Pariwisata
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Banyak negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai sumber pajak dan
pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu
pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi
Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk
meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal.
Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan
pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah
20 Votes
Bagi Anda yang telah mengalami asam-garam di bidang kepariwisataan pengertian dasar
kepariwisataan bukan lagi merupakan masalah. Namun kami yakin banyak di antara kita
yang masih belum faham berbagai istilah kepariwisataan yang acapkali kita jumpai seharihari, merupakan hal yang menimbulkan pengertian yang kisruh. Lihat saja contoh di bawah
ini.
Salah satu istilah yang digunakan secara resmi sebagai nama sebuah kementerian, yaitu
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang berwenang menangani kebudayaan dan
kepariwisataan, tidak menggunakan istilah kepariwisataan melainkan pariwisata,
berbeda halnya dengan istilah kebudayaan yang digunakannya secara berdampingan.
Sementara itu Undang-undang no. 10/Th 2009 (UU no.10/2009) disebutnya sebagai Undangundang tentang Kepariwisataan. Di samping itu, kita sering mendengar dan membaca
adanya istilah obyek wisata dan atraksi wisata. Oleh karena itu tidaklah heran jika
banyak pihak yang mempertanyakan akan perbedaan antara wisata, pariwisata dan
kepariwisataan. Atas dasar apa pilihan istilah wisata, pariwisata dan kepariwisataan itu
digunakan?
Dengan diundangkannya UU no.10/2009 tentang Kepariwisataan, diharapkan penggunaan
istilah-istilah itu dilakukan lebih tertib sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa sehingga tidak
lagi menimbulkan pengertian yang membingungkan.
WISATA
: adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seorang
atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk
tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya
tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu tertentu;
WISATAWAN
Definisi yang ditentukan dalam UU no.10/2009 tersebut merupakan salah satu definisi di
antara sekian banyak definisi yang kita kenal selama ini. Definisi ini dimaksudkan sebagai
acuan dalam upaya pengembangan kepariwisataan Indonesia. Tidak berlaku universal.
Untuk memperoleh pengertian yang sama mengenai istilah-istilah tersebut, sebaiknya kita
tinjau juga dari sudut lainnya yang bersifat universal dan ditujukan untuk memberikan acuan
bagi kebutuhan lainnya, antara lain kebutuhan statistik dan / atau pengaturan dan pengelolaan
kepariwisataan secara internasional. Tinjauan tersebut dapat dilakukan dari dua segi
pengertian, yaitu Pengertian istilah (etimologi) dan Pengertian ilmiah (definisi);
(1). Pengertian Istilah
Kata pariwisata telah berhasil dipopulerkan, pada mulanya diperkenalkan oleh Menteri
PDPTP (Perhubungan, Pos, Telekomunikasi & Pariwisata), pada waktu itu Let.Jen.
Djatikusumo, dalam kesempatan Musyawarah Nasional Tourisme II di Tretes, Jawa Timur,
pada tahun 1958.
Diperkenalkannya istilah pariwisata dimaksudkan sebagai pengganti tourisme (Belanda,
Perancis) atau tourism (Inggris).
Bila diuraikan menurut arti-katanya, maka pariwisata yang berasalkan kata pari dan
wisata dari bahasa Sansekerta, akan berarti sebagai berikut:
Pari
= seringkali, berulangkali/berkali-kali; dapat juga berarti umum (bandingkan
dengan: sidang paripurna = sidang umum & lengkap, umum masalahnya yang dibicarakan
dan lengkap anggotanya yang hadir -, bermakna sama dengan sidang pleno, plenary
session/meeting);
Wisata
= pergi (to go, kata kerja), bepergian (to travel, kata kerja); dapat juga berarti
perjalanan (travel, kata benda);
Pariwisata = beberapa perjalanan yang dilakukan secara bersambung/ berantai dari satu
Wisata
Wisatawan
Pariwisata
Pariwisatawan
Para Pariwisatawan
= pariwisatawan-pariwisatawan, orang-orang
yang melakukan perjalanan keliling (tourists);
Dengan bertolak dari tiga fikiran dasar tersebut dapatlah disusun suatu definisi yang dapat
mencakup pengertian yang lebih luas dan bersifat flexible, dapat digunakan untuk berbagai
maksud, sebagai berikut.
Kepariwisataan adalah gejala-gejala yang menyangkut lalulintas manusia, berikut barang
bawaannya, yang melakukan perjalanan untuk tujuan apa pun sepanjang tidak untuk
maksud-maksud menetap serta memangku suatu jabatan dengan memperoleh upah dari
tempat yang dikunjunginya.
Bila kepariwisataan (tourism) adalah gejala-gejala mengenai lalulintas manusia, maka
pariwisatawan (tourist) adalah orang-orangnya yang berlalulintas, sehingga dapat dinyatakan
bahwa:
Pariwisatawan, adalah orang yang malakukan perjalanan untuk tujuan apapun
sepanjang tujuannya tidak untuk maksud-maksud menetap dan memangku suatu jabatan
dengan memperoleh upah dari tempat yang dikunjunginya, paling sedikit tinggal selama
24 jam di tempat ia berkunjung tersebut.
Landasan pemikiran daripada definisi tersebut di atas adalah definisi yang dianjurkan oleh
IUOTO (International Union of Official Travel Organizations yang sekarang bernama
WTO, World Tourism Organization) dalam rekomendasinya kepada Komisi Statistik PBB,
sebagai hasil konferensi mengenai perjalanan dan pariwisata internasional (The United
Nations Conference on International Travel and Tourism) di Roma, 21 Agustus 5
September 1963.
