Anda di halaman 1dari 25

.1.

apa yang di maksud dgn pariwisata


2.jelaskan pengertian kepariwisataan
3. jelaskan bentu2 pariwisata
4. sebutkan 14 poin penilain dalam pemeringkatan daya saing pariwisata tingkat
inter
5.apa yang dimaksud produk wisata
6. jelaskan tentang sifat2 produk pari
7. jelaskan lah motifasi sesesorang melakukan perjalanan wisata.
8. jelaskan lah perkembangan kepariwisataa inter pada abad ke 20.
9. uraikan lah faktor2 yang mempengaruhi motifasi perjalanan wisata.
10.mengapa pariwisata selalu dikaitkan dengan ekonomi terutamadari segi
pertumbuhan ekonomi

Pariwisata
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Sebuah perahu turis di Sungai Seine di Paris, Perancis.


Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan,
dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah
seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya
dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia.
Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa mulai dari
transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan, minuman, dan jasa bersangkutan
lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya,
pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya.

Banyak negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai sumber pajak dan
pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu
pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi
Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk
meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal.
Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan
pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah

PENGERTIAN DASAR KEPARIWISATAAN


Posted on August 12, 2010 by Care Tourism

20 Votes

Bagi Anda yang telah mengalami asam-garam di bidang kepariwisataan pengertian dasar
kepariwisataan bukan lagi merupakan masalah. Namun kami yakin banyak di antara kita
yang masih belum faham berbagai istilah kepariwisataan yang acapkali kita jumpai seharihari, merupakan hal yang menimbulkan pengertian yang kisruh. Lihat saja contoh di bawah
ini.
Salah satu istilah yang digunakan secara resmi sebagai nama sebuah kementerian, yaitu
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang berwenang menangani kebudayaan dan
kepariwisataan, tidak menggunakan istilah kepariwisataan melainkan pariwisata,
berbeda halnya dengan istilah kebudayaan yang digunakannya secara berdampingan.
Sementara itu Undang-undang no. 10/Th 2009 (UU no.10/2009) disebutnya sebagai Undangundang tentang Kepariwisataan. Di samping itu, kita sering mendengar dan membaca
adanya istilah obyek wisata dan atraksi wisata. Oleh karena itu tidaklah heran jika
banyak pihak yang mempertanyakan akan perbedaan antara wisata, pariwisata dan
kepariwisataan. Atas dasar apa pilihan istilah wisata, pariwisata dan kepariwisataan itu
digunakan?
Dengan diundangkannya UU no.10/2009 tentang Kepariwisataan, diharapkan penggunaan
istilah-istilah itu dilakukan lebih tertib sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa sehingga tidak
lagi menimbulkan pengertian yang membingungkan.

Di dalam BAB I Ketentuan Umum UU no.10/2009 ditetapkan berbagai ketentuan yang


terkait dengan kepariwisataan, di antaranya sebagai berikut.

WISATA
: adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seorang
atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk
tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya
tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu tertentu;

WISATAWAN

PARIWISATA : adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung


berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah;

KEPARIWISATAAN : adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan


pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan pengusaha.

: adalah orang yang melakukan wisata;

Definisi yang ditentukan dalam UU no.10/2009 tersebut merupakan salah satu definisi di
antara sekian banyak definisi yang kita kenal selama ini. Definisi ini dimaksudkan sebagai
acuan dalam upaya pengembangan kepariwisataan Indonesia. Tidak berlaku universal.
Untuk memperoleh pengertian yang sama mengenai istilah-istilah tersebut, sebaiknya kita
tinjau juga dari sudut lainnya yang bersifat universal dan ditujukan untuk memberikan acuan
bagi kebutuhan lainnya, antara lain kebutuhan statistik dan / atau pengaturan dan pengelolaan
kepariwisataan secara internasional. Tinjauan tersebut dapat dilakukan dari dua segi
pengertian, yaitu Pengertian istilah (etimologi) dan Pengertian ilmiah (definisi);
(1). Pengertian Istilah
Kata pariwisata telah berhasil dipopulerkan, pada mulanya diperkenalkan oleh Menteri
PDPTP (Perhubungan, Pos, Telekomunikasi & Pariwisata), pada waktu itu Let.Jen.
Djatikusumo, dalam kesempatan Musyawarah Nasional Tourisme II di Tretes, Jawa Timur,
pada tahun 1958.
Diperkenalkannya istilah pariwisata dimaksudkan sebagai pengganti tourisme (Belanda,
Perancis) atau tourism (Inggris).
Bila diuraikan menurut arti-katanya, maka pariwisata yang berasalkan kata pari dan
wisata dari bahasa Sansekerta, akan berarti sebagai berikut:
Pari
= seringkali, berulangkali/berkali-kali; dapat juga berarti umum (bandingkan
dengan: sidang paripurna = sidang umum & lengkap, umum masalahnya yang dibicarakan
dan lengkap anggotanya yang hadir -, bermakna sama dengan sidang pleno, plenary
session/meeting);
Wisata
= pergi (to go, kata kerja), bepergian (to travel, kata kerja); dapat juga berarti
perjalanan (travel, kata benda);
Pariwisata = beberapa perjalanan yang dilakukan secara bersambung/ berantai dari satu

tempat ke tempat berikutnya dan diakhiri di tempat keberangkatan (=tour, perjalanan


keliling);
Sebagaimana lazim dalam bahasa Indonesia, pembubuhan awalan ke- dan akhiran -an
memberikan arti yang lebih luas kepada asal katanya, seperti seni menjadi kesenian,
budaya menjadi kebudayaan. Dalam bahasa Belanda dan Inggris, masing-masing
membubuhkan akhiran -isme dan
-ism, seperti hinduism, budhism.
Maka atas dasar faham tersebut, tourisme atau tourism sebetulnya lebih tepat digantikan
dengan kepariwisataan;
Secara ringkas dapatlah tersusun beberapa istilah seperti berikut:

Wisata

= bepergian (to travel); perjalanan (travel);

Wisatawan

Para Wisatawan = wisatawan-wisatawan, orang-orang yang bepergian


(travelers);

Pariwisata

Kepariwisataan = hal-hal yang menyangkut, terkait dengan -,


pariwisata (tourism);

Pariwisatawan

Para Pariwisatawan
= pariwisatawan-pariwisatawan, orang-orang
yang melakukan perjalanan keliling (tourists);

= orang yang bepergian (traveler);

= perjalanan keliling (tour);

= orang yang melakukan perjalanan keliling (tourist);

Pada prakteknya penggunaan istilah-istilah tersebut seringkali dikacaukan satu dengan


lainnya, seperti seringkali kata pariwisata digunakan sebagai sinonim dari kepariwisataan.
Demikian pula kata wisatawan acapkali digunakan sebagai sinonim dari pariwisatawan
atau tourist, bahkan tidak jarang digunakan pula sebagai sinonim dari pengunjung atau
visitor.
(2). Pengertian ilmiah
Yang dimaksud dengan pengertian ilmiah di sini adalah pengertian yang dinyatakan dalam
bentuk definisi, yang dapat memberikan jawaban atas pertanyaan Apa sebenarnya
kepariwisataan itu?
Dari sekian banyak definisi, dapat diambil kesimpulan bahwa di dalam pengertian
kepariwisataan terkandung adanya tiga fikiran dasar mengenai:

Adanya gerak, perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat


lainnya;

Adanya jeda, perhentian untuk sementara waktu (bukan untuk


menetap), daripada orang-orang yang bergerak tersebut, di satu atau
beberapa tempat yang bukan tempat tinggalnya;

Persinggahan dan/atau kunjungan tersebut tidak untuk mencari nafkah.

Dengan bertolak dari tiga fikiran dasar tersebut dapatlah disusun suatu definisi yang dapat
mencakup pengertian yang lebih luas dan bersifat flexible, dapat digunakan untuk berbagai
maksud, sebagai berikut.
Kepariwisataan adalah gejala-gejala yang menyangkut lalulintas manusia, berikut barang
bawaannya, yang melakukan perjalanan untuk tujuan apa pun sepanjang tidak untuk
maksud-maksud menetap serta memangku suatu jabatan dengan memperoleh upah dari
tempat yang dikunjunginya.
Bila kepariwisataan (tourism) adalah gejala-gejala mengenai lalulintas manusia, maka
pariwisatawan (tourist) adalah orang-orangnya yang berlalulintas, sehingga dapat dinyatakan
bahwa:
Pariwisatawan, adalah orang yang malakukan perjalanan untuk tujuan apapun
sepanjang tujuannya tidak untuk maksud-maksud menetap dan memangku suatu jabatan
dengan memperoleh upah dari tempat yang dikunjunginya, paling sedikit tinggal selama
24 jam di tempat ia berkunjung tersebut.
Landasan pemikiran daripada definisi tersebut di atas adalah definisi yang dianjurkan oleh
IUOTO (International Union of Official Travel Organizations yang sekarang bernama
WTO, World Tourism Organization) dalam rekomendasinya kepada Komisi Statistik PBB,
sebagai hasil konferensi mengenai perjalanan dan pariwisata internasional (The United
Nations Conference on International Travel and Tourism) di Roma, 21 Agustus 5
September 1963.
IUOTO memberikan definisi tersebut dalam hubungannya dengan maksud-maksud statistik,
yang digunakan juga oleh Indonesia, sebagai berikut:
Untuk maksud-maksud statistik, dengan istilah pengunjung (visitor) dimaksudkan:
Setiap orang yang berkunjung ke suatu negara selain dari negara di mana ia biasanya
bertempat tinggal, untuk tujuan apapun selain untuk maksud memangku jabatan dengan
memperoleh upah dari negara yang dikunjunginya.
Pada hakekatnya, penghitungan pengunjung tidak dilakukan berdasarkan jumlah orang,
melainkan jumlah kunjungan (visit).
Dengan demikian seseorang dapat dihitung lebih dari satu kali kunjungan. Misalnya seorang
melakukan kunjungan tiga kali dalam setahun, maka pengunjungnya = 1; kunjungan = 3).

