Anda di halaman 1dari 59

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pasar Modal (Capital Market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang
maupun modal sendiri. Pasar modal menjadi populer saat ini dengan berbagai
macam instrumen keuangan yang diperjualbelikan.
Pasar modal adalah tempat yang terbuka bagi siapa saja yang ingin masuk dan
berinvestasi di dalamnya. Pasar modal bukan tempat untuk pemilik modal besar
saja atau pemilik modal yang mempunyai keahlian dalam mengelola investasinya
saja tetapi juga terbuka bagi semua pemilik modal baik pemilik modal kecil
ataupun pemilik modal yang besar serta investor yang memiliki keahlian dalam
mengelola investasinya dan juga yang tidak memiliki keahlian sekalipun.
Berbagai alternatif dalam pasar modal dapat dipilih untuk memudahkan setiap
investor untuk berinvestasi di pasar modal, salah satunya adalah Reksadana.
Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal
khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki waktu dan keahlian
untuk menghitung resiko atas investasi mereka. Menurut Undang-Undang Pasar
Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27 telah diberikan definisi Reksadana
adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer


investasi. Dengan kata lain, Reksadana merupakan wadah berinvestasi secara
kolektif untuk ditempatkan dalam portofolio berdasarkan kebijakan investasi yang
ditetapkan oleh fund manajer atau manajer investasi.
Jenis Reksadana sudah mulai bervariasi saat ini dengan adanya investasi
Reksadana Syariah . Reksadana Syariah mengandung pengertian sebagai
Reksadana yang pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu pada Syariat
Islam. Instrumen investasi yang dipilih dalam portofolionya haruslah yang
dikategorikan halal. Keberadaan investasi berbentuk Reksadana syariah sangatlah
mendorong perkembangan dan pembangunan citra jenis investasi ini. Hal ini tak
heran karena mayoritas penduduk di Indonesia adalah muslim.
Di Indonesia Reksa dana syariah diterbitkan pada tahun 1997 dua tahun setelah
kelahiran undang-undang No 8 tahun 1995 tentang pasar modal yang salah satu
babnya menjelaskan tentang Reksa Dana. Walaupun Reksa Dana muncul pada
tahun 1995 akan tetapi media ini mulai aktif berjalan pada tahun 1996. Sedangkan
Reksa dana syariah yang pertama kalinya adalah Reksa dana syariah Danareksa
saham pada Juli 1997.
Lokakarya Majelis Ulama Indonesia dan Bank Muamalat Indonesia pada tanggal
24-25 Rabiul Awal 1417H atau 29-30 Juli 1997M di Jakarta menghasilkan
beberapa keputusan tentang pokok-pokok Reksadana Syariah yaitu :

1. Kelembagaan reksadana syariah ditangani oleh sebuah lembaga keuangan


yang berbentuk badan hukum sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Hubungan investor dengan lembaga
a. Akat investor dengan lembaga hendaknya dilakukan dengan sistem
mudharabah/qiradh
b. Saham reksadana syariah dapat diperjual-belikan dengan dasar QS. AlBaqarah: 275; Al Mughni Juz V hal: 56; Radhatul Tahlibin, Juz III hal:
68 & 69; Samir Abdul Hamid Ridhwan, Aswaq al Awraaq al Maaliyah,
IIIT, hal 258.
3. Kegiatan investasi reksadana syariah
a. Kegiatan investasi reksadana syariah dapat dilakukan sepanjang tidak
bertentangan dengan syariah.
b. Akad yang dilakuakn oleh reksadana syariah dengan emiten dapat
dilakukan melalui mudharabah (qiradh) masyarakat.
c. Jual-beli, reksadana syariah selaku nudharib juga diperbolehkan
melakukan jual beli saham
4. Mekanisme transaksi
a. Reksadana tidak diperbolehkan melakuakn tindakan spekulasi dalam
melakukan transaksi yang di dalamnya mengandung gharar seperti
najsy (penawaran palsu), ihtikar dan tindakan spekulasi lainya.
b. Produk-produk seperti Spot, Forward, Swap, Option yang dilakukan
reksadana hendaknya menjadi bahan penelitian dan pengkajian
reksadana syariah.
c. Hendaknya dibentuk Dewan Pengawas Syariah yang ditunjuk MUI
menyelesaiakan persoalan-persoalan seperti menyeleksi perusahaanperusahaan investasi, pemurnian pendapatan, formula pembagian
keuntungan dan sebagainya. obligasi syariah saja.

Fatwa MUI tersebut menjelaskan bahwa investasi dikatakan halal, jika pihak yang
menerbitkan instrumen investasi tersebut tidak melakukan usaha yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam, seperti tidak melakukan riba, mayisir
dan gharar. Jadi saham, obligasi dan sekuritas lainnya yang dikeluarkan
perusahaan yang berhubungan dengan produksi atau penjualan minuman keras,
rokok, produk mengandung babi, bisnis hiburan berbau maksiat, bisnis senjata,
perjudian, pornografi, dan sebagainya tidak dimasukkan ke dalam portofolio
Reksadana Syariah.
Meskipun berbagai macam aturan dan fatwa yang dikeluarkan, pertimbangan
keuntungan dan resiko yang akan diterima tetap menjadi pertimbangan pertama
bagi investor untuk menanamkan modalnya. Tidak terkecuali para investor
muslim dalam memutuskan untuk berinvestasi pada produk syariah. Menurut
Tandelilin (2005) dasar keputusan investasi terdiri dari :
1. Return. Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh
keuntungan
2. Resiko. Korelasi langsung antara pengembalian dengan resiko, yaitu :
semakin tinggi pengembalian, semakin tinggi resiko. Oleh karena itu,
investor harus menjaga tingkat resiko dengan pengembalian yang
seimbang.
3. The Time Factor. Jangka waktu adalah hal penting dari definisi investasi.
Investor dapat menanamkan modalnya pada jangka pendek, jangka
menengah, atau jangka panjang.
Reksadana konvensional dan reksadana syariah memiliki perbedaan dalam
selektivitas portofolio. Reksadana konvensional melakukan portofolio saham pada

semua saham yang terdaftar dalam IHSG dan semua obligasi serta deposito yang
diterbitkan oleh semua bank. Untuk reksadana syariah melakukan portofolio
saham hanya terbatas pada saham-saham yang terdaftar dalam JII (Jakarta Islamic
Index), obligasi yang diperbolehkan pun hanya sebatas obligasi syariah dan juga
deposito yang dikeluarkan oleh bank syariah saja. Emiten yang terdaftar dalam
IHSG sampai periode Desember 2009 berjumlah 381 emiten. Berbeda dengan JII,
jumlah emiten yang terdaftar dalam JII hanya berjumlah 30 emiten (data
terlampir).
Perbedaan selektivitas portofolio dari reksadana syariah menimbulkan keraguan
bagi para investor pemula yang ingin masuk ke dalam investasi reksadana.
Keraguan tersebut berkaitan mengenai return yang akan diterima dari reksadana
syariah apakah akan sebesar return dari reksadana konvensional. Keraguan
tersebut timbul karena ada dugaan kurang optimalnya pengalokasian produk atau
portofolio investasi, akibat adanya proses screening yang membatasi investasi
portofolionya hanya pada produk yang sesuai dengan Syariat Islam.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membandingkan kinerja reksadana
konvensional dan syariah. Dari penelitian terdahulu yang pernah dilakukan ada
dua hasil penlitian yang berbeda. Dalam penelitian Ucu Rufaidah (2008), yang
meneliti produk reksadana campuran syariah dan konvensional milik PT
Danareksa Investment Management, Danareksa Anggek (konvensional) memiliki
kinerja yang lebih baik (diukur dengan metode indeks Sharpe) dibandingkan
dengan Danareksa Syariah Berimbang.

Hasil Penelitian dari Yoga Saltian (2006), yang meneliti produk reksadana yang
sama, memiliki hasil yang sebaliknya yaitu kinerja Danareksa Syariah Berimbang
memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan Danareksa Anggrek.
Adanya perbedaan hasil penelitian ini juga yang menjadi dasar permasalahan
penelitian ini.
Objek yang dibandingkan dalam penelitian ini adalah produk reksadana
konvensional dan syariah dalam satu perusahaan investasi. Jenis reksadana yang
diteliti adalah reksadana campuran. Ada sembilan perusahaan investasi yang
memiliki reksadana syariah dan konvensional .
Sembilan perusahaan investasi untuk reksadana campuran yang menjadi objek
penelitian adalah PT Danareksa Investment Management , PT Trimegah Securities
Tbk, PT Mandiri Manajemen Investasi, PT BNI Securities, PT Eurocapital
Peregrine Securities, PT Andalas Artha Advisindo, PT. Recapital Asset
Management, PT Kresna Graha Sekurindo Tbk, PT Mega Capital Indonesia dan
PT Trimegah Securities Tbk .
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan
judul Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional dan
Reksadana Syariah (Studi Kasus pada Perusahaan Investasi yang memiliki
produk Reksadana Konvensional dan Reksadana Syariah Untuk Jenis Reksadana
Campuran Periode 2008 - 2009).

1.2. Permasalahan
Dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah

1. Manakah yang memiliki kinerja lebih baik antara Reksadana Konvensional


dan Reksadana Syariah untuk jenis Reksadana Campuran (diukur dengan
metode Indeks Sharpe)
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui manakah yang memiliki kinerja yang lebih baik antara
Reksadana Konvensional dengan Reksadana Syariah untuk jenis Reksadana
Campuran.