IUOTO memberikan definisi tersebut dalam hubungannya dengan maksud-maksud statistik,
yang digunakan juga oleh Indonesia, sebagai berikut:
Untuk maksud-maksud statistik, dengan istilah pengunjung (visitor) dimaksudkan:
Setiap orang yang berkunjung ke suatu negara selain dari negara di mana ia biasanya
bertempat tinggal, untuk tujuan apapun selain untuk maksud memangku jabatan dengan
memperoleh upah dari negara yang dikunjunginya.
Pada hakekatnya, penghitungan pengunjung tidak dilakukan berdasarkan jumlah orang,
melainkan jumlah kunjungan (visit).
Dengan demikian seseorang dapat dihitung lebih dari satu kali kunjungan. Misalnya seorang
melakukan kunjungan tiga kali dalam setahun, maka pengunjungnya = 1; kunjungan = 3).
PENDAHULUAN
Perkembangan pariwisata melaju seiring dengan perkembangan tehnologi. Dengan
membaiknya tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat mendorong berkembangnya
kegiatan pariwisata ke bentuk bentuk dan jenis jenis kegiatan yang lebih bervariasi
atau beragam. Usia, status sosial tingkat ekonomi juga mempengaruhi seseorang untuk
memiih bentuk dan jenis jenis kegiatan wisata apa yang diminatai atau yang memuhi
selera mereka. Dari sinilah lahir berbagai bentuk dan jenis jenis pariwisata.
BENTUK BENTUK
PARIWISATA
Setelah kita mempelajair dasar pemikiran tentang konsep atau definisi pariwisata dan
wisatawan, maka perlu kiranya kita juga membicarakn tentang bentuk bentuk wisata
utnuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai industri ini. Bentuk bentuk
ini dapat dibagai menurut katagori berikut ini :
mana tergantung pada ketentuan ketentuan yang diberlakukan oleh suatu negara
untuk mengukur panjang atau pendeknya waktu yang dimaksud.
Menurut Jumlah Wisatawan
Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlah wisatwan yang datang, apakah wisatwan itu
datangs endiri, atau dalam suatau rombongan. Maka timbullah istilah pariwisata
tunggal dan pariwisata rombongan.
(Medlik dan Middleton), yaitu produk pariwisata terdiri dari bermacammacam unsur yang merupakan suatu paket yang satu sama lainnya tidak
terpisahkan serta memenuhi kebutuhan wisatawan sejak meninggalkan
tempat tinggalnya sampai ketempat tujuannya dan kembali lagi ketempat
asalnya.
Produk wisata sebagai salah satu obyek penawaran dalam pemasaran pariwisata
memiliki unsur-unsur utama yang terdiri 3 bagian (Oka A. Yoeti, 2002:211) :
1. Daya tarik daerah tujuan wisata, termasuk didalamnya citra yang
dibayangkan oleh wisatawan
2. Fasilitas yang dimiliki daerah tujuan wisata, meliputi akomodasi, usaha
pengolahan makanan, parkir, trasportasi, rekreasi dan lain-lain.
3. Kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata tersebut.
Mason (2000:46) dan Poerwanto (1998:53) telah membuat rumusan tentang
komponen-komponen produk wisata yaitu :
1. Atraksi, yaitu daya tarik wisata baik alam, budaya maupun buatan
manusia seperti festival atau pentas seni
2. Aksesbilitas, yaitu kemudahan dalam memperoleh atau mencapai tujuan
wisata seperti organisasi kepariwisataan (travel agent)
3. Amenities yaitu fasilitas untuk memperoleh kesenangan. Dalam hal ini
dapat berbentuk akomodasi, kebersihan dan keramahtamahan
4. Networking, yaitu jaringan kerjasama yang berkaitan dengan produk yang
ditawarkan baik lokal, nasional maupun internasional.
Produk Wisata
Produk wisata merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan kepada wisatawan
untuk mengunjungi sebuah daerah tujuan wisata. Produk wisata dapat berupa
alam, budaya serta hasil kerajinan masyarakat. Ada beberapa pendapat yang
dikemukan oleh para ahli terhadap pengertian produk pariwisata, diantaranya :
Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal. Dari
berbagai motivasi yang mendorong perjalanan, McIntosh (1977) dan Murphy (1985)
mengatakan bahwa motivasi dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu
sebagai berikut:
a. Physical or physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis), antara lain
untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, bersantai
dan sebagainya.
b.
Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat,
tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan
budaya (banggunan bersejarah).
c.
Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial), seperti
mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal yang dianggap
mendatangkan gengsi (nilai prestise), melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang
membosankan dan sebagainya.
d.
Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain
seseorang kan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan egoenhancement yang memberikan kepuasan psikologis. Disebut juga sebagai status and
prestige motivation.
Motivasi perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor internal wisatawan itu sendiri dan faktor
eksternal. Secara intrinsik, motivasi terbentuk karena adanya kebutuhan dan/atau keinginan
manusia itu sendiri, sesuai dengan teori hirarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan tersebut
dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan
prestise dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
c.
Perjalanan wisata merupakan pelarian dari situasi keseharian yang penuh ketegangan,
rutinitas yang menjemukan, atau kejenuhan-kejenuhan karena beban kerja.
d.
kata sosok Pariwisata Bali belum tergambar sama sekali pada waktu itu.
