Budaya Bali
Om Swastiastu, Om Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama
mohon maaf sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa
serta Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala menceriterakan
keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami terlepas dari kutuk dan neraka.
Home
ajaran dharma
Rahasia Kesuksesan
Klinik Jalasidhi
Produk Pasupati
Obat herbal
DONASI
Banten Caru Eka Sata dan Banten Caru Rsi Ghana Alit
CARU pada hakikatanya dipahami sebagai persembahan untuk Bhuta Kala. Upacara caru
dimaknai sebagai upacara untuk menjaga keharmonisan alam, manusia dan waktu.
Caru, dalam bahasa Jawa-Kuno (Kawi) artinya: korban (binatang), sedangkan Car dalam
bahasa Sanskrit artinya keseimbangan/ keharmonisan. Jika dirangkaikan, maka dapat diartikan:
Caru adalah korban (binatang) untuk memohon keseimbangan dan keharmonisan.
Keseimbangan/ keharmonisan yang dimaksud adalah terwujudnya Trihita Karana yakni
keseimbangan dan keharmonisan hubungan manusia dengan: Tuhan (parhyangan), sesama
manusia (pawongan), dan dengan alam semesta (palemahan).
Bila salah satu atau lebih unsur-unsur keseimbangan dan keharmonisan itu terganggu, misalnya:
pelanggaran dharma/ dosa, atau merusak parhyangan (gamia-gamana, salah timpal, mitra
ngalang, dll), perkelahian, huru-hara yang merusak pawongan, atau bencana alam, kebakaran dll
yang merusak palemahan, patut diadakan pecaruan.
Kenapa dalam pecaruan dikorbankan binatang? Binatang terutama adalah binatang peliharaan/
kesayangan manusia, karena pada mulanya, justru manusia yang dikorbankan.
Jadi kemudian berkembang bahwa manusia digantikan binatang peliharaan. Korban manusia
juga dilakukan oleh agama lain, ingat Yesus Kristus yang disalib, dan Islam juga menggunakan
korban bintang sapi/ kambing di kala Idul Adha.
Dapatkah binatang digantikan dengan simbol binatang terbuat dari tepung?
Pernah/ sering terjadi, misalnya eka dasa rudra di Besakih yang harus menggunakan
penyu dan badak, karena kedua binatang itu dilindungi, maka digantikan patung dari
tepung beras.
Untuk binatang lain yang masih mudah dicari: ayam, kambing, bebek, babi, banteng, dll.
masih digunakan hingga sekarang. Mungkin hal ini bisa dibicarakan oleh Paruman
Sulinggih.
Orang-orang Hindu yang arif bijaksana sudah lama menyampaikan bahwa dalam kehidupan ini,
ada suatu kekuasaan yang tak terpikirkan oleh manusia. Dalam ajaran Hindu, kekuasaan itu
disebut sebagai Asta Aiswarya, yakni delapan kemahakuasaan Tuhan.
Mencegah bencana alam tertentu dengan teknologi modern mungkin bisa dilakukan, misalnya
mencegah tanah longsor dan banjir dengan memelihara hutan, membersihkan alur sungai,
meninggikan tanggul, dll. Tetapi toh tidak bisa menghentikan hujan deras yang membuat air
meluap.
Mencegah kebakaran hutan mungkin bisa dengan berhati-hati atau tindakan prefentif lainnya.
Tetapi mencegah gempa bumi dan tsunami bagaimana ya caranya? Mencegah kilat bagaimana ya
caranya? Mencegah gunung meletus bagaimana ya caranya?
Ada satu ayat dalam Manawa Dharmasastra yang ingin saya kutipkan yaitu MawaDharma Sasra
Buku ke V pasal 39:
Yajnartham Pasawah Sristah Swamewa Sayambhawa Yajnasya Bhutyai Sarwasya Tasmadyajne
Wadhowadhah
Artinya:
Swayambhu (Tuhan) telah menciptakan hewan-hewan untuk tujuan upacara-upacara kurban.
Upacara-upacara kurban (caru) telah diatur sedemikian rupa untuk kebaikan seluruh bumi ini.
Dengan demikian penyembelihan hewan untuk upacara bukanlah penyembelihan dalam arti yang
lumrah saja.
Ayat ini berkaitan dengan pengertian caru untuk memenuhi perintah Tuhan, dan dalam upaya
pendekatan diri manusia kepada-Nya. Di Bali tradisi ini sudah berlangsung berabad-abad.
secara umum Caru Eka Sata, Sarana: Olahan ayam putih dengan bayang-bayangnya (blulang
--bahasa Bali-red) dialasi sengkuwi dibagi lima tanding. Disertai dengan datengan, daksina,
penyeneng dan canang (untuk semua jenis caru).
