Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN AKHIR

TEKNOLOGI PUPUK DAN PEMUPUKAN


SANDARAN

Disusun oleh :
KELOMPOK : A1
ASISTEN : NUR AZIZAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

Ketua Kelompok : Zaenul Mustaqim (135040201111110)


Anggota
NAMA
NIM
1. Fairotul Munawaroh
2. Hariyati Khasanah
3. Kuny Lathifatul M.
4. Sri Endah Agustin
5. Ponco Nurmi Putri
6. Hannna Tri Puspa B.
7. Lucynda Windi W.
8. Sinar Asri R.
9. Novita Desiana
10. Abyan Farhanditya S.
11. Moseria Br. Meliala
12. Yesi Mias Tabah
13. Lutfi Ari Sadewo
14. Elysa Nur Marthatina
15. Effendy
16. Erviana Junaifatul A.
17. Khairul Anwar Nasution

135040200111029
135040200111039
135040201111062
135040200111036
135040200111121
135040200111114
135040201111049
135040201111158
135040201111180
135040200111056
135040201111106
135040201111147
135040201111153
135040201111105
135040201111090
135040200111024
135040200111080

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti halnya makhluk hidup lain, tumbuhan memerlukan makanan untuk dapat
melangsungkan kehidupannya, salah satunya adalah unsur hara. Tanaman
budidaya membutuhkan unsur hara untuk pertumbuhan dan perkembangan
hidupnya. Namun, unsur hara yang tersedia di lingkungan tidak selalu dapat
mencukupi kebutuhan tanaman. Untuk dapat mengatasi masalah kekurangan
unsur hara tersebut dapat dilakukan proses pemupukan.Pemupukan pada
umumnya bertujuan memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah, dimana
secara langsung atau tidak langsung akan dapat juga menyumbangkan bahan
makanan kepada tanaman yang tumbuh di daerah tersebut.
Jenis pupuk yang digunakan dalam proses pemupukan dapat berupa pupuk
organik dan pupuk anorganik. Pupuk yang lebih sering digunakan oleh petani
adalah pupuk anorganik karena lebih praktis, mudah didapat dan dosisnya bisa
ditentukan sesuai kebutuhan. Namun, penggunaan pupuk anorganik dapat
mengakibatkan kejenuhan pupuk di mana laju pertumbuhan produksi pertanian
semakin menurun, akibat menurunnya aktivitas biologi tanah. Sehingga kita perlu
menggunakan pupuk yang ramah lingkungan dan pupuk yang dapat memperbaiki
sifat fisik, kimia maupun sifat biologi dalam tanah.
Salah satu cara pemupukan yang murah dan mudah dilakukan serta ramah
lingkungan adalah penggunaan pupuk organik. Bahannya banyak tersedia
dilapangan dan di kebun para petani, memanfaatkan sampah-sampah rerumputan
kering, sisa-sisa tanaman, kotoran hewan dan bahan organik lainnya dapat
membantu pertumbuhan produksi pertanian. Salah satu contoh pupuk organik
adalah pupuk kompos yang cara pembuatannya akan dibahas pada laporan berikut
ini.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari disusunnya laporan ini antara lain:
1. Untuk mengetahui proses pembuatan kompos.
2. Untuk mengetahui kandungan pada kompos yang dibuat.
3. Untuk mengetahui teknik pembuatan kompos.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat melakukan teknik pembuatan pupuk dengan benar sehingga
produk yang dihasilkan memenuhi syarat baku kandungan unsur pupuk.
2. Mahasiswa dapat menghasilkan produk pupuk yang dapat diaplikasikan dalam
lahan pertanian.
3. Mahasiswa memperoleh bekal dan ilmu pengetahuan melalui praktikum
pembuatan pupuk sebagai peluang usaha di masa depan.

BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu Dan Tempat
2.1.1 Pembuatan Kompos
Tempat
: UPT Kompos Universitas Brawijaya
Waktu
: 14 Oktober 2014
2.1.2 Pengukuran C-organik
Tempat
: Lab. Kimia Tanah, Jurusan Tanah, FP-UB
Waktu
: 18 november 2014
2.1.3 Pengukuran N-total
Tempat
Waktu

: Lab. Kimia Tanah, Jurusan Tanah, FP-UB


: 02 Desember 2014

2.1.4 Analisis pH
Tempat
: Lab. Kimia Tanah, Jurusan Tanah, FP-UB
Waktu
: 11 november 2014
2.1.5 Pembuatan Pupuk Granul
Tempat
: UPT Kompos Universitas Brawijaya
Waktu
: 16 Desember 2014
2.1.6 Pembuatan Pupuk Cair
Tempat
: UPT Kompos Universitas Brawijaya
Waktu
: 23 desember 2014

2.2
2.2.1
a.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.2.2
a.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Alat Dan Bahan


Pembuatan Kompos dan pengukuran suhu
Alat
Kotak kayu
: tempat pengomposan
Mesin penggiling
: menggiling bahan baku kompos
Sekop
: mengangkat bahan untuk digiling
Timbangan
: menimbang bahan awal dan hasil gilingan
Garu kecil
: meratakan/mengaduk
Karung
: penutup kotak kayu saat pengomposan
Termometer
: alat pengukur suhu
Bahan
Kotoran kambing
: bahan baku kompos
Daun sawit
: bahan baku kompos
Limbah sayuran
: bahan baku kompos
Kotoran sapi
:bahan baku kompos
Molase
: sumber energi mikroorganisme dekomposer
EM4
: sebagai starter/dekomposer pupuk
Air
: melarutkan EM4 dengan molase
Pengukuran C-organik
Alat
Timbangan
: mengukur berat sampel
Oven
: mengeringkan sampel
Erlenmeyer
: tempat reaksi
Gelas ukur
: mengukur jumlah larutan yang dibutuhkan
Ruang asam
: menghilangkan gas H2SO4
Buret dan statif
: alat titrasi
Pipet tetes
: mengambil larutan dalam jumlah kecil
Bahan
Sampel pupuk 0,5 g
: bahan uji C-Organik
H2O (aquades)
: menghentikan reaksi H2SO4
Larutan K2Cr2O7
: mengikat rantai karbon
Larutan H3SO4
: memisahkan rantai karbon dengan tanah
FeSO4
: larutan titrasi
Difenilamina
: sebagai indikator perubahan warna

2.2.3
a.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
b.
1.
2.
3.
4.

Pengukuran N-total
Alat
Timbangan
Tabung reaksi
Ruang asam
Destilator
Buret & statif
Gelas ukur
Bahan
H2SO4 pekat (86%)
H3BO3
NaOH (40%)
Aquades

: menimbang sampel pupuk


: tempat reaksi
: menghentikan reaksi H2SO4
: alat destilasi
: alat titrasi
: mengukur jumlah karutan yang dibutuhkan
: memisahkan rantai karbon.
: untuk indikator titrasi N-total
: campuran sebelum penyulingan
: mengencerkan hasil destruksi

5.
6.
2.2.4
a.
1.
2.
3.
b.
1.
2.
3.
2.2.5
a.
1.
2.
3.
4.
b.
1.
2.
3.

Garam selen
Bahan sampel 0,1 gr
Analisa pH
Alat
Fial film
Timbangan
pH meter
Bahan
Sampel pupuk
Larutan buffer
Aquadest
Pembuatan Pupuk Granul
Alat
Pan granular
Timbangan
Ayakan
Karung
Bahan
Pupuk kompos
Molase
Abu ketel

: membantu pembakaran
: sebagai bahan pengamatan
: tempat pencampuran pupuk dengan aquadest
: menimbang bahan
: mengukur pH kompos
: bahan pengamatan
: menetralkan pH meter
: melarutkan sampel
: alat penggranulan pupuk
: menimbang pupuk yang akan digranul
: mengayak pupuk sesuai ukuran
: tempat penampung
: bahan yang akan digranul
: bahan perekat pupuk
: perekat dan pengering