1.3.2 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini yaitu:
1. Bagi peneliti, dapat memberikan pengetahuan mengenai cara berinvestasi
melalui Reksadana dan dapat membandingkan kinerja Reksadana dengan
melihat tingkat pengembalian, tingkat resiko dan kinerja yang diukur
dengan Metode Indeks Sharpe
2. Bagi pelaku pasar modal, dapat digunakan sebagai informasi tambahan
untuk bahan pertimbangan dalam melakukan investasi di pasar modal
khususnya untuk investasi jenis reksadana.
3. Bagi pembaca atau peneliti lain, dapat memberikan kontribusi terhadap
akademis, dosen, dan mahasiswa yang diharapkan menambah wawasan
sebagai referensi dalam penelitian-penelitian yang sejenis.

1.4. Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran yang penulis rumuskan adalah sebagai berikut :

Manajer Investasi
Reksadana Syariah

Reksadana Konvensional

Nilai Aktiva Bersih

Nilai Aktiva Bersih

Resiko, Return dan Kinerja


Reksadana Syariah

Resiko, Return dan Kinerja


Reksadana Konvensional
Dibandingkan

Reksadana Dengan Kinerja Terbaik

Tahap pertama menentukan Perusahaan Investasi yang memiliki Reksadana


Konvensional dan Reksadana Syariah untuk jenis Reksadana Saham dan
Konvensional. Tahap kedua adalah mengumpulkan data-data Nilai Aktiva Bersih
bulanan masing-masing Reksadana tersebut.
Tahapa ketiga adalah menghitung kinerja Reksadana masing-masing dengan
menggunakan Metode Sharpe. Tahap keempat yaitu membandingkan kinerja
Reksadana tersebut setelah dibuat rata-rata hitungnya. Dan tahap kelima
menentukan hasil setelah dibandingkan dan diuji secara statisitik.

1.5. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, tujuan, permasalahan dan kerangka pemikiran, maka
hipotesis yang diajukan peneliti adalah :
Reksadana Konvensional memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan
Reksadana Syariah

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Investasi
2.1.1. Pengertian Investasi
Kata Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang
berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Ada beberapa definisi mengenai
investasi, diantaranya adalah sebagai berikut :
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Yoga Saltian, pengetian investasi
adalah penanaman modal atau uang di dalam suatu perusahaan maupun proyek
untuk tujuan memperoleh keuntungan.
Menurut Jogianto (Jogianto, 2003) pengertian investasi adalah penundaan
konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama
periode waktu tertentu.

11

Menurut Sunariyah (2003:4): Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau
lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan
mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.

2.1.2. Penggolongan Investasi


Umumnya investasi dikategorikan dua jenis, yaitu :
a. Investasi nyata (real investment). Secara umum, investasi nyata melibatkan
aset berwujud seperti tanah, mesin-mesin atau pabrik.
b. Investasi keuangan (financial investment). Investasi keuangan melibatkan
aset keuangan berupa kontrak-kontrak tertulis, dokumen (surat-surat)
klaim tidak langsung pemegangnya terhadap aktiva riil yang melibatkan
sekuritas tersebut
2.1.3. Lingkungan Investasi Keuangan
a. Sekuritas
Sekuritas merujuk pada bukti legal dari hal untuk menerima keuntungan
pada masa depan kondisi tertentu. Sekuritas dapat dengan mudah dan
efisien ditransfer dari satu pihak ke pihak lain, adapun jenis sekuritas
terbagi dalam :
1) Surat hutang departemen keuangan (tresury bills). Pemberian pinjaman
uang jangka pendek kepada departemen keuangan (Pemerintah)
pinjaman seperti itu memiliki (jika ada) resiko yang sangat kecil.
2) Obligasi jangka panjang. Pemberian pinjaman uang (hutang) jangka
panjang, menunjukkan komitmen pembayaran dalam jangka waktu
relatif lama dari pihak penerbit obligasi (peminjam) kepada pihak

12

investor (pemberi pinjaman). Obligasi meliputi obligasi pemerintah


(government bond) dan obligasi perusahaan.
3) Saham biasa. Sekuritas tanda kepemilikan perusahaan. Saham biasa
mewakili komitmen pihak perusahaan untuk secara periodik
membayar deviden tunai yang dipandang layak oleh dewan direktur.
Meskipun jumlahnya tidak tetap namun relatif bisa diramalkan.
b. Pasar sekuritas
Pasar sekuritas muncul dalam rangka mempertemukan pembeli dan
penjual sekuritas, artinya pasar sekuritas adalah mekanisme yang
diciptakan untuk memberi fasilitas perdagangan aset finansial.
Jenis pasar sekuritas menurut penerbitannya :
1) Pasar perdana (primary market). Pembelian surat berharga sebelum
surat berharga tersebut dicatatkan dibursa utama.
2) Pasar sekunder (secondary market). Apabila suatu efek mulai
diperdagangkan dibursa maka pasar tersebut pasar sekunder.
Jenis pasar sekuritas menurut jangka waktu asset finansial :
1) Pasar uang (money market). Pasar yang menjual asset finansial jangka
pendek, yang memiliki jangka waktu satu tahun atau kurang seperti
Comercial Paper, Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Berharga Pasar
Uang.
2) Pasar Modal (capital market). Pasar modal adalah pasar dari berbagai
instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat
diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal
sendiri (saham) yang diterbitkan pemerintah atau perusahaan swasta.
c. Perantara keuangan

13

Perantara keuangan yang juga dikenal sebagai lembaga keuangan adalah


organisasi yang menerbitkan klaim finansial terhadap diri mereka sendiri
(artinya mereka menjual asset finansial yang mewakili klaim finansial
terhadap diri mereka sendiri untuk imbalan uang tunai) dan menggunakan
dana dari penerbitan tersebut terutama untuk membeli aset keuangan pihak
lain. Perantara keuangan menyediakan dua metode investasi secara
langsung dan tidak langsung bagi perusahaan untuk memperoleh dana.

2.2. Teori Portofolio


2.2.1. Proses Investasi
Proses investasi menunjukkan bagaimana pemodal seharusnya melakukan
investasi dalam sekuritas: yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak
investasi tersebut dan kapan investasi tersebut akan dilakukan (Husnan,2001).
Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Menentukan kebijakan investasi
Pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan berapa banyak
investasi tersebut akan dilakukan. Karena ada hubungan yang positif
antara resiko dan keuntungan investasi. Tujuan investasi harus dinyatakan
dalam keuntungan maupun resiko.
b. Analisis Sekuritas
Ada dua filososfi dalam melakukan analisis sekuritas. Pertama adalah
pendapat bahwa ada sekuritas yang mispriced (harganya salah, mungkin
terlalu tinggi ataupun terlalu rendah). Dua cara yang dapat dilakukan
untuk menganalisis filosofi ini yaitu dengan analisis teknikal dan analisis
fundamental.
Filosofi kedua yaitu pendapat bahwa harga sekuritas adalah wajar.
Kalaupun ada sekuritas yang mispriced, analis tidak mampu untuk

14

mendeteksinya. Pada dasarnya mereka yang menganut pendapat ini


berpendapat bahwa pasar modal efisien. Dengan demikian pemilihan
sekuritas bukan didasarkan atas faktor mispriced tetapi didasarkan atas
preferensi resiko para pemodal.
c. Pembentukan portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi
sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang
akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan
banyak sekuritas dimaksudkan untuk mengurangi resiko yang ditanggung.
d. Melakukan revisi portofolio
Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan
maksud kalau perlu melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah
dimiliki jika portofolio yang telah dimiliki sudah tidak optimal lagi.
e. Evaluasi kinerja portofolio
Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja
(performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang
diperoleh maupun resiko yang ditanggung.
2.2.2. Return Portofolio
Return realisasi portofolio (portfolio realized return) merupakan rata-rata
tertimbang dari return-return realisasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam
portofolio tersebut (Jogiyanto, 2003). Secara matematis, return realisasi portofolio
dapat ditulis sebagai berikut :

Notasi :
Rp = return realisasi portofolio
= porsi dari sekuritas I terhadap seluruh sekuritas di portofolio
= return realisasi dari sekuritas ke i
n

= jumlah dari sekuritas tunggal

Return ekspektasi portofolio (portfolio expected return) merupakan rata-rata

15

tertimbang dari return-return ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam


portofolio. Return ekspektasi portofolio dapat dinyatakan secara matematis
sebagai berikut :

Notasi :
E(Rp) = return ekspektasi dari portofolio
= porsi dari sekuritas I terhadap seluruh sekuritas di portofolio
E( ) = return ekspektasi dari sekuritas ke i
n
= jumlah darisekuritas tunggal
2.2.3. Resiko Portofolio
Resiko portofolio adalah varian return sekuritas-sekuritas yang membentuk
portofolio tersebut. Resiko portofolio tidak merupakan rata-rata tertimbang dari
seluruhresiko sekuritas tunggal. Resiko portofolio mungkin dapat lebih kecil dari
resiko rata-rata tertimbang masing-masing sekuritas tunggal. Salah satu pengukur
resiko adalah deviasi standar (standard deviation) atau varian (variance) yang
merupakan kuadrat dari deviasi standar.
Var(Rp) =

= E[Rp E(Rp)}2

2.2.3.1. Portofolio Dengan Dua Aktiva


Suatu portofolio terdiri dari dua aktiva yaitu sekuritas A dan sekuritas B. Porsi
sekuritas A di dalam portofolio adalah sebesar a dan B sebesar b atau (1-b).
Return realisasi dari portofolio yang merupakan rata-rata tertimbang retunr-return
sekuritas A dan B adalah sebesar :
Rp = a . Ra + b . Rb
Return portofolio ekspektasi adalah sebesar :
E(Rp) = E(a . Ra) + E(b . Rb)
Varian portofolionya adalah :
Var(Rp) = p2 = a2 . Var(Ra) + b2 . Var(Rb) + 2.a.b.Cov(Ra, Rb)
Kovarian (covariance) antara return A dan B yang ditulis sebagai Cov(RA, RB)

