Anda di halaman 1dari 21

Menyadari Jumud Milenial Membunuh Masyarakat Madani

(Sebuah Usaha Membangun Masyarakat Madani di Indonesia)


Oleh: Syahidah Qolbiya Sakinah

Abstrak
Era milenial kaya akan tersajinya informasi yang dapat diakses melalui telefon
pintar dengan tidak dibatasi oleh ruang. Namun, Kelemahan di era ini
mengakibatkan adanya sikap jumud pada individu yang mengaksesnya. Jumud
menjadi masalah utama dalam setiap zaman tidak terkecuali pada era milenial saat
ini khususnya di Indonesia yang sedang membangun masyarakat madani. Sikap
jumud membuat akal berhenti berfikir sehingga tidak adanya kesadaran serta
penelaahan kembali informasi yang beredar. Hal ini dialami oleh semua umat
manusia saat ini termasuk anak-anak dan orang tua yang mengakibatkan
munculnya nilai-nilai yang tidak sesuai dengan masyarakat madani yang beradab.
Kata kunci : milenial, jumud, masyarakat madani

Abstract
The rich millennial era will present information accessible through smartphones
without being limited by space. However, the weakness in this era resulted in a
stagnant attitude in individuals who access it. Jumud is a major problem in every
age, no exception in the current millennial era, especially in Indonesia which is
building a civilized society. Stagnant attitude makes the mind stop thinking so that
there is no awareness and re -examination of circulating information. This is
experienced by all generations including children and parents which results in the
emergence of values that are not in accordance with a civilized society.
Keywords: stagnant, millennial, civil society

1
Pendahuluan
Indonesia hari ini telah masuk dalam era baru. Era ini tidak lagi terbatas
oleh ruang menjadikan antar negara bergitu dekat. Informasi-pun tidak lagi sulit
didapatkan hanya dengan menggunakan telefon genggam mampu mendapatkan
berbagai macam informasi yang dikenal dengan Era Milenial. 1 Tetapi informasi
yang beredar ini ternyata mampu mengecoh penerima informasi dengan
terciptanya dunia pada pikiran si penerima itu sendiri. Kini dunia telah terbagi
menjadi dua, dunia yang berada dipikiran diri kita sendiri dan dunia yang
sebenarnya. Dua dunia ini menjadikan kaburnya kebenaran yang sebenarnya. Di
dalam Islam kebenaran tersebut hanya dapat diperoleh jika seseorang telah
memiliki furqon/ pembeda untuk menyaring informasi yang muncul sehingga
tidak hanyut ke dalamnya.2
Umat Islam bercita-cita untuk mewujudkan masyarakat di Bumi ini
menjadi masyarakat yang “Baldatuh thoyyibatun warabbun ghafur”. Istilah ini
dikenal dengan sebutan lain Masyarakat Madani. Masyarakat Madani adalah
masyarakat Islam yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad.3 Adanya dua
dunia menjadikan kaburnya makna serta kebenaran masyarakat madani ini. Setiap
zaman memang memiliki tantangannya masing-masing tidak terkecuali pada Era
milenial. Pengkaburan kebenaran di era ini tidak sesuai dengan apa yang telah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad sebagai Bapak masyarakat madani. Disadari
atau tidak ini-lah tantangan yang harus disadari daan dihadapi. Fenomena tersebut
menjadikan perlunya penelaah-an dan kesadaran kembali apa yang saat ini tengah
terjadi dengan arus informasi yang sangat deras dan munculnya dua dunia
sehingga dapat mengupayakan terwujudnya masyarakat madani yang diidamkan.

1
Lihat buku Millenials Rising: The Next Great Generations karya Neil Howe dan William Strauss
2
Irwan Prayitno dan Abu Ridha, Al-Ghazw Al-Fikri, (Bekasi : Pustaka Tarbiatuna, 2002), hlm.67-
80
3
Sayid Quthb, Masyarakat Islam Terj. H.A.Mu’thi Nurdin SH, (Bandung: Al-Ma’arif, 1983),
hlm.70

2
Penyakit Jumud
Islam hadir di dunia ini sebagai penyempurna dari segala sistem di dunia
ini. Ghautama menemukan titik pencerahannya di pohon bodhi, Islam
menemukannya pada diri tiap-tiap insan yang diingatkan kembali akan dirinya
sebagai mahluk ciptaan sebagaimana manusia yang berkecenderungan kepada
fitrah. Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad berisi mengenai
hukum dari Pencipta memperharaui ajaran umat-umat sebelumnya yang berlaku
untuk semua umat manusia. Maka akan ada titik temu antara umat yang satu
dengan yang lainnya. Akan ada banyak nilai baik yang sama yang dapat diambil
dari sudut pandang selain Islam.4 Itu-lah Islam sebagai rahmatan lil’alamin
(rahmat bagi seluruh alam). Nilai-nilai ke-islam-an akan didapatkan manakala
memahami bagaimana Nabi Muhammad sebagai utusan Allah yang tingkah
lakunya menjadi kisah teladan atau contoh yang baik yang harus diikuti. Hal-hal
yang harus diikuti ini harus diikuti sesuai dengan pola yang ada mulai dari Nabi
Muhammad menerima wahyu pertama hingga beliau wafat sebagai konsekuensi
hidup.
Setelah Nabi Muhammad wafat beliau digantikan oleh Khulafaurrasyidin dan
pemerintahan Islam lainnya yang disebut ulil amri. Di masa-masa ini adanya
pengkultusan kepada seseorang yang mengerti keagamaan kemudian munculnya
kemandegan dalam berijitihad. Tidak semua ijtihad dapat diterima sering orang-
orang yang berijtihad dilemahkan. Ijtihad berawal dari pemikiran-pemikiran
sebagaimana fitrah manusia yang akan gelisah mana kala tidak sesuai dengan
aturan Allah.5 Gerakan bisa dibubarkan tetapi pemikiran/ ideologi tidak bisa
dibubarkan. Berawal dari pemikiran-pemikiran kemudian dibicarakan lalu
menjadi sebuah pergerakan.6 Untuk bergerak perlu adanya sebuah kemerdekaan
diri diawali dengan pemikiran. Kemerdekaan tidak akan muncul jika tidak ada