PENDAHULUAN
Perkembangan pariwisata melaju seiring dengan perkembangan tehnologi. Dengan
membaiknya tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat mendorong berkembangnya
kegiatan pariwisata ke bentuk bentuk dan jenis jenis kegiatan yang lebih bervariasi
atau beragam. Usia, status sosial tingkat ekonomi juga mempengaruhi seseorang untuk

memiih bentuk dan jenis jenis kegiatan wisata apa yang diminatai atau yang memuhi
selera mereka. Dari sinilah lahir berbagai bentuk dan jenis jenis pariwisata.

BENTUK BENTUK
PARIWISATA

Setelah kita mempelajair dasar pemikiran tentang konsep atau definisi pariwisata dan
wisatawan, maka perlu kiranya kita juga membicarakn tentang bentuk bentuk wisata
utnuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai industri ini. Bentuk bentuk
ini dapat dibagai menurut katagori berikut ini :

Menurut asal wisatawan


Pertama tama perlu diketaui apakah asal wisatawan dari dalam maupun dari luar
negeri. Kalau asalnya dri dalam negeri sendiri berarti bahwa sang wisatawan ini
hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan wilayah negerinya sendiri
selama ia mengadakan perjalanan, maka ini dinamakan pariwisata domestik.
Sedangkan kalau ia darang dri lura negeri dinamakan pariwisata Internasional.
Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran
Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang asing.
Pemasukan valuta asing ini berarti memberi efek positif terhadap neraca pembayaran
luar negeri suatu negara yang dikunjungi wisatwan, ini disebut pariwisata akktif.
Sedangkan kepergian seorang warganegara ke luar negeri memberikan efek negatif
terhadap neraca pembayaran luar negri negaranya, ini disebut pariwisata pasif.
Menurut jangka waktu
Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau negara diperhitungkan pula
menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang bersangkutan. Hal ini
menimbulkan istilah pariwisata jangka pendek dan pariwisata jangka panjang, yang

mana tergantung pada ketentuan ketentuan yang diberlakukan oleh suatu negara
untuk mengukur panjang atau pendeknya waktu yang dimaksud.
Menurut Jumlah Wisatawan
Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlah wisatwan yang datang, apakah wisatwan itu
datangs endiri, atau dalam suatau rombongan. Maka timbullah istilah pariwisata
tunggal dan pariwisata rombongan.

Menurut alat angkut yang dipergunakan


Kategori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisatakereta api dan
mobil, tergantung apakah sang wisatwan tiba dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api,
atau mobil.
Diposkan oleh admin di 23.19
Definisi Produk Pariwisata ( Tourism Product )
di 9:56 PM Diposkan oleh setzer munavizt 8 komentar
Produk Pariwisata dibanding dengan jenis-jenis produk barang dan jasa lainnya
memiliki ciri-ciri berbeda dan untuk memahami bentuk serta wujud dari produk
pariwisata, maka berikut ini pengertian produk pariwisata yang dikemukanan
oleh :

(Burkat dan Medlik), yaitu produk pariwisata dapat merupakan suatu


susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari objek dan daya tarik
wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan, dimana tiap unsur produk
pariwisata dipersiapkan oleh masing-masing perusahaan dan ditawarkan
secara terpisah kepada konsumen (wisatawan/tourist).

(Medlik dan Middleton), yaitu produk pariwisata terdiri dari bermacammacam unsur yang merupakan suatu paket yang satu sama lainnya tidak
terpisahkan serta memenuhi kebutuhan wisatawan sejak meninggalkan
tempat tinggalnya sampai ketempat tujuannya dan kembali lagi ketempat
asalnya.

Berdasarkan kedua pengertian ini, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat


3(tiga) unsur yang membentuk suatu Produk Pariwisata, yaitu :
1. Daya Tarik dari Destinasi
2. Fasilitas dari Destinasi

3. Kemudahan dari Destinasi


Selanjutnya ketiga unsur tersebut menyatu dan menghasilkan citra terhadap
suatu destinasi, apakah baik atau buruk. Berikut ini terdapat sejumlah 6(enam)
unsur produk pariwisata yang membentuk suatu paket pariwisata terpadu yang
diuraikan berdasarkan kebutuhan wisatwan, antara lain:
1. Objek dan Daya Tarik Wisata;
2. Jasa Travel Agent & Tour Operator;
3. Jasa Perusahaan Angkutan;
4. Jasa Pelayanan Akomodasi, Restoran, Rekreasi dan Hiburan;
5. Jasa Souvenir (Cinderamata);
6. Jasa Perusahaan Pendukung.
Memahami produk pariwisata secara mendalam dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu memehami ciri-ciri produk pariwisata, antara lain:
1. Tidak dapat dipindahkan
2. Tidak memerlukan perantara (middlemen) untuk mencapai kepuasan
3. Tidak dapat ditimbun atau disimpan
4. Sangat dipengaruhi oleh faktor non ekonomis
5. Tidak dapat dicoba atau dicicipi
6. Sangat tergantung pada faktor manusia
7. Memiliki tingkat resiko yang tinggi dalam hal investasi
8. tidak memiliki standart atau ukuran yang objektif dalam menilai tingkat
mutu produk.
Pengertian Produk Wisata
Produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait, yaitu
jasa yang dihasilkan dari berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat
(segi sosial) dan jasa alam.
Menurut Suswantoro (2007:75) pada hakekatnya pengertian produk wisata
adalah keseluruhan palayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati
wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya sampai ke daerah
tujuan wisata yang dipilihnya dan sampai kembali kerumah dimana ia berangkat
semula

Produk wisata sebagai salah satu obyek penawaran dalam pemasaran pariwisata
memiliki unsur-unsur utama yang terdiri 3 bagian (Oka A. Yoeti, 2002:211) :
1. Daya tarik daerah tujuan wisata, termasuk didalamnya citra yang
dibayangkan oleh wisatawan
2. Fasilitas yang dimiliki daerah tujuan wisata, meliputi akomodasi, usaha
pengolahan makanan, parkir, trasportasi, rekreasi dan lain-lain.
3. Kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata tersebut.
Mason (2000:46) dan Poerwanto (1998:53) telah membuat rumusan tentang
komponen-komponen produk wisata yaitu :
1. Atraksi, yaitu daya tarik wisata baik alam, budaya maupun buatan
manusia seperti festival atau pentas seni
2. Aksesbilitas, yaitu kemudahan dalam memperoleh atau mencapai tujuan
wisata seperti organisasi kepariwisataan (travel agent)
3. Amenities yaitu fasilitas untuk memperoleh kesenangan. Dalam hal ini
dapat berbentuk akomodasi, kebersihan dan keramahtamahan
4. Networking, yaitu jaringan kerjasama yang berkaitan dengan produk yang
ditawarkan baik lokal, nasional maupun internasional.
Produk Wisata
Produk wisata merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan kepada wisatawan
untuk mengunjungi sebuah daerah tujuan wisata. Produk wisata dapat berupa
alam, budaya serta hasil kerajinan masyarakat. Ada beberapa pendapat yang
dikemukan oleh para ahli terhadap pengertian produk pariwisata, diantaranya :

Menurut Gooddall (1991: 63), produk wisata dimulai dari ketersediaan


sumber yang berwujud (tangible) hingga tak berwujud (intangible) dan
secara totalitas lebih condong kepada kategori jasa yang tak berwujud
(intangible).

Menurut Burns and Holden (1989:172) produk wisata dinyatakan sebagai


segala sesuatu yang dapat dijual dan diproduksi dengan menggabungkan
faktor produksi, konsumen yang tertarik pada tempat-tempat yang
menarik, kebudayaan asli dan festival-festival kebudayaan.

Menurut Kotler dan Amstrong (1989:463) yaitu sebagai sesuatu yang


ditawarkan kepada konsumen atau pangsa pasar untuk memuaskan
kemauan dan keinginan termasuk di dalam objek fisik, layanan, SDM yang
terlibat didalam organisasi dan terobosan atau ide-ide baru.