2.2.6 Pembuatan Pupuk Cair


a. Alat
1. Timbangan
: menimbang berat sampel pupuk
2. Kain kasa
: penyaring agar pupuk tidak bercampur air
3. Botol
: tempat pembuatan. penampung pupuk cair
yang sudah jadi
b. Bahan
1. Pupuk > 0,8 mm : bahan baku pupuk cair
2. Air
: merendam pupuk
2.3 Cara Kerja
2.3.1 Pembuatan Kompos
Menyiapkan alat dan bahan
Menggrinding bahan
Menimbang bahan kompos 40 kg, menyiapkan EM4 10
ml dan molase 60 ml
Mencampurkan EM4+Molase dengan air 5000 ml
Meratakan bahan pupuk yang sudah disiapkan dilantai
Menyiram bahan dengan campuran 3 bahan (EM4,
molase, dan air)
Mengaduk hingga rata dan masukkan ke dalam kotak
kayu
Menempatkan di tempat yang teduh
Melakukan pengamatan setiap 3 hari sekali, meliputi
suhu, kadar air, warna, dan pH

2.3.2

Pengukuran C-Organik, N-Total, Analisa pH


a. Pengukuran Corganik
Menyiapkan alat dan bahan
Mengayak sampel kering dengan ayakan 0,5 mm
Menimbang 0,5 g pupuk
Memasukkan pupuk dalam labu erlenmeyer
Menambahkan K22Cr22O77 (10 ml)
Menambahkan H22SO44 (20 ml) dan mendiamkan dalam
ruang asam selama 30 menit
Menambahkan aquades 200 ml
Menambahkan H33PO44 85% (10 ml)
Menambahkan difenilamina sebanyak 30 tetes
Mentitrasi menggunakan FeSO44 sampai warnanya
berubah menjadi hijau
Mencatat volume (ml) sampel dan melakukan
perhitungan

b. Pengukuran N Total
Menyiapkan alat dan bahan
Menimbang 0,1 g pupuk (lolos ayakan 0,5 mm)
Memasukkan ke dalam tabung reaksi
Menambahkan garam selen sebanyak 1 g
Menambahkan H22SO44 sebanyak 5 ml di ruang asam

Destruksi pada suhu 30000 C sampai asap putih tipis


Mendinginkan lalu menambahkan aquadest 60 ml`
Menambahkan NaOH 40 % sebanyak 25 ml
Destilasi dengan menggunakan tampungan H33BO33
(asam borat) 20 ml hingga volume asam borat 75 ml
Titrasi dengan H22SO44 hingga tampungan (asam borat)
berubah warna
Mencatat volume titrasi dan melakukan perhitungan

Homogenkan selama 10 menit

c. Analisa pH

Ambil sampel pupuk secukupnya


Timbang pupuk 5 gram
Masukkan kedalam fial film
Tambahkan aqudest 12 ml
Homogenkan selama 10 menit
diamkan hingga terbentuk endapan
Ukur dengan ph meter

Selain pH, pengamatan juga dilakukan untuk perhitungan kadar


air

Mengambil sampel pupuk

Memasukkan dalam cawan hingga penuh

Menimbang Berat Basah (BB) bahan

Memasukkan dalam oven selama 24 jam


Mengambil bahan dan menimbang Berat Kering Oven (BKO)
setelah 24 jam
Memasukkan dalam rumus Kadar Air (KA)

2.3.3

Pembuatan pupuk granul dan pupuk cair


a. Pembuatan pupuk granul

metimbang 1 kg kompos padat halus, kemudian


memasukan ke granulator

menyalakn mesin granulator, selama pembuatan granul


(kurang lebih 15 menit)

menambahkan campuran molase 100 ml dan 100ml air


sebagai bahan pelekat

menambahkan abu bila kadar air terlalu tinggi

setelah bentuk kompos berubah bentuk menjadi granul,


mesin dimatikan
b. Pembuatan pupuk cair

menimbang 1 kg kompos
memasukan dalam botol dan tambah air 1L

melubangi ujung botol


membalik botol dengan posisi yang berlubang berada
bibawah
menampung tetesan pupuk cair dalam wadah