16

atau RA,Rb , mennjukkan hubungan arah pergerakan dari nilai-nilai return


sekuritas A dan B. Kovarian yang didasarkan pada retunr-return ekspektasi dari
sekuritas A dan b dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Cov(Ra, Rb) = rAB . A . B
Cov(RA,Rb)
rAB
A
B

= kovarian return antara saham A dan saham B


= koefisien korelasi antara variabel A dan B
= deviasi standar variabel A
= deviasi standar variabel A

2.2.3.2. Portofolio dengan Banyak Aktiva


Portofolio dengan banyak aktiva yaitu terdiri dari n buah sekuritas. Proporsi dari
masing-masing aktiva ke-I yang membentuk portofolio adalah sebesar wi. Rumus
varian portofolio dengan banyak aktiva adalah sebagai berikut :

.
2.2.4. Resiko Total
Resiko total (total risk) merupakan penjumlahan dari diversifiable dan
nondiversifiable risks. Resiko yang dapat di-diversifikasi adalah bagian dari
resiko sekuritas yang dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio yang welldiversified. Diversifiable risk juga disebut resiko perusahaan (company risk) atau
resiko spesifik (spesific risk) atau resiko unik (unique risk) atau resiko yang tidak
sistematis (unsystematic risk).
Resiko yang tidak dapat di-diversifikasikan adalah bagian dari resiko sekuritas
yang tidak dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio. Istilah lain dari
resiko ini adalah resiko pasar (market risk) atau resiko umum (general risk) atau
resiko sistematik (systematic risk).
2.2.5. Diversifikasi
2.2.5.1. Diversifikasi dengan Banyak Aktiva

17

Mengikuti hukum statistik bahwa semakin besar ukuran sampel, semakin dekat
nilai rata-rata sampel dengan nilai ekspektasi dari populasi. Hukum ini disebut
dengan Hukum Jumlah Besar (Law of Large Numbers). Asumsi yang digunakan
adalah bahwa rate of return untuk masing-masing sekuritas secara statistik adalah
independen.
Asumsi ini menyatakan bahwa rate of return untuk satu sekuritas tidak
terpengaruh oleh rate of return sekuritas lainnya. Semakin banyak sekuritas yang
dimasukkan ke portofolio, semakin kecil resiko portofolionya.
2.2.5.2. Diversifikasi Secara Random
Diversifikasi secara random (random atau native diversification) merupakan
pembentukan portofolio dengan memilih sekuritas-sekuritas secara acak tanpa
memperhatikan karakteristik dari investasi yang relevan seperti misalnya return
dari sekuritas itu sendiri. Investor hanya memilih sekuritas secara acak.
2.2.5.3. Diversifikasi Secara Markowitz
Sekuritas-sekuritas yang mempunyai korelasi lebih kecil dari +1 akan
menurunkan resiko portofolio. Semakin banyak sekuritas yang dimasukkan ke
dalam portofolio, semakin kecil resiko portofolio. Diversifikasi akan
menghilangkan efek dari varian, tetapi efek kovarian masih tetap ada, yaitu
sebesar nilai rata-rata semua kovarian atau dengan kata lain untuk portofolio yang
dideversifikasikan dengan baik yang terdiri dari banyak aktiva, efek dari kovarian
menjadi lebih penting dibandingkan efek dari varian masing-masing aktiva.

2.3. Reksadana
2.3.1. Pengertian Reksadana
Reksadana berasal dari kata Reksa yang berarti jaga atau pelihara dan kata
Dana berarti uang. Sehingga Reksadana pada umumnya diartikan sebagai

18

kumpulan uang yang dipelihara (Heri Sudarsono, 2003 : 12). Berdasarkan


Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27 telah diberikan
definisi sebagai berikut : Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
Reksadana Syariah mengandung pengertian sebagai Reksadana yang pengelolaan
dan kebijakan investasinya mengacu pada Syariat Islam seperti tidak
menginvestasikan dananya pada saham-saham atau obligasi serta sekuritas lainnya
dari perusahaan yang pengelolaan atau produknya bertentangan dengan syariat
islam.
Perbedaan reksadana konvensional dan reksadana syariah adalah Reksadana
syariah memiliki kebijakan investasi yang berbasis pada prinsip-prinsip Islam.
Instrumen investasi yang dipilih dalam portofolionya haruslah yang dikategorikan
halal. Dikatakan halal, jika pihak yang menerbitkan instrumen investasi tersebut
tidak melakukan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam, tidak
melakukan riba atau membungakan uang.
Perbedaan yang paling nampak dari operasional reksadana syariah dengan
reksadana konvensional adalah proses screening dalam mengkonstruksi
portofolio. Filterasi menurut prinsip Syariah akan mengeluarkan saham yang
memiliki aktivitas haram. Proses cleansing atau filterasi terkadang juga menjadi
cirri tersendiri, yaitu membersihkan pendapatan yang dianggap diperoleh dari
kegiatan haram, dengan membersihkannya sebagai charity.

19

Di Indonesia sekarang ini, proses screening terhadap produk saham yang


berprinsip Syariah sudah tidak terlalu sulit lagi, karena sudah ada indeks saham
berbasis Syariah yaitu Jakarta Islamic Indeks (JII), yang dapat mempermudah
pemilihan saham dan pengukuran kinerja investasi berbasis Syariah.
2.3.2 Jenis - Jenis Reksadana
Ada berbagai macam jenis reksadana yang bisa dipilih oleh investor, yaitu :
1. Reksadana Pasar Uang. Investasi akan ditanamkan pada instrumen pasar uang
seperti deposito, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan obligasi (surat utang)
berjangka waktu kurang dari satu tahun. Produk pasar uang memberikan hasil
tetap berupa bunga, maka risiko penurunan nilai menjadi kecil.
2. Reksadana Pendapatan Tetap. Sebagian besar investasi ditanamkan ke dalam
obligasi, sisanya kedalam saham dan instrumen pasar uang.
3. Reksadana Saham. Investasi ditanamkan pada instrumen pasar saham. Saham
mempunyai kemungkinan naik turun nilainya selama masa kepemilikan,
sehingga risiko reksadana saham ini menjadi besar. Menurut ketentuan Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam), penempatan dana pada ekuitas tadi paling
tidak mesti mencapai 80% dari total dana kelolaan.
4. Reksadana Campuran. Investasi ditanamkan di saham 50% dan obligasi 50%.
Infovesta Utama yang dimuat dalam majalah investor Maret 2009,
menggolongkan reksadana campuran kedalam jenis reksadana campuran
agresif dan moderat. Reksadana campuran agresif atau campuran A, bila
alokasi saham selama 12 bulan >60%, dan reksadana campuran moderat atau
campuran B bila alokasi saham selama 12 bulan <60%.
5. Reksadana Terproteksi atau capital protected fund (CPF): reksadana
terproteksi memberikan proteksi atawa perlindungan kepada investor. Apa

20

yang diproteksi? Yang diproteksi adalah nilai investasi awal yang disetorkan
oleh investor. Investasi awal investor akan tetap 100% pada saat jatuh tempo.
6. Reksadana Index: reksadana ini dijual dengan basis indek yang ada dibursa.
Sebelum membentuk reksadana indeks, MI menentukan satu indeks tertentu
yang akan dipakai sebagai acuan. Selanjutnya, MI akan menginvestasikan duit
investor ke dalam saham-saham yang menjadi anggota indeks tersebut. Porsi
investasi di dalam masing-masing saham tidak asal, melainkan harus sama
dengan bobot masing-masing saham di salam indeks acuannya.
7. Reksa dana dengan tujuan khusus (RDTK). Investasi ditanamkan pada produk
diluar pasar modal. Bentuknya bisa langsung ke sektor riil atau ke satu
perusahaan tertentu. Reksa dana ini hanya diperuntukkan bagi investor
sophisticated dan berkantong tebal (ultra high network individual). Dana yang
dibutuhkan untuk RDTK minimal Rp 5 milyar, atau US$ 500.000 atau EUR
500.000. RDTK ini tidak ditawarkan secara terbuka kepada investor publik.
Salah satu alasan NISP tidak mengeluarkan produk RDTK adalah karena
rumitnya pengelolaan ini, meskipun Bahana TCW Investment telah
meluncurkan RDTK untuk pelabuhan pada desember 2008 dengan jumlah
penawaran Rp 325 milyar dan return minimal 20%.
8. Exchange Trade Fund (ETF): reksadana ini termasuk produk baru dari
beberapa manajer investasi walaupun aturan tentang reksadana ini sudah di
siapkan oleh Bapeppam LK sekitar akhir tahun 2006. ETF ini adalah
merupakan kombinasi dari reksadana tertutup (closed-end mutual fund) yaitu
investor tidak dapat menjual kembali pada perusahaan penerbitnya dan
reksadana terbuka (open-end mutual fund) dimana investor bisa menjual
kembali kepada penerbitnya. ETF biasanya mengacu kepada indeks saham.

21

2.3.3 Nilai Aktiva Bersih (NAB)


Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV) tidak dapat dipisahkan
dari Reksadana karena istilah ini merupakan suatu tolak ukur dalam memantau
hasil portofolio suatu Reksadana. NAB adalah total nilai investasi dan kas yang
dipegang (uninvested) dikurangi biaya-biaya hutang dari kegiatan operasional
yang harus dibayarkan.
NAB per unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio Reksadana setelah
dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah unit penyertaan yang telah
beredar (dimiliki investor) pada saat tertentu. NAB per saham per unit dihitung
setiap hari oleh Bank Kustodian setelah mendapat data dari Manajer Investasi dan
nilainya dapat dilihat dari surat kabar yang dibuat Reksadana bersangkutan setiap
hari. Nilai Aktiva Bersih perusahaan investasi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus (Sharpe, Alexander dan Bailey)
NAVt

MVAt LIABt
NSOt

Dimana :
NAVt = Net Asset Value periode t
MVAt = Market Value of Asset periode t
LIABt = Liabilities periode t
NSOt = Net Share Outstanding periode t

Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung dari perubahan nilai efek
portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan naiknya nilai investasi

22

pemegang saham per unit pernyertaan dan sebaliknya, menurun berarti


berkurangnya nilai investasi pemegang unit penyertaan.

