Anda di halaman 1dari 11

MANAJEMEN PIUTANG

1. Pengertian Piutang
Piutang dagang (account receivable) merupakan tagihan perusahaan kepada
pelanggan / pembeli atau pihak lain yang membeli produk perusahaan. Piutang dagang muncul
karena penjualan secara kredit. Penjual biasanya lebih suka melakukan penjualan secara tunai
karena uang hasil penjualan dapat segera diterima, tetapi adanya persaingan memaksa
perusahaan untuk menjual secara kredit untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan
untuk menarik pelanggan baru. Credit term atau persyaratan kredit dari satu perusahaan dengan
yang lainnya berbeda, namun pada perusahaan yang sejenis tidak jauh berbeda. Piutang
merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar, oleh karena itu perlu dikelola dengan
cara yang seefisien mungkin. Piutang besarnya biasanya mencapai lebih kurang 20% dari nilai
aktivanya, sebab pembeli banyak yang lebih suka membeli secara kredit karena dapat
menggunakan uang yang relatif lebih kecil bila dibanding membeli secara tunai. Kebijakan
penjualan kredit oleh perusahaan akan memunculkan dua pos perkiraan dalam neraca. Bagi
penjual, penjualan kredit ini akan menambah pos piutang dan mengurangi persediaan barang,
sedangkan bagi pembeli, maka pembelian kredit akan menambah hutang dagang (account
payable) dan menambah persediaannya.
Kebijakan penjualan kredit merupakan kebijakan yang diambil oleh suatu perusahaan
dalam menentukan apakah seorang pelanggan diberi kredit dan berapa banyak kredit yang
diberikan. Suatu perusahaan tidak hanya mementingkan penentuan standar kredit yang diberikan
tetapi juga penerapannya secara tepat. Berbagai sumber informasi mengenai pelanggan dan
analisis kredit merupakan hal yang sangat penting bagi keberhasilan manajemen piutang.
Kebijakan penjualan kredit yang akan menimbulkan piutang ini sebenarnya menimbulkan biaya
bagi perusahaan. Biaya tersebut antara lain adalah administrasi piutang, biaya modal atas dana
yang tertanam dalam piutang, biaya penagihan dan biaya piutang yang mungkin tidak tertagih.
Kebijakan kredit ini akan meningkatkan penjualan, maka biaya piutang tersebut harus diimbangi
oleh meningkatnya penjualan, oleh karena itu manajemen piutang merupakan pengelolaan
piutang agar kebijakan kredit mencapai optimal yaitu tercapainya keseimbangan antara biaya
yang diakibatkan oleh kebijakan kredit dengan manfaat yang diperoleh dari kebijakan tersebut.
Piutang yang ada dalam suatu perusahaan ada juga berbentuk wesel (notes receivable). Wesel
ini merupakan kesanggupan membayar dari pembeli kepada penjual sejumlah uang tertentu di
masa mendatang.

2. Standar Kredit
Standar kredit merupakan kriteria minimum yang harus dipenuhi oleh seorang langganan
sebelum dapat diberikan kredit. Informasi mengenai nama baik pelanggan dalam membayar
hutang dagang, referensi kredit, rata-rata pembayaran hutang dagang dan rasio keuangan
tertentu sangat penting dalam penilaian sebelum diberi kredit. Dengan mengetahui berbagai faktor
yang perlu dipertimbangkan tersebut, perusahaan dapat memperlunak atau memperketat standar
kredit yang diberikan. Keputusan apakah perusahaan memperlunak atau memperketat standar
kredit yang diberikan harus dibandingkan dengan tambahan keuntungan dengan biaya investasi
marginal dalam piutang. Jika keuntungan tambahan lebih besar dari biaya investasi marginal
dalam piutang, maka memperlunak standar kredit dapat dilaksanakan. Investasi marginal dalam
piutang yaitu merupakan selisih antara rata-rata jumlah investasi dalam piutang sebelum dengan
sesudah diadakan perubahan standar kredit. Investasi marginal menggambarkan jumlah
tambahan rupiah yang terikat dalam piutang jika memperlunak standar kredit dilakukan.

3. Penentuan Besarnya Piutang


Besarnya investasi pada piutang yang muncul di perusahaan ditentukan oleh dua faktor.
Pertama, adalah besarnya persentase penjualan kredit terhadap penjualan total. Kedua, adalah
kebijakan penjualan kredit dan jangka waktu pengumpulan piutang (jangka waktu penagihan

