TandaTangan:
: 11-2013-138
Dokter Pembimbing
TandaTangan:
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama
: Ny. K
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 43 Tahun
Suku bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
Pekerjaan
Alamat
Panmas
Tanggal masuk RS
ANAMNESIS
Anamnesis secara autoanamnesa dan alloanamnesa (saudara pasien) pada
17 September 2014.
1. Keluhan utama
hari SMRS.
1
2. Keluhan tambahan
dan
berbicara.
Keluhan
dirasakan
bersamaan
dengan
munculnya lemah separuh badan kiri pasien. Pasien tidak mengalami trauma
sebelumnya.
Pasien merasa baal pada tangan dan kaki kiri semenjak badan sebeah
kiri menjadi lemah. Baal ini terutama dirasakan pada telapak tangan dan
kaki, tidak menjalar ke bagian lain. Pada bagian yang baal tersebut tidak ada
luka atau warna kulit yang berubah dari warna kulit sekitarnya.
Pasien mengalami demam sejak 2 hari SMRS. Demam dirasakan tidak
begitu tinggi, disertai mual dan muntah 2x. Pasien sempat mengonsumsi
obat panadol di warung, demam menurun kemudian naik kembali. Pasien
tidak ada pandangan kabur, kejang, pingsan, sakit kepala, dan sesak napas.
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan lemah separuh badan baru dialami pasien pertama kali.
Riwayat trauma kepala dan stroke sebelumnya tidak ada. Pasien memiliki
riwayat penyakit darah tinggi sejak 4 tahun lalu dan penyakit kencing manis
sejak 2 tahun lalu, pasien tidak kontrol teratur untuk penyakitnya tersebut.
Pasien memiliki penyakit maag.
Riwayat Penyakit Keluarga
Orangtua pasien sudah meninggal saat pasien usia 3 tahun. Riwayat
penyakit dalam keluarga kurang diketahui pasien.
Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak merokok dan minum minuman beralkohol. Sehari-hari
pasien tidak rutin berolahraga.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: E4M5V6
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Nadi
: 66 x / menit, reguler
Suhu
: 38oC (axilla)
Respirasi
: 20 x/menit
Habitus
: astenikus
Gizi
: kurang
Warna Kulit
: Sawo matang
Kuku
: Sianosis (-)
Turgor
Kepala
: Cukup
:
Bentuk
normosefali,
tanda-tanda
trauma (-)
Mata
: Udem palpebra -/-, CA -/-, SI -/Pupil bulat isokor 3mm, RCL +/+, RCTL +/+
Hidung
-/3
Telinga
: Normogtia, simetris
Tenggorokan
tengah
Mulut
ke kiri
Leher
Toraks
Paru-paru
Abdomen
Ekstremitas
Status Psikis
1. Cara berpikir
: Baik
2. Orientasi
: Baik
3. Perasaan hati
: Baik
4. Tingkah laku
: Normal
5. Ingatan
: Baik
6. Kecerdasan
: Baik
Status Neurologis
Kesadaran
Orientasi
Jalan Pikiran
: Baik
Kecerdasan
: Baik
Daya Ingat
Baru
:Baik
Lama
:Baik
Kemampuan Bicara
:Baik
4
Sikap tubuh
:Baik
Nervi Kranialis
Nervus I (Olfaktorius)
: tidak dilakukan
Nervus II (Optikus)
Daya
Kanan
6/60
Kiri
6/60
penglihatan
Pengenalan
warna
Medan
penglihatan
Papil
Tidak
Tidak dilakukan
Arteri / vena
dilakukan
Tidak
Tidak dilakukan
Perdarahan
dilakukan
Tidak
Tidak dilakukan
dilakukan
Nervus III (Okulomotorius)
Kanan
Ptosis
Gerak mata
Kiri
(-)
N
(-)
N
bawah)
Ukuran pupil
Bentuk pupil
3 mm
Bulat, isokor,
3 mm
Bulat, isokor,
Reflek cahaya
Batas licin
(+)
Batas licin
(+)
Langsung
Reflek cahaya
(+)
(+)
tidak langsung
Reflek akomodatif
Strabismus
N
(-)
N
(-)
(atas, medial,
divergen
5
Diplopia
(-)
(-)
Nervus IV (Troklearis)
Kanan