7. Canang tubungan: Canang ini bentuknya mirip canang genten tetapi beda porosannya
dibuat dari 5 lembar daun sirih (base), yaitu 4 lembar dan tiap tiap lembar dilipat dua
dan ditengahnya diisi kapur dan seiris pinang, diletakkan sedemikianrupa sehingga mirip
hurup X, lalu ditengahnya diikat dengan selembar sirih yang berbentuk kojong. Porosan
ini juga disebut base tubungan. Didalam upacara upacara tertentu terutama untuk
persembahan (nyumbah) untuk sang pitara, dewata/dewati, sirih tersebut dibiarkan
lunggahan, sehingga dalam proses ini disebut canang tubungan merampe. Perlu kiranya
disini dijelaskan apabila canang tubungan merampe ini disusunkan diatas canang genten,
maka proses ini disebut canang pucang cangurip, biasanya dapat dipergunakan dalam
upacara pawintenan oleh sulinggih pada waktu napak dan mapewisikan jro mangku.
Tebasan Pemyak kala
Sebagai alasnya kulit sayut, berisikan nasi gibungan (diambil dr ujung kukusan) di belah dengan
2 lembar daun pandan berduri yg panjangnya kira-kira 1 jengkal sehingga berbentuk tampak dara
(+), kwangen dan ulam isin jeron atau isin tukad yang warnanya disesuaikan dengan warna
pangider-ider.
Tebasan Panca kelud
alas tempeh, diatasnya disusun dengan kulit sayut 5 buah yang masing masing diisi tumpeng
berwarna sesuai dengan arah mata angin, maulam ikan nyalyan, lele, udang, yuyu dan telur
bekasem atau terasi mentah. Diisi raka raka, saet limang (ilalang), daun dapdap, padang lepas
yang semuanya di ikat dengan benang. Coblong dengan air-nya, jahitan padma, sampian naga
sari 4 buah ditaruh di empat arah mata angin, ditengah diisi terag - penyeneng, dan bungkak
nyuh gading.
Pemali Caru
nasi tompel dan tulung beralaskan kulit sayut dan sampian nagasari 2 buah, peras tumpeng
beralaskan tamas / kitak-kituk dengan penyeneng, sayut dengan nasi iseran, dan sampian.
Pengambean ( tumpeng 5)
Sebuah nare yang berisikan 3 buah taledan dan 2 buah peras.
taledan yang diisi dengan kulit peras, penek 2, nasi gempel 2,
sebuah taledan berisikan tumpeng 3, tipat, tulung, bantal pengambeyan
dan tupeng 2 yang juga beralaskan taledan di isi raka-raka
penek 4 ysng beralaskan kulit sayut,
nasi gempel 1 beralaskan sebuah kulit sayut.
Prayascita
kulit sayut, di tengah tengah ditaruh sebuah siwer yang diatasnya diisi tanceb cerawis,
dikelilingi dengan: penek 5 yang masing2 ditancapkan daun dapdap, tulung 5, kwangen 5, tipat
sari 5 dan sebuah sampian nagasari.
Sebuah Santun, dan sebuah daksina alit,
peras suci:
beralaskan tamas, yang berisikan tangkih yang masing masing berisikan: 5 macam sayur
/lampad (nangka, gedang, buah kacang, daun jepun, klongkang), kacang2, telur, Gerang (ikan
teri), pelas, terong. Nasi sucinya: penek 4 berisikan nasi dan telur 1 butir
tatakan klabang 9 (sengkui butha matra), katur majeng sang ngawe urip, nawasanga.
Lawar (barak, putih, jukut) + lembat + asem + calon = 33 tanding
bahan lawar
Lawar Barak: seoerti lawar biasa untuk dikonsumsi yang sudah sering dibuat dibali,
dimana komposisi lawar ini adalah daging dari ayam caru ini dicampur darah dengan
sedikit sambal, terasi goreng, garam dan merica, dicampur nangka dan kelapa yang
sudah dirajang halus, terakhir masukan bawang merah serta bawang putih goreng.
Lawar Putih: komposisinya sama seperti lawar barak, hanya saja tanpa darah.
Lawar Gadang atau Jangan (jukut), komposisinya hampir sama dengan lawar putih,
tapi ditambah sedikit sayur (biasanya digukan daun belimbing) dan dicampur kalas
(santan + daging+bumbung rajang gede, kemudian direbus) dan sedikit gula aren.
Sate lembat: merupakan sate lilit biasa, cara membuatnya: daging /tulang leher dan dada
ayam di cincang kemudian ditumbuk sampai tulangnya menjadi lembut. kemudian
daging tersebut dicampur gula aren, aduk sampai dagingnya benar-benar lengket dan
menyatu, ditambah terasi dan sedikit garam, setelah itu masukkan kelapa parut diaduk
sampai merata, setelah itu baru masukkan sambal rajang gede yang masih mentah. setelah
jadi lilit seperti membuat sate biasa.
Sate Calon, merupakan sejenis sate yang terbuat dari pisang yang ditusuk dengan batang
sate, kemudian dilumuri tepung terigu yang sudah dicampur sedikit air. atau bisa juga
menggunakan cara kedua, yaitu: pisang dan jajan bali (jaje uli) ditumbuk sampai merata
dan halus, kemudian diaduk dengan sedikit base rajang (sambal rajang gede) kemudian di
pepes. setelah pepesnya setengah mateng baru dililitkan dibatang satenya yang terbuat
dari pelepah daun kelapa.
Sate Asem, merupakan sate tusuk bisa yang bahannya bisa diambil dari jeroan ayam
carunya.
ajengan caru
buat ajengan caru seperti gambar diatas sebanyak 33 buah, kemdian taruh diatas kelabang /
Sengkui Butha Matra yang sudah siap, sehingga terlihat seperti gambar berukut ini:
untuk bagian tengah diawali dengan menaruh kelabang urip 7 diatas ulam caru dasar seperti yang
sudah dipaparkan diatas. berikut contohnya:
dibawah sengkui Prana Matra diisi kembali dengan ulam caru sebanyak 33 tanding seperti diatas,
tapi tanpa sate calon dan sate asem, seperti gambar berikut:
Balung Gending
Sebagai sekat antara ulam caru bagian tengah dan atas, digunakan kelabang urip 5 atau sengkui
Pradnya Matra yang merupakan simbol arah mata angin atau ider bhuana. berikut contoh
gambarnya:
ulam caru
diatasnya taruh layang- layang (blulang ayam), seperti berikut
demikian sekilas tentang Banten Caru Eka Sata dan Caru Rsi Ghana Alit, semoga bermanfaat.
Diposkan oleh budi SRYAM pasupati
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Banten Caru Eka Sata, Banten Caru Rsi Ghana Alit, Banten Durmanggala, Bhuta Kala,
Caru Eka Sata, Caru Rsi Ghana, Pemali caru, Tebasan Panca kelud, Tebasan Pemyak kala, Ulam
Caru Eka Sata
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Translate
Powered by
produk Mitra
Sponsor
Translate
BPD Bali
No. 018.02.02.05497-1
Terima kasih kami ucapkan atas perhatian dan partisipasinya, semoga tuhan selalu memberkahi kita
Kesehatan, Kebahagiaan serta Rejeki yang berlimpah.
PENGOBATAN GRATIS
KLINIK JALASIDHI
Pengobatan & terapi GRATIS (sukarela)
TERAPI KESEHATAN
(usadha): membantu menyembuhkan penyakit medis dan non-medis.
TERAPI BISNIS
(sridhana): yang memiliki usaha/bisnis akan dibantu secara spiritual untuk bisa meningkatkan
omset/rejeki.
TERAPI OTAK
(pradnya): untuk anak anak agar menambah kepintaran dalam belajar
TERAPI KECANTIKAN
(Padma Negara): untuk mengeluarkan cahaya kecantikan dr dalam diri, membersihkan aura serta
memancarkan karisma.
KONSULTASI
ramal / tenung / nujum / teropong
baik untuk Jodoh, Rejeki, Keharmonisan rumah tangga, Pekarangan, Kehilangan barang dll.
SETIAP HARI
Jam: 18.00 - 21.00 wita
Bagi masyarakat yang tertarik dipersilahkan hadir, karena kesemua acara tersebut diatas
GRATIS tanpa dipungut biaya
sryam.org
Produk Pasupati Klinik Jala siddhi - Produk Pasupati Klinik Jalasiddhi Klinik jala sidhi
merupakan wadah tempat praktek para murid yang belajar usadha di yayasan taman bukit
pengajaran, serta ...
2 bulan yang lalu
tata cara belajar ilmu leak bali - tata cara belajar ilmu leak bali [image: tata cara ilmu
leak]salah satu aplikasi ilmu leak secara umun saya sudah menuliskan bagaimana *cara
belajar ngeleak....
6 bulan yang lalu
About Me
Kalender Bali
Desember 2014, aka
1936
Minggu 30 7
14
21
28
Senin
15
22 29
Selasa
9 (16) 23 30
Rabu
3 10 (17) 24 31
Kamis
4 11 (18) 25
Jumat
5 12 19
Sabtu
6 13 20 (27) 3
26
Blog Archive
2014 (132)
2013 (107)
2012 (315)
o
Desember (75)
10
Des 29 (9)
Des 26 (4)
Des 25 (4)
Des 21 (1)
Des 16 (13)
Des 15 (11)
Des 14 (5)
Des 13 (1)
Des 09 (2)
Des 03 (17)
Des 01 (6)
November (15)
Oktober (7)
September (50)
Agustus (69)
Juli (86)
Juni (13)
2011 (3)
2010 (237)
Popular Posts
Des 30 (2)
Ilmu pelet pengasih atau ilmu guna guna Bila cinta ditolak, pengasih dan ilmu guna-guna
bertindak!!! Om swastyastu Om a no bhadrah kra...
Feedjit
BlogUpp!
Pengikut
AdChoices