piutang). Kebijakan ini dipengaruhi oleh jangka waktu penjualan kredit, kualitas pelanggan dan
usaha pengumpulan piutang. Cepat lambatnya piutang dapat dikumpulkan juga dipengaruhi oleh
kualitas pelanggan, baik kualitas kemampuan perusahaan pelanggan maupun kualitas karakter
pelanggan itu sendiri. Penilaian kualitas pelanggan ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko
kemungkinan piutang tidak tertagih (bad debt) dan memperkecil biaya penagihan piutang. Jika
kualitas pelanggan menurun maka biaya penagihan akan meningkat. Informasi kualitas pelanggan
ini dapat diperoleh dari laporan keuangan, operasi perusahaan, sejarah pengembalian kredit
pelanggan, asosiasi pedagang, pesaing, referensi bank dsb. Salah satu cara untuk menilai
kualitas pelanggan tersebut adalah dengan menggunakan penilaian kredit (credit scoring).
Perusahaan yang memiliki banyak pelanggan sering kali menggunakan cara-cara statistik
untuk menentukan kualitas pelanggan dengan memberi nilai (skor) tertentu pada pelanggan. Skor
ini akan menunjukkan kemungkinan seseorang pelanggan membayar hutangnya. Misalnya, skor 1
adalah bagi pelanggan yang memiliki kemungkinan hutangnya macet sebesar di bawah 10%, skor
2 kemungkinan macet sebesar 10% sampai 20%, skor 3 kemungkinan macet antara 20% sampai
30% dan seterusnya. Pelanggan-pelanggan tersebut dikelompokkan dalam skornya masingmasing, sehingga perusahaan akan mudah dalam memprediksi kemungkinan piutangnya macet.
Prinsip pemberian kredit. Untuk menilai pelanggan dapat juga digunakan sistem 5 K atau
5 C yaitu Karakter (Character), Kapasitas (Capacity), Kapital (Capital), Kolateral atau jaminan
(Collateral), dan Kondisi (Condition). Penilaian karakter pelanggan ditujukan untuk melihat sejauh
mana pelanggan akan memenuhi kewajiban kreditnya. Karakter merupakan data tentang
kepribadian calon pelang-gan contohnya sifat pribadi, kebiasaannya, cara hidup keadaan dan
latar belakang keluarga maupun hobinya. Penilaian ini sangat tergantung pada moral pelanggan,
kejujuran untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sebagai faktor terpenting dalam
evaluasi kredit. Kapasitas pelanggan merupakan penilaian yang bersifat subyektif mengenai
kemampuan membayar hutangnya. Kapasitas merupakan kemampuan calon pelanggan dalam
mengelola usahanya yang dapat dilihat dari pengalaman mengelola usaha (business record)-nya,
sejarah perusahaan yang pernah dikelola, tingkat pendidikannya. Kemampuan ini dapat dianalisis
dari laporan keuangan perusahaan pelanggan yang bersangkutan. Kapasitas merupakan ukuran
dari ability to pay atau kemampuan dalam membayar. Penilaian kapital dan kolateral (agunan)
perusahaan juga dapat dilihat dari laporan keuangannya. Dari laporan tersebut akan terlihat
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya maupun aktiva yang digunakan
sebagai jaminan. Kapital merupakan kondisi modal atau kekayaan yang dimiliki perusahaan yang
dikelolanya dan nampak pada neraca, laporan rugi-laba, struktur modal dan berbagai rasio
keuangan serta rasio profitabilitas seperti ROI dan ROE. Kolateral (agunan) merupakan jaminan
yang mungkin bisa disita jika calon pelanggan benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya.
Penilaian yang terakhir mengenai kondisi ekonomi yang terkait dengan prospek usaha calon
pelanggan. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian pada umumnya yang pada
akhirnya akan mempengaruhi keadaan pelanggan. Secara skematis, penentuan besarnya piutang
dapat dilihat pada gambar berikut:
Presentase Penjualan
Kredit terhadap
Penjualan Total

Besarnya
Penjulan Kredit

Besarnya
Investasi
Piutang

Penjualan Total

Waktu Penjualan

Kebijakan Kredit dan


Pengumpulannya

Kualitas Pelanggan

Usaha Pengumpulan

Jangka Waktu
Kredit

Gambar 1. Faktor-faktor yang Menentukan Besarnya Piutang

Kebijakan pemberian kredit dan lamanya pengumpulan piutang sebagaimana dijelaskan di


