Anda di halaman 1dari 18

HINDU BALI

Tentang kehidupan beragama bagi umat Hindu

Minggu, 08 Mei 2011


CARU

CARU/TAWUR
TAWUR/CARU sebagai korban orang yang punya caru\, sebagai penebus hukuman orang yg
berdosa ataupun pertanda buruk, malapetaka, dan isyarat yang kurang baik (Kala Tattwa)

Jenis-jenis caru :
1. Caru Eka Sata
2. Caru Panca Sata
3. Caru Rsi Ghana
4. Caru Penolak Mrana/ Gering Tempur
5. Caru Panca Sanak Madurgha
6. Caru Bhuta Yadnya Medana-dana/ Gempong Asu
7. Caru Panca Sanak Agung
8. Caru Panca Wali Krama
9. Caru Panca Kelud
10. Caru Walik Sumpah
11. Caru Tawur Gentuh
12. Caru Tawur Agung
13. Tawur Eka Dasa Rudra

Pada tetandingan caru biasanya diikuti dengan segehan ataupun tumpeng dengan warna maupun
jumlah yang sesuai dengan urip pengider-idernya. Adapun table pengider-ider antaralain :

NO
ARAH MATA ANGIN
NAMA
DEWA
WARNA
URIP
WUKU
1
UTARA
UTTARA
WISNU
HITAM
4 (A)
UKIR, DUNGULAN, TAMBIR, WAYANG
2
SELATAN
DAKSINA
BRAHMA
MERAH
9 (SA)
WARIGA, PUJUT, MENAIL
3
TIMUR
PURWA
ISWARA
PUTIH
5 (BA)
TOLU, LANGKIR, MATAL, DUKUT
4
BARAT
PASCIMA
MAHADEWA
KUNING
7 (TA)
SINTA, JULUNGWANGI, KRULUT, BALA
5
TENGAH
PADMA
SIWA
BRUMBUN
8 (YA)

6
TIMUR LAUT
AIRSANYA
SAMBU
BIRU
6 (WA)
KULANTIR, MEDANGKUNGAN, KELAWU
7
TENGGARA
GNEYAN
MAHESWARA
DADU
8 (NA)
GUMBREG, MEDANGSIA, UYE, WATUGUNUNG
8
BARAT DAYA
NEIRITI
RUDRA
ORANGE
3 (MA)
WARIGADEAN, PAHANG, PRANGBAKAT
9
BARAT LAUT
WAYABYA
SANKARA
HIJAU
1 (I)
LANDEP, SUNGSANG, MERAKIH, UGU

I. CARU EKA SATA

Jenis-jenis caru eka sata :


a. Caru ayam brumbun/Pengruwak (berwarna putih-merah-kuning-hitam)
b. Caru Dengen ( menggunakan ayam putih nulus
c. Caru Preta ( menggunakan ayam biying atau bulunya merah )
d. Caru Ananta Kusuma ( menggunakan ayam putih siyungan atau bulunya putih namun paruh
dan kakinya kekuning-kuningan
e. Caru Bicaruka ( menggunakan ayam ireng mulus )

Penggunaannya :
1. Menyertai Piodalan
2. Perombakan suatu tempat/hutan
3. Pembongkaran atau peletakan batu pertama untuk suatu bangunan suci
4. Permulaan menggunakan suatu bangunan seperti rumah, bale, banjar, pura dll

Tetandingannya ;
Tahap 1. Mempersiapkan Olahan ayam
1. Sebelum menyembelih binatang korban untuk caru/tawur, didahului dengan mantra :
“ Om pasu pasa ya wihmane sira ceda ya dimahi, tanne jiwah pracodaya”
Artinya, Om Hyang Widhi Wasa, hamba menyembelih hewan ini, semoga rohnya menjadi suci.

2. Hewan tersebut dikuliti (dalam keadaan kering/jangan diseduh dg air panas) sehingga
kepala. Sayap, kaki dan ekornya masih melekat dan berhubungan antara satu dengan yang lainnya
( dibuat blulang ayam/walung malayang-layang)