2.3.4 Return Realisasi dan Return Ekspektasi


Menurut Jogianto (Jogianto, 2003) return merupakan hasil yang diperoleh dari
investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return
ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa
mendatang.
Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung
berdasarkan data histories. Return realisasi penting karena digunakan sebagai
salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return histories ini juga berguna
sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan resiko dimasa mendatang.
Return realisasi dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Ri

NABt NABt-1
NABt-1

Dimana :
Ri = Tingkat pengembalian investasi
NABt = NAB bulan sekarang
NABt-1 = NAB bulan lalu

23

Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor
dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi
sedangkan return ekspektasi bersifat belum terjadi. Return ekspektasi ini dapat
diukur dengan menggunakan rumus (Abdul Halim, 2003 : 34)

n
Dimana :
E(Ri) = Rata-rata pengembalian investasi yang diharapkan
Ri = Tingkat pengembalian investasi
n = Jumlah periode selama transaksi

2.3.5. Resiko
2.3.5.1. Pengertian Resiko
Hanya menghitung return saja untuk suatu investasi tidaklah cukup, resiko dari
investasi juga perlu diperhitungkan. Return dan resiko merupakan dua hal yang
tidak terpisah karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari
kedua factor ini. Return dan resiko mempunyai hubungan positif, semakin besar
resiko yang harus ditanggung semakin besar return yang harus dikompensasikan.
Resiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang
diterima dengan yang diekspektasi. Van Home dan Wachowich, Jr (1992)

24

mendefinisikan resiko sebagai varibilitas return terhadap return yang diharapkan


(Jogianto, 2003 : 124). Variance merupakan kuadrat dari standar deviasi, untuk
menghitungnya dapat digunakan rumus sebagai berikut : (Abdul Halim, 2003 :
42)

n
Dimana :
i2 = Varian dari pengembalian investasi
E(Ri) = Rata-rata pengembalian investasi
Ri = Tingkat pengembalian investasi bulanan
n = Jumlah bulan yang digunakan

Sedangkan standar deviasi dari return pasar adalah akar dari varian (Jogianto,
2003 : 131)
i =

Dimana :
= Standar Deviasi
Var (Ri) = Varian dari pengembalian investasi

2.3.5.2. Jenis-Jenis Resiko

25

Dalam konteks investasi portofolio dibedakan menjadi dua (Abdul Halim, 2003 :
39-40) yaitu :
a. Resiko sistematik (systematic risk)

Resiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi


karena fluktuasi resiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang
dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan ,seperti adanya perubahan
tingkat bunga, kurs valas, kebijakan pemerintah dan sebagainya.
b. Resiko tidak sistematik (unsystematic risk)

Resiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi karena


resiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu.
Fluktuasi tiap saham akan berbeda-beda sehingga masing-masing saham
memiliki tingkat sensitivitas berbeda terhadap setiap perubahan pasar,
seperti faktor struktur modal, struktur asset, tingkat likuiditas dan
sebagainya.

2.3.6. Hubungan Antara Return Ekepektasi Dengan Resiko


Return ekspektasi dan resiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar
resiko suatu sekuritas semakin besar return yang diharapkan. Sebaliknya juga
benar yaitu semakin kecil return yang diharapkan semakin kecil resiko yang harus
ditanggung. Hubungan positif ini hanya berlaku untuk return ekspektasi atau
exante return (before the fact) yaitu untuk return yang belum terjadi. Untuk return
realisasi (yang sudah terjadi) hubungan positif ini dapat tidak terjadi.

26

Untuk pasar yang rasional, kadang kala return realisasi yang tinggi tidak mesti
mempunyai resiko yang tinggi pula. Bahkan keadaan sebaliknya dapat terjadi
yaitu return realisasi yang tinggi hanya mempunyai resiko yang kecil. Jika
investor menginginkan return yang lebih tinggi maka ia harus menanggung resiko
yang lebih tinggi.

2.3.7. Hubungan Investasi Dan Pasar


Dalam menganalisa kinerja investasi yang menggunakan suatu benchmark sebagai
pembandingnya. Perlu adanya suatu analisa atas keterkaitan atau hubungan
diantara keduanya.

2.3.7.1. Covarience Saham dengan Pasar


Apakah Kovarian? Menurut Sharpe (dalam skripsi karangan Yoga Saltian) dalam
bukunya yang berjudul Investasi memberikan pengertian Kovarian adalah
ukuran statistik dari hubungan antara dua variabel acak. Jadi kovarian mengukur
bagaimana dua variabel acak seperti return sekuritas i dan j yang sama-sama
bergerak.
Menurut Bodie, Kane, dan Marcus . The covariance measure how much the
return on two risky asset move together. A negative covariance means that asset
return move together. A negative covariance means that they very inversely.
Jadi pengertian kovarian adalah suatu pengukuran statistik untuk mengukur
berapa jauh hubungan antara dua variabel untuk bergerak bersama. Kovarian

27

positif menunjukkan dua kombinasi variabel bergerak searah, sedangkan jika


kovarian negatif maka pergerakkannya berlawanan.
Penggunaan rumus kovarian berikut ini berupa penyesuaian terhadap penulisan
skripsi berdasarkan buku Jogianto (Jogianto, 2003 : 147)

n
Dimana :
Ri, Rm = covariance antara investasi dan pasar
Ri = return investasi
E(Ri) = expected return investasi
Rm = return pasar
E(Rm) = expected return pasar
n = jumlah periode analisa

2.3.7.2. Koefisien Korelasi


Konsep dari kovarian dapat dinyatakan dalam bentuk korelasi (correlation).
Koefesien korelasi menunjukkan besarnya hubungan pergerakan antara dua
variabel relatif terhadap masing-masing deviasinya.
Dengan demikian, nilai koefesien korelasi antara variabel i dan m dapat dihitung
dengan membagi nilai kovarian dengan deviasi variabel-variabelnya :

28

Dimana :
im = koefisien korelasi investasi dengan pasar
COV (Ri, Rm) = kovarian investasi dan pasar
i = standar deviasi investasi
m = standar deviasi pasar
Nilai koefisien korelasi berkisar dari +1 sampai dengan -1. Nilai koefisien korelasi
+1 menunjukkan korelasi positif sempurna, nilai korelasi 0 menunjukkan tidak
ada korelasi dan nilai koefisien korelasi -1 menunjukkan koefisien korelasi negatif
sempurna.

2.3.7.3. Koefisien Determinasi


Menurut Bodie, Kane, dan Marcus R-SQR, show the squere of correlation
between Ri dan Rm. The R-squere, R2, which is sometimes called the coefficient of
determination, gives the fraction of the varience of the dependent variable ( the
return on stock) that is explained by movement in independent variable (the return
on S&P index).
Sedangkan menurut Suad Husnan (Husnan, 2001) Koefisien deteminasi (yaitu
bentuk kuadrat dari koefisien korelasi) menunjukkan proporsi perubahan nilai Ri
yang bisa dijelaskan oleh Rm. Semakin banyak sekuritas yang digunakan dalam
portofolio, semakin besar nilai koefisien determinasinya.

29

Jika koefisien determinasi adalah bentuk kuadrat dari koefisien korelasi yang
menunjukkan proporsi suatu variabel dependen (Ri) yang berhubungan dengan
variabel independen (Rm). Sehingga terlihat seberapa banyak gerakan variabel
dependen yang dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh independen variabel.

2.3.8. Beta ()
Beta merupakan suatu pengukur volalitas (volability) return suatu sekuritas atau
return portofolio terhadap pasar. Dengan demikian Beta merupakan pengukur
resiko sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif
terhadap resiko pasar. Adapun volalitas adalah fluktuasi dari return-return suatu
sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu (Jogianto, 2003 :
237-238).
Untuk menghitung Beta yang mempresentasikan resiko dapat digunakan rumus
sebagai berikut :

Dimana :
= tingkat resiko pasar
COV (Ri;Rm) = kovarian return investasi dengan pasar
Var (Rm) = varian pasar

30

Nilai Beta saham dapat di kelompokkan menjadi tiga golongan yaitu :


a. lebih besar dari 1 ( > 1) disebut sebagai saham agresif (agresif stock)
karena perubahan tingkat pengembalian saham (return of stock) lebih
besar daripada yang terjadi di pasar, artinya saham memiliki return yang
sangat berfluktuasi dibandingkan dengan perubahan return pasar.
b. lebih kecil dari 1 ( < 1) disebut sebagai saham defensive (defensive
stock) karena perubahan tingkat pengembalian saham (return of stock)
lebih kecil daripada yang terjadi di pasar, artinya saham memiliki return
yang kurang berfluktuatif dengan perubahan return pasar.
c. sama dengan 1 ( = 1) disebut sebagai saham netral (neutral stock)
karena perubahan tingkat pengembalian saham (return of stock) sama
dengan yang terjadi di pasar, artinya saham memiliki return yang
bervariasi secara proporsional dengan excess return pasar.

