Anda di halaman 1dari 16

Pemulihan terhadap Pencemaran Air Sungai berdasarkan Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup

“Makalah ini disusun sebagai tugas individu dalam mata kuliah Hukum Lingkungan
pada Semester Genap 2020/2021”

Mata Kuliah: Hukum Lingkungan


Dosen Pengampuh: Dr. Ahmad Cholidin, SH., MH.

Oleh:

Annisa Desiana FA (2019200222) Kelas G

Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nyalah sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Pemulihan terhadap Pencemaran Air Sungai berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup”. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami mahasiswa pada khususnya
dan pembaca pada umumnya.

Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ahmad
Cholidin, SH., MH. selaku dosen pengampuh mata kuliah Hukum Lingkungan
yang telah memberikan bimbingan dalam pembuatan makalah ini dan juga semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini semoga Allah SWT
senantiasa membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak guna perbaikan di masa yang akan datang.

Demikianlah makalah ini kami buat, semoga Allah SWT selalu


mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada hambaNya dan semua amal bakti
kami dapat bernilai ibadah di sisiNya. Harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 24 April 2021

i
penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................................................5
2.1 Pencemaran Air Sungai............................................................................................5
2.2 Pemulihan Lingkungan Hidup...................................................................................6
BAB III PENUTUP..............................................................................................................11
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................11
3.2 Saran......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................iii

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemerintah Indonesia telah memuat kebijakan hidup melalui peraturan
perundang-undangan. Salah satunya ialah aturan yang dibuat dalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Peraturan ini memuat segala sesuatu yang berkaitan
dengan perlindungan dan pengelolaan kualitas lingkungan hidup. Hal ini
mengingat bahwa lingkungan hidup yang baik merupakan salah satu hak asasi
manusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah sebagaimana yang diatur dalam
pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Pasal 28H menjelaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.1 Pemerintah
berupaya untuk memberikan perlindungan, jaminan, dan kepastian hukum
terhadap pemenuhan hak asasi manusia yang tercantum dalam pasal 28H ayat
(1) melalui penerbitan peraturan perundang-undangan. Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 ini merupakan undang-undang yang mencabut
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Perlindungan Lingkungan
Hidup. UU 32/2009 juga diperbaharui dengan beberapa ketentuan yang
tercantum dalam pasal-pasal di Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja.
Pada UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup tersebut, pengendalian pencemaran lingkungan menjadi salah satu
upaya yang diatur oleh pemerintah. Pencemaran lingkungan memang menjadi
masalah utama dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan.
Pengendalian terhadap pencemaran dapat berdampak positif bagi upaya
pemerintah untuk memberikan lingkungan hidup yang baik dan sehat untuk

1
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen IV, Ps. 28H ayat (1).

1
memenuhi hak dasar warganya. Pencemaran lingkungan memiliki beberapa
varian, secara umum, terdiri dari pencemaran air, udara, dan tanah.
Pencemaran merupakan salah satu dampak negatif dari pembangunan
nasional yang dilakukan pemerintah. Hal ini kemudian menyebabkan
munculnya berbagai macam isu lingkungan. Isu-isu ini gencar didorong untuk
meningkatkan kesadaran dan kepedulian pemerintah, masyarakat, dan para
penggiat lingkungan. Isu lingkungan telah menjadi salah satu fokus utama
tidak hanya di kalangan nasional saja, tetapi hingga dunia internasional. Hal
yang penting untuk diperhatikan di tengah proses pembangunan tersebut. Isu
lingkungan dapat berupa kebakaran hutan, pencemaran minyak lepas pantai,
pemanasan global, hujan asam, penurunan keragaman hayati, pencemaran
limbah bahan berbahaya dan beracun, banjir, dan lain sebagainya.
Isu lingkungan berupa pencemaran air di sungai akibat limbah bahan
berbahaya dan beracun atau pembuangan sampah sembarang merupakan hal
yang sangat penting untuk diperhatikan. Mengingat bahwa air merupakan
sumber kehidupan bagi makhluk hidup dan sungai sebagai salah satu sumber
air atau penampungan air alami yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari
dan dapat diperoleh dengan mudah oleh warga sekitar.
Oleh karena itu, pengendalian pencemaran dalam hal tindakan pemulihan
sangat penting untuk dipahami sebagai salah satu cara untuk menangani
pencemaran air yang terjadi di sungai, sehingga penulis tertarik untuk
membahas persoalan ini dalam makalah dengan judul “Pemulihan terhadap
Pencemaran Air Sungai berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.”