3.4 Analisa Perlakuan


1 Pembuatan Kompos

Bahan yang telah disiapkan kemudian digrinding sehingga ukuranya


menjadi lebih kecil-kecil, selain itu siapkan EM4 10ml dan molase 60ml,
dan tamabh dengan air 5000ml, meratakan pupuk yang sudah disiapkan
dilantai, siram larutan EM4 dan molase, mengaduk hingga rata dan setelah
tercampur rata dan masukan kekotak kayu, kemudian diamati suhu, kadar
air,warna, dan ph
2 Pengukuran C organic, N total, analisis pH
a Pengukuran C organik
Sampel pupuk diayak 0,5 mm lalu ditimbang sebanyak 0,5 gram
ditambahkan K2Cr2O7 sebanyak 10 ml berfungsi untuk mengikat rantai
karbon, H2SO4 20 ml berfungsi untuk memisahkan rantai karbon
dengan tanah kemudian didiamkan selama 30 menit diruang
pengasaman, lalu tambahkan aquades sebanyak 200 ml yang berfungsi
untuk menghentikan reaksi H2SO4. Setelah itu tambahkan H3PO4 85 %
sebanyak 10 ml untuk menghilangkan pengaruh Fe 3+, lalu tetesi dengan
difenilamina sebanyak 30 tetes sebagai indicator warna C organic.
Kemudian di titrasi dengan FeSO4 hingga berwarna hijau. Dan cacat
b

hasil
Pengukuran N total
Sampel pupuk yang telah diayak ditimbang sebnayak 0,1 gram lalu
dimasukan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan garam selen
sebanyak 1 gram. Dan tambahkan H2SO4 sebanyak 5 ml di ruang
pengasaman,

setelah itu didinginkan dan ditambahkan Aquadest

sebanyak 60 ml, NaOH 40% sebanyak 20 ml. kemudian, destilasi


dengan menggunakan kjedahl. Hasil destilasi ditampung pada
Erlenmeyer yang berisi asam borat sebanyak 20 ml. Titrasi dengan
H2SO4 sampai larutan berubah warna menjadi merah keunguan.Dan
c

cacat hasil.
Pengukuran pH
Sampel pupukdiambil secukupnya, ditimbang sebanyak 5 gram.
Masukkan ke dalam fial film dan tambahkan aquades sebanyak 12 ml.
Pupuk dan aquades dicampur lalu dikocok selama 10 menit agar
homogen.

Larutan

didiamkan

agar

pupuk

mengendap

untuk

memudahkan pengukuran. Lalu diukur dengan pH meter dan catat hasil


pengukuran.

Pembuatan pupuk granul dan pupuk cair


a Pembuatan pupuk granul
Pupuk yang telah matang dan di ayak agar halus dan ditimbang
1 kg, Lalu pupuk dimasukkan ke dalam mesin pan granular, mesin pan
granular berfungsi untuk membuat kompos yang berbentuk granul,
mesin pan granular dinyalakan dan ditambahkan molase dan abu
sebagai perekat.Ditunggu hingga pupuk membentuk bulat-bulat atau
granul.Ambil dan angina-anginkan.
b Pembuatan Pupuk Cair
Proses pembuatan pupuk cair ini diawali dengan pengambilan
bahan pupuk cair yaitu 1 kg kompos matang,

letakkan

komposkedalam botol dan tambah 1 l air, setelah itu lubangi ujung


botol dan balik dengan ujung botol yang berlubang berada dibawah,
tampung hasil tetesan dari lubang tersebut kedalam wadah.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Proses Pembuatan Kompos
Langkah pertama pada pembuatan kompos adalah menyiapkan alat dan bahan
yang dibutuhkan. Bahan yang akan disiapkan antara lain: daun kelapa sawit,
limbah sayuran, kotoran sapi, dan kotoran kambing, Menurut Sutedjo (1994)

Kotoran yang bagus berwarna hitam pekat tidak encer, hijau tua, muda kental.
Kemudian daun sawit dan limbah sayuran digiling untuk memperoleh ukuran
yang lebih kecil serta mempermudah dalam proses dekomposisi. Setelah daun
sawit dan limbah sayuran sudah digiling campur dengan kotoran kambing dan
kotoran sapi. Setelah semua bahan tercampur, tambahkan EM4 dan molase. EM4
berfungsi sebagai bakteri decomposer dan molase berfungsi sebagai makanan
dari bakteri EM4. Semua bahan yang sudah dicampur dengan EM4 dan molase
diaduk merata sehingga bakteri dapat menyebar di semua bahan yang akan
dikomposkan.
Setelah campuran merata, bahan kompos dimasukkan ke dalam kotak kayu
kemudian ditutup dengan karung untuk menciptakan kondisi semi aerob yang
cocok bagi perkembangan bakteri decomposer. Menurut Handayani (2009) bahwa
pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob).
Pemeraman kompos dilakukan sekitar 2 bulan dengan 2 kali pengamatan
setiap minggunya. Pengamatan dilakukan untuk mengontrol kondisi pupuk
dengan mengukur suhu, melakukan pembalikan,mengamati perubahan warna dan
bau serta mengukur pH kompos.
Setelah 9 minggu pengamatan, kompos telah terdekomposisi sempurna dan
mengalami perubahan warna menjadi coklat kehitaman serta berbau tanah. Lalu
kompos diayak untuk memperoleh ukuran yang lebih halus dan mempermudah
dalam proses pembuatan pupuk granule nantinya. Kompos didiamkan selama 3
minggu setelah itu kompos diayak lagi dengan saringan 0,5 mm, hasil dari
pengayakan tersebut untuk membuat pupuk granul dan teh kompos. Setelah
kompos di granul, kompos dikering anginkan dan siap dikemas.

3.2 Hasil Pengamatan


3.2.1 Hasil Pengamatan Tiap Minggu
1. Table pengamatan tiap minggu
Tanggal
Suhu
Rata-

Ph

Variabel Pengamatan
Warna
Kelembaba
n

Bau

14 Oktober
17 Oktober

rata
29,8
26,4

21 Oktober
31 Oktober

Coklat

terang
Coklat

22

7,9

34,8

3
-

Coklat
Coklat

Lembab

Bau kotoran,

Lembab

bau seresah
Bau kotoran,

Lembab

bau seresah
Bau kotoran,

Lembab

bau seresah
Bau kotoran
dan bau

3 November

32

Coklat

Lembab

seresah
Tidak berbau

Lembab

Tidak Berbau

Lembab

Tidak Berbau

Lembab

Tidak berbau

Lembab

Tidak berbau

kehitama
n
6 November

31,4

7,2

Coklat
kehitama

11

27,2

November
25

kehitama
27,6

7,7

November
28

n
Coklat
n
Coklat
kehitama

26,8

November

n
Coklat
kehitama
n

Table pengamatan tiap minggu


Menurut Miller (1991), suhu merupakan penentu dalam aktivitas
pengomposan. Pengontrolan suhu dalam timbunan kompos penting untuk
mengoptimumkan

penguraian

bahan

organik

dan

mematikan

mikroorganisme patogen.
Dalam 1 minggu pertama suhu berkhisar antara 26-29C pada
minggu ini belum terjadi aktifitas mokoorganisme karena menurut sri
wahyono,(2008) proses pengomposan berjalan apabila suhu mengalami
kenaikan, menurut data pengamatan suhu pengomposan mulai berjalan

setelah 2 minggu pengomposan berjalan hal ini ditunjukan dengan adanya


peningkatan suhu mencapai 34C dan sampai minggu ke 4 suhu tetap
berkisar 31 menurut angga kusuma,(2012) suhu tumpukan kompos antara
32C-60C menunjukan pengomposan cepat. Temperatur lebih besar dari
60C mengurangi aktifitas dari organism aktif, oleh karena itu kisaran
suhu optimal adalah 32C dann 60C. dan pada minggu berikutnya suhu
relative turun dan konstan sesuai dengan suhu ruangan yaitu sekitar 26C
menurut Ardhi Ristiawan (2012) tumpukan kompos menurun sampai
memiliki

suhu sama

dengan suhu ruangan pada

akhir proses

pengomposan. Pada proses pengomposan temperatur akhir berkisar antara


25C 27C
Sedangkan dari pengamatan warna pada akhir pengamatan warna
kompos berubah menjadi coklat kehitaman berdasarkan angga kusuma,
(2012) kompos yang telah matang memiliki kenampakan fisik berwarna
coklat kehitaman dan berbentuk remah atau menyerupai tanah
2. Table pengamatan pH
Pengamatan ke1
pH
7.93
Table pengamatan pH