Suwantoro (1997:49), berpendapat produk wisata merupakan keseluruhan


pelayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan
semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya, sampai ke daerah tujuan

wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumah dimana ia berangkat


semula.

Bukart dan Medlik (dalam Yoeti,1986:151) mendeskripsikan produk wisata


sebagai susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari obyek wisata,
atraksi wisata, transportasi (jasa angkutan), akomodasi dan hiburan di
mana tiap unsur dipersiapkan oleh masing-masing perusahaan dan
ditawarkan secara terpisah.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dideskripsikan bahwa produk wisata


merupakan pelayanan yang dapat dinikmati oleh wisatawan dari tempat asal,di
daerah tujuan wisata, sampai kembali ke rumah, yang ditunjang oleh atraksi
wisata, fasilitas dan layanan, harga produk, aksesibilitas pendukung yang dapat
mempermudah kegiatan perjalanan wisata.
Motivasi Perjalanan Wisata
Diposkan oleh deejieta di 10:41:00 PM

Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal. Dari
berbagai motivasi yang mendorong perjalanan, McIntosh (1977) dan Murphy (1985)
mengatakan bahwa motivasi dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu
sebagai berikut:
a. Physical or physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis), antara lain
untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, bersantai
dan sebagainya.

b.

Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat,
tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan
budaya (banggunan bersejarah).

c.

Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial), seperti
mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal yang dianggap
mendatangkan gengsi (nilai prestise), melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang
membosankan dan sebagainya.

d.

Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain
seseorang kan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan egoenhancement yang memberikan kepuasan psikologis. Disebut juga sebagai status and
prestige motivation.

Motivasi perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor internal wisatawan itu sendiri dan faktor
eksternal. Secara intrinsik, motivasi terbentuk karena adanya kebutuhan dan/atau keinginan
manusia itu sendiri, sesuai dengan teori hirarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan tersebut
dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan
prestise dan kebutuhan akan aktualisasi diri.

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang terbentuknya dipengaruhi oleh faktor-faktor


eksternal, seperti norma sosial, pengaruh atau tekanan keluarga dan situasi kerja yang
terinternalisasi dan kemudian berkembang menjadi kebutuhan psikologis. Motivasi
wisatawan untuk melepaskn diri sejenak dari kegiatan rutin berfungsi untuk melepaskan diri
sejenak dari kegiatan rutinuntuk mengembalikan harmoni di masyarakat, sehingga
pariwisata dapat dipandang sebagai salah satu bentuk terapi sosial.
Motivasi merupakan faktor penting bagi calan wisatawan di dalam mengambil keputusan
mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi. Calon wisatawan akan mempersepsi
daerah tujuan wisata yang memungkinkan, di mana persepsi ini dihasilkan oleh preferensi
individual, pengalaman sebelumnya dan informasi yang didapatkannya.

Apapun motivasi seseorang melakukan perjalanan wisata, maka bagi seorang


wisatawan perjalanan tersebut akan mempunyai beberapa manfaat, antara lain sebagai
berikut:
a. Perjalanan wisata merupakan wahana penyegaran dan regenerasi fisik dan mental.
b.

Perjalanan wisata merupakan kompensasi terhadap berbagai hal yang melelahkan,


sekaligus juga sebagai wahana integrasi sosial bagi mereka yang di rumahnya merasa
teralienasi.

c.

Perjalanan wisata merupakan pelarian dari situasi keseharian yang penuh ketegangan,
rutinitas yang menjemukan, atau kejenuhan-kejenuhan karena beban kerja.

d.

Perjalanan wisata merupakan mekanisme bagi seseorang untuk dapat mengeluarkan


perasaannya, melalui komunikasi dengan orang lain termasuk dengan masyarakat lokal.

e. Perjalanan wisata merupakan wahana untuk mengembangkan wawasan.


f.

Perjalanan wisata merupakan wahana untuk mendapatkan kebebasan.

g. Perjalanan wisata merupakan wahana untuk realisasi diri.


h. Perjalanan wisata memang merupakan sesuatu yang menyenagkan, membuat hidup lebih
bahagia.
PERKEMBANGAN PARIWISATA DI abad ke 20
PERKEMBANGAN PARIWISATA DI GIANYAR
A. Sebelum Kemerdekaan
Bali sudah dikenal oleh dunia luar sejak ratusan tahun lalu tetapi bukan sebagai
daerah tujuan wisata. Pada abad ke- 7, misalnya orang-orang Cina telah
mengenal daerah ini dan memberikan julukan kepada pulau kecil yang kemudian
dikenal dengan nama Bali sebagai Dva-pa-tan. Bagi pelaut-pelaut Eropa seperti
Portugis, Spanyol, Belanda, Bali hanya merupakan sasaran singgah untuk
melengkapkapi logistik kapal mereka dalam perjalanan mengamati Nusantara
untuk mencari rempah-rempah di kepulauan Indonesiabagian timur. Bali yang
mungil hanya dijadikan tempat transit mencari tambahan logistic buat kapalkapal layar. Bali bukan tujuan utama atau tujuan ahir sebuah perjalanan. Pendek

kata sosok Pariwisata Bali belum tergambar sama sekali pada waktu itu.
Dunia Kepariwisataan Bali baru mulai benar-benar berkembang pada awal abad
ke-20, yakni ketika untuk pertama kalinya kapal api Belanda yang terkenal
dengan nama Konninklijk Paketvart Maatschapij (KPM) mengangkut wisatawan
mengunjungi Bali melalui pelabuhan Buleleng (Bali Utara). Kapal ini sebelumnya
sudah beroperasi sejak ahir abad ke-19, tetapi yang diangkut adalah babi, kopra,
kopi bukan wisatawan. Dengan keyakinan bahwa bisnis pariwisata akan
berkembang, sekitar tahun 1914 untuk pertama kalinya KPM mengeluarkan
brosur pariwisata Bali yang diterbitkan untuk menarik lebih bannyak lagi minat
wisatawan berlibur kepulau Dewata. Perhatian untuk mengembangkan
kepariwisataan di Bali mulai tampak bersungguh-sungguh dengan
didirikannyaBali Hotel tahun 1925 di Denpasar oleh KPM. Dari sinilah kemudian
pariwisataBali dan tentu saja Gianyar berkembang pelan-pelan sampai pada
wujud, kemajuan dinamika, dengan segala institusinnya dewasa ini.
Jika rintisan pariwisata KPM bisa diterima berarti perkembangan pariwisata di
daerah ini sudah terjadi jauh sat sebelum Indonesia merdeka tahun 1945. Selain
peranana KPM yang kreatip memerancang, menawarkan dan mempromosikan
paket wisata ke bali kepada calon wisatawan mancanegara seperti Amerika,
Australia, Inggris. Patut juga di catat peranan besar para seniman (pelukis
composer) atau intelektual Barat yang pernah tinggal di daerah ini dalam
mempromosikan citra budaya (Culture image) Bali. Salah satu seniman yang
peranannya sangat besar dalam membangun citra kepariwisataan Bali pada
umumnya dan Gianyar khususnya adalah Walter Spies (1845-1942) yang diba di
Bali Tahun 1927 dan menetap di Ubud selama lebih kurang 15 tahun.
Peninggalan Spies berupa bungalow masih ada sampai sekarang di Hotel
Tjampuhan. Bangunan itu terletak di tebing dekat sungai Tjampuhan dengan
pemandangan sekitar yang indah, asri, suasana hening dan atmosfir yang
sangat inspiratif.
Walter Spies adalah anak diplomat German yang memperoleh kesempatan untuk
mengenal kebudayaan timur di Negara Rusia, yakni ketika ayahnnya bertugas di
sana sebagai duta besar. Dari Rusia Spies pindah ke Belanda kemudian
berangkat ke Hindia Belanda (Indonesia). Begitu tiba di Indonesia, Spies
langsung menuju Yogya, tinggal di Kraton Yogya sebagai pembantu Sultan Yogya
ke-9. Di sana dia belajar tentang musik jawa. Setelah setahun tinggal di Yogya
Tjokorda Gde Raka Sukawati dari ubud mengajaknya untuk datang dan tinggal di
ubud secara permanent. Mula-mula Spies tinggal dihalaman depan Puri Saren,
Ubud. Sehari-hari dia bermain piano dan keliling desa dengan sepeda (Barang
langka pada waktu itu). Spies memiliki kegemaran berburu kupu-kupu. Dalam
berburu dia biasanya ditemani Tjokorda Gde Agung Sukawati. Spies mempunyai
jaringan-jaring (Butterfly net) khususnya dibawa serta ke Bali untuk menangkap
kupu-kupu di bungkus dengan kertas emas dan dikirim ke museum lainnya.
Setelah beberapa lama tinggal di Ubud, berkesepatan keluar masuk desa saat
berburu kupu-kupu, Spies berkeinginan membantu rumah yang lebih permanen.
Keinginan itu telah disampaikan kepada Tjokorda Gde Agung Sukawati, Spies
menyampaikan bahwa dia mempunyai teman seorang arsitek dari German.
Agung Sukawati mengatur Spies ke Tjampuhan dan disepakati menyewa tanah