1.2 Rumusan Masalah


Makalah ini membahas mengenai pengendalian lingkungan berupa
langkah pemulihan, berdasarkan pada UU 32/2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, terhadap pencemaran air di sungai dengan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa penyebab terjadinya pencemaran air sungai?
2. Bagaimana mekanisme pemulihan pencemaran air sungai?

2
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu syarat memenuhi tugas
akademik mata kuliah hukum lingkungan. Untuk mengevaluasi, mengetahui
dan memahami dengan baik tentang pengendalian pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, sehingga kita dapat
mengambil kesimpulan dan juga belajar menerapkan isi masalahnya.

1.4 Manfaat Penulisan


Pada dasarnya penelitian ini dilakukan dengan harapan untuk
memberikan manfaat secara teoretis dan praktis berkenaan dengan
penanganan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dalam UU 32/2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu sebagai
berikut:
(1) Manfaat secara teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan
khazanah ilmu pengetahuan di bidang hukum yang dapat
mengembangkan disiplin ilmu hukum bagi kalangan akademisi yang
berkaitan dengan pengembangan penanganan pencemaran lingkungan
hidup di Indonesia. Sebagai langkah awal untuk melakukan penulisan
serta penelitian, penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat pula bagi
masyarakat khususnya dalam pengembangan ilmu hukum lingkungan
mengenai pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
(2) Manfaat secara Praktis
A. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan memperluas
pengetahuan serta wawasan mengenai penilaian pihak pemerintah di
Indonesia agar memikirkan lebih matang dan terencana dalam
pelaksanaan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup, sehingga tidak menimbulkan masalah dikemudian dan hasil
dari penelitian ini nantinya dapat bermanfaat dalam pengembangan
ilmu hukum dan pembinaan hukum.

3
B. Bagi akademisi
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan acuan untuk
melakukan penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya penelitian
mengenai pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup.
C. Bagi penulis
Penulisan ini adalah untuk memenuhi persyaratan penilaian ulangan
tengah semester pada mata kuliah Hukum Lingkungan di
Universitas Muhammadiyah Jakarta.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Air Sungai


Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan peri kehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.2 Lingkungan ini digunakan
untuk kelangsungan hidup manusia serta makhluk lainnya. Namun, sering
kali aktivitas manusia sendiri yang mencemari lingkungan tempat tinggalnya.
Manusia bertindak ceroboh tanpa memikirkan dampak tindakannya terhadap
lingkungan.
Tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya dapat
berdampak buruk karena tidak memikirkan dampak lingkungan. Tindakan
tersebut menghasilkan pencemaran lingkungan hidup di berbagai komponen
ekosistem abiotik. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya suhu
udara akibat pemanasan global, tercemarnya air karena pembuangan limbah,
kelembapan yang semakin menurun sebab tercemar sulfur oksida dari
pembakaran bensin, tanah yang tercemar akibat membuang sampah
sembarangan atau pembuangan limbah cair hasil pabrik, dan lain sebagainya.
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan
hidup yang telah ditetapkan.3 Pencemaran dapat disebabkan oleh proses
perubahan alamiah dan kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhannya
sehari-hari. Pencemaran lingkungan juga terbagi menjadi beberapa jenis,
seperti pencemaran air, udara, dan tanah. Pencemaran air menjadi salah satu
pencemaran yang sering sekali kita dengar. Pencemaran air berarti masuknya

2
Indonesia (1), Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU
No. 32/2009, LN No. 140 Tahun 2009, TLN No. 5059, Ps. 1 angka 1.
3
Ibid., Ps. 1 angka 14.

