Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN TUGAS MANDIRI I

Laboratory Used in Reproductive System


Untuk Memenuhi Tugas Mandiri pada Blok Sistem Reproduksi dibimbing oleh
Ns. Fransiska Imavike F, S.Kep. M.Nurs

DISUSUN OLEH :
Eky Madyaning Nastiti
NIM 0910721004

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2011

CURRICULUM VITAE

NAMA

: EKY MADYANING NASTITI

NI M

: 0910721004

JURUSAN

: ILMU KEPERAWATAN

ANGKATAN

: 2009 A

EMAIL

: ns.ekiey@gmail.com

TTL

: JEMBER, 20 MEI 1991

ALAMAT

: JLN. RIAU NO 28 JEMBER

RIWAYAT PENDIDIKAN :
-

SDN JEMBER LOR II (SEKARANG JEMBER LOR 1)

SMP NEGERI 2 JEMBER

SMA NEGERI 1 JEMBER

S1 JURUSAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LABORATORY USED IN REPRODUCTIVE SYSTEM


1. IVA TEST (INVEKSI VISUAL DENGAN ASAM ASETAT)
A.

DEFINISI :
IVA adalah tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat

3-5 %) dan larutan iodium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang
terjadi setelah dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sela yang
mengalami dysplasia sebagai satu metode skrinning kanker serviks. ). IVA
merupakan pemeriksaan skrining alternatif dari Pap smear karena murah,
praktis, sangat mudah untuk dilakukan dengan peralatan sederhana, dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
B.

MANFAAT
x Memenuhi kriteria tes skrining yang baik
x Penilaian ganda untuk sensitifitas dan spesifisitas menunjukkan bahwa
tes ini sebanding dengan pap smear dan HPV atau kolposkopi
x Berpotensi untuk pendekatan kunjungan tunggal
x Tidak memerlukan alat/perawatan selain pasokan asam asetat (cuka),
spekulum dan sumber cahaya (lampu/senter)
x Dapat dilakukan di semua tingkat system pelayanan kesehatan, oleh
petugas yang telah dilatih

C.

INDIKASI
Skrinning kanker serviks

D.

KONTRAINDIKASI
Tidak direkomendasikan pada wanita pasca menopause, karena daerah
zona transisional seringkali terletak kanalis servikalis dan tidak tampak
dengan pemeriksaan inspekulo.

E.

SYARAT MENGIKUTI TES IVA


1.

Sudah pernah melakukan hubungan seksual

2.

Tidak sedang datang bulan/haid

3.

Tidak sedang hamil

4.

24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual

F.

PELAKSANAAN SKRINNING IVA


Persiapan alat dan Bahan
x

Sabun dan air untuk cuci tangan

Lampu yang terang untuk melihat serviks

Spekulum dengan desinfeksi tingkat tinggi

Sarung tangan sekali pakai atau desinfeksi tingkat tinggi

Meja ginekologi

Lidi kapas dan kapas usap

Asam asetat 3-5 % (cuka putih dapat digunakan)

Larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi instrument dan sarung


tangan

Format pencatatan

Persiapan Tindakan
x Menerangkan prosedur tindakan, bagaimana dikerjakan, dan apa
arti dari hasil tes positif. Yakinkan bahwa pasien telah memahami
dan menandatangani informed consent
Prosedur
x

Sesuaikan pencahayaan untuk mendapatkan gambaran terbaik dari


serviks

x Posisikan klien dalam keadaan litotomi (terbaring dengan kaki


terbuka).
x

Gunakan lidi kapas untuk membersihkan darah, mucus dan kotoran


lain pada serviks

Identifikasi

daerah

sambungan

skuamo-kolumnar

(zona

transformasi) dan area di sekitarnya


x

Oleskan larutan asam asetat secara merata pada serviks, tunggu 12 menit untuk terjadinya perubahan warna. Amati setiap
perubahan pada serviks, perhatikan dengan cermatdaerah disekitar
zona transformasi

Lihat dengan cermat SSK dan yakinkan area ini dapat semuanya
terlihat. Catat apabila serviks mudah berdarah. Lihat adanya plak
berwarna putih dan tebal (epitel acetowhite *) bila menggunakan

larutan asam asetat. Bersihkan segala darah dan debris pada saat
pemeriksaan.
x

Bersihkan sisa larutan asam asetat dengan lidi kapas atau kasa
bersih

Lepaskan spekulum dengan hati-hati

Catat hasil pengamatan, dan gambar denah temuan

Hasil tes (positif / negatif) harus dibahas bersama dengan pasien


dan pengobatan harus diberikan setelah konseling, jika diperlukan
dan tersedia

*PATOFISIOLOGI ACETOWHITE
Pengolesan asam asetat 3-5% pada serviks pada epitel abnormal akan
memberikan gambaran bercak putih yang disebut acetowhite. Gambaran ini
muncul oleh karena tingginya tingkat kepadatan inti dan konsentrasi protein.
Hal ini memungkinkan pengenalan bercak putih pada serviks dengan mata
telanjang (tanpa pembesaran)
Membran sel terdiri dari lapisan lipid bilayer dengan protein yang
tersisip didalamnya atau terikat pada permukaan sitoplasma. Protein integral
membran tertanam kuat dalam lapisan lipid. Sebagian lain tertanam dalam
lapisan luar atau dalam lapisan ganda lipid protein perifer terikat secara
longgar pada permukaan internal membran. Pada sel yang mengalami proses
onkogenesis, protein yang tadinya normal akan berubah menjadi onkoprotein.
Protein normal pada sel lebih tahan terhadap asam, tetapi pada onkoprotein
oleh karena terjadi perubahan protein dengan susunan asam amino yang
berubah menyebabkan sel-sel mudah mengalami destruksi oleh asam amino
sehingga terjadi koagulasi.
Adanya metaplasia skuamosa atipik pada serviks akibat stimulus
onkogen dalam perkembangan sel yang mengalami metaplasia akan
menampakkan daerah peralihan yang atipik. Hal ini ditandai dengan adanya
peningkatan nisbah inti : sitoplasma. Peningkatan ini akibat berkurangnya
kemampuan sinar untukmenembus epitel.Epitel akan tampak putih yang
segera kelihatan setelah pengusapan asam asetat 3-5% .

Efek pemberian asamasetat akan menyebabkan dehidrasi sel akibat


peningkatan osmolaritas cairan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler yang bersifat
hipertonik ini akan menarik cairan intraseluler sehingga membran selakan
kolaps dan jarak antar sel semakin dekat. Epitel kolumnar menjadi plumper
(gemuk) setelah pemberian asam asetat sehingga sel-sel akan lebih mudah
terlihat. Akibatnya bila permukaan selmendapat sinar, maka sinar tidak akan
diteruskan ke dalam stroma namun akan dipantulkan keluar permukaan sel.
Asam asetat juga mempunyai efek koagulasi protein dalam sitoplasma
dan inti sehingga tampak opaque dan putih. Epitel abnormal memiliki inti
dengan kepadatan yang tinggi, sehinggga akan menghambat cahaya untuk
menembus epitel. Hal ini menyebabkan sel akan terlihat berwarna puih
(acetowhite) oleh karena warna kemerahan pada pembuluh darah dibawah sel
epitel tidak terlihat. Pada keadaan normal epitel tidak berwarna dan tembus
cahaya. Warna kemerahan yang terlihat merupakan warna pembuluh darah
yang terlihat dibawah epitel. Sel yang mengaalami displasianpaling
terpengaruh terhadap pemberian asam asetat karena memiliki inti yang besar
dan kromatin dengan kandungan protein tinggi. Sel-sel yang mengalami
perubahan displasia terjadi perubahan struktur asam amino, sel mudah
mengalami destruksi oleh asam asetat sehingga terjadi koagulasi protein, hal
ini akan memberikan gambaran lesi putih pada sel.
Derajat

putihnya

epitel

tersebut

merupakan

daerah

dengan

peningkatan densitas inti yang mencerminkan bertambahnya jumlah,ukuran


dan konsentrasi DNA sel yang abnormal. Semakin tinggi konsentrasi protein,
epitel akan semakin putih. Kondisi ini akan berhubungan langsung dengan
keparahan displasia. Efek asam asetat mencapai puncak sekitar 1-2 menit
sesudah aplikasi dan akan menghilang dalam waktu 5 menit. Tindakan ini
dapat dilakukan beberapa kali selama pemeriksaan.
Daerah

metaplasia

yang

merupakan

daerah

peralihan

akan

mempunyai inti relatif menonjol, pada daerah yang imatur dimana inti relatif
lebih besar dari normal akan terlihat berwarna putih setelah pengusapan
asamasetat tetapi dengan intensitas kurang dan cepat karena epitel metaplasia
sangat tipis. Hal ini membedakannya dengan proses epitel prakanker dimana
epitel putih lebih tajam dan lebih lama menghilangnya.

G.

PEMAHAMAN HASIL TES

x Zat ini akan meningkatkan osmolaritas cairan ekstraseluler epitel abnormal.


Cairan ekstraseluler hipertonik ini akan menarik cairan intraseluler sehingga
membran akan kolaps dan jarak antar sel semakin dekat. Akibatnya jika
permukaan epitel disinari maka sinar tersebut tidak akan diteruskan ke
stroma namun akan dipantulkan dan permukaan epitel abnormal akan
berwarna putih Serviks (Novel, et al., 2010).
Makin putih dan makin jelas, makin tinggi derajat kelainan histologiknya.
Demikian pula makin makin tajam batasnya, makin tinggi derajat jaringannya;
sehingga dengan pemberian asam asetat akan didapatkan hasil gambaran
serviks yang normal (merah homogen) dan bercak putih (displasia) Serviks
(Novel, et al., 2010).
Peta Serviks
a.

