I. PENDAHULUAN
Fatwa MUI tersebut menjelaskan bahwa investasi dikatakan halal, jika pihak yang
menerbitkan instrumen investasi tersebut tidak melakukan usaha yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam, seperti tidak melakukan riba, mayisir
dan gharar. Jadi saham, obligasi dan sekuritas lainnya yang dikeluarkan
perusahaan yang berhubungan dengan produksi atau penjualan minuman keras,
rokok, produk mengandung babi, bisnis hiburan berbau maksiat, bisnis senjata,
perjudian, pornografi, dan sebagainya tidak dimasukkan ke dalam portofolio
Reksadana Syariah.
Meskipun berbagai macam aturan dan fatwa yang dikeluarkan, pertimbangan
keuntungan dan resiko yang akan diterima tetap menjadi pertimbangan pertama
bagi investor untuk menanamkan modalnya. Tidak terkecuali para investor
muslim dalam memutuskan untuk berinvestasi pada produk syariah. Menurut
Tandelilin (2005) dasar keputusan investasi terdiri dari :
1. Return. Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh
keuntungan
2. Resiko. Korelasi langsung antara pengembalian dengan resiko, yaitu :
semakin tinggi pengembalian, semakin tinggi resiko. Oleh karena itu,
investor harus menjaga tingkat resiko dengan pengembalian yang
seimbang.
3. The Time Factor. Jangka waktu adalah hal penting dari definisi investasi.
Investor dapat menanamkan modalnya pada jangka pendek, jangka
menengah, atau jangka panjang.
Reksadana konvensional dan reksadana syariah memiliki perbedaan dalam
selektivitas portofolio. Reksadana konvensional melakukan portofolio saham pada
semua saham yang terdaftar dalam IHSG dan semua obligasi serta deposito yang
diterbitkan oleh semua bank. Untuk reksadana syariah melakukan portofolio
saham hanya terbatas pada saham-saham yang terdaftar dalam JII (Jakarta Islamic
Index), obligasi yang diperbolehkan pun hanya sebatas obligasi syariah dan juga
deposito yang dikeluarkan oleh bank syariah saja. Emiten yang terdaftar dalam
IHSG sampai periode Desember 2009 berjumlah 381 emiten. Berbeda dengan JII,
jumlah emiten yang terdaftar dalam JII hanya berjumlah 30 emiten (data
terlampir).
Perbedaan selektivitas portofolio dari reksadana syariah menimbulkan keraguan
bagi para investor pemula yang ingin masuk ke dalam investasi reksadana.
Keraguan tersebut berkaitan mengenai return yang akan diterima dari reksadana
syariah apakah akan sebesar return dari reksadana konvensional. Keraguan
tersebut timbul karena ada dugaan kurang optimalnya pengalokasian produk atau
portofolio investasi, akibat adanya proses screening yang membatasi investasi
portofolionya hanya pada produk yang sesuai dengan Syariat Islam.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membandingkan kinerja reksadana
konvensional dan syariah. Dari penelitian terdahulu yang pernah dilakukan ada
dua hasil penlitian yang berbeda. Dalam penelitian Ucu Rufaidah (2008), yang
meneliti produk reksadana campuran syariah dan konvensional milik PT
Danareksa Investment Management, Danareksa Anggek (konvensional) memiliki
kinerja yang lebih baik (diukur dengan metode indeks Sharpe) dibandingkan
dengan Danareksa Syariah Berimbang.
Hasil Penelitian dari Yoga Saltian (2006), yang meneliti produk reksadana yang
sama, memiliki hasil yang sebaliknya yaitu kinerja Danareksa Syariah Berimbang
memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan Danareksa Anggrek.
Adanya perbedaan hasil penelitian ini juga yang menjadi dasar permasalahan
penelitian ini.
Objek yang dibandingkan dalam penelitian ini adalah produk reksadana
konvensional dan syariah dalam satu perusahaan investasi. Jenis reksadana yang
diteliti adalah reksadana campuran. Ada sembilan perusahaan investasi yang
memiliki reksadana syariah dan konvensional .