3. Dagingnya diolah menjadi :


- Urab-uraban antara lain : urab barak, urab putih, gegecok
- Berbagai jenis sate, antaralain : lembat, asem, dan calon
Ketiga jenis sate dan urab-uraban disebut Trinayaka yaitu symbol jasmani binatang tersebut yang
aksaranya Ang, Ung, Mang
4. Dari hasil urab-uraban dan sate tersebut diatur menjadi beberapa tetandingan, yaitu ;
a. Karangan
Alasnya : sebuah taledan
Isinya : urab barak, urab putih, sate lembat 2 bh, sate asem 2 bh, sate calon 2 bh,
lalu dilengkapi dengan nasi sokan, berisi lekesan.
Sampyan : sampyan nagasari
Gambar :

b. Kawisan
Alasnya : sebuah taledan
Isinya : urab barak, urab putih, sate lembat 2 bh, sate asem 2 bh, sate calon 2 bh,
lalu dilengkapi dengan nasi pangkonan (setengah bundar dg dialasi daun ), berisi lekesan.
Sampyan : canang genten

c. Bayuhan
Alasnya : sebuah taledan
Isinya : urab-uraban, sate tiap jenis 1 bh, dibuat tetandingannya sejumlah urip
pangideran, nasinya menggunakan tumpeng danan 2 bh dengan warna dan jumlah set tumpeng
danannya sesuai urip pengideran , dilengkapi garam dan sambal serta raka-raka.
Sampyan : sampyan metangga/peras

d. Ketengan
Alas : taledan kecil berisi tangkih sejumlah urip pengiderannya
Isinya : nasi sasah sesuai dengan warna pengidernya dilengkapi dengan urab-
uraban dan sate tiap jenis 1 bh.
Sampyan : canang genten
Gambar :

Tahap 2. Tetandingan banten tambahan :


a. Segehan cacahan
Sejumlah urip dan warna pengideran, dengan menggunakan alas taledan, dilengkapi ulam bawang
jahe dan garam serta adeng, diatasnya dilengkapi canang genten
Gambar :
b. Cau danan
Bentuk jejahitannya seperti kapu-kapu, dibuat bergandengan sejumlah urip pengiderannya,
masing-masing berisi nasi sesuai warna arah, dilengkapi dengan kacang-saur dengan sebuah
sampyan plaus
Gambar :
c. Tulung sangkur
Alasnya ceper berisi tulung sangkur sejumlah urip pengiderannya, berisi nasi warna sesuai arah,
dilengkapi dengan kacang-sauh, dilengkapi sampyan plaus

Gambar :

d. Takep-takepan
Takep-takepan berisi tatukon (base tampelan,beras,benang,uang kepeng) sejumlah urip
pengiderannya
Gambar :

e. Kalakat
Anyaman bamboo berbentuk bujursangkar sebagi alas laying-layang hewan korban
Gambar :

f. Daun talujungan
Ujung daun pisang yang digunakan pada sanggah cucuk, dan sebuah lagi diatas kelakat sebagai
alas layang-layang
g. Sebuah kwangen
Yang berisi uang kepeng sesuai dengan jumlah urip pengiderannya
h. Sanggah pesaksi Sanggah Surya)
Dihias dengan tikar, candiga, gantung-gantungan serta diisi beberapa banten
Gambar :

i. Sanggah cucuk
Dihias dengan janur pada pinggirnya secara berkeliling, lalu lamak, daun talunjungan, gantung-
gantungan
Gambar :

j. Sengkwi
Dianyam sejumlah urip pengiderannya, dipakai sebagai alas caru
Gambar :

k. Kain berwarna
Warnanya sesui dengan pengiderannya, diletakkan diatas sanggah cucuk
l. Tetimpug
Terdiri atas 3 ruas bambu utuh lalu diikat menjadi satu, yang diletakkan nantinya diatas dapur
darurat (3 bh bata tersusun) lalu dibakar agar mengeluarkan suara letusan 3 kali
Gambar :
Gambar :

m. Sapu
Sebagai alat pembersih
Gambar :
n. Tulud
Sebagai alat untuk mendorong-dorong sisa sampah

Tahap 3. Tata cara Pengaturan Susunan Caru


1. Pada arah timur laut ditancapkan sanggah pasaksi, dimana hulunya menghadap timur laut.
Hias dengan tikar, candiga, gantung-gantungan
Letakkan didalam sanggah beberapa banten yaitu; Suci, pejati
Letakkan dibawah pada depan sanggah berupa banten Gelar sanga

2. Di sebelah barat Sanggah Pasaksi ditancapkan sanggah cucuk yang sudah dihias dan
dilengkapi dengan tikar kecil.
Pada bawah sanggah cucuk digantungkan sujang atau cambeng berisi tetabuhan seperti arak,
berem, tuak dan toya
Letakkan banten didalam sanggah cucuk antaralain : tumpeng danan, tadah sukla, canang
lengawangi

3. Dibawah sanggah cucuk, pada natar/natah dipasang sengkwi memakai anyaman 8 sebagai
jumlah urip tengah, diatasnya berturut-turut disusuni karangan, kawisan, bayuhan, ketengan,
segehan cacahan, cau dandan, takep-takepan, tulung sangkur, kalakat sudamala dengan alas daun
talujungan, laying-layang ayam brumbun, sebuah kwangen berisi uang sesari 8 kepeng dilengkapi
nasi wong-wongan berwarna brumbun.