Dunia Kepariwisataan Bali baru mulai benar-benar berkembang pada awal abad
ke-20, yakni ketika untuk pertama kalinya kapal api Belanda yang terkenal
dengan nama Konninklijk Paketvart Maatschapij (KPM) mengangkut wisatawan
mengunjungi Bali melalui pelabuhan Buleleng (Bali Utara). Kapal ini sebelumnya
sudah beroperasi sejak ahir abad ke-19, tetapi yang diangkut adalah babi, kopra,
kopi bukan wisatawan. Dengan keyakinan bahwa bisnis pariwisata akan
berkembang, sekitar tahun 1914 untuk pertama kalinya KPM mengeluarkan
brosur pariwisata Bali yang diterbitkan untuk menarik lebih bannyak lagi minat
wisatawan berlibur kepulau Dewata. Perhatian untuk mengembangkan
kepariwisataan di Bali mulai tampak bersungguh-sungguh dengan
didirikannyaBali Hotel tahun 1925 di Denpasar oleh KPM. Dari sinilah kemudian
pariwisataBali dan tentu saja Gianyar berkembang pelan-pelan sampai pada
wujud, kemajuan dinamika, dengan segala institusinnya dewasa ini.
Jika rintisan pariwisata KPM bisa diterima berarti perkembangan pariwisata di
daerah ini sudah terjadi jauh sat sebelum Indonesia merdeka tahun 1945. Selain
peranana KPM yang kreatip memerancang, menawarkan dan mempromosikan
paket wisata ke bali kepada calon wisatawan mancanegara seperti Amerika,
Australia, Inggris. Patut juga di catat peranan besar para seniman (pelukis
composer) atau intelektual Barat yang pernah tinggal di daerah ini dalam
mempromosikan citra budaya (Culture image) Bali. Salah satu seniman yang
peranannya sangat besar dalam membangun citra kepariwisataan Bali pada
umumnya dan Gianyar khususnya adalah Walter Spies (1845-1942) yang diba di
Bali Tahun 1927 dan menetap di Ubud selama lebih kurang 15 tahun.
Peninggalan Spies berupa bungalow masih ada sampai sekarang di Hotel
Tjampuhan. Bangunan itu terletak di tebing dekat sungai Tjampuhan dengan
pemandangan sekitar yang indah, asri, suasana hening dan atmosfir yang
sangat inspiratif.
Walter Spies adalah anak diplomat German yang memperoleh kesempatan untuk
mengenal kebudayaan timur di Negara Rusia, yakni ketika ayahnnya bertugas di
sana sebagai duta besar. Dari Rusia Spies pindah ke Belanda kemudian
berangkat ke Hindia Belanda (Indonesia). Begitu tiba di Indonesia, Spies
langsung menuju Yogya, tinggal di Kraton Yogya sebagai pembantu Sultan Yogya
ke-9. Di sana dia belajar tentang musik jawa. Setelah setahun tinggal di Yogya
Tjokorda Gde Raka Sukawati dari ubud mengajaknya untuk datang dan tinggal di
ubud secara permanent. Mula-mula Spies tinggal dihalaman depan Puri Saren,
Ubud. Sehari-hari dia bermain piano dan keliling desa dengan sepeda (Barang
langka pada waktu itu). Spies memiliki kegemaran berburu kupu-kupu. Dalam
berburu dia biasanya ditemani Tjokorda Gde Agung Sukawati. Spies mempunyai
jaringan-jaring (Butterfly net) khususnya dibawa serta ke Bali untuk menangkap
kupu-kupu di bungkus dengan kertas emas dan dikirim ke museum lainnya.
Setelah beberapa lama tinggal di Ubud, berkesepatan keluar masuk desa saat
berburu kupu-kupu, Spies berkeinginan membantu rumah yang lebih permanen.
Keinginan itu telah disampaikan kepada Tjokorda Gde Agung Sukawati, Spies
menyampaikan bahwa dia mempunyai teman seorang arsitek dari German.
Agung Sukawati mengatur Spies ke Tjampuhan dan disepakati menyewa tanah
milik Tjokorda Gede Oka Dalem seharga 5 gulden perbulan, rumah baru Spies di
Tjampunhan dan disepakati menyewa tanah milik Tjokorda Oka Dalem seharga 5
gulden per bulan, rumah baru Spies di Tjampuhan ini segera menjadi kongkowkongkow tamu-tamu Barat, kawan-kawan Spies. Menurut Diana Darling
(Australia) siapapun orang penting yang berkunjung keBali pasti mampir
ketempat Spies. Ketempat itulah Colliin McPhee (bersama istrinya jane Belo
seorang antropolog Amerika), Vicki Baum, dan tamu lainnya berkunjung ke
pondok Spies waktu itu tinggal di Sayan, sedang tekun-tekunnya mempelajari
seluk beluk musik Bali.
Selama di Pulau dewata Spies tertarik dengan kebudayaan, kesenian, dan
kehidupan masyarakat Bali sehari-hari, meskipun image tentang Bali sudah
beredar luas di masyarakat Barat sebelum Spies datang, kehadiran Spies datang,
kehadiran Spies di Bali tetap penting dalam kontribusinnya mewujudkan citra
cultural Bali. Ketika dua intelektual German, Viktor Baron Von Plessen dan Dr.
Dahlsiem datang ke Bali membuat film berjudul Island of the Demons (Pulau
Raksasa), Spies berkesempatan untuk memasukan segala apresiasinnya tentang
Bali secara mendalam. Orang-orang yang kemudian menonton Island of the
Demons tentu bisa dikatakan sebagai melihat Bali melalui persepsi, Visi, atau
sudut pandang Spies, Populasi Spies sebagai pelukis dan intlektual yang
mengenal Bali secara dekat menundang banyak orang Barat untuk datang keBali
dan berkunjung ke pondoknnya di Tjapuhan. Andrian Vickers dalam bukunnya
Bali Paradise Creatid (1989) menyebutkan bahwa orang-orang yang pernah
berkunjung ke Spies adalah Charlie Chaplin, bintang film jenaka Amerika. Selain
Chaplin, tamu istimewa Spies yang terkenal adalah Vicki Baum, seorang Novelis
wanita produktif yang karya-karyannya dikenal dalam berbagai bahasa, terutama
bahasa Inggris.
Spies banyak memberikan bimbingan dan Inspirasi kepada intelektual dan
senikmati dan memperlajari Bali. Banyak buku lain tentang Bali yang ditulis pada
perioda Spies di Bali banyak diilhami oleh bayang-bayang pikiran-pikiran Spies.
Sebutlah misalnya buku Dance and Drama in Bali (1938) karya penulis inggris
bernama Bery de Zoete atau buku tentang musik Bali yang ditulis oleh seorang
ahli musik Amerika, Collin McPhee. Selama di Bali, Spies melakoni hidupnya
secara efektif sehingga banyak seniman dan intelektual yang mendapat
masukan darinya saat mempelajari Bali. Tidak mengherankan kemudian Spies
dijuluki sebagai the creation of modern Balinese art (pencipta seni Bali
Modern)
Di bidang seni lukis, nama Walter Spies tidak bisa dipisahkan dengan Rudolf
Bonnet, kolegannya dari Belanda, seorang Guru gambar. Spies dan Bonnet
(Pelukis Belanda yang datang di Bali tahun 1929) melihat perkembangan seni
lukis di ubud terancam komersialisasi pariwisata sehingga bersama dengan
Tjokorda Gde Agung Sukawati dari Puri Ubud, mereka membentuk organisasi
yang disebut Pita Maha tahun 1936 yang berpusat di Ubud. Melalui lembaga
inilah seni lukis Bali diberikan nilai yang sejati dalam menghadapi
kecenderungan komersialisasi. Lembaga ini yang kemudian mempromosikan seni
lukis dan patung Bali secara wajar melalui pameran di museum-museum baik di
jawa maupun diluar negeri. Seniman yang menjadi anggota Pita Maha diwajibkan
menujukkan karyanya kepada organisasi lalu organisasi yang baik untuk
sama.
Kedua, Kawasan wisata lebih, mencakup daerah Candra Asri, Ketewel,Saba,
Sukawati, Pering, Keramas, Lebih dan Siut. Dibandingkan dengan kawasan wisata
pertama, tenggang waktu pengembangan kawasan ini berbeda jauh. Kalau Ubud
sudah mengalami masa penemuan (discovery) tahun 1920-an dan dilanjutkan
dengan masa pelembagaan (institusionalized), pengembangan Kawasan Wisata
Lebih secara melembaga baru dilakukan awal tahun 1990-an. Meskipun
terlambat dibandingkan yang pertama, tanda-tanda kearah pesatnya
perkembangan kepariwisataan bisa terarah lebih jelas, khusus menyangkut
pembangunan hotel, restoran, dan fasilitas kepariwisataan lainnya. Langkahlangkah ini jika dilihat dari kerangka teori pariwisata yang dikutipkan di depan,
menunjukan bahwa tahap discovery, local repon, dan institusionalized dalam
kepariwisataan Gianyar berjalan terus seperti suklus, dengan kata lain
perkembangan kepariwisataan di Gianyar mengikuri pola dinamis.
D. Tempat-tempat Menarik (Places of Interest)
Posisi Gianyar sangat strategis sekali baik dilihat secara geografis maupun dari
sudut pandang lalu lintas perjalanan wisata di Bali. Desa-desa kabupaten yang
terkenal karena prestasi artistiknya di bidang kerajinan patung, perak, lukisan,
kesenian dan sejenisnya terletak di tepi jalan utama Denpasar-GianyarKlungkung-Karangasem.
Perjalanan dari Denpasar ke ujung timur Pulau Bali atau perjalanan yang datang
dari Karangasem ke Denpasar akan melintas daerah-daerah Gianyar.
Wisatawan yang datang ke Bali melalui Bandara Ngurah Rai, akan melihat
pesona desa-desa Gianyar di tepi jalan ketika mereka mengikuti trip ke arah
timur, sedangkan wisatawan yang masuk ke Bali melalui pelabuhan Padangbai
(biasanya wisatawan yang pergi dengan kapal pesiar atau Cruise ship mau tidak
mau akan melewati desa-desa seni Gianyar dalam perjalanannya menuju Sanur,
Kuta atau Nusa Dua. Setiap desa yang dilalui itu memiliki daya tarik yang khas
sehingga dapat disebut sebagai potensi dan daya pikatnya).
BATUBULAN
Desa Batubulan merupakan desa perbatasan antara Gianyar dan Badung. Dari
pusat Kota Denpasar jaraknya sekitar 8 Km. Batubulan terkenal kerajinan patung
batunya. Disepanjang jalan utama berjejer toko-toko kesenian yang
memajangkan patung batu padas. Patung-patung tersebut umumnya digunakan
untuk kepentingan tempat suci atau sarana religi. Belakangan, hasil seni patung
itu juga dimanfaatkan untuk kepentingan sekunder, misalnya hiasan taman.
Selain patung batu cadas, batubulan indentik dengan Tari Barong atau Barong
Dance. Di desa ini terdapat 3 panggung terbuka (Tegal Tamu, Puri Agung dan
Pura Puseh Bendul), tempat tari barong dipentaskan tiap hari, mulai pukul 10.00,
dengan penonton utama para wisatawan Grup pertunjukan tari barong mulai
berkembang sekitar tahun 1970-an dengan segala persfektifnya sampai
sekarang. Sejalan dengan perkembangan pariwisata dan kejelian penduduk
menangkap peluang, di Batubulan kini juga bisa dilihat pemasaran hasil
kerajinan perak/emas, gerabah, meubel dan atau komponen rumah antik.
CELUK
Hampir setiap banjar di Singapadu memiliki unit gamelan, untuk kepentingan
upacara di pura atau pementasan atraksi wisata Dibidang lain, Singapadu
PELIATAN
Desa ini bersebelahan dengan Ubud,lokasinyna sekitar 2 Km arah selatan.
Peliatan sangat terkenal akan seni tabuh dan seni tarinya.
Tahun 1931 grup tari dari desa ini melawat ke Paris di bawah pimpinan Anak
Agung Gede Mandra (Gung Kak),Lalu ke Amerika tahun 1951 dan tahun 1989,
dan ke Australia tahun1971.Orang barat mengatakan bahwa Peliatan adalah
Home of Legendary Legong (Rumah Legong yang Legendaris).Di samping
itu,Peliatan juga sebuah desa patung dan lukisan.Banyak toko di desa ini
menjuyal hasil kerajinan berupa pattung buah, anjing,anggrek,bebek,burung,
yang menjadi mode.
Disini ada juga pelukis gaya wayang.Sebuah galleri terkenal ada di Peliatan,yaitu
Agung Rai Galleri, menyimpan koreksi lukisan bervariasi, dari pelukis gaya serta
corak lukisannya.
PENGOSEKAN
Merupakan salah satu desa adat yang ada di welTAN Ubud, juga adalah sebutan
untuk aliran atau gaya lukisan(seperti gaya batuan),Tahun 1979,Pelukis disini
membentuk wadah atau komunitas petani dan seniman Pengosekan, Yang
tugasnya adalah menyelenggarakan pameran bersama dan membantu dalam
memenuhi Bahkan yang yang di perlukan untuk melukiskan atau membuat
patung.
UBUD
Kelurahan Ubud,merupoakan pusat kesenian di Bali.Daerah ini sudah sangat
terkenel sejak lama , sejak tashun 1920-an ketika seniman,kompomis dan
sarjana barat datang dan mencipta riset disana sambil menikmati hidup di
Ubud.Ubud terkenal akan seni lukisnnya ,seni patung,seni tabuh juga seni
tarinya.Lukissan Bali bisa dilihat dikedai kedai seni ubud dan juga yang
terprenting ialah museum Ratna Warta yang dirintis pembangunannya oleh
Cokorda Agung Sukowati atau Neka Museum, di Lemard Gallerry, dan Gallery
Antonio Blanco.Untuk seni tabuh dan tari,Puri saren adalah pusatnya,Di puri inlah
lahir gamelanSakeha Gong Sadha Budaya yang pernah melawat ke eeropa dan
negara-negara Asia.
Puri Saren Ubud secara rutin menyajikan pertunjukan tari dan tabuh buat
wisatawan.Yang utama adalah pelestarian ksenian, tepatnya seni pertunjukan,
dan sarana kegiatan ritual adat.Untuk prestasi estetika,Sadha Budaya juga terus
mengembangkan diri ,meningkatkan kemampuan menabuh anggotanya.
Di Ubud banyak hotel mewah, yang artistik,dan banyak juga akomodasi
sederhana yang diminati wisatawan.
Ubud juga sering mendapat sebutan desa wisata.Disini terdapast pusat
ionformasi pariwisata yang disaebut bina wisata.selain objek wisata di atas ubud
ada juga Monkey Forest.
Yang terpenting adalah prilaku warga ubud yang terkenal ramah dan tulus dalam
menyambut wisatawan.
BELEGA DAN BONA
Desa ini terkenal Kan meubel berbehan dari bambu yang sangat khas dan
artistik.Merka membuat meja,kursi,tempat tidur,meja rias dan sebagainnya
.Hasil kerajinan tangan warga belega ini sudah terkenal, banyak hotel-hotel
mewah, kantor-kantor,industri pariwisata menggunakan mebel mebel dari kedua
Relief kuno ini terdapat di sudut tenggara desa bedulu , di antara persawahan
penduduk. Panjang relief ini kira-kira 25 m dan tingginya 2 M. Inilah relief
terpanjang yang pernbah di temukan di bali sejauh ini, Kondisi relief Yeh Pulu
masih baik. Relief ini terbentang dari utara ke selatandan berkhir dengan ceruk
pertrapaan. Serta dibatasi oleh pahatan ganeca. Dan di pahatan tersebut
tampak deorang laki-laki yang mengangkat tangan,orang membawa pikul,orang
menyembah,orang naik kuda dan sebagainya. Di duga relief ini berasal dari abad
ke XV. Sayang sekali higga kini belum diketahui benar cerita tersebut.
PURA PENATARAN SASIH
Pura ini terletak di Desa Pejeng di tepoi jalan raya menuju obyek wisata
Tampaksiring. Pura ini terkenal karena terdapat sebuah nekara yang amat
besar,dengan tinggi 186,5 cm dan berdiameter 160 cm. Nekara perunggu yang
berasal dari jaman prasejarah (jaman pra hindu) terkenal dengan nama bulan
pejeng yang berarti bulan yang jatuh ke bumi.
Oleh karena itu pura ini dinamaskjan puira peneteran sasih, Sasih berarti
bulan. Yang menarik di sini adalah hisanbulan pejengyang berebentuk kedok
muka yang disusun sepasang sepasang dengan matanya yang besar
membelalak, dengan telinga yang panjang dan anting-antingnya yang dibuat
dari uang kepeng dengan hidung saegitigaBulan Pejeng ini juga dianggap
sebagai subang Kebo Iwo. Sejumlah arca penting juga terdapat dalam pura
Penataran Asi.
Pura Pegulingan
Pura ini terletak di desa Basanganmbu, sebelah timur pura tirta empuldan
tidakjauh dari jurusan Kintanami. Pura ini ditemukan pada tahun 1983 berkat
bantuan pamong desa setempat.
Penggalian itu menemukan sisa-sisa bangunan berupa stupa besar yang kakinya
persegi delapan, serta materi tanah liat yang memuat mantra-mantra Agama
Budhadari abad ke VIII. Dan sejumlah reliref Gana yang merupakan temuan
pertama di Bali.
Pura Kebon Edan
Pura ini terletak di Desa Pejeng, hanya beberapa meter di sebelah utara Patung
Arjuna Bertapa. Disini terdapat sebuah Arca Ciwa dalam bentuk Bhairawa
menari, tingginya 3,60 meter yang merupakan peninggalan abad XIII masehi.
Arca ini menari diatas mayat dengan hiasan ular, mukanya memakai kedok
dengan kemaluannya seperti bergoyang.
Penduduk setempat menyebutnya sebagai Arca Kebo Edan. Kecuali arca ini, di
Pura Kebo Edan juga terdapat arca raksasa dengan hiasan tengkorak dan
beberapa buah arca lainnya, ada yang sudah rusak. Arca Bhairawa tersebut
diperbaiki oleh Kantor Swaka Purbakala Bali tahun 1952.
PURA PUSERING JAGAT
Letak Pura Pusering Jagat adalah di sebelah utara Pura Kebo Edan dan dianggap
sebagai Pusat Dunia disini terdapat sejumlah arca kuna, diantaranya Arca
Catuhkaya. Kekunaan penting lainnya yang terdapat disini adalah sebuah bejana
dari batu dengan relief menggambarkan para dewa mencari amerta. Bejana ini
memuat tahun candra sengkala 1251 saka (1329 Masehi) yang menunjukan
masa kerajaan Majapahit di Jawa Timur.
Bejana ini disebut juga Sangku Sudamala. Pada tahun 1952 bagian-bagian pecah
atau retak dari bejana telah diperbaiki dan baru-baru ini bangunan Gedong Purus
terdapat sebuah phallus dan sebuah vagina yang dibuat sangat naturalistik.
PURA GUNUNG KAWI
Pura ini terletak di Desa Tampaksiring tidak jauh dari jalan raya menuju Istana
Tampaksiring. Komplek kekunaan Gunung Kawi yang sangat luas ini terbagi dua
karena dipisahkan oleh Sungai Pakerisan. Sejak ditemukan kembali pada tahun
1920, peninggalan purbakala ini diperbaiki.
Disini terdapat dua kelompok candi tebing yang terdiri dari lima buah candi yang
terdapat di sebelah timur sungai. Diantara kelompok ini ada yang memuat
prasasti yang memakai huruf tipe kediri yang diduga berasal dari abad XI
masehi. Pada kelompok yang kedua terdapat di sebelah barat sungai terdiri dari
empat buah candi tebing dan ceruk-ceruk pertapaan atau wihara, demikian juga
halnya dengan candi yang disebelah timur sungai.
Di sudut tenggara terdapat juga ceruk-ceruk pertapaan. Disebelah barat juga
ada dan candi tebing yang sangat terkenal dengan nama Makam X, yang pada
bagian pintunya juga memuat prasasti memakai huruf kediri. Menurut perkiraan
komplek Gunung Kawi ini didirikan oleh Raja Anak Wungsu. Candi Tebing yang
lain di Sungai Pakerisan adalah Candi Tebing Kerobokan, Candi Tebing Tegallingah
dan diluar tempat itu adalah di Jukut Paku (Singakerta, Ubud) dan Tambahan
(Bangli). Gunung Kawi juga banyak dikunjungi wisatawan.
Pura Tirta Empul
Pura ini terletak sebelah timur di bawah Istana Tampaksiring. Sebuah prasasti
Batu yang Masih tersimpan di Desa Manukkaya menyebutkan Pura ini dibangun
oleh Sang Ratu Sri Candra Bhayasingha Warmadewa di dewa di daerah
Manukaya. Prasasti ini memuat angka tahun 882 caka (960 masehi). Di sini
terdapat sebuah mata air yang sangat besar, yang hingga sekarang
dikeramatkan oleh penduduk setempat. Kekunaan yang terdapat disini ialah
sebuah lingga-yoni dan arca lembu.
Sebetulnya masih banyak tempat-tempat menarik lainnya di Gianyar yang
pantas dicantumkan disini. Boleh dikatakan hampir setiap sudut Gianyar adalah
tempat yang menarik untuk dikunjungi. Berdasarkan SK. Bupati Gianyar Nomor
171/1994, tertanggal 5 Mei, Gianyar memiliki obyek wisata sebanyak 46 buah,
Hanya keterbatasan tempat yang tidak memungkinkannya untuk dijajarkan
didalam buku ini.
Data Tahun 2995 tentang fasilitas pendukung Kepariwisataan Gianyar
menunjukkan jumlah.
