Analisis Balok Struktur Portal Baja PDF
Analisis Balok Struktur Portal Baja PDF
Di susun Oleh
Paul Sumarsono
I.110532
28
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Gempa bumi yang melanda Negara Indonesia, menyebabkan kerugian jiwa dan
harta benda yang sangat besar, misalnya banyaknya bangunan yang mengalami
keruntuhan sehingga memakan banyak korban. Hal ini disebabkabkan karena
pada saat gempa terjadi, gedung akan mengalami simpangan horizontal ( drift )
dan apabila simpangan horizontal ini melebihi syarat aman yang telah dietapkan
oleh peraturan yang ada maka gedung akan megalami keruntuhan. Dengan
melihat kondisi yang demikian bagaimana cara kita untuk mendapatkan suatu
struktur yang mampu menahan gempa, untuk mengantisipasi hal tersebut ada
beberapa cara untuk mendapatkan struktur yang mampu menahan gempa
diantaranya :
a) Dengan memperbesar profil balok maupun kolomnya.
b) Penambahan bresing ( bracing ) pada struktur bangunan.
c) Penambahan dinding geser ( shear wall ) pada struktur bangunan.
d) Dengan penggunanan metode komposit.
29
yang kiranya mendukung suatu struktur tersebut tercapai situasi dan kondisi yang
aman.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diambil dari uraian diatas adalah bagaimana
perubahan simpangan horizontal ( drift )
tersebut dikomposit.
1.3
Batasan Masalah
Batasan masalah diharapkan agar penelitian ini tidak terlalu meluas dan lebih
terarah adalah :
Penelitian ini hanya membahas mengenai perubahan simpangan horizontal (drift).
1.4
Tujuan Penelitian
1.5
Manfaat Penelitian
30
BAB 2
DASAR TEORI
Struktur bangunan hanya dirancang untuk kondisi beban biasa, maka bangunan
hanya kuat untuk menerima kondisi itu saja. Struktur itu sering kali rapuh
terhadap kondisi yang tidak terantisipasi. Gedung-gedung yang pada umumnya
yang memiliki struktur yang mampu memikul penghuni dan beban-beban
lingkungannya yang normal, misalnya, tidak dapat begitu saja diangkat pada
sudutnya dan dipindahkan melalui udara. Gedung itu akan segera berantakan
karena strukturnya tidak dirancang untuk memikul beban yang tidak biasa itu.
Daniel L. Schodek (1999)
Struktur komposit merupakan gabungan dua macam atau lebih komponen yang
berbeda, digabungkan menjadi satu komponen.
31
Balok komposit baja beton adalah suatu unsur kombinasi yang efisien dengan
memanfaatkan kekuatan regangan baja dan kekuatan tekan di dalam beton secara
efektif. Manfaat yang penting adalah interaksi komposit
bertindak sebagai
Menurut Yuanqing Wang (2008) hal yang perlu diperhatikan adalah suatu
penilaian dari kelenturan kekakuan dan pembengkokan kapasitas balok komposit
ramping merupakan hal yang rumit, sebab pengaruh dari banyak faktor yang harus
diperhitungkan. Faktor-faktor yang meliputi dari dimensi bagian variabel,
pengembangan dari retak dan karakteristik non linier dari beton.
Aksi komposit terjadi bila dua bahan structural penumpu beban seperti pelat beton
dan balok baja dihubungkan dengan penghubung geser secara menyeluruh dan
mengalami defleksi sebagai kesatuan. Sejauh aksi komposit itu terjadi tergantung
pada provisi-provisi kapasitas geser yang dibuat untuk menjamin terjadinya
regangan linier tunggal dari bagian atas pelat beton sampai ke bawah penampang
bajanya. ( Charles G Salmon, john E Johnson,1991 )
32
BETON
BETON
B A JA
( a ) B a lo k N o n - K o m p o s i t y a n g
M e n g a l a m i D e f le k s i
B A JA
( b ) B a lo k K o m p o s i t y a n g
M e n g a l a m i D e f le k s i
Terlihat jelas pada Gambar 2.1a, balok non komposit yang mengalami defleksi
dimana bila friksi di antara slab dan balok diabaikan, balok dan slabnya masingmasing memikul sebagian beban secara terpisah. Bila slabnya mengalami
deformasi karena beban vertikal, permukaan bawahnya berada dalam keadaan
tarik dan mengalami perpanjangan, sedangkan permukaan atas dari balok bajanya
tertekan
dan
mengalami
perpendekan.
Dengan
demikian
akan
terjadi
diskontinuitas pada bidang kontaknya. Karena gesekan diabaikan, hanya gayagaya internal vertikal saja yang bekerja diantara slab dan balok. Sedangkan pada
Gambar 2.1b, bila suatu sistem bekerja secara komposit, tidak terjadi gelincir
relatif diantara slab dan balok. Gaya-gaya horizontal ( geser ) terjadi dan bekerja
pada permukaan bawah slab tersebut sehingga menekan dan membuatnya menjadi
lebih pendek, sementara gaya-gaya tersebut juga bekerja pada permukaan atas
balok dan membuatnya lebih panjang.
Pada Gambar 2.2, terlihat bahwa untuk kasus ini terdapat dua sumbu netral, satu
pada pusat grafitasi slab dan lainya pada pusat grafitasi balok . Gelincir horizontal
yang terjadi karena bagian bawah slab dalam tarik dan bagian atas balok dalam
tekan juga terlihat. Selanjutnya marilah kita lihat kasus dimana hanya terdapat
33
interaksi parsial saja. Sumbu netral slab lebih dekat ke balok, dan sumbu netral
balok lebih dekat ke slab. Karena interaksi parsial, sekarang gelincir horizontal
telah berkurang.
g e lin c ir
g e lin c ir
M ( S la b )
M ( S la b )
N .A
S la b
N .A
S la b
C'
e'
N .A
B a lo k
T'
M ( B a lo k )
N .A
B a lo k
M ( B a lo k )
( b ) In te ra k s i P a rs ia l
( a ) T a n p a In te ra k s i
C"
e"
N .A
Penam pang
K o m p o s it
B a lo k T id a k T e rja d i
G e lin c ir
T"
( c ) In te ra k s i L e n g k a p
Gambar 2.2 Variasi Regangan Pada Balok-Balok Komposit
Akibat dari interaksi parsial adalah terjadinya sebagian gaya tekan dan gaya tarik
maksimum C dan T, masing-masing pada slab beton dan balok baja. Kemudian,
momen ketahanan penampang tersebut akan mengalami pertambahan sebesar Te
atau Ce.
