Anda di halaman 1dari 8

DEMODEKOSIS

Anamnesis
Seekor anjing pasien milik owner di RSH IPB dirawat inap sejak 15
Oktober 2014. Keadaan terakhir rambut digundul karena mengalami demodekosis
dan ditemukan tumor lemak di sekitar punggung.
Signalement
Nama
Jenis hewan/spesies
Ras/breed
Warna bulu & kulit
Jenis kelamin
Umur
Berat badan
Tanda Khusus

: Mican
: Anjing
: Shit-tzu
: putih
: Jantan
: Tua (9 tahun)
: kg
:Status Present

Keadaan Umum
Perawatan
Habitus/tingkah laku
Gizi
Pertumbuhan Badan
Sikap berdiri
Suhu tubuh
Frekuensi nadi
Frekuensi nafas
Adaptasi lingkungan
Kepala dan Leher
Inspeksi
Ekspresi wajah
Pertulangan kepala
Posisi tegak telinga
Posisi kepala
Palpasi
Turgor kulit
Mata dan Orbita
Kiri
Palpabrae
Silia
Konjungtiva
Membran nictitans
Sklera
Kornea
Iris

: baik
: tulang punggung lurus/ jinak
: baik
: baik
: tegak pada empat kaki
: 37.9 C
: 128x /menit
: 30 x /menit
: Baik
: tenang dan aktif
: kompak, simetris, tidak ada perubahan
: tegak keduanya
: tegak, lebih tinggi dari vertebrae
: baik (< 2 detik)

: membuka dan menutup sempurna


: mengarah keluar sempurna
: pucat, basah, tidak ada perlukaan
: tersembunyi
: putih
: keruh
: tidak ada perlekatan

Limbus
Pupil
Refleks pupil
Vasa injeksio

: rata
: tidak ada kelainan
: positif
: tidak ada

Kanan
Palpabrae
Silia
Konjungtiva
Membran nictitans
Sklera
Kornea
Iris
Limbus
Pupil
Refleks pupil
Vasa injeksio

: membuka dan menutup sempurna


: mengarah keluar sempurna
: pucat, basah, tidak ada perlukaan
: tersembunyi
: putih
: keruh
: tidak ada perlekatan
: rata
: tidak ada kelainan
: postif
: tidak ada

Hidung dan sinus-sinus


Hidung dan sinus-sinus

: lembab dengan gema perkusi nyaring

Pendengaran dan Keseimbangan (Telinga)


Posisi
: tegak keduanya
Bau
: bau khas serumen
Permukaan daun telinga
: halus (sangat kotor)
Krepitasi
: tidak ada
Refleks panggilan
: positif
Mulut dan rongga mulut
Rusak/ luka pada bibir
Mukosa
Gigi geligi
Lidah

: tidak ada
: rose, licin, basah, tidak ada perlukaan
: lengkap
: rose, kasar, tidak ada perlukaan

Leher
Perototan
Trachea
Esofagus

: simetris
: tidak ada perubahan bentuk
: kosong/ tidak teraba

Sistem Pernafasan
Inspeksi
Bentuk rongga thoraks
Tipe pernapasan
Ritme
Intensitas
Frekuensi
Palpasi
Penekanan rongga thoraks

: simetris
: costalis
: teratur
: dangkal
: 30x /menit
: tidak ada respon sakit maupun batuk

Palpasi intercostal
: tidak ada respon sakit maupun batuk
Perkusi
Lapangan paru-paru
: tidak ada perluasan
Gema perkusi
: nyaring
Auskultasi
Suara pernapasan
: vesikular inspirasi terdengar jelas
Suara ikutan antara ins dan eks : tidak ada
Sistem Sirkulasi
Inspeksi
Ictus cordis
Perkusi
Lapangan jantung
Auskultasi
Frekuensi
Intensitas
Ritme
Suara sistol dan diastol
Ekstrasistolik
Pulsus dan jantung
Abdomen
Inspeksi
Besar
Bentuk
Palpasi
Epigastrikus
Mesogastrikus
Hipogastrikus
Isi usus halus
Isi usus besar
Auskultasi
Peristaltik usus
Anus
Sekitar anus
Refleks spinchter anii
Pembesaran kolon
Kebersihan daerah perineal
Sistem Genitalia
Preputium
Penis
Keluarkan glans penis
Besar
Bentuk
Sensitivitas
Warna

: tidak terlihat
: tidak ada perluasan
: 128x /menit
: kuat
: teratur
: terdengar jelas dan tidak ada perubahan
: negatif
: seirama

: simetris kiri dan kanan


: tidak ada perubahan
: tidak ada perubahan
: tidak ada perubahan
: tidak ada perubahan
: kosong
: kosong
: terdengar
: kotor
: positif
: tidak ada
: kotor
: kotor, kemerahan
: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan
: tidak sensitif
: rose

Kebersihan
Scrotum
Urethra
Alat gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan
Perototan kaki belakang
Tremor
Spasmus otot
Sudut persendian
Cara berjalan/berlari
Palpasi
Struktur pertulangan
Konsistensi tulang
Reaksi saat palpasi

: bersih
: kotor, tidak ada perubahan maupun perlukaan
: tidak ada gangguan urinasi

: simetris, tidak ada perubahan


: simetris, tidak ada perubahan
: negatif
: negatif
: tidak ada perubahan
: koordinatif
: tegas, tidak ada perubahan
: keras
: tidak ada rasa sakit

Ln. popliteus
Ukuran
Konsistensi
Lobulasi
Perlekatan
Panas
Kesimetrisan

: membesar
: keras
: jelas
: ada perlekatan
: sama dengan daerah sekitarnya
: kiri kebih besar

Kestabilan pelvis
Konformasi
Kesimetrisan
Tuber ischii
Tuber coxae

: stabil
: simetris
: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan

Temuan klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Selasa, 8 Desember 2014. Keadaan umum
kucing terlihat baik, ditunjukkan dengan rambut yang mulai tumbuh merata. Suhu
tubuh kucing pada saat pemeriksaan adalah 37.9 C dengan frekuensi nadi
sebanyak 128 kali per menit dan frekuensi nafas 30 kali per menit. Pemeriksaan
pada mata dan orbita menunjukkan adanya kekeruhan pada kornea baik pada mata
kanan maupun kiri, tapi masih ada refleks pupil jika ada cahaya. Inspeksi pada
integumen sekitar punggung ditemukan papila-papila berisi cairan pada
permukaan kulit, di sekitar telapak kaki ditemukan lesi kebotakan terlokalisir.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu dengan pemeriksaan natif kerokan
kulit di sekitar telapak kaki dan pungung. Hasil pemeriksaan natif kerokan kulit
menujukkan adanya tungau Demodex (folliculorum) canis.

Gambar 1. Gambaran Kondisi Pasien

Diagnosa
Berdasarkan pemeriksaan fisik dan temuan klinis yang diperoleh, diperkuat
dengan pemeriksaan penunjang yakni pemeriksaan natif kerokan kulit dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami infeksi ektoparasit yaitu demodekosis.
Diferensial Diagnosa
Diferensial diagnosa pada kasus ini adalah infeksi jamur.
Prognosa
Fausta
Terapi
Pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi demodekosis adalah dengan
pemberian Advocate spot on untuk terapi anti-ektoparasit. Pemberian salep agatis
zalf yang mengandung Nebacetin 2,5 gram Bactroban 2,5 gram untuk mengobati
lesi-lesi akibat iritasi ektoparasit. Selain itu, diberi antibiotik topikal yaitu.
Antibiotik sistemik yang diberikan adalah cefadroxil. Penambahan minyak ikan
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kulit dan rambut.
Pembahasan
Berdasarkan temuan klinis dan hasil pemeriksaan klinis, anjing didiagnosa
menderita demodekosis. Perawatan yang dilakukan di Rumah Sakit Hewan IPB
diantaranya adalah pencukuran rambut hingga gundul, yang bertujuan agar tungau
lebih mudah untuk diberantas.
Temuan klinis yang ditemukan adalah lesi kebotakan terlokalisir. Hal ini
menunjukkan pasien menderita demodekosis. Temuan klinis yang ditemukan
sesuai dengan pendapat Dunn (2008) gejala klinis dari demodekosis adalah pada
kulit terjadi alopecia, berkerak, kemerahan, disertai rasa gatal dan sakit jika ada
infeksi sekunder. Munculnya demodex biasanya pada daerah kepala, kaki depan,
hidung, ekor dan beberapa anjing ada juga yang terserang hanya di daerah telapak
kaki dan telinga saja. Pada demodekosis eneral, lesi terdapat hampir di seluruh
tubuh dan biasanya disertai dengan infeksi sekunder.
Konfirmasi melalui pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan natif
kerokan kulit menunjukkan hasil positif terdapat demodekosis. Gambar parasit
ektoparasit yang ditemukan sesuai dengan gambar literatur demodeks.

Gambar 2. Demodex canis pada pasien

Gambar 3. Demodex canis literatur


(http://www.baeyesite.com)
Demodex termasuk ektoparasit dalam kelompok tungau. Taksonomi dari
Demodex yaitu:
Filum
Kelas
Ordo
Subordo
Famili
Genus
Spesies

: Artopoda
: Arachnida
: Parasitiformes
: Prostigmata
: Demodicidae
: Demodex
: Demodex canis

Tungau ini berbentuk seperti buah lombok, langsing, berkaki empat pasang yang
kekar bentuknya, tiap kaki terdiri dari tiga ruas, bagian perut yang bergaris
melintang mirip cincin dan panjangnya 250-400 .
Demodekosis adalah peradangan yang diakibatkan oleh parasit (tungau) yang
sering terjadi pada anjing dengan karakteristik terdapatnya sejumlah besar tungau
(Demodex) pada folikel rambut. Demodekosis sering diikuti oleh furunkulosis dan
infeksi sekunder oleh bakteri. Oleh sebab itu, kejadian penyakit ini sering
dikelirukan dengan furunkulosis bakteri. Penyebab dan faktor resiko dari
demodekosis adalah sebagai berikut:

Imminopathomechanism yang pasti dari demodekosis tidak diketahui


secara pasti.

Berdasarkan penelitian terhadap anjing yang terkena demodekosis general


terdapat interleukin-2 sebagai reseptor limfosit dalam prosentase yang
subnormal, begitu juga produksi interleukin-2 dalam jumlah yang
subnormal.

Faktor predisposis dari demodekosis general adalah genetik, immunologik,


dan keparahan penyakit. Secara genetik, ada beberapa jenis ras anjing
yang cenderung lebih sensitif terhadap resiko demodekosis yaitu
diantaranya pada West Highland White Terrier, Chinese Shar Pei, Scottish
Terrier, English Bulldog, Boston Terrier, Great Dane, Doberman Pinscher
serta Alaskan Malamute.

Peningkatan jumlah Demodex pada anjing juga selalu berkaitan dengan


adanya endoparasit, malnutrisi, terapi obat immunosupresi dan stress
sementara (estrus, kebuntingan, tindakan pembedahan dan saat dilakukan
penitipan)

Pasien telah berumur 9 tahun, umumnya hewan itu telah terinfeksi sejak
umur muda dan menderita defisiensi tanggap kebal karena penyakit infeksi
(Shingenbergh et al., 1980). Tungau Demodex sp., merupakan fauna normal dalam
tubuh, jika kondisi kesehatan inang menurun, dan hewannya stres maka tungau
Demodex sp., akan berkembang semakin banyak (Faccini et al., 2004).

DAFTAR PUSTAKA
Dunn, TJ. 2008. Demodex in the Dog. www.Vetinfo4dogs.com. 10 Desember
2008.
Faccini HRH, Santos ACG, Bechara GH. 2004. Bovine demodekosis in the State
of Paraiba,
Northerns Brazil. Presq Vet Bras 24 (3) :149-152.
Shingenbergh J, Mohamed AN, Bida SA. 1980. Studies on bovine demodekosis in
northern
Nigeria. Veterinary Quartely 2(2) : 90-94.

Anda mungkin juga menyukai