Sembilan perusahaan investasi untuk reksadana campuran yang menjadi objek
penelitian adalah PT Danareksa Investment Management , PT Trimegah Securities
Tbk, PT Mandiri Manajemen Investasi, PT BNI Securities, PT Eurocapital
Peregrine Securities, PT Andalas Artha Advisindo, PT. Recapital Asset
Management, PT Kresna Graha Sekurindo Tbk, PT Mega Capital Indonesia dan
PT Trimegah Securities Tbk .
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan
judul Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional dan
Reksadana Syariah (Studi Kasus pada Perusahaan Investasi yang memiliki
produk Reksadana Konvensional dan Reksadana Syariah Untuk Jenis Reksadana
Campuran Periode 2008 - 2009).
1.2. Permasalahan
Dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah
Manajer Investasi
Reksadana Syariah
Reksadana Konvensional
1.5. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, tujuan, permasalahan dan kerangka pemikiran, maka
hipotesis yang diajukan peneliti adalah :
Reksadana Konvensional memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan
Reksadana Syariah
10
2.1. Investasi
2.1.1. Pengertian Investasi
Kata Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang
berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Ada beberapa definisi mengenai
investasi, diantaranya adalah sebagai berikut :
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Yoga Saltian, pengetian investasi
adalah penanaman modal atau uang di dalam suatu perusahaan maupun proyek
untuk tujuan memperoleh keuntungan.
Menurut Jogianto (Jogianto, 2003) pengertian investasi adalah penundaan
konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama
periode waktu tertentu.
11
Menurut Sunariyah (2003:4): Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau
lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan
mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.
12
13
14
Notasi :
Rp = return realisasi portofolio
= porsi dari sekuritas I terhadap seluruh sekuritas di portofolio
= return realisasi dari sekuritas ke i
n
15
Notasi :
E(Rp) = return ekspektasi dari portofolio
= porsi dari sekuritas I terhadap seluruh sekuritas di portofolio
E( ) = return ekspektasi dari sekuritas ke i
n
= jumlah darisekuritas tunggal
2.2.3. Resiko Portofolio
Resiko portofolio adalah varian return sekuritas-sekuritas yang membentuk
portofolio tersebut. Resiko portofolio tidak merupakan rata-rata tertimbang dari
seluruhresiko sekuritas tunggal. Resiko portofolio mungkin dapat lebih kecil dari
resiko rata-rata tertimbang masing-masing sekuritas tunggal. Salah satu pengukur
resiko adalah deviasi standar (standard deviation) atau varian (variance) yang
merupakan kuadrat dari deviasi standar.
Var(Rp) =
= E[Rp E(Rp)}2
16
.
2.2.4. Resiko Total
Resiko total (total risk) merupakan penjumlahan dari diversifiable dan
nondiversifiable risks. Resiko yang dapat di-diversifikasi adalah bagian dari
resiko sekuritas yang dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio yang welldiversified. Diversifiable risk juga disebut resiko perusahaan (company risk) atau
resiko spesifik (spesific risk) atau resiko unik (unique risk) atau resiko yang tidak
sistematis (unsystematic risk).
Resiko yang tidak dapat di-diversifikasikan adalah bagian dari resiko sekuritas
yang tidak dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio. Istilah lain dari
resiko ini adalah resiko pasar (market risk) atau resiko umum (general risk) atau
resiko sistematik (systematic risk).
2.2.5. Diversifikasi
2.2.5.1. Diversifikasi dengan Banyak Aktiva
17
Mengikuti hukum statistik bahwa semakin besar ukuran sampel, semakin dekat
nilai rata-rata sampel dengan nilai ekspektasi dari populasi. Hukum ini disebut
dengan Hukum Jumlah Besar (Law of Large Numbers). Asumsi yang digunakan
adalah bahwa rate of return untuk masing-masing sekuritas secara statistik adalah
independen.
Asumsi ini menyatakan bahwa rate of return untuk satu sekuritas tidak
terpengaruh oleh rate of return sekuritas lainnya. Semakin banyak sekuritas yang
dimasukkan ke portofolio, semakin kecil resiko portofolionya.
2.2.5.2. Diversifikasi Secara Random
Diversifikasi secara random (random atau native diversification) merupakan
pembentukan portofolio dengan memilih sekuritas-sekuritas secara acak tanpa
memperhatikan karakteristik dari investasi yang relevan seperti misalnya return
dari sekuritas itu sendiri. Investor hanya memilih sekuritas secara acak.