2.3.9. Aset Beresiko dan Aset Bebas Resiko


Dalam berinvestasi, investor bisa memilih menginvestasikan dananya pada
berbagai aset baik aset yang beresiko maupun aset yang tidak beresiko ataupun
kombinasi dari kedua aset tersebut. Pilihan investor pada aset-aset tersebut
tergantung dari sejauh mana preferensi investor terhadap resiko. Semakin enggan
investor terhadap resiko (risk averse), maka pilihan investasinya akan cenderung
lebih banyak pada aset-aset yang bebas resiko.
Aset beresiko (risk assets) adalah asset-aset yang tingkat aktualnya di masa depan
masih mengandung ketidakpastian. Salah satu contoh asset beresiko adalah saham

31

sedangkan asset bebas resiko (risk free assets) merupakan asset yang tingkat
returnnya di masa depan sudah bisa dipastikan pada saat ini dan ditujukan oleh
varians return yang sama dengan nol. Salah satu contoh asset bebas resiko adalah
obligasi jangka pendek yang diterbitkan oleh pemerintah.

Untuk menentukan tingkat bebas resiko rata-rata dapat menggunakan rumus


berikut (Sharpe, Alexander, dan Bailey dalam skripsi karangan Yoga Saltian) :

T
Dimana :
aRf = tingkat bebas resiko rata-rata
Rf = risk free periode t
T = jumlah periode penelitian

2.3.10. Risk Adjust Performance


Melihat kinerja sebuah portofolio tidak bisa hanya melihat tingkat return yang
dihasilkan portofolio tersebut, tetapi kita juga harus memperhatikan faktor-faktor
lain seperti tingkat resiko portofolio tersebut. Dengan berdasarkan teori pasar
modal, beberapa ukuran kinerja portofolio sudah memasukkan faktor return dan
resiko dalam penghitungannya. Beberapa ukuran kinerja portofolio yang sudah

32

memasukkan faktor resiko adalah metode indeks Sharpe, indeks Treynor dan
indeks Jensen (Tandelilin, 2005 : 324).
2.3.10.1. Metode Indeks Sharpe
Metode indeks Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe dan sering juga disebut
dengan reward to variability ratio. Indeks Sharpe mendasarkan perhitungan pada
konsep garis pasar modal (capital market line) sebagai patok duga, yaitu dengan
cara membagi premi resiko portofolio (sama dengan selisih rata-rata tingkat
keuntungan portofolio dengan rata-rata bunga bebas resiko) dengan standar
deviasinya (resiko total).
Untuk menghitung indeks Sharpe dapat menggunakan persamaan berikut :

Si =

Dimana :
Sii = Nilai Indeks Sharpe
E(Ri) = Expected Return investasi Reksadana
Rf = Tingkat bebas resiko
i = Standar deviasi investasi Reksadana

2.3.10.2. Metode Indeks Treynor

33

Metode indeks Treynor merupakan ukuran kinerja porofolio yang dikembangkan


oleh Jack Treynor dan indeks ini sering disebut juga dengan reward to volatility
ratio. Sama halnya seperti indeks Sharpe, pada indeks Treynor kinerja portofolio
dilihat dengan cara menghubungkan tingkat return portofolio dengan besarnya
resiko dari portofolio tersebut. Perbedaan dengan indeks Sharpe adalah
penggunaan garis pasar sekuritas (security market line) sebagai stok duga dan
bukan garis pasar modal seperti indeks Sharpe.
Asumsi yang digunakan oleh Treynor adalah bahwa portofolio sudah
terdiversifikasi dengan baik sehingga resiko yang dianggap relevan adalah resiko
sistematis (diukur dengan beta). Indeks Treynor suatu portofolio dalam periode
tertentu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

Ti =

Dimana :
Tii = Nilai Indeks Treynor
E(Ri) = Expected Return investasi Reksadana
Rf = Tingkat bebas resiko
i = Beta investasi Reksadana

2.3.10.3. Metode Indeks Jensen

34

Metode ini didasarkan pada konsep security market line yang merupakan garis
yang menghubungkan portofolio pasar dengan kesempatan investasi bebas resiko
yaitu persamaan garis yang melewati titik (0,Rf) dan (1, Rm). Garis security
market line memperlihatkan hubungan antara systematic risk dan expected return
dari suatu portofolio pada saat pasar dalam keadaan equilibrium. Jadi security
market line merupakan kemiringan dari beta atau suatu garis regresi dengan
interceptnya adalah Rf dan slopnya dinyatakan sebagai [E(Rm)-Rf) atau m.
Sehingga untuk mencari besarnya tingkat pengembalian pasar yang dikehendaki
(required of return) dalam konsep security market line dapat diformulasikan
dengan persamaan berikut (Sharpe, Alexander dan Bailey, 1999 : 445) :
Rsml=Rf + (E(Rm) Rf) i
Dimana :
Rsml = return security market line 7
Rf = rata-rata tingkat return bebas resiko
E(Rm) = rata-rata return pasar
i = beta portofolio investasi
Persamaan indeks Jensen dan indeks Treynor adalah sama-sama menggunakan
garis pasar sekuritas. Sedangkan perbedaannya bahwa indeks Treynor sama
dengan slope garis yang menghubungkan posisi portofolio dengan return bebas
resiko, sedangkan indeks Jensen merupakan selisih antara return rata-rata dan
return portofolio acuan.

35

Perbedaan ini biasanya disebut alfa atau differentia return portofolio dan
dinotasikan
i = E(Ri) Rsml
atau
i = E(Ri) [Rf + (E(Rm) Rf) i]

Berdasarkan uaraian diatas, maka Jensen dapat dimodifikasi dengan menggunakan


formula sebagai berikut :

Ji = (Ri Rf) (Rm Rf) i


Dimana :
Ji = indeks Jensen (bisa juga dinyatakan dengan alfa = )
Rf = rata-rata tingkat return bebas resiko
Rm = rata-rata return pasar
Ri = rata-rata return investasi
i = beta portofolio investasi

2.3.11. Indeks Harga Saham


Indeks harga saham (IHS) merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan
kompleks dari bermacam variabel yang berpengaruh terutama kejadian-kejadian
ekonomi, social, politik dan keamanan dengan demikian IHS dapat dijadikan

36

barometer kesehatan ekonomi suatu Negara dan sebagai dasar untuk melakukan
analisis statistic atas kondisi pasar terakhir (current market). Pengukuran indeks
harga saham dapat menggunakan rumus :

x 100%

Dimana :
IHST = indeks harga saham periode t
NPt = nilai pasar pada hari ke-t
ND = nilai dasar
a. Agar bisa melakukan investasi di pasar modal dengan baik maka investor
harus mengetahui IHS. Di Bursa Efek Jakarta (BEI) terdapat lima jenis
indeks yaitu : Indeks Harga Saham Individual (IHSI), meggunakan saham
masing-masing perusahaan.
b. Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS), menggunakan saham masingmasing sektor usaha. Di BEJ indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor
usaha yaitu:
1) Sektor usaha primer (ektraktif) meliputi :
a) Pertanian
b) Pertambangan
2) Sektor usaha sekunder (manufaktur) meliputi :
a) Industri dasar dan kimia
b) Aneka industri
c) Industri barang konsumsi
3) Sektor usaha tersier (jasa) meliputi :
a) Properti dan real estate
b) Transportasi dan infrastruktur
c) Keuangan
d) Perdagangan, jasa dan investasi
c. Indeks LQ 45 (ILQ 45), menggunakan saham yang terpilih berdasarkan
likuiditas perdagangan saham disesuaikan setiap enam bulan sekali (setiap

37

awal Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang termasuk


dalam indeks tersebut akan selalu berubah.
d. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan seluruh saham
yang tercatat dibursa.
e. Indeks Syariah atau Jakarta Islamic Indeks (JII), menggunakan saham
yang memenuhi criteria investasi dalam Syariat Islam.

38

2.4. Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian dilakukan untuk melihat perbandingan kinerja antara
reksadana syariah dan reksadana konvensional. Dari beberapa penelitian tersebut
tidak semua memiliki hasil yang sama. Dalam skripsi yang berjudul Analisis
Perbandingan Kinerja Reksadana Campuran Konvensional dan Reksadana
Campuran Syariah Periode Juli 2006 - Juli 2008, hasil penelitian dari Ucu
Rufaidah , hasil yang diperoleh yaitu :
PT Danareksa Investment Management : nilai rasio Sharpe Reksa Dana
Danareksa Anggrek sebesar 0,820767 dan Reksa Dana Danareksa Syariah
Berimbang sebesar 0,650839. Artinya reksadana konvensional memiliki kinerja
yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja reksadana syariah diukur dengan
menggunakan metode Indeks Sharpe.
Hasil yang berbeda didapat dari penelitian yang dilakukan oleh Yoga Saltian
dalam skripsinya yang berjudul Analisis Perbandingan Resiko dan Tingkat
Pengembalian Reksadana Syariah dan Reksadana Konvensional. Hasil yang
diperoleh dari penelitiannya terhadap reksadana campuran milik PT Danareksa
Investment Management adalah kinerja reksadana syariah lebih baik
dibandingkan dengan kinerja reksadana konvensional diukur dengan
menggunakan metode Indeks Sharpe. Danareksa Syariah Berimbang memiliki
nilai rasio Sharpe -0,001399 dan Danareksa Anggrek sebesar -152366.