4
Perhatikan Suran Surat 16 ayat 89, 34 ayat 28, 24 ayat 55, 61 ayat 6
5
Abu A’la Maududi, Langkah-langkah Pembaharuan Dalam Islam Terj. Dadang Kahmad dan
Afif Muhammad, (Bandung: Pustaka, 1984), hlm.5-38
6
https://www.youtube.com/watch?v=Ghl9tpBFbGs&t=430s, diakses pada tanggal 05 Maret 2021
pukul 16.07

3
keyakinan yang kuat dalam diri. Keyakinan tidak hanya diwujudkan dalam hati
saja melainkan dengan lisan dan juga perbuatan.7
Lawan dari kata Ijtihad adalah Jumud. Melihat kata jumud erat kaitannya
dengan kata bid’ah dan taklid. 8 Bid’ah adalah perbuatan yang dikerjakan tidak
menurut contoh yang sudah ditetapkan, termasuk menambah atau mengurangi
ketetapan. Sementara taklid merupakan keyakinan atau kepercayaan kepada suatu
paham (pendapat) ahli hukum yang sudah-sudah tanpa mengetahui dasar atau
alasannya. Sedangkan jumud berarti statis, beku, dan mandek.9 Praktik-praktik ini
terjadi akibat dari minimnya seseorang terhadap ilmu dan informasi sehingga
mencari informasi tersebut tanpa harus berusaha dan berfikir keras. Sikap ini
merupakan sebuah kezaliman dimana tidak digunakannya potensi wahyu serta
akal dan hati yang diciptakan untuk sejalan dengan Sang Pencipta (Allah).10
Kata Jumud pertamakali disebutkan oleh Muhammad Abduh merujuk
kepada umat Islam yang banyak mengkultuskan syaikh atau pandangan tertentu
dari satu orang ulama (orang yang berilmu).11 Secara historis hal ini pernah terjadi
dan dilakukan oleh umat-umat, bangsa-bangsa, agama-agama terdahulu sebelum
Islam dan di zaman keemasan Islam, seperti Bani Umayyah dan Abasiyah,
penyakit ini juga ternyata menjangkiti umat Islam. Diantara perbuatan yang
jumud yang sering muncul dan juga masih ada hingga kini yakni pertama,
memasrahkan segala kehidupannya ditangan orang-orang dengan mengisolasi diri
lalu disibukkan dengan kegiatan rohani, kedua kemudian adanya “ajaran
kesabaran” yang berlebihan sehinga penguasa yang berbuat zalim dibiarkan
bahkan diizinkan seenaknya dalam menjalankan apa yang dia inginkan, ketiga
menyembunyikan diri sendiri dibalik tekanan dan ancaman yang terjadi agar
terjaga kesuciannya sesekali ditambahi dengan adanya penebusan dosa agar bisa
menikmati kenikmatan hidup meskipun itu bertentangan dengan ajaran Tuhan
tanpa disertai rasa tertekan (karena dosa) kemudian para tokoh agama
7
Liat Nilai Dasar Perjuangan HmI
8
Abu A’la Maududi, Langkah-langkah Pembaharuan Dalam Islam Terj. Dadang Kahmad dan
Afif Muhammad, (Bandung: Pustaka, 1984), hlm.82-83
9
https://kbbi.web.id/ diakses pada 04 Maret 2021 pukul 07.28
10
Lihat Qur’an Surat 16 ayat 78, 17 ayat 26, 91 ayat 7 - 8
11
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid Terj. K.H.Firdaus.A.N, (Jakarta: Bulan Bintang), hlm.161-
162

4
memberikan nasihat kepada para penguasa serta meminta masyarakat untuk
mengikuti anjurannya tunduk patuh pada penguasa.12 Melihat dari hal-hal tersebut
dapat diketahui jika jumud bisa terjadi diawali dengan adanya praktik bid’ah dan
taklid yang dilakukan
Di tahun 1980-an telah terjadi Islamisasi pengetahuan di dalam maupun di
luar negeri sebagai ijitihad atau upaya untuk umat Islam bangkit dari
keterpurukannya. Dunia yang sedang dijalani seperti yang telah diketahui dari
ilmuan-ilmuan Islam sebelumnya jika umat Islam kini sedang mengalami
malesiana. Kelesuan ini terjadi akibat dari kejumudan umat Islam di abad 16 -
abad 20 yang menjadikan umat Islam kini tengah terjajah. 13 Beberapa langkah
telah dilakukan dengan dikeluarkannya tulisan-tulisan untuk kembali memicu
kebangkitan dalam mempelajari dan memenangkan kembali Islam. Namun, umat
Islam menghadapi tantangan baru di era milenial ini yakni jumud versi milenial.

