintu Tol Xxxxxx Timur - Akses Tol menuju
ruas jalan Xxxxxx-Xxxxxx - Lokasi Proyek.

Peta mobilisasi material tertera pada Gambar 2.6. Frekuensi truk material
diperkirakan 75 truk per-hari (tabel 2.3 di bawah).

II-6

Gambar2.6. Pefa Mobilisasi Material

11-7

Tabel 2.2. Jenis Peralatan Pekerjaan Peningkatan Jalan


No

Jenis Alat

Kapasitas

Stone crusher

40 ton/hr

AMP

40 ton/hr

Dump truck

10-12 ton

10

Flate bed truck

4 ton

Asphalt Finisher

80 ton/hr

Tyred Roller

8-10 ton/hr

Tandem Roller

8 ton/hr

Steel Wheel Roller

10 ton/hr

Vibratory Roller

10 ton

10

Wheel Loader

1,2 m3

11

Truck Loader

100 HP

12

Buldozer

120 HP

13

Exavator

100 HP

14

Motor Grader

120 HP

15

Asphalt Sprayer

1000 Lt

16

Water Tanker

5000 Lt

17

Concrete Mixer

0,3 m3

18

Generator set

200 kw

19

Crane scale

10 ton

20

Air compressor

6000 It/m

21

Scale bridge

35 ton

22

Survey equipment

23

Concrete vibrator

3 HP

24

Vibratory compactor

3 HP

25

Water pump

100 Mm

26

Pick up truck

1 ton

27

File hammer

3 HP

1
2
3

Jumlah Alat

AMP (Asphalt Mixing Plant) : merupakan suatu unit peralatan yang berfungsi
untuk membuat campuran aspal panas (hot mix), dimana peralatan ini biasanya
berada di lokasi base camp kontraktor. Peralatan ini dioperasikan pada saat
kontraktor telah memulai pekerjaan pengaspalan jalan.

II-8

Stone Crusher: merupakan peralatan untuk memecah batu yang berguna untuk
memproduksi butiran-butiran batu dengan ukuran sesuai yang diinginkan.
Peralatan ini biasanya berada di lokasi base camp kontraktor. Pengoperasian alat
ini berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan seperti:

Pembuatan campuran aggregate base untuk bahu jalan,

Pembuatan campuran aggregate base untuk perkerasan jalan,

Pembuatan campuran aspal panas (hot mix) untuk perkerasan jalan.

Vibrator Roller atau Vibrator Compactor : merupakan peralatan pemadatan


yang diperlukan untuk mempersiapkan badan jalan dan pondasi jalan (subbase
dan base coarse) agar dapat memenuhi persyaratan kepadatan sesuai yang
diinginkan. Peralatan ini dioperasikan di lokasi pekerjaan, biasanya berhubungan
dengan pekerjaan-pekerjaan :

Pemadatan tanah pada lokasi pelebaran perkerasan dan bahu jalan,

Pemadatan aggregat base baik pada perkerasan jalan maupun pada bahu
jalan.

Tabel 2.3. Volume Pekerjaan Ruas Xxxxxx - Xxxxxx (AP3)


No

Material

Satuan

Volume

Setara Jumlah
Truk 8 m

Ruas AP3-1
1 Drainase
a. Galian drainase dan saluran air
b. Pekerjaan pasangan batu
2 Pekerjaan Tanah
a. Galian tanah biasa
b. Tanggul (Common embankment)

9,367.00

1,171

5,111.00

639

0.00

m3

9,710.95

1,214

1,469.08

184

m3
m

c. Selected Embankment
3 Perkerasan badan jalan & bahu jalan
a. Aggregate Class A
b. Aggregate Class B
4 Pengaspalan
a. Asphaltic Concrete Wearing Course (AC-WC) 4
cm
b. Asphaltic Concrete Binder Course (AC-BC) 6 cm
c. Asphaltic Concrete Base Course (AC - Base)
5 Structure
a. Structure Concrete Class K-250
b. Structure Concrete Class K-125

6,776.67

847

6,196.50

775

,
m

1,382.90

173

2,661.99

333

5,082.50

635

m
m

c. Baja U-32

II-9

608.72

76

2,315.48

289

39,352.00

Lanjutan
No

Material

Satuan

Volume

Setara Jumlah
Truk 8 m

Ruas AP3-2
1 Drainase
a. Galian drainase dan saluran air

3,845.40

481

2,098.20

262

964.40

121

1,126.50

141

467.42

58

m3

2,324.84

291

m3
m

2,212.50

277

436.26

55

841.36

105

1,743.63

218

0.00

0.00

k9

0.00

4,658.85

582

2,542.05

318

m3

2,022.00

253

b. Tanggul (Common embankment)

m3

2,864.75

358

c. Selected Embankment

m3

555.01

69

2,066.02

258

1,546.50

193

529.21

66

1,015.81

127

5,082.50

635

b. Pekerjaan pasangan batu


2 Pekerjaan Tanah
a. Galian tanah biasa

b. Tanggul (Common embankment)

c. Selected Embankment

3 Perkerasan badan jalan & bahu jalan


a. Aggregate Class A
b. Aggregate Class B
4 Pengaspalan
a. Asphaltic Concrete Wearing Course (AC-WC) 4
cm
b. Asphaltic Concrete Binder Course (AC-BC) 6 cm
c. Asphaltic Concrete Base Course (AC - Base)
5 Structure
a. Structure Concrete Class K-250

b. Structure Concrete Class K-125

c. Baja U-32
Ruas AP3-3
1 Drainase
a. Galian drainase dan saluran air
b. Pekerjaan pasangan batu
2 Pekerjaan Tanah
a. Galian tanah biasa

3 Perkerasan badan jalan & bahu jalan


a. Aggregate Class A

b. Aggregate Class B
4 Pengaspalan
a. Asphaltic Concrete Wearing Course (AC-WC) 4
cm
b. Asphaltic Concrete Binder Course (AC-BC) 6 cm
c. Asphaltic Concrete Base Course (AC - Base)
5 Structure
a. Structure Concrete Class K-250

m3

214.59

27

b. Structure Concrete Class K-125

31.20

c. Baja U-32
Jumlah Truk
Jumlah Truk/hari
(Periode mobilisasi material 6 bulan)

kg

28,403.02

4
11,242
75

11-10

b.

Perekrutan Tenaga Kerja

Perekrutan tenaga kerja meliputi penerimaan tenaga kerja sebagai buruh,


supervisi (engineer, inspector) maupun teknisi. Perkiraan jurnlah tenaga kerja
supervisi dan teknisi sekitar 10 orang. Tenaga kerja yang merupakan tenaga inti
tersebut diperoleh dari proyek, sedangkan tenaga buruh diperoleh dari tenaga
lokal yang sesuai. Jurnlah tenaga kerja yang diperkirakan tinggal di lokasi AMP
kurang lebih 50 orang.

c.

Pengoperasian Base Camp

Kegiatan pengoperasian base camp meliputi penyimpanan material, laboratorium


pengukuran kualitas material, AMP, tempat pengaturan pekerjaan konstruksi
lainnya, serta tempat tinggal pekerja dan pengawas lapangan. Penempatan
pemecah batu (stone crusher) sebaiknya ditempatkan di lokasi quarry.
Sedangkan peralatan konstruksi dapat ditempatkan di lokasi base camp ini antara
lain dump truck, buldozer, excavator, survey equipment dan lainnya. Lokasi base
camp adalah di desa setempat.

d.

Pembersihan Lahan (Land Clearing)

Pekerjaan land clearing adalah termasuk penebangan pohon yang ada pada
beberapa halaman rumah warga yang terkena rencana pelebaran jalan. Jenis
pohon yang akan ditebang seperti: mangga, rambutan, srikaya, belimbing,
lamtoro, petai cina, jeruk, sirsak, pepaya, nangka, jambu batu, jambu air, kelapa,
beringin, mahoni, tanjung, karet, palem, cemara, kamboja, sinyo nakal, lilin-lilin,
hangjuang, puring, angsana, kenanga, soka, plamboyan, paku, johar, bogenvile,

Penanganan batang-batang pohon yang ditebang ditujukan untuk menghindari


terjadinya gangguan kelancaran arus lalu lintas; dan menjaga keselamatan
pengguna jalan selama penebangan pohon dilaksanakan. Batang pohon yang
baru ditebang, dikumpulkan ke pinggir, dan segera diangkut ke tempat
pembuangan. Untuk menjaga keselamatan pengguna jalan selama penebangan
pohon, akan dipasang rambu-rambu pemberitahuan dan ditempatkan petugas
pengawas lalu lintas secara memadai.

11-11

e.

Pekerjaan Tanah

Pekerjaan tanah termasuk penggalian dan penimbunan, terdiri dari:


- Galian tanah
- Urugan pilihan
- Penyiapan badan jalan (subgrade preparation).
- Pekerjaan bahu jalan.

f.

Pekerjaan Sub-Base (Lapis Pondasi)

Pekerjaan sub-base terdiri dari:


- Pondasi bawah (sub base).
- Pondasi atas (base).

g.

Pekerjaan Pengaspalan

Pekerjaan pengaspalan terdiri dari:


- Pondasi aspal (ATB).
- Permukaan lapis (AC).

h.

Pekerjaan Drainase

Dimensi drainase yang akan dibangun seperti tertera pada gambar tipycal cross
section (lampiran 1), yaitu lebar 2 m dan dalam 1,5 m. Pekerjaan drainase yang
mempunyai kemungkinan menimbulkan dampak lingkungan adalah penggalian
saluran drainase. Tanah hasil galian yang sementara teronggok pada bahu jalan
dapat mengganggu kelancaran lalu lintas.

i.

Pekerjaan Pelengkap Jalan

Pekerjaan pelengkap jalan, meliputi: pemasangan lampu jalan dan rambu lalu
lintas. Pemasangan lampu penerangan jalan pada ruas jalan Xxxxxx -Xxxxxx
akan mengikuti ketentuan pemasangan lampu penerangan jalan pada jalan Arteri,
sbb :

Tinggi lampu (H)

10-15 meter

Jarak antar tiang

3H - 3,5H

11-12

3. Tahap Operasi & Pemeliharaan

Pengoperasian jalan setelah pelebaran cenderung akan meningkatkan volume


arus lalu lintas pada ruas ini. Saat ini jam puncak {peak hour) pada pagi hari
terjadi antara pukul 06.00 - 07.00 yang dapat mencapai sekitar 3838 kendaraan
tiap jam, dan jam sibuk sore hari terjadi antara pukul 16.00 - 19.00 dengan
puncaknya dapat mencapai sekitar 2305 kendaraan tiap jam.

Kegiatan pemeliharaan kondisi jalan adalah menjaga kondisi berkendaraan yang


nyaman dan aman. Kegiatan ini mencakup antara lain kegiatan perbaikan dan
pelapisan ulang jalan, pengecatan dan pemeliharaan rambu-rambu lalu lintas.
Termasuk kegiatan pemeliharaan jalan adalah perawatan pertumbuhan pohon
yang ditanam sebagai pohon peneduh.

11-13

BAB III
KOMPONEN LINGKUNGAN

BAB III KOMPONEN


LINGKUNGAN
Bagian ini mendeskripsikan komponen lingkungan yang kemungkinan dapat terkena
dampak kegiatan peningkatan pelebaran ruas Xxxxxx - Xxxxxx. Informasi ini sebagai
masukan dalam perencanaan konstruksi. Uraian komponen lingkungan meliputi
komponen fisik-kimia, komponen biologi, sosial ekonomi budaya, dan kesehatan
masyarakat.
3.1.
1.

Komponen Fisik Kimia


Iklim

Informasi iklim antara lain dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengatasi masalah pencemaran debu sehubungan dengan kegiatan peningkatan jalan
dengan pelebaran didalam dan diluar damija ruas Xxxxxx - Xxxxxx di Kabupaten
Xxxxxx. Kabupaten Xxxxxx merupakan dataran rendah yang mempunyai temperatur
udara rata-rata 27C dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari
66 persen dan kelembaban nisbi 80%. Curah hujan tahunan berkisar 1.500 - 3.000
mm/tahun. Pada bulan Januari sampai April bertiup angin muson timur dan sekitar
bulan Juni bertiup angin muson tenggara. Kecepatan angin antara 30 -35 km/jam,
lamanya tiupan rata-rata 5 -7 jam. Data jumlah hari hujan dan curah hujan bulanan
tahun 1998-2002 disajikan pada tabel 3.1 dan tabel 3.2.
Pada tabel 3.1 teriihat bahwa musim hujan (curah hujan >100 mm) hanya terjadi pada
bulan Nopember - April. Sedangkan bulan-bulan lain curah hujan reiatif kecil. Kemudian
pada tabel 3.2 teriihat jumlah hari hujan reiatif banyak pada bulan Nopember -April.
Data curah hujan mempunyai kaitan dengan pencemaran debu selama kegiatan
kontruksi maupun pada tahap operasi. Pada periode bulan Nopember - April dimana
jumlah hari hujan reiatif banyak, diperkirakan kegiatan konstruksi tidak akan terjadi
pencemaran debu yang signifikan. Karena, apabila dalam suatu hari turun hujan
walaupun hanya sebentar, sudah mampu untuk melarutkan debu-debu yang
ditimbulkan pada hari-hari sebelumnya, sehingga tidak akan terjadi akumulasi polutan
udara yang signifikan. Sebaliknya pada periode bulan Mei - September dimana jumlah
hari hujan reiatif sedikit, kegiatan konstruksi lebih berpotensi menimbulkan pencemaran
debu.

lli-1

Tabel3.1.
Curah Hujan (mm) Tahun 1998-2002 Kabupaten Xxxxxx
No
Bulan
19981'
2001^
2002^'
1
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Rata-rata

Januari
Pebruari
Ma ret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember

528
107
73
146
43
0
0
0
0
0
121

151
227
132
147
75
95
22
12
47
159
205

533
656
101
137
64
28
146
*
*
*
61

404
330
102
143
61
41
56
6
24
80
129

Desember
Jumlah

106
1.122

181
1.453

92

126
1.501

Kecamatan Klari dan Xxxxxx Dalam Angka Tahun 1998


'Sumber Xxxxxx Dalam Angka Tahun 2002 *)Tidak
Ada Data

Tabel 3.2.
Hari Hujan (hari) Tahun 1998-2002 Kabupaten Xxxxxx
No
Bulan
19981'
2001*'
2002^
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Januari
Pebruari
Maret

Rata-rata

Mei
Juni
Juli
Agustus
September

20
8
9
12
3
0
0
0
0

9
10
8
7
3
5
2
1
2

18
20
5
5
3
2
5
*
*

16
13
8
8
3
3
3
1
1

10 Oktober
11 Nopember
12 Desember
Jumlah

0
4
7
62

7
11
6
70

*
3
5
65

4
6
6
72

April

Kecamatan Klah dan Xxxxxx Dalam Angka Tahun 1998


'Sumber Xxxxxx Dalam Angka Tahun 2002 *)Tidak
Ada Data

III-2

2.

Kualitas Udara dan Kebisingan

Kualitas udara pada lokasi proyek diperoleh dari hasil pengukuran langsung di lapangan
dan analisa oleh Labotorium Meteorologi Dan Kualitas Udara - Institut Pertanian Bogor,
yang hasilnya disajikan pada tabel 3.3. Dari tabel terlihat bahwa semua parameter
kualitas udara memenuhi ambang batas standar baku mutu, kualitas udara cukup baik.
Namun tingkat kebisingan berada di atas standar baku mutu.
Tabel 3.3. Kualitas Udara Pada Ruas Xxxxxx - Xxxxxx
No
Parameter
Satuan
Baku

1
2
3
4
5
6
7
8

Sulfur Dioksida (S02)


Nitrogen
(NOx)
NH3
H2S

Oksida

Hidro Karbon (HC)


Timah Hitam (Pb)
Debu

Mutu*'

Pasar
Kosambi

l^g/Nm3

900

20,45

ng/Nm

400

29,78

36,74

38,59

ng/Nm3
(ig/Nm3

1360
42

3,14
1,84

2,56
1,36

2,09
ttd

ng/Nm3
ng/Nm3
l^g/Nm3
fig/Nm3

160
2
260
30.000

18,4
0,6
127,6
2.800

22,5
0,8
122,7
3.175

10,7
0,7
135,4
2.870

76,2

74,5

78,4

Karbon Monoksida
(CO)
9
Kebisingan
dBA
60
'Peraturan Pemerintah Rl Nomor41 tahun 1999
SK MenKLH Nomor 48 tahun 1996 ttd tidak
terdeteksi Aran angin dominan dari barat ke
timur

3.

Titik Pengukuran
Sebelah
Sebelah
Barat
Timur
Pasar
Pasar
Kosambi Kosambi
24,30
24,56

Kualitas Air

Kualitas air pada saluran yang melintas ruas jalan lokasi proyek merupakan komponen
lingkungan yang mempunyai kemungkinan terkena dampak kegiatan konstruksi.
Ceceran tanah dari kegiatan pekerjaan jalan yang masuk ke saluran akan meningkatan
kekeruhan (turbidity, total suspended solid - TDS). Kondisi awal kualitas air saluran
sebelum konstruksi perlu diketahui sebagai tolok ukur dampak kegiatan konstruksi.
Kondisi awal kualitas air saluran Komojing yang melintas ruas Xxxxxx - Xxxxxx (pada
KM 84,7) disajikan pada tabel 3.4, yang merupakan data primer hasil analisa
Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor (lampiran 2). Dari tabel terlihat beberapa
parameter tidak memenuhi baku mutu (SK Gubernur Jawa Barat No. 39/2000), yaitu
NH3, BOD, COD. Data ini akan menjadi tolok ukur dampak kegiatan konstruksi terhadap
kualitas air saluran.
III-3

Tabel 3.4. Kualitas Air Saluran Komijing yang Melintas Ruas Xxxxxx-Xxxxxx
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1

Parameter
PH
Temperatur
Turbidity
TDS
Chloride, CI
Sulfate, S04
Nitrite, NOz
Nitrate, N03
Ammonia, NH3
BOD
COD
Iron, Fe
Manganase, Mn
Zinc, Zn

Satuan Baku Mutu"'


6-9
C
Normal
NTU
Mg/I
1000
Mg/I
600
mg/l
400
mg/l
0,06
mg/l
10
mg/l
0,02
mg/l
6
mg/l
10
mg/l
5
mg/l
0,5
mg/l
0,02

Hasil Analisa
Keterangan
7,2
28
0,46
675
112,47
28,32
0,01
1,13
30,31 Melampaui baku
19,13 mutu
89,79
0,48
0,79
0,01

SK GubemurJawa Barat Nomor 39 tahun 2000

4. Keberadaan Pipa Saluran Air (PAM)


Pipa saluran air PAM yang ada pada sisi ruas jalan eksisting mungkin akan terganggu
oleh kegiatan pelebaran jalan. Pipa air PAM nampak pada sisi kiri jembatan sta 0+000
(gambar3.1
5. Hidrologi

berikut

ini).

Badan Air Permukaan


Pada ruas jalan Xxxxxx - Xxxxxx
melintas

beberapa

badan

(AP3)

air

permukaan baik berupa saluran

alam

maupun saluran buatan. Termasuk

saluran

alam adalah: Kali Kamojing dan Kali Ciwaluh. Sedangkan termasuk saluran buatan
adalah saluran primer irigasi Citarum. Diantara saluran yang ada adalah Kali Kamojing
berperan penting dalam kaitannya dengan masalah banjir di Pasar Kosambi. Kali ini
dimensi kedalaman tebing 0,8-1,2 meter, lebar dasar 1,0-1,8 meter dan lebar
permukaan 1,5-2,5 meter. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan tampak bahwa
sungai ini mulai merosot fungsi hidrologisnya. Hal ini berkaitan dengan makin
banyaknya penduduk sekitaryang membangun rumah dibadan air permukaan ini.
Disamping itu banyak sampah domistik yang dibuang ke sungai ini, sehingga
mengakibatkan terganggunya aliran.
Banjir dan Genganan
Permasalahan yang berkaitan dengan kondisi hidrologi adalah terjadinya genangan air
di depan Pasar Kosambi pada musim hujan. Genangan air ini disebabkan oleh kondisi

areal yang memeiliki elevasi rendah dan dimensi saluran eksisting terlalu kecil sehingga
kurang lancar menyalurkan air buangan dari sekitar pasar.
Pada sta 0+000 terdapat saluran buangan yang menerima aliran dari drainase jalan
menuju arah Pasar Kosambi, yang selanjutnya disalurkan ke saluran irigasi sepanjang
sisi rel kereta api. Pada sta 1+200 sebelum pertigaan pasar Kosambi terdapat saluran
pembuang yang mengalir ke saluran irigasi sepanjang sisi rel kereta api. Saluran ini
kurang berfungsi baik karena banyak tersumbat lumpur. Secara keseluruhan kondisi
saluran drainase kiri kanan jalan tersumbat lumpur dan sampah.
Pada pertigaan pasar Kosambi (sta 1+400) terdapat saluran pembuang dibelakang
pertokoan, namun juga tidak berfungsi baik karena banyak tersumbat sampah. Saluran
yang berfungsi baik terdapat pada sta 1+500 s.d sta 2+500.

