Anda di halaman 1dari 88

Junessa Palao K

Andra Riandita
Sella Agustin
Aa Haeruman Azam
Yunika Sopandi
Rahma Widyaningrum
Hana Nur Fitriana
Santi Deviyanti

(10406001)
(10406012)
(10406017)
(10406021)
(10406024)
(10406029)
(10406030)
(10406040)

REGULASI MAKANAN DAN MINUMAN


DI INDONESIA

UU No.7 Tahun 1996 : Pangan


PP No.28 Tahun 2004 : Keamanan, Mutu dan
Gizi Pangan
Standar Nasional Indonesia (SNI) oleh
Badan Standarisasi Nasional

Keamanan yang meliputi batas maksimum cemaran mikroba,


cemaran kimia, cemaran fisika dan cemaran bahan berbahaya
lainnya;
Jaminan mutu yang dinilai dari proses produksi sesuai dengan
cara produksi makanan yang baik.
Gizi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan antara lain
informasi nilai gizi dan angka kecukupan gizi.
Keterangan dan atau pernyataan pada label harus benar dan
tidak menyesatkan, baik mengenai tulisan, gambar atau
bentuk apapun lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
serta mencantumkan sekurang-kurangnya keterangan tentang:
1. Nama produk;
2. Berat bersih atau isi bersih; dan
3. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke
dalam
Wilayah indonesia

JUDUL STANDAR

NOMOR SNI

Anggur (wine)

