Anda di halaman 1dari 19

A.

Latar Belakang
Dalam

perspektif

teori

kognitif,

belajar

merupakan

peristiwa mental, bukan peristiwa behavior, meskipun hal-hal


yang bersifat behavior tampak lebih nyata hampir dalam setiap
peristiwa belajar. Prilaku individu bukan semata-mata respon
terhadap yang ada melainkan yang lebih penting karena
dorongan mental yang diatur oleh otaknya. Belajar adalah proses
mental

yang

menggunakan

aktif

untuk

mencapainya,

pengetahuan.

Belajar

mengingat,

menurut

teori

dan

kognitif

adalah perseptual. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh


persepsi

serta

pemahamannya

tentang

situasi

yang

berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan


perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
terlihat

sebagai

tingkah

laku

yang

tampak.

Teori

kognitif

menekankan belajar sebagai proses internal. Belajar adalah


aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari
suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi
tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi
pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan
mempelajarinya secara terpisah-pisah akan kehilangan makna.
Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses
internal

yang

mencakup

ingatan,retensi,pengolahan

informasi,emosi dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.


Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu
proses

genetik, yaitu suatu proses

yang didasarkan atas

mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin


bertambahnya
susunan

sel

umur

seseorang,

syarafnya

Perkembangan kognitif dan metakognitif

dan

maka
makin

makin

komplekslah

meningkat

pula

kemampuannya.
kedewasaan,

Ketika

akan

individu

mengalami

berkembang

adaptasi

menuju

biologis

dengan

lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahanperubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya. Piaget tidak
melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat
didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya
pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan
berbeda pula secara kualitatif.
Lalu bagaimana hubungan perkembangan kognitif dan
metakognitif? Perkembangan metakognitif menurut Vygotsky,
kemampuan metakognitif berada diruang lingkup mediasi. Bagi
Vygots, landasan utama memahami proses-proses sosial dan
psikologi terletak pada tanda-tanda atau lambang-lambang yang
berfungsi

sebagai

mediator.

Kemudian,

Vygots

membagi

kemampuan mediasi dalam dua jenis : mediasi metakognitif dan


mediasi kognitif.
Flavel memberikan definisi metakognitif sebagai kesadaran
seseorang tentang bagaimana ia belajar, kemampuan untuk
menilai kesukaran suatu masalah, kemampuan untuk mengamati
tingkat pemahaman dirinya, kemampuan menggunakan berbagai
informasi untuk mencapai tujuan, dan kemampuan menilai
kemajuan

belajar

sendiri.

Jadi

sebenarnya

perkembangan

metakognitif adalah suatu kesadaran tentang kognitif kita


sendiri, bagaimana kognitif kita bekerja serta bagaimana
mengaturnya. Perkembangan ini sangat penting terutama untuk
keperluan

efisiensi

penggunaan

kognitif

kita

dalam

menyeleseikan masalah. Secara ringkas metakognitif dapat


diistilahkan sebagai Thingking about thingking.
Pada

usia

sekolah

dasar

seiring

dengan

tuntutan

kemampuan kognitif yang harus mereka (anak /siswa), mereka


dituntut pula untuk dapat menggunakan dan mengatur kognitif
mereka.

Metakognitif

banyak

Perkembangan kognitif dan metakognitif

digunakan

dalam

situasi
2

pembelajaran

seperti

dalam

menyeleseikan

soalpemecahan

masalah matematika, membaca buku, bermain peran dsbnya.


Suherman

(2001:96)

metakognitif

menyatakan

bahwa

dapat diupayakan melalui

perkembangan

cara

dimana

anak

dituntut untuk mengobservasi tentang apa yang mereka ketahui


dan kerjakan, dan untuk merefleksi tentang apa yang dia
observasi. Oleh karena, sangat penting bagi guru atau pendidik
(termasuk

orang

metakognitif

tua)untuk

baik

mengembangkan

melalui

kemampuan

pembelajaran

ataupun

mengembangkan kebiasaan dirumah.


Dengan

berkembangnya

berbagai

teori

tentang

perkembangan kognitif dan metakognitif, kami ingin membahas


dan

menganalisa

tentang

perkembangan

kognitif

dan

metakognitif. Atas dasar itulah kami menulis makalah ini tentang


Perkembangan Kognitif dan Metakognitif
B.

Masalah dan Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada makalah ini

akan

dibahas

segala

sesuatu

yang

berhubungan

dengan

perkembangan kognif dan metakognitif. Permasalah yang akan


dibahas pada makalah ini antara lain :
1.

Bagaimana

pentingnya

perkembangan

kognitif

dan

metakognitif ?
2. Siapakah

tokoh-tokoh

yang

berperan

penting

dalam

perkembangan teori-teori tentang perkembangan kognitif dan


metakognitif?
3. Bagaimana aplikasi teori tentang perkembangan kognitif dan
metakognitif dalam kegiatan pembelajaran?
C.

Tujuan Penulisan Makalah

Perkembangan kognitif dan metakognitif

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk membahas


mengenai perkembangan kognitif dan metakognitif yang meliputi
pentingnya perkembangan kognitif dan metakognitif,tokoh-tokoh
yang berperan penting dalam perkembangan kognitif dan
metakognitif, serta bagaimana aplikasi perkembangan kognitif
dan metakognitif pada kegiatan pembelajaran.

A.

Pentingnya Perkembangan Kognitif dan Metakognitif


Teori

belajar

kognitif

berbeda

dengan

teori

belajar

behavioristik. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses


belajar dari pada hasil belajarnya. Belajar merupakan aktifitas
yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses
belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulusnyang
diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang
sudah

dimiliki

berdasarkan

dan

terbentuk

pemahaman

didalam

dan

pikiran

seseorang

pengalaman-pengalaman

sebelumnya. Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara


lain

tampak

dalam

rumusan-rumusan

seperti

Tahap-tahap

perkembangan oleh J.Piaget. Paul Suparno menggambarkan


tahap-tahap perkembangan kognitif menurut J.Pegeat sebagai
berikut :

Perkembangan kognitif dan metakognitif

Tabel tahap perkembangan menurut J.Peaget


TAHAP

UMUR

SENSORIMOTOR

0-2 tahun

PRAOPERASI

2-7 tahun

OPERASI KONKREI

8-11 tahun

OPERASI FORMAL

11 tahun
keatas

CIRI POKOK
PERKEMBANGAN
Berdasar tindakan
langkah demi langkah
Penggunaan
simbol/bahasa
Tanda
Konsep intuitif
Pakai aturan jelas/logis
Reversibel dan kekekalan
Hipotesis
Abstrak
Deduktif dan induktif
Logis dan Probabilitas

Perkembangan kognif yang digambarkan Piaget merupakan


proses adaptasi intelektual. Adaptasi ini merupakan proses yang
melibatkan skemata, asimilasi, akomodasi, dan equilibration.
Skemata adalah struktur kognitif berupa ide,konsep, gagasan.
Asimilasi ialah proses perubahan apa yang dipahami sesuai
dengan struktur kognitif (skemata) yang ada sekarang. Asimilasi
adalah proses pengintegrasian informasi baru ke dalam struktur
kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Akomodasi adalah
proses penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi baru.
Equilibration adalah pengaturan diri secara mekanis untuk
mengatur
Asimilasi

keseimbangan
dan

proses

akomodasi

akan

asimilasi
terjadi

dan

akomodasi.

apabila

seseorang

mengalami konflik kognitif atau suatu ketidak simbangan antara


apa

yang

telah

diketahui

dengan

apa

yang

dilihat

atau

dialaminya. Proses ini akan mempengaruhi struktur kognitif,


dimana proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap asimilasi,
akomodasi dan equilibrasi. Sebagai contohnya seorang anak
sudah memahami prinsip pengurangan. Ketika mempelajari
prinsip pembagian, maka terjadi proses pengintegrasian antara
prinsip pengurangan yang sudah dikuasainya dengan prinsip
pembagian (informasi baru). Inilah yang disebut proses asimilasi.
Jika anak tersebut diberikan soal-soal pembagian, maka situasi

Perkembangan kognitif dan metakognitif

ini disebut akomodasi. Artinya, anak tersebut sudah dapat


mengaplikasikan atau memakai prinsip-prinsip pembagian dalam
situasi yang baru dan spesifik.
Anderson & Krathwohl (2001) merevisi taksonomi Bloom
tentang aspek kognitif menjadi dua dimensi yaitu :
1. Dimensi proses kognitif : aspek sintesis digabung dengan
aspek analisis atau evaluasi ditambahkannya aspek kreasi
diatas

aspek

evaluasi.

Indikator-indikatornya

membangun/mengkonstruksi

(generating),

adalah

merencanakan

(planning, menghasilkan (producing).


2. Dimensi

pengetahuan.

Aspek-aspek

dari

dimensi

pengetahuan pada revisi taksonomi Bloom meliputi :


a). Pengetahuan faktual (factual knowledge)
b). Pengetahuan konseptual (conceptual knowledge)
c). Pengetahuan prosedural (procedural knowledge)
d).

Pengetahuan

metakognitif

(metaconitive

knowledge)
Pengetahuan

kognitif

meliputi

pengetahuan

strategik,

pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif termasuk kontekstual


dan kondisional, pengetahuan diri (self-knowledge). Konsekuensi
logis dari penilaian pengetahuan metakognisi sebagai salah satu
hasil belajar, maka metakognitif bukan lagi hanya dipandang
sebagai dampak pengiring dalam pembelajaran, melainkan
dampak instruksional (tujuan pembelajaran).
Guru harus merancang pembelajaran sedemikian rupa
sehingga dapat menumbuhkan

kemampuan metakognitif

siswa. Untuk keperluan itu guru harus memahami apa itu


metakognitif, komponen-komponen pembangun metakognitif dan
bagaimana mengimplementasikan metakognitif pada kegiatan
pembelajaran.
Perkembangan Metakognitif Pada anak

Perkembangan kognitif dan metakognitif

Menurut Desmita (2006:137), pada umumnya teoriteori tentang kemampuan kognitif mendapat inspirasi dari
penelitian J.H Plavel mengenai pengetahuan metakognitif dan
penelitian A.L. Brown mengenai metakognitif atau pengontrolan
pengaturan diri (self-regulation) selama pemecahan masalah.
Sementara

Wellman

menunjukan

bahwa

dan

Gelman

pemahaman

(Desmita,2006:138)

anak

tentang

pemikiran

manusia tumbuh secara ekstensif sejak tahun-tahun pertama


kehidupannya. Kemudian pada usia 3 tahun anak menunjukan
suatu

pemahaman

bahwa

kepercayaan-kepercayaan

dan

keinginan-keinginan internal dari seseorang berkaitan dengan


tindakan-tindakan

orang

tersebut.

Secara

rinci

Wellman

menunjukan kemajuan pikiran pada anak usia 3 tahun dalam 4


tipe pemahaman yang menjadi dasar bagi pemikiran teoritis
mereka yaitu :
1. Memahami bahwa pemikiran terpisah dari objek-objek lain
2. Memahami bahwa pekiran menghasilkan keinginan dan
kepercayaan
3. Memahami tentang bagaimana tipe-tipe keadaan mental yang
berbeda-beda
4. Memahami bahwa pikiran digunakan untuk menggambarkan
realitas eksternal.
Berdasarkan hal ini, berarti kemampuan metakognitif telah
berkembang sejak masa anak-anak awal dan terus berlanjut
sampai usia sekolah dasar dan seterusnya mencapai bentuknya
yang lebih mapan. Pada usia sekolah dasar seiring dengan
tuntutan

kemampuan

kognitif

yang

harus

dikuasai

oleh

anak/siswa, mereka dituntut pula untuk dapat menggunakan dan


mengatur kognitif mereka. Metakognitif

banyak digunakan

dalam situasi pembelajaran.


