Anda di halaman 1dari 7

PASCA PANEN BUNGA POTONG

Florikultur (ilmu budidaya bunga) merupakan cabang dari hortikultura yang cukup
prospektif untuk dikembangkan namun belum banyak mendapat perhatian yang memadai
terutama dari segi penelitian dan pengembangan. Produksi bunga-bungaan di Indonesia
masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan komoditas sayur-sayuran dan buahbuahan. Pasar domestik bunga potong berkembang sejalan dengan perkembangan
perekonomian. Meningkatnya jumlah hotel, restoran dan gedung-gedung perkantoran serta
banyaknya acara-acara seremonial baik yang bersifat nasional maupun internasional
membutuhkan bunga yang tidak sedikit dan memberikan prospek yang baik bagi produsen
bunga potong. Permintaan bunga potong setiap tahun mengalami peningkatan. Bunga yang
banyak diminati konsumen antara lain adalah bunga mawar, krisan, gerbera, anturium, dan
anggrek.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN BUNGA POTONG
Pada umumnya bunga potong memiliki umur simpan pendek dan mudah mengalami
kerusakan. Bunga potong dipanen pada fase overipe. Pada fase tersebut tingkat respirasi dan
transpirasi berlangsung sangat cepat. Bunga potong yang dihasilkan petani umunya juga tidak
langsung dikonsumsi oleh konsumen yang ada di kota-kota besar. Sebelum sampai ke tangan
konsumen bunga potong harus melalui rantai pemasaran yang cukup panjang melalui
pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Kerusakan bunga potong dalam berbagai hal
menyerupai sayur-sayuran dan buah-buahan. Faktor penyebab kerusakan bunga potong antara
lain adalah :
Proses respirasi
Bunga potong dipanen pada fase overipe sehingga mempunyai tingkat respirasi yang
tinggi. Disamping itu permukaan bunga potong pada umumnya relatif luas sehingga dapat
meningkatkan laju respirasinya. Proses respirasi adalah proses perombakan bahan-bahan
yang kompleks dalam sel (pati,gula dan asam organik) menjadi senyawa-senyawa yang lebih
sederhana (CO2, air dan energi) dengan bantuan oksigen untuk digunakan dalam proses
biosintesa. Kecepatan respirasi bunga potong mencapai puncaknya pada saat bunga mekar,
yang kemudian diikuti oleh proses penuaan bunga. Model respirasi pada bunga potong
dianalogikan dengan model respirasi pada buah-buah non klimakterik. Kecepatan respirasi

bunga potong sangat dipengaruhi oleh suhu. Nilai Q10 untuk bunga potong adalah 8, artinya
setiap kenaikan 10 C akan meningkatkan laju respirasi delapan kali lipat.
Proses penuaan
Proses penuaan membatasi umur simpan bunga potong. Tingkat kematangan
merupakan faktor kritis pada bunga potong. Bunga yang dipotong pada kondisi overipe, tanpa
mengalami perlakuan pasca panen apapun akan sangat mudah menurun kualitasnya dan
segera mengalami kerontokan. Hal tersebut disebabkan oleh faktor-faktor intrinsik bunga
( respirasi dan proses biokimia lainnya) dan juga disebabkan oleh faktor lingkungan antara
lain goncangan pada saat transportasi yang mengakibatkan kerusakan mekanis, suhu yang
tidak sesuai, kelembaban relatif yang tidak sesuai, dan munculnya gas-gas yang diketahui
dapat mempercepat gugurnya mahkota bunga.
Kehilangan air dan kelembaban
Kehilangan air yang berlebihan pada bunga potong dapat menyebabkan layu.
Kehilangan air di atas 10% dari berat awal bunga sudah dianggap merusak kualitas bunga
potong. Kehilangan air pada bunga potong dipercepat oleh bahan penyusun bunga yang pada
umumnya porous dan luas permukaan bunga yang relatif besar.
Serangan hama dan penyakit
Kerusakan bunga potong akibat serangan hama dan penyakit terutama disebabkan
oleh serangan bakteri, jamur, dan serangga. Jika pH terlalu tinggi, akan memungkinkan
munculnya bakteri dalam medium bunga. Bakteri akan mengeluarkan lendir yang akan
terakumulasi dan menutup seluruh permukaan batang sehingga air dan sukrosa tidak dapat
lewat. Serangga dapat menyebabkan kerusakan mahkota bunga. Adanya bakteri dan jamur
juga dapat memicu gugurnya mahkota bunga.
Perubahan warna
Perubahan warna pada bunga potong terutama disebabkan oleh kerusakan pigmen
karoten dan anthosianin pada mahkota bunga. Kerusakan tersebut terutama dipengaruhi oleh
perubahan pH dan vakuola bunga. pH yang terlalu rendah (3) atau terlalu tinggi (>7) akan
mempengaruhi kandungan anthosianin pada mahkota bunga. Warna bunga akan berubah
seiring dengan proses penuaan yang terjadi pada bunga.

Akumulasi Etilen
Etilen adalah gas hasil respirasi (buah-buahn dan bunga) dalam jumlah kecil. Produksi
etilen pada bunga dianalogikan dengan kelompok buah-buahan non klimakterik. Etilen
bersifat memacu pematangan pada buah-buahan dan mempercepat proses penuaan pada
bunga potong. Akumulasi etilen yang terlalu tinggi akan dapat mempercepat pembusukan
bunga potong.
Penangan Pasca Panen yang Kurang Memadai
Di tingkat petani, penanganan bunga potong cenderung kurang hati-hati mengingat
rendahnya pengetahuan petani tentang cara penanganan bunga potong yang optimal. Pada
kegiatan permanen bunga sedap malam di daerah Bangil misalnya, bunga yang telah
dipotong ditumpuk begitu saja di pematang, menunggu mobil pengangkut. Sementara itu di
tingkat pedagang pengumpul dan pedagang pengecer biasanya bunga potong hanya
diletakkan di ember-ember yang berisi air tanpa diberi bahan pengawet. Kondisi tersebut
menyebabkan bunga potong yang dijual di pasar-pasar bunga tidak bisa bertahan lama ketika
sampai di tangan konsumen.
Di Indonesia, pengemasan bunga potong terutama di tingkat petani masih dilakukan
dengan keranjang bambu. Kelebihan yang dimiliki keranjang bambu sebagai pengemas
adalah mudah didapat, harganya murah dan memiliki beragam bentuk dan ukuran. Namun
keranjang bambu kurang dapat melindungi bunga potong dari kerusakan mekanis akibat
benturan, goncangan atau gesekan.
Alternatif pemecahan masalah dalam penanganan bunga potong
Permasalahan utama yang harus dipecahkan pada penanganan pasca panen bunga
potong adalah bagaimana memperlambat proses respirasi dan tranpirasi, memperkecil
akumulasi etilen, dan mencegah serangan hama dan penyakit dari sejak bunga dipanen dan
disimpan di tingkat petani dan ketika bunga berada dalam perjalanan dari produsen sampai ke
konsumen. Pada umumnya petani masih menggunakan cara-cara penanganan tradisional yang
mengakibatkan tingginya tingkat kerusakan bunga potong.
Alternatif pemecahan masalah yang bisa dilakukan untukmengatasi masalah tersebut
adalah dengan mengembangkan teknologi penanganan pasca panen bunga potong sesuai
dengan karakteristik fisiologis yang dimilikinya baik ditingkat petani, pedagang pengumpul

maupun pedagang pengecer. Seleksi kultivar untuk memperoleh produk bunga potong yang
berkualitas tinggi, penentuan saat panen yang tepat, cara panen yang tepat, perlakuanperlakuan kimiawi untuk memperpanjang daya simpan, pengembangan tenik penyimpanan
dan pengemasan, dan perencanaan model pengangkutan adalah hal-hal yang dapat dilakukan
untuk menjamin tersedianya bunga dengan kualitas yang tinggi di pasaran.
Penanganan Saat Panen
Pemanenan bunga potong sebaiknya dilakukan dengan cara memotong tangkai bunga
dengan ukuran 10 cm dengan menggunakan pisau atau gunting tajam. Hal tersebut
dimaksudkan agar tangkai bunga tersebut tetap kering sehingga tidak mudah terinfeksi
penyakit busuk batang. Mengingat tingkat respirasi bunga yang cukup tinggi maka sebaiknya
pemanenan bunga potong dilakukan pada pagi hari sebelum matahari terbit. Pada pagi hari
bunga masih mengandung banyak air. Jika pemanenan dilakukan pada siang hari,
dikhawatirkan tanaman sudah melakukan proses metabolisme secara aktif sehingga daya
tahan bunga terhadap kelayuan menjadi rendah. Segera setelah panen sebaiknya bunga
dibawa ke tempat yang terlindung dari sinar matahari dan dilakukan perlakuan perendaman
untuk mempertahankan tingkat kesegaran bunga.
Jika

memungkinkan

bisa

dilakukan precooling dengan

menggunakan

sistem

pendingin atauhydrocooling. Perendaman dalam larutan pengawet juga harus dilakukan


segera setelah grading untuk mencegah terjadinya kerusakan bunga. Sistem pengangkutan
dari lapang harus dibuat sedemikian rupa agar bunga yang telah dipanen segera sampai ke
ruang pendinginan. Salah satu industri bunga krisan di Amerika Serikat telah menggunakan
konveyor untuk mengangkut krisan dari lahan ke ruangan pendingin. Semua peralatan yang
digunakan saat panen dan orang-orang yang terlibat dalam pemanenan harus terjamin
kebersihannya.
Pengaturan lingkungan simpan
Faktor lingkungan simpan yang harus diperhatikan dalam penyimpanan bunga potong
adalah faktor suhu. Bunga potong dipanen pada fase overipe, dimana pada fase tersebut
tingkat respirasi sangat tinggi dan proses metabolisme berlangsung aktif. Penyimpanan bunga
potong harus dilakukan pada suhu rendah untuk memperlambat proses respirasi dan
menginaktivasi enzim penyebab kerusakan. Suhu ruang simpan yang disarankan adalah 2-4
C, namun terdapat jenis-jenis bunga tertentu yang tidak tahan terhadap suhu yang terlalu

rendah. Athurium akan mengalami chilling injury jika disimpan pada suhu 0 C, sedangkan
jenis anggrek dan gardenia membutuhkan suhu penyimpanan 5-10 oC.
Udara harus dapat mengalir secara merata ke seluruh ruangan penyimpanan untuk
menjamin homogenitas suhu ruang. Sebaiknya penyimpanan bunga tidak dilakukan bersamasama dengan penyimpanan buah-buahan klimakterik yang merupakan sumber penghasil
etilen yang relatif tinggi. Pada penyimpanan yang lama sebaiknya larutan pengawet diganti
secara berkala supaya proses pengawetan dapat terus berjalan.
Pergantian dilakukan terutama jika larutan sudah kelihatan keruh. Kondisi tersebut
seharusnya tidak saja dilakukan di tingkat produsen, namun juga harus dilakukan pada saat
pengangkutan, ketika bunga berada di pedagang pengumpul dan ketika bunga berada di
pedagang pengecer. Perlakuan yang optimal d tingkat produsen tanpa diikuti perlakuan yang
sama di tingkat pedagang pengumpul dan pedagang pengecer akan sia-sia belaka.
Penggunaan larutan pengawet
Larutan pengawet banyak digunakan untuk membantu memperpanjang daya simpan
bunga potong. Pada prinsipnya larutan pengawet untuk bunga potong memiliki tiga fungsi
yaitu dapat menyediakan karbohidrat sebagai sumber energi, mencegah pembentukan lendir
yang mengakibatkan batang tidak mampu menyerap air, dan yang ketiga menekan
pertumbuhan bakteri pada medium.
Pada umumnya orang menggunakan sukrosa sebagai sumber energi dan aspirin
sebagai bakterisidal sebagai larutan pengawet pada bunga potong. Namun aspirin sulit larut
dalam air sehingga larutan yang mengandung sukrosa-aspirin dapat mensuplai energi bagi
bunga potong namun tidak mampu menekan pertumbuhan bakteri dalam media.
Saat ini larutan pengawet yang banyak digunakan dalam industri bunga besar adalah
8-hidroquinoline sitrat dan sukorosa. 8-HQC adalah bakterisida yang dapat menurunkan pH
(berperan sebagai acidifying agent). Disamping menekan laju pertumbuhan bakteri dan
menurunkan pH, 8_HQC juga mencegah terbentuknya penghalang kimiawi pada batang yang
dapat menghambat laju penyerapan air dan sukrosa. Sukrosa yang diserap batang berperan
dalam mempertahankan kualitas dan turgiditas bunga serta memperpanjang umur simpan
bunga. Jenis larutan pengawet lain yang banyak digunakan untuk mempertahankan keawetan
bunga potong adalah larutan perak nitrat atau thiosulfat. Larutan perak nitrat bersifat
antagonis

terhadap

etilen

sehingga

dapat

mencegah

gugurnya

mahkota

bunga,

menggulungnya kelopak bunga, dan menurunnya kondisi bunga potong secara umum.
Dengan demikian larutan pengawet memang efektif dalam memperhatahankan kualitas bunga
potong.
Grading dan sortasi
Indonesia masih belum memiliki standar pengkelasan baku untuk bunga potong yang
akan dijual di pasar. Pengkelasan hanya dilakukan berdasarkan permintaan konsumen. Di
Amerika Serikat standardisasi grading dilakukan oleh himpunan standardisasi grading untuk
bunga potong Ameika. Mereka menetapkan ketentuan yang harus dipenuhi oleh petani agar
bunga potong yang dihasilkan layak dijual di pasar. Bunga potong dikelompokkan dalam
bunga potong berkualitas tinggi jika bunga mampu mekar utuh, simetris, bebas seranggadan
penyakit serta bebas dari kerusakan mekanis, dan tidak mengalami hambatan mekar. Tangkai
bunga harus kuat dan lurus, kebengkokan tangkai bunga tidak boleh lebih dari 300.
Kelas bunga yang paling mahal adalah grade fancy, yang kedua adalah standard dan
yang ketiga adalah short. Sebagai contoh panjang tangkai minimal untuk kelas fancy adalah
56 cm, untuk kelas standard 46 cm dan untuk kelas short 12 cm. Segera setelah dilakukan
grading, dilakukan pengemasan untuk kemudian dikirim ke rantai pasar berikutnya. Idealnya
memang harus ada perhimpunan yang terdiri dari para petani bunga, ahli bunga dan
konsumen bunga untuk menentukan standar grading baku, sehingga para petani bunga
memiliki gambaran mengenai kondisi bunga yang bagaimana yang dikehendaki pasar.
Penanggulangan hama dan penyakit
Penanggulangan hama dan penyakit dapat dilakukan selain dengan mengatur kondisi
ruang simpan sedemikian rupa untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur, penggunaan
larutan yang bersifat menekan pertumbuhan bakteri, juga dapat dilakukan penyemprotan
secara berkala dengan insektisida dosis rendah untuk mencegah serangan serangga.
Pengemasan yang baik dan higienis diperlukan untuk mencegah timbulnya kerusakan karena
hama dan penyakit.
Pengemasan dan pengangkutan
Pengemasan paling sederhana yang bisa dilakukan dalam pengemasan bunga potong
adalah membungkus bunga dengan kertas koran. Koran sebagai pengemas bunga potong
pertama kali diperkenalkan oleh Ketsa dan Dadaung untuk mengemas bunga mawar

(Widyawan dan Prahastuti, 1994). Bunga yang dikemas koran kemudian dikemas lagi dalam
kotak berombak lalu dibungkus dengan kantong tak berlubang dan dibiarkan kering pada
kelembaban relatif 80%. Kondisi ini dapat mempertahankan kesegaran bunga sampai 12 hari.
Scacht dalam Widyawan dan Prahastuti (1994) menciptakan sistem kemas berupa
kotak bunga unik yang bisa berfungsi untuk menyimpan, mengirim dan juga dapat digunakan
sebagai jambangan. Kotak unik ini dilengkapi dengan penahan tutup yang mudah diatur.
Panjang pendeknya kotak dapat disesuaikan dengan panjang tangkai bunga, yang diatur
dengan pita yang dapat disesuakan ukurannya. Toltman (1987) merancang kemasan bunga
potong untuk pengiriman yang sekaligus dapat berfungsi sebagai buket.
Pengemas bunga sebaiknya dilengkapi dengan bakterisida yang dilengkapi dengan
kapas yang dibasahi dengan larutan pengawet., kemudian dimasukkan dimasukkan
dalam telescopic box(kotak tembus pandang) agar warna dan keindahan bunga dapat dilihat
dengan mudah. Dalam kotak kemas bisa juga diberikan purrafil pack, yang mengandung
larutan KMnO4 sebagai penyerap etilen. Teknologi pengemasan tersebut di atas memang
relatif sulit dilakukan di tingkat petani tradisional yang memiliki modal rendah.
Tirtosoekotjo dan Murtiningsih (1992) mengungkapkan bahwa pengepakan di tingkat
petani dapat dilakukan dengan menggunakan keranjang bambu yang permukaanya dilapisi
dengan lembaran plastik serta memberi kapas basah pada potongan tangkai untuk
mempertahankan kelembaban bunga. Pengepakan dengan model tersebut dapat menurunkan
tingkat kerusakan bunga potong tanpa banyak menambah biaya.

http://gudangfarm.blogspot.com/2013/05/pasca-panen-bunga-potong-florikultur.html

Anda mungkin juga menyukai