Kiri
Strabismus konvergen
(-)
(-)
Diplopia
(-)
(-)
Nervus V (Trigeminus)
Menggigit
Membuka mulut
Sensibilitas muka
Reflek kornea
Reflek bersin
Reflek maseter
Trismus
Kanan
(+)
N
(+),(+),(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
Kiri
(+)
N
(+),(+),(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
Nervus VI (Abdusen)
Gerak mata lateral
Strabismus konvergen
Diplopia
Kanan
N
(-)
(-)
Kiri
N
(-)
(-)
Kanan
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Sudut
Kiri
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
tertinggal
naik
(+)
(-)
N
(+) lemah
(-)
N
Tidak dilakukan
6
depan
Reflek Glabella
Reflek auriculopalpebral
Bersiul
(+)
(+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Mendengar
berbisik
Mendengar detik arloji
Tes Rinne
Tes Swabach
Tes Weber
Kiri
N
N
Tidak dilakukan
Nervus IX (Glossofaringeus)
Arkus Farings
Daya kecap
lidah
Interpretasi
simetris
1/3 Tidak dilakukan
belakang
Reflek muntah
Tersedak
Sengau
(+)
(-)
(-)
Nervus X (Vagus)
Bersuara
Gangguan menelan
Interpretasi
N
(-)
Nervus XI (Aksesorius)
Kontraksi
Kanan
(+)
Kiri
(+)
m.strenocleidomastoideus
Sikap bahu
Mengangkat bahu
Trofi otot bahu
N (simetris)
(+)
Eutrofi
N ( simetris)
(+)
Eutrofi
Posisi
lidah
Interpretasi
dalam Mencong ke kiri
mulut
Artikulasi
Tremor lidah
Disartria
(-)
Menjulurkan lidah
Kekuatan lidah
Trofi otot lidah
Fasikulasi lidah
deviasi ke kiri
(+) menurun
Eutrofi
(-)
Kaku kuduk
: (-)
Brudzinski 1
: (-)
Brudzinski II
: (-)
Brudzinski III
: (-)
Brudzinski IV
: (-)
Laseque
Kernig
: (-)
: (-)
Pemeriksaan motorik
Ekstrimitas atas
Simetris
Trofik
Tonus
Tenaga
R. Bisep
R. Trisep
R. Hoffman Trommer
Sensibilitas
- Raba
- Nyeri
- Suhu
- Vibrasi
- Sterognosisi
Ekstremitas bawah
Kanan
kiri
Simetris
Eutrofik
Normotonus
5555
+
+
Baik
+
Eutrofik
Normotonus
1111
+
+
-
(+) Turun
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kanan
8
Kiri
Bentuk
Simetris
Trofik
eutrofik
Tonus
Simetris
eutrofik
Normotonus
Tenaga
R. Patela
R. Achilles
Normotonus
5555
1111
R. Patologis
Babinski
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Sensibilitas
- Raba
- Nyeri
- Suhu
-
(+) turun
+
Tidak dilakukan
Vibrasi
Tidak
dilakukan
- Grafestesia
Tidak dilakukan
- Topognosis
Tidak dilakukan
Koordinasi
Uji Telunjuk hidung
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Uji Disdiadokokinensia
Tidak dilakukan
Dismetri
Tidak dilakukan
Stewart-holmes
Tidak dilakukan
Asinergis cerebellar
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
9
Romberg test
Tidak dilakukan
Gerakan involunter
Kanan
Kiri
Tremor
Khorea
Ballismus
Mioklonus
Atetosis
Distonia
Spasmus
Fungsi Otonom
-
Miksi
: Normal
Defekasi
: Normal
Keringat berlebihan
: (-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
7/9/14
10,8
Hb
Leukosit
Ht
Trombosit
LED
MCV
MCH
MCHC
Hitung Jenis
Basofil
8.300
30
136.000
15
76,9
27,4
35,6
15/9/14
10,3
6.300
29
142.000
Nilai Normal
L = 14-18 g/%
P = 12-16 g/%
5000-10.000/ mm3
38-47%
150-450 ribu/mm3
< 15 mm/jam
82-92 mm3
27-31 Pg
32-37 %
0 -1 %
EOS
1-3 %
Batang
2-6 %
Segmen
84
50-70 %
Limfosit
20-40 %
10
Monosit
GDS
SGOT
SGPT
Natrium
Kalium
Klorida
Ureum
Creatinin
6
149
44
100
131
2,97
96
28
0,8
2-8 %
146
131
3,49
100
menjadi lemah. Baal ini terutama dirasakan pada telapak tangan dan kaki.
Pasien mengalami demam sejak 2 hari SMRS disertai mual dan muntah 2x.
Pasien sempat mengonsumsi obat panadol di warung, demam menurun
kemudian naik kembali. Pasien memiliki riwayat penyakit darah tinggi sejak 4
tahun lalu dan penyakit kencing manis sejak 2 tahun lalu, pasien tidak
kontrol teratur untuk penyakitnya tersebut. Pasien memiliki penyakit maag.
Sehari-hari pasien tidak rutin berolahraga.
DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Klinis :
- Parese n. VII dan n.XII sinistra UMN
- Hemiparese sinistra UMN
- Observasi febris suspect viral infection
- Dispepsia
Diagnosis Topis
: Gambaran lesi iskemik regio parietal dekstra.
Diagnosis Etiologi : Stroke iskemik dengan faktor risiko hipertensi dan
DM.
Diagnosis Patologi : Iskemia
USULAN PEMERIKSAAN
EKG
Profil lipid
Elektrolit serum
HbA1c
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa : fisioterapi, mobilisasi
Medikamentosa
Paracetamol 3 x 500 mg
Omeprazole injeksi 2 x 40 mg
Tromboaspilet tab 1x 80 mg
12
PROGNOSIS
Ada fungsionale: ad bonam
Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
FOLLOW UP
Tanggal
16 09 2014
17 09 2014
SUBYEKTIF Kaki & tangan kiri lemah, Kaki & tangan kiri lemah, bisa
hanya
bisa
(minimal)
Pusing(-),mual(-),Muntah(-) Pusing(-),mual(-),Muntah(-)
Bicara pelo, mulut miring Bicara pelo, mulut miring
Bisa makan dan minum Bisa makan dan minum tidak
OBYEKTIF
KU
VS : TD
HR
RR
S
GCS
R.
Fisiologis
R.
tidak tersedak
tersedak
CM
150/90 mmHg
80 x / Menit
20 x / Menit
36,50 C
E4V5M6
CM
150 / 100 mmHg
86 x / Menit
22 x / Menit
36,80 C
E4V5M6
+/+
+/+
-/ Patologis
R.Sensorik +/+(menurun)
Nn.Cranial
-/ +/+(menurun)
es
N.VII
N.XII
ASSESME
NT
Dx. Klinik
Penurunan
wajah
sisi
kiri
Bicara pelo
Parese
n.
VII
dan
13
Hemiparese
sinistra
UMN
Dx. Topik
Dx.
Etiologik
Dx.
Patologik
Gambaran
lesi
iskemik Gambaran
lesi
iskemik
regio
Iskemik
Infuse RL 20 tpm +
Infuse
Neurobat
sinistra UMN
drip
RL
20
tpm
amp
Neuroprotektan:
Neuroprotektan:
Citicoline Inj 1 g/ 12
jam j
Ranitidin tab 2 x I
Rehabilitasi Medik
Fisioterapi pasif
Mobilisasi
1xI
Ranitidin tab 2 x I
Rehabilitasi Medik
Fisioterapi pasif
Mobilisasi
14
TINJAUAN PUSTAKA
Otak merupakan organ yang menjadi pusat dari tubuh manusia.
Bagian tertentu otak mernpunyai fungsi khusus, fungsi luhur dalam keadaan
normal merupakan fungsi integritas tertinggi otak yang dapat dinilai.
Anatomi
Permukaan korteks serebri superfisial terdiri dari 6 lapisan.
Kortek motor frontal terutama terdiri sel pramidal
Kortek sensoris parietal terutama lapisan granular
15
16
17
3.
lobus
non-dominan:
anosognosia
(tidak
mengenal
ekstremitas
19
dan
beranastomosis
arteri
karotis
membentuk
interna,
sirkulus
yang
arteriosus
cabang-cabangnya
serebri
Willisi.
Otak
menerima darah yang dipompakan dari jantung melalui arkus aorta yang
terdiri atas 3 cabang, yaitu arteri brakhiosefalik (arteri innominata), arteri
karotis komunis kiri dan arteri subklavia kiri. Arteri brakhiosefalik dan arteri
karotis
komunis
kiri
berasal
dari
bagian
kanan
arkus
aorta.
Arteri
serebri
Usia
Jenis Kelamin
Heriditer
Ras / etnik
Riwayat stroke
Hipertensi
Penyakit jantung
Diabetes mellitus
Transient ischemic attack
23
o
o
o
o
Hiperkolesterol
Penggunaan kontrasepsi oral
Obesitas
Merokok
Etiologi
Ada
beberapa
etiologi
yang
menyebabkan
terjadinya
stroke
non
diperlihatkan
oleh
peningkatan
ratio
kolesterol
total
Klasifikasi
Pada dasarnya stroke itu mempunyai 2 tipe yaitu Stroke Perdarahan
(Stroke Hemorrhagic) dan Stroke Sumbatan (Stroke Ischemic / Stroke non
Hemorrhagic). Berdasarkan perjalanan klinisnya, stroke non hemorrhagic
dikelompokkan menjadi:3,4,7,10
yaitu
penyumbatan
pembuluh
darah
otak
karena
Buta mendadak
Hemiparesis kontralateral
Gangguan mental
Inkontinensia
Kejang-kejang
Hemihipestesia
Hemiplegia dupleks
Sukar menelan
Hemiparesis kontralateral
Hilangnya
rasa
sakit,
suhu,
sensorik
propioseptif
kontralateral
(hemianestesia)
Gangguan pada arteri vertebralis:
Disfagia
Nistagmus
Hemihipestesia
Diagnosis
Pemeriksaan fisik3,6,8,9
i. Status generalis: Tanda vital, keadaan gizi/habitus, irama jantung,
ii.
bising kardial.
Fungsi kognitif: Tingkat kesadaran, tingkah laku, orientasi, perhatian,
fungsi bahasa (kelancaran, komprehensi, repetisi), gangguan memori
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
28
refleks patologis.
Pemeriksaan koordinasi
(tidak
dapat
dilakukan
pada
pasien
hemiparese)
a. Tes kesimbangan: Tes Romberg, berjalan digaris lurus, jalan di
tempat
b. Tes non keseimbangan (disemetri: tes tunjuk hidung, tes
telunjuk-telunjuk, tes tumit-lutut, disgrafia dan disdiadokokinesia:
melakukan gerak cepat secara berselingan)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
a. Hitung darah lengkap
b. Elektrolit serum
c. Kimia darah : GDS, ureum, kreatinin, asam urat, SGOT, SGPT,
albumin, globulin, protein total, profil lipid (trigliserid, LDH
cholesterol, HDL cholesterol , lipid total)
d. Analisis Gas Darah
e. Pemeriksaan hemostasis: INR, Prothrombin time (PT), aktifasi
waktu tromboplastin parsial (aPTT), kadar fibrinogen, D-dimer,
viskositas darah
f. C-reactive protein (CRP), laju endap darah (LED)
g. Pemeriksaan tambahan atas indikasi: protein S, protein C, ACA, AT
III,
diagnosis
perdarahan
intracranial
sebelum
setelah
serangan).
29
Kematian
sel
dan
edema
akan
dan
spesifisitas
hingga
98%
bila
digunakan
untuk
arteri
karotis
atau
vertebralis.
Kemudian
dokter
keadaan
jantung,
apakah
terdapat
potensial
mempengaruhi
proses
manajeman
dan
memperburuk prognosis.
Pemeriksaan neurokardiologi
a. Elektrokardiografi
Electrocardiography harus dilakukan pada semua pasien pada
evaluasi awal. Perubahan iskemik dalam EKG harus diselidiki
30
melihat
jantung
dengan
jelas
dan
memungkinkan
Stroke Hemoragik
Berat
Menit/jam
Hebat
Sering
(iskemik)
Berat/ringan
Pelan (jam/hari)
Ringan/tak ada
Tidak, kecuali lesi
Hampir selalu
Dapat hilang
Ada
Sering sejak awal
Sering
Stroke Hemoragik
batang otak
Seringkali
Dapat hilang
Tidak ada
Sering dari awal
Sering
Stroke Non Hemoragik
(iskemik)
Gejala defisit lokal
Berat
Berat/ringan
Permulaan (onset)
Menit/jam
Pelan (jam/hari)
Tabel 2. Perbedaan antara lesi di korteks dan subkorteks
31
di
GEJALA/TANDA
Afasia
Astereognosis
2 point tactil discrimination
KORTIKAL
++
++
++
SUBKORTIKAL
-
++
++
++
++
++
++
terganggu
Graphesthesi terganggu
Extinction phenomenon
Loss of body image
Kelumpuhan lengan dan tungkai
tak sama
Dystonic posture
Gangguan sensibilitas nyeri +
raba
Kedua mata melihat ke hidung
++
Penegakkan diagnosis stroke didasarkan pada anamnesis yang cermat,
pemeriksaan fisik-neurologik dan pemeriksaan penunjang. Sedang untuk
membedakan jenis stroke iskemik dengan stroke hemoragik dilakukan
pemeriksaan radiologi Computed Tomography Scanning (CT Scan) otak.3
Tabel 3. Klasifikasi stroke berdasarkan Siriraj Stroke Score
No.
1.
Gejala / Tanda
Kesadaran
2.
Muntah
3.
Nyeri kepala
4.
Tekanan darah
5.
Ateroma
a. DM
b. Angina pectoris
Klaudikasio
Penilaian
Indeks
Skor
X 2,5
X2
X2
X 10%
X (-3)
-12
-12
koma
(1) Tidak
(2) Ya
(1) Tidak
(2) Ya
Diastolik
(1) Tidak
(2) Ya
intermiten
6.
Konstanta
Interpretasi
32
(1) SS> 1
: Stroke Hemoragik
-1 < SS < 1
SS < -1
tentang
area
penumbra
merupakan
dasar
dalam
33
bagian otak yang mengalami infark akan dikelilingi oleh area penumbra.
Aliran darah ke area ini berkurang sehingga fungsinya pun akan terganggu,
akan tetapi kerusakan yang terjadi tidak seberat area infark dan masih
bersifat reversible jika aaliran darah ke area ini cukup adekuat selama masa
kritis, maka area ini dapat diselamatkan.5-10
Terapi Umum
i.
ii.
Stabilisasi hemodinamik
a. Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari cairan
hipotonik)
b. Optimalisasi tekanan darah
c. Bila tekanan darah sistolik < 120mmHg dan cairan sudah
mencukupi, dapat diberikan obat-obat vasopressor titrasi dengan
target TD sistolik 140mmHg.
d. Pemantauan jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama.
e. Bila terdapat CHF, konsul ke kardiologi.
sehingga TDS <180 dan TDD <105mmHg selama 24 jam setelah pemberian
rtPA.
Penurunan tekanan darah tidak boleh drastis. Obat anti hipertensi yang
dianjurkan adalah captopril 6.25-12.5 mg/ 6.5-25 mg peroral, ARB peroral,
klonidin 0.1-0.2 mg peroral, labetolol 20-80 mg iv, nikardipin 5-25 mg/jam
iv, diltiazim 5-40 mg/kgbb/menit, esmolol 200-500 ug/kgbb/menit, hindari
calcium channel blocker terutama nifedipin.
13-15
rt-PA
intravena
merupakan
pengobatan stroke iskemik akut satu-satunya yang disetujui oleh FDA sejak
tahun 1996 karena terbukti efektif membatasi kerusakan otak akibat stroke
iskemik. Terapi ini meningkatkan keluaran stroke pada kelompok penderita
yang telah diseleksi ketat dan terapi diberikan dalam waktu 3 jam sejak
onset stroke. Komplikasi terapi ini adalah perdarahan intraserebral (hanya
ditemukan pada 6,4% pasien bila menggunakan protokol NINDS secara
ketat).
Karakteristik pasien yang dapat diterapi dengan trombolisis rt-PA intravena
i.
Kriteria inklusi:
a. Stroke iskemik akut dengan onset tidak lebih dari 3 jam
b. Usia >18tahun
c. Defisit neurologik yang jelas
d. Pemeriksaan CT Scan, tidak ditemukan perdarahan intracranial
e. Pasien dan keluarganya menyetujui tindakan tersebut dan
mengerti resiko dan keuntungannya
ii.
Kriteria eksklusi:
a. Defisit neurologis yang cepat membaik
b. Defisit neurologik ringan dan tunggal seperti ataksia atau
gangguan sensorik saja, disartria saja atau kelemahan minimal
c. CT Scan menunjukkan perdarahan intracranial
d. Gambaran hipodensitas >1/3 hemisfer serebri pada CT Scan
35
11.
37
Pemberian antiplatelet
1. Aspirin dosis awal 325mg dalam 24-48jam setelah awitan stroke
iskemik akut dianjurkan bila tidak diterapi dengan trombolitik rt-PA
intravena, namun tidak boleh sebagai pengganti rt-PA.
2. Klopidogrel tunggal atau kombinasi dengan aspirin tidak dianjurkan
kecuali pada pasien dengan indikasi spesifik, misalnya angina pectoris
tidak stabil, non-Q-wave MI, atau recent stenting, pengobatan harus
diberikan sampai 9 bulan setelah kejadian.
Pemberian neuroprotektan
Belum menunjukkan hasil yang efektif, sehingga sampai saat ini belum
dianjurkan. Namun, citicolin sampai saat ini masih memberikan manfaat
pada stroke akut. Penggunaan citicolin pada stroke iskemik akut dengan
dosis 2x1000 mg iv 3 hari dan dilanjutkan dengan oral 2x1000mg selama 3
minggu dilakukan dalam penelitian ICTUS (International Citicholine Trial in
Acute Stroke, ongoing).10,13
Preventif
Pencegahan Primer, untuk mencegah terjadinya ateroma, yaitu:
Berhenti merokok
aspirin
setelah
mengalami
TIA,
dapat
mengurangi
Pencegahan sekunder
Kontrol terhadap penyakit vaskular, seperti :
11,14
1. Hipertensi
Hipertensi harus diatasi untuk mencegah terjadinya serangan ulang
stroke. Menurut Canadian Hypertension Education Program (CHEP), target
tekanan
darah
untuk
pencegahan
stroke
adalah
<140/90mmHg
terjadinya
serangan.
Tindakan
yang
perlu
dilakukan
adalah
Pemeriksaan
neurologik
40
41
PEMBAHASAN
Pasien ini adalah penderita dengan diagnosis stroke iskemik/non
hemoragik.
Diagnosis
ini
ditegakkan
berdasarkan
anamnesis
dan
pemeriksaan fisik yang didapatkan keluhan anggota gerak bagian kiri sulit
digerakkan, kesulitan bicara (pelo), mulut mencong, dan adanya riwayat
hipertensi sejak lebih dari 4 tahun yang lalu serta DM 2 tahun lalu tidak
terkontrol. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada stroke
non hemoragik diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan
fisik
dengan
adanya
keluhan
defisit
neurologik
secara
Gejala
Stroke
Stroke
Hemoragik
Hemoragik
defisit Berat
lokal
Permulaan
Menit/jam
(iskemik)
Berat/ringan
Ringan
Pelan (jam/hari)
Pelan
(onset)
Nyeri kepala
Hebat
Muntah
pada Sering
Ringan/tak ada
Tidak ada
Tidak,
kecuali Tidak ada
awalnya
lesi
Hipertensi
Kesadaran
Kaku kuduk
Hemiparesis
Hampir selalu
Dapat hilang
Ada
Sering sejak
di
batang
otak
Seringkali
Dapat hilang
Tidak ada
Sering dari awal
awal
seringkali
Tidak hilang
Tidak ada
Ada sejak
serangan
42
awal
Gangguan bicara
Sering
Sering
Sering
Pada pasien ditemukan gejala lebih sesuai dengan gejala stroke non
hemoragik (iskemik) dibandingkan stroke hemoragik.
Berikut tabel mengenai stroke iskemik thrombosis dan emboli yang sesuai
dengan pasien.
Gejala
Umur
Trombosis
>50
atau
Emboli
60 Segala
tahun
Gejala pasien
umur 43 tahun
(terutama
dewasa
Onset
muda)
Lebih bertahap Cepat (detik-menit)
bertahap
Kejadian
Kejang
Riwayat
(menit-jam)
Saat istirahat
jarang
Tidak ada
aktivitas
sering
ada
Saat istirahat
Tidak ada
Tidak ada
Aterosklerosis,
Kelainan
sakit
jantung
Predisposisi
obesitas,
extracranial Hipertensi,
DM
tidak terkontrol
hipertensi
Penyebab stroke iskemik pada pasien kemungkinan besar akibat
thrombosis. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan DM. Tekanan darah
sistemik meningkat membuat pembuluh serebral akan berkonstriksi. Derajat
konstriksi tergantung pada peningkatan tekanan darah. Bila tekanan darah
meningkat cukup tinggi selama berbulan bulan atau bertahun-tahun, akan
menyebabkan
hialinisasi
pada
lapisan
otot
pembuluh
serebral
yang
adhesi
lekosit,
dan
peningkatan
permeabilitas
untuk
juga
jarang
berolahraga
yang
menyebabkan
elastisitas
Siriraj Score
44
KORTIKAL
++
++
SUBKORTIKAL
-
Pasien
Tidak
++
diperiksa
-
terganggu
Graphesthesi terganggu
++
Tidak
diperiksa
Tidak
Extinction phenomenon
++
++
diperiksa
Tidak
++
diperiksa
-
++
Tidak
tak sama
Dystonic posture
45
++
diperiksa
++
raba
Kedua mata melihat ke hidung
++
Tidak
diperiksa
Skor NIHSS
1A = 0
1B = 0
1C = 1
2=0
3=0
4= 2
5a=3,b=0
6a=3,b=0
7=0
8=1
9=0
10 = 0
11 = 0
Total 10, artinya termasuk stroke tingkat ringan-sedang. Prognosis
pasien ini baik.
Penatalaksanaan
pemberian antihipertensi.
NaCl
caps
500
mg
diberikan
46
untuk
membantu
mengatasi
DAFTAR PUSTAKA
1. McPhee SJ, Ganong WF. Patophysiology of disease: an introduction to clinical
medicine. Edisi 5.USA: McGraw-Hill Companies; 2005. Hal 582-4.
2. Gofir A., 2009. Klasifikasi Stroke dan Jenis Patologi Stroke, Dalam :
Manajemen Stroke. Yogyakarta : Pustaka Cendekia Press hal.45-9.
3. Misbach J., Jannis J. Diagnosis Stroke, Dalam : Stroke, Aspek Diagnostik,
Patofisiologi, Manajemen. Jakarta : FKUI,2011. hal.62-9.
4. Junadi,Purnawan, Kapita selekta kedokteran, Jilid ke II, Penerbit FKUI, Jakarta.
2005.h. 17-26.
5. Aliah A, Kuswara F.F, Limoa RA, Wuysang. Gangguan Peredaran Darah Otak.
Dalam: Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,
2003, h.79-102.
6. Price SA, Wilson LM . Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit.
Volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2005. Hal.966-71.
7. Clarke C, Howard R, Rossor M, Shorvon SD. Neurology: a queenshare
textbook. USA:John Wiley and Sons;2011.Hal 125-43.
8. Brust JCM. Current diagnosis and treatment in neurology. : McGraw-Hill
Companies; 2006. Hal 107-41.
9. McPhee SJ, Papadakis MA. Current medical diagnosis and treatment.
International Edition. USA: McGraw-Hill Companies; 2008. Hal 975-80.
10.
Fauci AS, et al. Harrisons principles of internal medicine.Edisi 18. USA:
McGraw-Hill Companies; 2011. Hal. 3270-99.
11.
Burnside
JW,
McGlynn
TJ.
Diagnosis
Jakarta:EGC;2003.hal. 267-83.
47
fisik.
Edisi
17.
12.
Welsby
PD.
Pemeriksaan
fisik
dan
anamnesis
klinis.
Jakarta:EGC;2009.hal.77-89.
13.
Bickley LS, Szilagyi PG. Bates buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat
kesehatan.edisi 8. Jakarta:EGC;2009. Hal. 166-290.
14.
Nasissi, Denise. Non Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010.
Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview pada
29 Spetember 2014.
15. Algoritma Kegawatdaruratan Stroke menurut American Heart Association.
Diunduh dari http://ummc-acls.org/mod/resource/view.php?id=14. Diunduh
tanggal 29 September 2014.
48