Menurut Suherman (2001 : 96), kemampuan metakognitif
tidak muncul dengan sendirinya,tetapi memerlukan latihan
sehingga menjadi kebiasaan. Perkembangan metakognitif dapat
Perkembangan kognitif dan metakognitif

diupayakan

melalui

cara

dimana

anak

dituntut

untuk

mengobservasi tentang apa yang mereka ketahui dan kerjakan,


dan untuk merefleksi tentang apa yang dia observasi. Oleh
karena itu sangat penting bagi guru (pendidik) termasuk orang
tua

untuk

melalui

mengembangkan

pembelajaran

kemampuan

ataupun

metakognitif

mengembangkan

baik

kebiasaan

dirumah.
Ada 3 strategi yang dapat dikembangkan oleh guru untuk
meningkatkan kemampuan metakognitif pada pebelajar (siswa)
yaitu :
1. tahap proses sadar belajar, meliputi proses : menetapkan
tujuan belajar, mempertimbangkan sumber belajar yang akan
dapat diakses, menentukan bagaimana kinerja terbaik siswa
yang akan dievaluasi, mempertimbangkan tingkat motivasi
belajar, menentukan tingkat kesulitan belajar siswa.
2. tahap merencanakan belajar, meliputi proses memperkirakan
waktu yang dibutuhkan untuk menyeleseikan tugas belajar,
merencanakan waktu belajar dalam bentuk jadwal serta
menentukan skala prioritas dalam belajar, mengorganisasikan
materi pelajaran, mengambil langkah-langkah yang sesuai
untuk belajar dengan menggunakan strategi belajar
3. tahap

monitoring

dan

refleksi

belajar,

meliputi

proses

merefleksikan proses belajar, memantau proses belajar melalui


pertanyaan dan tes diri.
Dengan melaksanakan 3 tahap tersebut harapannya kemampuan
metakognitif siswa dapat meningkat, sehingga pada akhirnya
akan terbiasa menghadapi soal-soal atau permasalahan yang
berbentuk pemecahan masalah.

Perkembangan kognitif dan metakognitif

B.

Tokoh-tokoh

yang

perkembangan

berperan

teori

penting

perkembangan

pada

kognitif

dan

metakognitif
1. Teori Perkembangan Piaget

Gambar 1. Jean Piaget (1896-1980)

Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar


pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran para pakar
kognitif

lainnya.

Menurut

Piaget,

perkembangan

kognitif

merupaka suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang


didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem
syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang maka
makin kompleks susunan sarafnya dan makin meningkat pula
kemampuannya.
kedewasaan,

Ketika

akan

individu

mengalami

berkembang

adaptasi

biologis

menuju
dengan

lingkungannya, yang akan menyebabkan adanya perubahanperubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya. Piaget tidak
melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat
didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya
pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan
berbeda secara kualitatif.
Bagaimana seseorang memperoleh kecakapan intelektual,
pada umumnya akan berhubungan dengan proses mencari
keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan mereka
ketahui pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat suatu
fenomena

baru

sebagai

pengalaman

Perkembangan kognitif dan metakognitif

atau

persoalan.

Bila
9

seseorang dalam kondisi sekarang dapat mengatasi situasi baru,


keseimbangan mereka tidak akan terganggu, jika tidak ia harus
melakukan adaptasi dengan lingkungannya.
Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti
pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya.
Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkis, artinya harus dilalui
berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar
sesuatu yang berada diluar tahap kognitifnya. Piaget membagi
tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu ;
a. Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)
b. Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
c. Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)
d. Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)
2. Teori belajar menurut Bruner
Jerome Bruner (1966) adalah seorang pengikut setia teori
kognitif, khususnya dalam studi perkembangan fungsi kognitif.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui
tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat melihat
lingkungan, yaitu :
1. tahap enaktif, seseorang melakukan aktifitas-aktifitas dalam
upaya memahami lingkungan, artinya dalam memahami
dunia sekitar anak menggunakan pengetahuan motoriknya
2. tahap

ikonik,

seseorang

memahami

objek-objek

atau

dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal


3. tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau
gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuannya dalam berbahasa dan logika.
Menurut

Bruner,

ditingkatkan
menyajikannya

perkembangan

dengan
sesuai

menyusun
dengan

kognitif
materi

tahap

seseorang
pelajaran

perkembangan

dapat
dan
orang

tersebut.
3. Kemampuan Metakognitif ala Vygotsky
Perkembangan kognitif dan metakognitif

10

Gambar 2. Lev Semenovich Vygotsky (1896-1934)

Vygotsky menetapkan
tiga

bentuk

hukum

konsep perkembangan kognitif dalam

genetik

tentang

perkembangan,

zona

perkembangan proksimal dan mediasi. Kemampuan metakognitif


dikupas Vygotsky berada dalam lingkup mediasi. Bagi Vygotsky ,
landasan utama memahami proses-proses sosial dan psikologi terletak
pada tanda-tanda atau lambang-lambang yang berfunsi sebagai
mediator. Kemudia Vygotsky membagi kemampuan mediasi dalam dua
jenis : Mediasi metakognitif dan mediasi kognitif.
Mediasi kemampuan metakognitif
Mediasi kemampuan

metakognitif adalah alat-alat semiotik yang

bertujuan untuk bisa melakukan pengaturan diri yang meliputi :


perencanaan (self planning), pengamatan (self mentoring), penilaian
(self checking) dan evaluasi
berkembang

(self evaluation). Mediasi metakognitif

dalam komunikasi

antar diri seorang anak. Selama

menjalani kegiatan bersama, oarang dewasa dan rekan sebaya yang


lebih pengalaman bisa menggunakan alat-alat sismotik tertentu untuk
mengatur tingkah laku anak. Selanjutnya si anak sendiri
menggunakan alat-alat sismotik tersebut

yang akan

untuk dijadikan sarana

pembentukan regulasi diri.


Keuntungan Perkembangan Kemampuan metakognitif
Berdasarkan proses perkembangan kemampuan metakognitif diatas,
dapat dipahami ada beberapa keuntungan yang didapat :

Anak mendapat kesempatan yang luas untuk mengembangkan


potensi melalui belajar dan proses perkembangan potensi.

Perkembangan kognitif dan metakognitif

11

Pembelajaran

yang

harus

difokuskan

kepadanya

perlu

lebih

dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensi dibandingkan

dengan tingkat perkembangan yang lainnya.


Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk

mengembangkan potensi dari pada perkembangan pribadinya


Anak diberi kesempatan yang luas untuk menggabungkan
pengetahuan yang telah dipelajari dengan pengetahuan secara
prosedural, yang dapat

digunakan untuk melakukan tugas dan

menyeleseikan masalah yang dimilikinya.


Proses balajar dan pembelajaran tidak sekedar proses transfer,
tetapi lebih mengarah kepada proses membentuk pengetahuan
secara bersama-sama dengan semua pihak yang

bergabung

didalamnya.
Dengan memahami proses perkembangan kemampuan metakognitif,
khususnya di dalam belajar, menunjukan bahwa pembentukan anak
untuk produktif dan kreatif harus dilakukan sejak dini, sehingga
kehidupan anak senantiasa ceria dan bahagia.
4. Teori Belajar Bermakna Ausubel
Teori-teori

belajar

yang

ada

selama

ini

masih

banyak

menekankan pada belajar asosiatif atau belajar menghafal. Belajar


demikian tidak banyak bermakna bagi siswa. Belajar seharusnya
merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari
diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang yelah
dimiliki siswa dalam bentuk stuktur kognitif.
Struktur kognitif merupakan struktur organisasional yang ada
dalam

ingatan

seseorang

yang

mengintegrasikan

unsur-unsur

pengetahuan yang terpisah-pisah kedalam suatu unit konseptual. Teori


kognitif banyak memusatkan perhatian pada konseptual. Teori kognitif
banyak

memusatkan perhatian pada konsepsi bahwa perolehan dan

retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang


telah dimiliki siswa. Dan yang paling awal menggemukakan tentang
konsepsi adalah Ausubel.
Berdasarkan pada konsepsi

organisasi kognitif seperti yang

dikemukakan Ausubel tersebut, dikembangkan

oleh pakar teori

kognitif suatu model yang lebih eksplisit yang disebut dengan skemata.
Sebagai

struktur

organisasional,

Perkembangan kognitif dan metakognitif

skemata

berfungsi

untuk
12

mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah, atau


sebagi tempat untuk mengkaitkan pengetahuan baru,atau dapat
dikatakan bahwa skemata memiliki fungsi ganda, yaitu :
1. sebagai skema yang menggambarkan atau mempresentasikan
organisasi pengetahuan. Seseorang yang ahli dalam suatu bidang
tertentu akan dapat digambar dalam skemata yang dimilikinya.
2. Sebagai kerangka atau

tempat

untuk mengkaitkan

atau

mengaitkan pengetahuan baru.


5. Metakognitif menurut Flavell
Metakognisi merupakan istilah yang diperkenalkan oleh Flavell
pada tahun 1976. Menurut Flavell sebagaimana dikutip oleh Livingston
(1997), metakognisi terdiri

dari pengetahuan metakognitif dan

pengalaman atau regulasi metakognitif. Pengetahuan metakognitif


menunjukan pada diperolehnya pengetahuan tentang proses-proses
kognitif, pengetahuan

yang dapat dipakai untuk mengontrol proses

kognitif, sedangkan pengalaman

metakognitif adalah proses-proses

yang dapat diterapkan untuk mengontrol aktivitas-aktivitas kognitif


dan mencapai tujuan kognitif.
C.

Aplikasi Perkembangan Kognitif Dan metakognitif Dalam


kegiatan Pembelajaran
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu

aktifitas

belajar

yang

berkaitan

dengan

penataan

informasi,

reorganisasi, perseptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran


yang berpijak

pada teori-teori kognitif ini sudah banyak digunakan.

Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi


dan tujuan pembelajaran. Kegiatan-kegiatan pembelajaran mengikuti
prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses
berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui
tahap-tahap tertentu
2. Anak usia prasekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar
dengan baik, terutama dengan menggunakan benda-benda konkret
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan,
karena dengan hanya mengaktifkan siswa maka proses asimilasi

Perkembangan kognitif dan metakognitif

13

dan akomadasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan


baik
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retansi belajar perlu
mengkaikan pengalaman atau informasi

baru dengan restruktur

kognitif yang telah dimiliki si belajar


5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran
disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari
sederhana ke kompleks
6. Belajar
memahami akan lebih bermakna dari pada belajar
menghafal. Agar bermakna informasi baru harus disesuaikan dan
dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas
guru adalah menunjukan hubungan antara apa yang sedang
dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan.
Peranan metakognitif terhadap keberhasilan belajar
Metakognitif pada dasarnya adalah adalah kemampuan belajar
bagaimana

seharusnya

belajar

dilakukan

yang

didalamnya

dipertimbangkan dan dilakukan aktivitas-aktivitas berikut (Taccasu


Project,2008)
1. Mengembangkan suatu rencana kegiatab belajar
2. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan nya berkenaan dengan
kegiatan belajar
3. Menyusun suatu program belajar untuk konsep, kerampilan, dan
ide-ide baru
4. Mengidentifikasi dan menggunakan pengalamannya sehari-hari
sebagai sumber belajar
5. Memanfaatkan tehnologi modern sebagai sumber belajar
6. Memimpin dan berperan serta dalam diskusi dan pemecahan
masalah kelompok
7. Belajar dari dan bagaimana mengambil manfaat pengalaman
orang-orang tertentu yang telah berhasil dalam bidang tertentu
8. Memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan belajarnya
Pengembangan Metakognisi Peserta Didik
Pengetahuan

metakognitif

menunjukan

pada

diperolehnya

pengetahuan tentang proses-proses kognitif, pengetahuan yang dapat


dipakai untuk mengontrol proses kognitif, sedangkan pengalaman

Perkembangan kognitif dan metakognitif

14

metakognitif adalah proses-proses yang dapat diterapkan untuk


mengontrol aktivitas-aktivitas kognitif dan mencapai tujuan kognitif.
Mengingat pentingnya peranan metakognisi dalam keberhasilan
belajar, maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik
dapat

dilakukan

metakognisi

dengan

metakognisi

pembelajar berarti

mereka.

Mengembangkan

membangun fondasi untuk belajar

secara aktif. Guru atau dosen sebagai perancang kegiatan belajar dan
pembelajaran, mempunyai tanggungjawab dan kesempatan untuk
mengembangkan

metakognisi

pembelajar.

Strategi

yang

dapat

dilakukan guru atau dosen dalam mengembangkan metakognisi


peserta didik melalui kegiatan belajar dan pembelajaran adalah
sebagai berikut (Taccasu Project,2008)
1. Membantu peserta didik dalam mengembangkan strategi belajar
dengan :
a) Mendorong pembelajar

untuk memonitor proses belajar dan

berpikirnya
b) Membimbing pebelajar dalam mengembangkan strategi-strategi
belajar yang efektif
c) Meminta pembelajar untuk membuat prediksi tentang informasi
yang akan muncul atau disajikan berikutnya

berdasarkan apa

yang mereka telah baca atau pelajari


d) Membimbing pembelajar untuk mengembangkan kebiasaankebiasaan bertanya
e) Menunjukkan kepada

pembelajar

bagaimana

mentransfer

pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, ketrampilan-ketrampilan


dari situasi ke situasi yang lain.
2. Membimbing pebelajar dalam mengembangkan kebiasaan peserta
didik yang baik melalui :
a) Mengembangkan

kebiasaan

mengelola

diri

sendiri

dapat

dilakukan dengan : mengidentifikasi gaya belajar yang paling


sesuai

untuk

diri

sendiri,

memonitor

dan

meningkatkan

kemampuan belajar, memanfaatkan lingkungan belajar secara


variatif
b) Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir posisf dengan cara :
meningkatkan rasa percaya diri, mengidentifikasi tujuan belajar
dan menikmati aktivitas belajar

Perkembangan kognitif dan metakognitif

15

c) Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir hirarkhis dengan cara


: membuat keputusan dan memecahkan masalah , memadukan
dan menciptkan hubungan konsep-konsep baru
d) Mengembangkan kebiasaan untuk bertanya dengan cara :
mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep utama dan buktibukti yang mendukung, membangkitkan minat dan motivasi,
memusatkan perhatian dan daya ingat.
Pengembangan metakognitif pembelajar dapat pula dilakukan dengan
aktivitas-aktivitas yang sedernaha kemudian ke yang lebih rumit.

A.

Kesimpulan

Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar


dari pada hasil belajarnya. Belajar merupakan aktifitas yang
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar
terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulusnyang diterima
dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah
dimiliki dan terbentuk didalam pikiran seseorang berdasarkan
pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Perkembangan kognitif dan metakognitif

16

Tahap-tahap

perkembangan

oleh

J.Piaget.

Paul

Suparno

menggambarkan tahap-tahap perkembangan kognitif menurut


J.Pegeat sebagai berikut :
TAHAP

UMUR

SENSORIMOTOR

0-2 tahun

PRAOPERASI

2-7 tahun

OPERASI KONKREI

8-11 tahun

OPERASI FORMAL

11 tahun
keatas

CIRI POKOK
PERKEMBANGAN
Berdasar tindakan
langkah demi langkah
Penggunaan
simbol/bahasa
Tanda
Konsep intuitif
Pakai aturan jelas/logis
Reversibel dan kekekalan
Hipotesis
Abstrak
Deduktif dan induktif
Logis dan Probabilitas

Berdasarkan hal ini, berarti kemampuan metakognitif telah


berkembang sejak masa anak-anak awal dan terus berlanjut
sampai usia sekolah dasar dan seterusnya mencapai bentuknya
yang lebih mapan. Pada usia sekolah dasar seiring dengan
tuntutan

kemampuan

kognitif

yang

harus

dikuasai

oleh

anak/siswa, mereka dituntut pula untuk dapat menggunakan dan


mengatur kognitif mereka. Metakognitif

banyak digunakan

dalam situasi pembelajaran.


Kemampuan
sendirinya,tetapi
kebiasaan.

metakognitif
memerlukan

Perkembangan

tidak
latihan

metakognitif

muncul

dengan

sehingga

menjadi

dapat

diupayakan

melalui cara dimana anak dituntut untuk mengobservasi tentang


apa yang mereka ketahui dan kerjakan, dan untuk merefleksi
tentang apa yang dia observasi. Oleh karena itu sangat penting
bagi guru (pendidik) termasuk orang tua untuk mengembangkan
kemampuan metakognitif baik melalui pembelajaran ataupun
mengembangkan kebiasaan dirumah.
Pengetahuan

metakognitif

menunjukan

pada

diperolehnya

pengetahuan tentang proses-proses kognitif, pengetahuan yang dapat


dipakai untuk mengontrol proses kognitif, sedangkan pengalaman

Perkembangan kognitif dan metakognitif

17

metakognitif adalah proses-proses yang dapat diterapkan untuk


mengontrol aktivitas-aktivitas kognitif dan mencapai tujuan kognitif.
Mengingat

pentingnya

peranan

metakognisi

dalam

keberhasilan

belajar, maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik


dapat

dilakukan

metakognisi

dengan

metakognisi

pembelajar berarti

mereka.

Mengembangkan

membangun fondasi untuk belajar

secara aktif. Guru atau dosen sebagai perancang kegiatan belajar dan
pembelajaran, mempunyai tanggungjawab dan kesempatan untuk
mengembangkan metakognisi pembelajar.
B.

Saran

Dengan makalah ini kami berharap agar kita semua dapat memahami dan
lebih mengerti tentang cara belajar dan pembelajaran yang sesuai untuk peserta
didik kita. Selain itu kita juga dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan
metakognitif mereka sehingga keberhasilan belajar dapat ditingkatkan atau
tercapai. Pengembangan kemampuan kognitif dan metakognitif dapat dilakukan
dengan cara melatih dan pembiasan sehari-hari, guna melatih pemecahan masalah
dan menyeleseikan masalah.
Dengan makalah ini kami berharap lebih banyak lagi penelitian-penelian
tentang perkembangan kognitif dan metakognitif.

Anneahira. Kemampuan Metakognitif ala Vygotsky. (Online),


www.anneahira.com/kemampuan metakognitif.htm. Diakses

Perkembangan kognitif dan metakognitif

18

8 September 2011
Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Baharudin, Wahyuni.N.2010. Teori Belajar dan pembelajaran. Yogyakarta : ARRuzz Media.
Desmita, (2006). Psikologi Perkembangan, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya
Suprijono,Agus.2009. Cooperative Learning. Teori dan Aplikasi Paikem.Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Kuntjojo. 12 April 2009. Metakognisi dan Keberhasilan Belajar Peserta Didik, (Online),
(ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/metakognisi-dan keberhasilan-pesertdidik),diakses 10 September 2011
Lidinillah Muiz,A.D,2009. Perkembangan Metakognitif dan Pengaruhnya Pada
Kemampuan Belajar Anak (Online),
(www/scrib.com/doc/55001403/Perkembangan kognitif). Diakses 9
September 2011

Perkembangan kognitif dan metakognitif

19

Anda mungkin juga menyukai