Anda di halaman 1dari 19

Nama Mahasiswa

: Samuel Palawa Saman

NIM

: 11.2012.114

Dokter Pembimbing : dr. Indah Puspajaya, Sp.M

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap

: TN. S

Jenis kelamin

: Laki-laki

Umur

: 53 tahun

Suku bangsa

: Indonesia

Status perkawinan

: menikah

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Buruh Bengkel

Pendidikan

:-

Alamat

: Karang Anyar Blok IA

Tanggal masuk RS

: 16 Desember 2013

A. ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis dan alloanamnesis, tanggal 16 Desember 2013, pukul 10.00
WIB
Keluhan Utama:
Mata kanan penglihatan kabur
Keluhan Tambahan :
Silau jika melihat cahaya di siang hari.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Os mengatakan penglihatan mata kanan kabur sejak 6 bulan SMRS. Sebelumnya os
mengatakan hanya silau bila melihat sinar matahari , dan membaca kurang jelas. Os
mengatakan 4 bulan SMRS seperti melihat kabut di mata kanan yang semakin banyak, mata
kiri os juga sudah mulai kabur tapu masih dapat melihat dengan jelas, os mengatakan bila
semakin malam, mata kanan tetap masihtidak jelas. Riwayat menggunakan kacamata sejak 3
tahun SMRS tetapi karena tidak nyaman os melepas kacamatanya, os lupa ukuran kacamata
sebelumnya. Os merokok sejak masih muda dan jarang minum-minum an keras
Riwayat Penyakit dahulu
Riwayat Hipertensi (+) tidak tau sejak kapan, DM(-), Jantung (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Dikeluarga pasien tidak ada yang mengeuh seperti pasien.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 25 september 2013
A. Status generalis

Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum

: Tampak sakit ringan

Kesadaran

: Compos mentis

Keadaan gizi

: Cukup

Tanda Vital
Tekanan Darah

: 150/90 mmHg

Frekuensi Nadi

: 82 x/menit

Frekuensi Nafas

: 20x/menit, pola pernafasan normal, thorakal-abdominal, tidak

terlihat penggunaan otot bantu pernafasan.


Suhu

: 36,5 C

Pemeriksaan Sistematis
Kepala

: Normocephali, rambut hitam, tidak mudah dicabut, deformitas (-)

Mata

: Palpebra tidak oedem, pupil bulat isokor


Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/Reflex cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+

Hidung

: Normosepta , deformitas -, sekret -/-

Mulut

: bibir kering (-), sianosis (-)


Mukosa bibir pecah- pecah (-)
Oral hygiene baik, gigi geligi lengkap, gusi hiperemis (-)
Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1, kriptus tidak melebar

Telinga: Normotia, deformitas (-), tanda radang (-)


Leher

: KGB tidak teraba membesar


Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Trachea berada ditengah

Thoraks
Jantung

: Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

:Ictus cordis terba ics

V pada 2 cm linea
2

midclavikularis sinistra
Perkusi

: - Batas atas jantung pada ics III linea parasternal sinistra.


- Batas kanan jantung pada linea parasternal kanan ics IIIIV-V
- Batas kiri jantung ics V pada 3 cm medial linea

midclavikularis sinistra
Auskultasi : SI-SII reguler, Gallop (-), Murmur (-).
Paru

Abdomen

: Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis, memar (-)


Palpasi : vocal fremitus sama kuat paru dextra dan sinistra
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/: Inspeksi : datar, simetris
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani pada seluruh abdomen
Auskultasi : bising usus normal 3kali permenit

Ekstremitas
Atas : akral hangat, oedem -/-, deformitas -/Bawah : akral hangat, oedem -/- , deformitas -/B. Status Ophthalmologist
Keterangan

OD

OS

1. VISUS
Visus dasar
1/300
6/20
Pinhole
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Koreksi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Addisi
Distansia pupil
60 mm
Kacamata lama
lupa
lupa
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
Eksoftalmus
Enoftalmus
Deviasi
Gerakan bola mata
3. SUPERSILIA
Warna
Hitam
Simetris
+
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Edema
-