SNI 01-4018 -1996

Anggur brem bali

SNI 01-3952 -1995

Asparagus dalam kaleng

SNI 01-3837 -1995

Bagea sagu

SNI 01-4290 -1996

Bakpia

SNI 01-4291 -1996

Bekatul

SNI 01-4439 -1998

Bihun

SNI 01-2975 -1992

Biskuit, Mutu dan cara uji

SNI 01-2973 -1992

Bungkil kacang tanah

SNI 01-3169 -1992

Bungkil kopra, Mutu dan cara uji

SNI 01-2904 -1992

Dodol

SNI 01-2986 -1992

Dodol cempedak

SNI 01-4294 -1996

Dodol nanas

SNI 01-4296 -1996

Dodol nangka

SNI 01-4295 -1996

Dodol sirsak

SNI 01-4297 -1996

Emping melinjo

SNI 01-3712 -1995

Enting-enting kacang gepuk

SNI 01-4034 -1996

Gaplek

SNI 01-2905 -1992

Geplak

SNI 01-4298 -1996

Halva kenari

SNI 01-4442 -1998

Jagung marning

SNI 01-4300 -1996

Jagung muda dalam kaleng

SNI 01-4032 -1996

Jamur kancing dalam kaleng / botol

SNI 01-2741 -1992

Jamur merang dalam kaleng / botol

SNI 01-2742 -1992

Jeruk dalam kaleng

SNI 01-4860 -1998

Jipang beras

SNI 01-4436 -1998

Jipang jagung

SNI 01-4450 -1998

Jipang kacang tanah

SNI 01-4437 -1998

Jipang ketan

SNI 01-4451 -1998

Kacang garing

SNI 01-4301 -1996

Kacang goyang

SNI 01-4465 -1998

Katul gandum

SNI 01-4440 -1998

Kecap kedelai

SNI 01-3543 -1999

Kentang dalam kemasan

SNI 01-4477 -1998

Keripik belimbing

SNI 01-4278 -1996

Keripik gadung

SNI 01-4302 -1996

Keripik kentang

SNI 01-4031 -1996

Keripik nanas

SNI 01-4304 -1996

Keripik nangka

SNI 01-4269 -1996

Keripik pisang

SNI 01-4315 -1996

Keripik singkong

SNI 01-4305 -1996

Keripik sukun

SNI 01-4279 -1996

Keripik tahu

SNI 01-4470 -1998

Keripik goreng

SNI 01-2602 -1992

Keripik ubi jalar

SNI 01-4306 -1996

Kerupuk beras

SNI 01-4307 -1996

Kerupuk ikan

SNI 01-2713 -1992

Kismis

SNI 01-4862 -1998

Kolang-kaling dalam kaleng

SNI 01-4472 -1998

Konsentrat buah tomat

SNI 01-4217 -1996

Kue brem, Mutu dan cara uji

SNI 01-2559 -1992

Kue kelapa

SNI 01-4475 -1998

Kue lapis

SNI 01-4309 -1996

Kue wingko

SNI 01-4311 -1996

Lempok durian

SNI 01-4313 -1996

Manisan pala

SNI 01-4443 -1998

Marmalad

SNI 01-4467 -1998

Mede gelondong

SNI 01-4463 -1998

Mie basah

SNI 01-2987 -1992

Mie instan

SNI 01-3551 -2000

Mie Kering
Minuman squash
Minyak jagung sebagai minyak makan
Minyak katul
Minyak kedelai sebagai minyak makan
Nanas dalam kaleng
Nata dalam kemasan
Persik dalam kaleng
Pisang serpihan
Ragi roti kering
Rambutan dalam kaleng
Rebung bambu dalam kaleng
Sagu tumbuk
Salak dalam kaleng
pisang
Saos cabe
Sauerkraut dalam kaleng
Selai buah
Selai buah diet diabetes
Srikaya

SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI

01-2974
01-2984
01-3394
01-0610
01-4466
01-4316
01-4317
01-4861
01-4030
01-2982
01-4318
01-4033
01-4459
01-4471
01-4319
01-2976
01-2600
01-3746
01-3700
01-3704

-1996
-1998
-1998
-1989
-1998
-1996
-1996
-1998
-1996
-1992
-1996
-1996
-1998
-1998
-1996
-1992
-1992
-1995
-1995
-1995

Tahu, Mutu dan cara uji

SNI 01-3142 -1998

Tapioka

SNI 01-3451 -1994

Tauco

SNI 01-4322 -1996

Tempe kedele, Mutu dan cara uji

SNI 01-3144 -1992

Tepung beras, Mutu dan cara uji

SNI 01-3549 -1994

Tepung bumbu

SNI 01-4476 -1998

Tepung jagung

SNI 01-3727 -1995

Tepung kacang hijau

SNI 01-3728 -1995

Tepung Ketan

SNI 01-4447 -1998

Tepung pisang

SNI 01-3841 -1995

Tepung sagu

SNI 01-3729 -1995

Tepung siap pakai untuk kue

SNI 01-4469 -1998

Tepung singkong

SNI 01-2997 -1996

Tepung terigu sebagai bahan makanan

SNI 01-3751 -2000

Wajik

SNI 01-4272 -1996

Yangko

SNI 01-4325 -1996

No.
1.

Kriteria uji

Satuan

Persyaratan

Keadaan :
1. Bau

Normal

2. Rasa

Normal, khas

3. Warna

Normal

2.

Air, %, b/b

Maks.20

3.

Min. 45

4.

Jumlah gula sebagai sakarosa, %,


b/b

5.

Protein (N x 6,25), %, b/b

Min.7

6.

Lemak, %, b/b

Sesuai SNI.0222-M dan Peraturan Men Kes.


No.722/Men.Kes/Per/IX/88

Min.3

Bahan Tambahan Makanan


7.
8.

Tidak ternyata
7.1 Pemanis Buatan
Cemaran Logam :

Maks.1,0

8.1. Timbal (Pb), mg/kg

Maks. 10,0

8.2. Tembaga (Cu), mg/kg

Maks. 40,0

9.

8.3. Seng (Zn), mg/kg

Maks. 0,5

10.

Arsen (As), mg/kg


Cemaran Mikroba :

Koloni/g

Maks. 5,0 x 102

10.1. Angka lempeng total

APM/g

<3

10.2. E.coli

Koloni/g

Maks. 1,0 x 102

10.3. Kapang dan Khamir

No.
1

2
3
4
5

7
8

Jenis uji
Keadaan
- Bau
- Rasa
- Warna
Benda-benda asing
Air, (b/b)
Gula (dihitung sebagai
Sukrosa), (b/b)
Bahan Tambahan Makanan
- Pemanis buatan
- Pengawet
- Pewarna tambahan
Cemaran Logam :
- Timbal (Pb)
- Tembaga (Cu)
- Seng (Zn)
- Raksa (Hg)
Arsen (As)
Cemaran Mikroba
- Angka lempeng total
- Coliform
- E. Coli
Kapang

Satuan

Persyaratan

Khas
Khas

Min. 25

Tidak boleh ada


Sesuai SNI 01-0222-1995
Sesuai SNI 01-0222-1995

mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Koloni/g
APM/g
APM/g
Koloni/g

Tidak boleh ada


Maks. 44

Maks.
Maks.
Maks.
Maks.
Maks.

