PBL Pneumonia
PBL Pneumonia
PENDAHULUAN
Pneumonia hingga saat ini merupakan masalah yang serius di bidang
kesehatan utamanya di bidang kesehatan anak. Menurut WHO, angka insiden dari
community acquired pneumonia di negara berkembang adalah 0,026 episode per anak
per tahun. Pada suatu penelitian multisentrik prospektif yang dilakukan terhadap 154
anak imunokompeten dengan community acquired pneumonia didapatkan adanya
patogen pada 79% anak dengan 60% dari patogen tersebut adalah bakteria dan 45%
disebabkan oleh virus. Bakteri penyebab tersering adalah spesies Streptococcus
pneumoniae yang didapatkan sebesar 73% dari seluruh bakteri penyebab
pneumonia.1,2
Pneumonia adalah suatu keradangan pada saluran nafas bagian bawah yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing. Pnemonia ditandai oleh demam, batuk, sesak (peningkatan frekwensi
pernafasan), nafas cuping hidung, retraksi dinding dada dan kadang-kadang sianosis.3
Banyak faktor yang dapat menyebabkan pneumonia diantaraya adalah faktor
host, infeksi maupun penyebab non infeksi. Pada anak-anak penyebab pneumonoia
terbanyak adalah infeksi virus, infeksi bakteri hanya sekitar 10-30% dari semua kasus
pneumonia pada anak.4
Gejala klinis pneumonia meliputi gejala klinis penyakit yang mendasarinya,
dan juga terdapat gejala umum pneumonia sendiri yang meliputi pilek, batuk, demam,
sesak (napas cepat/napas cuping hidung), retraksi dinding dada, sianosis. Dalam
menegakkan diagnosis pneumonia meliputi gejala klinis pneumonia, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologis Sebagian besar
pneumonia pada anak-anak sembuh dengan cepat dan sempurna, pada pemerikksaan
rontgen ditemukan hasil yang normal antara minggu ke 6-8. Sedangkan sebagian
kecil pneumonia pada anak-anak sembuh lebih lama(>1 bulan) dan mungkin
berulang.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut perenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan interstitiil.1 ditandai oleh demam, batuk, sesak (peningkatan frekuensi
pernafasan), nafas cuping hidung, retraksi dinding dada dan kadang-kadang
sianosis.sedangkan bronkopneumonia adalah pneumonia yang disertai radang
yang meluas ke bronkus4
2.2 Epidemiologi Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara
terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, dan merupakan penyebab
kematian utama pada balita. Hasil penelitian yang dilakukan Departemen
Kesehatan mendapatkan pneumonia penyebab kejadian dan kematian tertinggi
pada balita. Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara
lain virus dan bakteri. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko untuk
terjadinya dan beratnya pneumonia antara lain adalah defek anatomi bawaan,
defisit imunologi, polusi, GE, aspirasi, dll.5
2.3 Etiologi Pneumonia
Virus adalah penyebab paling banyak pneumonia pada anak-anak akan tetapi 2030% penyebabnya merupakan bakteri. Banyak faktor yang bisa meningkatkan
resiko pneumonia seperti cacat kongenital, kekurangan sistem imun oleh karena
suatu penyakit atau obat, penyakit genetik seperti tracheoesophageal fistula,
fibrosis cistik, sel bulan sabit, reflux gastroesophageal, aspirasi benda asing,
ventilasi mekanik, serta lama diopname di rumah sakit.5
Pathogen penyebab pneumonia bermacam-macam, virus merupakan penyebab
pada
kebanyakan
kasus,
seperti
adenovirus,
respiratory
syncytial,
parainfluenza, serta virus influenza. Pneumonia pada bayi baru lahir biasanya
disebabkan oleh organisme yang berasal dari organ genital wanita sewaktu dia
hamil, termasuk Group A dan B Streptococci, Moraxella catarrhalis merupakan
penyebab yang tidak umum atau jarang, Haemophillus influenza penyebab yang
kasusnya semakin menurun karena telah ditemukan vaksinnya, Mycobacterium
tuberculosis, lung flukes penyebab pneumonia pada anak-anak.5
Mycoplasma pneumoniae, Streptococcus pneumoniae penyebab paling umum
kasus pneumonia pada anak-anak di atas 6 tahun, Chlamydia pneumoniae
menimbulkan infeksi pada anak-anak (5-14 tahun), beberapa kasus pneumonia
disebabkan oleh kontak langsung dengan binatang, seperti : Francisella
tularensis (kelinci), Chlamydia psittaci (burung), Coxiella burnetti (domba),
Salmonella choleraesuis (babi).5
Pneumococcus adalah bakteri diplococcus gram positif yang biasanya sering
ditemukan pada saluran pernafasan atas, infeksi serius biasanya disebabkan oleh
14 serotipe, seperti 14,6,18,19,23,8,9,7,1 dan 3.5
Beberapa bakteri penyebab pneumonia pada anak usia > 1 bulan dengan status
imunkompeten dan imunokompromise disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Bakteri Penyebab Pneumonia
Bakteri
Imunokompeten
Streptococcus pneumoniae
Haemophillus influenza
Staphylococcus aureus
Group A Streptococci
Bordetella pertusis
Moraxella catarrhalis
Yersinia pestis
Pasteurella multocida
Brucella spp.
Francisella tularensis
Neisseria meningitidis
Salmonella spp.
Mycoplasma pneumoniae
Chlamydia pneumoniae
Chlamydia trachomatis
Chlamydia psittaci
Imunokompromise
Pseudomonas spp.
Enterobacteriaceae
Legionella pneumophilia
Nocardia spp.
Rhodococcus equi
Actinomyces spp.
Anaerobis bacteria
Enterococcus spp.
Coxiella burnetti
Rickettsia ricketsii
Selain kuman yang menyebabkan timbulnya pneumonia, terdapat beberapa
faktor resiko yang dapat menyebabkan seseorang terjangkit pneumonia antara lain
berat badan lahir yang rendah, malnutrisi dan polusi udara seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.1.
RISK FACTORS FOR PNEUMONIA
OR DEATH FROM ARI
Malnutrition, poor
breast feeding
practices
Lack of immunization
Vitamin A deficiency
Young age
Crowding
High prevalence
of nasopharyngeal
carriage of
pathogenic bacteria
Patogenesis Pneumonia
Infeksi pada paru-paru terjadi bila salah satu pertahanan tubuh diubah (barier
mekanik, otonom, sistem imun lokal atau sistemik) ketika tubuh diserang oleh
organisme virulen. Agen yang menyebabkan infeksi ini berasal dari inhalasi, atau
melalui pembuluh darah (endapan dalam darah). Tubuh berusaha untuk
membersihkannya dengan sistem respon tubuh.5
Pneumonia oleh karena bakteri pada parenkim paru menimbulkan konsolidasi
bila terjadi pada lobular paru (bronkopneumonia), bisa terjadi pada lobar maupun
interstitial. Diawali tahap Red Hepatization dengan hiperemi oleh karena
pembesaran pembuluh darah, timbul eksudat intraalveolar, deposit fibrin,
infiltrasi neutrofil. Tahap selanjutnya disebut Gray Hepatization didominasi
oleh deposit fibrin, disintegrasi sel inflamasi secara progresif, kemudian terjadi
resolusi (8-10 hari) dimana eksudat yang muncul dibersihkan melalui mekanisme
batuk dan dihancurkan dengan enzim pencernaan. Konsolidasi dari jaringan paru
menurunkan lung compliance dan kapasitas vital paru, menyebabkan hipoksemia
dengan kompensasi meningkatkan aliran darah ke paru sehingga kerja jantung
menjadi meningkat. Apabila meluas ke rongga pleura bisa menimbulkan
empyema. Penebalan fibrous terjadi pada tahap resolusi. 5 Proses ini dapat dilihat
pada gambar 2.2.
Inokulasi pathogen melalui inhalasi / hematogen
Respon imun tubuh untuk Clearing Mechanism
Red Hepatization
Gray Hepatization
FOKUS INFEKSI
(DLM TUBUH)
INHALASI DROPLET
ASPIRASI
DLL
SALURAN
BAWAH
ALIRAN
LIMFE
ALIRAN DARAH
JARINGAN INTERSISIAL
PARENKIM PARU
1. PNEMONIA
2. PNEMONITIS
( BRONKOPNEMONI
A)
BRONKIOLITIS
2.6
Klasifikasi 6
Pneumonia diklasifikasikan berdasarkan anatomis dan etiologis
Pembagian anatomis meliputi :
Pneumonia lobaris
Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Pneumonia interstitialis (bronkiolitis)
dll
Virus : respiratory syncitial virus, virus influenza, adeno virus dll
Mycoplasma pneumonia
Aspirasi : makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda
asing
Berdasarkan berat ringannya penyakit, pneumonia dibedakan menjadi :
Bukan pneumonia
Pneumonia (Tidak berat)
Batuk atau sesak nafas dan nafas cepat
Nafas cepat :
- usia kurang dari 2 bulan 60 kali / menit
- usia 2 -12 bulan 50 kali / menit
- usia 1 5 tahun 40 kali/menit
- usia 5 -8 tahun 30 kali / menit
Auskultasi: rhonki (+), suara nafas menurun, suara nafas bronkial
Pneumonia Berat
Batuk atau sesak nafas, disertai salah satu di bawah ini:
- retraksi dinding dada
- nafas cuping hidung
- grunting (merintih)
- Auskultasi : rhonki (+), suara nafas menurun, suara nafas bronkial
Pneumonia Sangat Berat
Batuk atau sesak nafas disertai salah satu di bawah ini:
- Sianosis sentral
- Tidak bisa minum
- Muntah
- Kejang, letargi, kesadaran menurun
- Anggukan kepala
- Auskultasi : rhonki (+), suara nafas menurun, suara nafas bronkial
Fluktuatif
Jantung paru :
-
Sesak
Fisik :
-
Pemeriksaan Penunjang
2.8.1 Penilaian Laboratorium
Pada pasien pneumonia oleh karena bakteri jumlah sel darah putih
meningkat (neutrofil) (>15000/mm3), trombositosis terjadi lebih dari 90 %
(disebabkan
oleh
virus
atau
mycoplasma),
serta
Mulai lebih akut seringkali tidak perlu didahului oleh adanya infeksi
saluran pernapasan bagian atas.
2. Bronchiolitis akut
-
inflamasi di bronkiolus
Pneumonia dengan penyebab bakteri maupun non bakteri dapat dilihat dengan
perbedaan diagnosis sepeerti yang tertera pada tabel berikut.
Tabel 2.2. Perbedaan Diagnosis
Umur
Bacterial
Semua
Viral
Semua
Mycoplasma
5-15 tahun
Waktu
Permulaan
Demam
Nafas
cepat
dan dangkal
Batuk
Gejala
yang
menyertai
Keadaan fisik
Musim dingin
Abrupt
Tinggi
Umum
Musim dingin
Variabel
Variabel
Umum
Nonproduktif
Coryza (rhinitis akut)
Leukositosis
Radiografi
Produktif
Mild coryza, sakit
abdomen
Konsolidasi, sedikit
crackle
Umum
Konsolidasi
Efusi pleura
Umum
Variabel
Variabel
Infiltrate
bilateral
Jarang
Semua tahun
Tiba-tiba
Rendah
Tidak umum
Nonproduktif
Bullous myringitis,
pharingitis
Fine
crackle,
wheezing
Tidak umum
difus Variabel
Kecil dalam 10-20%
2.11 Penatalaksanaan4
1.
Oksigen
Bila terdapat tanda hipoksemia; gelisah, sianosis dan lain-lain. Cukup 40%.
Kecepatan diperkirakan dari volume tidal dan frekuensi pernafasan. Di bawah
2 tahun biasanya 2 ltr/ mnt; di atas 2 tahaun hingga 4 ltr/ mnt. Perkiraan
volume tidal menurut umur dan panjang badan dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.3. Perkiraan Volume Tidal menurut Umur dan Panjang Badan
Bayi
( 50 cm )
18 ml
5 tahun
( 110 cm )
200 ml
10 tahun
( 130 cm )
300ml
15 tahun
( 160 cm )
500 ml
2. Humiditas
Hanya bila udara terlalu kering, atau anak dengan intubasi/ trakeostomi.
Biasanya dengan mengalirkan melalui cairan.
3. Deflasi abdomen
Bila distensi abdomen mengganggu pernafasan. Dengan sonde lambung
(maag slang) atau sonde rektal (darm buis).
digunakan
hanya
untuk
pnemonia
viral
yang
Anti virus
Ribavirin
Ansiklovir
Virus
Influensa- A
Sitomegalovirus
Anti virus
Amantdin
Ganiklovir
b. Antibiotika
pemilihan Antibiotik dibedakan menurut umur dan perkiraan asal
infeksi, yang dapat dilihat pada tabel 2.5 dan 2.6.
Tabel 2.5. Antibiotik berdasarkan Usia
Usia
Etiologi
Rawat jalan
Rawat inap
0-2 minggu
2-4 minggu
1-6 bulan
Strep gr ( + )
Enterrobakt gr ( - )
Idem = H. Influensa
Pnemokok, H influensa, Staf Aureus
mungkin klamidia
6 tahun
Dengan
gangguan
imunologis
M. pnemonia,
pnemokok Banyak
penyebab
(-)
(-)
(-)
Eritro/
Sulfisoksasol
Eritra /
sulfisoksasol
atau
amoksisilin/
klavulanat
atau
trimetoprimsu
lfa metoksasol
Eritro atau
penisilin (- )
Ampi + genta
Ampi + sefotaksin
Ampi + seftriaksin
Seftriakson /
nafsilin +
kloramfenikol
Eritromisin
Seftriakson atau
naf- silin +
kloramfenikol
Perkiraan
Kuman
Pnemokokus,
H influensa,
Mikoplasama
Berat
Sakit
Ringan
Berat
Nosokomial
Enterobakteri gr Ringan
( -)
Staf, Aureus
Berat
Aspirasi
Staf. Aureus,
Pnemo-kok, H
influensa
Antibiotika
Aminopenisilin:
amoksisilin atau
makrolid: eritomisin
Sefalosporin generasi
II/II: sefuroksim +
makrolid: eritomisin
Sefalosporin generasi
II/III: sefuroksim
Sefalosporin generasi
II/III: sefuroksim +
aminoglikosida:
gentamisin
Aminopenisilin:
amoksilin +
metronidasol
2.
3.
4.
2.13
Pencegahan
1. Perbaikan sosial ekonomi: perumahan, sanitasi, nutrisi, hygienene3
2. Imunisasi: terhadap infeksi lain, kadang menurunkan pula pneumonia3
3. Bila ada faktor predisposisi: pengobatan dini dan adekuat, bila mungkin
menjauhkan infeksi.3
4. Vaksin khusus: pneumococcus dengan vaksin 23-valent pneumococcal,
Haemophillus Influenza dengan Vaksin konjugat H. Influenza memiliki
jadwal yang rutin diberikan pada anak-anak, atau dengan rifampin
prophylaxis untuk yang beresiko tinggi terkena.4
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Kondisi Saat Di Rumah Sakit
3.1.1 Identitas Pasien
Nama
TTL
Umur
Suku
: Jawa
tersebut tidak diminum sampai habis. Ibu pasien hanya memberikan obat
tersebut selama 3 hari. Hal ini dikarenakan keluhan batuk pasien tetap tidak
kunjung sembuh.
Pada bulan November, pasien kembali mengalami batuk demam tinggi (40 oC).
Pasien lalu diajak ke puskesmas dan diberikan obat penurun panas yang
dimasukkan melalui pantat. Saat itu pasien pulang, namun demam tidak
kunjung turun. Pasien kemudian dibaa lagi berobat ke klinik anak. Pasien
disarankan untuk dirawat inap, namun kedua orang tua pasien menolak. Di
klinik tersebut pasien lalu diberi nebulizer dan diberi obat sesak Meptin
Procaterol HCL sirup. Setelah 3 hari di rumah, keluhan pasien tidak membaik
dan sesak semakin memberat. Pasien kemudian di bawa ke klinik. Oleh dokter
klinik pasien disarankan untuk ke Rumah Sakit Sanglah. Pasien lalu ke Rumah
Sakit Sanglah pada tanggal 3 November 2012 dan dirawat selama 14 hari.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Ayah dan ibu pasien, tidak ada yang mengalami batuk dan sesak seperti yang
dialami pasien. Riwayat penyakit penyakit paru, jantung dan hipertensi
disangkal oleh orang tua pasien. Beberapa hari sebelum pasien pertama kali
dikeluhkan batuk dan sesak, ibu pasien mengatakan ada seorang keponakannya
yang sedang batuk sering datang dan bermain ke rumah pasien. Setelah itu,
pasien dikeluhkan mengalami batuk.
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
a.
Kesan Umum
: Tampak sesak.
b.
Nadi
c.
Respirasi
: 55 x/menit.
d.
Temperatur Axila
: 39 C.
Status antropometri
a. Berat Badan
: 3,8 kg
b. Panjang Badan
: 53 cm
: 4 kg
: 39 cm
: -4,5
b. TB/U
: -4,83
c. BB/TB
: -0,66
: Normocephali.
Mata
: anemia (-), ikterus (-), Refleks Pupil +/+ isokor, edema palpebra
(-/-)
THT
: sekret (-), sianosis (-), epistaksis (-), oral, tonsil T1/T1 hiperemi
(-/-)
Leher
: Inspeksi
Palpasi
Mulut
Thoraks
: Simetris
Cor
: Inspeksi
Palpasi
Palpasi
Perkusi
Extremitas : Inspeksi
Palpasi
Kulit
: timpani (+)
: hangat (+), edema (-), CTR : < 3 detik
: Pembesaran kelenjar axila (-), inguinal (-)
: Sianosis (-)
Genitalia Eksterna
: Kesan normal
Nilai
Unit
WBC
18,46
103/L
Remarks
Tinggi
Nilai Normal
#Ne
13,87
103/L
Tinggi
1,10-6,0
#Lym
3,14
103/L
Normal
1,80-9,0
#Mo
0,94
103/L
Normal
0,00-1,00
6,0-14,00
#Eo
#Ba
RBC
HGB
HCT
0,00
0,50
3,47
9,10
28,10
103/L
103/L
103/L
g/dl
%
Normal
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
0,00 0,70
0,00 0,10
4,10 5,30
12,00 16,00
36,00 49,00
MCV
80,90
fl
Normal
78,00 102,00
MCH
MCHC
26,30
32,50
pg
g/dl
Normal
Normal
25,00 35,00
31,00 36,00
PLT
181,10
K/ul
Normal
140 440
Nilai
7,386
39,10 mmHg
133,20 mmHg
22,90 mmol/L
24,10 mmol/L
-2,10 mmol/L
98,60
131,00 mmol/L
3,3 mmol/L
Nilai Normal
7,35 7,45
35,00 45,00
80,00 100,00
22,00 26,00
24,00 30,00
-2,00 2,00
95,00 100,00
136,00 145,00
3,5 5,1
Remarks
Normal
Normal
Tinggi
Normal
Normal
Rendah
Normal
Rendah
Rendah
Nilai Normal
0,00 5,00
Remarks
Normal
Nilai
4,789
diatas kasur dengan ditemani oleh kdua orang tuanya. Selama proses
wawancara, pasien tampak diam diatas tempat tidur sambil sesekali bercanda
dengan ibunya dan pewawancara. Pasien sudah tampak sehat namun terkadang
masih mengalami batuk.
Menurut ibu pasien, sejak pulang dari rumah sakit, pasien sudah jauh lebih
membaik. Keluhan sesak dan demam sudah tidak lagi dikeluhkan. Keluhan
batuk sudah sangat berkurang, hanya muncul sesekali saja.
Minum pasien dikatakan kuat. Ibu pasien memberikan pasien susu formula
SGM sebanyak 60 ml sampai 80 ml setiap kali minum. Pemberian susu
diberikan setiap pasien menangis. BAB dan BAK pasien dikatakan baik. BAB
kekuningan dengan konsistensi lembek. Sementara BAK normal dengan warna
kekuningan.
Riwayat nutrisi :
Asi eksklusif
:Susu Formula
: Sejak pasien dilahirkan
Bubur Susu
: Sejak usia 15 hari
Pasien dilahirkan dengan berat lahir rendah, akibatnya pasien harus di inkubator
selama 15 hari. Selama diinkubator, pasien tidak mau di berikan ASI. Setelah
keluar dari inkubator, pasien mau kembali meminum ASI dan di kombinasi
dengan susu formula. Setelah keluar dari incubator, pasien juga diberikan bubur
susu, nasi dan pisang.Pemberian nasi dan pisang hanya sekali karena pasien
tidak mau. Pemberian bubur susu diberikan sebanyak 3 kali sehari sebanyak
satu sendok makan. Pemberian ASI sendiri akhirnya dihentikan saat pasien
berusia 2,5 bulan dengan alasan pasien tidak mau lagi menyusu pada ibunya
Riwayat tumbuh kembang
Menatap wajah
: 3 bulan
: 3 bulan
Mengamati tangan
: 4 bulan
belum
bisa
Makan sendiri
belum bisa
Motorik halus
Tangan bersentuhan
: 4 bulan
Mengamati manik-manik
: 4 bulan
: 4 bulan
: 3 bulan
Bersuara ooh/aah
: 3 bulan
Tertawa
: 3 bulan
Berteriak
: 4 bulan
: 4 bulan
: 4 bulan
belum
belum
belum
bisa
Bahasa
bisa
bisa
Motorik kasar
Menegakkan kepala
belum
bisa
Duduk Kepala
belum bisa
belum
Berbalik
belum
bisa
bisa
Riwayat persalinan
a. Selama hamil, ibu pasien mengaku tidak pernah melakukan antenatal care
baik ke dokter ataupun ke bidan. Akibatnya, ibu pasien tidak mengetahui
bahwa anak yang dikandungnya adalah kembar.
b. Ibu pasien mengaku selalu mengkonsumsi makanan bergizi selama
kehamilan
dan
tidak
pernah
mengkonsumsi
obat-obatan
selama
kehamilan.
c. Ibu pasien tidak pernah mengalami pendarahan saat mengandung pasien.
Riwayat keguguran juga disangkal oleh ibu pasien.
d. Pasien lahir cukup bulan secara normal dengan umur kehamilan cukup
bulan (38 minggu) di Rumah Sakit Sanglah. Pasien terlahir dengan berat
badan rendah, yaitu 1000 gram dan panjang 40 cm tanpa kelainan bawaan.
Sementara kembaran pasien lahir dengan berat badan 2200 gram dan
panjang 45 cm tanpa kelainan bawaan.
Riwayat Imunisasi
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah mendapatkan imunisasi sejak
dilahirkan sampai saat ini.
Riwayat sosial
a. Pasien merupakan anak pertama dan terlahir kembar. Saudara kembar pasien
dirawat oleh paman pasien sejak berusia 2 bulan. Saat pasien di rawat di
Rumah Sakit Wangaya, saudara kembar pasien juga di rawat dengan
keluhan yang sama.
b. Keluarga pasien termasuk dalam kategori keluarga kelas ekonomi rendah
dimana ayah bekerja sebagai pekerja serabutan, sementara ibu pasien adalah
ibu rumah tangga. Keluarga pasien tergolong keluarga yang kurang mampu,
dengan penghasilan orang tua setiap bulannya sekitar Rp. 800.000,00 Rp.
1.000.000,00
c. Ayah pasien lulus Sekolah Menengah Pertama dan Ibu pasien lulus Sekolah
Dasar.
Riwayat Lingkungan Sekitar
Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya di sebuah rumah kos. Sementara saudara
kembarnya tinggal bersama pamannya di tempat yang terpisah. Kamar pasien
seluas 2 x 3 meter, non permanen dan jarak antara kamar pasien dengan
tetangganya berdempetan. Kamar pasien hanya memiliki satu jendela tanpa
ventilasi dibagian atas kamar. kos-kosan tersebut tidak memiliki halaman dan
terlihat sedikit kotor. Terdapat tetangga pasien yang memelihara ayam dan ayamayam tersebut sering berkeliaran. Kamar mandi pasien bergabung dengan kamar
mandi teman kos lainnya. Kamar mandi tampak sedikit kotor dengan sumber air
berasal dari PDAM.
Disebelah rumah kos pasien terdapat tempat penampungan barang bekas dan
banyak tumpukan sampah. Jika sampah telah menumpuk, sampah-sampah
tersebut akan dibakar hingga asapnya sering masuk ke dalam kamar pasien dan
dikatakan sangat mengganggu.
Vital Sign
a. Kesan Umum
: Tampak sehat.
b.
Nadi
c.
Respirasi
: 46 x/menit.
d.
Temperatur Axila
: 36,5 C.
Status General :
Kepala : Normocephali.
Mata
: anemia (-), ikterus (-), Refleks Pupil +/+ isokor, edema palpebra
(-/-)
THT
: sekret (-), sianosis (-), epistaksis (-), oral, tonsil T1/T1 hiperemi
(-/-)
Leher
: Inspeksi
Palpasi
: Inspeksi
Palpasi
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: timpani (+)
: Sianosis (-)
Genitalia Eksterna
: Kesan normal
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
Ayah
Ibu
Pasien
Saudara kembar pasien
Kamar Mandi
Kamar Mandi
Kamar Kos
Kamar Kos
Kamar Kos
Kamar Kos
Kamar Kos
Kamar Kos
Warung
Kamar Kos
KASUR
DAPUR
PINTU
BAB IV
ANALISA KASUS
4.1
4.1.1
1. Kebutuhan pangan/gizi
Penderita mengkonsumsi ASI sejak lahir hingga usia 2,5 bulan yang sejak
awal dikombinasikan dengan susu formula. Hingga saat ini, pasien
mengkonsumsi susu formula yang terkadang dikombinasikan dengan bubur
SUN yang sudah mulai diberikan sejak usia 2 bulan. Karena penderita saat
ini hanya mengkonsumsi susu formula, orang tua selalu berusaha untuk
mencukupi kebutuhan susu penderita.
Analisis gizi :
Asupan : 50 cc setiap 2 jam 600 cc per hari
Kebutuhan kalori : 110-120 kkal/kgBB/hari
110-120 kkal x 3,8 kg = 418 456 kkal
Kebutuhan cairan : 140-150 ml/kgBB/hari
140-150 ml x 3,6 kg = 532 540 ml
Densitas : kebutuhan kalori = 0,79 0,84
kebutuhan cairan
Densitas susu yang digunakan (SGM BBLR) adalah 0,8
Asupan gizi yang diberikan sudah mencukupi kebutuhan yang diperlukan.
2. Sandang
Keperluan sandang kurang dianggap sebagai prioritas dalam keluarga,
namun cukup diperhatikan. Mereka membeli pakaian baru saat ada uang
lebih atau saat hari raya. Namun dari pengamatan, kebersihan dari pakaian
penderita dan keluarganya cukup diperhatikan, karena ibu mencuci pakaian
anak dan anggota keluarga lainnya setiap hari.
3. Papan
Penderita tinggal di daerah Jalan Pidade Denpasar berupa kamar kontrakan
nonpermanen, yang baru ditempati sejak 1 tahun yang lalu. Kontrakan ini
terdiri dari 9 kamar yang saling berdempetan dengan total penghuni
berjumlah 20 orang. Hal ini membuat lingkungan tempat tinggal pasien
hanya diisi oleh satu buah meja tempat menaruh peralatan makan dan
beberapa peralatan dan pakaian yang terkesan berantakan. Kamar mandi
dan toilet terletak di luar kamar dan keluarga penderita harus berbagi
kamar mandi dan toilet dengan penghuni yang lain. Sumber air didapatkan
dari
PDAM.
Untuk
kebutuhan
minum
penderita,
ibu
penderita
.
4.1.3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
1.
2.
Asah
Asih
BAB V
KESIMPULAN
Secara umum, perkembangan kesehatan penderita saat berada di rumah semakin
membaik. Gejala klinis berupa panas badan dan sesak sudah tidak lagi dialami
penderita dan gejala batuk penderita sudah sangat jauh berkurang dibandingkan saat
awal pertama timbul gejala. Saat ini penderita sudah mampu berinteraksi baik dengan
kedua orangtuanya dibandingkan saat sakit dahulu. Nafsu makan (minum susu)
penderita pun sudah kembali normal seperti saat sebelum sakit.
Kunjungan rumah yang dilakukan mampu memberikan banyak informasi tentang
penyakit pasien dan keadaan kesehatan lain yang berhubungan dengan pasien. Hal ini
pun mendapat tanggapan positif dari orangtua yang terbukti dari komunikasi dua
raha yang berlangsung di mana orantua penderita aktif bertanya tentang kesehatan
penderita.
Faktor resiko yang dianggap berperan dalam terjadinya penyakit penderita dalah
riwayat bayi berat lahir rendah, riwayat ASI yang minim, tidak ada riwayat imunisasi,
lingkungan rumah yang kotor dan kumuh, respon orangtua yang sangat rendah dalam
menanggapi kesehatan pasien, dan ketidakpatuhan dalam konsumsi antibiotik.
Secara umum, beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari orangtua
penderita adalah sebagai berikut :
Tetap memberikan asupan makanan yang bergizi dan seimbang bagi penderita
terutama karena usia pasien yang seharusnya masihmengkonsumsi ASI, saat
ini hanya mengkonsumsi susu formula sebagai penggantinya.
Agar selalu memantau kesehatan penderita dan mencegah agar penyakit yang
sama tidak terulang kembali di kemudian hari. Faktor resiko yang dapat
dimodifikasi seperti keadaan lingkungan rumah dan kelengkapan imunisasi
penderita sebaiknya dilakukan sedini mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2004
LAMPIRAN
FOTO-FOTO KUNJUNGAN RUMAH