Hitam
+
3

Nyeri tekan
Ektropion
Entropion
Blefarospasme
Trikiasis
Sikatriks
Punctum lacrimal
Inversi, pus (-)
Fissura palpebra
+
Tes Anel
Tidak dilakukan
5. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR
Hiperemis
Folikel
Papil
Sikatriks
Hordeolum
Kalazion
6. KONJUNGTIVA BULBI
Sekret
Injeksi konjungtiva
Injeksi siliar
Perdarahan
subkonjungtiva
Pterigium
Pinguekula
Nevus pigmentosa
Kista dermoid
7. SKLERA
Warna
Ikterik
Nyeri tekan
8. KORNEA
Kejernihan
Permukaan
Ukuran
Sensibilitas
Infiltrat
Keratik presipitat
Sikatriks
Ulkus
Perforasi
Arcus senilis
Edema
Tes placido
9. BILIK MATA DEPAN
Kedalaman
Kejernihan
Hifema
Hipopion

Inversi, pus (-)


+
Tidak dilakukan
-

Putih
-

putih
-

jernih
intak
Normal
Baik
+
Tidak dilakukan

jernih
intak
Normal
Baik
+
Tidak dilakukan

cukup dalam
Jernih
-

cukup dalam
jernih
4

Efek Tyndall
10. IRIS
Warna
Kripte
Sinekia
Koloboma
11. PUPIL
Letak
Bentuk
Ukuran
Refleks
cahaya
langsung
Refleks cahaya tak
langsung
12. LENSA
Kejernihan
Letak
Tes shadow
13. BADAN KACA
Kejernihan
14. FUNDUS OKULI
Batas
Warna
Ekskavasio
Rasio A:V
C/D ratio
Makula lutea
Retina
Eksudat
Perdarahan
Sikatriks
Ablasio
15. PALPASI
Nyeri tekan
Massa tumor
Tensi oculi
Tonometri Schiotz
16. KAMPUS VISI
Tes konfrontasi

coklat tua
-

coklat tua
-

di tengah
bulat
3 mm
+

di tengah
Bulat
3 mm
+

keruh
normal
-

Keruh
Normal
-

Tidak dapat dinilai

Jernih

Tidak dapat dinilai

Tegas

Tidak dapat dinilai


Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai
Tidak dapat dinilai

Oranye
2:3
0,3-0,4
(+)

6/5,5

5,5/5,5

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Rutin
Tanggal 17/12/2013
Hasil Pemeriksaan

Nilai Normal

Hematologi
5

Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Leukosit
Eritrosit
MCV (VER)
MCH (HER)
MCHC (KHER)
Hitung jenis
Basofil
Eosinofil
Segmen
Limfosit
Monosit
Hemostastis
Waktu perdarahan
Waktu pembekuan
Kimia darah
Diabetes
GDP
Fungsi Hati
SGOT
SGPT
Ginjal Hipertensi
Urea
BUN
Creatinin

14,7
42,5
266
8.810
4,79
89
31
35

13.5-17.5 g/dl
41-53 %
150.000-450.000
4100-10900/ul
4.0-5.0 juta/ul
80-100 fL
26-34 pg
31-36 g/dL

1
2
68
26
3

0-2 %
0-5 %
47-80 %
13-40 %
2-11 %

3
13

25,5-42,1

94

76-110mg/dL

22
27

<32 u/L
<43u/L

18
8
1,08

10-20mg/dL
6-20mg/dL
L<13 P<11

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Thorax (PA) 18-12-2013

Pulmo kanan dan kiri normal

Bentuk dan ukuran jantung normal, CTR<50 %

Kesan : Pulmo dan Cor normal

2. Biometri lensa 18-12-2013


Right : Avg Axial 24.50
Power 20.0 -0,09
Left : Avg Axial 24.59
Power 20.00 ref -0,27
RESUME
6

Laki-laki 53 tahun mengeluh penglihatan mata kanan kabur sejak 6 bulan SMRS.
Sebelumnya os mengatakan hanya silau bila melihat sinar matahari , dan membaca kurang
jelas. Os mengatakan 4 bulan SMRS seperti melihat kabut di mata kanan yang semakin
banyak, mata kiri os juga sudah mulai kabur tapi masih dapat melihat dengan jelas, os
mengatakan bila semakin malam, mata kanan tetap masih tidak jelas. Os memiliki riwayat
hipertensi tetapi lupa sejak kapan.
DIAGNOSIS KERJA
Katarak Senilis Matur OD, Katarak imatur OS
Hipertensi Gr. II
PEMERIKSAAN ANJURAN
-Biometri Lensa
-Cek CBC, GDP/2 Jam PP, BT/CT, BUN/ Creatinine, SGOTT/PT, EKG
-Retinometri (visus post Op)
-USG ( mengetahui keadaan dibelakang bola mata)
TATALAKSANA
-Pro Operasi ekstrasi katarak SICS + IOL OD dalam LA ---> IOL Power
+20.0 D
- Captopril 2x25 mg
PROGNOSIS
Mata Kanan
Ad vitam