4. Disebelah-menyebelah diletakkan banten tumpeng yaitu :


Tumpeng putih 5 buah di timur
Tumpeng merah 9 buah diselatan
Tumpeng kuning 7 buah di barat
Tumpeng hitam 4 buah di utara
Dengan dilengkapi dengan rerasmen, raka-raka dan sampyan tumpeng
5. Pada bagian hulunya layang-layang diletakkan banten suci, daksina, peras
Sedangkan banten caru lainnya yang menyertai diletakkan pada sekelilingnya berupa : penyeneng,
sorohan, sasayut pengambeyan, pangulapan, ajuman, tipat kelanan, sanggahurip, segehan agung

6. Didepan pemimpin upacara diletakkan tebasan durmenggala, pabersihan, tabuh-tabuh, dupa,


tirta caru, tirta pabyakalan.
Byakala dan prayascita diletakkan agak terpisah didepan pemimpin upacara

7. Tetimpug diletakkan ditempat yang agak aman dekat tempat upacara diatas dapur darurat
II. CARU PANCA SATA

Kekuatan perlindungan dari caru Panca Sata sesuai dengan penjelasan Kala Tattwa yaitu selama
satu tumpek (35 hari)
Perlengkapannya sama dengan caru eka sata namun dibuat 5 tanding dasar caru dimana warna dan
jumlah segehan dllnya sesuai dengan pengidernya

Tata cara pengaturannya :


1. Pada arah timur laut ditancapkan sanggah pasaksi, dimana hulunya menghadap timur laut.
Hias dengan tikar, candiga, gantung-gantungan
Letakkan didalam sanggah beberapa banten yaitu; Suci, pejati
Letakkan dibawah pada depan sanggah berupa banten Gelar sanga

2. Di sebelah barat Sanggah Pasaksi ditancapkan 5 bh sanggah cucuk yang sudah dihias dan
dilengkapi dengan tikar kecil.
Pada bawah sanggah cucuk digantungkan sujang atau cambeng berisi tetabuhan seperti arak,
berem, tuak dan toya anyar
Letakkan banten didalam sanggah cucuk antaralain : banten peras, tulung sayut, ajuman/soda

3. Dibawah masing-masing sanggah cucuk, pada natar/natah dipasang sengkwi memakai


anyaman sebagai jumlah urip pengidernya, diatasnya berturut-turut disusuni karangan, kawisan,
bayuhan, ketengan, segehan cacahan, cau dandan, takep-takepan, tulung sangkur, kalakat
sudamala dengan alas daun talujungan, laying-layang ayam (dg warna sesuai pengider-ider),
sebuah kwangen berisi uang sesari sejumlah kepengnya sesuai urip pengider-ider
dilengkapibanten tumpeng dimana jumlah dan warna tumpeng sesuai dengan pengider-ider.

4. Pada bagian hulunya layang-layang diletakkan banten suci, daksina, peras


Sedangkan banten caru lainnya yang menyertai diletakkan pada sekelilingnya berupa : penyeneng,
sorohan, sasayut pengambeyan, pangulapan, ajuman, tipat kelanan, sanggahurip, segehan agung

5. Didepan pemimpin upacara diletakkan tebasan durmenggala, pabersihan, tabuh-tabuh, dupa,


tirta caru, tirta pabyakalan.
Byakala dan prayascita diletakkan agak terpisah didepan pemimpin upacara

6. Tetimpug diletakkan ditempat yang agak aman dekat tempat upacara diatas dapur darurat

III. CARU RSI GHANA

Terdiri atas :
1. Rsi Ghana Alit dimana masa perlindungannya 6 bulan
2. Rsi Ghana Agung dimana masa perlindungannya 6 tahun

Digunakan bila didalam satu pekarangan mengalami:


a. Salah satu keluarga mengalami salah pati atau ngulah pati
b. Salah satu bangunan disambar petir
c. Kemasukan orang gila
d. Bangunannya kejatuhan pohon besar hingga cacat
e. Kebanjiran atau dihanyutkan banjir besar
f. Menjadi tempat orang mengamuk, perang, berkelahi
g. Kebakaran
h. Kemasukan binatang besar
i. Kemasukan bhuta kala
j. Suasana keluarga memanas dan keruh

