Anda di halaman 1dari 12

a.

Sebelum membuat desain, lebih dulu Perencana


bendungan harus memenuhi halhal sebagai berikut:
a. Pembangunan bendungan disamping akan memperoleh manfaat, berarti
juga akan mengundang dan menyiapkan potensi bahaya. Bendungan
yang runtuh akan menimbulkan banjir bandang yang sangat dahsyat
yang mengancam keselamatan jiwa dan harta benda di hilir bendungan.
b. Kejadian keruntuhan bendungan dapat menimpa bendungan mana saja
dan kapan saja, sehingga Perencana bendungan harus melakukan
antisipasi terhadap segala kemungkinan peluang terjadinya keruntuhan
bendungan.
c. Pada umumnya keruntuhan bendungan dimulai dari zona atau titiktitik
lemahnya, bukan pada kondisi rata-ratanya, oleh karenanya dalam
penyiapan desain perlu diperhatikan lebih pada zona atau titik-titik lemah
tersebut.
d. Agar dapat mengetahui dan memahami sifat, perilaku dan titiktitik lemah
setiap tipe bendungan, sebelum membuat desain Perencana wajib
mempelajari berbagai kejadian keruntuhan bendungan, mengkaji potensi
penyebab dan model keruntuhannya sehingga dalam penyiapan desain
dapat mengupayakan pencegahan-pencegahannya.
e. Penyiapan desain bendungan harus dimulai dari konsep desain yang
bersifat umum, kemudian dilanjutkan dengan mendetailkan bagianbagiannya, bukansebaliknya. Tubuh bendungan dan pondasinya harus
ditinjau dalam satu kesatuan fungsi yang bekerja bersama-sama, tidak
secara terpisah-pisah.
f. Khusus untuk bendungan urugan, Karena adanya pengaruh-pengaruh:
faktor alamiah, pembebanan dan kualitas pelaksanaan yang tidak
seragam atau kurang baik, maka zonazona yang ada pada bendungan
urugan didalam Pelaksanaannya tidak akan selalu dapat betul-betul
homogeny seperti yang diasumsikan dalam desain. Memahami hal ini,
Perencana bendungan harus mengambil langkah-langkah antisipasi
terhadap kekurangankekurangan yang dapat terjadi, walaupun
berdasarkan perhitungan mungkin tidak diperlukan.
g. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999
tentang Jasa Konstruksi, Apabila terjadi kegagalan bendungan, Semua
pihak yang terlibat dalam pembangunan dan pengelolaan bendungan
yakni: Konsultan Perencana, Supervisi, Kontraktor dan Pengelola/ Pemilik
bendungan, harus bertanggungjawab atas terjadinya kegagalan sesuai
dengan bidang profesi masingmasing.

b. Dokumen-Dokumen yang Harus Disiapkan


Dokumen yang harus disiapkan pada tahap desain, sekurang-kurangnya
adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Laporan Kaji Ulang atas dokumen-dokumen yang sudah ada sebelumnya


Laporan Survei Topografi
Laporan Investigasi Geologi dan Geoteknik
Kriteria Desain
Laporan Analisis Hidrologi
1

f.
g.
h.
i.
j.

Laporan Perencanaan Pendahuluan


Laporan Pengujian Model Hidraulik
Laporan Perhitungan Desain (Design Calculation)
Laporan Pelaksanaan Desain/ Nota Desain (Design Note)
Gambar Desain

k. Panduan Operasi Pemeliharaan dan Pengamatan, untuk kondisi normal


maupun darurat
l.