ad bonam

Mata Kiri
ad

bonam
Ad fungsionam

Ad sanasionam

dubia ad bonam
ad bonam

ad bonam
ad

bonam
LAMPIRAN GAMBAR.

Gambar 1. Pasien pre OP

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KATARAK

1.

Definisi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai pada
orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Kata katarak
berasal dari Yunani katarraktes yang berarti air terjun. Katarak sendiri sebenarnya
merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi atau denaturasi protein sehingga
memberikan gambaran area berawan atau putih. 1,2

2.

Epidimiologi

Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60 tahun
ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa. Sedangkan
pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi katarak congenital
pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan
perempuan sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat
katarak. 1
3.

Etiologi dan Faktor Risiko


Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan lensa mata
menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko seperti
merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam
bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal.
Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan trauma
kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak.
Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak congenital.
Katarak congenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab
lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolic
lainnya seperti diabetes mellitus. 1,2,3

4.

Patofisiologi
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah
di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah
satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.3

5.

Klasifikasi3,4

Morfologi

Maturitas

Onset

Kapsular

Insipien

Kongenital

Subkapsular

Intumesen

Infantile

Kortikal

Immatur

Juvenile

Supranuklear

Matur

Presenile

Nuklear

Hipermatur

Senile

Morgagni
Tabel 1. Klasifikasi morfologi katarak
Katarak Senilis
1. Definisi dan Epidimiologi
Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena proses degeneratif dan
umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun. Pada usia 70 tahun, lebih dair 90% individu
mengalami katarak senilis. Umumnya mengenai kedua mata dengan salah satu mata
terkena lebih dulu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi onset, tipe, dan maturasi katarak senilis antara lain:
1. Herediter
2. Radiasi sinar UV
3. Faktor makanan
4. Krisis dehidrasional
5. Merokok
2. Patofisiologi
Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu kristalin. Kristalin dan
adalah chaperon, yang merupakan heat shock protein. Heat shock protein berguna untuk
menjaga keadaan normal dan mempertahankan molekul protein agar tetap inaktif sehingga
lensa tetap jernih. Lensa orang dewasa tidak dapat lagi mensintesis kristalin untuk
menggantikan kristalin yang rusak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan
lensa.3,4,5
Mekanisme terjadi kekeruhan lensa pada katarak senilis yaitu:

10

1. Katarak senilis kortikal


Terjadi proses dimana jumlah
protein total berkurang, diikuti
dengan penurunan asam amino
dan kalium, yang mengakibatkan
kadar natrium meningkat. Hal ini
menyebabkan

lensa

memasuki

keadaan hidrasi yang diikuti oleh


koagulasi protein.
Pada

katarak

senilis

kortikal

terjadi derajat maturasi sebagai


berikut:
Gambar 2. Opasifikasi katarak senilis cortical
- Derajat separasi lamelar
Terjadi demarkasi dari serat kortikal akibat hidrasi. Tahap ini hanya dapat
diperhatikan menggunakan slitlamp dan masih bersifat reversibel.
- Katarak insipien
Merupakan tahap dimana kekeruhan lensa dapat terdeteksi dengan adanya area yang
jernih diantaranya. Kekeruhan dapat dimulai dari ekuator ke arah sentral
(kuneiform) atau dapat dimulai dari sentral (kupuliform).
- Katarak imatur
Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian lensa. Volume lensa
dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik, bahan lensa yang
degeneratif, dan dapat terjadi glaukoma sekunder.
- Katarak matur
Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh bagian lensa. Deposisi ion
Ca dapat menyebabkan kekeruhan menyeluruh pada derajat maturasi ini. Bila terus
berlanjut, dapat menyebabkan kalsifikasi lensa.
- Katarak hipermatur
Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa sudah mencair. Cairan
keluar dari kapsul dan menyebabkan lensa menjadi mengerut.
- Katarak Morgagni
11

Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana nukleus lensa menggenang


bebas di dalam kantung kapsul. Pengeretuan dapat berjalan terus dan menyebabkan
hubungan dengan zonula Zinii menjadi longgar.
2.

