Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan rahmat dan hidayahNya maka penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang
diberikan oleh Bpk. Yusuf Asyid S.H., M.H. sebagai tugas mata kuliah Hukum
Kepegawaian.
Dalam penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada :
1. Kepada Dosen Hukum Kepegawaian Bpk. Yusuf Asyid S.H., M.H. yang
telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
2. Perpustakaan D III FISIP UNPAD.
3. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca
khususnya para mahasiswa Universitas Padjadjaran.
Bandung, Maret 2014

Penulis

Page 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1


DAFTAR ISI.......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang Masalah .....................................................................3
1.2 PNS adalah Pegawai Negeri Sipil ......................................................4
1.3 Rumusan Masalah ..............................................................................4
BAB II KEDUDUKAN BKN DAN DEPARTEMEN-DEPARTEMEN PNS .. 5
2.1 Peranan UUD 1945 Terhadap Pegawai Negeri ..................................5
2.2 PNS adalah Pegawai Negeri...............................................................6
2.3 Kedudukan BKN terhadap Departemen Keuangan Tentang PNS
sebagai Pekerja .........................................................................................9
2.4 Pemahaman Menjadi PNS................................................................13
2.5 PNS sebagai Aparatur Negara yang Bersih dan Berwibawa ...........17
2.6 Perjanjian Kerja Sumber Hukum Pekerja dan Perusahaan ..............20
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 23
A. Kesimpulan .................................................................................................... 23
B. Saran .............................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25

Page 2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia adalah sumber dari
segala sumber hukum. Diantaranya mengatur tentang Pegawai Negeri, Badan
Kepegawaian Negara, Perjanjian Kerja, Peradilan Tata Usaha dan masih banyak
lagi yang bersumber dari Undang-Undang Dasar 1945.
Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara atau abdi masyarakat,
hal ini merupakan salah satu pelaksanaan dari kebijaksanaan pemerintah dalam
rangka meningkatkan kehidupan bangsa dan negara menuju masyarakat adil dan
makmur. Sebagai aparatur Negara Pegawai Negeri Sipil berkewajiban
menyelenggarakan tugas pemerintahan dengan penuh kesetian kepada UndangUndang Dasar 1945 dan Pancasila.
Dalam hal ini formasi, pengadaan, pengangkatan, kenaikan jabatan,
pendidikan dan pelatihan, gaji, dan yang lainnya di atur dalam Undang-Undang
Negara Republik Indonesia. Badan Kepegawaian Negara dibentuk untuk
menjamin kelancaran penyelenggaraan, kebijaksanaan manajemen Pegawai
Negeri Sipil. Pada pembahasan akan dibahas tentang kedudukan Badan
Kepegawaian Negara. Kedudukan BKN harus jelas, untuk mengatasi tumpang
tindih kewenangan.
Namun tidak semua pekerjaan berlangsung dengan mulus, terkadang ada
kendala seperti ketidak adilan terhadap pekerja. Untuk itu perjanjian kerja harus
dipahami secara seksama.

Page 3

1.2 PNS adalah Pegawai Negeri Sipil


Asas hukum tentang Pegawai Negeri Sipil meliputi:
1.

Asas Hukum Tata Pemerintah

2.

Asas Hukum Administrasi Negara

3.

Asas Hukum Tata Usaha Negara


Dalam buku Hukum Kepegawaian yang ditulis oleh Bpk. Yusuf Asyid

S.H., M.H. (2013:53) terdapat penjelasan tentang Pegawai Negeri Sipil menurut
Pandangan Sosiologi dan Pandangan Antropologi terhadap Pegawai Negeri Sipil
adalah satu yaitu Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2000 Tentang Wewenang Pengangkatan,
Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, menyatakan :
PEGAWAI NEGERI SIPIL PUSAT adalah Pegawai Negeri sipil
yang gajinya didepankan pada Anggaran Pendapatan Daerah dan bekerja pada
Departemen Kejaksaan Agung, Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet,
Sekretariat MIliter, Sekretariat Presiden, Sekretariat Wakil Presiden, Kantor
Menteri Koordinator, Kantor Menteri Agama, Kepolisian Negara, Lembaga
Pemeintahan Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi
Negara, Instansi Vertikal di Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota, Kepanitraan
Pengadilan atau dipekerjakan untuk Penyelenggaraan Tugas lainnya
PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH adalah Pegawai Negeri Sipil
Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah bekerja pada Pemerintah Daerah, atau
dipekerjakan diluar Instansi induknya...

1.3 Rumusan Masalah


Judul yang diberikan oleh Bpk. Yusuf Asyid S.H., M.H. sebagai dosen
Hukum Kepegawaian Kedudukan BKN dan Departemen-Departemen
PNS menarik untuk dibahas dan dipelajari, sehingga dengan demikian yang
mana judul tersebut adalah masalah yang akan dibahas dalam makalah ini.