5
zat asing ke dalam wilayah perairan sehingga menurunkan kualitas air di
wilayah tersebut
Pencemaran terhadap air berdampak sangat buruk bagi kelangsungan
hidup manusia. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Banyak
makhluk hidup yang mengantungkan kelangsungan hidupnya dengan
keberadaan air bersih, termasuk manusia. Salah satu sumber untuk
mendapatkan air ialah sungai. Sungai merupakan sumber utama untuk
memenuhi air bagi manusia.4 Masyarakat dapat dengan mudah mengakses air
melalui sungai. Namun, kepedulian masyarakat terhadap sungai masih
rendah. Hal ini terbukti dengan banyaknya sungai di Indonesia yang tercemar.
Sungai-sungai banyak yang memiliki kualitas air yang buruk, air kotor, dan
berbau menyengat. Tentu, ini merupakah hal yang memprihatinkan
mengingat sungai menjadi tempat yang digantungkan masyarakat untuk
mendapatkan air bersih.
Pencemaran air sungai terjadi karena beberapa faktor. Pembangunan
rumah dekat sungai yang dapat dilihat bahkan di ibu kota membuat lebih
mudah bagi masyarakat membuang limbah rumah tangganya langsung ke
sungai tanpa dipilah terlebih dahulu; pembangunan pabrik dengan sistem
pembuangan limbah langsung ke sungai; dan penggunaan pestisida dalam
pertanian yang berdampak pada tercemarnya irigasi menjadi faktor-faktor
penyebab pencemaran air sungai. Pada umumnya, komponen asing utama
yang masuk dan mencemari sungai berupa limbah rumah tangga, limbah
industri, dan limbah pertanian. Pembuangan limbah bahan berbahaya dan
beracun ke sungai berbahaya untuk kelangsungan hidup biotik di sungai dan
manusia yang juga menggunakan air sungai tersebut.

2.2 Pemulihan Lingkungan Hidup


Menurut pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang
4
Kementerian Pekerja Umum dan Perumahan Rakyat, “Kesadaran dan Kelestarian Sungai
Merupakan Tanggung Jawab Bersama,”
http://sda.pu.go.id/balai/bwssumatera1/article/kesadaran-dan-kelestarian-sungai-merupakan-
tanggung-jawab-bersama, diakses tanggal 23 April 2021.

6
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum.5 Oleh karena itu, tujuan diadakannya peraturan ini ialah
untuk melindungi wilayah Indonesia dari pencemaran lingkungan hidup,
sebagaimana dalam pasal 3 UU 32/2009 tentang tujuan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, yakni melindungi wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia; menjamin
kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem; menjaga
kelestarian fungsi lingkungan hidup; mencapai keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan lingkungan hidup; menjamin terpenuhinya keadilan generasi
masa kini dan generasi masa depan; menjamin pemenuhan dan perlindungan
hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;
mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;
mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan mengantisipasi isu lingkungan
global.6
Pengendalian lingkungan dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu
pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan. Pengendalian ini dilakukan
oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah, dan penanggung jawab usaha
atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-
masing. Pencegahan ini didukung pula dengan berbagai macam instrumen.
Instrumen tersebut juga dirumuskan dalam pasal 14 UU 32/2009, yaitu
Kajian lingkungan hidup strategis (KLHS), tata ruang, baku mutu lingkungan
hidup, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, amdal, UKL-UPL,
perizinan, instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang-
undangan berbasis lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkungan hidup,
analisis risiko lingkungan hidup, audit lingkungan hidup, dan instrumen lain
sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan.
Instrumen ini digunakan untuk mengukur pencemaran atau kerusakan yang
terjadi di lingkungan hidup.
5
Indonesia (1), op.cit., Ps. 1 angka 2.
6
Indonesia (1), op.cit., Ps.3.