2.2.5.3. Diversifikasi Secara Markowitz
Sekuritas-sekuritas yang mempunyai korelasi lebih kecil dari +1 akan
menurunkan resiko portofolio. Semakin banyak sekuritas yang dimasukkan ke
dalam portofolio, semakin kecil resiko portofolio. Diversifikasi akan
menghilangkan efek dari varian, tetapi efek kovarian masih tetap ada, yaitu
sebesar nilai rata-rata semua kovarian atau dengan kata lain untuk portofolio yang
dideversifikasikan dengan baik yang terdiri dari banyak aktiva, efek dari kovarian
menjadi lebih penting dibandingkan efek dari varian masing-masing aktiva.
2.3. Reksadana
2.3.1. Pengertian Reksadana
Reksadana berasal dari kata Reksa yang berarti jaga atau pelihara dan kata
Dana berarti uang. Sehingga Reksadana pada umumnya diartikan sebagai
18
19
20
yang diproteksi? Yang diproteksi adalah nilai investasi awal yang disetorkan
oleh investor. Investasi awal investor akan tetap 100% pada saat jatuh tempo.
6. Reksadana Index: reksadana ini dijual dengan basis indek yang ada dibursa.
Sebelum membentuk reksadana indeks, MI menentukan satu indeks tertentu
yang akan dipakai sebagai acuan. Selanjutnya, MI akan menginvestasikan duit
investor ke dalam saham-saham yang menjadi anggota indeks tersebut. Porsi
investasi di dalam masing-masing saham tidak asal, melainkan harus sama
dengan bobot masing-masing saham di salam indeks acuannya.
7. Reksa dana dengan tujuan khusus (RDTK). Investasi ditanamkan pada produk
diluar pasar modal. Bentuknya bisa langsung ke sektor riil atau ke satu
perusahaan tertentu. Reksa dana ini hanya diperuntukkan bagi investor
sophisticated dan berkantong tebal (ultra high network individual). Dana yang
dibutuhkan untuk RDTK minimal Rp 5 milyar, atau US$ 500.000 atau EUR
500.000. RDTK ini tidak ditawarkan secara terbuka kepada investor publik.
Salah satu alasan NISP tidak mengeluarkan produk RDTK adalah karena
rumitnya pengelolaan ini, meskipun Bahana TCW Investment telah
meluncurkan RDTK untuk pelabuhan pada desember 2008 dengan jumlah
penawaran Rp 325 milyar dan return minimal 20%.
8. Exchange Trade Fund (ETF): reksadana ini termasuk produk baru dari
beberapa manajer investasi walaupun aturan tentang reksadana ini sudah di
siapkan oleh Bapeppam LK sekitar akhir tahun 2006. ETF ini adalah
merupakan kombinasi dari reksadana tertutup (closed-end mutual fund) yaitu
investor tidak dapat menjual kembali pada perusahaan penerbitnya dan
reksadana terbuka (open-end mutual fund) dimana investor bisa menjual
kembali kepada penerbitnya. ETF biasanya mengacu kepada indeks saham.
21
MVAt LIABt
NSOt
Dimana :
NAVt = Net Asset Value periode t
MVAt = Market Value of Asset periode t
LIABt = Liabilities periode t
NSOt = Net Share Outstanding periode t
Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung dari perubahan nilai efek
portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan naiknya nilai investasi
22
Ri
NABt NABt-1
NABt-1
Dimana :
Ri = Tingkat pengembalian investasi
NABt = NAB bulan sekarang
NABt-1 = NAB bulan lalu
23
Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor
dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi
sedangkan return ekspektasi bersifat belum terjadi. Return ekspektasi ini dapat
diukur dengan menggunakan rumus (Abdul Halim, 2003 : 34)
n
Dimana :
E(Ri) = Rata-rata pengembalian investasi yang diharapkan
Ri = Tingkat pengembalian investasi
n = Jumlah periode selama transaksi
2.3.5. Resiko
2.3.5.1. Pengertian Resiko
Hanya menghitung return saja untuk suatu investasi tidaklah cukup, resiko dari
investasi juga perlu diperhitungkan. Return dan resiko merupakan dua hal yang
tidak terpisah karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari
kedua factor ini. Return dan resiko mempunyai hubungan positif, semakin besar
resiko yang harus ditanggung semakin besar return yang harus dikompensasikan.
Resiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang
diterima dengan yang diekspektasi. Van Home dan Wachowich, Jr (1992)
24
n
Dimana :
i2 = Varian dari pengembalian investasi
E(Ri) = Rata-rata pengembalian investasi
Ri = Tingkat pengembalian investasi bulanan
n = Jumlah bulan yang digunakan
Sedangkan standar deviasi dari return pasar adalah akar dari varian (Jogianto,
2003 : 131)
i =
Dimana :
= Standar Deviasi
Var (Ri) = Varian dari pengembalian investasi
25
Dalam konteks investasi portofolio dibedakan menjadi dua (Abdul Halim, 2003 :
39-40) yaitu :
a. Resiko sistematik (systematic risk)
26
Untuk pasar yang rasional, kadang kala return realisasi yang tinggi tidak mesti
mempunyai resiko yang tinggi pula. Bahkan keadaan sebaliknya dapat terjadi
yaitu return realisasi yang tinggi hanya mempunyai resiko yang kecil. Jika
investor menginginkan return yang lebih tinggi maka ia harus menanggung resiko
yang lebih tinggi.
27
n
Dimana :
Ri, Rm = covariance antara investasi dan pasar
Ri = return investasi
E(Ri) = expected return investasi
Rm = return pasar
E(Rm) = expected return pasar
n = jumlah periode analisa
28
Dimana :
im = koefisien korelasi investasi dengan pasar
COV (Ri, Rm) = kovarian investasi dan pasar
i = standar deviasi investasi
m = standar deviasi pasar
Nilai koefisien korelasi berkisar dari +1 sampai dengan -1. Nilai koefisien korelasi
+1 menunjukkan korelasi positif sempurna, nilai korelasi 0 menunjukkan tidak
ada korelasi dan nilai koefisien korelasi -1 menunjukkan koefisien korelasi negatif
sempurna.
29
Jika koefisien determinasi adalah bentuk kuadrat dari koefisien korelasi yang
menunjukkan proporsi suatu variabel dependen (Ri) yang berhubungan dengan
variabel independen (Rm). Sehingga terlihat seberapa banyak gerakan variabel
dependen yang dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh independen variabel.
2.3.8. Beta ()
Beta merupakan suatu pengukur volalitas (volability) return suatu sekuritas atau
return portofolio terhadap pasar. Dengan demikian Beta merupakan pengukur
resiko sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif
terhadap resiko pasar. Adapun volalitas adalah fluktuasi dari return-return suatu
sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu (Jogianto, 2003 :
237-238).
Untuk menghitung Beta yang mempresentasikan resiko dapat digunakan rumus
sebagai berikut :
Dimana :
= tingkat resiko pasar
COV (Ri;Rm) = kovarian return investasi dengan pasar
Var (Rm) = varian pasar
30
31
sedangkan asset bebas resiko (risk free assets) merupakan asset yang tingkat
returnnya di masa depan sudah bisa dipastikan pada saat ini dan ditujukan oleh
varians return yang sama dengan nol. Salah satu contoh asset bebas resiko adalah
obligasi jangka pendek yang diterbitkan oleh pemerintah.
T
Dimana :
aRf = tingkat bebas resiko rata-rata
Rf = risk free periode t
T = jumlah periode penelitian
32
memasukkan faktor resiko adalah metode indeks Sharpe, indeks Treynor dan
indeks Jensen (Tandelilin, 2005 : 324).
2.3.10.1. Metode Indeks Sharpe
Metode indeks Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe dan sering juga disebut
dengan reward to variability ratio. Indeks Sharpe mendasarkan perhitungan pada
konsep garis pasar modal (capital market line) sebagai patok duga, yaitu dengan
cara membagi premi resiko portofolio (sama dengan selisih rata-rata tingkat
keuntungan portofolio dengan rata-rata bunga bebas resiko) dengan standar
deviasinya (resiko total).
