Anda di halaman 1dari 7

UPAKARA CARU

Ida Pandita Dukuh Celagi UPAKARA CARU Upakara Caru adalah salah satu dari
bagian upakara Bhuta Yadnya sebagai salah satu sarana untuk melaksanakan
Sradha dan Bhakti umat Hindu khususnya umat Hindu di Bali. Upakara Caru
memiliki beberapa makna dan fungsi yaitu : 1. Upakara Caru sebagai sarana untuk
menetralisir kekuatan-kekuatan alam yang bersifat buruk yang dapat
menghilangkan keseimbangan hidup antara manusia dengan alam disekitarnya
sehingga muncul dimuka bumi bermacam-macam kejadian yang dapat
menyengsarakan kehidupan manusia. 2. Upakara Caru sebagai sarana bahasa
pengantar dari atmanastuti Umat Hindu di Bali sehingga umat Hindu di Bali dapat
terhindar dari katagori Kafir, (sebagai simbul Bahasa Weda). 3. Upakara Caru
sebagai sarana penyucian pada Tri Bhuwana ini sehingga proses ekosistem alam
ini dapat lestari, seimbang dan berkesinambungan. 4. Upakara Caru sebagai sarana
penyupatan terhadap makhluk-makhluk lain, agar makhluk yang disupat dapat
meningkatkan kwalitas hidupnya pada kehidupannya dimasa mendatang. 5.
Upakara Caru sebagai sarana peleburan dosa-dosa umatnya, karena mendapat
kesempatan untuk berbuat kebajikan melalui berkorban suci. 6. Upakara Caru
adalah sebagai sarana untuk memohon restu kehadapan Sang Hyang Widhi atas
apa yang dimakan oleh umatnya adalah atas ciptaan Beliau. Demikianlah beberapa
fungsi dari pelaksanaan upacara pecaruan bagi umat Hindu khususnya umat Hindu
di Bali. Pembuatan upakara Caru ini adalah berdasarkan atas konsep "Tri Matra"
yaitu : 1. Bhuta Matra ; Yang dimaksud dengan Bhuta Matra adalah melaksanan
proses keharmonisan dialam semesta ini salah satunya melalui pelaksanaan
upacara pecaruan. 2. Prana Matra ; Prana Matra adalah melaksanakan proses
keharmonisan pada Alam Prana (embang) salah satunya melalui pelaksanaan
upacara pecaruan. 3. Pradnya Matra ; Yang dimaksudkan dengan Pradnya Matra
adalah melaksanaka proses keharmonisan pada Alam Luar Angkasa (langit) salah
satunya melalui pelaksanan Upacara pecaruan (Lontar Aji Somya Mandhala).
Dengan demikian maka alas dari olah-olahan carunya adalah memakai Sengkwi
dengan anyaman (ulatan) daun kelapa tua (selepan) pelepahnya 9 helai sebagai
simbul Bhuta Matra, dan letaknya pada upakara caru tersusun dari bawah setelah
pengerekan nasinya, dengan sebutan dalam tetandingan disebut "Pajegan", berisi
tetandingan lawarnya sebagai berikut: 1. Lawar merahnya diletakkan pada bagian
kanan dari yang metanding, adalah sebagai simbul kekuatan "Kala". 2. Lawar hijau
(gadang) diletakkan pada bagian kirinya adalah sebagai simbul kekuatan Bhuta". 3.
Lawar berwarna putih diletakkan diatas antara lawar merah dengan hijau, adalah
sebagai simbul kekuatan "Durga". Tetandingan yang diatas adalah tetandingan
yang disebut "Tri Kona" (memakai sarana binatang ayam). Perhitungan sate
pajegannya adalah sebagai berikut : Memakai 3 jenis sate yaitu, sate lembat
sebagai simbul Kala, sate Galon sebagai simbul Bhuta dan sate serapah sebagai
simbul Durga, dengan perhitungannya : Tiga jenis sate tadi diikat dijadikan satu,
menjadi satu pesel, dan banyak pesel yang dibuat tergantung dari uripnya (sate
pajegan). Kemudian membuat tetandingan yang kedua berada diatas tetandingan
pajegan, yang disebut tetandingan "Bayuhan", dengan tetandingannya dialas
dengan sebuah sengkuwi dengan ulatan 7 helai sebagai simbul Prana Matra.
Tetandingan lawarnya dengan warna dan posisi tempatnya sama dengan
tetandingan pada pajegan hanya satenya satu jenis saja (sate lembat) yang
jumlahnya tergantung uripnya. Selanjutnya diatas tetandingan bayuhan tersebut
dibuat tetandingan lagi yang disebut tetandingan "Ketengan", mengenai alasnya
memakai sengkuwi juga namun dengan ulatan, 5 helai sebagai simbul Pradnya
Matra. dengan tetandingan lawarnya sama seperti diatas hanya memakai sate satu
jenis (sate lembat) dan hanya 1 katih saja. Kemudian diatas tetandingan ketengan
ini ditutupkan kubangannya (Belulangnya). Demikian cara merangkai olah-olahan
caru dengan sarana unggas, ayam, segala betuk caru ayam. CARA MERANGKAI
BANTEN CARU Dibawah ini diberikan contoh cara merangkai banten caru Ayam
Brumbun. Kenapa kami memberikan contoh cara merangkai banten caru ayam
brumbun?. Karena caru ini merupakan inti dari banten Caru dan dari Caru Ayam
Brumbun ini berkembang menjadi caru-caru yang lainnya seperti caru Panca Sata.
Panca Musika, dan lain-lainnya. Tetandingannya adalah sebagai berikut : 1.
Pertama kali ambil sebuah ngiyu, kemudian didalam ngiyu tersebut diisi 5 buah
taledan dengan posisi tempatnya, dibagian timur satu, dibagian selatan satu,
dibagian barat ditaruh satu, dibagian utara ditaruh satu, di tengah-tengahnya satu.
Selanjutnya pada masing-masing Taledan tersebut diisi raka-raka (pisang, tebu,
jajan, porosan silih asih) yang diletakkan dibagian hulunya (pada ujung taledan
yang menghadap keluar) serta diisi rerasmen dengan tempatnya kojong rangkat,
yang letak rerasmenya sebagai berikut : * Sambal dan garam diletakkan pada
kojong kanan. * Ikan-ikan, telur diletakkan pada kojong tengah * Saur, kacang,
mentimun, dan terong diletakkan pada kojong kiri Setelah semua berisi rerasmen
barulah mulai mengatur untuk mengisi untek (tumpeng kecil) dengan aturan
sebagai berikut : 2. Pada taledan yang berada dibagian timur, diisi nasi untek
berwana putih sebanyak 5 buah untek, dan memakai satu sampian pusung. 3. Pada
taledan yang berada dibagian selatan, diisi nasi untek berwarna merah, sebanyak 9
buah untek, memakai satu sampain pusung. 4. Pada taledan yang dibagian barat,
diisi nasi untek berwarna kuning sebanyak 7 buah untek, memakai satu sampian
pusung. 5. Pada taledan yang berada dibagian utara, diisi nasi untek berwarna
hitam sebanyak 4 buah untek, memakai sampain pusung juga. 6. Pada taledan yang
berada ditengah, diisi untek berwarna brumbun sebanyak 8 buah untek berisi
sampian pusung. 7. Kemudian membuat nasi pengerekan berwarna brumbun
beibentuk menyerupai wujud ayam, dialas dengan daun telujungan pisang udang
sabha (muncuk daun pisang) dan diatas nasi pengerekan itu disusunkan 8 buah
kwangen, kemudian nasi pengerekan tersebut ditumpukan pada taledan yang berisi
untek brumbun yang letaknya di tengah. 8. Selanjutnya diatas nasi pengerekan
tersebut disusunkan olah-olahan ayam brumbun yang sudah lengkap dengan
belulangnya. 9. Selanjutnya diatas olahan itu ditumpuk dengan segehan sasah
brumbun, kacang saur, sebanyak 8 celemik dialas dengan sebuah taledan. 10.
Diatas segehannya ditumpuk sebuah taledan lagi sebagai tempat keben-kebenan
yang berjumlah 8 buah (sesuai dengan urip Caru) dengan setiap kebennya diisi nasi
berumbun, kacang saur, serta diatas keben-kebennya ditumpukkan dengan Cawu
berisi nasi berumbun kacang saur berjumlah 8 buah. 11. Selanjutnya paling atas
ditumpukkan dengan banten gelar sanga dengan tetandingannya sebagai berikut : -
Dialas dengan sebuah taledan, serta pada hulu taledannya diisi raka-raka, porosan,
sampian plaus. - Pada tengah-tengah taledannya diisi sarana (eteh-eteh daksina),
kecuali telur dan kelapa (beras, porosan, wang kepeng, satu kepeng tingkih, pangi,
pepeselan, dan gegantusan). - Diluar eteh-eteh ini, diletakkan celemik sebanyak 9
buah dengan posisi tempatnya melingkar (sesuai dengan'pengideran) dengan setiap
celemik berisi nasi brumbun, kacang saur, dan sate gelar sanga lebeng asibak
dengan posisi letaknya tangkainya ke tengah, lalu diatasnya disusunkan canang
sari. Posisi letak satenya, juga mengarah kesegala penjuru sesuai dengan
pengideran, dan tangkai satenya menghadap kedalam. Selanjutnya paling atas diisi
sebuah canang sari, dan gelar sanga tersebut ditaruh pada susunan caru paling atas.
Dengan demikian selesailah sudah merangkai banten Caru Ayam Brumbun. CARA
MENATANYA a. Pertama-tama yang dilakukan adalah menata Banten Ayaban
carunya yang letaknya lebih tinggi dari tempat penataan caru. b. Kemudian menata
Banten Carunya sebagai berikut : * Pertama-tama menancapkan Sanggah Cucuk
terlebih dahulu karena Sanggahnya yang menjadi pedoman hulu. Pada sanggahnya
digantungkan lamak sampain, dan sepasang sujang yang berisi arak dan berem. *
Pada Sanggahnya diisi banten Soda. * Kemudian dibawahnya (ditanah) diletakan
seperangkat banten pejati, banten suci alit asoroh, yang menjadi hulu banten Caru
tersebut. * Selanjutnya pada samping kanan dari caru diletakan seperangkat banten
pengulapan, beserta alat bunyi-bunyian (Prakpak, sapu, tulud, kukul). Demikianlah
cara menata upakara caru pada saat melaksanakan upacara pecaruan baik dalam
proporsi besar, sedang dan kecil. PETUNJUK Dibawah ini kami memberikan
beberapa petunjuk bagi umat yang senang menekuni tentang pembuatan upakara,
khususnya pada upakara Caru, apabila berkeinginan merangkai upakara Caru yang
memiliki proporsi yang lebih besar seperti upakara Caru Panca Sata, atau upakara
caru Panca Musika ikutilah ketentuan sebagai berikut : Apabila umat akan
merangkai upakara Caru Panca Sata, kembali melihat pada banten caru ayam
berumbun diambil taledannya yang berisi untek yang wama putihnya dikeluarkan
dari ngiyu, kemudian diletakkan dibagian timur, selanjutnya dibuatkan nasi
pengerekan putih berbentuk menyerupai ayam putih, dan diatas pengerekannya
diisi kwangen 5 buah dan pengerekan itu ditumpukan diatas nasi unteknya tadi.
Selanjutnya diatas nasi pengerekan tersebut disusunkan dengan olah-olahan ayarn
putih, tulus, dan diatas olahan tersebut disusunkan sebuah taledan lagi berisi
segehan sasah putih sebanyak 5 buah, serta diatas segehan disusunkan sebuah
taledan berisi keben-kebenan yang berisi nasi putih kacang saur, sebanyak 5 buah
dan diatas kebennya disusunkan cawu juga berisi nasi putih, kacang saur sebanyak
5 buah, dan kemudian paling atas disusunkan dengan gelar sanga yang wama
nasinya juga putih lengkap dengan sate, demikian selanjutnya pada caru lainnya.
MEMBUAT OLAHAN CARU DENGAN UNGGAS (ITIK/ANGSA) Pembuatan
olahan caru dengan unggas itik, selalu berdasarkan ketentuan Tri Matra, sedangkan
perhitungan tentang macam olahan dan satenya dalam perhitungan Catur Jadma,
yaitu olahan 4 (empat) macam, yaitu : 1. Olahan warna putih (soger) sebagai
simbul Durga, 2. Olahan warna merah (lawar) sebagai simbul Kala, 3. Olahan
warna kuning (penyon) sebagai simbul Paisaca, 4. Olahan gadang (daun-dauan)
disebut gegode sebagai simbul Bhuta. Sedangkan macam satenya juga 4 (empat)
macam, yaitu : 1. Sate lembat sebagai simbul kekuatan Durga, 2. Sate Galon
sebagai simbul kekuatan Bhuta, 3. Sate Serapah sebagai simbul kekuatan Kala 4.
Sate Asem sebagai simbul kekuatan Paisaca. CARA MERANGKAI 1. Olahan
Pajegan a. Olahannya : Dialas dengan sebuah sengkui dengan ulatari 9 (sembilan)
helai, diatasnya diisi olahan dengan posisi tempat sebagai berikut : a. Olahan
warna putih (soger) diletakkan pada posisi kanan atas b. Olahan warna merah
(lawar) diletakkan pada posisi kanan bawah c. Olahan gadang (gegode) diletakkan
pada posisi kiri atas d. Olahan kuning (penyon) diletakkan pada posisi kiri bawah
Melihat dari posisi tersebut, dapat memberikan gambaran sebagai bentuk swastika,
sebagai kekuatan penyomia (kekuatan Mudra) b. Perhitungan satenya : Sate 4
(empat) macam itu, diikat dijadikan satu ikatan, kemudian banyak ikatannya
tergantung uripnya, seperti contoh, caru itik belang kalung yang letaknya ditengah
memiliki perhitungan urip pengideran yaitu urip 33, dengan demikian tetandingan
pajegannya adalah sebagai berikut : Setelah sengkui berisi olah-olahan dengan
posisi seperti tersebut diatas, maka diisi satenya sebanyak 33 ikat. 2. Olahan
Bayuhan Mengenai tetandingan bayuhannya, memakai alasnya sebuah sengkui
dengan ulatan 7 helai, dengan macam dan posisi tempat olahanriya sama, tetapi
memakai satenya hanya satu macam sate macam saja (sate lembat) dan jumlahnya
tetap perhitungan urip 33, sehingga diisi satenya sejumlah 33 katih. 3. Olahan
Ketengan Mengenai tetandingan ketengannya, juga/alasnya memakai sebuah
sengkui dengan ulatan 5 helai daun kelapa tua diisi olahan yang macam dan posisi
tempatnya sama, dan berisi sate 3 katih (sate lembat). Kemudian diatas tetandingan
ketengan inilah belulangnya di tutupkan dan selanjutnya dirangkai dengan ethika
olahan pajegannya paling dibawah, kemudian diatas itu baru olahan bayuhan, dan
yang paling atas adalah olahan ketengan dengan belulangnya. MEMBUAT
OLAHAN CARU BINATANG (CATUR PADA) Cara membuat olahannya, selalu
mengikuti aturan Tri Matra, namun rnembuat olahan adalah lima macam olahan
yang disebut Panca Kona, yaitu: 1. Olahan warna putih (soger) sebagai simbul
kekuatan Durga 2. Olahan warna merah (lawar) sebagai simbul kekuatan Kala 3.
Olahan warna kuning (penyon) sebagai simbul kekuatan Paisaca 4. Olahan warna
gadang (gegode) sebagi simbu) kekuatan Bhuta 5. Olahan wama campuran
(prembon) sebagai simbul kekuatan Raksasa Sedangkan pembuatan satenya juga
sama yakni 5 (lima) macam sebagai berikut: 1. Sate lembat sebagai simbul
kekuatan Durga 2. Sate Calon sebagai simbul kekuatan Bhuta 3. Sate Serapah
sebagai simbul kekuatan Kala 4. Sate Asem sebagai simbul kekuatan Paisaca 5.
Sate Kablet sebagaia simbul kekuatan Raksasa CARA MERANGKAI : 1. Olahan
Pajegan Dialas dengan sebuah sengkui dengan ulatan 9 helai daun. kelapa tua
(selepan) diatasnya diisi olahan dengan posisi sebagaia berikut ; 1. Olahan warna
putih (soger) diletakkan pada posisi kanan atas 2. Olahan warna merah (lawar)
diletakkan pada posisi kanan bawah 3. Olahan warna gadang (gegode) diletakkan
pada posisi kiri atas 4. Olahan warna kuning (penyon) diletakkan pada posisi kiri
bawah 5. Olahan warna campuran (prembon) diletakkan pada posisi di tengah-
tengah a. Perhitungan jumlah sate pajegan Jumlah satenya sama seperti diatas,
hanya disini memakai sate lima macam diikat dijadikan satu ikatan, sebagai contoh
caru binatang kambing memiliki urip 77, maka sate pajegamrya berjumlah 77
pesel, dengan olahan seperti yang dijelaskan di atas. b. Perhitungan sate bayuhan
Dengan olahan yang sama, dan memakai sate satu macam (sate lembat) dengan
jumlah 77 katih. c. Perhitungan sate ketengan Dengan olahan sama, dan memakai
sate satu macam, juga dengan jumlah satenya 77 katih kemudian ditutupkan
dengan belulangnya. CATATAN 1. Mengenai pengolahan caru yang sangat
penting diperhatikan adalah sebagai berikut : a. Urip dan arah dari caru b. Jenis
binatang yang dipakai caru, apakah itu ayam, itik, binatang berkaki empat (catur
pada) c. Memperhatikan tentang perhitungan tri matranya diantaranya : - Tri Kona
- Catur Jadma Panca Kona Berpegangan dengan ketentuan Tri Matra ini maka,
perhitungan jumlah sate dan olahannya tergantung dari urip dan arah peletakan
carunya. Demikianlah yang dapat kami sampaikan tentang pembuatan olahan caru
berdasarkan petunjuk sastra-sastra agama Hindu yang ada di Bali, dengan harapan
agar dapat dipakai pedoman dimasa-masa mendatang. 2. Untuk wewalungan suku
pat (kaki empat) disamping sate yang sudah disebutkan diatas ditambah lagi
sebuah rangkaian caru sebagai puncaknya yang disebut sate Asta Baya yang terdiri
dari : 1. Sate Akasa 2. Sate Pertiwi 3. Sate Watang 4. Sate Lembat 5. Sate Asem 6.
Sate Japit 7. Sate Gunting 8. Sate Kuwung Sate ini melambangkan delapan (8)
kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi sebagai manisfestasi penguasa Asta Loka
Pala. TETANDINGAN CARU EKA SATA : Pada umumnya tetandingan Caru
Eka Sata dilengkapi dengan hal2-hal sebagai berikut : Sebagai dasarnya digunakan
nyiru, yang diatasnya diisi taledan, raka-raka selengkapnya. Nasi 5 ceper, masing-
masing berisi sekebis raka-raka. Dengan sampyan plaus bunder yang masing-
masing berisi : - 1 ceper berisi 5 tumpeng putih dengan 5 buah porosan diikat
benang putih. - 1 ceper berisi 9 tumpeng merah dengan 9 porosan diikat benang
merah. - 1 ceper berisi 7 tumpeng kuning dengan 7 buah porosan diikat benang
kuning. - 1 ceper berisi 4 tumpeng selem dengan 4 buah porosan diikat benang
selem. - 1 ceper berisi 8 tumpeng brumbun dengan 8 buah porosan diikat benang 4
warna. Dua sampyan pusung yang dijahitkan sampyan gantung-gantungan,
diatasnya diisi raka-raka, sasedep dengan warna tersebut diatas. Benang dan
berasnya putih. Penyeneng teenan padma dan coblong. Daksina dengan anaman
kelanan. Sengkwi maikuh mekampid lelima. Berisi ebat2ebatan dengan jumlah
satenya sebanyak 33 katih. Satu tanding pebresihan payasan, satu soroh tulung
sayut. Diatas sengkwi diletakkan belulang ayam brumbun, diberi 4 potong kain
warna putih, merah, kuning dan hitam. Selanjutnya 5 buah kwangen ditusuk, 5
buah canang antuk kwangen, 1 tanding canang untuk daksina, 1 tanding canang
untuk tipat, 1 tanding canang diatas raka-raka. Jadi perlu 8 buah canang. Nasi lis
dan 1 pajeg lis amu-amuan. 1 sange urip. Didalam pelaksanaannya, caru ini
tidaklah berdiri sendiri. Bila ingin membuat upacara atau upakara caru eka sata
atau caru siap brumbun, maka caru ini mempunyai banten eedan lagi sebagai
berikut : - 1 soroh suci. - 1 soroh gelar sanga. - 2 soroh sesayut pengambian. - 1
soroh byakala. - 1 soroh durmangala. - 1 soroh pangulapan. - 1 soroh prayascita. -
Tetimpug. - Sanggah cucuk. - Segehan. - Tetabuhan arak brem. TETANDINGAN
CARU MANCA SATA : AYAM PUTIH : - Sengkwi 5 ulatan, dibangun hulu
ditempatkan suci pras daksina, selanjutnya diatas sengkwi ditata diisi dengan
karangan kawisan, bayuhan 5 tanding dan nasi tumpeng putih sepuluh bungkul (5
dandan), ketengan berisi 5 tangkih ajengan sasah putih lengkap dengan lauknya.
Segehan cacahan 5 tanding, cau dandan 5 biji bergandengan menjadi satu berisikan
nasi putih lengkap dengan lauknya, takep-takepan 5 biji, tumpeng putih 5 biji
lengkap dengan ruintutannya, klatkat berisi don tlunjungan berisikan laying-layang
ayam putih tulus, kain warna putih, kwangen 1 biji dengan sesari 5 keteng,
dibagian sisi caru tersebut dilengkapi dengan banten pangulapan, pengambean,
sorohan sesayut, ajuman, tipat kelanan, sangga urip, penyeneng. CARU AYAM
BIYING : - Sengkwi 9 ulatan dibagian hulu ditempatkan banten suci, pras,
daksina. Pada bagian atas sengkwi ditempatkan karangan kawisan, bayuhan 9
tanding, nasi tumpeng barak 9 dandan (18 biji), ketengan berisikan 9 ajengan sasah
merah dan lauknya, segehan cacahan barak 9 tanding, cau dandan 9 biji
bergandengan menjadi satu berisikan nasi merah lengkap dengan kelengkapannya,
tulung sangkur 9 biji berisikan nasi barak dan lauknya, takep-takepan 9 biji,
tumpeng barak 9 biji lengkap dengan kelengkapannya, klatkat berisikan don
tlunjungan berisikan layang-layang ayam biying, kwangen dengan sesari 9 keteng,
disisinya caru diletakkan banten pengulapan, pengambean, sorohan sesayut,
ajuman, tipat kelanan, sangga urip, penyeneng. CARU AYAM PUTIH
SYUNGAN : - Sengkwi 7 ulatan dibagian hulu ditempatkan banten suci, pras,
daksina. Pada bagian atas sengkwi ditempatkan karangan kawisan, bayuhan 7
tanding, nasi tumpeng kuning 7 dandan (14 biji), ketengan berisikan 7 ajengan
sasah kuning dan lauknya, segehan cacahan kuning 7 tanding, cau dandan 7 biji
bergandengan menjadi satu berisikan nasi kuning lengkap dengan kelengkapannya,
tulung sangkur 7 biji berisikan nasi kuning dan lauknya, takep-takepan 7 biji,
tumpeng kuning 7 biji lengkap dengan kelengkapannya, klatkat berisikan don
tlunjungan berisikan layang-layang ayam putih syungan, kwangen dengan sesari 7
keteng, disisinya caru diletakkan banten pengulapan, pengambean, sorohan
sesayut, ajuman, tipat kelanan, sangga urip, penyeneng. CARU AYAM HITAM : -
Sengkwi 4 ulatan dibagian hulu ditempatkan banten suci, pras, daksina. Pada
bagian atas sengkwi ditempatkan karangan kawisan, bayuhan 4 tanding, nasi
tumpeng hitam 4 dandan (8 biji), ketengan berisikan 4 ajengan sasah hitam dan
lauknya, segehan cacahan hitam 4 tanding, cau dandan 4 biji bergandengan
menjadi satu berisikan nasi hitam lengkap dengan kelengkapannya, tulung sangkur
4 biji berisikan nasi hitam dan lauknya, takep-takepan 4 biji, tumpeng hitam 4 biji
lengkap dengan kelengkapannya, klatkat berisikan don tlunjungan berisikan
layang-layang ayam hitam kwangen dengan sesari 4 keteng, disisinya caru
diletakkan banten pengulapan, pengambean, sorohan sesayut, ajuman, tipat
kelanan, sangga urip, penyeneng. CARU AYAM BRUMBUN : - Sengkwi 8 ulatan
dibagian hulu ditempatkan banten suci, pras, daksina. Pada bagian atas sengkwi
ditempatkan karangan kawisan, bayuhan 8 tanding, nasi tumpeng brumbun 8
dandan (16 biji), ketengan berisikan 8 ajengan sasah brumbun dan lauknya,
segehan cacahan hitam 8 tanding, cau dandan 8 biji bergandengan menjadi satu
berisikan nasi brumbun lengkap dengan kelengkapannya, tulung sangkur 8 biji
berisikan nasi brumbun dan lauknya, takep-takepan 8 biji, tumpeng brumbun 8 biji
lengkap dengan kelengkapannya, klatkat berisikan don tlunjungan berisikan
layang-layang ayam brumbun kwangen dengan sesari 8 keteng, disisinya caru
diletakkan banten pengulapan, pengambean, sorohan sesayut, ajuman, tipat
kelanan, sangga urip, penyeneng.

Anda mungkin juga menyukai