Spesifikasi Teknis

m. Metoda Pelaksanaan Konstruksi dan Penggunaan Alat-Alat Berat


n. Rencana Mutu Konstruksi (Contruction Quality Plan)
o. Rencana Implementasi
pemaketan

Proyek,

termasuk

dokumen

tender

sesuai

p. Rencana Pembebasan Tanah dan Rencana Pemindahan Penduduk


q. Analisis Ekonomi dan Finansial Rinci
r. Laporan Studi AMDAL

c. Kriteria Dasar dan Umum


Secara garis besar desain bendungan harus memenuhi kriteria dasar dan
umum sebagai berikut:

d. Kriteria Dasar
a. aman terhadap kegagalan structural
b. aman terhadap rembesan dan bocoran
c. aman terhadap kegagalan hidraulik

e. Kriteria Umum
a. Bendungan secara keseluruhan, termasuk tubuh, pondasi, abutmen (bukit
tumpuan) dan tepi sekeliling Waduk harus selalu stabil dalam keadaan
apapun juga termasuk dalam keadaan gempa bumi selama operasi dan
pemeliharaan yang kemungkinan terjadi selama umur bendungan.
Kalaupun ada penurunan, masih dalam batas toleransi yang diizinkan.
b. Untuk mencegah terjadinya bahaya limpasan di atas puncak bendungan,
harus diupayakan agar tinggi puncak bendungan setelah terjadi
penurunan akhir masih cukup tinggi sehingga tinggi jagaan yang tersedia
masih memenuhi standar yang diperlukan. Tinggi jagaan haruslah cukup
untuk menahan limpasan air banjir sebagai akibat gelombang.
c. Kapasitas bangunan pelimpah harus cukup untuk mengalirkan debit
banjir desain dengan aman. Kapasitas bangunan pelimpah harus cukup
untuk melewatkan debit banjir desain dengan aman sesuai SNI0334321994. Harus diupayakan pula agar kapasitas bangunan pelimpah tidak
termasuk kapasitas bangunan pengeluaran lain.
d. Tidak boleh terjadi debit rembesan dan tekanan yang berlebihan pada
bendungan dan pondasi yang mengakibatkan terjadinya aliran buluh,
sembulan pasir, retak hidraulik dan arching.
2

e. Lereng-lereng bendungan, bangunan pelimpah, bangunan pengeluaran,


sekeliling waduk, saluran, tebing sungai dan lain-lain yang terkait dengan
bendungan, bila perlu diadakan perkuatan lereng dan tebing, agar selalu
stabil dan tidak mudah longsor sehingga dapat dioperasikan dengan
aman dan andal baik dalam keadaan normal maupun darurat.

f. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam


pemilihan tipe bendungan antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Tujuan pembangunan bendungan


Perlindungan terhadap aliran air dari pelimpah
Keterbatasan bangunan pengeluaran
Masalah yang dihadapi dalam pengalihan aliran selama pelaksanaan
konstruksi
Kemudahan akses ke lokasi bendungan
Ketersediaan tenaga kerja dan peralatan
Faktor fisik lokasi bendungan
Keamanan bendungan

g. SURVEI DAN INVESTIGASI


Ketentuan-ketentuan teknis yang lebih rinci mengenai survai investigasi
yang tidak diatur dalam Pedoman Kriteria Umum ini, hendaknya mengacu
pada pedoman pedoman berikut:
a. Panduan Perencanaan Bendungan Urugan, Volume II, Survai dan
Investigasi ,Direktorat Jenderal Pengairan, 1999.
b. Standar Perencanaan Irigasi, PT 02 Bagian Pengukuran, Ditjen Pengairan,
1986.
c. Standar Perencanaan Irigasi, PT 03 Bagian Penyelidikan Geoteknik, Ditjen
Pengairan, 1986.

h. Survai Topografi
Semua kegiatan survai topografi harus menggunakan titik referensi yang
sama, sedapat mungkin agar menggunakan titik referensi dari jaringan
triangulasi. Tingkat ketelitian survai harus memenuhi standar yang berlaku.
Data survai yang dibutuhkan pada setiap tahap pembangunan, antara lain:

i. a. Survai topografi untuk perencanaan umum


1. Peta Daerah Pengaliran Sungai skala 1:25.000 sampai 1:50.000
2. Peta situasi cekungan waduk dan sekelilingnya termasuk lokasi
bendungan utama, bendungan pelana, bangunan pelengkap, fasilitas
penunjang, daerah galian, rencana relokasi jalan dan lain sebagainya,
skala 1:5.000 - 1:10.000.