2
7.2

3
7.7

pH
12
10
8
pH

6
4
2
0
1

Grafik pengamatan pH

Dari data yang diperoleh dalam 3 kali pengukuran, pH yang


didapatkan relative sama yaitu sekitar 7.2-7.9 yang masih tergolong dalam
pH yang netral, pengomposan akan berjalan efaktif pada rentang pH yang
optimum, berdasarkan british Columbia ministry of agriculture and food
(1996), pH optimum bagi mikroorganisme yang terlibat dalam
pengomposan terletak antara 6,5 dan 7,5. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pengomposan berjalan dengan baik

3.2.1
Hasil Uji Lab
a. Kadar Air
BBBKO
KA=
100
BKO

5 , 933,83
100
3,83

54,8

b. C-Organik
%COrganik=

(ml blankoml sampel) 3 ( 100+%KA )

ml blanko berat sampel


100

(9,88,6) 3 ( 100+54,8 )

9,8 0,5
100

0,734 1, 5 48
1,13

%BO=

100
%C Organik
58

100
1,13
58

1,95

c. N-Total
%N =

ml vcml vb
N H 2 SO 4 0,014 fk 100
gr contoh

13,080,98
0,009586 0,014 0,452 100
0,5

0,001468 100
0,15

faktor kadar air=

100%KA
100

1005 4,8
100

0,452

C /N =

c organik
N total

d. C/N rasio

1,13
0.15

7,53

Pada praktikum Teknologi Pupuk dan Pemupukan dengan


materi pembuatan kompos didapati hasil uji lab dengan kadar air
54,8%. Menurut literatur (Repository USU, 2011) kadar air yang
dianjurkan agar proses pengomposan adalah 40-50% hal ini
bertujuan agar mikroorganisme dapat bekerja dengan baik, kadar air
yang terlalu tinggi akan mengakibatkan bahan makanan mikroba

akan semakin memadat dan oksiken akan terblokir, sebaliknya bila


kadar air terlalu rendah maka bahan akan kering dan tidak
mendukung kehidupan mikroba. Hal ini menunjukkan pupuk yang
dibuat oleh kelas I memiliki kadar air yang lebih tinggi dari yang
dianjurkan ini disebabkan oleh bahan dari kotoran sapi yang
mamiliki kadar air yang tinggi.
C organik adalah salah satu kandungan penting pada
kompos yang dimana pemberian kompos bertujuan untuk
meningkatkan kandungan unsur C pada tanah. Menurut Wahyono,
2011 standar kandungan C yang baik pada kompos ialah 8,8-32 %.
kandungan C organik yang dimiliki oleh pupuk kompos yang telah
dibuat kelas I adalah sebesar 1,13 %

hal ini menandakan

kandungan C organik pada pupuk Kompos yang telah kami buat


sangat tidak memenuhi standar pupuk Kompos. Ini disebabkan oleh
prengunaan, Proses pengomposan menyebabkan kadar bahan
organik pada bahan kompos yang semula tinggi menjadi rendah, hal
ini terjadi karena lamanya waktu pengomposan dan juga
penggunaan starter EM4. Dimana bakteri menggunakan sebagian
unsur karbon yang ada dalam campuran pupuk kotoran sapid an
kambing sebagai sumber makanan untuk berkembang biak dan
menghasilkan energi, sehingga unsur karbon dalam bahan akan
menjadi lebih kecil ketika difermentasi dengan EM namun dalam
kotoran sapi itu sendiri tinggi akan serat dan pada kotoran kambing
tinggi akan kandungan K
Kandungan penting pada Kompos selain C organic adalah
kandungan unsur Nitrogen. Menurut Ali, 2008 standar nasional
kompos untuk parameter kandungan Nitrogen minimum adalah
0,40%. Pada pupuk yang telah kami buat didapati hasil N total
sebesar 0,15% hal ini menunjukkan kandungan pupuk kompos yang
kami buat masih kurang untuk memenuhi kandungan unsure N, ini
juga disebabkan bahan dari kotoran sapi kan kambing yang
memiliki kadar.N sebesar 0,6 dan 0,9 %.

C/N rasio didapatkan dari hasil bagi antara C organik


dengan N total. Hasil pada pupuk yang di komposkan sebesar
7,53%. Hasil ini berbeda nyata dengan standrat C/N rasio yang telah
ditentukan, yaitu sebesar 10-20% (Etika, 2007). Penurunan nisbah
C/N tersebut menunjukkan proses dekomposisi telah terjadi.
Penurunan nisbah C/N dikarenakan terjadi penurunan karbon dan
peningkatan nitrogen sehingga bahan organik akan mudah terurai
lebih cepat. Hal ini dikarenakan selama proses dekomposisi, karbon
dibebaskan oleh mikroorganisme dalam bentuk CO2 dan CH4 yang
mudah menguap

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pupuk adalah senyawa kimia anorganik / organik yang dijumpai di alam
atau dibuat manusia yang memiliki nilai hara langsung atau tidak langsung
bagi tanaman, pemberian pupuk yang tepat akan menghasilkan perubahan
pertumbuhan yang sifatnya positif bagi tanaman. Kompos adalah hasil
penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang
dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba
dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobic
Pada pembuatan kompos ini bahan yang digunakan adalah campuran
kotoran sapi, kotoran kambing dan sisa sayuran sebanyak 20 kg dan dicampur
dengan daun kelapa sawit kering sebanyak 20 kg, kompos ini dibuat pada
tangal 04 oktober dan kompos matang pada tangal 28 november, dengan
memiliki warna coklat kehitaman dan suhu di akhir pengomposan konstan
dari uji leb dapat diketahui bahwa kandungan c-organik dalam kompos
yang kami buat sebesar 1,13%, kandungan N total sebesar 0,15% dan rasio
C/N sebesar 7,53%, walaupun kandungan unsure C dan N tergolong rendah
namun kompos yang kami buat memiliki kandungn yang lengkap baik dari
unsure hara makro ataupun unsure hara mikro ini disebabkan oleh bahan yang
kami gunakan adalah kotaoran sapi,kotoraan kambing dan sisa sayuran yang
memiliki kandungan unsure hara yang lenglap
4.2 Saran
Semoga dangan adanya praktek pembuatan pupuk ini membuat
mahasiswa dapat membuat pupuk organic dari bahan-bahn yang lain yang
memiliki angka ekonomis tinggi

DAFTAR PUSTAKA
Ardhi Ristiawan. 2012. Studi pemanfaatan aktivator lumpur aktif dan em4 dalam

proses
British Colimbia, ministry of agriculture and food, 1996. The composting process.

dari ampas tahu dengan activator.. Jurusan Teknik Kimia.


Fakultas Teknik. Universitas Sriwijaya
Farida Ali, Muhammad Edwar, Aga Karisma. 2008. Pembuatan kompos\
Handayani, Mutia. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap
Pertumbuhan Bibit Salam, sebuah skripsi. Dalam IPB Repository diunduh 8
Desember 2011
Kusuma, angga, 2012. Pengaruh variasi kadar air terhadap laju dekomposisi kompos
sampah organic dikota depok. UI. Depok
limbah dalam proses pengomposan. Peneliti di Pusat Teknologi
Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta timur

Miller, F. 1991. Biodegration of Solid Wastes by Composting.London : Elsevier.


Ministry of agriculture and food of british colimbia
Pengomposan lumpur organik, sampah organik domestik, limbah Bawang merah
goreng dan limbah kulit bawang. Universitas diponegoro. Semarang

Repository USU, 2011.http://repository.usu.ac.id (diakses tanggal 12 desember


2014)
Sutedjo, M.M. 1994, pupuk dan cara pemupukan, PT rineka cipta, jakarta
Wahyono, 2011. Kualitas Kompos dan POG dari Sampah Kota Memenuhi
Standar Permentan No. 28 tahun 2009.
Wahyono,sri. 2008. Dinamika perubahan temperatur dan reduksi volume
Yuhanti Vidha Etika. 2007. pengaruh pemberian kompos kulit kopi, kotoran
ayam dan kombinasinya terhadapketersediaan unsur n, p dan k pada
inceptisol.

Universitas Brawijaya Fakultas Pertanian Jurusan Tanah

Program Studi Ilmu Tanah Malang

Anda mungkin juga menyukai