Era Milenial
Era Milenial hari ini muncul ditandai adanya pemakaian internet secara
luas. Internet merupakan singkatan dari Inter, connection, Networking. Kata inter
memiliki arti antara atau jaringan antara atau penghubung. Internet dapat
terhubungan dengan menggunakan Transmission Control Protocol/ Internet
Protocol (TCP/IP). Internet pada mulanya hanya dapat diakses melalui personal
computer atau yang disebut komputer, kini internet telah dapat diakses melalui
telefon genggam yang dikenal dengan telefon pintar/ smartphone dan barang
digital lainnya.14 Saling keterhubungan hal ini membuat hilangnya ruang antar
tempat satu dengan yang lainnya bahkan menjadikan informasi seperti air hujan
yang deras.
Generasi yang lahir di era milenial ini disebut juga generasi Y atau generasi
milenial. Generasi ini lahir pada tahun 1980-an Masehi awal hingga 2000-an

12
Abu A’la Maududi, Langkah-langkah Pembaharuan Dalam Islam Terj. Dadang Kahmad dan
Afif Muhammad, (Bandung: Pustaka, 1984), hlm.19-20
13
Ismail Raji’ Al-Faruqi, Islamisasi Ilmu Pengetahuan Terj.Annas Mahyudin, (Bandung: Pustaka,
1984), hlm.1-11
14
Julianto Arif Setiadi dan Bahrul Ulum, Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk SMP/ MTs
kelas IX, (Jakarta: Kementrian Kebudayaan, Widya Pajajaran, 2010) hlm.3-7

5
Masehi. Generasi ini lahir di lingkungan yang dikelilingi dan dibantu oleh alat-
alat digital serta internet yang mengakibatkan munculnya beberapa karakter khas.
Keunggulan dari generasi milenial ini yaitu, mudah berpindah pekerjaan dalam
waktu singkat, kreatif, dinamis, melek teknologi, dekat dengan media sosial.
Sementara kelemahannya memiliki sifat konsumtif yang berlebihan, kurangnya
minat membaca secara konvensional dan kontekstual, menjadikan keluarga
sebagai pertimbangan mereka dan ingin serba cepat/ instan.15
Derasnya informasi saat ini juga tidak luput dari adanya kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan informasi yang beredar memberikan peluang lebih banyak
dalam mempelajari berbagai banyak keilmuan khususnya dalam Islam. Namun,
kekurangan yang ditimbulkan melalui informasi-informasi ini menjadikan setiap
manusia memiliki dua dunia dan standar ganda. Dunia yang pertama dunia yang
diciptakan oleh pemikirannya sendiri dan dunia yang kedua adalah dunia yang
sebenarnya. Hal ini menyebabkan munculnya standar ganda yang menjadi sebuah
kebingungan tersendiri.
Dunia yang pertama disebut juga sebagai dunia maya, dunia ini berawal
dari bahasa yang makna setiap katanya seharusnya menjadi kata yang menjadikan
sebuah pandangan menjadi objektif. Ada tiga unsur utama dalam bahasa yakni,
bahasa sebagai sistem tanda atau sistem lambang, bahasa sebagai alat komunikasi,
dan bahasa digunakan oleh kelompok manusia atau masyarakat. kegiatan
kebahasaan memiliki fungsi semantik yang didalamnya terkandung apa yang
disebut “makna”. makna dalam kegiatan kebahasaan sering diartikan sebagai arti,
maksud, atau panggilan yang diberikan sebagai suatu bentuk kebahasaan.
Tujuannya untuk menghubungkan bentuk kebahasaan dengan alam di luar bahasa
atau semua hal yang ditunjukannya. Sedangkan bunyi ujaran yang terwujud
menjadi suatu bentuk kebahasaan yang tidak dapat dipisahkan dengan makna
ujaran tersebut. Sebab, makna itu-lah yang menjadi bentuk kebahasaan, baik itu
fenom, frase, maupun wacana. Dengan kata lain bentuk atau bunyi bukan bahasa
apabila tidak bermakna.

Suci Prasasti dan Erik Teguh Prakoso. Karakter dan Perilaku Milenial Peluang atau Ancaman
15

Bonus Demografi. Jurnal Ilmiah BK. Vol.3, No.1, 2020, ONSILIA, hlm10-22

6
Beberapa kesulitan dalam menghadapi makna dalam sebuah kata bisa
dilihat dari tiga hal, pertama kompleksitas, kedua makna seperti bahasa akan
mengalami perubahan dan berkembang pada setiap zamannya, ketiga makna
menyampaikan atau mengungkapkan informasi sikap terutama para pemberi dan
pemakainya. Persoalan makna menjadi semakin kompleks manakala pemberi
makna menjadi dominan atau menundukkan secara paksa untuk tujuan-tujuan
tertentu. Bila hal itu terjadi maka makna praktis tidak lagi menjadi penghubung
yang baik dengan alam di luar bahasa tetapi ia praktis telah menjadi alat untuk
mewujudkan kepentingan si pemberi makna. Sebagaimana dikemukakan, salah
satu fungsi kebahasaan adalah menjadi alat penghubung dengan dunia di luar
kegiataan kebahasaan. Jika demikian halnya maka subjektivitas dalam pemaknaan
tidak dapat dihindari. Ketika subjektivitas dalam pemaknaan satu bahasa telah
dominan maka kemungkinan menjadi alat propaganda dan ajang stigmatisasi
sangat besar.16
Hari ini informasi yang beredar dapat diperoleh melalui sosial media dan
mesin pencarian web seperti google. Melalui Artificial Intelegence atau yang
disebut dengan kecerdasan buatan yang diciptakan melalui mesin yang disebut
komputer dengan sistem logika dan logaritma yang telah ada. Seperti yang telah
dijelaskan, jika internet dapat digunakan pada komputer dan seiring berjalannya
waktu internet juga dapat digunakan melalui telefon pintar. Informasi yang
ditampilkan ini diperoleh melalui kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dan apa
yang diinginkan oleh penggunanya. Misalnya seseorang menggunakan telefon
pintar untuk mencari berita mengenai seorang artis maka informasi yang
didapatkan mengenai artis tersebut dari keluarganya, isu yang ada pada dirinya,
fakta mengenai dirinya, biodata miliknya, prestasi yang dimiliknya, keburukan
yang pernah dilakukannya, dan lainnya mengenai dirinya sehingga informasi
selain dirinya tertutupi.17