atas sangat mempengaruhi pengelolaan piutang. Kebijakan pemberian kredit dan jangka waktu
pengumpulan piutang tersebut pada akhirnya dapat digunakan untuk menentukan besarnya
persentase penjualan kredit terhadap penjualan total.
Besar kecilnya dana yang diinvestasikan dalam piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a). Besar-kecilnya volume penjualan kredit, semakin besar volume penjualan kredit akan semakin
besar investasi pada piutang.
b). Syarat Pembayaran, dalam penjualan kredit selalu tertera kapan piutang jatuh tempo dan
apakah ada diskon yang diberikan. Misalnya ada syarat pembayaran 5/10 n/60 artinya jika
piutang dibayar paling lambat 10 hari dari tanggal penjualan akan diberi diskon sebesar 5 %
dan batas akhir pembayaran selama 60 hari. Semakin panjang jangka waktu kredit yang
diberikan akan semakin besar investasi pada piutang.
c). Plafon Kredit, dalam penjualan kredit masing-masing pelanggan diberi batas maksimal kredit
yang bisa diambil (plafon kredit) dan besarnya tidak harus sama tergantung dari besarnya
usaha serta tingkat kepercayaan perusahaan terhadap pelanggan.
d). Kebiasaan Pembayaran Pelanggan, jika kebiasaan pelanggan dalam membayar memanfaatkan masa diskon, maka investasi pada piutang semakin kecil, tetapi jika kebiasaan pelanggan
membayar saat jatuh tempo maka investasi pada piutang semakin besar.
e). Kebijakan dalam Pengumpulan Piutang, ada perusahaan yang menerapkan kebijakan dalam
pengumpulan piutang secara ketat dan ada yang longgar. Jika menerapkan kebijakan sangat
ketat, maka jika ada pelanggan yang belum melunasi piutang saat jatuh tempo, tidak diberi
kredit sampai dilunasinya piutang tersebut. Jika menerapkan kebijakan longgar walaupun
belum melunasi piutang saat jatuh tempo masih diberi kredit. Semakin ketat kebijakan
pengumpulan piutang semakin kecil investasi pada piutang dan sebaliknya.
Contoh:
Persahan A mulai tanggal 1 Januari 2010 menetapkan kebijakan kredit sebesar 20%
dari penjualan total dengan jangka waktu pengembalian 10 hari. Apabila penjualan rata-rata per
hari sebesar Rp. 100.000, maka besarnya penjualan kredit pada tanggal 1 Januari 2010 adalah
sebesar Rp. 20.000. Oleh karena itu, pada tanggal 1 Januari tersebut muncul piutang sebesar Rp.
20.000. Piutang tersebut akan bertambah sebesar Rp. 20.000 setiap hari (asumsinya penjualan
per hari tetap sebesar Rp. 100.000), Selama 10 hari, maka piutang kita menjadi 10 x Rp. 20.000 =
Rp. 200.000. Pada hari kesebelas (Tanggal 11 Januari 2001) piutang kita bertambah sebesar Rp.
20.000, namun ada pengembalian piutang sebesar Rp. 20.000 dari penjualan yang terjadi Tanggal
1 Januari 2001. Demikian juga pada Tanggal 12 Januari dan seterusnya, piutang kita bertambah
Rp. 20.000, namun ada pelunasan piutang Rp. 20.000, sehingga piutang kita akan konstan
sebesar Rp. 200.000. Jika keadaan ini terus stabil, maka besarnya piutang juga stabil, yaitu
sebesar penjualan kredit per hari x jangka waktu penagihan. Untuk contoh di atas, maka jumlah
piutang adalah sebesar Rp. 20.000 x 10 = Rp. 200.000.
Bagaimana dengan biaya dan penghasilan yang muncul dengan kebijakan kredit?. Untuk
melangsungkan usaha perlu membeli persediaan. Untuk membeli persediaan tersebut,
memerlukan dana yang dapat diperoleh dari modal sendiri maupun pinjaman kepada bank atau
suplier. Dana tersebut akan dibelikan persediaan, kemudian persediaan akan dijual dan
menimbulkan piutang (yang dijual secara kredit), karena penjual menginginkan keuntungan maka
harga jualnya akan lebih tinggi dari harga belinya. Jadi, jika harga pokok penjualan (terdiri dari
harga beli ditambah biaya-biaya operasi yang lain) rata-rata per hari mencapai Rp. 100.000 dan
kita menginginkan laba 25%, maka penjualannya menjadi 125% x Rp. 100.000 = Rp 125.000.
Piutang yang ditimbulkan karena penjualan kredit akan menentukan besarnya tingkat
perputaran piutang. Perputaran piutang (receivable turnover) merupakan periode terikatnya
piutang sejak terjadinya piutang tersebut sampai piutang tersebut dapat ditagih dalam bentuk
uang kas dan akhirnya dapat dibelikan kembali menjadi persediaan dan dijual secara kredit
menjadi piutang kembali. Secara skematis perputaran piutang dapat dilihat pada skema berikut:

Piutang Kas Persediaan Penjualan Kredit (Piutang)

Gambar 2. Skema Perputaran Piutang

Tingkat perputaran piutang dapat dicari dengan membagi jumlah penjualan kredit bersih (net
credit sales) per tahun dengan rata-rata piutang (average receivables).
Penjualan Kredit

Perputaran Piutang = Rata rata Piutang x 1


Perputaran piutang tersebut dihitung dalam jangka waktu satu tahun. Jika perputaran piutang
sebanyak 5 kali, artinya bahwa dalam satu tahun piutang perusahaan tersebut berputar sebanyak
5 kali. Jika satu tahun dihitung 360 hari, maka hari rata-rata pengumpulan piutangnya adalah 360
hari : 5 kali = 72 hari untuk setiap kali perputaran. Tingkat perputaran piutang ini mempunyai efek
terhadap besar kecilnya modal yang tertanam dalam piutang. Semakin tinggi perputaran piutang
berarti modal yang tertanam dalam investasi makin kecil, karena dana yang tertanam dalam
piutang semakin cepat kembali sebagai kas masuk. Kas masuk ini selanjutnya digunakan lagi
untuk membeli persediaan barang yang kemudian dijual lagi, demikian seterusnya.