1,0
10,0
40,0
0,05
0,5

Maks. 1,0 x 102


Maks. 20
<3
Maks. 50

Bahan tambahan makanan adalah bahan yang


biasanya tidak digunakan sebagaimakanan dan
biasanya bikan merupakan ingredien khas
makanan, rnempunyai atau tidak mempunyai
nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan
kedalam makanan untuk maksud teknologi
(termasuk organoleptik) pada pembuatan,
pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan,
pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan
makanan untuk menghasilkan atau diharapkan
menghasilkan (langsung atau tidak langsung)
suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas
makanan tersebut.

(1) Pada wadah bahan tambahan makanan


harus dicantumkan label.

(2) Label bahan tambahan makanan harus


mernenuhi ketentuan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia tentang
Label dan Periklanan Makanan.

(3) Selain yang dimak.ud pada ayat (2)


pasal ini, pada label bahan tambahan
makanan harus dicantumkan pula :

a. Tulisan : "Bahan Tambahan Makanan" atau


"Food Additive";
b. Nama bahan tambahan makanan, khusus
untuk pewarna dicantumkan puta nomor
indeksnya;
c. Nama golongan bahan tambahan makanan;
d. Nomor pendaftaran produsen;
e. Nomor pendaftaran produk, untuk bahan
tambahan makanan yang hares didaftarkan.

(4) Selain yang dimaksud pada ayat (2) dan (3)


pada label bahan tambahan makanan dalam
kemasan eceran harus dicantumkan pula takaran
penggunaannya.

(1) Bahan tambahan rnakanan yang diizinkan


dalam makanan dengan batas maksimum
penggunaannya ditetapkan seperti tercantum
dalam Lampiran I yang tidak terpisahkan dari
peraturan ini.

(2) Bahan tambahan makanan selain yang


disebut pada ayat (1), hanya boleh digunakan
sebagai bahan tambahan makanan setelah
mendapat persetujuan lebih dahulu dari Direktur
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
berdasarkan penilaian seperti yang dimaksud
pada pasal 5.

(1) Bahan tambahan yang dilarang digunakan


sebagai bahan tambahan makanan
ditetapkan seperti tercantum dalam Lampiran
II yang tidak terpisahkan dari peraturan ini.

(2) Selain yang disebut pada ayat (1), khusus


untuk bahan pewarna yang dilarang
digunakan sebagai bahan tambahan
makanan, ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
tentang Zat Warna Tertentu Yang Dinyatakan
Sebagai Bahan Berbahaya.

BAHAN TAMBAHAN MAKANAN YANG DIIZINKAN


(PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR :
722/MEN.KES/PER/IX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN
MAKANAN)

1. Bahan tambahan makanan yang diizinkan digunakan


pada makanan terdiri dari golongan :
1. Antioksidan (Antioxidant);
2. Antikempal (Anticaking Agent);
3. Pengatur Keasaman (Acidity Regulator);
4. Pemanis Buatan (Artificial Sweetener);
5. Pemutih dan Pematang Tepung (Flour Treatment
Agent);
6. Pengemulsi, Pemantap, Pengental (Emulsifier,
Stabilizer, Thickener);
7. Pengawet (Preservative);
8. Pengeras (Firming Agent);

9. Pewarna (Colour);
10. Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa (Flavour,
Flavour Enhancer);
11. Sekuestran (Sequestrant).

2. Untuk makanan yang diizinkan mengandung


lebih dari_ satu macam antioksidan, maka basil
bagi masing-masing bahan dengan batas
maksimum penggunaannya jika dijumlahkan
tidak boleh lebih dari satu.

3. Untuk makanan yang diizinkan mengandung


lebih dari satu macam pengawet, maka hasil bagi
masing-masing bahan dengan batas maksimum
penggunaannya jika dijumlahkan tidak boleh
lebih dari satu.

4. Batas penggunaan "secukupnya" adalah


penggunaan yang sesuai dengan cara produksi
yang baik, yang maksudnya.jumlah yang
ditambahkan pada makanan tidak melebihi
jumlah wajar yang diperlukan sesuai dengan
tujuan penggunaan bahan tambahan makanan
tersebut.

5. Pada bahan tambahan makanan golongan


pengawet, batas maksimum penggunaan garam
benzoat dihitung sebagai asam benzoat, garain
sorbat sebagai asam sorbat dan senyawa sulfit
sebagai SO2.

