Anda di halaman 1dari 3

Hambatan – hambatan yang ditemui dalam REPELITA IV di bidang :

a. Ideologi
Keberhasilan pembangunan ditentukan oleh kemampuan aparatur pemerintah
dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan. peningkatan
kemampuan sumber daya manusia dan penataan kelembagaan, termasuk aspek
organisasi dan ketatalaksanaan aparatur pemerintah serta pelembagaan mekanisme
kepemimpinan nasional, sistem pengawasan serta penelitian dan pengembangan
administrasi pemerintahan dan pembangunan. dalam upaya memperkuat aparatur
pemerintah daerah, telah dibentuk antara lain Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) Tingkat I dan Tingkat II, Badan Koordinasi Penanaman Modal
Daerah (BKPMD), Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal), Badan
Pertanahan Nasional (BPN), dan dinas daerah. Selanjutnya, untuk memantapkan
penyelenggaraan dan perwujudan otonomi daerah yang nyata, dinamis, dan
bertanggung jawab dengan titik berat otonomi pada daerah tingkat II sebagaimana
ditetapkan dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1974, telah dibentuk Dewan
Pertimbangan Otonomi Daerah dengan Keppres No. 23 Tahun 1975. Kemudian,
untuk lebih mendayagunakan pemerintahan desa telah diterbitkan Undang-undang
No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa.

Seiring dengan itu, pengawasan pembangunan terus dikembangkan dan


didayagunakan, meliputi pengawasan melekat (waskat), pengawasan fungsional
(wasnal), dan pengawasan masyarakat (wasmas). Melalui Keppres No. 31 Tahun
1983, wasnal lebih ditingkatkan lagi dengan pembentukan BPKP, sedangkan waskat
lebih ditingkatkan dengan pedoman pelaksanaan

b. Politik
Secara nyata, kurangnya konsekuen, dan dinamis, yang meliputi penataan
suprastruktur politik, pengembangan budaya politik dan mekanisme demokrasi
Pancasila. Hal tersebut harus lebih dimantapkan dengan pelembagaan Wawasan
Nusantara. Dengan demikian, mekanisme pelaksanaan demokrasi Pancasila telah
makin jelas memperlihatkan wujudnya dan mekanisme kepemimpinan nasional lima
tahunan telah berjalan makin mantap, teratur, dinamis, dan konstitusional.
Pembangunan politik selama kurun waktu PJP I telah dapat mewujudkan
tingkat stabilitas nasional yang mantap dan dinamis sehingga memungkinkan
pembangunan nasional yang menghasilkan kesejahteraan rakyat yang makin baik.
Pembangunan politik telah mengembangkan pula iklim keterbukaan yang
bertanggung jawab dalam demokrasi Pancasila.