4. Pengelolaan Pengumpulan Piutang


Pengelolaan pengumpulan piutang perlu melihat bagaimana prosedur yang digunakan
untuk menagih piutang. Perjanjian yang tertera pada jual beli juga harus ditetapkan secara jelas
dan rinci. Dalam perjanjian tersebut meliputi tentang jumlah piutang, besarnya diskon, periode
diskon, jangka waktu penagihan dan sangsi yang dikenakan terhadap pembeli dan atau penjual
jika barang yang di perjual belikan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Surat teguran atau
penagihan dapat diberikan kepada debitur apabila sampai dengan tanggal tertentu debitur belum
mengangsur atau melunasi hutangnya. Proses penagihan piutang memerlukan biaya. Besar
kecilnya biaya penagihan piutang akan tergantung pada besar kecilnya tagihan dan sifat debitur
yang ada pada 5K di atas (Karakter, Kapasitas, Kolateral, Kapital dan Kondisi). Banyaknya kredit
yang macet (piutang tidak tertagih) akan menyulitkan kelangsungan usaha, oleh karena itu perlu
sikap tegas agar pengembalian piutang tidak terganggu. Perusahaan perlu memperhitungkan
keseimbangan antara manfaat dan biaya yang mungkin diderita dalam kebijakan pengumpulan
piutang. Kebijakan pengumpulan piutang sebenarnya dapat diubah pada periode tertentu.
Perubahan kebijakan tersebut membawa implikasi terhadap jumlah penjualan, periode
pengumpulan piutang, persentase piutang yang tidak tertagih, laba perusahaan, kebijakan diskon,
umur piutang dan perputaran piutang.
4.1 Pengumpulan Piutang untuk Penjualan yang Tidak Berdiskon
Kebijakan kredit yang optimal yaitu keseimbangan antara manfaat yang diperoleh dengan
biaya yang dikeluarkan dalam pemberian kredit tergantung pada kondisi masing-masing
perusahaan. Manajer kredit harus memantau secara teratur jangka waktu pengumpulan piutang
dan skedul umur piutang dari masing-masing debitur. Pemantauan langsung memperlihatkan pola
arus kas yang dapat dikelola, tanpa pemantauan yang teratur kemungkinan besar pola arus kas
masuk dari pengumpulan piutang akan kacau. Arus kas dari pengumpulan piutang ini dapat
digunakan untuk menganggarkan jumlah aliran kas yang masuk. Dengan anggaran aliran kas
masuk, maka perusahaan dapat memperkirakan berapa pengeluaran yang mampu dibiayai oleh
perusahaan. Jika dana yang berasal dari penjualan tidak mencukupi, perusahaan juga dapat
merencanakan berapa besarnya dana yang harus dipinjam dari pihak lain atau bank.
Contoh
Perusahaan A melakukan kebijakan kredit untuk tahun 2010, perusahaan ini menetapkan
penjualan kreditnya sebesar 60% dari total penjualan dengan jangka waktu kredit selama 4 bulan.
Dari kredit yang diberikan tersebut pembeli harus mengangsur hutangnya dengan ketentuan
masing-masing sebesar 30 % dibayar pada bulan pertama dan kedua, dan sebesar 20% masingmasing dibayar pada bulan ketiga dan keempat setelah bulan penjualan. Penjualan kredit yang
direncanakan selama 6 bulan pertama tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Bulan
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni

Penjualan Total
Rp. 5.000.000
Rp. 5.000.000
Rp. 6.000.000
Rp. 6.000.000
Rp. 8.000.000
Rp. 8.000.000

Penjualan Tunai
Rp. 2.000.000
Rp. 2.000.000
Rp. 2.400.000
Rp. 2.400.000
Rp. 3.200.000
Rp. 3.200.000

Penjualan Kredit
Rp. 3.000.000
Rp. 3.000.000
Rp. 3.600.000
Rp. 3.600.000
Rp. 4.800.000
Rp. 4.800.000

Dari data tersebut, maka dapat dibuat rencana pengumpulan piutangnya selama 6 bulan pertama
Tahun 2010.
Tabel 1.
Perusahaan A Rencana Pengumpulan Piutang Periode Januari s/d Juni 2001 (dalam
jutaan rupiah)
Bulan
Penjualan
Penjualan
Kredit
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Jumlah

3.000
3.000
3.600
3.600
4.800
4.800
22.800

Jan.
-

Bulan Pengumpulan Piutang


Peb.
Maret
April
Mei
Juni
1)
1)
2)
2)
900
900
600
600
900
900
600
600
1.080
1.080
720
1.080
1.080
1.440
900 1.800
2.580
3.360
3.840

Juli
720
720
1.440
1.440
4.320

Keterangan:
Penjualan kredit Bulan Januari
= Rp. 3.000.000
1)
Penerimaan Piutang Bulan Pebruari = 30% x Rp. 3.000.000 = Rp. 900.000
1)
Penerimaan Piutang Bulan Maret
= 30% x Rp. 3.000.000 = Rp. 900.000
2)
Penerimaan Piutang Bulan April
= 20% x Rp. 3.000.000 = Rp. 600.000
2)
Penerimaan Piutang Bulan Mei
= 20% x Rp. 3.000.000 = Rp. 600.000
dan seterusnya untuk penerimaan piutang bulan-bulan selanjutnya.
4.2. Pengumpulan Piutang untuk Penjualan yang Berdiskon
Untuk meningkatkan penjualan, perusahaan sering memberikan diskon (potongan tunai)
kepada pembeli yang mampu membayar pada periode waktu yang ditentukan. Lamanya jangka
waktu penjualan kredit mengindikasikan kemungkinan adanya diskon bagi pembeli yang
membayar lebih awal, periode diskon, dan periode kredit. Kemungkinan adanya diskon
ditunjukkan oleh syarat pembayaran seperti 2 / 10 net / 30. Artinya, pembeli akan memperoleh
diskon sebesar 2% apabila dibayar maksimal 10 hari setelah pembelian. Jangka waktu
pembayaran kredit selama 10 hari sampai 30 hari, pembeli tidak memperoleh diskon (dibayar
bersih sebesar pembeliannya), dan periode pembayaran kredit tersebut maksimal selama 30 hari
setelah pembelian. Dengan adanya diskon tersebut menguntungkan bagi penjual dalam 2 hal.
Pertama, penjual dapat memperbanyak pembeli baru yang menganggap bahwa diskon
merupakan suatu penurunan harga. Diskon ini akan benar-benar menguntungkan penjual apabila
pembeli mematuhi syarat pembayaran kreditnya. Kedua, diskon akan memperpendek penagihan
piutang karena pembeli akan segera membayar hutangnya pada periode diskon yang ditawarkan.
Sebagai ilustrasi pengumpulan piutang untuk penjualan kredit yang berdiskon, berikut ini
diberikan contoh sehingga memberikan gambaran yang jelas.
Contoh 2.
Apabila perusahaan A sebagaimana Contoh 1 melakukan kebijakan penjualan kredit yang
berdiskon dengan syarat pembayaran 5 / 20, net / 60, maka untuk Tahun 2010 perusahaan
menetapkan penjualan kreditnya sebesar 60 % dari total penjualan dengan jangka waktu kredit