39

III. METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian


Objek penelitian ini adalah Perusahaan perusahaan investasi yang memiliki
produk reksadana konvensional dan reksadana syariah untuk jenis Reksadana
Campuran. Perusahaan yang dijadikan objek penelitian adalah sebagai berikut :
1. PT Andalas Artha Advisindo dengan produk reksadana yaitu AAA Balanced
Fund.dan AAA Amanah Syariah Fund
2. PT BNI Securities dengan produk reksadana yaitu Reksadana Dana Flexible
Dua dan BNI Dana Plus Syariah
3. PT. Recapital Asset Management dengan produk reksadana yaitu Capital
Fleksi dan Capital Syariah Fleksi
4. PT Danareksa Investment Management dengan produk reksadana yaitu
Danareksa Anggrek, Danareksa Anggrek Fleksibel dan Danareksa Syariah
Berimbang
5. PT Eurocapital Peregrine Securities dengan produk reksadana yaitu
Eurocapital Peregrine Berimbang Plus dan Eurocapital Peregrine Syariah
Balanced Plus
6. PT Kresna Graha Sekurindo Tbk dengan produk reksadana yaitu IPB
Kresna dan IPB Syariah
7. PT Mandiri Manajemen Investasi dengan produk reksadana yaitu Mandiri
Investasi Aktif dan Mandiri Investasi Syariah Berimbang
8. PT Mega Capital Indonesia dengan produk reksadana yaitu Mega Dana
Campuran, Mega Dana Kombinasi, Reksadana Mega Dana Kombinasi Dua
dan Reksadana Mega Dana Syariah

40

9. PT Trimegah Securities Tbk dengan produk reksadana yaitu TRIM


Kombinasi 2 dan TRIM Syariah Berimbang.
3.2 Periode Pengamatan
Periode Pengamatan yaitu pada tahun 2008 sampai 2009

3.3 Jenis Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang
diterbitkan oleh lembaga-lembaga, dalam hal ini adalah Bursa Efek Indonesia
(BEI) dan lembaga pengumpul data yang dipublikasikan kepada pengguna data.
Data utama yang dibutuhkan adalah :
a. Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit bulanan.
b. Suku Bunga Indonesia per bulan
c. Suku Bunga Indonesia Syariah per bulan

3.4 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode:
1. Penelitian Lapangan (field research)
Yaitu pengumpulan data melalui instansi atau lembaga yang berkaitan dan
website yang relevan dengan pokok bahasan.
2. Penelitian Kepustakaan (library research)
Penelitian ini dilakukan melelui studi literatur serta berbagai publikasi
ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.
3.5 Definisi Operasional Variabel

41

Kinerja Reksadana dengan Metode Indeks Sharpe.


Indeks Sharpe mendasarkan perhitungan pada konsep garis pasar modal (capital
market line) sebagai patok duga, yaitu dengan cara membagi premi resiko
portofolio (sama dengan selisih rata-rata tingkat keuntungan portofolio dengan
rata-rata bunga bebas resiko) dengan standar deviasinya (resiko total).

3.6 Alat Analisis


3.6.1 Analisis Kuantitatif
Dalam penelitian ini, metode pengukuran kinerja reksadana yang digunakan
adalah Metode Sharpe. Rumus pengukuran kinerja reksadana dengan Metode
Sharpe adalah :

Si =

Dimana :
Sii = Nilai Indeks Sharpe
E(Ri) = Expected Return investasi Reksadana
Rf = Tingkat bebas resiko
i = Standar deviasi investasi Reksadana

Rumus-rumus turunan yang digunakan adalah sebagai berikut :


a. Return Realisasi Reksadana

42

Ri

Dimana :
Ri = Tingkat pengembalian investasi
NABt = NAB bulan sekarang
NABt-1 = NAB bulan lalu

b. Return Ekspektasi Reksadana

Dimana :
E(Ri) = Rata-rata pengembalian investasi
Ri = Tingkat pengembalian investasi
n = Jumlah periode selama transaksi
c. Variance Reksadana

n
Dimana :
Var (Ri) = Varian dari pengembalian investasi
E(Ri) = Rata-rata pengembalian investasi
Ri = Tingkat pengembalian investasi

43

n = Jumlah periode selama transaksi


d. Standar Deviasi Reksadana
i =

Dimana :
i = Standar Deviasi Investasi
Var (Ri) = Varian dari pengembalian investasi

IV. PEMBAHASAN

4.1 Hasil Perhitungan Kinerja Reksadana


4.1.1. PT Andalas Artha Advisindo

44

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Kinerja Reksadana Konvensional dan Reksadana


Syariah PT Andalas Artha Advisindo

Total Return
Return Ekspektasi
Standar Deviasi
Sharpe (Rf = SBI)
Sharpe (Rf = SBIS)

AAA Balanced Fund


(reksadana konvensional)
18,020
0,751
7,073
0.095
0,095

AAA Amanah Syariah


Fund (reksadana syariah)
12,120
0,505
4,644
0,092
0.091

Sumber : Data diolah


Dari hasil perhitungan didapat reksadana AAA Balanced Fund (konvensional)
memiliki total return, return ekspektasi dan resiko yang lebih besar dibandingkan
dengan reksadana AAA Amanah Syariah Fund (syariah). Total return reksadana
AAA Balanced Fund adalah sebesar 18,020 dengan return ekspektasi sebesar
0,751 dan untuk reksadana AAA Amanah Syariah Fund total return nya adalah
12,120 dengan return ekspektasi sebesar 0,505. Tingkat resiko AAA balanced
Fund adalah 0,751 dan tingkat resiko AAA Amanah Syariah Fund adalah 0,505.

Perhitungan kinerja dengan menggunakan Metode Sharpe menunjukkan hasil


bahwa Reksadana AAA Balanced Fund memiliki nilai yang lebih tinggi baik
dengan return bebas resiko SBI maupun SBIS dibandingkan dengan reksadana
AAA Amanah Syariah Fund. Indeks Sharpe reksadana AAA Balanced Fund
dengan Rf SBI adalah sebesar 0,095 dan rekadana AAA Syariah Fund adalah
0,092. Indeks Sharpe reksadana AAA Balanced Fund dengan Rf SBIS adalah
sebesar 0,095 dan rekadana AAA Syariah Fund adalah 0,091. Untuk perusahaan

45

investasi PT Andalas Artha Advisindo, reksadana konvensional lebih baik


dibandingkan dengan reksadana syariah.

4.1.2. PT BNI Securities


Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Kinerja Reksadana Konvensional dan Reksadana
Syariah PT BNI Securities

Total Return
Return Ekspektasi
Standar Deviasi
Sharpe (Rf = SBI)
Sharpe (Rf = SBIS)
Sumber : Data diolah

BNI Dana Fleksibel 2


(reksadana konvensional)
-35,890
-1,495
14,784
-0.107
-0,107

BNI Dana Plus Syariah


(reksadana syariah)
-8,500
-0,354
12,697
-0,034
-0.034

Total return dan return ekspektasi Reksadana BNI Dana Plus Syariah lebih tinggi
dibandingkan dengan BNI Dana Fleksibel Dua. Total return dan return ekspektasi
reksadana BNI Dana Fleksibel Dua adalah sebesar -35,890 dan -1,495 dan untuk
reksadana BNI Dana Plus Syariah total return dan return ekspektasi adalah sebesar
-8,500 dan -0,354.
Tingkat resiko Dana Plus Syariah pun lebih rendah jika dibandingkan dengan
Dana Fleksibel Dua. Reksadana Dana Plus Syariah memiliki tingkat resiko
sebesar 12,697 dan reksadana Dana Fleksibel Dua sebesar 14,784.. Teori High
Risk High Return tidak berlaku untuk PT BNI Securities. Perhitungan dengan
menggunakan metode indeks Sharpe dengan menggunakan Rf SBI dan SBIS
menunjukkan hasil yang sama yaitu reksadana Dana Plus Syariah memiliki nilai
yang lebih tinggi yaitu sebesar -0,034 dibandingkan dengan reksadana Dana
Fleksibel Dua sebesar -0,107. Berdasarkan perhitungan dengan metode indeks

46

Sharpe, pada PT BNI securities reksadana syariah (BNI Dana Plus Syariah) lebih
baik dibandingkan reksadana konvensional (BNI Dana Fleksibel Dua).

4.1.3. PT Recapital Asset Management


Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Kinerja Reksadana Konvensional dan Reksadana
Syariah PT Recapital Asset Management

Total Return
Return Ekspektasi
Standar Deviasi
Sharpe (Rf = SBI)
Sharpe (Rf = SBIS)
Sumber : Data diolah

Capital Fleksi
(reksadana konvensional)
-30
-1,250
4,036
-0.329
-0,330

Capital Syariah
(reksadana syariah)
-3
-0,125
10,086
-0,020
-0.020

Reksadana Capital Syariah memiliki total return yang lebih tinggi yaitu sebesar
-3,00 dengan return ekspektasi yang lebih tinggi juga yaitu sebesar -0,125
sedangkan untuk reksadana Capital Fleksi, total retrun dan return ekspektasinya
adalah sebesar -30 dan -1,250. Tingkat return dan resiko Reksadana Capital Fleksi
berbanding lurus. Tingkat return Capital Syariah adalah 10,086 dan tingkat resiko
reksadana Capital Fleksi sebesar -0,329.
Perhitungan dengan Metode Sharpe menunjukkan hasil reksadana Capital
Syariah dengan menggunakan RF SBI dan SBIS memiliki hasil yang sama yaitu
sebesar -0,020 dan reksadana Capital Fleksi dengan Rf SBI sebesar -0,329 dan Rf
SBIS sebesar -0,330. Jadi untuk PT Recapital Asset Management, reksadana
syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional.

4.1.4. PT Danareksa Investment Management

47

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Kinerja Reksadana Konvensional dan Reksadana


Syariah PT Danareksa Investment Management
Danareksa
Anggrek
(konvensional)
Total Return
19,030
Return Ekspektasi
0,793
Standar Deviasi
7,655
Sharpe (Rf = SBI)
0.093
Sharpe (Rf = SBIS)
0,093
Sumber : Data diolah

Danareksa
Fleksibel
(konvensional)
33,690
1,404
8,951
0.148
0,148

Danareksa
Syariah
(syariah)
21,630
0,901
8,358
0,098
0.098

PT Danareksa Investment Management memiliki tiga produk reksadana untuk


jenis reksadana campuran. Total return dan return ekspektasi terbesar dimiliki oleh
reksadana Danareksa Fleksibel yaitu sebesar 33,690 dan 1,404.. Untuk tingkat
resiko nya, Danareksa Fleksibel memiliki tingkat resiko yang terbesar yaitu
8,951.Danareksa Syariah memiliki total return dan return ekpektasi terbesar kedua
yaitu sebesar 21,630 dan 0,901. Reksadana Danareksa Anggrek memiliki total
return dan return ekpektasi terkecil yaitu 19,030 dan 0,793.