j. b. Survai topografi untuk perencanaan dasar dan


perencanaan rinci
1. Peta lokasi bendungan, skala 1:500 - 1:1.000.
3

2. Potongan memanjang dan melintang lokasi bendungan, skala 1:200 1:500.


3. Potongan memanjang dan melintang bangunan pelimpah, skala 1:200
- 1:500.
4. Peta cekungan waduk, skala 1:500 - 1:5.000.
5. Potongan memanjang cekungan waduk, skala 1:200 - 1:500
6. Peta daerah sumber galian, skala 1:500 - 1:1.000
Peta Daerah Pengaliran Sungai, dapat menggunakan foto udara dan peta
topografi yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang, yang dapat berupa
Gambar peta atau data digital. Sebelum digunakan agar dilakukan uji
validitas untuk menyakinkan bahwa datanya baik dan valid digunakan.

k. Investigasi Geologi dan Geoteknik


Kegiatan yang perlu dilakukan, antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Pengumpulan dan pengkajian data dan hasil studi yang telah ada
Investigasi geologi permukaan
Investigasi bawah permukaan
Uji in-situ geoteknik
Uji laboratorium
Pengolahan hasil investigasi

Jenis, metode dan tingkat akurasi investigasi geologi, harus dilakukan sesuai
dengan tahapan pelaksanaan. Pelaksana investigasi (investigator) harus
memiliki kemampuan: mengklasifikasi tanah dan batuan, memahami sifat
Teknik dan geologi berbagai bentuk rupa bumi (lands form) terbiasa dengan
metode-metode: sampling, logging, serta uji lapangan dan laboratorium
untuk bendungan.

l. Investigasi Geologi Permukaan


Peta dasar yang digunakan berupa foto udara atau peta topografi:
a. Peta wilayah dengan skala 1:50.000 sampai 1:100.000
b. Peta semi detil lapangan skala 1:10.000 sampai 1:25.000
c. Peta detil dengan skala 1:500 sampai 1:5.000
Data yang diperoleh dari investigasi ini harus mampu memberi informasi
mengenai: stratigrafi; struktur geologi; orientasi bidang diskontinyuitas
seperti struktur sesar; kekar; jurus; kemiringan lapisan; jenis dan sifat
batuan; hidrogeologi; daerah longsoran; lokasi sumber material timbunan
dan aggregate beton.
Peta geologi perlu disiapkan, pada lokasi-lokasi berikut:
a. Cekungan waduk dan daerah sekitarnya, dengan skala 1:500 - 1:5.000
b. Lokasi bendungan utama dan pelana, bangunan pelengkap, skala 1:500 1:1.000
c. Lokasi sumber galian, skala 1:500 - 1:1.000
4

d. Lokasi lain yang dianggap perlu

m.Investigasi Geologi Bawah Permukaan


n. a. Survai Seismik
Pada desain awal: survai seismic diperlukan untuk memperkirakan
kedalaman lapisan tanah dan batuan, lokasi rekahan, struktur sesar,
kondisi dan tingkat pelapukan batuan. Jalur survai, paling tidak dilakukan
pada: sepanjang tapak bendungan sejajar poros bendungan, palung
sungai, tumpuan kanan dan kiri, serta sepanjang bangunan pelimpah.
Pada desain rinci: survai seismic diperlukan untuk melengkapi data yang
diperoleh pada tahap desain awal.