16
Irwan Prayitno dan Abu Ridha, Al-Ghazw Al-Fikri, (Bekasi : Pustaka Tarbiatuna, 2002), hlm.67-
80
17
Devie Rahmawati, Risiko Polarisasi Algoritma Media Sosial: Kajian tentang Kerentangan
Sosial dan Ketahanan Bangsa, Jurnal LEMHANNAS RI Edisi 33, Maret 2018, hlm. 46-48

7
Menurut Devie Rahmawati, Informasi yang diperoleh seseorang dari
jejaring sosial digital ini, dapat dikatakan, sedari awal, bersifat bias. Informasi-
informasi yang tersaji ke lini masa seseorang, khususnya yang berangkutan
dengan isu-isu sosial-politik strategis, merupakan informasi yang relatif seiring
dengan jalan pikiran sang pengguna. Bias ini kemudian berubah menjadi
munculnya kelompok/ kubu yang saling bertentangan.18 Kebiasaan informasi ini
dinamakan polarisasi dalam berjejaring di internet. Menurut Ferry Irwandi,
keadaan saat ini dibuat untuk menjadi polarisasi yakni dibuat perkelompok
berdasarkan minat dan kesukaan bukan berdasarkan kebutuhan. Hal ini didorong
oleh kepentingan keuntungan dan bisnis. Polarisasi ini diduga belum dapat
dihentikan karena data yang dilakukannya berdasarkan riset.19
Informasi yang tersaji ini membuat beragam makna menjadi bias. Keadaan
tersebut menjadikan masyarakat lebih mudah tergiring pada opini dan informasi
yang beredar dalam telefon pintarnya saja. Terlebih informasi yang beredar kini
bisa tesebar dengan hanya sekali sentuh melalui telefon pintar. Tidak hanya itu,
masyarakat sering lupa jika pemegang telefon pintar bukan hanya orang dewasa
yang saat ini berada di usia produktif melainkan juga anak-anak yang belum
baligh dan orang tua. Anak-anak yang masih belum bisa membedakan baik dan
buruk juga orang tua yang memiliki perbedaan dengan zaman milenial ini tidak
mampu menyaring secara baik informasi yang beredar sehingga mereka akan
mengikuti dan menjadikan hal-hal diluar dirinya tersebut sebagai acuan bagi
dirinya.
Dunia yang kedua ialah dunia yang sebenarnya yakni realita-realita yang
ditemui sehari-hari. Menurut Abu Ridha, dunia yang sebenarnya kini bagi umat
Islam adanya pendiskriminasian dan pengucilan dibuktikan dengan dituduhnya
umat Islam sebagai makar atau teroris dan pengkaburan berbagai macam
membuat dunia yang sebenarnya harus benar-benar ditelaah dan dianalisis lebih

18
Devie Rahmawati, Risiko Polarisasi Algoritma Media Sosial: Kajian tentang Kerentangan
Sosial dan Ketahanan Bangsa, Jurnal LEMHANNAS RI Edisi 33, Maret 2018, hlm.46-57
19
https://www.youtube.com/watch?v=04S677Hh0Hs&feature=youtu.be, pada tanggal 02 Maret
2021 pukul 17.39 WIB

8
dalam untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. 20 Dua dunia baru yang telah
tercipta ini menggiring opini dan informasi membuat adanya propaganda dengan
adanya kenyataan yang tidak terlihat dan informasi yang diterima menjadikan
dunia kini menjadi dunia abu-abu.
Kebangkitan umat Islam yang sedang merangkak kembali terganggu dan
menarik kembali dirinya ke lembah jumud. Memang hal ini dirasakan tidak hanya
oleh umat Islam saja melainkan oleh umat manusia diseluruh dunia yang kini
menjadi penikmat sekaligus korban. Munculnya tulisan-tulisan di linimasa
seseorang yang menyebabkan timbulnya perpecahan anatara suku, anatar umat
beragama, bahkan antar agama itu sendiri. Fenomena ini tidak jarang
menyebabkan munculnya seseorang yang percaya pada Tuhan yang Maha Esa
tetapi tidak percaya pada agama manapun dan agama hanya menjadi formalitas
semata. Dan fenomena rasial yang terjadi dengan merendahkan serta memaksakan
budaya lain untuk menjadi kebiasaan di tempat lain.21 Fenomena yang seperti itu
membuat eksistensi dan keberadaan masyarakat madani, masyarakat Islam,
menjadi asing kembali.

Masyarakat Madani
Era Milenial menjadikan masyarakat madani kehilangan ruh-nya meski
kata ini sudah menjadi hal umum untuk dibahas dan dicari apalagi dimasukkan ke
dalam mata pelajaran kewarganegaran sejak sekolah dasar. kata “masyarakat
madani” ini hanya menjadi informasi sepintas saja. Maknanya-pun disamakan
dengan pemahaman civil society barat.22 Hal ini menunjukkan adanya kekurangan
dan bahkan kehikalangan makna dalam kata tersebut. Bila melihat dari dasar sisi
katanya sendiri, Civil berasal dari kata civilization yang berarti peradaban dan
society yang artinya masyarakat. Secara bahasa pengertian ini dapat diartikan
20
Irwan Prayitno dan Abu Ridha, Al-Ghazw Al-Fikri, (Bekasi : Pustaka Tarbiatuna, 2002), hlm.67-
83
21
Lihat video di https://www.youtube.com/watch?v=o4SkY1Sgwdg dan buktikan dengan alat
digital yang dimiliki
22
H. Udin S, Winataputra, Sapriya, Modul Paradigma Baru PKn di SD/MI,
Yetty Purdiantarai. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Paket C Setara SMA/MA Kelas
XI Modul Tema 7 : Linimasa Demokrasi. (Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan
dan Kesetaraan-Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat-Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. 2018),

9
sebagai masyarakat peradaban. Peradaban yang satu tidak bisa disamakan dengan
peradaban yang lainnya dan dalam menentukan civil society dapat ditentukan
melalui peradaban mana yang dipilih.23
Civil Society dikenal melalui Cicerio (106 - 43 SM), seorang filsuf Eropa,
yang mengemukakannya melalui kata societis civilis yang kemudian berubah
menjadi civil society. Kata ini merujuk kepada masyarakat politik, yakni
masyarakat yang memiliki kode hukum sebagai dasar pengaturan hidup yang
kemudian diidentikan dengan negara. Seiring perkembangan zaman di Eropa,
pada abad ke-18 terjadi perubahan makna pada kata civil society sebagai
konsekuensi dari perkembangan zaman. Kata tersebut dipahami sebagai dua
entitas yang berbeda sejalan dengan proses pembentukan sosial dan perubahan
struktur politik di Eropa yakni masyarakat dan negara. Di Indonesia makna civil
society berubah katanya menjadi masyarakat madani yang dikenalkan pertamakali
melalui pidato Anwar Ibrahim pada tahun 1995. Selanjutnya, kata tersebut
menjadi perbincangan dikalangan para ilmuan di Indonesia tidak terkecuali
ilmuan Muslim di Indonesia.24
Nurcholis Madjid, salah satu ilmuan Muslim, memilih dan menawarkan
kata “civil society” dengan kata “masyarakat madani” mengacu pada masyarakat
“Madinah” yang menjadi awal peradaban Islam. Nurcholis mengemukakan bila
Islam memiliki sifat ke-universal-an melalui nilai-nilai yang muncul dari apa yang
dibawa oleh Muhammad bin Abdullah, Nabi dan utusan Allah, yang cocok
dengan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai tersebut antara lain takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menerima pluralisme, dan bertoleransi. Hal-hal ini dicontohkan
melalui dibangunnya Yastrib menjadi Madinah oleh Nabi Muhammad dan kaum
muslimin yang ingin dan berhasil menjadikan masyarakat menjadi beradab. 25
Pemikiran ini digunakan oleh guru-guru untuk memberikan pemahaman

23
M.Abdul Jabar Begs, Perspektif Pradaban, (Bandung: Pustaka, 1986), hlm.15
24
Syamsul Arifin, Masyarakat Madani, Titik-Temu Jurnal Dialog Peradaban, Vol.1 No.2, 2009
(Jakarta: Nurcholis Madjid Society, 2009), hlm.55-61
25
Syamsul Arifin, Masyarakat Madani, Titik-Temu Jurnal Dialog Peradaban, Vol.1 No.2, 2009
(Jakarta: Nurcholis Madjid Society, 2009), hlm.62-67

10
demokrasi kepada peserta didiknya meski pengertian kata masyarakat madani atau
civil society menurut Ramlan Surbakti hingga kini masih belum mencapai final.26

Terbunuhnya Masyarakat Madani


Di tahun 2020 muncul pandemi covid-19 yang membuat pemerintah Republik
Indonesia melakukan kebijakan social distancing yang menyebabkan segala
aktivitas kantor dan pendidikan menjadi daring (dalam jaringan atau online).
Internet yang sebelumnya hanya menjadi kebutuhan tersier kini menjadi sebuah
kebutuhan sekunder di masyarakat. Pengguna internet-pun semakin bertambah
karena berbagai kalangan seperti anak berumur enam tahun-pun sudah ikut
menggunakannya. Diperkirakan pengguna internet bertambah 25,5 juta dari
sebelumnya dan menjadi sekitar 196,7 pemakai.27
Internet khususnya media sosial ini menjadi sumber informasi yang tidak
bersifat khusus. Sifatnya yang umum menyebabkan hilangnya makna pada setiap
kata-kata yang dipublikasikannya. Hal ini menjadikan munculnya standar ganda
dalam pemikiran para pembaca dan penontonnya. Tidak jarang para pembaca dan
penonton yang melihatnya tidak bisa membedakan mana ujaran kebencian, berita
palsu/ hoaks dan mana kenyataan yang sebenarnya. Sehigga muncullah dua kubu
yang berlawan.28
Media sosial juga menjadi ajang pemaksaan salah satu pemikiran dan budaya
luar terhadap Indonesia. Berawal dari lini masa media sosial yang memberikan
informasi tersebut kemudian menjadi pemikiran pengguna dan akhirnya menjadi
sebuah keyakinan dalam diri pengguna mendorong paksa secara tidak sadar
masuknya hal-hal tersebut.29 Adanya rasisme yang terjadi secara tidak sadar hadir
dalam obrolan santai yang kemudian menjadi pembicaraan hangat hingga
akhirnya menjadi perpecahan dengan melakukan kekerasan verbal lewat
rundungan di media sosial hingga berakhir dengan kekerasan secara fisik.
26
Syamsul Arifin, Masyarakat Madani, Titik-Temu Jurnal Dialog Peradaban, Vol.1 No.2, 2009
(Jakarta: Nurcholis Madjid Society, 2009), hlm.61
27
https://www.kominfo.go.id/content/detail/30653/dirjen-ppi-survei-penetrasi-pengguna-internet-
di-indonesia-bagian-penting-dari-transformasi-digital/0/berita_satker
28
Lihat https://www.youtube.com/watch?v=RrdMtLPGQ-k mengenai berita tentang Aceh sebagai
kota termiskin di Sumatera. Lihat juga
29
Lihat lini masa/ beranda media sosial Facebook, Twitter, Whatsapp, Instagram, dan lainnya

11
Tidak hanya media sosial, kini salah satu mesin pencarian Google juga
menerapkan pola yang sama seperti media sosial. Melalui contoh eksperimen
sosial yang dilakukan Andovi Da Lopez lewat akun instagram miliknya sangat
terlihat persamaannya dengan media sosial. Eksperimen sosial ini dapat
digunakan oleh setiap pengguna Google, hanya dengan mengetik title atau judul
yang sama di mesin pencarian tersebut maka akan muncul apa yang dicarinya.
Namun, pencarian tersebut memberikan informasi yang berbeda kepada pemilik
pengguna telefon pintar satu dengan yang lainnya.30
Mesin pencarian dan media sosial berubah menjadi alim ulama atau syaikh
atau pendeta atau ilmuan dalam bentuk benda bukan lagi berbentuk manusia. Ini-
lah salah satu dampak buruk dari kecerdasan buatan manusia. Meski kecerdasan
buatan ini di maksudkan di desain agar memudahkan pekerjaan manusia tetapi
menjadikan jumud sebagai budaya bagi penggunanya. Sikap jumud ini ditunjukan
dengan menganggap semua informasi yang ada sebagai sebuah kebenaran yang
telah selesai. Pemerintah, ilmuan, dan mereka yang mengetahui dunia yang
sebenarnya mengingatkan kepada mereka yang tidak mengerti agar tidak terkena
virus hoaks. Hoaks merupakan berita bohong yang berada dalam media sosial
terjadi akibat adanya tidak adanya proses memverifikasi dan konfirmasi terhadap
berita yang dikonsumsi.31
Penggunaan internet sendiri di Indonesia memang belum merata tetapi
dampaknya mempengaruhi seluruh negeri. Pengguna internet 55,7 % berada di
pulau Jawa, 21,6 % di pulau Sumatera, 6,6 % di Kalimantan, 5,2 % di pulau Nusa
Tenggara, dan 10,9% di Indonesia bagian timur (Sulawesi, Kepulauan Maluku,
Papua).32 Otomatis informasi mengenai budaya/ kebiasaan dan hoaks yang akan
muncul di lini masa seseorang tersebut lebih banyak mengenai budayanya saja
ataupun budaya yang pengguna sukai ditambah dengan hoaks yang muncul.
Semakin banyak informasi budaya yang muncul tersebut semakin banyak rasa
30
https://www.instagram.com/p/CLwNwINgG30/ diakses pada 12 maret 2021 pukul 08.33
31
https://www.kominfo.go.id/content/detail/33203/siaran-pers-no-76hmkominfo032021-tentang-
indonesia-ambil-peran-dalam-literasi-dan-penanganan-hoaks-di-asean/0/siaran_pers, dan
https://www.kominfo.go.id/content/detail/9302/opini-melawan-hoax-menjaga-hati/0/
sorotan_media diakses pada tanggal 6 Maret 2021 pukul 14.51
32
Survei Internet APJII Tahun 2019-2020 oleh Aditya Wicaksono, Irawan Aan Yusufianto, Dan
lain-lain dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia

12
kepemilikan terhadap budayanya tanpa adanya penyaringan dan hal ini
menyebabkan munculnya fanatisme sebagai lawan dari toleransi dan pluralisme.
Para fanatis ini kemudian membentuk sebuah kelompok, kelompok tersebut
kemudian berubah menjadi kelompok yang semakin besar dan saling berselisih.
Pluralisme dan toleransi tidak bisa lagi menjadi sesuatu yang diterima dan
menjadi budaya.33
Masyarakat madani merupakan sebuah cita-cita bangsa ini yang telah digagas
oleh para pendahulu di era reformasi. Kini bangsa Indonesia telah memasuki era
baru yang disebut era milenial. Cita-cita tersebut hanya akan menjadi wacana
manakala bangsa ini tidak sadar akan bahaya yang terjadi di era-nya. Terlalu
banyak mengenang romantisme era masa lalu hanya membuat khayalan belaka.34
mengembalikan Kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad adalah kebenaran yang
berasal dari Sang Pencipta sehingga akan sesuai dengan kebutuhannya. 35 Undang-
undang Informasi dan Transaksi Ekonomi yang seharusnya menjadi penengah
juga tidak mampu menengahi bahkan disebut-sebut sebagai pasal karet. Hemat
penulis permasalahan bukan pada media yang digunakan melainkan pada
pengguna media tersebut yang bahkan pemerintah tidak mampu membendung
seluruhnya.36
Melalui kesadaran dengan meng-iqra/ membaca (secara tekstual maupun
kontekstual) sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan mengacu
kebenaran dari apa yang diberikan Allah kepadanya membuka akal dan hati untuk
melakukan perbaikan di bumi. Ada hal dimana iman dan pengetahuan diperlukan
dan harus selaras sesuai dengan fitrah potensi yang diciptakan Allah untuk
manusia sebagai penciptanya. Di sini peran Islam sangatlah penting. Islam berlaku
bukan hanya kepada muslim saja, melainkan kepada semua umat manusia
sehingga masyarakat madani atau civil society yang mengacu kepada peradaban
Islam bisa menjadi jawaban dari permasalahan hari ini.
33
Najiyah Martiam, Resensi Buku Fanatisme, Ekstrimisme, Dan Penyingkiran Ciri Antropologis
Pengetahuan, Majalah Kawistara Vol.3 No.2 Tahun 2013, hlm.117-226
34
Lihat Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern Dalam Islam karya Abdul SAni
35
Lihat Al-Qur’an surat 16 ayat 36
36
Yosephus Mainake dan Luthvi Febryka Nola, Dampak Pasal-pasal Multitafsir dalam Undang-
undang Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Info Singkat Vol.XII, No.16, Agustu 2020,
PUSLIT BKD