A. Rsi Ghana Alit

Tata cara :
1. Nanceb sanggah tuttwan
Upakaranya terdiri dari : suci, rantasan, uang sesari 1700
Pada depan natar atau halamannya merajah Padma astadala sebagai tempat Caru Rsi Ghana
Didahului dengan membuat lubang ditanah lalu ditaburi tepung untuk membuat rerajahan Padma
AstaDala
Gambar rerajahan :

Pada arah timur aksara sucinya Sa =


Pada arah selatan aksara sucinya Ba =
Pada arah barat aksara sucinya Ta =
Pada arah utara aksara sucinya A =
Pada arah tenggara aksara sucinya Na =
Pada arah barat daya aksara sucinya Ma =
Pada arah barat laut aksara sucinya Si =
Pada arah timur laut aksara sucinya Wa =
Di madya atau tengah-tengah aksara sucinya Ya =

2. Tetandingan Rsi Ghana


a. Alasnya menggunakan tamas agak besar berisi nasi pangkonan 9 bh dialasi plawa/daun
nagasari yang masing-masing berisi rerajahan aksara suci, sebagai berikut :
- Plawa di timur dirajah Ong =
- Plawa di selatan dirajah Ang =
- Plawa di barat dirajah Reng =
- Plawa di utara dirajah Si =
- Plawa di tenggara dirajah Ga =
- Plawa di barat daya dirajah Na =
- Plawa di barat laut dirajah Ba =
- Plawa di timur laut dirajah Wa =
- Plawa di tengah dirajah Ma =

b. Lalu pada masing-masing nasi pengkonan ditancapi setangkai bunga teratai dan diberi ulam
seekor itik/bebek putih yang diolah selengkapnya tanpa memakai sate/jajatah

c. Caru pada halaman/natar memakai caru Panca Sata Malayang-layang dengan masing-
masing dialasi kelabang maikuh sesuai dengan urip dan warna pengider-ider
Kelengkapan caru lainnya yaitu : sesayut pengambyan, pangulapan, prayascita luwih, tumpeng
agung maulam guling itik putih, daksina, dan kelimanya memakai uang sasari 5555, sebuah pane
anyar berisi nasi ketengan sesuai jumlah urip pancawara
Nasi pujungan masing-masing 1 bh.

d. Khusus untuk caru yang ditengah, dilengkapi suci 1 soroh, sesayut durmenggala, panca
kelud, peminyak kala, pemangguh pamali

e. Di sanggah Kemulan terdiri atas : suci 1 soroh selengkapnya

f. Untuk pemimpin upacara : suci 1 sorog, penglukatan, peras lis, tatimpug yang nantinya jika
sudah selesai upavcara harus ditananm di natar/halaman merajan

g. Kepada yang ngerajah natar, upakaranya berupa daksina dengan sesari 125
Kepada yang negrajah daun plawa/nagasari diberi daksina dengan sesari 77

B. RSI GHANA MADYA

Kegunaannya untuk pamarisudhaning karang panas dan sanggar atau tempat suci seperti Pura
Kahyangan Tiga, Panggulan/empelan, tegalan serta sawah

Tata cara pengaturan :


a. Mendirikan sanggar tutwan memakai penjor tiying gading berisi 2 kober rerajahan Ghana
membawa bajra dan satu lagi Ghana membawa Gada, dilengkapi dengan daun beringin satu
cabang ditempatkan diarah timur laut serta daunnya yang merajah Cakra ditempatkan didepan
sanggar tuttwan.
Upakaranya : suci 2 soroh lengkap, tumpeng adanan, peras, daksina berisi sesari 1700, canang
lengawangi buratwangi.

b. Pada natar atau halaman merajah padma asta dala, aksara suci rerajahannya :

c. Selanjutnya diletakkan caru Rsi Ghana berupa sega atau nasi pangkonan 9 buah dialasi
tamas yang besar.
Pada masing-masing nasi pangkonan dialasi daun nagasari marajah aksara suci :
Pada nasi masing-masing ditancapi bunga tunjung dengan ulamnya memakai seekor itik diolah
lengkap tanpa sate/jajatah.