selama 4 bulan. Dari pengalaman penjualan kredit dengan diskon yang diberikan kepada pembeli,
cara pembayarannya adalah sebagai berikut:
a. Sebanyak 30% pembeli membayar dalam waktu 1 s/d 20 hari setelah bulan penjualan.
b. Sebanyak 20% pembeli membayar dalam waktu 21 s/d 30 hari setelah bulan penjualan
c. Sebanyak 30% pembeli membayar dalam waktu 31 s/d 60 hari setelah bulan penjualan
d. Sebanyak 10% pembeli membayar dalam waktu 61 s/d 90 hari setelah bulan penjualan.
e. Sebanyak 10% pembeli membayar dalam waktu 91 s/d 120 hari setelah bulan penjualan.
Penjualan kredit yang direncanakan selama 6 bulan pertama Tahun 2010 sebagai berikut:
Bulan
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni

Penjualan Total
Rp. 5.000.000
Rp. 5.000.000
Rp. 6.000.000
Rp. 6.000.000
Rp. 8.000.000
Rp. 8.000.000

Penjualan Tunai
Rp. 2.000.000
Rp. 2.000.000
Rp. 2.400.000
Rp. 2.400.000
Rp. 3.200.000
Rp. 3.200.000

Penjualan Kredit
Rp. 3.000.000
Rp. 3.000.000
Rp. 3.600.000
Rp. 3.600.000
Rp. 4.800.000
Rp. 4.800.000

Dari data tersebut, maka dapat dibuat rencana pengumpulan piutangnya yang telah
memperhitungkan diskon selama 6 bulan pertama Tahun 2010 sebagai berikut:
Tabel 2.

Perusahaan A Rencana Pengumpulan Piutang Periode Januari s/d Juni 2007 (dalam
jutaan rupiah)

Bulan
Penjualan
Bulan Pengumpulan Piutang
Penjualan
Kredit
Jan.
Peb.
Maret
April
1)
1)
Januari
3.000
- 1.455
900
3001)
2)
Pebruari
3.000
- 1.455
9002)
Maret
3.600
- 1.7463)
April
3.600
Mei
4.800
Juni
4.800
22.800
1.455
1.355
2.946
Jumlah
Keterangan:
Penjualan Kredit Bulan Januari
1)
Penerimaan Piutang Bulan Pebruari:

Mei
3001)
3002)
1.0803)
1.746
3.426

Juni
3002)
3603)
1.080
2.3284)
4.068

= Rp. 3.000.000

Pada periode diskon (1 20 hari) = 30% x Rp. 3.000.000

= Rp.

900.000

Diskon = 5% x Rp. 900.000

= Rp.
= Rp.
= Rp.

45.000
855.000
600.000

Periode tidak berdiskon (21 30 hari) = 20% x Rp. 3.000.000

Jumlah penerimaan piutang Bulan Pebruari


= Rp. 1.455.000
1)
Penerimaan piutang Bulan Maret = 30% x Rp. 3.000.000 = Rp. 900.000
1)
Penerimaan piutang Bulan April = 10% x Rp. 3.000.000 = Rp. 300.000
1)
Penerimaan piutang Bulan Mei
= 10% x Rp. 3.000.000 = Rp. 300.000
Penjualan Kredit Bulan Pebruari
2)
Penerimaan Piutang Bulan Maret:

= Rp. 3.000.000

Pada periode diskon (1 20 hari) = 30% x Rp. 3.000.000

= Rp.

900.000

Diskon = 5% x Rp. 900.000


Periode tidak berdiskon (21 30 hari) = 20% x Rp. 3.000.000

= Rp.
= Rp.
= Rp.

45.000
855.000
600.000

Jumlah penerimaan piutang Bulan Maret

= Rp. 1.455.000

Juli
3603)
360
1.4404)
2.328
4.488

2)

Penerimaan piutang Bulan April


Penerimaan piutang Bulan Mei
2)
Penerimaan piutang Bulan Juni
2)

= 30% x Rp. 3.000.000 = Rp. 900.000


= 10% x Rp. 3.000.000 = Rp. 300.000
= 10% x Rp. 3.000.000 = Rp. 300.000

Penjualan Kredit Bulan Maret


3)
Penerimaan Piutang Bulan April:

= Rp. 3.600.000

Pada periode diskon (1 20 hari) = 30% x Rp. 3.600.000

= Rp. 1.080.000

Diskon = 5% x Rp. 1.080.000

= Rp.
54.000
= Rp. 1.026.000
= Rp. 720.000

Periode tidak berdiskon (21 30 hari) = 20% x Rp. 3.600.000

Jumlah penerimaan piutang Bulan April


= Rp. 1.746.000
3)
Penerimaan piutang Bulan Mei
= 30% x Rp. 3.600.000 = Rp. 1.080.000
3)
Penerimaan piutang Bulan Juni = 10% x Rp. 3.600.000 = Rp. 360.000
3)
Penerimaan piutang Bulan Juli
= 10% x Rp. 3.600.000 = Rp. 360.000
Penjualan Kredit Bulan Mei
4)

