UMUM
4.
01 - 6
01 - 7
5.
penanggulangan
terorisme,
dan
peningkatan
operasional
penggulangan aksi terorisme melalui penangkapan tokoh-tokoh
utama pelaku terorisme, serta peningkatan ketahanan masyarakat
dalam mengantisipasi aksi terorisme.
Di samping itu, akan dilakukan penindakan secara tegas,
konsisten, serta objektif terhadap aksi terorisme sesuai dengan
prosedur dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Kerja sama komunitas inteljen nasional dan internasional
juga ditingkatkan untuk menangani terorisme yang memiliki jaringan
lintas negara. Selain itu, akan ditingkatkan pula lembaga satuan
antiteror yang profesional dan terpadu serta kerja sama seluruh
jajaran aparat pemerintah, baik TNI maupun Polri yang
mengedepankan kemitraan sejajar serta peningkatan peran serta
masyarakat.
6.
01 - 12
01 - 13
9.
01 - 14
10.
01 - 17
12.
01 - 18
01 - 19
Penciptaan
Berwibawa
Tata
Pemerintahan
yang
Bersih
dan
Pelayanan Publik; selain itu, telah dilaksanakan penerapan ISO9001:2000 pada unit-unit pelayanan publik dan akan dikembangkan
secara terus-menerus pada unit pelayanan lainnya di seluruh
Indonesia; sosialisasi indeks kepuasan masyarakat (IKM) dan
sosialisasi pedoman penyusunan standar pelayanan publik di
berbagai daerah; penerapan metode benchmarking untuk pemerintah
daerah yang menjadi best practices, seperti Sragen, Jembrana, Solok,
Gorontalo, Karanganyar, Pare-Pare, Sidoarjo, Balikpapan, dan
Lamongan; penerapan pelayanan satu pintu di berbagai daerah
dalam bidang perizinan; terlaksananya pengembangan Sistem
Informasi Kearsipan Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
(SiPATI), Jaringan Informasi Kearsipan Nasional (JIKN) dan
Jaringan Kearsipan Statis (JKS) dalam rangka peningkatan kualitas
pelayanan publik di bidang kearsipan; dan telah diterbitkannya
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
sebagai acuan bagi kementerian, lembaga pemerintah nondepartemen dalam menyusun pedoman pelayanan di bidangnya dan
dalam penerapannya oleh pemerintahan provinsi dan pemerintahan
kabupaten/kota.
14.
empat (4) RUU di bidang politik lainnya saat ini telah diajukan
kepada DPR-RI untuk dibahas bersama pemerintah dan selanjutnya
akan menjadi dasar dan piranti untuk penyelenggaraan Pemilu tahun
2009. Sebagai tindak lanjut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007
telah dibentuk Tim Seleksi Calon Anggota Komisi Pemilihan Umum
yang berasal dari unsur akademisi, profesional dan masyarakat untuk
membantu menjaring calon anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU)
yang diajukan ke DPR-RI. Tim Seleksi anggota KPU tersebut
ditetapkan dengan Keppres RI No. 12 Tahun 2007 tentang
pembentukan Tim Seleksi Anggota KPU.
Dalam setahun terakhir ini sedang diupayakan penuntasan
pengesahan UU Keterbukaan Informasi Publik (KIP) agar
transparansi lembaga-lembaga dan keterbukaan informasi lembagalembaga publik kepada masyarakat dapat dijamin pelaksanaannya.
Penguatan lembaga demokrasi mendatang akan lebih
diperkukuh dengan memperhatikan tahap-tahap rawan dalam
keseluruhan proses penyelenggaraan pilkada; menyempurnakan atas
peraturan perundangan di bidang politik untuk dituntaskan pada
tahun 2007 yang akan digunakan sebagai piranti hukum untuk
penyelenggaraan pemilu tahun 2009; menyelesaikan perundangundangan yang memperkuat akses masyarakat dalam bidang
informasi dan komunikasi, dalam hal ini UU KIP, agar dapat tercapai
pada tahun 2007.
AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
15.
Penanggulangan Kemiskinan
01 - 26
01 - 27
16.
17.
01 - 32
01 - 33
18.
