Anda di halaman 1dari 44

TUGAS HUKUM PIDANA

“Menganalisis Perbedaan KUHP Lama dan KUHP Baru”


Dosen Pengampu: Dr. Wessy Trisna S.H., M.H

DISUSUN OLEH:
Kelompok 8

1. Yehezkiel T.A. Siagian (220200341)


2. Radot Lot Labana Angkat (220200328)
3. Noverius Sihombing (220200305)
4. Yoshua Bunanda Rea (220200335)

Prodi/Fakultas: Ilmu Hukum/Fakultas Hukum


2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang tak pernah berhenti memberikan
pertolongan dan hikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini berjudul ”Menganalisi Perbedaan KUHP Lama dan KUHP Baru”, disusun untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Hukum Pidana.

Selama penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang mengambil
andil dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan
kelemahan dalam penyusunan makalah ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk makalah ini guna menyempurnakan penyusunan makalah.

Medan, 29 April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................................................

1.1 Latar Belakang 4


1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan 5

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................................

2.1 BUKU I ...........................................................................................................................................................

2.2 BUKU II..........................................................................................................................................................

2.3 BUKU III.........................................................................................................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................................................................

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

KUHP Nasional merupakan perwujudan reformasi sistem hukum secara menyeluruh


yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia dan HAM secara universal. Sedangkan KUHP
lama tidak mencerminkan Pancasila. Seperti yang dikatakan oleh Guru Besar Universitas
Negeri Semarang (UNNES), Prof. Dr. H. R. Benny Riyanto, SH., M.Hu, Secara Politik Hukum
KUHP (WvS) tidak mencerminkan nilai-nilai budaya bangsa maupun dasar falsafah Negera
yaitu Pancasila. Padahal, Pancasila merupakan ideologi atau dasar negara yang sudah final,
sehingga keberadaannya harus menjadi norma dasar dalam penyusunan undang-undang ataupun
regulasi.
KUHP lama peninggalan Belanda sudah ada sejak lebih dari 100 tahun yang lalu, tetapi sampai
saat ini belum ada terjemahan resminya, sehingga muncul banyak terjemahan yang berpotensi
menimbulkan multitafsir.

Pada awal tahun 2023 ini, pemerintah telah menerbitkan Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) terbaru melalui UU Nomor 1 Tahun 2023 menggantikan KUHP terdahulu.
Berkenaan dengan itu Direktorat Hukum dan Hubungan Masyarakat berinisiasi melaksanakan
kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Implementasi dan Memahami UU Nomor 1 Tahun
2023 tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang diselenggarakan hybrid pada hari
Rabu, 16 Maret 2023 di Ruang Aula Lantai 5 DJKN dan melalui Zoom Meeting. Kegiatan
diawali dengan pembukaan dan sambutan oleh Direktur Hukum dan Hubungan Masyarakat
Aloysius Yanis Dhaniarto. “Tujuan dari kegiatan ini dalam rangka meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia di bidang hukum bagi pejabat/pegawai lingkungan DJKN pada
umumnya dan Direktorat Hukum dan Hubungan Masyarakat pada khususnya serta dalam
rangka memberikan pemahaman terkait hukum pidana,” ujar Yanis dalam sambutannya. Ia
berharap kegiatan ini dapat memberikan pemahaman yang komprehensif kepada seluruh
pegawai DJKN terkait implementasi/pemberlakuan KUHP dalam pelaksanaan tugas dan fungsi,
pemberian layanan kepada masyarakat, baik terkait kode etik dan perilaku dalam kehidupan
bermasyarakat serta dalam penyusunan kebijakan di lingkungan DJKN khususnya untuk
pejabat dan pegawai Kementerian Keuangan c.q Direktorat Jenderal Kekayaan Negara sebagai
Aparatur Sipil Negara.
Hadir sebagai narasumber yakni Ketua Kamar Pidana Mahkamah Agung RI Suhadi dan
Akademisi Fakultas Hukum Universitas Indonesia Dr. Eva Achjani Z, S.H., M.H. “KUHP yang
baru membawa semangat dekolonialisasi, lebih bersifat demokratis, mengkonsolidasi hukum
pidana/reunifikasi serta responsif serta adaptif dan harmonis dalam memberikan kepastian
hukum dan keadilan,” ujar Suhadi membuka sesi pemaparannya tentang Praktek Penegakkan
Hukum Pidana berdasarkan KUHP Baru. Suhadi menjelaskan bahwa KUHP terbaru lebih
adaptif terhadap kondisi yang terjadi saat ini, sehingga lebih dapat memberikan kepastian
hukum dan keadilan. Sesi pemaparan berikutnya disampaikan oleh Eva Achjani yang
menjelaskan tentang KUHP Baru: Pergeseran Politik Hukum Pidana Indonesia. “Seperti yang
kita simak bersama pada salah satu besaran perubahan dari KUHP kepada sejumlah asas yang
berkembang yaitu bagaimana KUHP ini kemudian memperbesar atau memberikan porsi besar
bagi perkembangan sanksi Denda, tidak lagi kepada pidana badan,” jar Eva Ketika menjelaskan
korelasi perubahan KUHP ini terhadap proses bisnis yang dilakukan oleh DJKN.
Selanjutnya ia menjelaskan bahwa perubahan yang esensial pada KUHP yang baru ini
adalah unifikasi hukum pidana. Sebelum adanya perubahan, KUHP yang merupakan
terjemahan dari Wetboek van Strafrecht for Nederlandsch-Indie interpretasi akan suatu pasal
dapat berbeda dikarenakan bahasa dari aturan yang menjadi dasar KUHP terdahulu masih
menggunakan bahasa asing. Selain itu terdapat banyak pasal atau ketentuan terkait suatu tindak
pidana yang  memiliki putusan hukuman yang berbeda dikarenakan KUHP dahulu memiliki
beberapa versi. ”Oleh karena itu, dengan perubahan KUHP baru, akan menggugurkan versi
terdahulu sehingga lebih dapat memberikan kepastian hukum dan keadilan yang jelas.”
tutupnya. Pemaparan ditutup dengan sesi tanya jawab dari para peserta yang hadir langsung
maupun yang mengikuti secara daring.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas. Adapun rumusan masalah dalam makalah kali ini adalah
sebagai berikut:
1. Menganalisis pengurangan dan penambahan yang ada pada KUHP Lama dengan KUHP
yang Baru
2. Bagaimana analisa yuridis tentang KUHP baru terhadap KUHP NO.1 tahun 2023
mengenai KUHP baru?

3. Tujuan Pembuatan Makalah


Adapun tujuan dalam makalah kali ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui isi pasal yang dirubah dari KUHP Lama yang terhadap
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana.
2. Untuk memberikan analisis yurids kepada perubahan-perubahan pasal dari
KUHP lama ke KUHP baru
BAB II
PEMBAHASAN
BUKU I
PASAL 1 KUHP Lama

Pada pasal 1 baik di KUHP lama dan baru, sudah cukup jelas dimana pasal ini menuntut
ketentuan-ketentuan pidana harus ditetapkan dalam undang-undang yang sah, yang berarti
bahwa larangan-larangan menurut adat tidak berlaku untuk menghukum orang. Pasal 1 KUHP
lama mempunyai makna yang sama dengan KUHP baru yaitu sama-sama mempunyai makna
bahwasanny Ka tidak ada satu perbuatan yang boleh dihukum kecuali terdapat dalam kekuatan
ketentuan peraturan pidana yang telah ditetapkan.

PASAL 2 KUHP Lama


Pasal 2 KUHP lama dan pasal 2 KUHP baru mempunyai makna yang sama yaitu sama-
sama menetapkan ketentuan pidana yang berlaku bagi setiap orang.Pasal ini menjelaskan bagi
setiap orang dapat dihukum dengan tidak membedakan kelamin atau agama, kedudukan atau
pangkat sepanjang ia melakukan suatu kesalahan atau melanggar undang-undang tetap
dikenakan hukuman tanpa pengecualian.

PASAL 3 KUHP Lama


Terdapat perbedaan antara pasal 3 pada KUHP lama dan baru. Pasal 3 KUHP lama
memberlakukan pidana bagi orang yang diluar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana di
dalam kendaraan air atau pesawat udara Indonesia sedangkan pasal 3 KUHP baru
menjelaskan jika orang melakukan kejahatan seesudah diberlakukan perundang-undangan
yang baru maka undang-undang yang lama tidak berlaku lagi, jika di dalam KUHP yang
lama. Di dalam KUHP yang baru, jika perbuatan itu tidak terjadi tindak pidana maka proses
hukum tersangka atau terdakwa batal demi hukum.

PASAL 4 KUHP Lama


Terdapat perbedaan isi antara pasal 4 KUHP lama dan baru.Pasal 4 KUHP lama
menyatakan tentang KUHP berlaku bagi tiap-tiap orang yang melakukan diluar Indonesia
seperti makar, kejahatan tentang mata uang,pemalsuan tentang surat-surat, dan pembajakan
laut sedangkan pasal 4 KUHP yang baru mempunyai makna yang sama dengan pasal 3
KUHP yang lama dimana ketentuan pidana berlaku bagi orang yang smelakukan tindak
pidana di wilayah NKRI, didalam kendaraan air atau pesawat udara Indonesia.

6
PASAL 5 KUHP Lama
Terdapat perbedaan, yakni, Pasal 5 KUHP lama menyatakan bahwa jika warga negara
Indonesia melakukan kejahatan yang disebutkan didalam pasal 160,161,240,279,450 dan 451
meskipun diluar Indonesia maka dapat dikenakan pidana Indonesia, apabila mereka itu
berbuat peristiwa pidana lainnya yang oleh Undang-Undang Indonesia dipandang sebagai
kejahatan hanya dapat dikenakan hukum pidana Indonesia, jika perbuatan yang dilakukan itu
oleh Undang-Undang di negara asing dimana perbuatan itu telah dilakukan, di ancam pula
dengan hukuman sedangkan pasal 5 kuhp baru mempunyai makna yang sama dengan pasal 4
KUHP lama dimana ketentuan pidana berlaku jika seseorang melakukan tindak pidana di luar
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang melakukan Tindak Pidana terhadap
kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berhubungan dengan keamanan
negara, martabat presiden atau wakil presiden, kejahatan tentang mata uang, makar.

PASAL 6 KUHP Lama


Pasal 6 KUHP lama dan baru bunyi isi pasalnya berbeda. Didalam pasal 6 KUHP
menjelaskan secara rinci bahwa berlakunya pasal 5 ayat 1 angka 2e KUHP lama bahwa
hukuman mati hanya dapat dijatuhkan apabila perbuatan itu di Indonesia maupun di negara
perbuatan itu telah dilakukan diancam dengan hukuman mati sedangkan pasal 6 KUHP baru
menjelaskan bahwa setiap warga negara Indonesia yang melakukan tindak pidana yang berada
diluar wilayah republik Indonesia akan diberlakukan juga baginya hukum internasional yang
menyangkut tindak pidana yang dilakukannya.