Untuk menghitung indeks Sharpe dapat menggunakan persamaan berikut :
Si =
Dimana :
Sii = Nilai Indeks Sharpe
E(Ri) = Expected Return investasi Reksadana
Rf = Tingkat bebas resiko
i = Standar deviasi investasi Reksadana
33
Ti =
Dimana :
Tii = Nilai Indeks Treynor
E(Ri) = Expected Return investasi Reksadana
Rf = Tingkat bebas resiko
i = Beta investasi Reksadana
34
Metode ini didasarkan pada konsep security market line yang merupakan garis
yang menghubungkan portofolio pasar dengan kesempatan investasi bebas resiko
yaitu persamaan garis yang melewati titik (0,Rf) dan (1, Rm). Garis security
market line memperlihatkan hubungan antara systematic risk dan expected return
dari suatu portofolio pada saat pasar dalam keadaan equilibrium. Jadi security
market line merupakan kemiringan dari beta atau suatu garis regresi dengan
interceptnya adalah Rf dan slopnya dinyatakan sebagai [E(Rm)-Rf) atau m.
Sehingga untuk mencari besarnya tingkat pengembalian pasar yang dikehendaki
(required of return) dalam konsep security market line dapat diformulasikan
dengan persamaan berikut (Sharpe, Alexander dan Bailey, 1999 : 445) :
Rsml=Rf + (E(Rm) Rf) i
Dimana :
Rsml = return security market line 7
Rf = rata-rata tingkat return bebas resiko
E(Rm) = rata-rata return pasar
i = beta portofolio investasi
Persamaan indeks Jensen dan indeks Treynor adalah sama-sama menggunakan
garis pasar sekuritas. Sedangkan perbedaannya bahwa indeks Treynor sama
dengan slope garis yang menghubungkan posisi portofolio dengan return bebas
resiko, sedangkan indeks Jensen merupakan selisih antara return rata-rata dan
return portofolio acuan.
35
Perbedaan ini biasanya disebut alfa atau differentia return portofolio dan
dinotasikan
i = E(Ri) Rsml
atau
i = E(Ri) [Rf + (E(Rm) Rf) i]
36
barometer kesehatan ekonomi suatu Negara dan sebagai dasar untuk melakukan
analisis statistic atas kondisi pasar terakhir (current market). Pengukuran indeks
harga saham dapat menggunakan rumus :
x 100%
Dimana :
IHST = indeks harga saham periode t
NPt = nilai pasar pada hari ke-t
ND = nilai dasar
a. Agar bisa melakukan investasi di pasar modal dengan baik maka investor
harus mengetahui IHS. Di Bursa Efek Jakarta (BEI) terdapat lima jenis
indeks yaitu : Indeks Harga Saham Individual (IHSI), meggunakan saham
masing-masing perusahaan.
b. Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS), menggunakan saham masingmasing sektor usaha. Di BEJ indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor
usaha yaitu:
1) Sektor usaha primer (ektraktif) meliputi :
a) Pertanian
b) Pertambangan
2) Sektor usaha sekunder (manufaktur) meliputi :
a) Industri dasar dan kimia
b) Aneka industri
c) Industri barang konsumsi
3) Sektor usaha tersier (jasa) meliputi :
a) Properti dan real estate
b) Transportasi dan infrastruktur
c) Keuangan
d) Perdagangan, jasa dan investasi
c. Indeks LQ 45 (ILQ 45), menggunakan saham yang terpilih berdasarkan
likuiditas perdagangan saham disesuaikan setiap enam bulan sekali (setiap
37
38
39
40
41
Si =
Dimana :
Sii = Nilai Indeks Sharpe
E(Ri) = Expected Return investasi Reksadana
Rf = Tingkat bebas resiko
i = Standar deviasi investasi Reksadana
42
Ri
Dimana :
Ri = Tingkat pengembalian investasi
NABt = NAB bulan sekarang
NABt-1 = NAB bulan lalu
Dimana :
E(Ri) = Rata-rata pengembalian investasi
Ri = Tingkat pengembalian investasi
n = Jumlah periode selama transaksi
c. Variance Reksadana
n
Dimana :
Var (Ri) = Varian dari pengembalian investasi
E(Ri) = Rata-rata pengembalian investasi
Ri = Tingkat pengembalian investasi
43
Dimana :
i = Standar Deviasi Investasi
Var (Ri) = Varian dari pengembalian investasi
IV. PEMBAHASAN
44
Total Return
Return Ekspektasi
Standar Deviasi
Sharpe (Rf = SBI)
Sharpe (Rf = SBIS)
45
Total Return
Return Ekspektasi
Standar Deviasi
Sharpe (Rf = SBI)
Sharpe (Rf = SBIS)
Sumber : Data diolah
Total return dan return ekspektasi Reksadana BNI Dana Plus Syariah lebih tinggi
dibandingkan dengan BNI Dana Fleksibel Dua. Total return dan return ekspektasi
reksadana BNI Dana Fleksibel Dua adalah sebesar -35,890 dan -1,495 dan untuk
reksadana BNI Dana Plus Syariah total return dan return ekspektasi adalah sebesar
-8,500 dan -0,354.