o. b. Pemboran
Pemboran diperlukan untuk mengetahui secara langsung kondisi geologi
di calon lokasi bendungan, bangunan pelengkap dan sumber galian.
Pemboran dilakukan menggunakan "rotary core drilling" dengan diameter
mata bor > 56 mm. Kedalaman pemboran di lokasi bendungan pada
prinsipnya harus sampai menembus batuan dasar lebih dari 5 meter, atau
secara umum paling tidak 2/3 kali tinggi bendungan. Kedalaman yang
pasti ditetapkan berdasarkan hasil uji seismic dan geologi setempat.
Selama pemboran harus dilakukan berbagai uji, yang antara lain:
1. Uji penetrasi standar (SPT) pada setiap interval kedalaman 2 meter
atau setiap pergantian lapisan
2. Uji permeabilitas pada setiap interval kedalaman 1,5-3 meter. Metode
uji permeabilitas (uji packer bertekanan, atau open end test)
disesuaikan dengan karakteristik formasi.
Pada tahap desain awal: paling tidak diperlukan 2 lobang bor pada poros
bendungan masing-masing di tumpuan kanan dan kiri; 2 atau 3 lubang
bor di palung sungai kecuali bila terlihat adanya singkapan batuan segar
jumlah lobang bor dapat dikurangi; 1 lobang bor di bawah mercu
pelimpah, dan di tempat-tempat lain yang memeriukan. Bila lembah
sungai sempit dan diduga merupakan jalur struktur sesar, perlu dilakukan
pemboran miring pada sisi tebing sungai menembus formasi batuan di
bawah sungai.
Pada desain rinci: jumlah dan lokasi pemboran tergantung pada kondisi
geologi setempat, dengan mempertimbangkan titik-titik pemboran yang
telah dilaksanakan pada tahap desain awal. Secara umum lokasi
pemboran sama dengan jalur pemboran pada desain awal, namun Jarak
titik pemboran perlu dirapatkan dengan Jarak antara masing-masing titik
pemboran disarankan berkisar antara 20 sampai 30 m. Inti hasil
pemboran, harus disimpan dengan baik didalam peti kayu, disusun sesuai
kemajuan pemboran. Diskripsi sample inti pemboran harus dicatat dalam
kolom-kolom format laporan (log bor) yang antara lain memuat: nama
5

pelaksana, tanggal, elevasi, diskripsi, Satuan batuan, perolehan inti, RQD,


koefisien permeabilitas, SPT, air pembilas, dan lain-lain yang perlu.

p. c. Terowong uji
Metode ini disarankan untuk dilakukan bagi bendungan besar tinggi di
atas 30 meter, dimana kekuatan pondasi sangat penting untuk diketahui.
Terowong uji dibuat 1 atau 2 buah pada tumpuan kiri dan atau kanan
tergantung kondisi geologi setempat.

q. Uji In-situ Geoteknik


Ada dua faktor kekuatan penting yang harus diketahui pada batuan pondasi,
yaitu: kuat desak atau kuat tarik dan kuat geser. Uji kuat desak atau kuat
tarik dapat dilakukan di laboratorium terhadap sample inti pemboran dan
galian uji, namun evaluasi terhadap fondasi tidak dapat hanya berdasar pada
uji laboratorium Karena pengaruh dari retakan dan kelembaban alamiah
batuan tidak tercermin didalam hasil uji. Oleh Karena itu disamping uji
laboratorium juga perlu dilakukan uji insitu pada tanah batuan asli yang
langsung dilakukan pada lobang bor seperti yang telah diuraikan di atas, dan
atau pada galian uji. Jenis uji in-situ yang dilakukan pada terowong atau
sumuran uji antara lain:
a. Uji pembebanan/ uji deformasi
b. Uji in-situ geseran
c. Uji cepat rambat gelombang elastis
Disamping itu perlu dikaji ketahanan batuan terhadap proses pelapukan
(slaking) untuk mengetahui stabilitasnya jangka panjang.

r. Uji Laboratorium
Ujilaboratoriumdiperlukanuntuk:
a. Melakukan analisis sifat Teknik batuan (fragmen pembentuk batuan) dan
melengkapi data untuk mengklasifikasi batuan dengan membandingkan
sifat fisik dan sifat kimiawi fragmen batuan.
b. Mengetahui sifat Teknik batuan atau fragmen batuan Sebagai bahan
timbunan, agregat beton dan lain sebagainya serta untuk mengevaluasi
mutu bahan.
Sesuai jenis material yang diuji, pekerjaan uji laboratorium dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu uji laboratorium mekanika tanah
dan mekanika batuan seperti berikut:

s. a. Uji laboratorium mekanika tanah


Sample tanah yang akan diuji untuk investigasi pondasi adalah tanah asli.
Lingkup uji meliputi:

1. Sifat fisik, antara lain: berat spesifik (Gs), berat isi (yn), kadar air (Wn),
analisis butiran (m%), batas-batas Atterberg, hidrometer.
2 Sifat mekanik/ Teknik antara lain: uji geser langsung (CD), konsolidasi
(Cc, Cv, Es), uji triaksial: tak terdrainase dan terkonsolidasi
(consolidated undrained, CU), tak terdrainase dan tak terkonsolidasi
(unconsolidated undrained, UU), (consolidated drained, CD). Uji
permeabilitas, dan bila perlu uji Erodibility atau slake durability test.

t. b. Uji laboratorium mekanika batuan


1. Sifat fisik:
selalu: berat spesifik,
permeabilitas;

berat

satuan,

porositas,

serap

lembab,

seringkali: modulus elastisitas dinamis, nilai poison dinamis; stabilitas


terhadap pembasahan dan penyerapan air; besarnya pengembangan
(swelling) dan tekanan akibat perendaman, dll.

2. Sifat mekanik:
selalu: kuat tekan bebas (unconfined compressive strength), modulus
deformasi (elastis), nilai poison
seringkali: triaksial-konstanta kekuatan batuan (c, o), modulus
deformasi, nilai poison; geseran langsung kekuatan geser, konstanta
batuan: tegangan tarik Brasilian
bilaperlu: tegangan tarik satu dimensi; bengkokan; daya dukung
kekerasan (shore hardness); koefisien restitusi.

u. Investigasi Material
Investigasi ini dilakukan untuk mengetahui dan menentukan:
a. Kualitas material, yang mencakup klasifikasi teknis, sifat fisik, dan
mekanik, sekaligus menetapkan material yang memenuhi persyaratan
desain dan konstruksi.
b. Ketersediaan cadangan material yang memenuhi syarat.
c. Kondisi yang berkaitan dengan penggalian, lokasi sumber yang
mencakup jalan masuk, jarak, status, perlunya konservasi, dan lainlain.

v. Kegiatan investigasi yang perlu dilakukan:

investigasi geologi permukaan,

investigasi geologi bawah permukaan untuk mendapatkan data


mengenai: kualitas, jumlah, penyebaran, ketebalan endapan, jenis
sifat, derajat pelapukan, pola dan bidang diskontinyuitas.

Cadangan material yang tersedia harus lebih besar 2 sampai 3 kali volume
kebutuhan actual untuk konstruksi. Investigasi geologi permukaan,
membutuhkan peta dasar skala 1:500 sampai 1:1.000.
7

Investigasi bawah permukaan, diperlukan untuk mengetahui secara


langsung kondisi di bawah permukaan. Metode yang lazim: dengan
pemboran inti dan survai seismic untuk lokasi material batu; pemboran
auger mesin atau tangan serta puritan dan ata usumuran uji untuk lokasi
material tanah. Penempatan titik pemboran sebaiknya dengan sistim grid,
sedang lokasi dan jumlah puritan atau sumuran uji, ditetapkan berdasarkan
persyaratan jumlah sample yang harus dipenuhi. Kebutuhan minimal
mengenai jenisi nvestigasi dan uji material sesuai jenis materialnya,
diuraikan pada sub-bab 3.4.1 dan pada Tabel 3.1.

w. Material Kedap Air/ Tanah Lempungan


a. Tahap pemilihan lokasi sumber galian
1. sumuran uji setiap interval grid 150 200 m
2. uji fisik: 1 sample setiap 25.000 m3 material
3. uji dinamik: 1 sample setiap 50.000 m3 material
b. Tahap desain rinci
1. sumuran uji atau pemboran auger setiap interval grid 50 - 100
2. uj ifisik: 1 sample setiap 10.000 25.000 m3 material
3. uji dinamik: 1 sample setiap 50.000 m3 material

x. Material Semi Kedap Air/ Tanah Pasiran


a. Tahap pemilihan lokasi sumber galian
1. uji fisik: 12 sample
2. uji dinamik: 12sample
b. Tahap desain rinci
1. uji fisik: 12 sample, tergantung pada gradasi material

y. Material Lulus Air/ Batu


a. Tahap pemilihan lokasi sumber galian
1. Pemboran, dilakukan biia perlu
2. Uji batuan (kecuali uji geser) 10 sample tiap jenis
3. Uji gradasi, untuk material endapan sungai
b. Tahap desain rinci
1. pemboran untuk konfirmasi kualitas dan kuantitas, 1 lobang setiap
200.000 m3
2. Uji batuan: 5 sample tiap jenis
3. Uji geser: 5 sample tiap jenis
Tabel 3-1 Jenis Uji Material Bendungan Urugan

Material dan Tahap Studi

Material Semi
Kedap Air

Material
Lulus Air

Desain

Konstr

Desain

Konstr

Desai
n

Kons
tr

Berat spesifik

Kandungan

Analisis
butiran

Batas cair

Batas plastis

organik

Uji Lapangan

Dispersion

Lainlain

Pemadatan

Uji

air

Uji Sifat
Fisik

Material Kedap
Air

Kandungan

+
+

Indek konus

Permeabilitas

Konsolidasi

Geser/
triaksial B

Butiran

halus

Uji Sifat
Dinamis

Keterangan
Ukuran butiran
kurang dari
4,76mm 1)
Untuk material
lulus air, lunak,
batuan berbutir
halus yang
cenderung retak
dan slaky, harus
diambil
sampelnya 1)
1): sample
termasuk tanah
berbutir halus
yang diuji pada
kondisi yang tidak
kering

Bila mold/
cetakan yang
digunakan tidak
standar, ukuran
maksimum
butiran halus
kurang dari 1/5
dia meter dalam
mold, harus > 10
cm. Indeks
pemadatan harus
ditetapkan bila:
Md > 1 0,
dmax<Md/10Md>
10,
dmax<Md/10-5.

Lain-lain

Md = diameter
rmold. dmax =
ukuran butiran
maks yang
diijinkan
Berat spesifik
& daya serap
air kerikil

Kuat tekan

Stabilitas

Ketahanan
abrasi

Kadar
kelarutan total

Nilai PH

Lain-lain

Catatan :

Konstr=
Tahap konstruksi
O=harus dilakukan
+ =
dilakukan bila perlu
9

z. Studi Gempa
Syarat pokok desain bendungan tahan gempa adalah, harus mampu
memberi perlindungan kepada masyarakat dan harta benda dari ancaman
bahaya bendungan. Untuk memenuhi syarat pokok tersebut ada beberapa
hal yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan parameter gempa yang
digunakan dalam evaluasi keamanan bendungan, hal-hal sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Tingkat bahaya gempa (seismic hazard rating) di lokasi bendungan


Tingkat/ kelas resiko setelah bendungan dan waduk selesai dibangun
Tipe bendungan
Kebutuhan atau persyaratan yang terkait dengan fungsi bendungan
Konsekuensi atas perkiraan resiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi

Disamping
itu
untuk
penetapan
gempa
desain,
juga
harus
mempertimbangkan faktor-faktor seperti yang diuraikan pada butir3.5.1;
3.5.2 dan 3.5.3. Parameter gempa untuk desain bendungan dapat ditentukan
dengan menggunakan Peta Zona Gempa atau dengan melakukan studi
gempa tersendiri. Peta Zona Gempa tidak dapat digunakan bagi bendungan
tinggi dan sangat tinggi yang terletak di daerah yang memiliki kondisi
geologi khusus seperti kekar, retakan, sesar besar yang aktif, atau
bendungan yang terletak pada zona E dan F pada Peta Zona Gempa. Bagi
bendungan yang memiliki kondisi seperti tersebut, parameter gempa
desainya harus ditetapkan dengan melakukan studi gempa sendiri.

aa. Studi Sosial Ekonomi dan Lingkungan serta


Pemindahan Penduduk
Studi ini diperlukan untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif,
meningkatkan manfaat pembangunan bendungan, mencari masukan untuk
penyusunan planning bendungan, membuat perencanaan pemindahan
penduduk, menetapkan kelas bahaya bendungan yang definitif, penyusunan
Rencana Tindak Darurat dan lain sebagainya. Studi ini harus mencakup
daerah yang terkena Proyek dan daerah yang mendapat dampak negative
adanya proyek. Setelah pembangunan bendungan selesai dan dioperasikan,
hasil studi perlu dievaluasi ulang untuk menilai kembali dampak positif
maupun negatef yang timbul.
Tabel 5-2 Kondisi dan Kombinasi Beban serta Faktor Keamanan Minimum
No
Kondisi
.
1.

Selesai Pembangunan
tergantung:
1.Jadwal pembangunan
2. Hubungan antara
tekanan antara air pori
dan waktu
Lereng hulu dan hilir.

Kuat
Geser
1. Efektif

FK Tanpa
Gempa

FK
Dengan
Gempa

Peningkatan tekanan air pori


pada timbunan dan pondasi
dihitung menggunakan data
lab. Dan pengawasan
instrumen

1.30

1.20

Idem hanya tanpa


pengawasan instrumen

1.40

1.20

Hanya pada timbunan tanpa

1.30

1.20

Tekanan Air Pori

10

No
Kondisi
.

Kuat
Geser

Tekanan Air Pori

FK Tanpa
Gempa

FK
Dengan
Gempa

data lab dan dengan/ tanpa


pengawasan instrumen

2.

Dengangempa tanpa
kerusakan digunakan 50%
koefisien gempa desain

2. Total

Tanpa Instrumen

1.30

1.20

Rembesan tetap
tergantung:

1. Efektif

Dari analisis rembesan

1.50

1.20

1. Efektif

Surut cepat dan El. Muka air


Normal sampai El. Muka air
minimum.

1.30

1.10

1 Elevasi muka air normal


sebelah hulu
2 Elevasi hulu dan hilir
Dengan gempa tanpa
kerusakan digunakan 100%
koefisien gempa desain.
3.

Pengoperasian waduk
tergantung:
1 Elevasi muka air

Lereng hulu dan hilir

Maksimum di hulu
2 Elevasi muka air
minimum di hulu (dead
storage). Lereng hulu
harus dianalis untuk
kondisi surut cepat
4.

Luar biasa tergantung:


1 Pembuntuan pada
system drainase
2 Surut cepat karena
penggunaan air melebihi
kebutuhan.

1. Efektif

Surut cepat dan El. Muka air


maksimum sampai El. Muka
air minimum. Pengaruh
gempa diambi l0% dari koef.
Gempa desain.

1.30

Surut cepat dari El. Muka air


maksimum sampai El.
Terendah bangunan
pengeluaran. Pengaruh
gempa diabaikan.

1.20

3 Surut cepat pada kondisi


gawat darurat.

Keterangan:

bb.

Fk Faktor Keamanan
Al Elevasi

Hal-hal yang harus ada di dalam Kriteria Desain

Antara lain adalah:


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Data hidrologi dan meteorology


Data geologi dan geoteknik
Kriteria pemilihan tipe bendungan
Faktor gempa bumi
Kriteria material bendungan
Kemiringan hulu dan hilir
Lapisan-lapisan yang direncanakan.

cc.

Spesifikasi Teknik Bendungan Urugan

Di dalam spesifikasi teknik harus ada penjelasan antara lain tentang:


11

a. Desain, pengendalian dan pengawasan agar pelaksanaan bendungan


dapat dilaksanakan dengan baikdan aman.
b. Penggunaan material yang baik (gradasi butir, kebersihan, kekerasan
batuan dan lain-lain).
c. Untuk tanah lempung termasuk penjelasan tentang kadar air.
d. Pengendalian dan pengawasan terhadap pemadatan material dam
ketebalannya baik sebelum maupun sesudah pemadatan, serta jenis, tipe
dan kapasitas peralatannya termasuk trial embankment.
e. Upaya dari konsultan dan kontraktor di dalam menjaga mutu proyek
jaminan keamanan, ISO 9000, ISO 14000 atau ISO terbaru.
f. Metoda pelaksanaan dari kegiatan yang dominant untuk proyek termasuk
jadwal waktunya.
g. Sementasi.

12

Anda mungkin juga menyukai