Page 4

BAB II
KEDUDUKAN BKN DAN DEPARTEMEN-DEPARTEMEN PNS

2.1 Peranan UUD 1945 Terhadap Pegawai Negeri


Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan landasan hukum dalam
pembuatan Undang-undang lainnya termasuk dalam peranannya dalam mengatur
Pegawai Negeri. Segala bentuk Undang-Undang yang dibuat oleh Pemerintah,
DPR RI, bahkan keputusan Presiden pun tidak boleh bertentangan atau
menyimpang dari Undang-Undang. Hal ini terlihat pada Pasal 2 Peralihan dari
Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan Segala Badan Negara dan Peraturan
yang ada masih langsung berlaku, selama belum di adakan yang baru menurut
Undang-undang Dasar ini (Yusuf Asyid, 2013:1).
Sejalan dengan apa yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945
dalam mewujudkan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia, dalam pasal 27
(2) UUD 1945 menyatakan Tiap-tiap Warga Negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan maka dibentuklah suatu hukum yang
mengatur tentang kepegawaian baik itu Pegawai Negeri, Pegawai BUMN,
ataupun Pekerja Swasta yang disebut dengan Hukum Kepegawaian yang
berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945. Menurut penulis buku Hukum
Kepegawaian Bpk. Yusuf Asyid S.H., M.H. bahwa Hukum Kepegawaian
merupakan Peraturan dalam bekerja sesuai adanya pembentuk struktur kerja,
planning kerja, dan melindungi hak-hak pegawai sebagai pekerja untuk mencapai
keseimbangan antara Pemerintah, Negara, Penguasa dengan pegawai, sehingga
tercapai program kerja yang dicita-citakan dan mencapai tujuan, maka diperlukan
perlindungan terhadap kesejahteraan pekerja.
Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai peranan terhadap Pegawai
Negeri. Manajemen dan kebijakan tentang Pegawai Negeri mulai dari rekrutmen,
pemberian gaji/upah, larangan-larangan bagi Pegawai Negeri, kesejahteraan,
Page 5

pelindungan, pensiun Pegawai Negeri, dan yang lainnya semua di atur oleh
Undang-Undang yang bersumber dari Undang-Undang Dasar 1945.
Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang RI Nomor 43
Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
Tentang Pokok-pokok Kepegawaian, Pasal 4 menyatakan Setiap Pegawai Negeri
wajib setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan
Pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

2.2 PNS adalah Pegawai Negeri


Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang
setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan Negeri atau diserahi tugas
Negara lainnya, dan digaji menurut peraturan perundangan-undangan yang
berlaku demikian definisi Pegawai Negeri yang ditetapkan Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 tetang perubahan atas Undang-Undang nomor 8 tahun
1974 tentang pokok-pokok kepegawaian.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tetang pokok-pokok
kepegawaian dinyatakan bahwa pegawai negeri terdiri dari:
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI)
c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)
Berdasarkan Undang-Undang tersebut telah disebutkan bahwa Pegawai
Negeri Sipil (PNS) adalah pegawai negeri. Dalam buku Hukum Kepegawaian
yang ditulis oleh Bpk. Yusuf Asyid S.H., M.H. (2013:53) terdapat penjelasan
tentang Pegawai Negeri Sipil menurut Pandangan Sosiologi dan Pandangan
Antropologi terhadap Pegawai Negeri Sipil adalah satu yaitu Pegawai Negeri
Sipil. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Page 6

Nomor 96 Tahun 2000 Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan


Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, menyatakan :
PEGAWAI NEGERI SIPIL PUSAT adalah Pegawai Negeri sipil
yang gajinya didepankan pada Anggaran Pendapatan Daerah dan bekerja pada
Departemen Kejaksaan Agung, Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet,
Sekretariat MIliter, Sekretariat Presiden, Sekretariat Wakil Presiden, Kantor
Menteri Koordinator, Kantor Menteri Agama, Kepolisian Negara, Lembaga
Pemeintahan Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi
Negara, Instansi Vertikal di Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota, Kepanitraan
Pengadilan atau dipekerjakan untuk Penyelenggaraan Tugas lainnya
PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH adalah Pegawai Negeri Sipil
Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah bekerja pada Pemerintah Daerah, atau
dipekerjakan diluar Instansi induknya...
Pegawai Negeri Sipil diberlakukan sistem pengangkatan dengan
berdasarkan 4 golongan jabatan, yaitu :
1. GOLONGAN I Dengan Nama Jabatan JURU
Golongan ini terbagi lagi menjadi 4, yaitu: Golongan Ia, Ib, Ic, dan Id,
syarat-syarat pendidikan untuk pengangkatan pertama ada 2 jenis yaitu, bagi
Golongan Ia berijazah Sekolah Dasar , sedangkan bagi Golongan Ib
berijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, baik umum maupun
kejuruan.
2. GOLONGAN II Dengan Nama Jabatan PENGATUR
Golongan ini terbagi menjadi 4, yaitu : Golongan IIa, IIb, IIc, IId, syarat
pendidikan untuk pengangkatan pertama bagi Golongan IIa ialah berijazah
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas baik umum maupun kejuruan, sedangkan
bagi Golongan IIb, berijazah Sarjana Muda.

Page 7

3. GOLONGAN III Dengan Nama Jabatan PENATA


Golongan ini terbagi menjadi 4, yaitu : Golongan IIIa, IIIb, IIIc, dan
IIId syarat pendidikan untuk pengangkatan pertama pada Golongan IIIa ialah
berijazah Sarjana Lengkap, S1, Trahtah 1. Sedangkan Golongan IIIb, IIIc,
IIId adalah urutan Pangkat lanjutan berkedudukan sebagai Promosi dalam
Masa Kerja.
4. GOLONGAN IV Dengan Nama Jabatan PEMBINA
Golongan ini terbagi menjadi 5 yaitu: Golongan IVa, IVb, IVc, IVd, dan
IVe. Golongan ini merupakan golongan lanjutan dari Golongan III dengan
persyaratan tertentu.

Sementara itu dikenal pula untuk pegawai yang menduduki jabatan


struktural digolongakan melalui sistem eselonasi. Klasifikasi eselon bagi pejabat
struktural di pergunakan terbalik dengan golongan kepangkatan, yaitu:
1. Eselon I merupakan eselon tertinggi dijabat oleh pejabat struktural tertinggi di
dalam kepegawaian sipil, seperti jabatan Sekretaris Jendral, Direktorat
Jendral, Inspektorat Jendral suatu departemen pemerintah.
2. Eselon II merupakan jabatan struktural yang berada di bawah pejabat eselon I,
seperti Kepala Biro, Direktur, Kepala Pusat.
3. Eselon III merupakan jabatan struktural dibawah eselon II, seperti Kepala
Bagian, Kepala Bidang, Kepala Sub Direktorat.
4. Eselon IV merupakan jabatan struktural yang terendah dibawah eselon III,
seperti Kepala sub Bagian, Kepala sub Bidang, Kepala Seksi.
Menurut ajaran Hukum Positif terdapat pengaturan tentang pegawai
Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil daerah atas Hak Kedinasan dan
Pensiun yaitu:
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 96 Tahun 2000 Tentang
Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 97 Tahun 2000 Tentang
Formasi Pegawai Negeri Sipil.

Page 8

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 98 Tahun 2000 Tentang


Pengadaan Pegawai Negeri Sipil.
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 99 Tahun 2000 Tentang
Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil.
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 100 Tahun 2000 Tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural.
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 101 Tahun 2000 Tentang
Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 159 Tahun 2000 Tentang
Pedoman Pembentukan Badan Kepegawaian Daerah.
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 9 Tahun 2003 Tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri
Sipil.
13. Surat Keputusan Menteri, Surat Keputusan Gubernur, Bupati, dan Walikota.

2.3 Kedudukan BKN terhadap Departemen Keuangan Tentang PNS


sebagai Pekerja
Untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan, kebijaksanaan manajemen
Pegawai Negeri Sipil di bentuk lah Badan Kepegawaian Negara yang dulunya
adalah BAKN adalah Badan Administrasi Kepegawaian Negara yang kemudian
mengalami perubahan menjadi BKN pada tahun 1999. Dibentuknya BKN antara
lain disebabkan bertambahnya jumlah PNS di Indonesia yang mencapai empat
juta orang, tetapi jumlah tersebut belum diimbangi oleh kemampuan PNS yang
memadai. Untuk memperbaiki kondisi PNS seperti itu diperlukan sebuah lembaga
yang fungsinya tidak hanya mendata secara administratif, tetapi juga mampu
mengembangkan kompetensi PNS secra lebih memadai untuk mendukung tugastugas pembangunan, penyelenggaraan pemerintah, dan pelayanan publik.
Keberadaan BKN semakin kuat semenjak UU Nomor 43 Tahun 1999
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian ditetapkan menggantikan UU Nomor 8 Tahun
1974 yang mengatur hal yang sama. Di dalam pasal 34 (1) UU Nomor 43 Tahun
1999

secara

eksplisit

dijelaskan

bahwa

untuk

menjamin

kelancaran
Page 9

penyelenggaraan

kebijakan

manajemen

PNS,

maka

dibentuklah

Badan

Kepegawaian Negara. Lebih lanjut dalam ayat (2) dijelaskan bahwa Badan ini
betugas menyelenggarakan manjemen PNS yang mencakup perencanaan,
pengembangan kualitas sumber daya PNS dan administrasi kepegawaian,
pengawasan dan pengendalian, penyelenggaraan dan pemeliharaan informasi
kepegawaian, mendukung perumusan kebijakan kesejahteraan PNS, serta
memberikan bimbingan teknis kepada unit organisasi yang menangani
kepegawaian pada instansi pemerintah pusat dan daerah.
Menurut Keppres No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah non
Departemen, di dalam Keppres tersebut BKN bertugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang manajemen kepegawaian Negara diantarnya sebagai
penyelenggara, pengadaan, mutasi, pemberhentian dan pensiun, serta status dan
kedudukan hukum Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan ketentuan perundangan
yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut BKN menyelenggarakan
fungsi:
a. pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang kepegawaian;
b. penyelenggaraan koordinasi identifikasi kebutuhan pendidikan dan
pelatihan, pengawasan dan pengendalian pemanfaatan pendidikan, dan
pelatihan SDM PNS;
c. penyelenggaraan administrasi kepegawaian pejabat Negara dan mantan
pejabat Negara;
d. penyelengaraan administrasi dan sistem informasi kepegawaian Negara
dan mutasi kepegawaian antar provinsi;
e. penyelenggaraan koordinasi penyusunan norma, standard an prosedur
mengenai mutasi, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban,
kedudukan hukum PNS Pusat dan PNS Daerah dan bidang kepegawaian
lainnya;
f. penyelenggaraan bimbingan teknis pelaksanaan peraturan perundangundangan di bidang kepegawaian kepada instansi pemerintah;

Page 10

g. koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BKN;


h. fasilitas kegiatan instansi pemerintah di bidang administrasi kepegawaian;
i. penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan

umum,

ketatausahaan,

organisasi

dan

tata

laksana,

kepegawaian, keungan, kearsipan, persandian, perlengkapan, dan rumah


tangga.
Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
sebelumnya (Pasal11), dalam Pasal 12 ini dijelaskan bahwa BKN mempunyai
kewenangan :
a. penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;
b. perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara
makro;
c. penetapan sistem informasi di bidangnya;
d. pelaksanaan mutasi kepegawaian antar Propinsi;
e. kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku yaitu :
1) perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang kepegawaian;
2) penyusunan norma, standar dan prosedur kepegawaian negara dan
pengendaliannya;
3) penyusunan program kepegawaian secara nasional sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan Pemerintah;
4) penyelenggaraan administrasi mutasi kepegawaian antar propinsi, serta
perumusan standar dan prosedur mengenai perencanaan, pengangkatan,
pemindahan,

pemberhentian,

penetapan

pensiun,

gaji,

tunjangan,

kesejahteraan, hak dan kewajiban serta kedudukan hukum Pegawai Negeri


Sipil;
5) penyelenggaraan administrasi kepegawaian nasional;
6) perencanaan kebijakan dan pemantauan pemanfaatan pendidikan dan
pelatihan struktural;
7) pengawasan dan pengendalian norma, standar dan prosedur kepegawaian.

Page 11

Departemen Keuangan mempunyai tugas membantu Presiden dalam


menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang keuangan dan
kekayaan Negara. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
37, Departemen Keuangan menyelenggarakan fungsi :
1. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan
2. teknis di bidang keuangan dan kekayaan negara;
3. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya;
4. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
5. jawabnya;
6. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;
7. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang
8. tugas dan fungsinya kepada Presiden. (Pasal 37&38 Peraturan Presiden
Nomor 9 Tahun 2005)

Menurut

PERATURAN

MENTERI

KEUANGAN

REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 54/PMK.01/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS


PERATURAN

MENTERI

KEUANGAN

NOMOR

131/PMK.01/2006

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KEUANGAN


MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

INDONESIA, Biro Sumber Daya

Manusia yang selanjutnya dalam Peraturan ini disebut Biro SDM mempunyai
tugas

melaksanakan

dan mengkoordinasikan penyiapan

pengelolaan sumber daya manusia

pembinaan dan

di lingkungan Departemen sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya,


Biro SDM menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana kebutuhan sumber daya manusia, penyusunan
formasi, pelaksanaan pengadaan, penempatan dan pengangkatan Calon
Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Negeri Sipil, serta pelaksanaan evaluasi
kegiatan pembinaan sumber daya manusia di lingkungan Departemen
Keuangan;
b. pengembangan sumber daya manusia Departemen Keuangan;

Page 12

c. pengembangan, pengelolaan, dan pelayanan Sistem Informasi Manajemen


Kepegawaian (SIMPEG) Departemen Keuangan;
d. pengelolaan naskah dan dokumen pegawai di lingkungan Departemen
Keuangan;
e. penyelesaian mutasi pangkat dan pensiun pegawai di lingkungan
Departemen Keuangan;
f. penyiapan koordinasi penerapan peraturan perundang-undangan di bidang
kepegawaian, penegakan disiplin dan penyelesaian kasus kepegawaian,
pemberhentian

pegawai,

penyelesaian

administrasi

umum,

dan

pengelolaan kesejahteraan pegawai.


Keseluruhan hal yang menyangkut penyelenggaraan, pengadaan, mutasi,
pemberhentian dan pensiun, serta status dan kedudukan hukum Pegawai Negeri
Sipil (PNS) di Departemen Keuangan tercatat di Badan Kepegawaian Negara
(BKN). Seluruh kegiatan tersebut akan diusulkan oleh Biro yang bersangkutan
melalui nota persetujuan ke Badan Kepegawaian Negara (BKN) dan BKN akan
menentukan

apakah

akan

menyetujui/menolaknya.

Seluruh

hal

yang

penyelenggaraan, pengadaan, mutasi, pemberhentian dan pensiun, serta status dan


kedudukan hukum Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Departemen Keuangan harus
sesuai dengan kebijakan yang di tetapkan oleh Badan Kepegawaian Negara
(BKN).

2.4 Pemahaman Menjadi PNS


Secara umum manajemen Pegawai Negeri Sipil meliputi penetapan
formasi, pengadaan, pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan
pensiun, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban, kedudukan hukum,
pengembangan kompetensi, dan pengendalian jumlah pegawai yang dilakukan
oleh pemerintah pusat.
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil adalah proses kegiatan untuk mengisi
formasi yang lowong. Lowongan formasi dalam suatu satuan organisasi Negara
pada umumnya disebabkan adanya Pegawai Negeri Sipil yang berhenti,
meninggal dunia, mutasi jabatan dan adanya pengembangan organisasi. Oleh
Page 13

karena pengadaan Pegawai Negeri Sipil adalah untuk mengisi formasi yang
lowong, maka pengadaan dilaksanakan atas dasar kebutuhan, baik dalam arti
jumlah dan mutu pegawai, maupun kompetensi jabatan yang diperlukan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka setiap Warga Negara Indonesia
yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah ini
mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar dan diangkat menjadi Pegawai
Negeri Sipil. Hal ini berarti bahwa pengadaan Pegawai Negeri Sipil harus
didasarkan atas kebutuhan dan dilakukan secara obyektif sesuai dengan syarat
yang ditentukan.
Pejabat Pembina Kepegawaian membuat perencanaan pengadaan Pegawai
Negeri Sipil. Lowongan formasi Pegawai Negeri Sipil diumumkan seluas-luasnya
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian. Pengumuman dilakukan paling lambat 15
(lima belas) hari sebelum tanggal penerimaan lamaran. Namun terkadang ada
permasalahan lain yang muncul pada proses rekrutmen ini dengan kecilnya
anggaran yang tersedia untuk dapat merekrut secara optimal. Menurut perundangundangan pengumuman penerimaan pegawai negeri sipil harus diumumkan
seluas-luasnya, pada kenyataannya pengumuman di umumkan secara terbatas di
instansi. Hal ini dilakukan akibat kehawatiran terlalu banyaknya jumlah pelamar
dan instansi tidak mampu menyeleksi jumlah pelamar yang cukup besar tersebut
dengan anggaran yang terbatas.
Syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar adalah:

a. Warga Negara Indonesia;


b. Berusia serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun dan setinggitingginya 35 (tiga puluh
c. lima) tahun;
d. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan
pengendalian yang
e. sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suatu
tindak pidana
f. kejahatan;

Page 14

g. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri


atau tidak dengan
h. hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil, atau diberhentikan tidak dengan
hormat sebagai
i. pegawai swasta;
j. Tidak berkedudukan sebagai Calon/Pegawai Negeri;
k. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian dan ketrampilan yang
diperlukan;
l. Berkelakuan baik;
m. Sehat jasmani dan rohani;
n. Bersedia ditempatkan di Seluruh wilayah Negara Republik Indonesia atau
negara lain yang
o. ditentukan oleh Pemerintah; dan
p. Syarat lain yang ditentukan dalam persyaratan jabatan

Materi ujian meliputi:


a. Test kompetensi;
b. Psikotes

Pejabat Pembina Kepegawaian menetapkan dan mengumumkan pelamar


yang dinyatakan lulus ujian penyaringan. Pelamar yang dinyatakan lulus ujian
penyaringan, wajib menyerahkan kelengkapan administrasi sesuai ketentuan yang
berlaku.
Daftar pelamar yang dinyatakan lulus ujian akan diangkat menjadi Calon
Pegawai Negeri Sipil disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian kepada
Kepala Badan Kepegawaian Negara untuk mendapat nomor identitas Pegawai
Negeri Sipil. NIP ditetapkan secara terpusat oleh Kantor Badan Kepegawaian
Negara, Baik bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat maupun bagi Pegawai Negeri Sipil
Daerah. Fungsi NIP adalah sebagai berikut:
1. Sebagai nomor identitas Pegawai Negeri Sipil.

Page 15

2. Sebagai nomor pensiun


3. Sebagai nomor asuransi social Pegawai Negeri Sipil (atau nama lain yang
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.
4. Sebagai dasar penyusunan dan pemeliharaan tata usaha kepegawaian yang
teratur
Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil Menjadi Pegawai Negeri
Sipil yaitu Calon Pegawai Negeri Sipil yang telah menjalankan masa percobaan
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan paling lama 2 (dua) tahun, diangkat
menjadi Pegawai Negeri Sipil oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dalam jabatan
dan pangkat tertentu, apabila :
a. setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik;
b. telah memenuhi syarat kesehatan jasmani dan rohani untuk diangkat
menjadi Pegawai Negeri Sipil; dan
c. telah lulus Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan. Tujuan Diklat ini untuk
member pengetahuan pemahaman dalam mempertahankan UndangUndang Dasar 1945 dan Pancasila sebagai Filsafat Negara Republik
Indonesia dan mendidik serta memahami struktur jabatan yang berlaku di
Instansi Pegawai Negeri, Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Daerah untuk
memahami fungsi jabatan yang sesuai Undang-Undang yang mengatur
Jabatan dan Pengaturan Pegawai Negeri. (Yusuf Asyid, 2013:118-119)

Pemberhentian Calon Pegawai Negeri Sipil yaitu Calon Pegawai Negeri


Sipil diberhentikan apabila:
a. mengajukan permohonan berhenti;
b. tidak memenuhi syarat kesehatan;
c. tidak lulus pendidikan dan pelatihan prajabatan;
d. tidak menunjukkan kecakapan dalam melaksanakan tugas;
e. menunjukkan sikap dan budi pekerti yang tidak baik yang dapat
mengganggu lingkungan pekerjaan;
f. dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat;

Page 16

g. pada waktu melamar dengan sengaja memberikan keterangan atau bukti


yang tidak benar;
h. dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan yang
sudah
i. mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena dengan sengaja melakukan
sesuatu tindak pidana kejahatan atau melakukan sesuatu tindak pidana
kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan/tugasnya;
j. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.

2.5 PNS sebagai Aparatur Negara yang Bersih dan Berwibawa


PNS sebagai Aparatur Negara yang Bersih dan Berwibawa, PNS wajib
bekerja dan mengabdi kepada Negara dan masyarakat dengan jujur, adil dan
berwibawa. PNS menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, menjaga
persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dengan penuh kesetiaan kepada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dan Pegawai Negeri berhak
memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan
tanggung jawabnya. (Yusuf Asyid, 2013:68)
Pegawai Negeri adalah penyelengara Negara yang bersih dan bebas
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, Pegawai Negeri memperoleh gaji berasal dari
APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) begitu pula Pegawai Negeri
Sipil Daerah dibebankan kepada APBD (Anggran Pendapatan Belanja
Daerah), maka dengan demikian terdapat pengawasan terhadap Keuangan
Negara yang dilakukan oleh 2 Badan yaitu:
1. Pegawai Negeri dan Pegawai Negeri Sipil Pusat yang mengelola
Anggaran

Pendapatan

Belanja

Negara

(APBN),

Pengawasan,

Pemeriksaan berada di tangan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan


Republik Indonesia (BPKRI))
2. Pegawai Negeri Sipil Daerah sebagai Pengelolaan Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD), Pengawasan, Pemeriksaan berada ditangan
BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan Provinsi).

Page 17

Menurut PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 30 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI
SIPIL, bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran
pelaksanaan tugas, dipandang perlu menetapkan peraturan disiplin Pegawai
Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil wajib menaati segala kewajiban yang telah di
tetapkan PP tersebut. Beberapa diantaranya adalah:
Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib :
a. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,
Negara, dan Pemerintah;
b. mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan golongan atau diri
sendiri, serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak
kepentingan Negara oleh kepentingan golongan, diri sendiri, atau pihak
lain;
c. menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Negara, Pemerintah, dan
Pegawai Negeri Sipil;
d. mengangkat dan mentaati sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan
sumpah/janji jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
e. menyimpan rahasia Negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaikbaiknya;
f. memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan Pemerintah baik
langsung menyangkut tugas kedinasannya maupun yang berlaku secara
umum;
g. melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh
pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
h. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan
Negara;

Page 18

Setiap Pegawai Negeri Sipil Dilarang:

a. melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat


Negara, Pemerintah, atau Pegawai Negeri Sipil;
b. menyalahgunakan wewenangnya;
c. tanpa izin Pemerintah menjadi Pegawai atau bekerja untuk negara asing;
d. menyalahgunakan barang-barang, uang, atau surat-surat berharga milik
Negara,
e. memiliki,

menjual,

membeli,

menggadaikan,

menyewakan,

atau

meminjamkan barang-barang, dokumen, atau surat-surat berharga milik


Negara secara tidak sah;
f. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau
orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan
untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung
atau tidak langsung merugikan Negara;
g. melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud membalas
dendam terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun diluar
lingkungan kerjanya;
h. menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapapun
juga yang diketahui atau patut dapat di duga bahwa pemberian itu
bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan;
PNS sebagai Aparatur Negara yang Bersih dan Berwibawa, yang paling
utama adalah tidak melakukan tindak pidana korupsi. Dimana budaya korupsi ini
telah tumbuh sejak dahulu namun sampai sekarang sangat sulit untuk diberantas.
Untuk itu PNS sebagai Aparatur Negara yang Bersih dan Berwibawa harus
menjunjung tinggi diberlakukannya:
-

Undang-undang

Nomor

30

Tahun

2000

Tentang

Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Page 19

Undang-Undang Nomor : 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan


Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;
Pegawai Negeri mempunyai peranan yang sangat diutamakan dalam

melaksanakan pemberlakuan program Pemerintah untuk mencapai Tujuan


Nasional yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Kemakmuran
Rakyat Indonesia.

2.6 Perjanjian Kerja Sumber Hukum Pekerja dan Perusahaan


Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu, buruh,

mengikat dirinya untuk bekerja pada pihak lain, majikan, selama suatu waktu
tertentu dengan menerima upah (KUH Perdata Pasal 1601)
Pekerja tenaga kerja yang bekerja didalam hubungan kerja pada pengusaha
dengan menerima upah yang mana hak-haknya perlu dilindungi oleh Negara dan
Pemerintah Republik Indonesia. Sumber hukum pembuatan Perjanjian Kerja
antara Pekerja dengan Pemilik Perusahaan, Direktur, atau Kepala Kepegawaian
bersumber dari Undang-Undang Hukum Perdata yaitu sebagaimana Pasal 1601
dan Pasal 1338 KUH. Perdata, yang menyatakan:
Pasal 1601 KUH. Perdata ...Perjanjian Kerja adalah Surat Perjanjian dimana
Pihak yang satu, Buruh, mengikatkan diri untuk bekerja pada Pihak yang lain,
majikan, selama suatu waktu tertentu dengan menerima upah
Pasal 1338 KUH. Perdata Semua Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya, suatu Perjanjian tidak
dapat di tarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alas
an-alasan yang oleh Undang-Undang cukup untuk itu
Perjanjian kerja dibuat secara lisan dan/tertulis sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang. Segala bentuk perjanjian kerja harus selalu disertai dengan
Perjanjian Upah dan Hak-hak perlindungan terhadap pekerja. Peraturan
Pemerintah Nomor : 8 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah, Pasal 1 (sub a)
menyatakan:

Page 20

Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh
untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan, dinyatakan atau dinilai
dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan kerja antara
pengusaha dengan buruh termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun
keluarganya
Pemutusan Hubungan Kerja seharusnya dihindari, dikarenakan pada
awalnya perjanjian kerja dilakukan dengan itikad baik oleh Pekerja, Buruh,
Karyawan dengan pihak Perusahaan. Perjanjian kerja wajid di lindungi, namun
apabila memang harus dilakukan dapat melalui proses hukum yaitu melalui:
1. Perusahaan BUMN atau Swasta lainnya apabila ternyata terjadi pemutusan
hubungan kerja, dapat ditangani oleh Peradilan Industri setempat dan juga
dapat diajukan gugatan melalui Peradilan Umum yaitu Pengadilam Negeri
berdasarkan Surat Perjanjian Kerja untuk di jadikan Sengketa Perdata.
2. Perusahaan berbentuk BUMN atau Non Swasta lainnya, seperti PT.
Telkom, PLN, Bank-Bank Negara, Perusahaan Daerah, apabila ternyata
terjadi pemutusan hubungan kerja, dapat ditangani oleh Pengadilan Tata
Usaha Negara (UU Nomor 5 Tahun 2009).
Berdasarkan kepada kenyataan yang timbul sehingga terjadi Pemutusan
Hubungan Kerja yaitu berlandaskan:
1. Hubungan Kerja yang diputus Demi Hukum;
2. Hubungan Kerja yang diputus oleh Pihak Buruh;
3. Hubungan Kerja yang diputus oleh Pihak Majikan
4. Hubungan Kerja yang diputus Pengadilan
Apapun bentuk pemutusan hubungan kerja hendaknya sesuai Rasa
Keadilan dan Perikemanusian untuk menjamin hak-hak Pekerja serta hak-hak
Perusahaan., dan lebih baik menempuh jalan secara kekeluargaan dan
musyawarah.

Page 21

Peranan Hukum Kepegawaian sebagai alat Pengaturan dari BUMN dan


Perusahaan serta Ketenagakerjaan sesuai dengan Hukum Positif yang berlaku
yaitu:
1. Diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 19 Tahun
2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara;
2. Diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 8 Tahun
1997 Tentang Dokumen Perusahaan.
3. Diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 25 Tahun
1997 Tentang Ketenagakerjaan.
Dari ketiga ketentuan Undang-Undang di atas menampakkan dan
merupakan bagian dari Hukum Kepegawaian yang mengatur Peranan BUMN
serta

Dokumen

Perusahaan

serta

Ketenaga

Kerjaan

yang

melindungi

pegawai/perusahaan untuk diberlakukan secara efektif.

Page 22

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang
setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan Negeri atau diserahi tugas
Negara lainnya, dan digaji menurut peraturan perundangan-undangan yang
berlaku demikian definisi Pegawai Negeri yang ditetapkan Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 tetang perubahan atas Undang-Undang nomor 8 tahun
1974 tentang pokok-pokok kepegawaian.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tetang pokok-pokok
kepegawaian dinyatakan bahwa pegawai negeri terdiri dari:
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI)
c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)
Pengadaan Pegawai
PEMERINTAH

REPUBLIK

Negeri Sipil di atur dalam


INDONESIA

NOMOR

11

PERATURAN
TAHUN

2002

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 98


TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
Seorang Pegawai Negeri Sipil harus menaati peraturan perundangundangan yang berlaku, menjalankan tugas dan kewajiban dengan penuh
kesetiaan terhadap Pancasila dan UUD 1945 menjadi aparatur Negara yang bersih
dan berwibawa.
Untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan, kebijaksanaan manajemen
Pegawai Negeri Sipil di bentuk lah Badan Kepegawaian Negara (BKN). BKN
bertugas melaksanakan tugas pemerintahan dibidang manajemen Kepegawaian
Negara sesuai ketentuan yang berlaku.
Page 23

Perjanjian kerja dibuat untuk melindung hak-hak pekerja di Indonesia agar tidak
terjadi ketidakadilan terhadap pekerja. Sebagai mana yang dijelaskan Pasal 1338
KUH. Perdata Semua Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya, suatu Perjanjian tidak dapat di
tarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alas an-alasan
yang oleh Undang-Undang cukup untuk itu

B. Saran
Sebagai warga Negara Indonesia kita harus mau memahami dan
mengamalkan amanat dari Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila agar
menjadi penerus bangsa yang hebat. Begitupun dalam hal Kepegawaian, telah
ditetapkan oleh Undang-Undang Negara Republik Indonesia segala hal mengenai
kepegawaian, mulai dari Pegawai Negeri, BUMN, dan Swasta lainnya. Sudah
seharusnya kita memahami hukum-hukum yang berlaku di Negara kita ini agar
terciptanya keselarasan antara hak-hak dan kewajiaban kita sebagai Pegawai baik
itu Negeri, BUMN, dan Swasta. Jangan hanya menunggu Pemerintah, kita harus
bersama-sama mengamalkan amanat dari Undang-Undang Dasar 1945 dan
Pancasila untuk kesejahteraan kita bersama.

Page 24

DAFTAR PUSTAKA

Yusuf Asyid , S.H., M.H, Memahami Pemberlakuan Hukum Kepegawaian dan


Kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara, Bandung 2013 Beserta Lampiranlampiran:
-

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TENTANG


PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974
TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN (Halaman 133)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9


TAHUN

2003

TENTANG

WEWENANG

PENGANGKATAN,

PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL


(Halaman 300)
-

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30


TAHUN

1980

TENTANG

PERATURAN

DISIPLIN

PEGAWAI

NEGERI SIPIL (Halaman 338)


-

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN


1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN (Halaman 365)

Prof. Dr. Miftah Thoha, MPA. Manajemen Kepegawaian Sipil Di Indonesia,


Penerbit Kencana Prenada Media Group, Cetakan Kedua, Jakarta 2007
Sastra Djatmika, S.H. dan Drs. Marsono, Hukum Kepegawaian di Indonesia,
Penerbit Djambatan, Cetakan kesembilan (Edisi Revisi), Jakarta 1995
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN
2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
54/PMK.01/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI
KEUANGAN NOMOR 131/PMK.01/2006 TENTANG ORGANISASI DAN
TATA KERJA DEPARTEMEN KEUANGAN MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Page 25

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005


TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI,
DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN


2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN,
SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA LEMBAGA PEMERINTAH
NON DEPARTEMEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN


2002

TENTANG

PERUBAHAN

ATAS

PERATURAN

PEMERINTAH

NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI


SIPIL

Page 26

Anda mungkin juga menyukai