Pemeriksaan Laboratoriun Sistem Reproduksi
Pemeriksaan Laboratoriun Sistem Reproduksi
DISUSUN OLEH :
Eky Madyaning Nastiti
NIM 0910721004
CURRICULUM VITAE
NAMA
NI M
: 0910721004
JURUSAN
: ILMU KEPERAWATAN
ANGKATAN
: 2009 A
: ns.ekiey@gmail.com
TTL
ALAMAT
RIWAYAT PENDIDIKAN :
-
DEFINISI :
IVA adalah tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat
3-5 %) dan larutan iodium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang
terjadi setelah dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sela yang
mengalami dysplasia sebagai satu metode skrinning kanker serviks. ). IVA
merupakan pemeriksaan skrining alternatif dari Pap smear karena murah,
praktis, sangat mudah untuk dilakukan dengan peralatan sederhana, dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
B.
MANFAAT
x Memenuhi kriteria tes skrining yang baik
x Penilaian ganda untuk sensitifitas dan spesifisitas menunjukkan bahwa
tes ini sebanding dengan pap smear dan HPV atau kolposkopi
x Berpotensi untuk pendekatan kunjungan tunggal
x Tidak memerlukan alat/perawatan selain pasokan asam asetat (cuka),
spekulum dan sumber cahaya (lampu/senter)
x Dapat dilakukan di semua tingkat system pelayanan kesehatan, oleh
petugas yang telah dilatih
C.
INDIKASI
Skrinning kanker serviks
D.
KONTRAINDIKASI
Tidak direkomendasikan pada wanita pasca menopause, karena daerah
zona transisional seringkali terletak kanalis servikalis dan tidak tampak
dengan pemeriksaan inspekulo.
E.
2.
3.
4.
F.
Meja ginekologi
Format pencatatan
Persiapan Tindakan
x Menerangkan prosedur tindakan, bagaimana dikerjakan, dan apa
arti dari hasil tes positif. Yakinkan bahwa pasien telah memahami
dan menandatangani informed consent
Prosedur
x
Identifikasi
daerah
sambungan
skuamo-kolumnar
(zona
Oleskan larutan asam asetat secara merata pada serviks, tunggu 12 menit untuk terjadinya perubahan warna. Amati setiap
perubahan pada serviks, perhatikan dengan cermatdaerah disekitar
zona transformasi
Lihat dengan cermat SSK dan yakinkan area ini dapat semuanya
terlihat. Catat apabila serviks mudah berdarah. Lihat adanya plak
berwarna putih dan tebal (epitel acetowhite *) bila menggunakan
larutan asam asetat. Bersihkan segala darah dan debris pada saat
pemeriksaan.
x
Bersihkan sisa larutan asam asetat dengan lidi kapas atau kasa
bersih
*PATOFISIOLOGI ACETOWHITE
Pengolesan asam asetat 3-5% pada serviks pada epitel abnormal akan
memberikan gambaran bercak putih yang disebut acetowhite. Gambaran ini
muncul oleh karena tingginya tingkat kepadatan inti dan konsentrasi protein.
Hal ini memungkinkan pengenalan bercak putih pada serviks dengan mata
telanjang (tanpa pembesaran)
Membran sel terdiri dari lapisan lipid bilayer dengan protein yang
tersisip didalamnya atau terikat pada permukaan sitoplasma. Protein integral
membran tertanam kuat dalam lapisan lipid. Sebagian lain tertanam dalam
lapisan luar atau dalam lapisan ganda lipid protein perifer terikat secara
longgar pada permukaan internal membran. Pada sel yang mengalami proses
onkogenesis, protein yang tadinya normal akan berubah menjadi onkoprotein.
Protein normal pada sel lebih tahan terhadap asam, tetapi pada onkoprotein
oleh karena terjadi perubahan protein dengan susunan asam amino yang
berubah menyebabkan sel-sel mudah mengalami destruksi oleh asam amino
sehingga terjadi koagulasi.
Adanya metaplasia skuamosa atipik pada serviks akibat stimulus
onkogen dalam perkembangan sel yang mengalami metaplasia akan
menampakkan daerah peralihan yang atipik. Hal ini ditandai dengan adanya
peningkatan nisbah inti : sitoplasma. Peningkatan ini akibat berkurangnya
kemampuan sinar untukmenembus epitel.Epitel akan tampak putih yang
segera kelihatan setelah pengusapan asam asetat 3-5% .
putihnya
epitel
tersebut
merupakan
daerah
dengan
metaplasia
yang
merupakan
daerah
peralihan
akan
mempunyai inti relatif menonjol, pada daerah yang imatur dimana inti relatif
lebih besar dari normal akan terlihat berwarna putih setelah pengusapan
asamasetat tetapi dengan intensitas kurang dan cepat karena epitel metaplasia
sangat tipis. Hal ini membedakannya dengan proses epitel prakanker dimana
epitel putih lebih tajam dan lebih lama menghilangnya.
G.
d.
e.
f.
Positif
(-)
b.
c.
Sapto
Wiyono,
ada
beberapa
kategori
yang
dapat
Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker
serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker
serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).
I.
IMPLIKASI PERAWAT
x
Riwayat menstruasi.
Pola perdarahan, misal, pasca berhubungan intim atau haid tidak teratur.
Paritas
Pendidikan pasien :
-
2. PAP SMEAR
A.
DEFINISI
Pap smear atau tes pap merupakan pemeriksaan sitologis dari apusan sel-
,biopsi
serviks
dapat
memastikan diagnosis.
B.
C.
TUJUAN
Kegunaan diagnostik sitologi untuk deteksi keganasan (tes Pap) sel epitel
serviks.
evaluasi peradangan
identifikasi jasad renik
evaluasi sitohormonal
pengamatan lanjut terapi (Indarti, 2001).
D.
PROSEDUR
Perlengkapan
x
Sarung Tangan
Kain penutup
Spekulum vagina
Larutan salin
Fiksatif untuk kaca objek (semprotan yang dijual bebas atau larutan etil
alkohol 95% dalam toples).
Persiapan pasien
x
Tekankan perlunya alat bantu untuk deteksi kanker pada stadium saat
penyakitnya sering tak bergejala dan masih dapat diobati.
Uji ini jangan dijadwalkan selama masa haid.Waktu yang paling baik adalah
pertengahan daur.
Beritahu pasien bahwa pada uji serviks akan dikerok,kapan dan siapa yang
akan melakukan prosedur,bahwa ia dapat merasa tidak nyaman tetapi tidak
nyeri akibat spekulum (tetapi dapat merasa nyeri saat serviks dikerok).
Beritahu pasien bahwa prosedur ini memekan waktu 5 sampai 10 menit atau
sedikit lebih lama bila vagina,rongga pinggul,dan rekyum diperiksa secara
bimanual.
Dapatkan riwayat pasien yang tepat,dan tanyakan hal-hal berikut ini: Kapan
anda terakhir melakukan pap smear? Pernahkah anda memiliki hasil pap
smear abnormal?Kapan daur haid terakhir anda?Apakah daur haid anda
teratur?Berapa hari berlangsungnya daur haid anda?Perdarahanya banyak
atau sedikit?Apakah anda pernah atau saat ini sedang minum hormon atau
kontrasepsi oral?Apakah anda menggunakan alat kontrasepsi dalam
rahim?Apakah terdapat keputihan,nyeri,atau gatal?Kelainan genikologi apa
yang terdapat dalam keluarga anda?Apakah anda pernah menjalani bedah
genikolog,kemoterapi,atau
terapi
radiasi?Bila
ya,jelaskan
dengan
Mintalah kepada pasien untuk berbaring di atas meja periksa dan tempatkan
tumitnya pada pemijak kaki.(Akan lebih nyaman bila pasien tetap memakai
sepatu).Perintahkan
pasien
untuk
menggeser
bokongnya
ke
tepi
Cara lain,sekret vagina posterior dan bahan panservikal dapat diambil dan
dihapuskan pada satu kaca objek,yang harus difiksasi segera menurut anjuran
laboratorium.
Tuliskan
label
spesimen
dengan
benar,termasuk
tanggal,nama
x
x
Perhatian
x
Bila terdapat lesi vagina atau vulva,pilihlah kerokan yang diambil langsung
dari lesi.
x
E.
Hasil pemeriksaan baru dapat diketahui dalam waktu kurang lebih 2 minggu.
Hasil pemeriksaan inklusif menunjukkan bahwa jumlah sel yang diamati tidak
mencukupi guna menilai normal atau abnormal (Keogh, 2010).
Temuan normal
Normalnya tidak terdapat sel-sel ganas atau kelainan lain.
Temuan abnormal
Sel-sel ganas biasanya memiliki inti yang relatif besar dan hanya
sejumlah kecil sitoplasma.Sel-sel ini memperlihatkan pola kromatin inti yang
abnormal dan sangat beragam dalam hal ukuran,bentuk,dan sifat pewarnaan
serta mungkin memiliki anak inti yang menonjol.
Pap smear dapat ditentukan gradasinya dengan berbagai cara,jadi
periksa format pelaporan laboratorium anda.Pada sistem Bethesda ,yaitu
metode baku
tiga kategori : sel skuamosa aktipik yang maknanya tak dapat ditentukan,lesi
intraepitel skumosa derajat rendah,dan lesi intraepitel skuamosa derajat tinggi.
Kategori derajat rendah ini mencakup displasia ringan dan perubahan virus
papiloma manusia. Kategori derajat tinggi mencakup displasia sedang sampai
berat dan karsinoma in situ. Untuk memastikan laporan sitologi yang sugestif
atau positif uji ini dapat diulangi atau disertai dengan biopsi.
F.
x
IMPLIKASI KEPERAWATAN
Pengkajian pasien meliputi :
-
Apakah haid.
Apakah klien tidak melakukan hubungan intim selama 1-2 hari terakhir.
Tidak memiliki infeksi serviks, vagina, dan pelvis dalam 6 minggu terakhir.
Pemeriksaan hanya dapat dilakukan pada wanita yang tidak sedang hamil
dan haid.
DEFINISI
Human Chorionic Gonadotropin (HCg) adalah hormon yang dihasilkan oleh
sinsitiotrofoblas sejak hari 7-9 setelah ovulasi atau saat terbentuknya blastokis.
Sehingga dapat memperthankan korpus luteum gravidarum sampai plasenta
terbentuk. Pada kehamilan HCG timbul dalam darah dan urine saat 14 hari
sampai 26 hari setelah konsepsi dan konsentrasi memuncak pada kira-kira 8
minggu. Kenaikan konsetrasinya sebanding dengan bertambahnya jaringan
plasenta . Setelah trimester pertama kehamilan, produksi HCG menurun.
HCG tidak ditemukan pada wanita yang tidak hamil, pada kematian janin atatu
setelah 3-4 hari pascapartum.
HCG terdapat 2 bentuk :
1. Alfa HCg dibentuk oleh plasenta dengan susunan asam amino 92
2. Beta HCg dibetuk oleh jaringan ginjal dan janin, jumlahya tidak tinggi sehingga
tidak terdeteksi saat pemeriksaan
B.
FUNGSI
TUJUAN
D.
Kadar
Tidak Hamil
0,01 IU/ml
0,01-0,04 IU/ml
0,03-0,10 IU/ml
0,10-1,0 IU/ml
5-12
10-100 IU/ml
13-25
10-30 IU/ml
26-40
5-15 IU/ml
Masalah klinis :
Penurunan Kadar (negative) :
Tidak hamil
Kematian janin
Pasca partum (3-4 hari)
Aborsi inkomplet
Aborsi yang mengancam
Peningkatan Kadar (positive) :
Kehamilan
Mola hidatidiformis
Korionepitelioma
Koriokarsinoma
Pengaruh obat: antikonvulsan, hipnotik, penenang(fenotiaz), obat
antiparkinsonisme
E.
x
PROSEDUR
Lakukan uji kehamilan 2 minggu ( tidak lebih cepat dari 5 hari) setelah pertama
kali tidak menstruasi. Terdapat beberapa alat penentu kehamilan yang dijual
bebas untuk uji kehamilan imunologik
Lakukan uji kehamilan tidak lebih cepat dari 5 hari setalh pertama kali terlambat
menstruasi
Kumpulkan 3-5 ml darah vena dalam tabung bertuttup merah. Cegah terjadi
hemolisis.
URINE
x
Klien harus puasa cairan selama 8-12 jam, tidak ada pembatasan asupan
makanan
Ambil specimen urine pada pagi hari (60 ml) dengan berat jenis .1,010 ke
laboratorium dengan segera. Pengumpulan urine 24 jam juga dapat
diinstruksikan
Hindari kontaminasi darah dalam urine kareena dapat terjadi temuan positif
palsu
F.
o
Urine yang terlarut (berat jenis ,1,010) dapat menyebabkan temuan uji negative
palsu
Protein dan darah dalam urine dapat menyebabkan temuan uji positif palsu
IMPLIKASI KEPERAWATAN
1. Tenyakan pada klien kapan haid terakhir. Uji harus dilakukan 5 hari/lebih setelah
terlambah haid untuk menghindari temuan negative palsu. Darah dalam urine
dapat ,menyebabkan temuan uji positif palsu
2. Dengarkan keluhan klien
Penyuluhan Klien
o
Beri tahu klien yang ingin menggunakan alat penentu kehamilan yang banyak
dijual bebas untuk mengikuti petunjuk dengan vermat
Beri tahu bahwa ia akan menerima hasil temuan uji dalam babarapa menit.
Beberapa uji, seperti kadar serum meungik memerlukan waktu 1-2 jam.
4. TEST TORCH
A.
DESKRIPSI
TORCH
(CMV), dan Herpes simpleks. Uji ini merupakan suatu uji skrining untuk
mendeteksi organisme tersebut pada ibu dan bayi. Selama kehamilan, infeksi
TORCH dapat menembus sawar plasenta dan dapat menyebabkan malformasi
congenital ringan atau berat, aborsi atau lahir mati. Efek berbahaya dari
organisme tersebut terjadi selama kehamilan trimester pertama. Pada masa
prenatal, uji skrining TORCH hanya dilakukan jika dicurigai terjadi infeksi TORCH,
seperti rubella.
Uji skrining TORCH lebih sering dilakukan jika dicurigai terjadi infeksi
congenital pada bayi pada awal kehamilan. Dugaan terhadap infeksi TORCH
dibuktikan melalui pemeriksaan darah dengan pengukuran titer (takaran
konsentrasi) IgG, IgM, atau keduanya . Titer IgG dibandingkan antara serum ibu
dan bayinya. Angka yang terbaca pada hasil pemeriksaan laboratorium terhadap
serum
darah
adalah
positif
atau
negatif.
Jika kadar titer IgG lebih tinggi pada bayi daripada pada ibu dan titer
IgM terdapat pada bayi, infeksi TORCH congenital cenderung terjadi. Uji dapat
diulang dalam beberapa minggu. Uji ini diperlukan beserta data mengenai
informasi klinis lainny untuk mngidentifikasi infeksi TORCH, infeksi rubella dan
CMV adalah yang terumum.
Karena data pemeriksaan TORCH tidak selalu akurat, kadang dokter
minta pemeriksaan ulang di laboratorium yang berbeda, sebab bisa terjadi
ketidaksamaan hasil pemeriksaan. Perbedaan terjadi akibat faktor mesin, atau
akibat penurunan atau peningkatan titer IgG dan IgM sesuai kondisi terkini
pasien. Bila pada pemeriksaan ulang 4-6 minggu kemudian, IgG tidak naik secara
berarti atau tidak terdapat IgM dengan nilai positif, artinya pasien tidak perlu
mendapat pengobatan khusus
B.
TUJUAN:
Untuk mendeteksi keberadaan infeksi TORCH pada bayi baru lahir dan ibu
C.
IgM borderline 0.84: ada kemungkinan pasien terpapar virus tersebut di masa
kini.
D.
PROSEDUR
E.
IMPLIKASI KEPERAWATAN
5. TES HORMONE
Pemeriksaan hormone berguna untuk menetukan fungsi organ seksual dan
reproduksi. Pemeriksaan hormone dipengaruhi oleh berbagai factor dan harus
dilakukan pada saat yang tepat. Pemeriksaan hormon reproduksi diperlukan sekali
dalam menilai kelainan semenjak lahir, prepubertas, pubertas, dewasa sampai
menopause, dan dari saat tidak mempunyai keturunan sampai telah hamil, serta
setelah melahirkan pun perlu pemeriksaan hormonal ini (Anwar, 2005).
I. HORMON GONAD
1. ESTROGEN
a. DEFINISI
Estrogen dan progesterone disekresi oleh ovarium. Hormone ini berperan
untuk perkembangan cirri seksual sekunder perempuan dan untuk menstruasi
normal. Ada 3 tipe hormone estrogen yaitu :
- Estradiol : Estrogen yang ditemukan pada wanita yang tidak hamil yang
berselang selingan dengan siklus menstruasi
- Estriol : Estrogen yang diproduksi oleh plasenta dan diukur pada wanita
hamil paling tidak selama kehamilan 9 minggu.
- Estron : Estrogen yang diukur pada wanita yang telah mengalami
menopause dan pria serta wanita yang dicurigai menderita kanker testis,
kanker ovary, atau tumor kelenjar adrenal (Keogh, 2010).
b. TUJUAN
- Menentukan kematangan seksual dan fertilitas
- Membantu diagnosis disfungsi gonad seperti pubertas prekoks atau
terlambat, aminore, dan infertilitas
- Menentukan kesejahteraan janin
- Membantu diagnosis tumor yang diketahui mensekresi estrogen (Kowalah,
2010)
c. PENATALAKSANAAN
- Persiapan Pasien
1. Jelaskan kepada pasien bahwa uji ini membantu menetukan apakah sekresi
hormone perempuannya normal dan uji ini dapat diulang selama berbagai
fase daur haid
2. Beri tahukan bahwa pasien tidak perlu membatas makanan atau minuman
3. Beritahukan pasien bahwa uji ini memerlukan sampel darah, jelaskan kapan
dan siapa yang melakukan pungsi vena.
4. Jelaskan kepada pasien bahwa ia dapat merasa tidak nyaman akibat
tusukan jarum dan turniket
5. Hentikan semua steroid dan hormone-hormon yang berdasarkan steroid,
sebagaimana diminta. Bila obat-obat ini harus diteruskan, catat pada
lembar formulir laboratorium (Kowalah, 2010).
- Prosedur Dan Perawatan Pasca Uji
1. Prosedur dan perawatan pasca uji dapat sedikit berbeda bergantung
apakah yang diukur plasma atau serum
2. Lakukan pungsi vena, dan kumpulkan sampel dalam tabung activator
bekuan 10 ml
3. Bila pasien dalam fase pramenopause, catat daur haidnya pada lembar
formulir laboratorium
4. Tekan tempat pungsi vena sampai perdarahan berhenti
5. Bila timbul hematom pada tempat pungsi vena, berikan kompres hangat
6. Beritahukan kepada pasien bahwa ia dapat minum kembali obat-obatan
yang dihentikan sebelum uji (Kowalah, 2010).
- PERHATIAN
1. Tangani sampel dengan hati-hati untuk mencegah hemodialisis
2. PROGESTERON PLASMA
a. DEFINISI
Progesterone
ini
merupakan
analisis
kuantitatif
kadar
c. PENATALAKSANAAN
-
Persiapan Pasien
1. Jelaskan pasien bahwa uji ini membantu menentukan sekresi
hormone seks perempuan normal
2. Beritahukan pasien bahwa ia tidak perlu membatasi makanan atau
minuman
3. Beritahukan pasien bahwa uji ini memerlukan sampel darah,
jelaskan kapan dan siapa yang melakukan pungsi vena.
4. Jelaskan kepada pasien bahwa ia dapat merasa tidak nyaman akibat
tusukan jarum dan turniket
5. Berutahu bahwa uji ini dapat diulangi pada waktu tertentu yang
bertepatan dengan fase daur haidnya atau dengan setiap kunjungan
prenatal
PERHATIAN
1. Tangani sampel dengan hati-hati untuk mencegah hemolisis
2. Penuhi tabung pengumpul. Lalu balikkan perlahan-lahan paling
sedikit 10 kali untuk mencampur sampel dan antikoagulan dengan
benar
3. Tuliskan tanggal daur haid terakhir dan fase daur haidnya pada
lembar formulir laboratorium. Bila pasien sedang hamil, tuliskan
bulan kehamilannya
4. Kirim sampel ke laboratorium segera (Kowalah, 2010).
d. NILAI RUJUKAN
Selama haid, nilai progesterone normal adalah :
1. Fase folikular : < 150 ng/dl (SI,<5 nmol/L)
2. Fase luteal : 300 1.200 ng/dl (SI, 10-40 nmol/L)
Selama kehamilan, nilai progesterone normal adalah
1. Trimester pertama : 1.500-5.000 ng/dL (SI, 50 160 nmol/L)
2. Trimester kedua dan ketiga:8.000- 20.000 ng/dl (SI,250 650 nmolL )
3. Nilai normal pada perempuan menopause adalah menopause adalah 1022 ng/dl (SI, <2 nmol/ L) (Kowalah, 2010).
-
Temuan Abnormal
Peninggian kadar progesterone dapat menunjukkan ovulasi, tumor
sekunder
laki-laki.
Kadar
testosterone
prapubertas
rendah.
c. PENATALAKSANAAN
-
Persiapan Pasien
1. Jelaskan pada pasien bahwa uji ini membantu menentukan apakah
sekresi hormone seks lelakinya mencukupi
PERHATIAN
1. Tangani sampel dengan hati-hati untuk mencegah hemolisis.
Kemudian kirimkan sampel ke laboratorium segera
2. Sampel ersifat stabil dan tidak memerlukan pendinginan atau
pengawet selama 1 minggu. Sampel yang beku stabil selama paling
sedikit 6 bulan (Kowalah, 2010).
d.
NILAI RUJUKAN
Kadar testosterone normal adalah:\
Laki-laki: 300-1200 ng/dl (SI, 10,4 41,6 nmol/L)
Perempuan : 20-80 ng/dl (SI, 0,7-2,8 nmol/L)
Anak prapubertas : nilai lebih rendah daripada dewasa
Temuan Abnormal
Peninggian kadar testosterone pada anak laki-laki prapubertas dapat
menunjukkan prekoksitas seksual sejati akibat sekresi gonadotropin yang
berlebihan atau pubertas prekoks palsu dari pembentukan hormone lelaki
akibat tumor testis. Peningkatan ini juga menunjukkan hyperplasia adrenal
congenital yang menyebabkan pubertas prekoks pada anak laki-laki (sejak
usia 2-3 tahun) dan pseudohermafroditisme serta virilisasi yang lebih ringan
pada anak perempuan.
Peninggian kadar testosterone dapat terjadi pada tumor atau kanker
adrenal jinak, hipertiroidisme, dan pubertas insipien. Pada perempuan
dengan tumor ovarium atau sindrom ovarium polikistik, kadar testosterone
dapat meningkat, yang menyebabkan hirsutisme.
Kadar testosterone yang rendah dapat menunjukkan hipogonadisme
primer
(seperti
sindrom
klinefelter)
atau
hipogonadisme
sekunder
(menurunkan
kadar
testosterone
bebas
dengan
IMPLIKASI KEPERAWATAN
-
Interval ini bersamaan dengan implantasi telur yang telah dibuahi ke dalam
dinding uterus. Meskipun fungsi pasi hCG tetap tidak jelas, tetapi akan tampak
jika hCG bersama dengan progesteron memelihara korpus luteum selama
kehamilan dini.
Pembentukan hCG meningkat dengan tetap selama trisemester pertama
dan akan memuncak kira-kira pada minggu ke-10 kehamilan. Kadarnya
kemudian turun sampai kurang dari 10% dari kadar puncak trisemester
pertama selama minggu-minggu selanjutnya. Kira-kira 2 minggu setelah
kelahiran hormon tidak dapat dideteksi lagi.
Immunoassay serum ini, suatu analisis kuantitatif kadar subunit-beta hCG,
lebih sensitif (dan lebih mahal) dibanding dengan uji kehamilan rutin yang
menggunakan sampel urin.
b. TUJUAN
-
c. PENATALAKSANAAN
-
Persiapan pasien
1. Jelaskan kepada pasien bahwa uji ini menentukan kehamilannya.
Bila deteksi kehamilan bukan merupakan tujuan diagnostik, berikan
penjelasan yang tepat.
2. Beri tahukan bahwa ia tidak perlu membatasi makanan atau
minuman.
3. Beri tahukan kepada pasien bahwa uji ini memerlukan sampel
darah. Jelaskan kapan dan siapa yang akan melakukan fungsi vena.
4. Jelaskan kepada pasien bahwa ia dapat merasa tidak nyaman akibat
tusukan jarum dan turniket.
Perhatian
1. Tangani sampel dengan hati-hati untuk mencegah hemolisis.
2. Kirimkan sampel ke laboratorium segera.
d. NILAI RUJUKAN
Biasanya kadar hCG kurang dari 4 IU/L. selama hamil, kadar hCG sangat
berbeda-beda, sebagian bergantung pada jumlah hari setelah daur haid
normal terakhir.
- Temuan Abnormal
Peninggian kadar subunit-beta hCG menunjukkan kehamilan. Kadar yang
tinggi secara bermakna terdapat pada kehamilan multipel. Peningkatan kadar
juga dapat menunjukkan mola hidatidosa, neoplasma trofoblastik yang
mensekresikan hCG (termasuk adenokarsinoma lambung, pankreas, dan
ovarium). Kadar subunit-beta hCG yang rendah dapat terjadi pada kehamilan
ektopik atau kehamilan yang kurang dari 9 hari. Kadar subunit-beta tidak
dapat membedakan antara kehamilan dan tumor rekuren karena pada kedua
ini kadarnya tinggi.
-
b. TUJUAN
-
Temuan Abnormal
Kadar hPL yang rendah juga khas terkait dengan sindrom pascamatur,
retardasi
Selain tes hormon yang disebutkan di atas, adapun pemeriksaan hormone untk
tes kehamilan dan genetic yaitu :
1.
c. IMPLIKASI PERAWAT
Pengkajian
1. Usia pasien. Hasil tes tergantung pada usia pasien
2. Apakah pasien menggunakan bahan herbal atau natural
3. Hari pertama dari periode menstruasi terakhir. Hasil tes tergantung pada
siklus menstruasi pasien
4. Pada hari yang mana pasien mengalami perdarahan yang sangat hebat
selama periode menstruasi
5. Apakah pasien pasien terpapar zat radioaktif dalam 7 hari sebelum tes
6. Apakah pasien mengkonsumsi digitalis (untuk penyakit jantung),
cimetidine, ledopa, clomiphene, estrogen atau progesterone 4 minggu
sebelum tes, karena obat-obat tersebut berefek pada hasil tes
(Keogh,2010).
Pendidikan pasien
1. Jelaskan mengapa sampel darah diambil
2. Jelaskan beberapa darah sangat dibuthkan, sekali setiap peride,
permintaan dari petugas kesehatan jika pasien mengalami siklus
menstruasi yang bermasalah atau belum bisa hamil
3. Jelaskan kepada pasien bahwa pasien harus menghentikan konsumsi
digitalis, cimetidin, levodopa, clomiphene, pil pengontrol kehamilan,
estrogen atau progesterone selama 4 minggu sebelum tes (Keogh, 2010).
d. PEMAHAMAN HASIL TES
-
Hasil tes FSH bisa diketahui dalam 1 hari. Hasil tes dilaporkan sebagai hasil
tes yang tinggi, normal, atau rendah pada control tes laboratorium
2.
Mengetahui Menopause
c. IMPLIKASI PERAWAT
1. Pengkajian
-
2. Pendidikan pasien
-
Hasil tes LH dapat diketahui dengan cepat. Hasilnya tinggi, normal, dan
rendah tergantung dari control tes laboratorium
3.
PROLACTIN
a. DEFINISI
Prolaktin adalah hormone yang diproduksi oleh kelenjar pituitary yang
meningkat ketika kehamilan, akibatnya meningkatkan produksi susu
perluasan kelenjar susu. Kadar progesterone tinggi ketika kehamilan untuk
mencegah susu keluar. Kadar progesterone turun setelah melahirkan.
Penghisapan pada putting oleh bayi baru lahir menyebabkan ejeksi susu dari
payudara, yang menstimulasi pelepasan prolaktin yang menyebabkan
laktogenesis, sebagai hasil dari meningkatnya produksi susu. Kadar prolaktin
akan turun menjadi normal setelah melahirkan dan jika ibu tidak menyusui
anaknya. Tes hormone prolaktin diukur dari kadar prolaktin dalam darah
(Keogh, 2010).
b. TUJUAN
-
Penyebab amenore
Penyebab infertilitas
c. IMPLIKASI PERAWAT
1. Pengkajian
-
Apakah
pasien
mengkonsumsi
antidepressant,
pill
pengontrol
2. Pendidikan pasien
-
Mencegah makan dan minum selama 12 jam sebelum tes (Keogh, 2010).
Normal
1. Wanita hamil : 20 400 ng/ml
2. Wanita yang tidak hamil : < 25 ng/ml
3. Pria : < 20 ng/ml
DESKRIPSI
Pemeriksaan Semen digunakan sebagai salah satu uji untuk menentukan
cara
masturbasi,
koitus
interuptus,
serta
hubungan
seksual
untuk pengumpulan cairan semen, tetapi karena laasan agama, terkadang dipilih
metode hubungna seksual dengan kondom. *Dengan metodekoitus interuptus,
hanya sebagian spesimen semen yang dapat diperoleh. Spesimen semen dapat
ditampung dirumah atau ditempat praktek pemberi layanan kesehatan.
Uji antibodi antisperma dapat dipesankan untuk mengidentifikasi
kemungkinan penyebab infertilitas. Autoantibodi teradap sperma dapat terjadi
akibat tersumbatnya duktus eferen di dalam testis.
B.
TUJUAN
- Untuk memeriksa hitung sperma.
MASALAH KLINIS
PENURUNAN KADAR: Vasektomi; Infertilitas(0-2 juta/ml).
Agens antineoplastik, esterogen.
D.
PROSEDUR
Jaga agar spesimen semen tersebut tidak membeku, dan bawa segera ke
laboratorium. Uji terhadap spesimen semenyang etlah dikumpulkandalam
waktu 2 jam harus dilakukan lebih cepat lebih baik.
Minuman ringan yang beralkohol juga harus dihindari selama beberapa hari
(sedikitnya 24 jam) sebelum uji dilakukan. Tidak terdapat pembatasan
asupan makanan atau minuman.
Faktor yang mempengaruhi temuan laboratorium
Hubungan seksual yang baru dilakukan (dalam 3 hari) dapat
memengaruhi hitung sperma.
7. AMNIOCENTESIS
a. DEFINISI
Cairan Amniotik merupakan cairan yang berisi sel dan dikeluarkan oleh
janin. Amniocentesis dapat dilakukan pada usia kehamilan 16 minggu pada saat
terjadi perpindahan cairan amniotik. Cairan amniotik dianalisis untuk mengetahui
adanya kelainan pada janin. Amniocentesis juga dapat dilakukan selama trimester
ketiga jika adanya indikasi kelahiran prematur guna mengetahui perkembangan
paru-paru janin serta untuk menilai apakah ibu memiliki chorioamnionitis
(infeksi/peradangan cairan amniotik). Amniocentesis dilakukan jika tes pendukung
lainnya menunjukkan hasil positif. Tes tersebut meliputi AFP, estriol, inhibin A, dan
hCG. Pemeriksaan juga dilakukan jika ibu memiliki penyakit yang dapat diturunkan
kepada janinnya, misalnya, fibrosiscystic, anemia sel sabit, thalassemia, hemophilia,
penyakit Tay-Sachs, atrofi otot Duchenne.
Amniocentesis juga dilakukan untuk mengetahui apakah janin Rh-positif
ketika ibu memiliki faktor Rh, serta untuk mengetahui peningkatan bilirubin pada
usia kehamilan 20 minggu, yang mengindikasikan bahwa sel darah janin telah
diserang oleh antibodi ibu.
b.
c.
TUJUAN
1.Untuk mengevaluasi kesehatan janin atau ibu
a) Insomunisasi Rhesus
b) Infeksi intra uterin
c) Cacat kelahiran
d) Perkembangan paru janin
e) Chorioamnionitis
2.Menilai maturasi janin
3.Untuk diagnosis prenatal kelainan kongenital
d.
PEMERIKSAAN
Alat- alat:
1. Larutan antiseptik
2. Jarum jarum spinal dan stilus ukuran 18, 20, 22
3. Spuit 10cc
4. Spuit 2cc
5. Lidokain
6. Jarum ukuran 25, 21
7. Handuk dan duk lobang steril
8 . Es
9. Vial spesimen bersih dan berwarna coklat
Prosedur:
1.
2.
3.
4.
Situs penyisipan dibersihkan dengan antiseptik dan dikelilingi dengan duk bolong
steril.
5.
6.
7.
Sebuah monitor janin ditempatkan pada perut ibu untuk memantau janin
selama prosedur.
8.
9.
10. Penyedia layanan kesehatan melakukan USG janin untuk memandu penyisipan
jarum spuit 10 cc.
11. Sebuah jarum dilewatkan melalui perut ke dalam rahim. Jarum di cabut dan
dimasukkan kembali jika janin bergerak mendekati jarum. (jika darah teraspirasi,
jarum mungkin berada di dalam uterus, plasenta, atau janin. Agar jarum sampai
pada rongga amnion, rotasi jarum 1800 jika diperlukan untuk memperoleh aliran
bebas cairan amnion. Pada mulanya cairan sanguineus sering jernih dalam 30
sampai 60 detik
12. Dua sendok makan cairan ketuban diambil naik dari jarum ke jarum suntik.
13. Jarum di cabut
14. Sebuah perban mencakup situs penyisipan jarum.
Komplikasi:
x
Komplikasi pada ibu yang dapat di antisipasi meliputi perdarahan yang disertai
pembentukan hematoma, infeksi, ketuban pecah dini, dan perdarahan
fetomaternal yang disertai isoimunisasi potensial dari pasien Rh-negatif. Pasien
Rh-negatif harus memperoleh Rh imunoglobulin setelah amniosentesis
Risiko janin meliputi trauma janin, perlukaan plasenta atau pembuluh janin, dan
pungsi tali pusat yang disertai perdarahan atau hematoma
Menikon di dalam cairan amnion dapat timbul spontan apabila janin aterm atau
adanya stress janin atau hipoksia. Signifikansi noda mekonium masih belum
pasti
Adanya darah dalam cairan amnion, laboratorium dapat menentukan apakan sel
darah merah berasal dari ibu atau janin. Apakah sel janin teridentifikasi, bunyi
jantung janin harus diamati dengan ketat. Bentuk denyut jantung janin yang
abnormal memberi kesan adanya perdarahan aktif janin atau hematoma tali
pusat yang mengganggu oksigenasi janin. Dalam keadaan demikian, dianjurkan
persalinan segera.
permukaan udara- cairan selama 15 menit menunjukkan suatu risiko yang sangat kecil
dari respiratory distress syndrome.
x Spektrofometrik scan telah menunjukkan bantuannya dalam evaluasi isoimunisasi
Rhesus. Cairan amnion yang normal hampir membentuk suatu garis lurus sepanjang
sidikan (scan) dari 350 sampai 759 milimikro. Punuk bilirubin yang khas mulai pada 375
m, mencapai suatu puncak pada 450 sampai 460 m dan kemudian kembali kegaris
dasar pada 525 m . Untuk menentukan jarak deviasi dari normal, sebuah garis yang
berubah-ubah diproyeksikan dari 375 ke 525 m , kemudian deviasi dari garis yang
teramati pada 450 m dapat ditentukan. Nilai ini menunjukkan densitas delta optik
(OD 450)pada 450 m dan merupakan suatu petunjuk dari hemolisis intrauterin.
x Darah di dalam cairan amnion dapat berasal dari janin atau ibu. Tes keilhauer dapat
membedakan sel janin dari sel ibu.
x Mekonium dalam cairan amnion memberikan kesan stress janin sebelumnya. Makna
noda mekonium sebenarnya masih belum diketahui.
x Leukosit polimorfonuklear dalam cairan amnion mengindikasikan bahwa terdapat
infeksi atau menjelang infeksi
x Pewarnaan garam dan biakan sangat membantu bila dicurigai infeksi
f.
IMPLIKASI KEPERAWATAN
Pasien tidak akan merasakan nyeri / sakit selama prosedur, kecuali pada
saat dilakukan anastesi lokal.
Minta pasien untuk segera menghubungi perawata jika pada area injeksi
keluar cairan atau darah, bengkak dan kemerahan. Serta jika ibu
mengalami demam, sakit atau kram pada area abdomen.
PERHATIAN:
Pasien harus menghubungi penyedia layanan kesehatan jika dia tahu ada cairan
atau keluarnya cairan berdarah dari situs penyisipan atau jika ada pembengkakan
dan kemerahan di lokasi penyisipan. Pasien juga harus menghubungi penyedia
layanan kesehatan jika dia mengalami demam, nyeri, atau kram di perutnya.
DAFTAR PUSTAKA
ACCP. Cervical cancer prevention: Fact sheet. Natural history of cervical cancer:
even infrequent screening of older women saves lives. April, 2003
Anwar, Ruswana. Sintesis, Fungsi dan Interpretasi Pemeriksaan Hormon
Reproduksi. Disampaikan pada pertemuan Fertilitas Endokrinologi Reproduksi bagian
Obsgin RSHS/FKUP Bandung tanggal 7 Maret 2005
Keogh, Jim. 2010. Nursing Laboratory & Diagnostic Test Demystified A SelfTeaching Guide. United States : The McGraw-Hill Companies
Kowalah, Jennifer P. 2010. Buku Pegangan Uji Diagnostik Edisi 3. Jakarta : EGC
Taber, Ben-Zion . 1994. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGC
Kee, Joyce Leverer. 2008. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik.
Jakarta:ECG
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suttard. Jakarta: EGC
Tucker, S.M, et all .1998 . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan,
diagnosis dan evaluasi , Edisi V. Jakarta: ECG