Jauh dari lubang serviks

d.

Garis putih dekat


endoserviks (-)

Putih pucat (-)

e.

Bintik putih dekat


endoserviks (-)

Larik Acetowhite (-)

f.

Positif

(-)
b.

c.

H. KATEGORI PEMERIKSAAN IVA


Menurut

Sapto

Wiyono,

ada

beberapa

kategori

yang

dapat

dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:


1. IVA negatif = Serviks normal.
2. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya
(polip serviks).
3. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium).
Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks
dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra
kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ).
4. IVA-Kanker serviks

Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker
serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker
serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).
I.

KRITERIA WANITA YANG DIANJURKAN UNTUK MENJALANI TES


Menjalani tes kanker atau prakanker dianjurkan bagi semua wanita usia

30- 45 tahun. Kanker serviks menempati angka tertinggi diantara wanita


berusia 40 hingga 50 tahun, sehingga tes harus dilakukan pada usia dimana
lesi prakanker lebih mudah terdeteksi, biasanya 10-20 tahun lebih awa. Wanita
yang memiliki faktor risiko juga merupakan kelompok yang paling penting
untuk mendapat pelayanan tes.
J.

IMPLIKASI PERAWAT
x

Penilaian klien, meliputi riwayat singkat kesehatan reproduksi :


-

Riwayat menstruasi.

Pola perdarahan, misal, pasca berhubungan intim atau haid tidak teratur.

Paritas

Usia pertama kali berhubungan intim.

Penggunaan alat kontrasepsi.

Pendidikan pasien :
-

Memberikan pemahan kepada klien mengapa tes IVA diperlukan.

Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.

Memberikan pemahan tentang hasil temuan dan tindak lanjut yang


mungkin diperlukan (ACCP, 2003)

2. PAP SMEAR
A.

DEFINISI
Pap smear atau tes pap merupakan pemeriksaan sitologis dari apusan sel-

sel yang diambil dari leher rahim / serviks (Depkes, 2009).


Pap smear merupakan uji sitologi yang banyak diketahui untuk deteksi dini
kanker serviks. Dokter atau perawat yang terlatih akan mengerok sekret dari
serviks pasien dan mengapuskannya pada kaca objek,kemudian dikirim ke
laboratorium untuk analisis sitologi. Uji ini berdasarkan pada pengelupasan sel-

sel ganas pada serviks dan memperlihatkan kematangan sel,kegiatan


metabolik,dan variasi morfologi.
Meskipun kerokan serviks merupakan spesimen uji yang paling sering.
Uji ini dapat melakukan evaluasi sitologi sekret vagina,sekret prostat,urin,sekret
lambung, cairan rongga, aspirasi bronkus, sputum,atau sel-sel tumor padat yang
diperoleh dengan aspirasi jarum halus.
Bila pap smear positif atau menunjukan keganasan

,biopsi

serviks

dapat

memastikan diagnosis.

B.

SASARAN ORGAN ATAU JARINGAN


Serviks (Novel et al., 2010).

C.

TUJUAN

Kegunaan diagnostik sitologi untuk deteksi keganasan (tes Pap) sel epitel
serviks.
evaluasi peradangan
identifikasi jasad renik
evaluasi sitohormonal
pengamatan lanjut terapi (Indarti, 2001).
D.

PROSEDUR

Perlengkapan
x

Sarung Tangan

Kain penutup

Spekulum vagina

Alat pengumpul seperti batang pap(batang kayu)

Sikat indo serviks

Larutan salin

Kaca objek mikroskop

Fiksatif untuk kaca objek (semprotan yang dijual bebas atau larutan etil
alkohol 95% dalam toples).

Persiapan pasien
x

Jelaskan kepada pasien bahwa uji ini memeriksa sel-sel serviks.

Tekankan perlunya alat bantu untuk deteksi kanker pada stadium saat
penyakitnya sering tak bergejala dan masih dapat diobati.

Uji ini jangan dijadwalkan selama masa haid.Waktu yang paling baik adalah
pertengahan daur.

Perintahkan pasien agar menghindari hubungan seksual selama 24 jam,tidak


mencuci vagina selama 48 jam,dan tidak memasukan obat-obatan lewat
vagina selama 1 minggu sebelum uji karena tindakan-tindakan demikian
dapat menghilangkan deposit sel dan mengubah pH vagina.

Beritahu pasien bahwa pada uji serviks akan dikerok,kapan dan siapa yang
akan melakukan prosedur,bahwa ia dapat merasa tidak nyaman tetapi tidak
nyeri akibat spekulum (tetapi dapat merasa nyeri saat serviks dikerok).

Beritahu pasien bahwa prosedur ini memekan waktu 5 sampai 10 menit atau
sedikit lebih lama bila vagina,rongga pinggul,dan rekyum diperiksa secara
bimanual.

Dapatkan riwayat pasien yang tepat,dan tanyakan hal-hal berikut ini: Kapan
anda terakhir melakukan pap smear? Pernahkah anda memiliki hasil pap
smear abnormal?Kapan daur haid terakhir anda?Apakah daur haid anda
teratur?Berapa hari berlangsungnya daur haid anda?Perdarahanya banyak
atau sedikit?Apakah anda pernah atau saat ini sedang minum hormon atau
kontrasepsi oral?Apakah anda menggunakan alat kontrasepsi dalam
rahim?Apakah terdapat keputihan,nyeri,atau gatal?Kelainan genikologi apa
yang terdapat dalam keluarga anda?Apakah anda pernah menjalani bedah
genikolog,kemoterapi,atau

terapi

radiasi?Bila

ya,jelaskan

dengan

klengkap.Catat sebagai riwayat data pasien yang berhubungan pada lembar


formulir laboratorium.
x

Berikan dukungan emosional bila pasien cemas,Beritahukan bahwa hasil uji


ini slesai dalam beberapa hari.

x Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemihnya tepat sebelum uji.


Prosedur dan Perawatan Pasca Uji
x

Perintahkan pasien untuk menaggalkan pakaian dari pinggang ke bawah dan


memakai kain penutup.

Mintalah kepada pasien untuk berbaring di atas meja periksa dan tempatkan
tumitnya pada pemijak kaki.(Akan lebih nyaman bila pasien tetap memakai
sepatu).Perintahkan

pasien

untuk

menggeser

bokongnya

ke

tepi

meja.Sesuaikan kain penutup untuk memperkecil bagian yang terbuka.


x

Agar tidak mengejutkan pasien,beritahu bahwa pemeriksaan akan di mulai.

Pemeriksa memakai sarung tangan dan memasukan spekulum yang tidak


diberi pelumas ke dalam vagina.Agar memasukannya lebih mudah,spekulum
dapat dibasahi denganm laerutan salin atau air hangat.

Setelah mendapatkan letak serviks,pemeriksa mengambil sekret dari serviks


dan bahan darii saluran endoserviks.kemudian letakkan endoserviks didalam
endoserviks dan memutarnya dengan kuat dalam saluran tersebut.Bila
menggunakan batang pap(batang kayu),letakkan pada serviks dengan
tonjolan yang paling panjang dalam saluran serviks,lalu putarkan batang 3600
searah jarum jam dengan kluat pada serviks.

Kemudian pemeriksa mengusapkan spesimen pada kaca objek menurut


anjuran laboratorium dan segera merendam kaca objek dalam fiksatif(atau
menyemprotkan fiksatif).

Cara lain,sekret vagina posterior dan bahan panservikal dapat diambil dan
dihapuskan pada satu kaca objek,yang harus difiksasi segera menurut anjuran
laboratorium.

Tuliskan

label

spesimen

dengan

benar,termasuk

tanggal,nama

pasien,usia,tanggal haid terakhir,serta tempat dan metode pengumpulan.


x

Pemeriksaan bimanual dapat dilakukan setelah spekulum dikeluarkan.Bantu


pasien bangun dan perintahkan untuk memakai pasien bila pemeriksaan
sudah selesai.

x
x

Berikan pasien pembalut bila terdapat perdarahan serviks.


Beritahukan kepada pasien kapan harus kembali untuk melakukan pap smear
selanjutnya.

Perhatian
x

Pastikan spesimen serviks diaspirasi dan dikerok dari serviks.Sampel sekret


vagina tidak dianjurkan untuk uji skrining kanker serviks dan endometrium.

Spesimen harus cukup tebal dan tidak trasparan.

Bila terdapat lesi vagina atau vulva,pilihlah kerokan yang diambil langsung
dari lesi.

Gunakan pipet kecil,bila perlu,pada pasien yang rahinmnya telah mengalami


involusi atau atrofi akibat usia,untuk mengisap sel dari taut skuamokolumnar
kanalis servikalis.

x
E.

Awetkan kaca objek segara setelah spesimen diambil.


HASIL PEMERIKSAAN

Hasil pemeriksaan baru dapat diketahui dalam waktu kurang lebih 2 minggu.

Hasil pemeriksaan normal menunjukkan bahwa jaringan serviks normal.

Hasil pemeriksaan abnormal menunjukkan bahwa sel serviks terjadi


perubahan sitologik yang abnormal.

Hasil pemeriksaan inklusif menunjukkan bahwa jumlah sel yang diamati tidak
mencukupi guna menilai normal atau abnormal (Keogh, 2010).