Bila terjadi interaksi lengkap ( dikenal sebagai aksi komposit penuh ) di antara
slab dan balok , tidak akan terjadi gelincir dan diagram regangan. Dalam kondisi
sedemikian, terjadilah sumbu netral tunggal yang terletak di bawah sumbu netral
slab dan diatas sumbu netral balok. Selain itu, gaya-gaya tekan tarik C dan T
lebih besar dari pada C dan T yang ada pada interaksi parsial
34
be
b'
T e g a n g a n te k a n s e ra t
e k s tr e m a k tu a l F c u n tu k
fle n s d e n g a n le b a r ta k h in g g a
b'
ts
bt
Gambar 2.3. Distribusi tegangan ekuivalen dan aktual di sepanjang lebar flens.
Gelagar luar dengan
slab yang merentang ke
satu sisi saja
bE
bE
ts
bf
b'
b'
bo
bo
bf
b'
b1
Gambar 2.4. Dimensi-dimensi yang menentukan lebar efektif bE pada balok baja
beton komposit.
35
8 2
1.
(2.1)
bE
L
8
(2.2)
2.
bE
1
bo + (jarak dari pusat balok ke pinggir slab)
2
(2.3)
Dimana :
bE
n
= rasio modular
bE
= lebar efektif, in
(2.4)
3) Rasio Modular ( n )
n=
Es
Ec
(2.5)
E c = w1,5
Dimana :
fc' , ksi
n
= rasio modular
Es
Ec
fc
36
(2.6)
Dimana :
Ac
beff
= lebar efektif, in
hc
As
hc
hc
+ AS . (
+ hc)
2
2
beff
AS +
. hc
n
. hc .
(2.7)
Di mana :
beff
= lebar efektif, in
hc
As
= rasio mudular
(2.8)
Di mana :
ds
hc
xe
( 2.9 )
37
Di mana :
d1
hc
xe
( 2.10 )
Di mana :
I
= rasio modular
beff
= lebar efektif, in
xe
Is
As
d1
2.3.
Analisis Gaya
2.3.1
a. Gaya Gempa
Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada gedung
atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat
gempa itu. Beban gempa nominal, yang nilainya ditentukan oleh 3 hal, yaitu
oleh besarnya probabilitas beban itu dilampaui dalam kurun waktu tertentu,
oleh tingkat daktilitas struktur yang mengalaminya dan oleh kekuatan lebih
yang terkandung di dalam struktur tersebut. Menurut standart ini, peluang
dilampauinya beban tersebut dalam kurun waktu umur gedung 50 tahun
adalah 10% dan gempa yang menyebabkannya disebut gempa rencana
(dengan periode ulang 500 tahun), tingkat daktilitas struktur gedung dapat
38
2.3.2
a. Beban Mati
Beban mati merupakan beban yang berasal dari berat sendiri semua bagian
dari gedung yang bersifat tetap, termasuk dinding dan sekat pemisah, kolom,
balok, lantai, atap, penyelesaian, mesin dan peralatan yamg merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari gedung, yang nilai seluruhnya adalah sedemikian
rupa sehingga probabilitas untuk dilampauinya dalam kurun waktu tertentu
terbatas pada suatu persentase tertentu. Pada umumnya probabilitas beban
tersebut untuk dilampaui adalah dalam kurun waktu umur gedung 50 tahun
dan ditetapkan dalam standar-standar pembebanan strktur gedung, dapat
dianggap sebagai beban mati nominal ( SNI-1726-2002 ).
39
b. Beban Hidup
Beban hidup nominal yang bekerja pada struktur gedung merupakan beban
yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan gedung tersebut, baik akibat
beban yang berasal dari orang maupun dari barang yang dipindahkan atau
mesin dan peralatan serta komponen yang tidak merupakan bagian yang tetap
dari gedung, yang nilai seluruhnya adalah rupa. Pada umumnya probabilitas
beban tersebut untuk dilampaui adalah dalam kurun waktu umur gedung 50
tahun dan ditetapkan sebesar 10%. Namun demikian, beban hidup rencana
yang biasa ditetapkan dalam standar pembebanan struktur gedung, dapat
dianggap sebagai beban hidup nominal ( SNI-1726-2002).
2.4. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-1726-2002)
2.4.1
Standar ini menentukan pengaruh Gempa Rencana yang harus ditinjau dalam
perencanaan struktur gedung serta berbagai bagian dan peralatannya secara
umum. Akibat pengaruh Gempa Rencana, struktur gedung secara keseluruhan
harus masih berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan.
Gempa Rencana ditetapkan mempunyai perioda ulang 500 tahun, agar
probabilitas terjadinya terbatas pada 10 % selama umur gedung 50 tahun. Untuk
berbagai kategori gedung, bergantung pada probabilitas terjadinya keruntuhan
struktur gedung selama umur gedung dan umur gedung tersebut yang diharapkan,
pengaruh Gempa Rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu Faktor
Keutamaan I menurut persamaan :
I = I1. I2
(2.11)
40
Faktor keutamaan
I1
I2
I3
1,0
1,0
1,0
1,0
1,6
1,6
1,4
1,0
1,4
1,6
1,0
1,6
1,5
1,0
1,5
Catatan :
Untuk semua struktur bangunan gedung yang ijin penggunaanya diterbitkan sebelum berlakunya
Standar ini Faktor Keutamaan,I dapat dikalikan 80%
41
75% ukuran terbesar denah struktur bagian gedung sebelah bawahnya. Dalam
hal ini, struktur rumah atap yang tingginya tidak lebih dari 2 tingkat tidak
perlu dianggap menyebabkan adanya loncatan bidang muka.
6) Sistem struktur gedung memiliki kekakuan lateral yang beraturan, tanpa
adanya tingkat lunak. Yang dimaksud dengan tingkat lunak adalah suatu
tingkat, di mana kekakuan lateralnya adalah kurang dari 70% kekakuan lateral
tingkat di atasnya atau kurang dari 80% kekakuan lateral rata-rata 3 tingkat di
atasnya. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kekakuan lateral suatu tingkat
adalah gaya geser yang bila bekerja di tingkat itu menyebabkan satu satuan
simpangan antar-tingkat.
7) Sistem struktur gedung memiliki berat lantai tingkat yang beraturan, artinya
setiap lantai tingkat memiliki berat yang tidak lebih dari 150% berat lantai
tingkat di atasnya atau di bawahnya. Berat atap atau rumah atap tidak perlu
memenuhi ketentuan ini.
8) Sistem struktur gedung memiliki unsur-unsur vertikal dari sistem penahan
beban lateral yang menerus, tanpa perpindahan titik beratnya, kecuali bila
perpindahan tersebut tidak lebih dari setengah ukuran unsur dalam arah
perpindahan tersebut.
9) Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa lubang
atau bukaan yang luasnya lebih dari 50% luas seluruh lantai tingkat. Kalaupun
ada lantai tingkat dengan lubang atau bukaan seperti itu, jumlahnya tidak
boleh lebih dari 20% jumlah lantai tingkat seluruhnya. Untuk struktur gedung
beraturan, pengaruh Gempa Rencana dapat ditinjau sebagai pengaruh beban
gempa statik ekuivalen, sehingga menurut standar ini analisisnya dapat
dilakukan berdasarkan analisis statik ekuivalen.