milik Tjokorda Gede Oka Dalem seharga 5 gulden perbulan, rumah baru Spies di
Tjampunhan dan disepakati menyewa tanah milik Tjokorda Oka Dalem seharga 5
gulden per bulan, rumah baru Spies di Tjampuhan ini segera menjadi kongkowkongkow tamu-tamu Barat, kawan-kawan Spies. Menurut Diana Darling
(Australia) siapapun orang penting yang berkunjung keBali pasti mampir
ketempat Spies. Ketempat itulah Colliin McPhee (bersama istrinya jane Belo
seorang antropolog Amerika), Vicki Baum, dan tamu lainnya berkunjung ke
pondok Spies waktu itu tinggal di Sayan, sedang tekun-tekunnya mempelajari
seluk beluk musik Bali.
Selama di Pulau dewata Spies tertarik dengan kebudayaan, kesenian, dan
kehidupan masyarakat Bali sehari-hari, meskipun image tentang Bali sudah
beredar luas di masyarakat Barat sebelum Spies datang, kehadiran Spies datang,
kehadiran Spies di Bali tetap penting dalam kontribusinnya mewujudkan citra
cultural Bali. Ketika dua intelektual German, Viktor Baron Von Plessen dan Dr.
Dahlsiem datang ke Bali membuat film berjudul Island of the Demons (Pulau
Raksasa), Spies berkesempatan untuk memasukan segala apresiasinnya tentang
Bali secara mendalam. Orang-orang yang kemudian menonton Island of the
Demons tentu bisa dikatakan sebagai melihat Bali melalui persepsi, Visi, atau
sudut pandang Spies, Populasi Spies sebagai pelukis dan intlektual yang
mengenal Bali secara dekat menundang banyak orang Barat untuk datang keBali
dan berkunjung ke pondoknnya di Tjapuhan. Andrian Vickers dalam bukunnya
Bali Paradise Creatid (1989) menyebutkan bahwa orang-orang yang pernah
berkunjung ke Spies adalah Charlie Chaplin, bintang film jenaka Amerika. Selain
Chaplin, tamu istimewa Spies yang terkenal adalah Vicki Baum, seorang Novelis
wanita produktif yang karya-karyannya dikenal dalam berbagai bahasa, terutama
bahasa Inggris.
Spies banyak memberikan bimbingan dan Inspirasi kepada intelektual dan
senikmati dan memperlajari Bali. Banyak buku lain tentang Bali yang ditulis pada
perioda Spies di Bali banyak diilhami oleh bayang-bayang pikiran-pikiran Spies.
Sebutlah misalnya buku Dance and Drama in Bali (1938) karya penulis inggris
bernama Bery de Zoete atau buku tentang musik Bali yang ditulis oleh seorang
ahli musik Amerika, Collin McPhee. Selama di Bali, Spies melakoni hidupnya
secara efektif sehingga banyak seniman dan intelektual yang mendapat
masukan darinya saat mempelajari Bali. Tidak mengherankan kemudian Spies
dijuluki sebagai the creation of modern Balinese art (pencipta seni Bali
Modern)
Di bidang seni lukis, nama Walter Spies tidak bisa dipisahkan dengan Rudolf
Bonnet, kolegannya dari Belanda, seorang Guru gambar. Spies dan Bonnet
(Pelukis Belanda yang datang di Bali tahun 1929) melihat perkembangan seni
lukis di ubud terancam komersialisasi pariwisata sehingga bersama dengan
Tjokorda Gde Agung Sukawati dari Puri Ubud, mereka membentuk organisasi
yang disebut Pita Maha tahun 1936 yang berpusat di Ubud. Melalui lembaga
inilah seni lukis Bali diberikan nilai yang sejati dalam menghadapi
kecenderungan komersialisasi. Lembaga ini yang kemudian mempromosikan seni
lukis dan patung Bali secara wajar melalui pameran di museum-museum baik di
jawa maupun diluar negeri. Seniman yang menjadi anggota Pita Maha diwajibkan
menujukkan karyanya kepada organisasi lalu organisasi yang baik untuk

diperkenalkan, dipamerkan dan dijual. Sedangkan karya-karya belum memenuhi


syarat dikembalikan kepada senimannya untuk dijual sendiri. Melalui seni-seni
karya itulah, pesona dan perangi Bali mulai dikenal oleh dunia luar, termasuk
oleh calon wisatawan.
Peranan Spies juga luar biasa dalam proses penulisan buku Island Of Bali (1937)
oleh Miguel Covartubias(1904-1957) yang datang di Bali tahun 1930 dengan
kapal pesiar Cingaless Princess dari New York (melalui terusan Suez, Samudra
Pasifik, Laut Cina Selatan, Surabaya, lalu masuk Buleleng) Buku Island Of Bali
banyak mempromosikan tradisi seni, dan Budaya Bali dengan segala
eksotismenya sehingga secara langsung turut menciptakan citra Bali kepada
dunia luar. Sejak pariwisata berkembang tahun 1920-an, jumlah junjungan pelanpelan bertambah.
B. Sesudah Kemerdekaan
Popularitas Puri Saren Ubud dengan tokoh Tjokorda Gde Agung Sukawati kembali
menarik perhatian dunia luar sesudah Indonesia merdeka.
Ada banyak orang datang, berkunjung dan bahkan menetap untuk beberapa
lama di sana, baik untuk liburan atau untuk tujuan pengenalan masyarakat lokal
dari dekat, Suatu hari pada tahun 1947, Rudolf Bonnet datang mengharap
Tjokorda Gde Agung Sukawati dan menyarankan agar Puri Saren mulai menerima
tamu-tamu yang siap membayar ((paying guests). Alasan Bonnet waktu itu
adalah karena keadaan sulit, keuangan kritis dan perekonomian tidak menolong
secara umum.
Saran Bonnet diterima oleh Tjokorda Gde Agung Sukawati sehingga mulailah Puri
Saren menerima tamu-tamu yang siap membayar. Tamu Puri Saren menerima
adalah Gyvan den Brook, seorang juragan Pabrik gula di Jawa. Tamu-tamu yang
datang ke Bali, biasanya lewat laut, bukan darat.
Sesudah Van Den Brook, beberapa tamu lainnya datang, Menurut Tjokorda Gde
Agung Sukawati dalam otobiografinya yang ditulis Rosemary Hilbery, tahun 1949
datang tamu bernama Santha Rama Rau dan Faubion Bowers(wanita yang
kemudian dinikahi) serta sekertarisnya Margaret Brown.
Tenggang Waktu antara 1945-1949 tetap merupakan masa sulit. Dalam
tenggang waktu itu Presiden Soekarno tidak mempunyai banyak kesempatan
untuk berkunjung ke Bali. Sesudah tahun 1950-an, barulah Soekarno dapat
menolehkan perhatiannya pada pulau dewata, baik untuk tujuan politik maupun
tujuan santai. Bali mempunyai arti besar sekali dalam kejayaan Soekarno, beliau
membawa tamu-tamu Negara seperti Nehru, President Kennedy, dan Ho Chi
Minh (Vietnam). Dalam kunjungan ke Bali, Soekarno beberapa kali mampir ke
Puri Ubud. Dalam hampir setiap kedatangan mengantar tamu-tamu Negara,
Presiden Republik Indonesia yang pertama ini disambut dengan tari-tarian dari
ubud atau daerah lainnya di Gianyar. Di daerah Gianyar pula. Soekarno
membangun Istana Bogor). Di Istana Tampaksiring ini terdapat Panggung khusus
untuk pementasan tari-tarian. Selanjutnya perhatian presiden pada kesenian Bali
terlihat pada pengiriman tim kesenian Bali pada tahun 1950-an ke luar Negeri,
seperti Czechoslowakia, untuk mempromosikan kebudayaan Bali khususnya dan
Indonesia pada umumnya. Seniman-seniman dalam tim kesenian itu adalah dari
Gianyar, seperti I Nyoman Kakul, dan I Ketut Rinda.
Pada bulan November 1967, Soekarno datang ke Bali mengantar General; Prasad