Tingkat resiko Dana Plus Syariah pun lebih rendah jika dibandingkan dengan
Dana Fleksibel Dua. Reksadana Dana Plus Syariah memiliki tingkat resiko
sebesar 12,697 dan reksadana Dana Fleksibel Dua sebesar 14,784.. Teori High
Risk High Return tidak berlaku untuk PT BNI Securities. Perhitungan dengan
menggunakan metode indeks Sharpe dengan menggunakan Rf SBI dan SBIS
menunjukkan hasil yang sama yaitu reksadana Dana Plus Syariah memiliki nilai
yang lebih tinggi yaitu sebesar -0,034 dibandingkan dengan reksadana Dana
Fleksibel Dua sebesar -0,107. Berdasarkan perhitungan dengan metode indeks
46
Sharpe, pada PT BNI securities reksadana syariah (BNI Dana Plus Syariah) lebih
baik dibandingkan reksadana konvensional (BNI Dana Fleksibel Dua).
Total Return
Return Ekspektasi
Standar Deviasi
Sharpe (Rf = SBI)
Sharpe (Rf = SBIS)
Sumber : Data diolah
Capital Fleksi
(reksadana konvensional)
-30
-1,250
4,036
-0.329
-0,330
Capital Syariah
(reksadana syariah)
-3
-0,125
10,086
-0,020
-0.020
Reksadana Capital Syariah memiliki total return yang lebih tinggi yaitu sebesar
-3,00 dengan return ekspektasi yang lebih tinggi juga yaitu sebesar -0,125
sedangkan untuk reksadana Capital Fleksi, total retrun dan return ekspektasinya
adalah sebesar -30 dan -1,250. Tingkat return dan resiko Reksadana Capital Fleksi
berbanding lurus. Tingkat return Capital Syariah adalah 10,086 dan tingkat resiko
reksadana Capital Fleksi sebesar -0,329.
Perhitungan dengan Metode Sharpe menunjukkan hasil reksadana Capital
Syariah dengan menggunakan RF SBI dan SBIS memiliki hasil yang sama yaitu
sebesar -0,020 dan reksadana Capital Fleksi dengan Rf SBI sebesar -0,329 dan Rf
SBIS sebesar -0,330. Jadi untuk PT Recapital Asset Management, reksadana
syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional.
47
Danareksa
Fleksibel
(konvensional)
33,690
1,404
8,951
0.148
0,148
Danareksa
Syariah
(syariah)
21,630
0,901
8,358
0,098
0.098
Perhitungan dengan metode indeks Sharpe dengan Rf SBI dan SBIS memberikan
hasil yang sama yaitu Danareksa Fleksibel memiliki nilai terbesar yaitu 0,148,
lalu Danareksa Syariah Berimbang sebesar 0,098 dan terkecil adalah Danareksa
Anggrek sebesar 0,093.Dari hasil perhitungan didapat bahwa untuk PT Danareksa
Investment Management reksadana konvensional lebih baik kinerjanya
dibandingkan dengan reksadana syariah.
48
Total Return
Return Ekspektasi
Standar Deviasi
Sharpe (Rf = SBI)
Sharpe (Rf = SBIS)
Sumber : Data diolah
Euro Peregrine
Berimbang Plus
(konvensional)
-40,740
-1,698
8,325
-0,213
-0,214
Reksadana Euro Peregrine Berimbang Plus memiliki total return sebesar -40,740
dan return ekpektasi sebesar 1,698. Nilai tersebut lebih kecil jika dibandingkan
dengan total return dan return ekspektasi reksdana Euro Peregrine Syariah
Balanced Plus yaitu sebesar -1,310 dan -0,055. Tingkat resiko Euro Peregrine
Syariah Balanced Plus yaitu sebesar 12,646 lebih besar dari tingkat resiko Euro
Peregrine Berimbang Plus yaitu 8,325.