Katarak senilis nuklear


Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan lensa menjadi keras
dan kehilangan daya akomodasi.
Maturasi pada katarak senilis nuklear terjadi melalui proses sklerotik, dimana lensa
kehilangan daya elastisitas dan keras, yang mengakibatkan menurunnya kemampuan
akomodasi lensa, dan terjadi obtruksi sinar cahaya yang melewati lensa mata. Maturasi
dimulai dari sentral menuju perifer. Perubahan warna terjadi akibat adanya deposit
pigmen. Sering terlihat gambaran nukleus berwarna coklat (katarak brunesens) atau
hitam (katarak nigra) akibat deposit pigmen dan jarang berwarna merah (katarak
rubra).4

Gambar 3. A. Katarak Brunesens, B. Katarak Nigra, C. Katarak Rubra

3. Manifestasi Klinis
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi secara
progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan bervariasi, tergantung
pada jenis dari katarak yang diderita pasien.6
Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Penurunan visus
2. Melihat kabut
12

3. Silau
4. Perubahan miopik
5. Halo bewarna
Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya
2. Shadow test
3. Oftalmoskopi direk
4. Pemeriksaan sit lamp
Derajat kekerasan nukleus dapat dilihat pada slit lamp sebagai berikut.

Tabel 2. Derajak kekerasan Nukleus pada Slit Lamp


4. Diagnosa
Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakitpenyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui
kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior dapat
membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat
memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tetapi dapat
juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan. Ketebalan
kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti
sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular
juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata
sebelumnya, kelainan metabolik,

atau katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow test


13

dilakukan untuk menentukan stadium pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan
ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari intergritas bagian belakang harus
dinilai. 6,7
5. Tatalaksana
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Bergantung pada
integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract
ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan
dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang
sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.
1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh
lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata
melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya
pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.ICCE tidak
boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang
masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada
pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.

2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )


Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek
lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak
muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan
bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata
sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina,
14

mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada
saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat
timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
3. Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik
untuk

membongkar

dan

memindahkan

kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan


irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di
kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan
untuk menghancurkan katarak, selanjutnya
mesin PHACO akan menyedot massa
katarak yang telah hancur sampai bersih.
Gtambar 4. Phacoemulsification
Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut.
Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya,
yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas seharihari.Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak
senilis1,2,4

DAFTAR PUSTAKA
1. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:2010. BR J Ophthalmol. 2011.
2. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17th ed. USA : Mc Graw-Hill;
2007.
3. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. : Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku Ajar Anatomi
dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7 th ed. China: Elsevier :
2011. (e-book)
5. Guyton AC, Hall EH. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia : W.B. Saunders
Company ; 2006.
6. Illyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.

15

7. Ocampo VVD. Cataract, Senile : Differential Diagnosis and Workup. 2009. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview, tanggal 18 desember 2013.

16

KATARAK SEKUNDER
DEFINISI
Katarak sekunder adalah katarak yang terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis
pada sisa lensa yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah dua hari operasi
EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler), dan penanaman lensa di segmen posterior. Atau,
katarak yang terjadi sesudah suatu trauma yang memecah lensa.

PATOFISIOLOGI
Katarak sekunder biasanya disebut juga dengan Posterior Capsular Opacity (PCO),
atau juga katarak ikutan (membran sekunder), yang menunjukkan kekeruhan kapsul posterior
akibat katarak traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya EKEK.
Dokter mata biasanya pada saat operasi katarak lebih senang untuk meletakkan lensa
tanam intraokuler pada tempat anatomi yang sama dengan tempat lensa asli, yakni di kapsul
posterior lensa.
Bagian kapsul anterior dibuka untuk mengeluarkan katarak, dan kapsul posterior
ditinggalkan untuk menahan lensa yang akan ditanam, dan juga untuk mencegah vitreous
humor masuk ke segmen anterior mata.
Setelah operasi, 20% pasien akan timbul gambaran berkabut pada kapsul, yang
dikenal dengan Posterior Capsule Opacity (PCO), yang menimbulkan gejala penglihatan
kabur.
Hal ini karena pertumbuhan epitelial sel dari kapsul. Bila proses ini berkembang
secara signifikan, penglihatan mungkin dapat menjadi lebih buruk daripada sebelum
dilakukan operasi katarak.
ETIOLOGI
Epitel lensa subkapsuler yang tersisa mungkin mencoba melakukan regenerasi seratserat lensa (epitel subkapsuler berproliferasi dan membesar), sehingga memberikan gambaran
Busa Sabun atau Telur Kodok pada kapsul posterior, disebut juga dengan Mutiara Elsching
atau Elsching Pearl. Lapisan epitel yang berproliferasi tersebut, mungkin menghasilkan
banyak lapisan, sehingga menimbulkan kekeruhan. Sel-sel ini mungkin juga mengalami