6. Tata Ruang
Sesuai peta Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRW) Xxxxxx (Gambar 3.3),
peruntukan pada kanan kiri rencana proyek terdiri dari permukiman perkotaan (KM
83,1-85,6; KM 86,1-86,8) dan zone industri (KM 91,6-92,5) yaitu industri Pupuk Kujang.
Tata guna lahan eksisting sudah sesuai dengan peruntukannya dalam tata ruang.
7. Topografi
Ruas jalan Xxxxxx - Bekasi merupakan dataran berombak, dengan fisiografi lipatan. Di
beberapa tempat ruas jalan menempati posisi punggung lipatan yang merupakan tanah
kering dan di beberapa tempat lainnya ruas jalan menempati daerah cekungan yang
pada saat musim hujan sering terjadi genangan. Beda tinggi antara punggung lipatan
dan kaki lipatan tidak terlalu tinggi, rata-rata bervariasi antara 3-6 m.
8. Geologi
Secara fisiografis daerah proyek peningkatan jalan Xxxxxx-Xxxxxx terietak pada
formasi Kipas Aluvium (Qav). Satuan ini terdiri dari batu pasir tufaan dan
konglomeratan/kipas aluvium, yang terbentuk pada zaman Plistosen. Satuan ini
membentuk morfologi kipas dengan pola aliran "dischotomic". Pengendapannya diduga
pada lingkungan darat, bahan pembentuknya berasal dari batuan gunung api muda di
Dataran Tinggi Bogor. Pada bagian atas secara berangsur tertutup oleh bahan
endapan yang dibawa oleh hasil aktivitas sungai-sungai yang mengalir di daerah ini.
Tebal satuan ini diduga 300 meter. Satuan ditempati oleh rempah-rempah gunungapi
berupa tuf, konglomerat, dan breksi yang sebagian telah mengalami pelapukan kuat,
membentuk tanah penutup permukaan berwarna merah kecoklatan.
III-5

3.2.
1.

Komponen Biologi
Flora

Vegetasi di areal proyek umumnya merupakan vegetasi budidaya, yang dapat


dikelompokkan ke dalam kelompok tanaman buah-buahan, pohon peneduh, dan
tanaman hias. Tergolong pohon buah-buahan, antara lain: mangga, rambutan, srikaya,
belimbing, jeruk, sirsak, pepaya, nangka, jambu batu, jambu air, dan kelapa. Termasuk
pohon peneduh adalah: beringin, mahoni, tanjung, karet, lamtoro, petai cina, hangjuang,
puring, dan angsana. Sedangkan yang termasuk tanaman hias antara lain: kenanga,
soka, plamboyan, palem, cemara, kamboja, paku, johar, bogenvile, sinyo nakal, dan
lilin-lilin.
Sesuai dengan rencana pelebaran jalan, pohon-pohon tersebut akan ditebang. Namun
fungsinya akan diganti dengan penanaman kembali pohon peneduh yang baru di kiri
kanan jalan baru. Adapun jenis pohon peneduh yang akan ditanam kembali adalah
yang mempunyai sifat-sifat:
-

Mudah tumbuh pada tanah yang padat.

Tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah.

Tahan terhadap hembusan angin yang kuat.

Dahan dan ranting tidak mudah patah.

Pohon tidak mudah tumbang.

Buah tidak teiialu besar.

Serasah yang dihasilkan sedikit.

Tahan terhadap pencemar dan kendaraan bermotor dan industri.

Luka akibat benturan mobil mudah sembuh.

Cukup teduh tetapi tidak terlalu gelap.

Kompatibel dengan tanaman lain.

Daun, bunga, buah, batang dan percabangannya secara keseluruhan indah.

Pada saat dewasa cocok dengan ruang yang tersedia.

Berumur panjang.
Pertumbuhannya cepat.

Tahan terhadap hama dan penyakit.

Jenis-jenis pohon yang cocok untuk peneduh jalan disajikan pada tabel 3.5.

III-6

Tabel 3,5.Jenis Pohon yang Cocok Sebagai Peneduh Jalan


No

Nama Daerah

__1_
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Flamboyan
Angsana
Ketapang
Kupu-kupu
Kere paying
Johar
Tanjung
Mahoni
Akasia
Bungur
Kenari
Johar
Damar
Nyamplung
Jakaranda
Liang liu
Kismis
Ganitri
Saga
Anting-anting
Asam kranji
Johar
Cemara
Pinus
Beringin

Nama Latin
Delonix regia
Pterocarpus indicus
Terminalia cattapa
Bauhinia purpurea
Filicium decipiens
Cassia multiyoga
Mimusops elengi
Swientenia mahagoni
Acacia auriculiformis
Lagerstroemia loudonii
Canarium commune
Cassia sp.
Agathis alba
Calophyllum inophyllum
Jacaranda filicifolia
Salix babilinica
Muehienbeckia sp.
Elaeocarpus spahaericus
Adenanthera pavoniana
Elaeocarpus grandiflorus
Pithecelobium dulcea
Cassia grandis
Cupresus papuana
Pinus merkusii
Ficus benjamina

Penanaman pohon dapat dilakukan lebih awal, sebelum penebangan pohon lama
dilakukan. Diharapkan pohon pengganti dapat mulai tumbuh pada saat pohon lama
ditebang.

Fauna
Ditinjau dari keanekaan jenis maupun jumlahnya satwa yang ada di areal proyek tidak
banyak. Hal ini disebabkan karena habitat ini tidak kondusif untuk berkembangngya
satwa liar. Tingkat aktivitas penduduk dan tingkat keramaian lalu lintas yang tinggi tidak
memungkinkan berkembangnya satwa liar secara baik. Diantara satwa liar yang masih
dapat dijumpai adalah burung gereja, burung prenjak, kupu-kupu, labah-labah, bekicot,
kadal, tikus got, dan belalang.
Penebangan pohon akan menyebabkan hilangnya habitat satwa. Jenis satwa yang
paling merasakan terkena dampak hilangnya habitat satwa adalah burung prenjak,
kupu-kupu, dan belalang. Namun dampak ini tidak signifikan karena satwa-satwa
tersebut dapat pindah mencari habitat pohon lain di sekitar permukiman penduduk yang
III-7

jaraknya tidak jauh. Selain itu, penanaman pohon pengganti yang dilakukan lebih awal
juga dimaksudkan untuk memberikan habitat baru yang cukup bagi satwa liar tersebut.

3.3.

Komponen Sosial

1.

Kependudukan

Aktifitas pelebaran mas jalan, terutama perekrutan tenaga kerja akan dapat
mempengaruhi jumlah penduduk setempat. Dilihat dari jumlah penduduknya,
Kabupaten Xxxxxx termasuk daerah yang mempunyai penduduk menengah. Pada
tahun 2002 jumlah penduduk di Kabupaten Xxxxxx mencapai 1.862.839 jiwa (hasil
pengolahan Susenas 2002), berarti terjadi pertumbuhan penduduk 3,94% dari tahun
2001, dimana pada tahun tersebut jumlah penduduk Kabupaten Xxxxxx 1.789.525 jiwa
(Sensus penduduk 2001). Penduduk laki-laki pada tahun 2002 berjumlah 935.634 jiwa
dan penduduk perempuan berjumlah 927.205 jiwa, sehingga rasio jenis kelamin 100,91
dengan rata-rata per Km2-nya 1.062 jiwa.
Jumlah penduduk pada desa-desa lokasi proyek disajikan pada tabel 3.6. Desa-desa
yang lokasi proyek pelebaran ruas jalan Xxxxxx - Xxxxxx (AP3) adalah Desa Duren
(Kecamatan Klari), Desa Pancawati (Kecamatan Klari), Desa Dawuan Tengah
(Kecamatan Xxxxxx).
Tabel 3.6. Jumlah Penduduk
No Kecamatan/Desa

Jumlah
Penduduk
Laki-laki
82.281
9.808
3.380
81.239

Jumlah
Penduduk
Perempuan
80.024
9.511
3.524
82.427

2.682
4.100
Dawuan Tengah
4
(Kec. Xxxxxx) '
SumbenKabupaten Xxxxxx Dalam Angka, Tahun 2002 1
Sumben Monografi Desa Duren, Tahun 2003 Sumben
Kecamatan Klari Dalam Angka, Tahun 1998 Sumben
Kecamatan Xxxxxx Dalam Angka, Tahun 1998.

6.094

Kecamatan Klari1'
Duren (Kec. Klari)1"
Pancawati (Kec. Klari)J)
Kecamatan Xxxxxx1'

I
1
2
II
3

2.

Jumlah
Rumah
Tangga
46.107
5.368
1.450
42.565

Jumlah
Penduduk
162.305
19.319
6.904
163.666
10.194

Tenaga Kerja

Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berusia 10 tahun keatas dan
terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Adapun Angkatan Kerja
dibedakan menjadi Yang Bekerja dan Pencari Kerja. Pencari Kerja setempat akan
diprioritaskan dalam perekrutan tenaga kerja kosntruksi pelebaran jalan.
III-8

Pada tahun 2002 Pencari Kerja terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Xxxxxx
berjumlah 30.248 orang, sedangkan tahun 2001 terdaftar 35.940 orang, artinya dalam
periode 1 tahun tersebut hanya 2.236 orang (7,39%) yang telah ditempatkan. Melihat
banyaknya Pencari Kerja yang belum ditempatkan, menunjukkan bahwa tingkat
pengangguran di Kabupaten Xxxxxx masih relatif besar. Jumlah Pencari Kerja menurut
tingkat pendidikan disajikan pada tabel 3.7.
Tabel 3.7. Jumlah Pencari Kerja Kabupaten Xxxxxx Menurut Pendidikan, 2002.
Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Bulan
SD
SLTP
SLTA
Tahun 2002
Januari
97
488
477
Pebruari
34
91
249
Maret
37
56
72
April
48
71
108
Mei
194
252
293
Juni
103
145
435
Juli
127
167
431
Agustus
36
174
163
September
27
46
282
Oktober
23
81
223
Nopember
21
26
33
Desember
198
129
376
Sumber: Kabupaten Xxxxxx Dalam Angka Tahun 2002
3.

Sarmud
60
21
12
19
28
10
11
8
27
16
10
23

Sarjana
64
17
18
26
31
15
28
23
43
92
23
25

Kesehatan Masyarakat

Kesehatan masyarakat merupakan komponen lingkungan yang mempunyai


kemungkinan terkena dampak kegiatan pelebaran ruas jalan Xxxxxx - Xxxxxx. Dampak
pada kesehatan masyarakat berkaitan dengan pencemaran debu yang dimungkinkan
oleh kegiatan mobilisasi material ataupun pekerjaan jalan. Paramater yang dapat
digunakan sebagai tolok ukur dampak kesehatan adalah jumlah pasien menurut jenis
penyakit pada puskesmas setempat sebelum pelaksanaan pelebaran jalan, tertera pada
tabel 3.8.
Tabel 3.8. Jumlah Pasien Menurut Penyakit, Tahun 2002
No
Penyakit
Jumlah Pasien
1
2
3
4

ISPA
Kolera & diare
Campak
Disentri basiler

Typhus

Kec. Klari
11.645''
302
96
37

Kec. Xxxxxx

Kab. Xxxxxx

626
114
215

6.553
578
1.145

482

1.788

Sumber: Kabupaten Xxxxxx Dalam Angka Tahun 2002


'Laporan Tahunan Puskesmas Klah, Tahun 2004

III-9

4.

Persepsi Masyarakat Terhadap Proyek

Untuk menggali persepsi masyarakat terhadap proyek pelebaran jalan, telah dilakukan
wawancara masyarakat sisi kanan kiri mas jalan proyek, yang terdiri dari masyarakat
Desa Duren (Kec. Klari) 74 responden; masyarakat Desa Pancawati (Kec. Klari) 16
responden; Desa Dawuan Tengah (Kec. Xxxxxx) 15 Responden. Responden
merupakan sampel dari masyarakat yang tanahnya terkena proyek pelebaran jalan,
yang seluruhnya berjumlah 228 warga Desa Duren, 140 warga Desa Pancawati, 161
warga Desa Dawuan Tengah.
Responden pada Desa Pancawati dan Desa Dawuan Tengah sudah menerima
pembayaran pembebasan tanah bulan September 2000. Sedangkan untuk pembayaran
pembebasan tanah masyarakat Desa Duren dianggarkan pada APBN tahun 2004.
Wawancara menggunakan kuesioner seperti tertera pada lampiran 5. Rekapitulasi hasil
wawancara masyarakat disajikan pada tabel 3.9. Dari tabel tehihat sebagian besar
responden (98%) mendukung.
Untuk melengkapi hasil wawancara masyarakat, juga dilakukan wawancara Kepala
Desa Duren, Sekretaris Desa Pancawati, Sekretaris Desa Dawuan Tengah. Hasil
wawancara dengan Kepala Desa Duren adalah:
- Pendataan warga terkena pelebaran jalan di Desa Duren dilakukan tahun 2002.
Terdata 228 warga yang tanahnya terkena proyek.
- Pada umumnya warga terkena proyek mendukung rencana pelebaran jalan.
Beberapa warga bahkan telah memundurkan pagarnya rumahnya (gambar2.1 bab II
di atas).
- Dalam rencana pembebasan tanah, tidak ada warga yang harus pindahkan. Terdapat
3 bangunan toko pada pertigaan Pasar Kosambi yang akan terkena proyek (gambar
2.5). Harga pasaran nilai bangunan mencapai Rp. 1.500.000,- per-m2.
- Terdapat 1 bangunan masjid terkena pelebaran jalan, yaitu masjid "Al Mujahidin" pada
sta 1+100 (gambar 2.4). Masjid akan dibongkar dan Proyek akan menyediakan
material bagi pembangunan masjid baru di belakang lokasi masjid lama. Lahan untuk
pembangunan masjid baru telah tersedia siap bangun. Tenaga kerja untuk
pembangunan masjid akan disediakan oleh pengelola masjid (DKM).
Hasil wawancara dengan Sekretaris Desa Pancawati:
- Terdapat sekitar 140 warga Desa Pancawati yang tanahnya terkena rencana
pelebaran jalan. Pembayaran tanah dilakukan September 2000.
- Dalam pembebasan tanah, hanya terdapat 1 warga yang hams pindah.
- Seluruh warga terkena pelebaran jalan mendukung rencana pelebaran jalan dan telah
memundurkan pagar halaman rumah (gambar 2.2 bab II di atas)
Hasil wawancara dengan Sekretaris Desa Dawuan Tengah:
- Terdapat 161 warga Desa Dawuan Tengah yang tanahnya terkena rencana pelebaran
jalan. Pembayaran tanah dilakukan September 2000.
111-10

- Dalam pembebasan tanah, tidak ada warga yang harus pindah.


- Seluruh warga terkena pelebaran jalan mendukung rencana pelebaran jalan dan telah
memundurkan pagar halaman rumah (2.3 bab II di atas).
Tabel 3.9. Rekapitulasi Hasil Wawancara Responden
No
Kuesioner
Jum ah Responden Menurut Jawaban
Desa
Total
%
Desa
Desa
Duren Pancawati Dawuan
Tengah
1
Pekerjaan utama:
PNS
15
3
2
20
19
Wiraswasta
41
12
9
62
59
Tani
2
1
3
3
Jasa bengkel
2
1
3
3
Usaha kamar kost
1
1
1
Sopir bus
1
1
1
Pensiunan
11
1
12
11
Ibu rumah tangga
3
3
3
2
Jumlah anggota keluarga
1 orang
1
1
2
2
2 orang
4
1
1
6
6
3 orang
13
4
3
20
19
4 orang
24
5
3
32
30
5 orang
22
5
3
30
29
6 orang
7
1
3
11
10
7 orang
2
1
3
3
8 orang
1
1
1
3
Penghasilan per bulan:
Tidak menjawab
9
9
9
Rp. 500.000,1
1
2
2
Rp. 700.000,2
1
3
3
Rp. 1.000.000,15
8
5
28
27
Rp. 1.500.000,19
3
2
24
23
Rp. 2.000.000,24
2
2
28
27
Rp. 3.000.000,3
2
5
10
10
Rp. 4.000.000,1
1
1
% luas tanah terkena rencana
4
pelebaran jalan terhadap luas
tanah yang dimiliki:
1 - 3%
2
1
3
3
4 - 6%
20
6
2
28
27
7 - 9%
18
5
5
28
27
10-12%
16
3
3
22
21
13-15%
10
1
2
13
12
16-17%
4
1
5
5
18-19%
3
1
4
4
22 - 23%
1
1
1
46%
1
1
1

111-11

No

Kuesioner

% luas bangunan yang terkena


rencana pelebaran jalan
terhadap luas bangunan yang
dimiliki:
0%
5 - 8%
9-10%
13-14%
16-17%
22 - 23%
46%
6
Penggunaan/fungsi bangunan
Rumah tinggal
Rumah + toko
Rumah makan
Warung
Rumah untuk kost
7
Jumlah tanaman yang terkena
rencana pelebaran jalan:
0 batang
1 - 3 batang
4 - 6 batang
7-9 batang
10 batang
12 batang
8
Kompensasi yang dipilih:
Uang
Persepsi terhadap rencana
9
pelebaran jalan:
Mendukung
Tidak mendukung
10 Sumber air bersih:
Sumur
PAM
11 Ketersediaan listrik:
PLN

Jum ah Responden Menurut Jawaban


Desa
Desa
Desa
Total
%
Duren Pancawati Dawuan
Tengah

5.

44
21
6
2

12
3

8
3
3

64
27
9
2
1
1
1

61
26
9
2
1
1
1

10
5

69
24
4
7
1

66
23
4
7
1

1
1
51
12
4
7

8
7

31
22
13
6
1
1

7
3
3
3

8
3
3
1

46
28
19
10
1
1

44
27
18
10
1
1

74

16

15

105

100

72
2

16

15

103
2

98
2

58
16

16

15

89
16

85
15

74

16

15

105

100

Kondisi Lalu Lintas Eksisting

Ruas jalan Xxxxxx - Xxxxxx (N 007) berada pada wilayah jalur Pantai Utara (Pantura)
Pulau Jawa dengan status sebagai jalan Negara dan berfungsi sebagai jalan Arteri
Primer. Jalan yang pembinaannya oleh Negara ini berfungsi untuk melayani angkutan
rute jarak jauh yang memerlukan kecepatan rata-rata kendaraan tinggi.
Pada saat ini, ruas jalan Xxxxxx - Xxxxxx mempunyai tingkat kepadatan yang tinggi
akibat terjadinya pencampuran antara lalu lintas regional dan lokal yang berakibat

111-12

masjalan ini menerima beban yang berlebihan. Dengan kepadatan yang tinggi tersebut
masjalan ini akan sangat rawan terhadap kecelakaan dan kemacetan lalu lintas.
Untuk mengetahui gambaran kondisi lalu lintas saat ini, telah dilakukan survai
perhitungan lalu lintas berupa pencacahan jumlah kendaraan yang lewat pada ruas
Xxxxxx - Xxxxxx dengan mengambil pos pengamatan pada sta 0+100.
Pengamatan dilakukan dengan periode 40 jam selama 2 hari (tanggal 28 - 29 Januari
2004) mulai pukul 06.00 pagi pada hari pertama dan berakhir pada pukul 22.00 pada
hari kedua.
Hasil dari pengamatan yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.10 s/d 3.12
Keterangan golongan kendaraan didalam tabel tersebut, sebagai
Golongan 1 berikut
Golongan 2 Sepeda motor, sekuter, sepeda kumbang dan roda 3
Golongan 3 Sedan, jeep dan station wagon
Golongan 4 Opelet, pick-up opelet, suburban, combi dan minibus
Golongan 5a Pick-up, micro truk dan mobil hantaran
Golongan 5b Bus kecil
Golongan 6 Bus besar
Golongan 7a Truk 2 sumbu
Golongan 7b Truk 3 sumbu
Golongan 7c Truk gandengan
Golongan 8 Truk semi trailer
Kendaraan tidak bermotor

06-07
07-08
08-09
09-10
10-11
11-12
12-13
13-14
14-15
15-16
16-17
17-18
18-19
19-20
20-21
21-22
22-23
23-24
00-01
01 -02
02-03
03-04

985
520
525
375
484
452
508
420
591
445
649
660
380
262
398
220
272
295
98
35
21
34

49
125
90
69
103
98
105
76
127
90
100
82
92
60
78
54
55
26
25
17
13
9

206
236
245
186
220
228
219
210
213
107
237
191
92
109
135
71
68
43
28
21
22
25

18
33
61
59
95
86
79
74
98
106
57
54
40
24
34
30
47
25
9
7
6
11

24
15
30
18
14
20
16
10
24
15
19
19
4
4
11
3
13
7
4
5
4
6

33
14
13
9
4
12
16
10
27
12
22j
29
40
7
25
22
25
12
5
5
6
8

38
59
80
73
117
109
97
102
99
100
99
74
40
55
78
41
107
25
41
98
123
94

19
15
16
33
37
39
31
28
27
97
29
41
40
34
52
32
45
20
40
59
67
42

2
2
1
3
0
7
12
8
23
11
1
4
4
8
12
6
12
9
6
8
11
6

CO

Gol8

Gol7c

.c

Gol7b

Gol7a

Gol6

o
CD

Gol5b

GoM

Gol3

Gol2

il Pengamatan Lalu Lintas Ruas Jalan Xxxxxx - Xxxxxx, h


Xxxxxx - Xxxxxx

GoM

Pukul

Tabel 3.10:
Has Ara

3
5
3
18
11 17
8
17
7
14
9
18
6
17
0 I 16
0
6
10
2
3
10
10
7
4
0
5
2
8
2
4
5
15
1
13
2
12
1
8
1
6
1
4
0

E
3

1382
1040
1089
850
1095
1078
1106
954
1235
995
1226
1171
736
570
833
488
660
477
269
264
280
239

1-13

18
80
137
204
163
254
271
272
262
244
200
194
165
280
273
153
77
66
6425

7
22
48
57
39
67
74
95
94
84
78
93
65
60
68
47
29
40
2120

2
21
19
17
20
14
13
13
16
13
20
13
10
19
17
7
20
5
544

7
8
12
15
8
5
3
2
2
0
24
18
23
31
24
3
36
21
598

28
27
53
78
53
102
87
92
114
103
118
104
62
83
79
59
45
43
3079

20
16
17
18
16
26
33
33
39
42
32
36
43
28
32
30
25
26
1355

ro CD

2
4
2
0
2
1
0
3
3
2
8
10
7
3
8
3
15
8
237

oo
o
CD

Gol 7c

CD

Gol 6

co o CD

Gol 5b

CD

...... i
ro

5
17
3
2
4
4
11
5
6
4
5
4
7
5
6
0
15
3
255

0
14
8
7
11
5
7
7
10
9
10
10
15
9
14
11
4
1
314

ro

129
475
870
1125
724
1050
1073
1012
1058
972
1131
1150
928
1395
1279
844
511
478
34241