2005 menjadi 7,39 juta ton pada tahun 2006. Dalam periode 2005
2006, produksi perikanan tangkap masih mendominasi. Namun,
disisi lain peningkatan produksi perikanan budi daya masih memiliki
potensi dalam memberikan kontribusi peningkatan produksi
perikanan di Indonesia. Peningkatan produksi budidaya ini dipicu
oleh kenaikan produksi budidaya karamba di laut, kolam, budi daya
tambak, jaring apung dan budi daya di sawah. Diperkirakan pada
tahun 2007 produksi perikanan dapat mencapai 7,50 juta ton.
Di bidang kehutanan, untuk meningkatkan kualitas
pertumbuhan kehutanan, dilakukan kebijakan revitalisasi kehutanan
yang dititikberatkan pada upaya revitalisasi industri kehutanan
terutama melalui pembangunan hutan tanaman industri dan
peningkatan produksi hasil hutan non kayu. Langkah-langkah yang
ditempuh adalah; Revitalisasi industri kehutanan yang dititik
beratkan pada pembangunan hutan tanaman industri, pemanfaatan
hasil hutan bukan kayu, dan peningkatan pemanfaatan jasa
lingkungan; Pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan
yang dilakukan melalui Pembinaan Masyarakat Desa Hutan
(PMDH), Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dan
Hutan Kemasyarakatan (HKm); rehabilitasi dan pemulihan cadangan
sumberdaya alam; peningkatan dan rehabilitasi sumberdaya alam.
Langkah-langkah tersebut disamping dapat mengoptimalkan fungsi
hutan sebagai penyangga kehidupan, juga memberikan sumbangan
terhadap peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat serta
perolehan devisa.
Dalam bidang pengusahaan/pemanfaatan hutan beberapa hal
yang telah dicapai adalah bertambahnya jumlah investasi di hutan
alam/hutan tanaman. Dalam tahun 20062007 jumlah investasi ini
telah bertambah sebanyak 69 unit dengan total investasi yang masuk
USD 996,1 juta dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 3.015
orang/tahun. Sampai dengan bulan Mei 2007 nilai investasi
perusahaan pemegang HPH adalah: rencana investasi sebesar Rp653
miliar, nilai perolehan sebesar Rp7,3 triliun, dan nilai buku sebesar
3,7 triliun rupiah, dengan total aset sebesar Rp16,9 triliun.
Sedangkan pengunaan tenaga kerja di bidang pengusahaan hutan
sampai dengan bulan Mei 2007 mencapai sebanyak 33 ribu orang
tenaga kerja Indonesia.
01 - 38
19.
20.
21.
Peningkatan
Teknologi
Kemampuan
Ilmu
Pengetahuan
dan
22.
yang bekerja pada Februari 2007 mencapai 97,58 juta orang atau
bertambah 2,40 juta orang jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang bekerja pada Februari 2006 dan jika dibandingkan
dengan keadaan Agustus 2006, penduduk yang bekerja telah
bertambah 2,12 juta orang. Penambahan lapangan kerja selama
setahun antara Februari 2007 dan Februari 2006 didominasi oleh
tenaga kerja perempuan yang mencapai 88,3 persen dari seluruh
penambahan lapangan kerja dan penambahan lapangan kerja ini
terutama terjadi di sektor pertanian, perdagangan dan jasa
kemasyarakatan.
Bertambahnya jumlah orang yang bekerja tersebut
mencerminkan adanya penurunan jumlah penganggur terbuka.
Jumlah penganggur terbuka pada Februari 2007 mencapai 10,55 juta
orang atau 9,75 persen dari angkatan kerja dan telah mengalami
penurunan sebesar 384 ribu orang jika dibandingkan dengan jumlah
penganggur terbuka pada Agustus 2006 yang sebesar 10,93 juta
orang atau 10,28 persen. Jika dibandingkan dengan keadaan Februari
2006, jumlah penganggur terbuka telah menurun sebesar 556 ribu
orang. Hal itu menunjukkan bahwa walaupun jumlah penganggur
terbuka telah menurun secara berarti, dalam kurun waktu satu tahun
ini jumlahnya masih cukup besar. Jumlah penganggur terbuka pada
kelompok usia muda (1524 tahun) masih cukup besar, yaitu
sebanyak 6,82 juta orang pada Agustus 2006 atau mencapai 62,35
persen dari jumlah penganggur terbuka. Selain itu, sebagian besar
pengangguran terbuka berpendidikan SLTA (38,02 persen) dan
disusul oleh penganggur berpendidikan SD ke bawah (30,84 persen).
Penciptaan lapangan kerja formal juga masih belum dapat
menutup berkurangnya lapangan kerja formal pada periode tahuntahun sebelumnya meskipun telah menunjukkan perkembangan yang
positif selama satu tahun ini. Pada bulan Februari 2007 lapangan
kerja formal yang tercipta mencapai 29,72 juta atau meningkat 933,3
ribu jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2006. Namun
demikian, jumlah lapangan kerja formal ini hanya mencakup 30,46
persen dari jumlah pekerja sehingga pada akhirnya lapangan kerja
informal menjadi tumpuan hidup sebagian besar angkatan kerja yang
tidak terserap pada lapangan kerja formal. Selain itu, masih besarnya
jumlah dan persentase angkatan kerja yang berpendidikan rendah
01 - 47
01 - 48
Pembangunan Perdesaan
25.
01 - 55
01 - 59
01 - 60
01 - 61
27.
Pembangunan
kesehatan yang dilaksanakan
secara
berkesinambungan telah meningkatkan status kesehatan masyarakat,
antara lain, dapat dilihat dari beberapa indikator. Angka kematian
bayi menurun dari 35 (2003) menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup
(2005). Sejalan dengan penurunan angka kematian bayi tersebut, usia
01 - 64
harapan hidup meningkat dari 66,2 tahun (2004) menjadi 69,4 tahun
(2006). Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tercatat 28 persen
(2005). Walaupun terjadi peningkatan, status kesehatan masyarakat
Indonesia masih lebih rendah bila dibandingkan dengan status
kesehatan di negara-negara ASEAN seperti Thailand, Malaysia, atau
Filipina, dan masih jauh dari sasaran millenium development goals
(MDGs). Kondisi status kesehatan dan keberhasilan pencapaian
sasaran pembangunan tersebut dipengaruhi, antara lain, oleh faktor
lingkungan fisik, biologik atau sosial ekonomi, perilaku masyarakat
untuk hidup bersih dan sehat, serta kondisi pelayanan kesehatan.
Dalam satu tahun terakhir terdapat beberapa isu
penting/strategis dalam pembangunan kesehatan yang memerlukan
penanganan secara terpadu dan menyeluruh, yaitu peningkatan akses
dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin; ketersediaan
dan keterjangkauan obat generik esensial; peningkatan peran serta
aktif masyarakat; pemenuhan tenaga kesehatan; penanggulangan
penyakit; penanggulangan gizi buruk; penanggulangan bencana; dan
pengawasan obat dan makanan.
Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin terus diupayakan. Sejak tahun 2005 dan 2006
telah dilaksanakan Program Asuransi Kesehatan bagi Masyarakat
Miskin (Askeskin). Pemanfaatan program Askeskin oleh masyarakat
miskin terus meningkat. Pada tahun 2006 jumlah kunjungan rawat
jalan tingkat pertama di puskesmas mencapai hampir 110 juta
kunjungan, kunjungan rawat jalan tingkat lanjut di rumah sakit
mencapai hampir 7 juta kunjungan, dan pemanfaatan rawat inap
tingkat lanjut di rumah sakit mencapai 1,5 juta orang. Melalui
program ini masyarakat miskin juga sudah mendapat pelayanan
kesehatan untuk kasus khusus seperti pertolongan persalinan,
hemodialisa, operasi jantung, dan operasi caesar.
Dalam rangka mendukung program Askeskin, upaya
peningkatan jumlah dan kualitas sarana pelayanan kesehatan dasar
terus dilanjutkan. Pada tahun 2006 jumlah puskesmas tercatat
sebanyak 5.614 unit, puskesmas perawatan sebanyak 2.227 unit,
puskesmas pembantu sekitar 22.100 unit, dan puskesmas keliling
sekitar 15.700 unit.
01 - 65
01 - 68
01 - 69
29.
Kecil
01 - 71
30.
31.
Alam
dan
kritis seluas sekitar 1,5 juta hektar, dan penanaman sebanyak 1,5 juta
bibit tanaman hutan yang tersebar di berbagai provinsi. Di samping
itu, dilakukan pula pengembangan dan pemanfaatan hasil hutan
bukan kayu (HHBK), pembentukan forum daerah aliran sungai
(DAS) sebagai wadah koordinasi berbagai pihak yang bersifat
independen untuk penyelenggaraan pengelolaan DAS di 33 provinsi,
dan fasilitasi bagi 105 Sentra Penyuluh Kehutanan Perdesaan (SPKP)
dan 205 Kelompok Usaha Produktif (KUP).
Kebijakan pembangunan di bidang kelautan diarahkan untuk
pendayagunaan sumber daya kelautan guna mewujudkan
pertumbuhan
ekonomi,
pemerataan,
kesejahteraan,
dan
terpeliharanya daya dukung ekosistem pesisir dan laut. Upaya
pengendalian sumber daya kelautan dan perikanan telah dilakukan
melalui penerapan sistem pemantauan, pengendalian, dan
pengawasan (monitoring, controlling and surveillance/MCS). Untuk
mendukung upaya tersebut, pada tahun 2006 telah dipasang
sebanyak 1.444 buah transmitter pada kapal-kapal penangkap ikan;
pembangunan pos pengawas dan pembentukan Unit Pelaksana
Teknis Pengawasan di lima (5) lokasi; dan pengadaan 20 unit kapal
pengawas dan 13 unit speed boat. Langkah ini dapat meningkatkan
ketertiban usaha perikanan tangkap yang selama ini dilakukan.
Selain itu, telah dilakukan pula upaya untuk meningkatkan keamanan
di laut melalui kerja sama dengan instansi terkait, antara lain dengan
Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla), TNI-AL, dan Polri
untuk melakukan operasi pengawasan terpadu secara terkoordinasi.
Selama tahun 2006 telah berhasil ditangani tindak pidana
pelanggaran usaha perikanan sebanyak 133 kasus. Untuk
meningkatan peran serta masyarakat dalam pengawasan dan
keamanan laut, telah dibentuk pula sebanyak 708 kelompok
masyarakat pengawas (pokmaswas).
Dalam rangka pengelolaan sumber daya laut dan pesisir di
daerah, telah dilaksanakan dukungan/fasilitasi pengelolaan wilayah
pesisir terpadu di 15 provinsi dan mencakup 42 kabupaten/kota, dan
pembentukan 26 Pusat Regional Program Mitra Bahari di 33 provinsi
sebagai wadah bagi pengembangan kemitraan antarpihak. Di
samping itu, dikembangkan kerja sama antardaerah dalam
pengelolaan wilayah laut dan pesisir, seperti di Selat Karimata, Teluk
01 - 77
Bone, Teluk Cenderawasih, dan Selat Bali, juga kerja sama regional
dengan Malaysia dan Philipina dalam pengelolaan kawasan
konservasi laut Sulu Sulawesi (Sulu Sulawesi Marine Ecoregion).
Untuk mendukung pengelolaan wilayah laut dan pesisir, telah
disusun Kebijakan Kelautan Nasional (National Ocean Policy) dan
telah disahkan pula Undang-Undang tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Untuk pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang, telah
dilakukan kegiatan Coral Reef Rehabilitation and Management
Project (Coremap) Phase II di 8 provinsi yang meliputi 12
kabupaten/kota. Selain itu, terus dilakukan upaya penetapan
Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) yang sampai dengan saat
ini telah meliputi kawasan seluas 1,5 juta hektar; dan kegiatan
Pengelolaan Lingkungan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
(PLBPM) telah dilaksanakan di 20 kabupaten. Dalam penataan ruang
laut, telah dilakukan fasilitasi penyusunan tata ruang pesisir, laut dan
pulau-pulau kecil di beberapa daerah dengan berbagai skala.