13
Kesimpulan
Era Milenial yang memberikan informasi secara luas namun menjadikan
masyarakat menjadi mudah tergiring informasi dan opini sehingga muncul sikap
jumud diawali dengan bid’ah dan taklid dalam bentuk yang baru. Jumud adalah
bentuk ketidak-merdekaan diri yang tidak sesuai dengan fitrah manusia dengan
mengkultuskan sumber informasi tanpa adanya penelaahan kembali. Jumud di era
milenial berlaku pada seluruh manusia, begitupun Islam berlaku kepada seluruh
umat Islam seharusnya Islam bisa menjadi solusi untuk di era ini. Tetapi, jumud
mengganggu bahkan membunuh usaha untuk terwujudnya masyarakat madani
yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad sebagai Bapak Peradaban Islam
yang menghendaki kemerdekaan dalam berfikir dengan menggunakan potensi
wahyu, akal, dan hati yang dipunyai manusia. Dibuktikan dengan hilangnya nilai-
nilai masyarakat madani takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, pluralisme dan
toleransi pada generasi milenial.

14
Daftar Pustaka

Buku
Abduh, Muhammad. (1979). Risalah Tauhid Terj. K.H.Firdaus.A.N, Jakarta:
Bulan Bintang
Al-Faruqi, Ismail Raji’. (1984). Islamisasi Ilmu Pengetahuan Terj.Annas
Mahyudin. Bandung: Pustaka
Begs, M.Abdul Jabar. (1986). Perspektif Pradaban. Bandung: Pustaka
Maududi, Abu A’la. (1984). Langkah-langkah Pembaharuan Dalam Islam Terj.
Dadang Kahmad dan Afif Muhammad. Bandung: Pustaka
Prayitno, Irwan dan Abu Ridha. (2002). Al-Ghazw Al-Fikri. Bekasi : Pustaka
Tarbiatuna
Quthb, Sayid. (1983). Masyarakat Islam Terj. H.A.Mu’thi Nurdin SH. Bandung:
Al-Ma’arif
Sani, Abdul. (1998). Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern Dalam
Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Setiadi, Julianto Arif dan Bahrul Ulum. 2010. Teknologi Informasi dan
Komunikasi untuk SMP/ MTs kelas IX. Jakarta: Kementrian Kebudayaan,
Widya Pajajaran
Sulisworo, Dwi. (2013). Peningkatan Civil Society Untuk Kemajuan IPTEK dan
Ketahanan Nasional. Yogyakarta: Cerita Media
Udin S, H, Winataputra, Sapriya. (2018). Modul Paradigma Baru PKn di SD/MI,
Yetty Purdiantarai. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Paket C
Setara SMA/MA Kelas XI Modul Tema 7 : Linimasa Demokrasi. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan-Ditjen
Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat-Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

15
Tesis dan Skripsi
Arifin Imam. (2018). Konsep Masyarakat Madani Menurut Nurcholis MAjdid.
Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Ahmad Ramdani. (2018) Konsepsi Masyarakat Madani dalam Perspektif Islam.
Tesis. Lampung: UIN Raden Intan Lampung

Jurnal
Arifin, Syamsul. (2009). Mewujudkan Masyarakat Madani di Era Reformasi.
Jurnal Dialog Peradaban Titik-Temu, 1(2), 53-71,
http://nurcholishmadjid.org/assets/pdf/jurnal/Titik-Temu-vol-1-no-2.pdf
Asrori, Mohammad. (2014). Masyarakat Madani dan Pendidikan Islam
(Mengkonstrukai Masyarakat Madani Melalui Pendidikan Islam).
MADRASAH 6 (2), https://media.neliti.com/media/publications/148548-ID-
masyarakat-madani-dan-pendidikan-islam-m.pdf
Astuti, Ngudi. (2012). Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
Di Indonesia (Konsep dan Strategi Mewujudkan Kesejahteraan Umat yang
Demokratis, Adil, dan Makmur). Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi, 11(2),
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jmb/article/view/6262
Hakim, Lukmanul. (2012). Islam, Pluralitas Agama, dan Pembentukan
Masyarakat Madani di Indonesia. Jurnal Multikultural dan Multireligous
Gagasan Utama, XI,.
https://jurnalharmoni.kemenag.go.id/index.php/harmoni/article/download/
228/186
Holis. (2019). Taqlid dan Ijtihad dalam Lintasan Sejarah Perkembangan Hukum
Islam. Junral Pemikiran dan Pembahatuan Hukum Islam. Al-Qanun, 2(1),
72-91, http://jurnalfsh.uinsby.ac.id/index.php/qanun/article/view/832
Khalik, Abu Tholib, (2012), Masyarakat Madani dan Sosialisme. Jurnal TAPIs, 8
(2), http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/TAPIs/article/download/
1563/1291

16
Kosasih, Aceng. Konsep Masyarakat Madani.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196509171990011-
ACENG_KOSASIH/MASYARAKAT_MADANI.pdf
Madjid, Nurcholis. (2009). Mewujudkan Masyarakat Madani di Era Reformasi.
Jurnal Dialog Peradaban Titik-Temu, 1(2), 15-30,
http://nurcholishmadjid.org/assets/pdf/jurnal/Titik-Temu-vol-1-no-2.pdf
Mainake, Yosephus & Lutvhi Febryka Nola. (2020). Dampak Pasal-Pasal Dalam
Undang-Undang Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Info Singkat,
XII(16), https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-
XII-16-II-P3DI-Agustus-2020-2047.pdf
Martian, Najiyah. (2013). Resensi Fanatisme, Ekstremisme, dan Penyingkiran Ciri
Antropologis Pengetahuan. KAWISTARA, 3(2), 117-226, PDF
Masroer, C Jb dan Lalu Darmawan. (2016). Wacana Civil Society (Masyarakat
Madani di Indonesia). Sosiologi Reflektif, 10(2), 35-63,
https://media.neliti.com/media/publications/131496-ID-none.pdf
Mas’udi, Wawan. (1999). Masyarakat Madani: Visi Etis Islam tentang Civil
Society. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Mahasiswa Ilmu
Pemerintahan Universitas Gajah Mada Yogyakarta, 3 (2),
https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/11137
Perdana, Ariwan K. (2019). Generasi Milenial dan Strategi Pengelolaan SDM Era
Digital. Jurnal Studi Pemuda, 8(1),
https://jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda/article/view/45287
Rahmawati, Devie. (2018) Risiko Polarisasi Algoritma Media Sosial: Kajian
tentang Kerentangan Sosial dan Ketahanan Bangsa, Jurnal LEMHANNAS
RI, 33, 46-48. http://jurnal.lemhannas.go.id/index.php/jkl/article/view/114
Suroto. (2015). Konsep Masyarakat Madani Di Indonesia Dalam Masa
Postmodern (Sebuah Analitis Kritis). Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan 5
(9), https://media.neliti.com/media/publications/121296-ID-konsep-
masyarakat-madani-dii-indonesia-d.pdf
Tabrani, ZA. (2016). Transformasi Teologis PolitikDemokrasi Indonesia (Telaah
Singkat tentang Masyarakat Madani dalam Wacana Pluralisme agama di

17
Indonesia). Al-Ijtima’I-Internasional Of Government and Social Science.
2(1), 41-56,
https://journal.ar-raniry.ac.id/index.php/jai/article/download/26/11/
Wasitohadi. Pendidikan Kewarganegaraan yang Transformatif Menuju
Terwujudnya Masyarakat Madani.
https://ris.uksw.edu/download/jurnal/kode/J00861

Website
https://kbbi.web.id/ diakses pada 04 Maret 2021 pukul 07.28

Hasil Survei
Aditya Wicaksono, Irawan Aan Yusufianto, Dan lain-lai, Asosiasi Penyelenggara
Jasa Internet Indonesia. Survei Internet APJII Tahun 2019-2020.
https://apjii.or.id/survei

Video dan Sinematografi


https://www.youtube.com/watch?v=Ghl9tpBFbGs&t=430s diakses pada 26
Februari 2021 pukul 05.36 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=agNkV1D-sFo&t=3378s diakses pada 27
Februari 2021 pukul 10.20 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=AplK2LrNYhs diakses pada 27 Februari 2021
pukul 10.27 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=GZv3eXTxF-8 diakses pada 27 Februari 2021
pukul 10.38 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=OcJRmqZwczI diakses pada 27 Februari
2021 pukul 11.07 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=yZlq6LxeLNI diakses pada 27 Februari 2021
pukul 11.57 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=AplK2LrNYhs diakses pada 28 Februari 2021
pukul 04.20 WIB

18
https://www.youtube.com/watch?v=04S677Hh0Hs&feature=youtu.be diakses
pada 5 Maret 2021 pukul 05.36 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=o4SkY1Sgwdg diakses pada 5 Maret 2021
pukul 05.57 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=AP0NACavjfk diakses pada 5 Maret 2021
pukul 05.36 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=RrdMtLPGQ-k diakses pada 5 Maret 2021
pukul 06.28 WIB

19
FORMULIR CALON PESERTA
INTERMEDIATE TRAINING (LK2)
TINGKAT NASIONAL
CABANG CIREBON
TAHUN 2021

A. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap/Panggilan : Syahidah Qolbiya Sakinah / Qolbi
2. Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 11 agustus 1997
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status Keluarga : Belum menikah
5. Alamat Asal (Lengkap) : Perumahan Victoryland Blok K no.4, Desa Jatiendah,
Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung
6. No. Telepon/HP : 089677101497
7. Email : syhidahqolbiya@gmail.com
B. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
8. Pendidikan Sekarang
a. Universitas/Institut : UIN Sunan Gunung Djati
b. Fakultas : Adab dan Humaniora
c. Jurusan : Sejarah Peradaban Islam
d. Angkatan : 2016
9. Jenjang Pendidikan Sebelumnya Tahun Masuk Tahun Lulus
a. SD/MI : MI Zakaria 2004 2009
b. SMP/MTS : SMPN 22 Bandung 2009 2012
c. SMA/MAN : SMA Alfa Centauri 2012 2015
d. Lainnya :
C. PENGALAMAN ORGANISASI
10. Internal HMI
Jenjang Struktural Jabatan Periode
a. KOHATI Komisariat Bidang Internal 2017-2018
b. Komisariat Bidang P3A 2018-2019
c. Cabang Departemen Kewirausahaan 2019-2020
11. Eksternal HMI
Organisasi Jabatan Periode
a. Gerakan Pramuka Dewan Ambalan 2012-2013
b. Gerakan Pramuka Dewan Kerja Ranting 2012-2015
c. Gerakan Pramuka Dewan Kerja Cabang 2016-2021
D. JENJANG PERKADERAN DI HMI
12. FORMAL
Jenjang Training Cabang Penyelenggara Tahun
LK 1 Kabupaten Bandung 2016
LK 2
LK 3
13. NON FORMAL
Jenjang Training Cabang Penyelenggara Tahun

20
a.
b.

E. Gangguan Kesehatan yang dialami : Maag dan Anemia


F. Motivasi Mengikuti LK2 : Memetakan Perdaban dan mengeluarkan gagasan ke-Islam-
an di era kekinian.
G. Harapan Mengikuti LK2 : Memiliki kemampuan serta memberikan perubahan dalam
mewujudkan peradaban Islam lagi.
H. Motto Hidup : Lihat seberapa buruknya aku, kamu akan melihat kebaikanku jika kamu
tidak berburuk sangka

Bandung, 5 Maret 2021

(Syahidah Qolbiya Sakinah)

21

Anda mungkin juga menyukai