50
104
93
106
94
98
92
90
99
86
147
138
142
76
61
41
43
26
22
18

230
179
193
191
197
198
192
182
170
160
181
170
181
107
117
88
70
30
26
22

28
31
79
71
90
87
79
54
80
88
87
56
75
31
17
25
19
10
8
7

32
33
32
22
47
46
49
46
30
27
31
28
41
38
42
46
41
41
40
62

0
0
1
7
0
6
5
0
1
0
0
1
3
4
2
11
8
7
6
9

2
0
3
7
3
5
7
4
14
10
6
12
9
6
11
2
10
14
12
7

18
6
15
12
5
11
9
10
17
11
16
1
2
1
7
2
1
0
1
1

111-14

Juml
ah

40
38
62
76
116
102
97
90
99
82
70
30
43
25
18
33
35
40
42
104

Gol 8

42
22
2
0
1
12
19
22
18
10
7
5
10
9
8
29
15
5
5
6

Gol 7c

30
17
15
9
12
18
21
22
14
14
12
13
11
4
9
13
2
2
3
5

Gol 7b

o
CD

Gol 7a

il Pengamatan Lalu Lintas Ruas Jalan Xxxxxx - Xxxxxx, h


Xxxxxx - Xxxxxx

Gol 6

1984
793
453
350
333
386
432
460
438
484
477
380
376
196
210
193
186
96
35
12

CD

NT O

Gol 5b

06-07
07-08
08-09
09-10
10-11
11-12
12-13
13-14
14-15
15-16
16-17
17-18
18-19
19-20
20-21
21 -22
22-23
23-24
00-01
01-02

CD

"

Gol 5a

Pukul

Tabel 3.1 1:
Has
Ara o

3
15
84
127
63
87
114
95
120
121
101
88
91
74
82
91
54
53
3006

co
o

Gol 3

Jumlah

37
251
487
600
345
485
460
395
392
350
535
580
440
803
676
440
191
212
16308

Gol 2

04-05
05-06
06-07
07-08
08-09
09-10
10-11
11 -12
12-13
13-14
14-15
15-16
16-17
17-18
18-19
19-20
20-21
21 -22

Gol 2

Pukul

o
CD

2456
1223
948
851
898
969
1002
980
980
972
1034
834
893
497
502
483
430
271
200
253

Jumlah

Gol 8

Gol 7c

Gol 7b

Goi7a

Gol 5b

Gol 5a

Gol 4

Gol 6

131
100
30
120
44
38
58
78
106
30
61
43
79
76
79
38
37
24
25
30
2469

70 10
6
1
281
43
6
5
0
255
21
2
5
0
121
24 12 24
0
960
22
2
0 24 1656
34
0
2
6 1203
20
0
6
8
766
31
1 14
6
696
25
3
2
6
737
8
0
5
3
341
21
5
3
1
693
13
0
3
7
727
33
5 14
1
867
31
4 13
4
944
25
2 12
5 1020
18
2
6
5
910
32
3
8
7
917
34
3
7
5
641
37
8
7
6
394
85
5
3
0
463
1401 144 289 241 31268

436
415
438
377
417
426
411
392
383
267
418
361
273
216
252
159
138
73

46
64
140
130
185
173
158
128
178
194
144
110
115
55
51
55
66
35

54
32
45
27
26
38
37
32
38
29
31
32
15
8
20
16
15
9

75
36
15
9
5
24
35
32
45
22
29
34
50
16
33
51
40
17

78
97
142
149
233
211
194
192
198
182
169
104
83
80
96
74
142
65

51
48
48
55
84
85
80
74
57
124
60
69
81
72
94
78
86
61

2
2
2
10
0
13
17
8
24
11
1
5
7
12
14
17
20
16

5
3
14
15
10
14
13
4
14
20
9
22
13
11
19
6
25
27
111-15

23
24
32
29
19
29
26
26
23
13
26
8
2
3
9
7
2
2

Jumla
h

Gol 8

Gol 7c

Gol 7b

Gol 7a

Gol 6

Gol 5b

99
229
183
175
197
196
197
166
226
176
247
220
234
136
139
95
98
52

Gol 5a

2969
1313
978
725
817
838
940
880
1029
929
1126
1040
756
458
608
413
458
391

Gol 4

Gol 2

06-07
07-08
08-09
09-10
10-11
11-12
12-13
13-14
14-15
15-16
16-17
17-18
18-19
19-20
20-21
21-22
22-23
23-24

Gol 3

GoM

Hash Pengamatan Lalu Lintas Ruas Jalan Xxxxxx - Xxxxxx


Untuk Kedua Arah

Pukul

Tabel 3.12:

Gol 3

Gon

9
15
24
5
4
6
32
11
30
12
7
9
23
3
21
7
2
7
300
60 276
36 48 60
1200
42 234
32 20 36
710
86 243
35 25 24
384
68 160
42 18
2
265
82 154
55 10
0
277 106 143
56 10
3
108
47
95
35
8
2
264
81 178
66 11
2
275 121 149
71 25 20
445
61 139
69
8 13
462 107 153
68 12 14
520 125 171
63 13
5
480 141 157
46
9
8
476 134 156
45
8 11
267
84 154
44
7 12
145
62
68
25
3
8
187
40
60
11 12 30
15103 3102 5649 1845 506 519

Gol 2

Pukul

02-03
03-04
04-05
05-06
06-07
07-08
08-09
09-10
10-11
11 -12
12-13
13-14
14-15
15-16
16-17
17-18
18-19
19-20
20-21
21 -22
Jumlah

3838
2263
2037
1701
1993
2047
2108
1934
2215
1967
2260
2005
1629
1067
1335
971
1090
748

54
43
46
55
39
356
371
447
323
408
414
367
440
393
339
347
336
437
429
307
145
126
12074

17
14
11
23
14
58
80
92
81
122
130
130
160
155
147
161
128
106
113
91
54
51
3965

80
121
137
85
41
40
39
52
36
57
58
41
60
55
65
67
68
46
64
64
62
111
2756

12
17
21
12
4
16
4
0
2
2
3
3
8
2
13
14
9
5
11
6
23
13
381

24
15
12
9
10
41
3
4
10
18
13
10
9
7
19
17
19
11
14
7
22
6
544

Dari hasil survai yang dilakukan diketahui bahwa jumlah kendaraan pada ruas
jalan Xxxxxx - Xxxxxx didominasi kendaraan jenis sepeda motor (47.95%).
Komposisi masing-masing jenis kendaraan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. 13 : Komposisi Jenis Kendaraan
Jenis Kendaraan
VDF
Sepeda Motor
Mobil Penumpang
Utility (Opelet dan sejenisnya)
Truk Ringan (2 Sumbu)
Bus Kecil
Bus Besar
Truk Sedang (2 Sumbu)
Truk Berat (3 Sumbu atau lebih)
Kendaraan Tak Bermotor
Jumlah

0.0001
0.0030
0.2746
0.1175
0.8139
2.1974
3.6221

Jumlah Kendaraan
Krw-Ckp Ckp-Krw Total
16308
15103 31411
3006
3102
6108
6425
5649
12074
2120
1845
3965
544
506
1050
598
519
1117
3079
2469
5548
1847
1834
3681
314
241
555
34241
31268 65509

%
47.95
9.32
18.43
6.05
1.60
1.71
8.47
5.62
0.85
100

Berdasarkan data pada tabel komposisi jenis kendaraan diatas, jenis kendaraan
dengan Vehicle Damage Factor (VDF) yang besar seperti bus besar, truk
sedang dan truk berat mencapai jumlah 15.79% dari jumlah sample
pengamatan.

111-16

Jumlah

Goi8

Gol7c

10
83
11
202
12
254
17
194
14
58
68
147
48
97
39
116
10
111
5
180
6
193
4
122
4
175
20
146
37
197
32
180
28
141
39
121
35
116
15
83
44
70
51
73
1117 5548

Gol7b

7
10
8
13
4
69
39
42
38
24
23
21
27
38
28
25
23
28
25
14
23
17
1050

Gol7a

47
35
28
20
6
75
126
213
131
169
220
142
201
242
162
195
216
215
216
175
116
93
6108

"o
CD

Gol5b

Gol2

133
47
30
66
60
551
1687
1310
729
750
737
503
656
625
980
1042
960
1283
1152
707
336
399
31411

CO

Go! 5a

GoM

00-01
01-02
02-03
03-04
04-05
05-06
06-07
07-08
08-09
09-10
10-11
11 -12
12-13
13-14
14-15
15-16
16-17
17-18
18-19
19-20
20-21
21 -22
Jumlah

Gol3

Pukul.

"o

CD

2
469
2
517
2
561
0
494
0
250
14 1435
32 2526
13 2328
19 1490
11
1746
13 1810
10 1353
11 1751
16 1699
11
1998
14 2094
20 1948
14 2305
21 2196
16 1485
10
905
1
941
555 65509

Volume lalu lintas selama 24 jam dalam satuan mobil penumpang (smp), dengan
koefisien smp merujuk kepada Standar Perencanaan Geometnk untuk Jalan
Perkotaan Direktorat Jenderal Pembinaan Jalan Kota Direktorat Jenderal Bina
Marga, Maret 1992, sbb :
Tabel 3.14 : Volume Lalu Lintas (dalam smp)
Jenis Kendaraan
Koef
Sepeda Motor
Mobil Penumpang
Utility (Opelet dan sejenisnya)
Truk Ringan (2 Sumbu)
Bus Kecil
Bus Besar
Truk Sedang (2 Sumbu)
Truk Berat (3 Sumbu atau lebih)
Jumlah

smp
0.5
1.0
1.0
2.5
2.5
3.0
2.5
3.0

Jumlah Kend /
2 arah / Hari
17555
3276
6445
2164
615
700
3427
2429
36611

smp

8778
3276
6445
5410
1538
2100
8568
7287
43401

Fluktuasi lalu lintas pada ruas Xxxxxx - Xxxxxx selama periode pengamatan
dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini. Terlihat bahwa jam puncak (peak hour)
pada pagi hari terjadi antara pukul 06.00 - 07.00 yang dapat mencapai
sekitar3838 kendaraan tiapjam, namun setelah itu jumlah kendaraan sepanjang
pagi sampai sore hari terlihat pada kondisi lebih stabil. Jam sibuk sore hari
terjadi antara pukul 16.00 - 19.00 dengan puncaknya dapat mencapai sekitar
2305 kendaraan tiap jam.

111-17

U lit'! 'Iii [fill I

-> i(

WW !

:Kcc. Kotc^(i.^iC**7^*v-,

\iMii'
!!.k"
'Me. P o nP go kn rg lk 4r'l^dl/ilJill
Hi 1UI II III/,/!
i

iiifii

KABUPATEN PURWAKAUTA
KABUPATEN IBOGOU

RflJ.CIANJUH

REViSI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN XXXXXX


lludldnyo

KIP 't*S^n Ihl di di J) ;l


MtAitn)

SkUt

I -----] *>*
I

KicKmiliq

[- -------- j

f*lur*ti

Tinul* rcrriikomi\

Dm/

Kuwosan Khivus :

1 Hilur

r|($lj | IbukoL. tabupaUn


Q

J IbukoLa K'Cimillti

[ ...........

I /

JIII

I Brntim

Pi'i

fri-Ti-Tl >.< _ i * i

t'erUnl*ti Tn*mn

' ----------------------------------------------- ^-* I'cltbul.ti.


, ,
. .

____
"
II rert4r.lBit T^i*nmn

"'" '"'

L-J l-h "">>

L---J

K.-,.. Li.,d,.
J IdrUn H*V-u

J i I n H ** t -1 ji m t e n

'

i' < V i' ] Uniiun dlf


H l_,Kf JJ^rupofc.n b.jt.n ritrt r>lh-l

P2MERINTAM
KABUPATEN XXXXXX
TAHUN 20xx

l-*'l

_______

l*o\vJ

*_,

Sumter : I.'rail Ilcvif.1

XeU 1M luil/l

-19

BAB IV DAMPAK YANG DIPERKIRAKAN AKAN


TIMBUL

BAB IV DAMPAK YANG DIPERKIRAKAN AKAN


TIMBUL
Bab ini mendeskripsikan dampak yang diperkirakan dapat ditimbulkan oleh kegiatan
pelebaran jalan ruas Xxxxxx - Xxxxxx (AP3), mulai dari tahap pra-konstruksi, konstruksi dan
pasca konstruksi. Prakiraan dampak terhadap lingkungan dari kegiatan pelebaran jalan dari
semula 2 lajur menjadi 4 lajur, ditelusuri melalui matrik interaksi komponen kegiatan dengan
komponen lingkungan, sebagaimana tertera pada tabel 4.1 dan bagan alir dampak pada
gambar 4.1 berikut ini. Dari tabel terlihat bahwa kegiatan tahap prakonstruksi (sosialisasi
dan pembebasan lahan) diperkirakan berdampak terhadap lingkungan. Hal ini karena
sebagian areal untuk rencana pelebaran berada diluar damija eksisting, yang merupakan
hak milik masyarakat.
Kemudian kegiatan tahap konstruksi diperkirakan akan menimbulkan dampak pada: kualitas
udara, kebisingan, gangguan keindahan/estetika, hilangnya pohon peneduh jalan,
kemungkinan kemacetan lalu lintas dan dampak positif peluang kesempatan kerja.
Demikian pula kegiatan tahap operasi dan pemeliharaan akan menimbulkan dampak pada
kualitas udara, kebisingan, , dan dampak positif peluang kesempatan kerja. Berikut adalah
uraian prakiraan dampak pada setiap tahapan kegiatan:

4.1. Tahap Prakonstruksi

Persepsi Masyarakat
Termasuk kegiatan pada tahap prakonstruksi adalah sosialisasi dan pengadaan tanah.
Kegiatan ini diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak pada persepsi masyarakat.
Sosialisasi yang baik akan membangun persepsi positif masyarakat terhadap rencana
pelebaran jalan, yang selanjutnya akan membantu kelancaran proses pengadaan tanah.
Sebaliknya sosialisasi yang kurang jelas akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan di
kalangan masyarakat, yang selanjutnya berpotensi menggangu kelancaran pengadaan
tanah dan pelaksanaan proyek secara keseluruhan.
Termasuk materi sosialisasi adalah pemberian penjelasan kepada masyarakat cara
perhitungan nilai kompensasi tanah dan bangunan masyarakat yang terkena rencana
pelebaran jalan. Sosialisasi juga menekankan akan adanya tahapan musyawarah dalam

IV-1

penentuan nilai kompensasi tanah bangunan antara masyarakat pemilik tanah bangunan
dengan Panitia Pengadaan tanah.
Hasil hasil wawancara, kondisi eksisting persepsi masyarakat sebagian besar responden
(98%) mendukung, seperti tertera pada tabel 3.9 di atas. Terdapat 2% responden yang
keberatan atas nilai kompensasi bangunan toko miliknya yang terkena pelebaran jalan.
Panitia pembebasan tanah tengah mencari solusi penyelesaian yang tidak merugikan
pemilik bangunan.
4.2. Tahap Konstruksi
1. Peluang Kesempatan Kerja

Peluang kesempatan kerja merupakan dampak positif yang ditimbulkan oleh perekrutan
tenaga kerja untuk konstruksi jalan. Tenaga kerja buruh yang akan direkrut dapat mencapai
sekitar 50 orang. Ini merupakan peluang kesempatan kerja bagi sebagian penduduk usia
kerja yang masih sebagai pencari kerja. Berdasarkan data Statistik Kabupaten Xxxxxx
Tahun 2002, terdapat cukup banyak penduduk pencari kerja, yaitu 30.248 orang.

Dalam perekrutan tenaga kerja akan diprioritaskan pelamar dari desa-desa setempat, yaitu
Desa Duren, Pancawati, Dawuan Tengah dan sekitarnya. Dalam hal ini, kontraktor akan
berkoordinasi dengan kantor desa setempat. Pemberian prioritas dimaksudkan agar warga
setempat dapat memperoleh manfaat atas kehadiran proyek di daerahnya.

2. Penurunan Kualitas Udara Oleh Kegiatan Mobilisasi Peralatan, Pengangkutan


Material, Land Clearing, Pengoperasian Base Camp.
Kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material dari quarry di daerah Cagak
Kabupaten Subang ke lokasi proyek (75 truk/hari - tabel 2.3) mempunyai kemungkinan
menimbulkan dampak penurunan kualitas udara. Kemungkinan ini berasal dari emisi
kendaraan truk yang digunakan untuk pengangkutan. Selain itu juga dimungkinkan oleh
debu yang berasal dari material tanah yang terembus angin selama perjalanan
pengangkutan.
Selain oleh kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material, penurunan kualitas
udara dapat ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan: land clearing, pengoperasian base camp,
penggalian & penimbunan, penyusunan sub-base, pengaspalan.

Kegiatan-kegiatan ini
IV-2

menghasilkan polutan udara berupa debu serta emisi dari peralatan (aspalt mixing plant
AMP, stone crusher). Kemungkinan peningkatan debu dan polutan emisi kendaraan
diperkirakan akan semakin signifikan pada musim kemarau, yaitu pada periode bulan
Nopember - April.

Kondisi eksisting kualitas udara saat ini cukup baik, semua parameter kualitas udara
memenuhi ambang batas standar baku mutu, seperti tertera pada tabel 3.3 di atas. Kondisi
ini akan menjadi tolok ukur pengeloaan kualitas udara seperti yang akan diurai pada bab 5
berikut.
3. Kemungkinan Gangguan Kebisingan (Oleh Pengoperasian AMP, Stone Crusher,
Vibratory Roller, Vibratory Compactor)

Gangguan kebisingan dapat berasal dari pengoperasian peralatan vibratory roller, vibratory
compactor, stone crusher, AMP. Peralatan ini menimbulkan kebisingan hingga 80 dBA pada
jarak 15 meter, yang berarti melampaui standar baku mutu kebisingan untuk pemukiman 60
dBA (KepMenLH No 48/11/1996). Gangguan kebisingan terutama akan terjadi pada
pemukiman sekitar lokasi AMP. Kondisi eksisting kebisingan saat ini telah melampaui
standar baku mutu, seperti tertera pada tabel 3.3 di atas. Tingkat kebisingan eksisting
mencapai 78 dBA, sementara standar baku mutu kebisingan untuk pemukiman hanya 60
dBA.

4. Hilangnya Pohon Peneduh Yang Ada (Oleh Land Clearing)

Pada areal rencana pelebaran jalan saat tumbuh berbagai jenis tanaman seperti mangga,
rambutan, srikaya, belimbing, lamtoro, petai cina, jemk, sirsak, pepaya, nangka, jambu batu,
jambu air, kelapa, beringin, mahoni, tanjung, karet, palem, cemara, kamboja, sinyo nakal,
lilin-lilin, hangjuang, puring, angsana, kenanga, soka, plamboyan, paku, johar, bogenvile.
Pohon-pohon ini akan ditebang. Penebangan ini akan menghilangkan suasana teduh yang
selama ini dapat dinikmati oleh pengguna jalan dan masyarakat setempat. Penebangan
pohon akan menambah suasana menjadi lebih terik, dimana kondisi ini akan beriangsung
selama sekitar 2 tahun, yaitu sampai pohon pengganti yang akan ditaman tumbuh rindang.
Hilangnya pohon peneduh ini juga akan semakin mengurangi tempat bermain satwa seperti
burung, kupu-kupu, kelelawar, dan Iain-Iain yang kondisinya memang sudah semakin langka
di wilayah ini.

IV-3

IV-7
5. Kemungkinan Terjadinya Kemacetan Arus Lalu Lintas (Oleh Mobilisasi
Material, Pekerjaan Tanah, Pekerjaan Sub-base, Pengaspalan)

Selama pelaksanan mobilisasi material, pekerjaan tanah, pekerjaan sub-base dan


lapis perkerasan diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap kemacetan
lalu lintas, mengingat ruas-ruas jalan yang dilalui pada saat mobilisasi material
maupun ruas jalan pada lokasi pekerjaan itu sendiri merupakan jalur-jalur yang
padat dengan kendaraan. Jam puncak (peak hour) pada pagi hari terjadi antara
pukul 06.00 - 07.00 yang dapat mencapai sekitar 3838 kendaraan tiap jam. Jam
sibuk sore hari terjadi antara pukul 16.00 - 19.00 dengan puncaknya dapat
mencapai sekitar 2305 kendaraan tiap jam.
Mobil pengangkut material dengan beban yang berat tidak akan dapat berjalan
dengan kecepatan tinggi, hal ini akan menimbulkan antrian kendaraan di
belakangnya. Sedangkan pekerjaan tanah, pekerjaan sub-base dan lapis
perkerasan, aktivitasnya akan "memakan" sebagian dari lebarjalurlalu lintas yang
ada, hal ini dengan sendirinya akan mengurangi kapasitas jalan dan akibatnyanya
akan semakin menambah kemacetan yang terjadi di lokasi pekerjaan.

Pada saat jalan dalam keadaan padat (maksimal) dengan kata lain volume lalu
lintas mendekati kapasitas jalan ( V/C * 1 ), kecepatan kendaraan berada pada
kondisi yang mendekati tidak stabil (sebentar berhenti dan sebentar lagi jalan,
dst). Tingkat kepadatan lalu lintas yang pada umumnya masyarakat "masih dapat
menerima" meskipun pada tingkat pelayanan yang sangat rendah sebesar V/C =
0,80. Pada kondisi ini, kecepatan rata-rata kendaraan akan mengalami penuainan
sampai sekitar 20% dari kecepatan rencana pada ruas jalan tersebut.

Untuk jalan Arteri Primer (baca: ruas jalan Xxxxxx - Xxxxxx), kecepatan rencana
kendaraan menurut Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan
Direktorat Pembinaan Jalan Kota Direktorat Jenderal Bina Marga Tahun 1992
sekurang-kurangnya 60 km/jam. Pada tingkat V/C = 0.80 maka kecepatan ratarata kendaraan akan berkurang sampai sekitar 48 km/jam.