PASAL 7 KUHP Lama


Pasal 7 KUHP lama dan baru bunyi isi pasalnya berbeda, di pasal 7 KUHP lama
menjelaskan tentang ketentuan pidana yang berlaku bagi pegawai negara Indonesia sedangkan
di pasal 7 KUHP baru menjelaskan lebih rinci pasal 6 KUHP baru. Pasal 7 KUHP lama
menjelaskan bagi PNS yang melakukan kejahatan sebagaimana yang diterangkan pada bab
XXVIII buku kedua meskipun diluar Indonesia dapat dikenakan ketentuan pidana Indonesia,
dan apabila kejahatan itu dilakukan tetapi dalam Undang-Undang tidak ada sanksi tetapi
mereka harus berstatus sebagai PNS sedangkan pasal 7 KUHP baru menjelaskan bahwa
hukuman pidana berlaku bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana di luar wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang penuntutannya diambil alih oleh pemerintah
Indonesia berdasarkan perjanjian internasional

PASAL 8 KUHP Lama


KUHP baru memiliki bunyi isi dengan pasal yang berbeda. Pada pasal 8 KUHP lama
menjelaskan mengenai ketentuan pidana berlaku bagi nahkhoda dan penumpang alat pelayar
7
(kapal, perahu) Indonesia sedangkan pasal 8 KUHP baru menjelaskan lebih rinci pasal 6 dan
pasal 7 KUHP baru. Pasal 8 KUHP lama menentukan bahwa hukuman pidana Indonesia
berlaku bagi mereka yang diluar Indonesia yang telah melakukan peristiwa pidana tetapi
mereka itu harus seorang nahkhoda atau penumpang kapal atau perahu Indonesia sedangkan
pasal 8 KUHP baru pasal 6 dan pasal 7 KUHP baru apabila seseorang melakukan tindak
pidana diluar wilayah Indonesia tetap diberikan hukuman berdasarkan ketentuan Undang-
Undang yang berlaku.

PASAL 9 KUHP Lama


Pasal 9 KUHP lama menjelaskan bahwa berlakunya pasal 2, pasal 5, pasal 7, pasal 8
dibatasi oleh hal yang dikecualikan yang diakui dalam hukum antar negara oleh larena itu
pasal-pasal tersebut ada sangkut pautnya dengan negara-negara asing maka kemungkinana
senantiasa ada bahwa berlakunya itu akan bertentangan dengan hukum antar negara tersebut,
bila ternyata bertentangan maka menurut pasal 9, pasal-pasal 2, 5, 7, dan 8 itu tidak berlaku
sedangkan pasal 9 KUHP baru menjelaskan bahwa penerapan ketentuan pasal 4 – pasal 8
KUHP baru dibatasi oleh hal yang dikecualikan menurut perjanjian Internasional yang
berlaku.

PASAL 10 KUHP Lama


Pasal 10 KUHP lama dan pasal 10 KUHP baru bunyi isi pasalnya berbeda, pasal 10
KUHP lama berisi jenis-jenis hukuman sedangkan pasal 10 KUHP baru berisi waktu tindak
pidana. Pasal 10 KUHP lama terdiri dari 2 jenis hukuman yaitu hukuman pokok dan
hukuman tambahan, hukuman pokok terdiri dari mati, penjara, kurungan, denda dan
hukumantambahan terdiri dari beberapa hak yang tertentu, perampasan barang yang tertentu,
keputusan hakim sedangkan pasal 10 KUHP baru menjelaskan tentang waktu tindak pidana
merupakan saat dilakukannya perbuatan yang dapat dipidana.

PASAL 11 KUHP Lama


Pasal 11 KUHP baru tidak menjelaskan cara menghukum orang. Sedangkan, pasal 11
KUHP baru menjelaskan cara menghukumnya, pelaksanaan pidana mati dilakukan dengan
ditembak sampai mati disuatu tempat dalam daerah hukum pengadilan yang menjatuhkan
putusan dalam tingkat pertama.

PASAL 12 KUHP Lama

8
Pasal 12 KUHP lama berisi tentang lamanya hukuman penjara sedangkan pasal 12
KUHP baru berisi tentang suatu tindak pidana dapat dipidana harus berdasarkan peraturan per
undang- undangan yang bersifat melawan hukum.

PASAL 13 KUHP Lama


Pasal 13 KUHP lama menjelaskan tentang lamanya hukuman penjara bagi orang yang
dihukum terbagi atas 4 (empat) kelas sedangkan pasal 13 KUHP baru menjelaskan tentang
pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana hanya dijatuhi pidana terhadap tindak
pidana yang sangat serius.

PASAL 14 KUHP Lama


Pasal 14 KUHP baru dan pasal 14 KUHP baru bunyi isi pasalnya berbeda.
Pasal 14 KUHP lama terdiri dari pasal 14a, pasal 14b, pasal 14c, pasal 14c, pasal 14d, dan
pasal 14e yang mana isi dari pasal tersebut berbeda tetapi mempunyai makna yang sama, pasal
14 KUHP lama orang yang di penjara wajib melakukan pekerjaan yang diperintahkan
terhadapnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan sedangkan pasal 14 KUHP baru
mempunyai makna orang yang bersepakat melakukan suatu tindak pidana tidak akan
dipidana apabila mereka menarik diri dari kesepakatan itu.

PASAL 15 KUHP Lama


Pasal 15 KUHP lama dan pasal 15 KUHP baru bunyi isi pasalnya berkaitan, jika di
pasal 15 KUHP lama telah terjadi tindak pidana dan sedang menjalani hukuman penjara
sedangkan pasal 15 KUHP baru persiapan atau perencanaan untuk melakukan suatu tindak
pidana akan dipidana apabila dinyataka tegas dengan Undang-Undang.
Pasal 15 lama mempunyai makna jika terpidana telah menjalani dua pertiga dari
lamanya pidana penjara yang dijatuhkan kepadanya, sekurang-kurangnya harus sembilan
bulan, maka ia dapat dikenakan pelepasan bersyarat pasal ini berkaitan dengan pasal 15 KUHP
baru, tetapi di pasal 15 KUHP baru menjelaskan bahwa orang yang akan melakukan suatu
tindak pidana akan dipidana paling banyak hukumannya ½ dari maksimum ancaman pidana
pokok untuk tindak pidana yang bersangkutan.

PASAL 16 KUHP Lama


Pasal 16 KUHP lama dan pasal 16 KUHP baru bunyi isi pasalnya berbeda.
Pasal 16 KUHP lama menjelaskan tentang keputusan perlepasan dengan bersyarat, itu dapat
dicabut Kembali oleh menteri kehakiman atas usul Jaksa ditempat orang itu berdiam dengan
9
pertimbangan Dewan Pusat Reclassering, selain daripada itu jika terhukum melanggar
perjanjian maka dengan menunggu keputusan dari menteri kehakiman tentang pencabutan
pelepasannya, ia oleh jaksa dapat ditahan sedangkan pasal 16 KUHP baru berkaitan dengan
pasal 14 KUHP baru dan pasal 15 KUHP baru yang mempunyai makna orang merencanai
tindak pidana tidak akan dipidana jika ia mengurungkan niatnya untuk melakukan suatu
tindak pidana.
PASAL 17 KUHP Lama
Pasal 17 KUHP lama dan pasal 17 KUHP baru bunyi isi pasalnya berbeda.
Pasal 17 KUHP lama berisi contoh surat permisi dan peraturan lain untuk menjalankan pasal
15, 15a, dan 16 ditetapkan dengan ordonasi, ordonasi yang dimaksudkan itu ialah ordonasi
tentang peratura pelepasan dengan bersyarat tersebut dalam L.N. 1917 No. 749 sedangkan
pasal 17 KUHP baru memiliki makna jika seseorang melakukan percobaan tindak pidana
tetapi pelaksanaannya tidak selesai dan tidak mencapai hasil yang di mau maka pidana untuk
melakukan percobaan tindak pidana paling banyak 2/3 dari maksimum ancaman pidana
pokok untuk tindak pidana yang bersangkutan
PASAL 18 KUHP Lama
Pasal 18 Kuhp lama dan pasal 18 KUHP baru bunyi isi pasalnya berbeda, pasal 18
KUHP lama berisi tentang lamanya hukuman kurungan sedangkan pasal 18 KUHP baru
menjelaskan lebih rinci paasal 17 KUHP baru.
Pasal 18 KUHP lama mempunyai makna pidana kurungan dapat dipidana diberikan
paling singkat selama satu hari dan paling lama selama satu tahun kemudian jika ada
pemberatanpidana, pidana kurungan dapat ditambah menjadi 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan
atau sekitar 16 (enam belas) bulan, jumlah maksimal pidana kurungan tidak boleh lebih dari 1
(satu) tahun 4 (empat) bulan sedangkan pasal 18 KUHP baru menjelaskan lebih rinci pasal 17
KUHP baru yang memiliki makna bahwa seseorang yang melakukan percobaan tindak pidana
tidak dipidana karena perbuatan percobaan tindak pidana itu tidak selesai karena kehendaknya
sendiri atau secara sukarela tetapi di pasal 18 ayat (2) KUHP baru menyatakan bahwa dalam
hal percobaan yang sebagaimana yang dimaksud pasal 18 ayat (1) KUHP baru apabila
percobaan tindak pidana itu melakukan suatu kerugian menurut peraturan per undang-
undangan merupakan tindak pidana sendiri maka pelakunya dapat dipertanggung jawabkan
untuk tindak pidana tersebut.

PASAL 19 KUHP Lama


Pasal 19 KUHP lama dan pasal 19 KUHP baru bunyi isi pasalnya berbeda, pasal 19
10
KUHP lama berkaitan dengan pasal 14 KUHP lama sedangkan pasal 19 KUHP baru berisi
tentang percobaan tindak pidana yang berkaitan dengan pasal 16 KUHP baru, pasal 17 KUHP
baru, pasal 18 KUHP baru. Pasal 19 KUHP lama mempunyai makna orang yang dijatuhi
pidana kurungan wajib menjalankan pekerjaan yang dibebankan kepadanya, sesuai dengan
aturan- aturan pelaksanaan pasal 29, ia diserahi pekerjaan yang lebih ringan daripada orang
yang dijatuhi pidana penjara sedangkan pasal 19 KUHP baru mempunyai makna orang yang
melakukan percobaan tindak pidana tidak dipidana tetapi hanya membayar denda.