2.4.2
42
ulang 500 tahun, yang nilai rata-ratanya untuk setiap gempa ditetapkan dalam
Gambar 2.5, serta respon spektrum gempa rencana pada Gambar 2.6
Gambar 2.5 Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar
dengan perioda ulang 500 tahun ( Sumber : SNI-1726-2002 hal.21 )
Wilayah Gempa 4
0.85
C=
0.70
0.85
(Tanah lunak)
T
C=
0.60
0.42
(Tanah sedang)
T
C=
0.30
(Tanah keras)
T
0.34
0.28
0.24
0.2
0.5 0.6
1.0
2.0
3.0
43
2.4.3
T = 0.060. H
( 2.12 )
( 2.13 )
( 2.14 )
dimana :
T : waktu getar gedung pada arah yang ditinjau (dt)
B : panjang gedung pada arah gempa yang ditinjau (m)
H : tinggi puncak bagian utama struktur (m)
2.4.4
Untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel, nilai waktu
getar alami fundamental T1 dari struktur gedung harus dibatasi, bergantung pada
koefisien untuk Wilayah Gempa tempat struktur gedung berada dan jumlah
tingkatnya, n, menurut Persamaan dibawah ini.
T1 < n
( 2.15 )
0,20
0,19
0,18
0,17
0,16
0,15
44
2.4.5
Apabila kategori gedung memiliki Faktor Keutamaan I menurut Tabel 2.2 dan
strukturnya untuk suatu arah sumbu utama denah struktur dan sekaligus arah
pembebanan Gempa Rencana memiliki faktor reduksi gempa R menurut Tabel 2.4
dan waktu getar alami fundamental T1, maka beban geser dasar nominal statik
ekuivalen V yang terjadi di tingkat dasar dapat dihitung menurut Persamaan
dibawah ini
V=
C1 x I
R
Wt
( 2.16 )
di mana C1 adalah nilai Faktor Respons Gempa yang didapat dari Spektrum
Respons Gempa Rencana menurut Gambar 2.6 untuk waktu getar alami
fundamental T1, sedangkan Wt adalah berat total gedung, termasuk beban hidup
yang sesuai.
Beban geser dasar nominal V menurut Persamaan 2.16 harus dibagikan sepanjang
tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal static ekuivalen Fi
yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut Persamaan
Fi =
Wj x Z j
n
W Z
i =1
( 2.17 )
di mana Wi adalah berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai, Zi
dalah ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral, sedangkan n
adalah nomor lantai tingkat paling atas.
Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah
pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0.1 V harus dianggap
sebagai beban horisontal terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat
paling atas, sedangkan 0.9 V sisanya harus dibagikan sepanjang tinggi struktur
gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen
45
Tabel 2.3 Klasifikasi sistem struktur, sistem pemikul beban gempa, factor
modifikasi respons, R, dan factor kuat cadang struktur, O
DISKRIPSI SISTEM
PEMIKUL BEBAN
GEMPA
SISTEM STRUKTUR
1. Sistem Dinding Penumpu [Sistem struktur
yang tidak memiliki rangka ruang pemikul
beban gravitasi secara lengkap. Dinding
penumpu atau sistem bresing memikul
hamper semua beban gravitasi. Beban
lateral dipikul dinding geser atau rangka
bresing.]
1.
2.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
4. Sistem Ganda
[Terdiri dari: 1) rangka ruang yang
memikul seluruh beban gravitasi; 2)
pemikul beban lateral berupa dinding geser
atau rangka bresing dengan rangka
pemikul momen. Rangka pemikul momen
harus
direncanakan secara terpisah
mampu memikul sekurang-kurangnya 25%
dari seluruh beban lateral; 3) kedua system
harus direncanakan untuk memikul secara
bersamasama seluruh beban lateral dengan
memperhatikan interaksi sistem ganda.]
5. Sistem Bangunan Kolom Kantilever
[Sistem struktur yang memanfaatkan
kolom kantilever untuk memikul beban
lateral.]
1.
2.
2,8
2,2
4,4
2,2
7,0
2,8
Sistem
rangka
bresing
konsentrik biasa (SRBKB)
5,6
2,2
Sistem
rangka
bresing
konsentrik khusus (SRBKK)
6,4
2,2
8,5
2,8
6,0
2,8
Sistem
rangka
pemikul
momen biasa (SRPMB)
4,5
2,8
6,5
2,8
4,2
2,8
6,5
4,2
2,8
2,8
7,5
4,2
2,8
2,8
7,5
4,2
2,8
2,8
2,2
2,0
bresing
Sistem
rangka
pemikul
momen khusus ( SRPMK )
Sistem
rangka
pemikul
momen terbatas (SRPMT)
46
2.4.6
Waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan dalam arah masing
masing sumbu utama dapat ditentukan dengan rumus Rayleigh dalam Persamaan
n
T1 = 6,3
W d
i
i =1
2
i
g Fi d i
( 2.18 )
i =1
di mana Wi adalah berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai, Zi
adalah ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral, di adalah
47
yang telah dibagi faktor skala. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan
struktur gedung, dalam segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari
simpangan struktur gedung tidak boleh melampaui
0,03
kali tinggi tingkat yang
R
Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan simpangan
antar-tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh Gempa Rencana dalam
kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk membatasi
kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat menimbulkan
korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan berbahaya antar-gedung atau
antar bagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah (delatasi).
Simpangan dan simpangan antar-tingkat ini harus dihitung dari simpangan
struktur gedung akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan suatu
faktor pengali sebagai berikut :
x = 0,7 R
( 2.19 )
x=
0,7.R
Faktor Skala
( 2.20 )
48
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Data Dasar Perancangan
3.1.1. Model Struktur dan Arah Pembebanan Gempa
Denah gedung terdiri dari 8 bentang balok arah x dengan panjang bentang
masing-masing 5 m dan 3 bentang arah y dengan panjang bentang 8 m, 4 m, 8 m.
Arah pembebanan gempa pada struktur portal bidang yang ditinjau adalah searah
dengan sumbu y. Denah gedung dan arah pembebanan gempa selengkapnya
seperti dalam gambar 3.1.
A
8m
4m
VOID
VOID
8m
5
Y
6
X
5m
5m
5m
5m
5m
5m
5m
40 m
Keterangan :
: Kolom
: Balok Induk
: Balok Anak
5m
20 m
49
8 x 4,5 m
3
8m
4
4m
6
8m
20 m
Komposit
Komposit
Komposit
Komposit
Komposit
Komposit
Komposit
Komposit
Komposit
Komposit
Komposit
Komposit
Komposit
Komposit
Komposit
Komposit
Komposit
Komposit
Komposit
Komposit
Komposit
3
8m
4m
8 x 4,5 m
50
6
8m
20 m
51
komposit dengan
52
Secara garis besar tahapan analisis perencanaan disajikan dalam bentuk diagram
alir pada gambar 3.4.