Temuan normal
Normalnya tidak terdapat sel-sel ganas atau kelainan lain.
Temuan abnormal
Sel-sel ganas biasanya memiliki inti yang relatif besar dan hanya
sejumlah kecil sitoplasma.Sel-sel ini memperlihatkan pola kromatin inti yang
abnormal dan sangat beragam dalam hal ukuran,bentuk,dan sifat pewarnaan
serta mungkin memiliki anak inti yang menonjol.
Pap smear dapat ditentukan gradasinya dengan berbagai cara,jadi
periksa format pelaporan laboratorium anda.Pada sistem Bethesda ,yaitu
metode baku

saat ini,lesi skuamosa yang potensial pramaligna dibagi menjadi

tiga kategori : sel skuamosa aktipik yang maknanya tak dapat ditentukan,lesi
intraepitel skumosa derajat rendah,dan lesi intraepitel skuamosa derajat tinggi.
Kategori derajat rendah ini mencakup displasia ringan dan perubahan virus
papiloma manusia. Kategori derajat tinggi mencakup displasia sedang sampai
berat dan karsinoma in situ. Untuk memastikan laporan sitologi yang sugestif
atau positif uji ini dapat diulangi atau disertai dengan biopsi.

F.
x

IMPLIKASI KEPERAWATAN
Pengkajian pasien meliputi :
-

Apakah pasien sebelumnya mengkonsumsi obat antikoagulan seperti


Plavix, Coumadin, Heparin, atau Aspirin.

Apakah pasien dapat tidur berbaring.

Apakah dalam kadaan hamil.

Apakah menggunakan alat kontrasepsi rahim.

Dalam proses perawatan pembedahan serviks.

Apakah haid.

Apakah klien tidak melakukan hubungan intim selama 1-2 hari terakhir.

Apakah pasien tidak melakukan pengobatan vagina selama 24 jam


terakhir.

Tidak memiliki infeksi serviks, vagina, dan pelvis dalam 6 minggu terakhir.

Edukasi pasien meliputi :


-

Tujuan dari prosedur.

Apa yang akan dialami pasien selama prosedur.

Tidak menggunakan tampon, pengobatan vaginal selama 24 jam terakhir.

Pemeriksaan hanya dapat dilakukan pada wanita yang tidak sedang hamil
dan haid.

Pemeriksaan tidak dapat dilakukan pada wanita dengan infeksi serviks,


vagina, dan pelvis dalam 6 minggu terakhir.

Kemungkinan akan terjadi pendarahan kecil yang akan terjadi selama


prosedur. (Keogh, 2010)

3. HCG (HUMAN CHORIONIC GONADOTROPIN)


A.

DEFINISI
Human Chorionic Gonadotropin (HCg) adalah hormon yang dihasilkan oleh

sinsitiotrofoblas sejak hari 7-9 setelah ovulasi atau saat terbentuknya blastokis.
Sehingga dapat memperthankan korpus luteum gravidarum sampai plasenta
terbentuk. Pada kehamilan HCG timbul dalam darah dan urine saat 14 hari
sampai 26 hari setelah konsepsi dan konsentrasi memuncak pada kira-kira 8
minggu. Kenaikan konsetrasinya sebanding dengan bertambahnya jaringan
plasenta . Setelah trimester pertama kehamilan, produksi HCG menurun.

HCG tidak ditemukan pada wanita yang tidak hamil, pada kematian janin atatu
setelah 3-4 hari pascapartum.
HCG terdapat 2 bentuk :
1. Alfa HCg dibentuk oleh plasenta dengan susunan asam amino 92
2. Beta HCg dibetuk oleh jaringan ginjal dan janin, jumlahya tidak tinggi sehingga
tidak terdeteksi saat pemeriksaan
B.

FUNGSI

Fungsi HCg dapat dijabarkan sbb :


a. Saat permulaan kehamilan korpus luteum sampai tumbuh plasenta dengan
lengkap
b. HCg pada janin laki masuk ke sirkulasi darah janin sehingga merangsang
pengeluaran testosterone dari sel Leydig
c. HCg merangsang dikeluarkannya relaksin dari desidua sehingga dapat
menimbulkan relaksasi otot rahim dan vasodilatasi pembuluh darah
d. Sifat rangsangan HCg dapat bertindak sebgai LH, TSH dan FSH, tetapi tertekan
karena tingginya konsentrasi hormone steroid seperti esterogen dan
progesterone
C.

TUJUAN

Untuk menentukan apakah klien hamil

Untuk mendeteksi aborsi yang mengancam atau kematian janin

D.

NILAI RUJUKAN KADAR HCG


Kehamilan (minggu)

Kadar

Tidak Hamil

0,01 IU/ml

0,01-0,04 IU/ml

0,03-0,10 IU/ml

0,10-1,0 IU/ml

5-12

10-100 IU/ml

13-25

10-30 IU/ml

26-40

5-15 IU/ml

Masalah klinis :
Penurunan Kadar (negative) :
Tidak hamil

Kematian janin
Pasca partum (3-4 hari)
Aborsi inkomplet
Aborsi yang mengancam
Peningkatan Kadar (positive) :
Kehamilan
Mola hidatidiformis
Korionepitelioma
Koriokarsinoma
Pengaruh obat: antikonvulsan, hipnotik, penenang(fenotiaz), obat
antiparkinsonisme
E.
x

PROSEDUR

Lakukan uji kehamilan 2 minggu ( tidak lebih cepat dari 5 hari) setelah pertama
kali tidak menstruasi. Terdapat beberapa alat penentu kehamilan yang dijual
bebas untuk uji kehamilan imunologik

Tidak terdapat pembatasan asupan makanan


SERUM

Lakukan uji kehamilan tidak lebih cepat dari 5 hari setalh pertama kali terlambat
menstruasi

Kumpulkan 3-5 ml darah vena dalam tabung bertuttup merah. Cegah terjadi
hemolisis.

URINE
x

Klien harus puasa cairan selama 8-12 jam, tidak ada pembatasan asupan
makanan

Ambil specimen urine pada pagi hari (60 ml) dengan berat jenis .1,010 ke
laboratorium dengan segera. Pengumpulan urine 24 jam juga dapat
diinstruksikan

Instruksikan klien untuk mengikuti petunjuk ketika menggunakan alat penentu


kehamilan yang dijula bebas

Hindari kontaminasi darah dalam urine kareena dapat terjadi temuan positif
palsu

F.
o

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEMUAN LABORATORIUM:

Urine yang terlarut (berat jenis ,1,010) dapat menyebabkan temuan uji negative
palsu

Kelompok obat tertentu dapat menyebabkan uji positif palsu

Protein dan darah dalam urine dapat menyebabkan temuan uji positif palsu

Selama menopause dapat terjadi sekresi hormone gonadotropin hipofisis yang


berlebihan yang dapat menyebabkan temuan uji positif palsu
G.

IMPLIKASI KEPERAWATAN

1. Tenyakan pada klien kapan haid terakhir. Uji harus dilakukan 5 hari/lebih setelah
terlambah haid untuk menghindari temuan negative palsu. Darah dalam urine
dapat ,menyebabkan temuan uji positif palsu
2. Dengarkan keluhan klien
Penyuluhan Klien
o

Beri tahu klien yang ingin menggunakan alat penentu kehamilan yang banyak
dijual bebas untuk mengikuti petunjuk dengan vermat

Beri tahu bahwa ia akan menerima hasil temuan uji dalam babarapa menit.
Beberapa uji, seperti kadar serum meungik memerlukan waktu 1-2 jam.

4. TEST TORCH
A.

DESKRIPSI
TORCH

adalah singakatan Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus

(CMV), dan Herpes simpleks. Uji ini merupakan suatu uji skrining untuk
mendeteksi organisme tersebut pada ibu dan bayi. Selama kehamilan, infeksi
TORCH dapat menembus sawar plasenta dan dapat menyebabkan malformasi
congenital ringan atau berat, aborsi atau lahir mati. Efek berbahaya dari
organisme tersebut terjadi selama kehamilan trimester pertama. Pada masa
prenatal, uji skrining TORCH hanya dilakukan jika dicurigai terjadi infeksi TORCH,
seperti rubella.
Uji skrining TORCH lebih sering dilakukan jika dicurigai terjadi infeksi
congenital pada bayi pada awal kehamilan. Dugaan terhadap infeksi TORCH
dibuktikan melalui pemeriksaan darah dengan pengukuran titer (takaran
konsentrasi) IgG, IgM, atau keduanya . Titer IgG dibandingkan antara serum ibu

dan bayinya. Angka yang terbaca pada hasil pemeriksaan laboratorium terhadap
serum

darah

adalah

positif

atau

negatif.

Jika kadar titer IgG lebih tinggi pada bayi daripada pada ibu dan titer
IgM terdapat pada bayi, infeksi TORCH congenital cenderung terjadi. Uji dapat
diulang dalam beberapa minggu. Uji ini diperlukan beserta data mengenai
informasi klinis lainny untuk mngidentifikasi infeksi TORCH, infeksi rubella dan
CMV adalah yang terumum.
Karena data pemeriksaan TORCH tidak selalu akurat, kadang dokter
minta pemeriksaan ulang di laboratorium yang berbeda, sebab bisa terjadi
ketidaksamaan hasil pemeriksaan. Perbedaan terjadi akibat faktor mesin, atau
akibat penurunan atau peningkatan titer IgG dan IgM sesuai kondisi terkini
pasien. Bila pada pemeriksaan ulang 4-6 minggu kemudian, IgG tidak naik secara
berarti atau tidak terdapat IgM dengan nilai positif, artinya pasien tidak perlu
mendapat pengobatan khusus
B.

TUJUAN:

Untuk mendeteksi keberadaan infeksi TORCH pada bayi baru lahir dan ibu
C.