c. Ekonomi
Harga adaptasi sosial yang sering terlalu tinggi atau kurang diperhatikan
waktu suatu kegiatan pembangunan direncanakan. Dalam bidang ekonomi masalah
pemasaran maupun penyimpanan dan pemrosesan hasil produksi yang berhasil
ditingkatkan kurang diperhatikan sewaktu kegiatan pembangunan disuatu bidang
dilancarkan. Pendapatan penduduk yang memang terlalu rendah untuk masih dapat
mengambil risiko sekecil-kecilnya dalam proses pembangunan itu sendiri.
Laju peningkatan penduduk membuat Repelita 4 berusaha untuk
meningkatkan taraf hidup melalui pengembangan lapangan kerja untuk menampung
peningkatan angkatan kerja.dalam jumlah ini sebagian besar mempunyai pekerjaan
dan selebihnya tidak bekerja (menganggur). Di antara yang bekerja ada yang bekerja
penuh dan ada yang bekerja tidak penuh (bekerja musiman atau beker ja sambilan).
Apabila selama Repelita IV dapat dicapai pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 5%
setahun dan pola investasi diarahkan kepada kegiatan yang banyak menyerap tenaga
kerja, maka diperkirakan akan dapat diciptakan lapangan kerja untuk sekitar 9 juta
orang.Apabila pertumbuhan ekonomi rata-rata selama Repelita IV berhasil mencapai
lebih dari 5% dan penggunaan biaya pemba- ngunan benar-benar diarahkan untuk
menciptakan lapangan kerja sebesar mungkin, maka selama Repelita IV akan dapat
tersedia tambahan lapangan kerja untuk sekitar 9,5 juta orang.
Tujuan pembangunan jangka panjang di bidang ekonomi adalah untuk
merubah struktur perekonomian Indonesia agar menjadi lebih seimbang.
Keseimbangan struktur yang lebih sehat ini sangat diperlukan agar dapat diletakkan
landasan yang lebih kuat dan lebih luas bagi pertumbuhan selanjutnya dan juga untuk
makin memperkuat ketahanan ekonomi. Oleh karena itu, maka diusahakan agar laju
pertumbuhan sektor-sektor di luar pertanian adalah lebih besar dari pertumbuhan
sektor pertanian, sedangkan sektor pertanian sendiri laju pertumbuhannya juga
akan terus ditingkatkan dengan tujuan antara lain untuk memantapkan swasembada
pangan.
d. Sosial
Sikap masyarakat beranggapan merubah tradisi akan mendatangkan bahaya
yang memuja tradisi menghalangi perubahan untuk pembangunan. Selain itu,
disorganisasi sosial menandakan ketidakserasian unsur sosial satu sama lain sehingga
melonggarkan daya pengikat sosial. Dalam situasi longgar daya pengikat kesempatan
baik menerima hal yang baru karena pada saat itu pengawasan sosial lemah.
Pengawasan sosial yang lemah membiarkan deviasi tingkah laku).
Maka dari itu ada beberapa upaya untuk terjadinya hambatan tersebut yang
berpacu pada wewenangnya supaya masyarakat percaya terhadap perencanaan
pembangunan : a) Pendataan penyandang masalah sosial dan potensi kesejahteraan
sosial b) Pembina pekerja sosial masyarakat dan organisasi social. c) Mengeluarkan
surat keterangan miskin. d) Pengurusan orang,terlantar. e) Memberikan rekomendasi
permintaan bantuan sosial kepada Pemerintah Daerah. f) Pengawasan pembangunan
sarana social. g) Mengeluarkan rekomendasi untuk kegiatan social. h) Penanggulanga
bencana alam dalam skala Desa.
e. Budaya
Kurang melembaganya budaya dan semangat membangun di kalangan
masyarakat dalam mengembangkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan.
Namun Pada akhirnya, dalam pada itu pembangunan kebudayaan dalam PJP I telah
berhasil meningkatkan dan mengembangkan keserasian, keselarasan, serta
keseimbangan kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia lahir batin. Hal ini
tercermin dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, makin berkembangnya kebudayaan nasional yang dijiwai
nilai-nilai luhur Pancasila, di samping melembaganya budaya dan semangat
membangun di kalangan masyarakat.

f. Pertahanan dan Keamanan


Pembangunan hankam selama PJP I masih menitikberatkan pada
pembangunan komponen kekuatan inti, yaitu ABRI, sedangkan komponen lainnya
baru dimulai dengan penyusunan dan pemantapan konsepsinya meskipun di
masyarakat sendiri telah ada unsur yang secara terbatas memiliki kemampuan
sebagai ratih, linmas, dan pendukung, yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganda
kekuatan ABRI. Selama PJP I menggambarkan keberhasilan pembangunan bidang
hankam sehingga pembangunan nasional dapat dilaksanakan secara aman dan
lancar. Keberhasilan ini dicapai melalui serangkaian kebijaksanaan dan upaya yang
dilaksanakan secara terarah dan terpadu.
Pada Repelita IV telah dilaksanakan reorganisasi hankam/ABRI dalam rangka
ABRI kecil, efektif, dan efisien, dan kemudian dilanjutkan perwujudannya pada
Repelita V. Dengan demikian, secara umum pembangunan hankam pada PJP I telah
dapat mencapai sasaran yang ditetapkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh
bangsa dan negara Republik Indonesia.

Daftar Pustaka :
https://www.bappenas.go.id/files/4713/5229/9515/bab-02-94-95-
cek__20090130074149__1.doc
http://eprints.ipdn.ac.id/236/4/4.ISI-BUKU.pdf

Anda mungkin juga menyukai