Mulai
1.
2.
Perhitungan Pembebanan :
Beban Gravitasi (beban mati dan beban hidup)
Beban Gempa dan Beban Angin
Memperbesar
profil
53
A
Perhitungan Dimensi balok komposit, sesuai dengan peraturan AISC-LRFD dan SNI
03-1729-2002
Analisis Struktur dengan bantuan GRASP Versi1.0
Selesai
54
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
8m
4m
VOID
VOID
8m
5
Y
6
5m
5m
5m
5m
5m
5m
5m
40 m
KET :
BALOK INDUK : A, B, C, D, E, F, G, H, I
BALOK ANAK : 1, 2, 3, 4, 5, 6
5m
20 m
55
4.2.1
Untuk mengubah beban trapesium dari pelat menjadi beban merata pada bagian
balok, maka beban pelat harus diubah menjadi beban equivalent yang besarnya
Leq
2m
2m
1 m
5m
5m
q = Luas trapesium
(5m + 1m )
2x
.2m = Leq total . 5 m
2
12
Leq total
4.2.2
= Leq total . 5 m
= 2,4 m
= 7,874 ft
Beban Mati ( qD )
Berat pelat
= 288 kg/m2
Spesi
42 kg/m2
Berat pasir
32 kg/m2
Berat keramik
= 0,01 m x 1700kg/m3
kg/m
17
= 25 kg/m2
18 kg/m2
25 kg/m2
qd
= 422 kg/m2
= 0,0864 kip/ft2
56
= 422 kg/m
kip/ft
2) Beban Hidup ( qL )
Beban hidup untuk perkantoran = 250 kg/m2
= 250 kg/m2
Beban hidup
= 250
kg/m2
= 0,0525 kip/ft2
3) Beban Hidup (qL)
qL = qL = 250 kg/m2
kp/ft
4) Beban berfaktor ( qU )
qU = 1,2 qD + 1,6 qL
= ( 1,2 x 0,6725 kip/ft ) + ( 1,6 x 0,40866 kip/ft )
= 1,460856 kip/ft
4.2.3
1 6 ,4 0 4 2 ft
3 2 , 7 5 9 4 k ip / f t
3 2 , 7 5 9 4 k ip / f t
M1
M2
M m a x = 1 6 , 3 7 9 7 k ip / f t
57
Di dapatkan :
Lb
= 16,4042 ft
Fy
= 36 ksi
= 19,7 ft
b Mr
Lp
= 6,9 ft
b Mp
= 105 kip ft
= 146 kip ft
Ma
Mb
= Ma
12,5.M max
2,5
2,5M max + 3Ma + 4 Mb + 3Mc
58
(12,5 x16,3797)
2,5
(2,5 x16,3797) + (3 x 4,0938) + (4 x16,378) + (3 x 4,0398)
Mn
16,4042 - 6,9
= 1,56. [146 (146 - 105).
] 146 kip ft
19,7 - 6,9
4.2.5
tw
Fy
9,73
640
0,290
36
59
d
65
2tf
Fy
9,73
65
2 x0,435
36
7,625 418
<
0,290
36
= 0,6 . Fy . d . tw
= 0,6 . 36 . 9,73 . 0,290
= 60,948 kip
Vn = 0,9 . 60,948
= 54,8532 kip
Vu
= . qu . L
= .1,460856 . 16,4042 = 11,5531 kip
4.2.6
Kontrol Defleksi
maks =
=
=
L
16,4042
=
= 0,0911 ft
180
180
w.L4
.( LRFD hal. 4 195 dimana w = qu = 1,5872 kip/ft )
384.E.Ix
(1,460856).(16,4042) 4
= 0,000000207 ft
(384).(29000).(170)
60
8m
4m
VOID
VOID
8m
6
X
5m
5m
5m
5m
5m
5m
5m
40 m
KET :
BALOK INDUK : A, B, C, D, E, F, G, H, I
BALOK ANAK : 1, 2, 3, 4, 5, 6
2m
4m
Leq
4.3.1
4m
4m
4m
20 m
61
Luas Segitiga
.4 m. 2 m
4m
= Leq total.4 m
= Leq total.4 m
Leq
4.3.2
= 1 m = 3,2808 ft
+ 36.00 m
+ 31.50 m
+ 27.00 m
+ 22.50 m
+ 18.00 m
+ 13.50 m
+ 9.00 m
+ 4.50 m
+ 0.00 m
3
8m
4
4m
6
8m
20 m
= 960 kg/m
= 80 kg/m
62
= ( 1,00 m x 4 ) 14 kg/m2
Berat aspal
= 56 kg/m +
qD
= 1096 kg/
0,7365kip/ft
b. Beban hidup (qL)
Beban hidup untuk perkantoran = 100 kg/m2
= ( 1,00 m x 4 ) 100 kg/m2
qL
= 400
kg/m
= 0,2688
kip/ft
c. Beban berfaktor (qU)
qU1= 1,2 qD + 1,6 qL
= (1,2 x 0,7365) + (1,6 x 0,2688)
= 1,3138 kip/ft
1.2 Elemen 3 - 4
a. Beban Mati (qD)
Berat pelat lantai
Berat aspal
= ( 1,00 m x 2 ) 14 kg/m2
= 28 kg/m
qD
= 548 kg/m
=
0,3682kip/ft
b. Beban hidup (qL)
Beban hidup untuk perkantoran = 100 kg/m2
= ( 1,00 m x 2 ) 100 kg/m2
qL
= 200 kg/m
= 0,1344kip/ft
= 0,6568 kip/ft
2. Beban Lantai 1 - 7
2.1 Elemen 1 - 3 = 4 6
8
Berat plafont & penggantung = (7 x ) + 11
5
= 22,2 kg/m2
63
a. Beban Mati ( qD )
Berat pelat lantai = ( 1,00 m x 4 ) 0,12 m x 2400 kg/m3
1152
kg/m
= ( 1,00 m x 4 ) 0,02 m x 2100 kg/m3
Spesi
= 168
kg/m
Berat pasir
= 128
Berat keramik
kg/m
68
kg/m
Berat plafond & penggantung = ( 1,00 m x 4 ) x 22,2 kg/m2 = 88,8 kg/m
Berat instalasi listrik & air
= ( 1,00 m x 4 ) x 25 kg/m2
= 100 kg/m+
qD
=1704,8kg/m
=
1,1457kip/ft
b. Beban Hidup ( qL )
Beban hidup untuk perkantoran = 250 kg/m2
qL = ( 1,00 m x 4 ) 250 kg/m2