Sementara itu, dalam rangka pengembangan dan pembangunan
pulau-pulau kecil, pada tahun 2006 telah dilaksanakan identifikasi
dan penamaan pulau-pulau kecil (toponimi) yang mencakup
sebanyak 3.806 pulau di 11 provinsi, serta pembangunan sarana dan
perbaikan ekosistem pulau-pulau kecil yang sangat rentan terhadap
perubahan lingkungan.
Di bidang sumber daya energi, mineral, dan pertambangan,
upaya memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian
fungsi lingkungan hidup dilaksanakan melalui pengembangan bidang
minyak dan gas bumi (migas), mineral, batu bara, panas bumi dan
energi. Dalam bidang migas telah dilakukan upaya untuk
meningkatkan produksi migas melalui penemuan cadangan migas
baru, penerapan teknologi enhanced oil recovery (EOR) dan
pemanfaatan gas bumi termasuk gas metana batu bara (GMB), di
mana Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar yaitu sekitas
450 TSCF. Dengan upaya-upaya di atas telah dicapai komitmen
investasi, pada tahun 2006 peningkatan cadangan total minyak bumi
sebesar 0,3 miliar barrel dan gas bumi 1,3 TSCF dibandingkan tahun
2005. Selain itu juga untuk menambah pasokan gas domestik telah
ditandatangani berbagai kontrak: perjanjian jual beli gas, head of
01 - 78
agreement dan MoU dengan total volume 1,7 TCF serta adanya 20
calon investor untuk melakukan pengusahaan GMB.
Dalam bidang pertambangan mineral, batu bara dan panas
bumi, telah dilakukan upaya untuk meningkatkan pemanfaatannya
dengan peningkatan teknologi dan fasilitasi investasi dari dalam dan
luar negeri melalui penyelesaian peraturan perundangan-undangan
yang berkaitan, penyederhanaan perizinan serta penguatan sarana
pendukungnya termasuk sistem informasi. Dengan upaya ini telah
dicapai, antara lain: produksi batu bara pada tahun 2006 sebesar 167
juta ton dengan ekspor sebesar 118,14 juta ton, Uji Air Produksi
Sumur Mataloko, Joint Study on Coal and Resources and Reserves
Indonesia dengan JICA, dan Simposium Internasional Low Rank
Coal, komunikasi dan koordinasi penyelesaian masalah lingkungan
dan tumpang tindih lahan untuk kegiatan pertambangan.
Selanjutnya dalam bidang energi telah dilakukan upaya untuk
konservasi energi melalui efisiensi energi dan budaya hemat energi
serta pengembangan pemanfaatan energi baru dan terbarukan sebagai
alternatif substitusi bahan bakar minyak (BBM). Percepatan subsitusi
BBM telah dilakukan melalui pengembangan PLTU 10.000 MW,
substitusi minyak tanah dengan LPG dan briket batu bara di sektor
rumah tangga, substitusi BBM dengan dengan biofuel di sektor
industri dan pembangkit listrik, substitusi BBM dengan BBG, LPG
dan biofuel di sektor transportasi, dan substitusi BBM dengan batu
bara yang dicairkan. Juga telah diterbitkan Peraturan Menteri Nomor
33 Tahun 2006 tentang Pengusahaan Gas Metana Batu Bara serta
dilakukan pengembangan desa mandiri energi yang memanfaatkan
potensi sumber energi terbarukan setempat dalam pemenuhan
kebutuhan energi untuk kegiatan produktif.
Di bidang pengelolaan lingkungan hidup, telah ditempuh
berbagai kegiatan seperti Program Adipura, Surat Pernyataan
Program Kali Bersih (Superkasih), Pengelolaan B3 dan Limbah B3,
Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim, Regulasi Bahan Perusak
Ozon (BPO), Pelibatan Masyarakat dan Investasi Lingkungan. Pada
tahun 2006 Program Adipura diikuti oleh sebanyak 381 kota. Dengan
program tersebut telah terjadi peningkatan jumlah kota yang
dikategorikan sebagai kota bersih, teduh, dan nyaman, yaitu dari 45
kota (11,3 persen) pada tahun 2006 menjadi 84 kota (22,6 persen)
01 - 79
01 - 81
01 - 84
33.
01 - 88
khususnya dari BUMN, serta dari lembaga donor, dunia usaha dan
swadaya masyarakat.
01 - 89