6. Kemungkinan Kerusakan Badan Jalan Yang Dilalui Truk Material

Pengangkutan material dan lokasi quarry di daerah Cagak Kabupaten Subang ke


lokasi proyek (75 tmk/hari - tabel 2.3) mempunyai kemungkinan menyebabkan
terjadinya kerusakan badan jalan yang dilalui. Mobil pengangkut material dengan
beban yang penuh akan mempunyai efek perusakan yang maksimal pula
terhadap konstruksi perkerasan. Jika selama perjalanan mobilisasi dari lokasi
quarry sampai lokasi pekerjaan kendaraan pengangkut material ini melalui jalan
dengan kelas yang rendah atau jika mutu konstruksi perkerasan pada jalan-jalan
yang dilalui rendah, maka diperkirakan akan menimbulkan dampak kerusakan
terhadap konstruksi perkerasan dari jalan yang dilalui tersebut. Apabila terjadi
kerusakan badan jalan setelah pekerjaan konstruksi selesai dan ditinggalkan
begitu saja oleh kontraktor, maka hal ini akan merugikan masyarakat pengguna
jalan.

7. Kemungkinan Kecelakaan Lalu Lintas


Kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan faktor pengemudi (misalnya kondisi fisik,
kelelahan, ketrampilan), faktor kendaraan (kelaikan kendaraan) dan lingkungan
jalan. Berkenaan dengan pekerjaan peningkatan jalan ini diperkirakan faktor yang
paling berpengaruh terhadap dampak kecelakaan lalu lintas pada tahap
konstruksi adalah

terganggu"nya kondisi lingKungan jalan oleh aktivitas

pekerjaan peningkatan jalan. Perubahan jalur lalu lintas yang menyempit pada
lokasi pekerjaan, lubang-lubang galian bekas pekerjaan merupakan beberapa
kondisi lingkungan jalan yang dapat menyebabkan kecelakaan.
8. Kemungkinan Gangguan Keindahan/Estetika

Kegiatan

pembersihan

lahan

(land

clearing)

mempunyai

kemungkinan

menimbulkan terjadinya gangguan keindahan/estetika berupa ceceran dan


timbunan puing-puing sisa material yang dibiarkan menumpuk di tepi jalan.
Demikian pula, batang dan ranting pohon yang ditebang, apabila tidak ditangani
dengan

baik,

akan

menimbulkan

onggokan-onggokan

berserakan

yang

mengganggu keindahan/estetika.

IV-8

9. Kemungkinan Gangguan Kesehatan Masyarakat

Kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan masyarakat setempat merupakan


dampak lanjutan dari penurunan kualitas udara, terutama oleh penyebaran debu.
Peningkatan debu pada lokasi pemukiman berpotensi menimbulkan penyakit,
seperti penyakit infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA).
4.3. Tahap Operasi Dan Pemeliharaan

1.

Peluang Kesempatan Kerja

Peluang kesempatan kerja merupakan dampak positif yang ditimbulkan oleh


perekrutan tenaga kerja untuk perawatan jalan. Tenaga kerja buruh yang akan
direkrut dapat mencapai sekitar 50 orang. Ini merupakan peluang kesempatan
kerja bagi sebagian penduduk usia kerja yang masih sebagai pencari kerja.
Berdasarkan data Statistik Kabupaten Xxxxxx Tahun 2002, terdapat cukup
banyak penduduk pencari kerja, yaitu 30.248 orang.
2. Kemungkinan Bertambahnya Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas

Seperti telah disinggung di atas, faktor penyebab kecelakaan lalu lintas dapat
berasal dari faktor pengemudi, faktor kendaraan dan faktor iingkungan jalan.

Berdasarkan data-data kecelakaan yang ada di Indonesia faktor pengemudi


merupakan penyebab yang paling dominan terhadap kejadian kecelakaan lalu
lintas, disusul kemudian dengan faktor kendaraan dan terakhir faktor Iingkungan
jalan. Pekerjaan peningkatan jalan berarti merubah kondisi Iingkungan jalan,
meskipun faktor ini merupakan penyebab terkecil dari kejadian kecelakaan,
namun issues keselamatan lalu lintas telah menjadi masalah yang sangat penting
untuk selalu dipematikan.
Beberapa literatur menjelaskan bahwa pelebaran lajur lalu lintas dapat
mengurangi tingkat kecelakaan antara 2% - c5% per meter pelebaran, median
mengurangi tingkat kecelakaan hingga 30%. Dengan demikian program
peningkatan jalan ini lebih berdampak positif terhadap keselamatan lalu lintas.

IV-9

Namun demikian dampak negatif yaitu terjadinya resiko kecelakaan fatal perlu
dikelola agar kejadiannya dapat diminimalkan. Apabila kelengkapan tanda ramburambu lalu lintas, tanda marka jalan kurang memadai, dapat mempunyai
kemungkinan menimbulkan kecelakaan, baik terhadap penyeberang jalan maupun
antar kendaraan karena kendaraan melintas lebih cepat.

3. Kemungkinan Peningkatan Pencemaran Udara dan Kebisingan


Kemungkinan peningkatan pencemaran udara dan kebisingan diperkirakan terjadi
saat pengoperasian jalan dimana debu dan asap dari kendaraan bermotor yang
diemisikan ke udara akan lebih besar. Keadaan ini berkaitan langsung dengan
bertambahnya volume lalu lintas yang melewati mas jalan baru. Emisi kendaraan
sebanding volume penggunaan bahan bakar. Faktor emisi dari truk: CO 0,98%;
NOx 0,45%; S02 0,31%; debu 0,06% (Sumber: Environmental Handbook, 1990).
Dengan demikian, dioperasikannya jalan diperkirakan meningkatkan bahan
pencemar udara. Khususnya bagi penduduk yang bermukim di tepi jalan akan
merasakan gangguan pencemaran udara maupun kebisingan dari kendaraan
bermotor.

Penurunan kualitas udara pada tahap pemeliharaan juga disebabkan oleh adanya
emisi dari peralatan yang digunakan untuk perawatan jalan, seperti aspalt mixing
plant (AMP). Gangguan kebisingan pada tahap operasi berasal dari suara lalu
lintas kendaraan dan peralatan yang digunakan untuk perawatan jalan, seperti
aspalt mixing plant (AMP).
4.

Kemungkinan Banjir/Genangan (Oleh Peninggian Level Jalan)

Kegiatan penimbunan badan jalan/peninggian badan jalan pada tahap konstruksi


diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap banjir dan genangan.
Peninggian badan jalan di sekitar pasar Kosambi jika tidak dibarengi dengan
peninggian saluran drainase kiri kanan jalan serta perbaikan saluran drainase
sekitar permukiman justru akan menimbulkan banjir di permukiman sekitar.
Dampak negatif ini akan dirasakan terutama oleh warga sekitar Pasar Kosambi
dan pengunjung Pasar Kosambi.

IV-10

Sedangkan kegiatan penggalian saluran drainase yang akan mengangkat lumpur


dan sampah yang mengendap disepanjang saluran drainase akan meperlancar
aliran air drainase sehingga diharapkan akan mengurangi dampak banjir dan
genangan yang selama ini melanda ruas jalan sekitar Pasar Kosambi.

Berkaitan

dengan

dampak

kemungkinan

banjir/genangan

ini,

akan

direkomendasikan penyediaan saluran drainase dengan kapasitas yang memadai


seperti yang akan diurai bab 5 berikut.

5.

Kemungkinan Gangguan Kesehatan Masyarakat

Kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan masyarakat merupakan dampak


lanjutan dari dampak penurunan kualitas udara, terutama oleh emisi dari lalu
lintas kendaraan dan emisi dari peralatan yang digunakan untuk perawatan jalan,
seperti aspalt mixing plant (AMP). Polutan emisi pada lokasi pemukiman
berpotensi menimbulkan penyakit, seperti penyakit infeksi saluran pemafasan
bagian atas (ISPA).
Dari uraian kemungkinan-kemungkinan timbulnya dampak lingkungan tersebut
diatas, selanjutnya disusun upaya pengelolaan lingkungan (UKL), yang akan
diurai pada bab 5 berikut ini. UKL merupakan cara/metode yang dapat digunakan
untuk mencegah atau mengeliminir timbulnya dampak lingkungan negatif, dan
untuk mengembangkan dampak lingkungan positif.

IV-11

BABV UPAYA
PENGELOLAN LINGKUNGAN

BABV UPAYA
PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Setelah pada bab 4 diurai perkiraan dampak lingkungan yang mungkin


ditimbulkan oleh kegiatan pelebaran ruas jalan Xxxxxx - Xxxxxx (AP3), maka
pada bagian ini diuraikan rekomendasi upaya pengelolaan lingkungan (UKL)
untuk mencegah atau meminimumkan timbulnya dampak-dampak tersebut.

Rekomendasi UKL nantinya akan diakomodir oleh kontraktor dalam pelaksanaan


konstruksi untuk mencegah atau meminimumkan timbulnya dampak lingkungan
negatif dan mengembangkan dampak lingkungan positif. Rekomendasi UKL akan
dituang dalam dokumen tender ataupun dokumen kontrak.
Berikut ini uraian rekomendasi pengelolaan dampak lingkungan (UKL) pada
setiap tahapan kegiatan. Ringkasan disajikan dalam tabel 5.3 pada bagian akhir
bab ini.

5.1.

Pengelolaan Dampak Pada Tahap Prakonstruksi

Pengelolaan Dampak Persepsi Masyarakat


Sumber Dampak
Sumber dampak pada persepsi masyarakat adalah kegiatan sosialisasi
dan pengadaan tanah. Termasuk materi sosialisasi adalah pemberian
penjelasan kepada masyarakat cara perhitungan nilai kompensasi tanah
dan bangunan masyarakat yang terkena rencana pelebaran jalan.
Sosialisasi juga menekankan akan adanya tahapan musyawarah dalam
penentuan nilai kompensasi tanah bangunan antara masyarakat pemilik
tanah bangunan dengan Panitia Pengadaan tanah.
Jenis Dampak
Sosialisasi yang baik akan membangun persepsi positif masyarakat
terhadap rencana pelebaran jalan, yang selanjutnya akan membantu
kelancaran proses pengadaan tanah. Sebaliknya sosialisasi yang kurang
jelas akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan di kalangan masyarakat,
V-1

yang selanjutnya berpotensi menggangu kelancaran pengadaan tanah


dan pelaksanaan proyek secara keseluruharr.

Indikator Dampak
Indikator tolok ukur dampak persepsi masyarakat adalah tercapainya
kesepakatan nilai kompensasi tanah bangunan antara panitia pengadaan
tanah dengan semua masyarakat pemilik tanah bangunannya terkena
proyek. Dari hasil wawancara, kondisi eksisting persepsi masyarakat
sebagian besar responden (98%) mendukung, dan 2% responden
keberatan bila bangunan toko miliknya terkena proyek. Terhadap 2%
responden ini, panitia pengadaan tanah masih perlu mencari solusi
penyelesaian untuk mencapai tolok ukur dampak.
Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan bertujuan tercapainya kesepakatan nilai kompensasi tanah
bangunan terkena proyek antara pemilik dengan panitia pengadaan tanah.
Untuk mencapai tujuan ini, langkah pengelolaan yang dapat ditempuh oleh
proyek adalah mengadakan musyawarah dengan pemilik tanah, terutama
melalui pendekatan khusus kepada pemilik tanah bangunan toko yang
masih merasa keberatan. Dalam hal ini nampaknya pihak proyek perlu
memahami permasalahan yang dirasakan oleh pemilik tanah bangunan.
Walaupun bangunan toko yang terkena proyek sekitar 60%, kiranya dapat
dipertimbangkan memberikan kompensasi setara 100% bangunan toko
miliknya dan ditambahkan kompensasi immateriil karena untuk beberapa
waktu selama menyiapkan tempat jualan pengganti, pemilik toko akan
kehilangan pendapatan.
Lokasi Pengelolaan
Lokasi bangunan toko yang pemiliknya masih keberatan adalah pada sta
1+200 atau KM 84,2 (persimpangan arah ke Curug).
Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan pada periode prakonstruksi.
Blaya Pengelolaan
Biaya pengadaan tanah bersumber dari APBN tahun 2004.

V-2

Pelaksana Penqelolaan
Pelaksanaan sosialisasi dan pengadaan tanah adalah panitia pengadaan
tanah, yang beranggotakan: Bupati, BPN, PL) Kabupaten, Dinas
Pertanian, Kecamatan, Desa, Pimpro Induk Pantura/Pimbagpro Ruas
Xxxxxx-Xxxxxx.
Pengawas Penqelolaan
Pengawas sosialisasi dan pengadaan tanah adalah: Bupati Kabupaten
Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

Pengelolaan Dampak Pada Tahap Konstruksi

Pengelolaan Dampak Positif Peluang Kesempatan Kerja

Sumber Dampak
Sumber dampak terciptanya peluang kesempatan kerja adalah perekrutan
kebutuhan tenaga kerja buruh pada proyek. Tenaga kerja buruh yang
akan direkrut oleh kontraktor sekitar 50 orang.
Jenis Dampak
Jenis dampak adalah terciptanya peluang kesempatan kerja bagi
masyarakat setempat di Desa Duren, Pancawati, Dawuan Tengah.
Peluang kesempatan kerja merupakan dampak positif yang ditimbulkan
oleh perekrutan tenaga kerja untuk konstruksi jalan. Tenaga kerja buruh
yang akan direkrut dapat mencapai sekitar 50 orang. Ini merupakan
peluang kesempatan kerja bagi sebagian penduduk usia kerja yang masih
sebagai pencari kerja. Berdasarkan data Statistik Kabupaten Xxxxxx
Tahun 2002, terdapat cukup banyak penduduk pencari kerja, yaitu 30.248
orang.
Indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur dampak positif peluang kesempatan kerja dari kegiatan proyek.
Yang digunakan sebagai indikator dampak peluang kesempatan kerja
adalah persentase tenaga kerja buruh pada proyek yang direkrut dari
masyarakat desa setempat (Duren, Pancawati, Dawuan Tengah), yaitu
minimal 60%.
V-3

Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan bertujuan mengoptimalkan manfaat kehadiran proyek yang
dapat dirasakan oleh masyarakat desa setempat. Untuk mencapai tujuan
ini, pengelolaan lingkungan yang akan ditempuh adalah:
Pemimpin

proyek akan mewajibkan kontraktor memprioritaskan

perekmtan tenaga kerja yang berasal dari desa setempat (Duren,


Pancawati, Dawuan). Dalam hal ini kontraktor akan berkoordinasi dengan
kantor kepala desa setempat. Kewajiban kontraktor ini dituang dalam
dokumen kontrak.
Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekmtan tenaga kerja adalah pada desa-desa lokasi proyek dan
sekitarnya, temtama Desa Duren, Pancawati, Dawuan Tengah.

Waktu Pengelolaan
Pemberian prioritas masyarakat setempat dalam perekmtan tenaga kerja
adalah pada saat proses penerimaan tenaga kerja konstmksi.

Biava Pengelolaan
Pengelolaan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam perekmtan
tenaga kerja, tidak memerlukan biaya.
Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana psngelolaan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekmtan tenaga kerja adalah kontraktor bekerjasama dengan kantor
kepala setempat Duren, Pancawati, Dawuan Tengah.

Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekmtan tenaga adalah Dinas Tenaga Kerja, Pimbagpro Ruas XxxxxxXxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx, Departemen
Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

2.

Pengelolaan Dampak Penurunan Kualitas Udara

Sumber Dampak
Sumber penyebab dampak kemungkinan terjadinya penurunan kualitas
udara adalah mobilisasi peralatan & material, penggalian & penimbunan,
pekerjaan sub-base, pengaspalan.

Jenis Dampak
Kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material dari quarry di
daerah Cagak (Kabupaten Subang) ke lokasi proyek mempunyai
kemungkinan

menimbulkan

dampak

penurunan

kualitas

udara.

Kemungkinan ini berasal dari emisi kendaraan truk yang digunakan untuk
pengangkutan. Selain itu juga dimungkinkan oleh debu yang berasal dari
material tanah yang terembus angin selama perjalanan pengangkutan.

Selain oleh kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material,


penurunan kualitas udara dapat ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan: land
clearing,

pengoperasian

base

camp,

penggalian

&

penimbunan,

penyusunan sub-base, pengaspalan. Kegiatan-kegiatan ini menghasilkan


polutan udara berupa debu serta emisi dari peralatan (aspalt mixing plant
AMP, stone crusher). Kemungkinan peningkatan debu dan polutan emisi
kendaraan diperkirakan akan semakin signifikan pada musim kemarau,
yaitu pada periode bulan Nopember - April.

Kondisi eksisting kualitas udara saat ini cukup baik, semua parameter
kualitas udara memenuhi ambang batas standarbaku mutu, seperti tertera
pada tabel 3.3 di atas.

Indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur dampak pada kualitas udara oleh kegiatan proyek. Indikator
dampak penurunan kualitas udara adalah mengacu pada baku mutu
kualitas udara, seperti disajikan pada tabel 5.1 (Kepmen LH No 41/1999).

V-5

Pengelolaan Lingkungan
Tujuan pengelolan adalah mencegah timbuinya dampak penurunan kualitas
udara. Untuk mencegah penurunan kualitas udara, langkah-langkah pengelolaan
lingkungan yang dapat ditempuh adalah :

Kontraktor diwajibkan menggunakan kendaraan pengangkut material dan


peralatan konstruksi yang telah lulus uji emisi. Hal ini akan dituang dalam
dokumen kontrak, sebagai suatu persyaratan bagi kontraktor.

Truk pengangkut material dilengkapi penutup terpal.

Cerobong asap peralatan AMP dilengkapi dengan wadah yang berisi air,
sehingga sebelum melewati cerobong, asap terlebih dahulu dilewatkan
melalui wadah berisi air ini.

Kontraktor diharuskan melakukan penyiraman pada bagian areal kerja yang


berdebu.

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah:

Pada sepanjang lokasi proyek KM 83,1 - 85,6; KM 86,1 - 86,8; KM 91,6-92,5.

Pada sepanjang jalur transportasi material dari lokasi quarry di Cagak


(Kabupaten Subang) sampai lokasi proyek melalui rute Subang -Sadang Jalan Tol - Pintu Tol Xxxxxx Timur - Lokasi Proyek seperti tertera pada
Gambar 2.6 (bab II) di atas.

Pada lokasi AMP, yaitu daerah Cagak (Kabupaten Subang).


V-6

Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah: selama
periode kontruksi.

Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan pencegahan penurunan kualitas udara sudah termasuk
dalam nilai kontrak proyek.
Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah
kontraktor.
Penoawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah
Pimbagpro Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.
3. Pengelolaan Dampak Gangguan Kebisingan

Sumber Dampak
Sumber penyebab dampak kemungkinan gangguan kebisingan adalah
peralatan AMP, stone crusher, vibratory roller, vibratory compactor.

Jenis Dampak
Jenis dampak adalah kemungkinan timbulnya gangguan kebisingan.
Tingkat kebisingan dari suara peralatan vibratory roller, vibratory
compactor, stone crusher, dan AMP, dapat mencapai 80 dBA pada jarak
15 meter, yang berarti melampaui standar baku mutu kebisingan untuk
pemukiman 60 dBA (KepMenLH No 48/11/1996). Gangguan kebisingan
terutama dapat dialami oleh masyarakat sekitar lokasi AMP.
Kondisi eksisting kebisingan saat ini telah melampaui standar baku mutu,
seperti tertera pada tabel 3.3 di atas. Tingkat kebisingan eksisting
mencapai 78 dBA, sementara standar baku mutu kebisingan untuk
pemukiman hanya 60 dBA.

V-7

Indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur komponen lingkungan yang kemungkinan terkena dampak oleh
rencana kegiatan proyek. Indikator dampak peningkatan kebisingan
mengacu pada Kepmen LH No 48/1996, yaitu 60 dBA untuk pemukiman.

Pengelolaan Lingkungan
Tujuan pengelolan adalah mengurangi gangguan kebisingan. Untuk itu,
langkah-langkah pengelolaan lingkungan yang dapat ditempuh adalah :

Kontraktor diharuskan mengatur waktu pengoperasian peralatan yang


menimbulkan kebisingan (vibratory roller, vibratory compactor, stone
crusher, dan AMP). Peralatan sebaiknya tidak dioperasikan pada
waktu-waktu sholat jum'at, kebaktian di gereja, istirahat malam.

Penempatan

stone

crusher

diupayakan

sejauh

mungkin

dari

pemukiman masyarakat.

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pencegahan gangguan kebisingan adalah:

Pada lokasi peralatan yang menimbulkan kebisingan (vibratory roller,


vibratory compactor, stone crusher, dan AMP), yaitu sepanjang lokasi
proyek, KM 83,1 - 85,6; KM 86,1 - 86,8; KM 91,6 - 92,5.

Pada lokasi AMP, yaitu daerah Cagak Kabupaten Subang (gambar


2.6 bab II di atas).

Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan pencegahan gangguan kebisingan adalah: selama
periode kontruksi.

Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan pencegahan gangguan kebisingan sudah termasuk
dalam nilai kontrak proyek.
Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan lingkungan ini adalah kontraktor, bekerja sama
dengan perusahaan pemilik AMP.

V-8

Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah
Pimbagpro Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.
4. Pengelolaan Dampak Hilangnya Pohon Peneduh Yang Ada (Oleh Land
Clearing)

Sumber Dampak
Sumber dampak hilangnya pohon yang ada adalah penebangan pohon
yang ada pada areal rencana pelebaran jalan. Pada areal rencana
pelebaran jalan saat tumbuh berbagai jenis tanaman seperti mangga,
rambutan, srikaya, belimbing, lamtoro, petai cina, jeruk, sirsak, pepaya,
nangka, jambu batu, jambu air, kelapa, beringin, mahoni, tanjung, karet,
palem, cemara, kamboja, sinyo nakal, lilin-lilin, hangjuang, puring,
angsana, kenanga, soka, plamboyan, paku, johar, bogenvile.
Jenis Dampak
Pohon yang ada dalam areal rencana pelebaran jalan, akan ditebang.
Penebangan ini akan menghilangkan suasana teduh yang selama ini
dapat dinikmati oleh pengguna jalan dan masyarakat setempat.
Penebangan pohon akan menambah suasana panas, dimana kondisi ini
akan beiiangsung selama sekitar 2 tahun, yaitu sampai pohon pengganti
yang ditaman tumbuh.
Indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur dampak hilangnya pohon oleh land clearing. Yang digunakan
sebagai indikator dampak hilangnya pohon peneduh jalan adalah adanya
penanaman pohon peneduh pengganti, yang dapat menciptakan suasana
teduh dan nyaman, serta menghilangkan kesan panas.

Pengelolaan Lingkungan
Untuk

menciptakan kembali

suasana

teduh

dan

nyaman,

serta

menghilangkan kesan panas, langkah-langkah pengelolaan lingkungan


yang dapat ditempuh adalah:
V-9

Penanaman kembali pohon peneduh jalan pada areal masih kosong


sisi kiri kanan sepanjang proyek, kecuali di depan pasar kosambi yang
tidak ada lahan kosong, penanaman pohon dapat dilakukan pada
median jalan.

Perawatan pertumbuhan pohon peneduh hingga dapat menciptakan


suasana teduh dan nyaman, serta menghilangkan kesan panas.

Jenis pohon peneduh jalan adalah yang mempunyai sifat-sifat:


Mudah tumbuh pada tanah yang padat.
Tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah.
Tahan terhadap hembusan angin yang kuat,
Dahan dan ranting tidak mudah patah.
Pohon tidak mudah tumbang.
Buah tidak terlalu besar.
Sorasah yang dihasilkan sedikit.
-

Tahan terhadap pencemar dari kendaraan bermotor dan industri.


Luka akibat benturan mobil mudah sembuh.

Cukup teduh tetapi tidak terlalu gelap.


Kompatibel dengan tanaman lain.
Daun, bunga, buah, batang dan percabangannya secara
keseluruhan indah.
Pada saat dewasa cocok dengan ruang yang tersedia.
Berumur panjang.
Pertumbuhannya cepat.

Tahan terhadap hama dan penyakit.

Jenis pohon peneduh jalan disajikan pada tabel 5.2.


Tabel 5.2. Jenis Pohon Yang Cocok Sebagai Peneduh Jalan
No

Nama Daerah

Nama Latin

Flamboyan

Delonix regia

Angsana

Pterocarpus indicus

Ketapang

Terminalia cattapa

Kupu-kupu

Bauhinia purpurea

Kere paying

Filicium decipiens

Johar

Cassia multiyoga

Tanjung

Mimusops elengi
V-10

No

Nama Daerah

Nama Latin

Mahoni

Swientenia mahagoni

Akasia

Acacia auriculiformis

10

Bungur

Lagerstroemia loudonii

11

Kenari

Canarium commune

12

Johar

Cassia sp.

13

Damar

Agathis alba

14

Nyamplung

Calophyllum inophyllum

15

Jakaranda

Jacaranda filicifolia

16

Liang liu

Salix babilinica

17

Kismis

Muehienbeckia sp.

18

Ganitri

Elaeocarpus spahaehcus

19

Saga

Adenanthera pavoniana

20

Anting-anting

Elaeocarpus grandiflorus

21

Asam kranji

Pithecelobium dulcea

22

Johar

Cassia grandis

23

Cemara

Cupresus papuana

24

Pinus

Pinus merkusii

25

Beringin

Ficus benjamina

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan penanaman pohon pengganti adalah:

Pada median jalan (depan pasar Kosambi)

Pada areal kosong sisi kanan kin jalan sepanjang lokasi proyek (KM 83,1 85,6; KM 86,1 - 86,8; KM 91,6 - 92,5), kecuali depan pasar Kosambi
penanaman pohon pada median.

Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan penanaman pohon peneduh pengganti adalah:
sebelum penebangan pohon lama.

Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan penanaman kembali pohon peneduh jalan adalah:
sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.
Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan penanaman kembali pohon peneduh jalan adalah:
kontraktor.

V-11

Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah
Pimbagpro Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

5. Pengelolaan (Mencegah) Kemacetan Lalu Lintas Oleh Mobilisasi


Material, Pekerjaan Tanah, Pekerjaan Sub-Base, Lapis Perkerasan

Sumber Dampak
Sumber dampak kemacetan adalah aktivitas mobilisasi material,
pekerjaan tanah, pekerjaan sub-base dan pekerjaan lapis perkerasan.
Jenis Dampak
Jenis dampak adalah kemungkinan kemacetan lalu lintas yang disebabkan
oleh mobil pengangkut material yang membawa beban berat yang berjalan
dengan kecepatan lambat, hal ini akan menimbulkan antrian kendaraan di
belakangnya.

Demikian

juga,

pekerjaan

tanah,

pekerjaan

sub-base

dan

lapis

perkerasan, dimana aktivitasnya yang "memakan" sebagian dari lebar jalur


lalu lintas yang ada, dengan sendirinya akan mengurangi kapasitas jalan
dan akibatnya akan semakin menambah kemacetan yang terjadi di lokasi
pekerjaan.
Indikator Damoak
Indikator dampak merupakan tolok ukur kemacetan yang disebabkan oleh
kegiatan peningkatan jalan ini adalah adanya antrian kendaraan yang
cukup signifikan dibelakang kendaraan pengangkut material atau semakin
bertambahnya panjangnya antrian kendaraan pada lokasi pekerjaan
dibandingkan hari-hari biasa (yang memang sudah biasa dengan antrian
karena kemacetan).

V-12

Pengelolaan Lingkunaan
Untuk meminimalkan terjadinya kemacetan adalah dengan :

Sedapat mungkin mobilisasi material tidak dilakukan pada waktu jam


sibuk. Berdasarkan data pengamatan lalu lintas, jam tidak sibuk (off
peak) terjadi pada pukul 23.00 - 05.00. Untuk material yang dapat distock dilapangan disarankan dimobilisasi pada jam-jam tersebut.

Disusun suatu jadwal kerja proyek dengan mempertimbangkan waktuwaktu jam puncak dan jam tidak puncak, tujuannya adalah untuk
menyesuaikan aktivitas proyek dengan kondisi lalu lintas yang ada,
misalnya land clearing tidak dilakukan pada jam puncak karena ruang
gerak dari peralatan motor grader untuk pekerjaan ini membutuhkan
lahan yang besar, sehingga akan mempersempit jalur lalu lintas dan
akibatnya akan memperparah terjadinya kemacetan. Jam puncak
diatur untuk pekerjaan-pekerjaan ringan yang aktivitasnya tidak
"memakan" jalur lalu lintas.

Diatur suatu pembatasan dan pengalihan lalu lintas, dengan


mengijinkan kendaraan-kendaraan tertentu yang dapat melintasi
lokasi proyek, tujuannya adalah untuk menyesuaikan volume lalu
lintas dengan kapasitas jalan yang telah mengalami penyempitan
karena aktivitas proyek. Misalnya jika lebar jalur lalu lintas tinggal
hanya satu lajur (lebar 3.50 m), maka kapasitas dasar jalan adalah
1500 smp/jam. Dengan mengasumsikan besarnya faktor penyesuaian
kapasitas sebesar 0.73, maka kapasitas efektif jalan tinggal hanya
sebesar 1095 smp/jam. Berdasarkan data volume lalu lintas saat ini,
V/C yang terjadi dengan kondisi proyek tinggal hanya satu lajur, sbb :

Tabel 5.4: Rasio Volume - Kapasitas (V/C)


Jenis Kendaraan
Sepeda Motor
Mobil Penumpang
Utility (Opelet dan sejenisnya)
Truk Ringan (2 Sumbu)
Bus Kecil
Bus Besar
Truk Sedang (2 Sumbu)
Truk Berat (3 Sumbu atau lebih)
Jumlah

Koef Jrnl.Kend.Pada
smp Jam Puncak
0.5
2969
1.0
99
1.0
436
2.5
46 54
2.5
75 78
3.0
58
2.5
3.0
3815

Vol.LL
(smp/jam)
1485
99
436
115
135
225
195
174
2864

V/C
1.36
0.09
0.40
0.11
0.12
0.21
0.18
0.16
2.62

V-13

Dengan menetapkan angka V/C < 0.80, yang merupakan rasio kepadatan
lalu lintas yang masih dapat diterima masyarakat, maka sebaiknya hanya
kendaraan-kendaraan yang melayani kepentingan umum saja yang
diijinkan melintas proyek, seperti Opelet, Truk Ringan yang membawa
sembako, Bus Kecil. Sepeda motor tidak diijinkan melintas proyek karena
jumlahnya

terlalu

banyak.

Kontraktor

memasang

rambu-rambu

peringatan dengan jelas dan diletakkan pada lokasi-lokasi yang


memungkinkan pengemudi dapat mencari jalur altematif. Pengaturan lalu
lintas dilakukan oleh kontraktor dan hams berkoordinasi dengan DLLAJR
setempat. Lokasi Pengelolaan
Lokasi

pengelolaan

pencegahan

terjadinya

kemacetan

selama

pelaksanaan konstruksi adalah sepanjang lokasi proyek dan jalur-jalur


yang dilewati mobil pengangkut material, yaitu jalan jalan-jalan propinsi
(ruas jalan Cagak - Subang, Subang - Sadang dan Subang -Pamanukan),
jalan Negara (jalur Pantura Jawa) dan jalan Tol (Gambar 2.6 pada bab II di
atas).

Waktu Pengelolaan
Waktu

pengelolaan

pencegahan

terjadinya

kemacetan

selama

pelaksanaan konstruksi adalah selama periode konstruksi.


Biava Pengelolaan
Biaya

pengelolaan

pencegahan

terjadinya

kemacetan

selama

pelaksanaan konstruksi sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.


Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan pencegahan terjadinya kemacetan selama
pelaksanaan konstruksi adalah kontraktor berkerjasama dengan Dinas
Perhubungan Kabupaten Xxxxxx, Departemcn Kimpraswil Direktorat
Prasarana Wilayah Tengah.
Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan pencegahan terjadinya kemacetan selama
pelaksanaan konstruksi adalah Pimpro Induk Pembangunan Jalan Jalur
Pantura Jawa, Pimbagpro Peningkatan Jalan Ruas Xxxxxx - Xxxxxx
dan Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

V-14

6. Pengelolaan (Mencegah) Kerusakan Badan Jalan Yang Dilaiui Mobilisasi


Material

Sumber Dampak
Sumber dampak kerusakan badan jalan adalah aktivitas mobil pengangkut
material dengan Vehicle Damage Factor (VDF) yang besar akibat beban
yang berat.
Jenis Dampak
Jenis dampak adalah kemungkinan kerusakan badan jalan pada jalanjalan yang dilaiui oleh mobil pengangkut material, terutama pada jalan
dengan kelas yang rendah atau jika mutu konstruksi perkerasan pada
jalan-jalan yang dilaiui rendah.
Indikator Dampak
Indikator dampak yang merupakan tolok ukur kerusakan badan jalan yang
disebabkan oleh aktivitas mobil pengangkut material adalah ada tidaknya
peningkatan jumlah lubang-lubang di jalan (potholes) antara sebelum dan
sesudah pelaksanaan mobilisasi material.

Secara

sederhana

untuk

menilai

tolok

ukur

tersebut

dengan

membandingkan kondisi lajur jalan yang dilewati kendaraan pada saat


muatan penuh dan pada saat muatan kosong. Jika jumlah lubang pada
lajur jalan yang dilaiui kendaraan pada saat muatan penuh jumlahnya
berbeda secara signifikan dengan jumlah lubang pada lajur jalan pada
saat muatan kosong, maka patut diduga kerusakan itu disebabkan oleh
aktivitas mobil pengangkut material.
Pengelolaan Linpkungan
Untuk meminimalkan terjadinya kerusakan badan yang disebabkan oleh
aktivitas mobil pengangkut material adalah dengan :
Sedapat mungkin rute mobil pengangkut material hanya melewati jalan
kelas 1 dan pada kondisi terpaksa (jika tidak ada rute lain), maka
serendah-rendahnya melewati jalan kelas 2. Kedua kelas jalan ini
sesuai

dengan

klasifikasinya

didisain

dengan

menggunakan

kendaraan rencana semi-trailer.

V-15

sesuai

dengan

klasifikasinya

didisain

dengan

menggunakan

kendaraan rencana semi-trailer.

Rute mobilisasi material dari sumber quarry ini menuju lokasi proyek
dapat melalui jalan-jalan propinsi (ruas jalan Cagak-Subang, Subang
- Sadang dan Subang - Pamanukan), jalan Negara (jalur Pantura
Jawa) dan jalan Tol. Ruas jalan propinsi tersebut merupakan jalan
kelas 2 yang berfungsi sebagai jalan Kolektor Primer, sedangkan jalan
Negara jalur Pantura Jawa merupakan jalan kelas 1 yang berfungsi
sebagai jalan Arteri Primer. Alternatif rute mobilisasi material yang
dapat ditempuh adalah sebagai berikut:
o Sumber quarry di Kecamatan Jalan Cagak - Subang - Sadang Jalan Tol sampai pintu Tol Xxxxxx Timur - Akses Tol menuju ruas
jalan Xxxxxx -Xxxxxx - Lokasi Proyek, atau
o Sumber quarry di Kecamatan Jalan Cagak - Subang -Pamanukan Xxxxxx - Jalan Tol sampai pintu Tol Xxxxxx Timur - Akses Tol
menuju ruas jalan Xxxxxx-Xxxxxx -Lokasi Proyek.

Peta mobilisasi material tertera pada Gambar 2.6 (bab II) di atas.

Tidak melakukan modifikasi jarak gandar dan kapasitas muatan


kendaraan yang dapat menyebabkan peningkatan nilai VDF yang
tidak memenuhi standar.

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pencegahan kerusakan badan jalan adalah pada rute
mobilisasi material sebagaimana di urai di atas (gambar 2.6 bab II).
Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan pencegahan terjadinya kerusakan badan jalan adalah
selama periode konstruksi.
Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan pencegahan terjadinya kerusakan badan jalan selama
pelaksanaan konstruksi sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.
Pelaksana Pengelolaan

V-16

Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan pencegahan terjadinya kerusakan badan jalan
selama pelaksanaan konstruksi adalah Pimpro Induk Pembangunan Jalan
Jalur Pantura Jawa, Pimbagpro Peningkatan Jalan Ruas Xxxxxx -Xxxxxx
dan Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx,
Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

7. Kemungkinan Kecelakaan Lalu Lintas

Sumber Dampak
Sumber dampak kecelakaan lalu lintas pada tahap konstruksi adalah
penyempitan jalur lalu lintas, lubang-lubang galian bekas pekerjaan.

Jenis Dampak
Jenis dampak adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas yang
disebabkan oleh penyempitan jalur lalu lintas secara mendadak,
pengemudi yang tidak sabar atau disebabkan oleh bekas lubang-lubang
galian.

Indikator Dampak
Indikator dampak yang merupakan tolok ukur kecelakaan lalu lintas yang
disebabkan oleh aktivitas proyek, seperti:

Kecelakaan karena kendaraan keluar jalur lalu lintas

Kecelakaan karena pengemudi saling serobot

Kecelakaan karena kendaraan masuk lubang bekas galian

Pengelolaan Lingkungan
Untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan lalu lintas yang disebabkan
oleh aktivitas proyek adalah dengan :

Memasang rambu-rambu peringatan adanya penyempitan jalur lalu


lintas dengan jelas dan diletakkan pada lokasi-lokasi yang
memungkinkan pengemudi mempunyai waktu yang cukup untuk
memberikan reaksi pada pesan-pesan tersebut. Faktor-faktor utama
yang harus diperhatikan adalah arah muka, tinggi, kebebasan
samping dan peringatan pendahuluan.

V-17

Memberi pengertian kepada masyarakat bahwa budaya antri adalah


lebih manusiawi, memberikan rasa keadilan dimana yang datang
dahulu akan keluar lebih dahulu (first in first out), dan yang penting
adalah lebih lancar, dijamin.

Tidak membiarkan lubang-lubang bekas galian terbuka terlalu lama.


Jika terdapat pekerjaan penggalian maka merupakan prioritas utama
untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut sehingga lubang bekas
galian itu tertutup kembali.

Memberi penerangan yang cukup pada malam hari, sehingga


pengemudi dapat secara jelas mengetahui perubahan dari kondisi
lingkungan pada lokasi pekerjaan dan dapat merespon perubahan
situasi pada waktu yang cukup.

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas selama
pelaksanaan konstruksi adalah sepanjang lokasi proyek dan sepanjang
jalur mobilisasi material (peta gambar 2.6 bab II).

Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas selama
pelaksanaan konstruksi adalah selama periode konstruksi.

Biava Pengelolaan
Biaya pengelolaan pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas selama
pelaksanaan konstruksi sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.

Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas
selama pelaksanaan konstruksi adalah kontraktor.
Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas
selama pelaksanaan konstruksi adalah Pimpro Induk Pembangunan Jalan
Jalur Pantura Jawa, Pimbagpro Peningkatan Jalan Ruas Xxxxxx -Xxxxxx
dan Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx,
Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

V-18

8. Pengelolaan Dampak Kemungkinan Gangguan Keindahan/Estetika


Sumber Dampak
Sumber

dampak

gangguan

keindahan/estetika

adalah

kegiatan

pembersihan lahan (land clearing), termasuk penebangan pohon peneduh


yang ada pada areal rencana pelebaran jalan.
Jenis Dampak
Kegiatan pembersihan lahan (land clearing) mempunyai kemungkinan
menimbulkan terjadinya gangguan keindahan/estetika berupa ceceran dan
timbunan puing-puing sisa material yang dibiarkan menumpuk di tepi jalan.
Demikian pula, batang dan ranting pohon yang ditebang, apabila tidak
ditangani

dengan

baik,

akan

menimbulkan

onggokan-onggokan

berserakan yang mengganggu keindahan/estetika.

Indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur dampak gangguan keindahan/estetika oleh kegiatan konstruksi.
Yang digunakan sebagai indikator dampak kemungkinan terjadinya
gangguan keindahan/estetika adalah estetika lingkungan kiri kanan ruas
jalan sebelum pelaksanaan pembersihan lahan, yaitu bersih dan tidak ada
onggokan tanah/ranting pohon berserakan.
Pengelolaan Lingkungan
Untuk mencegah timbulnya dampak gangguan keindahan/estetika,
langkah-langkah pengelolaan lingkungan yang dapat ditempuh adalah:

Mewajibkan kepada kontraktor tidak membuang puing-puing material


sisa ke badan jalan. Demikian pula halnya dengan batang-batang
pohon yang ditebang. Batang pohon yang baru ditebang, dikumpulkan
di luar badan jalan, dan kemudian segera diangkut ke tempat
pembuangan.

Kewajiban kontraktor ini selanjutnya dituang dalam dokumen kontrak,


untuk dipatuhi oleh kontraktor.

V-19

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pencegahan timbulnya gangguan estetika adalah:
Pada sepanjang lokasi proyek ruas Xxxxxx - Xxxxxx, KM 83,1 -85,6; KM
86,1 - 86,8; KM 91,6 - 92,6.

Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan pencegahan timbulnya gangguan estetika adalah.
selama periode kontruksi.

Biava Pengelolaan
Biaya pengelolaan pencegahan timbulnya gangguan estetika adalah:
sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.
Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan pencegahan timbulnya gangguan estetika adalah:
kontraktor.
Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan dampak kemungkinan gangguan keindahan/
estetika

selama

pelaksanaan

konstruksi

adalah

Pimpro

Induk

Pembangunan Jalan Jalur Pantura Jawa, Pimbagpro Peningkatan Jalan


Ruas Xxxxxx - Xxxxxx dan Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah
Tengah.
9.

9. Pengelolaan Dampak Gangguan Kesehatan Masyarakat

Sumber Dampak
Sumber dampak gangguan kesehatan masyarakat merupakan dampak
lanjutan dari dampak penurunan kualitas udara.

Jenis Dampak
Kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat setempat
adalah merupakan dampak lanjutan dari dampak penurunan kualitas
udara, terutama oleh penyebaran debu. Peningkatan debu pada lokasi
pemukiman berpotensi menimbulkan penyakit, seperti penyakit infeksi
saluran pernafasan bagian atas (ISPA).
V-20

indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur komponen lingkungan yang kemungkinan terkena dampak oleh
rencana kegiatan. Sebagai indikator dampak Kemungkinan terjadinya
gangguan kesehatan masyarakat adalah jumlah pasien ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Atas) pada Puskesmas setempat Puskesmas Klari,
sebelum pelaksanaan konstruksi, yaitu 11.645 pasien ISPA tahun 2003
{Sumber: Laporan Tahunan 2004 Puskesmas Klari)

Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan

dimaksudkan

untuk

menjaga

kesehatan

masyarakat.

Kemungkinan penurunan kesehatan masyarakat merupakan dampak


lanjutan dari dampak penurunan kualitas udara, terutama pencemaran
debu. Dengan demikian, apabila pengelolaan yang dilakukan telah
berhasil mengeliminir terjadinya pencemaran debu, maka secara tidak
langsung dampak penurunan kesehatan dapat dihindari.

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pencegahan penurunan kesehatan masyarakat:

Pada sepanjang lokasi proyek ruas Xxxxxx - Xxxxxx, KM 83,1 -85,6;


KM 86,1 - 86,8; KM 91,6 - 92,6 termasuk wilayah desa Duren,
Pancawati, Dawuan Tengah.

Pada sepanjang rute mobilisasi material dari lokasi quarry di Cagak


(Kabupaten Subang) sampai lokasi proyek (gambar 2.3 bab II di atas)

Pada lokasi AMP di daerah Cagak (gambar 2.6 bab II di atas).

Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan pencegahan penurunan kesehatan masyarakat
adalah: selama periode kontruksi.
Biava Pengelolaan
Biaya pengelolaan pencegahan penurunan kesehatan masyarakat adalah:
sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.

Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan pencegahan penurunan kesehatan masyarakat:
adalah kontraktor.
V-21

Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan dampak kesehatan adalah Dinas Ungkungan
Hidup

Kabupaten

Xxxxxx,

Dinas

Kesehatan

Kabupaten

Xxxxxx,

Pimbagpro Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat


Prasarana Wilayah Tengah.

Pengelolaan Dampak Pada Tahap Operasi & Pemeliharaan

Pengelolaan Dampak Positif Peluang Kesempatan Kerja

Sumber Dampak
Sumber dampak positif peluang kesempatan kerja adalah perekrutan
tenaga kerja untuk perawatan jalan, sekitar 50 orang.
Jenis Dampak
Peluang kesempatan kerja merupakan dampak positif yang ditimbulkan
oleh perekrutan tenaga kerja untuk perawatan jalan. Tenaga kerja buruh
yang akan direkrut dapat mencapai sekitar 50 orang. Ini merupakan
peluang kesempatan kerja bagi sebagian penduduk usia kerja yang masih
sebagai pencari kerja. Berdasarkan data Statistik Kabupaten Xxxxxx
Tahun 2002, terdapat cukup banyak penduduk pencari kerja, yaitu 30.248
orang.

Indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur komponen lingkungan hidup yang kemungkinan terkena
dampak oleh rencana kegiatan proyek. Yang digunakan sebagai indikator
dampak peluang kesempatan kerja adalah persentase tenaga kerja buruh
pada proyek perawatan jalan yang direkrut dari masyarakat desa
setempat, yaitu minimal 60%.

Pengelolaan Lingkungan
Tujuan pengelolaan adalah mengoptimalkan manfaat proyek perawatan
jalan yang dapat dirasakan oleh masyarakat desa setempat.

Untuk

mencapai tujuan ini, pengelolaan lingkungan yang akan ditempuh terdiri


dari:

V-22

Pemilik proyek mewajibkan kontraktor agar memprioritaskan perekrutan


tenaga kerja yang berasal dari desa setempat (Desa Duren,
Pancawati, Dawuan Tengah). Kewajiban kontraktor ini dituang dalam
dokumen kontrak

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekrutan tenaga kerja pemeliharaan jalan adalah pada desa yang dilalui
ruas Xxxxxx - Xxxxxx: Desa Duren, Pancawati, Dawuan Tengah.
Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekrutan tenaga kerja adalah pada saat proses penerimaan tenaga
kerja untuk kegiatan pemeliharaan jalan.
Biava Pengelolaan
Pengelolaan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam perekrutan
tenaga kerja, tidak memerlukan biaya.

Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekrutan tenaga kerja untuk pemeliharaan jalan adalah kontraktor
proyek pemeliharaan jalan bekerjasama dengan kantor desa setempat.
Pengawas Pengelolaan
Pengawas

pengelolaan

peluang

kesempatan

kerja

adalah

Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten


Xxxxxx, Pimbagpro Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Departemen Kimpraswil
Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.
2.

Pengelolaan (Mencegah) Kecelakaan Lalu Lintas


Sumber Dampak
Dampak

posistif

dari

peningkatan

jalan

adalah

bertambahnya

kenyamanan berkendaraan dan dampak negatifnya terdapat resiko


kecelakaan fatal

dari kendaraan-kendaraan yang

melaju

dengan

kecepatan rata-rata tinggi.


V-23

Jenis Dampak
Jenis dampak posistif dari peningkatan jalan adalah peningkatan
keselamatan lalu lintas yang bersumber dari bertambahnya kenyamanan
berkendaraan, sedangkan jenis dampak negatifnya yaitu terjadi resiko
kecelakaan fatal yang bersumber dari benturan keras kendaraan yang
melaju dengan kecepatan rata-rata tinggi.
Indikator Dampak
Indikator dampak positif dari peningkatan jalan adalah menurunnya tingkat
kecelakaan lalu lintas. Beberapa literatur menjelaskan bahwa pelebaran
lajur lalu lintas dapat mengurangi tingkat kecelakaan antara 2% -15% per
meter pelebaran, median mengurangi tingkat kecelakaan hingga 30%.

Indikator dampak negatif adalah tingkat kerusakan kendaraan dan resiko


kematian yang lebih besar dibandingkan dengan kecelakaan-kecelakaan
sebelumnya.
Pengelolaan Lingkungan
Rekomendasi pengelolaan lingkungan untuk memaksimal dampak positif
dan meminimalkan dampak negatif pada tahap operasi dan pemeliharaan
adalah meningkatkan kenyamanan lalu lintas yang dapat dilakukan, sbb :

1) Pengelolaan terhadap konstruksi

Di pusat kota selokan sepanjang jalan supaya selalu dipelihara


dan ditutup. Trotoar dan kereb selalu dijaga fungsi dan
keberadaannya.

Bahu jalan selalu dipelihara agar tetap rata dan sama tinggi
dengan jalur lalu lintas, sehingga dapat berfungsi untuk memberi
kesempatan kendaraan berhenti sementara.

Penghalang seperti tiang listrik, pohon, dsb sebaiknya tidak


mengganggu bahu jalan. Jarak antara bahu jalan dan penghalang
diharapkan sejauh mungkin untuk pertimbangan keselamatan lalu
lintas.

V-24

Simpang jalan minor dan jalan keluar/masuk lahan samping jalan


sebaiknya dibuat tegak lurus terhadap jalan utama, lokasinya
menghindari jarak pandang yang pendek

Bila demand parkir dan berhenti begitu tinggi sepanjang jalan,


perlu disediakan lajur berhenti pada sisi kiri dari jalur lalu lintas

2) Pengelolaan alat pengendali lalu lintas (rambu dan marka jalan)


Mat pengendali lalu lintas haruslah dapat berfungsi EFEKTIF, untuk itu
alat-alat pengendali tersebut hams memenuhi syarat-syarat sbb :
a. Memenuhi suatu kebutuhan tertentu
b. Dapat tertihat dengan jelas
c. Memaksakan perhatian
d. Menyampaikan suatu maksud yang jelas dan sederhana
e. Perintahnya dihormati dan dipatuhi secara penuh oleh para
pemakai jalan
f.

Memberikan waktu yang cukup untuk menanggapinya

Untuk

menjamin

KEEFEKTIFAN

tersebut,

maka

(empat)

pertimbangan yang akan dilakukan :


(1) DISAIN : mencakup ukuran, bentuk, warna, kemudahan membaca,
penerangan dan pemantulan yang baik (syarat c & d).
(2) LOKASI : harus terietak didalam kerucut pengelihatan pemakai
jalan dan tempatnya sedemikian rupa sehingga pengemudi
mempunyai waktu yang cukup untuk memberikan reaksi terhadap
pssan-pesan tersebut (syarat b & f). Faktor-faktor utama adalah :
arah

muka,

tinggi,

kebebasan

samping

dan

peringatan

pendahuluan.
(3) KESERAGAMAN

PENGGUNAAN

para

pemakai

jalan

mendasarkan reaksinya terhadap rambu-rambu atas pengalaman


sebelumnya terhadap rambu-rambu tersebut. Rambu-rambu yang
standar harus digunakan, demikian pula untuk situasi-situasi lalulintas yang sama harus diberikan rambu-rambu yang sama pula,
sehingga pemakai jalan mengetahui apa yang harus dilakukan
pada saat mereka melihat rambu lalu-lintas dan bereaksi dengan
cepat berdasarkan pengalaman sebelumnya terhadap ramburambu tersebut (syarat d & f). Rambu hanya digunakan apabila
benar-benar diperiukan saja, rambu yang tidak diperlukan
V-25

(dipasang

tidak

pada

tempatnya)

akan

mengakibatkan

para

pengemudi kehilangan perhatiannya atau kepercayaannya terhadap


pentingnya pesan yang disampaikan oleh rambu tersebut (syarat a &
e). (4) PERAWATAN : rambu-rambu hams bersih, terpasang baik dan
kebebasan pandangan dapat dijaga (syarat b, c & e)
Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada
tahap operasi dan pemeiiharaan adalah sepanjang ruas jalan.

Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah
selama periode operasi dan pemeiiharaan.
Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan pencegahan terjadinya kecelakaan adalah bersumber
dari anggaran pemeiiharaan jalan.

Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan pencegahan terjadinya kecelakaan adalah Pimpro
Induk Pembangunan Jalan Jalur Pantura Jawa, Pimbagpro Peningkatan
Jalan Ruas Xxxxxx - Xxxxxx. Pemasangan rambu-rambu lalu lintas
dikoordinasikan dengan Dinas Perhubungan setempat.
Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas
selama periode operasi dan pemeiiharaan adalah Dinas Perhubungan
Kabupaten

Xxxxxx,

Dinas

Lingkungan

Hidup

Kabupaten

Xxxxxx,

Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.


3.

Pengelolaan Dampak Penurunan Kualitas Udara Dan Kebisingan

Sumber Dampak
Sumber dampak penurunan kualitas udara dan kebisingan berasal dari
emisi dan suara lalu lintas dan peralatan yang digunakan untuk perawatan
jalan, seperti aspalt mixing plant (AMP).
V-26

Jenis Dampak
Kemungkinan

peningkatan

pencemaran

udara

dan

kebisingan

diperkirakan terjadi saat pengoperasian jalan dimana debu dan asap dari
kendaraan bermotor yang diemisikan ke udara akan lebih besar. Keadaan
ini berkaitan langsung dengan bertambahnya volume lalu lintas yang
melewati ruas jalan baru. Dengan demikian, dioperasikannya jalan
diperkirakan meningkatkan bahan pencemar udara. Khususnya bagi
penduduk yang bermukim di tepi jalan akan merasakan gangguan
pencemaran udara maupun kebisingan dari kendaraan bermotor.

Penurunan kualitas udara pada tahap pemeliharaan juga disebabkan oleh


adanya emisi dari peralatan yang digunakan untuk perawatan jalan,
seperti aspalt mixing plant (AMP). Gangguan kebisingan pada tahap
operasi berasai dari suara lalu lintas kendaraan dan peralatan yang
digunakan untuk perawatan jalan, seperti aspalt mixing plant (AMP).
Indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur untuk mengukur dampak pada
kualitas udara oleh kegiatan proyek. Indikator dampak penurunan kualitas
udara adalah mengacu pada baku mutu kualitas udara, seperti disajikan
pada tabel 5.1 (Kepmen LH No 41/1999) di atas.
Pengelolaan Lingkunaan
Untuk mencegah timbulnya dampak penurunan kualitas udara, langkahlangkah pengelolaan lingkungan yang dapat ditempuh adalah :
Penanaman pohon peneduh jalan sebagaimana diurai di atas (tabel 5.2 di
atas) sudah merupakan langkah meminimumkan dampak penurunan
kualitas udara. Pohon-pohon tersebut mempunyai kemampuan menyerap
polutan udara. Tajuk pohon dapat membersihkan partikel debu dari udara
melalui proses jerapan dan serapan. Dengan melalui proses jerapan,
partikel debu akan menempel pada permukaan daun, khususnya daun
yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar. Sebagian
debu dapat dibersihkan melalui proses serapan, yaitu partikel debu
terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Demikian pula pohon
damar,

V-27

daun kupu-kupu, akasia, beringin mempunyai kemampuan yang baik


untuk menyerap gas CO2.

Kontraktor diwajibkan menggunakan kendaraan pengangkut material


dan peralatan yang telah lulus uji emisi (kadar Pb = 0 ppm). Hal ini
akan dituang dalam dokumen kontrak, sebagai suatu persyaratan bagi
kontraktor.

Truk pengangkut material dilengkapi penutup terpal.

Cerobong asap peralatan AMP dilengkapi dengan wadah yang berisi


air, sehingga sebelum melewati cerobong, asap terlebih dahulu
dilewatkan melalui wadah berisi air ini.

Kontraktor diharuskan melakukan penyiraman pada bagian areal kerja


yang berdebu.

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah:

Pada sepanjang lokasi proyek KM 83,1 - 85,6; KM 86,1 - 86,8; KM


91,6-92,5.

Pada sepanjang rute material dari lokasi quarry di Cagak (Kabupaten


Subang) sampai lokasi proyek (gambar 2.6 bab II di atas)

Pada lokasi AMP, yaitu daerah Cagak - Kabupaten Subang (gambar


2.6 bab II).

Sedangkan untuk mengurangi gangguan kebisingan, langkah-langkah


pengelolaan lingkungan yang dapat ditempuh adalah :

Pada pekarangan yang berbatssan dengan jalan atau pada areal


damija yang kosong, ditanami berbagai jenis pohon sebagai sound
barrier, yang dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi
gelombang suara oleh daun cabang dan ranting. Jenis tumbuhan
yang efektif meredam suara adalah yang mempunyai tajuk yang tebal
dengan daun yang rindang. Dengan menanam berbagai jenis
tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan
dapat mengurangi kebisingan. Dedadunan tanaman dapat menyerap
kebisingan sampai 95%. Dalam hal ini, pada pekarangan yang
berbatasan dengan jalan, dapat disarankan untuk menanam berbagai
jenis pohon, seperti: rambutan, cengkeh, sawo, cemara, pinus (Pinus
merkusii), palem (Crodora sp.).
V-28

Kontraktor

pemeliharaan

jalan

diharuskan

mengatur

waktu

pengoperasian peralatan yang menimbulkan kebisingan. Peralatan


sebaiknya tidak dioperasikan pada waktu-waktu sholat jum'at,
kebaktian di gereja, istirahat malam, dan sebagainya.

Penempatan AMP diupayakan sejauh mungkin dari pemukiman


masyarakat.

Lokasi Pengeloiaan
Lokasi pengeloiaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah:

Penanaman pohon pada sisi kanan kiri jalan sepanjang lokasi proyek
KM 83,1 - 85,6; KM 86,1 - 86,8; KM 91,6 - 92,5, kecuali di depan
Pasar Kosambi, penanaman pohon pada median.

Pada sepanjang rute material dari lokasi quarry di Cagak (Kabupaten


Subang) sampai lokasi proyek (gambar 2.6 bab II di atas).

Pada lokasi AMP, yaitu daerah Cagak - Kabupaten Subang (gambar


2.6 bab II di atas).

Waktu Pengeloiaan
Waktu pengeloiaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah: selama
periode operasi dan pemeliharaan jalan.
Biava Pengeloiaan
Biaya pengeloiaan pencegahan penurunan kualitas udara sudah termasuk
dalam nilai kontrak proyek pemeliharaan jalan.
Pelaksana Pengeloiaan
Pelaksana pengeloiaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah
kontraktor.

Pengawas Pengeloiaan
Pengawas pengeloiaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah
Pimbagpro Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

V-29

4.

Pengelolaan Banjir/Genangan (Oleh Peninggian Level Jalan)


Sumber Dampak
Sumber dampak negatif banjir adalah kegiatan peninggian badan jalan di
sekitar Pasar Kosambi.
Jenis Dampak
Jenis dampak yang mungkin timbul adalah terjadinya banjir di sekitar
Pasar Kosambi. Peninggian badan jalan akan menghambat pembuangan
air yang selama ini melimpas menyeberangi badan jalan untuk pada
gilirannya masuk ke saluran drainase di beiakang pasar dan selanjutnya
masuk ke Kali Kamojing yang memotong rel kereta api. Timbulnya banjir
akan mengganggu kenyamanan dan kesehatan penduduk sekitar dan
pengunjung Pasar Kosambi.
Indikator Dampak
Indikator dampak negatif banjir adalah tidak terjadinya genagan air pada
musim hujan di sekitar Pasar Kosambi setelah terjadi hujan. Adapun
parameter yang dapat diukur adalah kedalaman genangan, lamanya
genangan berlangsung, intensitas genangan, dan luas genangan.

Pengelolaan Lingkungan
Untuk mengeliminir dampak negatif banjir antara lain:

Peninggian badan jalan perlu diikuti peninggian dasar saluran.

Normalisasi saluran drainase jalan yang sudah ada, meliputi


pengerukan lumpur dan sampah, peningkatan volume saluran
drainase, dan perbaikan lining. Di atas saluran drainase dapat
difungsikan sebagai trotoar.

Perlu dibuat saluran pembuang sekaligus sebagai saluran drainase


jalan ke arah rel kereta api menuju saluran drainase yang telah ada,
yakni saluran drainase di beiakang pertokoan menuju Kali Kamojing
(Peta Lokasi Pengelolaan Banjir pada gambar 5.1).

Normalisasi saluran drainase perkotaan menuju K. Kamojing.

Pembersihan/pengambilan

sampah

dari

tempat

pembuangan

sementara (bak sampah) di pinggir-pionggir jalan saluran perlu


dilakukan secara rutin dan bersih.

V-30

Himbauan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah


disaluran drainase.

Lokasi Pengelolaan
Lokasj pengelolaan dampak negatif banjir adalah di sekitar Pasar
Kosambi, tertera pada gambar 5.1.
Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan dampak banjir adalah pada awal konstruksi dan
dilakukan pemeliharaan secara rutin (3 bulan sekali). Pembersian sampah
dilakukan setiap 3 hah sekali.
Biava Pengelolaan
Biaya pembuatan saluran dan normalisasi saluran kiri kanan jalan sudah
termasuk

dalam

nilai

kontrak

proyek

(Departemen

Kimpraswil).

Sedangkan biaya normalisasi saluran drainase di belakang pertokoan


menuju Kali Kamojing ditanggung oleh APBD Kabupaten melalui Dinas
Tata Kota. Untuk pemeliharaan rutin dibebankan kepada APBD melalui
Dinas Pekerjaan Umum. Untuk biaya pengelolaan kebersihan lingkungan
(pengambilan sampah) secara rutin dibebankan kepada warga sekitar.

Pelaksana Pengelolaan
Pembuatan saluran dan normalisasi saluran kiri kanan jalan dilaksanakan
oleh kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan dari Departemen Kimpraswil.
Normalisasi saluran belakang pertokoan menuju Kali Kamojing dapat
dilaksanakan oleh masyarakat sekitar yang dikoordinir oleh Dinas Tata
Kota. Pelaksanaan pemeliharaan saluran secara berkala dilakukan oleh
Dinas Pekerjaan Umum. Sedangkan pengelolaan sampah secara rutin
dapat dilaksanakan oleh masyarakat secara swadaya bersama Dinas
Kebersihan Kota.
Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan dampak banjir adalah: pemimpin proyek Induk
Pantura, Pimbagpro Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Xxxxxx, dan unsur masyarakat.

V-31

Gambars.1. PETA PENGELOLAA


Xxxxxx-(Lokasi Sekitar
P

= = = : Nor
: Pe

5.

Pengelolaan Dampak Kesehatan Masyarakat

Sumber Dampak
Sumber dampak gangguan kesehatan masyarakat merupakan dampak
lanjutan dari dampak penurunan kualitas udara.
Jenis Dampak
Kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan masyarakat merupakan
dampak lanjutan dari dampak penurunan kualitas udara, terutama oleh
emisi dari lalu lintas kendaraan dan emisi dari peralatan yang digunakan
untuk perawatan jalan, seperti aspalt mixing plan (AMP). Pollutan emisi
pada lokasi pemukiman berpotensi menimbulkan penyakit, seperti
penyakit infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA).
Indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur komponen lingkungan hidup yang kemungkinan terkena
dampak oleh rencana kegiatan proyek. Yang digunakan sebagai indikator
dampak kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan masyarakat adalah
jumlah pasien ISPA pada puskesmas setempat Klari pada periode
sebelum pengoperasian dan perawatan jalan, yaitu 11.645 pasien ISPA
tahun 2003 (Sumber: Laporan Tahunan 2004 Puskesmas Klari).

Pengelolaan Lingkungan
Penurunan kesehatan masyarakat merupakan dampak lanjutan dari
dampak penurunan kualitas udara, terutama pencemaran debu. Dengan
demikian, apabila pengelolaan yang dilakukan telah berhasil mengeliminir
terjadinya pencemaran debu, maka secara tidak langsung dampak
penurunan kesehatan dapat dihindari.

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan dampak kesehatan sama dengan lokasi pencegahan
penurunan kualitas udara yaitu:

Penanaman pohon pada sisi kanan kiri jalan sepanjang lokasi proyek
KM 83,1 - 85,6; KM 86,1 - 86,8; KM 91,6 - 92,5, kecuali di depan
Pasar Kosambi, penanaman pohon pada median.

V-33

Pada sepanjang jalur transportasi material dari lokasi quarry di Cagak


(Kabupaten Subang) sampai lokasi proyek (gambar2.6 bab II di atas).

Pada lokasi AMP, yaitu daerah Cagak - Kabupaten Subang (gambar


2.6 bab II di atas).

Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan dampak kesehatan adalah: selama periode operasi
dan pemeliharaan jalan.

Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan dampak kesehatan sudah termasuk dalam nilai kontrak
proyek pemeliharaan jalan.
Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan dampak kesehatan sama dengan pencegahan
penurunan kualitas udara yaitu kontraktor.

Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan kesehatan masyarakat adalah Pimbagpro Ruas
Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx, Dinas
Kesehatan

Kabupaten

xxxxxx,

Departemen

Kimpraswil

Direktorat

Prasarana Wilayah Tengah.

V-34

BAB VI UPAYA
PEMANTAUAN LINGKUNGAN

BAB VI UPAYA
PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Setelah pada bab 5 diurai upaya pengelolaan lingkungan (UKL), pada bab 6 ini
menguraikan

upaya

pemantauan

lingkungan

(UPL).

Rekomendasi

UPL

merupakan cara/metode yang nantinya akan digunakan untuk mengevaluasi


efektifitas pelaksanaan upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dalam mencegah
atau meminimumkan timbulnya dampak negatif dan mengembangkan dampak
positif. Berikut ini rekomendasi upaya pemantauan lingkungan (UPL) pada setiap
tahapan kegiatan, yang ringkasannya disajikan dalam bentuk tabel pada bagian
akhirdari bab ini (tabel 6.3).
6.1. Pemantauan Lingkungan Pada Tahap Prakonstruksi
Pemantauan Persepsi Masyarakat

Sumber Dampak
Sumber dampak pada persepsi masyarakat adalah kegiatan sosialisasi dan
pengadaan tanah. Termasuk materi sosialisasi adalah pemberian penjelasan
kepada masyarakat cara perhitungan nilai kompensasi tanah dan bangunan
masyarakat yang terkena rencana pelebaran jalan. Sosialisasi juga
menekankan akan adanya tahapan musyawarah dalam penentuan nilai
kompensasi tanah bangunan antara masyarakat pemilik tanah bangunan
dengan Panitia Pengadaan tanah.
Jenis Dampak
Sosialisasi yang baik akan membangun persepsi positif masyarakat
terhadap rencana pelebaran jalan, yang selanjutnya akan membantu
kelancaran proses pengadaan tanah. Sebaliknya sosialisasi yang kurang
jelas akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan di kalangan masyarakat,
yang selanjutnya berpotensi menggangu kelancaran pengadaan tanah dan
pelaksanaan proyek secara keseluruhan.

VI-1

Tolok Ukur Dampak


Tolok ukur dampak persepsi masyarakat adalah tercapainya kesepakatan
nilai kompensasi tanah bangunan antara panitia pengadaan tanah dengan
semua masyarakat pemilik tanah bangunannya terkena proyek. Dari hasil
wawancara, kondisi eksisting persepsi masyarakat sebagian besar
responden (98%) mendukung, dan 2% responden keberatan bila
bangunan toko miliknya terkena proyek. Terhadap 2% responden ini,
panitia pengadaan tanah masih perlu mencari solusi penyelesaian untuk
mencapai tolok ukur dampak.
Pemantauan Lingkungan
Pemantauan bertujuan mengevaluasi pelaksanaan sosialisasi dan
musyawarah dalam mencapai kesepakatan nilai kompensasi tanah
bangunan terkena proyek, terutama antara pemilik toko pada sta 1+200
atau KM 84,2 (persimpangan arah ke Curug) dengan panitia pengadaan
tanah. Pemantauan akan dilakukan dengan cara:

Wawancara masyarakat.pemilik tanah bangunan terutama antara


pemilik toko pada sta 1+200 atau KM 84,2 (persimpangan arah ke
Curug), menanyakan apakah tercapai kesepakatan besaran nilai
kompensasi tanah bangunan.

Hasil wawancara dibandingkan dengan tolok ukur dampak. Sebagai


tolok ukur dampak adalah 100% pemilik tanah dan bangunan terkena
pelebaran jalan mencapai kesepakatkan besaran nilai kompensasi
tanah bangunan dengan panitia pengadaan tanah.

Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan adalah pada Desa Duren dimana terdapata
masyarakat yang tanah bangunannya terkena pelebaran jalan, terutama
pemilik toko pada sta 1+200 atau KM 84,2 (persimpangan arah ke Curug)
yang masih keberatan.

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan pada periode prakonstruksi.
Biaya Pemantauan
Biaya pemantauan bersumber dari APBN tahun 2004.

VI-2

Pelaksana Pemantauan
Pelaksanaan pemantauan adalah panitia pengadaan tanah, yang
beranggotakan: Asisten Daerah/Asda I Kabupaten Xxxxxx, BPN, PU
Kabupaten, Kecamatan, Desa, Pimpro Induk Pantura/Pimbagpro Ruas
Xxxxxx-Xxxxxx.

Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan: Bupati Kabupaten Xxxxxx, Departemen
Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah

Pemantauan Dampak Pada Tahap Konstruksi

Pemantauan Dampak Positif Peluang Kesempatan Kerja

Sumber Dampak
Sumber dampak terciptanya peluang kesempatan kerja adalah perekrutan
kebutuhan tenaga kerja buruh pada proyek. Tenaga kerja buruh yang
akan direkrut oleh kontraktor sekitar 50 orang.
Jenis Dampak
Jenis dampak adalah terciptanya peluang kesempatan kerja bagi
masyarakat setempat di Desa Duren, Pancawati, Dawuan Tengah.
Peluang kesempatan kerja merupakan dampak positif yang ditimbulkan
oleh perekrutan tenaga kerja untuk konstruksi jalan. Tenaga kerja buruh
yang akan direkrut dapat mencapai sekitar 50 orang. Ini merupakan
peluang kesempatan kerja bagi sebagian penduduk usia kerja yang masih
sebagai pencari kerja. Berdasarkan data Statistik Kabupaten Xxxxxx
Tahun 2002, terdapat cukup banyak penduduk pencari kerja, yaitu 30.248
orang.

Indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur dampak positif peluang kesempatan kerja dari kegiatan proyek.
Yang digunakan sebagai indikator dampak peluang kesempatan kerja
adalah persentase tenaga kerja buruh pada proyek yang direkrut dari
masyarakat desa setempat (Duren, Pancawati, Dawuan Tengah), yaitu
minimal 60%.

VI-3

Pemantauan Linqkunqan
Pemantauan ini nantinya akan digunakan untuk mengevaluasi realisasi

pemberian peluang kesempatan kerja kepada masyarakat setempat


dalam perekrutan tenaga kerja konstruksi. Pemantauan dengan cara:

Pendataan tenaga kerja yang berasal dari desa setempat, yaitu berKTP Desa Duren, Pancawati dan Dawuan Tengah.

Hasil pendataan dibandingkan dengan tolok ukur dampak. Sebagai


tolok ukur dampak adalah minimal 60% tenaga kerja berasal dari
masyarakat setempat.

Apabila tenaga kerja yang berasal dari kelurahan setempat < 60%,
maka proses perekrutan tenaga kerja perlu ditinjau kembali.

Lokasi Pemantauan
Lokasi Pemantauan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekrutan tenaga kerja adalah pada desa-desa lokasi proyek dan
sekitarnya, terutama Desa Duren, Pancawati, Dawuan Tengah.
Waktu Pemantauan
Pemantauan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam perekrutan
tenaga kerja adalah pada saat proses penerimaan tenaga kerja.

Biaya Pemantauan
Pemantauan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam perekrutan
tenaga kerja, tidak memerlukan biaya.
Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekrutan tenaga kerja adalah Pimbagpro bekerjasama dengan kantor
kepala setempat Duren, Pancawati, Dawuan Tengah.
Pengawas Pemantauan
Pengawas Pemantauan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekrutan tenaga adalah Dinas Tenaga Kerja, Pimbagpro Ruas XxxxxxXxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx, Departemen
Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

VI-4

2.

Pemantauan Dampak Penurunan Kualitas Udara


Sumber Dampak
Sumber penyebab dampak kemungkinan terjadinya penurunan kualitas
udara adalah mobilisasi peralatan & material, penggalian & penimbunan,
pekerjaan sub-base, pengaspalan.

Jenis Dampak
Kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material dari quarry di
daerah Cagak (Kabupaten Subang) ke lokasi proyek mempunyai
kemungkinan

menimbulkan

dampak

penurunan

kualitas

udara.

Kemungkinan ini berasal dari emisi kendaraan truk yang digunakan untuk
pengangkutan. Selain itu juga dimungkinkan oleh debu yang berasal dari
material tanah yang terembus angin selama perjalanan pengangkutan.

Selain oleh kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material,


penurunan kualitas udara dapat ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan: land
clearing,

pengoperasian

base

camp,

penggalian

&

penimbunan,

penyusunan sub-base, pengaspalan. Kegiatan-kegiatan ini menghasilkan


polutan udara berupa debu serta emisi dari peralatan (aspalt mixing plant
AMP, stone cmsher). Kemungkinan peningkatan debu dan polutan emisi
kendaraan diperkirakan akan semakin signifikan pada musim kemarau,
yaitu pada periode bulan Nopember - April.
Kondisi eksisting kualitas udara saat ini cukup baik, semua parameter
kualitas udara memenuhi standar baku mutu, tertera pada tabel 3.3 diatas.

Tolok Ukur Dampak


Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur dampak pada kualitas udara oleh kegiatan proyek. Indikator
dampak penurunan kualitas udara adalah mengacu pada baku mutu
kualitas udara, seperti disajikan pada tabel 5.1 (Kepmen LH No 41/1999)
bab V di atas.

VI-5

Pemantauan Linqkungan
Pemantauan

ini

nantinya

akan

digunakan

untuk

mengevaluasi

keberhasilan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dalam mencegah


timbulnya dampak penurunan kualitas udara. Pemantauan kualitas udara
akan dilakukan dengan cara:

Sampling kualitas udara dan analisa di laboratorium. Parameter yang


dipantau adalah kandungan debu, CO, Pb, NOx, SOz, H2S, CH pada
udara ambient.

Hasil pengukuran dibandingkan dengan standard baku mutu udara.

Apabila ternyata hasil pengukuran melampaui standar baku mutu,


maka pengelolaan lingkungan perlu diadakan peninjauan kembali.

Lokasi Pemantauan
Lokasi Pemantauan pencegahan penurunan kualitas udara adalah:

Pada sepanjang lokasi proyek KM 83,1 - 85,6; KM 86,1 - 86,8; KM


91,6-92,5.

Pada sepanjang jalur transportasi material dari lokasi quarry di Cagak


(Kabupaten Subang) sampai lokasi proyek (gambar 2.6 bab II di atas)

Pada lokasi AMP, yaitu daerah Cagak - Kabupaten Subang (gambar


2.6 bab II di atas).

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan kualitas udara adalah: selama periode kontruksi
setiap 3 bulan sekali.
Biaya Pemantauan
Biaya pemantauan kualitas udara sudah termasuk dalam nilai kontrak
proyek.
Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan kualitas udara adalah kontraktor.
Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan kualitas udara adalah Pimbagpro Ruas Xxxxxx Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx, Departemen
Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.
VI-6

3. Pemantauan Dampak Gangguan Kebisingan

Sumber Dampak
Sumber penyebab dampak kemungkinan gangguan kebisingan adalah
peralatan AMP, stone crusher, vibratory roller, vibratory compactor.

Jenis Dampak
Jenis dampak adalah kemungkinan timbulnya gangguan kebisingan. Tingkat
kebisingan dari suara peralatan vibratory roller, vibratory compactor, stone
crusher, dan AMP, dapat mencapai 80 dBA pada jarak 15 meter, yang berarti
melampaui standar baku mutu kebisingan untuk pemukiman 60 dBA
(KepMenLH No 48/11/1996). Gangguan kebisingan terutama dapat dialami
oleh masyarakat sekitar lokasi AMP.

Kondisi eksisting kebisingan saat ini telah melampaui standar baku mutu,
seperti tertera pada tabel 3.3 di atas. Tingkat kebisingan eksisting mencapai
78 dBA, sementara standar baku mutu kebisingan untuk pemukiman hanya 60
dBA.

Tolok Ukur Dampak


Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur komponen lingkungan hidup yang kemungkinan terkena dampak
oleh rencana kegiatan proyek. Indikator dampak peningkatan kebisingan
mengacu pada Kepmen LH No 48/1996, yaitu 60 dBA untuk pemukiman.
Pemantauan Lingkungan
Pemantauan ini nantinya akan digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan
pelaksanaan pengelolaan lingkungan dalam mencegah timbulnya dampak
gangguan kebisingan. Pemantauan kebisingan akan dilakukan dengan cara:

Pengukuran tingkat kebisingan (desibel) dengan alat sound level meter.

Hasil pengukuran dibandingkan dengan standard baku mutu kebisingan


pada SK MenLH No 48 Tahun 1996.

Apabila ternyata hasil pengukuran melampaui standar baku mutu, maka


pengelolaan kebisingan perlu diadakan peninjauan kembali.

Lokasi Pemantauan
Lokasi Pemantauan pencegahan gangguan kebisingan adalah:
VI-7

Pada lokasi peralatan yang menimbulkan kebisingan (vibratory roller,


vibratory compactor, stone crusher, dan AMP), yaitu sepanjang lokasi
proyek, KM 83,1 -85,6; KM 86,1 -86.8; KM 91,6-92,5.

Pada lokasi AMP, yaitu daerah Cagak Kabupaten Subang (gambar 2.6
bab II di atas).

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan kebisingan adalah: selama periode kontruksi, setiap 3
bulan sekali.

Biaya Pemantauan
Biaya pemantauan kebisingan sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.
Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan kebisingan adalah kontraktor, bekerja sama dengan
perusahaan pemilik AMP.

Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan kebisingan udara adalah Pimbagpro Ruas Xxxxxx Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx, Departemen Kimpraswil
Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

4. Pemantauan Dampak Hilangnya Pohon Peneduh Yang Ada (Oleh Land


Clearing)

Sumber Dampak
Sumber dampak hilangnya pohon yang ada adalah penebangan pohon yang
ada pada areal rencana pelebaran jalan. Pada areal rencana pelebaran jalan
saat tumbuh berbagai jenis tanaman seperti mangga, rambutan, srikaya,
belimbing, lamtoro, petai cina, jeruk, sirsak, pepaya, nangka, jambu batu,
jambu air, kelapa, beringin, mahoni, tanjung, karet, palem, cemara, kamboja,
sinyo nakal, lilin-lilin, hangjuang, puring, angsana, kenanga, soka, plamboyan,
paku, johar, bogenvile.

VI-8

Jenis Dampak
Pohon yang ada dalam areal rencana pelebaran jalan, akan ditebang.
Penebangan ini akan menghilangkan suasana teduh yang selama ini
dapat

dinikmati

oleh

pengguna jalan

dan

masyarakat

setempat.

Penebangan pohon akan menambah suasana panas, dimana kondisi ini


akan berlangsung selama sekitar 2 tahun, yaitu sampai pohon pengganti
yang ditaman tumbuh.
Tolok Ukur Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur dampak hilangnya pohon oleh land clearing. Yang digunakan
sebagai indikator dampak hilangnya pohon peneduh jalan adalah adanya
penanaman pohon peneduh pengganti, yang dapat menciptakan suasana
teduh dan nyaman, serta menghilangkan kesan panas dan gersang.

Pemantauan Lingkungan
Pemantauan

ini

nantinya

akan

digunakan

untuk

mengevaluasi

keberhasilan penanaman pohon peneduh jalan. Pemantauan akan


dilakukan dengan cara:

Memantau pertumbuhan pohon pengganti yang di tanam pada sisi


kanan kiri jalan.

Apabila ditemukan pohon yang pertumbuhannya kurang baik, maka


diganti dengan bibit yang lebih baik.

Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan adalah pada areal penanaman pohon pengganti yaitu:
pada sisi kanan kiri jalan sepanjang lokasi proyek (KM 83,1 - 85,6; KM
86,1 - 86,8; KM 91,6 - 92,5), pada median jalan depan pasar Kosambi.

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan penanaman pohon peneduh pengganti adalah: setiap
3 bulan sekali.
Biava Pemantauan
Biaya pemantauan penanaman kembali pohon peneduh jalan adalah:
sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.

VI-9

Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan penanaman kembali pohon peneduh jalan adalah:
kontraktor.

Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan adalah Pimbagpro Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat
Prasarana Wilayah Tengah.
5. Pemantauan (Mencegah) Kemacetan Lalu Lintas Oleh Mobilisasi
Material, Pekerjaan Tanah, Pekerjaan Sub-Base, Lapis Perkerasan

Sumber Dampak
Sumber dampak kemacetan adalah aktivitas mobilisasi material, pekerjaan
tanah, pekerjaan sub-base dan pekerjaan lapis perkerasan.
Jenis Dampak
Jenis dampak adalah kemungkinan kemacetan lalu lintas yang disebabkan
oleh mobil pengangkut material yang membawa beban berat yang berjalan
dengan kecepatan lambat, hal ini akan menimbulkan antrian kendaraan di
belakangnya.
Demikian juga, pekerjaan tanah, pekerjaan sub-base dan lapis perkerasan,
dimana aktivitasnya yang "memakan" sebagian dari lebar jalur lalu lintas yang
ada, dengan sendirinya akan mengurangi kapasitas jalan dan akibatnya akan
semakin menambah kemacetan yang terjadi di lokasi pekerjaan.

Tolok Ukur Dampak


Indikator dampak merupakan tolok ukur kemacetan yang disebabkan oleh
kegiatan peningkatan jalan ini adalah adanya antrian kendaraan yang cukup
signifikan

dibelakang

bertambahnya

kendaraan

panjangnya

antrian

pengangkut

material

kendaraan

pada

atau

lokasi

semakin
pekerjaan

dibandingkan hari-hari biasa (yang memang sudah biasa dengan antrian


karena kemacetan).
Tolok ukur dampak mengacu data volume lalu lintas saat ini, V/C yang terjadi
dengan kondisi proyek tinggal hanya satu lajur, sbb :
VI-10

Tabel 6.1: Rasio Volume - Kapasitas (V/C)


Jenis Kendaraan
Sepeda Motor
Mobil Penumpang
Utility (Opelet dan sejenisnya)
Truk Ringan (2 Sumbu)
Bus Kecil
Bus Besar
Truk Sedang (2 Sumbu)
Truk Berat (3 Sumbu atau lebih)
Jumlah

Koef Jml.Kend.
smp Jam Puncak
0.5
2969
1.0
99
1.0
436
2.5
46 54
2.5
75 78
3.0
58
2.5
3.0
3815

Vol.LL
(smp/jam)
1485
99
436
115
135
225
195
174
2864

V/C
1.36
0.09
0.40
0.11
0.12
0.21
0.18
0.16
2.62

Pemantauan Lingkunqan
Pemantauan

ini

nantinya

akan

digunakan

untuk

mengevaluasi

pengelolaan lalu lintas sekitar lokasi proyek dalam upayanya mencegah


terjadinya kemacetan selama pelaksanaan pekerjaan lapis perkerasan.
Pemantauan akan dilakukan dengan cara;

Pengamatan kelancaran lalu lintas pada sekitar lokasi proyek dan


pendataan volume lalu lintas dan analisa V/C rasio.

Hasil analisa V/C rasio dibandingkan dengan V/C rasio sebelum


konstruksi (tabel 6.1).

Apabila ditemukan kemacetan lalu lintas yang cukup signifikan


dibanding

sebelum

pekerjaan

konstruksi,

maka

pengaturan

selanjutnya lebih ditingkatkan.


Lokasi Pemantauan
Lokasi

Pemantauan

pencegahan

terjadinya

kemacetan

selama

pelaksanaan konstruksi adalah pada rute mobilisasi material dari daerah


Cagak (Subang) seperti tertera pada gambar 2.6 bab II di atas.

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan volume lalu lintas adalah selama periode konstruksi,
setiap 3 bulan.

Biava Pemantauan
Biaya pemantauan lalu lintas sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.

VI-11

Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan adalah kontraktor berkerjasama dengan Dinas
Perhubungan Kabupaten Xxxxxx.

Penqawas Pemantauan
Pengawas pemantauan pencegahan kemacetan selama

pelaksanaan

konstruksi adalah Pimpro Induk Pembangunan Jalan Jalur Pantura Jawa,


Pimbagpro Peningkatan Jalan Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Perhubungan
Kabupaten Xxxxxx.
6. Pemantauan (Mencegah) Kerusakan Badan Jalan Yang Dilalui Mobilisasi
Material
Sumber Dampak
Sumber dampak kerusakan badan jalan adalah aktivitas mobil pengangkut
material dengan Vehicle Damage Factor (VDF) yang besar akibat beban yang
be rat.
Jenis Dampak
Jenis dampak adalah kemungkinan kerusakan badan jalan pada jalan-jalan
yang dilalui oleh mobil pengangkut material, terutama pada jalan dengan
kelas yang rendah atau jika mutu konstruksi perkerasan pada jalan-jalan yang
dilalui rendah.
Tolok Ukur Dampak
Tolok ukur kerusakan badan jalan yang disebabkan oleh aktivitas mobil
pengangkut material adalah ada tidaknya peningkatan jumlah lubang-lubang
di jalan {potholes) antara sebelum dan sesudah pelaksanaan mobilisasi
material.
Secara sederhana untuk menilai tolok ukur tersebut dengan membandingkan
kondisi lajur jalan yang dilewati kendaraan pada saat muatan penuh dan pada
saat muatan kosong. Jika jumlah lubang pada lajur jalan yang dilalui
kendaraan pada saat muatan penuh jumlahnya berbeda secara signifikan
dengan jumlah lubang pada lajur jalan pada saat muatan kosong, maka patut
diduga kerusakan itu disebabkan oleh aktivitas mobil pengangkut material.

VI-12

Pemantauan Linakunqan
Pemantauan

ini

nantinya

akan

digunakan

untuk

mengevaluasi

pengelolaan mobilisasi material dalam upaya mengeliminir dampak


kerusakan badan jalan. Pemantauan akan dilakukan dengan cara:

Pengamatan kondisi jalan rute yang dilalui mobilisasi material.

Hasil pengamatan dibandingkan dengan tolok ukur dampak, yaitu


kondisi jalan sebelum dilalui mobilisasi material.

Apabila kondisi jalan menjadi lebih rusak, maka perlu diadakan


peninjauan kembali.

Lokasi Pemantauan
Lokasi

pemantauan

kerusakan

badan

jalan

selama

pelaksanaan

konstruksi adalah pada rute mobilisasi material dari lokasi quarry di


daerah Cagak (Subang) seperti tertera pada gambar 2.6 bab II di atas.

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan kerusakan badan jalan selama adalah selama periode
konstruksi, setiap 3 bulan.
Biaya Pemantauan
Biaya pemantauan kerusakan badan jalan selama pelaksanaan konstruksi
sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.

Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan kerusakan badan jalan selama pelaksanaan
konstruksi adalah kontraktor.
Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan kerusakan badan jalan selama pelaksanaan
konstruksi adalah Pimpro Induk Pembangunan Jalan Jalur Pantura Jawa,
Pimbagpro Peningkatan Jalan Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Perhubungan
Kabupaten Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah
Tengah.

VI-13

7. Kemungkinan Kecelakaan Lalu Lintas


Sumber Dampak
Sumber dampak kecelakaan lalu lintas pada tahap konstruksi adalah
penyempitan jalur lalu lintas, lubang-lubang galian bekas pekerjaan.

Jenis Dampak
Jenis dampak adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas yang
disebabkan oleh penyempitan jalur lalu lintas secara mendadak, pengemudi
yang tidak sabar atau disebabkan oleh bekas lubang-lubang galian.

Tolok Ukur Dampak


Tolok ukur dampak kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh aktivitas
proyek, seperti:

Kecelakaan karena kendaraan keluar jalur lalu lintas

Kecelakaan karena pengemudi saling serobot

Kecelakaan karena kendaraan masuk lubang bekas galian

Data kejadian kecelakaan sebelum pelaksanaan konstruksi, tertera pada


tabel 6.2.

Tabel 6.2. Jumlah Kecelakaan Kabupaten Xxxxxx Tahun 2002


Bulan

Jumlah
Kecelakaan

Meninggal

Luka
Berat

Luka
Ringan

Januari
10
9
10
Pebruari
5
5
3
Maret
5
7
5
April
9
9
3
Mei
7
6
1
Juni
5
4
2
Jul!
9
10
1
Agustus
15
17
7
September
7
6
2
Oktober
7
8
4
Nopember
6
7
1
Desember
7
10
6
Jumlah
92
98
45
Tahun 2001
100
114
53
*)Sumber: Kabupaten Xxxxxx Dalam Angka Tahun 2002

Kerugian
Materiil
(000 Rp)
16
3.200.000
2
2.000.000
2.000.000
3.000.000
2
1.500.000
2
1.700.000
2.450.000
14
4.300.000
6
2.500.000
2
2.900.000
1
2.000.000
5
3.000.000
50
30.550.000
36
42.500.000

Pemantauan Lingkungan
Pemantauan

ini

nantinya

akan

digunakan

untuk mengevaluasi

keberhasilan pelaksanaan pemasangan rambu lalu lintas dan lampu


VI-14

penerangan

jalan,

dalam

menjaga

keselamatan

berlalu-lintas.

Pemantauan akan dilakukan dengan cara:

Mendata frekuensi kecelakaan berlalu lintas yang terjadi akibat


keterbatasan rambu lalu lintas dan lampu penerangan jalan.

Membandingkan hasil pendataan dengan kejadian kecelakaan


sebelum periode konstmksi.

Membandingkan data kecelakaan Kabupaten Xxxxxx tahun periode


konstmksi dengan tolok ukur dampak (tabel 6.2 di atas).

Apabila frekuensi terjadi kecelakaan berlalu lintas lebih tinggi, maka


pengelolaan perlu ditinjau kembali.

Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan kecelakaan lalu lintas selama pelaksanaan konstmksi
adalah pada rute mobilisasi material dari lokasi quarry daerah Cagak Subang (gambar 2.6 bab II di atas).
Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas selama
pelaksanaan konstmksi, sebulan sekali.

Biava Pemantauan
Biaya pemantauan kecelakaan lalu lintas selama peiaksanaan konstmksi
sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.

Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan kecelakaan lalu lintas selama pelaksanaan
konstmksi adalah kontraktor.
Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan kecelakaan lalu lintas selama pelaksanaan
konstmksi adalah Pimpro Induk Pembangunan Jalan Jalur Pantura Jawa,
Pimbagpro Peningkatan Jalan Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Perhubungan
Kabupaten Xxxxxx.

VI-15

8. Pemantauan Dampak Kemungkinan Gangguan Keindahan/Estetika


Sumber Dampak
Sumber dampak gangguan keindahan/estetika adalah kegiatan pembersihan
lahan (land clearing), termasuk penebangan pohon peneduh yang ada pada
areal rencana pelebaran jalan.
Jenis Dampak
Kegiatan pembersihan lahan (land clearing) mempunyai kemungkinan
menimbulkan terjadinya gangguan keindahan/estetika berupa ceceran dan
timbunan puing-puing sisa material yang dibiarkan menumpuk di tepi jalan.
Demikian pula, batang dan ranting pohon yang ditebang, apabila tidak
ditangani dengan baik, akan menimbulkan onggokan-onggokan berserakan
yang mengganggu keindahan/estetika.
Tolok Ukur Dampak
Tolok ukur yang akan digunakan untuk mengukur dampak gangguan
keindahan/estetika oleh kegiatan konstruksi adalah estetika lingkungan kiri
kanan ruas jalan sebelum pelaksanaan pembersihan lahan, yaitu bersih dan
tidak ada onggokan tanah/ranting pohon berserakan.
Pemantauan Lingkungan
Pemantauan akan digunakan untuk mengevaluasi pengelolaan puing-puing
material sisa dan batang pohon yang ditebang dalam upaya mencegah
gangguan estetika lingkungan. Pemantauan dengan cara:

Pengamatan estetika lingkungan pada lokasi proyek.

Hasil pengamatan dibandingkan dengan tolok ukur dampak, yaitu kondisi


estetika lingkungan kiri kanan ruas jalan sama seperti sebelum
pelaksanaan pembersihan lahan, yaitu bersih.

Apabila kondisi estetika lingkungan menjadi lebih buruk, maka perlu


diadakan peninjauan kembali.

Lokasi Pemantauan
Lokasi Pemantauan pencegahan timbulnya gangguan estetika adalah:

Pada sepanjang lokasi proyek ruas Xxxxxx - Xxxxxx, KM 83,1 85,6; KM 86,1 - 86,8; KM 91,6 - 92,6.

VI-16

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan gangguan estetika setiap bulan sekali.

Biaya Pemantauan
Biaya pemantauan sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.

Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan gangguan estetika adalah: kontraktor.
Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan gangguan keindahan/estetika adalah Pimpro
Induk Pembangunan Jalan Jalur Pantura Jawa, Pimbagpro Peningkatan
Jalan Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Xxxxxx.

9. Pemantauan Dampak Gangguan Kesehatan Masyarakat

Sumber Dampak
Sumber dampak gangguan kesehatan masyarakat mempakan dampak
lanjutan dari dampak penurunan kualitas udara.

Jenis Dampak
Kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat setempat
adalah merupakan dampak lanjutan dari dampak penurunan kualitas
udara, terutama oleh penyebaran debu. Peningkatan debu pada lokasi
pemukiman berpotensi menimbulkan penyakit, seperti penyakit infeksi
saluran pernafasan bagian atas (ISPA).

Tolok Ukur Dampak


Tolok ukur dampak kemungkinan gangguan kesehatan masyarakat
adalah jumlah pasien ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) pada
Puskesmas setempat Klari, sebelum pelaksanaan konstruksi, yaitu 11.645
pasien tahun 2003 (Sumber: Laporan Tahunan 2004 Puskesmas Klari)

Pemantauan Lingkungan
Pemantauan ini nantinya akan digunakan untuk mengevaluasi terjadi
tidaknya penurunan tingkat kesehatan masyarakat sebagai dampak
kelanjutan dari pencemaran debu. Pemantauan dengan cara:
VI-17

Pendataan pada puskesmas setempat jumlah pasien penderita jenis


penyakit yang berkaitan dengan pencemaran debu, seperti ISPA.

Hasil pendataan dibandingkan dengan tolok ukur dampak. Sebagai


tolok

ukur

dampak

adalah

jumlah

penderita

ISPA

sebelum

pelaksanaan pelebaran ruasjalan.

Apabila hasil pendataan lebih besar dibanding tolok ukur dampak,


maka perlu ditinjau kembali pengelolaan dampak pencemaran debu.

Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan kesehatan masyarakat: puskesmas setempat Klari

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan kesehatan masyarakat adalah selama periode
kontruksi, setiap bulan sekali.
Biava Pemantauan
Biaya pemantauan kesehatan masyarakat adalah: sudah termasuk dalam
nilai kontrak proyek.

Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan kesehatan masyarakat: adalah kontraktor.
Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan dampak kesehatan adalah Dinas Lingkungan
Hidup

Kabupaten

Xxxxxx,

Dinas

Kesehatan

Kabupaten

Xxxxxx,

Pimbagpro Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat


Prasarana Wilayah Tengah.
Pemantauan Dampak Pada Tahap Operasi & Pemeliharaan

Pemantauan Dampak Positif Peluang Kesempatan Kerja

Sumber Dampak
Sumber dampak positif peluang kesempatan kerja adalah perekrutan
tenaga kerja untuk perawatan jalan, sekitar 50 orang.

VI-18

Jenis Dampak
Peluang kesempatan kerja mempakan dampak positif yang ditimbulkan
oleh perekrutan tenaga kerja untuk perawatan jalan. Tenaga kerja buruh
yang akan direkrut dapat mencapai sekitar 50 orang. Ini merupakan
peluang kesempatan kerja bagi sebagian penduduk usia kerja yang masih
sebagai pencari kerja. Berdasarkan data Statistik Kabupaten Xxxxxx
Tahun 2002, terdapat cukup banyak penduduk pencari kerja, yaitu 30.248
orang.
Indlkator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur komponen lingkungan hidup yang kemungkinan terkena
dampak oieh rencana kegiatan proyek. Yang digunakan sebagai indikator
dampak peluang kesempatan kerja adalah persentase tenaga kerja buruh
pada proyek perawatan jalan yang direkrut dari masyarakat desa
setempat, yaitu minimal 60%.

Pemantauan Lingkungan
Pemantauan ini nantinya akan digunakan untuk mengevaluasi realisasi
pemberian peluang kesempatan kerja kepada masyarakat setempat
dalam perekrutan tenaga kerja untuk pekerjaan pemeliharaan jalan.
Pemantauan akan dilakukan dengan cara:

Pendataan tenaga kerja yang berasal dari desa setempat, yaitu berKTP Desa Duren, Pancawati dan Dawuan Tengah.

Hasil pendataan dibandingkan dengan tolok ukur dampak. Sebagai


tolok ukur dampak adalah minimal 60% tenaga kerja berasal dari
masyarakat setempat.

Apabila tenaga kerja yang berasal dari kelurahan setempat < 60%,
maka proses perekrutan tenaga kerja perlu ditinjau kembali

Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekrutan tenaga kerja pemeliharaan jalan adalah pada desa-desa yang
dilalui ruas Xxxxxx - Xxxxxx; Duren, Pancawati, Dawuan Tengah.

VI-19

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekrutan tenaga kerja adalah pada saat proses penerimaan tenaga
kerja untuk kegiatan pemeliharaan jalan.

Biaya Pemantauan
Pemantauan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam perekrutan
tenaga kerja, tidak memerlukan biaya.
Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekrutan tenaga kerja untuk pemeliharaan jalan adalah kontraktor
proyek pemeliharaan jalan bekerjasama dengan kantor desa setempat.

Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan peluang kesempatan kerja adalah Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten
Xxxxxx, Pimbagpro Ruas Xxxxxx - Xxxxxx.
2.

Pemantauan (Mencegah) Kecelakaan Lalu Lintas

Sumber Dampak
Dampak

posistif

dari

peningkatan

jalan

adalah

bertambahnya

kenyamanan berkendaraan dan dampak negatifnya terdapat resiko


kecelakaan fatal dari kendaraan-kendaraan yang

melaju dengan

kecepatan rata-rata tinggi.


Jenis Dampak
Jenis dampak posistif dari peningkatan jalan adalah peningkatan
keselamatan lalu lintas yang bersumber dari bertambahnya kenyamanan
berkendaraan, sedangkan jenis dampak negatifnya yaitu terjadi resiko
kecelakaan fatal yang bersumber dari benturan keras kendaraan yang
melaju dengan kecepatan rata-rata tinggi.

Tolok Ukur Dampak


Indikator dampak positif dari peningkatan jalan adalah menurunnya tingkat
kecelakaan lalu lintas. Beberapa literatur menjelaskan bahwa pelebaran
VI-20

lajur lalu lintas dapat mengurangi tingkat kecelakaan antara 2% - 15% per
meter pelebaran, median mengurangi tingkat kecelakaan hingga 30%.

Indikator dampak negatif adalah tingkat kerusakan kendaraan dan resiko


kematian yang lebih besar dibandingkan dengan kecelakaan sebelumnya.
Pemantauan Linqkunpan
Pemantauan

ini

nantinya

akan

digunakan

untuk

mengevaluasi

keberhasilan pelaksanaan pemasangan rambu lalu lintas dan lampu


penerangan

jalan,

dalam

menjaga

keselamatan

berlalu-lintas.

Pemantauan akan dilakukan dengan cara:

Mendata frekuensi kecelakaan berlalu lintas yang terjadi akibat


keterbatasan rambu lalu lintas dan lampu penerangan jalan.

Membandingkan hasil pendataan dengan kejadian kecelakaan


sebelum periode operasi pemeliharaan jalan.

Membandingkan data kecelakaan Kabupaten Xxxxxx tahun periode


operasi pemeliharaan jalan dengan tolok ukur dampak (tabel 6.2 di
atas).

Apabila frekuensi terjadi kecelakaan berlalu lintas lebih tinggi, maka


pengelolaan perlu ditinjau kembali.

Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan kecelakaan lalu lintas pada tahap operasi dan
pemeliharaan adalah ruas Xxxxxx - Xxxxxx.
Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan kecelakaan lalu lintas adalah selama periode operasi
dan pemeliharaan, setiap bulan sekali.

Biaya Pemantauan
Biaya pemantauan bersumber dari anggaran pemeliharaan jalan.
Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan pencegahan terjadinya kecelakaan adalah Pimpro
Induk Pembangunan Jalan Jalur Pantura Jawa, Pimbagpro Peningkatan
Jalan Ruas Xxxxxx - Xxxxxx.

VI-21

Penaawas Pemantauan
Pengawas pemantauan kecelakaan lalu lintas selama periode operasi dan
pemeliharaan adalah Dinas Perhubungan Kabupaten Xxxxxx, Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat
Prasarana Wilayah Tengah.
3.

Pemantauan Dampak Penurunan Kualitas Udara Dan Kebisingan

Sumber Dampak
Sumber dampak penurunan kualitas udara dan kebisingan berasal dari
emisi dan suara lalu lintas dan peralatan yang digunakan untuk perawatan
jalan, seperti aspalt mixing plant (AMP).

Jenis Dampak
Kemungkinan

peningkatan

pencemaran

udara

dan

kebisingan

diperkirakan terjadi saat pengoperasian jalan dimana debu dan asap dari
kendaraan bermotor yang diemisikan ke udara akan lebih besar. Keadaan
ini berkaitan langsung dengan bertambahnya volume lalu lintas yang
melewati ruas jalan baru. Dengan demikian, dioperasikannya jalan
diperkirakan meningkatkan bahan pencemar udara. Khususnya bagi
penduduk yang bermukim di tepi jalan akan merasakan gangguan
pencemaran udara maupun kebisingan dari kendaraan bermotor.

Penurunan kualitas udara pada tahap pemeliharaan juga disebabkan oleh


adanya emisi dari peralatan yang digunakan untuk perawatan jalan,
seperti aspalt mixing plant (AMP). Gangguan kebisingan pada tahap
operasi berasal dari suara lalu lintas kendaraan dan peralatan yang
digunakan untuk perawatan jalan, seperti aspalt mixing plant (AMP).
Indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur dampak pada kualitas udara oleh kegiatan proyek. Indikator
dampak penurunan kualitas udara adalah mengacu pada baku mutu
kualitas udara, seperti disajikan pada tabel 5.1 (Kepmen LH No 41/1999)
di atas.

VI-22

Pemantauan Unokunqan
Pemantauan

ini

nantinya

akan

digunakan

untuk

mengevaluasi

keberhasilan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dalam mencegah


timbulnya dampak penurunan kualitas udara. Pemantauan kualitas udara
akan dilakukan dengan cara:

Sampling kualitas udara dan analisa di laboratorium. Parameter yang


dipantau adalah kandungan debu, CO, Pb, NOx, S02, H2S, CH pada
udara ambient.

Hasil pengukuran dibandingkan dengan standard baku mutu udara.

Apabila temyata hasil pengukuran meiampaui standar baku mutu,


maka pengelolaan lingkungan perlu diadakan peninjauan kembali.

Lokasi Pemantauan
Lokasi Pemantauan pencegahan penurunan kualitas udara adalah:

Pada sepanjang lokasi proyek KM 83,1 - 85,6; KM 86,1 - 86,8; KM


91,6-92,5.

Pada sepanjang jalur transportasi material dari lokasi quarry di Cagak


- Kabupaten Subang (gambar 2.3 bab II di atas).

Pada lokasi AMP, yaitu daerah Cagak - Kabupaten Subang (gambar


2.3 bab II di atas).

Lokasi Pemantauan
Lokasi Pemantauan kualitas udara adalah;

Pada sekitar Pasar Kosambi.

Pada lokasi AMP, yaitu daerah Cagak (Kabupaten Subang).

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan kualitas udara setiap 3 bulan.

Biaya Pemantauan
Biaya pemantauan kualitas udara sudah termasuk dalam nilai kontrak
proyek pemeliharaan jalan.
Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan kualitas udara adalah kontraktor.

VI-23

Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan kualitas udara adalah Pimbagpro Ruas Xxxxxx
- Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx.
4.

Pemantauan Banjir/Genangan (Oleh Peninggian Level Jalan)


Sumber Dampak
Sumber dampak negatif banjir adalah kegiatan peninggian badan jalan di
sekitar Pasar Kosambi.
Jenis Dampak
Jenis dampak yang mungkin timbul adalah terjadinya banjir di sekitar Pasar
Kosambi. Peninggian badan jalan akan menghambat pembuangan air yang
seiama ini melimpas menyeberangi badan jalan untuk pada gilirannya
masuk ke saluran drainase di belakang pasar dan selanjutnya masuk ke Kali
Kamojing

yang

mengganggu

memotong

kenyamanan

rel kereta
dan

api.

kesehatan

Timbulnya

banjir

akan

penduduk

sekitar

dan

pengunjung Pasar Kosambi.


Tolok Ukur Dampak
Tolok ukur dampak adalah tidak terjadi genangan air di sekitar Pasar
Kosambi pada musim hujan.

Pemantauan Linqkungan
Pemantauan banjir akan dilakukan dengan cara:
Pengamatan kondisi saluran drainase kiri kanan jalan dan saluran
drainase permukiman. Pemantauan difokuskan pada berfungsi atau
tidaknya saluran drainase, kebersihan saluran, dan kondisi fisik saluran.
Pada musim penghujan dilakukan pemantauan terhadap kemungkinan
terjadinya genangan di sekitar Pasar. Hal ini sekaligus guna mengetahui
apakah ada saluran yang tersumbat.
Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan banjir adalah di sekitar Pasar Kosambi dan saluran
drainase sekitar permukiman menuju Kali Kamojing.

VI-24

Waktu Pemantauan
Pemantauan banjir dilakukan minimal 6 bulan sekali, terutama pada awal
musim penghujan dan akhir musim penghujan.

Biaya Pemantauan
Biaya pemantauan banjir dibebankan pada APBD Kabupaten Xxxxxx
melalui Dinas Pekerjaan Umum.
Pelaksana Pemantauan
Pemantauan banjir oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Xxxxxx.
Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan banjir oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Xxxxxx.

5.

Pemantauan Dampak Kesehatan Masyarakat

Sumber Dampak
Sumber dampak gangguan kesehatan masyarakat merupakan dampak
lanjutan dari dampak penurunan kualitas udara.
Jenis Dampak
Kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan masyarakat merupakan
dampak lanjutan dari dampak penurunan kualitas udara, terutama oleh
emisi dari lalu lintas kendaraan dan emisi dari peralatan yang digunakan
untuk perawatan jalan, seperti aspalt mixing plan (AMP). Pollutan emisi
pada lokasi pemukiman berpotensi menimbulkan penyakit, seperti
penyakit infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA).
Tolok Ukur Dampak
Tolok ukur dampak kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan
masyarakat adalah jumlah pasien ISPA pada puskesmas setempat Klari
pada periode sebelum pengoperasian dan perawatan jalan, yaitu 11.645
pasien ISPA tahun 2003 {Sumber: Laporan Tahunan 2004 Puskesmas
Klari).

VI-25

Pemantauan Lingkungan
Pemantauan ini nantinya akan digunakan untuk mengevaluasi terjadi
tidaknya penurunan tingkat kesehatan masyarakat sebagai dampak
kelanjutan dari pencemaran debu. Pemantauan dengan cara:

Pendataan pada puskesmas setempat jumlah pasien penderita jenis


penyakit yang berkaitan dengan pencemaran debu, seperti ISPA.

Hasil pendataan dibandingkan dengan tolok ukur dampak. Sebagai


tolok

ukur

dampak

adalah

jumlah

penderita

ISPA

sebelum

pelaksanaan pelebaran ruas jalan.

Apabila hasil pendataan lebih besar dibanding tolok ukur dampak,


maka perlu ditinjau kembali pengelolaan dampak pencemaran debu.

Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan kesehatan adalah puskesmas setempat Klari.

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan dampak kesehatan adalah setiap bulan.

Biaya Pemantauan
Biaya pemantauan dampak kesehatan sudah termasuk dalam nilai
kontrak proyek pemeliharaan jalan.

Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan dampak kesehatan adalah kontraktor.
Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan kesehatan masyarakat adalah Pimbagpro Ruas
Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx, Dinas
Kesehatan Kabupaten xxxxxx.

VI-26

Lampiran 1. Gambar
Desain Rencana Pelebaran jalan

*l
a. |

*!
. Pre

J
. !

I|
1
V <

?1

s
.? '

S'

gi

E ,
5.1

Ei

!
A
TJ

*V
rt

(J

"
T

i!
g

o
23
E
o
*1

"1

5tl IZ

zi i vz
UfLZ

80S7.Z
tXZ'Ll

rzovz
ooo'is

QiVLZ

ooo'iz

OL VLZ

ooo tz

QWLZ

oooiz

0LL7.Z

OOO'/LZ

01 VLZ

CU17.2 tf VZ

ooo i z

000 iZ

0001Z\ 4

ooo iz
o

ooo iz

ooo ^z

in

ooo vz o

000 ZZ

Lampiran 2. Daftar
Nominatif Warga Terkena Proyek

DAFTAR NOMINATIF
GANTI RUGI TANAH BANGUNAN DAN TANAMAN TUMBUHAN
YANG ADA DIATASNYA DALAM RANGKA PENGADAAN TANAH UNTUK
PEMBANGUNAN/PELEBARAN RUAS JALAN NASIONAL BEKASI-CIKAMPE
DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH
c.q DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA WILAYAH
c.q BAGIAN PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEKASI-XXXXXX
PROYEK PEMBANGUNAN JALAN DAN PENGGANTIAN JEMBATAN

Tahun Anggaran 20xx


Desa
Kecamatan
Kabupaten

:
:
:

Lampiran 3 Hasil Analisa


Laboratorium Kualitas Udara dan Air Sungai

Lampiran 4
Peta Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan
Peta Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

Anda mungkin juga menyukai