= 1000
kg/m
= 0,6721kip/ft
c. Beban berfaktor ( qU )
qU3 = 1,2 qD + 1,6 qL
= ( 1,2 . 1,1457 ) + ( 1,6 . 0,6721 )
= 2,4502
kip/ft
2.2 Elemen 3 - 4
a. Beban Mati ( qD )
Berat pelat lantai
=576 kg/m
Spesi
= 84 kg/m
Berat pasir
kg/m
= 64
64
Berat keramik
= 34 kg/m
= 36
kg/m
Berat instalasi listrik & air
= ( 1,00 m x 2 ) 25
= 50
kg/m+
qD
844 kg/m
= 0,5672kip/ft
b. Beban Hidup ( qL )
Beban hidup untuk perkantoran = 250 kg/m2
= ( 1,00 m x 2 ) 250 kg/m2
qL
= 500
kg/m
= 0,336kip/ft
c. Beban berfaktor ( qU )
qU4 = 1,2 qD + 1,6 qL
= ( 1,2 . 0,5672 ) + ( 1,6 . 0,336 )
= 1,2182 kip/ft
3. Beban Angin
P
P
q3
q4
P
q3
+ 36.00 m
P
q1
q2
P
q1
+ 31.50 m
P
q1
q2
P
q1
+ 27.00 m
P
q1
q2
P
q1
+ 22.50 m
P
q1
q2
P
q1
+ 18.00 m
W
P
P
q1
q2
P
q1
+ 13.50 m
P
q1
q2
P
q1
+ 9.00 m
65
Kecepatan Angin
= 80 km/jam
Tekanan ( P )
V2
( kg/m2 ) ( SNI 03-1727-1989 Hal 17 )
16
80 2
= 400 kg/m2
16
Jarak portal
=5m
= 16,4042 ft
= 4,5 m
= 14,7637 ft
qw
= 0,0840 kip/ft2
= jarak portal x P
= 16,4042 ft x 0,0840 kip/ft2
Mw
= 1,3779 kip/ft
= . qw . h2
= . 1,3779 . 14,76372
= h1 +
h22 +
h32
+ h4 +
h52
= 150,1683 kip.ft
+
h62 +
h72
h82
Mw.e1
150,1683 x14,7637
=
2
1743,7347
e
W2 =
Mw.e2
150,1683 x 29,5276
=
= 2,5428 kip
2
1743,7347
e
= 1,2714 kip
66
W3 =
Mw.e3
150,1683 x 44,2914
=
2
1743,7347
e
W4 =
Mw.e4
150,1683 x59,0552
=
= 5,0857 kip
2
1743,7347
e
W5 =
Mw.e5
150,1683 x73,8189
=
= 6,3572 kip
2
1743,7347
e
W6 =
Mw.e6
150,1683 x88,5827
=
= 7,6286 kip
2
1743,7347
e
W7 =
Mw.e7
150,1683 x103,3465
=
= 8,9000 kip
2
1743,7347
e
W8 =
Mw.e8
150,1683 x118,1096
=
= 10,1714 kip
2
1743,7347
e
P
q3
= 3,8143 kip
q4
P
q3
+ 36.00 m
W8=10,1714 kip
P
P
q1
q2
P
q1
+ 31.50 m
W7=8,9000 kip
P
P
q1
q2
P
q1
+ 27.00 m
W6=7,6286 kip
P
P
q1
q2
P
q1
+ 22.50 m
W5=6,3572 kip
P
q2
P
q1
P
q1
q2
P
q1
P
q1
q2
e5
+ 13.50 m
W3=3,8143 kip
P
q1
+ 9.00 m
W2=2,5428 kip
P
P
q1
P
q2
P
q1
e3
e7
+ 18.00 m
W4=5,0857 kip
e4
P
q1
e6
e8
67
C .I
Wt ( SNI-1726-2002 hal.27 untuk perencanaan gedung tahan gempa )
R
Dimana : Wt
68
Fi =
W1 .Z 1
.V ( SNI-1726-2002 hal. 27 )
SW1 .Z 1
Dimana : Fi
W1
Z1
P
+ 36.00 m
F8
K8 P
K8 P
K8 P
K8 P
K7 P
K7 P
K7 P
K7 P
+ 31.50 m
F7
+ 27.00 m
F6
K6 P
K6 P
K6 P
K6 P
+ 22.50 m
F5
K5 P
K5 P
K5 P
K4 P
K4 P
K5 P
K4 P
+ 18.00 m
F4
K4 P
+ 13.50 m
F3
K3 P
K3 P
K3 P
K3 P
K2 P
K2 P
K2 P
K2 P
+ 9.00 m
F2
+ 4.50 m
F1
K1
K1
K1
K1
+ 0.00 m
3
8m
4
4m
6
8m
20 m
Beban Mati ( qD )
Berat pelat
= 5 m x 48,147 kg/m
= 240,735 .kg
= 20 m x 103,589 kg/m
= 2.071,78 kg
Berat kolom
= 2.337,82 kg
Berat dinding
28.800 kg
15.000 kg
69
4.200 kg
Berat keramik
1.700 kg
Berat pasir
3.200 kg
= 20 m x 5 m x 22,2 kg/m2 =
2.220 kg
= 20 m x 5 m x 25 kg/m2
Berat spesi
qD
= 2.500 kg +
= 62.270,3kg
= 435892,3kg
Beban Hidup ( qL )
= 20 m x 5 m x 250 kg/m2
Beban hidup
= 25.000
kg
kg
= 175.000 kg
Wt1 = qD + qL
= 435892,3 kg + 175.000 kg
610892,34kg
Lantai Atap
Beban Mati ( qD )
Berat pelat
Berat aspal
= 20 m x 5 m x 14 kg/m2
qD
28.800 kg
240,735.kg
2.071,78 kg
2.000 kg
1.400 kg+
= 34512,5 kg
34512,5 kg
Beban Hidup ( qL )
Beban hidup
= 20 m x 5 m x 100 kg/m2
= 10.000
kg
= 10.000 kg
= qD + qL
= 34512,5 kg + 10.000 kg
Wt = Wt1 + Wt2
= 44512,5 kg
70
= 610892,34 + 44512,5 kg
= 655.404,855 kg
4.3.3.2 Taksiran Waktu Getar Alami
Berdasarkan peraturan SNI-1726-2002 terutama Gambar 2, untuk Wilayah gempa
4, dimana nilai besaran = 0.17 ( Tabel 8 SNI-1726-2002 hal. 26 ),untuk gedung
dengan Jumlah lantai ( n ) = 8 lantai. maka, untuk nilai waktu getar alami
fundamental adalah :
T = 0,0853.H0,75
T = (0,0853).(36)0,75
T = 1,253 detik
Kontrol, T1 < . n
T1 < . n
T1 < 0,17 . 8
T1 < 1,36 detik, maka T1 diambil 1,253 detik.