Hasil perhitungan dengan metode indeks Sharpe diperoleh nilai sebesar -0,213 (Rf
SBI) dan -0,214 (Rf SBIS) untuk reksadana Euro Peregrine Berimbang Plus dan
untuk reksadana Euro Peregrine Syariah Balanced Plus sebesar -0,011. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk PT Eurocapital Peregrine Securities,
reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional.
49
Total Return
Return Ekspektasi
Standar Deviasi
Sharpe (Rf = SBI)
Sharpe (Rf = SBIS)
Sumber : Data diolah
IPB Kresna
(konvensional)
11,190
0,466
7,899
0.049
0,049
IPB Syariah
(syariah)
11,520
0,480
10,464
0,038
0.038
Nilai total return dan return ekpektasi reksadana IPB Kresna dan IPB Syariah
tidak terlalu signifikan perbedaaanya. Untuk IPB Kresna, nilai total return dan
return ekspektasi adalah sebesar 11,190 dan 0,466. IPB Syariah memiliki nilai
yang lebih besar yaitu 11,520 untuk total return dan 0,480 untuk return ekspektasi.
Perbedaan tidak terlalu besar untuk total return dan return ekspektasi tetapi untuk
tingkat resiko perbedaannya cukupbesar. Tingkat resiko IPB Syariah adalah
10,464 dan IPB Kresna adalah sebesar 7,899.
Nilai indeks Sharpe reksadana syariah PT Kresna Graha Sekurindo tidak sebesar
reksadana konvensional-nya. Dari tabel terlihat bahwa nilai indeks Sharpe IPB
Kresna sebesar 0.049. Nilai tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan nilai
indeks Sharpe IPB Syariah yaitu sebesar 0,038. Jadi untuk PT Kresna Graha
Sekurindo Tbk, reksadana konvensional lebih baik dibandingkan dengan
reksadana syariah.
50
Total Return
Return Ekspektasi
Standar Deviasi
Sharpe (Rf = SBI)
Sharpe (Rf = SBIS)
Sumber : Data diolah
Mandiri
Investasi Aktif
(konvensional)
22,790
0,950
9,878
0.088
0,088
Mandiri Investasi
Syariah Berimbang
(syariah)
11,430
0,476
7,703
0,052
0.051
51
Total Return
Return Ekspektasi
Standar Deviasi
Sharpe (Rf = SBI)
Sharpe (Rf = SBIS)
Sumber : Data diolah
Konvensional
Mega Dana Mega Dana Mega Dana
Campuran
Kombinasi
Kombinasi
Dua
-14,870
-33,970
-24,780
-0,620
-1,415
-1,033
8,010
9,995
8,803
-0.087
-0.150
-0.126
-0,087
-0,150
-0,126
Syariah
Mega Dana
Syariah
-4,370
-0,182
6,771
-0,039
-0.039
52
Trim Syariah
(syariah)
2,310
0,096
11,246
0,002
0.001
Total return dan return ekspektasi Trim Kombinasi 2 adalah sebesar -0,320 dan
-0,013 dengan tingkat resiko sebesar 9,171. Untuk Trim Syariah, total return dan
retunr ekspektasi adalah sebesar 2,310 dan 0,096 dengan tingkat resiko sebesar
11,246. Pada tabel terlihat bahwa Trim Syariah memiliki nilai Indeks Sharpe yang
lebih tinggi yaitu sebesar 0,002 (Rf SBI) dan 0,001 (Rf SBIS) sedangkan Trim
Kombinasi 2 sebesar -0,010. Dengan hasil ini maka PT Trimegah Securities Tbk
memiliki reksadana syariah yang lebih baik dibandingkan dengan reksadana
konvensional.