BAHAN TAMBAHAN YANG DILARANG DIGUNAKAN


DALAM MAKANAN (PERATURAN MENTERI KESEHATAN
RI NOMOR : 722/MEN.KES/PER/IX/88 TENTANG BAHAN
TAMBAHAN MAKANAN)

1. Asam Borat (Boric Acid) dan senvawanya


2. Asam Salisilat dan garamnya (Salicylic Acid and its salt)
3. Dietilpirokar.bonat (Di ethylpyrocarbonate, DEPC)
4. Dulsin (Dulcin)
5. Kalium Klorat (Potassium Chlorate)
6. Kloramfenikol (Chloramphenicol)
7. Minyak Nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable
oils)
8. Nitrofurazon (Nitrofurazone)
9. Formalin (Formaldehyde )

Standar ini meliputi :


1. syarat mutu,
2. cara pengujian mutu,
3. cara pengambilan contoh dan
4.Cara pengemasan susu pasteurisasi.

Susu pasteurisasi adalah susu segar, susu


rekonstitusi, susu rekombinasi yang telah
mengalami
prosss
pemanasan
pada
tarnperatur 63C -66C selama minimum 30
menit atau pada pemanasan 72C selama
minimum 15 detik, kemudian segera
didinginkan sampai 100 C, selanjutnya
diperlakukan secara aseptis dan disimpan
pada suhu maksimum 4,40 C.

Susu pasteurisasi terdiri dari:


A. Susu pasteurisasi tanpa penyedap cita
rasa.
B. Susu pasteurisasi yang diberi panyedap
cita rasa, yang masing-masing digolongkan
dalam satu jenis mutu

Cara pengambilan contoh


Contoh diambil secara acak menurut
nomor angkatan produksi yang sama.
Banyaknya contoh yang diambil uhtuk
dianalisa (n) dan Jumlah contoh yang tidak
memenuhi syarat yang diperbolehkan (c)
berpedoman pada tingkat 1 dalam daftar
dibawah ini

Apabila dari hasil


pengujian
yang
perta ma terdapat
keberatan
dari
pihak
yang
bersangkutan,
maka
dapat
diadakan
pengujian ulangan
dengan
berpedoman pada
tingkat 2 dalam
daftar disamping
ini.

Petugas pengambil contoh harus memenuhi


syarat yaitu orang yang berpengalaman
atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai
ikatan dengan suatu badan hukum.

Cara pengemasan
Susu pasteurisasi disajikan dalam bentuk
cairan, dikemas secara aseptis dalam botol,
karton yang dilapisi polyethylene, atau
aluminiun foil, kantong plastik atau bahan
lain yang tidak mempengaruhi isi.

Pemberian merek
Pada bagian luar dari kemasan diberi tulisan dangan
jelas yang tidak mudah luntur, antara lain :
- Nama perusahaan
- Nama barang
- Isi bersih
- Nomor angkatan produksi
- Tanggal kadaluwarsa
- Cara penggunaan
- Cara penyimpanan
- Bahan dasar dan bahan tambahan
- Nomor pendaftaran pada Departemen Kesehatan

Standar

Nasional
Indonesia (SNI)

Selain diutamakan untuk melindungi konsumen dari


segi kesehatan dan keselamatan, juga ditujukan
untuk:
a. Melindungi produsen;
b. Menunjang perkembangan industri hasil pertanian;
c. Menunjang ekspor non migas; dan
d. Menunjang instruksi Menteri Perindustrian No.
04/M/INS/1989.

Standar ini disusun berdasarkan Kumpulan Peraturan


Perundang-undangan di Bidang Makanan, Edisi III, Jilid 1
Departemen Kesehatan RI Tahun 1993/1994 dan hasil
pembahasan dalam rapat-rapat teknis, prakonsensus
dan terakhir dirumuskan dalam rapat Konsensus pada
tanggal 4 Maret 1997 yang dihadiri oleh wakil-wakil
produsen, gabungann produsen makanan dan minuman
Indonesia, konsumen, lembaga ilmu pengetahuan dan
teknologi serta instansi pemerintahan yang terkait.

Standar ini meliputi acuan, definisi,


klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan
contoh, cara uji, syarat lulus uji, cara
pengemasan dan syarat penandaan untuk
susu UHT (Ultra High Temperature).

Australia Food Standards Code, Standards H1, Milk and


Liquid Milk Products, June 1992.
SNI 19-0428-1998, Petunjuk pengambilan contoh padatan.
SNI 01-0222-1995, Bahan tambahan makanan.
SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman.
SNI 01-2894-1992, Cara uji bahan pengawet makanan dan
bahan tambahan yang dilarang untuk makanan.
SNI 01-2896-1992, Cara uji cemaran logam.
SNI 01-2897-1992, Cara uji cemaran mikroba.
SNI 01-2950-1992, Susu UHT.
SNI 01-2782-1992, Cara uji susu segar.
AOAC, 1990, Official Methodeof Analysis of the Association
of Official Analytical Chemists,vol. I, 15 thed, AOAC,
Arlington, Virginia.

Susu UHT
Produk susu yang diperoleh dengan cara
mensterilkan susu minimal pada suhu
135C selama 2 detik, dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan dan bahan
tambahan makanan yang diijinkan, serta
dikemas secara aseptik

Susu UHT tawar


Susu UHT yang diberi zat penyedap
citarasa

Persiapan contoh
Cara persiapan contoh sesuai dengan SNI 01-2891-1992, Cara uji
makanan dan minuman
Keadaan
Cara uji keadaan sesuai dengan SNI 01-2891-1992, Cara uji
makanan dan minuman
Protein
Cara uji kadar protein sesuai dengan SNI 01-2891-1992, Cara uji
makanan dan minuman,
Lemak
Cara uji kadar lemak susu sesuai dengan SNI 01-2891-1992, Cara
uji makanan dan
minuman
Bahan kering tanpa lemak
Cara uji kadar bahan kering tanpa lemak sesuai dengan SNI 012782-1992, Cara uji susu segar

Total padatan
Prinsip
Persentase bagian yang tidak teruapkan terhadap bobot contoh.
Peralatan
a) cawan gelas berdasarkan rata,
b) neraca analitik,
c) penangas air, dan
d) oven pengering.
Cara kerja
a) Timbang 2,5 g 3 g contoh dalam cawan gelas yang sudah
diketahui bobotnya.
b) Panaskan di atas penangas air selama 10 15 menit dengan
bagian alas sebanyak mungkin yang kontak dengan uap air.
Kemudian panaskan selama 3 jam dalam oven pada suhu 98C
100C.
c) Dinginkan dalam desikator dan timbang segera. Persentase
residu dinyatakan sebagai kadar total padatan.

Perhitungan

Pewarna tambahan
Cara uji pewarna tambahan sesuai dengan SNI 01-28951992, Cara uji pewarna tambahan
makanan.
Cemaran logam
Cara uji cemaran timbal (Pb), tembaga (Cu), seng (Zn),
timah (Sn) dan raksa (Hg) sesuai
dengan SNI 01-2896-1992, Cara uji cemaran logam, butir 3.
Cemaran arsen
Cara uji cemaran arsen (As) sesuai dengan SNI 01-28961992, Cara uji cemaran logam,
butir 6.
Cemaran mikroba
Cara uji cemaran mikroba sesuai dengan SNI 01-28971992, Cara uji cemaran mikroba.

Produk

dinyatakan lulus uji


apabila memenuhi spesifikasi
persyaratan mutu.

Produk

dikemas dalam wadah

yang tertutup baik, tidak


dipengaruhi atau mempengaruhi
isi, aman selama penyimpanan
dan pengangkutan.

Syarat penandaan sesuai dengan UndangUndang RI No. 23 tahun 1992 tentang


Kesehatan serta peraturan tentang label
dan periklanan yang berlaku.

Susu Bubuk

Tujuan

penyusunan standar ini


sebagai acuan sehingga susu
bubuk yang beredar di pasar
dapat terjamin mutu dan
kemanannya

Standar

ini menetapkan syarat


mutu, pengambilan contoh dan
cara uji susu bubuk.

Susu bubuk
Produk susu yang diperoleh dengan cara mengurangi
sebagian besar air melalui proses pengeringan susu
segar dan atau susu rekombinasi yang telah
dipasteurisasi, dengan atau tanpa penambahan vitamin,
mineral, dan bahan tambahan pangan yang diizinkan.
Susu
bubuk meliputi susu bubuk berlemak, rendah lemak dan
tanpa lemak

Susu bubuk berlemak


Susu bubuk yang tidak diambil lemaknya

susu bubuk kurang lemak


Susu bubuk yang telah dikurangi sebagian
lemaknya
susu bubuk bebas lemak
susu bubuk yang telah diambil lemaknya
susu rekombinasi
Produk susu yang diperoleh dengan cara
melarutkan kembali susu bubuk dengan air,
dan
atau dicampur susu segar, dengan atau
tanpa penambahan vitamin, mineral, dan
bahan
tambahan pangan yang diizinkan

Standar Nasional
Indonesia (SNI)

1. Ruang lingkup
Standar ini meliputi definisi, syarat mutu, cara pengambilan
contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan
keju cedar olahan.
2. Definisi
Keju cedar olahan (processed cheddar chesse) adalah
produk berupa padatan plastis yang diperoleh melalui
pengolahan keju cedar dengan penambahan pengemulsi
dan pemanasan dengan atau tanpa penambahan bahan
tambahan makanan lain yang diizinkan.