Dari grafik respon spektrum gempa rencana dengan waktu getar alami
fundamental ( T1 )sebesar 1,253 detik. Untuk jenis tanah sedang yang terletak
pada wilayah gempa pada zona 4, maka di peroleh nilai C ,
C = 0,340
Dari hasil analisa di peroleh nilai rotasi inelastis sebesar 0,003204 sehingga
termasuk dalam ketentuan Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa ( SRPMB )
dengan nilai faktor reduksi gempa ( R ) dari tabel 3 SNI-1726-2002 sebesar
4,5.sehingga beban geser nominal statik ( V ) sebagi berikut:
Dengan ( I ) = 1 ( faktor keutamaan terutama untuk perkantoran )
V =
CxI
xWt
R
0,340 x1
x630.034,26
4,5
= 47602,588 kg
71
Dari analisa beban geser nominal statik ( V ), tinggi gedung perlantai ( Zi ), serta
berat lantai ke-i, maka nilai beban gempa nominal statik ekuivalen dapat diperoleh
sebagai berikut :
Fi =
=
WixZ i
xV
WixZ i
45716,19 * 36
* 47602,588
12598507,80
= 13,35 kip
Perhitungan beban gempa statik ekuivalen disajikan dalam Tabel 4.1 sebagai
berikut..
Tabel 4.1. Distribusi Beban Gempa F1
Lantai
keLantai 8
Lantai 7
Lantai 6
Lantai 5
Lantai 4
Lantai 3
Lantai 2
Lantai 1
Zi
(m)
36.00
31.50
27.00
22.50
18.00
13.50
9.00
4.50
Wi
( kg )
44512.50
87270.30
87270.30
87270.30
87270.30
87270.30
87270.30
87270.30
ZixWi
( kg . m)
1602450.00
2749014.45
2356298.10
1963581.75
1570865.40
1178149.05
785432.70
392716.35
12598507.80
V
( kg )
47602.588
47602.588
47602.588
47602.588
47602.588
47602.588
47602.588
47602.588
Fi
(kg)
6054.75
10386.96
8903.11
7419.26
5935.41
4451.55
2967.70
1483.85
Fi
(kip)
13.35
22.90
19.63
16.36
13.09
9.81
6.54
3.27
a. Simpangan
Syarat besarnya simpangan horizontal lantai (0,015-0,02).h (LRFD hal6-334)
Dipakai 0,02
Syarat simpangan :
< 0,02 x h
< 0,02 x 36
72
< 0,720 m
h
= tinggi gedung
Simpangan
()
( < 0,02 x h)
(m)
(m)
0,40469
0,720
Memenuhi
0,38702
0,630
Memenuhi
0,35538
0,540
Memenuhi
0,30992
0,450
Memenuhi
0,25285
0,360
Memenuhi
0,18683
0,270
Memenuhi
0,11521
0,180
Memenuhi
0,04463
0,090
Memenuhi
Lantai
Keterangan
b. Simpangan Perlantai
Simpangan perlantai (m)
Syarat simpangan perlantai
m < 0,02 x h
m < 0,02 x 4,5
m < 0,09 m
h
m = 8 7
= 0,40469 0,38702
= 0,01767 m
Hasil perhitungan simpangan perlantai dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai
berikut :
Tabel 4.3. Simpangan Horisontal Perlantai Sebelum Dikomposit
73
Simpangan
Syarat
perlantai
Simpangan Perlantai
(m )
(m < 0,09 m)
(m)
(m)
0,01767
0,09
Memenuhi
0,03164
0,09
Memenuhi
0,04546
0,09
Memenuhi
0,05707
0,09
Memenuhi
0,06602
0,09
Memenuhi
0,07162
0,09
Memenuhi
0,07058
0,09
Memenuhi
0,04463
0,09
Memenuhi
Lantai
Keterangan
0,03
tinggi tingkat yang
R
bersangkutan atau 30 mm, bergantung yang mana yang nilainya terkecil, maka:
dm <
0,03
H
R
dm <
0,03
4,5 = 0,03 m
4,5
74
m < 0,02 H
m 0,7 R < 0,02 H
m 0,7 4,5 < 0,02 4,5
3,15 m < 0,09 m
Kontrol simpangan horisontal perlantai
a. Kinerja batas layan
m8 < 0,03 m
0,01767 < 0,03 m
b. Kinerja batas ultimit
Tabel 4.4. Kontrol simpangan perlantai (m) terhadap kontrol kinerja batas layan
sebelum dikomposit
Lantai
3,15 m
Kontrol kinerja
Batas Layan
(m < 0,03 m)
Keterangan
Kontrol kinerja
Batas Layan
Kontrol
kinerja
Batas Ultimit
(3,15m<0,09m)
Keterangan
Kontrol
kinerja
Batas Ultimit
75
0,01767
0,05566
0,03 m
0,03164
0,09966
0,03 m
0,04546
0,14319
0,03 m
0,05707
0,17977
0,03 m
0,06602
0,20796
0,03 m
0,07162
0,22560
0,03 m
0,07058
0,22237
0,03 m
0,04463
0,14058
0,03 m
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
0,09
0,09
0,09
0,09
0,09
0,09
0,09
0,09
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
76
4.4.
dilakukan dengan
8m
4m
VOID
VOID
20 m
8m
5
Y
6
X
5m
5m
5m
5m
5m
5m
5m
5m
40 m
KET :
BALOK INDUK : A, B, C, D, E, F, G, H, I
BALOK ANAK : 1, 2, 3, 4, 5, 6
Lebar bangunan
= 20 m
= 65,6168 ft
Panjang bangunan
= 40 m
= 131,2336 ft = 1574,803 in
= 5 m = 16,404 ft
Tebal slab ( hc )
= 0,12 m
= 5 ksi
= 36 ksi
Bentang balok
=8m
= 196,8504 in
= 0,3937 ft
= 4,7244 in
= 26,246 ft
= 314,96 in
= 29000 ksi
76
= 787,4016 in
77
4.4.2
a. Lebar Efektif
Sesuai dengan gambar denah lantai, di ambil nilai beff sebagai berikut,
l bo
8 2
8 5
8 2
1 2,5
Jadi besairnya nilai beff 1 m = 40 in
Dimana : l
= bentang balok
b. Tampang Komposit
Analisis balok komposit di tunjukkan pada Gambar 4.13
beff 40 in
hc 4,7224 in
d 18,47 in
tw 0,495 in
tf 0,810 in
bf 7,635 in
f ' c ksi
= 1451,5
= 3904,244 ksi
78
Es
Ec
29000
3904,244
= 7,42 ksi
3). Luas tampang komposit ( Ac ) Gambar 4.14
Ac = (beff . hc ) + ( As )
= (40 . 4,7244) + ( 20,8 )
= 209,776 in2
4). Letak garis netral
beff
xe = n
40
xe =
hc
hc
+ AS . (
+ hc)
2
2
beff
AS +
. hc
n
. hc .
7,42
. 4,7244 .
4,7244
4,7244
+ 20,8 . (
+ 4,7244)
2
2
40
20,8 +
. 4,7244
7,42
= 4,486 in
= xe < hc
= 4,486 in < 4,7244
= 2,1238 in
79
=(
18,47
) + ( 4,7244 4,486) = 9,4734 in
2
1 40 x 4,486 3
2
I=
.
+ 1170 + 20,8 . (9,4734) = 3198,9244 in4
7,42
3
Dapat di lihat pada Gambar 4.14 maka jenis komposit PNA pada slab.
beff = 40 in
xe 4,486in
hc 4,7244 in
p.n.a
ds 2,1238in
garis netral
slab beton
d1 9,4734in
Profil baja W 18 x 71
garis netral
profil baja
hs 18,47 in
tw 0,495 in
tf 0,810 in
bf 7,635 in
1
b.h 3
12
IC =
1
(40).(4,7244) 3
12
= 351,4946 in 4
I C = I C + Ac.xe 2
I C = 351,4946 + (209,776).(4,486) 2
= 4573,0679 Kip in 2
80
I S = I S + As.d1
I S = 1170 + (20,8).(9,4734) 2
I S = 3036,7023 in 2
8 m
EI
EI
EI
4 m
W 18 x 97
W 18 x 97
W 18 x 97
W 18 x 97
EI
W 18 x 97
W 18 x 97
W 18 x 97
EI
W 18 x 97
EI
4 ,5 m
W 18 x 97
EI
W 18 x 97
EI
W 18 x 97
EI
W 18 x 97
W 18 x 97
W 18 x 97
W 18 x 97
W 18 x 97
W 18 x 97
W 18 x 97
EI
4 ,5 m
EI
W 18 x 97
EI
EI
W 18 x 97
EI
W 18 x 97
EI
W 18 x 97
W 18 x 97
W 18 x 97
EI
W 18 x 97
W 18 x 97
EI
EI
W 18 x 97
W 18 x 97
W 18 x 97
EI
36 m
EI
W 18 x 97
EI
W 18 x 97
W 18 x 97
EI = 102.214.554,6 kip - in 2
4 ,5 m
4 ,5 m
4 ,5 m
4 ,5 m
4 ,5 m
4 ,5 m
8 m
20 m
81
T = (0,0853).(36)
T = 1,253 detik
Kontrol, T1 < . n
T1 < . n
T1 < 0,17 . 8
Dari hasil analisa di peroleh nilai rotasi inelastis sebesar 0,003204 sehingga
termasuk dalam ketentuan Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa ( SRPMB )
dengan nilai faktor reduksi gempa ( R ) dari tabel 3 SNI-1726-2002 sebesar
4,5.sehingga beban geser nominal statik ( V ) sebagi berikut:
CxI
xWt
R
0,340 x1
x630.034,26
4,5
= 47602,588 kg
Dari analisa beban geser nominal statik ( V ), tinggi gedung perlantai ( Zi ), serta
berat lantai ke-i, maka nilai beban gempa nominal statik ekuivalen dapat diperoleh
sebagai berikut :
82
Fi =
=
WixZ i
xV
WixZ i
45716,19 * 36
* 47602,588
12598507,80
= 13,35 kip
Perhitungan beban gempa statik ekuivalen disajikan dalam tabel 4.5 sebagai
berikut.
Tabel 4.5. Distribusi Beban Gempa F1
Lantai
keLantai 8
Lantai 7
Lantai 6
Lantai 5
Lantai 4
Lantai 3
Lantai 2
Lantai 1
Zi
(m)
36.00
31.50
27.00
22.50
18.00
13.50
9.00
4.50
Wi
( kg )
44512.50
87270.30
87270.30
87270.30
87270.30
87270.30
87270.30
87270.30
ZixWi
( kg . m)
1602450.00
2749014.45
2356298.10
1963581.75
1570865.40
1178149.05
785432.70
392716.35
12598507.80
V
( kg )
47602.588
47602.588
47602.588
47602.588
47602.588
47602.588
47602.588
47602.588
Fi
(kg)
6054.75
10386.96
8903.11
7419.26
5935.41
4451.55
2967.70
1483.85
Fi
(kip)
13.35
22.90
19.63
16.36
13.09
9.81
6.54
3.27
a. Simpangan
Syarat besarnya simpangan horizontal perlantai (0,015-0,02).h (LRFD hal6-334)
Dipakai 0,02
Syarat simpangan :
< 0,02 x h
< 0,02 x 36
< 0,720 m
h
= tinggi gedung
83
Simpangan
()
( < 0,02 x h)
(m)
(m)
0,20593
0,720
Memenuhi
0,19734
0,630
Memenuhi
0,18143
0,540
Memenuhi
0,15875
0,450
Memenuhi
0,13052
0,360
Memenuhi
0,09805
0,270
Memenuhi
0,06274
0,180
Memenuhi
0,02658
0,090
Memenuhi
Lantai
Keterangan
b. Simpangan Perlantai
Simpangan perlantai (m)
Syarat simpangan perlantai
m < 0,02 x h
m < 0,02 x 4,5
m < 0,09 m
h
m = 8 7
= 0,20593 0,19734
= 0,00859 m
Hasil perhitungan simpangan perlantai dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai
berikut :
84
Syarat
perlantai
Simpangan Perlantai
(m )
(m < 0,09 m)
(m)
(m)
0,00859
0,09
Memenuhi
0,01591
0,09
Memenuhi
0,02268
0,09
Memenuhi
0,02823
0,09
Memenuhi
0,03247
0,09
Memenuhi
0,03531
0,09
Memenuhi
0,03616
0,09
Memenuhi
0,02658
0,09
Memenuhi
Lantai
Keterangan
Kontrol struktur gedung menngunakan kinerja batas layan dan kinerja batas
ultimit berdasrkan SNI 03-1726-2002. Persyaratan kinerja batas layan struktur
gedung, dalam segala hal simpangan antar tingkat yang dihitung dari simpangan
horisontal struktur gedung, tidak boleh melampaui
0,03
tinggi tingkat yang
R
bersangkutan atau 30 mm, bergantung yang mana yang nilainya terkecil, maka:
dm <
0,03
H
R
dm <
0,03
4,5 = 0,03 m
4,5
85
m < 0,02 H
m 0,7 R < 0,02 H
m 0,7 4,5 < 0,02 4,5
3,15 m < 0,09 m
Kontrol simpangan horisontal perlantai
a. Kinerja batas layan
m8 < 0,03 m
0,00859 < 0,03 m
b. Kinerja batas ultimit
0,00859
0,02705
0,03 m
Memenuhi
0,09
Memenuhi
0,01591
0,05011
0,03 m
Memenuhi
0,09
Memenuhi
0,02268
0,07144
0,03 m
Memenuhi
0,09
Memenuhi
0,02823
0,08892
0,03 m
0,09
0,03247
0,10228
0,03 m
0,03531
0,11226
0,03 m
0,03616
0,11390
0,03 m
0,02658
0,08372
0,03 m
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Memenuhi
0,09
0,09
0,09
0,09
86
4.5 Pembahasan
Dari analisis simpangan lantai pada balok sebelum dan sesudah di komposit,
didapatkan hasil :
8 non komposit = 0,40469 m
8 komposit
= 0,20593 m
= 49,11 %
Untuk lebih jelasnya perubahan simpangan lantai sebelum dan sesudah
dikomposit dapat dilihat pada Grafik 4.1. berikut ini.
Lantai
simpangan lantai sebelum dikomposit
simpangan lantai sesudah dikomposit
87
Terlihat dari grafik bahwa yang berwarna biru adalah simpangan lantai sebelum
dikomposit, sedangkan yang berwarna hitam adalah simpangan lantai sesudah
dikomposit, menunjukkan bahwa adanya perubahan simpangan lantai sebelum
dan sesudah dikomposit . Adanya aksi komposit akan memberikan penurunan
simpangan lantai rata-rata 49,11 %.
Dari analisis simpangan perlantai pada balok sebelum dan sesudah dikomposit
didapat kan hasil :
m 8 non komposit = 0,01767 m
m 8
komposit
= 0,00859 m
= 51,38 %
Untuk lebih jelasnya perubahan simpangan perlantai sebelum dan sesudah
dikomposit dapat dilihat pada Grafik 4.2. berikut ini.
Lantai
s im pangan perlantai (m ) s es udah dikom pos it
s im pangan perlantai (m )s ebelum dikom pos it
s yarat s im pangan perlantai m aks im um
88
Terlihat dari grafik bahwa yang berwarna hitam adalah simpangan perlantai
sebelum dikomposit, terlihat jelas bahwa memenuhi syarat simpangan perlantai
maksimum. Sedangkan yang berwarna hijau adalah simpangan perlantai sesudah
dikomposit, menunjukkan bahwa masih juga memenuhi syarat simpangan
perlantai maksimum. Ini berarti simpangan perlantai sebelum dan sesudah
dikomposit sangan aman terhadap syarat simpangan perlantai maksimum.
Perubahan penurunan simpangan perlantai rata-rata 51,38 %.
Dari analisis kontrol simpangan perlantai terhadap kinerja batas layan sebelum
dan sesudah dikomposit diperoleh hasil :
m7
non komposit
= 0,03164 m
m7
komposit
= 0,01591 m
x100%
0,03164 - 0,01591
x100% = 49,71 %
0,03164
Untuk lebih jelasnya kontrol perubahan simpangan perlantai sebelum dan sesudah
dikomposit terhadap kontrol kinerja batas layan dapat dilihat pada Grafik 4.3.
berikut ini
89
0.08
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
1
Lantai
simpangan perlantai sebelum dikomposit
simpangan perlantai sesudah dikomposit
kontrol kinerja batas layan maksimum
Terlihat dari grafik bahwa yang berwarna pink adalah simpangan perlantai
sebelum dikomposit, terlihat bahwa yang berwarna pink tidak memenuhi
persyaratan kinerja batas layan. Sedangkan yang berwarna orange adalah
simpangan perlantai sesudah dikomposit, terlihat bahwa memenuhi persyaratan
kinerja batas layan, namun masih ada yang tidak memenuhi kinerja batas layan
yaitu pada lantai 2,3 dan lantai 4. Perubahan penurunan kontrol simpangan
perlantai terhadap kinerja batas layan sebelum dan sesudah dikomposit pada lantai
rata-rata 49,71%.
Dari analisis kontrol simpangan perlantai terhadap kinerja batas ultimit sebelum
dan sesudah dikomposit diperoleh hasil :
3,15m7
non komposit
3,15m7
komposit =
= 0,03164 m
0,09966 m
90
batas ultimit sebelum dan sesudah dikomposit dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
% kontrol perubahan simpangan perlantai tehadap kinerja batas ultimit sebelum
dan sesudah dikomposit adalah :
Ultimit non komposit - Ultimit komposit
x100%
Ultimit non komposit
0,17977 - 0,08892
x100% = 50,53 %
0,17977
sesudah dikomposit terhadap kinerja batas ultimit dapat dilihat pada Grafik 4.4.
berikut ini.
Grafik kontrol Simpangan perlantai terhadap Kinerja Batas
Ultimit Sebelum dan Sesudah Dikomposit
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
1
4
5
Lantai
91
Terlihat dari grafik bahwa yang berwarna hitam adalah simpangan perlantai
sebelum dikomposit, terlihat bahwa untuk lantai 1 sampai dengan lantai 7 tidak
memenuhi syarat kinerja batas ultimit. Sedangkan yang berwarna abu-abu adalah
simpangan perlantai sesudah dikomposit menunjukkan bahwa untuk lantai 1,5,6
dan lantai 8 memenuhi syarat kinerja batas ultimit. Perubahan penurunan kontrol
simpangan perlantai terhadap kinerja batas ultimit sebelum dan sesudah
dikomposit rata-rata 50,53%.
= 9,021 kip
Pu komposit
= 8,120 kip
9,021 - 8,120
x100% = 9,987 %
9,021
Untuk lebih jelasnya perubahan Pu non komposit dengan Pu komposit dapat dilihat pada
Grafik 4.5. berikut ini.
37
40
43
46
49
52
55
Frame
gaya axial sebelum dikomposit
92
komposit,
non komposit
sedangkan
= 114,93 kip
129,79 - 114,93
x100% = 11,44 %
129,79
Untuk lebih jelasnya perubahan Vu non komposit dengan Vu komposit dapat dilihat pada
Grafik 4.6. berikut ini.
37
40
43
46
49
52
55
Frame
gaya geser (Vu) sebelum dikomposit
gaya geser (Vu) sesudah dikomposit
93
Terlihat dari grafi bahwa yang berwarna hitam adalah gaya geser (Vu) sebelum
dikomposit, sedangkan yang berwarna hijau adalah gaya geser (Vu) sesudah
dikomposit. Akibat adanya komposit gaya geser (Vu) mengalami perubahan
penurunan rata-rata 11,44 %
Berdasarkan hasil Momen Ultimit (Mu) sebelum dan sesudah komposit diperoleh:
Mu non komposit = 840,62 kip ft
Mu komposit
= 756,58 kip ft
non komposit
dengan Mu
komposit
dapat dihitung
dengan persamaan :
% kontrol perubahan Mu non komposit dengan Mu komposit adalah :
Mu non komposit - Mu komposit
x100%
Mu non komposit
840,62 - 756,58
x100% = 9,997 %
840,62
Untuk lebih jelasnya perubahan Mu non komposit dengan Mu komposit dapat dilihat pada
Grafik 4.7. berikut ini.
37
40
43
46
49
52
Frame
Mu non komposit
Mu komposit
55
94
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh penggunaan balok
komposit pada gedung struktur baja dapat diambil kesimpulan bahwa:
66
95