17

diferensiasi miofibroblastik. Kontraksi serat-serat ini menimbulkan banyak kerutan-kerutan


kecil di kapsul posterior, yang menimbulkan distorsi penglihatan.
Cincin Soemmering juga dapat timbul sebagai akibat kapsul anterior yang pecah dan
traksi kearah pinggir-pinggir melekat pada kapsul posterior, meninggalkan daerah yang jernih
ditengah, dan membentuk gambaran cincin. Pada cincin ini tertimbun serabut lensa epitel
yang berproliferasi. Semua faktor ini dapat menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan
setelah EKEK.
GEJALA KLINIS

Penglihatan kabur (seperti berkabut atau berasap), mungkin dapat lebih buruk
daripada sebelum di operasi.

Fotofobia, yaitu rasa silau bila melihat cahaya.

Tajam penglihatan menurun

TERAPI
Pengobatan katarak sekunder adalah dengan pembedahan seperti disisio katarak
sekunder, kapsulotomi, membranektomi, atau mengeluarkan seluruh membran keruh.
Sebelum laser Neodymium yttrium (ndYAG) digunakan, katarak sekunder diobati
dengan melakukan kapsulotomi kecil dengan pisau jarum atau jarum nomor 27 gauge berkait,
baik pada saat operasi utamanya atau sebagai prosedur sekunder.
Namun pada tahun-tahun terakhir ini, laser Neodymium YAG telah populer sebagai
metoda non-invasif untuk melakukan disisi kapsul posterior. Denyut-denyut energi laser
menyebabkan ledakan-ledakan kecil di jaringan target, sehingga menimbulkan lubang kecil
di kapsul posterior di sumbu pupil sebagai prosedur klinis rawat jalan.
Komplikasi teknik ini antara lain adalah :
1. Naiknya tekanan intraokuler sementara.
2. Kerusakan lensa intraokuler.
3. Ruptur muka hialoid anterior dengan penggeseran depan vitreous menuju kamera
anterior. Kenaikan tekanan intraokuler biasanya dapat diketahui dalam 3 jam setelah
terapi dan menghilang dalam beberapa hari dengan terapi. Jarang, tekanan tidak turun
ke normal selama beberapa minggu, lubang atau retakan kecil dapat terjadipada lensa
intraokuler, tetapi biasanya tidak mengganggu tajam penglihatan.
4. Pada mata afakia, ruptur muka vitreous dengan pergeseran vitreous ke anterior
cenderung menimbulkan abrasi retina regmatogen atau edema makula sistoid.
18

Penelitian-penelitian baru menunjukkan bahwa tidak ada kerusakan yang nyata pada
endotel kornea pada pemakaian laser Neodymium yttrium (ndYAG). Penelitian yang
ditujukan pada pengurangan komplikasi ini, menunjukkan bahwa bahan yang digunakan
untukmembuat lensa, bentuk tepi lensa, dan tumpang tindih lensa intraokuler dengan
sebagian kecil cincin kapsul anterior penting dalam mencegah opasifikasi kapsul posterior.
Sumber :
1.

Secondary Cataract. http://www.atlasofophthalmology.com. Diunduh tanggal 25


Februari 2008.

2.

Posterior Capsular Opacity. http://www.jakarta-eye-centre.com. Diunduh tanggal 25


Februari 2008.

3.

Voughan, D.G.Asbury, T. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Penerbit Widya Medika.


Jakarta. 2000. Hal : 175-81.

4.

James, B. Chew, C. Bron, A. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9. Penerbit Erlangga.


Jakarta. 2005. Hal : 82.

19

Anda mungkin juga menyukai