INTEPRETASI HASIL PEMERIKSAAN TORCH


Hasil Tes Untuk Toksoplasma

IgM positif: menunjukkan reaksi antibodi terhadap infeksi toksoplasma terjadi di


masa kini atau dalam beberapa bulan terakhir.
IgG positif: menunjukkan pasien pernah terpapar parasit toksoplasma di masa
lampau.
Hasil tes untuk Rubella
IgM negatif: menunjukkan reaksi antibodi terhadap infeksi rubella tidak terjadi
di masa kini atau dalam beberapa bulan terakhir.
IgG positif: artinya pernah terpapar rubella di masa lampau.
Hasil tes untuk CMV
IgM negatif: menunjukkan reaksi antibodi terhadap infeksi CMV tidak terjadi di
masa kini atau dalam beberapa bulan terakhir.
IgG positif: pasien pernah terpapar CMV di masa lampau.
Hasil tes untuk HSV2
IgG negatif: menunjukkan pasien tidak pernah terpapar virus Herpes Simpleks di
masa lampau.

IgM borderline 0.84: ada kemungkinan pasien terpapar virus tersebut di masa
kini.
D.

PROSEDUR

Kumpulkan 7ml darah vena dalam tabung bertutup merah

Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau cairan

Perangkat TORCH: ikuti petunjuk yang ada pada perangkat tersebut

E.

IMPLIKASI KEPERAWATAN

Kaji riwayat tentang infeksi sebelumnya


Penyuluhan klien
Beri tahu klien jika hasil iji positif, uji yang lain akan dilakukan

5. TES HORMONE
Pemeriksaan hormone berguna untuk menetukan fungsi organ seksual dan
reproduksi. Pemeriksaan hormone dipengaruhi oleh berbagai factor dan harus
dilakukan pada saat yang tepat. Pemeriksaan hormon reproduksi diperlukan sekali
dalam menilai kelainan semenjak lahir, prepubertas, pubertas, dewasa sampai
menopause, dan dari saat tidak mempunyai keturunan sampai telah hamil, serta
setelah melahirkan pun perlu pemeriksaan hormonal ini (Anwar, 2005).
I. HORMON GONAD
1. ESTROGEN
a. DEFINISI
Estrogen dan progesterone disekresi oleh ovarium. Hormone ini berperan
untuk perkembangan cirri seksual sekunder perempuan dan untuk menstruasi
normal. Ada 3 tipe hormone estrogen yaitu :
- Estradiol : Estrogen yang ditemukan pada wanita yang tidak hamil yang
berselang selingan dengan siklus menstruasi
- Estriol : Estrogen yang diproduksi oleh plasenta dan diukur pada wanita
hamil paling tidak selama kehamilan 9 minggu.
- Estron : Estrogen yang diukur pada wanita yang telah mengalami
menopause dan pria serta wanita yang dicurigai menderita kanker testis,
kanker ovary, atau tumor kelenjar adrenal (Keogh, 2010).

b. TUJUAN
- Menentukan kematangan seksual dan fertilitas
- Membantu diagnosis disfungsi gonad seperti pubertas prekoks atau
terlambat, aminore, dan infertilitas
- Menentukan kesejahteraan janin
- Membantu diagnosis tumor yang diketahui mensekresi estrogen (Kowalah,
2010)
c. PENATALAKSANAAN
- Persiapan Pasien
1. Jelaskan kepada pasien bahwa uji ini membantu menetukan apakah sekresi
hormone perempuannya normal dan uji ini dapat diulang selama berbagai
fase daur haid
2. Beri tahukan bahwa pasien tidak perlu membatas makanan atau minuman
3. Beritahukan pasien bahwa uji ini memerlukan sampel darah, jelaskan kapan
dan siapa yang melakukan pungsi vena.
4. Jelaskan kepada pasien bahwa ia dapat merasa tidak nyaman akibat
tusukan jarum dan turniket
5. Hentikan semua steroid dan hormone-hormon yang berdasarkan steroid,
sebagaimana diminta. Bila obat-obat ini harus diteruskan, catat pada
lembar formulir laboratorium (Kowalah, 2010).
- Prosedur Dan Perawatan Pasca Uji
1. Prosedur dan perawatan pasca uji dapat sedikit berbeda bergantung
apakah yang diukur plasma atau serum
2. Lakukan pungsi vena, dan kumpulkan sampel dalam tabung activator
bekuan 10 ml
3. Bila pasien dalam fase pramenopause, catat daur haidnya pada lembar
formulir laboratorium
4. Tekan tempat pungsi vena sampai perdarahan berhenti
5. Bila timbul hematom pada tempat pungsi vena, berikan kompres hangat
6. Beritahukan kepada pasien bahwa ia dapat minum kembali obat-obatan
yang dihentikan sebelum uji (Kowalah, 2010).
- PERHATIAN
1. Tangani sampel dengan hati-hati untuk mencegah hemodialisis

2. Kirim sampel ke laboratorium segera (Kowalah 2010).


d. Pemahaman hasil
d. NILAI RUJUKAN
1. Kadar serum normal normal untuk perempuan pramenopause sangat
beragam selama daur haidnya berkisar antara 26-149 pg/ml (SI, 90 550
pmol/L). kisaran untuk wanita pascamenopause adalah 0-34 pg/ml (SI, 0125 pmol/L).
2. Kadar estrogen serum pada laki-laki berkisar antara 12 34 pg/ml (SI, 40125 pmol/L). pada anak usia dibawah 6 thn, kadar estrogen serum normal
adalah 3-10 pg/ml (SI, 1036 pmol/L ). Estriol disekresi dalam jumlah
besar oleh plasenta selama kehamilan. Kadarnya berkisar antara 2 ng/ml
(SI, 7 nmol/L) pada kehamilan 30 minggu sampai 30 ng/ml (SI, 105 nmol/L)
pada 40 minggu.
- Temuan Abnormal
Penurunan kadar estrogen dapat menunjukkan hipogonadisme primer atau
kegagalan ovarium, seperti pada sindrom turner atau agenesis ovarium
maupun hipogonadisme sekunder. Kadar estrogen yang abnormal tinggi
juga dapat disebabkan oleh hyperplasia adrenal congenital (bertambah
banyaknya androgen yang berubah menjadi estrogen)
- Faktor Yang Mempengaruhi
Hemolisis akibat penanganan sampel yang kasar, kehamilan dan
penggunaan estrogen seperti konsumsi oral (meningkatkan), klomifen,
suatu antagonis estrogen (menurunkan), steroid dan hormone-hormon
yang berdasarkan hipofisis seperti dexametason. (Kowalah,2010).
e. IMPLIKASI PERAWAT
- Kaji tahap siklus menstruasi pasien
- Kaji apakah pasien sedang hamil
- Kaji apakah pasien telah menopause
- Kaji apakah pasien menjalani terapi sulih hormone
- Kaji tipe kontrasepsi yang digunakan pasien
- Kaji apakah pasien terpapar zat radioaktif dalam 1 minggu sebelum tes
- Kaji apakah pasien mengkonsumsi prednisone, clomid atau serophene
karena obat-obat tersebut berefek pada hasil tes

2. PROGESTERON PLASMA
a. DEFINISI
Progesterone

adalah suatu hormone

steroid ovarium yang

disekresikan oleh korpus luteum, menyebabkan penebalan dan


perkembangan sekresi endometrium sebagai persiapan untuk implantasi
ovum yang telah dibuahi. Dengan demikian, kadar progesterone
memuncak selama fase midluteal daur haid. Bila tidak terjadi implantasi,
progesterone (dan estrogen) turun secara tajam dan mulai terjadi haid 2
hari kemudian.
Radioimmunoassay

ini

merupakan

analisis

kuantitatif

kadar

progesterone plasma dan menyediakan informasi, yang handal tentang


fungsi korpus luteum dalam pemeriksaan fertilitas serta fungsi plasenta
pada kehamilan. Dianjurkan pemeriksaan serial (Kowalaha, 2010).
b. TUJUAN
-

Menilai fungsi korpus luteum sebagai bagian pemeriksaan infertilitas

Mengevaluasi fungsi plasenta selama kehamilan

Membantu memastikan ovulasi. Hasal uji mendukung pembacaan suhu


tubuh basal (Kowalah, 2010).

c. PENATALAKSANAAN
-

Persiapan Pasien
1. Jelaskan pasien bahwa uji ini membantu menentukan sekresi
hormone seks perempuan normal
2. Beritahukan pasien bahwa ia tidak perlu membatasi makanan atau
minuman
3. Beritahukan pasien bahwa uji ini memerlukan sampel darah,
jelaskan kapan dan siapa yang melakukan pungsi vena.
4. Jelaskan kepada pasien bahwa ia dapat merasa tidak nyaman akibat
tusukan jarum dan turniket
5. Berutahu bahwa uji ini dapat diulangi pada waktu tertentu yang
bertepatan dengan fase daur haidnya atau dengan setiap kunjungan
prenatal

6. Periksa riwayat pasien apakah ia sedang minum obat yang dapat


mengganggu hasil uji, termasuk estrogen dan progesterone. Catat
temuan ini pada lembar formulir laboratorium (Kowalah,2010).
-

Prosedur Dan Perawatan Pasca Uji


1. Lakukan pungsi vena, dan kumpulkan sampel dalam tabung heparin
7 ml
2. Tekan tempat pungsi vena sampai perdarahan berhenti
3. Bila timbul hematom pada tempat pungsi vena, berikan kompres
hangat (Kowalah, 2010).