Perhitungan dengan metode indeks Sharpe dengan Rf SBI dan SBIS memberikan
hasil yang sama yaitu Danareksa Fleksibel memiliki nilai terbesar yaitu 0,148,
lalu Danareksa Syariah Berimbang sebesar 0,098 dan terkecil adalah Danareksa
Anggrek sebesar 0,093.Dari hasil perhitungan didapat bahwa untuk PT Danareksa
Investment Management reksadana konvensional lebih baik kinerjanya
dibandingkan dengan reksadana syariah.

48

4.1.5. PT. Eurocapital Peregrine Securities


Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Kinerja Reksadana Konvensional dan Reksadana
Syariah PT Eurocapital Peregrine Securities

Total Return
Return Ekspektasi
Standar Deviasi
Sharpe (Rf = SBI)
Sharpe (Rf = SBIS)
Sumber : Data diolah

Euro Peregrine
Berimbang Plus
(konvensional)
-40,740
-1,698
8,325
-0,213
-0,214

Euro Peregrine Syariah


Balanced Plus
(syariah)
-1,310
-0,055
12,646
0,011
-0.011

Reksadana Euro Peregrine Berimbang Plus memiliki total return sebesar -40,740
dan return ekpektasi sebesar 1,698. Nilai tersebut lebih kecil jika dibandingkan
dengan total return dan return ekspektasi reksdana Euro Peregrine Syariah
Balanced Plus yaitu sebesar -1,310 dan -0,055. Tingkat resiko Euro Peregrine
Syariah Balanced Plus yaitu sebesar 12,646 lebih besar dari tingkat resiko Euro
Peregrine Berimbang Plus yaitu 8,325.

Hasil perhitungan dengan metode indeks Sharpe diperoleh nilai sebesar -0,213 (Rf
SBI) dan -0,214 (Rf SBIS) untuk reksadana Euro Peregrine Berimbang Plus dan
untuk reksadana Euro Peregrine Syariah Balanced Plus sebesar -0,011. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk PT Eurocapital Peregrine Securities,
reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional.

4.1.6. PT Kresna Graha Sekurindo, Tbk.

49

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Kinerja Reksadana Konvensional dan Reksadana


Syariah PT Kresna Graha Sekurindo, Tbk

Total Return
Return Ekspektasi
Standar Deviasi
Sharpe (Rf = SBI)
Sharpe (Rf = SBIS)
Sumber : Data diolah

IPB Kresna
(konvensional)
11,190
0,466
7,899
0.049
0,049

IPB Syariah
(syariah)
11,520
0,480
10,464
0,038
0.038

Nilai total return dan return ekpektasi reksadana IPB Kresna dan IPB Syariah
tidak terlalu signifikan perbedaaanya. Untuk IPB Kresna, nilai total return dan
return ekspektasi adalah sebesar 11,190 dan 0,466. IPB Syariah memiliki nilai
yang lebih besar yaitu 11,520 untuk total return dan 0,480 untuk return ekspektasi.
Perbedaan tidak terlalu besar untuk total return dan return ekspektasi tetapi untuk
tingkat resiko perbedaannya cukupbesar. Tingkat resiko IPB Syariah adalah
10,464 dan IPB Kresna adalah sebesar 7,899.

Nilai indeks Sharpe reksadana syariah PT Kresna Graha Sekurindo tidak sebesar
reksadana konvensional-nya. Dari tabel terlihat bahwa nilai indeks Sharpe IPB
Kresna sebesar 0.049. Nilai tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan nilai
indeks Sharpe IPB Syariah yaitu sebesar 0,038. Jadi untuk PT Kresna Graha
Sekurindo Tbk, reksadana konvensional lebih baik dibandingkan dengan
reksadana syariah.

4.1.7. PT. Mandiri Manajemen Investasi

50

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Kinerja Reksadana Konvensional dan Reksadana


Syariah PT Mandiri Manajemen Investasi

Total Return
Return Ekspektasi
Standar Deviasi
Sharpe (Rf = SBI)
Sharpe (Rf = SBIS)
Sumber : Data diolah

Mandiri
Investasi Aktif
(konvensional)
22,790
0,950
9,878
0.088
0,088

Mandiri Investasi
Syariah Berimbang
(syariah)
11,430
0,476
7,703
0,052
0.051

Produk reksadana konvensional PT Mandiri Manajemen Investasi yaitu Mandiri


Investasi Aktif memiliki total return dan return ekspektasi yang lebih tinggi yaitu
sebesar 22,790 dan 0,950 jika dibandingkan dengan total return dan return
ekspektasi reksadana Mandiri Investasi Syariah Berimbang yaitu sebesar 11,430
dan 0,476 . Besarnya tingkat pengembalian tersebut berbanding lurus dengan
tingkat resiko-nya. Tingkat resiko Mandiri InvestasiAktif adalah sebesar 9,878
lebih besar dari tingkat resiko reksadana Mandiri Investasi Syariah Berimbang
yaitu sebesar 7,703.
Dari hasil perhitungan dengan metode Sharpe diperoleh hasil nilai indeks Sharpe
Mandiri Investasi Aktif sebesar 0.088 dan Mandiri Investasi Syariah Berimbang
sebesar 0,052 (Rf SBI) dan 0.051 (Rf SBIS). Dengan hasil tersebut maka untuk
PT Mandiri Manajemen Investasi, reksadana konvensional memiliki kinerja yang
lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah.

51

4.1.8. PT Mega Capital Indonesia


Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Kinerja Reksadana Konvensional dan Reksadana
Syariah PT Mega Capital Indonesia

Total Return
Return Ekspektasi
Standar Deviasi
Sharpe (Rf = SBI)
Sharpe (Rf = SBIS)
Sumber : Data diolah

Konvensional
Mega Dana Mega Dana Mega Dana
Campuran
Kombinasi
Kombinasi
Dua
-14,870
-33,970
-24,780
-0,620
-1,415
-1,033
8,010
9,995
8,803
-0.087
-0.150
-0.126
-0,087
-0,150
-0,126

Syariah
Mega Dana
Syariah
-4,370
-0,182
6,771
-0,039
-0.039

PT Mega Capital Indonesia memiliki empat produk reksadana untuk jenis


reksadana campuran yaitu Mega Dana Campuran, Mega Dana Kombinasi, Mega
Dana Kombinsi Dua dan Mega Dana Syariah. Tiga diantaranya adalah reksadana
konvensional dan satu adalah reksadana syariah. Dari keempat reksadana tersebut
reksadana syariah lah yang memiliki total return dan return ekspektasi yang
terbesar yaitu sebesar -4,370 dan -0,182. Tingkat return tersebut berbanding
terbalik dengan tingkat resikonya yaitu sebesar 6,771. Total return dan return
ekspektasi terbesar kedua adalah reksadana Mega Dana Campuran yaitu sebesar
-14,870 dan -0,620.Teori High Risk High Return tidak berlaku untuk Reksadana
Mega Dana Syariah.
Hasil perhitungan dengan metode indeks Sharpe diperoleh nilai terbesar adalah
nilai indeks Sharpe reksadana Mega Dana Syariah yaitu sebesar -0,039. Nilai
indeks terbesar kedua adalah nilai indeks reksadana Mega Dana Campuran yaitu
sebesar -0,087. Jadi untuk PT Mega Capital Indonesia, reksadana syariah lebih
baik dibandingkan dengan reksadana konvensional.

52

4.1.9. PT Trimegah Securities, Tbk.


Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Kinerja Reksadana Konvensional dan Reksadana
Syariah PT Trimegah Securities, Tbk.
Trim Kombinasi 2
(konvensional)
Total Return
-0,320
Return Ekspektasi
-0,013
Standar Deviasi
9,171
Sharpe (Rf = SBI)
-0,010
Sharpe (Rf = SBIS)
-0,010
Sumber : Data diolah

Trim Syariah
(syariah)
2,310
0,096
11,246
0,002
0.001

Total return dan return ekspektasi Trim Kombinasi 2 adalah sebesar -0,320 dan
-0,013 dengan tingkat resiko sebesar 9,171. Untuk Trim Syariah, total return dan
retunr ekspektasi adalah sebesar 2,310 dan 0,096 dengan tingkat resiko sebesar
11,246. Pada tabel terlihat bahwa Trim Syariah memiliki nilai Indeks Sharpe yang
lebih tinggi yaitu sebesar 0,002 (Rf SBI) dan 0,001 (Rf SBIS) sedangkan Trim
Kombinasi 2 sebesar -0,010. Dengan hasil ini maka PT Trimegah Securities Tbk
memiliki reksadana syariah yang lebih baik dibandingkan dengan reksadana
konvensional.

4.2. Pembahasan
Penelitian dilakukan terhadap sembilan perusahaan investasi yang memiliki
reksadana konvensional dan reksadana syariah. Hasil penelitian didapat lima
perusahaan investasi memiliki kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan

53

dengan reksadana konvensional dan empat perusahaan memiliki kinerja reksadana


yang sebaliknya. Setelah dilakukan rata-rata terhadap hasil analisis data didapat
bahwa perusahaan investasi yang memiliki kinerja reksadana syariah lebih banyak
jumlahnya dibandingkan dengan perusahaan investasi yang memiliki kinerja
reksadana konvensional lebih baik. Dengan hasil ini maka hipotesis ditolak yang
artinya untuk jenis reksadana campuran, reksadana syariah memiliki kinerja yang
lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional.
Penelitian ini terbatas pada penilaian kinerja reksadana berdasarkan metode
Indeks Sharpe namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil dari
penelitian ini. Faktor yang pertama adalah semakin meningkatnya pertumbuhan
reksadana syariah di Indonesia. Reksadana syariah sudah sangat diterima oleh
investor yang ada di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan
reksadana syariah beberapa tahun ini yang cukup signifikan penigkatannya.
Berikut ini tabel pertumbuhan jumlah reksadana konvensional dan reksadana
syariah di Indonesia
Tabel 4.10 Pertumbuhan Jumlah Reksadana Konvensional dan Reksadana Syariah
Tahun 2007 2009
Konvensional
Jumlah
Growth (%)
2004
238
2005
310
30,25
2006
366
18,06
2007
447
22,13
2008
567
26,85
2009
627
10,58
Sumber : Bapepam.go.id
Tahun

Jumlah
10
15
23
26
37
46

Syariah
Growth (%)
50
53,33
13,04
42,31
24,32

Pada Tabel 4.10 jumlah reksadana syariah memang tidak sebanyak reksadana
konvensional tetapi pertumbuhan reksadana syariah lebih tinggi dibandingkan

54

dengan pertumbuhan reksadana konvensional. Pada tahun 2004 jumlah reksadana


syariah hanya 10 reksadana dan pada tahun 2009 sudah menjadi 46 reksadana.
Dari tahun 2007 sampai 2008 pertumbuhan reksadana syariah adalah sebesar
42,31 % lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan reksadana konvensional
sebesar 26,85 %. Dari tahun 2008 sampai 2009 pertumbuhan reksadana syariah
adalah sebesar 24,32 % dan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
reksadana konvensional sebesar 10,58 %.
Semakin tingginya minat investor untuk berinvestasi di reksadana syariah dapat
dilihat dari besarnya jumlah dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM)
dari reksadana syariah. Berikut ini data dana kelolaan seluruh reksadana
konvensional dan reksadana syariah yang ada di Indonesia dari tahun 2006
samapai 2009.
Tabel 4.11 Dana Kelolaan Reksadana Konvensional dan Reksadana Syariah
Periode 2007 2009
Konvensional
AUM
Growth
(Milyar)
2006 Rp. 50.150
2007 Rp. 89.300 78.07%
2008 Rp. 72.580
-18.72%
2009 Rp. 108.540
49.55%
Sumber : Bapepam.go.id
Tahun

Syariah
AUM
Growth
(Milyar)
Rp. 719
Rp. 2.203
205.98%
Rp. 1.770
-19.55%
Rp. 4.630
161.58%

Total
AUM
(Milyar)
Rp. 50.869
Rp. 91.500
Rp. 74.350
Rp. 113.170

Growth
79.87%
-18.74%
52.21%

Pada tabel 4.11 pertumbuhan dana kelolaan reksadana syariah sangatlah tinggi.
Pertumbuhan dari tahun 2006 2007 sangatlah tinggi yaitu 205,98 % dan
mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi -19,55 % dikarenakan krisis
global pada tahun tersebut. Pada tahun 2009, pertumbuhan reksadana syariah
kembali meningkat sebesar 161,58 %. Pertumbuhan dana kelolaan reksadana
syariah sangat tinggi dan melebihi pertumbuhan reksadana konvensional. Data

55

tersebut menunjukkan bahwa investor di Indonesia sudah tidak ragu lagi untuk
menginvestasikan dananya pada reksadana syariah.
Faktor penyebab selanjutnya adalah dari tingkat suku bunga bebas resiko di
Indonesia. Rata-rata Suku Bunga Indonesia (SBI) dari tahun 2008 2009 adalah
sebesar 7,91 % sedangkan rata-rata Suku Bunga Indonesia Syariah adalah sebesar
8,01 %. Dari tingkat suku bunga tersebut terlihat bahwa suku bunga untuk
investasi syariah lebih tinggi dibandingkan dengan investasi konvensional.
Dengan begitu investasi syariah memiliki hasil yang baik sehingga investor
banyak yang tertarik dengan investasi syariah salah satunya adalah reksadana
syariah.

Faktor yang lain adalah adanya program pemerintah yang menentukan DES atau
Daftar Efek Syariah (data terlampir) yang menjadi panduan manajer investasi
dalam memilih investasi reksadana syariah. Daftar Efek Syariah (DES)
memperluas portofolio investasi syariah karena untuk investasi saham jumlah
emiten yang bisa masuk ke dalam portofolio syariah lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah emiten yang ada pada indeks JII. Kemudian dikeluarkannya
obligasi sukuk ritel maupun global, dan juga program lelang obligasi sukuk,
peluang untuk segmen syariah akan semakin terbuka.
Perekonomian yang semakin membaik setelah krisis global pada tahun 2008
membuat pertumbuhan ekonomi semakin membaik dan diikuti dengan
pertumbuhan sektor riil. Pertumbuhan sektor riil berdampak positif pada investasi

56

syariah karena investasi syariah lebih banyak diinvestasikan pada sektor riil yang
sesuai dengan konsep syariah (Muhammad Budi Setiawan).
Hal terpenting dari reksadana adalah pengalokasian dana pada portofolio aset
yang tepat. Reksadana syariah membatasi investasi hanya pada sektor-sektor
investasi yang sesuai dengan konsep syariah. Pengalokasian dana yang tepat pada
investasi yang terbatas tersebut sangatlah penting untuk mendapatkan kinerja
reksadana yang baik. Manajer investasi yang handal dibutuhkan dalam
menentukan selektivitas portofolio. Dari hasil penelitian, lima perusahaan
memiliki reksadana syariah yang lebih baik. Manajer investasi kelima perusahaan
tersebut memiliki selektivitas portofolio yang tpat sehingga reksadana syariah-nya
memiliki kinerja yang mengungguli reksadana konvensional.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis data dan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat sembilan perusahaan investasi yang memiliki reksadana
konvensional dan reksadana syariah. Dari hasil dan analisis data menunjukkan
bahwa :

57

a. Lima perusahaan investasi memiliki reksadana syariah yang lebih baik


dibandingkan dengan reksadana konvensional. Kelima perusahaan tersebut
yaitu
1. PT BNI Securities dengan produk reksadana syariah yaitu BNI Dana
Plus Syariah.
2. PT Recapital Asset Management dengan produk reksadana syariah
yaitu Capital Syariah.
3. PT Eurocapital Peregrine Securities memiliki produk reksadana
syariah yang lebih baik yaitu dengan produk syariah Euro Peregrine
Syariah Balanced Plus.
4. PT Mega Capital Indonesia memiliki empat produk reksadana untuk
jenis campuran. Reksadana syariah (Mega Dana Syariah) memiliki
kinerja yang lebih
5. PT Trimegah Securities Tbk dengan produk reksadana syariah Trim
Syariah Berimbang.
b. Empat perusahaan investasi memiliki reksadana konvensional yang lebih
baik dibandingkan dengan reksadana syariah. Empat perusahaan investasi
tersebut adalah :
1. PT Andalan Artha Advisindo memiliki reksadana konvensional (AAA
Balanced Fund) yang lebih baik dibandingkan reksadana syariah
( AAA Amanah Syariah Fund ).
2. PT Danareksa Investment Management dengan produk reksadana
konvensional Danareksa Anggrek dan Danareksa Fleksibel dan
reksadana syariah Danareksa Syariah Berimbang . Nilai indeks Sharpe
Danareksa Fleksibel adalah yang terbesar sehingga untuk
PT Danareksa Investment Management reksadana yang lebih baik
adalah reksadana konvensional.

58

3. PT Kresna Graha Sekurindo, Tbk memiliki reksadana konvensional


(IPB Kresna) yang lebih baik dibandingkan dengan produk syariah
yaitu IPB Syariah.
4. PT Mandiri Manajemen Investasi dengan produk konvensional
Mandiri Investasi Aktif memiliki nilai indeks Sharpe lebih tinggi
dibandingkan dengan produks Syariah-nya yaitu Mandiri Investasi
Syariah Berimbang.
2. Setelah dilakukan rata-rata terhadap hasil analisis data didapat bahwa
perusahaan investasi yang memiliki kinerja reksadana syariah lebih banyak
jumlahnya dibandingkan dengan perusahaan investasi yang memiliki kinerja
reksadana konvensional lebih baik. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis
ditolak yang artinya reksadana syariah memiliki kinerja yang lebih baik
dibandingkan dengan reksadana konvensional.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil perhitungan kinerja dari masing masing Perusahaan Investasi
maka saran yang dapat diambil adalah :
1. Untuk jenis reksadana campuran, reksadana syariah layak untuk dipilih karena
dari sembilan perusahaan yang diteliti ada lima perusahaan investasi yang
memiliki reksadana syariah yang lebih baik dari reksadana konvensional.
2. Untuk perusahaan PT Andalan Artha Advisindo, PT Danareksa Investment
Management, PT Kresna Graha Sekurindo, Tbk dan PT Mandiri Manajemen
Investasi sebaiknya lebih meningkatkan kinerja reksadana syariah-nya dengan
memperbaiki portofolio reksadana agar mampu bersaing dengan reksadana
konvensionalnya.
3. Penelitian ini hanya terbatas pada jenis reksadana campuran. Untuk penelitian
mendatang disarankan cakupan reksadana yang dinilai dan diperbandingkan
lebih luas lagi, tidak hanya reksadana konvensional dan syariah dari kategori

59

campuran tetapi juga dari kategori lain yaitu reksadna saham, pendapatan
tetap, paar uang dan reksadana terproteksi. Periode yang digunakan juga perlu
ditambah misalnya sampai periode lima tahun.
4. Penelitian ini lebih menekankan pada pengukuran kinerja dengan metode
Indeks Sharpe. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk lebih luas lagi
dalam membahas faktor-faktor pendukung kinerja suatu reksadana.

Anda mungkin juga menyukai