d. Carunya menggunakan Caru Panca Sata ayam melayang-layang winangun urip dialasi
sengkwi. (sama dengan susunan caru panca sata seperti diterangkan diatas)
Upakaranya terdiri dari : tumpeng adandanan ditengah daksina gede berisi sesari 500, masing-
masing dilengkapi dengan bayuhan, peras, penyeneng, sesayut pengambean.
Untuk sanggah cucuk yang ditengah disertai suci 1 soroh, gelar sanga, nasi segau, tepung tawar,
lis bebuu, tebasan prayascita luwih, durmenggala, prayascita, sebuah pane anyar, kukusan,
dangdang, sibuh pepek, tatimpug, sujang masing-masing 4 bh dan pada sanggah cucuk berisi tuak,
arak, berem, toya anyar.

e. Upakara pada tempat pemujaan : 1 soroh suci lengkap, sarana penglukatan, daksina berisi
sesari 1100.

f. Daksina sang ngerajah natar, uang sesarinya 125


Daksina sang ngerajah daun nagasari, uang sesarinya 100

C. RSI GHANA AGENG

Tata cara pengaturannya :


a. Sama dengan Rsi Ghana Madya, carunya menggunakan caru Panca Sata Ayam melayang-
layang ditambahkan dengan Caru Asu Bang Bungkem yang diletakkan ditengah-tengah caru
Panca Sata.
Khusus pada caru asu bang bungkem melayang-layang harus dialasi dengan sengkwi maikuh.
Olahan dagingnya dibuatkan urab barak-urab putih, sate lembat, sate asem, sate calon agung, dan
ulam karangan.
Pengaturan tetandingannya :
Sate lembat, sate asem masing-masing 33 biji dijadikan 33 bayuhan lalu dijadikan 3
sengkwi, dilengkapi dengan ulam karangan 1, calon agung sesuai dengan jumlah urip
pengiderannya. Nasi/sega 33 dan takep-takepan, lis, sanggahurip masing-masing
Canang brakatmanca desa, rantasan 5 warna , sekar/bunga 5 warna, jun pere berisi toya anyar
manca desa, alas-alasan, pasucian, isuh-isuh, nasi segau, tepung tawar, benang tetetbus, rarakih
masing-masing

b. Pada tempat pemujaan untuk pemuput upacara : suci 1 soroh, penglukatan, samsam, bija
kuning, soda, peras, lis, bebuu, nasi segau, tepung tawar, sesarik, alas-alasan, benang tetebus 5
warna

c. Upakara di sanggar tutwan : daksina berisi uang sesari 5500, peras , sesayut, pengambyan,
prayascita luwih, nasi segau, tepung tawar, sebuah pane anyar, kukusan, pangedangan, sebuah
sibuh pepek.
IV. CARU PENOLAK MRANA ATAU GERING TEMPUR

Digunakan bila terjadi :


1. Tertimpa reruntuhan pohon yang besar
2. Kemasukan orang mengamuk
3. Kemasukan gelap
4. Terjadi kebakaran
5. Segala jenis kekotoran atau kadurmenggalaan

Tata cara pengaturan :


a. Mendirikan sanggar tutwan
Upakaranya :
- Suci 2 soroh lengkap
- Tumpeng adandanan, rantasan saperadeg
- Tubungan putih 7 buah, tubungan ijo 7 buah dialasi limas
- Bungkak nyuh gading makasturi
- Canang daksina berisi sesari 1700

b. Di sor sanggah Surya


Gelar sanga

c. Pada laapan atau asagan , upakaranya babangkit asoroh maguling babi


d. Pada natar/halaman :
- Sebagai dasar menggunakan caru panca sata ayam manca warna lengkap
- Tambahan untuk caru yang ditengah : suci asoroh jangkep, prayascita luwih, tebasan
durmenggala, sasayut panca kelud, paminyakkala, pamangguh pamali, lis, sanggahurip, dilengkapi
canang berkat masing-masing pada kelima tempat itu, rantasan manca warna serta sega manca
warna.
- Pada caru asu bangbungkem seganya 33 lengkap dengan takep-takep dan jun pere berisi
toya untuk kelima tempat, berisi alas-alasan, pasucian, isuh-isuh, nasi segau, tepung tawar, tetebus
dan rarakih
e. Pada tempat pemujaan , upakaranya :
- Suci 1 soroh
- Soda, peras
- Penglukatan, samsam, wija kuning, lis bebuu, segau, tepung tawar, sasarik, tetebus panca
warna
V. CARU PANCA SANAK MADURGHA/CARU PANCA SANAK TAWUR MADIA
Digunakan pada :
- Kahyangan
- Pengulun setra
- Pura Dalem
Tata cara pengaturannya :
a. Sebagai dasarnya menggunakan caru Panca Sata selengkapnya
b. Untuk caru di tengah / madya dilengkapi dengan Bawi butuhan/kucit butuhan/babi jantan.
c. Caru ini tidak menggunakan bebangkit walaupun akan ngusaba di sawah
d. Caru ini dapat digunakan tetapi nasi caru pada amanca desa/lima tempat memakai sega
punjungan 33 sesuai dengan warna pengideran kendatipun dipakai pada Padudusan Alit
e. Bila caru ini akan digunakan di desa-desa , harus memohon tirta pamuput caru di pura
Dalem, Kahyangan Pengulun setra dan bila digunakan di sawah maka wajib memohon tirta
pamuput caru di Pura Bedugul Pangulun Sawah

