Laporan Akhir
Laporan Akhir
Disusun oleh :
KELOMPOK : A1
ASISTEN : NUR AZIZAH
135040200111029
135040200111039
135040201111062
135040200111036
135040200111121
135040200111114
135040201111049
135040201111158
135040201111180
135040200111056
135040201111106
135040201111147
135040201111153
135040201111105
135040201111090
135040200111024
135040200111080
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti halnya makhluk hidup lain, tumbuhan memerlukan makanan untuk dapat
melangsungkan kehidupannya, salah satunya adalah unsur hara. Tanaman
budidaya membutuhkan unsur hara untuk pertumbuhan dan perkembangan
hidupnya. Namun, unsur hara yang tersedia di lingkungan tidak selalu dapat
mencukupi kebutuhan tanaman. Untuk dapat mengatasi masalah kekurangan
unsur hara tersebut dapat dilakukan proses pemupukan.Pemupukan pada
umumnya bertujuan memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah, dimana
secara langsung atau tidak langsung akan dapat juga menyumbangkan bahan
makanan kepada tanaman yang tumbuh di daerah tersebut.
Jenis pupuk yang digunakan dalam proses pemupukan dapat berupa pupuk
organik dan pupuk anorganik. Pupuk yang lebih sering digunakan oleh petani
adalah pupuk anorganik karena lebih praktis, mudah didapat dan dosisnya bisa
ditentukan sesuai kebutuhan. Namun, penggunaan pupuk anorganik dapat
mengakibatkan kejenuhan pupuk di mana laju pertumbuhan produksi pertanian
semakin menurun, akibat menurunnya aktivitas biologi tanah. Sehingga kita perlu
menggunakan pupuk yang ramah lingkungan dan pupuk yang dapat memperbaiki
sifat fisik, kimia maupun sifat biologi dalam tanah.
Salah satu cara pemupukan yang murah dan mudah dilakukan serta ramah
lingkungan adalah penggunaan pupuk organik. Bahannya banyak tersedia
dilapangan dan di kebun para petani, memanfaatkan sampah-sampah rerumputan
kering, sisa-sisa tanaman, kotoran hewan dan bahan organik lainnya dapat
membantu pertumbuhan produksi pertanian. Salah satu contoh pupuk organik
adalah pupuk kompos yang cara pembuatannya akan dibahas pada laporan berikut
ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari disusunnya laporan ini antara lain:
1. Untuk mengetahui proses pembuatan kompos.
2. Untuk mengetahui kandungan pada kompos yang dibuat.
3. Untuk mengetahui teknik pembuatan kompos.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat melakukan teknik pembuatan pupuk dengan benar sehingga
produk yang dihasilkan memenuhi syarat baku kandungan unsur pupuk.
2. Mahasiswa dapat menghasilkan produk pupuk yang dapat diaplikasikan dalam
lahan pertanian.
3. Mahasiswa memperoleh bekal dan ilmu pengetahuan melalui praktikum
pembuatan pupuk sebagai peluang usaha di masa depan.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu Dan Tempat
2.1.1 Pembuatan Kompos
Tempat
: UPT Kompos Universitas Brawijaya
Waktu
: 14 Oktober 2014
2.1.2 Pengukuran C-organik
Tempat
: Lab. Kimia Tanah, Jurusan Tanah, FP-UB
Waktu
: 18 november 2014
2.1.3 Pengukuran N-total
Tempat
Waktu
2.1.4 Analisis pH
Tempat
: Lab. Kimia Tanah, Jurusan Tanah, FP-UB
Waktu
: 11 november 2014
2.1.5 Pembuatan Pupuk Granul
Tempat
: UPT Kompos Universitas Brawijaya
Waktu
: 16 Desember 2014
2.1.6 Pembuatan Pupuk Cair
Tempat
: UPT Kompos Universitas Brawijaya
Waktu
: 23 desember 2014
2.2
2.2.1
a.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.2.2
a.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2.2.3
a.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
b.
1.
2.
3.
4.
Pengukuran N-total
Alat
Timbangan
Tabung reaksi
Ruang asam
Destilator
Buret & statif
Gelas ukur
Bahan
H2SO4 pekat (86%)
H3BO3
NaOH (40%)
Aquades
5.
6.
2.2.4
a.
1.
2.
3.
b.
1.
2.
3.
2.2.5
a.
1.
2.
3.
4.
b.
1.
2.
3.
Garam selen
Bahan sampel 0,1 gr
Analisa pH
Alat
Fial film
Timbangan
pH meter
Bahan
Sampel pupuk
Larutan buffer
Aquadest
Pembuatan Pupuk Granul
Alat
Pan granular
Timbangan
Ayakan
Karung
Bahan
Pupuk kompos
Molase
Abu ketel
: membantu pembakaran
: sebagai bahan pengamatan
: tempat pencampuran pupuk dengan aquadest
: menimbang bahan
: mengukur pH kompos
: bahan pengamatan
: menetralkan pH meter
: melarutkan sampel
: alat penggranulan pupuk
: menimbang pupuk yang akan digranul
: mengayak pupuk sesuai ukuran
: tempat penampung
: bahan yang akan digranul
: bahan perekat pupuk
: perekat dan pengering
2.3.2
b. Pengukuran N Total
Menyiapkan alat dan bahan
Menimbang 0,1 g pupuk (lolos ayakan 0,5 mm)
Memasukkan ke dalam tabung reaksi
Menambahkan garam selen sebanyak 1 g
Menambahkan H22SO44 sebanyak 5 ml di ruang asam
c. Analisa pH
2.3.3
menimbang 1 kg kompos
memasukan dalam botol dan tambah air 1L
hasil
Pengukuran N total
Sampel pupuk yang telah diayak ditimbang sebnayak 0,1 gram lalu
dimasukan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan garam selen
sebanyak 1 gram. Dan tambahkan H2SO4 sebanyak 5 ml di ruang
pengasaman,
cacat hasil.
Pengukuran pH
Sampel pupukdiambil secukupnya, ditimbang sebanyak 5 gram.
Masukkan ke dalam fial film dan tambahkan aquades sebanyak 12 ml.
Pupuk dan aquades dicampur lalu dikocok selama 10 menit agar
homogen.
Larutan
didiamkan
agar
pupuk
mengendap
untuk
letakkan
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Proses Pembuatan Kompos
Langkah pertama pada pembuatan kompos adalah menyiapkan alat dan bahan
yang dibutuhkan. Bahan yang akan disiapkan antara lain: daun kelapa sawit,
limbah sayuran, kotoran sapi, dan kotoran kambing, Menurut Sutedjo (1994)
Kotoran yang bagus berwarna hitam pekat tidak encer, hijau tua, muda kental.
Kemudian daun sawit dan limbah sayuran digiling untuk memperoleh ukuran
yang lebih kecil serta mempermudah dalam proses dekomposisi. Setelah daun
sawit dan limbah sayuran sudah digiling campur dengan kotoran kambing dan
kotoran sapi. Setelah semua bahan tercampur, tambahkan EM4 dan molase. EM4
berfungsi sebagai bakteri decomposer dan molase berfungsi sebagai makanan
dari bakteri EM4. Semua bahan yang sudah dicampur dengan EM4 dan molase
diaduk merata sehingga bakteri dapat menyebar di semua bahan yang akan
dikomposkan.
Setelah campuran merata, bahan kompos dimasukkan ke dalam kotak kayu
kemudian ditutup dengan karung untuk menciptakan kondisi semi aerob yang
cocok bagi perkembangan bakteri decomposer. Menurut Handayani (2009) bahwa
pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob).
Pemeraman kompos dilakukan sekitar 2 bulan dengan 2 kali pengamatan
setiap minggunya. Pengamatan dilakukan untuk mengontrol kondisi pupuk
dengan mengukur suhu, melakukan pembalikan,mengamati perubahan warna dan
bau serta mengukur pH kompos.
Setelah 9 minggu pengamatan, kompos telah terdekomposisi sempurna dan
mengalami perubahan warna menjadi coklat kehitaman serta berbau tanah. Lalu
kompos diayak untuk memperoleh ukuran yang lebih halus dan mempermudah
dalam proses pembuatan pupuk granule nantinya. Kompos didiamkan selama 3
minggu setelah itu kompos diayak lagi dengan saringan 0,5 mm, hasil dari
pengayakan tersebut untuk membuat pupuk granul dan teh kompos. Setelah
kompos di granul, kompos dikering anginkan dan siap dikemas.
Ph
Variabel Pengamatan
Warna
Kelembaba
n
Bau
14 Oktober
17 Oktober
rata
29,8
26,4
21 Oktober
31 Oktober
Coklat
terang
Coklat
22
7,9
34,8
3
-
Coklat
Coklat
Lembab
Bau kotoran,
Lembab
bau seresah
Bau kotoran,
Lembab
bau seresah
Bau kotoran,
Lembab
bau seresah
Bau kotoran
dan bau
3 November
32
Coklat
Lembab
seresah
Tidak berbau
Lembab
Tidak Berbau
Lembab
Tidak Berbau
Lembab
Tidak berbau
Lembab
Tidak berbau
kehitama
n
6 November
31,4
7,2
Coklat
kehitama
11
27,2
November
25
kehitama
27,6
7,7
November
28
n
Coklat
n
Coklat
kehitama
26,8
November
n
Coklat
kehitama
n
penguraian
bahan
organik
dan
mematikan
mikroorganisme patogen.
Dalam 1 minggu pertama suhu berkhisar antara 26-29C pada
minggu ini belum terjadi aktifitas mokoorganisme karena menurut sri
wahyono,(2008) proses pengomposan berjalan apabila suhu mengalami
kenaikan, menurut data pengamatan suhu pengomposan mulai berjalan
suhu sama
akhir proses
2
7.2
3
7.7
pH
12
10
8
pH
6
4
2
0
1
Grafik pengamatan pH
3.2.1
Hasil Uji Lab
a. Kadar Air
BBBKO
KA=
100
BKO
5 , 933,83
100
3,83
54,8
b. C-Organik
%COrganik=
(9,88,6) 3 ( 100+54,8 )
9,8 0,5
100
0,734 1, 5 48
1,13
%BO=
100
%C Organik
58
100
1,13
58
1,95
c. N-Total
%N =
ml vcml vb
N H 2 SO 4 0,014 fk 100
gr contoh
13,080,98
0,009586 0,014 0,452 100
0,5
0,001468 100
0,15
100%KA
100
1005 4,8
100
0,452
C /N =
c organik
N total
d. C/N rasio
1,13
0.15
7,53
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pupuk adalah senyawa kimia anorganik / organik yang dijumpai di alam
atau dibuat manusia yang memiliki nilai hara langsung atau tidak langsung
bagi tanaman, pemberian pupuk yang tepat akan menghasilkan perubahan
pertumbuhan yang sifatnya positif bagi tanaman. Kompos adalah hasil
penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang
dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba
dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobic
Pada pembuatan kompos ini bahan yang digunakan adalah campuran
kotoran sapi, kotoran kambing dan sisa sayuran sebanyak 20 kg dan dicampur
dengan daun kelapa sawit kering sebanyak 20 kg, kompos ini dibuat pada
tangal 04 oktober dan kompos matang pada tangal 28 november, dengan
memiliki warna coklat kehitaman dan suhu di akhir pengomposan konstan
dari uji leb dapat diketahui bahwa kandungan c-organik dalam kompos
yang kami buat sebesar 1,13%, kandungan N total sebesar 0,15% dan rasio
C/N sebesar 7,53%, walaupun kandungan unsure C dan N tergolong rendah
namun kompos yang kami buat memiliki kandungn yang lengkap baik dari
unsure hara makro ataupun unsure hara mikro ini disebabkan oleh bahan yang
kami gunakan adalah kotaoran sapi,kotoraan kambing dan sisa sayuran yang
memiliki kandungan unsure hara yang lenglap
4.2 Saran
Semoga dangan adanya praktek pembuatan pupuk ini membuat
mahasiswa dapat membuat pupuk organic dari bahan-bahn yang lain yang
memiliki angka ekonomis tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Ardhi Ristiawan. 2012. Studi pemanfaatan aktivator lumpur aktif dan em4 dalam
proses
British Colimbia, ministry of agriculture and food, 1996. The composting process.