NIM
: 11.2012.114
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap
: TN. S
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 53 tahun
Suku bangsa
: Indonesia
Status perkawinan
: menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Buruh Bengkel
Pendidikan
:-
Alamat
Tanggal masuk RS
: 16 Desember 2013
A. ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis dan alloanamnesis, tanggal 16 Desember 2013, pukul 10.00
WIB
Keluhan Utama:
Mata kanan penglihatan kabur
Keluhan Tambahan :
Silau jika melihat cahaya di siang hari.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Os mengatakan penglihatan mata kanan kabur sejak 6 bulan SMRS. Sebelumnya os
mengatakan hanya silau bila melihat sinar matahari , dan membaca kurang jelas. Os
mengatakan 4 bulan SMRS seperti melihat kabut di mata kanan yang semakin banyak, mata
kiri os juga sudah mulai kabur tapu masih dapat melihat dengan jelas, os mengatakan bila
semakin malam, mata kanan tetap masihtidak jelas. Riwayat menggunakan kacamata sejak 3
tahun SMRS tetapi karena tidak nyaman os melepas kacamatanya, os lupa ukuran kacamata
sebelumnya. Os merokok sejak masih muda dan jarang minum-minum an keras
Riwayat Penyakit dahulu
Riwayat Hipertensi (+) tidak tau sejak kapan, DM(-), Jantung (-)
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Keadaan gizi
: Cukup
Tanda Vital
Tekanan Darah
: 150/90 mmHg
Frekuensi Nadi
: 82 x/menit
Frekuensi Nafas
: 36,5 C
Pemeriksaan Sistematis
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Thoraks
Jantung
: Inspeksi
Palpasi
V pada 2 cm linea
2
midclavikularis sinistra
Perkusi
midclavikularis sinistra
Auskultasi : SI-SII reguler, Gallop (-), Murmur (-).
Paru
Abdomen
Ekstremitas
Atas : akral hangat, oedem -/-, deformitas -/Bawah : akral hangat, oedem -/- , deformitas -/B. Status Ophthalmologist
Keterangan
OD
OS
1. VISUS
Visus dasar
1/300
6/20
Pinhole
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Koreksi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Addisi
Distansia pupil
60 mm
Kacamata lama
lupa
lupa
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
Eksoftalmus
Enoftalmus
Deviasi
Gerakan bola mata
3. SUPERSILIA
Warna
Hitam
Simetris
+
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Edema
-
Hitam
+
3
Nyeri tekan
Ektropion
Entropion
Blefarospasme
Trikiasis
Sikatriks
Punctum lacrimal
Inversi, pus (-)
Fissura palpebra
+
Tes Anel
Tidak dilakukan
5. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR
Hiperemis
Folikel
Papil
Sikatriks
Hordeolum
Kalazion
6. KONJUNGTIVA BULBI
Sekret
Injeksi konjungtiva
Injeksi siliar
Perdarahan
subkonjungtiva
Pterigium
Pinguekula
Nevus pigmentosa
Kista dermoid
7. SKLERA
Warna
Ikterik
Nyeri tekan
8. KORNEA
Kejernihan
Permukaan
Ukuran
Sensibilitas
Infiltrat
Keratik presipitat
Sikatriks
Ulkus
Perforasi
Arcus senilis
Edema
Tes placido
9. BILIK MATA DEPAN
Kedalaman
Kejernihan
Hifema
Hipopion
Putih
-
putih
-
jernih
intak
Normal
Baik
+
Tidak dilakukan
jernih
intak
Normal
Baik
+
Tidak dilakukan
cukup dalam
Jernih
-
cukup dalam
jernih
4
Efek Tyndall
10. IRIS
Warna
Kripte
Sinekia
Koloboma
11. PUPIL
Letak
Bentuk
Ukuran
Refleks
cahaya
langsung
Refleks cahaya tak
langsung
12. LENSA
Kejernihan
Letak
Tes shadow
13. BADAN KACA
Kejernihan
14. FUNDUS OKULI
Batas
Warna
Ekskavasio
Rasio A:V
C/D ratio
Makula lutea
Retina
Eksudat
Perdarahan
Sikatriks
Ablasio
15. PALPASI
Nyeri tekan
Massa tumor
Tensi oculi
Tonometri Schiotz
16. KAMPUS VISI
Tes konfrontasi
coklat tua
-
coklat tua
-
di tengah
bulat
3 mm
+
di tengah
Bulat
3 mm
+
keruh
normal
-
Keruh
Normal
-
Jernih
Tegas
Oranye
2:3
0,3-0,4
(+)
6/5,5
5,5/5,5
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Rutin
Tanggal 17/12/2013
Hasil Pemeriksaan
Nilai Normal
Hematologi
5
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Leukosit
Eritrosit
MCV (VER)
MCH (HER)
MCHC (KHER)
Hitung jenis
Basofil
Eosinofil
Segmen
Limfosit
Monosit
Hemostastis
Waktu perdarahan
Waktu pembekuan
Kimia darah
Diabetes
GDP
Fungsi Hati
SGOT
SGPT
Ginjal Hipertensi
Urea
BUN
Creatinin
14,7
42,5
266
8.810
4,79
89
31
35
13.5-17.5 g/dl
41-53 %
150.000-450.000
4100-10900/ul
4.0-5.0 juta/ul
80-100 fL
26-34 pg
31-36 g/dL
1
2
68
26
3
0-2 %
0-5 %
47-80 %
13-40 %
2-11 %
3
13
25,5-42,1
94
76-110mg/dL
22
27
<32 u/L
<43u/L
18
8
1,08
10-20mg/dL
6-20mg/dL
L<13 P<11
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Thorax (PA) 18-12-2013
Laki-laki 53 tahun mengeluh penglihatan mata kanan kabur sejak 6 bulan SMRS.
Sebelumnya os mengatakan hanya silau bila melihat sinar matahari , dan membaca kurang
jelas. Os mengatakan 4 bulan SMRS seperti melihat kabut di mata kanan yang semakin
banyak, mata kiri os juga sudah mulai kabur tapi masih dapat melihat dengan jelas, os
mengatakan bila semakin malam, mata kanan tetap masih tidak jelas. Os memiliki riwayat
hipertensi tetapi lupa sejak kapan.
DIAGNOSIS KERJA
Katarak Senilis Matur OD, Katarak imatur OS
Hipertensi Gr. II
PEMERIKSAAN ANJURAN
-Biometri Lensa
-Cek CBC, GDP/2 Jam PP, BT/CT, BUN/ Creatinine, SGOTT/PT, EKG
-Retinometri (visus post Op)
-USG ( mengetahui keadaan dibelakang bola mata)
TATALAKSANA
-Pro Operasi ekstrasi katarak SICS + IOL OD dalam LA ---> IOL Power
+20.0 D
- Captopril 2x25 mg
PROGNOSIS
Mata Kanan
Ad vitam
ad bonam
Mata Kiri
ad
bonam
Ad fungsionam
Ad sanasionam
dubia ad bonam
ad bonam
ad bonam
ad
bonam
LAMPIRAN GAMBAR.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KATARAK
1.
Definisi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai pada
orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Kata katarak
berasal dari Yunani katarraktes yang berarti air terjun. Katarak sendiri sebenarnya
merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi atau denaturasi protein sehingga
memberikan gambaran area berawan atau putih. 1,2
2.
Epidimiologi
Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60 tahun
ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa. Sedangkan
pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi katarak congenital
pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan
perempuan sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat
katarak. 1
3.
4.
Patofisiologi
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah
di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah
satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.3
5.
Klasifikasi3,4
Morfologi
Maturitas
Onset
Kapsular
Insipien
Kongenital
Subkapsular
Intumesen
Infantile
Kortikal
Immatur
Juvenile
Supranuklear
Matur
Presenile
Nuklear
Hipermatur
Senile
Morgagni
Tabel 1. Klasifikasi morfologi katarak
Katarak Senilis
1. Definisi dan Epidimiologi
Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena proses degeneratif dan
umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun. Pada usia 70 tahun, lebih dair 90% individu
mengalami katarak senilis. Umumnya mengenai kedua mata dengan salah satu mata
terkena lebih dulu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi onset, tipe, dan maturasi katarak senilis antara lain:
1. Herediter
2. Radiasi sinar UV
3. Faktor makanan
4. Krisis dehidrasional
5. Merokok
2. Patofisiologi
Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu kristalin. Kristalin dan
adalah chaperon, yang merupakan heat shock protein. Heat shock protein berguna untuk
menjaga keadaan normal dan mempertahankan molekul protein agar tetap inaktif sehingga
lensa tetap jernih. Lensa orang dewasa tidak dapat lagi mensintesis kristalin untuk
menggantikan kristalin yang rusak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan
lensa.3,4,5
Mekanisme terjadi kekeruhan lensa pada katarak senilis yaitu:
10
lensa
memasuki
katarak
senilis
kortikal
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi secara
progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan bervariasi, tergantung
pada jenis dari katarak yang diderita pasien.6
Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Penurunan visus
2. Melihat kabut
12
3. Silau
4. Perubahan miopik
5. Halo bewarna
Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya
2. Shadow test
3. Oftalmoskopi direk
4. Pemeriksaan sit lamp
Derajat kekerasan nukleus dapat dilihat pada slit lamp sebagai berikut.
dilakukan untuk menentukan stadium pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan
ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari intergritas bagian belakang harus
dinilai. 6,7
5. Tatalaksana
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Bergantung pada
integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract
ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan
dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang
sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.
1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh
lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata
melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya
pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.ICCE tidak
boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang
masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada
pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.
mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada
saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat
timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
3. Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik
untuk
membongkar
dan
memindahkan
DAFTAR PUSTAKA
1. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:2010. BR J Ophthalmol. 2011.
2. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17th ed. USA : Mc Graw-Hill;
2007.
3. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. : Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku Ajar Anatomi
dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7 th ed. China: Elsevier :
2011. (e-book)
5. Guyton AC, Hall EH. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia : W.B. Saunders
Company ; 2006.
6. Illyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.
15
7. Ocampo VVD. Cataract, Senile : Differential Diagnosis and Workup. 2009. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview, tanggal 18 desember 2013.
16
KATARAK SEKUNDER
DEFINISI
Katarak sekunder adalah katarak yang terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis
pada sisa lensa yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah dua hari operasi
EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler), dan penanaman lensa di segmen posterior. Atau,
katarak yang terjadi sesudah suatu trauma yang memecah lensa.
PATOFISIOLOGI
Katarak sekunder biasanya disebut juga dengan Posterior Capsular Opacity (PCO),
atau juga katarak ikutan (membran sekunder), yang menunjukkan kekeruhan kapsul posterior
akibat katarak traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya EKEK.
Dokter mata biasanya pada saat operasi katarak lebih senang untuk meletakkan lensa
tanam intraokuler pada tempat anatomi yang sama dengan tempat lensa asli, yakni di kapsul
posterior lensa.
Bagian kapsul anterior dibuka untuk mengeluarkan katarak, dan kapsul posterior
ditinggalkan untuk menahan lensa yang akan ditanam, dan juga untuk mencegah vitreous
humor masuk ke segmen anterior mata.
Setelah operasi, 20% pasien akan timbul gambaran berkabut pada kapsul, yang
dikenal dengan Posterior Capsule Opacity (PCO), yang menimbulkan gejala penglihatan
kabur.
Hal ini karena pertumbuhan epitelial sel dari kapsul. Bila proses ini berkembang
secara signifikan, penglihatan mungkin dapat menjadi lebih buruk daripada sebelum
dilakukan operasi katarak.
ETIOLOGI
Epitel lensa subkapsuler yang tersisa mungkin mencoba melakukan regenerasi seratserat lensa (epitel subkapsuler berproliferasi dan membesar), sehingga memberikan gambaran
Busa Sabun atau Telur Kodok pada kapsul posterior, disebut juga dengan Mutiara Elsching
atau Elsching Pearl. Lapisan epitel yang berproliferasi tersebut, mungkin menghasilkan
banyak lapisan, sehingga menimbulkan kekeruhan. Sel-sel ini mungkin juga mengalami
17
Penglihatan kabur (seperti berkabut atau berasap), mungkin dapat lebih buruk
daripada sebelum di operasi.
TERAPI
Pengobatan katarak sekunder adalah dengan pembedahan seperti disisio katarak
sekunder, kapsulotomi, membranektomi, atau mengeluarkan seluruh membran keruh.
Sebelum laser Neodymium yttrium (ndYAG) digunakan, katarak sekunder diobati
dengan melakukan kapsulotomi kecil dengan pisau jarum atau jarum nomor 27 gauge berkait,
baik pada saat operasi utamanya atau sebagai prosedur sekunder.
Namun pada tahun-tahun terakhir ini, laser Neodymium YAG telah populer sebagai
metoda non-invasif untuk melakukan disisi kapsul posterior. Denyut-denyut energi laser
menyebabkan ledakan-ledakan kecil di jaringan target, sehingga menimbulkan lubang kecil
di kapsul posterior di sumbu pupil sebagai prosedur klinis rawat jalan.
Komplikasi teknik ini antara lain adalah :
1. Naiknya tekanan intraokuler sementara.
2. Kerusakan lensa intraokuler.
3. Ruptur muka hialoid anterior dengan penggeseran depan vitreous menuju kamera
anterior. Kenaikan tekanan intraokuler biasanya dapat diketahui dalam 3 jam setelah
terapi dan menghilang dalam beberapa hari dengan terapi. Jarang, tekanan tidak turun
ke normal selama beberapa minggu, lubang atau retakan kecil dapat terjadipada lensa
intraokuler, tetapi biasanya tidak mengganggu tajam penglihatan.
4. Pada mata afakia, ruptur muka vitreous dengan pergeseran vitreous ke anterior
cenderung menimbulkan abrasi retina regmatogen atau edema makula sistoid.
18
Penelitian-penelitian baru menunjukkan bahwa tidak ada kerusakan yang nyata pada
endotel kornea pada pemakaian laser Neodymium yttrium (ndYAG). Penelitian yang
ditujukan pada pengurangan komplikasi ini, menunjukkan bahwa bahan yang digunakan
untukmembuat lensa, bentuk tepi lensa, dan tumpang tindih lensa intraokuler dengan
sebagian kecil cincin kapsul anterior penting dalam mencegah opasifikasi kapsul posterior.
Sumber :
1.
2.
3.
4.
19