= Rp. 4.800.000

Penerimaan Piutang Bulan Juni:

Pada periode diskon (1 20 hari) = 30% x Rp. 4.800.000

= Rp. 1.440.000

Diskon = 5% x Rp. 1.440.000


Periode tidak berdiskon (21 30 hari) = 20% x Rp. 4.800.000

= Rp.
72.000
= Rp. 1.368.000
= Rp. 600.000

Jumlah penerimaan piutang Bulan Juni

= Rp. 1.455.000

4)

Penerimaan piutang Bulan Juli


= 30% x Rp. 4.800.000 = Rp. 1.440.000
dan seterusnya untuk penerimaan piutang bulan-bulan selanjutnya.

4. RISIKO PENJUALAN KREDIT


Keberhasilan atau kegagalan kebijakan penjualan kredit yang ditetapkan perusahaan
terutama tergantung pada permintaan atas produk yang dijualnya. Semakin tinggi permintaan atas
produk yang ditawarkan, maka semakin menguntungkan penjualan produk yang bersangkutan.
Kebijakan penjualan secara kredit akan meningkatkan penjualan perusahaan, tetapi juga
menimbulkan risiko. Namun, beberapa risiko yang mungkin timbul dengan kebijakan kredit ini
adalah: periode pengumpulan piutang yang tidak tepat, piutang yang tidak tertagih atau pembeli
tidak membayar hutangnya kepada perusahaan (kredit macet) dan besarnya investasi yang
tertanam dalam piutang tidak seimbang dengan manfaat yang diperoleh dari kebijakan kredit
tersebut.
Untuk mengurangi dan memperkecil risiko kredit di atas, perusahaan dapat menilai calon
debitur berdasar 5K (Karakter, Kapital, Kolateral, Kapasitas dan Kondisi Ekonomi)
sebagaimana telah dijelaskan di muka. Di samping itu, perusahaan juga perlu memperkirakan
besarnya risiko yang mungkin akan dialami berdasarkan pengalaman-pengalaman masa lain
dengan menganalisa persentase besarnya piutang yang tidak tertagih dan mengklasifikasikan
pelanggan menurut lamanya umur piutang.
Contoh 3.
Suatu perusahaan akan meningkatkan penjualan kreditnya sebesar Rp. 10.000.000
dengan jangka waktu kredit maksimal 4 bulan (120 hari). Berdasarkan pengalaman, piutang yang
tidak dapat ditagih (kredit macet) dikaitkan dengan umur piutang adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Umur Piutang, Penjualan Kredit dan Kredit Macet


Umur Piutang
(hari)
0 20
21 30
31 60
61 90
91 120
Jumlah

Penjualan Kredit
%
Jumlah
50 %
Rp. 5.000.000
20 %
Rp. 2.000.000
10 %
Rp. 1.000.000
15 %
Rp. 1.500.000
5%
Rp.
500.000
Rp. 10.000.000

Piutang Tidak Tertagih


%
Jumlah
1%
Rp. 50.000
2%
Rp. 40.000
4%
Rp. 40.000
4%
Rp. 60.000
10 %
Rp. 50.000
Rp. 240.000

Tabel di atas menunjukkan bahwa risiko besarnya piutang yang tidak tertagih (bad debt) adalah =
Rp. 240.000 atau sebesar (Rp. 240.000 : Rp. 10.000.000) x 100% = 2,4%. Apabila tambahan
barang yang dijual secara kredit tersebut memiliki harga pokok penjualan sebesar Rp. 7.000.000
dan mengakibatkan bertambahnya biaya operasi sebesar Rp. 1.000.000, maka manfaat
(keuntungan) yang diperoleh adalah:
Tambahan Penjualan Kredit
Harga Pokok Penjualan
Tambahan Laba Kotor
Tambahan Biaya Operasi
Tambahan Keuntungan
Piutang Tidak Tertagih
Tambahan Keuntungan Bersih

=
=
=
=
=
=
=

Rp. 10.000.000
Rp. 7.000.000
Rp. 3.000.000
Rp. 1.000.000
Rp. 2.000.000
Rp.
240.000
Rp. 1.760.000

Apabila risiko piutang tidak tertagih sudah dapat diperkirakan, maka informasi tersebut
dapat digunakan untuk memperkirakan arus kas masuk dari piutang, yaitu dengan mengurangkan
piutang yang ada dengan perkiraan risiko yang tidak tertagih.

5. KEBIJAKAN PENAMBAHAN JANGKA WAKTU KREDIT


Kebijakan perusahaan untuk menambah penjualan kredit dapat dilakukan dengan
memperpanjang jangka waktu pengembalian kredit. Kebijakan ini akan meningkatkan penjualan
yang berasal dari pelanggan lama dan masuknya pelanggan baru. Namun demikian,
perpanjangan jangka waktu kredit akan meningkatkan biaya yang harus ditanggung oleh
perusahaan, misalnya tambahan dana untuk investasi pada modal kerja, investasi pada aktiva
tetap dan investasi pada piutang itu sendiri.
Perpanjangan jangka waktu kredit dibenarkan apabila hasil (return) yang diharapkan dari
perpanjangan waktu kredit tersebut lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkan akibat
kebijakan tersebut. Sebaliknya apabila perpanjangan jangka waktu kredit mengakibatkan biaya
yang harus ditanggung lebih besar daripada hasil yang diperoleh, maka kebijakan tersebut tidak
menguntungkan. Untuk lebih jelasnya, kita lihat contoh berikut.
Contoh 4.
Perusahaan A dalam Tahun 2010 telah melakukan penjualan hasil produksinya sebanyak
80.000 unit. Seluruh penjualan dilakukan secara kredit dengan jangka waktu 30 hari, Perusahaan
merencanakan meningkatkan penjualannya pada tahun-tahun yang akan datang dengan
mengubah jangka waktu kreditnya menjadi 60 hari. Dengan mengubah jangka waktu kredit,
penjualan Tahun 2001 diharapkan akan naik sebesar 25%. Biaya produksi yang ditanggung
perusahaan meliputi biaya tetap sebesar Rp. 22.000.000, biaya variabel per unit Rp. 150,-.
Sedangkan harga penjualan per unit adalah Rp. 500,-. Apabila jangka waktu diperpanjang
menjadi 60 hari, maka biaya tambahan modal yang diperhitungkan sebesar 30%. Apakah
kebijakan perpanjangan jangka waktu kredit tersebut perlu dilaksanakan?
Untuk menyelesaikan masalah di atas, perlu kita lakukan penghitungan manfaat kenaikan
penjualan dan biaya yang dikeluarkan dengan perpanjangan waktu kredit, yaitu:

1. Menghitung laba Tahun 2010 : Penjualan 80.000 unit


Penjualan = 80.000 x Rp. 500
= Rp. 40.000.000
Biaya Tetap
= Rp. 22.000.000
Biaya Variabel = 80.000 x Rp. 150 = Rp. 12.000.000
Harga Pokok Penjualan
= Rp. 34.000.000
Laba
= Rp. 6.000.000
2. Menghitung laba Tahun 2011 : Penjualan 125% x 80.000 unit = 100.000 unit
Penjualan = 100.000 x Rp. 500
= Rp. 50.000.000
Biaya Tetap
= Rp. 22.000.000
Biaya variabel - 100.000 x Rp. 150 = Rp. 15.000.000
Harga pokok penjualan
= Rp. 37.000.000
Laba
= Rp. 13.000.000
3. Menghitung Tambahan laba dan biaya modal Tahun 2011
Dengan perpanjangan waktu kredit dari 30 hari menjadi 60 hari, maka tambahan laba yang
diperoleh adalah = Rp. 13.000.000 Rp. 6.000.000 = Rp. 7.000.000,-Sedangkan tambahan
biaya modal dengan tambahan investasi piutang dapat dihitung sebagai berikut:
30 hari x Rp. 34.000.000
Investasi Piutang Tahun 2010 =
= Rp. 2.833.333
360 hari
60 hari x Rp. 37.000.000
Investasi Piutang Tahun 2011 =
= Rp. 6.166.667
360 hari
Tambahan modal investasi = Rp. 6.166.667 Rp. Rp 2.833.333 = Rp. 3.333.333
Tambahan biaya modal = 30% x Rp. 3.333.333 = Rp. 999.999,99 = Rp. 1.000.000
Dari penghitungan tambahan laba dan tambahan biaya di atas ternyata perpanjangan jangka
waktu kredit akan menghasilkan tambahan laba (Rp. 7.000.000) lebih besar dibanding
tambahan biaya modalnya, yakni Rp. 1.000.000. Oleh karena itu, kebijakan memperpanjang
jangka waktu kredit dapat dibenarkan.

6. SOAL DAN PENYELESAIANNYA


Soal 1.
Apabila Perusahaan A melakukan kebijakan penjualan kredit yang berdiskon dengan
syarat pembayaran 2 / 10, net / 30. Untuk Tahun 2010, perusahaan menetapkan penjualan
kreditnya sebesar 50% dari total penjualan dengan jangka waktu kredit selama 3 bulan. Dari
pengalaman penjualan kredit dengan diskon yang diberikan kepada pembeli, cara pembayarannya sebagai berikut:
a. Sebanyak 30 % membayar dalam waktu 1 s/d 10 hari setelah bulan penjualan.
b. Sebanyak 20 % membayar dalam waktu 11 s/d 30 hari setelah bulan penjualan
c. Sebanyak 30 % membayar dalam waktu 31 s/d 60 hari setelah bulan penjualan
d. Sebanyak 10 % membayar dalam waktu 61 s/d 90 hari setelah bulan penjualan.
e. Sebanyak 10 % membayar dalam waktu 91 s/d 120 hari setelah bulan penjualan.
Penjualan kredit yang direncanakan selama 6 bulan pertama Tahun 2010 adalah:
Bulan

Penjualan Total

Penjualan Tunai

Penjualan Kredit

Januari
Rp. 10.000.000
Rp. 5.000.000
Rp. 5.000.000
Pebruari
Rp. 10.000.000
Rp. 5.000.000
Rp. 5.000.000
Maret
Rp. 12.000.000
Rp. 6.000.000
Rp. 6.000.000
April
Rp. 12.000.000
Rp. 6.000.000
Rp. 6.000.000
Mei
Rp. 16.000.000
Rp. 8.000.000
Rp. 8.000.000
Juni
Rp. 18.000.000
Rp. 9.000.000
Rp. 9.000.000
Dari data tersebut, buatlah rencana pengumpulan piutang yang telah memperhitungkan diskon

selama 6 bulan pertama Tahun 2010.


