Anda di halaman 1dari 18

Home 

» Laporan Pendahuluan » LAPORAN PENDAHULUAN PENUMONIA

BY NURCHOLISH MAJID SABTU, 01 OKTOBER 2016 LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN PENUMONIA

A.    Definisi Penyakit
Pneumonia merupakan suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang
terjadi pada anak (Suriadi, 2006). Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim
paru (Betz, 2002). Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh
bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Staf FKUI,
2006). Pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut bawah. Bila seseorang menderita
pneumonia, nanah dan cairan mengisi alveoli dalam paru yang mengganggu penyerapan
oksigen, dan membuat sulit bernapas(WHO, 2006). Pneumonia adalah setiap penyakit radang
paru yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Bahan kimia atau agen lain bisa
menyebabkan paru menjadi meradang. Suatu jenis pneumonia yang terkait dengan influenza
kadang-kadang berakibat fatal.

Pneumonia berpotensi fatal lainnya dapat dihasilkan dari makanan atau inhalasi
cair (pneumonia aspirasi). Hanya mempengaruhi beberapa pneumonia lobus paru (pneumonia
lobaris), namun ada juga yang menyebar lebih (bronkopneumonia).Nyeri dada, sputum
mukopurulen, dan meludah darah (hemoptisis) adalah tanda-tanda umum dan gejala penyakit.
Jika udara di paru digantikan oleh cairan dan puing-puing inflamasi, jaringan paru kehilangan
tekstur kenyal dan menjadi bengkak dan membesar (konsolidasi). Konsolidasi berhubungan
terutama dengan pneumonia bakteri, bukan pneumonia virus.
Pneumocystis carinii pneumonia (PCP) adalah jenis pneumonia erat terkaitdengan
AIDS. Bukti terbaru menunjukkan bahwa hal itu disebabkan oleh jamuryang berada di dalam
atau pada kebanyakan orang (flora normal), tetapi tidakmenyebabkan kerugian selama
individu tetap sehat. Ketika sistem kekebalan tubuh mulai gagal, organisme ini menjadi
menular (oportunistik). Diagnosis bergantung pada pemeriksaan biopsi jaringan paru-paru
atau pencucian bronkial (lavage) (Gylys & Wedding, 2009). Pneumonia adalah suatu proses
peradangan di mana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh
eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi
dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi.

B.     Etiologi
Etiologi pneumonia yaitu bakteri, virus, jamur dan benda asing. Berdasarkan anatomis
dari struktur paru yang terkena infeksi, pneumonia dibagi menjadi pneumonia lobaris,
pneumonia lobularis (bronkhopneumonia), dan pneumonia intersitialis (bronkiolitis).
Bronkhopneumonia merupakan penyakit radang paru yang biasanya didahului dengan infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA) bagian atas dan disertai dengan panas tinggi. Keadaan yang
menyebabkan turunnya daya tahan tubuh, yaitu aspirasi, penyakit menahun, gizi
kurang/malnutrisi energi protein (MEP), faktor patrogenik seperti trauma pada paru,
anestesia, pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna merupakan faktor yang
mempengaruhi terjadinya bronkhopneumonia. Menurut WHO diberbagai negara
berkembang Streptococus pneumonia  dan Hemophylus influenza merupakan bakteri yang
selalu ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi, yaitu 73,9% aspirat paru dan 69,1% hasil
isolasi dari spesimen darah(Depkes, 2009)
Dari seluruh etiologi pneumonia, Streptococcus pneumonia adalahmerupakan etiologi
tersering dari pneumonia bakteri dan yang paling banyakdiselidiki patogenesisnya. Jenis
keparahan penyakit ini di pengaruhi oleh beberapa faktor termasuk umur, jenis kelamin,
musim dalam tahun tersebut, dan kepadatan penduduk. Anak laki – laki lebih sering terkena
pneumonia dari pada anak perempuan (Prober, 2009)
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia sedang
timbulnya setelah ada faktor- faktor prsesipitasi yang dapat menyebabkan timbulnya.
Pneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai
penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini :
1.      Bakteri
Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus
pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.
2.      Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan oleh virus
influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus yang merupakan
sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3.      Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung.
4.      Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada pasien yang
mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.

C.     Patofisologi
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayisampai usia
lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengangangguan penyakit
pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalantubuhnya, adalah yang paling
berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada danhidup normal pada tenggorokan yang
sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun,misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan
malnutrisi, bakteri pneumonia akandengan cepat berkembang biak dan merusak organ paru.
Kerusakan jaringan paru banyak disebabkan oleh reaksi imun danperadangan yang
dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada
pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel sistem pernapasan bawah.
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian
besar dari lima lobus paru (tiga di paru kanan, dan dua di paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari
jaringan paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.
Pneumonia adalah bagian dari penyakit infeksi pneumokokus invasif yang
merupakan sekelompok penyakit karena bakteri streptococcus pneumoniae.
Kuman pneumokokus dapat menyerang paru selaput otak, atau masuk ke pembuluh
darah hingga mampu menginfiltrasi organ lainnya. infeksi pneumokokus invasif
bias berdampak pada kecacatan permanen berupa ketulian, gangguan mental, kemunduran
intelegensi, kelumpuhan, dan gangguan saraf, hingga kematian.

D.    Tanda dan Gejala


1.        Pneumonia bakteri
Gejala awal :
-         Rinitis ringan
-         Anoreksia
-         Gelisah
Berlanjut sampai :
-         Demam
-         Malaise
-         Nafas cepat dan dangkal ( 50 – 80 )
-         Ekspirasi bebunyi
-         Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
-         Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
-         Leukositosis
-         Foto thorak pneumonia lobar
2.      Pneumonia virus
Gejala awal :
-         Batuk
-         Rinitis
Berkembang sampai
-         Demam ringan, batuk ringan, dan malaise sampai demam tinggi, batuk hebat dan lesu
-         Emfisema obstruktif
-         Ronkhi basah
-         Penurunan leukosit
3.      Pneumonia mikoplasma
Gejala awal :
-         Demam
-         Mengigil
-         Sakit kepala
-         Anoreksia
-         Mialgia
Berkembang menjadi :
-         Rinitis
-         Sakit tenggorokan
-         Batuk kering berdarah
-         Area konsolidasi pada pemeriksaan thorak

5.      Data Fokus
1.      Wawancara
a.       Klien
Dilakukan dengan menanyakan identitas klien yaitu nama, tanggal lahir, usia, berat badan,
tinggi badan. Serta dengan menanyakan riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan
sekarang, riwayat tumbuh kembang serta riwayat sosial klien
b.      Orang tua
mencakup nama, umur, alamat, pekerjaaan, riwayat kehamilan serta riwayat kesehatan
keluarga
c.       Anamnese
Klien biasanya mengalami demam tinggi, batuk, gelisah, rewel, dan sesak nafas. Pada bayi,
gejalanya tidak khas, sering sekali tanpa demam dan batuk. Anak kadang mengeluh sakit
kepala, nyeri abdomen disertai muntah.

2.      Pemeriksaan Fisik
Manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda- beda berdasarkan
kelompok umur  tertentu. Pada neonatus sering dijumpai takipneu, reaksi dinding
dada, grunting,  dan sianosis. Pada bayi-bayi yang lebih tua jarang
ditemukan grunting.  Gejala yang sering terlihat adalah tapikneu, retraksi, sianosis, batuk,
panas, dan iritabel.
Pada pra-sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk (nonproduktif /
produktif), tapikneu, dan dispneu yang ditandai reaksi dinding dada. Pada kelompok anak
sekolah dan remaja, dapat dijumpai panas, batuk (non produktif / produktif), nyeri dada, nyeri
kepala, dehidrasi dan letargi. Pada semua kelompok umur, akan dijumpai adanya napas
cuping hidung.Pada auskultasi, dapat terdengar pernapasan menurun. Fine
crackles (ronkhibasah halus) yang khas pada anak besar, bisa juga ditemukan pada bayi.
Gejala lain pada anak besar adalah dull (redup) pada perkusi, vokal fremitus menurun,
suara nafas menurun, dan terdengar fine crackles (ronkhi basah halus) didaerah yang terkena.
Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada, bila berat dada menurun waktu inspirasi, anak
berbaring kearah yang sakit dengan kaki fleksi. Rasa sakit dapat menjalar ke leher, bahu dan
perut.
Pemeriksaan berfokus pada bagian thorak yang mana dilakukan dengan inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi dan didapatkan hasil sebagai berikut :
a.       Inspeksi: Perlu diperhatikan adanya tahipne, dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping
hidung, distensis abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada
saat menarik napas. Batasan takipnea pada anak usia 2 bulan -12 bulan adalah 50 kali / menit
atau lebih, sementara untuk anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit atau lebih.
Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada kedalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia
berat, tarikan dinding dada akan tampak jelas.
b.      Palpasi: Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membeasar, fremitus raba mungkin
meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan (tachichardia)
c.       Perkusi: Suara redup pada sisi yang sakit
d.      Auskultasi: Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke
hidung / mulut bayi. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan
stetoskop, akan terdengar suara nafas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi
basah pada masa resolusi. Pernapasan bronkial, egotomi, bronkofoni, kadang-kadang
terdengar bising gesek pleura.

3.      Pemeriksaan Penunjang
Foto rontgen thoraks proyeksi posterior - anterior merupakan dasar diagnosis utama pneumonia. Foto lateral
dibuat bila diperlukan informasi tambahan, misalnya efusi pleura. Pada bayi dan anak yang kecil gambaran
radiologi sering kali tidak sesuai dengan gambaran klinis. Tidak jarang secara klinis tidak ditemukan apa – apa
tetapi gambaran foto thoraks menunjukkan pneumonia berat. Foto thoraks tidak dapat membedakan antara
pneumonia bakteri dari pneumonia virus. Gambaran radiologis yang klasik dapat dibedalan menjadi tiga macam
yaitu ; konsolidasi lobar atau segmental disertai adanya air bronchogram, biasanya disebabkan infeksi akibat
pneumococcus atau bakteri lain. Pneumonia intersitisial biasanya karena virus atau Mycoplasma, gambaran
berupa corakan bronchovaskular bertambah, peribronchal cuffing dan overaeriation; bila berat
terjadi pachyconsolidation karena atelektasis. Gambaran pneumonia karena S aureus dan bakteri lain biasanya
menunjukkan gambaran bilateral yang diffus, corakan peribronchial yang bertambah, dan tampak infiltrat halus
sampai ke perifer.
Staphylococcus pneumonia juga sering dihubungkan dengan pneumatocelle dan efusi pleural (empiema),
sedangkan Mycoplasma akan memberi gambaran berupa infiltrat retikular atau retikulonodular yang terlokalisir
di satu lobus. Ketepatan perkiraan etiologi dari gambaran foto thoraks masih dipertanyakan namun para ahli
sepakat adanya infiltrat alveolar menunjukan penyebab bakteri sehingga pasien perlu diberi antibiotika. Hasil
pemeriksaan leukosit > 15.000/μl dengan dominasi netrofil sering didapatkan pada pneumonia bakteri, dapat
pula karena penyebab non bakteri. Laju endap darah (LED) dan C reaktif protein juga menunjukkan gambaran
tidak khas. Trombositopeni bisa didapatkan pada 90% penderita pneumonia dengan empiema (Kittredge, 2000).
Pemeriksaan sputum kurang berguna. Biakan darah jarang positif pada 3 – 11% saja, tetapi
untuk Pneumococcus dan H. Influienzae kemungkinan positif 25 –95%. Rapid test untuk deteksi antigen bakteri
mempunyai spesifitas dan sensitifitas rendah.

G.    Analisa Data
No. Data Patofisiologi Diagnosa keperawatan

1. Data Subyektif : Infeksi oleh mikroorganisme Bersihan jalan napas tidak


-     Keluarga mengatakan klien patogen efektif
sulit bernapas ↓
-     Klien mengatakan napasnya Respon antigen-antibody
sesak ↓
Data Obyektif: Pengaktifan kaskade komplemen
-     Anak rewel, sering menangis ↓
-     Napas sesak Kemotaksis Netrofil dan
-     Bunyi napas ronki Magrofah
-     Anak menggunakan otot bantu ↓
napas Aktifasi proses fagositosis oleh
-     Ada pernapasan cuping hidung netrofil dan magrofah
-     batuk ↓
-     rr: > 27x/i Penumpukan sekret eksudat

Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Data Subyektif : Infeksi oleh mikroorganisme Pola napas tidak efektif
-     Keluarga mengatakan klien patogen
sulit bernapas ↓
-     Klien mengatakan napasnya Respon antigen-antibody
sesak ↓
Data Obyektif: Pengaktifan kaskade komplemen
-     Anak rewel, sering menangis ↓
-     Napas sesak Kemotaksis Netrofil dan
-     Bunyi napas abnormal ronki Magrofah
-     Anak menggunakan otot bantu ↓
napas Aktifasi proses fagositosis oleh
-     Ada pernapasan cuping hidung netrofil dan magrofah
-     batuk ↓
-     rr 0-2 bulan : >50 x/i Konsolidasi lekosit dan fibrin
-     rr 2-12 bulan : >40 x/i dalam paru
-     rr 1-5 tahun : >30 x/i ↓
-     rr > 5 tahun : >25 x/i Konsolidasi jaringan paru
-       ↓
Komplience kemampuan
pengembangan paru turun

Pola napas tidak efektif
3. Data Subyektif : Infeksi oleh mikroorganisme Hipertermia b.d Proses
-     Keluarga mengatakananaknya patogen Infeksi
demam beberapa hari yang lalu ↓
-     Keluarga mengatakan anakknya Respon antigen-antibody
mengigil ↓
Data Obyektif: Pengaktifan kaskade komplemen
-     Anak rewel, sering menangis ↓
-     Suhu tubuh > 38oC Kemotaksis Netrofil dan
-     Anak menggigil Magrofah
-     Anak susah tidur ↓
-     T: 110/70 Pelepasan pirogen endogen
-     N: 116x/i   ↓
-     rr: 24x/i Merangsang saraf vagus

Penghantar sinyal sampai SSP

Pembentukan prostaglandin otak

Masuk ke hipotalamus
meningkatkan titik patokan suhu
(set point)

Hiperpireksia
4. Data Subyektif : Infeksi oleh mikroorganisme  Nyei Akut b.d proses
-     Keluarga mengatakananaknya patogen Penyakit
rewel sejak beberapa hari yang ↓
lalu Produk toksik
-     Keluarga mengatakan anakknya ↓
menangis terus dan susah Kerusakan sel dan jaringan
ditenangkan ↓
Data Obyektif: Pelepasan mediator nyeri
-     Anak rewel, sering menangis (histamin, bradikinin,
-     Skala nyeri > 5 prostaglandin, serotonin, ion
-     Anak susah tidur kalium, dll)
-     T: 110/70 ↓
-     N: 116x/i   Merangsang nosiseptor (reseptor
-     rr: 24x/i nyeri)

Penghantar sinyal ke medulla
spinalis

Persepsi nyeri

Nyeri

H.    Diagnosa keperawatan .
Penyusunan diagnosa keperawatan dilakukan setelah data didapatkan, kemudian
dikelompokkan dan difokuskan sesuai dengan masalah yang timbul sebagai contoh diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada kasus Pneumonia diantaranya :
a.       Bersihan jalan napas tidak efektif.
NOC : Status pernapasan: Ventilasi
NIC :
1)      Penghisapan jalan napas
2)      Fisioterapi dada
b.      Pola napas tidak efektif
NOC : Status Pernapasan : Kepatenan Jalan Napas
NIC :
1)      Managemen Jalan Napas
2)      Terapi Oksigen
c.       Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
NOC : Termoregulasi
NIC :
1)      Regulasi Temperatur
2)      Pengobatan Deman
3)      Managemen Cairan
d.      Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit
NOC : kontrol nyeri
NIC :
1)      Managemen nyeri
2)      Pemberian Analgetik

3)      Monitor TTV

Daftar Pustaka

A.Gylys B, Wedding ME. (2009). Medical Terminology Systems A Body System Approach.


Philadelpia: F.A. Davis Company.
Behram, Kleigman, Alvin. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta : EGC
Betz,  Sowden. (2002) Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta: EGC
Bukchech, Gloria, et al (2012). Nursing International Classification. Lowa : Mosby
Carpenito. (2008). Ilmu Keperawatan Anak Edisi 3. Jakarta :EGC
Depkes. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Laporan. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Publishing.
Jhonson, Marion. (2012). Outcome project Nursing Clasification NOC. St Louis Missouri :
Mosby
Kittredge M.(2000) The Respiratory System. Philadelphia: Chelsea House Publishers.
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit: Edisi 2. Jakarta: EGC.
Riyadi S, Suharsono. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Yogyakarta: Gosyen
Staf Pengajar FKUI. (2006) Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Jakarta:  Infomedika
Suriadi, Rita. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta : Penebar Swada
WHO, UNICEF (2006). Pneumonia: The forgotten killer of children. Geneva: WHO Press
Wiley, NANDA International. (2012).  Nursing Diagnostig : Defenition and Clasification 2012-
2014. Jakarta : ECG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Pneumonia adalah merupakan infeksi saluran nafas bagian bawah yang merupakan masalah kesehatan dunia
karena angka kematiannya tinggi di perkirakan terjadi lebih 2 juta
kematian Balita karena pneumonia di bandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS,  malaria dan campak. Di
Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun   2007 menunjukkan angka kesakitan
pneumonia pada bayi 2,2%, Balita 3%, angka kematian pneumonia pada bayi 29,8% dan Balita 15,5%.
Upaya pencegahan merupakan komponen strategis dalam pemberantasan pneumonia Program pengembangan
imunisasi   (PPI)  yang   meliputi   imunisasi Defteri Pertusis   Tetanus (DPT) dan campak yang telah
dilaksanakan oleh pemerintah selama ini dapat menurunkan   kematian bayi dan balita akibat pneumonia.
Kejadian pneumonia pada bayi dan balita selain disebabkan oleh bakteri dan virus
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dibedakan menjadi dua yaitu : faktor intrinsik dan ekstrinsik
Faktor intrinsic meliputi umur status gizi, status imunisasi, jenis kelamin, ASI eksklusif,
defisiensi vitamin A dan berat badan lahir rendah (BBLR), sedangkan   factor ekstrinsik terdiri dari kondisi 
rumah,  kepadatan hunian,  kelembaban,  pencahayaan ventilasi dan  jenis  bahan  bakar, pendidikan ibu,
tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah.
1.2.      Rumusan Masalah
1. Apa itu pneumonia?
2. Bagaimana penanganan pada kasus pneumonia?
1.3.      Tujuan
1. untuk mengertahui tentang pneumonia.
2. untuk menegtahui cara penaganan pada kasus pneumonia.
1.4.      Manfaat
Agar bisa mengetahui apa itu pneumonia dan bagaimana cara penanganan pada pasien dengan kasus
pneumonia.
 
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Pengertian Pneumonia 
Pneumonia  adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh
masuknya  kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala  klinis batuk,  demam tinggi dan  disertai adanya  napas
cepat ataupun tarikan dinding dada bagian  bawah  ke  dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit
ISPA (P2ISPA) semua bentuk  pneumonia  baik  pneumonia  maupun bronchopneumonia disebut pneumonia
(Depkes RI, 2002).
Pneumonia  adalah suatu proses inflamasi dimana kompatemen alveolar terisi oleh eksudat. Pneumonia
merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi pada klien lanjut usia (Hudak,1998). Definisi lain menyebutkan
pneumonia adalah penyakit saluran napas bawah  (lower respiratory tract (LRT))  akut, biasanya disebabkan
oleh infeksi (Jeremy, 2007). Sebenarnya pneumonia bukan penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-
macam dan diketahui ada sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai
senyawa kimia maupun partikel. Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur, walaupun manifestasi klinik
terparah muncul pada anak, orang tua dan penderita penyakit kronis (Elin, 2008).
 
2.2.      Penyebab / Etiologi Pneumonia
Pneumonia  yang ada di kalangan  masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, mikoplasma (bentuk
peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa (Misnadiarly, 2008).
Daftar mikroorganisme dan masalah patologis yang menyebabkan pneumonia (Jeremy, 2007).
Tabel 2.1 Daftar mikroorganisme yang menyebabkan pneumonia.
Infeksi Bakteri Infeksi Atipikal Infeksi Jamur
Streptococcus Mycoplasma pneumoniae Aspergillus
pneumoniae Legionella pneumophillia Histoplasmosis
Haemophillus influenza Coxiella burnetii Candida
Klebsiella pneumoniae Chlamydia psittaci Nocardia
Pseudomonas aeruginosa    
Gram-negatif (E. Coli)
Infeksi Virus Infeksi Protozoa Penyebab Lain
Influenza Pneumocytis carinii Aspirasi
Coxsackie Toksoplasmosis Pneumonia lipoid
Adenovirus Amebiasis Bronkiektasis
Sinsitial respiratori   Fibrosis kistik
(Jeremy, 2007)
2.3.    Klasifikasi Pneumonia
1) Berdasarkan Umur
a.  Kelompok umur < 2 bulan
1)    Pneumonia berat
Bila disertai  dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti  menyusu (jika sebelumnya menyusu dengan baik),
kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam (38ºC
atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah (di bawah 35,5 ºC),  pernapasan  cepat 60 kali atau lebih per menit,
penarikan dinding dada berat,  sianosis sentral  (pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen
tegang.
2)   Bukan pneumonia
Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti
di atas.
b. Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun
1)   Pneumonia sangat berat
Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan  sianosis sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan
dinding dada, anak  kejang dan sulit dibangunkan.
2)   Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak disertai sianosis sentral dan dapat
minum.
3)   Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan dinding dada.
4)   Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding dada.
5)   Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati selama 10-14 hari  dengan dosis antibiotik
yang  kuat dan  antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan yang
tinggi, dan demam ringan (WHO, 2003).
 
2)  Berdasarkan Etiologi
Tabel 2.1. Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Etiologinya
Grup Penyebab Tipe Pneumonia 
Bakteri Streptokokus pneumonia  Pneumoni bakterial
Streptokokus piogenesis 
Stafilokokus aureus 
Klebsiela pneumonia 
Eserikia koli 
Yersinia pestis 
Legionnaires bacillus
Aktinomisetes  Aktinomisetes Israeli  Aktinomisetes pulmonal 
  Nokardia asteroides Nokardia pulmonal 
Fungi  Kokidioides imitis  Kokidioidomikosis 
  Histoplasma kapsulatum  Histoplasmosis 
Blastomises dermatitidis  Blastomikosis 
Aspergilus  Aspergilosis 
Fikomisetes  Mukormikosis 
Riketsia  Koksiela burneti  Q fever 
 
Klamidia  Chlamydia trachomatis  Chlamydial Pneumonia 
 
Mikoplasma Mikoplasma pneumonia Pneumonia mikoplasmal
Virus  Influenza virus, adeno  Pneumonia virus
Virus respiratory 
Syncytial
Protozoa  Pneumositis karini Pneumonia pneumosistis 
(pneumonia plasma sel)
 
2.4.      Gejala Klinis dan Tanda Pneumonia
a)                  Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas akut selama beberapa hari.
Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celcius, sesak napas,
nyeri dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian
penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala (Misnadiarly, 2008).
b)                  Tanda
Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit  pneumonia  pada balita antara lain :

1. Batuk nonproduktif
2. Ingus (nasal discharge)
3. Suara napas lemah
4. Penggunaan otot bantu napas
5. Demam
6. Cyanosis (kebiru-biruan)
7. Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar
8. Sakit kepala
9. Kekakuan dan nyeri otot
10. Sesak napas
11. Menggigil
12. Berkeringat
13. Lelah
14. Terkadang kulit menjadi lembab
15. Mual dan muntah

 
2.5.      Cara Penularan Penyakit Pneumonia 
Pada umumnya  pneumonia  termasuk kedalam penyakit menular yang ditularkan  melalui udara. Sumber
penularan adalah penderita  pneumonia  yang menyebarkan kuman  ke  udara pada saat batuk atau bersin
dalam bentuk droplet. Inhalasi merupakan cara  terpenting masuknya kuman penyebab pneumonia kedalam
saluran pernapasan yaitu  bersama udara yang dihirup, di  samping itu terdapat juga cara penularan langsung 
yaitu melalui percikan  droplet  yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang di
sekitar penderita, transmisi langsung dapat juga melalui ciuman, memegang dan menggunakan benda yang
telah terkena sekresi saluran pernapasan penderita (Azwar, 2002).
2.6.      Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan risiko pneumonia antara lain usia > 65 tahun; dan
usia < 5 tahun, penyakit kronik (misalnya ginjal, dan paru), diabetes mellitus, imunosupresi (misalnya obat-
obatan, HIV), ketergantungan alkohol, aspirasi (misalnya epilepsi), penyakit virus yang baru terjadi (misalnya
influenza), malnutrisi, ventilasi mekanik, pascaoperasi, lingkungan, pekerjaan, pendingin ruangan (Jeremy, 2007;
Misnadirly, 2008)
 
2.7.      Faktor Risiko Penyebab Terjadinya Pneumonia
Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya  pneumonia  pada balita (Depkes, 2004), diantaranya : 
a.   Faktor risiko yang terjadi pada balita
Salah satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya  pneumonia  dan berat ringannya penyakit adalah daya
tahan tubuh balita. Daya tahan tubuh tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :
1.   Status gizi
Keadaan gizi adalah faktor yang sangat penting bagi timbulya  pneumonia. Tingkat pertumbuhan fisik dan
kemampuan  imunologik  seseorang sangat dipengaruhi adanya persediaan gizi dalam tubuh dan kekurangan zat
gizi akan meningkatkan kerentanan dan beratnya infeksi suatu penyakit seperti pneumonia (Dailure, 2000).
2.    Status imunisasi
   Kekebalan dapat dibawa secara bawaan, keadaan ini dapat dijumpai pada balita umur 5-9 bulan, dengan
adanya kekebalan ini balita terhindar dari penyakit. Dikarenakan kekebalan bawaan hanya bersifat sementara,
maka diperlukan imunisasi untuk tetap mempertahankan kekebalan yang ada pada balita (Depkes RI, 2004).
Salah satu strategi pencegahan untuk mengurangi kesakitan dan kematian akibat  pneumonia  adalah dengan
pemberian imunisasi. Melalui imunisasi diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit
yang dapapat dicegah dengan imunisasi.
3.  Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
Asi yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selain sebagai bahan makanan bayi juga berfungsi sebagai
pelindung dari penyakit dan infeksi, karena dapat mencegah pneumonia oleh bakteri dan virus. Riwayat
pemberian ASI yang buruk menjadi salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian pneumonia pada
balita (Dailure, 2000).
4.  Umur Anak
Umur merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia.  Risiko untuk terkena 
pneumonia  lebih besar pada anak umur dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih tua, hal ini dikarenakan
status kerentanan anak di bawah 2 tahun belum sempurna dan  lumen saluran napas yang masih sempit
(Daulaire, 2000).
 
b.   Faktor Lingkungan
Lingkungan khususnya perumahan sangat berpengaruh pada peningkatan resiko terjadinya  pneumonia. 
Perumahan yang padat dan sempit, kotor dan tidak mempunyai sarana air bersih menyebabkan balita sering
berhubungan dengan berbagai kuman penyakit menular dan terinfeksi oleh berbagai kuman yang berasal dari
tempat yang kotor tersebut (Depkes RI, 2004), yang berpengaruh diantaranya :
1.  Ventilasi
Ventilasi berguna untuk penyediaan udara ke dalam dan pengeluaran udara kotor dari ruangan yang tertutup.
Termasuk ventilasi adalah jendela dan penghawaan dengan persyaratan minimal 10% dari luas lantai.
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan naiknya kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi merupakan media
untuk berkembangnya bakteri terutama bakteri patogen (Semedi, 2001).
2.   Polusi Udara
Pencemaran udara yang terjadi di dalam rumah umumnya disebabkan oleh polusi di dalam dapur. Asap dari
bahan bakar kayu merupakan faktor risiko terhadap kejadian pneumonia pada balita. Polusi udara di dalam
rumah juga dapat disebabkan oleh karena asap rokok, kompor gas, alat pemanas ruangan dan juga akibat
pembakaran yang tidak sempurna dari  kendaraan bermotor
 
2.8.      Komplikasi
 
2.9.      Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Radiologi : Thorak foto mendeteksi :


1. adanya penyebaran ( missal dari lobus kebronkhial )
2. multiple abses / infiltrate, empiema ( staphylococcus)
3. penyebaran atau lokasi infiltrasi ( bacterial)
4. penyebaran extensive nodul infiltrate ( sering kali viral )
5. pada pneumonia mycoplasma chest- X ray mungkin bersih.
6. Test Fungsi Paru

Volume paru mungkin menurun ( kongesti dan kolaps alveolar ), tekanan saluranudara meningkat dan kapasitas
pemenuhan udara menurun, hypoksemia.
Tes Fungsi Paru Terdiri atas :

1. Test Ventilasi (digunakan alat SPIROMETER, PEAK FLOW METER (MiniWright Peak Flow Meter), Body
plethysmograph
2. Test kapasitas diffusi, dengan alat Alveo-Diffusion Tester.
3. Uneven Ventilation dengan Capnograph.
4. Instrumen/peralatan-peralatan diatas termasuk peralatan utama/ Induk, namun untuk operasional
masih memerlukan alat-alat pendukung lainnya, seperti X-Y RECORDER dllnya.
5. Laboratorium. 
1. Darah lengkap ( Complete blood count-CBC) : leukositosis biasanya timbul,meskipun nilai
pemeriksaan sel darah puth ( leukosit / WBC) rendah pada infeksi virus )
2. LED meningkat, ada tanda infeksi
3. Pemeriksaan elektrolit natrium dan kalium untuk mengetahui adanya keseimbangan cairan
elektrolit dan asam - basa darah. Elektrolit sodium dan klorida mungkin rendah karena
pada pasien dengan pnumonia didapatkan mual muntah sehingga dapat ditemukan
kekurangan cairan dan elektrolit.
4. Test serologi : membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik .
5. Kultur sputum dan darah (pewarnaan gram )àdidaptkan dengan needle biopsy, aspirasi
transtrakheal fiberoptic bronchoscopy, atau biopsy paru-paru terbuka untuk mengeluarkan
organisme penyebab. Lebih dari satu organisme dapat ditemukan seperti diplococcus
pneumonia, staphylococcus aureus, A. Hemplytic Streptococcus dan hemophylus influenzae
6. Analisis gas darah dan pulse oximetry : abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnya
kerusakan paru- paru.

( Soemantri,2008)
 
2.10     Penatalaksanaan
1. Pencegahan Penyakit Pneumonia

Untuk mencegah  pneumonia  perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau keluarga terutama ibu rumah tangga,
karena  pneumonia  sangat dipengaruhi oleh kebersihan di dalam dan di luar rumah.  Pencegahan  pneumonia 
bertujuan untuk menghindari terjadinya penyakit pneumonia pada balita. Berikut adalah upaya untuk mencegah
terjadinya penyakit pneumonia : 

1. Perawatan selama masa kehamilan

Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi ibu selama kehamilan dengan
mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup bagi kesehatan ibu dan pertumbuhan janin dalam kandungan serta
pencegahan terhadap hal-hal yang memungkinkan terkenanya infeksi selama kehamilan.

1. Perbaikan gizi balita

Untuk mencegah risiko  pneumonia  pada balita yang disebabkan karena malnutrisi, sebaiknya dilakukan dengan
pemberian ASI pada bayi  neonatal sampai umur 2 tahun. Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak
terkontaminasi serta mengandung faktor-faktor antibodi sehingga dapat memberikan perlindungan dan
ketahanan terhadap infeksi virus dan bakteri. Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI secara ekslusif lebih
tahan infeksi dibanding balita yang tidak mendapatkannya.

1. Memberikan imunisasi lengkap pada anak

Untuk mencegah pneumonia  dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi yang memadai, yaitu imunisasi anak
campak pada anak umur 9 bulan, imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2
bulan, 3 bulan dan 4 bulan.

1. Memeriksakan anak sedini mungkin apabila terserang batuk.

Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk mencegah terjadinya penyakit
batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai dengan napas cepat/sesak napas.

1.  Mengurangi polusi di dalam dan di luar rumah

Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap diturunkan dengan cara mengganti bahan
bakar kayu dan tidak membawa balita ke dapur serta membuat lubang ventilasi yang cukup. Selain itu asap
rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca panas, cuaca dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor
yang memberi kecenderungan untuk terkena penyakit pneumonia.

1. Menjauhkan balita dari penderita batuk.

Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran pernapasan, karena itu jauhkanlah balita
dari orang yang terserang penyakit batuk. Udara napas seperti batuk dan bersin-bersin dapat menularkan 
pneumonia  pada orang lain. Karena bentuk penyakit ini menyebar dengan  droplet, infeksi akan menyebar
dengan mudah. Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran napas yang berat. Semua
anak yang sehat sesekali akan menderita salesma  (radang selaput lendir pada hidung), tetapi sebagian besar
mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi.

1. Pengobatan
2. Terapi antibiotika awal:

menggambarkan tebakan terbaik berdasarkan pada klasifikasi pneumonia dan kemungkinan organisme, karena
hasil mikrobiologis tidak tersedia selama 12-72 jam. Tetapi disesuaikan bila ada hasil dan sensitivitas antibiotika
(Jeremy, 2007). Penicilin Prokain 50.000 unit / kg BB / hari dan Kloramfenikol 75 mg / kg BB/ hari dibagi dalam 4
dosis

1. Tindakan suportif:
meliputi oksigen untuk mempertahankan PaO2  > 8 kPa (SaO2  < 90%) dan resusitasi cairan intravena untuk
memastikan stabilitas hemodinamik. Bantuan ventilasi: ventilasi non invasif (misalnya tekanan jalan napas positif
kontinu (continous positive airway pressure), atau ventilasi mekanis mungkin diperlukan pada gagal napas.
Fisioterapi dan bronkoskopi membantu bersihan sputum (Jeremy, 2007).
 
STUDI KASUS PNEUMONIA
Seorang Ibu 75 tahun berobat ke klinik rawat jalan mengeluh batuk berat, nyeri dada kiris yang semakin buruk
selama beberapa hari terakhir. Dia tampak cemas dan wajahnya memerah. Dokter mencurigai pneumonia.
Tanda-tanda  vital nya adalah sebagai berikut : Suhu 39 C, T  120/80, N 118, RR: 32 dangkal. Klien tidak pernah
melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur, belum menerima vaksinasi dan ada riwayat merokok. Dokter
memberikan terapi antipiretik, mukolitik dan antibiotic serta dianjurkan rawat jalan.

1. Apa rencana perawatan saudara saat ini? Buatlah 1-3 diagnosa keperawatan atau kolaboratif!
2. Kekhawatiran apa yang saudara miliki terhadap klien?
3. Bagaimana seharusnya Anda mengkomunikasikan ke khawatiran Anda?
4. Instruksi apa yang harus Anda berikan kepada klien untuk dilaksanakan di rumah?

Setelah satu minggu rawat jalan klien dibawa oleh anaknya ke UGD karena kondisinya memburuk. Tinjau protap
penangan klien sesuai clinical pathway, apa yang akan saudara masukkan dalam rencana perawatan klien kali
ini?
-          IV
-          Pengobatan
-          Terapioksigen
-          Lab
Manakah masalah keperawatan berikut yang relevan untuk klien? Susunlah rencana keperawatan berdasarkan
NANDA & NIC,  NOC untuk masalah yang sesuai!

1. hipoksia
2. Pola pernapasan tidak efektif
3. Jalan nafas yang tidak efektif
4. sepsis
5. hipovolemia
6. nyeri
7. intoleransi aktivitas

Saudara melakukan pengkajian dan menemukan data berikut:

1. Mengantuk, tapi kooperatif dan bisa dibangunkan


2. dada nyeri
3. batuk produktif
4. Penurunan suhu tubuh
5. Output urine 200 ml lebih dari 8 jam
6. Wheezing
7. Pulse oximetry 88%

Manakah dari temuan diatas yang menunjukkan tanda kegawatan? Jelaskan alasannya!
Data tambahan apa yang harus saudara kumpulkan? Berdasarkan analisis, tindakan apa yang akan saudara
lakukan sesuai prioritas?
Airway
Breathing
Circulation
Intake output
Nyeri
Keselamatan
Tiba-tiba perawat dan dokter dating untuk melakukan tindakan pertolongan hingga klien stabil. Apa respon
saudara terhadap kondisi klien?
Apa yang bisaAnda lakukan secara berbeda?
 
Diskusikan kasus ini, semoga pembelajaran ini menantang intelektualitas saudara.
Salam
 
Penyelesaian Masalah
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : klien mengeluh batuk berat. Ketidakmampuan untuk Bersihan jalan napas
Do : membersihkan sekresi atau tidak efektif
- Batuk produktif obstruksi dari saluran
- Dada nyeri pernapasan
- Dispnea
  (RR: 32 x/menit, dangkal)
-    Wheezing
 
2 DS : Nyeri ketidakefektifan
Do : - RR: 32 dangkal pola nafas
        - dipsneu
        - Batuk produktif
        - Dada nyeri
3 Ds : ibu mengeluh Nyeri dada Peradangan (inflamasi) Nyeri akut
krisis yang semakin buruk
selama beberapa hari terakhir
Do : - Takikardi (118 x/menit)
-    Dada Nyeri
-    Batuk produktif
4 Ds : Ketidakseimbangan kebutuhan Intoleransi aktifitas
Do : dan persediaan oksigen,
- dipsneu kelemahan umum dan dispnea
- Suhu 39 C, T  120/80, N 118,   
  RR: 32 dangkal.
5 Ds : penurunan jaringan efektif paru Resiko tinggi
Do : gangguan pertukaran
- Dispneu (RR : 32, Dangkal) gas
- Takikardia (N : 118 x/menit)
-  Gelisah
-  Saturasi oksigen 88%
6 Ds : penyakit pnemonia hipertermi
Do :  - suhu tubuh 39'c
-    Wajah memerah
 
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus diatas antara lain :

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi
atau obstruksi dari saluran pernapasan
2. ketidakefektifan pola nafas b/d nyeri
3. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan (inflamasi)
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan dan persediaan oksigen,
kelemahan umum dan dispnea
5. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan jaringan efektif paru
6. hipertermi yg berhubungan dengan penyakit pnemonia

Diagnosa yang di prioritaskan ada 3 antara lain :

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi
atau obstruksi dari saluran pernapasan
2. Ketidakefektifan pola nafas b/d nyeri
3. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan (inflamasi)

 
Perencanaan / Intervesi keperawatan
No NOC NIC
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2  Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
x24 jam pasien mendapatkan  Berikan O2 
bersihan jalan napas yang efektif dengan  Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
indicator :
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
1. Tidak ada batuk
 Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
2. Suara napas tambahan
3. Perubahan frekuensi napas
 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
4. Perubahan irama napas tambahan
5. Sianosis  Berikan bronkodilator :
6. Kesulitan berbicara atau mengeluarkan  Monitor status hemodinamik
suara  Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
7. Penurunan bunyi napas  Berikan antibiotik :
8. Dipsneu  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
9. Sputum dalam jumlah yang berlebihan keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2
10.  Batuk yang tidak produktif  Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk
11.  Orthopneu mengencerkan sekret
12.  Gelisah   Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
13.  Mata terbuka lebar penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.

 
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 Airway Management:
x24 jam pasien mendapatkan
pola nafas yang efektif dengan indicator : 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
1.Status pernafasan yang tidak terganggu. 2. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
2.Mengidentifikasi faktor (mis.alergen) yang napas buatan
memicu ketidakefektifan pola nafas 3. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
3.Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara 4. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu 5. Auskultasi suara napas, catat adanya suara
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas tambahan
dengan mudah, tidak ada pursed lips). 6. Monitor respirasi dan status O2
4.Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama napas, frekuensi
 
pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara
Oxygen Theraphy:
napas abnormal)
 
5.Tanda-tanda vital dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi, pernapasan)
  1. Pertahankan jalan napas yang paten 
2. Atur peralatan oksigenasi
3. Monitor aliran oksigen
4. Pertahankan posisi pasien
5. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
6. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi

 
Vital Sign Monitoring
 

1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor vital sign saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, dan RR sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan abnormal

10.  Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit


11.  Monitor sianosis perifer
12.  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
13.  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.
 
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 Penalataksaan nyeri
x24 jam pasien dapat mengontrol nyeri dengan Definisi : meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada
indikator: tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.

 Mengenali faktor penyebab  lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif


 Mengenali onset (lamanya sakit) termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
 Menggunakan metode pencegahan kualitas dan faktor presipitasi
 Menggunakan metode nonanalgetik untuk  observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
mengurangi nyeri  gunakan teknik komunikasi  terapeutik untuk
 Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan mengetahui pengalaman nyeri pasien
 Mencari bantuan tenaga kesehatan  kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
 Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan  evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
 Menggunakan sumber-sumber  yang  evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
tersedia  tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
 Mengenali gejala-gejala nyeri  bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
 Mencatat pengalaman nyeri sebelumnya menemukan dukungan
 Melaporkan nyeri sudah terkontrol  kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
 
 kurangi faktor presipitasi
 pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
non farmakologi dan inter personal)
 kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
 ajarkan tentang teknik non farmakologi
 berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
 evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 tingkatkan istirahat
 kolaborasikan dengan dokter jika keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil

 
 
 
Menurut Sylvia A. Price dan Lorraine M.Wilson dalam bukunya Patofisiologi Edisi 6 tahun 2006, Batuk adalah
refleks protektif yang disebabkan oleh iritasi pada cabang trakeobronkial akibat rangsangan mekanik, kimia, atau
peradangan. Batuk adalah mekanisme fisiologis untuk membersihkan sekresi berlebih dan melindungi saluran
pernapasan. Berdasarkan kasus di atas, pasien mengalami batuk produktif.  Pada kasus di atas adapun
kekhawatiran yang akan dialami adalah  apabila pasien tidak mampu untuk batuk efektif yang bertujuan untuk
mengeluarkan sputum yang dapat menghalangi jalan napas maka resiko untuk gangguan Jalan Nafas akan
semakin besar.
Menurut Wilkinson (2007) etiologi dari masalah keperawatan ketidakefektifan pola napas, antara lain:
a. Ansietas
b. Kelelahan otot-otot respirasi
c. Penurunan energi/kelelahan
d. Deformitas dinding dada
e. Nyeri
f. Disfungsi neuromuscular
Batasan karakteristik dari masalah keperawatan ketidakefektifan pola napas, antara lain:
a. Dispnea
b. Napas pendek
c. Perubahan gerakan dada
d. Napas cuping hidung
e. Penggunaan otot-otot bantu pernapasan
Jadi dengan batasan masalah diatas menandakan adanya kegawatan pada masalah pola nafas. Dan cara kita
mengkomunikasikan kepada keluarga pasien dengan cara menjelaskan bahwa jika pernafasan pasien ibu ini
cepat dan dangkal itu menandakan adanya gangguan pola nafas hal ini disebabkan bisa karena nyeri hebat yang
dirasakan, yang ditandai dengan peningkatan nadinya. jika tidak ditangani secara cepat dan tepat dapat
mengakibatkan kegawatan. sebagai tenaga kesehatan di rumah yang harus kita lakukan kepada pasien adalah :
1. Mengajarkan batuk efektif.
2. Menaikkan posisi kepala mulai semi fowler sampai fowler
3. segera membawa ketempat pelayanan kesehatan yang memiliki peralatan memadai
 
Berdasarkan Kekhawatiran yang diangkat yaitu tentang Pola nafas akibat dari nyeri dada dan batuk prodiktifnya
maka menurut buku Nanda Nic Noc. 2013. Tindakan yang harus dilakukan di rumah antara lain :

1. Menginformasikan kepada pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola
pernafasan.
2. Menginstruksikan kepada pasien dan keluarga bahwa tidak boleh merokok didalam ruangan.
3. Mendiskusikan perencanaan untuk perawatan dirumah, meliputi pengobatan, peralatan pendukung, dan
tanda gejala komplokasi yang dapat dilaporkan.
4. Mendiskusikan cara menghindari alergen, sebagai contoh:

-          memeriksa rumah untuk adanya jamur di dinding rumah


-          tidak menggunakan karpet di lantai
-          menggunakan filter elektronik alat perapian dan AC

1. jika menggunakan ventilator atau alat bantu elektrik lainnya, kaji kondisi rumah untuk keamanan listrik
dan beritahu jasa pelayanan yang bermanfaat sehingga mereka segera mendapat bantuan jika listrik
padam.(Nanda NIC NOC,2013)
2. dan harus memberikan pengertian kepada pasien maupun keluarga untuk :
1. instruksikan pasien dan keluarga supaya terlibat dalam perencanaan untuk perawatan di
rumah ( misalnya, medikasi, hidrasi, nebulisasi, darinase postural,tanda dan gejala komplikasi)
2. Kaji kondisi rumah untuk keberadaan faktor, seperti alergen, yang dapat memicu
ketidakefektifan jalan napas.
3. Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi cara menghindari alergen, termasuk
pemajanan terhadap merokok pasif. (Nanda Nic Noc, 2013)

 
Dan untuk mencegah keadaan yang lebih mengkhawatirkan, maka diperlukan prioritas keperawatan yaitu:
1. Menjaga atau mengembalikan fungsi respirasi
2. Mencegah komplikasi
3. Mendukung proses penyembuhan
4. Memberi informasi tentang proses penyakit dan prognosis serta pengobatannya
Sumber: Irman Somantri tahun 2008
 
Pasien dibawa ke rumah sakit akibat kondisi semakin memburuk Adapun tidakan yang harus dilakukan adalah
penanganan Airway yaitu dengan membebaskan jalan nafas, kemudian di lakukan pemberian Oksigen untuk
memenuhi Breathing nya karena pasien dengan penyakit pneumonia membutuhkan banyak oksigen akibat
penyumbatan secret dan batuk produktifnya. Setelah itu dilakukan pemasangan IV dengan memberikan cairan
pengganti cairan tubuh yang hilang. Baru setelah itu diberikan pengobatan.
 
Tanda-tanda kegawatan pada pasien yang perlu ditangani adalah pada tanda batuk produktifnya, karena dengan
adanya batuk produktif maka akan mengganggu Airway nya. sehingga akan terjadi penyumbatan pada saluran
pernapasan atas yang mengakibatkan kekurangan oksigen sehingga kebutuhan oksigen didalam paru tidak /
kurang terpenuhi.
dengan prioritas diagnosa yang harus kita angkat adalah Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan. Maka kegawatan yang
harus diwaspadai adalah dalam hal airway. Menurut Nanda Nic Noc 2013 faktor yang berhubungan dengan
kondisi pasien saat ini adalah :
Lingkungan : Merokok, menghisap asap rokok, dan perokok pasif.
Obstruksi jalan napas : Adanya suara napas tambahan ( wheezzing )
Adapun penanganan airwaynya agar pasien tidak jatuh pada kondisi yang lebih parah yaitu dengan cara :
1. Mengkaji pernafasan.
2. Membebaskan jalan nafas
2. Mengatur posisi pasien.
3. Membantu pasien melakukan batuk efektif.
4. Kalau perlu bisa dilakukan suction.
 
Berdasarkan analisis, maka tindakan yang akan dilakukan sesuai prioritas adalah menangani masalah airway nya.
Yaitu dengan cara membuka atau membebaskan Jalan nafasnya. Selanjutnya diberikan terapi oksigen kemudian
dilakukan pemasangan infuse IV untuk sirkulasinya dan memperhatikan Intake output, nyeri serta keselamatan
pasien.
 
Apabila klien dalam kondisi sudah stabil maka yang peru di pertahankan dan yang perlu di lanjutkan adalah
menjaga jalan napas tetap bebas dan bersih supaya tidak terjadi sumbatan jalan napas yang berakibat lenih
parah. Dan sangat diperlukan keadaan yang nyaman bagi pasien untuk bisa mendukung proses
penyembuhannnya. Membuat pasien senyaman mungkin telah menjadi tindakan keperawatan yang sering
dilakukan sejak era Florence Nightningale. Perawat selalu memberikan berbagai tindakan kenyamanan yang
membawa kekuatan, kesejukan, dukungan, dorongan semangat, harapan dan bantuan.
(Kozier.Erb.Berman.Snyder,2010).
Kebutuhan nutrisi harus terjaga agar kondisi semakin membaik dan segera bisa keluar rumah sakit. Pendidikan
kesehatan tak kalah pentingnya diberikan kepada pasien dan keluarga setelah pasien keluar rumah sakit,
meliputi nutrisi, pola istirahat, dan pola hidup sehat. Serta yang dapat kita lakukan setelah itu adalah menjaga
fungsi respirasi, mencegah komplikasi, mendukung proses penyembuhan, dan memberikan informasi tentang
proses penyakit/prognosis dan treatment.(Irman Somantri, 2008)
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, Hood & Mukty, Abdul (Editor). 2010. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Cetakan kesepuluh, Airlangga
University Press. Surabaya.
Azwar, A. 2002. Pengantar Epidemiologi. Edisi Revisi. Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta Barat
Depkes RI.2007.Bimbingan keterampilan Tata laksana Pneumonia Balita. Ditjen P2PL , Jakarta
Jeremy, P.T. 2007. At Glance Sistem Respirasi. Edisi Kedua. Erlangga Medical Series. Jakarta
Kozier, B.,Erb, G.,Snyder,S.J.,2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik Edisi
ketujuh, Jakarta;EGC.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut. Pustaka
Obor Populer, Jakarta
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba Medika,
Jakarta
Somantri, Irman.2008.Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan keperawatan pada pasien gangguan pernapasan.
Salemba Medika , Jakarta
wilkinson, Judith M. 2013. Diagnosis Nanda, intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Alih bahasa Esty wahyuningsih.
Ed.9. ECG.Jakarta.
 

Anda mungkin juga menyukai