PASAL 20 KUHP Lama


Pasal 20 KUHP lama dan pasal 20 KUHP baru bunyi isi pasalnya berbeda, pasal 20
KUHP lama berisi tentang keputusan hakim sedangkan pasal 20 KUHP baru berkaitan dengan
pasal 16 KUHP baru, pasal 17 KUHP baru, pasal 18 KUHP baru, pasal 19 KUHP baru.Pasal
20 KUHP lama mempunyai makna bila hakim memutuskan orang dihukum penjara atau
kurungan yang lamanya tidak lebih dari 1 (satu) bulan, maka dalam surat keputusannya ia
dapat menentukan, bahwa jaksa dapat mengizinkan orang itu tinggal bebas diluar penjara
setelah
PASAL 21 KUHP Lama
Menurut pendapat kelompok kami,terlihat jelas perbedaan antara pasal 21 kuhp lama
dengan baru,pada pasal 21 kuhp baru menjelaskan tentang peraturan Ayat (1)
Huruf a. Dalam ketentuan ini, pembantuan dilakukan sebelum dan sejak pelaksanaan Tindak
Pidana dengan memberikan kesempatan, sarana, maupun keterangan.
Huruf b Dalam ketentuan ini, memberi bantuan pada waktu Tindak Pidana dilakukan hampir
terdapat kesamaan dengan turut serta melakukan Tindak Pidana. Dalam turut serta melakukan
Tindak Pidana terdapat kerja sama yang erat antarmereka yang turut serta melakukan Tindak
Pidana, tetapi dalam pembantuan melakukan Tindak Pidana, kerja sama antara pelaku Tindak
Pidana dan orang yang membantu tidak seerat kerja sama dalam turut serta melakukan
Tindak Pidana. Sedangkan dalam pasal 21 kuhp lama menjelaskan tentang terhukum
kurungan jika tidak ada permohonannya sendiri, hukumannya harus dijalankan dalam
daerah tempat

PASAL 22 KUHP Lama


Diterangkan dalam pasal 22 KUHP baru yang dimaksud dengan “keadaan pribadi”
adalah keadaan di mana pelaku atau pembantu berumur lebih tua atau muda, memiliki jabatan
tertentu, menjalani profesi tertentu, atau mengalami gangguan mental.sedangkan dalam pasal
22 kuhp lama membahas tentang orang yang dijatuhi hukuman penjara dan hukuman
11
kurungan, sedang ia telah habis menjalani hukumannya penjara, atas permintaan nya ia dapat
menjalani hukumannya kurungan di dalam rumah penjara, ia telah menjalani hukumannya
penjara itu, misalnya untuk menghindarkan kerepotan dalam kepindahannya, akan tetapi
segala peraturan mengenai hukuman kurungan seberapa boleh tetap dilakukan dalam rumah
menjalani hukuman penjara itu.
PASAL 23 KUHP Lama
Pada pasal 23 kuhp baru cukup jelas membahas pengulangan tindak pidana terjadi jika
setiap orang melakukan tindak pidana Kembali dalam waktu 5 tahun,tindak pidana dengan
pidana minimum khusus,pidan apenjara 4 tahun atau lebih,serta ketentuan yang berlaku untuk
tindak pidana penganiayaan.Sedangkan dalam pasal 23 kuhp lama membahas tentang
Ordonansi yang mengatur tentang perbaikan nasib atas ongkos sendiri ini tersebut dalam
L.N.1917 No.708 (peraturan kepenjaraan),khusus dalam pasal 93 dan selanjutnya.
Perbaikan nasib dengan ongkos sendiri ini biasa dinamakan hak Pistole. Orang orang yang di
gizel dan ditahan sementara mempunyai pula ini. Perbaikan itu misalnya mengenai makanan
dan tempat tidurnya. Candu, minuman keras, anggur dan bir hanya dapat diberikan, bila
dianggap perlu oleh dokter penjara.
PASAL 24 KUHP Lama
Dalam pasal 24 KUHP baru cukup jelas penjelasan tentang tindak pidana hanya dapat
dituntut atas dasar pengaduan dan diterangkan bahwa tindak pidana aduan harus ditentukan
secara tegas asal 24 KUHP lama menjelaskan bahwa,lain dari pada di luar Negeri Belanda
misalnya yang mengenal pekerjaan hukuman didalam tembok penjara saja,di Indonesia
pekerjaan itu dapat disuruh jalankan baik didalam maupun diluar pagar penjara.Pekerjaan
didalam tembok penjara misalnya:menenun,menjahit,membuat sepatu,percetakan,membuat
perabot rumah dan sebagainya.
PASAL 25 KUHP Lama
Pada pasal 25 kuhp lama dimaksud terhukum perjara seumur hidup tidak
diperkenankan bekerja diluar tembok, karena dikhawatirkan akan lari sedang orang-orang
perempuan tidak. diperkenankan pula, karena pertimbangan kesusilaan sedangkan dalam pasal
25 kuhp baru pada ayat 1-4 isi pasalnya sudah cukup jelas,ayat 5 pasal 25 kuhp baru yang
dimaksud denngan “pendamping”adalah orang yang dipercaya oleh korban Tindak Pidana
aduan yang belum berumur 16(enam belas)tahun untuk mendampingnya selama proses
peradilan pidana berlangsung.

PASAL 26 KUHP Lama

12
Pada pasal 26 kuhp baru,sudah cukup jelas yang terbagi menjadi 3 ayat dan
menerangkan bahwa dalam pengampu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak ada atau
pengampu itu sendiri yang harus diadukan,pengaduan dilakukan oleh suami atau istri korban
atau keluarga sedarah dalam garis lurus.

Pada pasal 26 kuhp lama, Peraturan ini ditujukan kepada misalnya orang-orang yang
mempunyai kedudukan tinggi dalam masyarakat, sehingga bila mereka dipekerjakan diluar
tembok, terlihat orang banyak dirasa malu, sehingga hal ini dapat merupakan pemberatan
hukumanaya. Maka untuk hal ini hakim memerlukan bahwa para pegawai yang diwajibkan
dengan pemeriksaan pendahuluan dalam proces-perbalnya atau laporan-laporan mereka tidak
menuliskan kesimpulan-kesimpulan sendiri akan tetapi harus memberitakan hal-hal atau
peristiwa-peristiwa menurut kenyataannya saja yang dapat meyakinkan hakim, bahwa dalam
hal-hal yang tertentu betul-betul ada alasan untuk memperhatikan kedudukan Kemasyarakatan
terdakwa, setidak-tidaknya memberikan, alasan-alasan kepada hakim supaya ia dapat
menentukan pendapatya sendiri. Hal ini menurut pertimbangan hakim dan ditetapkan dalam
surat keputusannya.Jika tidak ada, keputusan hakim seperti ini, maka orang-orang tinggipun
jika dihukum dapat dikerjakan pula diluar tembok seperti terhukum lain-lainnya.

PASAL 27 KUHP Lama


Pasal 27 kuhp baru cukup jelas karena sudah tertera bahwa kebijakan tindak pidana
aduan meninggal dunia,dimana Jika ditinjau secara hukum atau dalam pemrosesan suatu
perkara, delik aduan berarti delik yang hanya bisa diproses apabila ada pengaduan atau
laporan dari orang yang menjadi korban tindak pidana. E. Utrecht dalam Hukum Pidana II
mengungkapkan bahwa dalam delik aduan, penuntutan terhadap delik tersebut digantungkan
pada persetujuan dari yang dirugikan atau korban.Sedangkan pada pasal 27 kuhp lama
menjelaskan Orang tidak dapat dihukum setengah bulan tetapi 15 hari rapat. Putusann
berbunyi dihukum setengah tahun tidak ada, yang mungkin iatah 6 bulan.
PASAL 28 KUHP Lama
Didalam pasal 28 kuhp cukup jelas penjelasan dari isi pasal tersebut yang
mengutarakan,khususnya ayat 1yaitu cara menyampaikan pemberitahuan dan permohonan
untuk dituntut,pada ayat 2 diakatakan bahwa pengaduan yang dimaksud diajukan secara lisan
atau tertulis kepada pejabat yang berwenang.sedangkan dalam pasal 28 kuhp lama
mejelasakan karena dalam prinsipnya hukuman penjara dan hukuman kurungan itu harus
dibeda-bedakan, maka meskipun boleh dijalankan dalam rumah penjara yang sama tetapi
bagianava harus dibedakan.
13
PASAL 29 KUHP Lama
Pada pasal 29 kuhp baru berbeda dengan pasal 29 kuhp lama,karena pada pasal 29
kuhp baru menjelaskan tentang berapa lama atau jangka waktu pengaduan yang harus
diadukan.Sedangkan dalam pasal 29 kuhp lama menjelaskan tentang Ordonansi yang
dimaksudkan itu termaktub dalam LN. 1917 No. 708 diubah dengan L.N. 1948 No. 77
(Peraturan Kepenjaraan).
PASAL 30 KUHP Lama
Pasal 30 kuhp baru dengan lama jauh berbeda,dalam pasal 30 kuhp baru cukup jelas
membahas tentang pengaduan; Pengaduan adalah laporan yang mengandung informasi atau
indikasi terjadinya Pelanggaran terhadap Kode Etik dan pedoman perilaku Hakim,
Pelanggaran Kode Etik dan pedoman perilaku Panitera dan Jurusita, Pelanggaran terhadap
Kode Etik dan kode perilaku pegawai Aparatur Sipil Negara. Tentang denda adalah
hukuman yang dikenakan kepada kekayaan, hukuman kurungan dan penjara kepada
kemerdekaan, sedang hukuman mati kepada jiwa orang.Hukuman yang dikenakan denda
kepada badan orang yang ada pada zaman dahulu,seperti dipotong tangannya, disiksa
badannya, sekarang sudah tidak ada lagi. Hanya masih ada peninggalannya ialah sebagai
hukuman disiplin bagi para orang hukuman dalam rumah penjara,berupa pukulan dengan rotan
tidak lebih dari 20 kali yang tertera dalam pasal 69 (2) dari peraturan kepenjaraan.

Ketentuan minimum umum bagi denda ialah 25 sen, sedang ketentuan maksimum
umum tidak ada. Dengan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-undang NO. 18 thn 1960
ditentukan, bahwa mulai 14 April 1960 tiap-tiap jumlah hukuman denda yang diancam kan
baik dalam K.UH.P., sebagaimana beberapa kali telah ditambah dan diubah dan terakhir
dengan undang- undang No. I thn 1960 (LN. th. 1960 No.1) maupun dalam ketentuan-
ketentuan pidana lainnya yang dikeluarkan sebelum 17 Agustus 1945, sebagaimana telah
diubah sebelum hari mulai berlakunya Peraturan Pengganti Undang-undang ini,harus dibaca
dalam mata uang rupiah dan dilipat-gandakan menjadi limabelas kali Hukuman denda paling
tinggi yang diancamkan dalam
K.U.H.P. terdapat dalam pasal 403, yaitu 150.000 rupiah.
Pada waktu dijatuhkan hukuman denda, maka dalam surat Keputusannya hakim
menentukan pula berapa hari hukuman kurungan yang harus dijalani sebagai pengganti, apabila
denda tidak dibayar. Hukuman kurungan semacam in dinamakan “kurungan pengganti denda"
atau “kurungan subsidaire", yang lamanya minimum satu hari dan maksimum enam bulan.
Tempo enam bulan ini dapat dilampaui sampai delapan bulan dalam hal: 1: gabungan peristiwa

14
pidana, 2: mengulangi (recidive) dan 3. ketentuan dalam pasal 52.
Hitungannya sebagai berikut:

a.Putusan denda setengah rupiah atau kurang =satu hari kurungan.


b.Putusan denda lebih dari setengah rupiah =bagi tiap-tiap setenagh rupiah dan kelebihannya
tidak lebih dari satu hari
Dengan demikian maka hukuman-hukuman denda Rp.0,75 , Rp.1,25 dan Rp.2,25 tidak dapat
ditentukan kurungan pengganti denda lebih lama daripda 2,3,dan 5 hari berturut-turut.