VI. CARU BHUTA YADNYA MEDANA-DANA/GEMPONG ASU


Digunakan pada upacara Padudusan Alit
Memakai bebangkit asoroh
Digunakan pada :
- Parahyangan
- Sanggar Kabuyutan
- Ring Tani-tani
- Ngalinggihang Dewa ring Sanggar Parahyangan yang disebut upacara Wrhaspatikalpa Alit
Tata cara pengaturannya:
a. Sebagai dasarnya menggunakan caru panca sata selengkapnyapada caru yang
ditengah/madya dilengkapi dengan caru itik belangkalung melayang-layang dialasi kelabang
maikuh, dagingnya diolah menjadi urab barak-urab putih, jajatah lembat, asem, dijadikan 88
bayuhan ditengah letaknya. Calon agung diatur sesuai dengan jumlah urip pengideran pada kelima
tempatnya.
b. Jenis upakaranya Caru Panca Sanak Madurgha
c. Pada arah barat daya ditambahkan caru asu bang bungkem melayang-layang bayuhan 33
VII. CARU PANCA SANAK AGUNG
Dapat digunakan pada :
- Desa-desa
- Parahyangan Puseh, Desa, Bale Agung dan parahyangan lainnya

Tata cara tetandingannya :


a. Sebagai dasarnya menggunakan caru Pnaca Sata selengkapnya dan pada caru
ditengah/madya dilengkapi dengan banten suci satu soroh lengkap
b. Runtutannya :
- Di timur angsa, kinelet ring urip, dagingnya olah dadi 50 tanding
- Di selatan, banteng winangun urip, dagingya olah dadi 90 tanding
- Di barat, asu bang bungkem, dagingnya olah dadi 70 tanding
- Di utara, kambing winangun urip, dagingnya olah dadi 4o tanding
- Di tengah, bebek belangkalung winangun urip, dagingnya olah dadi 80 tanding
Saha lembat, asem, sami pada ngawa karangan pada 1 sowang-sowang mwang calon agung.
Segehannya nganut ke bayuhannya nganut rupa manca desa, pada ngawa suci, sorohan,
saupakaraning caru genep kadi nguni
c. Apabila caru Panca sanak agung ini digunakan pada upacara Padudusan Agung ataupun alit,
dilengkapi dengan tepung putih seperti pada Yamaraja. Angsanya sebagai tapakan ida Bhatara di
sanggar tawang. Kebo atau kerbau sebagai tapakan Ida Bhatara ring Paselang.
d. Pada upacara Padudusan patut manutwarna . pada panggungan didepan Ida Sang Hyang
Widhi, patut memakai Bagia Pulakerti

VIII. CARU PANCA WALIKRAMA


1. CARU PANCA WALIKRAMA ALIT
Tata cara pengaturan tetandingannya :
a. Dasarnya menggunakan caru Panca Sata selengkapnya
b. Runtutannya :
- Lawa ring urdha, purwa bebek putih winangun urip, dagingnya olah dadi 55 bayuh,
karangan 1, calon agung nganut uriping pangideran manca desa
- Daksina asu bang bungkem winangun urip, dagingnya olah dadi 99 bayuh
- Uttara bawi butuhan winangun urip, dagingnya olah dadi 44 bayuh
- Madia bebeek belangkalung, dagingnya olah dadi 88 bayuh pada ngawa jejatah lembat,
asem,karangan mwang calon
- Bebangkitnya ring tengah 1 soroh dena genap pada ngawa sorohannya kadi nguni mwang
sadulurannya kabeh

2. CARU PANCA WALIKRAMA MADYA


Pada dasarnya sama dengan Panca Wali Krama Alit, tambahannya pada arah barat dengan banyak
winangun urip, dagingnya olah dadi 77 bayuhan
Seluruh caru Panca Wali Krama baik itu kecil hingga ageng harus dilengkapi dengan :
- Sesayut durmenggala
- Prayascita luwih
- Sesayut panca kelud
- Sesayut peminyak kala
- Pemangguh pemali agung alit