4.2. Pembahasan
Penelitian dilakukan terhadap sembilan perusahaan investasi yang memiliki
reksadana konvensional dan reksadana syariah. Hasil penelitian didapat lima
perusahaan investasi memiliki kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan
53
Jumlah
10
15
23
26
37
46
Syariah
Growth (%)
50
53,33
13,04
42,31
24,32
Pada Tabel 4.10 jumlah reksadana syariah memang tidak sebanyak reksadana
konvensional tetapi pertumbuhan reksadana syariah lebih tinggi dibandingkan
54
Syariah
AUM
Growth
(Milyar)
Rp. 719
Rp. 2.203
205.98%
Rp. 1.770
-19.55%
Rp. 4.630
161.58%
Total
AUM
(Milyar)
Rp. 50.869
Rp. 91.500
Rp. 74.350
Rp. 113.170
Growth
79.87%
-18.74%
52.21%
Pada tabel 4.11 pertumbuhan dana kelolaan reksadana syariah sangatlah tinggi.
Pertumbuhan dari tahun 2006 2007 sangatlah tinggi yaitu 205,98 % dan
mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi -19,55 % dikarenakan krisis
global pada tahun tersebut. Pada tahun 2009, pertumbuhan reksadana syariah
kembali meningkat sebesar 161,58 %. Pertumbuhan dana kelolaan reksadana
syariah sangat tinggi dan melebihi pertumbuhan reksadana konvensional. Data
55
tersebut menunjukkan bahwa investor di Indonesia sudah tidak ragu lagi untuk
menginvestasikan dananya pada reksadana syariah.
Faktor penyebab selanjutnya adalah dari tingkat suku bunga bebas resiko di
Indonesia. Rata-rata Suku Bunga Indonesia (SBI) dari tahun 2008 2009 adalah
sebesar 7,91 % sedangkan rata-rata Suku Bunga Indonesia Syariah adalah sebesar
8,01 %. Dari tingkat suku bunga tersebut terlihat bahwa suku bunga untuk
investasi syariah lebih tinggi dibandingkan dengan investasi konvensional.
Dengan begitu investasi syariah memiliki hasil yang baik sehingga investor
banyak yang tertarik dengan investasi syariah salah satunya adalah reksadana
syariah.
Faktor yang lain adalah adanya program pemerintah yang menentukan DES atau
Daftar Efek Syariah (data terlampir) yang menjadi panduan manajer investasi
dalam memilih investasi reksadana syariah. Daftar Efek Syariah (DES)
memperluas portofolio investasi syariah karena untuk investasi saham jumlah
emiten yang bisa masuk ke dalam portofolio syariah lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah emiten yang ada pada indeks JII. Kemudian dikeluarkannya
obligasi sukuk ritel maupun global, dan juga program lelang obligasi sukuk,
peluang untuk segmen syariah akan semakin terbuka.
Perekonomian yang semakin membaik setelah krisis global pada tahun 2008
membuat pertumbuhan ekonomi semakin membaik dan diikuti dengan
pertumbuhan sektor riil. Pertumbuhan sektor riil berdampak positif pada investasi
56
syariah karena investasi syariah lebih banyak diinvestasikan pada sektor riil yang
sesuai dengan konsep syariah (Muhammad Budi Setiawan).
Hal terpenting dari reksadana adalah pengalokasian dana pada portofolio aset
yang tepat. Reksadana syariah membatasi investasi hanya pada sektor-sektor
investasi yang sesuai dengan konsep syariah. Pengalokasian dana yang tepat pada
investasi yang terbatas tersebut sangatlah penting untuk mendapatkan kinerja
reksadana yang baik. Manajer investasi yang handal dibutuhkan dalam
menentukan selektivitas portofolio. Dari hasil penelitian, lima perusahaan
memiliki reksadana syariah yang lebih baik. Manajer investasi kelima perusahaan
tersebut memiliki selektivitas portofolio yang tpat sehingga reksadana syariah-nya
memiliki kinerja yang mengungguli reksadana konvensional.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis data dan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat sembilan perusahaan investasi yang memiliki reksadana
konvensional dan reksadana syariah. Dari hasil dan analisis data menunjukkan
bahwa :
57
58
59
campuran tetapi juga dari kategori lain yaitu reksadna saham, pendapatan
tetap, paar uang dan reksadana terproteksi. Periode yang digunakan juga perlu
ditambah misalnya sampai periode lima tahun.
4. Penelitian ini lebih menekankan pada pengukuran kinerja dengan metode
Indeks Sharpe. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk lebih luas lagi
dalam membahas faktor-faktor pendukung kinerja suatu reksadana.