Anda di halaman 1dari 5

II.

1 Good Agriculture Practice (GAP), Standar atau ketentuan pada pekerjaan yang
diberlakukan disetiap usaha pertanian agar hasil produksinya dapat memenuhi standar nasional
maupun internasional yang berlaku. Tujuannya adalah meningkatkan produktivitas dan mutu
hasil krisan sesuai target yang telah ditetapkan, ,meminimalisasi permasalahan teknis yang
menyebabkan produksi tidak tercapai dan mempertahankan kelestarian lingkungan produksi,
menjaga kesehatan, keselamatan dan keamanan pekerja secara berkelanjutan. Adapun tahapan
Good Agriculture Practicesm(GAP) meliputi :
 Penyiapan Lokasi
Penyiapan Lokasi berdasarkan persyaratan kesesuaian tanah dan agroklimat tanah subur, tidak
mengandung OPT, pH tanah berkisar 5,5-6,5. Rumah lindung bertujuan untuk melindungi
tanaman, dibangun di lahah yang terbuak, datar dan tidak ternaungi, memiliki sirkulasi udara
yang cukup, jaringan listrik terjangkau, tersedia irigasi yang memadai.
 Sarana Instalasi Pencahayaan
Jarak antar titik lampu 2x2m 2 dengan ketinggian 1,5m dari atas permukaan bendengan.
Diperlukan tambahan cahaya pada malam hari sekitar 4-5 jam pada pukul 22.00-02.00 atau
pukul 23.00-03.00 dengan intensitas cahaya 75-100 lux (75-100 watt)
 Pemberian pupuk
Pemberian Pupuk Kandang dan Pupuk Dasar, Setelah pemberian pupuk, bendengan disterilisasi
dengan menggunakan Basamid sesuai dosis anjuran dan ditutup dengan penutup kedap udara
selama 18-21 hari
 Penanaman Tanaman
Dilakukan pagi atau sore hari Saat penanaman, bendengan didilubangi dengan jarak tanam
12,5cm x 12,5cm Berikan Furadan pada setiap lubang tanam Bibit ditanam pada lubang yang
telah disediakan sedalam 1-2cm. Dilakukan penyiraman 2 hari sekali atau melihat kondisi
lingkungan pertanaman
 Pemberian cahaya tambahan
Selama 4 jam setiap malam pada pukul 22.00-02.00 atau 23.00-03.00 secara terus menerus
dimulai pada hari penanaman hingga tanaman berumur 30-35 hari atau setelah tanaman telah
mencapai ketinggian 50-55cm.
 Penyiangan
Dilakukan setelah 2 minggu penanaman hingga menjelang panen, untuk membersihkan
rumput-rumput liar atau gulma.
 Pembuangan titik tumbuh (Pinching)
Berfungsi merangsang pertumbuhan tunas aksiler, Khusus untuk krisan produksi stek dan juga
krisan produksi bunga tipe spray, kegiatan pinching perlu dilakukan saat tanaman berumur 2-3
minggu. Potongan stek hasil pinching juga dapat digunakan dalam usaha perbanyakan tanaman
 Pengendalian (OPT, Rutin dilakukan minimal 1 minggu 1x untuk mengetahui perkembangan
populasi OPT Menerapkan pengendalian OPT sesuai sistem pengendalian hama terpadu (PHT)
seperti dilakukan secara fisik, mekanik, biologi, genetic, kimia dan perbaikan budidaya dan
untuk pencegahan dilakukan penyemprotan secara rutin. wajib menggunakan sarana
keselamatan, keamanaan dan kesehatan pekerja termasuk pakaian, sarung tangan, sepatu dan
masker.
I. 2. Good Handling Practices (GHP),merupakan Suatu pedoman yang digunakan dalam
dalam melaksanakan pasca-panen secara baik dan benar sehingga tingkat kerusakan dan
kehilangan hasil dapat ditekan seminimal mungkin untuk menghasilkan produk yang memenuhi
standar mutu yang berlaku seperti SNI. Tujuannya adalah mempertahankan mutu serta
menekan terjadinya kehilangan atau kerusakan hasil panen, memperpanjang daya simpan dari
produk, mempertahankan kesegaran produk. Adapun tahapan Good Handling Practices (GAP)
meliputi :
 Pengumpulan
Bunga dipotong dan dikumpulkan pada suatu wadah yang bersih, wadah disimpan di tempat
teduh dan aman, terhindar dari percikan air atau kotoran
 Pengangkutan ke tempat sortasi
Bunga yang telah dikumpulkan dibawa secara hati-hati ketempat sortasi dan dalam jumlah yang
tidak terlalu banyak. Bila waktu sortasi masih lama, sebaiknya pangkal tangkai bunga direndam
dulu dalam bak/wadah berisi air bersih agar bunga tidak cepat layu.
 Pengikatan Bunga
Bunga potong yang telah digrading kemudian diikat dalam kelompok menggunakan tali atau
karet dengan jumlah sesuai jenis bunganya.
 Pembungkusan
Setelah diikat bunga harus segera dibungkus dengan kertas atau plastik sesuai jenis bunganya
agar terhindar dari kerusakan sehingga kualitas bunga tetap terjaga.
 Perendaman Dengan Larutan
Larutan pengawet bertujuan memperpanjang umur bunga dan mengurangi kerusakan bunga
selama penanganan dengan merendam pangkal tangkai bunga ke larutan tersebut. Hal yang
perlu dilakukan dengan pengawetan antara lain: menambahkan nutrisi (makanan) berupa gula
dalam larutan, menambah keasaman air dengan asam sitrat atau zat asam lain sehingga pH
larutan berkisar pada 3,5-4,5.
 Penyimpanan
Penyimpanan sementara dilakukan dalam jangka waktu pendek yaitu kurang dari satu hari,
bunga bisa disimpan dalam suhu ruang dengan merendam pangkal tangkainya di dalam bak
berisi air bersih. Penyimpanan untuk persediaan (stok) dilakukan untuk jangka waktu agak
lama, bisanya untuk hari-hari besar. Penyimpanan dalam jangka waktu agak lama harus
o
dilakukan di dalam ruangan berpendingin (cold storage) dengan suhu sekitar 2-5 ❑C dan
kelembaban udara tinggi yaitu sekitar 90%, menambah antibiotik untuk menghambat
perkembangan mikroba pembusuk
 Pengepakan
Pengepakan dilakukan untuk pengiriman ke tempat penjualan, bunga dikemas
dalam kardus/karton atau kontainer plastik sesuai dengan panjang maksimal bunga
sehingga bunga bisa diatur dengan rapi dan tetap terjaga kualitasnya. Bila menggunakan
kardus, setelah bunga selesai dimasukkan ke dalam kardus, kardus harus ditutup
dan dikuatkan dengan menggunakan lakban sampai kardus menjadi rapi. Bila
menggunakan kontainer plastik, setelah bunga tersusun penuh cukup ditutup
menggunakan kertas koran agar bila kontainer ditumpuk, bunga tidak rusak.
 Fumigasi
Memberikan gas beracun untuk membunuh hama tanaman, namun hanya dilakukan bila
bunga tersebut akan diekspor dan negara tujuan mengharuskan perlakuan fumigasi karena
perlakuan ini dapat menurunkan masa segar bunga.
 Pengiriman ke tempat penjualan
Kardus atau kontainer yang berisi bunga disusun secara rapi di dalam mobil boks yang
mempunyai pengatur suhu ruangan dengan suhu sekitar 12 ❑oC yang diusahakan tetap
stabil selama perjalanan. Setelah kardus atau kontainer bunga diturunkan, bunga
segera dikeluarkan lalu ujung tangkai bunga dipotong dan diletakkan tegak di dalam
ember berisi air.
Kutudaun/Aphids (Macrosiphoniella