PERHATIAN
1. Tangani sampel dengan hati-hati untuk mencegah hemolisis
2. Penuhi tabung pengumpul. Lalu balikkan perlahan-lahan paling
sedikit 10 kali untuk mencampur sampel dan antikoagulan dengan
benar
3. Tuliskan tanggal daur haid terakhir dan fase daur haidnya pada
lembar formulir laboratorium. Bila pasien sedang hamil, tuliskan
bulan kehamilannya
4. Kirim sampel ke laboratorium segera (Kowalah, 2010).

d. NILAI RUJUKAN
Selama haid, nilai progesterone normal adalah :
1. Fase folikular : < 150 ng/dl (SI,<5 nmol/L)
2. Fase luteal : 300 1.200 ng/dl (SI, 10-40 nmol/L)
Selama kehamilan, nilai progesterone normal adalah
1. Trimester pertama : 1.500-5.000 ng/dL (SI, 50 160 nmol/L)
2. Trimester kedua dan ketiga:8.000- 20.000 ng/dl (SI,250 650 nmolL )
3. Nilai normal pada perempuan menopause adalah menopause adalah 1022 ng/dl (SI, <2 nmol/ L) (Kowalah, 2010).
-

Temuan Abnormal
Peninggian kadar progesterone dapat menunjukkan ovulasi, tumor

luteinisasi, kista ovarium yang menghasilkan progesterone, atau hyperplasia


adrenokorteks serta tumor yang menghasilkan progesterone bersama
dengan hormone steroid lain. Kadar progesterone yang rendah dapat
diakibatkan amenore akibat beberapa penyebab (seperti panhipopituitarisme

dan disfungsi gonad), eklampsia, abortus insipiens, serta kematian janin


(Kowalah, 2010).
Faktor Yang Mempengaruhi
Hemolisis akibat penanganan sampel yang kasar, terapi progesterone atau
estrogen, pencitraan radioaktif yang dilakukan dalam 1 minggu sebelum uji
(Kowalah, 2010).
3. TESTOSTERONE
a. DEFINISI
Kelenjar pituitary melepaskan LH yang menstimulasi pelepasan
testosterone oleh kelenjar adrenal, testis, dan ovarium. Tes pengukuran
testosterone mengukur tingkat testosterone dalam darah (Keogh, 2010).
Testosterone menginduksi pubertas pada laki-laki dan memelihara cirri
seksual

sekunder

laki-laki.

Kadar

testosterone

prapubertas

rendah.

Pembentukan testosterone mulai meningkat saat permulaan pubertas dan


terus meningkat selama masa dewasa. Pembentukannya mulai menurun pada
usia kira-kira 40 tahun dan perlahan-lahan turun sampai kira-kira seperlima
kadar puncak pada usia 80 tahun. Pada perempuan, kelenjar adrenal dan
ovarium mensekresi sejumlah kecil testosteron (Kowalah, 2010).
b. TUJUAN
-

Mempermudah diagnosis banding prekoksitos seksual lelaki pada anak


laki-laki di bawah usia 10 tahun (pubertas prekoks sejati harus
dibedakan dengan pubertas prekoks palsu)

Membantu diagnosis banding hipogonadisme (hiponadisme primer


harus dibedakan dengan hipogonadisme sekunder)

Mengevaluasi invertilitas lelaki atau disfungsi seksual lain.

Mengevaluasi hirsutisme dan virilisasi pada perempuan (Kowalah,


2010).

c. PENATALAKSANAAN
-

Persiapan Pasien
1. Jelaskan pada pasien bahwa uji ini membantu menentukan apakah
sekresi hormone seks lelakinya mencukupi

2. Beritahukan pasien bahwa ia tidak perlu membatasi makanan atau


minuman
3. Beritahukan pasien bahwa uji ini memerlukan sampel darah,
jelaskan kapan dan siapa yang melakukan pungsi vena.
4. Jelaskan kepada pasien bahwa ia dapat merasa tidak nyaman akibat
tusukan jarum dan turniket, tetapi pengumpulan sampel hanya
memakan waktu beberapa menit (Kowalah, 2010).
-

Prosedur Dan Perawatan Pasca Uji


1. Lakukan pungsi vena. Kumpulkan sampel serum dalam tabung
activator bekuan 7 ml
2. Bila akan mengumpulkan plasma, gunakan tabung berheparin
3. Catat usia, jenis kelamin pasien, dan riwayat terapi hormone pada
formulir laboratorium
4. Tekan tempat pungsi vena sampai perdarahan berhenti
5. Bila timbul hematom pada tempat pungsi vena, berikan kompres
hangat (Kowalah, 2010).

PERHATIAN
1. Tangani sampel dengan hati-hati untuk mencegah hemolisis.
Kemudian kirimkan sampel ke laboratorium segera
2. Sampel ersifat stabil dan tidak memerlukan pendinginan atau
pengawet selama 1 minggu. Sampel yang beku stabil selama paling
sedikit 6 bulan (Kowalah, 2010).

d.

NILAI RUJUKAN
Kadar testosterone normal adalah:\
Laki-laki: 300-1200 ng/dl (SI, 10,4 41,6 nmol/L)
Perempuan : 20-80 ng/dl (SI, 0,7-2,8 nmol/L)
Anak prapubertas : nilai lebih rendah daripada dewasa

Temuan Abnormal
Peninggian kadar testosterone pada anak laki-laki prapubertas dapat
menunjukkan prekoksitas seksual sejati akibat sekresi gonadotropin yang
berlebihan atau pubertas prekoks palsu dari pembentukan hormone lelaki
akibat tumor testis. Peningkatan ini juga menunjukkan hyperplasia adrenal
congenital yang menyebabkan pubertas prekoks pada anak laki-laki (sejak

usia 2-3 tahun) dan pseudohermafroditisme serta virilisasi yang lebih ringan
pada anak perempuan.
Peninggian kadar testosterone dapat terjadi pada tumor atau kanker
adrenal jinak, hipertiroidisme, dan pubertas insipien. Pada perempuan
dengan tumor ovarium atau sindrom ovarium polikistik, kadar testosterone
dapat meningkat, yang menyebabkan hirsutisme.
Kadar testosterone yang rendah dapat menunjukkan hipogonadisme
primer

(seperti

sindrom

klinefelter)

atau

hipogonadisme

sekunder

(eunukoidisme hipogonadotropik). Kadar yang rendah juga dapat menyertai


orkiektomi, kanker testis atau prostat, keterlambatan pubertas pada lelaki,
terapi estrogen dan sirosis hati.
Faktor Yang Mempengaruhi

1. Hemolisis akibat penanganan sampel yang kasar


2. Estrogen dan androgen yang bersumber eksogen, hormone tiroid dan
pertumbuhan serta hormone lain yang berdasarkan hipofisis
3. Estrogen

(menurunkan

kadar

testosterone

bebas

dengan

meningkatkan globulin pengikat hormone seks yang mengikat


testosteron)
4. Androgen (meningkatkan) (Kowalah, 2010).
e.

IMPLIKASI KEPERAWATAN
-

Kaji apakah pasien menggunakan pil control kehamilan, digoxin,


aldactone, kortikosteroid, testosterone, estrogen, barbiturates, or
seizure medication

Kaji apakah pasien mempunyai hipertiroidisme atau hipo tiroidisme

Kaji apakah pasien obese

II. HORMON PLASENTA


1. GONADOTROPIN CHORIONIC MANUSIA
a. DEFINISI
Gonadotropin korion manusia (hCG [Human Chorionic Gonadotropin])
merupakan hormon glikoprotein yang dihasilkan di dalam plasenta. Bila terjadi
pembuahan, hormon ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan khusus untuk
hCG. Yang sering disebut Assay subunitbeta dalam darah 9 hari setelah ovulasi.

Interval ini bersamaan dengan implantasi telur yang telah dibuahi ke dalam
dinding uterus. Meskipun fungsi pasi hCG tetap tidak jelas, tetapi akan tampak
jika hCG bersama dengan progesteron memelihara korpus luteum selama
kehamilan dini.
Pembentukan hCG meningkat dengan tetap selama trisemester pertama
dan akan memuncak kira-kira pada minggu ke-10 kehamilan. Kadarnya
kemudian turun sampai kurang dari 10% dari kadar puncak trisemester
pertama selama minggu-minggu selanjutnya. Kira-kira 2 minggu setelah
kelahiran hormon tidak dapat dideteksi lagi.
Immunoassay serum ini, suatu analisis kuantitatif kadar subunit-beta hCG,
lebih sensitif (dan lebih mahal) dibanding dengan uji kehamilan rutin yang
menggunakan sampel urin.
b. TUJUAN
-

Untuk mendeteksi kehamilan dini.

Untuk menentukan kecukupan pembentukan hormon pada kehamilan


risiko-tinggi (misalnya, abortus habitualis)

Untuk membantu diagnosis tumor rofoblastik, seperti mola hidatidosa


dan koriokarsinoma, serta tumor yang mensekresi hCG secara ektopik.

Untuk memantau pengobatan induksi ovulasi dan pembuahan.

c. PENATALAKSANAAN
-

Persiapan pasien
1. Jelaskan kepada pasien bahwa uji ini menentukan kehamilannya.
Bila deteksi kehamilan bukan merupakan tujuan diagnostik, berikan
penjelasan yang tepat.
2. Beri tahukan bahwa ia tidak perlu membatasi makanan atau
minuman.
3. Beri tahukan kepada pasien bahwa uji ini memerlukan sampel
darah. Jelaskan kapan dan siapa yang akan melakukan fungsi vena.
4. Jelaskan kepada pasien bahwa ia dapat merasa tidak nyaman akibat
tusukan jarum dan turniket.

