Manajemen Piutang
Manajemen Piutang
1. Pengertian Piutang
Piutang dagang (account receivable) merupakan tagihan perusahaan kepada
pelanggan / pembeli atau pihak lain yang membeli produk perusahaan. Piutang dagang muncul
karena penjualan secara kredit. Penjual biasanya lebih suka melakukan penjualan secara tunai
karena uang hasil penjualan dapat segera diterima, tetapi adanya persaingan memaksa
perusahaan untuk menjual secara kredit untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan
untuk menarik pelanggan baru. Credit term atau persyaratan kredit dari satu perusahaan dengan
yang lainnya berbeda, namun pada perusahaan yang sejenis tidak jauh berbeda. Piutang
merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar, oleh karena itu perlu dikelola dengan
cara yang seefisien mungkin. Piutang besarnya biasanya mencapai lebih kurang 20% dari nilai
aktivanya, sebab pembeli banyak yang lebih suka membeli secara kredit karena dapat
menggunakan uang yang relatif lebih kecil bila dibanding membeli secara tunai. Kebijakan
penjualan kredit oleh perusahaan akan memunculkan dua pos perkiraan dalam neraca. Bagi
penjual, penjualan kredit ini akan menambah pos piutang dan mengurangi persediaan barang,
sedangkan bagi pembeli, maka pembelian kredit akan menambah hutang dagang (account
payable) dan menambah persediaannya.
Kebijakan penjualan kredit merupakan kebijakan yang diambil oleh suatu perusahaan
dalam menentukan apakah seorang pelanggan diberi kredit dan berapa banyak kredit yang
diberikan. Suatu perusahaan tidak hanya mementingkan penentuan standar kredit yang diberikan
tetapi juga penerapannya secara tepat. Berbagai sumber informasi mengenai pelanggan dan
analisis kredit merupakan hal yang sangat penting bagi keberhasilan manajemen piutang.
Kebijakan penjualan kredit yang akan menimbulkan piutang ini sebenarnya menimbulkan biaya
bagi perusahaan. Biaya tersebut antara lain adalah administrasi piutang, biaya modal atas dana
yang tertanam dalam piutang, biaya penagihan dan biaya piutang yang mungkin tidak tertagih.
Kebijakan kredit ini akan meningkatkan penjualan, maka biaya piutang tersebut harus diimbangi
oleh meningkatnya penjualan, oleh karena itu manajemen piutang merupakan pengelolaan
piutang agar kebijakan kredit mencapai optimal yaitu tercapainya keseimbangan antara biaya
yang diakibatkan oleh kebijakan kredit dengan manfaat yang diperoleh dari kebijakan tersebut.
Piutang yang ada dalam suatu perusahaan ada juga berbentuk wesel (notes receivable). Wesel
ini merupakan kesanggupan membayar dari pembeli kepada penjual sejumlah uang tertentu di
masa mendatang.
2. Standar Kredit
Standar kredit merupakan kriteria minimum yang harus dipenuhi oleh seorang langganan
sebelum dapat diberikan kredit. Informasi mengenai nama baik pelanggan dalam membayar
hutang dagang, referensi kredit, rata-rata pembayaran hutang dagang dan rasio keuangan
tertentu sangat penting dalam penilaian sebelum diberi kredit. Dengan mengetahui berbagai faktor
yang perlu dipertimbangkan tersebut, perusahaan dapat memperlunak atau memperketat standar
kredit yang diberikan. Keputusan apakah perusahaan memperlunak atau memperketat standar
kredit yang diberikan harus dibandingkan dengan tambahan keuntungan dengan biaya investasi
marginal dalam piutang. Jika keuntungan tambahan lebih besar dari biaya investasi marginal
dalam piutang, maka memperlunak standar kredit dapat dilaksanakan. Investasi marginal dalam
piutang yaitu merupakan selisih antara rata-rata jumlah investasi dalam piutang sebelum dengan
sesudah diadakan perubahan standar kredit. Investasi marginal menggambarkan jumlah
tambahan rupiah yang terikat dalam piutang jika memperlunak standar kredit dilakukan.
piutang). Kebijakan ini dipengaruhi oleh jangka waktu penjualan kredit, kualitas pelanggan dan
usaha pengumpulan piutang. Cepat lambatnya piutang dapat dikumpulkan juga dipengaruhi oleh
kualitas pelanggan, baik kualitas kemampuan perusahaan pelanggan maupun kualitas karakter
pelanggan itu sendiri. Penilaian kualitas pelanggan ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko
kemungkinan piutang tidak tertagih (bad debt) dan memperkecil biaya penagihan piutang. Jika
kualitas pelanggan menurun maka biaya penagihan akan meningkat. Informasi kualitas pelanggan
ini dapat diperoleh dari laporan keuangan, operasi perusahaan, sejarah pengembalian kredit
pelanggan, asosiasi pedagang, pesaing, referensi bank dsb. Salah satu cara untuk menilai
kualitas pelanggan tersebut adalah dengan menggunakan penilaian kredit (credit scoring).