Aphididae berasal dari bahasa. Yunani yang berarti menghisap cairan. Serangga
ini menghisap cairan dari tumbuhan untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
Tanamaninang kutu daun lebih dari 400 jenis tanaman, antara lain krisan, anggrek,
gerbera, lili, mawar, dll. Gejala serangan hama ini terutama pada daun yang masih
muda dan kuncup bunga yang sedang berkembang. Saat populasi tinggi hama ini
menimbulkan kerusakan berat, seperti terjadi malformasi, gangguan dalam proses
pembentukan bunga, dan tumbuhnya embun jelaga yang menyebabkan daun dan
batang menjadi kehitam-hitaman sehingga aktivitas fotosintesis terganggu. Selain itu
kutu daun dapat menjadi vektor penyakit yang disebabkan oleh virus chrysanthemum
mottle virus (CMV). Serangan virus ini lebih merugikan bila dibandingkan dengan
kerusakan langsung yang diakibatkan oleh hama ini. Kutu daun dewasa ada yang
bersayap dan ada yang tidak bersayap. Imago bersayap memiliki panjang 2-2.5 mm,
bertubuh lunak dan berwarna cokelat kemerahan (mahogani) dan mengkilat. Imago
yang tidak bersayap memiliki panjang tubuh 1.5 mm. Nimfa kutu daun mempunyai
panjang 0.6-1 mm. Abdomen belakang pada kutu daun terdapat sepasang cornicle
berbentuk silinder dan meruncing ke ujung. Imago bersayap biasanya muncul bila
kepadatan populasi tinggi. Seranggga ini mempunyai tingkat kepiridian yang tinggi, dan
di daerah tropis berkembang biak secara partenogenesis dan vivipar. Daur hidup
berlangsung 6-8 hari. Embrio dapat berbentuk tanpa melalui proses pembuahan dan
telah berkembang di dalam tubuh induknya sehingga imago kutudaun tampak seperti
melahirkan nimfa.
Pengendalian
Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara kultur teknik dan pergiliran
tanamandengan tanaman yang bukan satu famili dengan krisan. Beberapa jenis
predator yang dilaporkan cukup efektif menekan populasi kutu daun di lapangan adalah
dari Famili Syrphidae (Diptera), Coccinellidae (Coleoptera) dan Crysopidae
(Neuroptera). Pengendalian dengan insektisida nabati seperti neem oil, suren (Toona
sp.), piretrum, mindi (Melia azedarach) efektif mengendalikan hama ini. Pengendalian
secara kimiawi dapat dilakukan dengan penaburan insektisida berbahan aktif
carbofuran dengan dosis 80kg/ha saat tanam.

Anda mungkin juga menyukai