Prosedur dan perawatan pascauji


1. Lakukan pungsi vena dan kumpulkan sampel dalam tabung
aktivator-bekuan 7ml.

2. Tekan tempat pungsi vena sampai pendarahan berhenti.


3. Bila timbul hematom pada tempat pungsi vena, berikan kempres
hangat.
-

Perhatian
1. Tangani sampel dengan hati-hati untuk mencegah hemolisis.
2. Kirimkan sampel ke laboratorium segera.

d. NILAI RUJUKAN
Biasanya kadar hCG kurang dari 4 IU/L. selama hamil, kadar hCG sangat
berbeda-beda, sebagian bergantung pada jumlah hari setelah daur haid
normal terakhir.
- Temuan Abnormal
Peninggian kadar subunit-beta hCG menunjukkan kehamilan. Kadar yang
tinggi secara bermakna terdapat pada kehamilan multipel. Peningkatan kadar
juga dapat menunjukkan mola hidatidosa, neoplasma trofoblastik yang
mensekresikan hCG (termasuk adenokarsinoma lambung, pankreas, dan
ovarium). Kadar subunit-beta hCG yang rendah dapat terjadi pada kehamilan
ektopik atau kehamilan yang kurang dari 9 hari. Kadar subunit-beta tidak
dapat membedakan antara kehamilan dan tumor rekuren karena pada kedua
ini kadarnya tinggi.
-

Faktor Yang Mempengaruhi.

1. Hemolisis akibat penanganan sampel yang kasar.


2. Antikoagulan heparin dan EDTA (menurunkan; tanyakan kepada petugas
laboratorium apakah uji akan dilakukan pada plasma atau serum).
2. LAKTOGEN PLASENTA MANUSIA
a. DEFINISI
Suatu hormone polipeptida, laktogen plasenta manusia (hPL) yang juga
dikenal sebagai somatotropin korion manusia, memperlihatkan sifat laktogenik
dan somatotropik (GH) pada perempuan hamil. Bersama dengan prolaktin, hPL
mempersiapkan payudara untuk menyusui HPL untuk mempersipkan payudara
untuk menyusui. Hormone ini mempermudah sintesis dan mobilisasi protein
yang sangat penting untuk pertumbuhan janin/ seres bersifau otonom, mulai
pada kira-kira kehamlina 5 minggu dan menurun cepat

b. TUJUAN
-

Menilai fungsi plasenta dan kesejahteraan janin (digabung dengan


pengukuran kadar estriol)

Membantu dg mola hidatidosa koriokarsinoma

Membantu diagnose dan memantau pengobatan tumor non- fotoblAstik


yang secara ektopik mensekresi hPL.
c. PENATALAKSANAAN
Persiapan Pasien
1. Jelaskan kepada pasien bahwa ini membantu menilai fungsi plasenta
dan kesejahteraan janin bukan merupakan tujuan diagnostic, berikan
penjelasan yang tepat
2. Beritahukan kepada pasien bahwa uji ini memerlukan sampel darah.
Jelaskan kapan dan siapa yang akan melakukan pungsi vena.
3. Jelaskan kepada pasien bahwa ia dapat merasa tidak aman dari tusukan
jarum dan tournicet
4. Beritahukan kepada pasien yang hamil bahwa uji ini dapat diulangi
selama kehamilannya
Prosedur Dan Perawatan
1. Lakukan pungsi vena, dan kumpulkan sampel dalam tabung activator
bekuan 7 ml
2. Tekan tempat pungsi vena hingga air tidak keluar lagi
3. Bila timbul hematom pada tempat pungsi vena, berikan compress
hangat
Perhatian
1. Tangani sampel dengan hati-hati
2. Kirimkan sampel kelaboratorium segera
d. NILAI RUJUKAN
Nilai Rujukan
Untuk perempuan hamil, kadar hPL normal berbeda-beda sesuai fase
kehamilan. Kemudian, meningkat perlahan di sepanjang kehamilan
mencapai 8,6 g/ml saat aterm. Saat aterm, pasein diabetes memiliki kadar
rata-rata 9-11 g/ml. kadar normal untuk lelaki dan perempuan tidak hamil
kurang dari 0,5 g/ml.

Temuan Abnormal
Kadar hPL yang rendah juga khas terkait dengan sindrom pascamatur,
retardasi

pertumbuhan intrauterine, preeclampsia, dan eklampsia.

Penurunan kadar dapat membantu membedakan abortus inkomplet


dengan abortus imipens. Kadar hPL yang rendah tidak memastikan gawat
janin. Sebaliknya, kadar diatas 4 g/ml setelah kehamilan 30 minggu juga
tdak menjamin kesejahteraan janin karena peninggian kadar pernah
dilaporkan setelah kematian janin.
Nilai hPL diatas 6g/ml setelah kehamilan 30 minggu dapat
menunjukkan plasenta yang luar biasa besar, yang sering terjdi pada pasien
dengan DM, kehamilan multiple, dan isoimunisasi Rh. Kadar hPL yang di
bawah normal dapat disebabkan oleh penyakit neoplastik trofoblastik
seperti mola hidatidosa dan koriokarsinom. Kadar hPL digunakan sebagai
penanda tumor untuk mengevaluasi kemoterapi. Kadar hPL memantau
pertumbuhan dan kekambuhan tumor serta mendeteksi jaringan sisa
setelah eksisi.
-

Fakta Yang Memengaruhi


Hemolisis akibat penanganan sampel yang kasar

Selain tes hormon yang disebutkan di atas, adapun pemeriksaan hormone untk
tes kehamilan dan genetic yaitu :
1.

Follicle Stimulating Hormone (FSH)


a. DEFINISI
FSH diproduksi oleh kelenjar pituitary dan mengontrol produksi sperma
oleh testis dan sel telur oleh ovarium. Kadar FSH adalah constant pada lakilaki dan berubah pada siklus menstruasi wanita, dengan kadar tertinggi
selama terjadi ovulasi. Tes FSH dapat mengukur kadar FSJ dalam darah
(Keogh, 2010).
b. TUJUAN
-

Mengetahui factor penyebab infetilitas

Mengetahui periode menstruasi yang abnormal

Mengetahui adanya pubertas prekoks

Mengetahui fungsi dari kelenjar pituitary

Mengetahui keabnormalan perkembangna organ seksual (Keogh, 2010)

c. IMPLIKASI PERAWAT
Pengkajian
1. Usia pasien. Hasil tes tergantung pada usia pasien
2. Apakah pasien menggunakan bahan herbal atau natural
3. Hari pertama dari periode menstruasi terakhir. Hasil tes tergantung pada
siklus menstruasi pasien
4. Pada hari yang mana pasien mengalami perdarahan yang sangat hebat
selama periode menstruasi
5. Apakah pasien pasien terpapar zat radioaktif dalam 7 hari sebelum tes
6. Apakah pasien mengkonsumsi digitalis (untuk penyakit jantung),
cimetidine, ledopa, clomiphene, estrogen atau progesterone 4 minggu
sebelum tes, karena obat-obat tersebut berefek pada hasil tes
(Keogh,2010).
Pendidikan pasien
1. Jelaskan mengapa sampel darah diambil
2. Jelaskan beberapa darah sangat dibuthkan, sekali setiap peride,
permintaan dari petugas kesehatan jika pasien mengalami siklus
menstruasi yang bermasalah atau belum bisa hamil
3. Jelaskan kepada pasien bahwa pasien harus menghentikan konsumsi
digitalis, cimetidin, levodopa, clomiphene, pil pengontrol kehamilan,
estrogen atau progesterone selama 4 minggu sebelum tes (Keogh, 2010).
d. PEMAHAMAN HASIL TES
-

Hasil tes FSH bisa diketahui dalam 1 hari. Hasil tes dilaporkan sebagai hasil
tes yang tinggi, normal, atau rendah pada control tes laboratorium

RENTANG NORMAL FSH

1. Ketika menstruasi: fase folikel / luteal adalah 5 sampai 20 IU/L, puncak


pertengahan siklus adalah 30 sampai 50 IU/L
2. Setelah menopause : > 49 IU/L
3. Pria : 5 sampai 15 IU/L
4. Anak-anak sebelum pubertas : < 7 IU/L
-

Kadar FSH yang tinggi menandakan :

1. Pada wanita : adanya polycystic Ovary syndrome (PCOS), kegagalan


ovarium sebelum usia 40 tahun, menopause
2. Pada pria : kebanormalan fungsi testis, syndrome klinefelter
3. Anak-anak : permulaan pubertas
-

Kadar FSH yang rendah menandakan :


1. Pada wanita : kehilangan ovulasi,
2. Pada pria : testis tidak memproduksi sperma
3. Malnutrisi
4. Gangguan hipotalamus
5. Gangguan kelenjar pituitary
6. Stress

2.

LUTEINIZING HORMONE (LH)


a. DEFINISI
LH diproduksi oleh kelenjar pituitary yang menstimulasi produksi
testosterone, ovulasi dan regulasi siklus menstruasi. Yang di ukur adalah kadar
LH dalam darah (Keogh, 2010)
b. TUJUAN
-

Mengetahui penyebab infertilitas

Untuk mengetahui treatment infertilitas

Mengetahui penyebab periode menstruasi yang tidak teratur atau


amenore

Mengetahui Menopause

Mengetahu adanya Pubertas prekoks dan keterlambatan pubertas

Mengetahu disfungsi erectile (Keogh, 2010)

c. IMPLIKASI PERAWAT
1. Pengkajian
-

hari pertama dari periode menstruasi terakhir pasien

apakah pasien mengalami perdarahan hebat pada hari pertama periode


menstruasi

apakah pasien hipertiroid

apakah pasien terpapar zat radioaltif 1 minggu sebelum tes

apakah pasien mengkonsumsi phenothiazide, cimetidine, clomiphene,


spironolactone, digitalis, naloxone, anticonvulsants, levodopa, atau pil
pengontrol kehamilan 1 bulan sebelum tes

apakah pasien mempunyai penyakit liver

2. Pendidikan pasien
-

jelaskan mengapa sampel diambil

Jelaskan beberapa darah sangat dibuthkan, sekali setiap peride,


permintaan dari petugas kesehatan jika pasien mengalami siklus
menstruasi yang bermasalah atau belum bisa hamil

Jelaskan kepada pasien bahwa pasien harus menghentikan konsumsi


digitalis, cimetidin, levodopa, clomiphene, pil pengontrol kehamilan,
estrogen atau progesterone selama 4 minggu sebelum tes (Keogh,
2010).

d. PEMAHAMAN HASIL TES


-

Hasil tes LH dapat diketahui dengan cepat. Hasilnya tinggi, normal, dan
rendah tergantung dari control tes laboratorium

Hasil tes LH yang normal


1. Selama menstruasi : fase folikel : 1 sampai 18 IU/L, fase pertengahan
siklus : 8,7 sampai 80 IU/L, fase luteal : 0,5 sampai 18 IU/L, Setelah
menopause : 12 sampai 55 IU/L
2. Pria : 1 sampai 9 IU/L
3. Sebelum pubertas : 0 sampai 1 IU/L
4. Pubertas pria : 0,4 sampai 7 IU/L
5. Pubertas wanita : 0,4 sampai 12 IU/L
-

Kadar LH tinggi mengindikasikan :

1. Perempuan : PCOS, pubertas dini, tidak punya ovarium


2. Pria : sindrom klinefelter, tidak ada testis, malfungsi dari testis
-

Kadar LH rendah mengindikasikan

1. Malfungsi kelenjar pituitary


2. Malfungsi hipotalamus
3. Anorexia
4. Underweight
5. Stress

3.

PROLACTIN
a. DEFINISI
Prolaktin adalah hormone yang diproduksi oleh kelenjar pituitary yang
meningkat ketika kehamilan, akibatnya meningkatkan produksi susu
perluasan kelenjar susu. Kadar progesterone tinggi ketika kehamilan untuk
mencegah susu keluar. Kadar progesterone turun setelah melahirkan.
Penghisapan pada putting oleh bayi baru lahir menyebabkan ejeksi susu dari
payudara, yang menstimulasi pelepasan prolaktin yang menyebabkan
laktogenesis, sebagai hasil dari meningkatnya produksi susu. Kadar prolaktin
akan turun menjadi normal setelah melahirkan dan jika ibu tidak menyusui
anaknya. Tes hormone prolaktin diukur dari kadar prolaktin dalam darah
(Keogh, 2010).
b. TUJUAN
-

Untuk mengkaji prolactinoma (tumor kelenjar pituitari)

Penyebab amenore

Penyebab infertilitas

Penyebab berhentinya ASI yang mengalir pada putting

Disfungsi erektil (Keogh, 2010).

c. IMPLIKASI PERAWAT
1. Pengkajian
-

Apakah pasien melakukan exercise 12 jam sebelum tes

Apakah pasien dalam kondisi stress

Apakah pasien mengalam kesulitan tidur

Apakah pasien terpapar zat radioaktif 1 minggu sebelum tes

Apakah

pasien

mengkonsumsi

antidepressant,

pill

pengontrol

kehamilan, phenothiazines, obat hipertensi atau kokain


-

Apakah pasien sudah menstimulasi putting sehari sebelum tes.

2. Pendidikan pasien
-

Jelaskan mengapa ada pengambilan darah

Sampel darah harus diambil 3 jam setelah pasien bangun tidur

Pasien harus mencegah stimulasi putting selama 1 hari sebelum tes

Pasien akan diperintah untuk tidur selama 30 menit sebelum sampel


darah diambil

Petugas kesehatan mengintruksikan ke pasien untuk mencegah


mengkonsumsi trisiklik antidepresan, pil pengontrol kehamilan,
phenothiazines, obat hipertensi, atau kokain selama 12 jam sebelum
t e s.

Mencegah makan dan minum selama 12 jam sebelum tes (Keogh, 2010).

d. PEMAHAMAN HASIL TES


-

Hasil tes prolaktin dapat diketahui dengan cepat

Normal
1. Wanita hamil : 20 400 ng/ml
2. Wanita yang tidak hamil : < 25 ng/ml
3. Pria : < 20 ng/ml

Kadar prolaktin tinggi mengindikasikan : Prolactinoma, idipatik


hiperprolaktinoma, hipotiroidisme, sirosis, penyakit ginjal (Keogh, 2010).

6. TES SPERMA (PEMERIKSAAN SEMEN)


A.

DESKRIPSI
Pemeriksaan Semen digunakan sebagai salah satu uji untuk menentukan

penyebab infertilitas. Ketika menganalisis kandungan semen, perlu diperiksa


semua karakteristik uji, meliputi hitung sperma, volume cairan, persentase
normal, spermatozoa matur (sperma); dan persentase spermatozoa yang masih
aktif diperiksa. Walau demikian, telah dilaporkan terjadinya konsepsi, sekalipun
hitung sperma hanya 10 juta/m!.
Hitung sperma sering digunkaan untuk memantau efektifitas tindakan
sterilisasi setelah vasektomi(pemotongan vas defferens). Hitung sperma
diperiksa secara berkala. Pada kasus pemerkosaan, analisis forensik atau
medikolegal dilakukkan untuk mendeteksi apakah terdapat semen pada sekret
vagina atau di pakaian.
Tiga metode yang digunakan untuk mengambil spesimen semen, yaitu
dengan

cara

masturbasi,

koitus

interuptus,

serta

hubungan

seksual

menggunakan kondom. Abstinensia seksual biasanya perlu dilakukan selama 3


hari sebelum uji dilakukan. Masturbasi merupakan metode yang umum dipilih

untuk pengumpulan cairan semen, tetapi karena laasan agama, terkadang dipilih
metode hubungna seksual dengan kondom. *Dengan metodekoitus interuptus,
hanya sebagian spesimen semen yang dapat diperoleh. Spesimen semen dapat
ditampung dirumah atau ditempat praktek pemberi layanan kesehatan.
Uji antibodi antisperma dapat dipesankan untuk mengidentifikasi
kemungkinan penyebab infertilitas. Autoantibodi teradap sperma dapat terjadi
akibat tersumbatnya duktus eferen di dalam testis.
B.

TUJUAN
- Untuk memeriksa hitung sperma.

- Untuk menentukan apakah penurunan hitung sperma mungkin merupakan


penyebab infertilitas.
C.

MASALAH KLINIS
PENURUNAN KADAR: Vasektomi; Infertilitas(0-2 juta/ml).
Agens antineoplastik, esterogen.

D.

PROSEDUR

Abtinensia hubungan seksual selam 3 hari sebelum pengambilan semen.

Ambil semen dengan cara:


1. Masturbasi- tampung dalam wadah yang bersih.
2. Koitus interuptus- tampung dalam wadah kaca yang bersih.
3.Hubungan seksual dengan kondom yang bersih dan telah dicuci letakkan
kondom pada wadah ayang bersih.

Jaga agar spesimen semen tersebut tidak membeku, dan bawa segera ke
laboratorium. Uji terhadap spesimen semenyang etlah dikumpulkandalam
waktu 2 jam harus dilakukan lebih cepat lebih baik.

Minuman ringan yang beralkohol juga harus dihindari selama beberapa hari
(sedikitnya 24 jam) sebelum uji dilakukan. Tidak terdapat pembatasan
asupan makanan atau minuman.
Faktor yang mempengaruhi temuan laboratorium
Hubungan seksual yang baru dilakukan (dalam 3 hari) dapat
memengaruhi hitung sperma.

7. AMNIOCENTESIS
a. DEFINISI
Cairan Amniotik merupakan cairan yang berisi sel dan dikeluarkan oleh
janin. Amniocentesis dapat dilakukan pada usia kehamilan 16 minggu pada saat
terjadi perpindahan cairan amniotik. Cairan amniotik dianalisis untuk mengetahui
adanya kelainan pada janin. Amniocentesis juga dapat dilakukan selama trimester
ketiga jika adanya indikasi kelahiran prematur guna mengetahui perkembangan
paru-paru janin serta untuk menilai apakah ibu memiliki chorioamnionitis
(infeksi/peradangan cairan amniotik). Amniocentesis dilakukan jika tes pendukung
lainnya menunjukkan hasil positif. Tes tersebut meliputi AFP, estriol, inhibin A, dan
hCG. Pemeriksaan juga dilakukan jika ibu memiliki penyakit yang dapat diturunkan
kepada janinnya, misalnya, fibrosiscystic, anemia sel sabit, thalassemia, hemophilia,
penyakit Tay-Sachs, atrofi otot Duchenne.
Amniocentesis juga dilakukan untuk mengetahui apakah janin Rh-positif
ketika ibu memiliki faktor Rh, serta untuk mengetahui peningkatan bilirubin pada
usia kehamilan 20 minggu, yang mengindikasikan bahwa sel darah janin telah
diserang oleh antibodi ibu.

b.

SASARAN ORGAN ATAU JARINGAN


Janin

c.

TUJUAN
1.Untuk mengevaluasi kesehatan janin atau ibu

a) Insomunisasi Rhesus
b) Infeksi intra uterin
c) Cacat kelahiran
d) Perkembangan paru janin
e) Chorioamnionitis
2.Menilai maturasi janin
3.Untuk diagnosis prenatal kelainan kongenital
d.

PEMERIKSAAN
Alat- alat:

1. Larutan antiseptik
2. Jarum jarum spinal dan stilus ukuran 18, 20, 22
3. Spuit 10cc
4. Spuit 2cc
5. Lidokain
6. Jarum ukuran 25, 21
7. Handuk dan duk lobang steril
8 . Es
9. Vial spesimen bersih dan berwarna coklat
Prosedur:
1.

Pasien akan menandatangani formulir persetujuan.

2.

Pasien harus memiliki kandung kemih yang kosong.

3.

Pasien terletak di atas meja dengan perut yang terbuka.

4.

Situs penyisipan dibersihkan dengan antiseptik dan dikelilingi dengan duk bolong
steril.

5.

Situs penyisipan disuntik dengan bius lokal.

6.

gel konduktif ditempatkan pada perut ibu.

7.

Sebuah monitor janin ditempatkan pada perut ibu untuk memantau janin
selama prosedur.

8.

tanda-tanda vital sang ibu dipantau selama prosedur.

9.

cairan untuk rasio lesitin-sfingomielin (L/S) ditempatkan kedalam sebuah tabung


reaksi ang dikelilingi dengan es dan cairan untuk analisis spektrofotometri
ditempatkan dalam sebuah botol coklat untuk melindunginya dari sinar
matahari langsung

10. Penyedia layanan kesehatan melakukan USG janin untuk memandu penyisipan
jarum spuit 10 cc.
11. Sebuah jarum dilewatkan melalui perut ke dalam rahim. Jarum di cabut dan
dimasukkan kembali jika janin bergerak mendekati jarum. (jika darah teraspirasi,
jarum mungkin berada di dalam uterus, plasenta, atau janin. Agar jarum sampai
pada rongga amnion, rotasi jarum 1800 jika diperlukan untuk memperoleh aliran
bebas cairan amnion. Pada mulanya cairan sanguineus sering jernih dalam 30
sampai 60 detik
12. Dua sendok makan cairan ketuban diambil naik dari jarum ke jarum suntik.
13. Jarum di cabut
14. Sebuah perban mencakup situs penyisipan jarum.
Komplikasi:
x

Komplikasi pada ibu yang dapat di antisipasi meliputi perdarahan yang disertai
pembentukan hematoma, infeksi, ketuban pecah dini, dan perdarahan
fetomaternal yang disertai isoimunisasi potensial dari pasien Rh-negatif. Pasien
Rh-negatif harus memperoleh Rh imunoglobulin setelah amniosentesis

Risiko janin meliputi trauma janin, perlukaan plasenta atau pembuluh janin, dan
pungsi tali pusat yang disertai perdarahan atau hematoma

Menikon di dalam cairan amnion dapat timbul spontan apabila janin aterm atau
adanya stress janin atau hipoksia. Signifikansi noda mekonium masih belum
pasti

Adanya darah dalam cairan amnion, laboratorium dapat menentukan apakan sel
darah merah berasal dari ibu atau janin. Apakah sel janin teridentifikasi, bunyi
jantung janin harus diamati dengan ketat. Bentuk denyut jantung janin yang
abnormal memberi kesan adanya perdarahan aktif janin atau hematoma tali
pusat yang mengganggu oksigenasi janin. Dalam keadaan demikian, dianjurkan
persalinan segera.

e. INTERPRETASI HASIL TES:


Prosedur ini memakan waktu kurang dari 30 menit. Hasil dapat diketahui dalam
waktu 2 minggu.
Hasil tes normal menunjukkan :

Tidak ada tanda-tanda cacat lahir.

paru-paru janin secara memadai dikembangkan.

Tidak ada tanda-tanda korioamnionitis.

Hasil tes abnormal menunjukkan :

Tanda-tanda cacat lahir.

paru-paru janin tidak cukup dikembangkan.

Ibu telah korioamnionitis.

x Rasio lesitin-sfingomielin (Rasio L/S) :


Lesitin dan sfingomielin mulai muncul dalam jumlah yang terukur di dalam
cairan amnion kurang lebih pada kehamilan minggu ke 25 atau 26. Pada kira-kira
minggu ke 31 atau ke 32, keduanya menjadi sama. Setelah wakti itu, konsentrasi lesitin
mulai meningkat lebih cepat dan kadar konsentrasi sfingomielin berhenti dan benarbenar menurun. Pematangan biokimiawi paru janin minggu gestasi ke 35.Rasio (L/S)
memberikan penilaian dari kematangan paru janin. Perbandingan lesitin dan
sfingomielin 2:1 atau lebih tinggi, perbandingan kurang dari 1 adalah karakteristik
paru-paru yang belum matang, rasio antara 1 dan 2 berada dalam area intermediet.
Rasio (L/S) memberikan penilaian yang paling dapat dipercaya dari kematangan paruparu. Pada rasio 2 banding 1 atau lebih , terdapat risiko minimal dari sindrom gawat
pernafasan (respiratory distress syndrome) , (darah atau mekonium dapat
mempengaruhi nilai-nilai yang sebenarnya. Bila cairan amnion tercemar dengan
mekonium, rasio (L/S) 2,2 sebelum minggu ke 35 dan 2,5 setelah minggu ke 36
biasanya merupakan petunjuk kematangan janin).
x Fosfaddigliserol (PG):

biasanya muncul dalam cairan amnion kehamilan normal

diantaran kehamilan minggu ke 34 dan 35 . bila terdapat PG 3% atau lebih, sebenarnya


tidak ada risiko dari respiratory distress syndrome. Tes ini dapat dipercaya bahkan
dalam keberadaan darah atau mekonium.
x Fosfatidilkolin jenuh (SPC): komponen utama dari fosfolipid permukaan aktif paru.
Konsentrasi yang lebih besar dari 500 mikrogram per desiliter jarang berhubungan
dengan respiratory distress syndrome . pengukuran SPC ini tidak dipengaruhi oleh
adanya darah atau mekonium (Torday).
x Tes Stabilitas Busa (Tes Kocok): pengujian yang cepat untuk menaksir kematangan
paru janin. Tes ini bergantung pada kemampuan surfaktan paru-paru di dalam amnion
bercampur dengan etanol untuk menimbulkan busa stabil pada batas udara-cairan. 1
ml cairan amnion dan 1 ml etanol 95% dikocok bersama-sama di dalam sebuah tabung
reaksi selama 15 detik. Adanya sebuah cincin gelembung yang menetap pada

permukaan udara- cairan selama 15 menit menunjukkan suatu risiko yang sangat kecil
dari respiratory distress syndrome.
x Spektrofometrik scan telah menunjukkan bantuannya dalam evaluasi isoimunisasi
Rhesus. Cairan amnion yang normal hampir membentuk suatu garis lurus sepanjang
sidikan (scan) dari 350 sampai 759 milimikro. Punuk bilirubin yang khas mulai pada 375
m, mencapai suatu puncak pada 450 sampai 460 m dan kemudian kembali kegaris
dasar pada 525 m . Untuk menentukan jarak deviasi dari normal, sebuah garis yang
berubah-ubah diproyeksikan dari 375 ke 525 m , kemudian deviasi dari garis yang
teramati pada 450 m dapat ditentukan. Nilai ini menunjukkan densitas delta optik
(OD 450)pada 450 m dan merupakan suatu petunjuk dari hemolisis intrauterin.
x Darah di dalam cairan amnion dapat berasal dari janin atau ibu. Tes keilhauer dapat
membedakan sel janin dari sel ibu.
x Mekonium dalam cairan amnion memberikan kesan stress janin sebelumnya. Makna
noda mekonium sebenarnya masih belum diketahui.
x Leukosit polimorfonuklear dalam cairan amnion mengindikasikan bahwa terdapat
infeksi atau menjelang infeksi
x Pewarnaan garam dan biakan sangat membantu bila dicurigai infeksi
f.

IMPLIKASI KEPERAWATAN

Memastikan pasien mengisi inform consent setelah mendapatkan informasi.

Kandung kemih dalam keadaan kosong sebelum dilakukan prosedur.

Pasien dapat tidur terlentang hingga prosedur selesai.

Edukasi pasien, meliputi :


-

Jelaskan tujuan dari pemeriksaan.

Prosedur yang akan dilakukan.

Pasien tidak akan merasakan nyeri / sakit selama prosedur, kecuali pada
saat dilakukan anastesi lokal.

Pasien melakukan relaksasi dengan bernafas secara pelan dan tenang


agar otot abdomen relaks.

Pasien mungkin akan merasakan adanya kram pada bagian abdomen.

Pasien akan merasakan adanya sensasi terikan saat pengambilan cairan


amnion.

Pasien tidak melakukan aktifitas berarti selama 24 jam sebelum tes.

Pasien tidak melakukan hubungan intim selama 24 jam sebelum tes.

Minta pasien untuk segera menghubungi perawata jika pada area injeksi
keluar cairan atau darah, bengkak dan kemerahan. Serta jika ibu
mengalami demam, sakit atau kram pada area abdomen.

PERHATIAN:
Pasien harus menghubungi penyedia layanan kesehatan jika dia tahu ada cairan
atau keluarnya cairan berdarah dari situs penyisipan atau jika ada pembengkakan
dan kemerahan di lokasi penyisipan. Pasien juga harus menghubungi penyedia
layanan kesehatan jika dia mengalami demam, nyeri, atau kram di perutnya.

DAFTAR PUSTAKA
ACCP. Cervical cancer prevention: Fact sheet. Natural history of cervical cancer:
even infrequent screening of older women saves lives. April, 2003
Anwar, Ruswana. Sintesis, Fungsi dan Interpretasi Pemeriksaan Hormon
Reproduksi. Disampaikan pada pertemuan Fertilitas Endokrinologi Reproduksi bagian
Obsgin RSHS/FKUP Bandung tanggal 7 Maret 2005
Keogh, Jim. 2010. Nursing Laboratory & Diagnostic Test Demystified A SelfTeaching Guide. United States : The McGraw-Hill Companies
Kowalah, Jennifer P. 2010. Buku Pegangan Uji Diagnostik Edisi 3. Jakarta : EGC
Taber, Ben-Zion . 1994. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGC
Kee, Joyce Leverer. 2008. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik.
Jakarta:ECG
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suttard. Jakarta: EGC
Tucker, S.M, et all .1998 . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan,
diagnosis dan evaluasi , Edisi V. Jakarta: ECG

Anda mungkin juga menyukai