3. Pengujian makanan, meliputi


Uji keadaan secara organoleptik terhadap bau, rasa, tekstur,
dan warna
Persiapan sampel untuk uji kimia (bahan semi padat),
caranya dengan memotong-motong sampel keju cedar
olahan menjadi bagian-bagian yang kecil, lalu cincang gerus
sampai halus
Uji Kadar air (metode oven), prinsip: Kehilangan bobot pada
pemanasan 105 C dianggap sebagai kadar air yang
terdapat pada sampel
Uji abu, prinsip: pada proses pengabuan zat-zat organik
diuraikan menjadi air dan CO, tetapi bahan anorganik tidak
Uji protein (metode semimikro kjeldhal), prinsip: Senyawa
nitrogen diubah menjadi amonium sulfat oleh H 2SO4 pekat.
Amonium sulfat yang terbentuk diuraikan dengan NaOH.
Amoniak yang dibebaskan diikat dengan asam borat dan
dititrasi dengan larutan baku asam.

Uji lemak (Metoda ekstraksi langsung dengan alat


Soxhlet), prinsip: ekstraksi Iemak bebas dengan
pelarut non polar

Uji kandungan bahan tambahan makanan (zat warna


dan pengawet)

Uji cemaran logam (arsen)

4. Cara pengemasan
Keju cedar olahan dikemas dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak dipengaruhi dan mempengaruhi
isi, aman selama pengangkutan dan penyimpanan

SNI 01-71522006

memberikan pedoman penggunaan perisa


bagi industri perisa dan industri pangan
memberikan perlindungan kepada konsumen
terhadap dampak merugikan akibat
penyalahgunaan penggunaan perisa
memberikan jaminan mutu produk pangan,
sehingga dapat meningkatkan daya saing
mendukung perkembangan industri pangan.

Perisa bahan tambahan pangan berupa


preparat konsentrat, dengan atau tanpa
ajudan perisa (flavouring adjunct) yang
digunakan untuk memberi flavor, dengan
pengecualian rasa asin, manis dan asam,
tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara
langsung dan tidak diperlakukan sebagai
bahan pangan

senyawa perisa alami,


bahan baku aromatik alami,
preparat perisa,
Kelompok
perisa alami
perisa asap,
senyawa perisa identik alami,
senyawa perisa artifisial, dan
perisa hasil proses panas

Estragol (estragole) tidak boleh


ditambahkan

Minyak Rue (Rue Oil) boleh ditambahkan

Standar Nasional
Indonesia

Penyiapan sampel
Uji cemaran logam pada makanan :

Hidrolisis
Pengabuan kering
Uji Hg
Graphite furnace (khusus minyak)

Berlaku untuk contoh buah-buahan,


sayuran, daging, ikan, dan makanan dalam
kaleng.
Prinsip
Sampel dihidrolisis dengan asam untuk
memecahkan karbohidrat dan protein
dalam sampel dan membebaskan logamlogam yang terkandung di dalamnya.

berlaku untuk contoh susu bubuk, kakao


bubuk, ikan, tepung terigu, saos tomat, dan
bahan dasar pakan ternak
Prinsip
Sampel dicampur dengan larutan
magnesium nitrat dalam etanol,
dikeringkan, dan diabukan.
Dilanjutkan pembacaan absorbansi dengan
menggunakan spektrofotometer serapan
atom.

Prinsip
Mereaksikan senyawa raksa dengan NaBH4
atau SnCl2 dalam keadaan asam guna
membentuk gas atomik Hg.
Diikuti dengan pembacaan absorbans
menggunakan spektrofotometer serapan
atom tanpa nyala dengan panjang
gelombang 253,7 nm.

Cemaran logam, tembaga (Cu), besi (Fe),


Nikel (Ni), dan timbal (Pb) dalam minyak
menggunakan spektrofotometer serapan atom
dengan graphite furnace

Cemaran logam tembaga (Cu), besi (Fe),


Nikel (Ni), dan Seng (Zu) dalam minyak
Pengabuan kering sampel dan pelarutan
oksida logam dengan asam diikuti dengan
pembacaan absorbansi larutan logam
menggunakan atomizer batang karbon
(graphite furnace)

Anda mungkin juga menyukai