PASAL 31 KUHP Lama


Pasal 31 kuhp baru cukup jelas karena memang benar bahwasannya jikalau seseorang
melakukan sebuah tindak kejahatan, baik kejahatan yang besar maupun kecil akan di tindak
pidanakan sesuai dengan perbuatan (kejahatan) yang telah diperbuat.Sedangkan pasal 31 kuhp
lama membahas tentang terhukum bebas untuk memilih antara membayar denda atau
menjalani hukuman kurungan penggantinya. Denda dapat pula dibayar sebagian.Pembayaran
sebagian denda membebaskan sebagian yang sepadan dari kurungan
penggantinya,misalnya:orang dihukum denda Rp80,- atau 16 hari kurungan;bila ia telah
membayar Rp 50.-,ia masih harus menjalani kurungan hanya 6 hari.Orang dihukum denda
Rp60.-atau 20 hari kurungan ;bila telah menjalani 5 hari (1/4 bagian)kurungan,ia buat
selanjutnya dapat membebaskan diri dengan membayar denda ¾ x Rp.60.-=Rp.45-

PASAL 32 KUHP Lama


Pada pasal 32 kuhp baru membahas tentang dalam ketentuan ini, harus ada hubungan
yang bersifat hukum publik antara yang memberikan perintah dan yang melaksanakan
perintah. Ketentuan ini tidak berlaku untuk hubungan yang bersifat keperdataan sedangkan
dalam pasal 32 kuhp lama membahas tentang baik hukuman penjara, maupun hukuman
kurungan dianggap mulai dijalankan:
A. Jika terhukum sebelum ada putusan itu sedang menjalani tahanan sementara sama dengan
pada hari vonis tidak dapat diubah lagi
B. Jika terhukum tidak dalam tahanan sementara sama dengan pada hari vonis itu dijalankan.
Selain daripada apa yang tercantum dalam pasal yang berikut dan peraturan tentang
perampunan, maka maksud pasal ini ialah bahwa penahanan sementara tidak boleh lebih lama
daripada seperlunya saja dan oleh karena itu kelalaian pegawai yang tidak dapat diubah lagi
itu tidak boleh merugikan orang yang dihukum oleh karena itu di dalam register rumah
penjara sebagai hari menjalankan putusan hakim itu harus disebutkan dari keputusan hakim

15
itu telah menjadi tidak boleh diubah lagi. Hal ini berlaku juga terhadap keputusan revisi atau
banding perkara Hakim yang lebih tinggi. Maka dari itu bakarnya keputusan ini dengan
segera diberitahukan kepada pegawai yang diwajibkan menjalankan putusan hakim, ialah
pegawai penuntut umum atau jaksa

16
BUKU II
Pasal 104 KUHP lama
Mengenai tindak pidana mahar terhadap presiden dan wakil presiden sebelumnya telah diatur di
pasal 104 KUHP lama yang kemudian diatur dalam pasal 191 KUHP baru. Dalam isi kedua pasal
tersebut tidak ditemukan perbedaan baik dari maksud dan sanksi yang diberikan kepada si
pelanggar.
Pasal 105 KUHP lama tidak diatur dalam KUHP yang baru.
Pasal 106 KUHP lama
Tindak pidana yang menyebabkan sebagian daerah atau wilayah kekuasaan
Indonesia menjadi daerah kekuasaan Negara asing, Ancaman terhadap orang yang
melakukan tindak pidana ini sebelumnya telah diatur dalam pasal 106 KUHP lama,
kemudian diatur lagi dalam pasal 192 KUHP yang baru.
Pasal 107 KUHP lama
Tindakan pidana yang dilakukan dengan menurunkan pemerintah atau dengan
mengganti sistem pemerintah yang berdaulat ini diatur dalam pasal 107 KUHP lama,
sedang pada KUHP baru diatur dalam pasal 193. Perbedaan dalam kedua pasal ini adalah
dari sansksi yang diberikan kepada orang yang melakukan perbuatan ini. Pada KUHP
lama tindakan ini dihukum 15 tahun, pada KUHP baru 12 tahun. Sedang pada sanksi
untuk pemimpin yang melakukan tindak pidana ini adalah 20 tahun dalam KUHP lama
dana 15 tahun pada KUHP baru.
Pasal 108 KUHP lama
Mengenai tindakan pemberontakan bersenjata di wilayah kedaulatan Indonesia
yang dilakukan oleh sekelompok orang. Untuk tindak pidana ini diatur dalam pasal 108
KUHP lama yang kemudian diatur kembali pada pasal 194 KUHP baru. Menurut
R.Soesilo tindakan ini dilakukan karena ketidakpuasan terhadap kinerja yang dilakukan
pemerintah.
Pengadaan hubungan dengan organisasi atau Negara lain yang memiliki maksud untuk
menguasai Negara Indonesia, contohnya seperti Oraganisasi separatis yangada di papua.
Menurut KUHP lama tindakan ini dihukum sesuai dengan pasal-pasal yang mengatur tindakan
yang memiliki maksud menguasai atau membuat huru-hara Negara Indoneisa.Di KUHP baru
pengadaan hubungan ini dihukum 10 tahun penjara tidak lagi sesuai dengan pasal-pasal
sebelumnya, seperti yang ada di KUHP baru, dan tidak dihukum jika ingin melakukan perubahan
ketatanegaraan secara konstitusional.

Pasal 112 KUHP lama

17
Pasal yang memberikan sanksi kepada setiap orang yang menyampaikan surat,
kabar dan keterangan tentang pertahanan Negara, sedang keterangan itu harus
dirahasiakan. Pasal yang mengatur adalah pasal di pasal 197 KUHP baru. Maksud dari
pasal ini adalah orang yang melakukan tindak pidana ini adalah orang yang bukan
internal dari anggota pertahanan negara atau orang sipil biasa, sedang pada pasal 204
KUHP baru yang melakukan hal ini adalah orang yang berada di dalam suatu organisasi
pertahanan tersebut sehingga hukumannya lebih berat dibanding dengan pasal 197 KUHP
baru. Isi pasal 112 KUHP lama lebih tepat diatur dalam pasal 200 KUHP baru.
Perundingan yang dilakukan oleh setiap orang, jika dengan sengaja merugikan
Negara dapat dijatuhi hukuman. Pada KUHP lama tidak diatur perundingan itu
membicarakan tentang apa, akan tetapi di KUHP baru perundingan tersebut dilakukan
karena membahas tentang pertahanan Negara.
Pasal 123 KUHP lama
Pasal 123 KUHP lama memiliki kesamaan isi maupun sanksi dengan pasal 211
KUHP baru yang mana jika seseorang masuk pasukan militer Negara asing dengan
kemauannya sendiri dan dia mengetahui bahwa Negara tersebut akan berperang dengan
Negara Indonesia dihukum 15 tahun penjara.
Pasal 122 KUHP lama
Atauran ini lebih lanjut diatur pada pasal 199 dan 201 KUHP baru yang mana
tidak diperbolehkan yang bukan polisi atau TNI untuk mengikuti perang dan latihan
militer di luar negeri, serta pejabat yang mengajak pejabat untuk WNI bergabung dengan
tentara asing.
Jika seseorang melakukan tindak pidana melanggar aturan dalam menjaga kenetralan Negara
atau melanggar aturan khusus yang dibuat pemerintah dihukum 7 tahun penjara baik di pasal 200
KUHP baru dan di pasal 122 KUHP lama.
Pasal 111 KUHP lama
Pasal 203 KUHP baru yang memberikan sanksi kepada setiap orang yang
mengadakan hubungan dengan Negara asing atau organisasi asing dengan maksud
menggerakkan organisasi terseb ut untuk mengadakan perang dengan Indonesia dihukum
12 tahun penjara, jika perbuatan itu mengakibatkan perang tersebut terjadi dihukum 15
tahun penjara sedang di KUHP lama ditemukan di pasal 111 KUHP lama yang mana
perbuatan tersebut dihukum 15 tahun penjara jika meminta Negara asing untuk berperang
dengan Negara Indonesia , jika akibat dari perbuatan tersebut terjadi perang orang
tersebut dikenakan pidana mati, seumur hidup dan penjara 20 tahun.

Pasal 112 KUHP lama

18
Tindakan yang memberitahukan kepada Negara asing suatu surat, berita atau
keterangan pertahanan Negara Indonesia, sedang hal itu harus dirahasiakan. Pada pasal
112 KUHP lama dan pasal 204 KUHP baru yang dikenakan hukuman 7 tahun penjara.

Pasal 113 KUHP lama


Kejahatan yang memberikan kepada orang yang tidak behak mengetahui sebagian
atau seluruh surat, peta bumi rencana , gambar atau benda rahasia yang berhubungan
dengan pertahanan Indonesia. Tindak pidana ini sebelumnya diatur dalam pasal 113
KUHP lama dengan hukuman 4 tahun penjara, jika dilakukan atas jabatannya
hukumannya ditambah 1/3 dari hukuman 4 tahun. Dalam KUHP baru diatur dalam pasal
205 hukumannya 5 tahun penjara. Jika perbuatan ini dilakukan karena kelapaannya
dihukum 1 tahun 6 bulan yang sebelumnya diatur dalam pasal 104 KUHP lama yang
hukumannya kurungan 1 tahun. Pada pasal 206 KUHP baru memberikan hal yang diatur
dalam pasal 205 KUHP baru kepada orang yang tidak berwenang dihukum 2 tahun
penjara dan pasal 208 KUHP baru yang memberikan sesuatu yang diatur dalam pasal 205
KUHP baru adalah 4 tahun penjara.
Pasal 124 KUHP lama
Pasal 212 KUHP baru sama seperti pasal 124 lama. Pidana yang diberikan
terhadap perbuatan yang memberi pertolongan pada musuh atau merugikan Negara
dipenjara 15 tahun pada KUHP lama sedang di KUHP baru dihukum12 tahun,
Memberitahukan peta, rencana gambar atas gerakan dari tentara Indonesia kepada Negara
lain bekerja sebagai mata-mata Negara lain dihukum penjara 20 tahun pada KUHP lama
dan di revisi di KUHP baru menjadi 15 tahun.dan Mengkhianati Negara Indonesia untuk
kepentinganmusuh serta menyebabkan atau memudahkan huru-hara dihukum penjara 20
tahun pada KUHP baru dan pada KUHP lama dihukum mati, seumur hidup, dan 20 tahun
penjara.
Pasal 229 KUHP Lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai penyalahgunaan upacara yang teruntuk
bagi pangkat atau gelar, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai bagaimana
cara mengadukan delik untuk dalam pasal 226 yaitu dengan cara delik aduan.
Pasal 230 KUHP lama
Dalam KUHP lama pasal ini dicabut dan diganti dengan UU No.1 tahun 1946,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai alasan pengecualian seseorang tidak
dapat dipidana dengan pidana pasal 226
Pasal 231 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang merusak,
menghancurkan, atau menghilangkan barang sitaan yang sah, sedangkan dalam KUHP

19
baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang menodai bendera kebangsaan dari
negara sahabat.
Pasal 232 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang memecahkan,
membuang, atau merusak materai yang ada pada barang sitaan, sedangkan dalam KUHP
baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan pembubaran rapat
lembaga legislatif/badan pemerintahan dan memaksa sebuah keputusan dalam rapat baik
menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan
Pasal 233 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang sengaja
menghancurkan dan sebagainya barang yang digunakan untuk meyakinkan atau menjadi
bukti bagi kuasa yang berhak, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai
hukuman bagi orang yang menghalangi atau merintangi pimpinan atau angota lembaga
legislatif dan badan pemerintah untuk menghadiri rapat
Pasal 234 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang membuat
surat tidak sampai ke alamatnya, membuka atau merusakkan surat apapun yang telah
diserahkan ke kantor posa atau kantor kawat, sedangkan dalam KUHP baru membahas
mengenai hukuman bagi orang yang melakukan maksud menodai, menghina, atau
merendahkan kehormatan bendera negara.
Pasal 235 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
tindak pidana pada pasal 231-234 dengan tindakan tertentu dapat mendapat hukuman
tambahasan, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang
yang melakukan penyalahgunaan dalam menggunakan bendera negara.
Pasal 236 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman pembujukan terhadap anggota
tentara untuk melarikan diri waktu bekerja daalam waktu damai, sedangkan dalam KUHP
baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang menodai, menghina atau
merendahkan kehormatan lambang negara.
Pasal 237 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman pembujukan terhadap anggota
tentara untuk melakukan pemberontrakan dalam waktu bekerja dan dalam waktu damai,
sedang dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
penyalahgunaan dalam menggunakan lembaga negara.

20
Pasal 238 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang mengajak
orang lain masuk menjadi anggota tentara negri asing tanpa izin preiden, dalam KUHP
baru membahas menngenai hukuman bagi orang yang menodai, menghina dan
merendahkan kehormatan lagu kebangsaaan.

Pasal 239 KUHP lama


Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang mengajak
orang lain kerja atau memperlihatkan pertunjukan tentang kehidupan rakyat di luar negri
tanpa izin dari presiden, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman
bagi orang yang melakukan pengalahgunaan dalam menbggunakan lagu kebangsaan
Pasal 240 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang sengaja
membuat tidak cakap untuk tentara melakukuan dinas yang diwajibkan, sedangkan dalam
KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan penghinaan
terhadap pemerintah atau lembaga negara di muka umum secara lisan maupun tulisan
Pasal 241 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang membawa
hewan dengan surat pengantar (pas) yang bukan untuk hewan yang dibawa, sedangkan
dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
penghinaan terhadap pemerintah atau lembaga negara di media massa yang bisa dilihat
dan didengar secara umum oleh semua orang
Pasal 242 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang memberikan keterangan
palsu, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang menyatakan
perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap suatu golongan atau kelompok
penduduk Indonesia
Pasal 243 KUHP lama
Dalam KUHP lama pasal ini ditiadakan berdasarkan Stbl. 1931 No.240,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
penghinaan terhadap suatu golongan atau kelompok penduduk Indonesia di media massa
yang bisa dilihat dan didengar secara umum oleh semua orang.
Pasal 244 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan pemalsuan mata
uang dan uang kertas dengan tujuan untuk diedarkan, sedangkan dalam KUHP baru membahas

21
mengenai hukuman bagi setiap orang yang melakukan diskriminsasi ras dan etnis sehingga
kehilangan kebebasan dasar salam suatu kesetaraan di semua bidang kehidupan
Pasal 245 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang menjalankan
aktifitas pengedaran mata uang negara yang palsu, sedangkan dalam KUHP baru
membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan tindakan tindakan yang diatur
dengan latar belakang berdasaran diskriminasi
Pasal 246 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang mengurangi
nilai atau harga mata uang untuk diedarkan, sedangkan dalam KUHP baru membahas
mengenai orang yang melakukan penghasutan kepada orang lain untuk melakukan tindak
pidana dan melawan penguasa umum dengan kekerasan.
Pasal 247 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang menjalani
tindakan mengurangi nilai atau harga dari suatu mata uang negara, sedangkan dalam
KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang memberikan informasi
penghasutan melalui media massa sehingga mampu dilihat dan didengar secara umum
oleh orang lain.
Pasal 248 KUHP lama
Dalam KUHP lama pasal ini dihapuskan berdasarkan stbl. 1938 No. 593, sedangkan dalam
KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang menggerakkan orang lain untuk
melakukan tindak pidana namun tindak pidana tersebut atau percobaann tindak pidana tersebut
tidak terjadi.
Pasal 249 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang menerima uang palsu tanpa
sepengetahuannya saat menerima dan kemudian sesudah mengetahui bahwa uang tersebut palsu
akan tetapi tetap mengedarkannya, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman
bagi orang yang menawarkan dirinya secara sukarela untuk melakukan tindak pidana
Pasal 250 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang menyediakan peralatan
ataupun perkakas untuk melakukan tindak pemalsuan uang secara sengaja dan
sepengetahuannya, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang
yang yang menawarkan dirinya untuk turut melakukan tindak pidana secara sukarela di media
massa sehingga mampu dilihat dan didengar oleh orang lain
Pasal 250 bis KUHP lama

22
Dalam KUHP lama membahas mengenai perampasan uang palsu yang diedarkan, sedangkan
dalam KUHP baru pasal ini tidak ada
Pasal 251 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang menyediakan
dan memasukkan keping keping dan papan papan dari perak yang berpotensi menyerupai
mata uang, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang
memberikan obat atau meminta seorang yang mengandung mengkonsumsi obat itu
dengan tujuan menggugurkan kandungannya

Pasal 252 KUHP lama


Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
tindak pidana pada pasal 244-247 maka dapat dijatuhkan hukuman pencabutan hak,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang
menawarkan menyakiti orang lain menggunakan kekuatan gaib
Pasal 253 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
pemalsuan terhadap materai yang dikeluarkan oleh pemerintah Negara Indonesia,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang
mengetahui adanya pemufakatan jahat namun tidak melaporkannya.
Pasal 254 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang menaruhkan
materai kenegaraan palsu dan merk palsu pada suatu barang dengan tujuan menggunakan
barang tersebut seolah olah merk dan materainya asli, sedangkan dalam KUHP baru
membahas mengenai hukuman bagi orang yang mengetahui adanya orang yang
berencana melakukan tindak pidana namun tidak melaporkannya kepada pejabat yang
berwenang
Pasal 255 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang memalsukan
merek tera negara Indonesia yang palsu dan menaruhkannya pada barang yang wajib di
tera dengan maksud menggunakan atau menyuruh orang lain untuk menggunakan barang
itu, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai pengecualian terhadap pasal 253
dan pasal 254
Pasal 256 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang memalsukan
merek (selain yang terdapat pada pasal 254 dan 256) dengan tujuan akan menggunakan
atau menyuruh orang lain untuk menggunakan barang tersebut, sedangkan dalam KUHP

23
baru membahas mengani hukuman bagi orang yang melakukan pawai atau demonstarasi
tanpa memberi pemberitahuan terlebih dahulu dan menyebabkan terganggunya
kepentingan umum
Pasal 257 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang dengan
sengaja melakukan pengedaran materai palsu dan merek palsu, sedangkan dalam KUHP
baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang dengan melawan hukum memasuki
rumah dan perkarangan orang lain
Pasal 258 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang memalsukan
ukuran dan takaran timbangan atau alat alat timbangan, sedangkan dalam KUHP baru
membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan penyadapan informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik yang bersifat tidak publik.
Pasal 259 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang
menghilangkan tanda batal dari barang yang telah di tera, sedangkan dalam KUHP baru
membahas mengenai hukuman bagi orang yang menggunakan tipu muslihat merekam
gambar orang lain dalam suatu ruangan yang tidak terbuka dan menyiarkan atau
menyebar luaskan hal tersebut.
Pasal 260 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang
menghilangkan merek pada materai yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia dan
telah dipakai sehingga tidak berlaku lagi materai tersebut, sedangkan dalam KUHP baru
membahas mengenai hukuman bagi orang yang memaksa secara melawan hukum untuk
masuk kedalam kantor pemerintah yang melayani kepentingan umum
Pasal 261
Dalam KUHP lama membasah mengenai hukuman bagi orang yang menyediakan
bahan bahan atau perkakas untuk melakukan pemalsuan materai dan merk, sedangkan
dalam KUHP lama membasah mengenai hukuman bagi orang yang dengan secara
sukarela menggabungkan dirinya ke organisasi yang bertujuan melakukan tindak pidana
atau ke organisasi yang dilarang.
Pasal 262
Dalam KUHP lama membahas mengenai adanya hukuman tambahan untuk tindak
pidana pada pasal 253-260 bis yaitu hukuman pencabutan hak, sedangkan dalam KUHP
baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang terang terangan di muka umum
melakukan tindak kekerasan terhadap barang ataupun orang lain

24
Pasal 263
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang membuat
surat palsu yang mana surat itu punya kekuatan untuk menimbulkan suatu hak,
sedangkan dalam KUHP baru membahasa mengenai hukuman bagi orang yang
menyebarkan berita bohong
Pasal 264
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
pemalsuan dan membahas jenis surat apa saja yang diatur dan hal hal apa yang termasuk
kedalam pasal ini, sedangkan dalam pasal 264 KUHP baru membahas mengenai
hukuman bagi orang yang menyebarkan berita tidak selesai, berlebihan yang
menimbulkan kerusuhan atas berita itu

Pasal 265 KUHP lama


Dalam KUHP lama pasal ini dihapus berdasarkan Stlb. 1926 No 259 jo 429,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
tindakan sehingga menjadi gangguann terhadap ketentraman lingkungan dan rapat umum
Pasal 266 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang memberikan
keterangan palsu pada akta otentik tentang suatu kejadian, sedangakan dalam KUHP baru
membahas mengenai hukuman bagi orang yang membuat kekacuan yang mengakibatkan
rapat umum terganggu
Pasal 267 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi seorang tabib (dokter)
yang memberikan suatu keterangan palsu tentang adanya suatu penyakit atau tidak
adanya suatu penyakit, sedangkan dalam KUHP baru membahas menganai hukuman bagi
orang yang menggunakan kekeran atau ancaman kekerasan untuk merintangi atau
membubarkan suatu rapat umum yang sah
Pasal 268 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengani hukuman bagi orang yang memalsukan
surat keterangan dokter tentang adanya suatu penyakit atau tidak adanya suatu penyakit,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
gangguan terhadap proses pemakaman dan jenazah
Pasal 269 KUHP lama