Perusahaan yang memiliki banyak pelanggan sering kali menggunakan cara-cara statistik
untuk menentukan kualitas pelanggan dengan memberi nilai (skor) tertentu pada pelanggan. Skor
ini akan menunjukkan kemungkinan seseorang pelanggan membayar hutangnya. Misalnya, skor 1
adalah bagi pelanggan yang memiliki kemungkinan hutangnya macet sebesar di bawah 10%, skor
2 kemungkinan macet sebesar 10% sampai 20%, skor 3 kemungkinan macet antara 20% sampai
30% dan seterusnya. Pelanggan-pelanggan tersebut dikelompokkan dalam skornya masingmasing, sehingga perusahaan akan mudah dalam memprediksi kemungkinan piutangnya macet.
Prinsip pemberian kredit. Untuk menilai pelanggan dapat juga digunakan sistem 5 K atau
5 C yaitu Karakter (Character), Kapasitas (Capacity), Kapital (Capital), Kolateral atau jaminan
(Collateral), dan Kondisi (Condition). Penilaian karakter pelanggan ditujukan untuk melihat sejauh
mana pelanggan akan memenuhi kewajiban kreditnya. Karakter merupakan data tentang
kepribadian calon pelang-gan contohnya sifat pribadi, kebiasaannya, cara hidup keadaan dan
latar belakang keluarga maupun hobinya. Penilaian ini sangat tergantung pada moral pelanggan,
kejujuran untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sebagai faktor terpenting dalam
evaluasi kredit. Kapasitas pelanggan merupakan penilaian yang bersifat subyektif mengenai
kemampuan membayar hutangnya. Kapasitas merupakan kemampuan calon pelanggan dalam
mengelola usahanya yang dapat dilihat dari pengalaman mengelola usaha (business record)-nya,
sejarah perusahaan yang pernah dikelola, tingkat pendidikannya. Kemampuan ini dapat dianalisis
dari laporan keuangan perusahaan pelanggan yang bersangkutan. Kapasitas merupakan ukuran
dari ability to pay atau kemampuan dalam membayar. Penilaian kapital dan kolateral (agunan)
perusahaan juga dapat dilihat dari laporan keuangannya. Dari laporan tersebut akan terlihat
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya maupun aktiva yang digunakan
sebagai jaminan. Kapital merupakan kondisi modal atau kekayaan yang dimiliki perusahaan yang
dikelolanya dan nampak pada neraca, laporan rugi-laba, struktur modal dan berbagai rasio
keuangan serta rasio profitabilitas seperti ROI dan ROE. Kolateral (agunan) merupakan jaminan
yang mungkin bisa disita jika calon pelanggan benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya.
Penilaian yang terakhir mengenai kondisi ekonomi yang terkait dengan prospek usaha calon
pelanggan. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian pada umumnya yang pada
akhirnya akan mempengaruhi keadaan pelanggan. Secara skematis, penentuan besarnya piutang
dapat dilihat pada gambar berikut:
Presentase Penjualan
Kredit terhadap
Penjualan Total
Besarnya
Penjulan Kredit
Besarnya
Investasi
Piutang
Penjualan Total
Waktu Penjualan
Kualitas Pelanggan
Usaha Pengumpulan
Jangka Waktu
Kredit
Tingkat perputaran piutang dapat dicari dengan membagi jumlah penjualan kredit bersih (net
credit sales) per tahun dengan rata-rata piutang (average receivables).
Penjualan Kredit
Bulan
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Penjualan Total
Rp. 5.000.000
Rp. 5.000.000
Rp. 6.000.000
Rp. 6.000.000
Rp. 8.000.000
Rp. 8.000.000
Penjualan Tunai
Rp. 2.000.000
Rp. 2.000.000
Rp. 2.400.000
Rp. 2.400.000
Rp. 3.200.000
Rp. 3.200.000
Penjualan Kredit
Rp. 3.000.000
Rp. 3.000.000
Rp. 3.600.000
Rp. 3.600.000
Rp. 4.800.000
Rp. 4.800.000
Dari data tersebut, maka dapat dibuat rencana pengumpulan piutangnya selama 6 bulan pertama
Tahun 2010.
Tabel 1.
Perusahaan A Rencana Pengumpulan Piutang Periode Januari s/d Juni 2001 (dalam
jutaan rupiah)
Bulan
Penjualan
Penjualan
Kredit
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Jumlah
3.000
3.000
3.600
3.600
4.800
4.800
22.800
Jan.
-
Juli
720
720
1.440
1.440
4.320
Keterangan:
Penjualan kredit Bulan Januari
= Rp. 3.000.000
1)
Penerimaan Piutang Bulan Pebruari = 30% x Rp. 3.000.000 = Rp. 900.000
1)
Penerimaan Piutang Bulan Maret
= 30% x Rp. 3.000.000 = Rp. 900.000
2)
Penerimaan Piutang Bulan April
= 20% x Rp. 3.000.000 = Rp. 600.000
2)
Penerimaan Piutang Bulan Mei
= 20% x Rp. 3.000.000 = Rp. 600.000
dan seterusnya untuk penerimaan piutang bulan-bulan selanjutnya.
4.2. Pengumpulan Piutang untuk Penjualan yang Berdiskon
Untuk meningkatkan penjualan, perusahaan sering memberikan diskon (potongan tunai)
kepada pembeli yang mampu membayar pada periode waktu yang ditentukan. Lamanya jangka
waktu penjualan kredit mengindikasikan kemungkinan adanya diskon bagi pembeli yang
membayar lebih awal, periode diskon, dan periode kredit. Kemungkinan adanya diskon
ditunjukkan oleh syarat pembayaran seperti 2 / 10 net / 30. Artinya, pembeli akan memperoleh
diskon sebesar 2% apabila dibayar maksimal 10 hari setelah pembelian. Jangka waktu
pembayaran kredit selama 10 hari sampai 30 hari, pembeli tidak memperoleh diskon (dibayar
bersih sebesar pembeliannya), dan periode pembayaran kredit tersebut maksimal selama 30 hari
setelah pembelian. Dengan adanya diskon tersebut menguntungkan bagi penjual dalam 2 hal.
Pertama, penjual dapat memperbanyak pembeli baru yang menganggap bahwa diskon
merupakan suatu penurunan harga. Diskon ini akan benar-benar menguntungkan penjual apabila
pembeli mematuhi syarat pembayaran kreditnya. Kedua, diskon akan memperpendek penagihan
piutang karena pembeli akan segera membayar hutangnya pada periode diskon yang ditawarkan.
Sebagai ilustrasi pengumpulan piutang untuk penjualan kredit yang berdiskon, berikut ini
diberikan contoh sehingga memberikan gambaran yang jelas.
Contoh 2.
Apabila perusahaan A sebagaimana Contoh 1 melakukan kebijakan penjualan kredit yang
berdiskon dengan syarat pembayaran 5 / 20, net / 60, maka untuk Tahun 2010 perusahaan
menetapkan penjualan kreditnya sebesar 60 % dari total penjualan dengan jangka waktu kredit
selama 4 bulan. Dari pengalaman penjualan kredit dengan diskon yang diberikan kepada pembeli,
cara pembayarannya adalah sebagai berikut:
a. Sebanyak 30% pembeli membayar dalam waktu 1 s/d 20 hari setelah bulan penjualan.
b. Sebanyak 20% pembeli membayar dalam waktu 21 s/d 30 hari setelah bulan penjualan
c. Sebanyak 30% pembeli membayar dalam waktu 31 s/d 60 hari setelah bulan penjualan
d. Sebanyak 10% pembeli membayar dalam waktu 61 s/d 90 hari setelah bulan penjualan.
e. Sebanyak 10% pembeli membayar dalam waktu 91 s/d 120 hari setelah bulan penjualan.
Penjualan kredit yang direncanakan selama 6 bulan pertama Tahun 2010 sebagai berikut:
Bulan
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Penjualan Total
Rp. 5.000.000
Rp. 5.000.000
Rp. 6.000.000
Rp. 6.000.000
Rp. 8.000.000
Rp. 8.000.000
Penjualan Tunai
Rp. 2.000.000
Rp. 2.000.000
Rp. 2.400.000
Rp. 2.400.000
Rp. 3.200.000
Rp. 3.200.000
Penjualan Kredit
Rp. 3.000.000
Rp. 3.000.000
Rp. 3.600.000
Rp. 3.600.000
Rp. 4.800.000
Rp. 4.800.000
Dari data tersebut, maka dapat dibuat rencana pengumpulan piutangnya yang telah
memperhitungkan diskon selama 6 bulan pertama Tahun 2010 sebagai berikut:
Tabel 2.
Perusahaan A Rencana Pengumpulan Piutang Periode Januari s/d Juni 2007 (dalam
jutaan rupiah)
Bulan
Penjualan
Bulan Pengumpulan Piutang
Penjualan
Kredit
Jan.
Peb.
Maret
April
1)
1)
Januari
3.000
- 1.455
900
3001)
2)
Pebruari
3.000
- 1.455
9002)
Maret
3.600
- 1.7463)
April
3.600
Mei
4.800
Juni
4.800
22.800
1.455
1.355
2.946
Jumlah
Keterangan:
Penjualan Kredit Bulan Januari
1)
Penerimaan Piutang Bulan Pebruari:
Mei
3001)
3002)
1.0803)
1.746
3.426
Juni
3002)
3603)
1.080
2.3284)
4.068
= Rp. 3.000.000
= Rp.
900.000
= Rp.
= Rp.
= Rp.
45.000
855.000
600.000
= Rp. 3.000.000
= Rp.
900.000
= Rp.
= Rp.
= Rp.
45.000
855.000
600.000
= Rp. 1.455.000
Juli
3603)
360
1.4404)
2.328
4.488
2)
= Rp. 3.600.000
= Rp. 1.080.000
= Rp.
54.000
= Rp. 1.026.000
= Rp. 720.000
= Rp. 4.800.000
= Rp. 1.440.000
= Rp.
72.000
= Rp. 1.368.000
= Rp. 600.000
= Rp. 1.455.000
4)
Penjualan Kredit
%
Jumlah
50 %
Rp. 5.000.000
20 %
Rp. 2.000.000
10 %
Rp. 1.000.000
15 %
Rp. 1.500.000
5%
Rp.
500.000
Rp. 10.000.000
Tabel di atas menunjukkan bahwa risiko besarnya piutang yang tidak tertagih (bad debt) adalah =
Rp. 240.000 atau sebesar (Rp. 240.000 : Rp. 10.000.000) x 100% = 2,4%. Apabila tambahan
barang yang dijual secara kredit tersebut memiliki harga pokok penjualan sebesar Rp. 7.000.000
dan mengakibatkan bertambahnya biaya operasi sebesar Rp. 1.000.000, maka manfaat
(keuntungan) yang diperoleh adalah:
Tambahan Penjualan Kredit
Harga Pokok Penjualan
Tambahan Laba Kotor
Tambahan Biaya Operasi
Tambahan Keuntungan
Piutang Tidak Tertagih
Tambahan Keuntungan Bersih
=
=
=
=
=
=
=
Rp. 10.000.000
Rp. 7.000.000
Rp. 3.000.000
Rp. 1.000.000
Rp. 2.000.000
Rp.
240.000
Rp. 1.760.000
Apabila risiko piutang tidak tertagih sudah dapat diperkirakan, maka informasi tersebut
dapat digunakan untuk memperkirakan arus kas masuk dari piutang, yaitu dengan mengurangkan
piutang yang ada dengan perkiraan risiko yang tidak tertagih.
Penjualan Total
Penjualan Tunai
Penjualan Kredit
Januari
Rp. 10.000.000
Rp. 5.000.000
Rp. 5.000.000
Pebruari
Rp. 10.000.000
Rp. 5.000.000
Rp. 5.000.000
Maret
Rp. 12.000.000
Rp. 6.000.000
Rp. 6.000.000
April
Rp. 12.000.000
Rp. 6.000.000
Rp. 6.000.000
Mei
Rp. 16.000.000
Rp. 8.000.000
Rp. 8.000.000
Juni
Rp. 18.000.000
Rp. 9.000.000
Rp. 9.000.000
Dari data tersebut, buatlah rencana pengumpulan piutang yang telah memperhitungkan diskon
Jan.
5.000
5.000
6.000
6.000
8.000
9.000
39.000
Keterangan:
Penjualan Kredit Bulan Januari
1)
Penerimaan Piutang Bulan Pebruari:
= Rp. 5.000.000
= Rp. 1.500.000
= Rp.
30.000
= Rp. 1.470.000
= Rp. 1.000.000
= Rp. 5.000.000
= Rp. 1.500.000
= Rp.
30.000
= Rp. 1.470.000
= Rp. 1.000.000
= Rp. 6.000.000
= Rp. 1.800.000
= Rp.
36.000
= Rp. 1.764.000
= Rp. 1.200.000
Juli
6003)
600
2.4004)
4.4465)
8.246
= Rp. 8.000.000
= Rp. 2.400.000
= Rp.
48.000
= Rp. 2.352.000
= Rp. 1.600.000
= Rp. 9.000.000
= Rp. 2.700.000
= Rp.
54.000
= Rp. 2.646.000
= Rp. 1.800.000
= Rp. 4.446.000
5)