Anda di halaman 1dari 4

PEMEKARAN LANTAI SAMUDRA

Teori pemekaran lantai samudera sangat berkaitan erat dengan teori tektonik
lempeng. Pemekaran dasar samudera merupakan kunci penemuan tektonik
lempeng.
Hipotesa pemekaran lantai samudera (Sea Floor Spreading) dikemukakan pertama
kalinya oleh Harry Hess (1960) dalam tulisannya yang berjudul Essay in
geopoetry describing evidence for sea-floor spreading. Dalam tulisannya
diuraikan mengenai bukti-bukti adanya pemekaran lantai samudera yang terjadi di
pematang tengah samudera (mid oceanic ridges), Guyots, serta umur kerak
samudera yang lebih muda dari 180 juta tahun.

Hipotesa pemekaran lantai samudera pada dasarnya adalah suatu hipotesa yang
menganggap bahwa bagian kulit bumi yang ada di dasar samudwra Atlantik
tepatnya di Pematang Tengah Samudera mengalami pemekaran yang diakibatkan
oleh gaya tarikan (tensional force) yang digerakkan oleh arus konveksi yang
berada di bagian mantel bumi (astenosfir).

Gambar arus konveksi yang menggerakkan lantai samudera (litosfir),


pembentukan material baru di Pematang Tengah Samudera (Midoceanic ridge) dan
penyusupan lantai samudera kedalam interior bumi (astenosfir) pada zona subduksi.

Bukti bukti lain tentang adanya pemekaran lantai samudera adalah data data
yang dihasilkan dari pengukran kemagnetan purba (paleomagnetism) dan
penetuan umur batuan (dating rock).
Kemagnetan purba adalah studi tentang polaritas arah magnet bumi yang terekam
oleh mineral yang ada dalam batuan saat batuan tersebut membeku. Sebagaimana
diketahui bahwa mineral-mineral yang menyusun batuan, seperti mineral magnetit
akan merekam arah magnet-bumi saat mineral tersebut terbentuk, yaitu pada
temperatur lebih kurang 580 derajat Celcius (temperatur Currie).

Gambar rekaman arah magnet purba pada batuan lava, terlihat adanya pembalikan arah
polaritas arah magnet bumi yang berubah setiap 400.000 tahun sekali.

Hasil studi kemagnetan purba yang dilakukan terhadap sampel batuan yang
diambil di bagian Pematang Tengah Samudera hingga ke bagian tepi benua
menunjukkan terjadinya polaritas arah magnet bumi yang berubah rubah (normal
dan reverse) dalam selang waktu setiap 400.000 tahun sekali.
KESIMPULAN

Penyebab dari pergerakan benua-benua dimulai oleh adanya arus konveksi dari
mantel bumi. Arah arus ini tidak teratur, seperti pergerakan udara/awan atau
pergerakan dari air yang direbus.
Terjadinya arus konveksi terutama disebabkan oleh aktivitas radioaktif yang
menimbulkan panas.
Dalam kondisi tertentu dua arah arus yang saling bertemu bisa menghasilkan arus
interferensi yang arahnya ke atas.
Arus interferensi ini akan menembus kulit bumi yang berada di atasnya.

Magma yang menembus ke atas karena adanya arus konveksi ini akan membentuk
gugusan pegunungan yang sangat panjang dan bercabang-cabang di bawah
permukaan laut yang dapat diikuti sepanjang samudera-samudera yang saling
berhubungan di muka bumi.
Lajur pegunungan yang berbentuk linear ini disebut dengan MOR (Mid Oceanic
Ridge atau Pematang Tengah Samudera) dan merupakan tempat keluarnya
material dari mantel ke dasar samudera.
Kerak (kulit) samudera yang baru, terbentuk di pematang-pematang ini karena
aliran material dari mantel.
Batuan dasar samudera yang baru terbentuk itu lalu menyebar ke arah kedua sisi
dari MOR karena desakan dari magma mantel yang terus-menerus dan juga
tarikan dari gaya gesek arus mantel yang horisontal terhadap material di atasnya.
Lambat laun kerak samudera yang terbentuk di pematang itu akan bergerak terus
menjauh dari daerah poros pematang dan mengarungi samudera. Gejala ini
disebut dengan Pemekaran Lantai Samudera (Sea Floor Spreading).

Anda mungkin juga menyukai