3. CARU PANCA WALIKRAMA AGENG


Tata cara tetandingannya :
a. Sebagai dasarnya caru Panca Sata selengkapnya
b. Runtutannya :
- timur – sapi
- Selatan – menjangan
- Barat – kidang
- Utara – kebo
- Madia – kambing belang
Dilengkapi rerajahan :
- Timur – lembu
- Selatan – nasaning naga
- Barat – mong
- Utara – garuda
Demikian rerajahan kendaraannya
Untuk rerajahan penjor berupa senjata :
- Timur – bajra
- Tenggara – dupa
- Selatan – gada
- Barat daya – moksala
- Barat – nagapasa
- Barat laut – angkus
- Utara – cakra
- Timur laut – trisula
- Tengah – semua senjata pengiderannya
IX. CARU PANCA KELUD ATAU PANCA RUPA
Digunakan saat upacara “Ngalinggihang Dewa ring Parhyangan, agung alit, upacara pamungkah,
pakiyisan agung/alit, mapadudusan agung/alit/madya

Tata cara pengaturan :


a. Dasarnya menggunakan caru panca sata selengkapnya
b. Runtutannya :
- Tenggara : bebek bulu sikep melayang-layang, dagingnya olah ketengan menjadi 88
tanding karangan 1 sami pada ngawa suci dandanan
- Barat daya : asu bang bungkem melayang-layang, dagingnya olah ketengan dadi 33
tanding, karangan 1
- Barat laut : kambing melayang-layang, dagingnya olah ketengan dadi 11 tanding,
karangan 1
- Timur laut : angsa melayang-layang dagingnya olah dadi 66 tanding, karangan 1
- Tengah : itik belang kalung melayang-layang, dagingnya olah dadi ketengan 88
tanding, karangan 1
c. Banten ring sanggar :
- catur rebah mapulogembal 1, genahang ring tengah
d. tanahnya merajah Yamaraja, diatas rerajahan letakkan kain kasa putih lalu isi tepung putih
marajah yamaraja kemudian isi banten seperti caru-caru lainnya