7
Salah satu penentuan terjadinya pencemaran ialah diukur melalui baku
mutu lingkungan hidup. Baku mutu lingkungan hidup meliputi air, air limbah,
air laut, udara ambien, emisi, gangguan dan sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kriteria aku kerusakan lingkungan hidup
digunakan untuk menentukan telah terjadi atau tidaknya kerusakan
lingkungan hidup. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup meliputi kriteria
baku kerusakan ekosistem dan kriteria baku kerusakan akibat perubahan
iklim.7 Kriteria baku untuk menilai kerusakan lingkungan hidup tersebut
meliputi penilai terhadap kerusakan tanah untuk produk biomassa, kerusakan
terumbu karang, kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan
kebakaran hutan atau lahan, Mangrove, padang lamun, gambut, karst, dan
penilaian terhadap kesukaan ekosistem lainnya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara kriteria baku kerusakan akibat
perubahan iklim didasarkan pada kenaikan temperatur, muka air laut, badai,
dan kekeringan.
Selain itu, terdapat pula instrumen ekonomi lingkungan hidup. Instumen
ini meliputi pendaan untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup.
Pemerintah baik pusat maupun daerah wajib mengalokasikan anggaran untuk
melakukan pemulihan lingkungan hidup. Sementara, apabila pencemaran air
sungai dihasilkan dari kegiatan dan/atau usaha pihak tertentu, maka pihak
tersebut yang memberikan dana penjamin guna melakukan pemulihan
lingkungan hidup. Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup wajib melakukan pemulihan fungsi lingkungan
hidup.8 Pemulihan lingkungan hidup mencakup beberapa tahapan, yaitu
penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar,
remediasi, rehabilitasi, restorasi, dan/atau cara lain yang sesuai dengan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.9 Pemegang izin wajib
menyediakan dana penjamin untuk melakukan pemulihan. Dana dapat
disalurkan ke bank pemerintah yang ditujukan kepada menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan daerah sungai tercemar tersebut. Pihak

7
Indonesia (1), op.cit., Ps. 21 ayat (2).
8
Indonesia (1), op.cit., Ps. 54 ayat (1).
9
Indonesia (1), op.cit., Ps. 54 ayat (2).

8
pemerintah dapat menetapkan kewenangan untuk melakukan pemulihan
kepada pihak ketiga dengan menggunakan dana penjamin yang telah
didapatkan dari pemegang izin.
Peraturan pemerintah No. 22/2021 mengatur secara khusus mengenai
pengendalian pencemaran air dalam pasal-pasalnya. Pengendalian
pencemaran air meliputi pencegahan air, penanggulangan pencemaran air,
dan pemulihan mutu air.10 Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak
melakukan pemulihan mutu air dalam jangka waktu paling lama 30 hari sejak
diketahuinya pencemaran air, menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya menetapkan pihak ketiga untuk melakukan
pemulihan mutu air. Pemulihan dilakukan oleh pemerintah dan/atau
pemerintah daerah ketika lokasi pencemaran air tidak diketahui sumber
pencemarnya dan tidak diketahui pihak yang melakukan pencemaran tersebut.
Pemulihan sungai di Indonesia sebenarnya dimulai dari penghentian atau
pembersihan limbah yang menjadi sumber pencemar air sungai tersebut.
Pihak yang berwenang dapat melakukan audit lingkungan secara menyeluruh
untuk mengetahui sumber-sumber pencemar beserta kontribusinya.
Kemudian, pemerintah dapat melakukan penangguhan pemberian Izin
Pembuangan Limbah Cair (IPLC) dan mengevaluasi IPLC yang membebani
sungai terkait dan anak sungai agar dapat dilakukan pemulihan karena baru
bisa dilakukan apabila beban pencemar dihentikan dengan efektif.11
Rehabilitasi sungai tercemar dapat dilakukan dengan cara reboisasi, mengatur
kembali tata ruang sekitar sungai tersebut, mempertahankan wilayah serapan,
dan mengedukasi masyarakat sekitar sungai agar tidak membuang limbah
berbahaya dan beracun serta yang dapat mengotori kebersihan air ke sungai.
Restorasi kualitas air sungai dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan.
Pertama, restorasi hidrologi dilakukan untuk memulihkan kembali kualitas
dan kuantitas sungai dengan tahapan menanggulangi pencemaran limbah

10
Indonesia (2), Pemerintah Pusat, Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP Nomor 22 Tahun 2021. LN No.32 Tahun
2021, TLN No.6634, Ps. 127 ayat (2).
11
Greenpeace Indonesia, “Memulihkan Citarum: Mulai Dari Limbah Industri,”
https://www.greenpeace.org/indonesia/siaran-pers/1285/memulihkan-citarum-mulai-dari-
limbah-industri/, diakses tanggal 24 April 2021.

9
pada dan cair dan restorasi kuantitas air dengan merekonstruksi fluktuasi
debit air tinggi muka air, dan kecepatan air sungai sejauh mungkin
menyerupai fluktuasi debut, tinggi muka air, dan kecepatan air sungai ilmiah.
Kedua, restorasi ekologi dengan merestorasi zona akuatik melalui penanaman
kembali area zona akuatik dengan tanaman yang sesuai karakter tanaman
akuatik, dilakukan penanaman di bantaran sungai dengan menanamkan
rerumputan, dan menaman tanaman batang keras di tebing bagian atas sungai.
Ketiga restorasi morfologi, artinya upaya untuk mengembalikan bentang
memanjang dan melintang sungai sejauh mungkin menyerupai morfologi
sungai ilmiah. Keempat, restorasi sosial ekonomi dan budaya untuk
meningkatkan kualitas air sungai dilakukan pembangunan untuk mengedukasi
pemahaman dan kesadaran masyarakat serta melibatkan partisipasi
masyarakat dalam mengelola maupun memelihara ekosistem sungai.
Terakhir, restorasi peraturan dan kelembagaan dilakukan dengan penguatan
peraturan terkait restorasi sungai dan melakukan koordinasi dan kerja sama
antar lembaga.12

12
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Petunjuk Teknis Restorasi
Kualitas sungai, Jakarta: Kementerian, 2017, hlm. 81-87.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
pencemaran air merupakan masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat-material, energi dan/atau komponen asing ke dalam air oleh
kegiatan manusia. Hal ini menyebabkan kualitas air sungai turun dan bahkan
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya, air sungai berperan
penting dalam kelangsungan hidup semua makhluk hidup termasuk manusia.
Apabila, air sungai tercemar, kebutuhan masyarakat terhadap air bersih dan
hak asasi manusia untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
tidak dapat terpenuhi. Secara umum, pencemaran air sungai diakibatkan dari
pembuangan limbah rumah tangga, limbah industri, dan limbah pertanian.
Pemerintah dan pihak yang melakukan pencemaran memiliki kewajiban
untuk melakukan pengendalian atas pencemaran air sungai tersebut, termasuk
melakukan pemulihan. Pemulihan dilakukan dengan cara pembersihan dan
penghentian sumber pencemaran air, remediasi, rehabilitasi, dan restorasi,
serta cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3.2 Saran
Pencemaran air sungai juga disebabkan karena perizinan kegiatan/usaha
yang diberikan tidak sesuai dengan standar prosedur operasi. pemberian IPLC
dapat lebih diperketat dan dipertegas peraturannya agar nantinya limbah padat
dan cair tidak mencemari air sungai kembali. Pemberian edukasi terhadap
masyarakat juga diperlukan agar masyarakat sekitar sungai tersebut dapat
menjaga kebersihan air sungai dan berpartisipasi aktif untuk membersihkan
sungai tercemar dan menjaga kualitas air bersih di sungai.

11
DAFTAR PUSTAKA

Greenpeace Indonesia. “Memulihkan Citarum: Mulai Dari Limbah Industri.”


https://www.greenpeace.org/indonesia/siaran-pers/1285/memulihkan-
citarum-mulai-dari-limbah-industri/. Diakses 24 April 2021.
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen IV.
Indonesia. Pemerintah Pusat, Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. PP Nomor 22 Tahun
2021. LN No.32 Tahun 2021, TLN No.6634.
Indonesia. Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. UU No. 32/2009, LN No. 140 Tahun 2009, TLN No. 5059.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Petunjuk
Teknis Restorasi Kualitas sungai, Jakarta: Kementerian, 2017, hlm. 81-87.
Kementerian Pekerja Umum dan Perumahan Rakyat. “Kesadaran dan Kelestarian
Sungai Merupakan Tanggung Jawab Bersama.”
http://sda.pu.go.id/balai/bwssumatera1/article/kesadaran-dan-kelestarian-
sungai-merupakan-tanggung-jawab-bersama. Diakses 23 April 2021.

iii

Anda mungkin juga menyukai