Penyelesaiannya:
Rencana pengumpulan piutang yang telah memperhitungkan diskon selama 6 bulan pertama
Tahun 2010 adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Perusahaan "A" Rencana Pengumpulan Piutang Periode Januari s/d Juni 2010
(dalam jutaan rupiah)
Bulan
Penjualan
Penjualan
Kredit
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Jumlah

Jan.

5.000
5.000
6.000
6.000
8.000
9.000
39.000

Bulan Pengumpulan Piutang


Peb.
Maret
April
Mei
Juni
1)
1)
1)
1)
2.470
1.500
500
500
- 2.4702) 1.5002)
5002)
5002)
- 2.9643) 1.8003)
6003)
2.964
1.800
- 3.9524)
2.470
3.970
4.964
5.764
6.852

Keterangan:
Penjualan Kredit Bulan Januari
1)
Penerimaan Piutang Bulan Pebruari:

= Rp. 5.000.000

Pada periode diskon (1 10 hari) = 30% x Rp. 5.000.000

= Rp. 1.500.000

Diskon = 2% x Rp. 1.500.000

= Rp.
30.000
= Rp. 1.470.000
= Rp. 1.000.000

Periode tidak berdiskon (11 30 hari) = 20% x Rp. 5.000.000

Jumlah penerimaan piutang Bulan Pebruari


= Rp. 2.470.000
1)
Penerimaan piutang Bulan Maret = 30% x Rp. 5.000.000 = Rp. 1.500.000
1)
Penerimaan piutang Bulan April = 10% x Rp. 5.000.000 = Rp. 500.000
1)
Penerimaan piutang Bulan Mei
= 10% x Rp. 5.000.000 = Rp. 500.000
Penjualan Kredit Bulan Pebruari
2)
Penerimaan Piutang Bulan Maret:

= Rp. 5.000.000

Pada periode diskon (1 10 hari) = 30% x Rp. 5.000.000

= Rp. 1.500.000

Diskon = 2% x Rp. 1.500.000

= Rp.
30.000
= Rp. 1.470.000
= Rp. 1.000.000

Periode tidak berdiskon (11 30 hari) = 20% x Rp. 5.000.000

Jumlah penerimaan piutang Bulan Maret


= Rp. 2.470.000
2)
Penerimaan piutang Bulan April = 30% x Rp. 5.000.000 = Rp. 1.500.000
2)
Penerimaan piutang Bulan Mei
= 10% x Rp. 5.000.000 = Rp. 500.000
2)
Penerimaan piutang Bulan Juni = 10% x Rp. 5.000.000 = Rp. 300.000
Penjualan Kredit Bulan Maret
3)
Penerimaan Piutang Bulan April:

= Rp. 6.000.000

Pada periode diskon (1 10 hari) = 30% x Rp. 6.000.000

= Rp. 1.800.000

Diskon = 2% x Rp. 1.800.000

= Rp.
36.000
= Rp. 1.764.000
= Rp. 1.200.000

Periode tidak berdiskon (11 30 hari) = 20% x Rp. 6.000.000

Jumlah penerimaan piutang Bulan April


= Rp. 2.964.000
3)
Penerimaan piutang Bulan Mei
= 30% x Rp. 6.000.000 = Rp. 1.800.000
3)
Penerimaan piutang Bulan Juni = 10% x Rp. 6.000.000 = Rp. 600.000
3)
Penerimaan piutang Bulan Juli
= 10% x Rp. 6.000.000 = Rp. 600.000
Aliran kas penerimaan penjualan Bulan April sama dengan Bulan Maret

Juli
6003)
600
2.4004)
4.4465)
8.246

Penjualan Kredit Bulan Mei


4)
Penerimaan Piutang Bulan Juni:

= Rp. 8.000.000

Pada periode diskon (1 10 hari) = 30% x Rp. 8.000.000

= Rp. 2.400.000

Diskon = 5% x Rp. 2.400.000

= Rp.
48.000
= Rp. 2.352.000
= Rp. 1.600.000

Periode tidak berdiskon (11 30 hari) = 20% x Rp. 8.000.000

Jumlah penerimaan piutang Bulan Juni


= Rp. 3.952.000
4)
Penerimaan piutang Bulan Juli
= 30% x Rp. 8.000.000 = Rp. 2.400.000
dan seterusnya untuk penerimaan piutang bulan-bulan selanjutnya.
Penjualan Kredit Bulan Juni
5)

= Rp. 9.000.000

Penerimaan Piutang Bulan Juli:

Pada periode diskon (1 10 hari) = 30% x Rp. 9.000.000

= Rp. 2.700.000

Diskon = 5% x Rp. 2.700.000


Periode tidak berdiskon (11 30 hari) = 20% x Rp. 9.000.000

= Rp.
54.000
= Rp. 2.646.000
= Rp. 1.800.000

Jumlah penerimaan piutang Bulan Juni

= Rp. 4.446.000

5)

Penerimaan piutang Bulan Juli


= 30% x Rp. 9.000.000 = Rp. 2.700.000
dan seterusnya untuk penerimaan piutang bulan-bulan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai