Anda di halaman 1dari 4

Meneladani Kejujuran Nabi Muhammad

Nabi Muhammad adalah manusia paripurna yang layak untuk dijadikan teladan dalam
kehidupan, terutama bagi ummat islam. Dari nukilan sejarah yang terangkum dalam
kehidupannya dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad pantas dijadikan teladan dalam
berbagai aspek kehidupan. Baik sebagai ayah dalam keluarga, sebagai kepala pemerintahan dalam
sebuah Negara, sebagai panglima perang dalam medan pertempuran, sebagai anggota masyarakat
dalam kehidupan sosial, sebagai seorang hamba dalam pengabdiannya kepada sang khaliq,
maupun lain-lain yang berkenaan dengan berbagai kehidupan. Dari semua nilai-nilai kebaikan
yang telah dicontohkan Nabi Muhammad dalam kehidupannya, bila dikaitkan dengan kondisi
kekinian di Indonesia ini, paling tidak satu hal dari keteladanan yang ada pada diri Nabi
Muhammad perlu diterapkan secara kolektif dalam kehidupan berbangsa, yaitu; Kejujuran. Sebab
salah satu sifat yang dikagumi dari diri beliau dari sejak beliau masih kanak-kanak sampai
wafatnya adalah sifat jujur, sehingga kaum Quraisy bemberinya gelar Al-Amin (orang yang jujur,
amanah dan dapat dipercaya). Sifat jujur ini penting untuk digelorakan, diterapkankan dalam
kehidupan seluruh bangsa Indonesia, terutama kalangan elitnya. Sebab pada kenyataannya sifat
jujur ini cenderung diabaikan. Selain itu, kehidupan semakin keras dan penuh persaingan,
akhirnya membawa kepada sikap pragmatis dengan menanggalkan kejujuran dan menghalalkan
segala cara untuk meraih kemewahan dan kesenangan materi.
Di kalangan masyarakat bahkan ada pandangan, kalau berperilaku jujur dan lurus akan dijauhi,
tidak disukai dan hidupnya susah. Katanya; jujur akan terbujur. Pandangan seperti ini harus
dicegah dan dihentikan. Dalam menerapkan kejujuran ada tiga tingkatan yang harus dilakukan:
Pertama: Jujur kepada Allah, yaitu menepati janji untuk taat terhadap semua perintah Allah dan
meninggalkan laranganNya. Larangan Allah yang berkaitan dengan kejujuran ialah sifat munafik.
Sifat minafik ditandai; apabila berbicara ia berbohong, kalau berjanji ia mengingkari janjinya, dan
jika dipercaya ia berkhianat. Sifat-sifat munafik ini kelihatannya tumbuh subur dan sangat
mengakar sekali.
Kedua: Jujur terhadap sesama manusia, yaitu menjaga sesuatu yang diterima dan
menyampaikannya kepada yang berhak menerimanya. Kejujuran seperti ini sangat dituntut untuk
dapat diterapkan terutama oleh para penguasa dan Ulama dalam membimbing masyarakat.
Ketiga: Jujur kepada diri sendiri. Allah telah membekali manusia dengan akal untuk membedakan
yang hak dan batil. Pada tataran ini, banyak manusia yang mengkhianati dirinya sendiri dengan
mengambil harta yang bukan miliknya. Prilaku seperti inilah yang membuat suburnya korupsi di
tanah air ini.

Kesimpulan:
Dalam suasana memperingati Maulid tahun 1433 H ini, sejatinya bangsa Indonesia perlu kembali
mendalami Sirah Nabawiyah (Perjalanan kehidupan Rasul ), untuk mengambil teladan bagi
kehidupan kita, terutama yang berkenaan dengan kejujuran. Sebab dengan kejujuran yang betulbetul merakyat ditengah-tengah masyarakat dan pemimpinnya akan menghantarkan masyarakat
di Negara ini menuju kesejahteraan, kedamaian, dan ketenteraman. Apalagi mampu mengambil
sisi-sisi lain dari suri teladan yang ada pada diri Nabi Muhammad SAW.

Aldo Nakula Ihza Mahendra

Bangsa ini Saatnya Meneladani Kejujuran Nabi


Muhammad SAW
Indonesia dan umat Islam di seluruh dunia, pada 12 Rabiul Awal 1433 H bertepatan 5
Februari 2012 kembali memperingati Maulid (hari lahir) Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wassalam (SAW). Setiap memperingati Maulid, bangsa Indonesia sepatutnya mengambil
pelajaran dan contoh teladan dari sifat-sifat, perilaku dan tutur kata Muhammad SAW. Salah
satu sifatnya yang amat dikagumi sejak remaja, yang kemudian kaum Quraisy memberinya
gelar "Al Amiin" (orang yang dipercaya) ialah sifat jujur dan lurus (amanah). Sifat jujur ini
sangat penting digelorakan untuk diamalkan oleh seluruh bangsa Indonesia. Oleh karena,
terutama kalangan elitnya cenderung hidup hedonis, dan mengabaikan pentingnya
kejujuran.
Selain itu, kehidupan semakin keras dan penuh persaingan, telah membawa kepada sikap
pragmatis dengan menanggalkan kejujuran dan menghalalkan segala cara untuk meraih
kemewahan dan kesenangan materi. Di kalangan masyarakat sudah ada pandangan, kalau
berperilaku jujur dan lurus akan dijauhi, tidak disukai dan hidupnya susah. Ini harus dicegah
dan dihentikan pandangan yang menyesatkan itu. Muhammad Abduh dalam buku Tafsirnya
"Al Manar" membagi tingkatan amanah (jujur) menjadi tiga.
Pertama, jujur kepada Allah yaitu menepati janji untuk menaati semua perintah Allah dan
meninggalkan laranganNya. Larangan Allah yang berkaitan kejujuran ialah sifat munafik
yaitu kalau berbicara ia berbohong, kalau berjanji ia menyalahi janji, dan jika dipercaya ia
berkhianat.
Kedua, jujur terhadap sesama manusia, yaitu menjaga sesuatu yang diterima dan
menyampaikannya kepada yang berhak menerima. Jujur semacam ini menurut Imam ArRazi, mencakup kejujuran para penguasa dan ulama dalam membimbing masyarakat.
Ketiga, jujur kepada diri sendiri. Allah telah membekali manusia dengan akal untuk
membedakan yang hak dan batil. Pada tataran ini, banyak manusia yang mengkhianati
dirinya dengan mengambil harta bukan miliknya. Inilah yang disebut sekarang korupsi
Kejujuran Kunci Keselamatan
Setidaknya terdapat tiga alasan mengapa bangsa Indonesia harus meneladani kejujuran Muhammad
SAW. Pertama, bangsa Indonesia adalah bangsa panutan. Rakyat selalu melihat ke atas. Kalau para
pemimpinnya jujur dan taat, maka rakyatnya akan meniru mereka. Sebaliknya kalau tidak jujur,
maka rakyat akan menjadi tidak jujur dan kehilangan panutan. Akibatnya rakyat meneladani yang
mereka lihat di TV dan di lingkungannya. Inilah yang dialami bangsa Indonesia. Maka untuk
memperbaiki dan menyelamatkan bangsa dan negara Indonesia, sudah saatnya para pemimpin di
semua tingkatan, para birokrat/pegawai, dan pejabat negara, mencontoh dan meneladani kejujuran

Muhammad SAW dan mengamalkan dalam hidup sehari-hari. Kalau hal itu dilakukan, maka rakyat
akan mencontoh kepada para pemimpin dan inilah awal munculnya pemerintah yang bersih.
Pemerintah yang bersih, merupakan syarat mutlak terciptanya masyarakat adil dan makmur yang
menjadi tujuan Indonesia merdeka. Kedua, bangsa. Indonesia masih dalam suasana keterpurukan di
segala bidang. Salah satu sebabnya pernah diungkapkan oleh Amir Syakib Arsalan dalam bukunya
"Limadza Taakharal Muslimuna Wa Taqaddama Ghairuhum? (Mengapa Kaum Muslim mundur dan
lainnya maju). Dia menjawab antara lain kaum Muslim mundur lantaran meninggalkan agamanya.
Menurut saya, bangsa Indonesia ini mundur dan belum bangkit menuju kemajuan karena kejujuran
belum diamalkan. Bangsa ini seharusnya makmur dan sejahtera karena kekayaan alamnya
melimpah, tetapi kejujuran tidak diamalkan, sehingga korupsi merajalela, yang kaya semakin kaya,
sementara mayoritas dari bangsa ini masih miskin dan terkebelakang. Ketiga, Muhammad SAW
merupakan manusia paripurna yang patut dijadikan contoh teladan. Tuhan telah menegaskan dalam
Al-Qur'an "Wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil'alamaniin" (Dan tidaklah kami utus engkau
(Muhammad) kecuali menjadi rahmat bagi seluruh alam) . Penegasan Tuhan itu, semakin mendapat
pembenaran secara ilmiah, misalnya seorang ilmuan berkebangsaan Amerika Serikat, Michael H.
Hart dalam bukunya yang bertajuk "100: A Ranking of the Most Influential Persons in History (1992)
telah memilih dan menempatkan Muhammad pada ranking pertama dari 100 tokoh paling
berpengaruh di dalam sejarah. Dia menyebut Muhammad "supremely successful" in the both
religious and secular realms. Oleh karena itu, bangsa Indonesia sudah saatnya meneladani
Muhammad SAW dalam seluruh aspek kehidupannya. Setiap kita memperingati Maulid, seharusnya
memetik sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia terutama kejujuran yang diperlukan sekarang ini.

Kesimpulan
Dalam suasana memperingati Maulid, bangsa Indonesia sangat penting meneladani dan
mengamalkan kejujuran, yang merupakan salah satu sifat Muhammad SAW yang amat penting. Sifat
jujur adalah mahkota kehidupan. Ia sangat penting diamalkan karena merupakan kunci untuk meraih
kemajuan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Para pemimpin bangsa ini disemua tingkatan,
setiap memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, sebaiknya memperbaharui niat, komitmen dan
tekad untuk meneladani dan mengamalkan kejujuran Muhammad dalam hidup sehari-hari.
Diharapkan tumbuh semangat dan gerakan hidup jujur di kalangan bangsa Indonesia sebagai solusi
untuk memperbaiki segala kekurangan dan kelemahan selama ini.

AldI Sadewa Ihza Mahendra

Anda mungkin juga menyukai