(Presiden India Waktu itu) dan berkunjung ke Ubud. Sebulan kemudian,


Desember 1967, Soekarno mengantar Presiden Tito dan Nyonya ke Ubud.
Sebagaimana biasa, Soekarno membawa Tamu-tamunya ke Ubud. Ketika
membawa Presiden Prasad dengan helicopter, atap museum sempat porak
poranda di hembus angin. Tamu-tamu Negara yang pernah berkunjung ke
Musium Ratna Warta dan Puri Ubud adalah Raja dan Ratu Sirikit (Thailan), Wakil
Presiden mesir, Bob Kennedy (Wakil jasa Agung Amerika Serikat), Ratu Belanda
tahun 1971, lalu Pangeran Philip. Datang juga mantan Raja dan Ratu Belgia, lalu
tahun 1975 datang berkunjung Rockefeller (Wakil Presiden Amerika Serikat) yang
terbang dari Singapura ke Bandara Ngurah Rai Denpasar.
Banyaknya kunjungan tamu Negara secara langsung memberikan nilai tambah
pada pesona Ubud. Promosi melalui media Massa yang ditulis oleh wartawan
yang mengikuti tamu-tamu Negara itu semakin luas yang akhirnya membuat
Ubud yang terkenal sejak tahun 1920-an melalui intelektual dan sarjana barat
menjadi makin terkenal pada Khalayak yang lebih luas.
Perkembangan paling mencolok terjadi tahun 1980-an. Di kawasan wisata ubud
yang sudah terkenal itu bermunculan hotel-hotel mewah bertaraf Internasional,
Seperti Kupu-kupu Barong, Ulan Ubud, Amandari, Puri Kamandalu dan
sebagainnya. Ciri umum fasilitas akomodasi tersebut adalah langkah yang dipilih
dalam memanfaatkan tanah berundak sambungan tebing sungai
berpemandangan indah sebagai lokasi hotelnya. Fasilitas akomodasi ini
melengkapi citra ubud sebagai desa wisata yang khas dari segi struktur, alam
dan selera modern. Di sinilah apa yang sekarang dikenal sebagai perpaduan high
touch dan high tech secara serentak menawarkan pesonanya yang khas ubud.
Citra ubud sebagai desa Internasional Pun semakin terpatri dengan
sendirinya.
C. Pariwisata Gianyar Awal 1990
Sejalan dengan pesatnya perkembangan kepariwisataan di Bali pada umumnya
dan di Kabupaten Gianyar pada khususnya, Pemerintah Kabupaten Gianyar
mengeluarkan SK nomor 29/1988 tertanggal 10 Februari 1988 tentang
pembentukan Dinas Pariwisata Gianyar. Berdasarkan SK Bupati Gianyar tentang
penetapan Obyek-obyek Wisata Kabupaten Gianyar Nomor 171/1994 tertanggal
5 Mei 1994 tertanggal 5 Mei 1994, Kabupaten Gianyar memiliki 46 Obyek Wisata
yang terdiri atas obyek wisata alam, museum, peninggalan purbakala, pusat
kesenian, pusat kerajinan, dan seterusnya. Obyek wisata sebanyak itu belum
mencakup antraksi wisata, seperti yang berkembang di Gianyar sejak awal 1990an, yaitu antraksi wisata arung jeram (rafting) dan wisata melihat burung (Bali
Bird Park). Surat Keputusan Gubernur Bali tahun 1993, tertanggal 14 Oktober
1993, menetapkan 21 kawasan wisata diseluruh Bali, berdasarkan SK tersebut, di
Kabupaten Gianyar dicanangkan dua kawasan wisata, yaitu Ubud dan Lebih.
Pertama, kawasan wisata Ubud Meliputi Kelurahan Ubud, Melinggih Kaja,
Melingkih Kelod, Kedewatan, Peliatan, Mas, Petulu, Lodtunduh, Sayan,
Singakerta, dan Puhu. Sebagian besar kawasan wisata ini sudah berkembang
jauh, sebagian lainnya mulai tumbuh seperti terlihat dalam masuknya investor
membangun kapasitas kepariwisata di daerah Melinggih Kelod dan Kaja. Dalam
waktu tidak terlalu lama lagi, kawasan wisata yang baru ini akan berkembang
mengikuti perkembangan Ubud, Peliatan, Mas dan sebagainya di kawasan yang

sama.
Kedua, Kawasan wisata lebih, mencakup daerah Candra Asri, Ketewel,Saba,
Sukawati, Pering, Keramas, Lebih dan Siut. Dibandingkan dengan kawasan wisata
pertama, tenggang waktu pengembangan kawasan ini berbeda jauh. Kalau Ubud
sudah mengalami masa penemuan (discovery) tahun 1920-an dan dilanjutkan
dengan masa pelembagaan (institusionalized), pengembangan Kawasan Wisata
Lebih secara melembaga baru dilakukan awal tahun 1990-an. Meskipun
terlambat dibandingkan yang pertama, tanda-tanda kearah pesatnya
perkembangan kepariwisataan bisa terarah lebih jelas, khusus menyangkut
pembangunan hotel, restoran, dan fasilitas kepariwisataan lainnya. Langkahlangkah ini jika dilihat dari kerangka teori pariwisata yang dikutipkan di depan,
menunjukan bahwa tahap discovery, local repon, dan institusionalized dalam
kepariwisataan Gianyar berjalan terus seperti suklus, dengan kata lain
perkembangan kepariwisataan di Gianyar mengikuri pola dinamis.
D. Tempat-tempat Menarik (Places of Interest)
Posisi Gianyar sangat strategis sekali baik dilihat secara geografis maupun dari
sudut pandang lalu lintas perjalanan wisata di Bali. Desa-desa kabupaten yang
terkenal karena prestasi artistiknya di bidang kerajinan patung, perak, lukisan,
kesenian dan sejenisnya terletak di tepi jalan utama Denpasar-GianyarKlungkung-Karangasem.
Perjalanan dari Denpasar ke ujung timur Pulau Bali atau perjalanan yang datang
dari Karangasem ke Denpasar akan melintas daerah-daerah Gianyar.
Wisatawan yang datang ke Bali melalui Bandara Ngurah Rai, akan melihat
pesona desa-desa Gianyar di tepi jalan ketika mereka mengikuti trip ke arah
timur, sedangkan wisatawan yang masuk ke Bali melalui pelabuhan Padangbai
(biasanya wisatawan yang pergi dengan kapal pesiar atau Cruise ship mau tidak
mau akan melewati desa-desa seni Gianyar dalam perjalanannya menuju Sanur,
Kuta atau Nusa Dua. Setiap desa yang dilalui itu memiliki daya tarik yang khas
sehingga dapat disebut sebagai potensi dan daya pikatnya).
BATUBULAN
Desa Batubulan merupakan desa perbatasan antara Gianyar dan Badung. Dari
pusat Kota Denpasar jaraknya sekitar 8 Km. Batubulan terkenal kerajinan patung
batunya. Disepanjang jalan utama berjejer toko-toko kesenian yang
memajangkan patung batu padas. Patung-patung tersebut umumnya digunakan
untuk kepentingan tempat suci atau sarana religi. Belakangan, hasil seni patung
itu juga dimanfaatkan untuk kepentingan sekunder, misalnya hiasan taman.
Selain patung batu cadas, batubulan indentik dengan Tari Barong atau Barong
Dance. Di desa ini terdapat 3 panggung terbuka (Tegal Tamu, Puri Agung dan
Pura Puseh Bendul), tempat tari barong dipentaskan tiap hari, mulai pukul 10.00,
dengan penonton utama para wisatawan Grup pertunjukan tari barong mulai
berkembang sekitar tahun 1970-an dengan segala persfektifnya sampai
sekarang. Sejalan dengan perkembangan pariwisata dan kejelian penduduk
menangkap peluang, di Batubulan kini juga bisa dilihat pemasaran hasil
kerajinan perak/emas, gerabah, meubel dan atau komponen rumah antik.
CELUK
Hampir setiap banjar di Singapadu memiliki unit gamelan, untuk kepentingan
upacara di pura atau pementasan atraksi wisata Dibidang lain, Singapadu

terkenal sebagai pusat pembuatan topeng, barong.


Kedai-kedai seni menjual perhiasan emas dan perak (bros, gelang, kalung, cincin
dan sebagainya) berjejer di sepanjang jalan utama Desa Celuk. Produksi
kerajinan Celuk sudah lama menembus pasaran ekspor. Desainnya pun
berkembang sebagai perpaduan bakat seni lokal Celuk dan selera pasar
internasional yang di perkenalkan melalui wisatawan mancanegara.
Desa yang terletak di utara Batubulan ini terkenal sebagai pusat seni musik
(gamelan Bali) dan tarian. Dari desa inilah lahir penabuh dan Raos, termasuk
Prof. Dr. I. Made Bandem dan Prop. Dr. Wayan Dibia Direktur Sekolah Tinggi Seni
Indonesia (STSI) Yogya.
Tokohnya adalah almarhum Tjokorda Oka, yang kini diteruskan oleh muridmuridnya seperti I Wayan Tangguh dan Tjokorda Raka Tisnu. Singapadu juga
memiliki pematung-pematung kayu yang berbakat.
SUKAWATI
Desa ini terkenal pasar seninya (Sukawati Art Market). Dengan kesabaran,
gurauan, wisatawan bisa menawarkan barang-barang kerajinan yang hendak
dibelinya. Citra pasar seni Sukawati yang bertahan sekarang adalah kualitas
barang bagus dan harga relaif murah. Wisatawan domestik, bus-bus yang
mengangkut siswa-siswa yang hendak berdarmawisata, kerap berhenti disini
untuk membeli oleh-oleh dari Bali. Selain pasar induk itu, kini di Sukawati banyak
terdapat kedelai-kedelai seni yang bertebaran di sebelah pasar seni yang juga
menjual hasil kerajinan. Seperti juga di desa-desa lainnya, di Sukawati inipun
dapat dijumpai pematung, pelukis, penari dan bahkan dalang seni wayang Kulit.
Disepanjang Pasar seni Sukwati di sebelah Selatannya juga terdapat Pasr seni
Guwang di buka sejak tahun 1996.
BATUAN
Desa ini juga terkenal sebagai desa seniman (artist) dan perjanjian (crafsment).
Penari terkenal Bali, I Made Jimat, berasal dari desa ini. Dalam Bidang seni lukis,
Desa Batuan berhasil mengembangkan satu gaya yang disebut gaya batuan,
yang berawal dari experiment I Ngedon dan I Patera tahun 1930-an.
Lukisan hitam putih(Black White) yang mereka ciptakan memberikan image
magis yang kuatr.Belakangan pelukis Made Budi yang berhasil
mengepresikangaya batuan dengan selera warna kombinatif.
MAS
Jarak Desa Mas sekitar 20 Km utara Denpasar atau 6 Km sebelum Ubud, desa ini
terkenal sebagai desa ukiran kayu. Seni kerajinan patung kayu sudah
berkembang sejak lama di Mas, tapi secara komersil baru berkembang tahun
1970-an ketika wisatawan mulai berdatangan ke Bali.
Pematung-pematung berkalibwer lahir di Mas seperti Ida Bagus Nyana, Kemudian
anaknya yang bernama Ida Baqus Tilem (almarhum).Selain patung-patung
dengan kualitas seni tinggi, di Mas juga berkembang patung-patung
buah,bunga,dan binatang gaya baru yang pop art . Untuk patung buah-buahan
yang realistik I Nyoman Togog adalah tokohnya yang sangat terkenal. Karena
keahliannya dia mendapat Anugrah Upakerti dari presiden Soeharto.Daerah
persawahan masih terbentang di sini,sehingga Mas masih memiliki pesona
hijau.Selain sebagian besar penduduknya sebagai pengrajin,penduduk Mas juga
ada yang bertani.

PELIATAN
Desa ini bersebelahan dengan Ubud,lokasinyna sekitar 2 Km arah selatan.
Peliatan sangat terkenal akan seni tabuh dan seni tarinya.
Tahun 1931 grup tari dari desa ini melawat ke Paris di bawah pimpinan Anak
Agung Gede Mandra (Gung Kak),Lalu ke Amerika tahun 1951 dan tahun 1989,
dan ke Australia tahun1971.Orang barat mengatakan bahwa Peliatan adalah
Home of Legendary Legong (Rumah Legong yang Legendaris).Di samping
itu,Peliatan juga sebuah desa patung dan lukisan.Banyak toko di desa ini
menjuyal hasil kerajinan berupa pattung buah, anjing,anggrek,bebek,burung,
yang menjadi mode.
Disini ada juga pelukis gaya wayang.Sebuah galleri terkenal ada di Peliatan,yaitu
Agung Rai Galleri, menyimpan koreksi lukisan bervariasi, dari pelukis gaya serta
corak lukisannya.
PENGOSEKAN
Merupakan salah satu desa adat yang ada di welTAN Ubud, juga adalah sebutan
untuk aliran atau gaya lukisan(seperti gaya batuan),Tahun 1979,Pelukis disini
membentuk wadah atau komunitas petani dan seniman Pengosekan, Yang
tugasnya adalah menyelenggarakan pameran bersama dan membantu dalam
memenuhi Bahkan yang yang di perlukan untuk melukiskan atau membuat
patung.
UBUD
Kelurahan Ubud,merupoakan pusat kesenian di Bali.Daerah ini sudah sangat
terkenel sejak lama , sejak tashun 1920-an ketika seniman,kompomis dan
sarjana barat datang dan mencipta riset disana sambil menikmati hidup di
Ubud.Ubud terkenal akan seni lukisnnya ,seni patung,seni tabuh juga seni
tarinya.Lukissan Bali bisa dilihat dikedai kedai seni ubud dan juga yang
terprenting ialah museum Ratna Warta yang dirintis pembangunannya oleh
Cokorda Agung Sukowati atau Neka Museum, di Lemard Gallerry, dan Gallery
Antonio Blanco.Untuk seni tabuh dan tari,Puri saren adalah pusatnya,Di puri inlah
lahir gamelanSakeha Gong Sadha Budaya yang pernah melawat ke eeropa dan
negara-negara Asia.
Puri Saren Ubud secara rutin menyajikan pertunjukan tari dan tabuh buat
wisatawan.Yang utama adalah pelestarian ksenian, tepatnya seni pertunjukan,
dan sarana kegiatan ritual adat.Untuk prestasi estetika,Sadha Budaya juga terus
mengembangkan diri ,meningkatkan kemampuan menabuh anggotanya.
Di Ubud banyak hotel mewah, yang artistik,dan banyak juga akomodasi
sederhana yang diminati wisatawan.
Ubud juga sering mendapat sebutan desa wisata.Disini terdapast pusat
ionformasi pariwisata yang disaebut bina wisata.selain objek wisata di atas ubud
ada juga Monkey Forest.
Yang terpenting adalah prilaku warga ubud yang terkenal ramah dan tulus dalam
menyambut wisatawan.
BELEGA DAN BONA
Desa ini terkenal Kan meubel berbehan dari bambu yang sangat khas dan
artistik.Merka membuat meja,kursi,tempat tidur,meja rias dan sebagainnya
.Hasil kerajinan tangan warga belega ini sudah terkenal, banyak hotel-hotel
mewah, kantor-kantor,industri pariwisata menggunakan mebel mebel dari kedua

desa ini dengan bangga.


Selain itu hasil kerajinan Belega sudah menembus pasran internasional.Banyak
meubel bambu yang dieksport atau dibeli wisatawan untuk dibawa ke
negerinya.Jarak Belega dan Bona sekitar 30 Km timur kota Denpasar.
Di sepanjang jalan kelihatan kesibukan sehari-hari pengrajin kursi
bambu.Sedangkan tettangganya Desa Bona terkenal dengan kerajinan anyaman
dari daun lontar.
PETULU
Di Desa Petulu yang paling menarik adalah habitat burung bangau ataukokokan.
Ribuan burung putih berparuh panjang dan berumah dipohoin-pohon kayu
sepanjang desa petulu.
Tiap pagi burung-burung itu berkepak riuh terbang keluar Petulu hendak mencari
makan, sedangkan pada sore harinya kokokan itu kembali pulang ke sarangnya.
Sore hari adalah saat yang tepat untuk berkunjung ke petulu. Meski demikian
siang hari pesona Petulu juga teduh.
Keberhasilan petulu menjaga habitat bangau disana membuat pemerintah
menganugrahkan hadiah Kalpataru kepada desa Petulu . Di desa yang letaknya
sekitar 5 Km utara Ubud ini, juga terdapat seniman lukis dan pembuat bingkai
berukir.
PUJUNG DAN SEBATU
Kedua desa ini terletak sekitar 12 Km utara Ubud. Berkunjung siang hari kesana,
anda bisa melihat warga setempat termasuk wanita duduk di warung dengan
patung atau sarana.
Di desa ini terkenal ada sapi suci, warnanya putih(bukan merah seperti
kebanyakan) Desa yang terletak 6 Km utara Pujung, memiliki pesona alam yang
indah karena teras-teras sawah kehijauan alam yang asri dan angin segarnya .
Di desa ini juga dikembangkan mengukir (pisau kecil ) ditangan.Patung-patung
Garuda berwarna cerah diproduksi disini.Sepanjang jalan ubud terdapat jalan
yang indah. Taman safari gajah yang indah yang cukup menarik para wisatawan.
E. Peninggalan Purbakala
GOA GAJAH
Pura ini terletak disebelah barat desa Bedulu atau sekitar 6 Km timur Ubud. Di
tyempat ini ada goa dan Pura berikut kolam tempat pertirtaan,yang berisi
pancuran. Nma goa gajah berasal dari gua gajah, sebut nama yang di tulis oleh
empu Prapanca di lontar Negara Kertagama tahun 1365 M.Gua gajah sebetulnya
adalah sungai petani.Goa ini berbentuk huruf T berisi arca Ganesha yang
dianggap sebagai dewa ilmu pengetahuan.
Berdasarkan tulisan tipe kediri yang berbuinyi kumon dan shahyangsa didinding
timur mulut goa dan diperkirakan berasal dari abad ke XI.Berdasarkan
peninggalan artefak dipura tersebut yakni peniggalan hinduistis(lingga,arca
pancuran wyadara-wyadari)beserta peniggalan arca Busdhiistis(arca hariti,Arca
Dyani budaha Amitabha), dan relief stupa bercabang tiga, maka sifat keagamaan
dari komplek peniggalan purbakala digoa gajah adalah ciwa budha Tempat ini
banyak dikunjungi oleh para wisatawan.Tahun 1993 tercatat 303.556 orang
wisatawan mancanegara dan nusantara yang berkunjung melihart kepurbaan
goa gajah.
YEH PULU

Relief kuno ini terdapat di sudut tenggara desa bedulu , di antara persawahan
penduduk. Panjang relief ini kira-kira 25 m dan tingginya 2 M. Inilah relief
terpanjang yang pernbah di temukan di bali sejauh ini, Kondisi relief Yeh Pulu
masih baik. Relief ini terbentang dari utara ke selatandan berkhir dengan ceruk
pertrapaan. Serta dibatasi oleh pahatan ganeca. Dan di pahatan tersebut
tampak deorang laki-laki yang mengangkat tangan,orang membawa pikul,orang
menyembah,orang naik kuda dan sebagainya. Di duga relief ini berasal dari abad
ke XV. Sayang sekali higga kini belum diketahui benar cerita tersebut.
PURA PENATARAN SASIH
Pura ini terletak di Desa Pejeng di tepoi jalan raya menuju obyek wisata
Tampaksiring. Pura ini terkenal karena terdapat sebuah nekara yang amat
besar,dengan tinggi 186,5 cm dan berdiameter 160 cm. Nekara perunggu yang
berasal dari jaman prasejarah (jaman pra hindu) terkenal dengan nama bulan
pejeng yang berarti bulan yang jatuh ke bumi.
Oleh karena itu pura ini dinamaskjan puira peneteran sasih, Sasih berarti
bulan. Yang menarik di sini adalah hisanbulan pejengyang berebentuk kedok
muka yang disusun sepasang sepasang dengan matanya yang besar
membelalak, dengan telinga yang panjang dan anting-antingnya yang dibuat
dari uang kepeng dengan hidung saegitigaBulan Pejeng ini juga dianggap
sebagai subang Kebo Iwo. Sejumlah arca penting juga terdapat dalam pura
Penataran Asi.
Pura Pegulingan
Pura ini terletak di desa Basanganmbu, sebelah timur pura tirta empuldan
tidakjauh dari jurusan Kintanami. Pura ini ditemukan pada tahun 1983 berkat
bantuan pamong desa setempat.
Penggalian itu menemukan sisa-sisa bangunan berupa stupa besar yang kakinya
persegi delapan, serta materi tanah liat yang memuat mantra-mantra Agama
Budhadari abad ke VIII. Dan sejumlah reliref Gana yang merupakan temuan
pertama di Bali.
Pura Kebon Edan
Pura ini terletak di Desa Pejeng, hanya beberapa meter di sebelah utara Patung
Arjuna Bertapa. Disini terdapat sebuah Arca Ciwa dalam bentuk Bhairawa
menari, tingginya 3,60 meter yang merupakan peninggalan abad XIII masehi.
Arca ini menari diatas mayat dengan hiasan ular, mukanya memakai kedok
dengan kemaluannya seperti bergoyang.
Penduduk setempat menyebutnya sebagai Arca Kebo Edan. Kecuali arca ini, di
Pura Kebo Edan juga terdapat arca raksasa dengan hiasan tengkorak dan
beberapa buah arca lainnya, ada yang sudah rusak. Arca Bhairawa tersebut
diperbaiki oleh Kantor Swaka Purbakala Bali tahun 1952.
PURA PUSERING JAGAT
Letak Pura Pusering Jagat adalah di sebelah utara Pura Kebo Edan dan dianggap
sebagai Pusat Dunia disini terdapat sejumlah arca kuna, diantaranya Arca
Catuhkaya. Kekunaan penting lainnya yang terdapat disini adalah sebuah bejana
dari batu dengan relief menggambarkan para dewa mencari amerta. Bejana ini
memuat tahun candra sengkala 1251 saka (1329 Masehi) yang menunjukan
masa kerajaan Majapahit di Jawa Timur.
Bejana ini disebut juga Sangku Sudamala. Pada tahun 1952 bagian-bagian pecah

atau retak dari bejana telah diperbaiki dan baru-baru ini bangunan Gedong Purus
terdapat sebuah phallus dan sebuah vagina yang dibuat sangat naturalistik.
PURA GUNUNG KAWI
Pura ini terletak di Desa Tampaksiring tidak jauh dari jalan raya menuju Istana
Tampaksiring. Komplek kekunaan Gunung Kawi yang sangat luas ini terbagi dua
karena dipisahkan oleh Sungai Pakerisan. Sejak ditemukan kembali pada tahun
1920, peninggalan purbakala ini diperbaiki.
Disini terdapat dua kelompok candi tebing yang terdiri dari lima buah candi yang
terdapat di sebelah timur sungai. Diantara kelompok ini ada yang memuat
prasasti yang memakai huruf tipe kediri yang diduga berasal dari abad XI
masehi. Pada kelompok yang kedua terdapat di sebelah barat sungai terdiri dari
empat buah candi tebing dan ceruk-ceruk pertapaan atau wihara, demikian juga
halnya dengan candi yang disebelah timur sungai.
Di sudut tenggara terdapat juga ceruk-ceruk pertapaan. Disebelah barat juga
ada dan candi tebing yang sangat terkenal dengan nama Makam X, yang pada
bagian pintunya juga memuat prasasti memakai huruf kediri. Menurut perkiraan
komplek Gunung Kawi ini didirikan oleh Raja Anak Wungsu. Candi Tebing yang
lain di Sungai Pakerisan adalah Candi Tebing Kerobokan, Candi Tebing Tegallingah
dan diluar tempat itu adalah di Jukut Paku (Singakerta, Ubud) dan Tambahan
(Bangli). Gunung Kawi juga banyak dikunjungi wisatawan.
Pura Tirta Empul
Pura ini terletak sebelah timur di bawah Istana Tampaksiring. Sebuah prasasti
Batu yang Masih tersimpan di Desa Manukkaya menyebutkan Pura ini dibangun
oleh Sang Ratu Sri Candra Bhayasingha Warmadewa di dewa di daerah
Manukaya. Prasasti ini memuat angka tahun 882 caka (960 masehi). Di sini
terdapat sebuah mata air yang sangat besar, yang hingga sekarang
dikeramatkan oleh penduduk setempat. Kekunaan yang terdapat disini ialah
sebuah lingga-yoni dan arca lembu.
Sebetulnya masih banyak tempat-tempat menarik lainnya di Gianyar yang
pantas dicantumkan disini. Boleh dikatakan hampir setiap sudut Gianyar adalah
tempat yang menarik untuk dikunjungi. Berdasarkan SK. Bupati Gianyar Nomor
171/1994, tertanggal 5 Mei, Gianyar memiliki obyek wisata sebanyak 46 buah,
Hanya keterbatasan tempat yang tidak memungkinkannya untuk dijajarkan
didalam buku ini.
Data Tahun 2995 tentang fasilitas pendukung Kepariwisataan Gianyar
menunjukkan jumlah.
1. Hotel bintang V =4 buah
2. Hotel bintang IV =5 buah
3. Hotel bintang III =3 buah
4. Pondok wisata =425 buah (2.059 Kamar)
5. Melati =125 buah (1.785 kamar)
6. Rumah makan/ =211 buah
7. Caf restourant =13 buah
8. Hotel Bintang =2 buah (453 Kamar)
Adapun jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Gianyar dalam 5 (lima) tahun
terakhir adalah:
Tahun 2002 =597.735 wisatawan

Tahun 2001 =543.232 wisatawan


Tahun 2002 =405.238 wisatawan
Tahun 2003 =415.995 wisatawan
Tahun 2004 =815.384 wisatawan
Tahun 2005 =493.451 wisatawan
Tahun 2006 =283.546 wisatawan
Terjadinya penurunan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2002 sebagai
akibat adanya pariwisata Bom Bali I pada 12 oktober 2002 di Kuta. Di mana
banyak menelan korban, baik wisatawan mancanegara, domestik maupun
penduduk setempat.
Setelah Bom Bali jumlah kunjungan wisatawan sudah ada peningkatan, pada
tahun 2004 terjadi lagi Bom Bali II, sehingga menurunkan pula kunjungan
wisatawan ke Bali.

BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berwisata merupakan sebuah kegiatan yang umum dilakukan oleh masyarakat. Dari
pengalaman penulis sendiri, kegiatan berwisata dilakukan semenjak berada di tingkat
pendidikan taman kanak-kanak (TK). Saat itu pihak sekolah mengorganisir semua siswasiswi dari TK untuk melakukan perjalanan wisata ke berbagai tempat, kegiatan serupa juga
dilakukan oleh institusi pendidikan penulis ketika penulis bersekolah di tingkat SD, SMP,
SMA bahkan sampai tingkat perguruan tinggi. Penulis pun masih melakukan kegiatan wisata
baik sendiri, bersama kawan atau keluarga. Saat melakukan kegiatan wisata terkadang
terbersit pertanyaan di benak penulis, sebenarnya bagaimana sejarah pariwisata? Salah satu
riwayat kepariwisataan dunia yaitu perjalanan John Murray sekitar tahun 1836
(Enzensberger, 1996) yang didokumentasikan dalam sebuah buku berjudul Red Book, buku
tersebut memberikan penjelasan mengenai pemandangan di Belanda, Belgia dan Rhineland,
juga merekomendasikan tempat-tempat yang indah dan rute-rute romantis.
Tokoh lain yang penulis temukan dalam sejarah pariwisata dunia adalah Thomas Cook
(1841), ia mengorganisasikan perjalanan antara Loughborough dan Leicester untuk klubnya
yang bernama Teetotalers, empat tahun setelahnya ia mendirikan sebuah agen wisata, yang
selama tiga dekade menjadi agen wisata yang mendunia (Enzensberger, 1996). Di Indonesia,
literatur mengenai sejarah pariwisata dan promosi pariwisata yang penulis temukan pernah
dilakukan oleh sebuah perusahaan perkapalan Belanda yang bernama KPM (Konenklijke
Paketvaart Maatschappij) (Pendit, 1965). Perusahaan ini mempromosikan Bali kepada para
wisatawan Eropa. Namun Bali masih dipandang negatif pada masa itu. Bali masih sangat
tradisional (jika tidak ingin dikatakan sebagai primitif) dengan wanitanya yang masih
bertelanjang dada.
Dari penjelasan sebelumnya, dapat dikatakan wisata menjadi sebuah kegiatan untuk
menikmati perjalanan ataupun sebuah daerah yang menarik. Wisata pun mulai berkembang
menjadi salah satu jenis usaha yang menjanjikan bahkan menjadi sebuah industri penghasil

devisa yang tinggi bagi negara (Depbudpar, 2008). Menurut World Tourism Oraganization
(WTO) pada masa sekarang perkembangan pariwisata dunia mulai mengalami peningkatan
yang pesat. Dimulai dari tahun 2000, terlihat dari peningkatan sebesar 7% pada tahun 2007
dengan angka 898 juta kedatangan wisatawan internasional (WTO, 2008). Pertumbuhannya
pun tercatat dari tahun 2004-2007 mencapai rata-rata 7% pertahun, melebihi rata-rata
pertumbuhan jangka panjang yang hanya sebesar 4%. Berbagai kawasan di dunia pun
menikmati perkembangan pariwisata ini, dan untuk kawasan Asia-Pasifik, Indonesia tercatat
menjadi tempat tujuan wisata untuk sekitar 15% wisatawan asing di kawasan ini. Berita baik
ini ternyata tidak berlangsung terlalu lama, karena pertumbuhan pariwisata dunia mulai
mengalami penurunan pada pertengahan tahun 2008 disebabkan oleh kenaikan harga minyak
dunia di awal tahun dan memburuknya situasi ekonomi dunia. Namun hal ini tidak
berdampak pada pariwisata Indonesia, karena menurut WTO Indonesia memperlihatkan hasil
yang positif (terjadi peningkatan kunjungan wisata) (WTO, 2009).
Meningkatnya hasil industri pariwisata Indonesia nampaknya merupakan kesuksesan dari
program Visit Indonesia Year yang dicanangkan pada tahun 2008. Hal ini terlihat dari angka
kunjungan wisatawan yang mencapai 6,4 juta orang sampai bulan November 2008
dibandingkan keseluruhan tahun 2007 dengan angka 5,5 juta orang. Maka, menurut Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, program Visit Indonesia Year 2008 (VIY 2008) akan
diperpanjang sampai tahun 2009 dengan target mencapai 8 juta orang wisatawan (MediaIndonesia, 2007). Latar belakang dicanangkannya Visit Indonesia Year 2008 antara lain
karena Indonesia sudah lama tidak mengadakan program tahun kunjungan (terakhir tahun
1991) dan persepsi Indonesia di mata dunia yang semakin membaik (Media-Indonesia, 2007).
Untuk mendukung program VIY 2008 beberapa daerah seperti Jambi, Musi (Palembang),
Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat juga
mulai mencanangkan program-program kunjungan ke daerah mereka (Yurnaldi, 2008).
Kesuksesan program Visit Indonesia Year 2008 secara tidak langsung juga didukung oleh
berbagai program-program televisi di Indonesia yang sekarang semakin banyak
mempromosikan tempat-tempat wisata (contoh Koper dan Ransel, Backpacker, Dorce Jalan,
Jalan-Jalan, Archipelago, dan lain-lain) bahkan acara kuliner (acara yang menginformasikan
tempat-tempat makan) seperti Wisata Kuliner, Santapan Nusantara dan Bango Cita Rasa
Nusantara juga mempromosikan tempat-tempat wisata yang berdekatan atau satu wilayah
dengan tempat wisata makan. Promosi-promosi tempat wisata pun bisa dari mulut ke mulut
orang yang pernah pergi ke tempat wisata. Di masa kemudahan mendapatkan informasi
seperti saat ini, promosi wisata merambah dunia maya (internet) dengan cerita-cerita
perjalanan wisata yang pernah dilakukan seseorang melalui blog-blog dan situs-situs internet,
contoh www.BootsnAll.com, nakedtraveler.com, www.indobackpacker.com, dan lain-lain.
Berbicara panjang lebar mengenai sejarah wisata, perkembangan wisata, promosi wisata tak
lengkap tanpa mengetahui siapakah yang disebut dengan wisatawan. Lalu, siapakah yang
sebenarnya disebut dengan wisatawan? Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik
Indonesia, yang mengacu pada International Union of Office Travel Organization (IUOTO)
dan World Tourism Organization (WTO), memberikan definisi bahwa wisatawan adalah
seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke sebuah atau beberapa

negara di luar tempat tinggal biasanya atau keluar dari lingkungan tempat tinggalnya untuk
periode kurang dari 12 (dua belas) bulan dan memiliki tujuan untuk melakukan berbagai
aktivitas wisata. Penelitian-penelitian mengenai wisatawan dan latar belakang mereka
berwisata pun belum banyak dilakukan, terutama berkaitan dengan ilmu psikologi (Ross,
1994). Dari beberapa penelitian psikologi pariwisata yang penulis temukan konsep motivasi
menjadi salah satu bahasan penting. Motivasi dianggap penting karena motivasi menjadi
dasar dari hal-hal yang dapat mempengaruhi tingkah laku wisatawan seperti tempat tujuan
wisata, kapan akan berwisata, aktivitas apa yang mereka lakukan di tempat wisata dan
kepuasan mereka (Crompton, 1979 dalam Jani, 2008). Dari berbagai literatur yang penulis
temukan, motivasi dalam berwisata dibagi menjadi dua faktor, yaitu motivasi pendorong
(push) dan penarik (pull) (McGehee, Loker-Murphy, dan Uysal 1996; Espinoza, 2002; Jiao,
2003; Awaritefe, 2004; Yoon dan Uysal, 2005; Tien, 2008; Jani, 2008). Motivasi pendorong
(push) berkaitan pada aspek internal atau emosional dalam diri seseorang sedangkan motivasi
penarik (pull) berkaitan dengan aspek keadaan luar diri seseorang dan keadaan
situasional(McGehee, Loker-Murphy, dan Uysal 1996; Awaritefe, 2004; Yoon dan Uysal,
2005; Tien, 2008). Contoh motivasi pendorong adalah keinginan untuk keluar dari rutinitas,
berpetualangan, berinteraksi dengan masyarakat setempat, mendapatkan kegembiraan dan
lain sebagainya (Crompton, 1979 dalam Yoon dan Uysal, 2005), sedangkan contoh motivasi
penarik yaitu daya tarik tempat wisata seperti, pantai, fasilitas rekreasi, daya tarik
kebudayaan, hiburan, pemandangan alam, pusat perbelanjaan, dan taman (Yoon dan Uysal,
2005).
Ketika seseorang ataupun sekelompok orang ingin berwisata, untuk lebih mempermudah
kegiatan wisata tersebut mereka dapat menggunakan jasa agen wisata. Agen wisata inilah
yang akan mengatur perjalanan dari mulai tiket pesawat, kendaraan saat mengunjungi tempat
wisata, hotel, dan berbagai akomodasi lain. Agen-agen wisata ini mudah sekali ditemukan
karena kebanyakan dari mereka mempunyai kantor di tempat-tempat strategis seperti pusat
perkantoran, pusat perbelanjaan bahkan kampus-kampus perguruan tinggi baik negeri
ataupun swasta dan mereka pun mempromosikan diri di berbagai surat kabar, majalah,
website, bahkan dari mulut ke mulut orang yang sudah menggunakan jasa mereka. Agen-agen
wisata secara gencar mempromosikan produk wisata mereka dengan menawarkan banyak
kemudahan pelayanan, ketenangan dan kenyamanan yang akan dialami dan dirasakan oleh
peserta paket wisata. Paket wisata pun berbagai macam, dari wisata religi, wisata pantai,
pegunungan, sampai wisata untuk pasangan yang ingin berbulan madu. Paket wisata juga
memberikan berbagai kemudahan dari pengurusan tiket, ruang tunggu bandara, fasilitas hotel
berbintang, kendaraan yang nyaman, sampai antar jemput dari rumah peserta paket wisata
bahkan memberikan jaminan asuransi bagi peserta paket wisata sehingga peserta paket wisata
hanya perlu membawa identitas diri dan pakaian secukupnya. Namun tentu saja dari berbagai
kemudahan dan kenikmatan yang akan diperoleh peserta paket, agen wisata memberikan
harga yang relatif mahal dan terkadang hanya mampu dibeli oleh orang-orang yang sangat
berkecukupan.

Anda mungkin juga menyukai