1. Hotel bintang V =4 buah
2. Hotel bintang IV =5 buah
3. Hotel bintang III =3 buah
4. Pondok wisata =425 buah (2.059 Kamar)
5. Melati =125 buah (1.785 kamar)
6. Rumah makan/ =211 buah
7. Caf restourant =13 buah
8. Hotel Bintang =2 buah (453 Kamar)
Adapun jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Gianyar dalam 5 (lima) tahun
terakhir adalah:
Tahun 2002 =597.735 wisatawan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berwisata merupakan sebuah kegiatan yang umum dilakukan oleh masyarakat. Dari
pengalaman penulis sendiri, kegiatan berwisata dilakukan semenjak berada di tingkat
pendidikan taman kanak-kanak (TK). Saat itu pihak sekolah mengorganisir semua siswasiswi dari TK untuk melakukan perjalanan wisata ke berbagai tempat, kegiatan serupa juga
dilakukan oleh institusi pendidikan penulis ketika penulis bersekolah di tingkat SD, SMP,
SMA bahkan sampai tingkat perguruan tinggi. Penulis pun masih melakukan kegiatan wisata
baik sendiri, bersama kawan atau keluarga. Saat melakukan kegiatan wisata terkadang
terbersit pertanyaan di benak penulis, sebenarnya bagaimana sejarah pariwisata? Salah satu
riwayat kepariwisataan dunia yaitu perjalanan John Murray sekitar tahun 1836
(Enzensberger, 1996) yang didokumentasikan dalam sebuah buku berjudul Red Book, buku
tersebut memberikan penjelasan mengenai pemandangan di Belanda, Belgia dan Rhineland,
juga merekomendasikan tempat-tempat yang indah dan rute-rute romantis.
Tokoh lain yang penulis temukan dalam sejarah pariwisata dunia adalah Thomas Cook
(1841), ia mengorganisasikan perjalanan antara Loughborough dan Leicester untuk klubnya
yang bernama Teetotalers, empat tahun setelahnya ia mendirikan sebuah agen wisata, yang
selama tiga dekade menjadi agen wisata yang mendunia (Enzensberger, 1996). Di Indonesia,
literatur mengenai sejarah pariwisata dan promosi pariwisata yang penulis temukan pernah
dilakukan oleh sebuah perusahaan perkapalan Belanda yang bernama KPM (Konenklijke
Paketvaart Maatschappij) (Pendit, 1965). Perusahaan ini mempromosikan Bali kepada para
wisatawan Eropa. Namun Bali masih dipandang negatif pada masa itu. Bali masih sangat
tradisional (jika tidak ingin dikatakan sebagai primitif) dengan wanitanya yang masih
bertelanjang dada.
Dari penjelasan sebelumnya, dapat dikatakan wisata menjadi sebuah kegiatan untuk
menikmati perjalanan ataupun sebuah daerah yang menarik. Wisata pun mulai berkembang
menjadi salah satu jenis usaha yang menjanjikan bahkan menjadi sebuah industri penghasil
devisa yang tinggi bagi negara (Depbudpar, 2008). Menurut World Tourism Oraganization
(WTO) pada masa sekarang perkembangan pariwisata dunia mulai mengalami peningkatan
yang pesat. Dimulai dari tahun 2000, terlihat dari peningkatan sebesar 7% pada tahun 2007
dengan angka 898 juta kedatangan wisatawan internasional (WTO, 2008). Pertumbuhannya
pun tercatat dari tahun 2004-2007 mencapai rata-rata 7% pertahun, melebihi rata-rata
pertumbuhan jangka panjang yang hanya sebesar 4%. Berbagai kawasan di dunia pun
menikmati perkembangan pariwisata ini, dan untuk kawasan Asia-Pasifik, Indonesia tercatat
menjadi tempat tujuan wisata untuk sekitar 15% wisatawan asing di kawasan ini. Berita baik
ini ternyata tidak berlangsung terlalu lama, karena pertumbuhan pariwisata dunia mulai
mengalami penurunan pada pertengahan tahun 2008 disebabkan oleh kenaikan harga minyak
dunia di awal tahun dan memburuknya situasi ekonomi dunia. Namun hal ini tidak
berdampak pada pariwisata Indonesia, karena menurut WTO Indonesia memperlihatkan hasil
yang positif (terjadi peningkatan kunjungan wisata) (WTO, 2009).
Meningkatnya hasil industri pariwisata Indonesia nampaknya merupakan kesuksesan dari
program Visit Indonesia Year yang dicanangkan pada tahun 2008. Hal ini terlihat dari angka
kunjungan wisatawan yang mencapai 6,4 juta orang sampai bulan November 2008
dibandingkan keseluruhan tahun 2007 dengan angka 5,5 juta orang. Maka, menurut Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, program Visit Indonesia Year 2008 (VIY 2008) akan
diperpanjang sampai tahun 2009 dengan target mencapai 8 juta orang wisatawan (MediaIndonesia, 2007). Latar belakang dicanangkannya Visit Indonesia Year 2008 antara lain
karena Indonesia sudah lama tidak mengadakan program tahun kunjungan (terakhir tahun
1991) dan persepsi Indonesia di mata dunia yang semakin membaik (Media-Indonesia, 2007).
Untuk mendukung program VIY 2008 beberapa daerah seperti Jambi, Musi (Palembang),
Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat juga
mulai mencanangkan program-program kunjungan ke daerah mereka (Yurnaldi, 2008).
Kesuksesan program Visit Indonesia Year 2008 secara tidak langsung juga didukung oleh
berbagai program-program televisi di Indonesia yang sekarang semakin banyak
mempromosikan tempat-tempat wisata (contoh Koper dan Ransel, Backpacker, Dorce Jalan,
Jalan-Jalan, Archipelago, dan lain-lain) bahkan acara kuliner (acara yang menginformasikan
tempat-tempat makan) seperti Wisata Kuliner, Santapan Nusantara dan Bango Cita Rasa
Nusantara juga mempromosikan tempat-tempat wisata yang berdekatan atau satu wilayah
dengan tempat wisata makan. Promosi-promosi tempat wisata pun bisa dari mulut ke mulut
orang yang pernah pergi ke tempat wisata. Di masa kemudahan mendapatkan informasi
seperti saat ini, promosi wisata merambah dunia maya (internet) dengan cerita-cerita
perjalanan wisata yang pernah dilakukan seseorang melalui blog-blog dan situs-situs internet,
contoh www.BootsnAll.com, nakedtraveler.com, www.indobackpacker.com, dan lain-lain.
Berbicara panjang lebar mengenai sejarah wisata, perkembangan wisata, promosi wisata tak
lengkap tanpa mengetahui siapakah yang disebut dengan wisatawan. Lalu, siapakah yang
sebenarnya disebut dengan wisatawan? Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik
Indonesia, yang mengacu pada International Union of Office Travel Organization (IUOTO)
dan World Tourism Organization (WTO), memberikan definisi bahwa wisatawan adalah
seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke sebuah atau beberapa
negara di luar tempat tinggal biasanya atau keluar dari lingkungan tempat tinggalnya untuk
periode kurang dari 12 (dua belas) bulan dan memiliki tujuan untuk melakukan berbagai
aktivitas wisata. Penelitian-penelitian mengenai wisatawan dan latar belakang mereka
berwisata pun belum banyak dilakukan, terutama berkaitan dengan ilmu psikologi (Ross,
1994). Dari beberapa penelitian psikologi pariwisata yang penulis temukan konsep motivasi
menjadi salah satu bahasan penting. Motivasi dianggap penting karena motivasi menjadi
dasar dari hal-hal yang dapat mempengaruhi tingkah laku wisatawan seperti tempat tujuan
wisata, kapan akan berwisata, aktivitas apa yang mereka lakukan di tempat wisata dan
kepuasan mereka (Crompton, 1979 dalam Jani, 2008). Dari berbagai literatur yang penulis
temukan, motivasi dalam berwisata dibagi menjadi dua faktor, yaitu motivasi pendorong
(push) dan penarik (pull) (McGehee, Loker-Murphy, dan Uysal 1996; Espinoza, 2002; Jiao,
2003; Awaritefe, 2004; Yoon dan Uysal, 2005; Tien, 2008; Jani, 2008). Motivasi pendorong
(push) berkaitan pada aspek internal atau emosional dalam diri seseorang sedangkan motivasi
penarik (pull) berkaitan dengan aspek keadaan luar diri seseorang dan keadaan
situasional(McGehee, Loker-Murphy, dan Uysal 1996; Awaritefe, 2004; Yoon dan Uysal,
2005; Tien, 2008). Contoh motivasi pendorong adalah keinginan untuk keluar dari rutinitas,
berpetualangan, berinteraksi dengan masyarakat setempat, mendapatkan kegembiraan dan
lain sebagainya (Crompton, 1979 dalam Yoon dan Uysal, 2005), sedangkan contoh motivasi
penarik yaitu daya tarik tempat wisata seperti, pantai, fasilitas rekreasi, daya tarik
kebudayaan, hiburan, pemandangan alam, pusat perbelanjaan, dan taman (Yoon dan Uysal,
2005).
Ketika seseorang ataupun sekelompok orang ingin berwisata, untuk lebih mempermudah
kegiatan wisata tersebut mereka dapat menggunakan jasa agen wisata. Agen wisata inilah
yang akan mengatur perjalanan dari mulai tiket pesawat, kendaraan saat mengunjungi tempat
wisata, hotel, dan berbagai akomodasi lain. Agen-agen wisata ini mudah sekali ditemukan
karena kebanyakan dari mereka mempunyai kantor di tempat-tempat strategis seperti pusat
perkantoran, pusat perbelanjaan bahkan kampus-kampus perguruan tinggi baik negeri
ataupun swasta dan mereka pun mempromosikan diri di berbagai surat kabar, majalah,
website, bahkan dari mulut ke mulut orang yang sudah menggunakan jasa mereka. Agen-agen
wisata secara gencar mempromosikan produk wisata mereka dengan menawarkan banyak
kemudahan pelayanan, ketenangan dan kenyamanan yang akan dialami dan dirasakan oleh
peserta paket wisata. Paket wisata pun berbagai macam, dari wisata religi, wisata pantai,
pegunungan, sampai wisata untuk pasangan yang ingin berbulan madu. Paket wisata juga
memberikan berbagai kemudahan dari pengurusan tiket, ruang tunggu bandara, fasilitas hotel
berbintang, kendaraan yang nyaman, sampai antar jemput dari rumah peserta paket wisata
bahkan memberikan jaminan asuransi bagi peserta paket wisata sehingga peserta paket wisata
hanya perlu membawa identitas diri dan pakaian secukupnya. Namun tentu saja dari berbagai
kemudahan dan kenikmatan yang akan diperoleh peserta paket, agen wisata memberikan
harga yang relatif mahal dan terkadang hanya mampu dibeli oleh orang-orang yang sangat
berkecukupan.