25
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang membuat surat keterangan
palsu mengenai kelakuan baik,kecakapan,kemiskinan dal hal hal yang disebutkan dalam pasal
ini, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
pengrusakan atau pengahancuran makan secara melawan hukum
Pasal 270 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang membuat
surat keterangan palsu perjalanan, surat keselamata, surat perintah jalan dan surat surat
lain yang diberikan menurut peraturan undang undang, sedangkan dalam KUHP baru
membahas mengenai hukuman bagi orang yang dengan sengaja menyembunyikan,
menghilangkan jenazah dengan tujuan menyembuknyikan kematian atau kelahirannya
Pasal 271 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang memalsukan
surat pengantar membawa kerbau dan sapi, sedangkan dalam KUHP baru membahas
mengenai hukuman bagi orang yang secara melawan hukum membongkar atau menggali
makan dan melakukan tindakan secara melawan hukum terhadap jenazahnya.
Pasal 272 KUHP lama
Dalam KUHP lama pasal ini dihapuskan berdasarkan Stlb. 1926 No 359 jo 429,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang
memalsukan atau membuat ijazah palsu atau sertifikat kompetensi dan dokumen yang
menyertainya
Pasal 273 KUHP lama
Dalam KUHP lama pasal ini dihapuskan berdasarkan Stlb. 1926 No. 259 jo 429,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
meminjamkan uang atau barang dalam bentuk gadai tanpa ada perizinan
Pasal 274 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang memalsukan
surat keterangan pegawai negri yang menjalankan kekuasaan yang sah tentang hak milik
atau sesuatu hak lain atas sesuatu barang, sedangkan dalam KUHP baru membahas
mengenai hukuman bagi orang yang mengadakan pesta atau keramain untuk umum di
jalan umum atau di tempat umum tanpa adanya perizinan
Pasal 275 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang menyediakan
bahan bahan atau perkakas yang mana digunakan untuk melakukan tindak pidana pada
pasal 264 no 2-5, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi
orang yang melakukan pekerjaan yang tidak memiliki izin atau melampau
kewenangannya

26
Pasal 276 KUHP lama
Dalam KUHP lama mebahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
tindak pidana pada pasal 263-268 dapat dijatuhkan sanksi berupa pencabutan hak,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yangg memberi
atau menerima suatu barang dari narapidana
Pasal 277 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang dengan
sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan asal usu kelahiran seseorang menjadi
tidak tentu, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang
berjalan atau berkendara di atas tanah pembenihan atau penanaman milik orang lain yang
sudah diberi larangan masuk secara jelas
Pasal 278 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang mengakui seorang anak
sebagai anaknya sendiri sedangkan diketahuinya bahwa dia bukan ayah dari anak tersebut,
sedangkan dalam KUHP baru membahan mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
penyesatan dalam proses peradilan

Pasal 279 KUHP lama


Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
perkawinan sedangkan perkawinan sebelumnya belum dilepaskan dan menyembunyikan
kepada pihak lain, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi
orang yang membuat gadung, menggaunggu di ruang peradilan atau di dekat ruang
peradilan dan yang merintangi jalannya peradilan
Pasal 280 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang ingin
melakukan perkawinan akan tetapi menyembunyikan perkawinan sebelumnya kepada
pihak lain, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang
tidak mematuhi, tidak bersikap hormat, menyerang integritas selama persidangan
berlangsung serta mempublikasikan proses persidangan secara langsung
Pasal 281 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang merusak
kesopanan di muka umum dengan kemauannya sendiri, sedangkan dalam KUHP baru
membahas mengenai hukuman bagi orang yang menghalang halangi, mengintimidasi,
atau memperngaruhi pejabat dalam proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaaan di
sidang pengadilan
Pasal 282 KUHP lama

27
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang
menyebarluaskan suatu gambar atau barang yangg melanggar perasaaan kesopanan di
media massa sehingga bisa di lihat dan di dengarkan secara umum oleh banyak orang,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang
menyembunyikan orang yang melakukan tindak pidana
Pasal 283 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang sengaja
memperlihatkan ataupun mendengarkan ke orang yang dianggap belum dewasa atau
dibawah 17 tahun hal hal atau media yang melanggar norma kesopanan, sedangkan
dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang
mencegah,menghalangi,dan menggagalkan proses pemeriksaan jenazah demi
kepentingan peradilan
Pasal 284 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang sudah
menikah melakukan perzinaan, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai
hukuman bagi orang yanng melepaskan atau memberi pertolongan kepada tahanan saat
meloloskan diri dari penahanan

Pasal 285 KUHP lama


Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
tindak pemerkosaan, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi
orang yang tidak memenuhi panggilan kewajiban saat dimintai untuk menjadi seorang
saksi
Pasal 286 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
persetubuhan dengan perempuan yang dalam keadaan pingsan ataupun tidak berdaya,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang tidak hadir
setelah dipanggil secara sah untuk memberikan keterangan, atau tidak mau memberikan
keterangan, atau memberikan keterangan palsu padahal orang tersebut telah dinyatakan
pailit atau dalam keadaan tidak mampu membayar hutang
Pasal 287 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang bersetebuh
dengan perempuan yang umurnya dibawah 15 tahun dan bukan merupakan istrinya,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang tidak
mematuhi perintah pejabat yang berwenang dalam proses peradilan untuk menyerahkan
surat yang dianggap palsu atau dipalsukan

28
Pasal 288 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
bersetubuh melalui ikatan pernikahan dengan perempuan dibawah umur dan
mengakibatkan badan dari perempuan tersebut terluka, sedangkan dalam KUHP baru
membahas mengenai hukuman bagi orang yang tidak memenuhi panggilan pengadilan
untuk didengar sebagai keluarga atau wali dan tanpa alasan yang sah serta tidak meminta
orang lain untuk menghadap sebagai wakilnya
Pasal 289 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
tindakan pencabulan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, sedangkan dalam KUHP
baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan tindakan menarik atau
menyembunyikan barang sitaan atau titipan serta melakukan tindakan merusak atau
menghancurkan sehingga barang tersebut tidak dipakai lagi.
Pasal 290 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
tindakan pencabulan dengan orang dalam keadaan tidak sadar dan dengan anak yang
masih dibawah umur, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi
orang yang memakai barang sitaan tidak untuk kepentingan proses peradilan.

Pasal 291 KUHP lama


Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman jika perbuatan pada pasal 286
sampai 290 menyebabkan luka berat pada tubuh atau menyebabkan meninggal dunia,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang
memberikan keterangan palsu di atas sumpah pada peradilan.
Pasal 292 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang dewasa yang
melakukan tindakan cabul dengan sesama jenis, sedangkan dalam KUHP baru membahas
mengenai hukuman bagi orang yang menyebutkan identitas pelapor, saksi atau korban
atau hal lain yang padahal telah diberitahukan bahwa identitas tersebut harus di
rahasiakan.
Pasal 293 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang memberikan
hadiah atau perjanjian akan memberi uang atau barang untuk melakukan perbuatan cabul,
sedangkan dalam KUHP baru membahass mengenai hukuman bagi orang yang
melakukan perusakan gedung pengadilan, ruang sidang pengadilan, atau alat
perlengkapann sidang pengadilan.

29
Pasal 294 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
tindakan cabul kepada anak yang belum dewasakan dan dititipkan kepadanya, sedangkan
dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan kekerasan
terhadap saksi dan aparat penegak hukum atau petugas pengadilan.
Pasal 295 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
tindakan yang menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul yang dilakukan oleh
orang yang belum dianggap dewasa, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai
hukuman bagi orang yang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan atau cara lain
kepada saksi atai korban sehingga tidak dapat memberikan keterangan dalam proses
peradilan.
Pasal 296 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
pekerjaan untuk memudahkan perbuatan cabul sebagai mata pencahariannya, sedangkan
dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang menghalangi saksi,
korban dan keluarganya yang mengakibatkan tidak memperolah perlindungan atau
haknya
Pasal 297 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang
memperniagakan perempuan dan laki laki yang belum dewasa, sedangkan dalam KUHP
baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang menyebabkan saksi, korban,
dana/atau keluarganya sehingga mereka kehilangan pekerjaan akibat memberikan
kesaksian yang benar.
Pasal 298 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman tambahan berupa pencabutan
hak dan pemecatan pekerjaan, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai
hukuman bagi pejabat yang tidak memenuhi hak saksi dan/atau korban.
Pasal 299 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
perbuatan sehingga dapat menggugurkan kandungan seorang perempuan, sedangkan
dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang memberitahukan
keberadaan saksi dan/atau korban yang sedang dilindungi di suatu tempat.
Pasal 300 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang menjual atau
menyuruh orang lain untuk meminum minuman yang memabukkan dengan kekerasan

30
atau ancaman kekerasan dan terhadap anak dibawah umur, sedangakan dalam KUHP
baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan perbuatan menyatakan
kebencian serta menghasut untuk melakukan permusuhan, kekerasan, atau diskriminasi
terhadap SARA
Pasal 301 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang menyerahkan
anak dibawah dari 12 tahun dalam pengawasannya yah sah untuk tinggal dengan orang
lain padahal dia tau anak tersebut digunakan untuk melakukan pekerjaan mengemis dsb,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang
melakukann untuk menghasut, melakukan ujaran kebencian melalui suatu media
sehingga dapat diakses oleh publik serta dapat di lihat secara umum
Pasal 302 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
penganiyaan terhadap binatang, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai
hukuman bagi orang yang menghasut atau dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
terhadap seseorang agar seseorang menjadi tidak beragama.
Pasal 303 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang dengan
sengaja memberikan akses main judi kepada masyarakat umum, sedangkan dalam KUHP
baru membahas mengenai orang yang melakukan kerusuhan di dekat rumah ibadah dan
terhadap orang yang sedang beribadah dengan menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan.
Pasal 304 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang membiarkan orang
dalam keadaan sengsara padahal dia memiliki kewajiban untuk memberinya kehidupan,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
penghinaan terhadap orang yang sedang melakukan ibadah atau yang memimpin
penyelenggaraan ibadah.
Pasal 305 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang menelantarkan anak
dibawah 7 tahun dengan maksud agar dipungut oleh orang lain, sedangkan dalam KUHP baru
membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan perusakan bangunan tempat
beribadah atau benda yang dipakai untuk beribadah.
Pasal 306 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
tindakan pada pasal 304 dan 305 dan menyebabkan luka berat bagi korban, sedangkan
dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang memasukkan atau

31
mengeluarkan senjata api, amunisi, bahan peledak, gas air mata, atau peluru karet tanpa
memiliki hak
Pasal 307 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
tindakan pada pasal 305 dan 306 adalah seorang bapa atau ibunya, sedangkan dalam
KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang memasukkan atau
mengeluarkan senjata pemukul,penikam, atau penusuk dan tanpa memiliki hak
Pasal 308 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi seorang ibu yang
meletakkan anaknya yang baru lahir disuatu tempat agar dipungut oleh orang lain,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang
mengakibatkan kebakaran, ledakan, atau banjir sehingga membahayakan keamanan
umum
Pasal 309 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
tindakan dalam pasal 304-308 dapat dijatuhkan hukuman pencabutan hak, sedangkan
dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
pemufakatan jahat dan persiapan melakukan tindak pidana pada pasal 308.
Pasal 310 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
tidakan merusak kehoramatan atau nama baik seseorang, sedangkan dalam KUHP baru
membahas mengenai hukuman bagi orang yang merusak, mengahancurkan atau membuat
bangunan untuk menahan air atau untuk menyalurkan air yang mengakibatkan bencana
banjir
Pasal 311 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
kejahatan menista atau menista dengan tukisan di hukum karena salah memfitnah,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang karena
kealpaannya menyebabkan terjadinya kebakaran, ledakan, atau banjir yang menyebabkan
bahaya umum.
Pasal 312 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai untuk membuktikan kebenaran tuduhan,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang menyababkan
perkakas atau alat pemadam kebakaran dengan cara apapun yang dapat merintangi atau
menghalangi pekerjaan memadamkan kebakaran
Pasal 313 KUHP lama

32
Dalam KUHP lama membahas mengenai bahwa tindakan yang berasarkan pada
pengaduan dan tidak dilakukannya pengaduan maka tidak diizinkan seperti yang tertera
pada pasal 312, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang
yang menyembunyikan atau membuat alat alat untuk menanggulangi banjir tidak bisa
digunakan.
Pasal 314 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai tidak bisa dijatuhkannya hukuman
karena memfitnah jika keputusan hakim yang sudah tetap dikeluarkan, sedangkan dalam
KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang membakar benda milik
sendiri tanpa izin dari pejabat dan membahayakan umum
Pasal 315 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
penghinaan ringan, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi
orang yang tanpa alasan menghidupkan api atau menembakan senjata api di tempat
umum yang mengakibatkan bahaya kebakaran serta hukuman bagi orang yang
melepaskan balon udara yang di gantungi bahan yang sedang terbakar
Pasal 316 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman jika penghinaan dilakukan
terhadap seorang pegawai negri yang sedang menjalankan pekerjaannya yang sah,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang mabuk dan
mengganggu ketertiban umum serta membahayakan umum
Pasal 317 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang mengadu
orang lain dengan cara memfitnah, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai
hukuman bagi orang yang mengganggu ketertiban orang lain di jalan umum
Pasal 318 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
suatu perbuatan seoalah orang lain melakukan perbuatan tersebut dihukum dengan
tuduhan memfitnah, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi
orang yang membuat obat untuk bahan peledak, penggalak, atau mata peluru untuk
senjata api tanpa izin dari pejabat yang berwenang.
Pasal 319 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai bahwa penghinaan hanya dapat dituntut
melalui pengaduan orang yang menderita kejahatan itu kecuali dalam hal pasal 316,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang secara
melwan hukum merusak,menghancurkan atau membuat suatu bangunan listrik tidak
berfungsi

33
Pasal 320 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas menganai hukuman bagi orang yang menista
orang yang sudah meninggal, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang dengan
kealpaannya merusak,menghancurkan atau membuat suatu bangunan listrik tidak
berfungsi
Pasal 321 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang menyebarkan
penisataannya terhadap orang yang sudah meninggal sehingga bisa diakses oleh publik,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang secara
melwan hukum merusak,menghancurkan atau membuat suatu bangunan lalu lintas umum
tidak dapat berfungsi dengan baik
Pasal 322 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang dengan
sengaja membuka suatu rahasia yang didapatkan melalui pekerjaan atau jabatannya baik
yang dulu maupun yang sekarang, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai
hukuman bagi orang yang karena kealpaannya hukum merusak,menghancurkan atau
membuat suatu bangunan lalu lintas umum tidak dapat berfungsi dengan baik
Pasal 323 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang membuka
suatu hal yang istimewa dari sebuah perusahaan perniagaan, kerjinan atau pertanian yang
dirahasiakan baik waktu dia bekerja maupun saat dulu dia bekerja, sedangkan dalam
KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan tindakan secara
sengaja yang mengakibatkan bahaya bagi lalu lintas umum kereta api
Pasal 324 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang
memperniagakan budak, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman
bagi orang yang karena kealpaannya melakukan tindakan yang mengakibatkan bahaya
bagi lalu lintas umum kereta api

Pasal 325 KUHP lama


Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi seorang nahkoda yang
mengemudikan kapal yang digunakan untuk melakukan perniagaan budak, sedangkan
dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang secara melawan
hukum menganggu rambu keselamatan pelayaran sehingga dapat membahayakan

34
Pasal 326 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi seorang anak kapal
dalam sebuah kapal yang digunakan untuk melakukan perniagaan budak, sedangkan
dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang karena kealpaannya
menganggu rambu keselamatan pelayaran sehingga dapat membahayakan
Pasal 327 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang menyewakan
kapal atau yang menanggung asuransi sebuah kapal yang digunakan untuk melakukan
perniagaan budak, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi
orang yang secara melawan hukum merusak gedung sehingga tidak dapat dipakai suatu
gedung tersebut
Pasal 328 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melarikan orang lain
dengan tujuan untuk melawan hak orang tersebut, sedangkan dalam KUHP baru membahas
mengenai hukuman bagi orang yang karena kealpaannya merusak gedung sehingga tidak dapat
dipakai suatu gedung tersebut
Pasal 329 KUHP lama
Dalan KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang membawa
orang lain tidak sesuai janjinya, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai
hukuman bagi orang yang secara melawan hukum mendamparkan,merusak,
mengennggelamkan kapal, sehingga kapal tersebut tidak berfungsi lagi
Pasal 330 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang membawa
lari orang yang belum dewasa dari kuasanya, sedangkan dalam KUHP baru membahas
mengenai hukuman bagi orang yang karena kealpaannya mendamparkan, merusak,
mengennggelamkan kapal, sehingga kapal tersebut tidak berfungsi lagi.
Pasal 331 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang menyembunyikan
orang yang belum dewasa yang mencabut atau dicabut dirinya dari kuasa sahnya, sedangkan
dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan kenakalan
terhadap orang atau barang sehingga menimbulkan bahaya,vkerugian atau kerusuhan.

Pasal 332 KUHP lama


Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melarikan
perempuan, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang

35
mengakses komputer dan/atau sistem elektronik milik orang lain secara melawan hukum dan
tanpa hak
Pasal 333 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan
penahanan terhadap orang lain atau meneruskan tahanan tersebut dengan melawan hak,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang
mengakases komputer atau sistem elektronik untuk mengganggu informasi pertahanan
nasional atau hubungan internasional
Pasal 334 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang
mengakibatkan orang lain ditahan karena salahnya, sedangkan dalam KUHP baru
membahas mengenai hukuman bagi orang yang mengakses komputer atau sistem
elektronik untuk mengganggu infomasi keuangan dari bank sentral
Pasal 335 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memerintah orang lain melakukan sesuatu,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang mengakses
komputer atau sistem elektronik untuk mendapatkan informasi milik pemerintah yang
statusnya harus dirahasiakan.
Pasal 336 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang mengancam
dengan kekerasan untuk memaksa untuk perbuatan melanggar kesopanan, suatu
kejahatan terhadap jiwa orang lain serta penganiayaan dan pembakaran, sedangkan dalam
KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang mengusik hewan shingga
membahayakan orang lain
Pasal 337 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai adanya hukuman pencabutan hak jika
melakukan tindak pidana pada pasal 324-333 serta ayat ke-2 pasal 336, sedangkan dalam
KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan penganiayaan
terhadap hewan
Pasal 338 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuam untuk tindak pembunuhan,
sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi orang yang
memanfaatkan hewan melampaui batas kodaratnya sehingga merusak kesehatannya

Pasal 339 KUHP lama


36
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi orang yang menyiapkan dan
memudahkan untuk melakukan tindakan pembunuhan, sedangkan dalam KUHP baru membahas
mengenai tindak pidana kecerobahan yang membahayakan umum
Pasal 340 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman untuk tindak pembunuhan
yang direncanakan, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi
orang yang melakukan memasang perangkap jerat atau perkakas lain untuk menangkap
atau membunuh suatu hewan
Pasal 341 KUHP lama
Dalam KUHP lama membahas mengenai hukuman bagi ibu yang menghilangkan nyawa seorang
anaknya yang baru lahir, sedangkan dalam KUHP baru membahas mengenai hukuman bagi
orang yang membiarkan anak tanpa penjagaan.

BUKU III

37
Pasal 406 ayat (1) KUHP Lama

Perubahan mengenai perusakan dan penghancuran barang. Yaitu perubahan yang


ditemukan adalah penghapusan ketentuan barang-barang spesifik dapat dirusak yang ada
pada KUHP Lama seperi telegaf, telepon atau listrik. Sementara dalam KUHP baru
perumusan dilakukan secara lebih umum yakni barang dan gedung. Dengan pembaharuan
ini maka seterusnya tidak diperlukan perubahan atas KUHP apabila ada sebuah
perkembangan teknologi ataupun barang yang merupakan invensi baru manusia. Dengan
demikian semua yang memiliki cakupan sebagai ‘barang’ dan ‘gedung’ jika dirusak dan
merugikan pemiliknya maka dapat dikenakan ketentuan pidana.

Pasal 422 KUHP Lama

Perubahan mengenai ketentuan tindak pidana dalam jabatan. Yaitu dimana jika
melihat pada ketentuan yang ada bahwa perbedaannya ada dalam frasa ‘dirampas
kemerdakaannya’ yang diubah menjadi ‘orang yang ditahan’. Perihal perubahan ini
menurut penulis adalah sudah sepantasnya untuk diubah dikarenakan KUHP sekarang
memiliki filosofi pemidanaan bukan untuk sebagai pembalasan dendam melainkan
pengayoman masyarakat yang bertindak diluar keberadaan hukum. Oleh karena itu,
sebuah penahanan tidak seharusnya untuk terus dikatakan sebagai perampasan
kemerdekaan seseorang.

Pasal 439 KUHP Lama

Perubahan mengenai pembajakan dan kekerasan terhadap dan di atas kapal.


Dimana berdasarkan perubahan yang diberikan adanya penambahan dalam unsur yang
ada mengenai wilayah yurisdiksi dan adanya kentuan dengan maksud untuk menguasai
atau memiliki kapal atau barang. Dimana perubahan ini sama dengan perubahan-
perubahan yang memperinci pada pasal-pasal sebelumnya diadakan untuk
menghilangkan kekaburan norma yang ada pada sebelumnya. Oleh karena itu, perubahan
atas pasal ini sudahlah tepat. Selain itu, pasal pasal lain yakni Pasal 542 sampai dengan
Pasal 548 memiliki ketentuan yang sama dengan apa yang sebelumnya diatur dalam
KUHP Lama.

Pasal 568 KUHP Lama

38
Perubahan mengenai acuan sumber hukum yang ada pada setiap ketentuan.
Dimana pada pengaturan dalam KUHP Lama mengacu pada ketentuan yang ada pada
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Sedangkan, dalam KUHP Baru
mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangna atau kewenangan yang dimiliki
oleh seseorang yang berhubungan dengan peraturan perundang-undangan lain. Dengan
demikian, perubahan ini adalah sesuatu yang memberikan perluasan atas acuan sumber
hukum dan sudah lebih baik diatur demikian. Karena jika hanya mengacu secara limitatif
kepada KUHD, maka tidak dapat menerapkan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan lain.

Pasal 598 - 619 KUHP Baru yang Tidak terdapat dalam KUHP Lama

Perubahan yang terdapat pada KUHP Baru namun tidak ada dalam KUHP Lama adalah
mengenai Tindak Pidana Khusus pada BAB XXXV. Meskipun KUHP baru adalah suatu bentuk
kodifikasi yang menyatukan kembali ketentuan pidana yang berada diluar KUHP (Pidana
Khusus) kedalam suatu KUHP. Namun, tidak semua rumusan delik yang memiliki ketentuan
pidana dapat disatukan dalam KUHP, karena jumlahnya yang banyak. Sebagai contoh adalah
Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, tidak semua delik korupsi dapat dimasukan kedalam
KUHP baru. Bahwa nyatanya 30 jenis perbuatan tindak pidana korupsi yang telah diatur dalam
Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi. Akan tetapi, yang menjadi sebuah perbuatan/pidana
pokok dari ke-30 jenis itu ada 7 (tujuh) jenis perbuatan dan itulah yang dimasukan kedalam
KUHP baru. Eddy Hiariej menyatakan bahwa asas Lex Specialis dan Lex Generalis akan tetap
berlaku, dimana dalam tindak pidana korupsi 7 (tujuh) perbuatan inti yang dimasukan kedalam
KUHP adalah yang Lex Generalis.

Pasal 598 - 599 KUHP Baru : Tindak Pidana Berat terhadap Hak Asasi Manusia

Dalam KUHP baru, pasal 598 dan pasal 599 sendiri cukup jelas membahas mengenai tindak
pidana berat terhadap hak asasi manusia (HAM). Kedua pasal ini sendiri diadopsi dari Pasal 8
dan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Sebelumnya, pada KUHP lama, tindak pidana terhadap HAM diatur di UU No 26 Tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Penambahan Pasal 598 dan 599 dianggap kurang tepat
39
diakibatkan mengurangi kekhususan pada kasus pelanggaran HAM berat dan penghambatan
penuntasan kasus yang terkait.

Pasal 600 - 602 KUHP Baru : Tindak Pidana Terorisme

Dalam pasal 600, 601, 602 mengatur mengenai tindak pidana akan terorisme. Ketiga pasal ini
berasal dari:

 Pasal 6 dan Pasal 7 UU No. 15/2003 ttg Penetapan Perppu No. 1/2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 5/2018
 Pasal 22 Pasal UU No. 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pendanaan Terorisme

Terdapat kekurangan dalam pasal 600, 601, dan 602 pada KUHP baru dengan penggunaan frasa
‘setiap orang’ yang melakukan tindakan akan dihukum, dimana hal ini terlalu menyasar kepada
pelaku lapangan. Hal ini dinilai jauh berbeda dengan prinsip hukum internasional yang
menggunakan frasa ‘setiap tindakan’. Apabila menggunakan frasa ‘setiap orang’, tentu tidak ada
perbedaan yang mendasari antara tindak pelanggaran pidana khusus dan tindak pelanggaran
pidana biasa.

Pasal 603 - 606 KUHP Baru : Tindak Pidana Korupsi

Pasal 603, 604, 605, dan 606 membahas mengenai tindak pidana akan korupsi. Dalam bagian
ketiga ini, 4 pasal yang terdapat di dalamnya diadopsi dari Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5, Pasal 11, dan
Pasal 13 UU No. 31/1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No.20/2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pasal 603 dan Pasal 604 dinilai cukup bermasalah karena
pasal ini dapat menjadi batu sandungan bagi KPK dalam melakukan penyelidikan. Pasal 603
KUHP meringankan jumlah hukuman bagi koruptor. Ancaman minimal pidana penjara yang
semula 4 tahun menjadi 2 tahun dan minimal denda yang sebelumnnya Rp 200 juta menjadi Rp
10 juta. Pasal 604 KUHP yang berisikan penambahan lama penahanan dari 1 tahun pidana
penjara menjadi minimal 2 tahun tak sepadan dengan subjek yang diatur dalam pasal tersebut,
yaitu pejabat publik atau penyelenggara negara. Rendahnya ancaman pidana bagi pelaku korupsi
dalam KUHP baru membuat agenda pemberantasan korupsi semakin mengenaskan.

40
Pasal 607 - 608 KUHP Baru : Tindak Pidana Pencucian Uang

Pasal 607 dan Pasal 608 KUHP diadopsi dari Pasal 2 s.d. Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Mayoritas
pasal yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi atau pencucian uang, hukuman pokok berupa
pidana badan dan denda dikurangi. Pasal 607 KUHP yang merupakan bentuk baru dari Pasal 2
ayat (1) UU Tipikor. Aturan ini ternyata memuat penurunan pidana badan dari 4 tahun, menjadi 2
tahun penjara. Tidak cukup itu, denda minimalnya pun serupa, turun dari Rp 200 juta menjadi
hanya Rp 10 juta. Pada bagian penjelasan Pasal 607 RKUHP disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan “merugikan keuangan negara” adalah berdasarkan hasil pemeriksaan lembaga negara
audit keuangan. Merujuk pada definisi itu, maka menurut pembentuk UU, pihak yang berwenang
menghitung kerugian keuangan negara hanya Badan Pemeriksa Keuangan. Jelas pembatasan
aspek tersebut bertentangan dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 31/PUU-X/2012.
Dalam pertimbangannya, MK telah menegaskan bahwa aparat penegak hukum bukan hanya
dapat berkoordinasi dengan BPKP dan BPK saat menghitung kerugian keuangan negara,
melainkan juga dengan instansi lain, bahkan juga bisa membuktikan sendiri di luar temuan
lembaga negara tersebut. Dengan dasar putusan ini, menjadi jelas jika dikatakan RKUHP
bertentangan dengan putusan MK.

Kedua, Pasal 608 KUHP yang merupakan bentuk baru dari Pasal 3 UU Tipikor.
Sekalipun pidana badan mengalami kenaikan dari 1 tahun menjadi 2 tahun penjara,
namun tidak sebanding dengan subjek hukum pelaku, yakni pejabat publik. Ini sekaligus
upaya menyamakan hukuman antara masyarakat dengan seorang yang memiliki jabatan
publik tertentu.

Pasal 609 - 611 KUHP Baru : Tindak Pidana Narkotika

Pada KUHP baru, Pasal 609, Pasal 610, dan Pasal 611 termasuk ke dalam bagian kelima yakni
tindak pidana narkotika. Ketiga pasal ini sendiri diadopsi dari Pasal 111 s.d. Pasal 126 Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Penggolongan beserta jumlah narkotika
sendiri sudah cukup jelas didasarkan pada Undang-Undang yang mengatur mengenai Narkotika.
Hukuman pidana juga telah didasarkan pada penggolangan narkotika beserta pidana denda yang

41
diurutkan pada penggolongan narkotika. Penyebutan frasa ‘setiap orang’ tentunya ditujukan pada
pelaku tindak pidana narkotika.

Pasal 609 - 611 KUHP Baru : Permufakatan Jahat, Persiapan, Percobaan, dan Pembantuan
Tindak Pidana Khusus

Pengaturan mengenai pasal 612 KUHP cukup jelas bahwa didasarkan dengan ketentuan-
ketentuan yang terdapat pada Undang-Undang tersebut. Namun, tentunya diperlukan beberapa
pertimbangan terhadap beberapa ketentuan yang diadopsi pada bab tindak pidana khusus

42
BAB III
PENUTUPAN

1. Kesimpulan
Pengesahan KUHP itu menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Akan tetapi
pemerintah tidak bisa menjadi alat pemuas semua kalangan. Pemerintah dan wakil rakyat sudah
sepakat untuk membuat sebuah UU yang baik dan jelas berkaitan dengan hukuman bagi pelaku
pidana. Aturan tersebut harus disambut secara positif dan dengan tangan terbuka. Masyarakat
dan semua kalangan berharap bahwa KUHP bisa berjalan dengan baik sehingga asa keadilan
sesuai dengan paradigma hukum modern bisa dirasakan dan diterima dengan baik. Tugas berat
pemerintah di depan adalah sosialisasi dan komunikasi publik yang baik kepada semua entitas
masyarakat sehingga semua entitas dan lapisan masyarakat bisa paham dan mengerti aturan baru
di dalam KUHP. Pemerintah juga harus menunjukkan bahwa dengan KUHP yang baru,
penegakan hukum di Indonesia akan lebih transparan, berkeadilan dan bertanggung jawab.
Dengan demikian istilah hukum bisa dibeli, hukum hanya tajam ke bawah tumpul ke atas, tidak
ada lagi di tengah-tengah masyarakat.
Selain itu, pengawasan dan evaluasi implementasi KUHP menjadi salah satu kunci
efektivitas penerapan KUHP dalam proses penegakan hukum. Dengan demikian, lembaga
eksekutif, yudikatif, dan legislatif harus duduk bersama dalam melaksanakan proses pengawasan
dan evaluasi penerapan KUHP.

43
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Keuangan Republik Indonesia: “KUHP Baru, Unifikasi Hukum Pidana demi
Kepastian Hukum dan Keadilan”,
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/berita/baca/31721/KUHP-Baru-Unifikasi-Hukum-Pidana-
demi-Kepastian-Hukum-dan-Keadilan.html, Diakses pada tanggal, 15 April 2023.

Kompas.com: “Perbandingan Jenis Sanksi Pidana di KUHP Lama dan KUHP Baru”,
https://www.kompas.com/tren/read/2023/03/17/100000065/perbandingan-jenis-sanksi-pidana-
di-kuhp-lama-dan-kuhp-baru?page=all, Diakses pada tanggal 15 April 2023.

Radar Sampit: “KUHP Baru Wujud Reformasi Sistem Hukum Pidana Sesuai Nilai Bangsa”,
https://radarsampit.jawapos.com/opini/18/01/2023/kuhp-baru-wujud-reformasi-sistem-
hukum-pidana-sesuai-nilai-bangsa/, Diakses pada tanggal 21 April 2023.

44

Anda mungkin juga menyukai