X. CARU WALIK SUMPAH


1. CARU WALIK SUMPAH NISTA
Digunakan di Desa, Gaga dan sawah
Tata cara tetandingannya :
a. Sebagai dasarnya caru PancaSata selengkapnya
b. Runtutannya :
- Meghadap ke barat daya letaknya asu bang bungkem olah gebnepwinangun urip dadi
33tanding mawadah sengkwi, seganya mawadah daun talujungan
- Menghadap ke timur letaknya angsa, olahannya dadi 55 tanding
- Ring sanggar tawang, caru tulung dandanan, mwah ginawe dangsil, pisang Ghana
adegakna ro, misis sumbu 5, pada masrembeng
- Sane ring pucak :
Banten penek bang sanunggal, iwak sata wiring pinanggang, sampyan andong bang, maduluran
sarwa pala bungkah pala gantung
- Ring sakwehing sumbu ika pada maka lelima, kasoring pucak, caru tipat ketan pada
makelanan sowing-sowang, mwang raka-raka, pucang sirih, maplawa andong, paku pipid,
sakweha maplawa mangkana, mapenjor madaging saolihe ring sawah, majontek kelapa kulitan
pada maduang bungkul, genahakna ring arepan sanggar tawang
- Ring genahe mecaru, maduluran :
Sasayut agung,sasayut katututan, pengambyan, peras, penyeneng, lis 2, salwiring sawah pada
ngusaba, wus kasiratin tirta mwah melis, wus punika tepung tawarin, wus mangkana siratang tirta
ring kumba, wus punika tatabang kang sawah, sasayut pengambyan, peras, penyeneng.
- Mwang caru ring sanggar
Karuhun tinrapana mwang dangsil ika tirtakna. Ikang caru ring sanggar tawang ring luhur, katur
ring Bhatara Sri, ikang caru ring sor, ring sarwa bragalaning sawah. Sasayut pengambyan katur
ring Bhatara Sri, peras , penyeneng, lis mwang jerimpen katur ring iringan Bhatara Sri, mukyaning
pari.
- Mwang ring Desa nira guling babangkit bawi asoroh lan sadulurannya sawang gayah,
penek petang dasa bungkul, magenah ring laapan
- Ring angawe tirta, caru, suci adandanan, peras sanunggal, lis 3, mangkana kramanya wang
asasawahan pabresihan pari
- Nihan kramaning amalik sumpah ring carik, ring desa, ring karang paumahan, genep
salanlaning banten, asagan, guling babangkit, celeng gayah salampitan, gelar sanga, jangan
sakawali
- Mwang ring sanggar ring arep Sang amuja : banten suci dandanan, peras, lis
- Ring tanggun bale agungnge genah asagane, ring caru takep-takepane anut watek mawadah
sengkwi 5, sajeng sabrerong, peras, lis, byakaon. Mwang asu bang bungkem ebatannya genep.
Daksinanya, beras 3 catu gede sajangkepnya, lawe satukel arthanya 1700, peras gayah, jinah 500,
guling 1 , ayam 6, bebek 3, tekaning cucukan, jun pere 1, kumbha carat anut watek, klungah 5
amanca warna, isuh-isuh, genep, takep-takepan, anut watek, celeng 9 ping 5, bebek 7 ping 5, siap
5 ping 5, sudang taluh 3 ping 5, uyah areng 1 ping 5, tibakna ring sengkwi 5.
- Soroh ring klungah :
Nyuh sudamala 9, nyuh mulung 11, nyuh gading 7, nyuh bejulit 5, nyuh bulan 3, mwang jinahnya
anut caratnya, matali benang tridhatu, yeh anakan tibakna ring jun.
- Yan amalik sumpah ring carik :
Amujua rumuhun ring ulun carik, klungah ika paro, ka ulun carik, ka Bale Agung 3, ring Tilem
Amalik Sumpah.
Yan ring Purnama, ring Bale Agaung kramaning banten kadi nguni, mathani aluh ngaran, raris
nglebarang. Ika wenng magawe, swantahing nagara, apan nganut niti karma kadi nguni.
Banten ring pengulun carik asoroh, saha guling babangkit, mwang catur kumbha, pane, kren,
pangedangan, mwang takep-takepan, wawalungan, makadinya, kebo, purwa 50, gneyan 80,
daksina 90, neriti 30, pascima 70, wayabya 10, uttara 40, ersanya 60, madya 80
2. CARU WALIK SUMPAH MADYA
Tata cara pengaturannya :
a. Sebagai dasar menggunakan caru Panca Sata selengkapnya
b. Runtutannya :
- Timur : angsa winangun urip dagingnya olah dadi 55
- Selatan : sampi winangun urip. Dagingnya olah dadi 99
- Barat daya : asu bang bungkem, dagingnya olah dadi 33
- Barat : kambing winangun urip, dagingnya olah dadi 77
- Utara : celeng plen winangun urip, dagingnya olah dadi 44
- Madya : bebek belang kalung winangun urip, dagingnya olah dadi 88
c. Pabangkitnya 1, ketengannya nganut dik widik, pangkonannya nganut dik widik, sorohan,
kawisan, karangan, glar sanga, cawu pangrekan
d. Banten ring panggungan : babangkit agung asoroh
Jro mangku gede Komang Veni Damayanti
Berbagi

8 komentar:

rare angon6 Juni 2011 22.13


Om Swastiastu; Suksma antuk artikel puniki, ampura panjak druwene ten uning matur...

((((( Radio Internetne Nak Bali )))))

Balas

Wayan Sukeni4 Januari 2012 04.45


Inggih patut sampun Rare Angon nenten uning meatur...nulis wawu uning....ten patut kennten?

Balas

umaseh pasupati4 Januari 2013 04.49


om swastiastu... niki wawu artikel pencerahan umat wastane he he he he.. suksma
informasinyane :D

Balas

Tirta Pande3 Maret 2013 04.54


Om swastiastu..

Sangat bermaanfaat untuk anak muda seperti saya.. :)


saya menunggu artikel yang seperti ini lagi...
Sekali lagi tityang matur suksema..
#maaf bahasa balinya blepotan

om santhi, santhi, santhi om

Balas

ngurah adhi20 Oktober 2014 01.39


suksma ...
ngurah adhi sanjaya

Balas

Kedai Oonk20 Desember 2014 19.02


tradisi bali

Balas

gede kandita22 Maret 2017 00.05


Ya, sangat bermanfaat tulisan ini karena aplikatif, mudah dipahami, sederhana dan menukik ke
pokok bahasan. Suksma.

Balas

asta wayan7 Agustus 2017 05.45


Sangat bermanfaat. Suksma pencerannya.

Balas



Beranda
Lihat versi web
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai